PROGRAM PENETAPAN TUJUAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI AKADEMIK SISWA SMA YANG TERGOLONG UNDERACHIEVER : STUDI KASUS
Winna Andini Handayani Fakultas Psikologi Universitas Jenderal Achmad Yani
ABSTRAK
Fenomena underachievement dapat terjadi di semua tingkat pendidikan, dari mulai pra sekolah hingga perguruan tinggi (Rimm dalam Del Siegle & McCoah, 2008). Baslanti & McCoach (2006), kurangnya motivasi merupakan prediktor utama dari siswa underachiever. Adanya penepatan tujuan (goal) dapat meningkatkan motivasi seseorang. Dalam penelitian ini akan dilihat peranan pelaksanaan program penetepan tujuan dengan teknik SMART (spesific, measurable, attainable, realistic, time-based) dalam meningkatkan motivasi akademik siswa SMA yang tergolong underachiever. Program ini dilakukan dalam 7 kali pertemuan dengan masing-masing berdurasi rata-rata 45-95 menit. Metode penelitian menggunakan studi kasus dengan kasus tunggal (N=1). Sebelum dan setelah program dilaksanakan peneliti mengambil data awal (baseline) dan akhir dengan wawancara, pemberian ceklist observasi dan pemberian lembar self report SAAS-R, motivasi dan penetapan tujuan. Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa program penetapan tujuan berhasil untuk meningkatkan motivasi akademik seorang siswa SMA yang tergolong underachiever. Akan tetapi, pada sesi perbaikan strategi partisipan terlihat kurang optimal. Oleh karena itu, program penetapan tujuan ini akan lebih optimal apabila disertai dengan pelatihan strategi belajar dan keterampilan umum lain yang menunjang akademik. Peran peer atau kelompok teman sebaya dalam meningkatkan motivasi akademik siswa underachiever perlu menjadi hal yang dilibatkan dalam pelaksanaan intervensi ke depannya.
1
1.
membantu siswa-siswa yang tergolong
PENDAHULUAN
underachiever sehingga mereka dapat Clark mendefinisikan bahwa siswa underachiever
adalah
seseorang
mengembangkan kemampuan yang ada
yang
dalam dirinya menjadi lebih optimal.
menunjukkan hasil istimewa dalam tes
Baslanti
dan
McCoach
(2006,
yang terstandarisai sesuai dengan usianya
www.proquest.com/pqdauto)
(tes IQ) tetapi tidak menunjukkan hasil
menggunakan faktor dari dalam dan luar
yang baik pada tugas sekolah (Baslanti &
diri
McCoach, 2006). Hal ini menunjukkan
membedakan siswa underachiever dan
adanya kesenjangan akut antara potensi
siswa biasa. Dalam sebuah penelitiannya,
prestasi atau prestasi yang diharapkan
mereka menggunakan instrumen SAAS-R
(expected achievement—seperti hasil tes
yang
IQ) dan prestasi yang diraih (actual
persepsi diri akademik, sikap terhadap
achievement—seperti nilai tugas sekolah)
guru, sikap terhadap sekolah, nilai dari
yang disebut pula sebagai fenomena
sebuah tujuan dan motivasi atau regulasi
underachievement (Reis & McCoach,
diri. Dari kelima dimensi tersebut ternyata
2000;
motivasi atau regulasi diri merupakan
Robinson, 2006; Baslanti &
McCoach,
2006).
sebagai
mencakup
dimensi
lima
untuk
dimensi
yaitu
(2009)
prediktor utama siswa underachiever.
fenomena
Maka itu meningkatkan motivasi pada
underachievement ini dapat terjadi di
siswa underachiever menjadi faktor yang
semua level atau tingkat pendidikan.
penting untuk meraih prestasi akademik
Masalah
(McCoach & Siegle, 2001).
mengemukakan
Russell
siswa
bahwa
underachievement
semakin
bertambah serius dan sulit untuk diubah
Dalam
penelitian
ini
peneliti
polanya apabila hal tersebut dibiarkan saat
menggunakan kasus siswa underachiever
masih di tingkat awal sampai level atau
yang memiliki karakteristik kurangnya
tingkat pendidikan yang lebih tinggi
motivasi.
(Stipek,
laku
beberapa ciri-ciri kurang tekun dan gigih
berkembang
dalam belajar, perhatiannya saat belajar
hingga usia dewasa dapat menyebabkan
mudah terganggu atau teralihkan dengan
masalah-masalah seperti dikeluarkan dari
aktivitas
sekolah,
mempertahankan
bermain Ex-Box, tidur dan lain-lain.
pekerjaan dan sebagainya (Peters, 2000).
Partisipan juga belum memiliki tujuan dan
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
usaha yang konsisten dalam belajar, tidak
2002).
Pola
underachievement
kesulitan
tingkah
yang
2
Partisipan
lain
seperti
menunjukkan
menonton
TV,
memiliki jadwal belajar yang teratur serta
dalam dirinya (Stipek, 2002). Akan tetapi,
kurang memonitor perkembangan nilainya
remaja juga masih memerlukan dorongan
di sekolah. Hal ini menunjukkan beberapa
dari
ciri siswa yang kurang termotivasi dalam
meningkatkan
belajar (Schunk, Pintrich & Meece, 2008).
seperti umpan balik dari orangtua, guru
Padahal, semakin usia bertambah dan level
dan teman (Pressley & McCormick, 2007).
pendidikan meningkat maka seseorang
Maka dari itu, pendekatan social cognitive
dituntut untuk memiliki motivasi internal
theory ini cukup sesuai untuk siswa yang
(tumbuh dari dalam diri sendiri) (Santrock,
berada pada fase remaja, khususnya
2008).
partisipan, dalam meningkatkan motivasi Berbagai
meningkatkan
pendekatan motivasi,
untuk
ada
luar
karena
yang
diri
(lingkungan)
motivasi
memperhatikan
dalam
akademiknya,
dorongan
dari
dalam dan luar diri siswa.
bersumber dari dalam diri (intrinsic) dan
Konsep yang penting dalam proses
luar diri (extrinsic) (Woolfolk, 2004;
motivasional dalam pendekatan social
Schunk, Pintrich & Meece, 2008). Salah
cognitive theory adalah tujuan (goal) dan
satu yang menggunakan dua sumber yaitu
self efficacy. Self efficacy ini didapatkan
dari dalam dan luar diri adalah social
dari
cognitive
social
keberhasilannya dalam mencapai tujuan.
cognitive theory memandang manusia
Semakin sering siswa berhasil mencapai
memiliki peran aktif untuk meningkatkan
tujuan maka self efficacy-nya pun semakin
motivasinya karena peran kognitif yang
meningkat. Untuk itu penetapan tujuan
membuat ia tidak langsung begitu saja
menjadi
merespon sesuatu dari lingkungannya.
motivasional ini (Schunk, Pintrich &
Khususnya pada fase remaja, seseorang
Meece, 2008).
theory.
Pendekatan
mulai membangun secara aktif skema kognitifnya
karena
struktur
observasi
penting
siswa
pada
mengenai
awal
proses
Intervensi yang dilakukan pada
kognitif
siswa underachiever ini tergantung dari
mereka sudah mampu mengorganisasikan
karakteristik
apa yang dialami dan diamati (Papalia,
penelitian mengungkapkan bahwa salah
Olds & Feldman, 2001). Selain itu, remaja
satu
mulai membutuhkan kemandirian untuk
meningkatkan
meningkatkan
hal
underachiever adalah dengan pelaksanaan
pencapaian akademik atau karir melalui
program penetapan tujuan (McCoach &
kualitas diri sehingga membentuk regulasi
Siegle, 2001; Russell, 2009). Hal ini
motivasi
dalam
3
siswa.
intervensi
yang
Dalam
penting
motivasi
sebuah
untuk siswa
karena fungsi dari tujuan adalah untuk
waktu, (4) pembagian sasaran ke dalam
mengarahkan perhatian siswa pada tugas,
langkah-langkah kegiatan, (5) penelaahan
menggerakkan usaha,
kemajuan, (6) perbaikan sasaran atau
mempertahankan
dan meningkatkan ketahanan kerja serta
tujuan (Singgih & Sukadji, 2006).
meningkatkan perkembangan strategi baru
Untuk itu dalam penelitian ini akan
sehingga dapat meningkatkan hasil kerja
dirancang program penetapan tujuan dan
(Locke dan Latham
pencapaiannya berdasarkan prinsip-prinsip
dalam Woolfolk,
2004).
dan langkah yang telah dipaparkan pada Program penetapan tujuan dalam
paragraf sebelumnya untuk meningkatkan
penelitian ini merupakan bentuk intervensi
motivasi siswa underachiever. Berkaitan
dari modifikasi perilaku (Brophy, 2004).
dengan tujuan intervensi tersebut, maka
Menurut Locke dan Latham (1990), tidak
rumusan masalah dalam tesis ini adalah,
semua
“Apakah program pelaksanaan penetapan
tujuan
dapat
meningkatkan
motivasi. Hasil penelitian membuktikan
tujuan
bahwa
pencapaiannya
tujuan
capaiannya),
yang
proximal
spesifik,
dan
(dekat
menengah
dan
langkah-langkah dapat
meningkatkan
motivasi akademik pada siswa SMA kelas X yang tergolong underachiever?”
kesulitannya yang dapat menghasilkan prestasi. Selain itu, mereka mengajukan aspek penting dalam teori penetapan
2.
tujuan yaitu pilihan tujuan (goal choice),
METODE PENELITIAN
2.1. Karakteristik Partisipan
komitmen mengenai pencapaiannya (goal commitment) dan umpan balik (Schunk, Pintrich
&
Meece,
mempertimbangkan
2008). prinsip
Siswa
Dengan
berusia 15-21 tahun (Santrock, 2003), khususnya siswa lanjutan atas (seperti
mengajukan teknik penetapan tujuan yang
SMA).
disebut SMART (Spesific, Measurable, Action-related, Realistic dan Time-Based).
2.2 Desain Penelitian
Selain itu, peningkatan motivasi melalui
melakukan
tujuan
akan
berhasil
langkah-langkah
tergolong
underachiever dan pada fase remaja yang
proximal,
specific dan difficulty, Moran (1997)
penetapan
yang
bila
Dalam penelitian ini menggunakan
secara
metode studi kasus. Sama seperti desain
sistematik berikut: (1) identifikasi sasaran,
A-B, desain studi kasus juga dapat
(2) penetapan prioritas, (3) pertimbangan 4
digunakan untuk menjawab hubungan
tidak
fungsional antara intervensi dan perubahan
kelompok.
perilaku (Galloway & Sheridan, 1994;
untuk
dibandingkan
Ditambah
kuisioner
dalam
mengenai
Leedy & Ormrod, 2005). Hal ini dapat
penetapan tujuan khusus diberikan pada
dikuatkan dengan adanya pengukuran
partisipan. Pernyataan
yang beragam (kuisioner, observasi dan
kriteria penetapan tujuan yang efektif yang
wawancara)
dikemukakan oleh Locke & Latham
dan
evaluasi
berupa
Pintrich
disusun berdasar
pengukuran setelah intervensi dihentikan
(Schunk,
&
Meece,
2008).
(Galloway & Sheridan, 1994). Metode
Kuisioner penetapan tujuan berjumlah 21
pengumpulan data yang beragam bertujuan
item dengan pilihan jawaban Ya atau
untuk saling melengkapi dan meng-
Tidak.
crosschek data yang diperoleh (Schunk, Pintrich & Meece, 2008). Desain studi
2.4
Alat Ukur Underachiever
kasus adalah sebuah penelitian yang dapat
(SAAS-R)
dilakukan pada individu, program atau sebuah kejadian (Leedy & Ormrod, 2005).
Alat
ukur
School
Attitude
Assessment Survey-Revised (SAAS-R) ini 2.3
dibuat untuk melihat perbedaan antara
Instrumen Penelitian
siswa Alat ukur yang digunakan dalam penelitian
adalah
memiliki
potensi
dan
berprestasi tinggi dengan yang berprestasi
Attitude
rendah (underachiever). Perbedaan yang
Assessment Survey-Revised (SAAS-R) dan
dilihat meliputi 5 faktor (Reis & McCoach,
mengenai
menggunakan
2000). Berikut penjelasan kelima faktor
pendekatan teori yang dijelaskan oleh
dalam alat ukur SAAS-R (McCoach &
Schunk, Pintrich & Meece (2008). Alat
Siegle, 2003) :
ukur kuisioner SAAS-R dan Motivasi
a) Persepsi Diri Akademik (Acedemic
berbentuk skala likert dengan range skala
Self Perception) persepsi siswa
1-6 dari yang paling sesuai hingga yang
mengenai kemampuan dirinya dalam
paling tidak sesuai dengan diri partisipan.
bidang akademik,
motivasi
School
yang
Skala ini dibuat untuk membantu peneliti
b) Sikap terhadap guru dan kelas (Attitude
dalam melihat dan menggambarkan setiap
toward teacher and class) berkaitan
dimensi dalam diri partisipan sendiri dan
dengan kepribadian dan cara guru 5
mengajar
serta
mengorganisasikan
menentukan.
kelas,
Belajar/bersekolah
dengan sukarela.
c) Sikap
terhadap
sekolah
Effort
(Attitude
:
motivasi
yang
toward school) berkaitan dengan
tinggi berasosiasi dengan usaha yang
evaluasi siswa mengenai ketertarikan
besar, khususnya pada tugas-tugas
dan minat pada sekolahnya,
yang sulit. Persistence
d) Penetapan nilai dari tujuan (Goal
:
saat
bertemu
valuation) Hal ini berkaitan dengan
dengan kendala dan rintangan, siswa
seberapa besar nilai dari tujuan jangka
yang termotivasi rela menghabiskan
panjang atau masa depan dan jangka
waktu yang lebih lama. Achievement
pendek, Motivasi dan regulasi diri
:
hasil
dari
(Motivation and self regulation)
kecenderungan
pengarahan
usaha, dan persisten adalah prestasi
diri
berkaitan
dengan
pikiran, perasaan dan perilaku secara
mengerjakan
tugas,
yang sesuai.
sistematis untuk mencapai sebuah tujuan.
2.6
Dari
hasil
perhitungan
uji
Prinsip Penetapan Tujuan untuk Meningkatkan Motivasi
realibilitas pada alat ukur SAAS-R yang belum diadaptasi dalam bahasa Indonesia
Hasil penelitian Locke dan Latham
ini didapat bahwa nilai koefisiensi alpha
(1990) membuktikan bahwa tujuan yang
sebesar
proximal (dekat capaiannya), spesifik, dan
0.85
dan
uji
validitas
menggunakan analisis faktor didapatkan
menengah
nilai fit model χ2 (550) = 1,581.7, CFI =
menghasilkan prestasi (dalam Schunk,
0.91, TLI = 0.92, RMSEA = 0.059, SRMR
Pintrich & Meece, 2008, hal. 143).
= 0.057, pada level signifikansi 0.001
kesulitannya
Fungsi
(McCoach & Siegle, 2003).
dari
yang
tujuan
dapat
yang
dikemukakan oleh Locke dan Latham adalah dapat mengarahkan perhatian siswa
2.5
pada
Indikator Motivasi
tugas,
menggerakkan
usaha,
mempertahankan
dan
meningkatkan
Indikator dari Motivasi (Schunk, Pintrich
ketahanan
serta
meningkatkan
& Meece, 2008):
perkembangan
Choice of tasks
:
memilih
tugas
kerja
strategi
baru
sehingga
dapat meningkatkan hasil kerja (Woolfolk,
dengan kondisi seseorang yang bebas
2004). 6
Locke dan Latham mengatakan
M = measureable bila tidak
bahwa terdapat dua aspek penting dalam
mampu mengukur kemajuan maka
penetapan tujuan yaitu pilihan tujuan (goal
cenderung
choice) dan komitmen pencapaiannya
minat dalam pencapaian sasaran
(goal commitment). (Schunk, Pintrich &
akan
menghilangkan
A= action-related menentukan
Meece, 2008). Terdapat dua hal lain yang
sejumlah langkah yang berurutan
penting dalam keberhasilan pencapaian
semakin dekat dengan pencapaian
tujuan yaitu, pemberian dan penerimaan
sasaran
umpan balik yang tepat dan penerimaan tujuan (Woolfolk, 2004).
R= realistic sasaran belajar Anda harus realistic dan dapat dicapai
2.7
Langkah-langkah
Penetapan
dengan
memanfaatkan
sumber-sumber yang dapat Anda
Tujuan
peroleh
Moran (1997) mengatakan bahwa
T = time-based sering kali kita bekerja saat mendekati batas akhir
peningkatan motivasi melalui goal-setting
penyampaian tugas tertentu
akan berhasil bila melakukan langkahlangkah secara sistematik, yaitu identifikasi
sasaran,
(2)
(1)
2.8
Indikator Keberhasilan
penetapan
prioritas, (3) pertimbangan waktu, (4)
o Apabila terjadi peningkatan skor
pembagian sasaran ke dalam langkah-
pada alat ukur SAAS-R indikator
langkah
penelaahan
motivasi dan alat ukur Motivasi yang
kemajuan, (6) perbaikan sasaran atau
terlihat pada indikator choice of task,
tujuan (dalam Singgih & Sukadji, 2006).
usaha, persistensi dan prestasi maka
Ia mengajukan pula teknik goal-setting
program dikatakan berhasil
yang
kegiatan,
disebutnya
(5)
sebagai
SMART.
o Apabila terjadi peningkatan skor
Penjabaran SMART (buah pikiran dari
berdasar checklist observasi oleh
Bull, Albinson dan Shambrook) sebagai
guru maupun orangtua
berikut (dalam Singgih & Sukadji, 2006) :
o Apabila
partisipan
mengalami
S= specific makin jelas dan
beberapa perubahan perilaku yang
spesifik sasaran belajar maka akan
mengacu pada dimensi SAAS-R dan
lebih
indikator
besar
kemungkinan
mencapainya 7
motivasi
dari
Pintrich
(2008) melalui hasil wawancara pada
dikarenakan indikator keberhasilan utama
partisipan, orangtua dan guru
(indikator motivasi) dapat tercapai apabila
o Tercapainya tujuan pada setiap sesi
tujuan setiap sesi dapat tercapai (fungsi
atau pertemuan
penetapan tujuan). Setelah di dapatkan
o Partisipan memiliki jadwal belajar
tujuan
per
sesi,
peneliti
merancang
harian dan konsisten menjalankannya
aktivitas yang dilakukan per sesi berdasar
minimal
tujuan tersebut.
selama
program
berlangsung o Partisipan
melakukan
pencatatan
2.10 Rancangan Program
selama program berlangsung terkait dengan
perkembangan
nilai
Program
akademiknya di sekolah
akan
diawali
dengan
pengambilan data baseline dan diakhiri dengan evaluasi kondisi akhir partisipan
2.9
setelah
Bentuk Intervensi
program
terlaksana.
Khusus
pelaksanaan program sendiri dilakukan Dalam penelitian ini, intervensi
dalam 7 kali pertemuan (rata-rata setiap
yang diberikan pada partisipan berupa
pertemuan 45 - 95 menit) selama 3 pekan.
pelaksanaan program penetapan tujuan.
Berikut ini penjelasan kaitan dari acuan
Pada penelitian ini bentuk intervensi
teori dengan ringkasan kegiatan per sesi
melalui pelaksanaan program penetapan tujuan mengacu pada indikator tambahan dalam
tujuan
setiap
sesi.
Hal
ini
Indikator Keberhasi lan
Fungsi Penetapan Tujuan
Syarat Penetapan Tujuan
Indikator Motivasi Choice of task Usaha Persistensi Prestasi (Schunk, Pintrich & Meece, 2008) Tambahan Kebiasaan Belajar Pemantau an nilai
Membuat lebih fokus pada tugas, gerakkan usaha, pertahan kan kinerja, kembang kan strategi, tingkatkan hasil kerja (Woolfolk, 2004).
6 langkah sistemik (Singgih & Sukadji, 2006) dan prinsipprinsip penetapan tujuan yaitu proximal (short term goal), spesifik, dan tingkat kesulitan menengah (Schunk, Pintrich & Meece, 2008).
8
Acuan Teori Modifikasi perilaku perlu diawali dengan adanya kontrak belajar (Martin & Pear, 2003) Salah satu peningkatan self efficacy melalui pengalaman keberhasilan di masa lalu (Schunk, Pintrich & Meece, 2008). Pada pelatihan strategi, partisipan diberikan pengetahuan mengenai fungsi strategi penetapan tujuan, kemudian contoh dan cara untuk melakukan serta mencobanya (Brophy, 2004). Langkah sistemik penetapan tujuan dari mulai identifikasi sasaran, penetapan prioritas, pertimbangan waktu (jangka panjang, menengah dan pendek), serta pembagian tujuan ke dalam langkah-langkah kegiatan (Moran dalam Singgih & Sukadji, 2006). Selain itu, mengacu pada prinsip penetapan tujuan yaitu proximal (dekat capaiannya), spesifik dan menengah tingkat kesulitannya (Locke & Latham dalam Schunk, Pintrich & Meece, 2008). Mengacu pula pada dua aspek penting yaitu goal choice dan goal commitment (Schunk, Pintrich & Meece, 2008). Penetapan tujuan berkaitan penelaahan kemajuan, perbaikan tujuan dan strategi (Moran dalam Singgih & Sukadji, 2006) Penetapan tujuan berkaitan penelaahan kemajuan, perbaikan tujuan dan strategi serta penggalian dan pemanfaatan umpan balik (Moran dalam Singgih & Sukadji, 2006)
Langkah sistemik penetapan tujuan berkaitan penelaahan kemajuan (monitoring), perbaikan sasaran atau tujuan dan perbaikan strategi (Moran dalam Singgih & Sukadji, 2006)
Sesi ke1
2
Ringkasan Kegiatan pendahuluan program yaitu penjelasan program, kontrak belajar dan menggali harapan dan kekhawatiran merupakan pertemuan untuk menggali pengalaman kesuksesan dan cita-cita partisipan
3
pertemuan untuk mendiskusikan efektivitas penetapan tujuan, identifikasi tujuan, penetapan prioritas dari tujuan dan melatih partisipan membuat penetapan tujuan dengan teknik SMART
4
pertemuan untuk pembuatan tujuan berdasarkan langkah-langkah sistemik penetapan tujuan yaitu partisipan diminta untuk mendaftar minimal 3 yang menjadi tujuannya berdasarkan jangka panjang, menengah dan pendek. Kemudian ia diminta untuk mengurutkan masingmasing berdasarkan hal yang paling diprioritaskan untuk dicapai saat itu. Setelah itu, tujuan jangka pendek partisipan yang paling diprioritaskan menjadi tujuan yang akan dibuat berdasarkan teknik SMART. Setelah itu, pembuatan daftar konsekuensi yang akan diperoleh partisipan dari capaian tujuan yang telah dibuat. pertemuan untuk memonitoring perkembangan dari langkah-langkah pencapaian tujuan dan penemuan strategi baru untuk pencapaian tujuan pertemuan untuk memonitoring perkembangan dari langkah-langkah pencapaian tujuan, penemuan strategi baru untuk pencapaian tujuan dan penggalian mengenai umpan balik dari orangtua dan guru
5
6
7
pertemuan untuk memonitoring perkembangan dari langkah-langkah pencapaian tujuan dan penemuan strategi baru untuk pencapaian tujuan
9
2.11 Pengolahan Data
3.
Setelah data terkumpul, peneliti melakukan
analisis
terhadap
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Berdasar Baseline (Pre test)
data
dan Evaluasi Akhir (Post test)
penelitian akan dilakukan dengan dua cara yaitu :
Pada bagian analisis berdasar data
a) berdasarkan hasil baseline dan
baseline dan evaluasi akhir (pre-post test),
evaluasi akhir. Hal ini dilakukan
peneliti akan membandingkan hasil dari
dengan membandingkan skor dari
data baseline dengan evaluasi akhir baik
alat ukur yang digunakan sebagai
melalui self report (dengan kuisioner),
base line dan evaluasi program
wawancara, checklist observasi dengan
akhir (secara kuantitatif). Selain
indikator keberhasilan utama. Indikator
itu, juga mengelaborasi dengan
keberhasilan ini mengacu pada dimensi
data kualitatif awal dan akhir
dari SAAS-R dan motivasi dari Pintrich
program melalui lembar observasi
(2008).
dan wawancara,
Berdasarkan perbandingan hasil
b) berdasarkan ketercapaian tujuan
dari data baseline dengan evaluasi akhir
dari setiap sesi selama berjalannya
baik
program. Hal ini dilakukan dengan
kuisioner), wawancara, checklist observasi
menganalisa data kualitatif yang
didapatkan bahwa secara umum partisipan
diperoleh melalui lembar kerja dan
mengalami peningkatan motivasi. Hal ini
evaluasi
partisipan
selama
dapat dilihat dari empat indikator motivasi
program
berlangsung,
respon
yaitu choice of task, usaha, persistensi dan
pelaksanaan
prestasi yang dikemukakan oleh Schunk,
program dan observasi langsung
Pintrich & Meece (2008). Pada indikator
peneliti
choice of task partisipan mengalami
partisipan
saat
pada
partisipan
saat
menjalankan program.
melalui
perubahan
self
seperti
report
lebih
(dengan
menyediakan
waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah serta menyadari aktivitas bersekolah itu sendiri untuk kesuksesan di masa depannya. Selain itu, partisipan juga menunjukkan usaha yang lebih untuk memahami 10
sebuah
pelajaran
dan
mengerjakan tugas. Partisipan mengalami
peningkatan pada aspek persepsi atau
perubahan yaitu dalam hal usaha dan
pandangan
konsentrasi
kemampuannya dalam bidang akademik
untuk
mengerjakan
dan
partisipan
menyelesaikan tugas sekolah serta lebih
(persepsi
bertahan untuk menghadapi soal yang sulit
memandang positif dirinya sehingga ia
(tidak mudah menyerah). Akan tetapi,
lebih percaya diri untuk dapat memahami
partisipan masih belum berubah dalam hal
sebuah
keterlambatan hadir di sekolah. Di rumah,
sebuah tugas. Selain itu, terjadi perubahan
ia pun lebih memiliki keteraturan dalam
sikap terhadap guru dan sekolah pada
belajar setiap hari dan tidak terlalu susah
partisipan. Misalnya, partisipan mulai
untuk dibangunkan saat akan bersiap
menemukan hal positif dari sekolahnya
berangkat
indikator
saat ini yaitu ia dapat lulus cepat sehingga
persistensi yaitu ia dapat lebih bertahan
dapat lebih cepat kuliah dan mandiri. Ia
lama dan berusaha terlebih dahulu saat
juga mulai menjalin komunikasi dengan
menghadapi kesulitan atau kendala saat
beberapa guru dan teman kelasnya, seperti
memahami pelajaran dan mengerjakan
bertanya mengenai pelajaran yang belum
tugas. Akan tetapi, partisipan terkadang
ia pahami. Sementara, untuk nilai dari
masih kesulitan mengorbankan waktu
tujuan tidak terjadi perubahan karena
untuk mengerjakan tugas atau mempelajari
memang dari data awal, partisipan sudah
sesuatu
dengan
memiliki tujuan untuk mendapat prestasi
aktivitas bersama teman kelompoknya.
atau nilai yang bagus. Meskipun demikian,
Menurut
guru,
indikator
tujuan yang dimiliki partisipan pada
motivasi
yang belum
terlalu banyak
awalnya belum memenuhi kriteria dari
berubah
adalah
dari
teknik SMART yang dapat meningkatkan
sekolah.
apabila
Pada
berbenturan
salah
hasil
satu
usahanya
akademik).
mengenai
pelajaran
Partisipan
dan
menyelesaikan
tersebut dengan kata lain indikator prestasi
motivasi
yang belum dapat dilihat dari nilai yang
prestasinya,
diperoleh secara keseluruhan. Meskipun
akademik yang di buat oleh diri sendiri,
demikian, ia menunjukkan peningkatan
lebih realistis dalam membuat target
nilai walaupun belum signifikan (yaitu
(mempertimbangkan tingkat
sekitar 1 poin).
lebih mudah mengevaluasi target yang
Berdasarkan dimensi dari SAAS-R didapatkan
bahwa
peningkatan
akademik
lebih
seperti,
dan
menunjang
memiliki
target
kesulitan),
diinginkan, tujuan yang dibuat lebih
skor
meningkatkan usaha dan mempertahankan
motivasi tersebut disertai juga dengan
perilaku 11
serta
partisipan
mulai
menjalankan langkah-langkah yang dibuat
terutama saat pembuatan penetapan tujuan,
untuk mencapai tujuan. Akan tetapi,
teknik
terdapat hal yang masih belum berubah,
partisipan sehingga butuh waktu untuk
yaitu kesulitan mencari strategi baru untuk
melatihnya, dan lain-lain.
mencapai tujuan yang dibuat, belum
SMART
baru
diketahui
oleh
Secara umum, tujuan dari setiap
memiliki catatan perkembangan nilai yang
sesi
pun
diperoleh di sekolah dan belum terlihat
menandakan
untuk dapat mengevaluasi tujuan selama 1
melakukan
bulan.
tujuan dan dapat membuat penetapan tujuan
dapat
tercapai.
bahwa
partisipan
langkah-langkah
dengan
Hal
teknik untuk
ini telah
penetapan
SMART
serta
3.2 Analisis Berdasar Ketercapaian
memanfaatkannya
meningkatkan
Tujuan Pertemuan Dalam Program
motivasi partisipan. Akan tetapi pada sesi keenam dan ketujuh, beberapa tujuan sesi
Pada
bagian
berdasar
kurang tercapai yaitu terkait dengan
ketercapaian tujuan dari setiap sesi dalam
mencari strategi perbaikan yang baru oleh
program, peneliti akan membandingkan
partisipan
hasil
Partisipan kesulitan untuk mengeluarkan
pertemuan
analisis
per
sesi
dengan
masih
ide
merupakan
keberhasilan
Nampaknya, partisipan memiliki strategi
tambahan dalam program penetapan tujuan
belajar yang masih terbatas dan belum
untuk meningkatkan motivasi. Pada bagian
bervariasi. Umpan balik yang didapat oleh
ini juga akan memaparkan mengenai
partisipan dari guru, teman dan orangtua
evaluasi jalannya program.
masih terlalu umum dan kurang spesifik
Secara umum, setiap pertemuan
sehingga
dengan
partisipan
hal
optimal.
ketercapaian tujuan dari setiap sesi yang indikator
terkait
kurang
kurang
tersebut.
mendapat
dalam program berjalan dengan lancar dan
manfaat dari umpan balik yang diberikan
sesuai dengan arahan dari modul yang
untuk meningkatkan prestasinya.
telah dirancang sebelumnya. Meskipun
Di akhir program, partisipan juga
demikian, waktu yang diperkirakan oleh
merasakan kebermanfaatan dari program
peneliti beberapa kurang sesuai dengan
ini. Ia menyebutkan beberapa hal yang
modul karena beberapa diskusi antara
berubah
partisipan
membutuhkan
bertahan di dalam kelas (tidak keluar-
probing lebih dalam dari peneliti, sesekali
masuk kelas), lebih bisa berkonsentrasi,
partisipan cukup aktif dan banyak bertanya
nilai meningkat walaupun sedikit, lebih
dan
peneliti
12
dalam
dirinya
yaitu
dapat
menyediakan waktu untuk belajar di
4.2
Saran
rumah, dan mengerjakan tugas (tidak ditumpuk lagi), lebih berusaha untuk
1. Pada penelitian selanjutnya perlu
memahami pelajaran.
dilakukan ulang
4.
pengecekan
terhadap
berulang-
data
kondisi
partisipan untuk lebih mengetahui
SIMPULAN DAN SARAN
secara signifikan apakah intervensi
4.1 Simpulan
berupa program penetapan tujuan Dapat
disimpulkan
bahwa
efektif untuk meningkatkan motivasi
pelaksanaan program intervensi penetapan
akademik. Misalnya dengan checklist
tujuan dan langkah-langkah pencapaiannya
observasi harian,
berhasil meningkatkan motivasi akademik
2. Dapat melibatkan kelompok teman
pada partisipan. Hal ini terlihat dari
sebaya dalam program penetapan
peningkatan
dan
tujuan pada penelitian berikutnya.
kesadaran untuk memilih aktivitas atau
Untuk melihat efektivitas peran atau
tugas yang berhubungan dengan akademik
dukungan
serta prestasi (nilai) yang diraih partisipan.
meningkatkan
Selain itu, berdasarkan ketercapaian tujuan
siswa,
usaha,
persistensi
per sesi dalam program dapat disimpulkan
teman
sebaya
motivasi
untuk
akademik
3. Untuk penelitian lanjutan, sebaiknya
pula bahwa :
menyertakan pelatihan keterampilan
o Partisipan mampu membuat atau
dalam memberikan umpan balik pada
merancang tujuan sesuai dengan
orangtua dan guru,
langkah-langkah penetapan tujuan
4. Penambahan waktu dalam penelitian
dan prinsip SMART,
lanjutan
o Partisipan melaksanakan langkahlangkah
pencapaiannya
penetapan
tujuan
yang
cukup
penting
untuk
memperlebar jarak antar sesi pada
dari
fase monitoring. Hal ini supaya siswa
telah
dapat lebih optimal dalam melatih
dirancang sebelumnya,
pemantauan mengenai kemajuan diri,
o Melalui program penetapan tujuan
5. Umpan balik secara spesifik dari
ini, motivasi partisipan dalam belajar
orang-orang disekitar seperti teman,
semakin
orangtua dan guru dapat membantu
meningkat
dan
pola
kebiasaan belajar mulai terbentuk.
siswa
memperbaiki
pencapaian tujuan, 13
strategi
6. Untuk mengubah persepsi akademik seorang dengan
siswa cara
dapat
dilakukan
mengingat
kembali
pengalaman sukses dan mengenali cara meraihnya, 7. Pemberian program penetapan tujuan sebaiknya disertai dengan melatih keterampilan lain seperti manajemen waktu dan hal yang terkait dengan keterampilan belajar, 8. Membuat pelatihan terkait dengan peningkatan strategi
keterampilan
belajar
berkelompok,
dengan
dengan
atau sistem
melibatkan
teman sebaya sebagai fasilitator, 9. Orangtua
perlu
membuat
kesepakatan dengan siswa mengenai aktivitas belajar di rumah yang meliputi pula konsekuensi yang akan diperoleh siswa.
14
Daftar Pustaka McCoach, D. B. & Siegle, D. (2001). Factors that differentiate underachieving gifted students from high achieving gifted students. OERI. Diambil dari http://www.giftes.uconn.edu/Siegle /Conferences/McCoachSiegleWall ace2002.pdf.
Baslanti, U. & McCoach, D.B. (2006). Factors related to the underachievement of university students in Turkey. The Roeper School Summer 2006, Vol.28, No.4, 210-216. Diambil dari www.proquest.com/pqdauto
McCoach, D.B. & Siegle, D. (2003). The school attitude assessment survey– revised: A new instrument to identify academically able students who underachieve. Educational and Psychological Measurement, Vol. 63 No. 3, June 2003 414-429. Sage Publications : journal on-line.
Brophy, J. (2004). Motivating students to learn. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Siegle, D. & McCoah, D.B. (2008). Understanding underachievement: Recent research on underachievement. Diambil dari www.aare.edu.au.
Papalia, D.E. , Olds, S.W., dan Feldman, R.D. (2001). Human Development 8th ed. United States of America: McGraw Hill.
Gallagher, G. (2005). Underachievementhow do we define, analyse, and address it in schools?: A view through the lens of the literature in gifted education. ACEpapers. March 2005 Issue 15. Diambil dari www.education.auckland.ac.nz.
Parsons, R.D., Hinson, S.L. & SardoBrown, D. (2001). Educational psychology : a practitionersresearcher model of teaching. USA : Wadsworth Thomson Learning.
Galloway, J & Sheridan, S.M. (1994, April 22). Implementing scientific practices through case studies : Examples using home-school interventions and consultation. Journal of School Psychology. Vol.32, No.4, 385-413. Society for the Study of School Psychology : http://digitalcommons.unl.edu/edps ychpapers/30
Peters,
R. (2000). Overcoming underachieving : a simple plan to boost your kids’ grades and end the homework hassles. New York : Broadway Books.
Pressley, M. & McCormick, C. B. (2007). Child and adolescent development for educators. New York : Guilford.
Leedy, P. D. & Ormrod, J. E. (2005). Practical research : Planning and design. 8th ed. New Jersey : Pearson Education.
Reis, S. M., & McCoach, D. B. (2000). The underachievement of gifted students: What do we know and where do we go? Gifted Child Quarterly, Vol.44, 152-170.
Martini, G. & Pear, J. (2003). Behavior modification : What it is and how to do it. 7th ed. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Robinson, L. (2006). Combating achievement barriers for adolescent 15
underachieving learners. Journal of Cognitive Affective Learning, Vol.2, No.2 (Spring 2006), 27-32. Diambil dari www.jcal.emory.edu.
Diunduh pada tanggal 8 April 2010. Woolfolk, A. E. (2004). Educational Psychology. Boston : Pearson Allyn & Bacon.
Russell, C. M. & Phelps, C. L. (2009). The effect of mastery-focused goal setting to internalize locus of control and increase academic achievement. Phi Delta Kappa International. Diambil dari http://www.pdkintl.org/member/do cs/R_Russell_Phelps_2009.pdf. Santrock, J.W. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja (edisi ke6). Jakarta : Erlangga. Santrock, J.W. (2008). Educational Psychology. 3rd Ed. New York : McGraw Hill. Schunk, D.H., Pintrich, P.R. & Meece, J.L. (2008). Motivational in Education : Theory, Research and Applications. 3rd Ed. New Jersey : Pearson Merrill Prentice Hall. Singgih, E. E & Sukadji, S. (2006). Sukses Belajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Panduan. Stipek, D. (2002). Motivation to Learn : Integrating Theory and Practice. 4th Ed. Boston : Allyn & Bacon. Ormrod, J. E. (2003). Educational psychology: Developing Learners. 3rd Ed. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Oxford Brookes University, Westminster Institute of Education. (2006). Underachievement: What do We Mean by Underachievement?. Diambil dari www.brookes.ac.uk/education/reso n/cpdgifted/docs/secondary/launch pads/4underachievement.pdf. 16