PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PERAK BANDENK (PEMERATAAN AKSES BROADBAND DENGAN GOLDEN FREQUENCY LTE NETWORK) BIDANG KEGIATAN: PKM-GAGASAN TERTULIS
Diusulkan Oleh: Ketua : Erna Temmerman Simanihuruk 14101088 Anggota:1. Dwi Nissa Vacum Margini 14101087 2. Maya Zulfida 14101100 3. Meliana Putri Permatasari 14101101 4.Yaqub Maulana 13101038
Angkatan 2014 Angkatan 2014 Angkatan 2014 Angkatan 2014 Angkatan 2013
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2016
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah mencurahkan kemudahan dan rahmat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan proposal Program Kreatifitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini dengan lancar .Tulisan ini disusun sebagai usulan Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) tahun 2016 yang berjudul “PERAK BANDENK (PEMERATAAN AKSES BROADBAND DENGAN GOLDEN FREQUENCY LTE NETWORK)”. Selesainya penulisan PKM-GT ini adalah berkat dukungan dari semua pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada: 1. Allah SWT yang memberikan kesempatan untuk penulisan karya ini 2. Bapak Alfin Hikmaturokhman,ST.,MT. selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan kepada penulis. 3. Orang tua dan teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini . Besar harapan penulis agar usulan Pemerataan Akses Broadband dengan Golden Frequency LTE Network ini dapat di terapkan di Indonesia. Sehingga dapat memberi manfaat bagi masyarakat dengan menggunakan perkembangan teknologi saat ini.
Purwokerto, 22 April 2016
Penulis
iii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... v RINGKASAN ................................................................................................ vi BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................. 2 C. Manfaat ............................................................................................... 2 BAB II GAGASAN ........................................................................................ 3 A. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan .................................................. 3 B. Solusi yang Pernah Ditawarkan .......................................................... 3 C. Gagasan Baru yang Ditawarkan.......................................................... 4 D. Pihak-pihak yang Dapat Mengimplementasikan ................................ 6 E. Langkah-langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan ... 7 BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 8 A. Inti Gagasan ......................................................................................... 8 B. Teknik Implementasi Gagasan ............................................................. 9 C. Prediksi Keberhasilan Gagasan ............................................................ 9 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 10 LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Daftar Penggunaan Chanel TV di Tegal, Jawa Tengah ...................... 3 Tabel 3.2 Solusi Perubahan Chanel TV di Tegal, Jawa Tengah ......................... 4
v
RINGKASAN Perkembangan internet di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang sangat pesat khususnya pada penetrasi internet. Hal itu dibuktikan oleh banyaknya pengguna media sosial global yang mayoritas penggunanya berasal dari Indonesia. Seperti media sosial Facebook, Indonesia berada di peringkat ke-4 dari jumlah pengguna seluruh dunia. Di media sosial Instagram, Indonesia berada pada posisi jumlah pengguna pertama di wilayah Asia. Hal itu juga diimbangi oleh peningkatan kecepatan internet yang ada. Di Indonesia sendiri kecepatan koneksi internet mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 2016 sendiri rata-rata kecepatan koneksi di Indonesia mencapai 109 persen atau lebih dari dua kali lipat dibanding kuartal tahun lalu, menjadi 3,9 Mbps. Salah satu penyebab dari naiknya rata-rata kecepatan koneksi ini ada kaitannya dengan penggelaran jaringan internet berkecapatan tinggi 4G LTE pada tahun 2014. Dalam pemasangan atau penggelaran 4G LTE ini masih mengalami kendala seperti peyebaran jaringan tersebut yang kurang merata khususnya daerah-daerah pedesaan di Indonesia dan juga golden frequency yang berpotensi baik untuk 4G LTE seperti 700 MHz masih digunakan untuk TV analog, walaupun masih ada frekuensi 1800 MHz namun frekunsi 700 MHz memiliki coverage band lebih luas. Pembuatan regulasi tentang penyelenggaraan jaringan 4G LTE oleh pemerintah memiliki peran yang sangat membantu dalam pemasangan jaringan 4G LTE tanpa harus menyingkirkan program TV analog dengan membuat atau mengusulkan spectrum frekuensi yang tepat untuk penggunaan TV analog. Sehingga golden frequency yaitu 700 MHz dapat digunakan untuk jaringan 4G LTE dan dengan frekuensi tersebut dapat dilakukan pemerataan jaringan hingga ke pelosok negeri.
vi
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan internet pada era masyarakat ASEAN intenet diperlukan agar akses informasi dapat mudah didapatkan oleh semua lapisan masyarakat, namun teryata di kondisi geografis indonesia yang luas saat ini ternyata menyulitkan akses internet dan teknologi seluler. Pada saat ini internet merupakan salah satu kebutuhan yang termasuk penting bagi sebagian masyarakat. 4G LTE dengan segala kelebihannya dapat menjanjikan komunikasi data bergerak super cepat. Namun demikian, penerapannya di Indonesia masih terhambat pada dua hal. Pertama, keterbatasan spectrum frekuensi yang tersedia. Kedua, enggannya operator merilis jaringan 4G LTE di area sub urban dan rural. Dengan demikian, pergelaran LTE pada saat ini masih dilakukan sebatas di kota – kota besar saja di Indonesia. Jaringan LTE pada saat ini menggunakan lebar pita sebesar 10 MHz di frekuensi 1800 MHz dan juga terbagi untuk jaringan 2G. Penyelenggaraan LTE di frekuensi tersebut diketahui kurang maksimal untuk daerah sub urban dan rural. Diketahui, frekuensi 1800 MHz memiliki jangkauan yang lebih sempit dibandingkan frekuensi yang lebih rendah, sehingga 1800 MHz untuk LTE hanya cocok untuk daerah perkotaan, dikarenakan jangkauan yang sempit cocok hanya untuk daerah padat penduduk agar kapasitas yang ditampung tidak banyak. Terdapat beberapa spectrum frekuensi yang sudah memiliki ekosistem yang matang untuk penggelaran jaringan LTE, antara lain 700 MHz, 850 MHz, 1800 MHz, 2300 MHz, dan 2600 MHz. Perlu diketahui, karakteristik dari spectrum frekuensi yaitu semakin rendah spectrum frekuensi akan berpengaruh terhadap makin luasnya jangkauan menara pemancar atau Base Transceiver Station (BTS). Oleh karena itu spectrum frekuensi 700 MHz sangat layak dipertimbangkan untuk digunakan pada penggelaran LTE di wilayah Indonesia yang luas. Seperti yang tertulis pada detikinet pada Minggu, 17 April 2016, menyatakan bahwa spektrum frekuensi di 700 MHz telah lama dianggap sebagai frekuensi emas oleh operator untuk menggelar 4G LTE selain 1.800 MHz. Alasannya, karena spektrum ini memiliki coverage band lebih luas. Namun disamping hal tersebut, implementasi jaringan LTE dengan spectrum frekuensi 700 MHz bukannya tanpa masalah. Diketahui, spectrum frekuensi 700MHz saat ini digunakan oleh TV analog sehingga tidak dapat digunakan untuk penggelaran jaringan LTE. Dimana para pengusaha televisi diyakini tidak akan rela untuk melepas frekuensi tersebut untuk kemudian hijrah ke layanan TV digital.
2
Solusi untuk mengosongkan frekuensi ini dari TV analog juga tak kunjung jelas, seiring pembatalan Peraturan Menteri mengenai TV digital dibatalkan oleh Mahkamah Agung, saat ini belum ada kejelasan mengenai migrasi TV analog tersebut. Sebagai frekuensi yang dapat digunakan untuk LTE, rentang frekuensi yang dapat digunakan adalah dari 694 MHz sampai 806 MHz sehingga rentang spektrum tersebut sebesar 112 MHz. Dikarenakan lebar pita yang cukup lebar dan memiliki karakteristik jangkauan yang luas, spectrum frekuensi 700 MHz sering disebut sebagai operator sebagai ‘frekuensi emas’. Oleh karena itu penulis akan memberikan gagasan agar spectrum frekuensi ‘emas’ tersebut dapat digunakan untuk jaringan LTE tanpa mematikan teknologi TV analog yang saat ini proses migrasinya masih belum ada kejelasan. B. Tujuan Dalam penulisan PKM-GT ini ada beberapa tujuan yang akan dicapai, diantaranya adalah: 1. Mampu melakukan pemerataan akses internet dengan golden frequency LTE network. 2. Memberikan akses internet handal di seluruh wilayah Indonesia khususnya masyarakat pedesaan. 3. Mampu membuat regulasi tentang penyelenggaraan TV analog pada daerah sub urban dan rural. 4. Menggerakkan roda perekonomian masyarakat pedesaan dengan akses teknologi internet yang cepat. C. Manfaat Dalam penulisan PKM-GT ini ada beberapa manfaat yang akan dicapai, diantaranya adalah: 1. Menjangkau internet berkecepatan tinggi dengan efisiensi pembangunan Base Transceiver Station (BTS). 2. Menciptakan akses internet handal yang dapat dinikmati oleh masyarakat pedesaan. 3. Ditemukannya aturan atau regulasi yang pasti dalam penyelenggaraan LTE spektrum frekuensi 700 MHz. 4. Mengetahui pentingnya akses internet yang cepat dalam menunjang roda perekonomian masyarakat pedesaan.
3
BAB II GAGASAN A. Kondisi Kekiniaan Pencetus Gagasan Saat ini jangkauan LTE hanya fokus pada daerah perkotaan (urban) dan mengabaikan daerah pedesaan (sub urban atau rural). Persebaran frekuensi TV analog. Frekuensi 700 MHz juga digunakan di negara-negara maju seperti : Denmark, France, Germany, Netherlands, Russia, Sweden, United Kingdom, Canada, bolivia, Guam, Northern Marianna Islands, Puerto Rico, Turks, Caicos Islands, Kiribati, Antigua & Barbuda, Bahamas, Cayman Islands, Dominica, Panama, Japan, Taiwan, Australia, New Zealand, Papua New Guinea, USA yang mengadopsi spektrum 700 MHz dapat disimpulkan maka perangkat yang tersedia di dunia yang mendukung per frekuensi tersebut cukup banyak sehingga dapat disimpulkan ekosistem spektrum frekuensi LTE 700 MHz dapat dikatakan ekosistem yang matang. Di karenakan ketersediaan perangkat yang banyak dan diadopsi oleh negara mayoritas penggelar teknologi LTE maka untuk teknologi yang digunakan sudah cukup berkembang dan memiliki biaya yang murah sehingga biaya tersebut dapat dijangkau oleh masyarakat pedesaan yang akan dihubungkan dengan akses teknologi LTE. Tabel 3.1 Daftar Penggunaan Chanel TV di Tegal, Jawa Tengah Chanel Stasiun TV 22 UHF NET TV 24 UHF RAJAWALI TV 25 UHF TVRI 26 UHF KOMPAS TV 41 UHF TRANS 7 46 UHF GLOBAL TV 48 UHF TRANS TV 49 UHF TV ONE 51 UHF INDOSIAR 55 UHF SCTV 57 UHF BATIK TV 59 UHF RCTI 61 UHF MNC TV B. Solusi yang Pernah Ditawarkan Pada saat ini, di Indonesia frekuensi 700 MHz masih digunakan untuk siaran TV analog. Dengan demikian pemerintah melakukan program digitalisasi TV, yang nantinya akan menghapus TV analog dimana program tersebut mulanya ditargetkan akan terselesaikan paling cepat pada akhir
4
tahun 2017. Akan tetapi, rencana tersebut belum dapat terwujud. Karena, Mahkamah Agung pada tahun lalu tidak memberikan perizinan pada Peraturan Menteri Kominfo No.22/2011 mengenai TV digital. Namun disamping hal tersebut beberapa hal yang sangat penting untuk dilakukan seperti menyusun regulasi tentang penyelenggaraaan jaringan 4G LTE serta menimbang alokasi spektrum frekuensi yang paling baik untuk menyelenggarakan jaringan nirkabel pada generasi ke-4 tersebut. Tabel 3.2 Solusi Perubahan Chanel TV di Tegal, Jawa Tengah Chanel Stasiun TV 22 UHF NET TV 24 UHF RAJAWALI TV 25 UHF TVRI 26 UHF KOMPAS TV 28 UHF TRANS 7 30 UHF GLOBAL TV 32 UHF TRANS TV 34 UHF TV ONE 36 UHF INDOSIAR 38 UHF SCTV 40 UHF BATIK TV 42 UHF RCTI 44 UHF MNC TV C. Gagasan Baru yang Ditawarkan Menyediakan subsidi perangkat LTE untuk UMKM di Indonesia, dimana pensubsidian perangkat LTE ini berfungsi untuk membantu UMKM dalam menjalankan kegiatan yang menyangkut kelangsungan ekonomi serta kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Sehingga masyarakat Indonesia dapat mencapai tujuan UUD pada alinea keempat yang memiliki makna memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan masyarakat Indonesia. Berdasarkan fakta dan solusi yang pernah ditawarkan terdapat lebar pita LTE seperti 1,4 MHz, 3 MHz, 5 MHz, 10 MHz, 15 MHz, 20 MHz. Maka frekuensi sebesar 2 x 8 MHz = 16 MHz dimana frekuensi 16 MHz Guard Band Frequency yang berfungsi untuk memberi jarak frekuensi TV analog yang berdekatan dengan frekuensi LTE. Dengan dimigrasikannya TV analog maka tidak perlu dikhawatirkan masalah interferensi antara TV analog dan jaringan LTE. Pemerataan akses jaringan LTE di daerah pedesaan dan pelosok Indonesia. Dalam penggunaan spectrum frekuensi LTE cukup 30 MHz. Maksimal spectrum frekuensi LTE cukup 20 MHz sehingga spectrum frekuensi LTE yang dipakai cukup pada frekuensi TV dari 703 MHz hingga
5
723 MHz dan untuk frekuensi uplink dengan rentang 768 MHz - 788 MHz dan 713 MHz - 733 MHz untuk frekuensi downlink sehingga hal yang perlu dilakukan yaitu menyingkirkan daftar TV analog direntang frekuensi tersebut untuk di daerah sub urban dan rural. Membuat peraturan atau hal yang dapat menjanjikan para pengusaha TV analog agar dapat mengosongkan frekuensi tersebut serta mereka dapat beralih pada TV digital. Hal tersebut dapat dilaksanakan seperti memuat kembali peraturan Mentri KOMINFO No.22/2011 tentang penyelenggaraan TV digital. Berikut perhitungan untuk mendapatkan jangkauan frekuensi di wilayah urban (perkotaan) dengan tinggi BTS 75 meter. 𝑎(ℎ𝑟𝑒) = (1.1 𝑙𝑜𝑔 𝑓𝑐 – 0.7)ℎ𝑟𝑒 – (1.56 𝑙𝑜𝑔 𝑓𝑐 – 0.8) 𝑑𝐵 = (1.1 𝑙𝑜𝑔 700 – 0.7) 2 – (1.56 𝑙𝑜𝑔 700 – 0.8) = (1.1 𝑥 2.84 – 0.7) 2 – (1.56 𝑥 2.84 – 0.8) = (3.129 – 0.7) 2 – (4.43 – 0.8) = 4.85 – 3.63 = 1.228 𝐿𝑢𝑟𝑏𝑎𝑛 = 69.55 + 26.16 log 𝑓𝑐 – 13.82 log ℎ𝑡𝑒 – 𝑎(ℎ𝑟𝑒) + (44.9 – 6.55 log ℎ𝑡𝑒) log 𝑑 110 = 69.55 + 26.16 𝑙𝑜𝑔 700 – 13.82 𝑙𝑜𝑔 75 – 1.23 + (44.9 – 6.55 𝑙𝑜𝑔 75) 𝑙𝑜𝑔 𝑑 110 = 69.55 + 74.43 – 25.91 – 1.23 + (44.9 – 12.28) 𝑙𝑜𝑔 𝑑 110 = 116.84 + 32.62 𝑙𝑜𝑔 𝑑 32.62 𝑙𝑜𝑔 𝑑 = 110 – 116.84 32.62 𝑙𝑜𝑔 𝑑 = −6.84 𝑙𝑜𝑔 𝑑 =
−6.84 32.62
= −0.209 𝑑 = 0.617 𝑘𝑚 = 617 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑓𝑐 2 𝐿𝑠𝑢𝑏 𝑢𝑟𝑏𝑎𝑛 = 𝐿𝑢𝑟𝑏𝑎𝑛 − 2 [log ( )] − 5.4 28
6
110 = 69.55 + 26.16 𝑙𝑜𝑔 𝑓𝑐 – 13.82 𝑙𝑜𝑔 ℎ𝑡𝑒 – 𝑎(ℎ𝑟𝑒) + (44.9 – 6.55 𝑙𝑜𝑔 ℎ𝑟𝑒) 110 = 69.55 + 26.16 𝑙𝑜𝑔 𝑓𝑐 − 13.82 𝑙𝑜𝑔 ℎ𝑡𝑒 − 𝑎(ℎ𝑟𝑒) + (44.9 − 6.55 𝑙𝑜𝑔 ℎ𝑟𝑒) 𝑙𝑜𝑔 𝑑 − 2 [𝑙𝑜𝑔 (
700
2
)] − 5.4 28
110 = 69.55 + 74.73 – 25.91 – 1.23 + (44.9 – 12.28) 𝑙𝑜𝑔 𝑑 – 2[𝑙𝑜𝑔 (
700 28
)]2 − 5.4
110 = 116.84 + 32.62 𝑙𝑜𝑔 𝑑 − 2[1.397]2 − 5.4 110 = 116.84 + 32.62 𝑙𝑜𝑔 𝑑 – 2 𝑥 1.951 – 5.4 110 = 116.84 + 32.62 𝑙𝑜𝑔 𝑑 – 3.902 – 5.4 110 = 107.538 + 32.62 𝑙𝑜𝑔 𝑑 𝑙𝑜𝑔 𝑑 = =
110 − 107.538 32.62 2.462 32.62
𝑙𝑜𝑔 𝑑 = 0.0754 𝑑 = 1.189 𝑘𝑚 = 1189 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 D. Pihak-Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan Jaringan 4G LTE pada umumnya merupakan dambaan para masyarakat demi tercapainya akses internet handal. Oleh karena itu pihak pertama yang dapat mengimplementasikan gagasan ini adalah para operator/perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi, vendor (penyedia perangkat telekomunikasi) serta pelaksana instalasi jaringan telekomunikasi (kontraktor). Dengan memadainya insinyur-insinyur di perusahaan telekomunikasi atau operator tersebut tentu hal ini menjadikan perusahaan telekomunikasi atau operator menjadi sebagai salah satu pemegang kunci untuk kesuksesan pemerataan akses broadband yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas khususnya masyarakat pedesaan. Pihak kedua adalah pemerintah selaku pembuat kebijakan serta regulasi dalam membantu masyarakat Indonesia. Pemerintah harus membuat regulasi supaya penataan TV analog dapat dilakukan di awal spectrum (479 MHz – 695 MHz). Pihak ketiga adalah para mahasiswa dan perguruan tinggi selaku badan keilmuan yang dapat memberikan masukan dalam pembuatan gagasan ini.
7
E. Langkah-Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan Langkah strategis untuk mengimplementasikan teknologi tersebut adalah dengan membuat regulasi baru tentang penyelenggaraan teknologi TV analog di daerah sub urban dan rural, dimana daerah tersebut jarak antar frekuensi TV analog cukup berjauhan maka seharusnya jarak antar frekuensi tersebut cukup hanya 1 kanal yaitu 8 MHz sehingga misal channel 21, 22 UHF. Maka channel selanjutnya 24, 26, 28, 30, 32, 34, 36 dan channel berikutnya dengan penyusunan frekuensi dapat dipadatkan diawal channel saja sehingga pada frekuensi 695 MHz keatas dapat dikosongkan untuk akses teknologi 4G LTE.
8
BAB III KESIMPULAN A. Inti Gagasan Dalam menentukan berapa banyak Base Transceiver Station (BTS) para disaigner menggunakan model-model propagasi untuk menentukan berapa banyak BTS yang diperlukan untuk memenuhi cakupan suatu jaringan. Model-model propagasi membantu menentukan di mana BTSBTS harus diletakkan untuk memperoleh posisi yang optimal dalam jaringan. Performansi jaringan dipengaruhi oleh model propagasi yang dipilih, karena model tersebut digunakan untuk prediksi interferensi. Model Propagasi digunakan untuk menghitung jangkauan loss pada suatu permukaaan. Pada saat ini perencanaan berdasarkan cakupannya diperlukan pemodelan kanal propagasi diantaranya yang pertama Model Propagasi Okumura-Hatta. Model propagasi Okumura-Hatta merupakan pemodelan untuk luar ruangan (outdoor) dan digunakan pada frekuensi 150 MHz sampai dengan frekuensi 1500 MHz. Model propagasi Okumura-Hatta lebih tepat diaplikasikan untuk perencanaan jaringan LTE pada frekuensi 700 MHz. Adapun persamaannya adalah sebagai berikut: Lp = 69,55 + 26,16 log f – 13,82 log hB – a (hre) + [44,9 – 6,55 loghB] logd Keterangan: -f : frekuensi dari 150 MHz sampai 1500 MHz - hB : tinggi efektif dari eNodeB dengan kisaran 30 m sampai 200 m - hre : tinggi efektif antena UE dari 1 m hingga 10 m -d : jarak antara eNodeB dengan UE (km) - a (hre): merupakan faktor koreksi untuk tinggi efektif antena UE. Pemodelan kanal propagasi yang kedua ialah Model Propagasi Cost 231, model propagasi ini adalah pengembangan dari perumusan rugi-rugi dari lintasan Hatta, yang memiliki frekuensi hingga 2 GHz. Adapun persamaan untuk model propagasi Cost 231adalah sebagai berikut: Lp = 46,3 + 33,9 (log f) + 13,82 loghB – a(hRe) + (44,9 – 6,55 loghB) logd + Cm Keterangan : CM
: 0 dB untuk ukuran medium kota dan daerah sub urban
CM
: 3 dB untuk daerah pusat kota (metropolitan)
9
B. Teknik Implementasi Gagasan pemerataan akses broadband dengan golden frequency LTE network ini dapat dimplementasikan melalui kolaborasi dari badan regulasi, operator dan pemerintah yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) untuk mempercepat pelaksanaan pemerataan akses broadband. Selanjutnya pihak-pihak yang terkait dapat berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi yang bergerak di dunia telekomunikasi dan melibatkan mahasiswa sebagai pemberi solusi dalam mengatasi masalah yang harus diperhitungkan secara jelas seperti pemodelan kanal propagasi yang akan digunakan dalam pemerataan akses broadband. C. Prediksi Keberhasilan Gagasan Dengan adanya pemerataan akses broadband pada dasarnya menguntungkan semua pihak. Pihak pemerintah dapat terbantu mewujudkan program pencapaian kesejahteraan masyarakat Indonesia terutama masyarakat pedesaan. Pemerataan akses broadband dengan golden frequency LTE network ini dapat terwujud jika 100% didukung serta dipatuhinya regulasi oleh stakeholder. Dari hasil perhitungan propagation loss yang telah dihitung menunjukkan alokasi 700 MHz memberikan propagation loss lebih kecil dibandingkan frekuensi 2,1 dan 2,6 GHz, sehingga frekuensi 700 MHz memiliki jangkauan paling luas dibandingkan dengan frekuensi lainnya yaitu 2,907 Km2.
10
DAFTAR PUSTAKA [1] A. Suryadhi, 17 April 2016. [Online]. Available: http://inet.detik.com/read/2016/04/17/145258/3189869/328/frekuensi-emas700-mhz-merdeka-untuk-4g-di-2018. [Diakses 21 April 2016]. [2] Annonymous, 14 Maret 2016. [Online]. Available: http://www.spectrummonitoring.com/frequencies/. [Diakses 21 April 2016]. [3] D. Aryanta, “Analisis Pengalokasian Frekuensi Teknologi Long Term Evolution (LTE) di Indonesia,” Jurnal Informatika, vol. 3, no. Propagation, p. 57, 2012. [4] Hikmaturokhman, Alfin,dkk. 2014. 4G Handbook Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta Selatan: nulisbuku. [5] KOMINFO, 10 Desember 2013. [Online]. Available: https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3641/Frekuensi+Rendah+Dis ebut+Lebih+Baik+untuk+4G+LTE/0/sorotan_media. [Diakses 21 April 2016].
Susunan Organisasi Penyusun dan Pembagian Tugas
Nama/ NIM
Program Studi
Bidang Ilmu
Alokasi Waktu (jam/minggu)
No
Uraian Tugas
1
Erna Temmerman Simanihuruk/ 14101088
S1 Teknik Telekomunikasi
Teknik Telekomunikasi
15
Koordinasi Antar Anggota Meyususun Proposal
2
Dwi Nissa Vacum Margini/ 14101087
S1 Teknik Telekomunikasi
Teknik Telekomunikasi
15
-Menyusun Proposal
3
Maya Zulfida/ 14101100
S1 Teknik Telekomunikasi
Teknik Telekomunikasi
15
-Menyusun Proposal
4
MelianaPutri Permatasari/ 14101101
S1 Teknik Telekomunikasi
Teknik Telekomunikasi
15
-Meyususn Proposal
5
Yaqub Maulana/ 13101038
S1 Teknik Telekomunikasi
Teknik Telekomunikasi
15
-Meyususn Proposal