PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA FORMULASI TABLET SHAMPOO ANTI KETOMBE
BIDANG KEGIATAN: PKM-P Diusulkan oleh: Dianna Cucu Haryono
10707070
Eveline Kirana Oey
10707004
Kosasih Lorencia
10707062
Gilang Putri Suryani
10708070
Rafika Kultsum Fadillah
10708061
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2010
1. 2. 3. 4.
5. 6.
7.
8.
Judul Kegiatan : FORMULASI TABLET SHAMPOO ANTI KETOMBE Bidang Kegiatan : PKM-P Bidang Ilmu : Kesehatan Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Dianna Cucu Haryono b. NIM : 10707070 c. Jurusan : Sains dan Teknologi Farmasi d. Universitas/ Institut/ Politeknik : Institut Teknologi Bandung e. Alamat Rumah : Jl. Dipatiukur no. 18, Bandung f. No.HP : 081323558888 g. Alamat email :
[email protected] Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 4 orang Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Saleh Wikarsa, M.Si., DEA. b. NIP : 132164564 c. Alamat Rumah : Nusa Hijau Permai, Blok R3D Jl. Citeureup – Cimahi, Bandung d. No. telp : (022) 2504852 e. Alamat email :
[email protected] Biaya Kegiatan Total: a. Dikti : Rp4,692,500.00 b. Sumber lain :Jangka Waktu Pelaksanaan : 3 bulan
Menyetujui Wakil Dekan Bidang Akademik
___________, _____________ Ketua Pelaksana Kegiatan
( Dr. Sukrasno ) NIP. 19580910 198503-1-004
(Dianna Cucu Haryono) NIM. 10707070
Kepala ITB,
Dosen Pendamping,
Lembaga
Kemahasiswaan
( Brian Yuliarto, Ph.D. NIP.197507272006041005
)
(Dr. Saleh Wikarsa, M.Si., DEA.) NIP.132164564
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................... i Halaman Pengesahan ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 2 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 1.4 Luaran yang Diharapkan ........................................................... 3 1.5 Kegunaan...................................................................................... 3 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 4 2.1 Shampoo ....................................................................................... 4 2.2 Ketombe........................................................................................ 4 2.3 Tablet ............................................................................................ 5 2.4 Ketoconazole ................................................................................ 6 BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 7 3.1 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................... 7 3.1.1 Alat ....................................................................................... 7 3.1.2 Bahan ................................................................................... 7 3.2.Tahapan Penelitian...................................................................... 7 3.2.1 Pembuatan Tablet ............................................................. 8 3.2.2 Evaluasi Tablet ................................................................ 10 3.2.3 Penetapan Kadar Ketoconazole ...................................... 10 3.2.4 Evaluasi Shampoo ............................................................ 10 3.2.5 Pengujian Aktivitas Anti Ketombe ................................. 11 3.3 Waktu Penelitian……………………………………………….12 RANCANGAN ANGGARAN PENELITIAN ............................................ 13 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... v LAMPIRAN .................................................................................................... vi iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel Usulan Formulasi ................................................................. 8 Tabel 2. Tabel Perhitungan Komposisi Zat……….……………………….9 Tabel 3. Tabel Jadwal Kegiatan Program ……………………………….12 Tabel 4. Tabel Rancangan Anggaran Biaya ……………….…………….13
iv
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dalam dunia kerja ataupun aktivitas sehari-hari, salah satu hal yang penting adalah penampilan. Rambut yang merupakan salah satu penunjang penampilan akan menjadi nilai tambah bagi penampilan seseorang apabila kondisinya sehat terawat. Faktor-faktor seperi kebersihan yang kurang terjaga, kondisi lingkungan yang kurang cocok, perawatan rambut yang tidak tepat, dan pengaruh psikologis dapat memicu timbulnya masalah rambut, antara lain ketombe. Rambut berketombe dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
karena
menimbulkan gatal
serta
menurunkan
kepercayaan diri akibat ketombe yang mengotori pakaian dan menurunkan nilai penampilan. Ketombe merupakan salah satu masalah rambut yang utama saat ini. Sebagian besar produk antiketombe berada dalam bentuk shampoo cair. Shampoo dalam bentuk cair memiliki beberapa kekurangan antara lain kemasannya yang berupa botol plastik dan sachet memerlukan biaya yang mahal dan juga tidak ramah lingkungan. Bentuk sediaan ini juga memakan tempat, tidak praktis dan mudah tumpah jika dibawa bepergian. Jika dibuat dalam bentuk tablet, diharapkan pengemasannya yang menggunakan blister dapat lebih hemat, ramah lingkungan, serta lebih praktis dibawa. Penggunaan shampoo dalam bentuk cair juga memungkinkan shampoo tersebut terbuang jika kekentalan shampoo rendah dan jika tidak hati-hati dalam menuang. Selain itu, ketika menggunakan shampoo dalam bentuk cair, jumlah yang digunakan tidak seragam dari satu pemakaian ke pemakaian berikutnya. Hal ini mungkin dapat mempengaruhi efektivitas antiketombe yang terjadi. Jika dibuat dalam bentuk tablet, kandungan zat aktif dalam satu tablet dengan tablet lainnya akan sama sehingga diharapkan dapat memaksimalkan efektivitas antiketombe dalam penggunaan.
2
Shampoo cair memiliki banyak sekali faktor yang mempengaruhi kestabilannya. Kandungan airnya yang cukup tinggi merupakan media yang baik
untuk
pertumbuhan
mikroorganisme
yang
seringkali
dapat
mengganggu kestabilan sediaan. Umumnya untuk mengatasi masalah mikroorganisme, di dalam shampoo ditambahkan pengawet yang dapat mengakibatkan efek samping mengiritasi pengguna. Jika shampoo dibuat dalam bentuk tablet, tidak diperlukan penggunaan pengawet karena kadar air dalam tablet sangat minim serta kestabilannya akan lebih baik. Oleh karena itulah, perlu dikembangkan shampoo antiketombe dalam bentuk tablet untuk penggunaan eksternal. Penggunaannya praktis karena tinggal dibasahi ketika akan digunakan. Tablet ini mudah terdisintegrasi ketika terkena air dan dapat segera digunakan seperti shampoo cair. Selain itu, tablet shampoo antiketombe ini pengemasannya akan lebih ramah lingkungan dan lebih murah sehingga diharapkan harga jualnya terjangkau oleh semua kalangan, lebih praktis dibawa ke mana-mana, hemat tempat penyimpanan, tidak tumpah, lebih stabil, lebih seragam dosis zat aktifnya sehingga diharapkan efektivitas antiketombe lebih maksimal, dan tidak membutuhkan pengawet sehingga iritasi akibat bahan pengawet pun tidak terjadi.
1.2
Perumusan Masalah Masalah yang dihadapi oleh masyarakat dewasa ini adalah masalah rambut yaitu ketombe. Produk shampoo antiketombe yang beredar saat ini berada dalam wujud cair di mana memiliki kelemahan dari mahalnya biaya pengemasan, banyaknya faktor yang mempengaruhi ketidakstabilan sediaan, plastik kemasan kurang ramah lingkungan, ketidakpraktisan jika dibawa berpergian, adanya kemungkinan tumpah, tidak seragamnya dosis zat aktif antarpemakaian, dan adanya komponen pengawet yang berpotensi mengiritasi. Oleh karena itulah, dikembangkan tablet shampoo antiketombe sebagai solusi permasalahan yang ada dalam shampoo antiketombe cair.
3
Hipotesis yang dibuat adalah tablet shampoo antiketombe ini lebih murah biaya pengemasannya, lebih stabil, lebih praktis dibawa berpergian, lebih maksimal efektivitas antiketombenya, dan menimbulkan iritasi yang lebih rendah. Hipotesis ini akan dibuktikan dengan serangkaian uji farmaseutika, uji mikrobiologi, dan uji iritasi. Tablet shampoo antiketombe ini berpeluang untuk diproduksi secara komersial sebagai salah satu alternatif produk perawatan rambut karena dengan biaya pengemasan yang lebih murah, diharapkan harga jual di masyarakat juga dapat lebih rendah tanpa mengurangi efektivitas antiketombe dan kepraktisannya. Dengan demikian, masyarakat dari semua golongan dapat menggunakan produk ini secara teratur dan lebih sadar dalam menjaga kebersihan diri dan menjaga penampilan.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari Usulan PKMP ini adalah menghasilkan produk perawatan rambut baru yaitu tablet shampoo antiketombe yang lebih murah, praktis, efektif, dan minim iritasi.
1.4
Luaran yang Diharapkan Usulan PKMP ini diharapkan dapat menghasilkan prosedur standar penyiapan dan pembuatan tablet shampoo antiketombe yang dapat diaplikasikan dalam dunia produksi sehingga dihasilkan produk antiketombe yang lebih murah, praktis, efektif, dan minim iritasi.
1.5
Kegunaan Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah dihasilkannya tablet shampoo antiketombe yang lebih murah, praktis, efektif, dan minim iritasi. Dengan pemilihan bahan dan metode yang mempertimbangkan faktor ekonomi dalam pembuatannya, diharapkan tablet shampoo antiketombe ini dapat terjangkau oleh semua kalangan masyarakat.
4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Shampoo Batang rambut dilapisi dengan sebum yang merupakan hasil sekresi alamiah kelenjar sebaseus dengan fungsi untuk melumasi rambut serta mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen. Namun ketika sebum yang dihasilkan berlebih jumlahnya, rambut menjadi lengket serta berminyak dan kotoran pun menempel di lapisan minyak yang ada. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan penggunaan detergen.
Shampoo merupakan sediaan pembersih rambut
dengan
kandungan detergen di dalamnya dan berfungsi mencuci rambut, menghilangkan lemak, debu dan sel tanduk. Shampoo membersihkan rambut dengan mekanisme menurunkan tegangan permukaan antara pengotor dan keratin rambut. Deflokulasi partikel atau minyak pengotor terjadi dan digantikan dengan larutan detergen. Partikel pengotor tetap terdispersi dalam larutan detergen hingga rambut dibilas. Shampoo yang baik memiliki kriteria berikut yaitu mampu membersihkan sebum dan pengotor padat, berbusa (dalam air sadah sekalipun), mudah dibilas oleh air, tidak mengiritasi kulit kepala, dan tidak membahayakan mata.
2.2
Ketombe Ketombe merupakan gangguan yang ditandai oleh adanya skuama yang berlebihan pada kulit kepala yang menunjukkan proses deskuamasi fisiologis yang lebih aktif tanpa ditandai tanda-tanda inflamasi. Pada umumnya ketombe dianggap sebagai permulaan atau bentuk paling ringan dari dermatitis seboroik yang mengenai kulit kepala. Faktor resiko dalam timbulnya ketombe yaitu hiperproliferasi sel epidermis (perlepasan sel keratin dalam waktu yang lebih cepat), jamur Pityrosporum ovale (mikroflora normal kulit kepala yang dalam keadaan tertentu menginduksi
5
inflamasi dan deskuamasi), status sebore (meningkatnya usia serta hormon dapat mempengaruhi kelenjar sebasea), genetik, diet lemak berlebihan, variasi musim, stres psikis (yang diduga menyebabkan peningkatan aktivitas kelenjar sebasea) serta iritasi mekanis dan kimiawi (perlakuan pada rambut berupa garukan, penyisikan, penyasakan, dan pemakaian kosmetika rambut dapat mengakibatkan iritasi). Gambaran klinis ketombe berupa skuama kering, halus, berwarna putih keabu-abuan tanpa tanda-tanda inflamasi, yang dimulai sebagai bercak-bercak kecil yang kemudian meluas dengan cepat ke seluruh permukaan kepala berambut, sehingga kulit kepala penuh dengan skuama seperti bubuk halus yang dapat terlepas dari permukaan kulit dan bertebaran diantara batang rambut atauh jatuh pada kerah baju atau bahu penderita. Penyakit ini asimtomatik, tetapi sering disertai rasa gatal dan kerontokan rambut. Jika deskuamasi kulit kepala berkaitan dengan keadaan sebore sehingga skuama membentuk gumpalan-gumpalan yang melekat pada rambut dan kulit kepala, maka keadaan ini dikenal sebagai pitiriasis steatoides.
2.3
Tablet Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Tablet dapat dibuat dalam berbagai ukuran, bentuk, dan penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Pada umumnya tablet kempa mengandung zat aktif dan bahan pengisi, pengikat, disintegran, glidan dan lubrikan serta dapat juga mengandung bahan warna dan lak yang diizinkan. Tablet dibuat dengan tiga cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Granulasi basah dan kering bertujuan untuk meningkatkan aliran campuran dan kemampuan kempa. Metode granulasi
6
basah dan kering dilakukan dengan membuat granul dari zat aktif dan eksipien kemudian dikempa. Metode kempa langsung merupakan metode pembuatan tablet dengan cara mengempa langsung campuran zat aktif dan eksipien kering tanpa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan cepat pengerjaannya. Metode ini dapat dipakai untuk pembuatan tablet dengan zat aktif dosis tinggi yang memiliki aliran dan kompresibilitas yang baik atau zat aktif dengan sifat aliran dan kompresibilitas yang kurang baik dengan dosis relatif kecil. Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung adalah zat aktif yang memiliki aliran yang baik, kompresibilitas yang baik, bentuk kristal, dan mampu menciptakan adhesivitas dan kohesivitas dalam massa tablet. Berikut beberapa keuntungan dari metode kempa langsung: Efisiensi ruangan, proses, tenaga, tahap manufaktur, mesin, dan konsumsi energi. Menjamin stabilita yang baik pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab. Tidak terjadi polimorfisme akibat pengaruh mekanik. Diharapkan dapat memberi kecepatan disolusi yang tinggi.
2.4
Ketoconazole Ketoconazole adalah salah satu anti jamur golongan azole sintetik yang mempunyai spektrum luas dan efektivitas yang tinggi. Senyawa ini dapat digunakan untuk medikasi ketombe. Mekanisme kerjanya yaitu menghambat sintesa ergosterol yang dibutuhkan untuk integritas membran sel jamur. Ketokonazol topikal bersifat fungistatik yang akan mengakibatkan perubahan dinding sel jamur sehingga terjadi kebocoran sitoplasma dan merusak sintesa ergosterol. Ketoconazol mengganti prekursor lanosterol sebagai substrat bagi enzim lanosterol-14 α-demetilase sitokrom P450 jamur yang mengkatalisis perubahan dari lanosterol menjadi ergosterol. Efek ini mengubah permeabilitas sel jamur. Ketoconazol aktif terhadap kebanyakan jamur patogenik termasuk dermatofit dan ragi.
7
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1
Alat Alat yang digunakan antara lain yaitu mesin kempa tablet, mortir, inkubator, spatula, dan timbangan analitik. Peralatan gelas yang digunakan antara lain berupa cawan petri, gelas kimia, batang pengaduk, gelas ukur, dan lain-lain.
3.1.2
Bahan Bahan yang digunakan antara lain ketoconazol, magnesium karbonat (MgCO3), Aerosil, polivinil pirolidon (PVP), alkohol, laktosa, natrium lauril sulfat (SLS), Ac Di Sol, polietilen glikol 6000 (PEG 6000), Saboraud Dextrose Agar (SDA), dan lain-lain.
3.2
Tahapan Penelitian Secara garis besar, proses pengerjaan dilakukan dengan urutan pembuatan tablet, evaluasi tablet, penetapan kadar ketoconazol, evaluasi shampoo, dan pengujian aktivitas anti fungi. Alur pengujan dapat dilihat dari skema berikut Pembuatan tablet
Evaluasi tablet
Penetapan kadar ketoconazole Evaluasi shampoo Pengujian aktivitas antifungi
8
3.2.1 Pembuatan Tablet Akan dibuat 200 buah tablet shampoo antiketombe dengan bobot 2 gram yang mengandung ketokonazol 2% untuk setiap formulasi. Optimasi formula sebanyak 3 formula dikembangkan dengan tujuan mendapatkan tablet shampoo yang mudah didesintegrasikan ketika akan digunakan.
Tabel 1. Tabel Usulan Formulasi Nama zat
Ketokonazol
Fungsi
Formula
Formula
II
III
2%
2%
2%
Formula I
Zat aktif Antiketombe
SLS
Surfaktan
10%
10%
10%
PVP
Pengikat
5% G*
5% G
5% G
75% G
75% G
37.5% G
-
-
37.5% G
Laktosa Pengisi MgCO3 Ac Di Sol
Penghancur
20% G
20% G
20% G
Aerosil
Glidan
1%
1%
1%
PEG 6000
Lubrikan
5%
5%
5%
Keterangan: *G = granulat dasar, diperoleh dengan cara menggranul campuran pengisi : penghancur (75:25) menggunakan pengikat PVP
Perhitungan Kandungan ketokonazol per tablet
: 40 mg
Bobot tablet
:2g
Jumlah tablet yang dibuat
: 200 tablet
Dalam tabel berikut dijelaskan mengenai perhitungan komposisi zat dalam 1 dan 200 tablet.
9
Tabel 2. Tabel Perhitungan Komposisi Zat Formu
Formulasi
Formulasi
I (200)
II (200
tablet)
tablet)
40 mg
8g
8g
8g
200 mg
40 g
40 g
40 g
1,35 g
270 g
-
-
675 mg
-
-
135 g
1,35 g
-
270 g
-
675 mg
-
-
135 g
Ac-di-sol
400 mg
80 g
80 g
80 g
PVP
90 mg
18 g
18 g
18 g
4
Aerosil
20 mg
4g
4g
4g
5
PEG 6000
100 mg
20 g
20 g
20 g
No
Zat
1
Ketokonazol Na lauril
2
sulfat Laktosa Granulat
3
dasar
Mg karbonat
1 tablet
lasi III (200 tablet)
Perhitungan granulat dasar dilebihkan menjadi 1,8 g untuk satu tablet untuk mengantisipasi hilangnya massa saat proses granulasi. (94% x 2 g)- 0,04 g- 0,2 g= 1,64 g -> 1,8 g
Semua bahan dihaluskan (bila perlu) dan ditimbang sesuai kebutuhan. Bahan granulat dasar yaitu laktosa atau/dan magnesium karbonat, Ac Di Sol, dan PVP dicampur hingga homogen, lalu ditambahkan etanol sedikit-sedikit sampai diperoleh masa basah yang dapat digranulasi.
Granulasi dilakukan menggunakan
pengayak dengan ukuran <20 mesh. Granul dikeringkan sampai kandungan lembab 1-3%. Granul yang telah kering diayak lagi menggunakan pengayak no.16. Granul yang diperoleh kemudian dievaluasi. Ketokonazol ditimbang sebanyak 8 g dan natrium lauril sulfat ditimbang sebanyak 40 g. Ketokonazol dicampurkan dengan granul dasar sebanyak 1,64 g. Campuran dicampur dengan ball mill selama 5 menit hingga homogen. Sebanyak 4 g Aerosil dan 20 g
10
PEG 6000 dicampur dengan ball mill selama 8 menit hingga homogen. Massa cetak yang dihasilkan dievaluasi. Selanjutnya, dilakukan pengempaan dengan punch disesuaikan dengan bobot tablet yang ditetapkan yaitu 2 g. Tablet shampoo antiketombe yang dihasilkan dievaluasi.
3.2.2 Evaluasi Tablet Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi granul dan evaluasi tablet. Evaluasi granul meliputi kandungan lembab, kecepatan aliran, bobot jenis, dan kadar pemampatan. Evaluasi tablet meliputi organoleptik, keseragaman ukuran dan bobot, kekerasan, friabilitas, friksibilitas, keseragaman kandungan, waktu hancur, dan kecepatan melarut.
3.2.3 Penetapan Kadar Ketoconazole Sebanyak 200 mg ketokonazol yang dilarutkan dalam 40 ml asam asetat glasial pekat dititrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Titik akhir ditentukan dengan cara potensiometrik. Kemudian dilakukan penetapan blangko dimana 1 ml asam perklorat 0,1 N setara dengan 26,57 mg C26H28Cl2N4O4.
3.2.4 Evaluasi Shampoo Evaluasi yang dilakukan meliputi kestabilan busa (Rose Miles Test), efek detergensi pada air sadah, tegangan permukaan, daya pembasahan, daya pembersihan dan penetapan iritasi pada dermal dan mata kelinci albino.
Penetapan iritasi dermal akut dilakukan terhadap tiga ekor kelinci albino dewasa-muda dan sehat. Sebelum perlakuan, kelinci tersebut dicukur bulu punggungnya bagian kiri dan kanan (kulit punggung tidak boleh terluka). Kelinci tersebut diistirahatkan
11
selama 24 jam sebelum pengujian. Punggung kiri dan kanan kelinci yang dicukur tersebut diberi tanda berupa daerah seluas kira-kira 6 cm2. Cairan uji sebanyak 0,5 mL diteteskan dan diratakan pada kain kassa noniritan berukuran kira-kira 6 cm2. Kain kassa tersebut ditempelkan selama satu jam pada kulit punggung kelinci bagian kiri (bagian kanan sebagai kontrol) menggunakan perban kemudian punggung kelinci tersebut dibungkus dengan plastik wrap untuk mencegah terjadinya penguapan. Pengamatan iritasi dermal akut dilakukan pada 1, 24, 48, dan 72 jam setelah zat uji ditempelkan pada kulit punggung kelinci. Hasil berupa skor eritema dan udem dicatat dengan mengacu pada tabel skor.
Untuk penetapan iritasi mata akut dapat dilakukan terhadap tiga ekor kelinci albino dewasa-muda dan sehat. Kelinci tersebut diistirahatkan selama 24 jam sebelum pengujian. Cairan uji sebanyak 0,1 mL ditempatkan pada kantung konjungtiva mata kiri (mata kanan sebagai kontrol) kemudian kelopak mata ditutup selama 1 detik. Pengamatan iritasi mata akut dilakukan pada 1, 24, 48, dan 72 jam setelah zat uji dimasukkan ke dalam mata kelinci. Hasil berupa skor kornea, iris, konjungtiva, dan khemosis dicatat dengan mengacu pada tabel skor.
3.2.5 Pengujian Aktivitas Anti Ketombe Dibuat larutan uji dari tablet shampoo dengan konsentrasi 1% b/v. Sebanyak 0,2 mL dari larutan uji dicampur dengan 1,8 mL media
SDA
dalam
tabung
reaksi.
Kemudian
campuran
dihomogenkan dengan Vortex dan dibuat membentuk agar miring. Setelah agar memadat, digoreskan suspensi Pytirosporum ovale pada permukaan atasnya dengan jarum Ӧse sebanyak satu kali. Prainkubasi dilakukan satu jam pada suhu kamar, diinkubasi 4-7 hari
12
pada 37˚C. Pada setiap tabung reaksi diamati keberadaan pertumbuhan mikroba dibandingkan dengan media kontrol SDA.
3.3 Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan selama 3 bulan dengan jadwal berikut Tabel 3. Tabel Jadwal Kegiatan Program No.
Jenis Kegiatan
1
Studi Pustaka
2
Perizinan Pemakaian Laboratorium
3
Persiapan Instrumen Percobaan
4
Persiapan Bahan Percobaan
5
Formulasi Shampoo
6
Uji Kualitas dan Spesifikasi Tablet serta Shampoo
7
Penetapan Kadar dan Efektivitas Zat Aktif
8
Uji Batas Mikroba
9
Uji Iritasi
10
Pembuatan Laporan
Bulan ke-1 1 2 3 4
Bulan ke-2 1 2 3 4
Bulan ke-3 1 2 3
Keterangan: Beberapa minggu di bulan Maret dikosongkan untuk berkonsentrasi pada Ujian Tengah Semester dan lab tidak bisa digunakan saat Ujian Apoteker.
13
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA Tabel 4. Tabel Rancangan Anggaran Biaya LL : Kebutuhan Lain-Lain Jenis Komunikasi Pencetakan dan penjilidan Pajak 1.5% Transportasi
Jumlah
Harga per satuan
Unit
Harga 200000 100000 70000 200000
Total = Rp 570,000,00 HU: Hewan Uji Kelinci albino Makanan kelinci Pembalut besar Kain kasa non iritan
6
175000
ekor
1050000 100000 100000 10000
Total = Rp 1,260,000,00 BP: Bahan Habis Pakai Jenis Ketoconazol Aquades Na Lauril Sulfat Laktosa Mg karbonat Ac-di-sol PVP Aerosil PEG 6000 asam asetat glasial asam perklorat SDA SDB
Jumlah 0.05 20 1 0.65 1 0.5 0.1 0.025 0.2 0.5 0.1 0.025 0.025
Harga per satuan 1000 53000 1391000 35000 2000000 908000 580000 30000 4244000 2260000
Unit kg Liter kg kg kg kg kg kg kg Liter kg kg
Harga 200000 20000 53000 904000 35000 1000000 91000 100000 116000 15000 100000 106000 56500
Total = Rp 2,796,500 ,00 PP: Peralatan Sarung tangan latex Spons sabun Sabun cair Tissue
1 1 1 1
40000 5000 6000 15000
kotak buah bungkus buah
40000 5000 6000 15000
Total = Rp 66,000,00
Rekapitulasi biaya 1. Biaya Hewan Uji
:Rp 1,260,000.00
2. Biaya Bahan Habis Pakai
:Rp 2,796,500.00
3. Biaya Peralatan
:Rp 66,000.00
4. Biaya kebutuhan lain-lain
:Rp 570,000.00
Total biaya yang dibutuhkan untuk Usulan PKM yaitu sebesar Rp 4,692,500.00
14
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, Nur Sidik. 2008. Skripsi: Aktivitas Antifungi Ekstra Etanol Biji Jarak, Daun Urangaring dan Kombinasinya terhadap Malassezia Sp. serta Efek Iritasinya. Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung. OECD, 2002, OECD Guideline for the Testing of Chemicals (Guideline 404-405): Acute Dermal Irritation/Corrosion adopted on 24th April 2002.
Suhermiyati, Indiyah. 2002. Skripsi: Uji Banding Efektivitas Sampo Ketokonazol 2% dengan Sampo Ketoconazol 1% pada Penderita Ketombe. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Tim Penyusun Farmakope Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Halaman 4-6, 847-852, 856, 1087
www.freepatentsonline.com/4996006.html (Tanggal akses 11 Agustus 2010 pukul 13:47 WIB)
www.freepatentsonline.com/4320033.html (Tanggal akses 11 Agustus 2010 pukul 13:53 WIB)
www.freepatentsonline.com/4012341.html (Tanggal akses 11 Agustus 2010 pukul 13:54 WIB)
Lampiran Biodata Anggota 1 Nama Lengkap
: Eveline Kirana Oey
NIM
: 10707004
Jurusan
: Sains dan Teknologi Farmasi
Universitas/ Institut/ Politeknik : Institut Teknologi Bandung Alamat Rumah
: Jl. Bangbayang No. 9, Bandung
No. HP
: 081311232998
Alamat email
:
[email protected]
2 Nama Lengkap
: Kosasih Lorencia
NIM
: 10707062
Jurusan
: Sains dan Teknologi Farmasi
Universitas/ Institut/ Politeknik : Institut Teknologi Bandung Alamat Rumah
: Jl. Ciumbuleit Gang Suhari No. 124/155A, Bandung
No. HP
: 08158313108
Alamat email
:
[email protected]
3. Nama Lengkap
: Gilang Putri Suryani
NIM
: 10708070
Jurusan
: Sains dan Teknologi Farmasi
Universitas/ Institut/ Politeknik : Institut Teknologi Bandung Alamat Rumah
: Jl. Ciheulang 231A, Bandung
No. HP
: 081310590222
Alamat email
:
[email protected]
4. Nama Lengkap
: Rafika Kultsum Fadillah
NIM
: 10708061
Jurusan
: Sains dan Teknologi Farmasi
Universitas/ Institut/ Politeknik : Institut Teknologi Bandung Alamat Rumah
: Jl. Cipedes Hegar IX No. 11, Bandung
No. HP
: 02276677293
Alamat email
:
[email protected] v
Biodata Dosen Pendamping Nama Lengkap dan Gelar
: Dr. Saleh Wikarsa, M.Si., DEA.
NIP
: 132164564
Alamat Rumah
: Nusa Hijau Permai, Blok R3D Jl. Citeureup – Cimahi, Bandung
No. telp
: (022) 2504852
Alamat email
:
[email protected]
vi