UPAYA MENGGERAKKAN PEREKONOMIAN DAERAH MELALUI FASILITASI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI DAERAH (FPPED) SEKTOR PERTANIAN KOMODITAS SAPI PERAH & SAPI POTONG DI KABUPATEN SEMARANG & KABUPATEN GROBOGAN KANTOR BANK INDONESIA SEMARANG, TAHUN 2008
I.
PENDAHULUAN A.
Persiapan Kegiatan TFPPED
Berdasarkan memorandum No.9/9/Sm tanggal 24 Oktober 2007 dari Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) tentang Program Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah, maka pada tahun 2008 KBI Semarang telah melaksanakan Program Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah (TFPPED) dengan mengembangkan sektor pertanian khususnya Komoditas Sapi Perah dan Sapi Potong sebagai entry point percepatan pemberdayaan ekonomi daerah di Jawa Tengah. Pemilihan sektor pertanian untuk dikembangkan dengan suatu pertimbangan bahwa sektor pertanian melibatkan sebagian besar pelaku usaha. Berdasarkan sensus BPS tahun 2003,di Jawa Tengah terdapat rumah tangga pertanian sebanyak 4.263.214 rumah tangga pertanian. Jumlah tersebut di atas sektor-sektor riil lainnya yakni 3.692.277 unit (BPS: Sensus Ekonomi 2006). Selain itu ditinjau dari sisi sumbangan terhadap PDRB Jawa Tengah, ternyata sektor pertanian memberikan sumbangan sebesar 21,92 % (Triwulan II -2007) merupakan posisi kedua setelah sektor industri yang mencapai 30,96%. Meskipun demikian sektor pertanian justru mendapatkan fasilitas kredit perbankan hanya sebesar 4.16% dari total posisi kredit perbankan (Rp.60.685.819 juta - Juni 2007) dan menduduki posisi kelima setelah Sektor LainLain (33.26%), Sektor Perdagangan (30.82%), Sektor Industri (23.41%) dan sektor Jasa-Jasa (8.23%). Kenyataan ini menyiratkan bahwa sektor pertanian secara keseluruhan masih terkendala untuk akses kepada perbankan, walaupun telah memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap PDRB Jawa Tengah. Sektor pertanian di Jawa Tengah juga masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Berdasarkan estimasi KBI Semarang pada triwulan II – 2007 pertumbuhan sektor pertanian mencapai 11,43% dan menduduki rangking pertama dari sembilan sektor lainnya termasuk industri (1,81%). Juga diperhitungkan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,38% merupakan posisi tertinggi yang diikuti oleh sektor perdagangan (1,53%) dan sektor industri (0,58%). Dengan kondisi tersebut di atas sektor pertanian di Jawa Tengah mempunyai kriteria yang cocok dengan Program Fasilitasi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Daerah, yaitu:
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
1
1. Merupakan komoditas unggulan atau potensial untuk dikembangkan sesuai dengan karakteristik daerah dan memiliki multiplier effect yang positif terhadap ekonomi daerah. 2. Menghadapi kesulitan aksesibilitas terhadap bank atau sumber pembiayaan/pendanaan lainnya sehingga salah satu output yang dihasilkan adalah berupa pembiayaan ke sektor riil. 3. Memiliki tingkat kemungkinan untuk diimplementasikan yang relatif tinggi dan dapat diperoleh dalam waktu dekat. Program FPPED di KBI Semarang dengan sasaran pengembangan sektor pertanian juga dimaksudkan untuk mengantisipasi peluang adanya program pembiayaan yang telah dicanangkan oleh Presiden RI melalui Inpres 6/2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Peluang-peluang pembiayaan meliputi antara lain: 1. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-E) 2. Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan penjaminan dari PT Askrindo dan Perum SPU 3. Dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) 4. Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian (SP3) B.
TUJUAN
Dengan memfasilitasi pengembangan usaha sapi perah dan/atau sapi potong yang dilaksanakan secara sinergi oleh pihak-pihak terkait, diharapkan usaha di sektor ini akan semakin berkembang dan mampu mempercepat pemberdayaan ekonomi daerah. Selanjutnya dengan upaya intervensi mengatasi kendala melalui beberapa kegiatan untuk penguatan kelompok peternak, diharapkan dapat meningkatkan bankabilitas dan kelayakan usaha, sehingga kelompok peternak sapi dapat memanfaatkan peluang pembiayaan/kredit tersebut di atas dan mampu menjadi komoditas unggulan yang andal di wilayah Jawa Tengah. Pada akhir dari program ini diharapkan terdapat bank yang akan memberikan kredit dengan skim KKPE kepada kelompok-kelompok peternak sapi perah & sapi potong di wilayah Kab Semarang dan Kab Grobogan. Dampak dari pengembangan tersebut diharapkan dapat memberikan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. II.
GAMBARAN UMUM KOMODITAS SAPI PERAH DAN SAPI POTONG A. Potensi Usaha Sapi Perah Salah satu kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam pembangunan daerah adalah pengembangan UMKM berbasis Klaster yang bertujuan untuk mempercepat pembangunan ekonomi wilayah dan perluasan lapangan kerja. Sedangkan sasaran yang akan dicapai adalah pemantapan kemandirian wilayah Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 yang diletakkan pada 3 (tiga) sektor prioritas
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
2
pembangunan: (a) Pertanian dalam arti luas; (b) UKM berorientasi ekspor; (c) Pariwisata Dengan demikian program FPPED dalam pengembangan Komoditi Sapi Perah sejalan dengan kebijakan pembangunan tersebut. Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kab Semarang menyebutkan bahwa subsektor peternakan dan perikanan memiliki multiplier effect yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Di subsektor ini terserap sekitar 200.000 tenaga kerja, mulai dari peternak dan buruhnya, usaha pembibitan, budidaya, pedagang hingga pengolahan hasil peternakan. Penyerapan tenaga kerja terbesar terdapat di subsektor peternakan yang mencapai 176.600 orang. Jumlah tersebut belum termasuk tenaga kerja yang berkarya di industri pembuat dan pemasok pakan ternak. Khusus untuk peternakan sapi perah di Kab Semarang memiliki populasi kedua terbesar di Jawa Tengah setelah Kab Boyolali. Populasi ternak sapi perah di Kab Semarang mencapai 30.586 ekor (27,3% dari total populasi di Jawa Tengah) dan mampu menghasilkan susu tidak kurang dari 45.000 liter perhari. Keberadaan peternakan sapi perah di Kab Semarang meliputi Kecamatan Getasan (populasi 12.658 ekor), Kec. Tengaran (6.986 ekor), Kec. Ungaran (5.687 ekor), Kec. Tuntang ( 4.696 ekor) dan Kec. Pabelan (559 ekor). Berdasarkan hasil survei BLS 2007 komoditas unggulan di wilayah Kab Semarang pada tahun 2007 yang telah dilaksanakan oleh KBI Semarang disebutkan bahwa di subsektor peternakan, komoditas sapi perah menduduki urutan kedua setelah ternak ayam. Distribusi penjualan susu sapi yang dihasilkan oleh peternak melalui mekanisme yang telah diatur oleh pemerintah melalui Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian, di mana susu sapi dari peternak yang dijual kepada Koperasi Unit Desa (KUD) harus dijual kepada Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) yang selanjutnya dijual ke Industri Pengolah Susu (IPS). Di Kab Semarang terdapat 5 (lima) KUD persusuan yang menginduk ke GKSI Jawa Tengah di Boyolali. Susu sapi dari peternak yang disetorkan ke lima KUD tersebut dikirimkan kepada GKSI dan selanjutnya diteruskan kepada PT Nestle, PT Sari Husada dan PT Indomilk sebagai perusahaan Industri Pengolah Susu (IPS). Kendala dan Peluang Pengembangan Kendala yang dihadapi Peternak antara lain: Mekanisme pemasaran susu sapi seperti diatas seringkali dikeluhkan oleh Peternak. Dengan alasan kualitas tidak memenuhi syarat, maka GKSI dan IPS tidak mau membeli susu sapi dari peternak. Pada akhirnya, IPS mengimpor bahan susu bubuk dari luar negeri untuk memenuhi kapasitas pabriknya. Peternak tidak memahami ”Bahasa Pengujian Susu” yang meliputi kandungan air, lemak, bakteri, bahan padat (Total Solid) yang menimbulkan kecurigaan direkayasa oleh KUD sehingga harga beli susu sangat rendah (Rp.1.700,-/liter lebih rendah sekitar Rp.500,-/liter dari harga konsumen) Sempitnya lahan untuk usaha ternak sapi perah
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
3
Tingkat pengetahuan peternak masih belum memadai Jarak pengangkutan susu kepada konsumen langsung terlalu jauh yang akan merusak kualitas susu Kualitas sapi perah terkait dengan faktor genetik yang dimiliki peternak tidak optimal Kurang mampu menghitung skala ekonomi usaha sapi perah sebagai penghasilan utama keluarga. Analisa Value Link terhadap usaha Susu Sapi:
Penyediaan Input
Produksi Susu
• Bibit Sapi
• Pembesaran
• Pakan • Obat
• Perawatan • Pemerahan • Pengembangbiakan
Peternak Sapi
Peternak
Pengolahan Awal
• • • •
Pengumpulan Pendinginan Kontrol Kualitas Transportasi
Pengepul
Pengolahan Susu
Perdagangan
• Kontrol Kualitas • Transportasi • Formulasi • Pengolahan • Pengemasan Industri Pengolah Susu (IPS)
• Distribusi • Penyimpanan • Penjualan Distributor/ Agen/Toko Pengecer
Pasar
Konsumen Akhir
Konsumen akhir
Petani Rumput
KSU Produsen Konsentrat/ Pakan Lain
KUD GKSI
Dis. Peternakan ; JICA
Bank, BUMN Mekanisme penjualan susu di luar KUD bisa dilakukan dan tidak diharuskan dijual kepada GKSI. Salah satu contoh kasus ini adalah penjualan susu oleh peternak melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) Andini Luhur di desa Jetak, Kecamatan Getasan. KSU ini mempunyai Tempat Pengolahan Susu Higienis yang pernah mendapatkan juara harapan ketiga tingkat nasional. KSU ini beranggotakan sekitar 900 peternak yang terbagi menjadi 36 kelompok peternak dengan populasi ternak sapi perah mencapai 1.800 ekor. KSU ini mampu menciptakan mekanisme pemasaran yang lebih transparan dan memberikan keuntungan kepada peternak (sekitar Rp.300,- s.d Rp.450,- per liter) jika dibandingkan dengan dijual kepada KUD persusuan). Dengan peralatan uji kualitas susu ”Milkina” yang dibeli dari Turki seharga Rp.33 juta,- peternak secara langsung bisa mengetahui kualitas susu sapinya dan tingkat harganya. Hal ini tidak terjadi jika dijual ke KUD yang masih menggunakan peralatan konvensional. Program Kerja TFPPED KBI Semarang
4
Dengan manajemen yang baik dan transparan, jika empat tahun yang lalu KSU ini baru mampu menampung sekitar 7.500 liter susu perhari, maka saat ini telah mampu menampung susu sapi dari peternak sekitar 18.000 liter perhari. Selanjutnya susu sapi tersebut dijual oleh KSU kepada IPS yaitu Indomilk, Frisian Flag dan Sari Husada. Peluang pengembangan usaha sapi perah di Kab Semarang juga diberikan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan yang telah mengenalkan Sistem Pemeliharan Koloni. Dalam sistem ini, sapi perah milik peternak dikumpulkan dalam kandang besar yang bersih. Pemberian pakan, kontrol kesehatan dan pemerahan susu dilakukan secara bersamasama oleh peternak. Sistem kandang koloni tersebut didirikan di Desa Jetak, Desa Tajuk, Desa Ngrawan ketiganya berada di Kecamatan Getasan, kemudian di Desa Patemon-Kecamatan Tengaran. Di samping itu untuk meningkatkan genetik sapi perah, Dinas juga mengembangkan Pembibitan Sapi Perah di Desa Mulyorejo, Kec. Tengaran dengan dana dari Pemerintah Pusat. Diharapkan 2 tahun mendatang Kab Semarang mampu menghasilkan induk-induk sapi perah yang berkualitas. Peluang lain yang cukup prospektif untuk pengembangan komoditas sapi perah adanya permintaan dari Industri Pengolah Susu (IPS) yang sangat besar, sebagai akibat penurunan impor susu bubuk yang harganya semakin tinggi (negara-negara pengekspor susu telah mencabut subsidi kepada peternak sapi perah). Selama ini pihak IPS mengimpor susu sebesar 70% dari kapasitas produksinya, sedangkan pembelian susu segar dari peternak hanya 30%. Dengan demikian, potensi pengembangan sapi perah sangat besar. B. Potensi Usaha Sapi Potong Informasi mengenai sapi potong, disebutkan bahwa Jawa Tengah dengan populasi sapi sebanyak 120.000 ekor berada di urutan kedua setelah Jawa Timur (200.000 ekor) sebagai
penyangga
daging
nasional. Pada
tahun
2010,
pemerintah
mencanangkan program Swasembada Daging Sapi Nasional. Sebagai langkah awal, pada tahun 2006 dan 2007 pemerintah telah memberikan bantuan 500 ekor sapi potong bibit unggul dari Australia untuk Provinsi Jawa Tengah, yang diharapkan dapat dikembangbiakkan melalui sistem pengguliran. Meskipun usaha ternak sapi potong di Jawa Tengah memiliki posisi yang strategis, namun jika ditinjau dari pengusahaannya hampir sebagian besar masih secara tradisional dan hanya merupakan usaha sambilan atau sebagai tabungan. Berbagai jenis sapi yang diternakkan oleh para peternak antara lain: Brahman, Simenthal, Limousin, Angus, Friest Holstein (berasal dari Australia dan Eropa), sapi Jawa atau peranakan Ongole (keturunan sapi India) serta sapi silangan dari berbagai jenis sapi tersebut.
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
5
Adapun mekanisme pemasaran sapi potong dilakukan secara bebas melalui jual beli antar peternak, jual beli di pasar hewan dan juga dilakukan penjualan langsung ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH). Analisa Value Link Sapi Potong adalah sebagai berikut:
Penyediaan Input
Pembibitan Sapi
• Bibit Sapi
• Pembesaran
• Calon
• Perawatan • Pemeliharaan • Inseminasi
Induk Sapi
• Pakan • Obat Peternak Sapi
Peternak
Pembesaran Sapi
• • •
Pembesaran Pedet usia sapih untuk sapi Bakalan/ Indukan Pemeliharaan
Penggemukan Sapi
• Penggemukan Sapi Bakalan
• Pemeliharaan • Perawatan • Transportasi
Perdagangan
Konsumen Akhir
• Transportasi
• Pemotongan
• Distribusi
• Transportasi
Perawatan
Peternak
Peternak
Pedagang Perantara
Pedagang Daging
Pasar Pedagang Perantara Hewan
RPH
Petani Rumput
Produsen Konsentrat/ Pakan Lain Perusda/importer sapi
Perusda
Dinas Peternakan Bank, LKBB
Dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi seperti diuraikan di atas, maka komoditas sapi perah dan/atau sapi potong di Kab. Semarang dan di Kab. Grobogan merupakan pilihan yang strategis sebagai program FPPED KBI Semarang. III.
PROGRAM FPPED SAPI PERAH & SAPI POTONG DI KABUPATEN SEMARANG DAN KABUPATEN GROBOGAN A. Dasar Pelaksanaan FPPED Kegiatan FPPED yang dilaksanakan oleh KBI Semarang, merupakan salah satu wujud tindak lanjut Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dengan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dengan No.077/04440 dan No.10/DpG/FKM/SKB tanggal 19 Maret 2008 tentang Kerjasama Pengembangan Ekonomi Jawa Tengah yang ditandatangani oleh Deputi Gubernur BI, Hartadi A.Sarwono dan Gubernur Jawa Tengah, Ali Mufiz. Adapun ruang lingkup dari Nota Kesepahaman tersebut meliputi: 1. Koordinasi pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan sektor riil pada umumnya.
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
6
2. Koordinasi peningkatan daya saing daerah bidang ekonomi terkait globalisasi dan penguatan fungsi internasional 3. Koordinasi pemantauan dan pengendalian harga di Jawa Tengah 4. Pertukaran data, informasi dan kajian/penelitian perekonomian 5. Kegiatan lain dalam pengembangan ekonomi Jawa Tengah B. Pihak-Pihak Berperan Dalam pelaksanaannya program FPPED sapi perah & sapi potong oleh KBI Semarang melibatkan Dinas Peternakan Kab Semarang dan Kab Grobogan, Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah, UPT Dinas Pertanian Boyolali, CV Bionat (Biogas & Natural Treatment) dan mengajak PT BRI Cabang Ungaran dan Cabang Purwodadi serta Bank Jateng Cabang Ungaran. Secara ringkas, tugas dari masing-masing pihak dapat diuraikan sebagai berikut: No. 1
Instansi KBI Semarang
Tugas 1. Bersama Dinas Peternakan melakukan identifikasi awal mengenai kondisi peternakan sapi perah & sapi potong di Kab. Semarang 2. Menyusun program kegiatan FPPED sapi perah & sapi potong 3. Menyusun analisa usaha sapi perah & sapi potong untuk diseminasikan kepada pihak terkait 4. Memfasilitasi
penyelenggaraan
pelatihan
bagi
kelompok peternak 5. Memfasilitasi penyelenggaraan studi banding bagi kelompok peternak dan pihak terkait ke Malang 6. Menyaksikan penandatanganan kredit dari BRI dan Bank Jateng kepada kelompok peternak 2
Dinas Peternakan
1. Melakukan
identifikasi
mengenai
kelompok
peternak sapi perah & sapi potong 2. Memberikan
rekomendasi
mengenai
elijibilitas
kelompok peternak 3. Menjadi fasilitator di Pelatihan Kelompok Peternak 4. Pembinaan teknis usaha sapi perah dan sapi potong 3
UPT Dinas Pertanian
Menjadi fasilitator di Pelatihan Kelompok Peternak
4
BPTP
Menjadi fasilitator di Pelatihan Kelompok Peternak
5
CV Bionat
1. Menjadi
fasilitator
di
Pelatihan
Kelompok
Peternak 2. Membangun
instalasi
biogas
bagi
kelompok
peternak sapi potong di Kab Grobogan 6
PT BRI Cab. Ungaran dan Cab. Purwodadi serta Bank
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
1. Menerima
proposal
yang
diajukan
kelompok
peternak
7
Jateng Cab.Ungaran
2. Mengkonfirmasi rekomendasi dari Dinas Peternakan 3. Melaksanakan proses analisa permohonan kredit 4. Memberikan skim Kredit Ketahanan Pangan & Energi
(KKP-E)
dengan
plafon
sesuai
dengan
kemampuan kelompok peternak
C. Kegiatan FPPED Kegiatan FPPED untuk mengembangkan sapi perah dan sapi potong di Kab Semarang dan Kab Grobogan diawali sejak Januari 2008 dengan melakukan identifikasi minat perbankan untuk membiayai komoditas unggulan hasil dari survei BLS tahun 2007. Dari hasil penelusuran minat tersebut dapat diketahui bahwa Bank Jateng Ungaran dan PT BRI Ungaran berminat membiayai usaha sapi perah dan usaha sapi potong, sedangka PT BRI Purwodadi akan membiayai usaha sapi potong. Dari informasi ini selanjutnya disusun suatu rencana kegiatan FPPED di Kab. Semarang dengan konsentrasi pengembangan usaha peternakan sapi perah dan sapi potong. Program kerja yang akan dilaksanakan oleh FPPED diharapkan dapat menghasilkan suatu output berupa realisasi pembiayaan oleh perbankan atau lembaga keuangan lain termasuk PKBL terhadap kelompok peternak sapi perah dan sapi potong. Secara garis besar kegiatan FPPED pengembangan sapi perah dan sapi potong yang dilaksanakan KBI Semarang adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi minat perbankan membiayai usaha sapi perah dan sapi potong 2. Mengidentifikasi kondisi potensi dan kendala pengembangan usaha sapi perah dan sapi potong 3. Mendiseminasikan hasil-hasil identifikasi kepada stakeholder. 4. Memfasilitasi pertemuan-pertemuan dengan pihak-pihak terkait 5. Memfasilitasi pelatihan kelompok peternak 6. Memfasilitasi studi banding kelompok peternak ke usaha peternakan sapi yang lebih baik dan maju di Malang & Pasuruan, Jawa Timur. Selain kegiatan tersebut di atas KBI Semarang juga memfasilitasi pembangunan instalasi Biogas yang dilaksanakan oleh CV.Bionat untuk salah satu kelompok peternak sapi potong di Kab. Grobogan. Kapasitas instalasi biogas tersebut sebesar 27 meter kubik dengan sumber bahan baku berupa kotoran sapi (digester). Dari instalasi biogas tersebut dapat menghasilkan gas metana sebagai bahan bakar untuk memasak dan penerangan bagi 7 s.d 8 rumah tangga di sekitar kandang sapi komunal, yang sementara ini baru digunakan oleh 2 rumah tangga. Selanjutnya kegiatan selengkapnya yang telah dilaksanakan KBI Semarang dapat diperhatikan dalam lampiran.
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
8
IV.
KEGIATAN PELATIHAN DAN STUDI BANDING BAGI PETERNAK Dari hasil identifikasi usaha sapi potong dan sapi perah di kedua daerah, dapat diketahui berbagai kendala yang dihadapi oleh para peternak antara lain pengetahuan usaha ternak yang masih sangat kurang meliputi: pengelolaan keuangan dan analisa usaha termasuk kekurangan modal, pemeliharaan ternak (perawatan, pola dan jenis pakan, kesehatan ternak, cara pembibitan, pemilihan sapi dll) serta pemanfaatan limbah dari sapi. Dari berbagai kendala tersebut intervensi yang dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan dan studi banding. Garis besar dari kedua kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: A. Pelatihan Penguatan Kelompok Peternak Pelatihan dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu , 19 – 20 Agustus 2008 yang diikuti oleh 58 peternak sapi perah dan sapi potong dari 34 kelompok peternak yang berasal dari Kab. Semarang dan Kab. Grobogan. Adapun materi yang diberikan dan fasilitatornya seperti tertera dalam tabel berikut dengan metoda klasikal, presentasi, diskusi serta kaji lapang. NO 1 2 3
MATERI Pemanfaatan Limbah Kotoran Ternak untuk Energi Biogas Kunjungan ke Proyek Pembuatan Biogas Pembuatan Pupuk Organik Cair Bahan Baku Air Kencing Sapi
FASILITATOR Konsultan CV Bionat (Ir. M. Junaidi) Konsultan CV Bionat (Ir. M. Junaidi) Dinas Pertanian Kab. Boyolali (Ir. Agus Wiryatmo)
4
Manajemen Keuangan Sederhana
Konsultan KBI Semarang
5
Pembuatatan Silase (Awetan Makanan Hijauan)
Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah (Dr.Ir.Susanto Prawiradigdo, MSc)
6
Praktek Pembuatan Silase
BPTP Jawa Tengah
7
Kesehatan Ternak
8
Manajemen Keuangan Pasca Panen
Dinas Peternakan Kab. Grobogan (Drh. Sih Dalmaji) Dinas Peternakan Kab. Semarang (Ir. Febriana Kusuma Andriani, MM)
Dari hasil pelatihan tersebut para peserta memberikan umpan balik yang sangat positif antara lain: 1. Perlu adanya fasilitasi pembuatan pakan awetan, agar sapi tidak terlalu tergantung pada pakan hijauan, tetapi setiap saat dapat tersedia pakan instan baik musim kemarau maupun hujan, misalnya pakan dalam bentuk pellet yang disesuaikan dengan sapi yang notabene sebagai Ruminansia.
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
9
2. Pelatihan ini sangat tepat karena menyangkut kebutuhan para petani/peternak, banyak pengetahuan yang dapat diserap dan menyangkut teknologi tepat guna dalam rangka hemat energi. Disamping itu petani/peternak bisa mengetahui beberapa masalah yang dihadapi oleh kelompok, namun pengetahuan tentang kesehatan ternak masih sangat perlu tambahan waktu. 3. Mengenai pengadaan bibit unggul perlu penjelasan lebih rinci cara memilah/memiih ciri-ciri bibit unggul, disamping itu perlu ditunjukkan pula tempat pembibitan sapi atau tempat pengambilan bibit yang digunakan untuk Inseminasi Buatan (IB). Dalam hal ini diharapkan adanya studi banding ke tempat pembibitan atau ketempat petani/peternak yang lebih maju/berhasil, misalnya ke Jawa Timur. 4. Petani/peternak sangat memerlukan bantuan dari pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup, mengingat sampai saat ini SDM petani/peternak masih kurang. Dengan adanya peningkatan pengetahuan, petani/peternak bisa lebih maju dan jaya dimasa mendatang. Disamping itu harapan agar pemberdayaan ekonomi daerah segera terwujud hendaknya selalu dilakukan pembinaan secara berkala dan berkesinambungan. 5. Dari sisi tingkat kepuasan peserta dapat disebutkan bahwa kepuasan terhadap materi yang diberikan adalah sebagai berikut: 24,5% menyatakan sangat puas, 49,3% menyatakan puas, selanjutnya 23,6% memberikan penilaian cukup puas, dan 2,5% menyatakan kurang puas. B. Studi Banding Penguatan Kelompok Peternak Kegiatan studi banding yang difasilitasi oleh KBI Semarang bertujuan untuk memberikan wawasan yang lebih luas kepada peternak sapi, bank serta Dinas Peternakan dengan mengunjungi berbagai pengelolaan usaha ternak sapi perah dan sapi potong serta pengolahan pasca panen yang lebih maju di Kab Malang dan Kab Pasuruan - Jawa Timur . Studi banding yang dilaksanakan pada tanggal 6 s.d 9 November 2008 secara simultan diikuti oleh 28 peternak sapi perah dan sapi potong, 2 Pejabat PT BRI dan 1 Pejabat Bank Jateng, 2 Pejabat Dinas Peternakan dari Kab. Semarang dan Kab. Grobogan. Obyek yang dikunjungi adalah: (a) Peternakan Sapi Perah di Selorejo; (b) Pembibitan Sapi Potong di Tumpang; (c) Koperasi Susu di Nongkojajar; (d) Kandang sapi perah semi modern di Nongkojajar; (e) Industri Susu UHT di Purwosari; (f) Pembuatan Semen Beku sapi di Singosari; (g) Laboratorium Lapangan Ternak di Dau; (h) Kandang sapi perah terpadu di Ngantang (binaan KBI Malang). Semua peserta menyatakan mendapat pembelajaran dan pengetahuan yang sangat banyak mulai dari usaha hulu s.d hilir dan menyatakan kualitas pengelolaan usaha di Jawa Timur lebih baik dibandingkan di Jawa Tengah. Dari studi banding tersebut, mereka menyadari bahwa usaha sapi perah dan sapi potong bisa lebih maju dan dapat memberikan pendapatan yang tinggi apabila dikelola secara profesional, efisien, kerja keras, motivasi tinggi dan didukung dengan
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
10
komitmen semua pihak terkait untuk bersama-sama mengembangkan usaha tersebut. Beberapa perbandingan dari usaha terkait dengan per-sapi-an yang dikunjungi di Jawa Timur dibandingkan usaha yang dimiliki peserta studi banding dari Jawa Tengah antara lain: Uraian Tingkat Peternak: 1. Skala Usaha/unit 2. Rasio karyawan : Ternak 3. Penjualan sapi pedet
Tingkat Koperasi Susu: 1. Nilai Asset 2. Pengelolaan usaha 3. Kerjasama antara Koperasi 4. Unit pengolahan
Produksi Semen Beku 1. Instansi Pelaksana 2. Jumlah Penjantan
Jawa Timur
Jawa Tengah
Minimum 10 ekor 1 karyawan : 10 ekor Mempertahankan pedet yang bagus dan menjual yang jelek untuk meningkatkan kualitas, dan menjual sapi bakalan untuk meningkatkan nilai jual. Semuanya bertujuan untuk mengembangkan usaha.
Minimum 3 ekor. 1 karyawan : 5 ekor. Terbiasa menjual apapun kualitas pedet maupun sapi bakalan yang hasilnya digunakan untuk konsumtif.
Di atas Rp.20 milyar Sangat transparan Sangat kuat
Di bawah Rp.20 milyar Kurang transparan Kurang kuat
Memiliki cooling unit Memiliki pabrik susu dengan dana sendiri
UHT
Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Sekitar 200 ekor
Memiliki cooling unit Pabrik susu yang dimiliki GKSi dengan bantuan pemerintah
Balai Inseminasi Buatan (BIB) Ungaran Belum ada informasi
Dengan mengikuti studi banding ini diharapkan para peternak akan dapat mengelola peternakannya semakin berkembang dan mampu mengembalikan kredit tepat waktu dan tepat jumlah. Selanjutnya diharapkan Dinas Peternakan dapat menyusun program pembinaan semakin fokus dan pihak bank semakin yakin dalam menyalurkan kredit di sektor usaha sapi potong dan sapi perah. V.
HASIL YANG DICAPAI Melalui beberapa kegiatan sosialisasi, pelatihan dan pembinaan teknis baik oleh Dinas Peternakan maupun perbankan dengan difasilitasi oleh KBI Semarang, maka hasilhasil yang dapat dicapai adalah sebagai berikut:
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
11
1. Setelah melakukan proses kredit, PT BRI Ungaran, PT BRI Purwodadi dan PT BPD Jateng Ungaran memberikan kredit dengan skim Kredit Ketahanan Pangan & Energi (KKPE) kepada 22 kelompok peternak (599 peternak) dengan plafon mencapai Rp.10,918 milyar untuk pembelian sapi. Setiap peternak memperoleh kredit antara Rp.12,5 juta s.d Rp.25 juta,-, dengan garis besar pemberian kredit adalah sebagai berikut : 2. No. 1 2
Jenis Komoditas Sapi Perah Sapi Potong
Bank Bank Jateng Ungaran
3.350 juta
PT BRI Ungaran
2.750 juta
Bank Jateng Ungaran PT BRI Ungaran PT BRI Purwodadi
Jumlah Kredit
./.
Realisasi Kredit Rp.
818 juta 3.800 juta 200 juta 10.918 juta
3. Di samping itu, dengan memfasilitasi pembuatan instalasi biogas berkapasitas 27 meter kubik digester kepada salah satu kelompok peternak sapi potong di Grobogan, telah memberikan inspirasi bagi bank untuk membiayai usaha ternak sapi berikut instalasi biogas dalam satu paket kredit. 4. Pada saat ini pihak BRI Ungaran berencana memberikan kredit PKBL untuk membangun instalasi biogas skala kecil untuk 10 (sepuluh) kelompok peternak yang telah menerima kredit KKPE. Apabila rencana ini berhasil dengan baik termasuk tingkat pengembalian kreditnya, maka model pemberian kredit dengan skim gabungan KKPE + PKBL akan dikembangkan oleh BRI. Bahkan, BRI Ungaran untuk tahun 2009 akan mengajukan plafon KKPE sebesar Rp 20 milyar untuk membiayai usaha sapi perah dan sapi potong di Kab. Semarang. 5. Pada waktu yang bersamaan BRI Purwodadi memberi kesempatan kepada 5 atau 6 anggota kelompok peternak berupa kredit mikro untuk pengadaan kompor gas dan jaringan pipa guna memanfaatkan potensi biogas yang masih belum digunakan. 6. Dari kegiatan FPPED ini pula, terdapat 6 kelompok peternak nasabah PT BRI Ungaran mendapatkan bantuan dari Dinas Peternakan Kab Semarang dan BPTP Provinsi Jawa Tengah berupa sarana produksi, yaitu: (a) Milkcane =32 unit; (b) Cooling Unit kaps.1000 liter = 1 unit; (c) Alat Uji Berat Jenis Susu = 2 unit; (d) Ternak Sapi Perah = 20 ekor; (e) Kandang Koloni = 1 unit dan (f) Instalasi Biogas = 7 unit (surat PT BRI No. B.77/ADK/01/2009 9 Januari 2009-terlampir) 7. Hasil penting yang perlu disampaikan adalah meningkatkan wawasan, pengetahuan dan motivasi serta perubahan paradigma berpikir dari para peserta studi banding. Mereka semakin yakin bahwa usaha ternak sapi perah maupun sapi potong di Kab Semarang dan Kab. Grobogan dapat dikembangkan, mengingat potensi kedua daerah tersebut relatif sama bahkan lebih baik dalam penyediaan sarana produksi dibandingkan Kab. Malang dan Pasuruan. Di samping itu mereka juga semakin
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
12
percaya bahwa usaha sapi mampu menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarga peternak. 8. Berdasarkan pengamatan PT BRI Ungaran setelah hari raya Idul Fitri, ternyata pemberian kredit kepada kelompok peternak mampu mengurangi tingkat urbanisasi masyarakat desa ke kota. VI.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari pelaksanaan FPPED pengembangan sapi perah dan sapi potong di Kab Semarang dan Kab Grobogan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penentuan komoditas sapi perah dan sapi potong untuk dikembangkan merupakan pilihan yang cukup strategis, mengingat kedua komoditas tersebut merupakan unggulan di kedua daerah di subsektor peternakan. 2. Di tingkat regional kedua komoditas tersebut juga menduduki posisi yang cukup tinggi, dengan demikian pengembangan usaha sapi perah dan sapi potong diharapkan mampu mempercepat pemberdayaan ekonomi daerah. 3. Berbagai kegiatan fasilitasi yang dilaksanakan secara sinergi dari pihak-pihak terkait mampu memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha sapi perah dan sapi potong, baik dalam peningkatan wawasan pengetahuan, motivasi maupun pemberian kredit. B. Rekomendasi Selanjutnya untuk lebih meningkatkan pengembangan usaha sapi perah dan sapi potong di wilayah Jawa Tengah pada umumnya dan Kab. Semarang dan Kab Grobogan, maka direkomendasikan hal-hal berikut ini: 1. Program FPPED yang telah dilaksanakan kiranya bisa direplikasikan dan/atau dimodifikasi oleh pihak bank penyalur KKPE di wilayah lain bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat ataupun pihak lainnya. 2. Untuk mengantisipasi pemberian kredit yang semakin besar pada tahun 2009, sebaiknya perlu diupayakan mengimpor sapi dari luar negeri, terutama sapi perah. 3. Perlu dilakukan pelatihan dan pembinaan bagi para peternak sapi untuk lebih meningkatkan kompetensi dalam pengelolaan usahanya sehingga mampu menjadikannya sebagai usaha utama bukan usaha sambilan/sampingan. 4. Kerjasama di antara peternak sapi perah, koperasi dan industri pengolahan susu perlu lebih diperkuat dengan prinsip transparansi dan saling menguntungkan. Jika memungkinkan Koperasi atau industri pengolahan tersebut bisa menjadi avalis kredit bagi peternak. 5. Kendala peternak yang tidak memiliki jaminan, dapat diatasi dengan cara lain yakni: (a) memberikan kredit secara berkelompok dengan jaminan dari beberapa
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
13
anggota yang memilikinya, atau (b) plafon kredit bank yang diberikan sekaligus termasuk biaya pensertifikatan tanah. 6. Pada tahun 2009 kegiatan FPPED sapi perah dan sapi potong di kedua daerah tersebut sebaiknya masih diteruskan oleh KBI Semarang. Terutama untuk usaha sapi perah perlu lebih dikonsentrasikan kepada penguatan aspek pemasaran susu yang melibatkan pihak industri pengolahan susu. Dengan demikian pengembangan produksi susu murni dari peternak akan memperoleh akses pasar yang pasti.
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
14
Lampiran 1 : Rincian Kegiatan FPPED KBI Semarang 2008 Kegiatan
Hasil
1. Identifikasi minat perbankan membiayai komoditas unggulan berdasarkan BLS (a.l. sapi perah dan sapi potong)
Terdapat 5 (lima Bank) berminat membiayai usaha sapi perah dan/atau sapi potong, yaitu: Bank Jateng Ungaran, BRI Ungaran, NISP, Mega & Bank Ekonomi.
1. Identifikasi usaha sapi perah 1. Diketahui berbagai potensi dan di Getasan, Kab. Semarang kendala dalam pengembangan usaha sapi perah. 2. Dinas Peternakan bersedia bekerjasama 3. Bank Jateng Ungaran siap mendukung 3. Penyusunan Analisa Kelayakan Tersusun analisa kelayakan usaha Usha sapi Perah dan Sapi sapi perah dan sapi potong Potong 4. MoU Pelaksanaan Program- Ditandatangani MoU dengan Program KBI Semarang No.077/04440 dan No. 10/1/DpG/DKM/SKB tentang Kerjasama Pengembangan Ekonomi Jawa Tengah, oleh DG BI dengan Gubernur Prop.Jateng dimaksudkan untuk meningkatkan penyelenggaraan pengembangan ekonomi terpadu di Jawa Tengah 5. Pertemuan dengan Dinas Kepastian dibentuknya kerjasama Peternakan Kab. Semarang FPPED bersama-sama dengan Bank Jateng diperkirakan pada minggu kedua April akan dilakukan FGD di KBI Semarang 6. FGD dengan stakeholder 1. Terdiseminasikan program FPPED dalam rangka FPPED 2. KBI telah memberikan program pengembangan usaha sapi analisis kelayakan sapi perah kpd perah di Getasan – Kab. Bank Jateng Semarang di KBI Semarang. 3. Bank Jateng sangat berminat Peserta: Disyankop Prop, membiayai dan dalam tahun ini Disnak Kab.Semarang, BPN akan direalisasikan. Jateng, Bank Jateng Pusat & 4. Disnak mengharapkan BI Cabang Ungaran. mendiseminasikan kelayakan sektor pertanian kepada semua bank. Disnak siap membantu program FPPED. 5. BPN mengusulkan perlunya MoU antara BPN dan BI dalam rangka pensertifikatan tanah massal milik UMKM yang masuk dalam program 7. Pertemuan lanjutan dengan 1. Adanya peluang kerjasama Bank Jateng Ungaran dan TFPPED komoditas Sapi Perah di Dinas Peternakan Getasan dan Sapi Potong di
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
Waktu Pelaksanaan Pertengahan 2008
Januari
11 Maret 2008
12 s.d 19 Maret 2008
19 Maret 2008.
31 Maret 2008
3 April 2008
9 April 2008
15
8. Penjajakan TFPPED Sapi Potong di Grobogan dengan Dinas Peternakan dan BRI
9. FGD Sosialisasi Kredit untuk peternak Sapi Perah di KUD Getasan – Kab. Semarang
10. Survei Kelompok Peternak Sapi Potong di Purwodadi bersama BRI dan Disnakan
11. Realisasi kredit KKPE kepada kelompok-kelompok peternak sapi perah dan sapi potong 12. Penjelasan Penawaran pembangunan Biogas
13. Pemantauan pembuatan Biogas dalam rangka TFPPED Pembibitan Sapi Potong di DS.Ngraji – Kab.Grobogan
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
Tuntang dan Bringin – Kab Semarang 2. YBS akan memberikan informasi mengenai kesesuaian Daftar Anggota Kelompok Peternak yang akan mengajukan kredit . 1. BRI Purwodadi siap memberikan kredit KKPE dengan rekomendasi dari Dinas Peternakan Kab.Grobogan 2. Dinas Peternakan Grobogan bersedia memberikan bimbingan teknis BPD sanggup memberikan plafon kredit sebesar Rp.1 milyar dari pengajuan sebesar Rp.5,2 milyar. Untuk itu KUD Getasan diminta menentukan anggota kelompok yang sudah siap. Diperkirakan kredit sebesar Rp.1 milyar untuk pembiayaan 2 kelompok beranggotakan 80 peternak dan setiap peternak mendapatkan kredit sebesar Rp.12,5 juta,-. BPD menindaklanjutinya dengan melakukan survei jaminan. Diperoleh beberapa kelompok peternak sapi potong yang berpotensi untuk diberikan kredit. Dilanjutkan dengan penyusunan analisa Value Link dan kelayakan usaha sapi potong Realisasi kredit KKPE dilaksanakan oleh PT BRI dan Bank Jateng Ungaran dengan penandatangan Perjanjian Kredit dihadapan Notaris bertempat di kelompok masing-masing 2 (dua) calon pemborong pembangunan instalasi biogas dalam rangka FPPED kelompok peternak sapi potong Lembu Karya Purwodadi, memberikan penjelasan mengenai konstruksi digester untuk lahan yang labil. Kedua calon diminta menghitung biaya pembuatan dengan merubah konstruksi fondasi batu kali dengan konstruksi beton. Dalam rangka TFPPED termaksud, melalui BISMA (nilai kontrak Rp.29.328.000,-) sedang dibuat instalasi biogas untuk kelompok peternak Lembu Karya di desa Ngraji – Purwodadi – Kab. Grobogan. Pembuatan biogas yang berkapasitas
23 April 2008
25 April 2008
5 & 8 Mei 2008
Periode 12 Mei s.d 28 Juli 2008
2 & 4 Juli 2008
9 Agustus 2008
16
14. Pelatihan penguatan kelompok peternak sapi perah dan sapi potong dalam rangka TFPPED
15. Studi Banding bagi peternak sapi perah & sapi potong Kab. Semarang dan Kab. Grobogan ke Malang dan Pasuruan – Jawa Timur
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
27 meter kubik tersebut (oleh CV.Bionat) menyertai pemberian kredit dari BRI Purwodadi kepada 10 orang anggota kelompok dengan plafon sebesar Rp.200 juta. Kredit tersebut digunakan untuk membeli 19 ekor sapi indukan rata-rata berjenis Sementhal. Sedangkan pihak kelompok telah membangun kandang berkapasitas 24 ekor sapi dengan biaya mencapai Rp.47 juta,-. Kemudian untuk pembuatan biogas kelompok peternak memberikan sharing sebesar Rp.1,7 juta. Untuk kepuasan terhadap materi yang diberikan, meliputi: Pembuatan Biogas, Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Air Kencing Sapi, Pembuatan Silase, Kesehatan Ternak, Manajemen Keuangan Sederhana serta Manajemen Usaha Pasca Panen, maka dari 58 orang peserta, 24,5% menyatakan sangat puas, kemudian 49,3% menyatakan puas, selanjutnya 23,6% memberikan penilaian cukup puas dan hanya 2,5% menyatakan kurang puas. Umpan Balik penyelenggaraan yang meliputi penilaian terhadap: Kecocokan konsumsi, Kenyamanan Akomodasi, Ketersediaan Alat Bantu Pelatihan, Pengaturan Waktu, Ketepatan dalam Penyajian Materi serta Manfaat Pelatihan untuk Pelaksanaan di lapangan; maka 29,3% peserta menyatakan sangat puas kemudian 49,1% memberikan penilaian puas dan 20,7% menyatakan cukup puas. Sebesar 0,9% menyatakan kurang puas. Peserta studi banding terdiri dari: 28 peternak mewakili kelompok masingmasing, 2 Pejabat Dinas Peternakan (Kab. Semarang dan Kab. Grobogan) sebagai nara sumber, 3 pejabat/staf bank (BRI Purwodadi, BRI Ungaran & Bank Jateng Ungaran). Kemudian PBI dan 3 orang Pejabat/Staf, 1 orang karyawan honorer serta Konsultan PUKM. Tujuh (8) obyek telah dikunjungi, yaitu:
19-20 Agustus
6 sd 2008
9
November
17
(1) Peternak Sapi Perah (Bp. Tampi) di Selorejo – Ngantang. (2) Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari (3) KPSP Setia Kawan – Nongkojajar (4) Kandang sapi perah semi modern – KPSP Setia Kawan (5) IPS – (Susu UHT) Sekar Tanjung – Purwosari (6) Peternak Pembibitan Sapi Potong (Bp. Andru Sopi’i) – Tumpang (7) Laboratorium Ternak Lapang – Unibraw – Dau (8) Desa Binaan KBI Malang Ngantang Dengan studi banding ini semua peserta menyatakan mendapatkan wawasan dan ilmu yang sangat banyak dan berguna.
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
18
Lampiran 2: Daftar komoditas unggulan sektor pertanian Hasil BLS KBI Semarang 2007 DAERAH
TAN. PANGAN
PERKEBUNAN
PETERNAKAN
PERIKANAN
Kota Semarang
Padi Sawah
Anggrek
Ayam Petelur
Pemindangan
Jagung
Temulawak
Ayam Broiler
Pemanggangan
Durian
Kelapa
Ayam Buras
Ikan Bandeng
Pisang
Kunyit
Sapi Potong
Udang
Ubi Kayu
Cengkeh
Sapi Perah
Ikan Lele
Bawang Daun
Kopi
Ayam Potong
Pembenih Ikan
Kubis
Gula Kristal
Sapi Perah
Ikan Lele
Cabe
Kelapa
Ayam Petelur
Kolam Pancing
Kab. Semarang
Kota Salatiga
Kab. Demak
Petsai/Sawi
Jahe
Sapi Potong
Ikan Nila
Pisang
Kunyit
Kambing/domba
Ikan Hias
Padi Sawah
Jahe
Sapi Potong
Ikan Lele
Jagung
Kunyit
Sapi Perah
Ikan Nila
Pisang
Temulawak
Ayam Petelur
Ikan Gurame
Ubi Kayu
Kapulaga
Ayam Ras
Ikan Karper
Cabe Rawit
Laos
Kambing
Padi Sawah
Tebu
Kambing
Ikan Lele
Kacang hijau
Tembakau
Ayam Kampung
Udang Windu
Jambu Air
Kelapa
Burung Puyuh
Ikan Bandeng
Jagung
Kelapa Hibrida
Itik
Padi Sawah
Tembakau
Ayam Potong
Ikan Lele
Jagung
Kelapa
Sapi Potong
Ikan Nila
Kedele
Tebu
Ayam Petelur
Katak
Kacang Hijau
Kapas
Ayam Kampung
Betutu
Bawang Merah Kab.Grobogan
Kab Kendal
Semangka
Jarak
Kambing
Ikan Gurame
Padi Sawah
Anggrek
Ayam Ras
Ikan Bandeng
Jagung
Jahe
Itik
Udang
Bawang Merah
Kapulaga
Burung Puyuh
Kacang Tanah
Kunyit
Rucah (Ikan
Ubi Kayu
Mengkudu
bahan terasi)
Ikan Lele
Berdasarkan identifikasi awal terhadap perbankan untuk membiayai komoditas unggulan hasil BLS tersebut terdapat beberapa bank yang berminat memberikan kredit kepada pelaku usaha sapi perah sebagai berikut: 1. Wilayah Kab. Semarang: BRI Ungaran, Bank Ekonomi, Bukopin, Bank NISP 2. Wilayah Kota Salatiga: Bank Ekonomi, Bukopin, Bank Permata Semarang, BRI Syariah, Bank NISP
Program Kerja TFPPED KBI Semarang
19