PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (Studi Kualitatif pada SMA Negeri Kota Pekanbaru Tahun 2010)
TESIS
Oleh
ZUPRI NIM: 92614
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN OLAHRAGA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010
Persetujuan Akhir Tesis
Nama Mahasiswa NIM
Nama
Prof. Dr. Syafruddin.M.Pd. Pembimbing I
Prof. Dr. Eddy Marheni.M.Pd. ____________ Pembimbing II
Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang
Prof. Dr. Mukhaiyar NIP. 130 526 501
: zupri : 92614
Tanda Tangan
______________
Tanggal
____________
______________
Ketua Program Studi/Konsentrasi
Prof. Dr. Eddy Marheni. M.Pd NIP. 130. 805 469
vii
Persetujuan Komisi Ujian Tesis Magister Pendidikan
No.
Nama
Tanda Tangan
1. Prof. Dr. Syafruddin.M.Pd. (Ketua)
_________________
2. Prof. Dr. Eddy Marheni.M.Pd. (Sekretaris)
_________________
3. Prof. Dr. Gusril, M.Pd. (Anggota)
_________________
4. Prof. Dr. Sayuti Syahara, M.S, AIFO. (Anggota)
_________________
5. Dr. Ramalis Hakim, M.Pd (Anggota)
_________________
Mahasiswa: Nama
: zupri
NIM
: 92614
Tanggal Ujian
:
viii
ABSTRACT Zupri, 2010. Professionalism of Sport Physical and Health Education Teacher with Qualitative study at state SMA Pekanbaru city in the year 2010. Thesis of Post Graduate Program. State University of Padang. Professionalism is the ability of a sport physical and health education teachers in presenting teaching materials of sport well, by which the teachers are demanded to be able to master and design the learning of sport. The professional teachers of sport physical and health education have to be able to have pedagogic, personality social and professional competences. This research is intended to know the professionalism sport physical and health education teachers in state SMA Pekanbaru city. The Population of this research is all sport physical and health education teachers in state SMA Pekanbaru city. The informants of this research are teachers who teach in the state SMA Pekanbaru city, they are sport physical and health education teachers and students. In addition, both headmasters and administration staffs of the schools are also included and used as the resources of information. The Information in this research uses the technique of Snow Ball, the theory of Spreadley, which later develops in a accordance with the requirement and it will end up if there is no more indication of appearance of new information accordingly. Questions Research which are proposed in this research are: a) how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to pedagogic competence? b) how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to the aspects of social competence? c)how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to personality competence?d) how is the professionalism of sport physical and health education teachers seen from professional competence in state SMA in Pekanbaru? The result of the research has proved : a) professionalism of sport physical and health education teachers in terms of pedagogic competence is very good. b)how is the professionalism of sport physical and health education teachers with respects to social competence is very good? c) how is the professionalism of sport physical and health education teachers seen from personality competence in state SMA in Pekanbaru ?is very good. d) Professionalism of sport physical and health education teachers with respects to professional competence in state SMA in Pekanbaru is not good enough. It can be concluded that the professionalism sport physical and health education teachers seen from the pedagogic, social and personality competence is very good. However, it is still not good enough in terms of professional competence.
i
ABSTRAK Zupri, 2010. Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dengan Studi Kualitatif pada SMA Negeri Kota Pekanbaru Tahun 2010. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Profesionalisme merupakan kemampuan seorang Guru Penjasorkes dalam memberikan materi pembelajaran olahraga dengan baik serta guru di tuntut untuk mampu menguasai dan merancang pembelajaran olahraga. Guru Penjasorkes yang profesional harus memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Informan utama dalam penelitian ini adalah guru yang mengajar di SMA Negeri 3, 4, 8 dan12 Kota Pekanbaru, yaitu guru penjasorkes dan siswa, informasi lain adalah kepala sekolah, teman sejawat dan pegawai tata usaha. Informasi dalam penelitian ini menggunakan teknik snow ball teori Spradley, yang nantinya informasi dalam penelitian tersebut berkembang sesuai dengan kebutuhan dan berakhir jika tidak terdapat lagi indikasi munculnya informasi baru sesuai dengan kebutuhan. Pertanyaan penelitian yang di ajukan dalam penelitian ini adalah a) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi paedagogik?. b) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi kepribadian?. c) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi Sosial ?. d) Bagaimanakah Profesionalisme Guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi Profesional ?. Hasil penelitian menunjukan a) Profesionalisme guru penjasorkes dilihat dari kompetensi paedagogik di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat sangat baik b) profesionalisme guru penjasorkes dilihat dari kompetensi sosial di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat sangat baik. c) profesionalisme guru penjasorkes dilihat dari kompetensi kepribadian di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat sangat baik. Dan d) profesionalisme Guru Penjasorkes dilihat dari kompentensi profesional di SMA Negeri di Kota Pekanbaru terlihat kurang baik. Dapat disimpulkan bahwa profesionalisme Guru Penjasorkes sudah sangat baik dilihat dari asfek Kompetensi paedagogik, sosial dan kepribadian, namun masih kurang baik dalam hal kompetensi profesional.
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, Tesis dengan judul; PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SMA NEGERI KOTA PEKANBARU adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik baik di Universitas Negeri Padang maupun di perguruan tinggi lain. 2. Karya Tulis ini murni gagasan, penilaian dan rumusan saya sendiri, tanpa bantuan tidak sah dari pihak lain, kecuali arahan dari Tim Pembimbing. 3. Di dalam Karya Tulis ini tidak terdapat hasil karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan dicantumkan sebagai acuan di dalam naskah saya dengan disebutkan nama pengarangnya dan dicantumkan pada daftar rujukan. 4. Pernyatan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apa bila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena Karya Tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku
Padang, Oktober 2010 Saya yang menyatakan
Zupri Nim: 92614
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti sampaikan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis
berjudul “Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani
Olaharaga dan Kesehatan SMA Negeri Kota Pekanbaru” dengan lancar. Tesis ini merupakan salah satu syarat dalam mendapatkan Gelar Magister Pendidikan (M,Pd) pada program Pascasarjana Universitas Negeri Padang Selama penulisan tesis ini, peneliti banyak menerima bantuan, bimbingan dan koreksi dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu, maka pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada; 1. Bapak Prof. Dr. Syafruddin M.Pd. sebagai pembimbing I yang telah meluangkan
waktu,
tenaga
dan
pikirannya
guna
mengarahkan,
mengkoreksi dan memotivasi peneliti untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marheni M.Pd, sebagai ketua Kosentrasi Manajemen Pendidikan Olahraga sekaligus sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang positif, untuk penulisan tesis ini. 3. Prof. Dr. Gusril. M.Pd, selaku dosen penguji yang telah mamberikan masukan dan sumbangan pemikiran serta saran dalam penyempurnaan tesis ini.
iv
4. Prof. Dr. Sayuti Syahara. M.Pd.AIFO, selaku dosen penguji yang telah mamberikan masukan dan sumbangan pemikiran serta saran dalam penyempurnaan tesis ini 5. Dr.Ramalis Hakim. M.Pd selaku dosen penguji yang telah mamberikan masukan dan sumbangan pemikiran serta saran dalam penyempurnaan tesis ini. 6. Bapak Direktur Program Pascasarjana, Ketua Konsentrasi Manajemen Pendidikan Olahraga, serta seluruh Dosen dan staf Tata Usaha Pascasarjana yang telah memberikan bantuan, kemudahan, dan dorongan kepada peneliti selama mengikuti perkuliahan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. 7. Bapak dan Ibu kepala Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8, dan 12 Kota Pekanbaru beserta Bapak dan Ibu guru Penjasorkes SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru, yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah yang di pimpinnya dan memberikan
informasi
yang
peneliti
perlukan
serta
memberikan
kemudahan yang diberikan selama penelitian di SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru. 8. Bapak Drs.H. Hermilus, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 12 Pekanbaru yang telah banyak memotivasi penulis dan memberikan izin selama menyelesaikan perkuliahan S2. 9. Kedua orang tua penulis Ibu dan Ayah tercinta, Hj.Rohana dan Ahmad yang
selalu
mendoakan
penulis
perkuliahan S2 ini.
v
sehingga
dapat
menyelesaikan
11. Ayah dan Ibu mertua tercinta H.Syaraf dan Hj.Anggorani yang tak lupa mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. 12. Teristimewa buat Istri tercinta Dra.Hj.Sarpani beserta buah hati Ahsanuz zikri, Amani Syahidah dan Muhammad Atif Maulidi yang selalu tabah dan penuh pengorbanan baik materi maupun moril di dalam memberikan semangat selama melaksanakan perkuliahan dan pada masa penulisan tesis ini. 13. Rekan-rekan sesama S2 pada program studi Administrasi Pendidikan Konsentrasi
Manajemen
Olahraga,
yang
sama-sama
berjuang
menyelesaikan perkuliahan yang selalu memberikan motivasi dalam penulisan tesis ini. Akhirnya tidak lupa juga peneliti ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan proposal penelitian ini. Kepada mereka yang disebut, semoga Allah SWT memberi imbalan dan limpahan rahmat-Nya, Amin.
Pekanbaru, Oktober 2010
ZUPRI NIM : 92614
vi
DAFTAR ISI Halaman I ABSTRACT……………………….........................................…………...… ABSTRAK .............................................……………...……………….…...
ii
SURAT PERNYATAAN…………………………………………………......
iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………..…..
iv
DAFTAR ISI ...………………………………………………………..............
vii
DAFTAR TABEL……………………………………………….....................
x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………..……..……..…
xI
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..........
XII
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................
1
B. Fokus Penelitian…..........................................................................
8
C. Pertanyaan Penelitian.....................................................................
8
D. Tujuan Penelitian…………………….……………............................
9
E. Manfaat Penelitian………………………………………..…………..
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teoritik........................................................................... 1. Profesionalisme Guru Penjasorkes………………………….....
11 11
a. Kompetensi Paedagogik……………....................................
13
b. Kompetensi Kepribadian………………………….……….....
14
c. Kompetensi Sosial………………………………….…………
15
d. Kompetensi Profesional…………………………….………..
16
2. Hakekat Guru Penjasorkes yang Profesional…………...……..
17
a. Keberadaan Guru Penjasorkes............................................
17
b. 10 Kompetensi Guru Penjasorkes…....................................
18
B. Kerangka Berpikir…........................................................................
25
vii
BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ……………….……….………………..…………..
27
B. Informan Penelitian……………………………….…........................
29
C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data…..….....................................
30
1. Teknik Pengumpulan Data........................................................
30
2. Alat Pengumpulan Data …………………………........................
33
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data………..…………………..….....
33
1. Perpanjangan Keikutsertaan …………………………….….….
33
2. Ketekunan Pengamatan ……………………………….…..……
34
3. Triangulasi ……………………………………………….…..……
34
4. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi …………….…
34
5. Pengecekan Anggota …………………………………….……...
35
E. Teknik Analisa Data…………………………….……………….…….
36
1. Menentukan Status Sosial……………………………………….
36
2. Melakukan Observasi Lapangan ………………………….……
36
3. Melakukan analisis kawasan ……………………………………
37
4. Melakukan Observasi Terfokus dengan pertanyaan terstruktur…………………………………………………….……. 38 5. Melaksanakan analisis Taksonomi ……………………….….... 38 6. Melakukan Observasi Terseleksi dengan pertanyaan kontras…………………………………………………………….. 38 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum…..……….…….……………………......................... 1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian…………………
40 40
2. Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3, 4, 8, dan 12 Kota Pekanbaru…………………………………………………………. 3. Sarana dan Prasarana………………………...............…………. B. Temuan Khusus Peneliti………......................................................
40 41
42 1. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Paedagogik……………………………………………………..…. 43 2. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Kepribadian………………………………………………………. 48
viii
3. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Sosial ……………………………………………………………….
49
4. Profesionalisme Guru Penjasorkes dalam Kompetensi Profesional……………………………………………………….… 51 C. Pembahasan Penelitian…...............................................................
62
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Temuan………………………………………………….. B. Implikasi Hasil Penelitian................................................................. C. Saran……….…................................................................................
DAFTAR RUJUKAN……………………………………….………………… LAMPIRAN…………………………………………………...........................
ix
67 70 87
90 91
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Guru Penjasorkes SMA Negeri 3,4,8 dan 12 Kota Pekanbaru... 41 2. Sarana dan prasarana olahraga SMA Negeri 3,4,8 dan 12 KotaPekanbaru………………………………………………………. 42
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Photo lokasi SMA Negeri 3 KotaPekanbaru………………………….... 102 2. Siswa-siswi SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru melakukan aktivitas olahraga……………………………………………………………………. 102 3. Photo lokasi SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru…………………………… 103 4. Siswa-siswi SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru melakukan aktivitas olahraga…………………………………………………………………….. 103 5. Photo lokasi SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru…………………………… 104 6. Siwa-siswi SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru Melakukan aktivitas olahraga….…………………………………………………………………. 104 7. Photo lokasi SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru…………………………. 105 8. Siswa-siswi SMA Negeri 12 Kota pekanbaru melakukan aktivitas olahraga…………………………………………………………………….. 105
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Pertanyaan Penelitian…………………………………………… 91 2. Nama-nama Kepala Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8, dan 12 Kota Pekanbaru …………………………………………………. 99 3. Guru-guru Penjasorke SMA Negeri 3,4,8,dan 12 Kota Pekanbaru.. 100 4. Jumlah siswa SMA Negeri 3,4,8 dan 12 kota Pekanbaru……….
101
5. Dukumentasi penelitian…………………………………………. 100 6. Surat Izin Penelitian…………………………………………….. 104
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah. Sektor pendidikan adalah salah satu bidang pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia. Peningkatan kualitas manusia dapat melalui berbagai program pendidikan yang dimulai dari pendidikan dasar sampai kejenjang perguruan tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut penyelenggaraan pendidikan
harus
dilaksanakan
secara
sistematis
dan
terarah
berdasarkan kepada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 tentang ketentuan umum pendidikan adalah; “Usaha sadar dan terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara. Serta pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman” Pendidikan Jasmani (Penjas), pada kurikulum sebelumnya dan sekarang dinamai Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes)
merupakan
salah
satu
media
pendidikan
untuk
meningkatkan kesehatan jasmani di sekolah. Bidang studi ini dapat
1
2
dijadikan proses pendidikan di sekolah menjadi lengkap, utuh dan mengantarkan siswa tumbuh total dalam dirinya. Sebagai
bagian
integral
dari
upaya
pendidikan
secara
menyeluruh sekaligus juga merupakan bagian dari kegiatan olahraga bangsa atau masyarakat, maka pendidikan jasmani bertujuan untuk mempersiapkan
siswa
menuju
taraf
kedewasaan
yang
dapat
membedakan suatu hal yang baik dan hal buruk. Hal ini disebabkan karena dalam materi pengajaran penjasorkes terdapat nilai-nilai antara lain; kreativitas, disiplin, pengembangan jasmani, mental, spiritual, emosional, sosial, moral, dan seni yang selaras, serasi dan seimbang. Penjasorkes tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan motorik saja, tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir, perubahan sikap dan prilaku siswa. Menurut Laurence Haskew dan Lendon dalam Uno (2007:15) mengatakan bahwa “guru merupakan seorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas”. Artinya bahwa seorang
Guru
Penjasorkes
harus
memiliki
kemampuan
untuk
menghidupkan suasana kelas sehingga proses pembelajaran kelas terlaksana dengan baik. Demikian juga menurut Jean Grambs dan Morris
dalam Uno (2007: 15) menjelaskan “bahwa guru adalah
mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seseorang individu hingga dapat terjadi pendidikan”. Jadi guru merupakan orang dewasa yang secara sadar dan bertanggung
3
jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang
program
pembelajaran
serta
mampu
menata
dan
mengelola kelas agar peserta didiknya dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan tersebut. Guru Penjasorkes merupakan suatu profesi, hal ini berarti suatu jabatan
yang
memerlukan
keahlian
khusus.
Sebagai
Guru
Penjasorkes, profesi ini memerlukan keahlian khusus yang tidak bisa dilakukan sembarangan orang di luar bidang pendidikan jasmani. walaupun pada kenyataanya masih terdapat hal-hal yang bertentangan dengan itu. Profesionalisme seorang Guru Penjasorkes merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahun di bidang pendidikan jasmani olahraga dan`kesehatan, yaitu memahami tentang
pembelajaran,
kurikulum,
dan
perkembangan
manusia
termasuk strategi mengajar. Guru Penjasorkes merupakan suatu elemen penting dalam dunia pendidikan, karena pencapaian tujuan pendidikan jasmani tidak terlepas dari peranan guru yang profesional. Artinya bahwa tercapai atau tidak tercapainya tujuan pendidikan jasmani sangat tergantung peran seorang Guru Penjasorkes. Terciptanya sumber daya manusia yang berilmu pengetahuan dan memiliki kesegaran jasmani yang baik, merupakan tugas dan tanggung jawab Guru Penjasorkes yang
4
profesional, yaitu seorang guru yang mampu membuat peserta didiknya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan cara pengembangan ketrampilan yang ada pada diri peseta didik itu sendiri. Banyak
faktor
yang
mempengaruhi
mutu
pendidikan
di
Indonesia, namun terlihat bahwa faktor guru sangat penting dan menentukan, karena guru adalah manusia yang berpikir, yang dapat berkarya sehingga dapat membantu mengatasi persoalan pendidikan di sekolah. Masyarakat ikut berperan dalam pendidikan formal, dalam rangka membekali generasi muda dengan ilmu dan teknologi, nilai dan sikap,
serta
keterampilan-keterampilan
menjadi
aktor
untuk
menghadapi persaingan ke depan. Guru merupakan tokoh kunci dalam proses pendidikan manusia Indonesia menjadi insan pancasila yang inovatif dan kreatif. Peningkatan mutu pembelajaran mutlak harus dilakukan para guru, karena akan memberikan dampak terhadap mutu pendidikan nasional. Kemampuan profesional Guru Penjasorkes di SMA perlu dimiliki, karena ini merupakan dasar untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang
handal.
Keberhasilan
Guru
Penjasorkes
yang
profesional sangat ditentukan oleh banyak hal, keterampilan dan kemampuan mengajar perlu di miliki, pemahaman kurikulum dan penguasaan materi menjadi prioritas utama, di samping mampu dan terampil dalam metode pengajaran dan mendaya gunakan media
5
pembelajaran. Tak kalah pentingnya pemahaman yang sungguhsungguh terhadap teknik evaluasi, karena teknik evaluasi menjadi faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran seorang guru dituntut membuat perencanaan pembelajaran guna untuk mempermudah guru dalam melaksanakan tugas selanjutnya. Guru adalah pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan dengan prinsip keprofesionalan.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru atau pendidik harus memiliki
ketekunan
dan
keseriusan
dalam
mengembangkan
pendidikan jasmani di sekolah. Pada pelaksanaan pengajaran penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru, bahwa Guru Penjasorkes masih berkeinginan menjadikan siswanya berprestasi dalam satu cabang olahraga. Padahal telah diketahui bahwa setiap individu siswa mempunyai kemampuan dan keterampilan yang berbeda-beda, sehingga siswa merasa tertekan dalam pelaksanaan pembelajaran, karena guru pendidik lebih mengarahkan pada olahraga prestasi. Ini menunjukkan bahwa Guru Penjasorkes belum memahami konsep pembelajaran penjasorkes yang sebenarnya yaitu mendidik dan
6
menumbuh kembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan pembelajaran penjasorkes Prestasi siswa dalam cabang olahraga di SMA Negeri Kota Pekanbaru cukup baik, sehingga para guru pendidikan jasmani olahraga
dan
kesehatan
termotivasi
untuk
megembangkan
ekstrakurikuler di setiap sekolah. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya sarana dan prasarana olahraga di sekolah sehingga hal ini dirasakan langsung oleh Guru-guru Penjasorkes di sekolah. Jumlah siswa tidak seimbang dengan jumlah alat olahraga di sekolah. Dampaknya adalah pelaksanaan olahraga di lapangan terkesan bahwa Guru Penjasorkes hanya melakukan kewajiban saja pada waktu pembelajaran, sehingga pemberian umpan balik dari pengajaran jarang dilaksanakan. Satuan
pembelajaran
merupakan
penjabaran
tentang
isi
kurikulum yang akan disajikan kepada siswa. Jika Guru Penjasorkes tidak menyesuaikan dengan kebutuhan dari setiap siswa dari tahun ke tahun maka tujuan pembelajaran tidak akan pernah tercapai sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain itu Guru Penjasorkes kurang mendapat kesempatan untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidangnya seperti melalui seminar, penataran, dan lain sebagainya. Penjasorkes merupakan sub sistem pendidikan individu dalam proses
yang
sistemik
dan
sistematik
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan kualitas individu siswa baik secara kognitif, afektif
7
maupun psikomotor. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pembelajaran penjasorkes dimana siswa dapat memiliki pengetahuan jasmani, keterampilan dan sikap. Dalam proses ini ada unsur-unsur penting yang selalu berorentasi pada setiap proses pembelajaran penjasorkes diantaranya; tujuan, materi, metode, kurikulum, sarana dan prasarana. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kota Pekanbaru guna untuk melihat sejauh mana tingkat keprofesionalan Guru Penjasorkes dalam pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil grand tour menunjukan bahwa; (1) guru membuat pembelajaran hanya untuk memenuhi administrasi sekolah. (2) guru kurang serius dan terlihat kurang persiapan sehingga sikap dan caranya tidak profesional dalam memberikan materi pelajaran penjasorkes. (3) akibat guru kurang variasi dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka sering terlihat siswa kurang aktif dalam melakukan aktifitas olahraga. (4) sarana dan prasarana olahraga belum memadai, sehingga Guru Penjasorkes tidak dapat melakukan tugas sesuai dengan tuntutan kurikulum. (5) waktu pembelajaran penjasorkes terasa sangat kurang dan tidak sesuai dengan tuntutan materi dalam kurikulum. (6) Guru Penjasorkes terkesan hanya melaksanakan kewajiban mengajar saja dan setelah itu pulang sebelum jam pembelajaran selesai. (7) Guru Penjasorkes terkadang tidak membuat rancangan pembelajaran dan satuan pembelajaran dengan baik sehingga apa yang diajarkan tidak sistematis.
8
Melihat fenomena yang dijelaskan di atas maka peneliti tertarik dan merasa terpanggil untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan profesionalisme Guru Penjasorkes dalam mencapai hasil belajar yang baik pada bidang studi pendidikan jasmani dan olahraga kesehatan di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
B. Fokus Penelitian. Fokus penelitian ini adalah profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru dilihat dari aspek kompetensi paedagogik,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi
sosial,
dan
kompetensi profesional
C. Pertanyaan Penelitian. Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut; 1. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi paedagogik? 2. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi kepribadian? 3. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi sosial? 4. Bagaimanakah profesional Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru terkait dengan kompetensi profesional?
9
D . Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus dan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan: 1. Kompetensi paedagogik Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. 2. Kompetensi kepribadian Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. 3. Kompetensi sosial Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. 4. Kompetensi professional Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a) Guru-guru bidang studi penjasorkes yang ada di SMA Negeri Kota Pekanbaru, dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas belajar,
sehingga
pembelajaran
dapat
membentuk
dan
mengembangkan kepribadian siswa terutama fisiologis, mental, sosial dan emosional. b) Kepala sekolah sebagai supervisi dalam menentukan arah kebijakan dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah.
10
c) Peneliti sendiri adalah untuk mengembangkan wawasan dan kemampuan dalam pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. d) Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan. e) Peneliti
lain
megembangkan
yang
bermaksud
penelitian
untuk
yang
melanjutkan berkaitan
profesionalisme guru di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
dan
dengan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori. 1. Profesionalisme Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya “suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang”. Menurut Westar dalam Kunandar (2007:45) Profesi juga di artikan “sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang di peroleh dari pendidikan akademisi yang intensif”. Jadi hal tersebut dapat diartikankan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian tertentu, artinya suatu pekerjaan atau jabatan
yang disebut profesi tidak dapat di pegang oleh sembarangan orang, tetapi memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”. Hal ini menjelaskam bahwa seorang pendidik atau seorang
11
12
guru harus memilik keterampilan khusus dan pengetahuan khusus untuk mengaplikasikan ilmunya terhadap peserta didik. Menurut Nana Sudjana, Usman dalam Kunandar (2007:46) pekerjaan yang bersifat profesional adalah “pekerjaan yang hanya dapat di lakukan oleh mereka khusus di persiapkan untuk itu bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang tidak dapat memperoleh pekerjaan lain”. Hal ini menjelaskan bahwa seorang guru bukanlah seorang yang bekerja dikarenakan tidak ada pekerjaan lain melainkan merupakan minat dan bakat untuk menjadi seorang pendidik. Sehingga dapat disimpulkan suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam
suatu
jabatan
tertentu
yang
mensyaratkan
kopentensi
(pengetahuan, sikap dan ketrampilan) tertentu secara khusus yang di peroleh dari pendidikan akademis yang intensif. Sementara itu profesionalisme menurut Kunandar (2007:46) adalah “kondisi arah, nilai ,tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencarian seseorang”. Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran merupakan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencarian. Sementara itu seorang guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompentensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompentensi yang dimaksud
13
adalah
meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional
baik yang bersifat pribadi, sosial, maupun akademis. Dari pendapat di atas Guru Penjasorkes harus memiliki kompetensi sebagai mana menurut UU Nomor 15 tahun 2005 tentang guru dan dosen dalam Sujanto (2007: 31) ada 4 kompetensi yang harus di miliki seorang guru yang profesional yaitu ; a) Kompetensi paedagogik. Kompetensi paedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang di milikinya. Hal ini dimaksud agar pemahaman terhadap peserta didik di dasari oleh kesadaran bahwa bakat minat dan tingkat kemampuan mereka sangat berbeda-beda sehingga seorang guru harus memiliki kiatkiat tersendiri dalam melakukan bimbingan. Sementara Wibowo (2007: 4) mengatakan bahwa kinerja guru profesional adalah” merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun, implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan kompetensi, motivasi dan kepentingan. Implementasi yang di maksud merupakan suatu aplikasi rencana yang sudah dikuasai oleh guru untuk diterapkan dilapangan sehingga tersusun dan terencana dengan baik.
14
Untuk itu seorang Guru Penjasorkes yang mempunyai kemampuan dan profesional atau kompetensi, haruslah dapat menyusun perencanaan pengajaran dengan menerapkan prioritas, dengan tujuan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan selalu mempertimbangkan pengalaman sebelumnya yang dimiliki oleh para siswa sebagai masukan untuk pelaksanaan pembelajaran berikutnya.
Dengan
melihat
kepada
pencapaian
tujuan
pembelajaran tersebut, dengan sendirinya Guru Penjasorkes dapat menyusun kembali kurikulum yang telah ada untuk diterapkan dan disesuaikan dengan situasi kondisi, daerah sekolah, siswa dan menerapkan pembelajaran berdasarkan pengalaman yang lalu. b) Kompetensi kepribadian. Kompetensi
kepribadian
adalah
guru
harus
memiliki
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa sehingga menjadi teladan bagi siswa-siswanya. Bakat dan minat untuk menjadi guru merupakan hal yang harus di miliki oleh seorang guru terutama Guru Penjasorkes. Guru merupakan teladan dan figur bagi peserta didik dan masyarakat sekitarnya. Menurut Gusril (2008: 8) bahwa guru harus memiliki (a) berakhlak mulia; (b) arif bijaksana; (c) berwibawa; (d) stabil; (e) dewasa; (f) jujur; (g) menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat; (h) mau mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan; (i) mau mengevaluasi kinerja sendiri; (j) mantap.
15
Dari kutipan di atas dapat di jelaskan bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap untuk menjadi pengayom bagi siswa dan masyarakat sekitarnya, sehingga kinerja guru dapat berjalan dengan baik dan lancar. c) Kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi secara efektif
dengan
peserta
didik,
sesama
pendidik,
tenaga
kependidikan, orang tua siswa dan masayarakat sekitarnya, yang harus
dijauhkan
bagi
seorang
guru
adalah
egois
serta
mengedepankan kepentingan pribadi. Menurut Gusril (2008: 9) bahwa kompetensi sosial secara umum harus mampu membangun; (1) menciptakan komunikasi yang baik melalui tulisan, lisan dan isyarat; (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) bergaul secara efektif dengan siswa, serta pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan, satuan pendidikan, orang tua, siswa; (4) bergaul secara santai dengan masyarakat sekitarnya dengan mengindahkan norma-norma serta sistim nilai yang berlaku dan; (5) menghasilkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat. Guru yang profesional harus mampu memiliki kemampuan bergaul dengan baik dan luas, ramah serta ceria terhadap peserta didik serta orang tua peserta didik sehingga dapat mengenal lingkungan lebih luas. Seorang guru profesional harus mamapu
16
bergaul secara luwes sehingga mampu berkomunikasi kesegala arah, hal ini dilakukan karena tugas seorang guru mengharuskan untuk mengenal lebih jauh siswanya. Disamping itu seorang guru juga harus mampu berkomunikasi baik dengan orang tua siswa maupun terhadap atasannya. Jadi jelas bahwa seorang guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi kesegala arah dan segala lapisan masyarakat baik siswa, orang tua siswa, maupun atasan dari guru tesebut. d) Kompetensi profesional. Menurut Gusril (2008: 11) kompetensi profesional adalah kemampuan untuk dapat menguasai materi pembelajaran secara luas
dan
mendalam
yang
memungkinkan
guru
mampu
membimbing peserta didik dapat memenuhi standar kompentensi minimal yang harus di kuasai oleh peserta didik.
Sementara
Sagala Syaiful (2009: 39) guru merupakan faktor penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Dalam Penjasorkes
pelaksanaan mempunyai
pembelajaran tanggung
di
jawab
Sekolah, dalam
Guru bentuk
keterampilan/ kemampuan mengajar yang dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1) Keterampilan managerial dan 2) Keterampilan substansial. Keterampilan managerial berhubungan dengan kemampuan mengelola
lingkungan
belajar
serta
memelihara
dan
17
mengembangkan perilaku siswa, juga keterlibatan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Keterampilan substansial berhubungan dengan kemampuan mengenai
materi,
sebagaimana keterampilan meningkatkan
metode,
yang ini
sarana
tercantum
harus
kinerjanya
prasarana,
tujuan
dalam
kurikulum.
Kedua
Guru
Penjasorkes
dalam
dipunyai dalam
dan
pelaksanaan
pembelajaran
penjasorkes, baik dalam pemberian materi yang bersifat teori maupun praktek di lapangan olahraga. Dari uraian di atas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa
guru
yang
profesional
adalah
guru
yang
dapat
mengembangkan dirinya untuk melaksanakan tugas sehari-harinya sebagai guru untuk mencerdaskan siswa siswi di mana dia mengajar, karena dari apa yang di laksanakannya akan menjadi sumber penghasilan bagi dirinya dan keluarganya.
2. Hakekat Guru Penjasorkes Yang Profesional. a) Keberadaan Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kasehatan. Guru penjasorkes adalah seorang guru mata pelajaran yang memberikan
pelajaran Penjasorkes dalam arti kata guru dapat
mendesain program pembelajaran untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa siswi dan meningkatkan ketrampilan motorik dan menimbulkan sikap sportivitas siswa siswi dalam belajar maupun
18
dalam
kehidupan
penjasorkes
sehari-hari.
dapat
menjalankan
Maka
guru
mata
pembelajaran
pelajaran
dalam
kelas
maupun di luar kelas seperti; di lapangan bola kaki, lapangan voli, lapangan basket ball atau bagi sekolah yang tidak mempunyai lapangan memanfaatkan apa yang ada di sekolah tersebut. Oleh karena
itu
guru
mengorganisir
haruslah
atau
mempunyai
menyusun
suatu
kemampuan
dalam
manajemen
dalam
pembelajaran secara efektif dan efisien, ini merupakan tugas inti seorang Guru Penjasorkes di sekolah. b) 10 Kompetensi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Adapun tahap-tahap kemampuan dasar yang harus di dipenuhi oleh guru profesional adalah dalam UU Guru dan Dosen tahun 2007 yaitu; “(1) penguasaan bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media sumber, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi siswa untuk kepentingan
mengajar,
(8)
mengenal
fungsi
dan
program
pelayanan BP, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan (10) memahami prinsip-prinsip mentanfsirkan hasilhasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran”. 1) Penguasaan Bahan. Kemampuan dasar yang di miliki adalah manguasai bahan mata pelajaran dan kurikulum sekolah hal yang harus di
19
kembangkan oleh seorang guru yang profesional
adalah
penguasaan materi pengajaran serta mengkaji bahan kurikulum materi pembelajaran, sehingga setiap materi yang di berikan di sesuaikan dengan materi yang ada. Mengkaji isi buku-buku teks materi pembelajaran yang bersangkutan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kegiatan kurikulum materi pembelajaran yang bersangkutan. Sementara
itu
penguasaan
yang
diperlukan
adalah
penguasaan bahan pendalaman atau aplikasi pembelajaran yang sesuai dengan materi ilmu yang relevan sehingga materi yang diberikan dapat di cerna oleh peserta didik. Demikian halnya dengan mempelajari aplikasi bidang ilmu kedalam bidang ilmu lain,
serta
mempelajari
cara
menilai
kurikulum
materi
pembelajaran, sehingga kita sebagai guru dapat melakukan evaluasi materi yang telah di tuangkan kedalam pembelajaran. 2) Mengelola Program Belajar Mengajar. Dalam hal ini pengelolaan program belajar dan mengajar mengenai
rumusan
tujuan
instruksional
adalah
mengkaji
kurikulum materi pembelajaran, mempelajari ciri-ciri rumusan tujuan instruksional, mempelajari tujuan instruksional materi pembelajaran
yang
bersangkutan,
merumuskan
instruksional materi pembelajaran yang bersangkutan.
tujuan
20
Sedangkan
mengenai
hal
mengenal
dan
dapat
menggunakan metode mengajar, mempelajari bermacam-macam metode pengajaran dan menggunakan macam-macam metode pengajaran. Memilih dan menyusun prosedur instruksional yang tepat yaitu dengan mempelajari kriteria pemilihan materi dan prosedur mengajar. Menggunakan kriteria memilih materi dan prosedur mengajar. Merencanakan program pelajaran dan menyusun satuan pelajaran. Berikut adalah melaksanakan program belajar mengajar yaitu mempelajari fungsi dan peranan guru dalam instruksi belajar mengajar,
menggunakan alat bantu
kriteria pemulihan materi
dan prosedur mengajar, menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar, memonitor proses belajar siswa, menyesuaikan rencana program pengajaran dengan situasi kelas. Berikut mempelajari
adalah
mengenal
faktor-faktor
yang
kemampuan mempengaruhi
anak
didik,
pencapaian
prestasi belajar, mempelajari prosedur dan teknik mengidentifikasi kemampuan
siswa.
menggunakan
prosedur
dan
teknik
mengidentifikasi kemampuan siswa. 3) Mengelola Kelas. Mengatur tata ruang kelas dengan mempelajari macammacam pengaturan tempat duduk dan setting ruang kelas sesuai dengan tujuan instrusional yang hendak dicapai, mempelajari
21
kriteria menggunakan macam-macam pengaturan tempat duduk dan setting ruang. Menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi mempelajari
faktor-faktor
yang
mengganggu
iklim
belajar
mengajar yang serasi. Mempelajari strategi dan prosedur pengelolaan kelas yang besifat preventif, menggunakan strategi dan
prosedur
mengelola
kelas
yang
bersifat
preventif,
menggunakan prosedur kelas yang bersifat kuratif. 4) Menggunakan Media Sumber. Mengenal,
memilih
dan
menggunakan
media
yaitu,
mempelajari macam-macam media pendidikan, mempelajari kriteria
memilih
media
pendidikan,
menggunakan
media
pendidikan, merawat alat-alat bantu pengajaran. Membuat alatalat bantu pembelajaran sederhana yaitu, mengenali bahanbahan yang tersedia dilingkungan sekolah untuk membuat alatalat bantu, mempelajari perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar, menggunakan perkakas untuk membuat alat-alat bantu mengajar. Menggunakan dan menggelola laboratarium dalam rangka proses
belajar
mengajar
yaitu
mempelajari
cara-cara
menggunakan laboratorium, mempelajari cara-cara dan aturan pengalaman bekerja di laboratorium, berlatih mengatur tata ruang laboratorium, mempelajari cara merawat dan menyimpan alat-alat. Mengembangkan
laboratorium
yaitu
mempelajari
fungsi
22
laboratorium dalam proses belajar mengajar, mempelajari kriteria pemilihan alat, Mempelajari berbagai desain laboratorium, menilai keefektifan kegiatan laboratorium, mengembangkan eksperimen baru. Menggunakan
perpustakaan
dalam
proses
belajar
mengajar yaitu mempelajari fungsi-fungsi perpustakaan dalam proses
belajar,
perpustakaan,
mempelajari menggunakan
macam-macam
sumber
macam-macam
sumber
perpustakaan. Mempelajari kriteria pemilihan sumber macammacam sumber perpustakaan. Menilai sumber perpustakaan. Menggunakan micro teaching dalam belajar mengajar yaitu mempelajari
fungsi
micro
teaching
dalam
proses
belajar
mengajar, menggunakan micro teaching unit dalam proses belajar mengajar, menyusun program micro teching dengan atau tanpa hardware, melaksanakan program micro teching dengan atau tanpa hardware menilai program dan pelaksanaan micro teaching menggunakan program baru. 5) Menguasai Landasan Kependidikan. Mempelajari
konsep
dan
masalah
pendidikan
dan
pengajaran dengan sudut tinjauan sosiologis, fisiologis, historis, dan psikologis. Mengenali fungsi sekolah sebagai lembaga sosial yang secara potensial dapat memajukan masyarakat dalam arti
23
luas serta pengaruh timbal balik antara sekolah dengan masyarakat. 6) Mengelola Interaksi Belajar Mengajar. Mempelajari cara-cara memotivasi siswa untuk belajar, menggunakan
cara-cara
memotivasi
siswa
untuk
belajar.
Menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan, menggunakan macam-macam bentuk pertanyaan secara tepat, mempelajari beberapa mekanisme psikologis belajar mengajar di sekolah, mengkaji faktor-faktor positif dan negativ dalam proses belajar. Mencari cara-cara berkomunikasi antar pribadi, menggunakan cara-cara berkomunikasi antar pribadi. 7) Menilai Prestasi Siswa Untuk Kepentingan Mengajar. a) Mempelajari fungsi penilaian b) Mempelajari
bermacam-macam
teknik
dan
prosedur
penilaian. c) Mempelajari kriteria dan prosedur penilaian. d) Mempelajari kriteria penilaian teknik dan prosedur penilaian. e) Menggunakan teknik dan prosedur penilaian. f) Mengelola dan menginterprestasikan hasil penilaian. g) Menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan proses belajar mengajar. h) menilai tehnik dan prosedur penilaian. i) Menilai keefektifan program pengajaran.
24
8) Mengenal Fungsi dan Program Pelayanan BP. Mengenal fungsi dan program layanan BP di sekolah yaitu mempelajari fungsi BP di sekolah, mempelajari program layanan BP, mengkaji persamaan dan perbedaan fungsi, kewenangan, serta tanggung jawab antara guru di sekolah. Menyelenggarakan program layanan BP disekolah yaitu mengidentifikasi kesulitankesulitan yang di hadapi siswa, menyelengarakan program layanan BP di sekolah, terutama bimbingan belajar. 9) Mengenal dan Menyelenggarakan Administrasi Sekolah. Mengenal penyelenggaraan administrasi sekolah yaitu mempelajari
struktur
organisasi
dan
administrasi
sekolah
mempelajari fungsi dan tanggung jawab administrasi guru, kepala sekolah, dan kantor wilayah Depdiknas, mempelajari peraturanperaturan
kepegawaian
kepegawaian
guru
pada
pada
umumnya
khusunya.
dan
peraturan
Menyelenggarakan
administrasi sekolah, mempelajari prinsip-prinsip dan prosedur pengelolaan program akademik. 10) Memahami Prinsip-prinsip Menafsirkan Hasil-hasil Penelitian Pendidikan Guna Keperluan Pengajaran. a) Mempelajari dasar-dasar penggunaan metode ilmiah dalam penelitian pendidikan. b) Mempelajari tehnik dan prosedur penelitian pendidikan, terutama pendidikan.
sebagai
konsumen
hasil-hasil
penelitian
25
c) Menafsirkan
hasil-hasil
penelitian
untuk
perbaikan
pengajaran. Berdasarkan 10 kemampuan dasar profesionalisme seorang guru
maka
hal
tersebut
dapat
dijadikan
dasar
untuk
mengembangkan profesionalisme seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah.
B. Kerangka Pemikiran. Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan merupakan
kegiatan siswa untuk meningkatkan keterampilan motorik dan nilai nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Secara
sistimatis
berkaitan
dengan
profesionalisme
guru
penjasorkes ada 4 kompetensi yang harus di miliki guru penjasorkes sebagai guru profesional
yaitu;
(1) Kompetensi Paedagogik; (2)
Kompetensi Kepribadian; (3) Kopetensi Sosial; (4) Kompetensi profesional. Dari hal di atas bahwa proses belajar yang dilaksanakan oleh seorang guru serta siswa akan lebih menarik dan apa bila guru dapat menyampaikan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan yang di capai dan siswapun dapat menguasainya. Semua itu tentu tidak terlepas dari cara guru dalam mempersiapkan rancangan pengajaran yang
26
efektif dan efisien serta melaksanakan evaluasi dengan baik dan benar selama dalam pelaksnaan pembelajaran, yang di sesuaikan dengan
kurikulum
serta
menggunakan
metode
dan
media
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi atau bahan pembelajaran. Selain dari itu yang lebih penting adalah guru yang profesional harus dapat menghidupkan suasana dalam pembelajaran penjasorkes agar menyenangkan dan terciptanya interaksi yang baik antara guru dan siswa dan siswa dengan siswa lain selama pelajaran itu berlangsung. Apabila guru sudah memperhatikan dengan baik dan benar diharapkan tujuan akan tercapainya lebih optimal. Untuk lebih jelasnya tujuan tentang kerangka pemikiran dapat dilihat dengan gambar berikut ini;
Kompetensi Paedagogik
Kompetensi Sosial Kompetensi Kepribadian
Guru Penjasorkes yang Profesional
Kompetensi Profesional
Bagan I. Kerangka Berpikir
Pembelajaran Penjasrkes
27
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri di Kota Pekanbaru.
Bertolak
dari
grand
tour
penelitian
mengenai
profesionalisme Guru Penjasorkes dalam pembelajaran di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Pada awal penelitian kualitatif
ini, langkah pertama
peneliti lakukan adalah mengurus surat izin kepada Kantor Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru untuk bisa melakukan penelitian di seluruh SMA Negeri di Kota Pekanbaru. Situasi sosial yang menjadi fokus penelitian ini adalah profesionalisme guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Penelitian ini lingkungan
sosial
yang
dapat
memudahkan
dilakukan di peneliti
dalam
memasuki lingkungan sosial tersebut untuk mengambil data secara berkelanjutan dan berulang-ulang sebagai mana yang disarankan oleh Spradley dalam Helmi (2001: 33) yakni sederhana, mudah memasukinya tidak begitu ketara juga dilakukan penelitian terhadap situasi sosial tersebut dan izin untuk melakukan penelitian dapat dengan mudah di peroleh. Selain itu lokasi penelitian yang di
27
28
pilih bukan untuk mewakili semua sekolah yang ada di Kota Pekabaru melainkan hanya di seluruh SMA Negeri di Kota Pekanbaru. Kehadiran peneliti sudah diketahui dan diterima oleh pihak SMA Negeri Kota Pekanbaru ketika melakukan grand tour sebagai studi pendahuluan. Setelah mendapatkan izin dari Diknas Pendidikan Kota Pekanbaru dan kepala sekolah seluruh SMA Negeri di Kota Pekanbaru sehingga peneliti mendapatkan kemudahan untuk terjun kelapangan guna mendapatkan informasi yang dapat dijadikan data penelitian. Pada saat melakukan penelitian, peneliti akan menggunakan bahasa Minang, Melayu, dan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Hal ini dilakukan karena di seluruh sivitas SMA Negeri Kota Pekanbaru berasal dari latar belakang suku dan budaya yang berbeda-beda, baik guru dan siswanya. Hal ini diharapkan dapat terjalin hubungan yang akrab, sehingga peneliti mendapatkan gambaran
tentang
informasi
tentang
profesionalisme
guru
penjasorkes SMA Negeri di Kota Pekanbaru. Penelitian ini belum dapat di perkirakan waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi, agar informasi yang di dapat benarbenar menunjukan hasil yang di inginkan. Kehadiran peneliti untuk melihat dan mendapatkan gambaran secara umum dan untuk menciptakan hubungan yang baik dengan subjek penelitian secara
29
menyeluruh terhadap situasi sosial yang berkaitan dengan profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
B. Informan Penelitian. Aktor utama dalam penelitian ini adalah: 1. Guru Penjasorkes SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru. 2. Kepala Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru. 3. Beberapa orang guru bidang studi yang mengajar di SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru. 4. Beberpa orang siswa yang di temui peneliti di SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru Informasi dalam penelitian ini menggunakan perinsip snow ball teori Spradley, yaitu jumlah imforman ibarat bola salju yang pada mulanya kecil, kemudian semakin membesar dalam proses penggelindingannya. Maksudnya adalah imformasi yang diperoleh dari imforman terus dicari sampai diperoleh jawabannya yang di butuhkan, dan
akan dihentikan bila tidak muncul lagi indikasi
imformasi yang baru. Secara umum informan di dalam penelitian ini adalah orang-orang yang ada di sekolah SMA Negeri Kota Pekanbaru yang dapat memberikan imformasi yang dikehendaki.
30
C. Tehnik dan Alat Pengumpul Data. 1. Teknik Pengumpulan Data. Setelah peneliti memperoleh surat izin penelitian, peneliti segera menyiapkan kerangka kerja yang akan digunakan untuk menggali data dilapangan dalam bentuk pedoman panduan lapangan secara garis besar. Agar data lebih representative, baik dari segi validitas dan riabilitasnya, ini didasar pada ketrampilan metodologi yang digunakan kepekaan, dan integritas peneliti. Dengan demikian perlu dibina keakraban hubungan yaitu hubungan berupa rapport. Menurut Moleong (1989:96) ”rapport adalah hubungan peneliti dan subjek yang sudah melebur, sehingga tidak ada dinding pemisah diantara keduanya”. Maksudnya adalah setelah pedoman panduan lapangan secara garis besar dibuat, peneliti segera turun ke lapangan dan mulai melakukan atau peneliti mulai kegiatan,
pendekatan guna
membina hubungan antar pribadi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh (Bog-Bog dan Biklen 1990:59 dalam Sugiyono 2008;67) ditekankan harus terbina hubungan rapat dengan subjek sebagai sahabat. Selanjutnya peneliti melakukan observasi, wawancara, dokumentasi. Sehingga data yang dikumpulkan sesuai dengan apa yang diharapkan.
31
a. Observasi Kegiatan observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung di lapangan, disini peneliti masuk, melihat secara langsung dengan komunitas yang ada di lingkungan sekolah SMA Negeri Kota Pekanbaru untuk menjalin hubungan yang baik
dengan
para
Guru
Penjasorkes
dalam
kegiatan
dengan
berada
pembelajaran. Peneliti
melakukan
pengamatan
dilapangan serta terlibat langsung mengikuti semua aktifitas yang dilakukan oleh para aktor, masuk kedalam situasi sosial, maupun kondisi sosial yang ada. Kegiatan ini dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh data penelitian tentang aktor, peran pelaku dan kondisi sosial yang berkaitan erat dengan kegiatan pembelajaran penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. b. Wawancara Untuk mendapatkan data/informasi yang akurat, terutama tentang konsep, ide, pemikiran yang berkaitan dengan profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru.
Peneliti
menggunakan
metode
wawancara.
Wawancara digunakan oleh peneliti sebagai metode utama penelitian dan sebagai pelengkap metode observasi.
32
Wawancara
penelitian
ini
dilakukan
pada
Guru
Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Wawancara dilakukan setelah pembelajaran selesai dilakukan dan diluar jam penjasorkes. Pada saat dilakukan wawancara dengan Guru Penjasorkes peneliti berusaha melakukan suasana yang alamiah dan biasa. Wawancara
dilakukan
dengan
berperdemon
pada
panduan wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. Hal ini bertujuan agar dalam membicarakan permasalahan tidak terjadi penyimpangan, namun demikian sewaktu diadakan wawancara peneliti tidak memperlihatkan wawancara tetapi cukup bertanya tentang permasalahan, ini berguna untuk mengindari terjadinya kekacauan dalam berkomunikasi. Ada tujuh langkah mengumpulkan data melalui teknik wawancara yang peneliti lakukan seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba dalam Faisal (1990:62-63) yaitu: (1) Menetapkan
pada
siapa
wawancara
dilakukan,
(2)
menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, (3) mengawali atau membuka alur wawancara, (4) melangsungkan wawancara, (5) mengkomfirmasikan ikhtiar hasil wawancara dan melengkapinya, (6) menulis hasil wawancara kedalam catatan lapangan, (7) mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.
33
2. Alat Pengumpul Data Alat
pengumpulan
data
menurut
Faisal
(1980:81)
merupakan komponen yang diperlukan dalam penelitian ini berupa kamera, tape recorder, blangko-blangko catatan yang dugunakan. Jadi instrumen kunci dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri.
D. Teknik Penjamin Keabsahan Data Untuk memperoleh keabsahan data, sebagaimana yang di temukan
oleh
Moleong
(1989:78:82)
dilakukan
teknik-teknik
pencermatan keabsahan data yaitu : 1.
Perpanjangan Keikutsertaan Keikutsertaan penelitian dalam hal memahami situasi sosial
yang dilakukan dengan tidak tergesa-gesa sehingga data dan informasi dapat di peroleh lebih mendalam. Dengan kata lain untuk
meningkatkan
derajat
kepercayaan
data
yang
dikumpulkan memerlukan pengujian kebenaran informasi dari lapangan, sehingga pengumpulan data tentang semua aspek yang berkaitan dengan profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru akan dapat di peroleh secara sempurna dan dipercaya kebenaranya.
34
2.
Ketekunan Pengamatan. Ketekunan
pengamatan
merupakan
cara
untuk
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan dengan persoalan yang ditelusuri dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara mendalam. Dalam penelitian ini yang perlu di cermati adalah profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. 3.
Triangulasi Triangulasi yaitu mengecek keterpercayaan data dengan
memanfaatkan
sumber-sumber informasi lainya. Hal ini
dilakukan dengan cara: (1) membandingkan hasil pengamatan peneliti dan hasil wawancara dengan Guru Penjasorkes, (2) membandingkan apa yang dikatakan Guru Penjasorkes secara pribadi
dengan
yang
dikatakan
di
depan
umum,
(3)
membandingkan apa yang dikatakan Guru Penjasorkes suatu situasi sosial dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan perspektif Guru Penjasorkes dengan tanggapan informasi dari kepala sekolah, siswa dan guru lainya. (5) membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengecekan data dokumen. 4.
Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil
sementara hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
35
analistik dengan rekan-rekan sejawat yang berperan dalam memberikan kritikan dan saran terhadap hasil penelitian. Informasi yang telah dikumpulkan didiskusikan setelah data itu dirapikan menjadi catatan lapangan. Selain dari itu ada juga hasil penulisan ini didiskusikan dengan teman sejawat lainnya juga, memperbaiki dalam hal-hal yang dirasa perlu, demi menghasilkan tingkat kepercayaan dari hasil pengamatan tersebut. 5.
Pengecekan Anggota Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses
menyimpulkan data sangat penting dalam memeriksa derajat kepercayaan. Pengecekan dengan anggota yang terlihat meliputi data, kategori analisis, menafsirkan, kesimpulan. Para anggota yang terlibat mewakili rekan-rekan mereka yang di manfaatkan untuk memberikan reaksi pandangan dan situasi mereka sendiri terhadap data diorganisasikan oleh peneliti. Para anggota yang di maksud disini adalah kepala sekolah, Guru Penjasorkes, majelis guru lainya, di seluruh SMA Negeri Kota Pekanbaru.
36
E. Teknik Analisis Data Adapun langkah-langkah tehnik analisis data dalam penelitian ini berdasarkan teori Spradley (1980) sebagai berikut (1) menentukan situasi sosial, (2) melakukan observasi lapangan, (3) melakukan analisis
lapangan,
pertanyaan
(4)
terstruktur,
melakukan (5)
observasi
melakukan
analisis
terfokus
dengan
taksonomi,
(6)
melakukan observasi terseleksi dengan pertanyaan kontras, (7) melakukan analisis komponensial, (8) melakukan analisis tema budaya. 1. Menentukan Situasi Sosial Situasi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah SMA Negeri Kota Pekanbaru, Objek penelitian ini didasarkan pada kriteria (a) Sederhana, ruang lingkupnya terbatas, (b) mudah memasukinya, (c) tidak ketara dalam melakukan penelitian, (d) mudah memperoleh izin, (e) kegiatanya berulang-ulang. Situasi sosial di sekolah itu sendiri dari guru bidang studi penjasorkes dan didukung oleh informan lain seperti, kepala sekolah, majelis guru, dan karyawan di lingkungan masing-masing sekolah di Kota Pekanbaru. 2. Melakukan Observasi Lapangan Dalam observasi lapangan ada dua hal yang harus dilakukan yaitu: (1) Grand tour, melakukan observasi secara umum dan luas, (2) Mini tour Observasi yang dilakukan secara terfokus
37
dan terbatas. Grand tour yang dilakukan di SMA Negeri Kota Pekanbaru bertujuan untuk melihat kondisi sekolah secara umum, baik kondisi fisik, maupun sosial, dan dalam kegiatan pembelajaran maupun diluar kegiatan pembelajaran. Kemudian peneliti akan melakukan mini tour yang lebih difokuskan pada profesionalisme guru penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. 3. Melakukan Analisis Kawasan Analisis
kawasan
merupakan
suatu
proses
untuk
menentukan bagian-bagian atau unsur dari mana budaya yang mencakub kategori yang lebih kecil. Kawasan sebagai ketegori dalam tiga elemen yaitu, (1) nama dari sebuah kawasan budaya, (2) kategori-kategori yang lebih kecil dari dalam suatu kawasan, (3) hubungan semantik dari dua kategori diatas. Analisis
kawasan
ini
dilakukan
untuk
menggunakan
hubungan semantik yang universal sifatnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan, yakni jenis aktor yang terlibat, tempat berlangsungnya aktifitas, cara-cara yang digunakan guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi didalam pembelajaran penjasorkes dan prilaku guru siswa yang berkaitan dengan keprofesionalan Guru Penjasorkes tersebut.
38
4. Melakukan Terstruktur
Observasi
Terfokus
Dengan
Pertanyaan
Observasi terfokus dilakukan untuk menelusuri makna khusus dalam hubungan dengan makna yang lebih luas. Setelah diperoleh gambaran mengenai kawasan-kawasan budaya melalui analisis kawasan, kemudian di pilih kawasankawasan yang berhubungan dekat dengan topik masalah penelitian
yang
berkaitan
dengan
profesionalisme
Guru
Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Pembatasanpembatasan terhadap kawasan tentu di lakukan untuk dapat melaksanakan observasi lebih mendalam. 5. Melaksanakan Analisis Taksonomi Analisis taksonomi dilakukan untuk mencapai hubungan antara
komponen
dari
masing-masing
kawasan
dengan
pedoman kepada langkah-langkah yang di anjurkan oleh Spradley bahwa diantara jenis-jenis aktor yang terlibat dalam pembelajaran penjasorkes yang meliputi guru, siswa, bahan ajar, metode, media, alat serta evaluasi pembelajaran. Analisis taksonomi pada kawasan untuk mencari hubungan antar komponen di dalam kawasan. 6. Melakukan Kontras.
Observasi
Terseleksi
dengan
Pertanyaan
Observasi terseleksi adalah untuk mengkaji secara lebih rinci kawasan-kawasan yang telah dipilih. Dalam observasi yang
39
terseleksi ini di anjurkan satu bentuk pertanyaan pada masingmasing kawasan budaya yang mucul dari perbedaan sebagai mana hal nya dengan kesamaan antara kategori-kategori. Observasi ini dimaksud untuk menentukan makna dari situasi sosial yang diteliti, dengan mengajukan pertanyaan kontras terhadap kawasan yang ditentukan dalam observasi terfokus guna menemukan masa budaya dari situasi sosial diteliti.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Umum. 1. Gambaran Umum Tentang Lokasi Penelitian. Kota Pekanbaru adalah salah satu kota di Provinsi Riau, Kota pekanbaru merupakan ibu kota dari provinsi Riau dengan luas wilayah 632,26 km penduduknya 850.000 jiwa dengan berbagai macam suku yang ada antara lain Melayu, Minang, Batak, Jawa dan lain-lain suku bangsa yang ada di Indonesia. Pekanbaru terdiri dari 12 kecamatan di bawah pemerintahan Wali kota Pekanbaru, dari 12 kecamatan tersebut terdapat 14 SMA Negeri, dalam penelitian ini peneliti membatasi hanya mengambil 4 sekolah yang di jadikan objek penelitian antara lain: 1) SMA Negeri 3 Pekanbaru terletak di Kec. Rumbai. 2) SMA Negeri 4 Pekanbaru terletak di Kec. Marpoyan Damai. 3) SMA Negeri 8 Pekanbaru terletak di Kec. Sail. 4) SMA Negeri 12 Pekanbaru terletak di Kec. Tampan.
2. Guru Penjasorkes di SMA Negeri No: 3, 4, 8 dan 12 di Kota Pekanbaru. Sekolah Menengah Atas merupakan salah satu lembaga pendidikan tingkat atas yang berada di bawah naungan Dinas
40
41
Pendidikan. Sebagai sebuah instansi pemerintah yang bergerak dibidang pendidikan, selayaknya memiliki jumlah guru sesuai dengan rombongan belajar, di sekolah-sekolah berdasarkan observasi dan studi dokumentasi, penulis menemukan data-data Guru Penjaorkes yang mengajar di masing-masing Sekolah Menengah Atas Negeri 3, 4, 8 dan 12, seperti tabel di bawah ini. Tabel 1. Guru Penjasorkes SMA Negeri 3, 4, 8 dan12 Kota Pekanbaru. No
Sekolah SMA Negeri 3
1 SMA Negeri 4 2 SMA Negeri 8 3 SMA Negeri 12 4
Guru Olahraga 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2.
Pendidikan S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Drs. Khairul Asbar Hajrul Boy S.Pd Titin Angraina S.Pd Armen Ar S.Pd. Khairil Abbas, S.Pd. Jasmani Ginting, S.Pd Drs. Erwan Martias Drs Beta Somta Novi (Honor) Raja Setianis Winda Asril
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010
3. Sarana dan Prasarana Dalam suatu media pendidikan adalah sarana dan prasarana memegang
peranan
yang
sangat
penting
dalam
menunjang
pencapaian tujuan pendidikan. Karena sarana dan prasarana yang memadai akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk
42
melaksanakan proses belajar mengajar dan meraih tujuan yang telah ditentukan. Tabel 2. Sarana dan Prasarana Seluruh Sekolah Menengah Atas Negeri 3, 4, 8 dan 12 kota Pekanbaru. No 1
2
3
4
Sekolah
Fasilita s 2 Lap 2 Lap 1 Lap 1 Lap 3 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 6 Ring 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap 1 Lap
Keadaan Fasilitas Yang Ada
Lapangan bola volley Lapangan bola basket Bak lompat atletik Lapangan sepak bola Lapangan bola volley SMA Sepak Takraw Negeri 4 Bulu Tangkis Lapangan bola basket Sepak Bola Bak Lompat Ring Stock Tenis Meja Lapangan bola volley SMA Lapangan bola basket Negeri 8 Lapangan sepak bola Bak lompat atletik Lapangan olahraga yang lain dilakukan di belakang sekolah atau disekitar lingkungan masyarakat. 1 Lap Lapangan bola volley SMA 1 Lap Lapangan bola basket Negeri 12 1 Lap Lapangan futsal 1 Lap Bak lompat atletik Sumber: Hasil observasi kelapangan. SMA Negeri 3
B. Temuan Khusus Peneliti. Berdasarkan
hasil
observasi,
wawancara,
dan
studi
dokumentasi yang peneliti lakukan dari tanggal 01 Februari sampai dengan 22 April 2010 berkaitan dengan profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru dapat di tambahkan halhal sebagai berikut.
43
1. Profesionalisme Paedagogik.
Guru
Penjasorkes
Dalam
Kompetensi
Bila ditinjau dari kompetensi yang harus di miliki seorang guru salah satunya adalah kompetensi paedagogik. Seperti yang di jelaskan
oleh
kompetensi
Slamet
PH
paedagogik
(2006;31-32)
terdiri
dari
yang
Sub-
mengatakan
Kompetensi
(1)
berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait dengan mata pelajaran yang di ajarkan; (2) mengembangkan selabus mata pelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar; (3)
merencanakan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
berdasarkan silabus yang telah di kembangkan; (4) merancang menajemen pembelajaran; (5) melaksanakan pelajaran yang properubahan ; (6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik; (7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek ; dan (8) mengembangkan profesionalisme diri sebagai guru. Sesuai dengan uraian di atas, dimana kompetensi ini yang harus dipenuhi oleh seorang, khususnya Guru Penjasorkes adalah; guru harus memiliki kemampuan dasar yang harus di kuasai seperti;
kemampuan
menguasai bahan pelajaran yang disajikan, kemampuan mengelola bahan pelajaran yang di sajikan, kemampuan mengelola kelas, kemampuan
menguasai
landasan
landasan
kependidikan,
kemampuan mengelola interaksi belajar, kemampuan menilai hasil belajar siswa, kemampuan mengelola metode pembelajaran,
44
kemampuan mengenal dan mengelola administrasi pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, silabus, Rencana program pembelajaran (RPP). Dari hasil penelitian langsung ke lokasi penelitian terlihat bahwa guru di SMA Negeri kota Pekanbaru mampu menguasai materi yang akan diajarkan sehingga guru terlihat siap untuk menyajikan materi. Hal ini juga terlihat bahwa siswa mengerti dan antusias untuk mengikuti dan mempelajari materi yang sedang diikuti para siswa. Sementara itu Guru Penjasorkes terlihat kreatif dan serius dengan mengkondisikan dan mengelola kelas saat proses pembelajaran berlangsung. Dengan jumlah siswa relatif banyak sehingga Guru Penjasorkes memiliki siasat tersendiri untuk menghadapi
peristiwa
proses
materi
pembelajaran.
Guru
Penjasorkes terlihat mampu mengemas materi dengan baik dan mampu menciptakan rasa cinta terhadap pembelajaran olahraga di sekolah. Demikian juga dengan perencanaan semua ini terealisasi dengan
di
bentuknya
perencanaan
yang
baik
oleh
Guru
Penjasorkes. Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses untuk
menentukan
arah
pembelajaran
atau
perencanaan
pembelajaran. Ini merupakan kegiatan guru penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru yang berfungsi sebagai acuan untuk melaksanakan
kegiatan
pembelajaran.
Di
dalam
membuat
45
perencanaan
guru
dituntut
untuk:
a)
merumuskan
tujuan
instruksional, b) mendeskripsikan suatu bahasan, c) merancang kegiatan pembelajaran, d) memilih media dan sumber belajar. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan terhadap kebutuhan pendidikan dan kebutuhan peserta didik. Karena kemampuan yang di miliki seorang siswa berbeda satu dengan yang lain. Hasil dari obsevasi, wawancara dan studi dokumentasi peneliti menemukan bahwa kualitas kerja dari Guru Penjasorkes dalam ketepatan, inisiatif, kemampuan, dan komunikasi Guru Penjasorkes
tergolong
baik.
Hal
ini
terlihat
dari
satuan
pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang dimiliki oleh guru sebagai
pegangan
satuan
pembelajaran
dan
rancangan
pembelajaran yang baru perencanaan ini di sesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan yang berkembang pada siswa. Kalau
ditinjau
dari
konsep
sederhana
dalam
hal
perencanaan adalah jika perencanaan yang dilakukan guru dengan baik, maka akan menghasilkan hasil yang baik pula, dan tanpa adanya perencanaan yang matang oleh seorang guru, maka akan kecil kemungkinan untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang baik, efektif dan efisien sehingga memudahkan untuk melakukan evaluasi kearah yang lebih baik. Membuat perencanaan guru harus memperhatikan mulai dari; tujuan, materi,
siswa,
metode,
sarana prasarana serta
46
evaluasi. Perencanaan ini selalu mempertimbangkan aspek lain seperti: keadaan siswa, bakat dan minat siswa. Berdasarkan observasi, wawancara, dan hasilnya peneliti menemukan bahwa Guru Penjasorkes yang mengajar, membuat perencanaan pembelajaran dengan mempertimbangkan keadaan siswa, baik bakat dan minat siswa serta lingkungan sekitarnya dan tidak lupa bahwa dengan perencanaan seorang guru dapat melakukan evaluasi. Hal ini sudah berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari satuan pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang dimiliki oleh Guru Penjasorkes merupakan satuan pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang baru. Menurut Kemp dalam Darman (2005:66) menyimpulkan bahwa “keberhasilan dalam belajar akan dicapai oleh kebanyakan siswa jika program pengajaran dirancang dengan cermat dan semua faktor
yang
berkaitan
dengan
ciri
perseorangan
siswa
dipertimbangkan dengan matang” sehingga siswa mendapatkan perhatian sehinga dapat tersalurkan bakat dan minatnya dengan baik. Apabila dikaitkan dengan konsep bahwa perencanaan adalah acuan bagi guru sebelum melaksanakan pembelajaran untuk pencapaian tujuan pembelajaran kearah yang lebih baik maka jelas jika guru mempunyai perencanaan yang baik, tujuan tersebut akan tercapai. Bila dilihat tujuan dari pembelajaran
47
penjasorkes adalah untuk menciptakan siswa yang sehat fisik dan jasmani sehingga dapat menunjang aktifitas lainnya. Di samping itu guru terlihat menguasai bahan ajar dengan baik di saat pelaksanaan pembelajaran baik penguasaan metode dan sarana yang di pergunakan di lapangan. Hal ini terungkap dari hasil observasi langsung kelapangan. Demikian juga dengan evaluasi yang dilakukan Guru Penjasorkes di sekolah. Sehingga terlihat hasil dan kemajuan yang terpantau dengan baik bagi guru maupun siswa. Demikian halnya dengan perencanaan yang dievaluasi setiap tahunnya. Mengenai Hal ini terungkap dari hasil wawancara peneliti dengan Guru-guru Penjasorkes “Setiap tahun ajaran baru saya
selalu
membuat
perencanaan
pembelajaran
karena
perencanaan tersebut dikumpulkan kepada kepala Sekolah“. Perhatian
Guru
Penjasorkes
dalam
pembuatan
satuan
pembelajaran dan rancangan pembelajaran ini juga disebabkan oleh pengontrolan yang baik dari kepala Sekolah terhadap satuan pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru. Ini terungkap dari hasil wawancara dengan majelis guru pada hari sabtu tanggal 25 febuari 2010 yang menyatakan bahwa: “ kepala sekolah selalu menghimbau guru pada setiap awal semester untuk
menyiapkan
program
pengajaran,
bentuk
evaluasi
48
pengajaran, revisi rancangan pengajaran. Kepala Sekolah selalu melakukan pengecekan sesuai mata pelajaran. 2. Profesionalisme Kepribadian. Kompetensi
Guru
Penjasorkes
kepribadian
adalah
dalam
guru
Kompetensi
harus
memiliki
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa sehingga menjadi teladan bagi siswa-siswanya. Bakat dan minat untuk menjadi guru merupakan hal yang harus di miliki oleh seorang guru terutama Guru Penjasorkes. Guru merupakan teladan dan figur bagi peserta didik dan masyarakat sekitarnya. Dari hasil temuan di SMA Negeri Kota Pekanbaru mengenai kompetensi kepribadian Guru Penjasorkes demi tercapainya guru yang profesional tergambar dengan baik bahwa guru tersebut dapat memberikan contoh yang baik terhadap siswa, sementara itu Guru Penjasorkes juga terlihat sangat arif bila mana siswanya tidak mengikuti kegiatan pendidikan olahraga. Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru mampu untuk mengendalikan perasaan dan emosinya dalam menghadapi siswa yang belum mandiri dan kurang disiplin. Guru Penjasorkes SMA Negeri kota Pekanbaru bahwa kepribadian yang mantap dan bijaksana untuk menjadi pengayom bagi siswanya dan masyarakat sekitarnya, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar. Terlihat guru tidak hanya menguasai materi yang akan diajarkan melainkan bisa
49
menyiapkan diri untuk menguasai diri dari hal-hal yang dapat mecemarkan nama baiknya sebagai guru. Kestabilan mental yang dimiliki guru di SMA Negeri Kota Pekanbaru tergolong baik sehingga apapun kondisi yang terjadi dilapangan, seorang guru mampu untuk sabar dan tenang dalam menghadapinya. 3. Profesionalisme Guru Penjasorkes Dalam Kompetensi Sosial. Kompetensi
sosial
adalah
kemampuan
seorang
guru
penjasorkes berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya, yang harus dijauhkan bagi seorang guru khususnya penjasorkes adalah egois serta mengedepankan kepentingan pribadi. Dari temuan penelitian di SMA Negeri Kota Pekanbaru bahwa Guru Penjasorkes terlihat mampu bergaul dengan baik dan luas, ramah serta ceria terhadap peserta didik serta orang tua peserta didik sehingga dapat mengenal lingkungan lebih luas, hal ini dapat meningkatkan hubungan dengan peserta didik dengan guru dan wali siswa. Sementara itu Guru Penjasorkes dapat berkomunikasi dengan sesama guru, siswa, dan masyarakat lingkungan sekolah. Hal ini dilakukan karena tugas seorang guru mengharuskan untuk mengenal lebih jauh siswanya. Disamping itu seorang guru terlihat mampu berkomunikasi dengan baik dengan orang tua siswa maupun terhadap atasannya. Jadi jelas bahwa
50
seorang guru harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi kesegala arah dan segala lapisan masyarakat baik siswa, orang tua siswa, maupun atasan dari guru tesebut. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang bersifat praktik seorang Guru Penjasorkes mampu mengkomunikasikan gerakan sehingga dapat dengan mudah di terapkan oleh siswa disaat proses pembelajaran berlangsung, hal ini membuat siswa lebih cepat mengerti atau lebih cepat memahami gerakan yang di demonstrasikan oleh guru. Pada setiap materi yang disampaikan guru menggunakan media yang cocok dalam proses pembelajaran tersebut sehingga guru lebih mudah menyampaikan kepada siswa, dan siswa akan lebih cepat mengerti. Jika guru khususnya Guru Penjasorkes menggunakan media dalam menyampaikan materi pembelajaran maka siswa akan lebih cepat untuk dapat menerima informasi,
karena
pembelajaran, secara mengatasi
media
merupakan
umum media yang
hambatan-hambatan
penyampaian
atau
dalam
yang
perantara
digunakan dapat
berhubungan
komunikasi
dalam
pada
saat
dengan guru
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Media yang ada juga bermanfaat untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif. Oleh sebab itu Guru Penjasorkes perlu menggunakan media pembelajaran dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah. Guru berfungsi memberikan informasi
51
kepada siswa. Fungsi ini dilaksanakan oleh guru yang profesional di SMA Negeri Kota Pekanbaru dengan cara menggunakan dirinya sendiri sebagai suatu media komunikasi. Ia menggunakan suara bila dia berbicara, penglihatan dalam berkomunikasi, dan ia membimbing gerakan siswa secara jasmani. Media pengajaran berada di bawah pengawasan guru, dan betapapun baiknya metode pengajaran apabila tidak dibarengi dengan cara belajar yang benar, hasilnya tentu tidak akan tercapai seperti yang diharapkan. 4. Profesionalisme Profesional. Guru
Guru
merupakan
Penjasorkes
faktor
dalam
penting
di
Kompetensi
dalam
proses
menyelenggarakan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan, berarti juga harus meningkatkan mutu guru yang profesional. Meningkatkan
guru yang bermutu
bukan saja dari sisi kesejahteraan, tetapi juga keprofesionalan. Undang-undang no 14 tahun 2005 mengatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi profesional yang baik. Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah, Guru Penjasorkes mempunyai
tanggung
jawab
dalam
bentuk
keterampilan/
52
kemampuan mengajar, yang dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1) Keterampilan managerial dan 2) Keterampilan substansial. Keterampilan managerial berhubungan dengan kemampuan mengelola
lingkungan
belajar
serta
memelihara
dan
mengembangkan perilaku siswa, juga keterlibatan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran. Keterampilan substansial berhubungan dengan kemampuan mengenai
materi,
sebagaimana keterampilan meningkatkan
metode,
yang ini
sarana
tercantum
dan
prasarana,
tujuan
dalam
kurikulum.
Kedua
Penjasorkes
dalam
harus
dimiliki
Guru
kinerjanya
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
penjasorkes, baik dalam pemberian materi yang bersifat teori maupun praktek di lapangan olahraga. Dari hasil temuan di SMA Negeri Kota Pekanbaru bahwa dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran Guru Penjasorkes terlihat aktif dalam menciptakan kegiatan dan menumbuhkan minat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanan. Hal ini terlaksana berkat guru sudah menguasai lingkungan sekolah. Situasi tersebut tidak terlepas dari perencanaan kurikulum yang menjadi pedoman bagi Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru. Hal yang menjadi pedoman dalam penyampaian materi pembelajaran bagi Guru Penjasorkes adalah tujuan pembelajaran,
53
materi pembelajaran, metode pembelajaran, siswa, sarana dan prasarana yang tersedia dalam medukung proses pembelajaran. Temuan ini terlihat bahwa guru di SMA Negeri Kota Pekanbaru antara perencanaan dengan pratek di lapangan sering tidak sesuai dengan hasil rancangan sebelumnya. Sehingga sering terjadi proses kegiatan pembelajaran yang tidak sesuai dengan rancangan pembelajaran. Guru terlihat tidak menguasai di lapangan sehingga guru sering malas untuk memberikan materi pembelajaran. Dan juga sering di temukan Guru Penjasorkes duduk di bawah pohon pinggir lapangan. Hal ini sering terjadi di karenakan sarana yang kurang mendukung di sekolah. Peranan pimpinan di sekolah sangat di harapkan untuk menunjang terlaksananya proses pembelajaran penjasorkes dengan baik di sekolah. Dari apa yang di bicarakan peneliti dengan bapak AB guru pejasorkes SMA Negeri 3 Pekanbaru pada tanggal 04 Februari 2010 pada jam 7.30 sebagai berikut: sebagai guru penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran ? “Saya sebagai Guru Penjasorkes membuat perangkatperangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan saya juga memiliki absensi, daftar nilai. Yang dituntut untuk mempersiapkan pada awal tahun ajaran” Untuk
mencari
kebenaran
dari
guru
AB
peneliti
mewawancarai Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Pekanbaru Ibu YM, di ruangan kerjanya saya menanyakan kepada Kepala Sekolah,
54
Ibu, apakah bapak AB sebagai Guru Penjasorkes menyiapkan perangkat pembelajaran ? “Di SMA Negeri 3 ini seluruh guru mata pelajaran wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester. Rincian mingguan efektif, silabus dan RPP, tidak kecuali Guru Penjasorkes sebab awal tahun pembelajaran itu sudah terkumpul minimal untuk satu semester”. Belum puas sampai disitu peneliti mewawacarai wakil kepala sekolah urusan kurikulum, Bapak MR, Pak apakah bapak AB menyerahkan perangkat pembelajaran di awal tahun sebagai mana yang dikompirmasikan kepala sekolah. “Saya sebagai wakil kepala sekolah urusan kurikilum awal tahun minggu pertama tahun ajaran sudah mengumpulkan perangkat pembelajaran dari guru-guru mata pelajaran mulai dari: program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, selabus, RPP dan nilai ulangan harian di akhir bulan. Kalau bapak ingin melihat ini arsipnya” Di tempat terpisah
penulis juga mewawancarai seorang
siswa kelas XI 4 IPS yang diajar oleh bapak AB yaitu Erik Febrian.Erik bagaimana bapak AB mengajar Penjasorkes menurut Erik? “Menurut saya bapak AB mengajar bagus, tidak membosankan banyak fariasi dan juga disiplin dalam waktu. Siswa dekat dengan bapak AB dan juga disegani”.
Tepatnya pada tanggal 11 Februari 2010 jam 16.00 peneliti masuk ke SMA Negeri 8 Pekanbaru menenyakan kepada bapak IM sebagai Guru Penjasorkes sebagai berikut: Bapak sebagai guru penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran ?
55
“Saya yang mengajar di sekolah bertaraf Internasional banyak tuntutan dari Sekolah mengenai perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan”. Untuk mengetahui benar tidaknya apa yang disampaikan bapak IM peneliti mengkompirmasikan langsung dengan kepala Sekolah yang kebetulan sore itu berada di Sekolah, saya menuju ke ruangan kerjanya dan penulis di persilakan masuk, saya langsung duduk dan bapak NF menanyakan kepada peneliti apa yang bisa saya bantu. Peneliti langsung kepada masalah tadi, dilapangan saya mewawancarai bapak IM tentang perangkat pembelajaran, kata bapak IM dia harus menyiapkan perangkat seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan. Bagai mana menurut bapak apa yang disampaikan bapak IM, sejauh
mana
kewajiban
guru-guru
membuat
perangkat
pembelajaran. “Segala apa yang disampaikan bapak IM tersebut itu adalah merupakan kewajiban seorang guru yang mengajar di Sekolah ini. Perangkat-perangkat tersebut jauh hari sebelum proses belajar mengajar berlangsung, maksudnya pada awal tahun pembelajaran. Semua perangkat ini sudah di serahkan kapada wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Kemudian disekolah ini tidak ada istilah guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran termasuk Guru Penjasorkes karena dia sama kewajibannya dengan guru mata pelajaran lainnya. Kalau bapak ingin tau tanyakan langsung ke bagian kurikulum”.
56
Keesokan harinya Rabu tanggal 25 Februari 2010 peneliti datang ke SMA Negeri 8 Pekanbaru untuk mewawancarai salah seorang
ibu guru EW namanya, untuk memberikan tanggapan
mengenai bapak IM bagai mana dia mengajar dan peranannya disekolah, dan peneliti memperkenalkan diri kepada ibu EW , saya melakukan penelitian disekolah ini, jadi saya ingin mendapatkan imformasi dari ibu tentang bapak IM ibu tahu dengan bapak IM ? oh ya dia kan Guru Penjasorkes disini, menurut ibu bagai mana dia melaksanakan tugas disini? “Saya tau bapak IM orangnya disiplin dan senantiasa mengajar tepat waktu baik pagi maupun sore hari, seluruh guru disini punya persiapan untuk mengajar karena itu adalah tugas wajib guru disini menyerahkan perangkat pembelajaran, dan bapak IM disukai oleh siswa disini karena dia mempunyai bermacam cara untuk mengajar selain propesinya guru penjas dia juga staf kesiswaan disini jadi sosoknya bagus dan patuh aturan”.
Pada tanggal 04 Maret 2010 pukul 08.30 penulis pergi ke SMA Negeri 4
yang jaraknya lebih kurang 5 km dari SMA 8,
melihat bapak AM yang `mengajar pada jam pelajaran 3-4 dan penulis sampai disana jam 09.00 sedangkan bapak AM baru mulai jam 09.45, penulis lansung mengamati bapak AM mengajarkan permainan bola voli pada kelas X4 dengan 5 buah bola untuk murid 32 orang bapak AM mengajarkan service bawah itu dari pengamatan saya, dari apa yang diajarkan bapak AM pada siang hari yang mata hari sudah bersinar dengan teriknya, bapak AM
57
terus saja mengajar dengan bersemangat, murid mengikuti dengan semangat juga. Dari cara bapak AM mengajar dia memberikan pemanasan ( worming up ) dan latihan inti kemudian meng absen siswa. Selesai mengajar peneliti lansung menjumpai bapak AM dan menanyakan kepadanya bersedia untuk diwawancarai tentang pembelajaran Penjasorkes? Dia menjawab bisa pak. Penulis mengajukan pertanyaan seputar perangkap pembelajaran dan materi yang diberikan tadi. Bapak sebagai Guru Penjasorkes di sekolah ini apakah bapak membuat perangkat pembelajaran? “Sabagai guru di sekolah ini saya selalu membuat perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus, RPP, rincian minggu efektif dan hal-hal yang berkaitan dengan perangkat. Semuanya ini saya tidak tergantung kepada kepala sekolah, di minta atau tidak di minta tetap saya persiapkan, karena itu adalah tuigas pokok saya sebagai guru”. Setalah mewawancarai bapak AM peneliti minta di antarkan untuk menjumpai bapak kepala sekolah keruangannya. Peneliti masuk ke ruangan kepala sekolah dan bapak AZ mempersilakan peneliti duduk di ruangannya. Bagai mana bapak AM mengajar pak ? baik pak sesuai dengan programnya. Dalam hal ini saya mau bertanya
pak,
apakah
bapak
AM
membuat
perangkat
pembelajaran, dan bagai mana sikap bapak AM di sekolah ini pak ? “ Mengenai bapak AM saya sangat salut dengan nya karena bapak AM selalu membuat perangkat pembelajaran dan menyerahkan tepat waktu, dalam mengajar menurut pandangan saya bapak AM selalu dapat menguasai materi yang di ajarkan dan Masalah disiplin baik dengan waktu maupun tugas yang di berikan padanya. Hubungan dengan
58
pimpinan baik maupun rekan-rekan sejawat sesama guru tidak pernah punya masalah”. Dan kemudian peneliti menanyakan kepada salah seorang siswa, penulis menjumpai seorang siswa Rio saputra kelas XI IPA 2 Rio bapak ingin bertanya bagai mana menurut Rio bapak AM mengajar di sekolah ini dan bagai mana sikap murid kepada nya ? “Oo Bapak AM mengajar sangat menarik bagi siswa siswi di sekolah ini bapak AM sangat menguasai materi yang di ajarkannya, bahasanya mudah di mengerti kami tidak pernah merasa jenuh belajar dengannya. Bapak itu sangat disiplin tepat waktu, di segani siswa.” Pada hari ke empat tepatnya pada tanggal 18 Maret 2010 pada pukul 7.30 peneliti masuk ke SMA Negeri 12 Pekanbaru, untuk menjumpai guru penjasorkes WA, langsung bertanya setelah selesai memberikan pelajaran sebagai berikut: Ibuk sebagai Guru Penjasorkes apakah Ibuk membuat perangkat pembelajaran ? “Disini saya sebagai guru penjasorkes di wajibkan untuk membuat perangkat pembelajaran seperti; membuat program semester, program tahunan, RPP, selabus dan yang lainnya, karena di SMA 12 ini adalah salah satu tugas yang wajib di serahkan pada awal semester”. Untuk mengetahui kebenarannya apa yang di sampaikan Ibu WA tersebut, peneliti langsung menjumpai kepala Sekolah HM, di ruang kerjanya pada hari itu juga, setelah bertemu dengan kepala sekolah, pak bisa saya mewawancarai bapak sebentar? Ya! Boleh silakan. Tadi saya mengamati ibu WA sedang mengajar di lapangan permainan basket ball, kemudian saya mewawancarai ibu WA masalah perangkat pembelajaran bagai mana menurut bapak
59
ibu WA, kata ibu tersebut dia membuat perangkat pembelajaran untuk sekolah ini. “Saya selaku kepala sekolah guru-guru wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program semester, program tahunan, RPP, selabus, daftar nilai, guru harus memiliki absensi siswa, buku pegangan, guru olahraga pun harus membuat perangkat pembelajaran karena dia juga bagian dari guru-guru di sini. Apa bila ada guru-guru yang lambat menyerahkan perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, guru tersebut akan di panggil dan diberi peringatan, namun saat ini guru-guru disini tidak ada yang terlambat menyerahkan perangkat pembelajaran”. Ada satu lagi pertanyaan saya pak, berkenaan dengan ibu WA yaitu bagai mana kepribadian, hubungan ibu WA dengan sesama rekan sejawat dan profesionalismenya dalam mengajar ? “Dari pengamatan saya sebagai kepala sekolah, orangnya jujur,disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dan hubungannya baik dengan kepala sekolah, dengan rekan-rekan guru dan dengan siswa sangat baik itu menurut pandangan saya, kemudian saya pernah memperhatikan dia mengajar pelaksanaannya, baik, beraturan, penguasaan kelas bagus seperti apa yang di inginkan walaupun masih ada kekurangannya tapi itupun menurut saya tidak terlalu prinsip”. Setelah menjumpai kepala sekolah peneliti menjumpai salah seorang guru Ibu JM, kemudian penelti mewawan carai ibu JM. Asslamualaikum Bu, boleh saya wawancarai dengan ibu sebentar, apa masalahnya? Saya sudah mengamati dan mewawancarai ibu WA berkenaan dengan pelakasanaan pembelajaran Penjasorkes, oke silakan. Bagaimana menurut Ibu sikap, kepribadian dan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas di sekolah ini?
60
“Saya adalah salah seorang majelis guru di SMA 12 ini melihat dan bergaul sesama majelis guru Oo kalau WA dia bagus pergaulannya kebetulan dia alumni disini tentu pergaulannya dan rasa hormatnya dengan gurunya sangat baik namun saya menilainya bukan dari faktor tesebut, kepribadiannya juga baik orangnya sopan, suka menegur dan mudah senyum, siswa pun suka dengan dia. Namun kalau mengajar ya dari pandangan saya bagus, kan ada guru Penjas, maaf ya pak mengajar asalan saja kasih bola atau biarkan saja, siswa berserakan ada yang sudah sampai kekantin namun ibu WA tidak termasuk tipe itu rasanya dia menikmati tugas mengajarnya itu menurut saya ya pak”. Setelah menjumpai guru mata pelajaran, peneliti menjumpai salah seorang siswa yang bernama Willi pada kelas XII IPA1, peneliti mewawancarai siswa tersebut tentang Guru Penjasorkes. Maaf Nak boleh bapak mewawancarai kamu, tentang apa pak ? kamu kan siswa kelas XII IPA1 yang mengajar Penjasorkes adalah ibu WA bagaimana menurut kamu ibu WA mengajar? “Ibu WA mengajar kami sangat menyukainya karena ibu WA mengajar sering berpariasi membuat kami bergairah belajar, ibu WA sangat disiplin, tepat waktu, cara penyampaian meteri kami mudah untuk mengerti” Dari apa yang telah disampaikan oleh guru penjasorkes WA dan yang sudah dikompirmasikan dengan kepala sekolah HM, guru mata pelajaran, dan siswa. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa Guru Penjasorkes sudah memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi
kepribadian,
kompetensi
sosial
dan
kompetensi
profesional. Pada tanggal 01 April 2010 peneliti kembali ke lokasi SMA Negeri 4 pada jam 7.30 untuk mewawacarai salah seorang guru
61
mata pelajaran Fisika yaitu ibuk WT di ruangan majlis guru SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru. Selamat pagi bu, apa kabar pak saya sedang melakukan penelitian Guru Penjasorkes di sekolah ini. bagai mana menurut ibu bapak AM dalam melaksanakan tugas di sekolah ini dan bagai mana hubungannya sesama guru. “Menurut pengamatan saya bapak AM dalam melaksanakan tugas selalu melaksanakan dengan baik karena bapak AM saya lihat anak-anak selalu belajar dengan gembira dan mengajar menggunakan waktu sangat efisien, hubungan sesama guru sangat baik dan rekan-rekan guru senang dengannya dan dia juga humoris”. Terima kasih bu, atas imformasi yang ibu berikan kepada saya dalam penelitian yang saya lakukan ini. Pada tanggal 15 April 2010 peneliti kembali datang ke SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru yang berlokasi di Rumbai untuk mewawancarai salah seorang majelis guru Ibu EZ. Selamat pagi bu, pagi pak, ada apa pak ! saya sedang mengadakan penelitian di sekolah Ibu yaitu meneliti salah seorang guru penjasorkes bapak AB penelitian ini berkenaan dengan Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan profesional guru. Bagai mana menurut Ibu Bapak AB dalam melaksanakan tugas pembelajaran, sosial dan kepribadian bapak AB? “Oke kalau itu bisa saya jawab hubungan kami dengan bapak AB dan dengan guru-guru lain disini sangat terjalin dengan baik, bapak lihat diruangan majlis guru ini, guru-guru kami saling bercanda walaupun sedang mengerjakan tugas masing-masing. Kemudian secara hubungan sosial kami sering berkunjung kerumah rekan-rekan walaupun sipatnya waktu mendapat musibah, Sebab kepala sekolah kami
62
mengutamakan hubungan sosial sesama guru-guru dan kapala sekolah. Kalau kepribadian bapak AB sangat baik, sopan, ramah dan disiplin”. Setelah mewawancarai Ibuk EZ peneliti menjumpai seorang siswa yang berpakaian olahraga kebetulan selesai olahraga. Peneliti memanggilnya. Hai nak ! bapak ingin bertanya, ada apa pak? Baru siap olahraga, ia pak, kalau boleh tau siapa namamu? Iza pak, kamu kelas berapa? Kelas XII, bapak ingin mewawancarai kamu sebentar, boleh pak. Menurut kamu bagai mana bapak AB mengajar penjasorkes? “Bapak AB orangnya disiplin waktu pak, kalau kami terlambat tidak boleh ikut belajar dengannya karena bapak AB tidak pernah terlambat, jadi kami takut terlambat malu kan pak ! bapak AB cara mengajarnya bagus kami tidak pernah bosan belajar penjasorkes dengannya. Ada lagi pak? Oke sekian terima kasi nak”. Dari apa yang di sampaikan oleh guru penjasorkes SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, kepala sekolah, salah seorang guru dan seorang siswa maka bisa di tarik suatu kesimpulan bahawa guru penjasorkes
SMA
Negeri
3
Kota
Pekanbaru,
mempunyai
Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan kompetensi professional.
C. Pembahasan Penelitian. Adapun pembahasan dalam penelitian di SMA Negeri Kota Pekanbaru mengenai profesionalisme guru penjasorkes adalah:
63
1. Kompetensi paedagogik. Kompetensi paedagogik Guru Penjasorkes di SMA Negeri Kota Pekanbaru yang menjadi objek peneliti yaitu SMA Negeri 3, SMA Negeri 4, SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 12 Pekanbaru. Ditinjau dari rancangan pembelajaran, serta evaluasi tahunan yang dilaporkan setiap awal tahunnya dari guru penjasorkes di sekolah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keprofesionalan Guru Penjasorkes dalam kompetensi paedagogik tergolong baik. Hal ini terbukti dari hasil wawancara peneliti dengan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Pekanbaru pada Tanggal 04 Februari 2010, Kepala SMA Negeri 3 Pekanbaru menyatakan “Di SMA Negeri 3 ini seluruh guru mata pelajaran wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus dan RPP, tidak terkecuali Guru Penjasorkes sebab awal tahun pembelajaran sudah terkumpul minimal untuk satu semester”. Senada dengan pendapat kepala SMA Negeri 3 Pekanbaru, Kepala SMA Negeri 12 Pekanbaru mengungkapkan sebagai berikut, ”Saya selaku kepala sekolah di sini guru-guru wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program semester, program tahunan, RPP, selabus, daftar nilai, guru harus memiliki absensi siswa, buku pegangan, guru olahragapun harus membuat perangkat pembelajaran karena dia juga bagian dari guru-guru di sini. Apa bila ada guru-guru yang lambat menyerahkan perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, guru tersebut akan di panggil dan diberi peringatan, namun saat ini guru-guru disini tidak ada yang terlambat menyerahkan perangkat pembelajaran”.
64
2. Kompetensi Kepribadian Dari hasil wawancara yang telah peneliti lakukan baik dengan rekan sejawat seperti dengan guru di SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru mengenai kopetensi kepribadian Guru Penjasorkes dapat disimpulkan kepribadian Guru Penjasorkes tergolong baik, pernyataan ini dapat dari hasil wawancara peneliti dengan salah seorang guru mata pelajaran Ibu EW, ia menyatakan bahwa bapak IM, “Saya tau bapak IM orangnya disiplin dan senantiasa mengajar tepat waktu baik pagi maupun sore hari, seluruh guru disini punya persiapan untuk mengajar karena itu adalah tugas wajib guru disini menyerahkan perangkat pembelajaran, dan bapak IM disukai oleh siswa disini karena dia mempunyai bermacam cara untuk mengajar selain propesinya guru penjas dia juga staf kesiswaan disini jadi sosoknya bagus dan patuh aturan”. Demikian juga di SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, salah seorang guru mata pelajaran yang peneliti wawancarai mengatakan bahwa: “Oke kalau itu bisa saya jawab hubungan kami dengan bapak AB dan dengan guru-guru lain disini sangat terjalin dengan baik, bapak lihat diruangan majlis guru ini, guru-guru kami saling bercanda walaupun sedang mengerjakan tugas masing-masing, Kemudian secara hubungan sosial kami sering berkunjung kerumah rekan-rekan walaupun sipatnya waktu mendapat musibah, sebab kepala sekolah kami mengutamakan hubungan sosial sesama guru-guru dan kapala sekolah. Kalau kepribadian bapak AB sangat baik, sopan, ramah dan disiplin”. Bapak AB adalah rekan sejawat kami dalam pergaulan di sekolah ini, mereka mengatakan bahwa guru penjasorkes mampu
65
untuk mengayomi, memahami serta mampu untuk memberikan contoh teladan bagi siswa di lingkungan sekolah. Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru terlihat sangat mampu untuk mempengaruhi tingkah laku siswa untuk mengikuti setiap proses pembelajaran olahraga di sekolah. 3. Kompetensi Sosial Profesionalisme guru penjasorkes di SMA Negeri 3,SMA Negeri 8, SMA Negeri 12 dan SMA Negeri 4 Pekanbaru dalam hal kompentensi sosial tergolong baik, hal ini terungkap dari apa yang di sampaikan oleh salah seorang guru SMA Negri 4 Pekanbaru yaitu WT: “Menurut pengamatan saya bapak AM dalam melaksanakan tugas selalu melaksanakan dengan baik karena bapak AM saya lihat anak-anak selalu belajar dengan gembira dan mengajar menggunakan waktu sangat efisien, hubungan sesama guru sangat baik dan rekan-rekan guru senang dengannya dan dia juga humoris”. Dari ungkapan di atas apa yang di nyatakan oleh ibu WT hubungan
yang
baik
antara
sesama
guru
dapat
untuk
meningkatkan kualitas kerja, ketepatan, inisiatif, kemampuan dan komunikasi
dapat
terlaksana
dengan
baik.
Hal
ini
dapat
menyebabkan terjalinnya interaksi yang efektif dan efisien diantara guru dengan siswa serta sesama guru dan masyarakat sekitarnya. 4. Kompetensi Profesional Guru Penjasorkes SMA Negeri 3 Pekanbaru, SMA Negeri 8 Pekanbaru, SMA Negeri 12 Pekanbaru, SMA Negeri 4 Pekanbaru,
66
sabagai
Guru
Penjasorkes
mereka
membuat
Program
Pembelajaran seperti: Program tahunan, program semester, Rencana program pembelajaran, apa yang telah dibuat oleh Guru Penjasorkes dari pengamatan peneliti sudah dilaksanakan baik secara proses pelaksanaan pembelajaran telah dilaksanakan di lapangan untuk pemyampaian materi pembelajaran kepada siswa. Hal
ini
dapat
dikatakan
bahwa
Guru
Penjasorkes
sudah
melaksanakan sebagai mana mestinya seorang guru yang Profesional.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan Temuan Berdasarkan uraian-uraian dalam bab-bab terdahulu, dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan di Pekanbaru terdapat 14 SMA Negeri. Dari 14 SMA Negeri itu peneliti hanya mengambil 4 sekolah saja antara lain SMA Negeri 3 Pekanbaru, SMA Negeri 8 Pekanbaru, SMA Negeri 12 Pekanbaru dan SMA Negeri 4 Pekanbaru. Dari 4 sekolah tersebut ada sekolah
yang
bertaraf
Internasional yaitu SMA Negeri 8 Pekanbaru, Sekolah Standar Nasional adalah SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 12 Pekanbaru sedangkan SMA Negeri 4 Pekanbaru adalah Sekolah binaan. Oleh sebab itu dapat di tarik suatu kesimpulan yang secara umum dapat mendiskripsikan profesionalisme Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3 Pekanbaru, SMA Negeri 8 Pekanbaru, SMA Negeri 12 dan SMA Negeri 4 Pekanbaru, sebagai berikut : a. Kompetensi Paedagogik. Dilihat dari hasil oservasi bahwa Guru Penjasorkes mampu untuk menguasai materi-materi yang akan di ajarkan, materi yang di maksud adalah materi yang di sesuaikan dengan lingkungan sosial sekolah. Guru Penjasorkes mampu untuk mengemas bahan dan materi pengajaran dengan baik sehingga siswa terlihat senang dan 67
68
bersemangat. Guru yang profesional mampu untuk merancang pembelajaran secara priodik, hal ini terlihat ada setiap tahunan evaluasi terhadap kemajuan pembelajaran olahraga di sekolah. b. Kompetensi Kepribadian. Dari kompetensi ini guru di SMA Negeri tersebut terlihat mampu untuk menjadi figur yang baik terhadap siswanya. Guru Penjasorkes mampu untuk mengendalikan gejolak emosi sebagai manusia biasa sehingga kesalahan kesalahan sekecil apapun harus mampu untuk di kendalikan bagi Guru Penjasorkes di sekolah. Guru Penjasorkes di SMA Negeri 3,SMA Negeri 8 Pekanbaru, SMA Negeri 12 dan SMA Negeri 4 Pekanbaru memiliki sikap dan etika yang baik hal ini ditemukan informasi dari rekan sejawat dan siswa
bahwa Guru Penjasorkes mampu arif dan bijaksana dalam
segala hal. Ditemukan juga bahwa Guru Penjasorkes mampu untuk memimpin dan memberikan perlindungan pada siswa bila mana siswa menemukan kebuntuan dalam kesehariannya. c. Kompetensi Sosial. Hasil temuan yang di lakukan menunjukkan bahwa kompetensi sosial yang di miliki Guru Penjasorkes tergolong sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hubungan emosional guru dengan sesama guru bidang studi lainnya di sekolah, hal ini ditunjukkan hubungan yang sangat harmonis sehingga komunikasi guru untuk memecahkan
69
permasalahan
siswa
dapat
terpecahkan
dengan
baik
berkat
komunikasi Guru Penjasorkes. Demikian juga ditemukan bawah Guru Penjasorkes mampu untuk menjaga hubungan sosial dengan masyarakat sekitarnya terutama masyarakat sekitar sekolah dan orang tua siswa. Sehingga dengan adanya komunikasi yang baik tersebut Guru Penjasorkes merasa terbantu
untuk
melakukan
pembenahan-pembenahan
terhadap
kemajuan etika dan motivasi siswa di sekolah. d. Kompetensi Profesional. Bila dilihat dari rancangan pembelajaran terlihat guru
dapat
untuk mengimplementasikan di lapangan sehingga terlihat Guru Penjasorkes dapat
mengemas pembelajaran dengan baik. Hal ini
terlihat pada pelaksanaan pembelajaran di lapangan, walaupun sarana prasarana pembelajaran kurang mendukung. Metode yang di berikan oleh Guru Penjasorkes sudah cukup baik hal lain yang menjadi kendala adalah sarana untuk menunjang proses pembelajaran olahraga di sekolah sehingga metode yang di berikan hanya di sesuaikan dengan sarana yang ada di sekolah. Hal ini dapat di disimpulkan bahwa Guru Penjasorkes di SMA Negeri tersebut mampu untuk menjadi guru profesional bila di dukung dengan sarana dan prasarana yang ada sehingga mampu untuk mengimplementasikan
semua
pembelajaran yang diharapkan.
kemampuannya
untuk
tujuan
70
B. Implikasi Hasil Penelitian 1. Kompetensi Paedagogik. a. Dari kualitas kerja. Dalam melaksanakan pembelajaran yang menjadi acuan dasar
bagi
seorang
guru
adalah
berupa
perencanaan
pembelajaran. Dalam merencanakan pembelajaran seorang guru hendaknya memperhatikan mulai dari tujuan, meteri, siswa, metode, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Hasil dari
observasi,
wawancara
dan
dokumentasi
peneliti
menemukan bahwa perencanaan dilihat dari kualitas kerja Guru Penjasorkes di 4 SMA Negeri
Pekanbaru tersebut sudah
terlaksana dengan baik. Hal Ini terlihat pada perencanaan yang dibuat oleh Guru Penjasorkes. Guru Penjasorkes yang profesional tampak dalam membuat perencanaan pembelajaran membuat perubahan dan penambahan-penambahan pada tiap-tiap bagian dari suatu perencanaan.
Sehingga
pembelajaran
terlihat
dari
ada
tahun
kemajuan
ketahun dan
dari
hasil
perkembangan
sehingga kualitas dari pembelajaran menampakkan hasil yang positif baik dari segi guru maupun siswa, terhadap kualitas kerja Guru Penjasorkes dalam mengajar. Dalam pembuatan satuan pembelajaran dan rancangan pembelajaran setiap awal tahun ajaran baru Guru Penjasorkes
71
selalu melakukan perubahan yang berpedoman pada satuan pembelajaran dan rancangan pembelajaran yang lama serta menyesuaikannya tahunnya.
Dalam
dengan
keadaan
melakukan
siswa
pada
setiap
perubahan
guru
selalu
mempertimbangkan unsur-unsur yang baru dalam satuan pembelajaran
dan
rancangan
pembelajaran
berdasarkan
evaluasi dari tahun-tahun sebelumnya. Dari kelemahan tahun sebelumnya Guru Penjasorkes melakukan perubahan atau memperbaiki agar tidak terulang kembali pada semester atau tahun berikutnya. Kalau hal ini dilakukan oleh semua Guru Penjasorkes yang telah di sertifikasi maka dengan mudah ia mengetahui sudah berhasil atau tercapaikah tujuan dari pembelajaran yang ia berikan kepada siswa. b. Ketepatan . Ketepatan dalam membuat perencanaan pembelajaran telah dilaksanakan dengan optimal, dimana Guru Penjasorkes mempertimbangkan komponen-komponen yang ada dalam perencanaan pembelajaran seperti: tujuan, materi, siswa, metode, media, sarana dan prasarana. Guru Penjasorkes dalam membuat perencanaan pembelajaran guru selalu memasukkan komponen-komponen dan mengaplikasikannya
72
dalam pelaksanaan, baik teori maupun praktek secara efektif dan efesien dilapangan. Sehingga pembelajaran terlaksana dengan baik dan sasaran serta tujuan dari pembelajaran itu akan tercapai sebagai
mana
mestinya.
Contohnya:
ketepatan
dalam
melaksanakan tujuan instruksional. Pada temuan di lapangan terlihat disaat pembukaan pembelajaran Guru Penjasorkes terlebih dahulu menerangkan sasaran dan tujuan apa yang akan dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran pada materi yang akan disampaikan kepada siswa. Baik tujuan umum dan tujuan
khusus
mempelajari
suatu
materi
baru
dalam
pembelajaran penjasorkes. Sehingga siswa mengerti dan memahami apa yang akan ia capai dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang akan diberikan oleh guru. Berdasarkan hal diatas terlihat jelas bahwa guru penjasorkes yang telah melaksanakan dan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, hal ini terlihat pada guru mempersiapkan
diri
dalam
mengantarkan
siswa
kearah
kesiapan mental dalam menghadapi sesuatu pembelajaran yang akan dilaksanakan. Seorang guru yang profesional dapat memperhitungkan dan mengalokasikan waktu pada bagianbagian dan tahap dari suatu proses pembelajaran yang akan dilaksanakannya.
73
c. Inisiatif. Inisiatif
dalam
perencanaan
pembelajaran
ini
berhubungan dengan adanya suatu ide yang dilakukan guru dalam
mengambil
tindakan
yang
berhubungan
dengan
permasalahan yang dihadapi guru jika terdapat suatu kendala di dalam perencanaan pembelajaran yang ia jalani, misalnya dalam membuat perencanaan guru harus mempertimbangkan dan menyesuaikan satuan pembelajaran dan rancangan pembelajaran seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi yang ada di SMA Negeri di Kota Pekanbaru sebelum melakukan proses belajar mengajar, Guru Penjasorkes tampak mempertimbangkan hal-hal yang menjadi kendala dalam pembelajaran
berdasarkan
pengalaman
dari
tahun-tahun
terdahulu. Guru Penjasorkes bisa melaksanakan pembelajaran tanpa mendapat suatu kendala yang berarti seperti perubahan musim misalnya dari musim panas ke musim hujan. Dalam membuat tampak
perencanaan sudah
pembelajaran,
mengambil
inisiatif
guru
penjasorkes
untuk
merancang
pembelajaran yang disesuaikan dengan satuan pembelajaran dan rancangan pembelajaran, tentang materi apa yang akan diberikan.
74
Guru Penjasorkes dalam proses pembelajaran juga memperhitungkan sarana dan prasarana yang memadai agar proses pembelajaran yang dilakukan di di sekolah berlangsung dengan baik dan tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Dengan adanya inisiatif pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam mempertimbangkan dan memperhitungkan situasi
dan
kondisi
Sekolah
dalam
membuat
suatu
perencanaan pembelajaran maka akan kecil kemungkinan Guru Penjasorkes mengalami kendala dalam pelaksanaan pembelajaran pada situasi apapun baik secara mental dan emosional guru sudah siap menghadapinya. d. Kemampuan. Kemampuan
dalam
perencanaan
pembelajaran
berhungan dengan kemampuan guru suatu bahasan yang secara
langsung
Penjasorkes
berhubungan
dalam
dengan
pengembangan
wawasan
pembuatan
Guru satuan
pembelajaran dan rancangan pembelajaran melalui pendidikan informal seperti seminar, loka karya dan penataran-penataran, serta Guru Penjasorkes dapat menambah wawasan tentang teori mengenai mata pelajaran penjasorkes dengan menambah buku-buku
sumber
yang
pembelajaran penjasorkes.
berkenaan
dengan
materi
75
Jika hal tersebut di atas dilakunkan atau dilaksanakan oleh
Guru
Penjasorkes
maka
dengan
mudah
untuk
mengantarkan siswa agar mengerti kepada pemahaman yang ringkas dan tepat baik secara teori maupun secara praktek e. Komunikasi. Komunikasi dengan perencanaan pembelajaran yang berhubungan dengan pemilihan media dan sumber belajar. Hal ini dapat dilihat dari pembuatan perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh Guru Perjasorkes dilihat dari aplikasi perencanaan pembelajaran ini sudah terlaksana dengan baik dan optimal. Apabila
seorang Guru Penjasorkes berkomunikasi
berarti siswa yang menerimapun akan salah menyerap terhadap komunikasi yang disampaikan oleh guru yang berhubungan dengan materi pembelajaran, sehingga dapat mengakibatkan
tidak
tercapainya
tujuan
dari
proses
pembelajaran tersebut. 2. Kompetensi Kepribadian. Dalam kompentensi kepribadian seorang Guru Penjasorkes merupakan kompetensi yang menjadi sebuah gambaran terhadap sosok seorang Guru Penjasorkes. Seorang pendidik harus memiliki contoh yang baik bagi siswanya, baik komunikasi, interaksi, hal ini dapat dilihat yaitu:
76
a. Kualitas Kerja. Kualitas kerja dapat dilihat dalam keribadian seorang Guru
Penjasorkes.
Pelaksanaan
pembelajaran
yang
berhubungan dengan kepemimpinan dan membimbing siswa dalam
proses
pebelajaran,
dimana
Guru
Penjasorkes
melaksanakan pembelajaran dengan efektif dan efisien. Dan setelah berakhirnya proses pembelajaran terlihat adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa. Tugas
guru
dalam
proses
pembelajaran
adalah
membimbing siswa dan memberikan pembelajaran agar dapat tercapai
tujuan
atau
sasaran
yang
telah
Memberikan perhatian yang penuh terhadap pembelajaran,
dapat
menciptakan
ditetapkan. pelaksanaan
suasana
yang
menyenangkan, dan ini merupakan salah satu upaya bagi seorang guru dalam meningkatkan kualitas kerjanya. Sehingga dalam proses pembelajaran tidak lagi di temui adanya siswa yang merasa tertekan karena tidak menyenangi mata pelajaran penjasorkes ini. Memimpin berarti Guru Penjasorkes adalah sebagai contoh yang akan ditiru oleh siswa dalam proses pembelajaran. Baik itu gerakan, ekspresi dan tingkah laku guru dalam menyajikan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa. Sedangkan membimbing, guru berusaha untuk menuntun siswa
77
dalam
melakukan
atau
melaksanakan
pembelajaran
Penjasorkes dengan mengarahkan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas gerakan yang dilakukan. Semuanya ini mempunyai hubungan timbal balik yang sangat mempengaruhi dari hasil proses pembelajaran. b. Ketepatan. Disini
yang
dimaksud
dengan
ketepatan
adalah
ketepatan menyesuaikan antara tingkah laku sebagai seorang Guru Penjasorkes dengan materi serta mempertimbangkan sarana dan prasarana yang tersedia. Dalam pembelajaran lebih lanjut hendaknya Guru Penjasorkes menggunakan media atau alat dalam pembelajaran sesuai materi yang diberikan sebagai penambah pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Ketepatan antara metode mengajar dan materi pelajaran yang diberikan kepada siswa akan memberikan suatu pemahaman yang cukup baik bila guru penjasorkes memadukannya dengan tepat dan benar. Bila dalam pembelajaran ada suatu materi yang sulit, guru harus menggunakan materi yang disesuaikan pada tingkat kesulitan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan pemakaian metode pembelajaran bagian, yang dimulai dengan gerakan yang mudah ke yang sulit, tapi bila dilihat secara keseluruhan siswa sudah dapat melakukannya
78
dan memahami maka metode pembelajaran itu diganti lagi dengan
metode
menyeluruh.
Hal
ini
dilakukan
untuk
memancing timbulnya kreatifitas siswa, dan siswa merasa adanya tantangan dalam mencari suatu makna gerakan yang akan guru capai dalam pelaksanaan pembelajaran. Dengan
kemampuan
guru
yang
menggunakan
bermacam-macam metode pembelajaran dapat menimbulkan suasana pembelajaran Penjaskes yang penuh tantangan dan kreatifitas siswa meningkat, karena siswa merasa adanya tantangan dalam pelaksanaan pembelajaran yang guru sajikan. Tentu ini tidak mengabaikan bahwa tidak semua siswa dapat melakukannya sesuai dengan harapan Guru Penjasorkes . Hal ini berhubungan dengan
adanya keragaman dan
karakteristik siswa yang berbeda-beda tetapi kuncinya adalah guru bisa menyesuaikan metode dan materi pelajaran diberikan
kepada
siswa
sesuai
dengan
yang
karakteristiknya.
Dengan melihat masalah ini dengan cermat dan teliti Guru Penjasorkes dapat meningkatkan kualitas kerjanya tanpa ada kendala apapun. c. Inisiatif. Dalam pelaksanaan pembelajaran inisiatif berhubungan dengan cara guru penjasorkes dalam mengatur dan mengubah suasana pembelajaran. Guru penjasorkes tentu dapat melihat
79
gambaran dari suasana pembelajaran yang dilakukannya. Inisiatif
dalam
pelaksanaan
pembelajaran
dimana
Guru
Penjasorkes tidak terpaku dengan satu cara saja dalam menghidupkan suasana pembelajaran. Guru Penjasorkes dapat mengubah suasana pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di lingkungan sekolah. Kalau kita lihat pada saat ini banyak sekali sekolah yang sarana dan prasarananya kurang memadai. Guru yang tidak tergantung tersebut,
dengan tetapi
kelengkapan
guru
dapat
sarana
memodifikasi
dan
prasarana
dari
suasana
pembelajaran kearah suasana yang lebih maju dengan menggunakan
inisiatif
untuk
menciptakan
suasana
pembelajaran yang lebih kondusif. Melalui penerapan dan keterampilan yang dimiliki oleh Guru Penjasorkes yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan sekolah tersebut. Dalam
pembelajaran
Guru
Penjasorkes
dapat
menggunakan berbagai metode pembelajaran dengan berbagai ketrampilan yang disesuaikan dengan tepat oleh guru dalam proses pembelajaran. Guru Penjasorkes tentu sudah mampu memperkirakan
dan
dapat
memperhitungkan
dengan
melakukan penilaian terhadap lingkungan dan situasi sekolah, dan memecahkan permasalahan dengan memanfaatkan unsur-
80
unsur yang ada secara optimal. Dan Guru Penjasorkes menyiapkan
perencanaan dalam proses pembelajaran yang
akan di sampaikan kepada siswa. d. Kemampuan. Dalam pelaksanaan pembelajaran kemampuan yaitu bagaimana
Guru
Penjasorkes
dalam
menetapkan
dan
mengubah urutan kegiatan belajar. Pada saat pelaksanaan pembelajaran
guru
perlu
menetapkan
berbagai
pendekatan serta strategi pembelajaran. Dan
metode,
pada saat
praktek di lapangan penyajian guru terhadap suatu materi pelajaran
harus
pula
memperhitungkan
kemampuan
keterampilan dan teknik yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakannya
pembelajaran
tersebut.
Pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan hendaknya pelaksanaan dapat berjalan secara sistematis mulai dari pembukaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada setiap pelaksanaan pembelajaran baik untuk materi yang bersifat teori maupun praktik, guru dapat memperhatikan kemampuan dan karakteristik siswa. Dan dalam proses pembelajaran, Guru Penjasorkes harus menata pembelajaran, agar siswa dapat bergerak dan berpindah dari satu keterampilan ke keterampilan yang lain, dari satu tingkat penampilan gerak kepada tingkat penampilan gerak yang lain. Ini semua merupakan tahap dari proses
81
pembelajaran
yang harus disiapkan oleh seorang Guru
Penjasorkes dalam menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. e. Komunikasi. Pada saat pelaksanaan pembelajaran Guru Penjasorkes sering dihadapkan dengan masalah, yaitu kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang akan disampaikan oleh guru pada saat proses pembelajaran. Jika hal ini terjadi guru dapat mengatasinya dengan salah satu cara yaitu pada saat proses pembelajaran berlangsung guru dapat menyampaikan materi pelajaran dengan singkat dan bisa saja dikemukakan diantara kegiatan-kagiatan pelaksanaan pembelajaran. Jika hal ini dilakukan atau di laksanakan salain menghemat waktu dapat juga untuk mengurangi kebosanan siswa . Komunikasi dalam pembelajaran memegang peranan yang penting, karena disinilah guru dapat melihat pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran yang di sampaikannya. Siswa akan lebih merasa mengerti apabila mereka tahu terlebih dahulu tentang apa yang akan ia lakukan, dan apa yang akan dia capai . Untuk itu Guru Penjasorkes yang telah di sertifikasi haruslah serius dan memperhitungkan dalam menyampaikan informasi kepada siswa yang berhubungan dengan
materi
pembelajaran yang akan disajikan. Dengan mengurutkan
82
materi pelajaran secara sistematis dan logis akan memudahkan komunikasi antar guru, materi atau bahan pelajaran dan siswa. 3. Kompetensi Sosial. Kompetensi
sosial
merupakan
kemampuan
untuk
berkomunikasi dengan peserta didik. Hal ini dapat menjadi tolak ukur untuk menilai kebarhasilan dari pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara mengenai kompetensi sosial yang harus dikuasai oleh Guru Penjasorkes. Kompetensi
sosial
yang
harus
dikusai
oleh
Guru
Penjasorkes dalam pelaksanaan pengajaran dalam lima katagori: a. Kualitas kerja. Kualitas kerja yang akan dilihat dalam kompetensi sosial sebagai
seorang guru mampu untuk memberikan informasi
dengan baik sehingga dapat di mengerti bagi siswa. Seorang guru harus memiliki penguasaan terhadap media sebuah informasi dengan baik. Seperti halnya dalam menggunakan media yang akan di pergunakaan terhadap pembelajaran penjasorkes. Hal ini dapat meningkatkan kualitas kerja seorang guru olahraga
contohnya
untuk
mengevaluasi
bentuk
tes
keterampilan dan tes tertulis ditambah dengan tugas. Dan dari evaluasi yang dilakukan semuanya menampakkan hasil yang
83
maksimal. Karena guru yang menggunakan alat ukur yang relevan dan tetap melaksanakan evaluasi dengan baik. b. Kemampuan. Dari
segi
kemampuan
nilai
yang
memberikan
dapat
dilihat
dilaksanakan
oleh
dari guru
cara dalam
pembelajaran. Memberikan nilai dalam evaluasi pembelajaran merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap Guru Penjasorkes
dalam
proses
pembelajaran.
Memberikan
penilaian sering dilakukan oleh Guru Penjasorkes apabila sudah berakhirnya materi yang telah diajarkan. Dalam memberikan nilai
Penjasorkes, biasanya guru melakukan
pengukuran melalaui tiga tahap, yaitu kognitif, afektif
dan
psikomotor. Dengan kemampuan sosial yang dimiliki oleh seorang Guru Penjaorkes akan mampu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
dan
mudah
untuk
meningkatkan
hasil
pembelajaran. c. Inisiatif. Dalam inisiatif untuk pembelajaran bahwa kemampuan sosial dapat mengantarkan pembelajaran dengan baik kesiswa, sehingga dapat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru harus sering inisiatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Guru
sering
melakukan
pendekatan
dan
84
sosialisasi dengan masyarakat sekitar untuk meningkatkan proses pembelajaran di sekolah agar lebih baik. d. Ketepatan. Yang dimaksud dengan ketepatan dalam kompetensi sosial yaitu: ketepatan guru dalam melaksanakan
bentuk
komunikasi dengan baik. Dalam pembelajaran penjasorkes dengan pendekatan kepada siswa. Guru harus mengenal dengan baik status sosial dengan mempelajara dengan baik latar belakang sosial siswa dan maysarakat agar tepat sasaran dari pendidikan yang di laksanakan. e. Komunikasi. Pelaksanaan
komunikasi
pada
saat pembelajaran
dimana guru dapat memberikan informasi kepada siswa dalam bentuk nilai yang diberikan berdasarkan hasil dalam proses pembelajaran. Komunikasi yang baik merupakan hal yang penting
untuk
mensosialisasikan
setiap
makna
dalam
pembelajaran pendidikan jasmani. 4. Kompetensi Profesional. Profesional merupakan suatu kemampuan yang harus di miliki oleh seorang Guru Penjasorkes. Hal ini merupakan suatu pola
dan
metode
untuk
memberikan
suatu
informasi
dan
pengetahuan yang harus di lakukan bagi seorang pendidik.
85
Profesional Guru Penjasorkes dapat dilihat dalam
lima kategori
yaitu: a. Kualitas kerja. Kualitas kerja yang akan dilihat dalam profesional seorang pendidik akan terlihat hasil yang baik. Guru tidak akan terlihat ragu dan bingung dalam proses pembelajaran. Seorang guru yang profesional akan menghasilkan hasil yang baik. Mereka tidak akan merasa minder dalam memberikan pembelajaran. Guru yang frofesional siap menguasai materi baik teori maupun praktek sehingga dapat di lihat dan diikuti oleh siswa untuk proses pembelajaran. b. Kemampuan. Dari segi kinerja kemampuan dapat dilihat dari cara memberikan materi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran.
Kemampuan seorang
Guru Penjasorkes yang profesional akan terlihat di lapangan dengan penguasaan materi yang di miliki oleh Guru Penjasorkes. c. Inisiatif. Dalam kompentensi seorang guru yang profesional sangat baik, guru tersebut akan dapat menemukan ide ide pembelajaran dengan baik dan guru professional akan dapat
86
memberikan materi dengan gaya gaya inofatif yang kaya dengan pengetahun yang baik. Guru yang profesional akan menemukan ide ide baru untuk menunjang pembelajaran di sekolah ia tidak akan terpaku dengan metode yang sudah ada. Sehinga proses pembelajaran di sekolah terlaksana dengan baik. d. Ketepatan. Yang dimaksud dengan ketepatan pada guru yang profesional adalah ketepatan sasaran dalam penyampaian informasi tentang materi pembelajaran pendidikan jasmani. e. Komunikasi. Dalam pelaksanaan pembelajaran komunikasi pada saat melakukan proses pengajaran sangat penting untuk kelancaran proses pembelajaran berjalan dengan baik. Komunikasi
sangat
di
perlukan
karena
dengan
mengkomunikasikan sebuah informasi merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang sebuah pembelajaran di sekolah. Seorang guru olahraga yang profesional harus mampu mengkomunikasikan ilmu kepada siswa agar proses pembelajaran berjalan dengan baik.
87
C. Saran. Berdasarkan temuan dan kesimpulan yang telah dikemukakan maka penulis mengemukakan beberapa saran untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi berbagai pihak yang terlibat dalam menyelenggarakan pendidikan di seluruh SMA Negeri di Kota Pekanbaru, peneliti mengajukan saran kepada: 1) Guru Penjasorkes agar: a. Dalam pembuatan perencanaan pembelajaran hendaknya guru penjasorkes harus selalu merevisi ulang seluruh satuan dan rancangan pembelajaran yang sudah lama dipakai, dengan mengganti satuan dan rancangan pembelajaran yang baru
sesuai
dengan
kurikulum
yang
terbaru,
dengan
mempertimbangkan kondisi dan situasi siswa terhadap bakat dan minat siswa. b. Dalam melakukan aktifitas mengajar perlu menjaga hubungan dengan masyarakat sekitarnya dan lingkungan sekolah agar hubungan sosial terjaga dengan baik. c. Dalam membuat isi perencanaan pembelajaran hendaknya Guru Penjasorkes yang profesional juga memperhitungkan situasi dan kondisi sekolah yang dalam segi iklim dan cuaca. Ini dilakukan supaya guru dapat mengantisipasi kendalakendala yang datang pada saat pelaksanaan pembelajaran dilaksanankan .
88
d. Dalam hal pelaksanaan pembelajaran , diharapkan Guru Penjasorkes yang profesional lebih selektif dalam memilih metode,
media,
pembelajaran
model
pembelajaran
sehingga
tujuan
itu dapat dicapai dengan baik dan sesuai
dengan apa yang di harapkan. e. Perlu adanya inisiatif dari pihak Guru Penjasorkes yang profesional
untuk
menambah
wawasan
tentang
cara
pembuatan butir-butir evaluasi dengan membaca buku-buku petunjuk atau buku-buku panduan yang telah diberikan yang berhubungan dengan proses pembelajaran penjasorkes. 2) Kepala sekolah supaya: a. Agar lebih memonitor dan membimbing serta mengarahkan guru-guru. Khususnya guru mata pelajaran Penjasorkes yang, dalam membuat perencanaan pengajaran dengan baik sesuai dengan tuntunan yang ada, supaya dapat meningkatkan kualitas kinerja Guru Penjasorkes yang profesional. b. Memberikan kesempatan kepada Guru-guru Penjasorkes khususnya untuk dapat mengikuti berbagai seminar, loka karya. Penataran pelatihan olahraga yang selalu diadakan baik dalam Propinsi Riau maupun diluar propinsi Riau. c. Kepala sekolah diharapkan untuk sering mengadakan dialog dengan guru penjasorkes tentang kesulitan dan permasalahan yang ditemui mereka dan dapat mencarikan solusi dalam
89
memecahkan kesulitan tersebut dalam waktu yang singkat sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. d. Memberikan guru penjaskes pelatihan keterampilan yang berhubungan dengan bidang studi Penjasorkes, khusus keterampilan mendatangkan
teori
dan
instruktur
praktek yang
dilapangan lebih
ahli,
dengan agar
Guru
Penjasorkes dapat meningkatkan kualitas gerakan yang baik dan benar.
90
Daftar Rujukan Ahmad Sanusi, dkk 1991, Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional, Tenaga Pendidikan Bandung : Depdikbud IKIP Aqib, Zainal 2002 Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran Surabaya: Insan Cendikia Gusril, 2008, Model Pengembangan Motorik Pada Siswa Sekolah Dasar, UNP, UNP press Helmi, 2001 Tesis, Proses Pembelajaran Bahasa Inggris di Madrasah Tshanawiyah Padang, Sumatera Barat Kunandar, 2007 Guru Profesional, Rajawali Pers, Jakarta Kunandar, 2004 Penilaian Berbasis Kompetensi dalam Kurikulum 2004 “Buletin LPMB DKI Jakarta, Volume 1 Nomor 1 Mei 2004 Lutan, Rusli 2002, Supervisi Pendidikan Jasmani, Jakarta, Depdikbud. Maizar, 1997 Meneliti Tentang Kemampuan Mengajar Guru STM: Suatu Penelitian Kualitatif Di Sumatra Barat Menemukan Kemampuan Mengajar Guru Sondang, Siagian 2000, Manajemen Sumberdaya Manusia, Jakarta, Bukmi Aksara Spadley, James. P 1980. Participant Of Observation, New York; Rinehear and Winston Subhamis 2002, Kinerja Guru Sekolah Tingkat Pertama Negeri Bukittinggi Dari Segi Motivasi Berprestasi dan Komunikasi antar Pribadi. Tesis Padang: Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Sudjana, Nana 2002, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah Bandung, Sinar baru. Sujanto Bedjo, 2007 “Guru Indonesia dan Perubahan kurikulum” Jakarta, Sagung Seto. Sagala,
Syaiful, 2009 “Kemampuan professional Kependidikan” Alfabeta , Bandung
Guru
dan
Tenaga
91
Surya, Mahammad 1999, “Membangun Manusia Unggul Perlu Profesionalisme Dan Kesejahtraan Guru” PGRI DKI Jakarta. Undang-undang RI no 14 tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Bandung. Citra Umbara Undang-undang RI no 74 tahun 2008 Tentang Guru dan Dosen, Bandung.Citra Umbara Undang-Undang RI No 20 Tahun 2006 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta Uno, Hamrizal 2007. Tesis, Profesionalisme guru biologi di SMP Negeri Batusangkar, UNP, Padang Wibowo, 2007 Manajemen Kerja, Jakarta, Raja Prapindo Persada
92
Lampiran 1 Pertanyaan Penelitian
1. Dari apa yang di bicarakan peneliti dengan bapak AB Guru Pejasorkes SMA Negeri 3 Pekanbaru pada tanggal 04 Februari 2010 pada jam 7.30 sebagai berikut: sebagai Guru Penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran ? “Saya sebagai Guru Penjasorkes membuat perangkat-perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, silabus, dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan saya juga memiliki absensi, daftar nilai. Yang dituntut untuk mempersiapkan pada awal tahun ajaran” 2. Untuk mencari kebenaran dari guru AB peneliti mewawancarai Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Pekanbaru Ibu YM, di ruangan kerjanya saya menanyakan kepada Kepala Sekolah, Ibu, apakah bapak AB sebagai Guru Penjasorkes menyiapkan perangkat pembelajaran? “Di SMA Negeri 3 ini seluruh guru mata pelajaran wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester. Rincian mingguan efektif, silabus dan RPP, tidak kecuali Guru Penjasorkes sebab awal tahun pembelajaran itu sudah terkumpul minimal untuk satu semester”. 3. Belum puas sampai disitu peneliti mewawacarai wakil kepala sekolah urusan kurikulum, Bapak MR, Pak apakah bapak AB menyerahkan perangkat pembelajaran di awal tahun sebagai mana yang dikompirmasikan kepala sekolah. “Saya sebagai wakil kepala sekolah urusan kurikulum awal tahun minggu pertama tahun ajaran sudah mengumpulkan perangkat pembelajaran dari guru-guru mata pelajaran mulai dari: program tahunan, program semester, rincian minggu efektif, selabus, RPP dan nilai ulangan harian di akhir bulan. Kalau bapak ingin melihat ini arsipnya” 4. Di tempat terpisah penulis juga mewawancarai seorang siswa kelas XI 4 IPS yang diajar oleh bapak AB yaitu Erik Febrian.Erik bagaimana bapak AB mengajar Penjasorkes menurut Erik?
93
“Menurut saya bapak AB mengajar bagus, tidak membosankan banyak fariasi dan juga disiplin dalam waktu. Siswa dekat dengan bapak AB namun juga disegani”. 5. Tepatnya pada tanggal 11 Februari 2010 jam 16.00 peneliti masuk ke SMA Negeri 8 Pekanbaru menenyakan kepada bapak IM sebagai Guru Penjasorkes sebagai berikut: Bapak sebagai Guru Penjasorkes apakah bapak membuat perangkat pembelajaran. “Saya yang mengajar di sekolah bertaraf Internasional banyak tuntutan dari Sekolah mengenai perangkat pembelajaran seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan”. 6. Untuk mengetahui benar tidaknya apa yang disampaikan bapak IM peneliti mengkompirmasikan langsung dengan kepala Sekolah yang kebetulan sore itu berada di Sekolah, saya menuju ke ruangan kerjanya dan penulis di persilakan masuk, saya langsung duduk dan bapak NF menanyakan kepada peneliti apa yang bisa saya bantu. Peneliti langsung kepada masalah tadi, dilapangan saya mewawancarai bapak IM tentang perangkat pembelajaran, kata bapak IM dia harus menyiapkan perangkat seperti; program tahunan, program semester, RPP, Silabus, pemetaan, kisi-kisi soal, perangkat pembelajaran ini di diskusikan sesama guru mata pelajaran sejenis atau MGMP di lingkungan. Bagai mana menurut bapak apa yang disampaikan bapak IM, sejauh mana kewajiban guru-guru membuat perangkat pembelajaran. “Segala apa yang disampaikan bapak IM tersebut itu adalah merupakan kewajiban seorang guru yang mengajar di Sekolah ini. Perangkat-perangkat tersebut jauh hari sebelum proses belajar mengajar berlangsung, maksudnya pada awal tahun pembelajaran, semua perangkat ini sudah di serahkan kapada wakil kepala sekolah urusan kurikulum. Kemudian disekolah ini tidak ada istilah guru yang tidak membuat perangkat pembelajaran termasuk guru penjasorkes karena dia sama kewajibannya dengan guru mata pelajaran lainnya. Kalau bapak ingin tau tanyakan langsung ke bagian kurikulum”. 7. Keesokan harinya Rabu tanggal 25 Februari 2010 peneliti datang ke SMA Negeri 8 Pekanbaru untuk mewawancarai salah seorang ibu guru EW namanya, untuk memberikan tanggapan mengenai bapak IM bagai mana diri kepada ibu EW , saya melakukan penelitian disekolah ini, jadi saya ingin mendapatkan imformasi dari ibu tentang bapak IM ibu tahu
94
dengan bapak IM ? oh ya dia kan Guru Penjasorkes disini, menurut ibu sbagai mana dia melaksanakan tugas disini? “Saya tau bapak IM orangnya disiplin dan senantiasa mengajar tepat waktu baik pagi maupun sore hari, seluruh guru disini punya persiapan untuk mengajar karena itu adalah tugas wajib guru disini menyerahkan perangkat pembelajaran, dan bapak IM disukai oleh siswa disini karena dia mempunyai bermacam cara untuk mengajar selain propesinya Guru Penjasorkes dia juga staf kesiswaan disini jadi sosoknya bagus dan patuh aturan” 8. Pada tanggal 04 Maret 2010 pukul 08.30 penulis pergi ke SMA 4 yang jaraknya lebih kurang 5 km dari SMA 8, melihat bapak AM yang mengajar pada jam pelajaran 3-4 dan penulis sampai disana jam 09.00 sedangkan bapak AM baru mulai jam 09.45, penulis lansung mengamati bapak AM mengajarkan permainan bola voli pada kelas X4 dengan 5 buah bola untuk murid 32 orang bapak AM mengajarkan service bawah itu dari pengamatan saya, dari apa yang diajarkan bapak AM pada siang hari yang mata hari sudah bersinar dengan teriknya, bapak AM terus saja mengajar dengan bersemangat, murid mengikuti dengan semangat juga. Dari cara bapak AM mengajar dia memberikan pemanasan (worming up) dan latihan inti kemudian meng absen siswa. Selesai mengajar peneliti lansung menjumpai bapak AM dan menanyakan kepadanya bersedia untuk diwawancarai tentang pembelajaran Penjasorkes? Dia menjawab bisa pak. Penulis mengajukan pertanyaan seputar perangkap pembelajaran dan materi yang diberikan tadi. “Sabagai guru di sekolah ini saya selalu membuat perangkat pembelajaran seperti program tahunan, program semester, silabus, RPP, rincian miggu efektif dan hal-hal yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran. Semuanya ini saya tidak tergantung kepada kepala sekolah di minta atau tidak di minta tetap saya persiapkan, karena itu adalah tuigas pokok saya sebagai guru”. 9. Setalah mewawancarai bapak AM peneliti minta di antarkan untuk menjumpai Bapak Kepala sekolah keruangannya.Peneliti masuk ke ruangan kepala sekolah dan bapak AZ mempersilakan peneliti duduk di ruangannya. Bagai mana bapak AM mengajar pak ? baik pak sesuai dengan programnya. Dalam hal ini saya mau bertanya pak, apakah bapak AM membuat perangkat pembelajaran, dan bagai mana sikap bapak AM di sekolah ini pak ? “ Mengenai bapak AM saya sangat salut dengan nya karena bapak AM selalu membuat perangkat pembelajaran dan menyerahkan tepat
95
waktu, dalam mengajar menurut pandangan saya bapak AM sangat menguasai materi yang di ajarkan dan masalah disiplin baik dengan waktu maupun tugas yang di berikan padanya. Hubungan dengan pimpinan baik maupun rekan-rekan sejawat sesama guru tidak pernah punya masalah”. 10.Dan kemudian peneliti menanyakan kepada salah seorang siswa, penulis menjumpai seorang siswa Rio saputra kelas XI IPA 2 Rio bapak ingin bertanya bagai mana menurut Rio bapak AM mengajar di sekolah ini dan bagai mana sikap siswa kepada nya ? “Oo Bapak AM mengajar sangat menarik bagi siswa siswi di sekolah ini bapak AM sangat menguasai materi yang di ajarkannya, bahasanya mudah di mengerti kami tidak pernah merasa jenuh belajar dengannya. Bapak itu sangat disiplin tepat waktu dan di segani siswa.” 11.Pada hari ke empat tepatnya pada tanggal 18 Maret 2010 pada pukul 7.30 peneliti masuk ke SMA Negeri 12 Pekanbaru, untuk menjumpai Guru Penjasorkes WA, langsung bertanya setelah selesai memberikan pelajaran sebagai berikut: Ibu sebagai Guru Penjasorkes apakah Ibu membuat perangkat pembelajaran ? “Disini saya sebagai Guru Penjasorkes di wajibkan untuk membuat perangkat pembelajaran seperti; membuat program semester, program tahunan,RPP, selabus dan yang lainnya, karena SMA 12 ini akan direncanakan untuk menjadi sekolah yang di sebut RSBI dan cara ini sudah lama yang diprogram oleh kepala sekolah”. 12. Untuk mengetahui kebenarannya apa yang di sampaikan Ibu WA tersebut, peneliti langsung menjumpai kepala sekolah HM , di ruang kerjanya pada hari itu juga, setelah bertemu dengan kepala sekolah, pak bisa saya mewawancarai bapak sebentar? Ya! Boleh silakan. Tadi saya mengamati ibu WA sedang mengajar di lapangan permainan basket ball, kemudian saya mewawancarai ibu WA masalah perangkat pembelajaran bagaimana menurut bapak ibu WA, kata ibu tersebut dia membuat perangkat pembelajaran untuk sekolah ini. “Saya selaku kepala sekolah guru-guru wajib membuat perangkat pembelajaran seperti; program semester, program tahunan, RPP, selabus, daftar nilai, guru harus memiliki absensi siswa, buku pegangan, guru olahraga pun harus membuat perangkat pembelajaran karena dia juga bagian dari guru-guru di sini. Apa bila ada guru-guru
96
yang lambat menyerahkan perangkat pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, guru tersebut akan di panggil dan diberi peringatan, namun saat ini guru-guru disini tidak ada yang terlambat menyerahkan perangkat pembelajaran”. 13.Ada satu lagi pertanyaan saya pak, berkenaan dengan ibu WA yaitu bagai mana kepribadian, hubungan ibu WA dengan sesama rekan sejawat dan profesional nya dalam mengajar ? “Dari pengamatan saya sebagai kepala sekolah, orangnya jujur, disiplin dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya dan hubungannya baik dengan kepala sekolah, dengan rekan-rekan guru dan dengan siswa sangat baik itu menurut pandangan saya, kemudian saya pernah memperhatikan dia mengajar pelaksanaannya baik, beraturan, penguasaan kelas bagus seperti apa yang di inginkan walaupun masih ada kekurangannya tapi itupun menurut saya tidak terlalu prinsip”. 14 .Setelah menjumpai kepala sekolah peneliti menjumpai salah seorang guru Ibu JM, kemudian peneliti mewawancarai ibu JM. Asslamualaikum bu, boleh saya wawancarai dengan ibu sebentar, apa masalahnya? Saya sudah mengamati dan mewawancarai ibu WA berkenaan dengan pelakasanaan pembelajaran penjasorkes, oke silakan. Bagai mana menurut Ibu sikap, kepribadian dan profesionalismenya dalam melaksanakan tugas di sekolah ini? “Saya adalah salah seorang majlis guru di SMA 12 ini melihat dan bergaul sesama majelis guru Oo kalau WA dia bagus pergaulannya kebetulan dia alumni disini tentu pergaulannya dan rasa hormatnya dengan gurunya sangat baik namun saya menilainya bukan dari faktor tesebut, keperibadiannya juga baik orangnya sopan, suka menegur dan mudah senyum, siswa punsuka dengan dia. Namun kalau mengajar ya dari pandangan saya bagus, kan ada guru Penjas, maaf ya pak mengajar asalan saja kasih bola atau biarkan saja, siswa berserakan ada yang sudah sampai kekantin namun ibu WA tidak termasuk tipe itu rasanya dia menikmati tugas mengajarnya itu menurut saya ya pak”. 15 .Setelah menjumpai guru mata pelajaran, peneliti menjumpai salah seorang siswa yang bernama Willi pada kelas XII IPA1, peneliti mewawancarai siswa tersebut tentang guru penjasorkes. Maaf Nak boleh bapak mewawancarai kamu, tentang apa pak ? kamu kan siswa kelas XII IPA1 yang mengajar Penjasorkes adalah WA bagaimana menurut kamu ibu WA mengajar?
97
“Ibu WA mengajar kami sangat menyukainya karena ibu WA mengajar sering berpariasi membuat kami bergairah belajar, ibu WA sangat disiplin, tepat waktu, cara penyampaian meteri kami mudah untuk mengerti” Dari apa yang telah disampaikan oleh guru penjasorkes WA dan yang sudah dikompirmasikan dengan kepala sekolah HM, guru mata pelajaran, dan siswa. Dalam hal ini peneliti menyimpulkan bahwa guru penjasorkes sudah memiliki kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. 16.Pada tanggal 01 April 2010 peneliti kembali ke lokasi SMA Negeri 4 pada jam 7.30 untuk mewawacarai salah seorang guru mata pelajaran Fisika yaitu ibu WT di ruangan majlis guru SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru. Selamat pagi buk, apa kabar pak saya sedang melakukan penelitian Guru Penjasorkes di sekolah ini. bagai mana menurut ibuk bapak AM dalam melaksanakan tugas di sekolah ini dan bagai mana hubungannya sesama guru. “Menurut pengamatan saya bapak AM dalam melaksanakan tugas selalu melaksanakan dengan baik karena bapak AM saya lihat anakanak selalu belajar dengan gembira dan mengajar menggunakan waktu sangat efisien, hubungan sesama guru sangat baik dan rekanrekan guru senang dengannya dan dia juga humoris”. Terima kasih bu, atas imformasi yang ibu berikan kepada saya dalam penelitian yang saya lakukan ini. 17. Pada tanggal 15 April 2010 peneliti kembali datang ke SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru yang berlokasi di Rumbai untuk mewawancarai salah seorang majelis guru Ibu EZ. Selamat pagi bu, pagi pak, ada apa pak! saya sedang mengadakan penelitian di sekolah Ibu yaitu meneliti salah seorang Guru Penjasorkes bapak AB penelitian ini berkenaan dengan Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan profesional guru. Bagai mana menurut Ibu Bapak AB dalam melaksanakan tugas pembelajaran, sosial dan kepribadian bapak AB? “Oke kalau itu bisa saya jawab hubungan kami dengan bapak AB dan dengan guru-guru lain disini sangat terjalin dengan baik, bapak lihat di majlis guru ini, guru-guru kami saling bercanda walaupun sedang mengerjakan tugas masing-masing. Kemudian secara hubungan sosial kami sering berkunjung kerumah rekan-rekan walaupun sipatnya waktu mendapat musibah, sebab kepala
98
sekolah kami mengutamakan hubungan sosial sesama guru-guru dan kapala sekolah. Kalau kepribadian bapak AB sangat baik, sopan, humoris dan disiplin”. 18. Setelah mewawancarai Ibu EZ peneliti menjumpai seorang siswa yang berpakaian olahraga kebetulan selesai olahraga. Peneliti memanggilnya. Hai nak ! bapak ingin bertanya, ada apa pak? Baru siap olahraga, ia pak, kalau boleh tau siapa namamu? Iza pak, kamu kelas berapa? Kelas XII, bapak ingin mewawancarai kamu sebentar, boleh pak. Menurut kamu bagai mana bapak AB mengajar penjasorkes? “Bapak AB orangnya disiplin waktu pak, kalau kami terlambat tidak boleh ikut belajar dengannya karena bapak AB tidak pernah terlambat, jadi kami takut terlambat malu kan pak ! bapak AB cara mengajarnya bagus kami tidak pernah bosan belajar penjasorkes dengannya. Ada lagi pak? Oke sekian terima kasi nak”. Dari apa yang di sampaikan oleh Guru Penjasorkes SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, kepala sekolah, salah seorang guru dan seorang siswa maka bisa di tarik suatu kesimpulan bahawa guru penjasorkes SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru, mempunyai Kompetensi paedagogik, sosial, kepribadian dan kompetensi profesional.
99
Lampiran 2 . Nama-nama Kepela Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru
Nama Sekolah
Kepala Sekolah
Alamat
SMA Negeri 3 Kota Pekabaru
Dra. Hj. Yusnimar, M.Pd
Jl Yusudarso No 100 A
SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
Drs. Azwir
Jl Adi Cucipto No 67
SMA Negeri 8 Kota pekanbaru
Drs. H. Nurfaisal M.Pd
Jl Abdul Muis No 14
SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru
Drs. H. Hermilus, MM
Jl Garuda Sakti Km 3
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Tahun 2010.
100
Lampiran 3 Nama-nama Guru Penjasorkes SMA Negeri 3,4,8 dan Kota Pekanbaru. No
Sekolah
Guru Olahraga
Pendidikan
1
SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru
1. Drs. Khairul Asbar 2. Hajrul Boy S.Pd 3. Titin Angraina S.Pd
S1 S1 S1
2
SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
1. Armen Ar S.Pd. 2. Khairil Abbas, S.Pd. 3. Jasmani Ginting, S.Pd
S1 S1 S1
3
SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru
1. Drs. Erwin Martias 2. Drs Beta Somta 3. Novi (Honor)
S1 S1 S1
1. R.Setianis.S.Pd 2. Winda Asril S.Pd Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010. 4
SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru
S1 S1
101
Lampiran 4. Jumlah Seluruh Siswa SMA Negeri 3,4,8 dan 12 Kota Pekanbaru
No 1
2
3
Sekolah
Kls
Jenis Kelamin Laki-Laki
Perempuan
SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru
X XI XII
172 107 130
200 150 160
819
SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
X XI XII
100 126 173
156 130 210
795
SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru
X XI XII
114 139 147
138 128 116
210 X 132 XI 155 155 XII 83 100 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010 4
Jumlah
SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru
822
780
Lampiran 2 . Nama-nama Kepela Sekolah SMA Negeri 3, 4, 8 dan 12 Kota Pekanbaru
Nama Sekolah
Kepala Sekolah
Alamat
SMA Negeri 3 Kota Pekabaru
Dra. Hj. Yusnimar, M.Pd
Jl Yusudarso No 100 A
SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
Drs. Azwir
Jl Adi Cucipto No 67
SMA Negeri 8 Kota pekanbaru
Drs. H. Nurfaisal M.Pd
Jl Abdul Muis No 14
SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru Drs. H. Hermilus, MM Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Tahun 2010.
Jl Garuda Sakti Km 3
Lampiran 3 Nama-nama Guru Penjasorkes SMA Negeri 3,4,8 dan Kota Pekanbaru. No
1
2
3
Sekolah
Guru Olahraga
SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru
1. Drs. Khairul Asbar 2. Hajrul Boy S.Pd 3. Titin Angraina S.Pd
S1 S1 S1
SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
1. Armen Ar S.Pd. 2. Khairil Abbas, S.Pd. 3. Jasmani Ginting, S.Pd
S1 S1 S1
SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru
1. Drs. Erwin Martias 2. Drs Beta Somta 3. Novi (Honor)
S1 S1 S1
1. R.Setianis.S.Pd 2. Winda Asril S.Pd Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010. 4
Pendidikan
SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru
S1 S1
Lampiran 4. Jumlah Seluruh Siswa SMA Negeri 3,4,8 dan 12 Kota Pekanbaru
No
1
2
3
4
Sekolah SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru
SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru
SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru
Jenis Kelamin Kls
Jumlah Laki-Laki
Perempuan
X
172
200
XI
107
150
XII
130
160
X
100
156
XI
126
130
XII
173
210
X
114
138
XI
139
128
XII
147
116
X
132
210
XI
155
155
XII
83
100
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru tahun 2010
819
795
822
780
102 Lampiran 5 Photo Penelitian
Gambar 1. SMA Negeri 3 Kota Pekanbaru
Gambar 2. Siswa Melakukan Aktifitas Olahraga
103
Gambar 3. SMA Negeri 4 Kota Pekanbaru
Gambar 4. Siswa Melakukan Aktifitas Olahraga
104
Gambar 5. SMA Negeri 8 Kota Pekanbaru
Gambar 6. Siswa Melakukan Aktifitas Olahraga
105
Gambar 7. SMA Negeri 12 Kota Pekanbaru
Gambar 8. Siswa Melakukan Aktifitas Olahraga
106
107
LAMPIRAN 3.
87
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99