PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri EVALUASI KARAKTERISTIK PSIKOMETRI INTELLIGENZ STRUKTUR TEST (IST) Etti Rahmawati Universitas Sumatera Utara
[email protected] ABSTRAK. Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan satu dari banyak tes mengukur inteligensi yang masih sering digunakan meskipun usianya lebih dari 40 tahun sejak pertama sekali diadaptasi ke dalam versi Indonesia. Memastikan bahwa aitem-aitem IST masih memiliki kualitas yang baik untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dirasakan perlu agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan akibat penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah IST masih memiliki kualitas yang baik dengan menganalisis tingkat kesukaran aitem, daya diskriminasi aitem, dan peluang tebakan semu menggunakan pendekatan item response theory dengan metode marginal maksimum likelihood menggunakan Program R. Pendekatan item response theory digunakan karena kemampuan teori ini mengestimasi karakteristik psikometri aitem tanpa tergantung oleh karakteristik peserta, dan sebaliknya karakteristik peserta tanpa tergantung pada karakteristik psikometri aitem sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang equivalen pada peserta dari berbagai kelompok penelitian yang berbeda dan lebih dapat dipercaya. Hasil analisis menunjukkan bahwa 53.125% dari aitem-aitem IST yang dianalisis memiliki karakteristik psikometri yang kurang baik menurut batasan psikometri. Kata kunci : Karakteristik Psikometri, Item Response Theory, Intelligenz Struktur Test (IST) karakteristik IST yang telah dilakukan menggunakan pendekatan teori klasik.
A. Latar Belakang Hasil pengukuran yang dapat dipercaya, diperoleh dari tes yang memiliki kualitas yang dapat dipercaya. Memastikan bahwa tes yang kita gunakan memiliki kualitas yang baik adalah merupakan keharusan. Terlebih pada tes-tes yang hasilnya akan dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk menentukan posisi penting individu seperti dalam pelaksanaan rekrutmen, penempatan, baik dalam setting pendidikan maupun organisasi.
Pendekatan yang digunakan dalam evaluasi karakteristik psikometris sebuah tes juga menentukan hasil evaluasi. Meskipun pendekatan teori klasik merupakan pendekatan yang memiliki dasar yang sangat kuat tetapi ada beberapa keterbatas yang dimiliki yang akan mempengaruhi parameter yang diestimasi. Sebuah pendekatan yang relatif lebih baru melengkapi teori tes klasik dalam bidang pengukuran. Pendekatan yang dikenal dengan Item Response Theory, melengkapi teori tes klasik dengan mengatasi ketergantungan ukuran ciri peserta terhadap ciri aitem, serta ketergantungan ukuran ciri aitem terhadap peserta tes. Sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang equivalen pada peserta dari berbagai kelompok eksperimen yang berbeda. Hal ini memiliki peranan yang sangat penting untuk melihat perbedaan pada suatu atribut dalam penelitian lintas budaya.
Penggunaan tes dalam bidang Psikologi adalah suatu yang sangat sering dilakukan dalam pengambilan keputusan. Bahkan tidak jarang, hasil dari tes yang dilakukan digunakan sebagai satu-satunya pertimbangan dalam mengambil keputusan. Tes yang masih sangat sering digunakan sampai saat ini berdasarkan pengamatan peneliti, terutama adalah Intelligenz Srukture Test (IST). IST pernah dievaluasi melalui penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara pada tahun 2011. Evaluasi
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 270
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan satu dari banyak tes yang masih sering digunakan. Dengan demikian, memastikan apakah IST masih memiliki kualitas yang baik dan apakah tes ini benarbenar presisi digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dirasakan perlu agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan keputusan akibat penggunaannya. Mengingat evaluasi yang telah dilakukan masih menggunakan pendekatan teori klasik maka dirasa belum cukup untuk memastikan kualitas IST. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi karakteristik IST menggunakan pendekatan item response theory.
1). Unidimensi Item response theory mensyaratkan setiap aitem hanya mengukur satu ciri peserta. Unidimensi diukur sebagai derajat ketergantungan suatu aitem secara statistik. Ketergantungan diartikan sebagai trait atau kemampuan tunggal (Crocker & Algina, 1986). 2). Independensi lokal Bila menggunakan item response theory, diasumsikan bahwa respon pada aitem yang satu bebas dari pengaruh respon pada aitem lain jika kemampuan yang mempengaruhi performansi dibuat konstan. Sehingga jika kemampuan disamakan pada aitem, aitem tidak saling berhubungan (Hambleton, dkk, 1991).
B. Kajian Pustaka 1. Teori Respons Aitem Item response theory mendasarkan diri pada sifat-sifat atau kemampuan laten yang mendasari kinerja atau performansi peserta terhadap aitem tes tertentu. Hambleton, dkk (1991) mengemukakan bahwa item response theory bersandar pada 2 postulat dasar, yaitu :
Asumsi independensi lokal terpenuhi jika asumsi unidimensi terpenuhi. Namun asumsi independensi lokal dapat terpenuhi pada tes meskipun asumsi unidimensi tidak terpenuhi. Menurut Fennessy, dkk, Thissen, dkk, Steinberg dan Mooney, jika independensi lokal tidak terpenuhi maka hasil estimasi parameter aitem, parameter kemampuan, dan statistik tes yang lain tidak akurat (Zenisky, dkk, 2003)
a. Performansi peserta dalam suatu tes dapat diprediksi dengan sekumpulan faktor yang disebut trait, ciri laten atau kemampuan. b. Hubungan antara performansi peserta dengan sekumpulan trait yang mendasarinya dapat digambarkan dengan fungsi yang meningkat secara monoton yang disebut item characteristic curve (ICC). Fungsi ini menunjukkan bahwa bila terjadi peningkatan trait, probabilitas jawaban benar juga meningkat.
3). Kurva karakteristik aitem Item characteristic curve (ICC) dapat merefleksikan hubungan yang sebenarnya antara kemampuan dan respon peserta terhadap aitem tes, oleh karena itu parameter aitem dan parameter peserta harus invarian. (Naga, 1992). a. Parameter-Parameter dalam Item Response Theory Item characteristic curve (ICC) dalam item response theory dibentuk dengan tiga unsur, yaitu parameter aitem, parameter peserta dan jawaban peserta terhadap aitem. Sementara itu jawaban peserta terhadap aitem ditentukan oleh parameter aitem dan parameter peserta. Parameter aitem terdiri dari tingkat kesulitan aitem yang dilambangkan dengan b, daya beda aitem yang dilambangkan dengan a dan peluang tebakan semu yang dilambangkan dengan c,
Asumsi Item Response Theory Sebelum menggunakan item response theory, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi untuk menentukan apakah item response theory merupakan tehnik yang tepat untuk digunakan. Menurut Hambleton, dkk (1991), Naga (1992), Scheuneman dan Bleistein (1989) asumsi yang harus dipenuhi adalah unidimensi, independensi lokal, dan item characteristic curve (ICC).
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 271
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri sedangkan parameter peserta dilambangkan dengan theta () dan respon peserta terhadap aitem dinyatakan dalam bentuk probabilitas menjawab benar yang dilambangkan dengan Pi () (Naga, 1992).
Parameter c melambangkan probabilitas peserta yang memiliki kemampuan rendah dapat menjawab aitem sulit dengan benar. Secara umum disebut juga dengan parameter tebakan karena diasumsikan peserta dapat menjawab aitem dengan benar dengan cara menebak. Secara teoritis, nilai c bergerak dari 0 sampai dengan 1. Tetapi menurut Baker (2001) nilai c di atas 0,35 tidak dapat diterima.
1). Parameter kemampuan () Kemampuan peserta tidak dapat diukur secara langsung, oleh karena itu kemampuan diestimasi lewat respon peserta terhadap suatu aitem. Hal ini yang menyebabkan sering disebut sebagai kemampuan laten yang mendasari suatu tes. Pada item response theory, parameter membentuk suatu kontinum. Secara teoritis nilainya membentang dari negatif tidak terhingga sampai positif tidak terhinggga. Tetapi secara praktis nilai yang dianggap cukup berarti terletak antara - 4 sampai + 4 (Naga, 1992).
b. Model-Model dalam Item Response Theory Parameter aitem dan parameter peserta dihubungkan dengan suatu model rumus yang dikenal dengan fungsi karakteristik aitem (item characteristic function) oleh karena itu setelah semua asumsi dasar dipenuhi, dipilih model item response theory yang akan digunakan. Untuk menentukan model yang tepat, perlu dibuat asumsi tentang fungsi karakteristik aitem. Asumsi ini akan membantu menentukan jumlah parameter yang dibutuhkan dalam model yang digunakan (Harvey & Thomas, 1996). Kemudian parameter tersebut digunakan untuk memperoleh item characteristic curve (ICC). Model-model item response theory yang sering digunakan adalah model logistik 1, 2, dan 3 parameter (Hambleton, dkk, 1991).
2). Parameter tingkat kesukaran aitem (b) Parameter kesulitan aitem merupakan parameter lokasi yang menunjukkan posisi item characteristic curve (ICC) dalam skala kemampuan. Bila nilai b lebih besar, lebih besar kemampuan yang diperlukan peserta untuk dapat menjawab aitem dengan benar, yang berarti aitem lebih sulit. Item characteristic curve (ICC) pada aitem yang lebih sulit berada disebelah kanan atau semakin tinggi kemampuan yang dibutuhkan untuk menjawab aitem dengan benar, letak KKA semakin kekanan. Semakin mudah aitem atau semakin rendah kemampuan letak KKA semakin kekiri (Hambleton dkk, 1991). Menurut Hambleton dan Swaminathan (1985) nilai b bergerak dari -2 sampai dengan +2.
1). Model logistik 1 parameter Model Logistik 1 parameter sering juga disebut model Rasch. Sesuai dengan namanya dalam model ini hanya menggunakan parameter b untuk membedakan antar aitem. Dalam model logistik 1 parameter diasumsikan hanya kesulitan aitem sebagai karakter yang mempengaruhi performansi peserta. Dengan demikian, parameter a dan parameter c diasumsikan konstan untuk semua aitem.
3). Parameter daya diskriminasi aitem (a) Dalam prakteknya, indeks Daya diskriminasi aitem menunjukkan seberapa baik suatu aitem dapat membedakan antara peserta yang memiliki kemampuan yang tinggi dan peserta yang memiliki kemampuan yang rendah. Nilai daya diskriminasi aitem bergerak dari 0 sampai dengan 2 (Hambleton, dkk, 1991).
2). Model logistik 2 parameter Model logistik 2 parameter mirip dengan model logistik 1 parameter. Hanya ada penambahan 2 elemen dalam bentuk matematikanya, yaitu parameter daya beda (a) dan D. D adalah faktor penskalaan,
4). Parameter peluang tebakan semu (c)
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 272
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri sehingga skala menjadi cocok dengan distribusi kumulatif normal atau fungsi ogive normal (Hambleton, dkk, 1991). Untuk memperoleh model logistik yang sangat dekat dengan model ogive normal diperlukan nilai D = 1,702, karena dengan nilai D = 1,702 selisih antara model ogive normal dengan model logistik kurang dari 0,01, sehingga kita dapat mengalihkan perhitungan model ogive normal ke perhitungan model logistik.
Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan tes kecerdasan yang disusun berdasarkan model structural kecerdasan. ). IST yang saat ini banyak digunakan di Indonesia adalah IST versi 70 hasil adaptasi Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran pada tahun 1973, yang dikonstruk oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt Jerman pada tahun 1953 dan telah mengalami beberapa kali revisi. Subtes dalam IST 70 adalah Satzergänzung (SE) melengkapi kalimat, Wortauswahl (WA) persamaan kata, Analogien (AN) analogi verbal, Gemeinsamkeiten (GE) sifat yang sama, Rechenaufgaben (RA) berhitung, Zahlenreihen (ZR) deret angka, Figurenauswahl (FA) pemilihan gambar/pemilihan bentuk, Würfelaufgaben (WU) tugas kubus/latihan balok, dan Merkaufgaben (ME) ingatan (LPSP3 UI, 2012).
3). Model logistik 3 parameter Pada model tes pilihan berganda, peserta mungkin untuk menebak jawaban yang benar. Berbagai kemungkinan tebakan menyebabkan seseorang dengan kemampuan yang sangat rendah dapat menjawab aitem dengan benar. Bahkan ketika mereka memiliki probabilitas mejawab aitem dengan benar yang sangat rendah pada tingkat kemampuan mereka (Harvey & Thomas, 1996). Dengan alasan ini, Birbaum pada tahun 1968 (Johnson, 2004) mengembangkan generalisasi model logistik 2 parameter yang fungsi respon aitemnya memiliki asymtot tidak mendekati nol.
C. Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah respon jawaban IST dari peserta yang mengikuti tes di Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Universitas Sumatera Utara. Parameter diestimasi dengan menggunakan pendekatan item response theory dengan metode estimasi marginal maximum likelihood menggunakan program R versi 2.9.
c. Kecocokan Model Alasan utama pemilihan suatu model tertentu adalah kecocokannya dengan keadaan data yang sebenarnya serta seberapa rinci model tersebut mampu menggambarkan keadaan data yang sebenarnya. Setelah model kita pilih, maka seluruh analisis akan didasarkan pada model tersebut. Suryabrata (2004) mengemukakan bahwa model-model respon aitem pada item response theory dapat palsu, artinya suatu model respon aitem dapat cocok dengan suatu perangkat data tes tertentu dapat pula tidak, jadi model tersebut mungkin tidak dapat secara baik menjelaskan data yang ada. Oleh karena itu, setiap penerapan item response theory merupakan hal yang esensial untuk menguji kesesuaian model dengan data yang ada.
D. Diskusi Dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian a. Hasil Analisis Uji Kecocokan Model Hasil analisis uji kecocokan model pada kedelapan subtes IST disajikan pada Tabel 1. Tabel.1 Hasil Uji Kecocokan Model No Subtes Model SE 3PL 1 WA 2PL 2 AN 3PL 3 RA 3PL 4 ZR 3PL 5 FA 3PL 6 WU 3PL 7 ME 3PL 8
2. Intelligenz Struktur Test (IST)
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 273
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa data pada ke tujuh subtes IST dapat dijelaskan dengan baik oleh model 3 PL dan 1 subtes dengan model 2 PL.
pada masing-masing subtes IST menggunakan metode Marginal Maksimum Likelihood disajikan berikut ini :
1) Subtes SE Hasil analisis pada aitem-aitem subtes SE ditemukan bahwa 5 aitem subtes SE memiliki tingkat kesukaran diatas 2.00, 5 aitem memiliki indeks daya diskriminasi b. Hasil Analisis Parameter Aitem diatas 2.00, dan tidak ada aitem yang Hasil analisis parameter aitem yang memiliki nilai peluang tebakan diatas 0.35. meliputi indeks kesukaran aitem, indeks daya Rangkuman hasil analisis disajikan pada diskriminasi aitem, dan peluang tebakan Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes SE Aite IK Aite IK PT Ket Ket IDD Ket PT Ket Ket IDD Ket m A m A dtr dtr 0.67 dtr dtr dtr 1.14 dtr 1 0 0.27 11 0 0.15 m m 9 m m m 6 m 8 7 dtr dtr dtr 2.78 dtl 0.48 dtr dtl 2 0 1.11 12 0 3.13 m m m 6 m k 7 k 9 dtr dtr 2.18 dtl 0.11 dtr 0.63 dtr dtr 3 0 1.10 13 1.24 m m 8 m 1 m m 1 k 5 dtr dtr 5.12 dtl dtr 0.18 dtr 0.99 dtr 4 0 1.05 14 0 m m m 6 m 1 m 2 k 7 0.17 dtr 1.78 dtr 2.51 dtl 0.08 dtr 2.53 dtl 1.02 dtr 5 15 5 m 9 m 6 m 9 m 4 k 9 k dtr dtr 0.95 dtr 0.14 dtr 2.21 dtl dtl 6 0 0.18 16 8.66 m m 4 m 8 m 4 k k 4 0.15 dtr 1.40 dtr 1.33 dtr dtr 2.28 dtl 0.51 dtr 7 17 0 8 m 7 m 6 m m 3 m 5 k dtr 0.44 dtr 0.76 dtr 0.11 dtr 2.59 dtl 1.22 dtr 8 0 18 m 1 m 2 m 5 m 1 m 6 k 0.13 dtr 0.17 dtr 1.51 dtr 0.01 dtr 0.91 dtr 1.13 dtr 9 19 7 m 7 m 3 m 9 m 6 m 1 m dtr dtr 1.53 dtr 0.15 dtr 1.92 dtr 1.51 dtr 10 0 0.34 20 m m 7 m 2 m 8 m 4 m 7 Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya Diskriminasi Aitem -2.00 dan2 aitem diatas 2.00 serta 3 aitem memiliki indeks daya diskriminasi lebih kecil dari nol. Rangkuman hasil analisis disajikan pada Tabel 3.
2) Subtes WA Hasil estimasi karakteristik aitem-aitem subtes WA didapatkan bahwa 5 aitem memiliki tingkat kesukaran lebih kecil dari
Tabel 3. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes WA
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 274
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri Aitem
IKA Ket IDD Ket Aitem IKA dtrm 1.075 dtrm 31 21 0.689 147.285 32 0.951 22 -2.32 dtlk 1.198 dtrm 33 1.791 23 dtlk dtlk 2.544 0.825 dtrm 1.36 dtrm 34 -0.994 24 1.326 dtrm 0.897 dtrm 35 25 1.838 122.708 dtrm 1.209 dtrm 36 0.875 26 1.314 -1.44 Dtrm 0.924 dtrm 37 -1.349 27 38 28 Dtlk 0.318 dtrm 32.049 2.751 0.629 Dtrm 0.543 dtrm 39 1.364 29 Dtrm 1.494 dtrm 40 30 13.892 1.152 Keterangan : IKA = Indeks Kesukaran Aitem; IDD = Aitem
PT
Ket
41
0
Dtr m
42
0
Dtr m
43
0
Dtr m
44
0.03 7
Dtr m
45
0
dtr m
46
0.00 6
dtr m
47
0.12
dtr
IDD Ket dtlk Dtlk 0.281 dtrm 0.852 Dtrm dtrm
0.43
Dtrm
dtrm 0.524 Dtrm dtlk
0.007
Dtlk
dtrm
0.89
Dtrm
dtrm 0.233 Dtrm dtlk
0.074 Dtrm
dtrm 0.575 Dtrm dtlk
0.172 Dtrm
Indeks Daya Diskriminasi
dan 1 lebih kecil dari -2.00. Serta 6 aitem memiliki indeks daya diskriminasi diatas 2.00. Rangkuman hasil analisis disajikan pada Tabel 4.
3) Subtes AN Hasil estimasi karakteristik aitem subtes AN bahwa keseluruhan aitem memiliki peluang tebakan dibawah 0.35, sebanyak 5 aitem memiliki tingkat kesukaran diatas 2.00
Aite m
Ket
Tabel 4. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes AN IK Ke Ke Aite Ke IK IDD PT A t t m t A dtr 3.14 dtl 0.18 dtr 0.82 1.16 51 m 3 m 1 6 k 5 dtr 0.73 dtr 0.01 dtr 1.70 0.83 52 m 1 m 7 m 3 7 dtr 1.57 dtr 0.09 dtr 1.97 1.01 53 m 4 m 5 m 7 9 dtr 1.71 dtr 0.06 dtr 0.95 0.74 54 m 3 m 6 m 2 9 dtr 1.85 dtr 0.10 dtr 2.00 0.45 55 m 9 m 3 m 5 2 dtr 0.11 dtr 1.88 dtl 1.16 56 2.66 m 7 m 7 k 5 9 0.17 dtr 3.32 dtl 57 0.13 dtr 3.19
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 275
Ke t
IDD
Ke t
dtr m
2.78 6
dtl k
dtr m
1.60 8
dtr m
dtr m
2.96 1
dtl k
dtr m
1.30 3
dtr m
dtr m
2.01 8
dtr m
dtr m
2.52 9
dtl k
dtl
0.82
dtr
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri 4
m
5
m
4
dtr 0.69 dtr m 2 m 0.12 dtr 3.13 dtl 49 5 m 9 k 0.15 dtr 1.14 dtr 50 8 m 4 m Keterangan : PT = Peluang Diskriminasi Aitem 48
0
8
k
0.49 dtr 0.00 dtr 58 4 m 2 m 0.53 dtr 0.09 dtr 59 3 m 5 m 0.11 dtr 2.54 dtl 60 9 m 4 k Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran
5
8.00 dtl 0.17 dtr 3 m 5 k 2.31 dtl 2.04 dtr 8 m 4 k dtr 2.65 dtl 1.64 m 8 k A; IDD = Indeks Daya
Tabel 5. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes RA IKA Ket IDD Ket Aitem PT Ket IKA
Aitem
PT
Ket
77
0
dtrm
2.952
dtlk
1.075 dtrm
87
0.064 dtrm
0.857
dtrm 1.376 dtrm
IDD
Ket
dtrm 0.887 dtrm 1.934
dtrm
88
0.011 dtrm 1.196 dtrm 3.829
dtlk
0
Ket
79
0
dtrm
0.385
dtrm
dtrm
89
0.003 dtrm 1.445 dtrm 3.407
dtlk
80
0
dtrm
0.907
dtrm 1.516 dtrm
90
0.009 dtrm 1.277 dtrm
3.21
dtlk
81
0
dtrm
0.528
dtrm 1.978 dtrm
91
0.006 dtrm 1.612 dtrm 4.064
dtlk
82
0
dtrm
0.628
dtrm
1.99
dtrm
92
0.003 dtrm 1.633 dtrm 3.883
dtlk
83
0
dtrm
0.101
dtrm
1.07
dtrm
93
0.003 dtrm 2.374
dtlk
3.72
dtlk
84
0
dtrm
0.558
dtrm 2.388
dtlk
94
0.003 dtrm 2.139
dtlk
3.622
dtlk
85
0.014 dtrm
1.155
dtrm 2.076
dtlk
95
0.004 dtrm 2.133
dtlk
2.899
Dtlk
86
0.01
1.902
dtrm 1.985 dtrm
96
dtlk
1.984 Dtrm
dtrm
1.31
m
k
2.00 dan 1 lebih kecil dari -2.00. serta 10 aitem memiliki indeks daya diskriminasi diatas 2.00. Rangkuman hasil analisis disajikan pada Tabel 5.
4) Subtes RA Hasil estimasi karakteristik aitem-aitem subtes RA bahwa keseluruhan aitem memiliki peluang tebakan dibawah 0.35, 4 aitem yang memiliki tingkat kesukaran diatas
78
m
0
dtrm 3.089
Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya Diskriminasi Aitem kesukaran lebih kecil dari -2.00 dan 10 aitem memiliki indeks daya diskriminasi diatas 2.00. Rangkuman hasil analisis disajikan pada Tabel 6.
5) Subtes ZR Hasil estimasi karakteristik aitem subtes ZR bahwa keseluruhan aitem memiliki peluang tebakan dibawah 0.35, hanya 1 aitem yang memiliki tingkat
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 276
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri Tabel 6. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes ZR IK Ke ID Ke Aite Ke IK PT A t D t m t A
Aite m
PT
Ke t
Ke t
ID D
Ke t
97
0
dtr m
2.22 4
dtl k
1.67 1
dtr m
107
0.01 4
dtr m
0.09
dtr m
2.37 3
dtl k
98
0
dtr m
1.37 4
dtr m
1.85 1
dtr m
108
0.02 1
dtr m
0.14 4
dtr m
1.40 3
dtr m
99
0
dtr m
1.19 4
dtr m
1.83 6
dtr m
109
0.06
dtr m
0.38
dtr m
2.19 9
dtl k
100
0
dtr m
1.24 5
dtr m
2.37 1
dtl k
110
0.01 3
dtr m
0.75
dtr m
3.03 5
dtl k
101
0
dtr m
0.43 3
dtr m
1.14 4
dtr m
111
0.04 9
dtr m
0.67 1
dtr m
2.85 3
dtl k
102
0
dtr m
0.74 3
dtr m
1.82 7
dtr m
112
0
dtr m
0.85 5
dtr m
2.47 5
dtl k
103
0.01 7
dtr m
0.30 6
dtr m
1.62 5
dtr m
113
0
dtr m
1.14 1
dtr m
1.72 1
dtr m
104
0.02 3
dtr m
0.62 8
dtr m
2.11
dtl k
114
0.04
dtr m
1.34 7
dtr m
2.49 2
dtl k
105
0
dtr m
0.52 4
dtr m
1.08 6
dtr m
115
0.01 3
dtr m
1.38 3
dtr m
3.17 8
dtl k
106
0
dtr m
0.32 5
dtr m
1.91 8
dtr m
116
0.03
dtr m
1.3
dtr m
2.70 5
dtl k
Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya Diskriminasi Aitem kesukaran di atas 2.00 dan hanya 1 lebih kecil dari -2.00. Dua aitem memiliki indeks daya diskriminasi diatas 2.00 dan 1 aitem lebih kecil dari nol. Rangkuman hasil analisis disajikan pada Tabel 7.
6) Subtes FA Hasil estimasi karakteristik pada aitem-aitem subtes FA diketahui 4 aitem memiliki peluang tebakan diatas 0.35, sebanyak 2 aitem memiliki tingkat
Aite
PT
Ke
Tabel 7. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes FA PT Ke IK IK Ke ID Ke Aite
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 277
Ke
ID
Ke
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri m
t
A
t
D
t
m
t
A
t
D
t
117
0.71 9
dtl k
0.53
dtr m
1.30 3
dtr m
127
0.18 5
dtr m
1.66 4
dtr m
1.86 6
dtr m
118
0.44 3
dtl k
0.03 4
dtr m
1.82 8
dtr m
128
0.14
dtr m
1.82 3
dtr m
3.85 2
dtl k
119
0.31 4
dtr m
1.24 9
dtr m
0.72 7
dtr m
129
0.00 3
dtr m
1.22 8
dtr m
1.46 5
dtr m
120
0.18 1
dtr m
0.93 6
dtr m
1.49 2
dtr m
130
0.43 2
dtl k
1.48
dtr m
1.81
dtr m
121
0.00 3
dtr m
1.58 4
dtr m
0.94 9
dtr m
131
0
dtr m
1.27
dtr m
1.09 3
dtr m
122
0.42 1
dtl k
0.58 8
dtr m
8.16 9
dtl k
132
0.05 3
dtr m
2.89 4
dtl k
1.62 6
dtr m
123
0.30 8
dtr m
0.42 6
dtr m
1.94 4
dtr m
133
0
dtr m
0.89 8
dtr m
1.00 4
dtr m
124
0.27 1
dtr m
0.68 8
dtr m
1.27
dtr m
134
0.00 1
dtr m
0.77 8
dtr m
0.59 7
dtr m
125
0.00 4
dtr m
1.65 5
dtr m
0.82 3
dtr m
135
0.00 7
dtr m
5.93 5
dtl k
0.26 4
dtr m
126
0.00 1
dtr m
0.50 1
dtr m
0.80 9
dtr m
136
0.00 2
dtr m
5.16 2
dtl k
0.88 2
dtl k
Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya Diskriminasi Aitem kesukaran diatas -2.00 dan lebih kecil dari 2.00. Serta terdapat 15 aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi lebih besar dari 2.00. Rangkuman hasil analisis disajikan pada Tabel 8.
7) Subtes WU Hasil estimasi karakteristik aitem subtes WU diketahui terdapat 1 aitem memiliki peluang tebakan diatas 0.35 dengan keseluruhan aitem memiliki indeks
Aitem
PT
137
0.47
Tabel 8. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes WU Ke IK Ke ID Ke Aite IK PT Ket t A t D t m A dtl
0.12
dtr
3.40
147
dtl
0
Dtr
0.41
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 278
Ke t
ID D
Ke t
dtr
2.38
dtl
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri
138
9
k
9
m
1
k
0.00 1
dtr m
0.56 6
dtr m
1.95 3
dtr m
0
dtr m
0.59 8
dtr m
2.15 9
dtl k
0.01 5
dtr m
0.76 1
dtr m
2.79 8
dtl k
0.18 2
dtr m
1.39 8
dtr m
5.04 2
dtl k
0
dtr m
0.25 8
dtr m
1.81 2
dtr m
0.00 2
dtr m
0.71 8
dtr m
1.95 3
dtr m
0.17 7
dtr m
1.19 6
dtr m
3.26 9
dtl k
0
dtr m
0.54 5
dtr m
2.15
dtl k
dtr m
0.17 1
dtr m
2.07 9
139
140 141
142
143 144
145 146
0.28 7
148
149
m
1
m
5
k
0.21 8
Dtr m
1.27 6
dtr m
8.72 9
dtl k
0.09 5
Dtr m
1.36 8
dtr m
1.57 5
dtr m
0
Dtr m
0.20 7
dtr m
1.76 5
dtr m
0.22 1
Dtr m
1.25 1
dtr m
4.69 2
dtl k
0.14 8
Dtr m
1.51 3
dtr m
3.6
dtl k
0.11 2
Dtr m
1.55 5
dtr m
4.77 4
dtl k
0.15 9
Dtr m
1.56
dtr m
3.79 3
dtl k
0.16 6
Dtr m
1.60 6
dtr m
5.47
dtl k
0.13 8
Dtr m
1.71 7
dtr m
4.94 3
dtl k
150 151
152
153 154
155
dtl k
156
Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran Aitem; IDD = Indeks Daya Diskriminasi Aitem 2.00 dan lebih kecil dari 2.00. Empat belas aitem memiliki indeks daya diskriminasi diatas 2.00. Rangkuman hasil analisis disajikan pada Tabel 9.
8) Subtes ME Hasil estimasi karakteristik aitem-aitem subtes ME diketahui keseluruhan aitem memiliki peluang tebakan dibawah 0.35 serta memiliki indeks kesukaran lebih besar dari -
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 279
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri
Tabel 9. Karakteristik Psikometris Aitem Subtes ME IKA Ket IDD Ket Aitem PT Ket IKA
Aitem
PT
Ket
157
0
dtrm
dtrm 1.815 Dtrm 0.364
158
0.057 dtrm
159
0.096 dtrm
IDD
Ket
167
0.098 dtrm 0.171 dtrm 2.134
dtlk
dtrm 1.804 Dtrm 0.355
168
0.08
dtrm 0.235 dtrm 2.792
dtlk
dtrm 1.936 0.331
dtrm
169
0.037 dtrm
dtrm 2.225 0.032
dtlk
160
0
dtrm
-0.55
2.02
dtlk
170
0.017 dtrm
161
0
dtrm
dtrm 1.766 0.332
dtrm
171
0.124 dtrm
162
0
dtrm
dtrm 2.655 0.737
dtlk
172
0.121 dtrm
dtrm 2.535 0.465
dtlk
173
0.031 dtrm
dtrm 2.334 0.942
dtlk
174
dtlk dtrm
163 164
0
dtrm
dtrm
165
0.001 dtrm
-0.35
dtrm 2.011
166
0.005 dtrm
dtrm 0.223
1.68
0
dtrm
-0.3
Ket
dtrm 2.141
dtlk
dtrm 2.533 0.371
dtlk
dtrm 2.007 dtrm 0.374 dtrm 0.143
2.13
dtlk
0.06
dtrm 0.275 dtrm 2.845
dtlk
175
0.07
dtrm
dtrm 2.967
dtlk
176
0.062 dtrm 0.083 dtrm 2.335
dtlk
0.19
Keterangan : PT = Peluang Tebakan; IKA = Indeks Kesukaran A; IDD = Indeks Daya Diskriminasi Aitem disajikan rangkuman hasil analisis aitemaitem yang masuk dalam kategori memiliki parameter yang baik dan tidak baik berdasarkan batasan psikometris.
c. Rangkuman Hasil Estimasi Parameter Aitem Berdasarkan hasil analisis parameter aitem pada masing-masing subtes, berikut
Tabel 10. Rangkuman Hasil Estimasi Parameter berdasarkan batasan parameter aitem Paramet Batasan Keterang SE W AN RA ZR FA WU ME er Nilai an A -2 ≤ b ≤ 2 Baik 15 13 14 15 19 17 20 20 b (75) (65 (70) (75) (95) (85) (100) (100 ) ) b < -2, b > Tidak 5 7 6 5 1 3 0 0 2 Baik (25) (35 (30) (25) (5) (15) (0) (0) ) 0≤a≤2 Baik 15 17 14 10 10 17 5 6 a (75) (85 (70) (50) (50) (85) (25) (30) )
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 280
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri
c
a < 0, a > 2
Tidak Baik
5 (25)
0 ≤ c ≤ 0.35
Baik
20 (100)
3 (15 ) -
6 (30)
10 (50)
10 (50)
3 (15)
15 (75)
14 (70)
20 (100)
20 (100)
20 (100)
16 (80)
19 (95)
0 (0)
0 (0)
4 (20)
1 (5)
20 (100 ) 0 (0)
c > 0.35
Tidak 0 0 Baik (0) (0) Keterangan : angka di dalam kurung dalam persentase Tabel 11 merangkum hasil analisis aitem berdasarkan batasan parameter daya beda
aitem, tingkat kesulitan aitem, dan peluang tebakan secara bersama-sama
tabel 11. Rangkuman hasil estimasi parameter berdasarkan batasan ketiga parameter aitem Parameter -2 ≤ b ≤ 2; 0 ≤ a ≤ 2; 0 ≤ c ≤ 0.35
Keterang an Baik
SE
WA
AN
11 (0.55)
RA
13 8 9 (0.65 (0.40 (0.45) ) ) Tidak 9 7 12 11 b < -2 atau b > 2; Baik (0.45) (0.35 (0.6) (0.55) a < 0 atau a > 2; c ) > 0.35 Keterangan : angka di dalam kurung dalam persentase
ZR
FA
WU
ME
Total
9 (0.45)
12 (0.6)
11 (0.55)
8 (0.4)
5 (0.25 ) 15 (0.75 )
6 (0.30 ) 14 (0.7)
73 (0.45 6) 87 (0.54 4)
memiliki kecenderungan yang tinggi untuk dijawab oleh responden dengan benar dengan cara ditebak, pada hal terdapat 11.25% aitem yang memiliki indeks kesukaran yang sangat tinggi bahkan jauh dari ketentuan. Selain itu terdapat 5.625 % aitem yang memiliki indeks kesulitan yang sangat rendah bahkan mencapai -147.285 yaitu pada aitem nomor 31 pada subtes WA.
2. Pembahasan Sebagai alat tes yang masih sangat sering digunakan dalam berbagai tujuan terutama dalam seleksi baik dalam bidang pendidikan maupun lingkungan organisasi, IST masih sangat harus diperhatikan. Karena berdasarkan analisis karakteristik dengan metode Marginal Maksimum Likelihood menggunakan pendekatan item response theory ditemukan bahwa 41.25% dari 160 aitem IST yang dianalisis memiliki indeks daya diskriminasi yang masuk dalam kategori tidak baik, 16.87 % dari 160 memiliki tingkat kesukaran dalam kategori tidak baik dan 3.57% memiliki peluang tebakan dalam kategori tidak baik.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan kriteria peluang tebakan, indeks kesukaran aitem dan indeks daya diskriminasi secara bersama-sama diketahui bahwa dari 160 aitem yang dianalisis hanya 45.625% yang memiliki kualitas yang masih baik. Hal ini menunjukkan bahwa aitem-aitem IST sudah mengalami perubahan dari fungsinya saat dikonstrak. Salah satu penyebabnya adalah individu sudah familiar dengan aitem-aitemnya, hal ini dapat disebabkan oleh usia tes ini juga sudah hampir mencapai 40 tahun sejak pertama kali diadaptasi di Indonesia dan adanya dugaan adanya kebocoran di masyarakat. Dengan demikian penggunaan IST sebagai satu-satunya dasar
Banyaknya aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi yang kurang baik dapat membuktikan bahwa memang benar adanya dugaan bahwa alat tes ini sudah bocor di masyarakat sehingga aitem sudah tidak dapat berfungsi dengan baik untuk membedakan antara individu yang memiliki atribut yang sedang diukur. Hal ini sangat didukung oleh hasil estimasi terhadap peluang tebakan pada aitem-aitem IST. Dari 140 aitem, hanya 3.57% aitem yang
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 281
PROCEEDING Seminar Nasional Psikometri pertimbangan pengambilan keputusan dalam seleksi benar-benar harus dipertimbangkan ulang.
Hambleton, R. K. (1989). Principles and selected applications of item response theory. In R. L. Linn (Ed.), Educational Measurement. 147–200. Hambleton. R. K. & Swaminathan. H. (1985). Item response theory. Boston : Kluwer Nijhoff Publisher. Hambleton. R. K., Swaminathan. H, & Rogers. H. J. (1991). Fundamentals of item response theory. California : SAGE Publication, Inc. Harvey, R.J. & Thomas, L. A. (1996). Using item response theory to score the myers-briggs type indicator: rational and research findings. Journal of Psychological Type, 37, 16 -60. Johnson. M. S. (2004). Aitem response models and their use in measuring food insecurity and hunger. City University of New York. LPSP3 UI. (2012) . Intelligenz Struktur Test, Manual dan Norma. Jakarta. LPSP3 Fakultas Psikologi UI. Naga. D. S. (1992). Pengantar Teori Skor. Jakarta. Gunadarma. Scheuneman. J. D. & Bleistein. C. A. (1989). A Consumers’s guide to statistics for identifying differential item functioning. Applied Measurement in Education, 2 (3), 255-275. Suryabrata. S. (2004). Pengembangan alat ukur psikologis. Yogyakarta: ANDI. Zenisky. A. L., Hambleton. R. K., & Robin. F. (2003). Detection of differential item functioning in large-scale state assessments: A Study evaluating a two-stage approach. Educational and Psychological Measurement, 63 (1), 51-64.
E. Kesimpulan, Saran, Dan Keterbatasan Penelitian 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis parameter aitem peluang tebakan, indeks kesukaran aitem, dan indeks daya diskriminasi aitem pada 2011 data subjek dengan metode estimasi marginal maksimum likelihood dengan pendekatan item response theory maka dapat disimpulkan bahwa 54.375% aitem IST yang dianalisis memiliki kualitas yang kurang baik menurut batasan psikometris. 2. Saran Berdasarkan hasil penemuan dari penelitian ini, maka peneliti menyarankan beberapa hal : 1. Penggunaan IST sebagai satu-satunya dasar pertimbangan pengambilan keputusan dalam seleksi harus dihindari. 2. Melakukan revisi pada aitem-aitem IST yang memiliki kualitas yang tidak baik jika penggunaan IST masih akan terus dilakukan. 3. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini hanya dilakukan analisis karakteristik psikometris aitemaitem pada kedelapan subtes IST. Aitemaitem subtes GE belum dianalisis bagaimana karakteristik psikometrinya, sehingga belum mendapat gambaran secara menyeluruh tentang kualitas aitem IST berdasarkan parameter daya beda aitem, tingkat kesulitan aitem, dan peluang tebakan. DAFTAR PUSTAKA Baker. F. B. (2001). The basics of item response theory. New York : Cleringhouse on Assessment and Evaluation. Crocker. L. & Algina. J. (1986). Introduction to classical and modern test theory. New York : Holt, Rinehart and Winston, Inc.
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta – 2014 282