PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Oleh: Moh. Hafid Effendy Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan (
[email protected])
Abstrak: Tulisan ini bermaksud untuk memaparkan kondisi riil tentang problematika kontekstual lokal dalam periodisasi ejaan bahasa Madura dari masa ke masa pada masyarakat pemakai bahasa Madura di pulau Madura. Secara akademis, periodisasi ejaan bahasa Madura sangat tepat direvitalisasi keberadaannya, sesuai dengan perkembangan zaman dan penuturnya. Namun di sisi lain, beberapa praktisi masih bersikukuh menerapkan ejaan lama yang notabane dianggap sebagai ejaan yang sempurna. Sementara, Balai bahasa Provinsi Jawa Timur sudah memberi fasilitas dan wadah sebagai landasan yuridis yang efektif untuk dijadikan pedoman dalam penulisan ejaan, yakni pedoman ejaan bahasa Madura yang disusun oleh perwakilan praktisi Madura dan akademisi yang ahli dalam bidangnya, kendati kesepakatan dan kesepemahaman masih belum tercapai antar berbagai pihak.
Kata Kunci: Problematika, Periodisasi, Ejaan Bahasa Madura
A. PENDAHULUAN Bahasa
Perumusan Madura
adalah
Kedudukan
Bahasa
Daerah Tahun 1976 di Yogyakarta
bahasa daerah yang digunakan oleh
menggolongkan
warga etnik
sebagai salah satu bahasa
Madura, baik yang
tinggal di Pulau Madura maupun di
bahasa
Madura daerah
1
besar di Indonesia.
luar pulau tersebut, sebagai sarana
Bahasa
Madura
sebagai
komunikasi sehari-hari. Tradisi sastra,
bahasa daerah perlu dibina dan
baik lisan maupun tertulis, dengan
dikembangkan,
terutama dalam hal
sarana
peranannya
sebagai
Bahasa
Madura
sampai
sekarang masih terdapat hidup dan
pengembangan
dipelihara oleh masyarakat Madura.
kebudayaan
Oleh karena jumlah penuturnya yang
pendukung
banyak dan didukung oleh tradisi
(Halim,
sastranya, diklasifikasikan daerah
bahasa sebagai
kelestarian daerah
kebudayaan
1976).
sarana sebagai nasional
Pembinaan
dan
Madura bahasa
yang besar di Nusantara.
1
Achmad Sofyan, Tata Bahasa Bahasa (Surabaya: Depdiknas & Balai Bahasa, 2008), h. 2-5. Madura,
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy pengembangan bahasa Madura tidak
maksud melahirkan perasaan dan
saja
memungkinkan
ditujukan
untuk
menjaga
kita
menciptakan
kelestarian bahasa daerah tersebut,
kerja sama dengan sesama warga.
melainkan
Pelaksanaan
juga
bermanfaat
pengembangan
dan
bagi
komunikasi
tersebut
pembakuan
dapat dilakukan secara lisan dan
bahasa Indonesia sebagai bahasa
tulisan bergantung pada komunikasi
nasional (Halim, 1976).
tersebut.
Berbicara
masalah
bahasa
Suatu tulisan supaya mudah
Madura, hal ini tidak terlepas dari
dipahami
masalah penggunaan ejaan dalam
memperhatikan ejaan. Jadi tulisan
tata
yang
yang berupa artikel atau karangan
dimaksud adalah suatu keseluruhan
yang ditulis dengan menggunakan
sistem penulisan bunyi-bunyi bahasa,
ejaan yang baik dan benar dapat
yakni
mempengaruhi
tulis
bahasa,
sistem
ejaan
bunyi
yang
oleh
pembaca
pembaca
harus
seperti
menggunakan tulisan Bahasa Madura
berhadapan
yang baik dan benar.
dengan penulis sehingga pembaca
Bahasa
merupakan
langsung
dengan
suatu
tidak ragu dan bingung serta salah
sistem lambang bunyi yang arbitrer
paham dalam menafsirkan isi dan
yang
maksud tulisan tersebut.
digunakan
berinteraksi,
bekerja
dan 2
(Chaer, 1994:30). sistem
sama,
mengidentifikasi
Dari tahun 1973 dianjurkan
Bahasa adalah
penggunaan ejaan Hasil Sarasehan
lambang
yang
tahun 1973/1974 dan ini berlangsung
dipergunakanoleh masyarakat untuk
hingga tahun 2004 setelah Balai
bekerja
Bahasa
sama,
bunyi
berinteraksi,
dan
Surabaya
menganjurkan
mengidentifikasi diri dalam bukunya
mensosialisasikan
Aslinda
Bahasa Surabaya tahun 2004, ejaan
dan
(Kridalaksana,
Leni
Syafyahya,
Balai
Bahasa
tersebut, yakni Ejaan Balai Bahasa
dalam pengertian sehari-hari adalah
Surabaya tahun 2004 s.d. saat ini
bahasa lisan sedangkan bahasa tulis
Ejaan
merupakan pencerminan kembali dari
lokakarya pada tanggal 31 Desember
bahasa
2002 di Sidoarjo yang kemudian
itu
1993:21).
ejaan
dalam
bentuk-bentuk
tertulis.
2004
merupakan
hasil
menjadi ejaan yang disempurnakan Berdasarkan dua pendapat di
bahasa Madura tahun 2004 berdasar
atas, salah satu fungsi bahasa adalah
kepada surat Balai Bahasa Surabaya
sebagai
tanggal
alat
komunikasi.
Bahasa
merupakan keseluruhan perumusan Abdul Chaer, Linguistik (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 30.
Umum,
Maret
2004,
No.57/
F.8.9/F.-1.2004. Setelah ejaan 2004, maka
2
10 yang
terakhir
sekarang
digunakan adalah ejaan 2011 hasil
OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 24
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy konsinyiasi. Dengan adanya ejaan
Di samping itu, keberadaan
2011 ini, masyarakat pada kalangan
EYD Bahasa Madura 2011 mulai
praktisi ada yang kontradiksi dengan
2011 dalam proses sosialisasi, oleh
3
keberadaan ejaan yang baru .
karena itu, sampai sekarang masih
Di sisi lain, penggunaan ejaan
terjadi perdebatan antara akademisi
bahasa Madura dalam bahasa tulis
dan praktisi di Madura. Perdebatan
khususnya
ada
tersebut berupa kata sepakat atau
dalam
tidak dengan keberadaan ejaan hasil
menerapkan ejaan yang dibakukan.
konsinyiasi tersebut. Maka dalam
Baik
praktisi
gagasan
Pamekasan maupun praktisi yang
mencoba
ada di kabupaten Sumenep. Karena
problematika yang masih bergulir di
penerapannya
di
Madura
ketidaksepahaman pada
bahasa
yang
kalangan
konseptual untuk
ini
kami
memaparkan
bergantung
pada
tengah-tengah masyarakat tentang
digunakan
pada
revitalisasi ejaan bahasa Madura.
masing-masing daerah. Penggunaan ejaan yang menggunakan Bahasa Madura
tentunya
B. Tinjauan tentang Ejaan
menggunakan
Ejaan merupakan salah satu
bahasa Madura yang baik dan benar
komponen
sesuai dengan ejaan yang telah
dalam
disempurnakan tahun 2011. Ejaan ini
pendapat Lamuddin Finosa (2001:13)
diharapkan dapat diajarkan dengan
bahwa ejaan aturan atau kaidah
baik di sekolah dasar dan sekolah
perlambangan
menengah pertama secara merata,
pemisahan,
sehingga
siswa
tamatan
sekolah
suatu
yang
bahasa.
sangat
penting
Sesuai
dengan
bunyi
bahasa,
penulisannya 4
bahasa.
Ditegaskan
dalam oleh
tersebut dapat berbahasa dengan
Pemuncak (1978:21) bahwa ejaan
baik dan benar baik lisan maupun
adalah susunan tanda-tanda yang
tulisan.
sepakat umum mengakuinya Bahasa
Madura
untuk
digunakan
menggambarkan bunyi bahasa yang
dengan baik dan benar dalam bahasa
dituturkan tidak peduli bagaimana
tulis apabila menggunakan kaidah-
rupa dan bangun tanda-tanda itu.
kaidah atau sesuai dengan ejaan
Sedangkan
bahasa madura yang disempurnakan,
Bahasa Indonesia (1990:219) ejaan
oleh karena sebagai penutur Bahasa
berarti
Madura harus memahami kaidah-
menggunakan
bunyi-bunyi
(kata,
kaidah Bahasa Madura.
kalimat,
sebagainya)
dalam
dalam
Kamus
kaidah-kaidah dan
Besar cara
3
M. Dradjid. Bahan Ajar Periodisasi Ejaan Bahasa Madura, (Pamekasan: Unira, 2011), h. 5.
4
Lamuddin Finoza. Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Insan Mulia, 1977), h. 13.
OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 25
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy bentuk
tulisan
huruf-huruf
serta
5
penggunaan tanda baca .
seperti
bahasa
Indonesia.
Yakni
dengan perkembangan huruf lainnya
Pernyataan para ahli di atas,
juga
mengalami
beberapa
kali
pada dasarnya memiliki pengertian
perubahan. Perubahan terakhir yang
yang
sama.
pengertian disimpulkan
Dengan
demikian
dianggap berlaku hingga kini adalah
tersebut
dapat
peraturan ejaan yang dikeluarkan
bahwa
ejaan
adalah
oleh Jawatan Pengajaran
Jawa
penggambaran atau perlambangan
Timur pada tahun 1940 yaitu suatu
bunyi-bunyi ujaran dengan kaidah-
peraturan
kaidah tulis-menulis menurut disiplin
mendapatkan
ilmu bahasa yang ditetapkan secara
Departemen O dan E (sekarang
terencana.
Departemen
yang
tidak
pernah
pengakuan
dari
Pendidikan
Dan
Kebudayaan). Peraturan itu sejak C. Fungsi Ejaan
semula
Fungsi ejaan bagi pemakai
diikuti
masyarakat
dengan
Jawa
taat
oleh
Timur
yang
bahasa adalah sebagai kaidah-kaidah
berbahasa Madura sejak 30 tahun
atau
lebih, terutama di sekolah-sekolah.
pedoman
yang
sebenarnya
bahasa itu dipakai, khusus dalam
Pada akhirnya peraturan itu
bahasa tulis. Bagi penulis ejaan
sudah
berfungsi sebagai pedoman untuk
lebih
menyampaikan
mengenalnya.
maksud
secara
sulit
dilakasanakan bahwa
banyak
orang
tidak
Berdasarkan
tertulis supaya dapat diterima dan
pernyataan
dipahami dengan mudah dan tepat
dengan
diundangkannya
ejaan
oleh pembaca. Sedangkan fungsi
Bahasa
Indonesia
yang
ejaan bagi pembaca adalah supaya
Disempurnakan (Keputusan Presiden
pembaca dengan mudah mengerti
RI. No. 57 tahun 1972), maka pada
maksud
tanggal
yang
terkandung
dalam
itu
28
bertepatan
-
29
Mei
pula
1973
di
tulisan yang dibacanya dan tidak
Pamekasan telah dilaksanakan suatu
kebingungan
sarasehan
dalam
menafsirkan
isinya.
tentang
ejaan
bahasa
Madura (Saksono, 1984:;33). Adapun perubahan-perubahan
D. Sejarah
Perkembangan
Ejaan
Bahasa Madura Dalam
bahasa Madura sebagai berikut : 1. Ejaan
perkembangannya,
ejaan bahasa Madura juga sama
Balai
berpedoman
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 219.
Ch.
A.
yang Van
Ophuysen, untuk bahasa Melayu digunakan
5
Pustaka
sebagai
pedoman
sampai akhir tahun 1939. Ejaan ini
OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 26
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy juga dikenal dengan ejaan Van
umum
Ophuysen.
disempurnakan tanggal 10 Maret
2. Pada
tahun
menjadi
1940,
ejaan
berubah
Provinsi
Jawa
Ejaan
Bahasa
yang
2004 No. 57/F.1/2004. 6. Ejaan
Bahasa
Madura
Yang
Timur. Ejaan Jawa Timur disahkan
Disempurnakan hasil konsinyiasi di
oleh Kepala Inspeksi Penajaran
Hotel Utami Sumennep Oleh Tim
Provinsi
yaitu
Tujuh Pada Tanggal 10-12 Juni
Inspektur Hoofdder Pro Onderwys
2011 (EYD Bahasa Madura 2011).
Jawa
Timur,
Anyelegenheden Van Oost Java. 3. Tahun
1949
disesuaikan
ejaan
provinsi
dengan
ejaan
Pada ejaan Balai Pustaka, mengalami
dua
perkembangannya
periode yaitu,
dalam (sebelum
Suwandi (ejaan Republik) untuk
tahun 1918) dan (berakhir pada tahun
bahasa Indonesia, yaitu vokal (oe)
1939). Adapun penjelasannya dapat
diganti (u).
diuraikan sebagai berikut:
4. Pada tahun 1973 tepatnya tanggal
1. Ejaan Balai Pustaka terdahulu
17 Agustus, pemerintah Indonesia
(kira-kira sebelum tahun 1918)
mengeluarkan
ejaan
- Vokal (a) harus diberi tanda
bahasa Indonesia, yang dikenal
lingkaran di bawahnya (BM:
dengan “Ejaan Bahasa Indonesia
Lubellu).
yang
Disempurnakan”
(EYD).
Contoh : dḁdjḁ (utara) dll
Yaitu
dalam
rangka
aturan
- (e) petpet diberi tanda bulan
menyempurnakan ejaan Suwandi.
sabit ( ̆ ) diatasnya.
Dengan adanya aturan tersebut,
Contoh
maka untuk menyesuaikan dengan
cĕllĕng (hitam) dll
ejaan
bahasa
tahun
1973
Indonesia
:
pĕttĕng
(gelap),
pada
- Tanda bisat atau tanda tokak
sekarang
(bunyi glotal) memakai huruf
ejaan bahasa Madura menjadi
(q). Contoh : kalaq (ambil),
ejaan
pakaq, dan paqaq, dll
sampai
yang
disempurnakan,
sebagai sarasehan tahun 1973 di Pamekasan
(Buletin
Konkonan,
1990:1-03). 5. Ejaan
bahasa
disempurnakan
- Huruf pelancar (w) dan (y) tidak digunakan. Contoh : toa (tuwa), boei (bisu),
Madura hasil
yang
Lokakarya
dll 2. Ejaan Balai Pustaka selanjutnya
pada tanggal 31 Desember 2002
(sampai dengan akhit tahun 1937)
di Sidoarjo mulai tahun 2004
- Vokal (a) harus diberi tanda
dalam proses sosialisasi sesuai
bulan sabit ( ̆ ) diatasnya.
dengan
Contoh : băngbăng (sayap),
surat
pengantar
Balai
Bahasa Surabaya pada pedoman
dădjă (utara), dll
OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 27
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy - (e) petpet tidak memakai tanda. Contoh
:
petteng
(gelap),
celleng (hitam), dll - Tanda huruf
bisat (q)
dengan
kata
tidak
memakai
melainkan
ada
Imbuhan /ѐ/ : ѐtolѐs, ѐolok
tanda
/ka/ : katonon, kaghungan 5) Kata
Contoh : kala’ (ambil), untuk
depan
dengan
- Huruf pelancar (w) dan (y) kata-kata
preposisi
kata
dipisah
yang
ada
dibelakangnya. Contoh : bada ѐ bengko Alako ѐ teggal
dasar saja. Contoh : Pelancar (w) : towa (tua),
yang
dibelakangnya. Contoh :
hamzah ( )̓ .
digunakan
4) Imbuhan /e/ dan /ka/ dirangkaikan
boewi
(bisu),
dll.
6) Huruf /w/ dan /y/ tetap digunakan bagi kata dasar begitu juga pada
Pelancar (y) : sѐyang (siang),
kata jadian.
seyol (siul), dll
- Huruf /w/ contoh : towa, rowa
Pada ejaan tahun 1940 diganti
- Huruf /y/ contoh : rѐya, kѐya
ejaan Provinsi jawa Timur, yang disyahkan
oleh
pengajaran
Provinsi
Adapun
kepala
inspeksi
Jawa
Timur.
penjelasannya
dapat
diuraikan sebagai berikut : 1) Menghilangkan
/h/
Ejaan Provinsi Jawa Timur yang
dicocokkan
Suwandi.
dengan
Adapun
ejaan
penjelasannya
dapat diuraikan sebagai berikut: di jaman kemerdekaan ejaan Ch. Van.
aspira
di
Ophuysen
(menteri
dari
belanda)
konsonan halus berat, Contoh :
melalui pengajaran dan kebudayaan
bhibbhi’ ditulis bibbi’
Mr. Soewandi dengan adanya surat
ghighir ditulis gigir
keputusan
2) Menghilangkan
tanda
bulan-
tanggal 19 Maret 1974.
Yaitu pada vokal (oe) diganti (u), 2
bulanan diatas huruf vokal /a/
huruf
halus. Jadi vokal /a/ halus tidak
merupakan
memakai tanda.
menguntungkan
Contoh : băḍă ditulis bada
Karena
dădăr ditulis dadar 3) Tanda coret /e/ taleng ditentukan
diganti
1
huruf.
adanya
sudah
memenuhi
dari atas ke bawah, miring ke kiri / ′
Doedit
menjadi dudit
/. Hal ini ada yang tandanya miring
Boewi
menjadi buwi
Nѐtѐnѐ
fonologi. prinsip
ejaan yang baik. Contoh : menjadi bubut
Contoh : ѐpѐrѐt
ini
perubahan
bagi
Boeboet
dan ada yang horizontal.
Hal
Ejaan Provinsi Jawa Timur, hal ini termasuk ejaan yang paling lama oleh masyarakat penuturnya dan dapat dikatakan bahwa ejaan ini tidak pernah berubah-ubah seperti
OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 28
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy ejaan Balai Pustaka. Perubahan yang
10
Maret 6
2004
No.
Ejaan
ini
terjadi hanya pada vokal /oe/ diganti
F.1/2004 .
/u/
perubahan-perubahanya
mencocokkan
dengan
ejaan
57/
F.8.9/
merupakan sebagai
bahasa Indonesia, ejaan Soewandi
berikut:
(Ejaan
1. /e/ taleng /e/ pepet dibedakan
Republik)
(Notoasmoro,
1990:8).
ejaannya
Ejaan bahasa Madura yang
/e/ taleng → /ѐ/ : mѐrѐng, pѐrѐng
disempurnakan, dari hasil sarasehan
/e/ petpet → /e/ : serret, celleng
1973 bahwa adanya perubahan itu
2. /a/ bersuara halus dan /a/ bersuara
terjadi pada /tj/ diganti /c/, /dj/ menjadi
tajam ejaannya jugaa dibedakan
/j/ , /j/ menjadi /y/, /nj/ menjadi /ny/,
/a/ halus → /â/ : bâlâ, ghâlâ
/sj/, menjadi /sy/. Hal ini termasuk
/a/ tajam → /a/ : tana, kala
perubahan yang mutlak. Dan selain itu
juga
perubahan
vokal
dan
3. Konsonan halus tajam /b, d, g, j, ḍ/ tidak bersimbol, tetapi konsonan
konsonan. Pada vokal /e/ taleng tidak
halus
usah
aspira /bh, dh, gh, jh, ḍh/ seperti
menggunakan
tanda
coret
berat
menggunakan
seperti contoh : pѐlѐ menjadi pele,
contoh :
pѐnter menjadi penter. Sedangkan
b : bâbâ, bâbi, bâbu
konsonan
yakni
ḍ : ḍâḍâ, buḍi, ḍâḍu
konsonan /d/ menjadi /dh/ contoh:
g : gâgâ’, rogi, gubis
dadu menjdi dhadhu, geddak menjadi
j : jâgâ, bânjir, juju’
geddhak (Notoasmoro, 1990:1-8).
d : dâdâr, gudir, du,u
yang
Ejaan
berubah
tersebut
merupakan
/h/
bh : bhâbhât, bhibbhi’, bhubhut
hasil sarasehan yang dilaksanakan
ḍh : ḍhâḍhâ, ḍhuḍhit, ḍhingḍhing
pada tanggal 28 dan 29 Mei 1973,
gh : ghâgghâr, ghighir, ghulung
yang bertempat di gedung pertemuan
jh : jhâjhân, jhit-jhit, jhujhur
Kantor
dh : dhâddhi, dhudhing, dhudhul
Karesidenan
sekarang
Madura,
dinamakan
Kantor
4. Aksara pelancar /w/, /y/, glottal
Pembantu Gubernur Wilayah II di
/bisat/.... ̓ ..../ atau lainnya yang
Pamekasan (Konkonan, 1990:8).
timbul karena proses perimbuhan
Ejaan bahasa Madura yang
(afiksasi), tidak ditulis, seperti :
disempurnakan hasil Lokakarya pada
- ѐ + sapo + ana → ѐsapoana
di
ѐ + pako + aghi → ѐsapoaghi
Sidoarjo, mulai tahun 2004 dalam
ka + lesso + en → kalessoen
tanggal
31
Desember
2002
proses sosialisasi, sesuai dengan surat
pengantar
Surabaya
pada
Balai
Bahasa
Pedoman
Umum
Bahasa yang disempurnakan, tanggal
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ejaan Bahasa Madura yang Disempurnakan, (Surabaya: Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, 2004), h. 7.
OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 29
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy ѐ + pa + tao + a → ѐpataoa
1. /e/ taleng /e/ pepet dibedakan
- ѐ + pa + molѐ + a → ѐpamolѐa
ejaannya
ѐ + sarѐ + anghi → ѐsarѐaghi
/e/ taleng → /ѐ/ : mѐrѐng, pѐrѐng
a + potѐ + an → apotѐan
/e/ petpet → /e/ : serret, celleng
ѐ + patѐ + ana → ѐpatѐna
2. /a/ bersuara halus dan /a/ bersuara
- ѐ + tolѐs + aghi → ѐtolesaghi
tajam ejaannya jugaa dibedakan
tabâng + aghi → tabângaghi
/a/ halus → /â/ : bâlâ, ghâlâ
talam + ѐpon → talamѐpon
/a/ tajam → /a/ : tana, kala
pajung + ѐpon →pajungѐpon Tetapi
jika
3. Konsonan halus tajam /b, d, g, j, ḍ/
memeroleh
akhiran /na/, seperti pada kata :
halus
Sronѐn + na → sronѐnna +
na
→
berat
menggunakan
contoh :
rojhâkka
→rojhâgghâ
b : bâbâ, bâbi, bâbu ḍ : ḍâḍâ, buḍi, ḍâḍu
Sellop + na → selloppa →
g : gâgâ’, rogi, gubis
sellobbhâ
j : jâgâ, bânjir, juju’
Sorat
+
/h/
aspira /bh, dh, gh, jh, ḍh/ seperti
- Sampan + na → sampanna - Rojhâk
tidak bersimbol, tetapi konsonan
na
→
soratta
→
d : dâdâr, gudir, du,u
soraddhâ
bh : bhâbhât, bhibbhi’, bhubhut
Bherrâs + na → bhârrâssa →
ḍh : ḍhâḍhâ, ḍhuḍhit, ḍhingḍhing
bhârrâssâ
gh : ghâgghâr, ghighir, ghulung
Aksara
pelancar
/w/,
/y/,
jh : jhâjhân, jhit-jhit, jhujhur
glottal /.... ̓ ..../ yang timbul pada
dh : dhâddhi, dhudhing, dhudhul
kata asal, tetap harus ditulis, seperti:
4. Aksara pelancar /w/, /y/, glotal
/w/ :
-
rowa,
towa,
kowa,
/bisat/.... ̓ ..../ atau lainnya yang
ghuwâ, buwi, kowѐr
timbul karena proses perimbuhan
/y/ :
(afiksasi), ditulis, seperti :
- séyang, kéyong, réya,
biyâ, biyasa, ghiyâr, ḍhiyuk.
- a + sapo + an → asapowan
/.... ̓ ..../ : - kala’, ro’om, lѐ’ѐr, si’ir,
ѐ + pako + aghi → ѐsapowaghi
ko’ol, bâta’, célo’
ka + lesso + en → kalessowen
Ejaan Bahasa Madura Yang
ѐ + pa + tao + a → ѐpataowa
Disempurnakan hasil konsinyiasi di
- ѐ + pa + molѐ + a → ѐpamolѐya
Hotel Utami Sumenep Oleh Tim
ѐ + sarѐ + anghi → ѐsarѐyaghi
Tujuh Pada Tanggal 10-12 Juni 2011
a + potѐ + an → apotѐyan
7
(EYD Bahasa Madura 2011)
ѐ + molѐ +ana → ѐmolѐyana - ѐ + tolѐs + aghi → ѐtolessaghi tabâng + aghi → tabângngaghi
7
Ibid., h. 10.
talam + ѐpon → talammѐpon OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 30
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy pajung + ѐpon →pajungngѐpon tapi
jika
memperoleh
Tulisan
tersebut
menurut
praktisi sudah benar untuk digunakan
akhiran /na/, seperti pada kata :
pada masa sekarang, karena tolok
- Sampan + na → sampanna
ukurnya
Sronѐn + na → sronѐnna
pada
ejaan
1973.
Sedangkan jika dikaji menurut ejaan
- Rojhâk + na → rojhâkka →
yang
dibakukan
akademisi
Sellop + na → selloppa →
menggunakan ejaan 2011. Karena
sellobbhâ
akademisi beranggapan bahwa ejaan
+
na
→
soratta
→
sepakat
pihak
rojhâgghâ
Sorat
lebih
sekarang,
dengan
2011 merupakan ejaan yang tepat
soraddhâ
ucap, apa yang ditulis itulah yang
Bherrâs + na → bhârrâssa →
diucapkan
bhârrâssâ
tanda-tanda
Aksara pelancar /w/, /y/, glottal /.... ̓ ..../ yang timbul pada kata asal, /w/ :
untuk
ditulis
Bâḍâ
bâḍḍhâna
beḍḍhâ’
beḍḍhâ
rowa, towa, kowa, ghuwâ,
fonetis
menggunakan
secara morfemis. Misalnya:
tetap harus ditulis,
seperti :
dengan
Èyatorè ḍhâ’âr maskè ajhuko’ pettès bân acan
buwi, kowѐr sѐyang, kѐyong, rѐya, biyâ,
/y/ :
Ada
beberapa
perbedaan
biyasa, ghiyâr, ḍhiyuk.
penulisan antara ejaan lama dengan
/.... ̓ ..../ : kala’, ro’om, lѐ’ѐr, si’ir,
ejaan baru, pertama, penggunaan
ko’ol, bâta’, cѐlo’
vokal
/a/
halus.
Seharusnya
menggunakan tanda capèng seperti E. Problematika
Periodisasi
Ejaan
/â/, kedua penggunaan /e/ talèng.
Bahasa Madura dalam Perspektif
Seharusnya
Praktisi Madura
coret /è/ untuk membedakan bunyi
Perdebatan
tentang
pepet
dan
menggunakan bungi
taling.
Kedua,
perubahan ejaan bahasa Madura
konsonan
sampai
terjadi,
menggunakan konsonan /h/ aspiran
meskipun Balai Bahasa Surabaya
seperti [ajuko’] menjadi [ajhuko’] .
sudah mengesahkan ejaan Bahasa
Sehingga sangat tepat diujarkan jika
Madura yang baku, yakni ejaan 2011,
menggunakan tanda –tanda fonetis
misalnya pada tulisan di bawah ini:
untuk membedakan bunyi bahasa
sekarang
masih
beraspiran
tanda
dengan
yang baik dan benar.
Bede beddena bedde’ bedde
Eatore
de’er
maske
pettes ban acan
ajuko’
Menurut pandangan praktisi yang diwakili oleh Kelompok Kajian Bahasa dan Sastra Madura "Ajhâlâ
OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 31
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy Sotra" di Kabupaten Sumenep Jawa
"Kami akan meminta Balai Bahasa di
Timur,
Surabaya
akan
menggelar
forum
menangguhkan
realisasi
bersama yang khusus membahas
rekomendasi tersebut, karena belum
ejaan
dengan
ada satu rumusan tentang ejaan
elemen
Bahasa
Bahasa
melibatkan
Madura, semua
Madura.
Kami
akan
forum
bersama
yang
masyarakat Madura, pada Pebruari
menggelar
2009.
agendanya khusus membahas ejaan
Kooordinator
Sumenep,
Ajhâla
Sotra
menjelaskan
bahwa
pada
bulan
Pebruari
pembahasan ejaan Bahasa Madura
Pernyataan
yang
elemen
terbantahkan, bahkan ejaan hasil
masyarakat dari empat kabupaten di
konsinyiasi 2011 telah digelar di Hotel
Madura,
sebuah
Utami dengan melibatkan komponen
keharusan. "Sesuai hasil pertemuan
Praktisi dan akademisi di Madura,
kami dengan Tim Pembina Bahasa
sehingga
Madura
Sumenep,
keputusan bersama yang diberi nama
pembahasan ejaan Bahasa Madura
ejaan 2011, yakni ejaan yang baik
hingga
belum
dan benar. Ejaan 2011 bukan ejaan
tuntas," katanya di Sumenep. Sejak
produk Balai Bahasa Surabaya, akan
era tahun 1970-an, katanya, sejumlah
tetapi kementerian tersebut hanya
forum pembahasan ejaan Bahasa
menjembatani dan memfasilitasi para
Madura telah dilaksanakan, baik di
praktisi Madura dan para akademisi
Madura maupun di luar Madura."
yang peduli terhadap bahasa Madura.
Tetapi, semua pembahasan ejaan
Adanya
tersebut belum menghasilkan satu
menjadi ejaan konsinyiasi 2011, hal
keputusan atau kesepakatan alias
ini sudah disepakati oleh beberapa
belum tuntas. Elemen masyarakat
praktisi di Madura. Namun masih ada
Madura di empat kabupaten, belum
praktisi
bisa merumuskan satu ejaan yang
ejaan
disepakati,
pemegang kebijakan perlu dengan
melibatkan
semua
merupakan
(Nabara) sekarang,
ternyata
untuk
diajukan
seperti
2009,"
itu
terbentuklah
lokakarya
yang lama.
sebuah
ejaan
bersikukuh Oleh
2004
dengan
karena
tegas
Surabaya,"
juga
tindakan yang perlu dilakukan, yakni
menjelaskan, pihaknya agak heran
mengadakan kongres ejaan bahasa
atas munculnya rekomendasi dari
Madura yang khusus mengkaji dan
Kongres
membahas
Bahasa
Januar
Madura
di
masalah
ejaan
satu
untuk
Pamekasan beberapa waktu lalu,
menghasilkan
berupa
Balai
nasional tentang ejaan yang perlu
segera
dipakai oleh masyarakat Madura dan
Bahasa
permintaan di
supaya
Surabaya
mengesahkan ejaan Bahasa Madura.
sekitarnya.
OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 32
suatu
Salah
itu,
pengesahannya oleh Balai Bahasa di katanya.
menyikapinya.
tidak
kebijakan
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy bisat /.... ̓ ..../ yang timbul pada kata F. Penutup
asal atau kata jadian tetap harus
Dari
gagasan
ditulis. Sedangkan penggunaan /â/
problematika
halus, /è/ talèng dan /h/ aspiran harus
periodisasi ejaan bahasa Madura
disesuaikan dengan pengucapannya.
dapat disimpulkan bahwa perlunya
Jika kata itu bersuara berat, maka
kesadaran,
perlu penggunaan /h/ aspiran dan
konseptual
paparan tentang
pemahaman,
dan
kometmen bersama antara praktisi
manakala
dan akademisi yang ada di Madura.
(ḍhâmmang) maka tidak usah diikuti
Revitalisasi ejaan bahasa Madura
/h/ aspiran.
perlu
dicermati
perubahan
itu
bersama, tidak
bahwa
semata-mata
karena gagasan personal akan tetapi merupakan
ikhtiar
bersama
berdasarkan perkembangan IPTEK, pengguna bahasa, dan perubahan zaman. Oleh karena itu, kita harus menyikapi
perkembangan
zaman
khususnya
dengan
adanya
periodisasi ejaan bahasa Madura. Praktisi
dan
akademisi
kometmen
harus
mempertahankan
penggunaan bahasa Madura dari masa
ke
masa
jangan
sampai
menjadikan kontroversi pemahaman dan
penggunaan
ejaan.
Semua
perubahan adalah demi keutuhan bahasa Madura yang akan datang. Dengan
demikian,
bersama
perlu
kometmen
ditanamkan
dan
disepakati guna terciptanya eksistensi dan
bertahannya
penggunaan
bahasa Madura di masa yang akan datang. Dengan demikian, urgensi ejaan bahasa Madura tahun 2011 yang pemakaian
menjadi
kesepakatan
diantaranya
adalah
Aksara pelancar /w/, /y/, glotal atau OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 33
bersuara
ringan
PROBLEMATIKA PERIODISASI EJAAN BAHASA MADURA DALAM PERSPEKTIF PRAKTISI MADURA Moh. Hafid Effendy Daftar Rujukan
Finoza, Lamuddin. 1977. “ Komposisi Bahasa Indonesia”. Insan Mulia.
Chaer, Abdul. 2007. “Linguistik Umum”. PT Rineka Cipta, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Dradjid, M. 2012. Periodisasi Ejaan Bahasa Madura. Pamekasan: Unira
Kementerian Pendidikan nasional. 2011. Ejaan Bahasa Madura yang Disempurnakan. Surabaya: Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur. Sofyan, Achmad. 2008. Tata Bahasa Bahasa Madura. Depdiknas: Balai Bahasa Surabaya. Tim Nabara. 1990. Buletin Konkonan Ejaan Bahasa Madura No. 01-03. Tahun I.
OKARA, Vol. II, Tahun 8, November 2013 34