JUR"" l EI(O"OMI 0"" M""A] I! MI!"
Vol. 2, No. I, luni 2001, 29-53
PRISONER'S DILEMMA GAME DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL: TEORI DAN BUKTI EMPI RIS The Prisoner's Oilemma Game in International Trade : Theory and an Empirical Evidence
Jose Rlzal Joesoef Universitas Gajayana, Malang
This paper aims to provide an appraisal of game theory in the field of International economics, and demonstrates that strategic interactions between two or more cou ntries are not less Important to elaborate, in order to capture behavioral aspects of international trade. By applying the Cournot model of oligopoly and endogenlzing government behavior in the model, it is shown that competing countries are subject to a prisoner's dilemma game, under which they keep mutually harmful actions. The prisoner's dilemma situation arises when two or more parties are motivated to behave in a self-serving manner, take a tougher stand, and they assume that thei r rivals witi act similarly . My own research results a situation resembling the prisoner's dilemma phenomena in which Indonesia and Japan are not able to reach the payoff that is compelling for pSYChological reason. If there is a tommorow, dramatic consequences may arise. At worst, the international relations between them could be constantly threatened by a series of tension, or, if tension escalates, serious conflict may occur. This problem is primarily one of transaction costs: the costs of getting the concerned parties together, of reaching agreement and credible commitment, and enforcing the terms of that agreement, If there were no costs involved in carrying out the agreement, the system would lead to a natural arrangement of who is to facilitate and enforce the agreement, to compensate, to monitor, and so on.
Kata kuncl: model 0l1g9poll Cournot, prisoner's dilemma, trade war, , biaya t ransaksi.
I. PENDAHULUAN Sejak awal abad 19 hingga tahun 1970an, teart-teorl perdagangan internasional dldominasi oleh konsep comparative advantage, yang mengatakan bahwa perbedaan antarnegara memungkinkan terjadlnya perdagangan internasionaL Ketika konsep comparative advantage disajikan da-
29
30
1. R.
Joesae'
lam model-model formal, pasar mengemban asumsi constant returns dan perfect competition. Dengan asumsi ini, perdagangan internasional terjadi ketlka ada perbedaan antarnegara dalam hal selera, teknologi , atau factor endowment. Sehubungan dengan sebab-musabab perdagangan internasianal, model Ricardo menekankan pentingnya produktivitas atau tingkat teknologi tenaga kerja, sementara Heckscher-Ohlln-Samuelson menekankan pentingnya perbedaan dalam factor endowment. Pada tiga dasawarsa terakhir, realitas perdagangan melaporkan bahwa volume perdagangan sangat didomlnasi oleh perdagangan di antara negara-negara yang relatif memiliki kemampuan teknologi dan factor endowment yang sarna (Porter, 1990). Dinamlka yang terjadi di dalam perdagangan tidak menampakkan perilaku perfect competitor atau price taker. Situasi pasar persaingan tidak mensyaratkan pelakunya untuk mengadakan gerakan-gerakan strategis (strategic move) dalam rangka mempengaruhi rivalnya , Percuma seorang pesaing sempurna mempertimbangkan gerak-gerik rivalnya, kalau ia tldak berdaya dan akhirnya tunduk kepada invisible hand, Dinamika perdagangan yang berkembang dewasa ini mengajak ekonom untuk meninjau kembali penekanan yang terlalu kuat terhadap asumsi perfect competition (Krugman, 1987). Kenyataan dl atas juga dldukung oleh hasil survei stud! empiris oleh Bresnahan (1989), yang menyimpulkan bahwa Industri cenderung bersifat oligopolistis ketimbang mengkutub pada pasar persaingan sempurna di satu sisl atau pasar monopolis di sisi lain. Pasar oligopoli merupakan struktur pasar yang memotret interaksi strategis (strategic interaction) di antara aktor-aktornya, l Pasar ini bukan persaingan sempurna sekallgus bukan monopoli, akan tetapi bisa menjadi persaingan sempurna dan bisa monopoli. Berhubung dengan perilaku oligopollstis dalam perdagangan internasional, Krugman & Obstfeld (2000: 125) mengatakan: Monopoly profits rarely go uncontested . A firm making high profits normally attracts competitors. Thus situations of pure monopoly are rare in practice . Instead, the usual market structure in industries characterized by Internal economies of scale is one of oligopoly : several firms, each of them large enough to affect prices, but none with an uncontested monopoly.
Model pasar oligopoli pad a dasarnya mengendorkan asumsi-asumsi model persaingan sempurna dl satu sisl, dan model monopoli di sisi lain (Martin, 1993:17-40). Diasumsikan hanya ada beberapa atau setldaknya dua (duo) aktor dalam pasar ollgopoli. Dengan menggunakan model oligopoli Cournot dalam kerangka analisis game theory, artlkel in! hendak membahas bagaimana !nteraks! Cudd (1993:117) membenturkan model Interaksl strategis dengan Interaksi parametris dengan mengatakan : ~Parametric (as opposed to strategic) models of interaction assume that agents take the others ' actions to be fixed according to a small set of predeterminable parameters. ., 1
Jurnal Ekonoml dan Manajemen 2(1), Junl 2001
Prisoner's Dilemma Game da/am Perdagangan Intemaslona/
31
strategis terjadi dalam perdagangan internasional dengan memasukkan perilaku pemerintah sebagai variabef endogen. Model Cournot mencerminkan permainan strategt dalam artl pihak satu saling mengamati, menduga, dan menghitung gerak-gerlk pihak latn .2 Maslng- mastng plhak menyadari kesalingtergantungan di antara mereka, tap! mereka tidak meng adakan kerjasama secara terbuka, seperti halnya organisasi kartef. Permainan non-cooperative Int cenderung membuat para oligopolis 'terperangkap' ke dalam situasl prisoner's dilemma apalagl jlka interaksinya satu kall (one-shot) (lyons & Varoufakis, 1989; Rasmusen , 1994:18). Dengan memasukkan pemerintah ke dalam model Cournot, permasalahan yang dimunculkan di sini adalah: "Adakah gejala prisoner's dilemma di dalam perdagangan internasional?" Masalah Inl tentunya, seperti yang kita harapkan, berujung pada : "Bagaimanakah menghindarl renomena mutually harmfuff di antara negara satu dengan negara lainnya? " Bagian 2 dan 3 artikel ini berturut- turut menyajikan model dasar prisoner's dilemma game dan teor; pasar oligopoli Cournot. Dengan menggunakan Cournot framework, Bagian 4 menyajikan model hipotesis peran pemerintah dalam perdagangan Internasional. Bagian 5 menyoroti aspek ekonoml-politik dari perdagangan Internaslonal, mengingat apa yang di katakan Frey (1984: 1), "Indeed, international economics is probably the field within economics in which the interaction between economic and political factors is most intensive." Analisis kualitatir ini diharapkan bisa menjadi dasar pijakan ;-nenuju kerjasama internasionaL
II. PRISONER 'S DILEMMA GAME Game theory (untuk selanjutnya disingkat GT) atau interactive decision theory (Aumann, 1987) bukanlah suatu teor; daJam pengertian biasa . Ia merupakan prosedur untuk menganaJisis rivalitas di antara dua atau lebih aktor yang egois. Dengan prosedur ini-yang se ring dipakai untuk studi eksperimental, pemodel menentukan rungsl laba (payoff), dan member! perintah dan beberapa strategi kepada beberapa subyek, kemudian pemodel menyuruh mereka berinteraksi satu sama lain. GT bisa menggambarkan ke[aziman J pertlaku ekonomi individu yang terlibat dalam persalngan. Asumsi rasionalitas adalah penting dalam ekonomika dan metode GT. Artlnya, aktor tidak bergerak sembarangan, mampu membandingkan dan kemudian meranklng strategl-strateglnya . Untuk maksud
2 Kata Schelling (1978:229), ''A behavior propensity is strategic if It Influences others by affecting their expectations. .) Kelazlman di sini merujuk pada apa yang sebenarnya (what is) terjadi, dan Inl masuk wllayah analisls perilaku ekonoml positif. Anallsis ekonomi normatir menyoai bagaimana kejadlan seharusnya (what should be). Solusl pasar ollgopolls dalam kerangka game theory blsa bersifat behavioristic-positive dan/atau prescriptivenormative (Lyons & Varourakls, 1989).
Jumal Ekonoml dan Manajemen 2(1), Jun12001
32
). R. Joesoef
artikel inl, di bagian in! akan disajikan salah model baku dalam GT, yang dikenal dengan sebutan prisoner's dilemma game. Suatu hari tertangkaplah dua orang: lonl dan Rudi, dua tersangka tindak pi dana subverslf, namun polisi belum memilikl bukti verbal yang kuat untuk menyeret keduanya ke pengadilan. Pengakuan dari sa lah seorang darl keduanya, cukup sebagal bukti verbal. Untuk itu, keduanya ditempatkan dalam dua ruangan terpisah dan tidak memungkinkan mereka mengadakan komunlkasl. Kemudian, polisi yang menangani kasus subverslf ini, mendatangl kamar tahanan mereka satu persatu. Kepada setiap tersangka, ia menawarkan keringanan hukuman apablla tersangka membuat pernyataan bahwa mereka telah bersekongkol mendirikan gerakan bawah tanah. Katakanlah Joni dan Rud! hanya memiliki dua pili han : DIAM atau KHIANAT. Ketika pollsi "menekan" Joni dan Rud! di kamar tahanan masingmasing, segera keduanya menghadapi sltuasi dilemma seperti berlkut:
Rudi OIAM
KHIANAT
DIAM
Keduanya dlbebaskan
Rudl dlhukum leblh rlngan
KHlANAT
Jonl dlhukum
Keduanva
lebih ringan
dihukum berat
Jonl
Matriks payoff atau lebih tepatnya matrlks masa hukuman dari situasi dllema tis antara memilih DIAM atau KHIANAT, ada pada Tabel 1 berikut: TABEL 1
Prisoner's Dilemma Game Rudi DlAM
KHlANAT
OIAM
-1, -1
- 10,0
KHIANAT
0 , -10
-8, -8
Joni
Selama kedua tersangka d itempatkan pada ruang yang terpisah, maka Jonl (Rudi) hanya bisa menduga-duga strategi apa yang diambil oleh Rudl (Joni). Marl kita melihat mental process dari sisi Jonl: a Jlka )onl menduga bahwa Rudi dipastlkan DIAM, masalah yang dihadapi Jon! adalah bahwa hukuman DIAM sebesar 1 tahun dan hu kuman KHIANAT sebesar 0 (bebas). PIli han yang rasional bagl Jonl Jurnaf Ekonomi dan Manajemen 2(1), Juni 2001
Prisoner's Dilemma Game CIa/am PerCIagangan Internasiona/
33
adalah KHIANAT (0 tahun), selama mengakui segala perbuatannya menjanjikan kebebasan dari tuduhan . Dengan kata lain, best re sponse loni adalah KHIANAT, dengan menetapkan Rudi mengambll postsi DIAM. a llka loni menduga bahwa Rud! dipastlkan KHIANAT, lont menghadapi hukuman DIAM 10 tahun da n hukuman KHIANAT 8 tahun . Pilihan yang rasional bagi lont adalah KHIANAT (8 tahun hukuman) ketim bang DIAM (10 tahun hukuman). Dengan kata lain, best response lonl adalah KHIANAT, dengan menetapkan Rud i mengambil posisi KHIANAT. Sejauh payoff loni dan Rudi simetris, maka incentive problem Rudi sama dengan lont. loni memiliki d omina n t s t ra tegy, yaknl KHIANAT. Karena apapun yang diambil oleh Rudi, lonl cenderung memilih KHIANAT. Ironisnya, Rudl juga memllikl strategl domlnan yang sarna, yakni KHIANAT. Dengan demlkian kita bisa menduga bahwa kedua tersangka terjebak dalam keselmbangan KHIANAT-KHIANAT. Menurut game theory, pasangan strategi disebut Na sh equilibrium jika pilihan loni adalah optimal dengan meng anggap tetap (given) pilihan Rud l, dan pili han Rudi adalah optimal dengan menganggap tetap (given) pilihan loni. Selama situasi tersebut bersifat mutually harmful dipandang dar! sist kedua tersangka, maka situasi ini disebut dengan prisoner's dilemma . Penyajian game (G) pada Tabel 1 dikenal dengan istilah norma /form game atau s t r ategic-form gam e . Adapun deflnlsl penyajian game dalam bentuk normal atau strategls (N,5,u) ada lah : 1. Ada sekumpulan N ;;: {1,2, .... ,n} pemain, 2. Ada sekum pulan strategi dari para pemaln, 5 11 5 2' .... ' 5", 3. Ada fungsi payoff yang dinotasikan dengan, Ut (SI,S2' ''' 'S,,), U 2(511 5 21 ,,,, s,, ), ... , U,,(5 11 52' ... , 5,, ) . ladi, kasus pada Tabel 1, N ;;: {Joni, Rudi}, 5, = Sft :::: {D, K}, uJ(K ; K) ;;: - 8 , u,(K ; D) ;;: 0, u,(D; K) ;;: - 10, ul eDi D) = - 1, dan uft(K; K) ;;: - 8, b , u,(O;K) = - 10,u,(0;0) =-1
III. MODEL OLIGOPOLI COURNOT Antoine Augustin Cournot (1801-1877) adalah ekonom sekaUgus matematikawan, lahir tahun 1801 di Haute Saone, Prancis. Ia menyelesaikan program doktornya dl University of Paris selama periode 1823- 1833 . Oalam kurun waktu terse but, beliau banyak sekali menu lis artikel , utamanya tentang matematika- kalkulus dan statistika - probabilitas. Minatnya untuk menggeluti ilmu-llmu eksak tersebut t idak terlepas darl pergaluan dla dengan beberapa ftslkawan selama menglkutl program doktor (Ekelund & Hebert, 1997 :259· 267). }urnal Ekonoml dan Manajemen 2(1), }unI2001
34
J,
R. laesae'
Dalam bidang ekonomika mikro, Cournot adalah orang pertama yang menganalisis imperfect market. Menurutnya, meskipun beberapa perusahaan terlibat dalam rivalitas non-cooperative dalam suatu industri, ada perasaan kesalingtergantungan (interdependence) dl antara mereka, yang ditunjukkan oleh bagaimana masing-masing perusahaan memberikan reaksi sehubungan dengan strategi rivalnya. Untuk mempermudah kita memahami bagaimana model Cournot bekerja seraya kita menerapkan konsep-konsep yang terkandung di dalam normal-form game, marilah dicermati beberapa batasan atau rules of the game berikut: DAda dua perusahaan (duopolis) yang memproduksi dan/atau menjual barang. o Output pasar bersifat homogen. (J Masing-masing perusahaan menghadapi fungs! permintaan dan struktur blaya yang seragam. o Pasar duopoli dalam kondisi complete information, artinya fungsi laba setiap perusahaan merupakan common knowledge bagi masing-masing perusahaan. (J Interaksi dua perusahaan berlangsung secara simultan dan satu kali (one shot). (J Untuk mengejar laba maksimum, strategi perusahaan adalah dengan mengubah - ubah kuantitas dan di dalam pasar berlaku kaidah perilaku Cournot (Cournot behavioral rule): ketika menentukan jumlah output yang diproduksi, setiap perusahaan menganggap bahwa jumlah output yang diproduksi para pesaingnya adalah konstan. 4
Sayangkan ada dua perusahaan, perusahaan 1 dan perusahaan 2, dalam suatu industri yang memproduksi barang standard. Oi sini kita hendak memperoleh gambaran tentang keseimbangan pasar dengan memegang kaidah perilaku Cournot: perusahaan 1 (atau perusahaan 2) mengetahui apa yang diproduksi oleh perusahaan 2 (perusahaan 1), dan perusahaan 1 (perusahaan 2) menetapkan output yang memaksimumkan labanya dengan menganggap bahwa output perusahaan 2 (perusahaan 1) tetap. Misalkan industrl tersebut menghadapi rungsi permintaan inverse
,
P(Q) = a - Q, dengan
L ,., Q = q) + q2·
ql dan q2
masing-masing adalah
kuantitas yang diproduksi oleh perusahaan 1 dan perusahaan 2, sehlngga fungsl permintaan dapat klta tulls sebagai P(Q)
=.-
(q, + q,)
(1]
Eksposisi model Cournot berikut varlasinya-misalkan Cournot dengan biaya tidak simetris, Cournot dengan fixed cost, Cournot dengan n perusahaan, dll., bisa diperoleh dari Martin (1993:13-35).
4
}urnal Ekonoml dan Manajemen 2(1), Juni 2001
35
Prisoner's Dilemma Game dalam Perdagangan Internasional
Perlu ditegaskan bahwa output bersifat continuously divisible dengan bilangan posit if, sehingga ruang strategi masing-masing perusahaan bisa dinyatakan dengan ql '" [0,00) untuk i =: 1,2. Mungkin ada yang merasa bahwa pada jumlah output tertentu adalah tidak feasible. Qleh karena itu perlu kiranya diberi batasan bahwa tidak ada satupun perusahaan yang memproduksi ql > a. Sebab, jika Q > a, maka P(Q) = o. Fungsi biaya total (e) masing-masing perusahaan adalah
[2J sehingga MC, i i OCj(q, )!aq, '" c Sekarang perhatikan keputusan penetapan output (quantity-setting decision) oleh perusahaan 1. Selama perusahaan 1 mengetahui berapa besar qz , dan qz dianggapnya konstan, maka perusahaan 1 akan memiliki residual demand. Total revenue (TR) perusahaan 1 adalah TRI = Pql =(a - ql - qz)ql = aql - q~ - qlqz
Sedangkan marginal revenue (MR) adalah MRI
ii5
8TR.JaQI
[3J Perusahaan 1 akan memaksimumkan labanya u 1 pada kondisi MRI = MCI sehingga a - qz - 2ql = C , atau
[4.J Dengan cara yang sama, output yang memaksimumkan laba perusahaan 2 U z diperoleh melalui MRz = Mez , yang pasti menghasilkan persamaan reaction function berlkut
[4bJ Persamaan [4aJ dan [4b] ini disebut reaction function atau best-response function perusahaan 1 dan 2, seperti pada Gambar 1. 5 Kurva inl menunjuk-
5 Penamaan reaction function atau best-response function membingungkan. Kata Rasumsen (1994:85):
memang
sedikit
Jurnal Ekonoml dan Manajemen 2(1), Jun/2001
36
1. R. laesae'
kan hubungan timbal-balik keputusan output perusahaan 1 dengan pertimbangan (conjecture) output perusahaan 2 pada kondlsl laba makslmum. GAM BAR 1
Fungsi Reaksl Perusahaan 1 dan Perusahaan 2
q,
(O,a - c)
R, (q,) (0, (a - c) /2)
R,(q,)
«a - c)/2,O)
(a - c,O)
q,
Persamaan reaksi [4a] dan [4b] di atas menunjukkan hubungan negatif antara keputusan output perusahaan satu dengan keputusan output perusahaan lainnya. Inl berarti,
dan
Jadi ketika perusahaan 2 exit dar! pasar, sehingga q2 "" 0, maka perusahaan 1 akan menjadi monopolis dengan memproduksi output sebesar Both names are somewhat misleading, since the players move simultaneously, with no chance to reply or react, but they are useful in Imagining what a player would do If the rule s of the game did allow him to move second. }urnaf Ekonomi dan Manajemen 2(J), }unf 2001
Prisoner's Dilemma Game dafam Perdagangan lntemaslonal
a-c
37
[Sa]
ql =-2-
Sebaliknya jlka perusahaan 1 exit dari pasar, maka perusahaan 2 menjadl monopolis dengan output maksimal sebesar
a- c
q,' - 2 -
[Sb]
Titik keseimbangan (atau cross point) antara fungsl reaksi perusahaan 1 dengan fungsi reaksi perusahaan 2 adalah
dan
• q2
",( a"",," - "-'c)
=~ 3
[6b]
Makna diballk Coumot equilibrium (q;,q;) cukup sederhana. Masing-maslng perusahaan Ingln menjadl pemaln tunggal di dalam Industri, di mana ia akan menentukan output q/ untuk memaksimumkan u/(q/,O) agar menghasilkan kuantitas monopolis qm ; (a - c) I 2 dan laba monopolis u/(q/,O) = (a - cf /4. Apablla dua perusahaan di atas membuat kese pakatan untuk mengharmonlsasikan strateginya dalam rangka mendapatkan laba monopolis U m , maka laba agregat akan dimaksimumkan dengan menetapkan MRm(qm) = MCm(qm ) dl mana qm "" ql + q2. Konsekuen si nya, masing - masing perusahaan akan memproduksi q/ = Qm / 2 :::::.
q, = 1 «a - c) / 2) atau q, = (a - c) / 4 untuk ; = 1,2. Masalah yang muneul darl upaya harmonisasi tersebut dl atas adalah adanya insentlf bagi perusahaan untuk ' menyimpang ' dari kesepakatan dengan menambah output. Kuantltas maslng-maslng ' anggota ke sepakatan ' adalah keeil dengan harga P(qm) tinggi . Pada harga yang tinggi ini, masing -masing perusahaan cenderung meningkatkan produksinya yang pada gilirannya membuat harga turun . Dengan kata lain, upaya untuk mengharmonisasikan strategi, katakanlah meralui pembentukan karter , adalah tidak stabi!' Pembuktian secara formal bisa dilakukan dengan memasukkan q2 = (a - e) 1 4, misalnya, ke daram best-response function pada persamaan (4aJ. Substltusl Inl akan menghasilkan jawaban terbaik (best response)
Jumal Ekonomf dan Manaj emen 2(1), Junf 2001
38
J, R.
laesae'
dari perusahaan 1 dengan memproduksi ql :: 3(a - c) /8. Hanya pada kondisi (q; .q~) -yang lazim disebut Cournot-Nash equilibrium, masing-masing perusahaan tidak memiliki insentif untuk berubah seraya menganggap rivalnya pad a kondlsl optimal dan given. Menurut Stigler (1964), model Cournet bisa menjelaskan perHaku kartel. dan keberadaan organisasi kartel baik yang terang-terangan (open) maupun tersembunyi (tacit), adalah tidak stabi!. Masing-masing anggota cenderung untuk cheating. Dengan kata lain, upaya untuk menyedikitkan output untuk mendongkrak harga naik akan gaga!. Maslng-masing pihak cenderung menaikkan output sa mpai pada Coumot-Nash equilibrium. Model oligopoli Cournot dengan analisis game theory sudah menjadi sebuah paradigma dalam literatur organisasl industri (Lyons & Varoufakis, 1989; Tirole, 1992; Rasmusen, 1994), dan bahkan dalam literatur ekonomlka internaslonal (Krugman, 1987 ; Porter, 1990; Helpman & Krugman, 1994). Jika Joni dan Rudi dalam Tabel 1 di atas diubah menjadi perusahaan 1 dan perusahaan 2, DIAM diganti dengan Membatasi Produksi, dan KHIANAT dengan Menambah Produksi, maka sama artinya bahwa pasar oligopoli dengan sedikit perusahaan, tidak mencapai Pareto optimality6 atau mencapai joint profit yang maksimum (lihat Tabel 2 ). TABEL 2 Prisoner's Dilemma (PO) dalam Pasar Cournot
Perusahaan 2 Membatasl Produksi
Menambah Produksi
Membatasi Produksi
5,5
0, 8
2 Menambah
8, 0
3,3
~
0
m m ~ m ~
"
Q.
6
Produksi
Optlmalitas Pareto Inl dlpandang dari sudut para ollgopolls, bukan konsumen.
Jumaf Ekonoml dan Manajemen 2(1). Junl 200J
Prisoner's Dilemma Game dalam Perdagangan /nternas/onal
39
IV. HIPOTESIS PRISONER 'S DILEMMA DALAM PERDAGANGANINTERNASIONAL Misalkan ada dua negara identik, dinyatakan dengan i = 1,2, yang di dalam masing-masing negara ada: 7 1. Pemerintah yang hendak menetapkan tarit Impor, t, . 2. Satu perusahaan yang memproduksi komoditi Q" balk untuk me menuhi permintaan domestik hi maupun untuk ekspor el • 3. Konsumen yang bisa membeli komoditi dar; perusahaan domestik hi atau dari impor e j • Jika kuantitas total di pasar dalam negara i disebut QI maka harga yang terbentuk atau market-clearing price adalah
[7] Perusahaan di dalam negara i (yang selanjutnya kita sebut perusahaan i) menghasilkan hi untuk konsumSi dalam negeri, dan ei untuk ekspor. Jadi total kuantitas yang dipasok dalam masing-masing negara adalah
Q, =h, +e j di mana i
~
j, hi adalah kuantitas dari perusahaan domestik, dan
[8]
e j ada-
lah kuantitas impor dari negara j. Anggaplah perusahaan menanggung biaya marjinal yang konstan, yakni
Me,(Q, ) = c
[9]
Jadi total biaya produksi perusahaan i adalah [10]
Oleh karena ada pemerintah dalam masing-masing negara, maka perusahaan yang hendak mengakses pasar negara lain terbebanl biaya ekspor atau tarit. Jika perusahaan i mengekspor sebesar e, ke negara j; dan pemerintah j memungut tarit sebesar t j untuk setiap unit el , maka perusahaan i harus membayar sebesar t j el kepada pemerintah j. Perlu kiranya juga definisikan terlebih dahulu rules of the game-nya, yakni:
7
Analisis pada bagian Ini mendasarkan pada Gibbons (1992:75-79). )urnal Ekonomf dan Manajemen 2(1), Juni 2001
40
J. R. Joesoef
1. The first-stage game. Otoritas di masing-masing negara secara simultan menetapkan tarif t\ dan t 2 • 2. The second-stage game. Setelah mengetahui tarif yang berlaku di negaranya maslng- masing , peru sa haan di negara 1 dan negara 2 secara simultan menentukan kuantitas untuk pa sa r dom esti k dan pasar ekspor, (hll e1 ) dan (h2 ,e2 ). 3. Ada dua struktur payoff atau fungsi tujuan dalam game ini, yakn! CJ Total Laba perusahaan i atau u, ; t:l Kesej ahteraan negara VlI; I yang didefinisikan sebagai
1. Surplus konsumen di negara i 2. Total laba perusa haan, u, 3. Tariff revenue pemerintah i + Kesejahteraan Nega ra W, sehingga B
[llJ
Memperhatikan rules of the game tersebut di atas, kita bisa
men ~
duga bahwa game ini masuk dalam kelompok complete but imperfect in· formation, atau the two-stage game of complete but imperfect i nformation . Yang dimaksud dengan two-stage adalah ada gerakan berurutan (sequential-move), yakni: dua pemerintah secara simultan menetapkan tarif, kemudian dua perusahaan secara simultan menentukan produksi. Selama ada gerakan simultan, maka game masuk dalam katagori imperfect information. la dikatakan complete information sejauh setiap fungsi payoff perusahaan satu merupakan common knowledge bagi perusahaan lainnya atau setiap rungsi payoff negara satu merupakan common knowledge bagi negara lainnya Oi sini kita hendak menyelesaikan game in! dengan melalui backward induction atau looking ahead and reasoning back (Dixit & Nalebuff, 1991:34-40), artinya kita atau perusahaan menganggap the first-stage sudah tertentu (given), kemudian perusahaan 1 dan 2 bergerak seca ra simultan. Oengan kata lain, pemerintah akan merespon seca ra optimal apapun gerakan yang dilakukan o leh perusahaan.
8
Jlka seorang konsumen membeti barang dengan harga p, padahal ia memiliki
wiflingness to pay sebesar v, maka la men ikmati surplus sebesar v - p. Jika
fungsi permintaan inverse adalah
~ (Q,)
= a - Q/, dan kuantitas yang terjual di
pasar i adalah Q/, maka surplus konsumen agregat adalah tQ(a - p) :: tQ,2. }umal Ekonomi dan Manajemen 2(1), }unl 2001
Prisoner's Dilemma Game dalam Perdagangan [nternasional
41
Marilah kita melihat the second-stage game terleblh dahulu, dengan menganggap infarmasi tentang tarif sudah diketahui aleh kedua perusahaan di masing-masing negara 1 dan 2 . Dengan ditetapkannya struktur infarmasi dan payoff di atas, kedua perusahaan sekarang terlibat dalam normal-form game. Marilah kita terapkan konsep kriteria Nash equifibrium untuk memprediksl outcome dar! Interaksl dua-perusahaan. Fungsi laba (payoff function) untuk perusahaan 1 adalah ul«h ll el )' (hZ, el » = (a - hi - e1)hl + (a - hl. - el }el - c(hl + el ) - t 2el == (a - c - h. - e1)h. + (a - c - t l - hl - e.}el di mana (a - hi - e1)h. (a - ~ - el)e. c(hl + el)
t 2 el
[12a]
= Total pendapatan dari pasar domestik. = Total pendapatan expor. = Total biaya produksi. = Tarif yang dibayarkan kepada pemerintah 2.
Perusahaan 2 juga mempunyai payoff function
[12b] Untuk memperoleh keseimbangan Nash (NE) dar! game ini, pertama kali harus kita cari reaction function perusahaan 1. Artinya, dengan mene tapkan (h2,e2) sebagai given, kita hendak mempredlksi (h2,e2) (hlle.) yang memaks!mumkan payoff perusahaan 1. Untuk mengetahuinya, rna rilah kita bermain dengan rnatematika kalkulus . FOe ( first order condition ) dari persamaan [12a] dan [12b] berturut-turut adalah
au,«h" e,),(h" e, » . o ahl aUI«hpel) , (hl ,e2» = 0
au,«h"e, ),(h"e,» . o dan
ae,
ah,
au,«h"e, ),(h"e,» . O
[13]
ae,
Melalui kalkulus, darl persamaan [13] dipero leh a - c - 2ht - e1 = 0
U h _ a - c - e2 , -
a - c - t 2 - hz. - 2e l ::::: 0
dan
U
[14a]
2
dan
)umal Ekonoml dan Manajemen 2(1), )unl 2001
• 42
J, R.
loesae'
[14bJ Dengan demiklan kita bisa merumuskan tungsi reaksi (reaction function) perusahan 1 dan perusahaan 2 berikut R[h I
I'
e2
)
_( a - c - e2 a - c - t2 - ~ ) 2
-
'
[ 150J
2
untuk perusahaan 1, dan R [h 1.
I'
e1
)_ -
(a-c2 - e ' a-c -2 1
tl -
hi )
[15bJ
untuk perusahaan 2 . kemudian kita harus mencari nilai keempat varia bel strategis (hl'el' h2 ,e2 ), yang secara simultan menyelesaikan persamaan (14a] dan
[14bJ. Mensubstitusikan e 2 (.) pada sisi kanan persamaan (14b] ke dalam h l {.) pad a sisi kir; persamaan (14a] akan menghasilkan
[16.J
h, _ a - c+t, • 3
Mensubstitusikan kembali [16a] ke dalam e2 ( . ) pada sisl kanan persamaan [14b] menghasilkan
. e,
=
a - c - 2t, 3
[16bJ
e;,
Merujuk kepada persamaan [8] di atas , maka Q ; = h; + atau pe rsamaan [16a] ditambah [16b], merupakan jumlah kuantitas keseimbangan yang tersedia dl dalam negara 1. Mensubstitus!kan e\ (.) pad a sis! kanan persamaan (14a] ke dalam Ir(IqG pad a sis! kiri persamaan [14b] akan menghasllkan
Mensubstitusikan kemball [17a] ke dalam e\(.) pada sisi kanan persamaan [14a] menghasilkan
Jumal Ekonoml dan ManiJjemen 2(1), }unI2001
Prisoner's Dilemma Game dalam Perdagangan /nternaslonal
•
e1
'"
a-c - 2t2 3
43 (17bJ
e; .
Sehingga diperoleh Q~ = h; + Nampak bahwa adanya tarir membuat biaya marjinal menjadi tidak simetris dalam NE. Oi negara 1, misalkan, biaya marjinal perusahaan 1 adalah c, tapi biaya marjinal perusahaan 2 adalah c + t, . Selama biaya marjlna l perusahaan 2 lebih tlnggl, perusahaan 2 cenderung memproduksi sedikit. Namun, ketika perusahaan 2 menyedikitkan outputnya, maka market-clearing price menjadi lebih tinggi, sehingga perusahaan 1 akan memproduksi lebih banyak. Jadi pada kondisi NE, h; akan naik ketika t l naik; akan menu run (dengan tingkat yang lebih cepat) keUka t2 naik. Dengan ditemukannya solusi dari interaksi dua-perusahaan di atas pad a level the second-stage game, kini tibalah saatnya kita melihat the first-stage game, yakni interaksi dua-pemerintah. Misalkan pemerintah 1 dan 2 sudah mengantisipasi NE, seperti pada persamaan [16a], [16b], [17a], dan (17b]. Oengan kata lain, pemerintah 1 (atau 2) tahu bahwa kuantitas produksl perusahaan 2 (atau 1) yang ditujukan untuk ekspor tergantung pada tarir pemerintah 1 (atau 2). Berdasarkan 'persamaan' [5], tungsi kesejahteraan (welfare function) negara 1 adalah dan
e~
(18aJ dan welfare function negara 2 ada lah (18bJ di mana h dan e-pada persamaan [16a], (16b], (17a], dan [17b), adalah tungsi dari t. Sekarang kita hendak mencari NE dari interaksi duapemerintah. Mensubstitusikan persamaan [16a], (16b], [17aL dan (17b] ke dalam persamaan [lSa) dan [lSb], kemudian kita melakukan manipuiasi aijabar akan diperoleh
(19aJ
dan
)umal Ekonoml dan Manajemen 2(1), )uni 2001
44
1. R. Joesoef
(2(a - c ) - t J 2
18
W2 ( tl' t z ) "" (a - c + t 2)2 (a - c _ 2tl )2 t 2(a - c - 2t z ) + 9 + 9 + 3
[19b]
Sebagaimana biasanya, untuk menemukan NE adalah melalu i fungsi reaksi, yang didapatkan dengan menderlvasi persamaan [I9a] dan [19b] berikut
aw (t l
1
,t2 ) = 0
at )
aw2 (t 1 ,t2 )
0
'"
at,
[20 ]
In i menghasilkan
t,· -- ~
[ 21a]
a -c t,. : -
[21b]
3
dan
3
Dar; tungsi reaksi pad a [2Ia] dan [2Ib] nampak bahwa kebljakan tarlf oleh negara 1 (atau 2) tidak dipengaruhl oleh kebijakan tarlf negara 2 (atau I ) . Ini berartl tarlf yang opti mal (the best) bagi suatu negara tidak berhubungan sama sekali dengan tarlf optimal negara lain . Jadi, pemerintah 1 dan 2 memiliki dominant strategy yakni [22] Apabila kedua negara menetapkan tarlf seragam , yakni t\ :;: t z = t , maka tingkat tanf yang terba i k adalah yang memaksimumkan W, (t ,t) untuk i :: 1, 2 . Namun demikian
W,( t , t ):
(2(a - c) - t)' (a - c + t)' (a - c - 2t )' t (a - c - 21 ) 18 + 9 + 9 + 3
[23]
dan derlvatif dari persamaan (23] sehubungan dengan t adalah
aw,(t, t)
at
:
-« 0- c) + t) 9
Jumal Ekonoml dlJn Hanajemetl 2(J), )unI2001
[24]
Prisoner's Dilemma Game dalam Perdagangan lnternasional
45
Selama persamaan [24] adalah negatif untuk t 2: 0, maka tarif yang mutually optimal bagi kedua negara adalah t = O. Jadi, tariff game ini menyerupai prisoner's dilemma, dalam arti masing-masing negara memiliki strictly dominant tariff strategy, yang mengarah pad a Pareto inefficient.
V. ANALISIS EKONOMI POLITIK INTERNASIONAL Perdagangan dan Aksl Kolektif Ekonom :iepakat bahwa dalam proses penentuan kebijakan publik, disyaratkan ad<Jnya analisis benefit & cost, Selama ada unsur biaya dan manfaat yang melekat pada pelaksanaan kebijakan publik, dipastikan ada konflik antara mereka yang merasa diuntungkan dengan mereka yang merasa dlrugikan. Menurut literatur evaluasl proyek, sebuah kebljakan akan go jika memberikan benefit sosial-ekonomi lebih besar ketimbang cost-nya, atau akan no-go jika sebaliknya. Namun kenyataan sering memberikan kesan kepada kita bahwa faktor politik sering ikut andil dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan publik. Oengan kata lain, ada pergulatan kepentingan ekonomi dan paUtik di dalam penentuan kebijakan publik. Oi sini saya hendak mengatakan bahwa dalam proses penentuan dan pelaksanaan perdagangan internasional, intensitas konflik domestikinternal relatif tidak signifika n dibanding dengan in tensita s konflik-eksternal antarnegara. Hal ini ditegaskan oleh Friedman & Friedman (1980:327) : It IS often said that bad economic poliCY reflects disagreement among the experts; that if all economists gave the same advice, economic policy wou!1 be good . Economists often do disagree, but that has not been true \;Vith respect to international trade. Secara umum bisa dikatakan bahwa meskipun munculnya kebijakan ekonomi-perdagangan merupakan outcome dari pergulatan intra-domestik di antara kepentingan institusi bisnis dengan institusi politik , namun belum tentu ada ketidaksepakatan itu dalam proses dan pelaksanaan kebljakan perdagangan Internasional. lni berarti dari dalam wilayah jurisdiction- nya, pemerintah memiliki dasar politis yang bisa membenarkan sekaligus menguatkan kebijakan perdagangan yang protective, meskipun menanggung domestic cost of protection dan ada btaya yang dltanggung negara mitra dagang. Argu mentasl 'demi kepentingan nasional' akan memperkecil tensl konflik domestik-internal dalam proses pembentukan kebijakan perdagangan. Pernyataan ini setidaknya bisa dijelaskan dengan konsep collective action yang dipertajam oleh Olson (1971). Menurut Olson (1971:1-16), negara adalah sebuah organisasi, yang sudah seharusnya pemerintahnya menyediakan barang-jasa kolektif (co/)urnal Ekonoml dan Manajemen 2(1), }un; 2001
46
J, R.
laesae'
lective good) bagi rakyatnya. Barang kolektlf ini menyerupai public goodseperti pertahanan-keamanan, hukum, kebijakan negara, dU., yaknl sesuatu yang memenuhi kondisi JOint consumption dan high exclusion cost. Artlnya, sebagai anggota organisasi negara, semua anggota organlsasl bisa mengambil manfaat kebijakan secara lang sung maupun tidak, dan setlap anggota tidak bisa melarang anggota lainnya untuk tidak memanfaatkan kebljakan tersebut. Dalam konteks hubungan ekonomi-politlk internasianal, barang-barang publik tersebut berslfat rivalrous. Negara satu tldak bisa mengkonsumsi kebijakan ekonomi dan politik negara lain (Kindleberger, 1986). Pengertlan barang kolektif tersebut mudah·mudahan menjadi lebih jelas dengan menyimak pernyataan berikut. Jika sesuatu tidak dikhususkan bagi satu atau beberapa anggota, maka ia bisa dlnikmati seluruh anggota. Ketika tidak ada satu orang pun menghaklnya dan seluruh anggota bisa menikmatinya, maka sesuatu itu menjadi hak bag! seluruh anggota. Ketika semua anggota mempunyaJ kesempatan yang sama untuk menlkmatl se· suatu Itu, dan tidak ada satu anggota pun yang menghakinya, maka se· suatu itu menjadi barang kolektif (Joesoef, 2000). Selama tldak semua anggota organlsasi menjadi free rider dalam mewujudkan barang kolektif, maka efektlvltas aksi kolektif terjamin. Mungkin di antara kita ada yang menanyakan posisi pemerintah dalam mewujudkan aksi kolektif negara. Buchanan & Tullock (1962:13) mengatakan: Collective action is viewed as the action of individuals when they choose to accomplish purposes collectively rather than individually, and the government is seen as nothing more than the set of processes, the machine, which allows such collective action to take place.
Hal Inl diperkuat oleh perbedaan alamiah (nature) keanggotaan kita dalam organisasi negara dan organisasi lalnnya sepertl partai politlk, or· ganlsasi keagamaan, serikat buruh, kartel, dll. Interaksl kita di daiam organisasi-organisasi tersebut biasanya dilakukan secara sukarela, namun tran· saksl antara negara dengan masyarakat (rakyat) bisa jadl sebaliknya. Stiglitz (1989:98) berargumen demlkian: I would argue that there are two distinguishing features of the State, from which most of the other differences between the State and other economic organizations follow: the State IS the one organization membership of which is universal, and the State has powers of compulsion not given to other economic organizations.
Keanggotaan kita dalam suatu negara bersifat universal. Arti nya, hampir tldak ada satu orang pun mempertlmbangkan negara sebagal a matter of choice. Setiap indlvidu telah ditakdirkan tingga\ dl negara tertentu, sehingga la menjadl subyek negara (subject to the State). Sedangkan compulsion mengandung arti bahwa ketlka indlvldu tidak puas dengan kebijak· an negara, suka atau tidak, la harus menerimanya (no right to exit). Jurnal Ekonoml dan Manajemen 2(1), Junl2001
47
Prisoners Dilemma Game dafam Perdagangan Intemasionaf
Jadi, selama kebijakan perdagangan seperti tarif, subsidi, kuota, dll., merupakan barang kolektif negara, maka aspek universal dan compulsion di atas bisa menjadi modal soslal untuk mewujudkan barang kolektif negara. Lebih dar! itu, persatuan dl antara kita ce nderung semakln kuat ketika berkonfrontasi dengan mereka. Oalam konteks perdagangan, pergulatan kepentingan antamegara cenderung m enci ptakan dan memperkokoh solldaritas penduduk di dalam suatu negara. Mari kita IIhat kembali model Cournot dalam konteks perdagangan antarnegara pada bag ian 4 seraya memikirkan dinamlka collective action di atas. Jika kit:l mengijinkan tariff game di atas berlangsung beberapa periode-di mana kebijakan tarif merupakan strategi dominan masingmasing negara, intuisi kita akan mengatakan bahwa yang terjadt adalah perang tartf (tariff war).9 Ketika suatu negara dan mitra dagangnya terlibat dalam upaya untuk saling memproteksi pasar domestiknya, maka mereka terjebak dalam situasi prisoner's dilemma (seperti pada Tabel 1 di atas) dengan data hipotesis pada Tabel 3 berikut (Krugman & Obstfeld,
2000 :235): TABEL 3
Prisoner's Dilemma dalam Perdagangan Negara 2 FREE rRAOE
PROTECTION
FREETRAOE
la, 10
-la, 20
PROrECTJON
20, -10
-5, -5
Negara 1
Negara 1 atau negara 2 saling memproteksi pasar domest iknya dengan biaya yang ditanggung o leh negara rivalnya. Drama perang tarif in! mudah dipahami oleh karena teori dan fakta 9 Gejala ini bisa dljelaskan dengan konsep Chainstore Paradox dari Selten (1 978), yang kurang lebihnya menyatakan nKalau pad a akhirnya dia mengkhianatl saya, mengapa sekarang saya harus bekerjasama?" Proses mental ini menyatakan bahwa kalau periode permainan berulang-ulang hingga, katakanlah, 20 kali , maka para pemaln akan memandang bahwa periode ke 1 hingga ke 20 sebagai satu periode (on e-shot game), yang kelak berhenti pad a KHlANAT·KHlANAT. Kalau Joni (dan Rudi) berpikir bahwa pada periode ke 20 nanti akan berakhir dengan KHlANAT· KHlANAT, maka dengan backward Induction, Jo nl (dan Rudl) akan berpikir: Mengapa saya harus OIAM pada periode ke 19? Joni (dan Rudi) akan memilih KHlANAT pada periode ke 19. Oengan backward induction pula Jonl (dan Rudi) akan mengambil keputusan yang sama di pt: riode 18, 17, 16, dan seterusnya hingga 1. Akibatnya, dalam permainan 20 p ~<'lode terdapat 20 rentetan prisoner's dilemma. Jumal Ekonom l dan Manajemen 2(1), Junl 2001
48
1. R. Joesoef
sering menunjukkan bahwa keuntungan suatu negara adalah kerugian negara lain, dominasi suatu negara adalah ketergantungan negara lain. Ekspor suatu negara adalah impor negara lain. Surplus suatu negara adalah defJsit negara lain. Dan mungkin, kebangkitan suatu negara diblayaJ oleh kebangkrutan negara lain. Kecuali ada planit selain bumi yang mampu menyerap excess supply kita (Azis, 1996). Mungkin bagl para pendukung hlpotesis market failure (yang sering dikontradiksl kan dengan government failure) memlnta penjelasan tentang intervensi pemerintah yang menyumbang naiknya tens! trade war. Nampaknya hipotesis market failure yang menjadi pembenar bagi intervens! pemerintah di dalam pasar, tldak blsa dibuktlkan dalam interaksi bisnis lintas negara. Dalam ekonomlka polltlk internasional , hubungan antara politik dan ekonoml atau 'a pa mempengaruhi apa' menjadi acak (mixed) dan sulit ditentukan (Frey, 1984 :bab 1) Yang se ring nampak adalah bahwa ketika intervensi pemerintah di dalam blsnls swasta domestlk dirasa merugikan institusl bisnis negara lain, maka konfllk ekono ml Internaslonal blsa menjurus ke konflik politlk internasional. Friedman & Friedman (1980) mengatakan sebagal berikut: Intervention by one government in behalf of local enterprises leads enterprises in other countries to seek the aid of their own government to counteract the measures taken by the foreign government. Private disputes become the occasion of disputes between governments. Every trade negotiation becomes a political matter. High govemment officials jet around the world to trade conference. Frictions develop.
Kalau gejala trade war dirasa berpotensi akan meluas, dalam arti satu negara lawan semua negara lainnya (one country against all other countries), kita blsa meletakkan harapan kepada harmonisasi kepentingan melalui organisasi perdagangan regional, meskipun regionalisasi In! belum menjamin tidak adanya gejala free-riding dan konflik di dalam wilayah regional. Meskipun demikian, Secara politis organisasi perdagangan regional bisa memperkuat posisl tawar (bargaining position) anggotanya dalam bertransaksl dengan negara-negara non-anggota.
Studl Empiris Game theory (GT) bukanlah suatu teorl dalam pengertian blasa. Ia merupakan metode anallsls untuk situasi persalngan atau konfllk. Keberadaan metode inl berangkat darl sltuasi di mana dua atau lebih individu egois, dengan kepentlngan yang saling antagonistis di antara mereka, terlibat dalam interaksi sosial. GT memillki tiga struktur utama : struktur player, strategy, dan payoff. Yang pertama mengenaJ jumlah indlvidu (kelompok) yang terlibat Interaksl, yang kedua menyoal bagaimana individu berusaha mencapai tujuann ya, dan yang ketlga tentang konsekuensi darl usaha-usaha pencapalan tujuan (Rasmusen, 1994) . Jurna/ Ekonoml dan Manajemen 2(1), }un12001
49
Prisoner's Dilemma Game da/am Perdagangan Intemas/onal
Dengan kerangka analisis GT tersebut, kami melihat adanya gejala prisoner's dilemma dalam hubungan internasional Indonesia- Jepang, yang dipicu oleh perbedaan kepentingan keduanya di pasar otomotif (Joesoef, 1998; Jamli & Joesoef, 1999). Untuk maksud analisis game theory, kaml menetapkan satu tujuan dan empat strateg i bagi Indonesia dan Jepang sebagai berikut:
lepang
Indonesia Tujuan
Strategi
Meraih kebebasan dari dominasi produk otomotlf Jepang
Mempertahankan dan meningkatkan aksesibilitas pasar produk otomotif di Indonesia
Meningkatkan diplomasi perdagangan (D1Pl)
Menlngkatkan transfer teknologi otomotif ke Indonesia (TECH)
Memproteksi pesaing Jepang lainnya, seperti Korea Selatan (Hyundai) atau Amerika Serikat (Fo,d) (PROT)
Memberikan insentif kepada Industri otomotif Jepang di Indonesia (iNcr)
Mengenakan tarif tinggi terhadap produk otomotif Jepang (TRFF)
Mengenakan sangsi perdagangan (SANe)
Status quo (SQUO)
Tidak melakukan apa-apa (NOTH)
Setelah melalui se rangkaian prosedur analytic hierarchy process (AHP), diperoleh matriks payoff pada Tabel 4. TABEL 4 Matriks payoff Indonesia &: lepang (I nd onesia::: 30 & Jepang ::: 20 responden) Jepang TECH 0,070
0,223 0,007 0,158 0,015 0,034 0,156 0,13 1 0,015 0,004 0,007 0,157 0,011 0,173 0, 177
OIPL 0,067 ~
.~
~
PROT
c 0
-'" c
TRFF
SQUO
INCT
SANC
NOTH
0,0 14 0,058 0,110 0,051 0,123 0,004 0,109 0,175
0,007 0,029 0,005 0,067 0,004 0,005 0,006 0,228
Marl disimak Tabel 4 dengan seksama. Apapun strategi Jepang, apakah strategi TECH , INCT, SANC , atau NOTH, Indonesia menanggapinya dengan strategi SQUO. Di lain pihak , apapun strategi Indonesia, apakah strategi DlPL, PROT, TRFF, atau SQUO, Jepang menjawabnya dengan strategi INCT. Ini berarti SQUO adalah strategi dominan Indonesia, dan INCT strategi dominan Jepang. Jurna/ Ekonoml dan Manajemen 2(1), Juni 200J
so
J. R. laesae'
Keseimbangan Nash dart Tabel 4 adalah {sQua, INCT} dengan payoff (0,177, 0,157), yakn! ketika Indonesia (Jepang) tidak memiliki in M sentif untuk melakukan gerakan unilateral (bergantl strategl), dl bawah suatu strategi yang dltetapkan (given) oleh Jepang (Indonesla).10 Keseimbangan ini sangat kuat sekali, karena m erupakan tempat bertemunya dua strategi dominan . Sehingga, kesimbangan Nash game Ini juga merupakan dominant-str ategy equilibriu m .
lalan Menuj u Ke rjasam a Analisls game theory tldak hanya menunjukkan bagal mana sebe-
narnya, tapi juga mensyaratkan analisis bagaimana seharusnya. Ia tidak H
mengajarkan tentang standard "kebalkan" dan "keburukan tahiat ekonomi. largon-ja rgo n normatif, seperti kebohongan, kejujuran, pengkhianatan, fairness, penja rahan, kredlbil itas, dll., sering dijumpai dalam IIteratur. Kalau tidak ada standard normatlf bagl tablat ekonomi, sullt membuktian apakah seseorang telah berbohong, berkhlanat, atau berdosa. Masing maslng Individu tidak mempunyai kesempatan sama untuk menilai perbuatan normatif ( Dixit & Nalebuff, 1991:223-224). Peneliti mencoba menghayatl seandainya situasi SQUO-INCT terasa tida k nyaman, atau, katakanlah bertensi tinggi. Jika dirasa demikian, Indonesia dan Jepang terjebak dalam situasi prisoner's dilemma . Kedua pihak bersikukuh pad a strategi domlnannya, dan terjerat dalam situasi SQUOINCT. Jika ada hari esok, situasi semacam Ini ren tan terhadap timbulnya saling provokasl, perang tarif, dan perang dagang. Setidaknya ada empat langkah umum untuk keluar dari kondisi prisoner's dilemma itu, yaitu: 1. Kedua pihak harus membuka jalur komunlkast untuk saling menunjukkan preferensinya. Jika komuntkasi tidak atau belum memungkinkan, preferensi dapat dtkirim dengan sinyal-sinya l (signal). 2. Kedua pihak harus menemukan pasangan strategi baru ( Nash), yang secara pslkologis saling menguntungkan. Pasangan strategi inl, jika dirasa pas, dise but titik fokal (focal paint). Berhubung dengan focal point, Rasmusen (1994:28) mengatakan demlkian: Certain of the strategy profiles are focal points: Nash equilibria which for psycological reasons are particula rly compelling. Formalizing what makes a strategy profile a focal point is not an easy task and depends on the context.
10
Kata Varian (1993:471): A Nash equilibrium can be interpreted as a pair of expectations about each person's choice such that, when the other person's ctlolce Is revealed, neither individual w/!Ints to change his behavior.
Jurnal Ekonomi dan Manajemen 2(1), Junl 2001
Prisoner's Dilemma Game dalam Perdagangan Internasional
Sl
Rasanya pasangan strategi DIPL-TECH dapat dijadikan titik toka!. Titik ini tentunya harus menjadl komitmen bersama, dan akan tercapai selama tidak ada kecurlgaan di antara mereka pada sa at atau sebelum game berlangsung. 3. Supaya komitmen di langkah (2) mempunyai kredibilitas, kedua pihak sebalknya menyatakan komitmennya secara tertulis, dan agar lebih credible lagi, disaksikan plhak ketiga. l1 Usaha ini semata-mata untuk membuat khlanat (cheating) menjadi mahal jika hendak dllakukan. 4. Kedua pihak menahan diri dengan menghapus sebagian strategi atau burn the bridges behind you (Dixit & Nalebuff, 1991:152-155). Peperangan biasany a dipicu oleh tindakan- tlndakan provokatif. Ketika kedua pihak saling mengancam, ancaman -ancaman itu berdampak strategis, artinya lawan akan menangkapnya sebagai strategi-strategi baru. Semakin banyak alte;natif strategi atau ancaman, semakin kecil probabilitas untuk mencapai kesepakatan (focal point). Pembatasan pilihan (menahan diri) akan menambah kredibilitas suatu komitmen.
VI. PENUTUP Studi ini melihat situasi non -cooperative dalam hubungan ekonomipolitik antarnegara perlu menjadi perhatian kita bersama. Situasi semacam Ini rnenjadi serna kin eskalatif, apabila masing -maslng negara-yakni kolaborasi antara institusi bisnis dengan institusi po litik di dalam sebuah negara - memiliki dan memegang teguh strategi dominannya dalam menghadapi rekan dagangnya . Ketika setlap negara bersikukuh pada strategi dominannya, maka outcome pasar internasional adalah dominantstrategy equilibrium. Selama strategi d o minan setiap negara bersifat mutually harmful bagi negara lain, terjadilah prisoner's dilemma. Jlka ada hari esok (atau harl setelahnya), situasi ini cenderung provokatif. Jebakan prisoner's dilemma bisa diloncati dengan bantuan komitmen bersama yang credible. Misalkan Indonesia menyatakan komitmennya, melalul sinyal-slnyal, bahwa ada fleksibllitas dalam program Mobnas (SQUO) dan ada kemungkinan berdiplomasi (DIPL). Sementara Jepang menyatakan bahwa kebljakan perdagangan yang rnengandung unsur predatory (INCT) adalah tidak populer, seraya mengisyaratkan kemungkinan modus-modus baru dalam proses alih teknologi (TECH) . Ketika niat baik itu dltangkap dan diyakini masing-masing pihak, pasangan strategi DIPLTECH bisa dltetapkan sebagal titlk kesepakatan atau focal pOint. Untuk mencegah upaya penyelewengan dari titik itu, komitmen tersebut sebaiknya dlnyatakan secara tertulis dl bawah kesaksian pihak ketiga. Komitment II Adanya pihak ketiga bukan hanya untuk menghukum siapa yang bersalah, tapi sekaligus memperhitungkan efek hukuman (spillover effect). Coase (1960) mewaspadal kemungkinan terjadinya efek hukuman atau social cost yang lebih besar daripada memblarkan prisoner's dilemma berlangsung.
}umal Ekonoml dan Manajemen 2(1), Junl 2001
52
1. R. laesoef
tertulis dan keterlibatan pihak ketiga, semata-mata untuk membuat pengkhlanatan atau perselingkuhan menjadi mahal untuk dilakukan _
Dattar Pustaka Aumann, R. J. (1987). "Game Theory." Dalam Eatwell, J.; Milgate, M. & Newman P. (eds.). The New Pa/grave. Vol. 2. London: Macmillan. 460-83. Azis, 1. J. (1996). Kesenjangan antara Ekonomi Makro dan Geja/a Mikro: Keterbatasan I1mu Ekonoml. Pidato Pengukuhan Guru Besar FE UI. 29 Februari 1996. Bresnahan, T. F. (1989). "Empirical Studies of Industries with Market Power." Dalam Schmalensee, R. C. & Willig, R. D. (eds.). Handbook of Industrial Organization. Vol. 2. Amsterdam: North-Holland. 1011-57. Buchanan , ). M. & Tullock, G. (1962). The Calculus of Consent. Ann Arbor: The University of Michigan Press. Coase, R. H. (1960). "The Problem of Social Cost." Oalam Baker, S. & Elliot, C. (eds.). Readings in Public Sector Economics. Lexington, Mass.: D.C. Heath . 1990, 124-139. Cudd , A. E. (1993). "Game Theory and the History of Ideas about Rationality : An Introductory Survey." Economics and Philosophy. Vol. 9,101-133 . Dixit, A. K. & Nalebuff, B. J. (1991). Thinking Strategically: The Competitive Edge in Business, Politics, and Everyday Ufe. New York : W. W. Norton. Ekelund, R. B. & Hebert, R. F. (1997). A History of Economic Theory and Method. Edls; 4. New York: McGraw-HilI. Friedman , M. & Friedman, R. (1980). "Tyranny of Controls." Oalam Dotl, J. L. & Lee, D. R. (eds.). The Market Economy: A Reader. Los Angeles: Roxbury. 1991, 326-338. Frey, B. (1984). International Political Economics. Oxford: Basil Blackwell. Gibbons, R. (1992). Game Theory for Applied Economists. Princeton: Princeton Uni versIty Press. Helpman, E. & Krugman, P. R. (1994). Trade Policy and Market Structure. The MIT Press. Jamli , A. & Joesoef, J. R. (1999). "Anal isis Konflik Indonesla-Jepang di dalam Pasar Otomotif: Penera pan Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Game Theory." lurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 14, 17-33. Jaesoef, J. R. (1998). Ana/fsis Konflik Indonesia-lepang dl da/am Pasar Otomotif: Penerapan Analytic Hierarchy Process (AHP) dan Game Theory. Tesls . Program Magister Sa Ins FE -UGM. Joesoef, J. R. (2000). " Perdagangan, Konflik, dan Teorema Coase." lurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol. 1(1), Juni, 41 -5 1. Kindleberger, C. P. (1986). " International Public Goods without International Government." American Economic Review. Vol. 76 (1), 1-13. Krugman, P. R. (1987), "Is Free Trade Passe?" lournal of Economic Perspective. Fall, 131 - 141. Oalam King, P. (ed.). International Economics and [ntemational Economic Policy: A Reader. Edisi 2. Singapore: McGraw- HilI. 1995, 21-
32. Krugman , P. R. & Obstfeld, M. (2000). International Economics: Theory and Policy. Edlsi 5. Reading, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing . Lyons, 8 . & Varoufakis, Y. (1989). " Game Theory, Oligopoly and Bargaining." Dalam J. O. Hey (ed.). Current Issues in MicroeconomIcs. Hampshire: Macmillan. 79126. )umal Ekonoml dan Manajemen 2(1), )unl 2001
Prisoner's Dilemma Game dalam Perdagangan lnternaslonal
53
Martin, S. (1993) . Advanced Industrial Economics. Cambridge: Blackwell. Olson, M. (1971). The Logic of Coflective Action : Public Goods and the Theory of Groups. Cambridge: Harvard University Press. Porter, M. E. (1990) . The Competitive Advantage of Nations, New York: The Free Press. Rasmusen, E. (1994). Games and Information. Edisi 2. Cambridge: Blackwell Pub· lishers. Schelling, T. C. (1978). "AltruIsm, Meanness, and Other Potentially Strategic Behaviors ." American Economic Review. Vol. 68, 229·230. Selten, R. (1978). "The Chain· Store Paradox ." Theory and Decision. April, 127·159. Stigler, G. J. (1964). "A Theory of Oligopoly ." Journal of Political Economy. Vol. 72, 44·61. StIglitz, J. E. (1989). "On the The Economic Role of the State." Dalam Heertje, A. (ed.). The Economic Role of the State. Cambridge: Basil Blackwell. 9·85. TLrole. J. (1988) . The Theory of Industrial OrganizatIon. Cambridge: The MIT Press. Varian, H. R. (1993) . Intermediate MicroeconomICS: A Modem Approach. Edisi 3. New York: W . W. Norton.
Jose Rlzal Joesoef adalah dosen ekonomika pada Universitas Gajayana Malang. la memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Universitas Brawijaya tahun 1993 dan ge· lar Magister Sains bidang Jlmu Ekonomi & Studi Pembangunan (IESP) dari Univer· sitas Gadjah Mada tahun 1998.
Jurnal Ekonoml dan Manajemen 2(1), Junl 2001
ISSN 1411 -5794
JURNAL
EKONOMI DAN MANAJEMEN Journal of Economics and Management DEWAN PENYUNTING Mochammad Rosul Departemen Keuangan
Pe nyunting Ahli
Abdul Halim Umversitas Gaj,;yana, Ma/ang Ahmad Jamll Umversitas Gadjah Mada, Yogyakarta Bambang Subroto Universitas Brawijaya, Ma/ang Carunld M. Firdausy Lembaga IImu Pengetahuan Indonesia
Munawar Ismai l Universitas Brawijaya, Ma/ang Puput Tn Komalasari Universitas Gajayana, Ma/ang Y. Sri Susilo Universitas Atma Jaya Yogyakarta Pemimpi n Umum
Edi Purwo Saputro Universitas Muhammadiyah $urakarta
Agus Suman
Fatlk Rahayu Universitas Trisakti, Jakarta
Jose Rizal Joesoef
Imam SUYltno UniverSitas Negen Malang
Teguh Prasetio (chief) Djunl Farhan Sri Hastu t l Sugeng Mulyano Urn] Muawanah
Pe nyunti ng Pe laksana
James Damel D. Massie Universitas Sam Ratu/angl, Manado Kusdi Rahardjo Universitas Brawijaya, ""a/ang
Ketua Pe nyunti ng
Jurna/ Ekanomi dan Manajemen (JEM)-terbi t pertama pad a tahun 2000-adalah Jurnal untuk IOformasi dan pem bahasan masalah -ma salah ekonomj, manaJemen, dan bisnis. JEM dlterbltkan setlap bula n Juni dan Desember, berisi ringkasan hasi l penelltlan, artikel Ilmlah, telaah kritis, atau gagasan murni untuk dikomunikasikan kepada masyarakat luas.
JEM mengundang tullsan dart berbagal kalangan utamanya kalangan peneliti, dose n, pengamat ekonami, praktisi bisnis, dan mahasiswa. Tu lisan dalam JEM tidak sela lu segaris dengan pendapat dewan penyuntlng . Dewan penyunting dapat menyingkat dan memperbaiki na skah yang hendak dimuat tanpa bermaksud mengubah substansinya. l si pokok tulisan yang dimuat bukan tanggung jawab dewan penyu nting. Surat-menyurat mengenai naskah, langganan, dan lainnya dapat ditujukan kepada Teguh Prasetlo, JURNAL EKONOMI DAN MANAJ EMEN Program Pascasaf]ana Universitas Gajayana JI. Mertojayo, Blok l, t-1a la ng 65144, Indonesia Telp .: 0341 - 562411, Fax : 0341 -5821 68 E- mail:
[email protected]
JEM
Vol. 2
I
No . 1
Him. 1-91
I
Malang Juni 2001
I
ISSN 1411 -5794
I
ISS N 1411 -579 4
JURNAL EKONOMI DAN MANAJEMEN Journal of Economics and Management
Vo lume 2, Nomor 1
Efisiensi Teknis Industri Elektronika di Indonesia
1976-1999 Y. Sri Susilo & Prisila Q. Parera Progresivitas Praktik Sumber Oaya Manusia dan Kinerja Organisasional di Indonesia Teguh Prasetio Prisoner's Dilemma Game dalam Perdagangan Interna· sional: Teori dan Bukti Empiris Jose Rizal Joesoef Peran Financial Leverage terhadap Profitabilitas dalam
Seldor Perbankan Indonesia Tatik Mulyati Analisis Shift-Share pada Perekonomian lawa Timur
(1990-1999) Imam Mukhlis Underpricing: The Puzzling Phenomenon Arum Prastiwi Telaah Literatur
Juni 200 1