Prinsip dan aktifitas ekonomi syariah
M. Iqbal Irfany Pengajian Keluarga Kalam Goettingen, 24 Januari 2014
Ekonomi Syariah, Islamic economics ???
Syariah dalam konteks “pohon” Islam اإلسالم ( (Islam) )
األخالق
العقيدة
الشريعة
(Akhlak)
(Akidah)
(Syariah)
Hukum Fiqh: Haram
Makruh
Mubah/Halal
Sunnah
Wajib
Syubhat
Larangan dan dampak buruk memakan harta haram: tidak diterima ibadah, doa, penyakit hati , keshalihan anak‐anak. Semakin terpedaya dunia
3
Definisi “syariah” Etimologis:
الطﱠ سل ُ ك قة – ال اط الطر ْيقَة لوك الصراط – ال ﱠ ال ﱡ- سبِ ْيل (Jalan/way)
َ األَ ْح َكا ُم ا َّلت ِْي ش َر َع َھا ﷲُ لِ ِع َبا ِد ِه ْأل
Terminologis: i l i
(Hukum-hukum yang Allah tetapkan bagi para hamba-Nya), baik secara kauniyah maupun qauliyyah
الشريعة (Syariah)
القولية
الكونية
(Qauliyyah)
(Kauniyyah)
الحديث
القرآن
االجتماعية
الطبيعية
(Hadits)
(Quran)
(Sosial)
(Alam)
االجتماعية
الطبيعية
االجتماعية
الطبيعية
(Sosial)
(Alam)
(Sosial)
(Alam)
•Qauliyah adl refleksi kauniyyah •Syariah mengandung hik h b ik sudah hikmah, baik d h diketahui atau tidak/belum.
Al‐Madkhal li Dirāsah al‐Syarī`ah al‐Islāmiyyah, Dr. 4 `Abd al‐Karīm Zaidān
Syariah sebagai “segala hukum Allah” (kauniyyah dan q qauliyyah). Dalil yy ) ك َو َما َو ﱠ ص ْينَا بِ ِه ين َما َوصﱠى َش َر َع َ ى بِ ِه نُووحا ً َوالﱠ ِذي أَ ْو َح ْينَا إِلَ ْي ِ رع لَ ُكم ﱢم َن ال ﱢد ين َو َال تَتَفَ ﱠرقُوا فِي ِه َ إِ ْب َرا ِھي َم َو ُمو َسى َو ِعي َسى أَ ْن أَقِي ُموا ال ﱢد “Dia mensyariatkan kepada kalian tentang agama, apa yang telah diwasiatkan-Nya y kepada p Nuh dan apa p yyang g telah kami wahyukan y kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan `Isa yaitu tegakkanlah agama dan jangan kamu berpecah belah tentangnya.” (QS. Al-Syūrā [42]: 13.)
ُون َ ي الصﱠالِح َ ض يَ ِرثُھَا ِعبَا ِد َ ُْور ِمن بَ ْع ِد ال ﱢذ ْك ِر أَ ﱠن ْاألَر ِ َولَقَ ْد َكتَ ْبنَا فِي ال ﱠزب “Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur setelah (Kami tulis dalam) adz Dzikr (Lauh Mahfuzh), adz-Dzikr Mahfuzh) bahwa bumi ini diwariskan bagi para hamba-Ku hamba Ku yang saleh.” (QS. Al-Anbiyā’ [21]: 105.)
5
Kauniyyah: Beberapa prinsip agama yang memuat agama yang memuat kebenaran universal
-
Memelihara nilai lama yang baik dan mengambil nilai baru yang lebih baik
-
Dasar dari muamalah adalah “boleh” sampai datang dalil yang melarang
-
Agama yang diturunkan sejalan dengan agama yang tertanam
-
Mintalah fatwa (keputusan) kepada qalbumu
ْ ْ ح َو ْاألَ ْخ ُذ بِ ْال َج ِد ْي ِد ِ ِال ُم َحافَظَةُ َعلَى القَ ِدي ِْم الصﱠال َْاأل ح ِ َألصْ ل اإلبَا َحةُ َحتﱠى يَ ُد ﱠل َدلِ ْي ٌل ِ َْاألَصْ ُل فِي ْال ُم َعا َمال ِْ ت َعلَى َم ْن ِعھَا ال ﱢدي ُْن ال ُمنَ ﱠز َل َم َع ال ﱢدي ِْن ْال َمجْ ب ُْو ِل قلبك ك ا ْستَ ْف َت قَ ْلب ِ استف
Mintalah fatwa pada hatimu, kebaikan adalah sesuatu yang membuat hatimu tenang dan keburukan adalah sesuatu yang membuat hatimu ggelisah. (HR Ahmad & Ad‐Darimi)
6
Contoh penerapan universal/historical values oleh syariat y • Penanggalan qamariyyah (berdasarkan bulan) dan syamsiah (berdasarkan peredaran matahari), penggunaan jumlah hari dari peradaban Mesopotamia. • Penggunaan Mata uang Dinar dari imperium Romawi dan Dirham dari Imperium Persia. • Penggunaan akad‐akad akad akad muamalah yang telah yang telah dikenal pra Nabi SAW: SAW: Murabahah, Mudharabah (bagi hasil), dll.
Dalam contoh di atas, Islam mengambil apa yang sudah baik dan memberikan nilai baru yang lebih baik ((al-muhaafazhah `alal q qadiim ash-shaalih wal akhdzu bil jjadiid al-ashlah). )
Contoh dalam ibadah mahdhah: haji, qurban, puasa Muharram.
Syariat Nabi/Rasul terdahulu, atau ‘urf shalih 7
Tujuan ekonomi syariah ب َو َلـكِنَّ ْال ِبرَّ َمنْ آ َم َن ِبا ّ ِ َو ْال َي ْو ِم اآلخ ِِر ِ ْس ْال ِبرَّ َأن ُت َولُّو ْا وُ جُو َھ ُك ْم ِق َب َل ْال َم ْش ِر ِق َو ْال َم ْغ ِر َ لَّي يل ِ َو ْال َمآل ِئ َك ِة َو ْال ِك َتا َ ِّين َوآ َتى ْال َما َل َع َلى ُح ِّب ِه َذ ِوي ْالقُرْ َبى َو ْال َي َتا َمى َو ْال َم َساك َ ب َوال َّن ِبي ِ ِين َواب َْن الس َِّب َّ ب َوأَ َقا َم الصَّال َة َوآ َتى ين فِي ِ ِين َوفِي الرِّ َقا َ ُالز َكا َة َو ْالمُوف َ َوالسَّآ ِئل َ َّاب ِر ِ ون ِب َع ْھ ِد ِھ ْم إِ َذا َعا َھ ُدو ْا َوالص ْ حين ون المتقون ِك ُھ ُم ـئك صدقوا َوأُو َل صدَ قُوا ذين ـئك البأس أُو َل س البأساء والضَّرَّ اء ْال َبأْ َساء َ ُھم ْال ُم َّتق َ وأولـئ َ ِين َ ِك االلَّذ َ أولـئ َ والضراء َوح ِ ِين ْال َبأ “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang orang orang yang meminta-minta; meminta minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. ” (QS. Al-Baqarah [2]: 177.))
ُ َوأَمَّا إِ َذا َما ا ْب َت َاله،َفأَمَّا ْاإلِن َسانُ إِ َذا َما ا ْب َت َالهُ َر ُّب ُه َفأ َ ْك َر َم ُه َو َن َّع َم ُه َف َيقُو ُل َربِّي أَ ْك َر َم ِن ُّون َعلَى َ َو َال َت َحاض،ُون ْال َيتِي َم َ َك َّال َبل َّال ُت ْك ِرم،َف َقد ََر َع َل ْي ِه ِر ْز َق ُه َف َيقُو ُل َربِّي أَ َھا َن ِن َ التر ُّون ْال َما َل ُح ّباّا ً َجمّا اث أَ ْكال َ َو ُت ِح ُّب،أكالً لَّمّاّا َ ُ َو َتأْ ُكل،ِين َ تأكلون ال ُّت ِ َط َعا ِام ْال ِم ْسْ ك
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata, ‘Tuhanku telah memuliakanku.’ Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata, Tuhanku menghinakanku. menghinakanku ’ Sekali-kali Sekali kali tidak (demikian), (demikian) sebenarnya kamu tidak ‘Tuhanku memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin, dan kamu memakan harta pusaka dengan cara mencampur baurkan (yang halal dan yang batil), dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS. Al-Fajr [89]: 15-20.)
8
Tujuan penegakkan ekonomi syariah
Al Shatibi, Maqaasid Al Al Shatibi, Maqaasid Al‐Sharia Sharia
Hifdz‐al‐din (menjaga agama/keyakinan) Hifdz‐al‐nafs (menjaga nyawa/jiwa) Hifdz al ’aql Hifdz‐al‐ aql (menjaga akal) Hifdz‐al‐nasl (menjaga generasi) Hifdz‐al‐maal (menjaga harta/properti) “Kesejahteraan manusia”
Statistik dalam Al‐Quran:
Statistik:
•
•
Setidaknya 175 redaksi hadits secara eksplisit menyebutkan tentang kemiskinan dan kefakiran (dengan penggunaan istilah yang berbeda‐beda).
•
Lebih dari 90 redaksi 90 redaksi hadits secara eksplisit menyebutkan tentang zakat (dengan penggunaan istilah yang berbeda‐ beda).
•
Terdapat sekitar 26 redaksi hadits yang menyebutkan tentang riba secara eksplisit.
•
Hanya terdapat sekitar 2 redaksi hadits yang menyebutkan lafal gharar secara eksplisit.
Setidaknya terdapat 69 ayat yang secara langsung mengandung kata‐kata tentang kemiskinan dan turunannya seperti faqir, ba’s, saa’il, qani’, mu’tarr, dhaa’if, dll.
•
Setidaknya 42 ayat menyebut tentang zakat.
•
Riba disebutkan dalam 7 ayat.
•
Maysir disebutkan dalam 3 ayat
9 *Al‐Mu`jam al‐Mufahras li Alfaazh al‐Hadiits an‐Nabawiy (Concordance Et Indices De La Tradition Musulmane); A. J. Wensinck, dkk; E. J. Brill; Leiden, 1967.
Aplikasi: Mengapa ada transaksi ekonomi yang dilarang?
Penyebab y dilarangnya g y transaksi
Haram selain zatnya
Haram zatnya
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tadlis (ketidakrelaan satu pihak) Rekayasan pasar: 1. Supply (Ikhtikar) 2. Demand (Bai’ Najasy) Gharar – ketidakjelasan Riba Risywah (suap) Maysir
Tidak sah akadnya 1.
Rukun dan syarat tidak terpenuhi
2.
Terjadi ta’alluq (mis objek sama, pelaku sama, 1 item 2 akad)
Haram Selain Zatnya… 1. Tadlis (penipuan Æ melanggar prinsip ‘an taradhin minkum’) – Transaksi yang ditutup‐tutupi, akibat informasi yang tidak sempurna a) Kuantitas (pengurangan timbangan) b) Kualitas (penyembunyian kecacatan obyek) c) Harga (memanfaatkan ketidaktahuan harga pasar) d) Waktu penyerahan (penjual tidak mengetahui secara pasti kapan barang akan diserahkan kepada pembeli). 2. Rekayasa k pasar (Æ melanggar l prinsip i i ‘la tadzlimuna ‘l d li wa la tudzlamun’ (jangan l dl ’ (j mendzalimi d li i dan d jangan didzalimi). – Rekayasa pasar dalam supply (Ikhtikar) Menimbun, entry barriers (menghambat produsen lain pasar agar ia menjadi monopolis) – Rekayasa Pasar dalam demand (Bai demand (Bai’ Najasy) Najasy) • Menciptakan permintaan palsu • Mis: Penyebaran isu, self‐order pembelian, pembelian pancingan untuk merangsang sentimen pasar. 3 Taghrir (Gharar) 3. 1. Kasus dari keragu‐raguan atau ketidakpastian (baik kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan), atau kombinasi keduanya. 2. Contoh: ijon, beli anak sapi dalam kandungan, short selling, spekulasi, atau derivative.
Haram selain zatnya 3. Riba (“tambahan”) Tambahan/kompensasi , baik baik pada pembelian maupun peminjaman dana, yang tidak sesuai syariat.
Riba = investasi? Dua perbedaan mendasar antara “investasi” dengan mem‐”bunga”‐kan uang. uang 1. Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung risiko (berhadapan dengan unsur ketidakpastian) Æ kembaliannya (return) tidak pasti dan tidak tetap. 2. Mem‐”bunga”‐kan uang adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung resiko karena perolehan kembaliannya berupa return yang relatif pasti/tetap.
Dampak riba 1.
2. 3.
Menciptakan kezaliman ekonomi (terdzalimi maupun didzalimi). Mis. Jeratan hutang ribawi akibat kebutuhan konsumtif kaum (individu, negara) dhuafa. Pengalihan harta secara mudah (tanpa usaha) dari satu pihak ke pihak lain Æ Ketimpangan ekonomi, gelembung ekonomi dan krisis, dsb Konsentrasi kekayaan pada golongan pemilik dana (kapitalis), individu atau negara. Konsentrasi ekonomi mengalir dari masyarakat banyak Æ segelintir masyarakat
1.
2.
Suku bunga yang tinggi menyebabkan macetnya pasar atau terhentinya kegiatan g industri dan kemudian secara negatif g mempengaruhi p g penerimaan yang merupakan sumber produksi (J.M. Keynes) Dampak sosial (materialistis, serakah, menghalalkan segala cara)
“Dampak” Dampak riba riba
Link video: beberapa kekeliruan dalam sistem ekonomi (moneter) http://vimeo.com/71074210 http://www.youtube.com/watch?v=uWSxzjyMNpU&noredirect=1
Tahap pelarangan riba •
Tahap 1. Al Quran mewacanakan dan menolak anggapan bahwa riba adalah sarana memberi pertolongan pihak yang memerlukan, tapi zakat (dan infaq) sebagai instrumen "Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar bertambah pada harta manusia maka riba tidak akan bertambah di sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai ridha Allah maka itulah orang yang melipatgandakan pahalanya. (QS Ar‐Ruum : 39)
•
Tahap ke‐2. Peringatan terhadap orang‐orang (Yahudi) yang zalim. "Maka karena kezhaliman orang‐orang yahudi, Kami haramkan atas mereka yang baik‐baik yang dulu dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi manusia dari jalan Allah. Dan karena mereka makan riba padahal mereka telah dilarang, dan karena mereka y g g j p g memakan harta orang dengan cara yang batil, kami telah sediakan untuk orang kafir diantara mereka dengan siksa yang pedih" (QS An‐nisa' :160‐161)
•
Tahap ke‐3. Riba diharamkan karena dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat ganda. Pada masa jahiliyah, marak aktifitas jual‐beli tangguh dengan bunga yang tinggi. jika telat membayar, maka bertambahlah bunganya. j y , j gg g g y g gg j y , g y "Hai orang‐orang yang beriman, jangalah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung" (QS Ali Imron :130)
•
Tahap ke‐4‐ Larangan tegas jenis riba apapun pada pokok pinjaman. "Orang Orang‐orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila. yang orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran penyakit gila yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual‐beli sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual‐beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat peringatan dari tuhannya,lalu ia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Allah musnahkan riba dan suburkan sedekah,Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan bergelimang dosa." (Al‐baqarah : 275‐276)
•
Tahap ke‐5. Kewajiban meninggalkan dan memakan sisa riba yang belum dipungut "Hai orang‐orang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang yang beriman, jika kamu tidak mengerjakannya maka ketahuilah Allah dan Rasul‐Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertobat maka bagimu pokok hartamu. Kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya" (Al‐baqarah : 278‐279)
Riba dalam hadits Riba dalam hadits عن جابر قال لعن رسول ﷲ صلى ﷲ عليه وسلم آكل الربا وموكله و كاتبه سواء وقال ھم ا وشاھديه قال شا Rasululllah mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya, orang b yang mencatatnya, dan d saksinya. Kemudian ki K di beliau bersabda: “Mereka itu semua sama”. (HR Muslim)
الالربابا ثالثة و: وسلم قال صلى ﷲ عليه ل النبي ل مسعود أن النب د الحاكم عن ابن روى ال اك ى سبعون بابا أيسرھا مثل أن ينكح الرجل أمه Nabi SAW bersabda: SAW bersabda: “Riba Riba itu memiliki 73 pintu 73 pintu (tingkatan) dosa. Dan yang (tingkatan) dosa Dan yang paling rendah (dosanya) sama dengan berzina dengan ibunya.” (HR: MUSLIM)
Riba menurut Yahudi Riba menurut Yahudi •
KITAB EXODUS (KELUARAN) PASAL 22 AYAT 25: “JIKA ENGKAU MEMINJAMKAN UANG KEPADA SALAH SEORANG DARI UMATKU ORANG “JIKA ENGKAU MEMINJAMKAN UANG KEPADA SALAH SEORANG DARI UMATKU, ORANG YANG MISKIN DI ANTARAMU, MAKA JANGANLAH ENGKAU BERLAKU SEBAGAI PENAGIH UTANG TERHADAP DIA; JANGANLAH ENGKAU BEBANKAN BUNGA UANG TERHADAPNYA”
•
KITAB DEUTERONOMY (ULANGAN) PASAL 23 AYAT 29: ( ) “JANGANLAH ENGKAU MEMBUNGAKAN KEPADA SAUDARAMU, BAIK UANG MAUPUN BAHAN MAKANAN, ATAU APAPUN YANG DAPAT DIBUNGAKAN”
•
KITAB LEVICITUS (IMAMAT) PASAL 25 AYAT 36‐37: “JANGANLAH ENGKAU MENGAMBIL BUNGA UANG ATAU RIBA DARINYA, MELAINKAN ENGKAU HARUS TAKUT AKAN ALLAHMU, SUPAYA SAUDARAMU BISA HIDUP DI ANTARAMU. JANGANLAH ENGKAU MEMBERI UANGMU KEPADANYA DENGAN MEMINTA BUNGA, JUGA MAKANANMU JANGANLAH KAU BERIKAN DENGAN MEMINTA RIBA”
Riba menurut Nasrani Riba menurut Nasrani •
LUKAS 6:34‐35 “DAN, JIKALAU KAMU MEMINJAMKAN SESUATU KEPADA ORANG KARENA KAMU BERHARAP MENERIMA SESUATU DARINYA, APAKAH JASAMU? ORANG‐ORANG BERDOSA PUN MEMINJAMKAN KEPADA ORANG BERDOSA SUPAYA MEREKA MENERIMA KEMBALI SAMA BANYAK TETAPI KAMU KASIHILAH MUSUHMU BERDOSA SUPAYA MEREKA MENERIMA KEMBALI SAMA BANYAK. TETAPI KAMU, KASIHILAH MUSUHMU DAN BERBUATLAH BAIK KEPADA MEREKA DAN PINJAMKAN DENGAN TIDAK MENGHARAPKAN BALASAN, MAKA UPAHMU AKAN BESAR DAN KAMU AKAN MENJADI ANAK‐ANAK TUHAN YANG MAHA TINGGI SEBAB IA BAIK TERHADAP ORANG‐ORANG YANG TIDAK TAHU BERTERIMA KASIH DAN TERHADAP ORANG‐ORANG JAHAT”
Tafsir ayat di atas oleh kaum Nasrani: • Pandangan para Pendeta Awal Kristen (abad I‐XII) Æ Pengambilan bunga dilarang (merujuk pada kitab perjanjian lama yang diimani) a. St Basil, menganggap mereka yang memakan bunga sebagai orang yang tidak berkeprimanusiaan. S il k k b b i id k b k i i b. St. Gregory, mengutuk praktek bunga karena menurutnya pertolongan melalui pinjaman adalah palsu. c. St John Chrysoston, Larangan yang terdapat pada perjanjian lama yang ditujukan bagi orang‐orang yahudi, juga berlaku bagi penganut perjanjian baru. d. Ambrosey, Pemakan bunga sebagai penipu dan pembelit rentenir. e St Augistine pemberlakuan bunga pada orang miskiin lebih kejam dibandingkan dengan perampok yang merampok e. St Augistine, pemberlakuan bunga pada orang miskiin lebih kejam dibandingkan dengan perampok yang merampok orang kaya. f. St Ansel, Bunga sama dengan perampokan.
•
Pandangan Reformis Kristen a. Dosa apabila bunga memberatkan, b. Uang dapat membiak (kontra dengan aristoteles) c. Tidak menjadikan pengambil bunga sebagai profesi, d. Jangan mengambil bunga dari orang miskin,
Riba menurut Filsuf • Plato mengecam sistem bunga. Alasan : g g 1. Menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas dengan masyarakat 2 Merupakan alat golongan kaya untuk mengeksploitasi 2. Merupakan alat golongan kaya untuk mengeksploitasi golongan miskin. • Aristoteles : 1. Fungsi uang hanya sebagai alat tukar 2 Uang bukan alat untuk menghasilkan tambahan dengan 2. Uang bukan alat untuk menghasilkan tambahan dengan bunga 3. Bunga adalah uang yang berasal dari uang yang k b d keberadaanya dari sesuatu yang belum tentu pasti terjadi. d i t b l t t ti t j di
3 jenis riba 3 jenis 1. Jahiliyah y •
Hutang yang dibayar melebihi dari pokok pinjaman, karena si peminjam tidak mampu mengembalikan dana pinjaman pada waktu yang ditetapkan (akhir periode)
2 Nasi’ah 2. N i’ h (riba ( ib dayn/transaksi d /t k i hutang h t piutang) i t ) • • •
Tambahan yang timbul akibat hutang piutang: muncul tidak sejalan risiko; dan hasil usaha muncul bersama biaya. Beban berjalan sesuai waktu ((“argo argo berjalan berjalan”)). Memastikan sesuatu yang tidak pasti menjadi pasti
3. Fadl (riba buyu’/riba fadhl) •
Mengambil M bil kelebihan k l bih atau t penambahan b h nilai il i dari d i adanya d pertukaran barang yang sejenis, yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya (mistlan bi mistlin), sama kuantitasnya (sawa‐an bi sawa‐in) dan sama waktu penyerahannya (yadan bi yadan).
Transaksi yang diperbolehkan Produk Syariah Penghimpun Dana (bank/koperasi)
PRINSIP WADIAH - Tabungan/giro
PRINSIP MUDHARABAH •Tabungan/giro • Deposito
Pembiayaan/ Kerjasama bisnis PRINSIP JUAL BELI • Murabahah • Istishna • Salam • Ijarah
PRINSIP BAGIHASIL • Mudharabah • Musyarakah
Jasa
• Wakalah • Kafalah • Rahn • Hiwalah (debt transfer) • Qardh Q dh • Sharf
Murabahan (jual beli) & bagi beli) & bagi hasil Murabahah: • •
Jual barang Æ tegaskan jual beli pada pembeli Æ pembeli bayar + margin jual beli (laba penjualan). Variasi jjual beli. Bisa dicicil.
Bagi hasil: Mudharabah: – Akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak di mana pihak pertama (shahib al al mal, Lembaga keuangan Syariah) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (‘amil, mudharib, nasabah) bertindak selaku pengelola dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatanyang dituangkan dalam kontrak. Musyarakah : – Pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing‐masing pihak memberikan konstribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
Bunga = bagi hasil? Bunga
Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. untung
Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.
esa ya pe persentase se tase be berdasarkan dasa a pada Besarnya jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
Besarnya esa ya rasio as o bag bagi hasil as be berdasarkan dasa a pada jumlah keuntungan yang diperoleh.
y bunga g tetap p seperti p yyang g Pembayaran dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.
Bagi g hasil tergantung g g ppada keuntungan g proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.
Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.
Jenis Akad Jual - Beli • • • •
•
Bai’ Naqdan Jual beli biasa / tunai (cash and carry). carry) Bai’ Muajjal Beli barang diterima di awal pembayaran sekaligus lump-sum di akhir periode. Bai’ Taqsith Bai Akad barang diterima di awal, pembayaran yang dilakukan cicil bulanan Salam y /p y dilakukan sekaligus g dimuka,, sedangkan g barangnya g y Pembayaran/pembiayaan diserahkan di akhir periode pembayaran. E.g. pembiayaan pertanian Istishna (inden) Pembayaran dilakukan secara termin, selama barang belum jadi (sedang dalam proses pembuatan). b t )
Jual beli (termasuk tidak tunai) adalah sebagian solusi l i menghindari hi d i riba ib • Karakter jual j al beli tidak tunai: ‘lumrah’‐nya t nai ‘l mrah’ n a lebih tinggi dari jual beli (ada biaya operasional managerial upah tagih dsb) Æ operasional, managerial, upah dsb) Æ solusi syar’i dan bukan pengelabuan. • Dalam pembelian barang (tidak ( tunai): contoh ) beli rumah murabahah, “kredit tasik”.
Simpulan •
•
•
•
Ekonomi islami adalah prinsip berekonomi yang berbasis dan mesti sejalan dengan prinsip “ketuhanan” ketuhanan (sunnatullah) dan (sunnatullah) dan nilai nilai‐nilai nilai moralitas, moralitas, yang bertujuan mencapai maqashid syariah (kesejahteraan dunia dan “falah” di akhirat) Aktifitas as eekonomi o o d dilarang a a g karena a e a keharaman e a a a zat, non‐zat a , o a (p (proses), oses), maupun cacat akad Æ Syariat menawarkan berbagai alternatif solusi transaksi ekonomi (termasuk mengembangkan harta), baik berbasis jual beli (termasuk tidak tunai), bagi hasil, atau imbalan jasa (sewa). Upaya masyarakat dalam mencapai “syar’i ideal” secara ekonomi berkembang pesat dan layak diapresiasi, walaupun boleh jadi pembeda dengan yang terlarang baru sebatas aspek akad (bukan intisari) saja. Baik tahu atau belum tahu hikmah syariah, tentu “lebih baik’ mengikuti transaksi syariah (= tidak mengikuti riba) daripada tidak sama sekali.
W Wassalam l
Bunga: “salah takaran” dalam meminjamkan k • Suku bunga g mengasumsikan waktu sebagai g g penentu bertambahnya return. • Yang membuahkan manfaat atau keuntungan sejatinya adalah aktifitas usaha, bukan “waktu” usaha. • “Waktu” bisa menghasilkan g return usaha jjika dan hanya jika digunakan untuk aktifitas produktif. Æ waktu tak bisa menjadi dasar takaran bagi manfaat modal
Ilustrasi akad sewa‐beli (sebagian sarana hindari h d transaksi k ribawi) b ) • •
•
• •
•
Pembiayaan jual beli barang yang melibatkan margin mirip suku bunga? Contoh Anda mengajukan pembiayaan pembelian mobil atau barang apapun seharga Rp 200 juta. Oleh sebuah bank syariah, anda diwajibkan membayar cicilan Rp 10 juta per bulan selama 30 bulan. Total cicilan selama itu adalah Rp 300 juta, sehingga bank mendapatkan marjin Rp 100 juta. Lantas apa bedanya dengan bunga bank konvensional? Yang beda adalah dasar logika transaksinya. Untuk dapat berkendara dengan mobil kita punya dua alternatif pilihan yakni beli mobil secara tunai atau menyewanya. Karena kita tidak memiliki uang yang cukup, menjadi tidak mungkin untuk membelinya. Kalau Karena kita tidak memiliki uang yang cukup, menjadi tidak mungkin untuk membelinya. Kalau terus menerus menyewa, kita juga tak kunjung memiliki mobil. Karena itu anda bersepakat dengan bank untuk melakukan transaksi sewa‐beli. Kalau sewa mobil adalah Rp 6 juta per bulan maka total biaya sewa selama 30 bulan adalah Rp 180 juta Setelah 30 bulan, tentunya nilai mobil menyusut katakanlah harganya menjadi hanya Rp juta. Setelah 30 bulan tentunya nilai mobil menyusut katakanlah harganya menjadi hanya Rp 120 juta. Biaya sewa ditambah nilai sisa mobil berjumlah Rp 300 juta. Tidak ada keterlibatan bunga disini. Marjin yang dinikmati oleh bank timbul karena kita dianggap menyewa mobil, dan sebagai imbalannya kita boleh berkendara sebelum mobil itu sepenuhnya dimiliki. h di iliki