PRESTASI BELAJAR MENURUT JALUR MASUK SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU DI POLITEKNIK KEMENKES JAKARTA II RINA EFIYANNA
Biostatistik dan Kependudukan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok - Indonesia E-mail :
[email protected]
Abstrak Latar Belakang :Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II merupakan institusi pendidikan yang mencetak tenaga kesehatan dimana lulusannya dituntut untuk mempunyai kualitas yang handal dan profesional dibidangnya.Seleksi Penerimaan mahasiswa baru yang terdiri atas dua macam jalur masuk merupakan tahap penyaringan awal untuk mendapatkan calon peserta didik yang berkualitas dan akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar yang pada jangka panjangnya berdampak terhadap mutu lulusan.Tujuan dari penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan antara jalur masuk seleksi penerimaan mahasiswa baru terhadap prestasi belajar dengan berbagai faktor konfoundingnya. Metode penelitian ini menggunakan cross sectional dengan analisis statistik mengguna kan uji korelasi regresi linear sederhana, uji T, Anova, Chi Square, Regresi Linear Ganda dan Regresi logistik. Hasil analisis regresi linear ganda menunjukkan adanya hubungan yang positif antara jalur masuk dengan prestasi belajar mahasiswa setelah dikontrol oleh variabel konfounding jenis kelamin, daerah asal sekolah dan tempat tinggal. Nilai R = 0,359 , nilai R2 = 0,129. Model regresi linear ganda yang diperoleh dengan persamaan matematis yaitu sebagai berikut : Prestasi Belajar(IPK) = 2,917 + 0,103.Jalur masuk + 0,189.jenis kelamin + 0,085.tempat tinggal_1+ 0,157. tempat tinggal_2 + 0,062. Daerah asal sekolah. Jalur masuk seleksi penerimaan mahasiswa baru mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar setelah dikontrol oleh variabel jenis kelamin, daerah asal sekolah dan tempat tinggal. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa setelah dikontrol oleh variabel jalur masuk,daerah asal sekolah dan jenis kelamin didapatkan responden yang jalur masuk seleksi mahasiswa baru melalui jalur PMDP mempunyai peluang 1,93 kali lebih besar untuk mendapatkan IPK > 3,3 dari pada responden yang jalur masuknya melalui jalur umum, responden yang daerah asal sekolah dari DKI Jakarta mempunyai peluang 1,9 kali lebih besar untuk mendapatkan IPK > 3,3 dari pada responden yang daerah asal sekolahnya luar DKI Jakarta dan responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peluang 1,6 kali lebih besar untuk mendapatkan IPK > 3,3 dari pada responden yang berjenis kelamin laki-laki. Saran dari penelitian ini yaitu sebagai bahan pertimbangan bagi Pusdiknakes untuk menambah kuota bagi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur PMDP karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jalur masuk sipenmaru dengan IPK, dimana mahasiswa yang masuk melalui jalur PMDP memiliki rata-rata IPK yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jalur umum. Kata kunci:Prestasi Belajar
Abstract Background: Polytechnic of Ministry of Health, Jakarta II, is an educational institution that gives a rise to many medical experts who have a star and professional quality. The selection admission for freshmen consists of two kinds of pathways functioning as the very first way for the institue to get the qualified candidates. The pathways will also influence students’ learning achievement that is expected to give a long term impact on the quality of the graduates. The objective of this research is to find out the correlation between admission pathways for freshmen, some of the confounding variables, and students’ learning achievement.. The research method is developed cross-sectionally and statistical analysis is done with simple and multiple regression test, T-test, Anova test, Chi-square test, and logistic regression correlation test. The result of linear regression analysis shows the positive correlation between the admission pathways and students’ learning achievment after
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013
being controlled by confounding variables: gender, high school district, and place of living. The R value = 0,359 and R2value = 0,129. the mathematical equation for multiple linear regression model is: Learning Score(GPA) = 2,917 + 0,103*Admission pathway + 0,189*gender + 0,085*place of living_1 + 0,157*place of Living_2+0,062*highschool + 0,157. district. Admission pathway has a significant effect to students’ learning achievement (in this case, evaluated by students’ score or GPA) after being controlled by other variables, such as gender, high school district, and place of living. The multivariate analysis with logistic regression shows that, after being controlled with admission pathways, high school district, and gender, the respondents through PMDP pathway have 1,93 times bigger chance to have GPA above 3,3 points compared with the respondents through a regular pathway. The respondents whose highschool was in Jakarta have 1,9 times bigger chance to have GPA above 3,3 points compared with the respondents whose highschool was outside Jakarta. The female respondents have 1,6 time bigger chance to have GPA above 3,3 points compared with male respondents. The suggestion obtained from this research is that this study can be a consideration for Education Center for Medical Experts (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan / Pusdiknakes) to increase quotas for PMDP admission pathway because there is a correlation between the admission pathway and students’ score (GPA). The students coming through PMDP way is evenly having a higher GPA score compared to the students coming through a regular way. Keyword: Learning Achievement
Pendahuluan Era pembangunan kesehatan memerlukan berbagai jenis tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan yang handal, mempunyai sikap nasionalis, etis dan profesional.Tenaga kesehatan yang dihasilkan diharapkan mampu melaksanakan upaya kesehatan dengan semangat pengabdian, berdisiplin, kreatif, berilmu, terampil dan berbudi luhur serta memegang teguh etika profesi (Pusdiknakes, 2000). Sejalan dengan harapan bahwa tenaga kesehatan yang dihasilkan adalah tenaga kesehatan yang bermutu, maka berbagai upaya dilakukan untuk selalu meningkatkan mutu lulusan tenaga kesehatan melalui institusi pendidikan tenaga kesehatan. Dalam Peraturan Pemerintah RI No.32 tahun 1996 pasal 1 tercantum pengertian dari tenaga kesehatan yaitu setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Pusdiknakes, 2000). Visi Kementerian Kesehatan tahun 2010-2014 adalah “Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan”. Visi tersebut akan dicapai melalui salah satu misinya yaitu dengan menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan. Dalam upaya mendukung misi Kementerian Kesehatan tersebut dan untuk mencapai visi Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (Badan PPSDM) kesehatan, maka telah disusun misi Badan PPSDM Kesehatan yang salah satunya yaitu menyerasikan pengadaan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan dengan kebutuhan SDM kesehatan dalam mendukung pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, untuk memenuhi jumlah, jenis dan mutu SDM kesehatan,
sesuai dengan Permenkes Nomor 1144/Menkes/ Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan di bidang pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan (Pusdiknakes, 2000). Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan telah melakukan upaya dalam menyiapkan sumber daya manusia kesehatan yang profesional dan kompeten. Salah satu upayanya yaitu dengan melakukan penjaminan mutu institusi pendidikan tenaga kesehatan. Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II (Poltekkes Kemenkes Jakarta II) merupakan salah satu institusi pendidikan tenaga kesehatan dibawah naungan Kementerian Kesehatan RI yang terdiri dari 7 (tujuh) jurusan yaitu terdiri dari Jurusan Teknik Elektromedik, Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi,Teknik Gigi, Kesehatan Lingkungan, Gizi, Farmasi serta Analisa Farmasi dan Makana (Pusdiknakes, 2000). Dunia pendidikan di perguruan tinggi merupakan kelanjutan dari rangkaian proses pembelajaran dimana berlangsungnya suatu hubungan komunikasi interaksi antara mahasiswa dan dosen pada proses belajar mengajar (PBM). Keberhasilan belajar yang diukur berupa prestasi belajar mahasiswa merupakan akumulasi penguasaan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif yang diperoleh selama mengikuti proses pembelajaran (Winkel,1984). Kegiatan PBM adalah salah satu pelayanan di institusi pendidikan yang ikut berperan dalam proses menghasilkan lulusan tenaga kesehatan yang berkualitas. Proses Belajar Mengajar adalah proses mengorganisasi tujuan, bahan, metode dan alat
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013
serta penilaian dimana satu sama lain saling berhubungan dan berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses belajar mengajar juga merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Suryabrata,1997). Proses pengambilan keputusan harus didasari pada hal yang ilmiah dan juga fakta dilapangan (Evidence Based) sehingga penyediaan data serta informasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Usaha untuk dapat menyediakan data dan informasi secara benar maka ilmu statistik sangatlah penting untuk dipelajari dan dikuasai (Hatta,2008). Data merupakan kumpulan angka atau huruf hasil dari penelitian terhadap sifat/karakteristik yang kita teliti. Data akan menjadi suatu informasi yang bermanfaat bila telah diolah/ditransformasi secara statistik. Kegiatan transformasi tersebut merupakan bagian dari proses pengambilan keputusan (Hatta,2008). Proses Statistik mulai dari pengumpulan,pengolahan, analisis dan penyajian data merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Demikian halnya dengan data PBM pada institusi pendidikan merupakan data penting yang sangat perlu untuk diolah menjadi suatu informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan. Pemilihan calon peserta didik dilaksanakan melalui persyaratan dan rangkaian seleksi yang harus dilalui oleh calon peserta didik yang berasal dari lulusan SMU/SMA atau sederajat dan telah lulus ujian nasional sesuai dengan ketentuan Kementerian Pendidikan Nasional.Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Pendidikan Tenaga Kesehatan ini dilakukan oleh seluruh institusi pendidikan tenaga kesehatan, yang salah satunya adalah Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Jakarta II yang merupakan jenjang pendidikan tinggi dibawah naungan Kementerian Kesehatan RI (Pusdiknakes, 2000). Pengelolaan penyelenggaraan Sipenmaru Diknakes dilaksanakan oleh Panitia Sipenmaru Diknakes Tingkat Pusat sesuai dengan Pedoman Penyelenggaraan Sipenmaru Diknakes yang ditetapkan melalui Surat Kepmenkes Nomor 778/Menkes/SK/VI/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes, 2000). Penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan Sipenmaru Diknakes Tahun Akademik 2011/2012 berdasarkan atas Kepmenkes tersebut, yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Badan
PPSDM Kesehatan sebagai penjabaran dari Pedoman Penyelenggaraan Sipenmaru Diknakes. Dalam Bab III (tiga) pada Petunjuk Teknis Sipenmaru Diknakes tersebut berisi mengenai Ketentuan Pelaksanaan Sipenmaru Diknakes yang tercantum bahwa terdapat 2 (dua) jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru yaitu melalui jalur umum dan jalur Penelusuran Minat dan Prestasi/ PMDP (Pusdiknakes, 2000). Pada seleksi melalui jalur umum dilakukan dengan cara tes tertulis sedangkan jalur PMDP dengan cara seleksi raport dengan ketentuan tidak memiliki nilai kurang dari 6 (enam) untuk setiap mata ajar sejak semester I sampai dengan semester V dan memiliki nilai minimal 7(tujuh) untuk mata ajar tertentu sejak semester I sampai dengan V. Jenis mata tertentu tersebut ditetapkan oleh masing-masing Poltekkes Kemenkes (Pusdiknakes, 2000). Dalam dunia pendidikan berlangsung suatu hubungan komunikasi interaksi antara mahasiswa dan dosen. Keberhasilan belajar yang diukur berupa prestasi belajar mahasiswa merupakan akumulasi penguasaan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif yang diperoleh selama mengikuti proses pembelajaran. Banyak hal yang berperan terhadap kualitas pendidikan antara lain faktor internal (dalam individu sendiri) seperti umur, jenis kelamin, latar belakang pendidikan, motivasi belajar dan persepsi mahasiswa terhadap dosen sedangkan faktor eksternal (luar individu) meliputi tempat tinggal. Faktor-faktor tersebut akan semakin menyatu dengan pendidikannya sehingga menimbulkan keinginan untuk berprestasi (Winkel,1991). Visi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II yaitu menjadi Poltekkes unggulan, mandiri, berkomitmen menghasilkan lulusan yang berkualitas, berdaya saing dan berwawasan internasional maka prestasi belajar merupakan salah satu indikator yang sangat penting. Prestasi belajar tersebut tercermin dalam indeks prestasi dari mahasiswa yang bersangkutan. Dengan prestasi belajar yang baik diharapkan akan dapat dihasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas, unggul, mandiri, berdaya saing dan berwawasan internasional sebagaimana yang tercantum dalam visi Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II (Pusdiknakes, 2000). Seleksi penerimaan mahasiswa baru (Sipenmaru) yang terdiri dari 2 (dua) jalur (jalur umum dan PMDP/Penelusuran Minat dan Bakat) tersebut diharapkan dapat terjaring peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual yang baik sehingga dapat mendukung proses pembelajaran dan menghasilkan prestasi yang baik. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk Mengetahui Prestasi Belajar Menurut Jalur Masuk Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Poltekkes
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013
Kemenkes Jakarta II dikontrol dengan variabel konfoundingnya.Adapun variabel konfounding tersebut terdiri atas faktor internal yaitu umur, jenis kelamin, daerah asal sekolah, motivasi belajar, persepsi terhadap institusi pendidikan dan status riwayat bimbingan belajar dan faktor eksternal seperti tempat tinggal mahasiswa. Bahan dan Metodologi Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan pada bulan November - Desember 2012 di Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa/i semester tiga Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II (Poltekkes Kemenkes Jakarta II) Program Diploma III pada tahun akademik 2012/2013 yang terdiri dari Jurusan Teknik Elektromedik = 129 orang, Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi = 80 orang, Jurusan Teknik Gigi = 73 orang, Jurusan Gizi = 88 orang, Jurusan Kesehatan Lingkungan = 93 orang, Jurusan Farmasi = 99 orang serta Jurusan Analisa dan Makanan = 75 orang total seluruhnya adalah 637 orang. Penetapan sampel minimum yang akan diteliti, dihitung berdasarkan rumus besar sampel berdasarkan rumus uji hipotesis untuk dua proporsi Rumus :
z1 n
2 P (1 P ) z1
P1 (1 P1 ) P2 (1 P2 ) ( P1 P2 ) 2
2
Keterangan : n = besar sampel Z = nilai z pada derajat kepercayaan 1-a/2 1-a/2 atau batas kemaknaan a. (Perhatikan pada rumus ini uji hipotesis dilakukan dua arah (two tailed)) Z 1-a/2 = 1,64 ; 1,96 ; 2,58 untuk derajat kepercayaan 90%, 95%, 99% z1-b = nilai z pada kekuatan uji (power) 1-b. z1-b = 0,84; 1,28; 1,64; 2,33 untuk kekuatan uji 80, 90, 95, 99% P1 = perkiraan proporsi pada kelompok 1 P2 = perkiraan proporsi pada kelompok 2 Perhitungan besar sampel yang didapatkan dengan 1-a/2 = 1,96 untuk derajat kepercayaan 95 %, z 1-b = 1,28 untuk kekuatan uji 90 % , perkiraan proporsi pada kelompok satu = 0,60 dan perkiraan proporsi kelompok dua = 0,45 yaitu 231 orang, sehingga jumlah sampel minimal dari penelitian adalah 231 orang. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 309 mahasiswa. Data yang dikumpulkan berupa data primer hasil kuesioner dan data sekunder diperoleh dengan melihat arsip Sipenmaru Poltekkes Kemenkes Jakarta II Z
mengenai jalur masuk Sipenmaru dan daftar rekap nilai hasil belajar tahun akademik 2011/2012. Data ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada mahasiswa sebagai responden yang terpilih menjadi sampel. Data yang diperoleh antara lain jenis kelamin, umur, daerah asal sekolah, motivasi belajar, persepsi mahasiswa terhadap institusi, status riwayat bimbingan belajar dan tempat tinggal. Data motivasi belajar, persepsi mahasiswa terhadap institusi menggunakan kuesioner yang diukur menggunakan skala likert. Kuesioner yang digunakan merupakan kuesioner dari penelitian sebelumnya yang telah diuji validitas dan realibilitasnya. Penilaian pada variabel motivasi berdasarkan pada skala likert, jumlah skor motivasi belajar tertinggi adalah 5 x 22 = 110 dan jumlah skor terendah adalah 1 x 22 = 22. Nilai item yang menyatakan sangat setuju nilainya 5, setuju nilainya 4,ragu-ragu nilainya 3, tidak setuju nilainya 2,dan sangat tidak setuju nilainya 1. Pernyataan yang jenis kalimatnya negatif maka penilaian dibalik. Penilaian pada variabel persepsi terhadap institusi berdasarkan skala numerik, nilai item skala tertinggi 5 dan terendah 1. Skala sampai lima mirip dengan lima pernyataan dalam skala semantik yang berjangkauan sangat bagus sampai sangat buruk, dan itu memberikan respon yang baik sehingga peneliti mudah melihat perbedaan opini. (Hague,1993).Jumlah skor tertinggi untuk variabel sikap mahasiswa adalah 5 x 15 = 75 dan terendah adalah 1 x 15 = 15. Analisis data dilakukan melalui analisis univariat,bivariat (analisis korelasi, regresi linier sederhana pada derajat kepercayaan 95 %, Uji T (t-test) dan Uji Anova,Chi square) dan multivariat (regresi linear ganda dan regresi logistik). Analisis univariat, analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabelvariabel penelitian antara lain variabel jalur masuk sipenmaru,umur,jenis kelamin,asal sekolah,tempat tinggal,pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dan pekerjaan orang tua. Analisis Bivariat, analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing-masing variabel independennya yaitu variabel jalur masuk sipenmaru, umur,jenis kelamin,asal sekolah,tempat tinggal,pendidikan orang tua (ayah dan ibu) dan pekerjaan orang tua dengan variabel dependen yaitu indeks prestasi kumulatif (IPK).Untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dengan dependent tersebut digunakan analisis korelasi,regresi linier sederhana pada derajat kepercayaan 95 %, Uji T (t-test) dan Uji Anova,Chi square. Analisis Multivariat, analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini, selain menggunakan regresi linier berganda (multiple regression linier ) juga menggunakan regresi logistik (multiple regression logistic) untuk mengetahui faktor resiko dengan melihat nilai OR. Analisis Multiple Regression Linear atau sering
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013
disebut juga analisis regresi linier ganda merupakan perluasan analisis Simple Linear Regression (regresi linier sederhana). Multiple regression Linear merupakan analisis hubugan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Dalam regresi linier ganda variabel dependennya harus numerik sedangkan variabel independen boleh semuanya numerik dan boleh juga campuran numerik dan katagorik. Model persamaan regresi linier ganda merupakan perluasan regresi linier sederhana, yaitu: Y = a + b X + b X + …. + b X + e 1
1
2
2
k
k
Adapun asumsi yang digunakan dalam Multiple regression Linear yaitu asumsi Eksistensi (Variabel Random), asumsi independensi, asumsi linearitas, asumsi Homoscedascity, dan asumsi Normalitas. (Sutanto,2007)
Hasil dan Pembahasan Gambaran mengenai variabel penelitian baik variabel dependen maupun independen diperoleh dengan melakukan pengolahan data menggunakan statistik deskriptif atau analisis univariat. Penelitian ini terdapat empat variabel dengan data numerik hasil dari pengumpulan data tentang karakteristik responden, yakni prestasi belajar mahasiswa (IPK), umur, motivasi dan persepsi mahasiswa terhadap institusi pendidikan. Variabel dengan data katagorik berjumlah lima variabel yaitu Jalur masuk, jenis kelamin,daerah asal sekolah,status riwayat bimbingan belajar dan tempat tinggal. Data numerik menyajikan nilai mean (rata-rata), median, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum serta derajat kepercayaan 95 % (95 % CI) sedangkan pada data kategorik menjelaskan variabel berdasarkan jumlah dan persentase masing-masing kelompok. Pada penelitian ini didapatkan hasil analisis dari tabel 5.1 bahwa ratarata nilai indeks prestasi belajar di Poltekkkes Kemenkes Jakarta II yakni 3,17 dengan rata-rata usia mahasiswanya 19 tahun. Usia mahasiswa tingkat dua di Poltekkes Kemenkes Jakarta II yang termuda yaitu 17 tahun sedangkan yang tertua yaitu 26 tahun. Skor motivasi pada penelitian ini yaitu 93,8 hampir sama dengan nilai mediannya hal ini menunjukkan bahwa sebaran skor motivasi di responden menyebar merata, hal serupa juga terjadi pada skor persepsi terhadap institusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki IPK dibawah atau sama dengan 3,3 dan berasal dari jalur umum dengan mayoritas berjenis kelamin perempuan serta daerah asal sekolahnya dari DKI Jakarta. Sebagian besar responden memiliki status pernah mengikuti bimbingan belajar pada saat akan menempuh ujian ke perguruan tinggi. Tempat tinggal mahasiswa
mayoritas yaitu di rumah orang tua dibandingkan dengan rumah saudara maupun kos/asrama. Hasil analisis bivariat melalui Uji T (T-test) menunjukkan hasil uji statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IPK mahasiswa dari yang jalur masuk Sipenmarunya melalui jalur umum dibandingkan dengan jalur PMDP (nilai-p = 0,001 < 0,05). Dari data dapat terlihat bahwa ada 236 mahasiswa yang jalur masuk Sipenmarunya melalui jalur umum dan mereka mempunyai ratarata IPK sebesar 3,14 dengan standar deviasi 0,35. Sedangkan 73 orang yang jalur Sipenmarunya melalui jalur PMDP mempunyai rata-rata IPK yang lebih tinggi yakni rata-rata 3,27 dengan standar deviasi 0,26. Hasil analisis bivariat melalui Uji Chi square menunjukkan hubungan antara jalur masuk dengan prestasi belajar terlihat pada responden yang masuk melalui jalur PMDP semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan IPK > 3,3.Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,017 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi yang signifikan terhadap prestasi belajar (nilai IPK2) pada responden berdasarkan jalur masuk seleksi penerimaan mahasiswa baru. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,98 yang artinya responden yang jalur masuknya melalui PMDP mempunyai peluang 1,98 kali lebih besar untuk memperoleh nilai IPK > 3,3 dari pada responden yang melalui jalur umum. Hasil analisis bivariat melalui Uji T (T-test) menunjukkan hasil uji statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IPK dari mahasiswa berjenis kelamin lakilaki dibandingkan dengan perempuan (nilai-p = 0,0001 < 0,05). Dari data hasil penelitian didapatkan ada 86 mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki dan mereka mempunyai rata-rata IPK sebesar 3,01 dengan standar deviasi 0,44. Sedangkan 223 mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan mempunyai rata-rata IPK yang lebih tinggi yakni rata-rata 3,23 dengan standar deviasi 0,27. Hasil analisis bivariat melalui Uji Chi square menunjukkan hubungan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar terlihat pada responden yang berjenis kelamin perempuan semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan IPK > 3,3. Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,012 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi yang signifikan terhadap prestasi belajar (nilai IPK2) pada responden berdasarkan jenis kelaminnya. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 2,1 yang artinya responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peluang 2,1 kali lebih besar untuk memperoleh nilai IPK > 3,3 dari pada responden yang berjenis kelamin laki-laki. Beberapa penelitian tentang hubungan antara umur dengan prestasi belajar, Hidayat (2003) ada hubungan nilai prestasi belajar antara mahasiswa laki –laki dan perempuan. Marehwati (2002)
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013
mengungkap bahwa ada perbedaan proporsi antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan terhadap prestasi belajar. Namun penelitian lain,Deswarto (2001) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan prestasi belajar. Hasil analisis bivariat melalui uji korelasi/regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan antara umur mahasiswa dengan IPK menunjukkan korelasi yang negatif dengan kekuatan/keeratan hubungan yang lemah (R= 0.128). Artinya semakin bertambah umur mahasiswa maka semakin rendah nilai IPK..Persamaan fungsi matematis yang dihasilkan dari hubungan linear antara umur dengan IPK adalah IPK = 4 – 0,052 (umur). Hal ini berarti setiap kenaikan satu tahun umur mahasiswa akan menurunkan IPK sebesar 0,052. Namun, variabel umur hanya dapat menjelaskan 1,6 % (R2) variasi pada variabel IPK atau variabel umur kurang dapat menjelaskan variabel IPK. Namun, hubungan ini bermakna secara statistik (nilai-p = 0.025 < 0,05). Hasil analisis bivariat dengan uji T test menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki IPK > 3,3 sebanyak 110 orang mempunyai ratarata umur 18,89 tahun, sedangkan 199 mahasiswa yang IPK < 3,3 mempunyai rata-rata umur 19,06 tahun. Namun,dari hasil uji statistik dapat kita simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dari mahasiswa yang prestasi belajar (IPK2) > 3,3 dibandingkan dengan yang IPK 2 < 3,3 (nilai-p = 0,87 > 0,05). Beberapa penelitian tentang hubungan antara umur dengan prestasi belajar, Minarto (1997) menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dan prestasi belajar hal ini sejalan dengan penelitian Azhari (2001). Namun ada penelitian lain yang berbeda tentang hubungan umur dengan prestasi belajar yaitu penelitian Hidayat (2003) dan Marehwati (2002) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan prestasi belajar. Hasil analisis bivariat melalui Uji T (T-test) menunjukkan hasil uji statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IPK dari mahasiswa yang daerah asal sekolahnya dari Jakarta dibandingkan dengan luar Jakarta (nilai-p = 0,002 < 0,05).Dari hasil data tersebut, juga dapat terlihat bahwa ada 168 mahasiswa yang daerah asal sekolahnya diluar DKI Jakarta dan mereka mempunyai rata-rata IPK sebesar 3,12 dengan standar deviasi 0,364 . Sedangkan 141 mahasiswa yang berasal dari DKI Jakarta mempunyai ratarata IPK yang lebih tinggi yakni rata-rata 3,24 dengan standar deviasi 0,297. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi Square menunjukkan hubungan antara daerah asal sekolah dengan prestasi belajar terlihat pada responden yang daerah asal sekolah dari DKI Jakarta semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan IPK > 3,3.
Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,006 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi yang signifikan terhadap prestasi belajar (nilai IPK2) pada responden berdasarkan daerah asal sekolahya. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,96 yang artinya responden yang daerah asal sekolah dari DKI Jakarta mempunyai peluang 1,96 kali lebih besar untuk memperoleh nilai IPK > 3,3 dari pada responden yang daerah asal sekolah dari luar DKI Jakarta. Hasil penelitian dari Toemin A. Masoem dalam jurnal penelitian Makara UI edisi sosial ekonomi dan budaya Tahun 1997 juga menunujukkan bahwa daerah asal sekolah mempengaruhi prestasi belajar hal ini ditunjukkan dengan ada beberapa perguruan tinggi negeri luar jawa yang mahasiswa baru terpandainya mempunyai nilai dibawah nilai terendah dari perguruan tinggi negeri di pulau Jawa. Hasil analisis bivariat melalui uji korelasi/regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi mahasiswa dengan IPK menunjukkan korelasi yang positif dengan kekuatan/keeratan hubungan yang lemah (R= 0.101). Artinya semakin bertambah motivasi mahasiswa maka semakin tinggi nilai IPK..Persamaan fungsi matematis yang dihasilkan dari hubungan linear antara motivasi dengan IPK adalah IPK = 2,73+ 0,005 (motivasi). Hal ini berarti setiap kenaikan satu skor motivasi mahasiswa akan menaikkan IPK sebesar 0,005. Namun, variabel motivasi hanya dapat menjelaskan 1 % (R2) variasi pada variabel IPK atau variabel motivasi kurang dapat menjelaskan variabel IPK. Dan hubungan ini tidak bermakna secara statistik (nilai-p = 0.077 > 0,05). Hasil analisis bivariat dengan T test menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki IPK > 3,3 sebanyak 110 orang mempunyai rata-rata skor motivasi 94,6, sedangkan 199 mahasiswa yang IPK < 3,3 mempunyai rata-rataskor motivasi 93,3. Namun, dari hasil uji statistik dapat kita simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara skor motivasi dari mahasiswa yang prestasi belajar (IPK2) > 3,3 dibandingkan dengan yang IPK 2 < 3,3 (nilai-p = 0,15 > 0,05). Penelitian Minarto (1997) menunjukkan bahwa adanya hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar. Penelitian lain berkaitan dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar, Hidayat (2003) menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar. Hasil analisis bivariat melalui uji korelasi/regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi terhadap institusi dengan IPK menunjukkan korelasi yang positif dengan kekuatan/keeratan hubungan yang lemah (R= 0,031). Artinya semakin bertambah baik persepsi terhadap institusi maka semakin tinggi nilai
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013
IPK..Persamaan fungsi matematis yang dihasilkan dari hubungan linear antara persepsi dengan IPK adalah IPK = 3,108 + 0,001. (persepsi). Hal ini berarti setiap kenaikan satu skor persepsi mahasiswa akan menaikkan IPK sebesar 0,001. Namun, variabel persepsi hanya dapat menjelaskan 0,1 % (R2) variasi pada variabel IPK atau variabel motivasi kurang dapat menjelaskan variabel IPK. Dan hubungan ini tidak bermakna secara statistik (nilai-p = 0.587 > 0,05). Hasil analisis bivariat dengan uji T (T test) menunjukkan bahwa mahasiswa yang memiliki IPK > 3,3 sebanyak 110 orang mempunyai ratarata skor persepsi 47,98 , sedangkan 199 mahasiswa yang IPK < 3,3 mempunyai ratarataskor motivasi 48,67. Namun, dari hasil uji statistik dapat kita simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara skor persepsi dari mahasiswa yang prestasi belajar (IPK2) > 3,3 dibandingkan dengan yang IPK 2 < 3,3 (nilai-p = 0,48 > 0,05). Penelitian Hidayat (2003) juga menunujukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara persepsi dengan prestasi belajar. Hasil analisis bivariat melalui Uji T (T-test) menunjukkan hasil uji statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara IPK dari mahasiswa yang pernah mengikuti dibandingkan dengan yang tidak pernah mengikuti bimbingan belajar (nilai-p = 0,772 > 0,05). Dari hasil data tersebut, juga dapat terlihat bahwa ada 177 mahasiswa yang pernah mengikuti bimbingan belajar dan mereka mempunyai rata-rata IPK sebesar 3,18 dengan standar deviasi 0,34 . Sedangkan 132 mahasiswa yang tidak pernah mengikuti bimbingan belajar mempunyai rata-rata IPK yang lebih rendah yakni rata-rata 3,16 dengan standar deviasi 0,35. Hasil analisis bivariat dengan uji Chi Square menunjukkan hubungan antara status riwayat bimbingan belajar dengan prestasi belajar terlihat pada responden yang pernah mengikuti bimbingan belajar semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan IPK > 3,3. Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,72 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi yang signifikan terhadap prestasi belajar (nilai IPK2) pada responden berdasarkan status riwayat bimbingan belajarnya. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 1,1 artinya responden yang pernah mengikuti bimbingan belajar mempunyai peluang 1,1 kali lebih besar untuk memperoleh nilai IPK > 3,3 dari pada responden yang tidak pernah mengikuti bimbingan belajar. Hasil analisis bivariat melalui uji anova menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada rata-rata IPK menurut tempat tinggal mahasiswa (P value = 0,027 < 0,05). Dari signifikansi perbedaan rata-rata IPK menurut tempat tinggal mahasiswa (Hasil Uji -Tukey) dengan analisis lebih lanjut memperlihatkan bahwa
ada perbedaan bermakna rata-rata IPK antara mahasiswa yang bertempat tinggal di rumah sendiri dengan kos/asrama. Hasil dari data dapat terlihat bahwa rata-rata IPK terendah berada pada mahasiswa yang bertempat tinggal di kos/asrama yaitu 3,1 dengan standar deviasi 0,41. Pada mahasiswa yang tinggal di rumah sendiri, rata- rata IPK yaitu 3,2 dengan standar deviasi 0,31 sedangkan pada mahasiswa yang tinggal dirumah saudara rata-rata IPK adalah 3,22 dengan standar deviasi 0,28. Hasil analisis bivariat dengan Chi Square menunjukkan Hubungan antara tempat tinggal dengan prestasi belajar terlihat pada responden yang tinggal di rumah orang tua sendiri semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan IPK > 3,3. Hasil uji statistik diperoleh nilai P Value 0,105 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi yang signifikan terhadap prestasi belajar (nilai IPK2) pada responden berdasarkan tempat tinggalnya. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR1 = 1,6 yang artinya responden yang tinggal di rumah orang tua sendiri mempunyai peluang 1,6 kali lebih besar untuk memperoleh nilai IPK > 3,3 dari pada responden yang tinggal di kos/asrama.Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR2 = 1,2 yang artinya responden yang tinggal di rumah saudara mempunyai peluang 1,2 kali lebih besar untuk memperoleh nilai IPK > 3,3 dari pada responden yang tinggal di kos/asrama. Beberapa penelitian antara lain penelitian Turdja’i (2001) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tempat tinggal dengan prestasi belajarnya. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian Minarto (1997).Berbeda dengan penelitian Marehwati (2002),yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar. Hasil dari uji statistik antara jalur masuk seleksi penerimaan mahasiswa baru dengan prestasi belajar yang dikontrol oleh faktor internal (jenis kelamin, umur, daerah asal sekolah dan motivasi) dan faktor eksternal (tempat tinggal), diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara jalur masuk seleksi penerimaan mahasiswa baru dengan prestasi belajar setelah dikontrol oleh faktor konfounding variabel jenis kelamin, daerah asal sekolah dan tempat tinggal. Hasil analisis multivariat regresi linier ganda terdapat hubungan yang positif dengan nilai signifikansi anova = 0,000, nilai R = 0,359, R2 = 0,129. Hasil ini menunjukkan berarti jalur masuk seleksi penerimaaan mahasiswa baru, jenis kelamin ,daerah asal sekolah, dan tempat tinggal dapat menjelaskan 12,9 % variasi prestasi belajar, masih ada 87,1 % faktor lain yang berhubungan dengan prestasi belajar mahasiswa, dengan persamaan fungsi matematis sebagai berikut :
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013
Prestasi Belajar(IPK) = 2,917 + 0,103.Jalur masuk + 0,189.jenis kelamin + 0,085.tempat tinggal_1+ 0,157. tempat tinggal_2 + 0,062.Daerah asal sekolah Hasil dari persamaan diatas dapat menunjukkan efek dari jalur masuk seleksi penerimaan mahasiswa baru terhadap prestasi belajar dengan kondisi jenis kelamin tertentu. Prestasi belajar dapat diprediksi sebesar 3,356 jika mahasiswa dengan Jalur masuk melalui PMDP, jenis kelamin perempuan, bertempat tinggal dirumah orang tua sendiri dan daerah asal sekolah dari DKI Jakarta dengan standar eror 0,32 maka estimasi prestasi belajar mahasiswa tersebut berada antara 2,917 – 3,428. Hasil analisis multivariat regresi logistik terdapat 2 variabel yang signifikan yaitu jalur masuk dan daerah asal sekolah dan satu variabel konfounding yaitu jenis kelamin. Hasil analisis multivariat setelah dikontrol oleh variabel jalur masuk,daerah asal sekolah dan jenis kelamin didapatkan responden yang jalur masuk seleksi mahasiswa baru melalui jalur PMDP mempunyai peluang 1,93 kali lebih besar untuk mendapatkan IPK > 3,3 dari pada responden yang jalur masuknya melalui jalur umum, responden yang daerah asal sekolah dari DKI Jakarta mempunyai peluang 1,9 kali lebih besar untuk mendapatkan IPK > 3,3 dari pada responden yang daerah asal sekolahnya luar DKI Jakarta dan responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peluang 1,6 kali lebih besar untuk mendapatkan IPK > 3,3 dari pada responden yang berjenis kelamin laki-laki . Jalur masuk seleksi penerimaan mahasiswa baru sangat penting untuk diperhatikan sebagai faktor yang memiliki hubungan dengan prestasi belajar. Jalur masuk merupakan tahapan penyaringan awal mutu dari calon peserta didik. Kelancaran suatu proses pembelajaran di bangku kuliah sangat bergantung pada mutu awal peserta didik yang terjaring pada saat jalur masuk seleksi mahasiswa baru. Penelitian ini menyimpukan bahwa dari jalur masuk PMDP dapat mengahasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan yang melalui jalur umum.
Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara jalur masuk seleksi penerimaan mahasiswa baru di Poltekkes Kemenkes Jakarta II dengan prestasi belajar. Pada mahasiswa yang jalur masuk seleksi berasal dari PMDP maka nilai IPK (prestasi belajar) akan 0,103 lebih tinggi dari yang jalur masuk seleksi umum setelah dikontrol variabel jenis kelamin , tempat tinggal dan daerah asal sekolah. Responden yang jalur masuk seleksi mahasiswa baru melalui jalur PMDP mempunyai peluang 1,93 kali lebih besar untuk mendapatkan IPK > 3,3 dari pada responden yang jalur
masuknya melalui jalur umum setelah dikontrol oleh variabel jalur masuk,daerah asal sekolah dan jenis kelamin. Tidak ada hubungan antara umur mahasiswa dengan prestasi belajar. Terdapat hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan prestasi belajar.Pada mahasiswa yang berjenis kelamin perempuan maka nilai IPK (prestasi belajar) akan 0,189 lebih tinggi dari yang jenis kelamin laki-laki setelah dikontrol variabel jalur masuk, tempat tinggal dan daerah asal sekolah. Responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peluang 1,6 kali lebih besar untuk mendapatkan IPK > 3,3 dari pada responden yang berjenis kelamin laki-laki setelah dikontrol oleh variabel jalur masuk,daerah asal sekolah dan jenis kelamin. Terdapat hubungan antara daerah asal sekolah dengan prestasi belajar, meskipun hasil nilai p tidak signifikan namun terdapat perubahan beta (delta beta) lebih besar dari 10 % sehingga daerah asal sekolah merupakan konfounding dan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Pada mahasiswa yang daerah asal sekolahnya dari DKI Jakarta (Asal Sekolah = 1) maka nilai IPK (prestasi belajar) akan 0,062 lebih tinggi dari yang luar DKI Jakarta (Asal Sekolah = 0) setelah dikontrol variabel jalur masuk, jenis kelamin dan tempat tinggal. Responden yang daerah asal sekolah dari DKI Jakarta mempunyai peluang 1,9 kali lebih besar untuk mendapatkan IPK > 3,3 dari pada responden yang daerah asal sekolahnya luar DKI Jakarta setelah dikontrol oleh variabel jalur masuk,daerah asal sekolah dan jenis kelamin.Tidak ada hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar. Tidak ada hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap institusi dengan prestasi belajar. Tidak ada hubungan antara status riwayat bimbingan belajar dengan prestasi belajar. Terdapat hubungan antara tempat tinggal mahasiswa dengan prestasi belajar, meskipun hasil nilai p tidak signifikan namun terdapat perubahan beta (delta beta) lebih besar dari 10 % sehingga tempat tinggal mahasiswa merupakan konfounding dan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Pada mahasiswa yang bertempat tinggal dirumah orang tua sendiri maka nilai IPK (prestasi belajar) akan 0,085 lebih tinggi dari yang tinggal di asrama/kos setelah dikontrol variabel jalur masuk, jenis kelamin dan daerah asal sekolah. Mahasiswa yang bertempat tinggal dirumah saudara maka nilai IPK (prestasi belajar) akan 0,157 lebih tinggi dari yang tinggal di asrama/kos setelah dikontrol variabel jalur masuk, jenis kelamin dan daerah asal sekolah.
Saran Saran dari penelitian ini agar dapat dikembangkan lebih lanjut di Politeknik Kesehatan Kemenkes lainnya dengan berbagai variabel yang lebih kompleks dan disesuaikan dengan keadaan setempat. Bagi pihak terkait salah satunya Pusdiknakes agar hasil penelitian ini dapat menjadi
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013
pertimbangan untuk menambah kuota bagi penerimaan mahasiswa baru melalui jalur PMDP karena berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jalur masuk sipenmaru dengan IPK, dimana mahasiswa yang masuk melalui jalur PMDP memiliki rata-rata IPK yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan jalur umum.
Daftar Pustaka Ariawan, Iwan, 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jurusan Biosatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Azhari, 2001. Hubungan Antara Faktor Internal dan Faktor Eksternal Dengan Prestasi Belajar Siswa Di SPK Depkes Lubuk Linggau Tahun 2001. Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Azwar, Saifuddin, 1998. Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukutan Prestasi balajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Chandra, Budiman, 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Depdikbud, 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai pustaka, Jakarta. Deswarto, 2001. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dan hasil Ujian Seleksi Masuk Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Di Akademi Keperawatan Departemen Keshatan Palembang Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2001. Skripsi Program Sarjana Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Djamarah, Syaiful Bakri, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Usaha Nasional Surabaya Endranto, Agung Jaya, 2001. Hubungan Antara Nilai Ujian Masuk FKM UI Dengan Indeks Prestasi Pada mahasiswa SKM Jalur B Angkatan tahun 1998 dan 1999/2000. Skripsi Program Sarjana Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Gulo, W, 2005. Strategi Belajar Mengajar. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. Hague, Paul, 1995. Merancang Kuesioner.Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. Hatta, Gemala R, 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan (Revisi). Jakarta : UI Press
Hastono, Sutanto Priyo, 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hastono, Sutanto Priyo, 2001. Analisis Data. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hidayat, Eka Putra Syarif, 2003. Hubungan Nilai Ujian Masuk Dan Motivasi Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Teknik Radiodiagnostik Politeknik Kesehatan Jakarta II Departemen Keshatan Tahun 2003 . Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Kementerian Kesehatan, 2010. Kurikulum Pendidikan Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II. Kementerian Kesehatan, 2011. Petunjuk Teknis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Pendidikan Tenaga Kesehatan, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Lemeshow, Stanley, et.all, 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University Press,Yogyakarta. Marehwati, Agung, 2002. Hubungan Antara Hasil Ujian Masuk Sipensimaru Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Akademi Kesehatan Gigi Depkes Propinsi Jambi Tahun Ajaran 2000/2001. Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Masoem,Toemin A , 1997. Kualitas Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri. Jurnal Penelitian Makara UI Volume 2 Seri B Edisi Sosial Ekonomi dan Budaya, Universitas Indonesia, Depok. Minarto, Riyadi, 1997. Hubungan Antara Nilai Ujian Masuk Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Akademi Perawatan Depkes Tahun 1997. Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Nasution,1987. Teknologi Pendidikan. CV Jemmars. Bandung. Nurkencana, 2005. Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Usaha Nasional Surabaya Purwanto, M.N, 2000. Prinsip –prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya, Bandung. Pusdiknakes, 2000. Pedoman Petunjuk Teknis Sipenmaru Poltekkes Kemenkes, Jakarta. Sabri, Luknis dan Sutanto Priyo Hastono, 2008. Statistik Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013
Silalahi, Corina D, dkk, 2001. Persepsi Mahasiswa dan Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Mengenai Kualitas Dosen yang Profesional. Jurnal Penelitian Makara UI Volume 5 Seri Sosial dan Humaniora, Universitas Indonesia, Depok. Simanjuntak , Pasaribu, 1980. Proses Belajar Mengajar. Penerbit Tarsito. Bandung. Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.. PT Rineka Cipta, Jakarta. Soekamti, Toeti, dkk, 1993. Prinsip Belajar Dan Pembelajaran, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Sukadji, Soetarlinah, 2000. Sikap dan Kebiasaan Belajar, Indeks Prestasi Kumulatif dan Lama Studi Mahasiswa Psikologi Universitas Indonesia. Jurnal Penelitian Makara UI Volume 4 Seri C Edisi Sosial Ekonomi dan Budaya, Universitas Indonesia, Depok.
Suryabrata,Sumadi,1997. Psikologi Pendidikan,Manajemen PT Raja Grafindo Persada Jakarta,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Turdjai,Heru, 2001. Hubungan Karakteristik mahasiswa Program D III Keperawatan Di DKI jakarta Dengan prestasi Belajar Pada Mata Kuliah Keperawatan Kesehatan Komuniti tahun 1999. Tesis Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Whitherington, 1984. Psikologi Pendidikan. Alih bahasa oleh M.Buchori. Penerbit Aksara Baru , Jakarta. Winkel, WS, 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. PT Grasindo, Jakarta. Winkel, WS, 1991. Psikologi Pengajaran, PT Grasindo, Jakarta.
Prestasi Belajar ..., Rina Efiyanna, FKM UI, 2013