POTRET LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DENGAN DUNIA KERJA DI SMK NEGERI 1 NGAWI SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Desy Ria Ningsih NIM 12110241027
PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEPTEMBER 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO
“Barangsiapa menolong Agama Allah, maka Allah akan menolongnya dan mengukuhkan kedudukannya” (Q.S Muhammad : 7)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...” (Q.S Al-Baqarah : 286)
Setidak berharganya kamu dimata orang lain, kamu tetap harus berharga dimatamu sendiri. Ingat kamu sangat berharga. (Anonim)
“Seorang Intelektual hendaknya tidak terlalu Emosional” (Joko Sri Sukardi)
v
PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan anugerah-Nya, karya ini ku persembahkan untuk : 1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Minu dan Ibu Sripah, yang telah memberikan kasih sayang dan cinta yang tiada terputus selama ini, doa dan dukungan baik moriil, spirituil, dan materiil sehingga penulis berhasil menyelesaikan karya tulis ini. 2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 3. Agama, Nusa dan Bangsa
vi
POTRET LULUSAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DENGAN DUNIA KERJA DI SMK NEGERI 1 NGAWI Oleh : Desy Ria Ningsih /12110241027 Program Studi : Kebijakan Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) daya serap dan tingkat relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya program keahlian Akuntansi dengan dunia kerjanya, (2) bagaimana strategi yang dimiliki oleh pihak sekolah guna menjaga dan meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan, dan (3) faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi di SMK Negeri 1 Ngawi. Subjek dari penelitian ini adalah beberapa Wakil Kepala Sekolah, pengelola BKK, pihak jurusan Akuntansi dan Guru BK SMK Negeri 1 Ngawi. Objek dari penelitian ini adalah data penelusuran lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun 2011-2015 dan data penunjang lainnya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan penelitian di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan analisis dokumentasi. Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi program keahlian akuntansi cukup tinggi yaitu berada di angka 69,90% per tahun, sedangkan tingkat relevansi program keahlian akuntansi berada pada angka 27,12% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, atau 19,19% jika dibandingkan dengan lulusan secara keseluruhan. Strategi yang digunakan sekolah antara lain pengembangan kultur yang mendukung, pelaksanaan praktek kerja Industri (Prakerin), Kunjungan Industri, Bimbingan karir, BKK, Teaching Factory, dan LSP. Faktor pendukung relevansi lulusan dengan dunia kerjanya antara lain, (1) adanya sarana dan prasarana yang mendukung, (2) tenaga pendidik yang berkualitas, (3) adanya BKK, dan lain sebagainya. Faktor penghambatnya adalah terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya pesaing untuk memperoleh pekerjaan. Kata Kunci
: Lulusan SMK, Program Keahlian Akuntansi, Dunia kerja
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia berupa rahmat dan nikmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi dengan baik. Tugas Akhir Skripsi ini memiliki judul “Potret Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntansi dengan Dunia Kerja di SMK Negeri 1 Ngawi”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dan secara umum menambah pengetahuan peneliti dalam hal relevansi pendidikan sehingga besar harapannya dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan ( AprilJuni 2016) ini bisa memberikan rekomendasi kebijakan baik untuk sekolah maupun untuk instansi terkait untuk perbaikan dan kemajuan pendidikan Indonesia. Banyak pihak yang membantu dan mendukung penulis dalam proses penyusunan skripsi ini. Atas bantuan dan dukungan serta motivasinya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada : 1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan saya kesempatan untuk dapat melakukan penyusunan skripsi ini. 2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan sarana dan prasarana, fasilitas, dan telah memberikan ijin penelitian sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. 3. Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Program Studi Kebijakan Pendidikan, yang memberi kelancaran dalam penyusunan skripsi ini.
viii
4. Bapak Drs. Murtamadji, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan dukungan moriil dan memberikan bimbingan yang luar biasa dalam penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir penyusunan. 5. Ibu Nany Sutarini, M.Si (almh) dan Bapak Prof. Dr. Achmad Dardiri, M.Hum, selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa mendampingi proses belajar dan perkuliahan dari awal hingga akhir proses studi. 6. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah 1 dan 4, Ketua Jurusan Akuntansi, Ketua dan Pengurus Bursa Kerja Khusus (BKK), dan Guru BK sekaligus Pengelola BKK SMK Negeri 1 Ngawi, yang telah mengijinkan peneliti untuk melalukan penelitian dan memperoleh data penelitian, serta memberikan dukungan dan kemudahan selama proses penelitian sehingga sangat membantu dalam penyusunan skripsi. 7. Bapak Minu dan Ibu Sripah, selaku orang tua saya, serta Suminem, selaku kakak saya, yang senantiasa memberikan dukungan moriil, materiil dan spiritual sehingga proses penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar. 8. Sahabat seperjuangan saya, Ida Widiyastuti dan Siti Marfuah, serta Siti Basriyah, Khusna Uswatun Khasanah, Rani Rahmawati, Ririn Ristiani, ‘Aisyah, Muhammad Nur, dan sahabat lainnya dari BEM KM UNY 2014 khususnya departemen PSDM dan BEM REMA UNY 2015 khususnya Kementerian Sosial Masyarakat yang senantiasa membagikan semangat dan inspirasinya sehingga proses penyusunan skripsi ini berjalan sangat menyenangkan.
ix
9. Teman-teman seperjuangan Kebijakan Pendidikan kelas A angkatan 2012, yang selalu memberikan dukungan, semangat dan motivasi guna memperlancar proses studi dari awal hingga akhir. 10. Seluruh pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Besar harapan saya, skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti sendiri khususnya, dan bagi pembaca secara umum. Tak lupa saya haturkan permohonan maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu kritik dan saran dari pihak manapun sangat saya harapkan demi perbaikan penyusunan skripsi ini.
Yogyakarta, September 2016
Penulis
x
DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi ABSTRAK ....................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 13 C. Batasan Masalah ....................................................................................... 14 D. Rumusan Masalah ..................................................................................... 14 E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 15 F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 15 BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Daya Serap dan Relevansi Pendidikan ..................................................... 19 B. Kebijakan Pendidikan Kejuruan ............................................................... 26 C. Pendidikan Kejuruan ................................................................................. 28 D. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ........................................................ 32 E. Program Keahlian Akuntansi ................................................................... 40 F. Ketenagakerjaan ........................................................................................ 46 G. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 52 H. Alur Pikir Penelitian ................................................................................ 54 I.
Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 58
xi
Hal BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................... 62 B. Setting Penelitian ...................................................................................... 63 C. Subyek dan Objek Penelitian .................................................................... 64 D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 65 1.
Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 65
2.
Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 67
E. Analisis Data ............................................................................................. 68 F. Uji Keabsahan Data .................................................................................. 70 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ......................................................................................... 72 1.
Profil SMK Negeri 1 Ngawi .............................................................. 72
2.
Kultur Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi .............................................. 78
3.
Profil Program Keahlian Akuntansi ................................................... 86
4.
Pemetaan Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2011-2015 .............. 90
5.
Daya Serap Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntansi dalam memenuhi kebutuhan lapangan Pekerjaaan tahun 2011-2015 ................................................................................ 96
6.
Relevansi Lulusan Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan Pekerjaan ........................................................................... 100
7.
Praktek Kerja Industri dan Kunjungan Industri ................................. 105 a.
Praktek Kerja Industri ................................................................ 105
b.
Kunjungan Industri ..................................................................... 116
8.
Bimbingan Karir ............................................................................... 121
9.
Bursa Kerja Khusus (BKK) ............................................................... 127
10. Teaching Factory ............................................................................... 132 11. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) ................................................... 139 12. Faktor Pendukung Relevansi Lulusan dengan Lapangan pekerjaan ............................................................................................ 146 13. Faktor Penghambat Relevansi Lulusan dengan Lapangan Pekerjaan dan alternatif pemecahannya ............................................. 154
xii
Hal B. Pembahasan 1.
Tingkat Relevansi Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan Pekerjaan ............................. 161
2.
Strategi dalam Upaya meningkatkan Relevansi lulusan dengan Dunia kerja ......................................................................................... 169
3.
Faktor Pendukung dan Penghambat tingkat relevansi lulusan dengan Lapangan Kerja ..................................................................... 179
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................... 186 B. Saran ......................................................................................................... 188 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 189 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL Hal Tabel 1. Kompetensi Dasar Pengantar Akuntansi Kurikulum 2013 ................ 41 Tabel 2. Minat Masyarakat pada SMK Negeri 1 Ngawi dilihat dari jumlah pendaftar tahun 2011/2012-2015/2016 .............................................. 75 Tabel 3. Calon Peserta Didik SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2016/2017 jalur PPDB.................................................................................................. 86 Tabel 4. Pemetaan Lulusan Program Keahlian Akuntansi tahun 2011-2015 .. 91 Tabel 5. Analisis masa tunggu penempatan BKK SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2014 ......................................................................................... 98 Tabel 6. Daya Serap lulusan program keahlian Akuntansi tahun 2011-2015 .. 99 Tabel 7. Tingkat relevansi rerata program keahlian Akuntansi dibandingkan dengan program keahlian lain di SMK Negeri 1 Ngawi ................... 102 Tabel 8. Daftar instansi yang digunakan untuk Praktek Kerja Industri Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi ........................ 110 Tabel 9. Daftar Nama Asesor Kompentensi LSP SMK Negeri 1 Ngawi ........ 145 Tabel 10. Daya Serap Lulusan Program keahlian akuntans tahun 2011-2015 ........................................................................................ 162 Tabel 11. Tingkat relevansi rata-rata program keahlian akuntansi ................. 163
xiv
DAFTAR GAMBAR Hal Gambar 1. Alur Pikir Penelitian ....................................................................... 54 Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian............................................................... 57 Gambar 3. Komponen Analisis data (interactive model) Model Miles and Huberman ....................................................................................... 68 Gambar 4. Struktur Organisasi Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi ...................... 76 Gambar 5. Struktur Organisasi Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi ............................................................................................ 88 Gambar 6. Diagaram pemetaan lulusan program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi .................................................................... 95 Gambar 7. Diagram baris tingkat relevansi program keahlian Akuntansi dengan program keahlian lainnya di SMK Negeri 1 Ngawi .......... 101 Gambar 8. Struktur Organisasi Bank Mini “Berjuang” SMK Negeri 1 Ngawi ........................................................................................... 135 Gambar 9. Struktur Organisasi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) SMK Negeri 1 Ngawi ............................................................................... 141 Gambar 10. Diagram Pie pemetaan lulusan Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi .................................................................. 165 Gambar 11. Diagram baris pemetaan lulusan Akuntansi dengan Lapangan pekerjaan ...................................................................................... 166 Gambar 12. Diagram pie relevansi rata-rata lulusan Program keahlian Akuntansi dengan lapangan pekerjaan tahun 2011-2015 ............. 167
xv
DAFTAR LAMPIRAN Hal Lampiran 1. Surat perijinan penelitian ............................................................ 192 Lampiran 2. Pedoman Pengambilan Data ........................................................ 196 Lampiran 3. Panduan Wawancara.................................................................... 197 Lampiran 4. Pedoman Analisis Dokumentasi .................................................. 205 Lampiran 5. Profil SMK Negeri 1 Ngawi ........................................................ 207 Lampiran 6. Data Penelusuran Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi ....................... 213 Lampiran 7. Analisis Data Penelusuruan Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi ....... 236 Lampiran 8. Transkrip Wawancara ................................................................. 244 Lampiran 9. Reduksi data hasil wawancara. ................................................... 257
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi yang terjadi saat ini memberikan dampak pada berbagai bidang kehidupan, baik ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan bidang lainnya. Salah satu wujud globalisasi yang dapat dirasakan langsung adalah kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang menjadi tantangan bagi seluruh negara, utamanya negara maju dan negara berkembang. Globalisasi merupakan suatu proses mendunia. Globalisasi sendiri berasal dari bahasa inggris
yaitu
Globalization.
Kata
"Global"
berarti
mendunia
sedangkan "Lization" berarti proses. Globalisasi mengakibatkan suatu negara semakin kecil, karena kemudahan dalam berinteraksi antarnegara baik dalam bidang perdagangan, teknologi, arus komunikasi, gaya hidup serta interaksi-interaksi lain. Globalisasi memiliki dampak yang dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung serta dampak positif dan dampak negatif. Zakapedia (2014) menyampaikan bahwa dampak dari globalisasi antara lain sebagai berikut, sebagai dampak positif antara lain (a) Komunikasi yang semakin cepat dan mudah; (b) Meningkatnya taraf hidup dari masyarakat; (c) Mudahnya mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan; (d) Tingkat pembangun yang semakin tinggi; (e) Meningkatnya turisme dan pariwisata; serta (f) Meningkatnya ekonomi menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Selain memiliki dampak positif, globalisasi tentunya memiliki dampak negatif. Dampak negatif dari
1
terjadinya globalisasi antara lain (a) Informasi yang tak terkendali; (b) Timbulnya sikap yang ala kebarat-baratan; (c) Munculnya sikap individualisme;
(d) Berkurang sikap solidaritas, gotong royong,
kepedulian dan kesetiakawanan; (e)Perusahaan dalam negeri lebih mementingkan perusahaan dari luar ketimbang perusahaan yang ada dalam negeri membuat perusahaan dalam negeri sulit berkembang; (f) Berkurangnya tenaga kerja pertanian akibat dari sektor industri yang menyerap seluruh petani; dan (g) Budaya bangsa akan terkikis. Demikianlah bagaimana globalisasi memberi pengaruh terhadap seluruh negara di seluruh lapisan dunia ini. Tantangan di wilayah Asia Tenggara adalah munculnya kesepakatan dibidang ekonomi yang menuntut keterbukaan antara negara anggotanya. Seperti
yang
dilansir
dari
halaman
web
BBC
Indonesia
(www.bbc.com/indonesia) disampaikan bahwa lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin ASEAN
sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di
kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 yang lalu. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
2
Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN
berdampak pada
perdagangan bebas yang mencakup barang dan jasa antar sesama negara anggota ASEAN menjadi tidak terbatas. Hal ini membawa dampak, terutama bagi pekerja ASEAN dalam bidang tenaga medis, arsitek, dokter gigi, perawat, akuntan, tenaga riset dan pariwisata yang kini dapat bekerja di negara-negara yang menjadi anggota ASEAN bila memiliki spesialisasi yang dibutuhkan. Agar pekerja Indonesia tidak kalah bersaing, menurut seorang ekonom, Kresnayana Yahya, dalam www.bbc.com/Indonesia, mengatakan para pekerja harus pandai membekali diri dengan berbagai keterampilan dan kemampuan seperti berbahasa asing terutama bahasa Inggris, dan mengikuti berbagai pelatihan. Dia menambahkan bahwa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bisa menjadi kesempatan emas bagi profesional Indonesia untuk mendapatkan pengalaman bekerja di luar negeri mulai dari level staf, supervisor, manajer hingga direktur. Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia memang harus dipersiapkan sebaik mungkin, sehingga siap dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada taraf regional Asia Tenggara, maupun dalam menghadapi globalisasi. Fakta yang terjadi di lapangan belum menunjukkan hal tersebut. Berdasarkan laporan Indeks Sumber Daya Manusia (SDM) 2015 yang diterbitkan oleh Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum/ WEF) disampaikan bahwa Indonesia menduduki urutan ke-69 dari 124 negara. Hal ini menunjukkan penurunan, karena dua tahun yang lalu Indonesia
3
menduduki peringkat ke-53 dari 124 negara. Sekalipun pemerintah telah menaikkan sumber anggara pendidikan nasional, setidaknya dua tahun belakangan ini pemerintah telah menunjukkan komitmen melalui kenaikan anggaran pendidikan sebesar 7,5 persen pada APBN 2014 sebesar Rp 371,2 triliun (20,39 persen dari APBN 2014) dibandingkan dengan 2013 yang hanya Rp 345,3 triliun. Porsi sektor pendidikan di APBN-P 2015 meningkat hingga 0,2 persen menjadi Rp 408,5 triliun. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi hingga tingkat kualitas SDM Indonesia tertinggal dari negara lain. Mulai dari kualitas dan kuantitas pendidikan kejuruan yang dimiliki hingga tingkat kemudahan dalam berbisnis yang berpengaruh pada jumlah tenaga kerja yang berwirausaha. Belum banyaknya masyarakat Indonesia yang berkeinginan untuk berwirausaha mengakibatkan tingginya angka pengangguran di Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) (dalam laman resmi BPS http://www.bps.go.id/ ) terkait dengan pengangguran terbuka menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan pada tahun 20132014. Data tersebut menyampaikan bahwa angka pengangguran pada dua tahun terakhir telah menyentuh angka lebih dari 7.100.000-7.200.000 orang. Sekalipun mengalami penurunan dari tahun 2013, namun angka ini merupakan angka yang cukup tinggi. Tahun 2016 ini, diprediksi angka pengangguran ini akan terus meningkat seiring dengan adanya isu penutupan industri besar yang memiliki tenaga kerja yang banyak. Fakta ini menunjukkan bahwa sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia untuk
4
masyarakat Indonesia, baik yang berpendidikan tinggi, maupun bagi mereka yang belum pernah sekolah sekalipun. Selain minimnya lapangan pekerjaan yang ada, hal ini juga menunjukkan bahwa lulusan yang dihasilkan belum memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha atau dunia industri yang ada. Angka di atas dapat dijadikan salah satu sudut pandang untuk menilai bahwa kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia masih rendah. Pendidikan memiliki peran yang strategis dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dan juga untuk mengatasi permasalahan di atas. Pendidikan memiliki peran dalam menjawab tantangan globalisasi, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut, serta terbukanya persaingan ekonomi, utamanya terkait dengan tenaga kerja. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran yang penting dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya saing yang tinggi untuk menghadapi kondisi tersebut. Berdasarkan buku Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) ketetapan MPR RI No IV/MPR/73 diketahui bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup (Sutari, 1989: 29). Pendidikan diharapkan mampu menciptakan orang-orang yang berpendidikan. Achmad Dardiri (2013: 4) menyatakan bahwa orang yang berpendidikan merupakan
orang yang
mampu mengombinasikan keahlian dalam beberapa keterampilan termasuk kemampuan sosial dengan kebaikan karakter dan penilaian yang bijak.
5
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, tentu saja tidak lepas dari permasalahan. Mulai dari rendahnya kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan, efektifitas dan efisiensi pendidikan, dan relevansi pendidikan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas. Masing-masing permasalahan tersebut akan memiliki dampak negatif untuk peningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Salah satu permasalahan yang belum dapat diselesaikan secara tuntas adalah rendahnya relevansi pendidikan di Indonesia. Riskamayanti (2012) menyampaikan bahwa masalah relevansi pendidikan yaitu masalah yang berhubungan dengan kesesuaian atas pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh lulusan suatu sekolah dengan kebutuhan masyarakat (kebutuhan tenaga kerja). Hal ini tidak terjadi maka dampak yang ditimbulkan atas ketidaksesuaian tersebut, atau biasa disebut dampak tidak relevannya pendidikan, yaitu: 1.
Bagi perusahaan-perusahaan, setelah melakukan rekruitmen masih harus mengeluarkan anggaran untuk pendidikan atau pelatihan bagi calon
karyawannya,
karena
mereka
dinilai
belum
memiliki
keterampilan kerja seperti yang diharapkan. 2.
Bagi jenjang pendidikan selanjutnya, banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan selanjutnya.
3.
Banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.
6
4.
Jumlah angka pengangguran yang semakin meningkat di Indonesia. Sebagai upaya untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan atas
tidak relevansinya pendidikan di Indonesia, serta sebagai upaya untuk mengurangi angka pengangguran di Indonesia, dan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap kerja, maka pemerintah memutuskan untuk menciptakan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan merupakan jenjang pendidikan yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan menekankan pada kompetensi yang dimiliki oleh siswa. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki beberapa rumpun, antara lain Bisnis dan manajemen, Pariwisata, Teknologi Komputer dan Jaringan, dan banyak lainnya. Yang kemudian dari rumpunrumpun di atas memiliki Program Keahlian masing-masing. Menurut Ace Suryadi, di Indonesia memiliki kebijakan perluasan SMK yang cukup bervariasi dari menteri satu dengan menteri yang selanjutnya. Pada tahun 1990-an sampai tahun 2003, kebijakan perluasan pendidikan menengah kejuruan menganut teori vocational school fallacy karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan saat itu tidak memiliki pandangan untuk memperluas SMK, namun lebih memandang penting peningkatan relevansi SMK dengan dunia kerja yang dibutuhkan. Tahun 2005 mulai muncul kebijakan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Mendiknas) terkait dengan perluasan jumlah SMK dan mengonstankan jumlah SMA (Sekolah Menengah Atas) dengan tujuan untuk memperbesar proporsi SMK lebih besar daripada SMA. Hal ini
7
dimaksudkan agar jumlah siswa SMK semakin besar dan SMA semakin menurun, sehingga pada tahun 2015 ini proporsi SMA dan SMK yaitu 30:70. Kebijakan ini didasarkan pada asusmsi bahwa lulusan SMK mampu mengembangkan kecakpaan dan keterampilan kerja lulusannya, sedangkan SMA dirancang sebagai program untuk
pendidikan akademis yang
dirancang agar lulusannya dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS, terkait dengan jumlah pengangguran di Indonesia berdasarkan pendidikan tertinggi yang pernah ditamatkan, diketahui bahwa dari tahun 2013 ke 2014 jumlah pengangguran di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu dari 1.258.201 menjadi 1.332.521 pada bulan Agustus pada masing-masing tahun. Jumlah ini juga memberikan sumbangan 18,39 % dari jumlah pengangguran keseluruhan. Pemberitaan yang dilansir oleh viva.co.id yang diterbitkan pada kamis, 5 November 2015, diketahui bahwa Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS, Razali Ritonga, menyampaikan bahwa alasan banyaknya pengangguran dari tingkat SMK adalah karena minimnya kemampuan mereka untuk pindah ke sektor lain yang tidak sesuai dengan keahliannya., dengan kata lain lulusan SMK memiliki kompetensi keahlian yang terbatas dan sulit beradaptasi dengan lingkungan atau sektor kerja yang baru dan berbeda dengan kompetensi keahlian mereka. Lulusan pendidikan yang seharusnya menjadi modal dan motor penggerak pembangunan, ternyata sebaliknya menjadi beban pembangunan.
8
Potensi dan kebutuhan masing-masing wilayah seharusnya menjadi dasar acuan pengembangan program keahlian di SMK. Sesuai dengan tujuan pendidikan SMK, yaitu membekali peserta didik dengan keterampilan tertentu untuk memasuki dunia kerja/dunia usaha, maka pengembangan SMK harus selalu mengacu pada kebutuhan pasar kerja. Namun pengembangan SMK bukan sekedar pada memperbesar jumlah unit SMK dan jumlah siswa, tetapi bagaimana keberadaan SMK jika dikaitkan dengan potensi wilayah daerah. Sudah menjadi masalah klasik bagi dunia pendidikan SMK di Indonesia pada umumnya, bahwa link and match antara output pendidikan SMK dengan dunia usaha/dunia industri (DU/DI) sebagai pengguna output pendidikan SMK belum tercapai. Diantara kebutuhan tersebut, kebutuhan atau tuntutan dunia kerja/usaha/industri, dirasakan amat mendesak, maka prioritas “link and match” diberikan pada pemenuhan kebutuhan dunia. Salah satu masalahnya terletak pada kualitas lulusan SMK yang belum sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan pasar tenaga kerja. Pekerjaan yang dilakukan oleh lulusan dari SMK saat ini pun belum tentu sesuai (relevan) dengan Program Keahlian yang dulu diambil ketika menempuh pendidikan SMK. Banyak sekali terjadi bahwa lulusan dengan keahlian akuntansi misalnya, mendapat pekerjaan sebagai buruh pabrik elektronik, atau bahwa menjadi buruh pabrik salah satu produk makanan, sedangkan pekerjaan yang sesuai atau yang relevan dengan Program Keahlian Akuntansi antara lain adalah teknisi akuntansi pelaksana,
9
pelaksana lembaga keuangan perbankan, pelaksana lembaga keuangan bukan bank, dan lain sebagainya. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti memiliki ketertarikan untuk melakukan penelitian terkait dengan daya serap dan relevansi SMK, khususnya Program Keahlian akuntasi, yang dikenal sebagai Program Keahlian yang memiliki banyak peminat, dan hampir seluruh SMK di Ngawi memiliki Program Keahlian tersebut, dengan lapangan pekerjaan yang disediakan. Melihat pada analisis kebutuhan maka dapat dianalisis bahwa penduduk Kabupaten Ngawi sebagian besar bergantung pada pertanian, dengan semakin majunya jaman yang ada, maka yang dibutuhkan oleh masyarakat Ngawi atau kabupaten Ngawi pada umumnya adalah lulusan dibidang teknologi pangan, atau teknologi pertanian. Namun Program Keahlian yang memiliki banyak peminat adalah Program Keahlian akuntansi, TKJ, Pemasaran dan sebagainya. Program Keahlian akuntansi merupakan Program Keahlian yang bisa dikatakan paling awal berdiri dan memiliki peminat yang tinggi dari dahulu hingga sekarang. Akuntansi secara umum merupakan ilmu untuk menghitung keuangan dari sebuah instansi. Kompetensi lulusan yang telah menempuh pendidikan di program keahlian akuntansi memiliki kemampuan untuk memproses dokumen yang berkaitan dengan keuangan, mulai dari kas kecil, dokumen kas bank, entry jurnal, mengelola buku besar, neraca, laporan keuangan, serta dapat mengoperasikan aplikasi program pengolah angka seperti Ms. Excel dan aplikasi komputer akuntansi seperti MYOB. Seperti yang telah disampaikan
10
di atas, program keahlian akuntansi seharusnya bekerja di bidang keuangan kelembagaan secara formal, misalnya teknisi akuntansi pelaksana, pelaksana lembaga keuangan perbankan, pelaksana lembaga keuangan bukan bank, dan lain sebagainya. Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang terdapat di Kabupaten Ngawi yang memiliki program keahlian akuntansi sebagai program keahlian yang memiliki banyak peminat adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Ngawi. Sebagai salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang bisa dikatakan favorit di Kabupaten Ngawi, sekolah ini beralamat di Jalan Teuku Umar No. 10, Ngawi, Jawa Timur. Terletak tepat di pusat Kabupaten Ngawi, sebelah timur berbatasan dengan Kantor Bupati Ngawi, Sebelah Selatan berbatasan dengan Alun-Alun Kota Ngawi, sebelah Uojiptara berbatasan dengan SMP Negeri 1 Ngawi, serta sebelah barat berbatasan dengan jln. Ronggowarsito, sekolah ini bisa dikatakan sangat strategis.SMK Negeri 1 Ngawi telah memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK) untuk menyalurkan lulusannya pada dunia kerja. Bursa Kerja Khusus ini telah memiliki banyak jaringan dengan berbagai perusahaan dan industri baik ditingkat Kabupaten, tingkat provinsi, nasional maupun internasional, sehingga beberapa lulusan dari sekolah lain pun banyak yang mengikuti program dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi ini. Keberadaan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK Negeri 1 Ngawi ini memberikan jaminan kepada lulusan untuk dapat memperoleh pekerjaan setelah siswa tersebut dinyatakan lulus. Fakta yang terdapat di lapangan
11
tetap terdapat lulusan yang belum bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. Seperti yang telah dicontohkah sebelumnya, lulusan program keahlian akuntansi bekerja di pabrik salah satu makanan instan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menggali dan memberikan informasi terkait dengan relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntansi terhadap lapangan pekerjaan, serta untuk mengetahui bagaimana daya serap dan tingkat relevansi pendidikan, khususnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, serta sebagai upaya untuk menggali bagaimana langkah strategis yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menjaga dan meningkatkan relevansi lulusan, utamanya program keahlian Akuntansi. Peneliti, dalam penelitian ini, melakukan pembatasan pada Program Keahlian Akuntasi, rumpun Bisnis Manajemen dan lapangan pekerjaan yang dimaksudkan disini adalah instansi-instansi yang memiliki jobdesk sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh siswa lulusan program keahlian akuntansi. Penelitian ini juga mengungkap faktor pendukung dan faktor penghambat apa saja yang dihadapi oleh sekolah, SMK Negeri 1 Ngawi, dalam menjaga dan meningkatkan relevansi lulusannya dengan dunia kerja yang tersedia.
12
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diketahui beberapa permasalahan, antara lain sebagai berikut ini : 1. Globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN menjadi tantangan untuk pendidikan di Indonesia, utamanya dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) 2. Rendahnya kualitas sumber daya Manusia di Indonesia dalam menghadapi kemajuan teknologi dan informasi. 3. Tingginya angka pengangguran di Indonesia, khususnya pengangguran terdidik mulai dari jenjang SMP sederajat, SMA/SMK sederajat, D3, S1 dan sebagainya. 4. Adanya kesenjangan antara kurikulum SMK dengan kemajuan dunia industri, dunia usaha dan dunia kerja. 5. Banyaknya lulusan SMK yang tidak bekerja sesuai dengan Program Keahlian yang telah ditempuh di SMK. 6. Keberadaan Bursa Kerja Khusus (BKK) di SMK Negeri 1 Ngawi, belum menjadikan jaminan bahwa lulusan dari SMK Negeri 1 Ngawi dapat bekerja sesuai dengan program keahlian. 7. Banyak lulusan SMK, khususnya Program Keahlian akuntansi yang tidak bekerja sesuai dengan bidang keahliannya. 8. Terdapat lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntansi yang bekerja tidak sesuai dengan bidang keahliannya.
13
C. Batasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti memberikan batasan masalah berupa batasan masalah Konseptual dan batasan Kontekstual. Batasan Konseptual dari penelitian ini adalah Daya Serap dan Relevansi Lulusan SMK Program Keahlian
Akuntansi
dengan
lapangan
kerja.
Sedangkan
batasan
kontekstualnya adalah menelusuri lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntasi dari tahun 2011-2015.
D. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Daya Serap dan Relevansi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi ? 2. Bagaimana strategi Sekolah dalam menjaga dan meningkatkan Daya Serap dan Relevansi Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi ? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat daya serap dan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi ?
14
E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Daya serap dan relevansi lulusan SMK Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan Pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi. 2. Langkah strategis sekolah dalam menjaga dan meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan SMK program keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi. 3. Faktor pendukung dan penghambat guna meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Untuk Peneliti a. Peneliti dapat mengetahui bagaimana daya serap dan relevansi pendidikan, khususnya lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan Lapangan Pekerjaan yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi. b. Peneliti dapat mengetahui informasi terkait relevansi antara Program Keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi. c. Peneliti dapat mengetahui informasi terkait strategi sekolah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam menjaga
15
dan meningkatkan relevansi lulusan SMK, program keahlian Akuntansi, dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi. d. Peneliti dapat mengetahui tentang faktor pendukung dan penghambat guna meningkatkan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi. 2. Untuk Instansi a. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi Sebagai informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan khususnya pada Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi, Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, khususnya terkait dengan daya serap dan relevansi SMK dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi, khususnya program keahlian Akuntansi. b. Untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Ngawi 1) Sebagai informasi terkait dengan daya serap dan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya program keahlian Akuntansi dengan dunia kerja. 2) Sebagai pengetahuan baru, terkait dengan strategi yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk menjaga dan meningkatkan daya serap dan relevansi pendidikan, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan lapangan pekerjaan. 3) Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kebijakan tingkat sekolah untuk menjaga dan meningkatkan
16
daya serap dan relevansi pendidikan, khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masing-masing, guna menciptakan penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan. 4) Sebagai informasi terkait faktor pendukung dan penghambat guna meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi. 5) Sebagai alternatif untuk memecahkan permasalahan yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi khususnya yang berkaitan dengan daya serap dan relevansi lulusannya dengan dunia kerja. 3. Untuk Masyarakat Umum a. Sebagai Informasi untuk masyarakat dalam upaya pencerdasan dan penyadaran terkait daya serap dan relevansi pendidikan, dalam hal ini lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi. b. Memberi
motivasi
pada
masyarakat,
utamanya
pada
penyelenggaraan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang baik, bukan hanya pada proses saja, namun juga sampai pada output dan outcome. c. Untuk memberi informasi kepada masyarakat terkait langkah strategis yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menjaga dan
17
meningkatkan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) utamanya program keahlian Akuntansi. d. Sebagai informasi kepada masyarakat secara umum terkait dengan faktor pendukung dan penghambat guna meningkatkan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi.
18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Daya Serap dan Relevansi Pendidikan Langeveld dalam Hasbullah (2006: 2) menyatakan bahwa pendidikan merupakan setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak dengan tujuan untuk mendewasakan anak tersebut, atau dengan kata lain membantu anak agar cukup terampil dalam melaksanakan tugas dan dapat hidup secara mandiri. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa : “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi didirnya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Crow and Crow, dalam Nanang Fattah (2012: 39), menyampaikan bahwa pendidikan seharusnya memiliki fungsi yang dikenali sebagai panduan dan pedoman bagi pembelajar, bersifat menyeluruh mulai dari tahapan keinginan, kebutuhan dan potensi yang akan memastikan dirinya suatu kepuasan pribadi dan pola hidup sosial yang diharapkan. Nanang Fattah (2012: 40) pendidikan diarahkan dalam upaya untuk beberapa hal berikut ini. a. Pengembangan Manusia sebagai Makhluk Individu Pendidikan selalu berusaha mengembangkan peserta didik agar mampu hidup secara mandiri. Pendidikan memberikan bantuan agar anak bisa menolong dirinya sendiri, melalui berbagai pengalaman di dalam
19
berbagai hal seperti konsep, generalisasi, kreativitas, keterampilan, dan lain sebagainya agar ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dapat berkembang secara optimal. b. Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial Selain berkembang sebagai makhluk individu, manusia juga perlu melakukan interaksi sosial dengan sesamanya. Pendidikan memiliki peran untuk mengembangkan suatu keadaan yang seimbang antara aspek individu dan aspek sosial manusia. c. Pengembangan manusia sebagai makhluk susila Melalui pendidikan dikembangkan manusia yang memiliki tata susila, anak didik diupayakan untuk mendukung norma kaidah dan nilai-nilai susila serta sosial yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. d. Pengembangan manusia sebagai makhluk beragama Pendidikan diusahakan mampu untuk mengembangkan dan membekali anak didiknya untuk memahami agama yang dianutnya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. e. Pengembangan manusia sebagai makhluk profesi Manusia secara umum dituntut untuk dapat hidup dengan memiliki keahlian dan keterampilan. Dalam hal ini, pendidikan memiliki peran untuk membekali anak didik dengan berbagai keahlian yang dapat dijadikan bekal hidupnya dan menjadi lebih bermartabat. Terkait dengan arah pendidikan yang terakhir, maka akan berkaitan dengan bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik untuk
20
memperoleh keterampilan untuk dapat memperoleh profesi atau pekerjaan. Terkait dengan hal tersebut, maka pendidikan akan terkait dengan bagaimana menciptakan lulusan yang dapat diterima di masyarakat secara umum maupun dalam dunia kerja secara khusus. Oleh karena itu, daya serap lulusan suatu instansi pendidikan menjadi hal yang perlu diperhatikan guna menjaga kualitas pendidikan secara umum. Daya serap lulusan yang dimaksud disini adalah bagaimana lulusan dari suatu instansi pendidikan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mampu diterima di dunia kerja. Dalam mendukung daya serap lulusan SMK, maka inovasi terkait pendidikan kejuruan telah dilaksanakan, yaitu perubahan dari pendekatan supply driven ke pendekatan demand driven. Wardiman Djojonegoro (1998: 70), demand driven justru mengharapkan pihak dunia usaha, dunia industri dan dunia kerja memiliki peran yang menentukan, mendorong dan menggerakan pendidikan kejuruan, karena pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan tenaga kerja. Ali Muhson, dkk (2012) menyatakan bahwa relevansi pendidikan dalam arti adanya kesepadanan atau kesesuaian dalam bentuk link and match. Pendidikan sampai saat ini masih dianggap sebagai unsur utama dalam pengembangan Sumber Daya Manusia. SDM lebih bernilai jika memiliki
sikap,
perilaku,
wawasan,
kemampuan,
keahlian
serta
keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan berbagai bidang dan sektor. Dengan demikian, dapat kita ketahui bagaimana pentingnya pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar
21
memiliki kualifikasi yang sama atau sejajar dengan manusia lain, baik dalam taraf nasional, regional, maupun pada taraf Internasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 943) menyatakan bahwa relevansi memiliki arti hubungan; kesesuaian; kaitan dengan tujuan; berguna secara langsung dengan apa yang dibutuhkan. Secara ajektif, relevansi memiliki arti (1) terkait dengan apa yang sedang terjadi atau dibahas; (2) benar dan atau sesuai untuk tujuan tertentu. Sebagai kata benda, relevansi memiliki arti tingkat kerterkaitan atau kebermaknaan sesuatu dengan apa yang terjadi atau dibahasnya. Relevansi pendidikan adalah tingkat keterkaitan tujuan maupun hasil keluaran program ditinjau dari ukuran ideal secara normatif yang didukung oleh ketepatan unsur masukan, proses, dan keluaran. Hal ini tertulis dalam Panduan Akreditasi tahun 2004 dalam Ali Muhson,dkk (2012: 46). Oemar Hamalik (2013: 45) menyampaikan bahwa relevansi harus berkaitan dengan masalah dunia kerja (vocation), kependudukan (citizenship), dan berbagai aktivitas masyarakat lainnya yang menyangkut budaya,
sosial,
politik
dan
sebagainya.
Riskamayanti
(2013)
menyampaikan bahwa relevansi pendidikan adalah sejauh mana sistem pendidikan yang telah diimplementasikan dapat mencetak luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah-masalah seperti yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional. Soemantri dkk (2010: 2) menyatakan bahwa relevansi pendidikan dapat ditunjukkan dengan profil pekerjaan (jenis dan tempat kerja),
22
relevansi pekerjaan dengan latar belakang pendidikan, manfaat mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum dengan pekerjaan yang diperoleh, saran lulusan untuk perbaikan kompetensi lulusan. Relevansi lulusan juga dapat dinilai melalui pendapat dari pihak pengguna lulusan tentang kepuasan pengguna lulusan, kompetensi lulusan, dan saran lulusan untuk perbaikan kompetensi lulusan. Rizha S. Sadjad dalam Ali Muhson, dkk (2012: 47) menyatakan bahwa relevansi merupakan komponen yang terpenting karena relevansi merupakan faktor yang menentukan eksistensi dari lembaga pendidikan yang bersangkutan. Suatu lembaga pendidikan, misalnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) akan dikatakan baik atau buruk berdasarkan dari faktor relevansi, yaitu seberapa besar sekolah tersebut keseluruhan atau sebagian besar dari lulusannya dapat diserap dalam lapangan kerja yang tersedia dan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, baik ditingkat lokal, nasional, regional, maupun pada taraf internasional. Ketika luaran pendidikan, SMK, dapat mengisi lapangan pekerjaan yang dibutuhkan maupun seluruh aspek pembangunan yang dibutuhkan, seperti sektor produksi, maka relevansi pendidikan tersebut dapat dikatakan tinggi. Relevansi pendidikan menengah kejuruan bagi siswa atau lulusan terkait dengan lulusan yang memperoleh pekerjaan atau dapat melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi yang sesuai dengan program keahlian yang telah ditempuh sebelumnya. Disampaikan oleh Bowman, M.J dalam Trijahjo (2005: 56) terdapat 3 hal penting yang perlu diperhatikan, yakni :
23
1. Isi atau kurikulum yang dipelajari dalam sekolah dasar mungkin tidak begitu penting dalam bersedianya siswa dalam belajar sendiri merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki 2. Tingkat relevansi, jika itu dapat tercapai akan sedikit memberi manfaat ketika biaya dan kelayakan diabaikan. 3. Upaya untuk membuat isi atau kurikulum yang relevan dengan kebutuhan terlalu singkat untuk melakukan pendekatan vokasional sebuah bentuk dapat menjadi dan seringnya terjadi disfungsi Relevansi pendidikan disini berhubungan dengan dunia kerja dan atau dunia industri maupun dengan dunia pendidikan. Riskamayanti (2012) menyampaikan bahwa relevansi pendidikan dapat dilihat dengan mengikuti alur input-proses-output. Masukan (input) dalam komposisi tertentu yang diproses dengan metode tertentu akan membuahkan dua macam hasil, yaitu hasil jangka pendek (output) dan hasil jangka panjang (outcome). 1.
Input pendidikan terdiri atas kurikulum, siswa/peserta didik, guru/tenaga pendidik, sarana-prasarana, dana, dan masukan lain.
2.
Proses pendidikan meliputi seluruh proses pembelajaran yang terjadi sebagai bentuk interaksi dari berbagai input pendidikan.
3.
Hasil pendidikan (output) mencakup antara lain kemampuan peserta didik, yang dapat diukur melalui prestasi belajar siswa.
4.
Outcome pendidikan antara lain peningkatan mutu lulusan, yang dapat dilihat antara lain melalui jumlah lulusan yang melanjutkan
24
ke jenjang pendidikan berikutnya dan jumlah lulusan yang dapat bekerja. Oleh karena itu, mutu input dan mutu proses merupakan faktor penentu mutu hasil, baik yang berupa hasil jangka pendek maupun hasil jangka panjang. Beberapa faktor yang berkenaan dengan input pendidikan dapat dikelompokkan kedalam faktor rumah atau keluarga, faktor sekolah, dan faktor siswa. Diantara ketiganya, sekolah merupakan komponen input yang paling erat hubungannya dengan kebijakan pendidikan. Kriteria relevansi seperti yang dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut: 1. Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya. 2. Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan luaran siap pakai. Yang ada ialah siap kembang. 3. Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratannya yang dapat dugunakan sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia. (Riskamayanti ; 2013) Sehingga dalam penelitian ini, peneliti memaknai relevansi pendidikan sebagai suatu keterkaitan antara kompetensi, keahlian dan pengetahuan yang diperoleh dan dimiliki oleh lulusan dari suatu instansi pendidikan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan lapangan pekerjaan yang diperoleh. Kesesuaian inilah yang akan menjadi tolok ukur,
25
apakah instansi atau jurusan tersebut memiliki relevansi yang rendah atau tinggi.
B. Kebijakan Pendidikan Kejuruan Kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik yang berfokus pada aspek pendidikan. H.A.R Tilaar (2008: 140) menyampaikan bahwa : “kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu” Struktur kebijakan makro pelaksanaan pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Standart Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Dalam Undang-Undang Standart Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 15, menyatakan bahwa jenjang pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Pasal 18 Undang-undang Sisdiknas ayat (2) dan (3) menyebutkan bahwa pendidikan menengah terdiri dari pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Fungsi pendidikan kejuruan diatur dalam Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 pasal 76 ayat (2) disebutkan : (a) meningkatkan, menghayati,
26
dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, akhlak mulia, dan kepribadian luhur, (b) meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air, (c) membekali peserta didik dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan masyarakat, (d) meningkatkan kepekaan dan kemampuan mengapresiasi serta mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni, (e) menyalurkan minat dan bakat dibidang olahraga dan (f) meningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk hidup mandiri di Masyarakat. Sasaran dan tujuan pendidikan kejuruan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 19 Tahun 2005 Pasal 26 ayat 3 sebagai pendidikan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan bidang kejuruannya. Terkait dengan kerangka kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 tahun
2013, tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) Dikmenjur (2000) mengatakan bahwa hasil kerja pendidikan harus mampu menjadi pembeda dari segi unjuk kerja, produktifitas, dan kualitas hasil kerja dibandingkan dengan tenaga kerja tanpa pendidikan kejuruan. Jadi pendidikan kejuruan adalah suatu lembaga yang melaksanakan proses
27
pembelajaran keahlian tertentu beserta evaluasi berbasis kompetensi, yang mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja setingkat teknisi.
C. Pendidikan Kejuruan Pendidikan kejuruan merupakan bagian dari program yang dirancang
untuk
menyiapkan
individu
untuk
pekerjaan
yang
menguntungkan sebagai pekerja semi trampil atau trampil penuh atau teknisi atau bagian dari profesionalis yang dibutuhkan dalam pekerjaan atau jabatan baik untuk jabatan baru atau jabatan atau pekerjean mendesak ( Putu Sudira, 2012:10). Definisi Pendidikan kejuruan yang dikemukakan dalam United States Congress, dalam Wardiman Djojonegoro (1998: 34), merupakan salah satu program pendidikan yang secara langsung dapat dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk suatu pekerjaan tertentu atau merupakan pendidikan untuk mempersiapkan karir seseorang. Dari pengertian ini, dapat diartikan bahwa pendidikan kejuruan merupakan suatu proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk menyiapkan peserta didik yang ada dalam memasuki dunia kerja. Putu Sudira (2012: 11) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan di Indonesia merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk
bekerja dalam bidang tertentu.
Indonesia
menempatkan pendidikan kejuruan sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional untuk menyiapkan lulusan bekerja atau melanjutkan kejenjang lebih tinggi atau bekerja mandiri berwirausaha. Rupert Evans, dalam
28
Wardiman Djojonegoro (1998: 36), menyampaikan bahwa pendidikan kejuruan memiliki tujuan untuk : (a) memenuhi kebutuhan masyarakat akan tenaga kerja; (b) meningkatkan pilihan pendidikan bagi setiap individu; dan (c) mendorong motivasi untuk terus belajar. Tujuan pendidikan kejuruan juga dijabarkan secara lebih rinci dalam Keputusan Mendikbud No 0490/U/1990, antara lain adalah sebagai berikut: 1) mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan/atau memperluas pendidikan dasar, 2) meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan sekitar; 3) meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan pengembangan ilmu, teknologi dan kesenian, dan 4) menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan pekerjaan (Wardiman Djojonegoro, 1998: 36). Tujuan pendidikan kejuruan yang dimaksudkan disini, jika dilihat dari ketiga rumusan di atas, adalah untuk mempersiapkan peserta didik agar siap dan mampu secara kognitif, afektif dan psikomotor untuk dapat mengembangkan kemampuan diri sehingga memiliki kompetensi keahlian yang dibutuhkan oleh masyarakat. Tujuan pendidikan kejuruan lebih jelas dijabarkan oleh Dikmenjur (2003) menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, sebagai berikut: Tujuan umum, sebagai bagian dari sistem pendidikan menengah kejuruan SMK bertujuan untuk
(1) menyiapkan peserta didik agar dapat menjalani
kehidupan secara layak, (2) meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
29
didik, (3) menyiapkan peserta didik agar menjadi warga negara yang mandiri dan bertanggung jawab, (4) menyiapkan peserta didik agar memahami dan menghargai keanekaragaman budaya bangsa Indonesia, dan (5) menyiapkan peserta didik agar menerapkan dan memelihara hidup sehat, memiliki wawasan lingkungan, pengetahuan dan seni. Tujuan khusus dari pendidikan kejuruan antara lain : (1) menyiapkan peserta didik agar dapat bekerja, baik secara mandiri atau mengisi lapangan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah, sesuai dengan bidang dan program keahlian yang diminati, (2) membekali peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi dan mampu mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminati, dan (3) membekali peserta didik dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) agar mampu mengembangkan diri sendiri melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kompetensi lulusan pendidikan kejuruan sebagai subsistem dari sistem pendidikan nasional menurut Depdikbud (2001) adalah : (1) penghasil tamatan yang memiliki keterampilan dan penguasaan IPTEK dengan bidang dari tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, (2) penghasil tamatan yang memiliki kemampuan produktif, penghasil sendiri, mengubah status tamatan dari status beban menjadi aset bangsa yang mandiri,
30
(3) penghasil penggerak perkembangna industri Indonesia yang kompetitif menghadapi pasar global, (4) penghasil tamatan dan sikap mental yang kuat untuk dapat mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. Muhyadi dkk (2011: 1) menyatakan bahwa paradigma pendidikan kejuruan sangat berbeda dengan pendidikan umum. Pendidikan kejuruan (education for earning living) menekankan pada pendidikan yang menyesuaikan dengan permintaan pasar (demand driven). kebersambungan (link) diantara pengguna lulusan pendidikan dan penyelenggara pendidikan serta kecocokan (match) diantara employee dengan employer menjadi dasar penyelenggaraan
dan
ukuran
keberhasilan
pendidikan
kejuruan.
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat dilihat dari tingkat mutu dan relevansi yaitu jumlah penyerapan lulusan dan kesesuaian bidang pekerjaan dengan bidang keahlian yang dipilih dan ditekuninya. Butler, dalam Sudji Munadi (2010: 78) menyampaikan bahwa lulusan pendidikan kejuruan, termasuk didalamnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah memiliki bekal yang berorientasi pada jabatan. Dengan demikian, maka lulusan dari sekolah menengah kejuruan diharapkan telah memiliki kompetensi (1) mampu menunjukkan penguasaan pengetahuan dan kemampuan khusus, setidaknya untuk bidang kerja tertentu, (2) mampu menunjukkan kemampuan dasar akademik dan pengetahuan penunjang yang sesuai dengan awal karir, dan (3) mampu menunjukkan kemampuan akademik, sosial dan kejuruan sehingga dapat
31
mengembangkan karir dimasa yang mendatang. Pendidikan kejuruan juga diharapkan mampu memberikan manfaat bagi dunia kerja secara langsung maupun bagi masyarakat secara umum. Bagi dunia kerja, pendidikan kejuruan memiliki manfaat yaitu memperoleh tenaga kerja yang berkualitas tinggi, meringankan biaya usaha, serta membantu memajukan dan mengembangkan usaha (Wardiman Djojonegoro, 1998: 37)
D. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan formal setingkat SMA. SMK ini menyelengarakan pendidikan kejuruan pada jenjang menengah sebagai lanjutan dari sekolah menengah pertama atau sederajat. Berbeda dengan SMA, SMK mempelajari materi dan banyak di prakteknya. SMK merupakan jenis pendidikan menengah yang secara khusus mempersiapkan tamatannya untuk menjadi tenaga terampil dan siap terjun ke dalam masyarakat luas. Secara kelembagaan, SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang memiliki orientasi yang sangat jelas, yaitu menyiapkan peserta didik utnuk memasuki dunia kerja dengan menguasai keahlian kejuruan tertentu sesuai dengan pilihan siswa. (Dedi Supriadi, 2004: 197). Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan pendidikan, menyebutkan bahwa : “Sekolah Menengah Kejuruan, yang selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang 32
sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.” Sampai saat ini, setidaknya terdapat enam bidang pekerjaan yang disiapkan pendidikan dan pelatihannya melalui pendidikan menengah kejuruan. Bidang tersebut antara lain : (1) bidang keahlian teknologi dan rekayasa; (2) bidang keahlian teknologi informasi dan komunikasi; (3) bidang keahlian kesehatan; (4) bidang keahlian seni, kerajinan, dan pariwisata; (5) bdiang keahlian agrobisnis dan agroteknologi; dan (6) bidang keahlian bisnis manajemen. (Putu Sudira, 2012: 46). Wardiman Djojonegoro (1998: 59) berpendapat bahwa, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia (SDM), maka SMK dapat diandalkan untuk memegang peranan dan tugas sebagai berikut : 1. Menghasilkan tamatan yang memiliki keterampilan dan penguasaaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), dengan bidang dan tingkat keahlian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, serta mengisi kebutuhan Dunia usaha, Dunia Industri maupun usaha mandiri. 2. Menghasilkan tamatan yang memiliki kemampuan produktif, keahlian yang mampu membuat tamatan berpenghasilan sendiri dengan pekerjaan dan penghasilan yang mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sendiri, dan menyiapkan tamatan untuk dapat hidup secara mandiri, yaitu dengan bekerja atau menciptakan pekerjaan bagi orang lain.
33
3. Menghasilkan tamatan yang berkualitas tinggi dan memiliki keunggulan, dan mampu berperan dalam peningkatan kemampuan kompetisi Indonesia dalam menghadapi persaingan global. 4. Menghasilkan tamatan yang memiliki bekal dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang kuat, dan memadai bagi tamatan SMK sehingga dapat mengembangkan kemampuan diri secara berkelanjutan. Standar Pelayanan Minimal merupakan tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh daerah. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional no 129a/U/2004, Standar Pelayanan Minimal Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pasal 4 ayat (2) adalah sebagai berikut. 1. Angka Putus Sekolah (APS) tidak melebi 1 persen dari jumlah siswa yang bersekolah. 2. 90 persen sekolah memiliki sarana dan prasarana minimal sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan secara nasional 3. 80 persen sekolah memiliki tenaga kependidikan non guru untuk melaksanakan tugas administrasi dan kegiatan non mengajar lainnya. 4. 90 persen dari jumlah guru SMK memiliki kualifikasi sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan secara nasional. 5. 100 persen siswa memiliki buku pelajaran yang lengkap setiap mata pelajaran. 6. Jumlah siswa SMK perklas antara 30-40 siswa
34
7. 20 persen dari lulusan SMK melanjutkan ke perguruan tinggi yang terakreditasi 8. 20 persen dari lulusan SMK diterima di dunia kerja sesuai dengan keahliannya. Berdasarkan
Perarturan
Pemerintah
Tahun
2005,
Standar
kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan (SMK) bertujuan untuk meningkatkan kercerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Tujuan ini kemudian dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan menengah kejuruan lebih lanjut dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan SMK dirumuskan dalam 23 butir, antara lain : 1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja; 2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya; 3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku, perbuatan, dan pekerjaannya; 4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial; 5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup global;
35
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif; 7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam pengambilan keputusan; 8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri; 9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang terbaik; 10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah yang kompleks; 11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial ; 12. Memanfaatkan
lingkungan
secara
produktif
dan
bertanggungjawab; 13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia; 14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya; 15. Mengapresiasi karya seni dan budaya; 16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok; 17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan lingkungan; 18. Berkomunikasi lisa dan tulisan secara efektif dan santun;
36
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; 20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain; 21. Menunjukkan ketrampilan membaca dan menulis naskah secara sisematis dan estetis; 22. Menunjukkan ketrampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris; 23. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupu untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya. Tujuan pendidikan menengah kejuruan dan 23 SKL SMK merupakan tuntutan kompetensi yang harus dimiliki dan dikuasai oleh siswa lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai pendidikan untuk dunia kerja. Kegiatan instruksional di SMK dikembangkan untuk membangung SKL pada setiap individu siswa. SKL nomor 1 sampai 22 merupakan standar kompetensi yang berlaku secara umum bagi setiap lulusan SMK, apapun jurusan dan bidang keahliannya. Sedangkan SKL nomor 223 merupakan standar kompetensi spesifik per bidang dan/ atau program keahlian sebagai penciri pendidikan untuk dunia kerja (workbased-education) (Putu Sudira, 2012: 61). Penyelenggaraan SMK membutuhkan waktu 3 sampai 4 tahun ini merupakan proses untuk menghasilkan tamatan yang memiliki kompetensi
37
keahlian yang sesuai dengan program keahliannya masing-masing. Dilihat secara umum, penyelenggaraan SMK seharusnya mengandung setidaknya 3 muatan, antara lain : 1. Kompetensi produktif, merupakan ketrampilan yang dimiliki oleh peserta didik SMK yang mempersiapkan diri untuk memasuki dunia kerja sehingga lulusan SMK mampu bekerja setelah menempuh pendidikan SMK. 2. Memiliki keunggulan, merupakan kompetensi yang dapat digunakan sebagai faktor keunggulan kompetitif menghadapi persaingan, dan sebagai modal kuat untuk menjalin kerjasama. 3. Memiliki bekal dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap, sebagai bekal dasar menguasai perkembangan IPTEK, dan sebagai bekal dasar untuk
penyesuaian
diri
menghadapi
perubahan
(Wardiman
Djojonegoro, 1998: 67) Seiring dengan bergulirnya era globalisasi perdagangan dan investasi yang merupakan era keterbukaan tanpa batas (kesejagatan) khususnya dalam bidang ekonomi, menuntut sumberdaya manusia yang kompeten dan berdaya saing. Wardiman Djojonegoro, dalam Muhyadi dkk (2011), menyebutkan kompetensi kunci SMK menghadapi era global yaitu: 1) Memiliki keterampilan dasar yang kuat dan luas, yang memungkinkan pengembangan dan penyesuaian diri sesuai dengan perkembangan IPTEK; 2) Mampu mengumpulkan, menganalisa, dan menggunakan data dan informasi; 3) Mampu mengkomunikasikan ide dan informasi; 4) Mampu
38
merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan; 5) Mampu bekerjasama dalam kerja kelompok; 6) Mampu memecahkan masalah; 7) Berpikir logis dan mampu menggunakan teknik-teknik matematika; serta 8) Menguasai bahasa komunikasi global (Bahasa Inggris). Hadiwaratama,
dalam
Putu
Sudira
(2012:
53),
landasan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan dapat dialurkan dalam 4 (empat) proses. Keempat proses ini harus termuat dalam proses belajar mengajar, baik di sekolah maupun di dunia usaha dan/atau industri. Keempat proses tersebut antara lain adalah berikut ini : 1. Transfer of knowledge Merupakan proses mengalihan atau penimbaan ilmu melalui teoriteori yang disampaikan melalui proses belajar dan mengajar 2. Digestion of knowledge Merupakan proses pemaknaan atau mencerna ilmu yang telah diperoleh melalui tugas-tugas, pekerjaan rumah maupun tutorial. 3. Validation of knowledge Merupakan proses pembuktian ilmu yang telah diperoleh melalui percobaan-percobaan yang dilakukan di laboratorium maupun di bengkel-bengkel yang telah disediakan. Percobaan ini dapat dilakukan baik secara empiris maupun secara visual. 4. Skill development Merupakan tahapan pengembangan keterampilan melalui pekerjaan nyata di bengkel atau lapangan.
39
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada merupakan salah satu alternatif yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia, khususnya
dalam
menghadapi
dunia
kerja
dan
dunia
industri.
Penyelenggaraan SMK sendiri tidak hanya tentang pengajaran di dalam kelas saja (bersifat teori) namun juga dilengkapi dengan praktik, baik praktik yang dilakukan dalam sekolah, maupun praktik secara langsung dengan dunia kerja, misalnya dengan program PSG (Pendidikan Sistem Ganda) atau Prakerin (Praktek Kerja Industri). Peserta didik dituntut untuk terjun langsung dalam dunia kerja yang disesuaikan dengan kompetensi keahlian yang sedang ditekuni oleh peserta didik tersebut dalam pelaksanaan PSD. Oleh karena hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa penyelenggaran SMK yang ada saat ini sudah cukup komprehensif untuk mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi dunia kerja.
E. Program Keahlian Akuntansi Jurusan/ program keahlian akuntansi merupakan bagian dari bidang keahlian bisnis dan manajemen. Pekerjaan yang sesuai atau yang relevan dengan jurusan Akuntansi antara lain adalah teknisi akuntansi pelaksana, pelaksana lembaga keuangan perbankan, pelaksana lembaga keuangan bukan bank, dan lain sebagainya (Putu Sudira, 2012: 53). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 tahun 2013, tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
40
diketahui bahwa kurikulum untuk program keahlian akuntansi dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 1. Kompetensi Dasar Pengantar Akuntansi dalam Kurikulum 2013 KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KOMPETENSI DASAR KELAS: X 1.1 Menunjukkan keimanan sebagai rasa syukur dan keyakinan terhadap kebesaran Sang Pencipta karena menyadari keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya yang diatur oleh Sang Pencipta. 1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta dan semua unsur di dalamnya. 2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam menemukan dan memahami pengetahuan dasar tentang ilmu yang dipelajarinya. 2.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (disiplin, jujur, teliti, tanggung jawab, obyektif, kritis, kreatif, inovatif, santun, peduli dan ramah lingkungan) dalam melakukan pekerjaan sebagai bagian dari sikap ilmiah. 2.3 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap kerja
41
3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
3.1 Menjelaskan pengertian, fungsi dan jenis uang 3.2 Menjelaskan tujuan, fungsi dan peranan keuangan dalam perusahaan 3.3 Menjelaskan posisi bidang keuangan dalam struktur organisasi perusahaan 3.4 Menjelaskan jabatan/karier dalam bidang keuangan perusahaan 3.5 Menjelaskan bentuk-bentuk alternatif organisasi bisnis 3.6 Menjelaskan sumber-sumber keuangan perusahaan 3.7 Menjelaskan sistem dan prosedur penggunaan dana perusahaan 3.8 Menjelaskan pasar uang dan pasar modal 3.9 Menjelaskan penganggaran modal melalui pembiayaan tunai, kredit dan sewa (leasing) 3.10 Menjelaskan nilai waktu dari uang
4.
4.1 Mengidentifikasi jenis-jenis uang 4.2 Mengevaluasi fungsi dan peran keuangan di berbagai perusahaan 4.3 Mengidentifikasi posisi bidang keuangan dalam struktur organisasi perusahaan 4.4 Mengklasifikasi berbagai jabatan/karier dalam bidang keuangan perusahaan 4.5 Mengklasifikasi bentuk-bentuk badan usaha berdasarkan kepemilikan modal 4.6 Mengklasifikasi sumber-sumber keuangan perusahaan 4.7 Mengidentifikasi sistem dan prosedur dalam penggunaan dana 4.8 Mengidentifikasi lembaga-lembaga pasar uang dan pasar modal
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
42
4.9 Mengevaluasi penganggaran modal melalui pembiayaan tunai, kredit dan sewa (leasing) 4.10 Menghitung nilai uang sekarang dan nilai uang masa depan KELAS XI 1. Menghayati dan 1.1 Menunjukkan keimanan sebagai rasa mengamalkan ajaran syukur dan keyakinan terhadap kebesaran agama yang Sang Pencipta karena menyadari dianutnya keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya yang diatur oleh Sang Pencipta. 1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta dan semua unsur di dalamnya. 2. Menghayati dan 2.1 Memiliki motivasi internal dan mengamalkan menunjukkan rasa ingin tahu dalam perilaku jujur, menemukan dan memahami pengetahuan disiplin, dasar tentang ilmu yang dipelajarinya. tanggungjawab, 2.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (disiplin, peduli (gotong jujur, teliti, tanggung jawab, obyektif, royong, kerjasama, kritis, kreatif, inovatif, santun, peduli dan toleran, damai), ramah lingkungan) dalam melakukan santun, responsif pekerjaan sebagai bagian dari sikap dan pro-aktif dan ilmiah. menunjukan sikap 2.3 Menghargai kerja individu dan kelompok sebagai bagian dari dalam pembelajaran sehari-hari sebagai solusi atas berbagai wujud implementasi sikap kerja permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
43
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah. 4.
3.1 Menjelaskan pengertian , tujuan dan peran akuntansi 3.2 Menjelaskan pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi 3.3 Menjelaskan profesi dan jabatan dalam akuntansi 3.4 Menjelaskan bidang-bidang spesialisasi akuntansi 3.5 Menjelaskan jenis dan bentuk badan usaha 3.6 Menjelaskan prinsip-prinsip dan konsep dasar akutansi. 3.7 Menjelaskan tahapan proses pencatatan 3.8 Menjelaskan transaksi bisnis perusahaan 3.9 Menerapkan persamaan dasar akuntansi 3.10 Menjelaskan pengertian, jenis, fungsi , dan pengodean akun serta hubungan akun dengan persamaan dasar akutansi 3.11 Menjelaskan pencatatan transaksi dalam akun
Mengolah, menalar, 4.1 Mengevaluasi peran akuntansi di berbagai dan menyaji dalam ranah konkret dan
usaha 4.2 Mengklasifikasi berbagai pihak yang
ranah abstrak terkait
membutuhkan informasi berdasarkan jenis
dengan
informasinya
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
4.3 Mengklasifikasi berbagai profesi bidang akuntansi berdasarkan jabatannya 4.4 Menggolongkan berbagai bidang spesialisasi akuntansi 4.5 Mengklasifikasi jenis badan usaha berdasarkan bentuk badan usaha
44
melaksanakan tugas
4.6 Menggunakan prinsip-prinsip dan konsep
spesifik di bawah
dasar akutansi untuk kasus-kasus
pengawasan
keuangan
langsung.
4.7 Melakukan langkah-langkah pencatatan transaksi 4.8 Mengklasifikasi berbagai transaksi bisnis 4.9 Melakukan perubahan persamaan dasar akuntansi akibat transaksi keuangan. 4.10
Menyiapkan data akun untuk proses
persamaan dasar akutansi 4.11
Mencatat transaksi pada akun
Profil program keahlian Akuntansi disampaikan dalam laman web resmi SMK Negeri 2 Kuningan (http://akuntansismkn2kng.blogspot.com ), dapat diketahui bahwa tujuan umum dari kompetensi keahlian akuntasi ini adalah untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai serta sikap yang terintegrasi dan kecakapan kerja dalam bidang akuntansi dengan menerapkan kewirastawaan serta mampu mengadaptasi perkembangan masyarakat yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi serta dapat memenuhi tuntutan dunia kerja masa sekarang dan masa yang akan datang. Sedangkan tujuan khusus dari SMK program keahlian akuntasi antara lain untuk menyiapkan siswa atau lulusan : 1. Memasuki lapangan kerja serta dapat mengembangkan sikap profesional dalam lingkup keahlian bisnis dan manajemen khususnya akuntansi;
45
2. Mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mampu mengembangkan diri dalam lingkup keahlian bisnis dan manajemen khususnya akuntansi; 3. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha dan industri pada saat ini maupun masa yang akan datang dalam lingkup keahlian Bisnis dan Manajemen, khususnya akuntansi; 4. Menjadi warga negara yang produktif, adaptif, dan kreatif. Kompetensi lulusan yang telah menempuh pendidikan di program keahlian akuntansi juga diharapkan memiliki kemampuan untuk memproses dokumen yang berkaitan dengan keuangan, mulai dari kas kecil, dokumen kas bank, entry jurnal, mengelola buku besar, neraca, laporan keuangan, serta dapat mengoperasikan aplikasi program pengolah angka seperti Ms. Excel dan aplikasi komputer akuntansi seperti MYOB.
F. Ketenagakerjaan (Dunia Usaha / Dunia Industri ) Billet dkk dalam Putu Sudira (2012: 54) menyampaikan bahwa pendidikan kejuruan memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia. Penyiapan ini tentu saja tidak akan dilaksanakan oleh sebagian pihak saja, melainkan memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, misalnya pihak Dunia Usaha dan Dunia Industri, atau biasa dipersingkat menjadi DU/DI. Pendidikan kejuruan juga melayani sistem ekonomi dan pasar tenaga kerja, serta perubahan-
46
perubahan yang terjadi baik dalam lingkungan lokal, nasional, regional maupun
internasional
yang
berimplikasi
pada
kurikulum
dan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Kebijakan link and match pada awalnya merupakan penjabaran amanat GBHN 1993 dan pada dasarnya berlaku untuk seluruh jenis dan jenjang pendidikan. Wardiman Djojonegoro, dalam Muhyadi (2011) kebijakan ini mengandung dua muatan penting, yaitu makna filosofis yang dimaksudkan untuk membarui, menata, dan meluruskan sistem nilai, pola pikir, sikap mental, perilaku, dan kebiasaan para pemikir, perencana, pengelola dan pelaku pendidikan kejuruan itu sendiri, serta kebijakan operasional yang menjadi prinsip dalam penyusunan program dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kejuruan. Pada pendidikan menengah kejuruan, kebijakan ini telah dioperasionalkan dalam wujud Praktik Kerja Industri (prakerin). Prakerin merupakan bagian dari program bersama antara SMK dan Industri yang dilaksanakan di dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Pendidikan kejuruan sebagai pendidikan yang konsern pada ekonomi memerlukan kebijakan penyelerasan manusia dengan pekerjaan yang ada, atau lebih lanjut disebut sebagai kebijakan ketenagakerjaan. Tujuan dari adanya kebijakan ketenagakerjaan, mencakup hal-hal berikut ini. 1. Memberi peluang kerja untuk smeuanya yang membutuhkan. 2. Pekerjaan tersedia seimbang dan memberi penghasilan yang mencukupi sesuai dengan kelayakan hidup dalam masyarakat.
47
3. Pendidikan dan latihan mampu secara penuh mengembangkan semua potensi dan masa depan setiap individu. 4. Matching men and jobs dengan kerugian-kerugian minimum, pendapatan tinggi dan produktif. (Putu Sudira, 2012: 54) Di Indonesia, kebijakan tentang ketenagakerjaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. Undang-undang ini menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Pengertian tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Kaitannya dengan pendidikan kejuruan, maka hal ketenagakerjaan tidak bisa dilepaskan dari dunia usaha dan dunia industri (DU/DI), atau bisa disebut dengan perusahaan. Maka pengertian perusahaan menurut UU nomor 13 tahun 2003 adalah setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, miliki orang perseorangan, miliki persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; dan/atau usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. Sebagai salah satu dampak pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, seperti yang dilaporkan oleh UNESCO dalam Ace Suryadi
48
(2014: 41), tren ketenagakerjaan akan terus berkembang dengan kecenderungan sebagai berikut : 1. Berkembang pesatnya kebutuhan tenaga insinyur, teknolog, spesialis dalam teknologi informasi, mekanik, dan tenaga-tenaga lainnya; 2. Tumbuhnya kebutuhan tenaga manajerial tingkat tinggi, teknisi dagang, dan pekerja jasa penunjang; 3. Menurunnya kebutuhan pekerja kasar seperti pengrajin, tenaga pelaksana yag tidak terampil, dan buruh; 4. Berkurangnya kebutuhan tenaga tata usaha, tata laksana, dan tenaga administratif lainnya; 5. Bertambahnya kebutuhan tenaga kerja industri jasa, khusunya akuntan, administrasi keuangan, distributor, transportasi, dan periklanan; dan 6. Tumbuh dan berkembangnya peranan para teknisi sejalan dengan menurunnya peranan pengrajin dan buruh kasar, sementara itu para pekerja teknisi menggantikan peranan para pengrajin dalam struktur angkatan kerja. Peneliti melakukan pembatasan konseptual tentang lapangan pekerjaan, yaitu lapangan pekerjaan yang bersifat formal. Lapangan pekerjaan yang formal merupakan lapangan pekerjaan yang memiliki kesesuaian secara langsung dengan program keahlian yang dimiliki oleh lulusan, khususnya program keahlian akuntansi. Putu Sudira (2012: 53) pekerjaan yang sesuai atau yang relevan dengan jurusan Akuntansi antara
49
lain adalah teknisi akuntansi pelaksana, pelaksana lembaga keuangan perbankan, pelaksana lembaga keuangan bukan bank, dan lain sebagainya. Dwi Anggraini (2013) menyatakan bahwa lembaga keuangan merupakan suatu badan yang bergerak dibidang keuangan untuk menyediakan jasa bagi nasabah atau masyarakat. Lembaga keuangan memiliki 2 fungsi utama, yaitu untuk menghimpun dana dari masyarakat (fungsi tabungan) dan fungsi untuk menyalurkan dana pinjaman untuk nasabah atau masyarakat (fungsi pinjam). Secara umum, lembaga keuangan dikelompokkan dalam 2 bidang yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan yang bukan bank. Lembaga keuangan bank terdiri dari Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), sedangkan lembaga keuangan bukan bank antara lain Pasar Modal, Pasar Uang dan Valas, Koperasi Simpan Pinjam, Penggadaian, Leasing, Asuransi, Anjak Piutang, Modal Ventura, Dana Pensiun, dan lain-lain. Berikut ini akan dijabarkan beberapa pengertian dari beberapa lembaga keuangan baik bank maupun non-bank, antara lain adalah sebagai berikut ini. 1. Perbankan merupakan bank yang bertugas melayani seluruh jasa-jasa perbankan dan melayani masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-lembaga lainnya. Bank umum juga dikenal dengan bank komersial dan dikelompokan kedalalm 2 jenis yaitu bank umum devisa dan bank umum non devisa. Bank umum yang berstatus devisa
50
memiliki produk yang lebih luas daripada bank non devisa, antara lain dapat melaksanakan jasa yang berhubungan dengan seluruh mata uang asing atau jasa bank ke luar negeri. 2. Koperasi Koperasi merupakan badan usaha yang sumber pendanaannya berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela dari anggota koperasi itu sendiri. (Faried Wijaya, 1999: 412) 3. Penggadaian merupakan lembaga keuangan yang menyediakan pasilitas pinjaman dengan fasilitas jaminan tertentu. Nilai jaminan menentukan besarnya nilai pinjaman. Sementara ini usaha pengadaian ini secara resmi masih dilakukan oleh pemerintah.
51
G. Penelitian Yang Relevan Dalam penelitian ini, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang peneliti anggap cukup relevan untuk mendukung penelitian ini, penelitian tersebut antara lain : 1. Hilyatin Arin Nuskhyah (2014). Penelitian Skripsi dengan judul “Profil Lulusan Jurusan Teknik
Pemesinan SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta” mendukung peneliti dalam penyusunan kajian pustaka, utamanya terkait dengan konsep dan teori tentang relevansi pendidikan, khususnya SMK dengan dunia kerja yang ada. Hasil dari penelitian ini adalah tingginya lulusan tingkat keterserapan lulusan terhadap dunia kerja. Sedangkan untuk relevansi jenis pekerjaan dengan bidang keahlian bisa dikatakan rendah, karena hanya 45,65% yang sesuai dengan bidang keahlian yang diambil sebelumnya. 2. Ali Muhson, dkk (2012). Penelitian dengan judul “relevansi lulusan perguruan tinggi dengan dunia kerja” ini mendukung peneliti dalam menyusun latar belakang masalah serta dalam hal kajian pustaka, utamanya terkait dengan pengertian relevansi pendidikan. Hasil dari penelitian ini adalah sekalipun daya serap dalam pasar kerja tinggi bagi lulusan jurusan pendidikan ekonomi yaitu 95,2 %, sedangkan tingkat relevansi dilihat dari jenis pekerjaan dikatakan cukup relevan yaitu sebesar 51% lulusan pendidikan ekonomi bekerja sebagai pendidik. 3. Sudji Munadi, (2010). Judul dari penelitian ini adalah “Pemetaan SMK : Studi Eksploratif di Provinsi DIY, Kalsel dan Kaltim”. Penelitian ini
52
mendukung peneliti dalam mengembangkan kajian pustaka, utamanya tentang pendidikan kejuruan serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hasil dari penelitian ini lebih menekankan terkait dengan jumlah SMK di DIY, Kalsel da Kaltim, rasio guru dan jumlah sekolah, serta programkeahlian yang dominan yang terdapat di 3 provinsi tersebut. 4. Muhyadi dkk (2011), memiliki penelitian dengan judul “tanggapan dunia usaha dan dunia industri terhadap pelaksanaan praktek kerja industri kompetensi keahlian administrasi perkantoran SMK Negeri 1 Depok
Sleman”.
Penelitian
ini
mendukung
peneliti
dalam
mengembangkan kajian pustaka, utamanya tentang pendidikan kejuruan serta Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hasil dari penelitian ini adalah pelaksanaan praktek kerja industri (prakerin) perlu melakukan persiapan dan perbaikan agar dalam pelaksanaannya lebih baik dan lebih efektif lagi, serta perlunya meningkatkan koordinasi antara sekolah dan pihak DU/DI agar program ini mencapai target yang telah dicanangkan diawal.
53
H. Alur Pikir Penelitian Berdasarkan kajian pustaka yang telah disampaikan di atas, maka alur pikir yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut ini : Globalisasi dan Masyarakat Ekonomi ASEAN
Sumber Daya Manusia berkualitas
Terbukanya lapangan pekerjaan yang luas
Pendidikan Kejuruan
Persaingan kerja semakin pesat
Pendidikan Vokasi
Daya Serap & Relevansi
Sekolah Menengah Kejuruan
Program Keahlian Akuntansi
Input
Proses
Ouput
gambar 1. Alur Pikir Penelitian
54
Outcome
Alur pikir dalam penelitian ini diawali dengan adanya dampak dari globalisasi pada dunia internasional, serta adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada wilayah regional Asia Tenggara, yang menuntut terciptanya sumberdaya manusia yang memiliki kualitas yang bisa bersaing dengan masyarakat dunia pada umumnya, serta masyarakat Asia Tenggara pada khususnya. Globalisasi dan MEA ini juga membuka peluang untuk masyarakat Indonesia untuk dapat bekerja dengan lapangan pekerjaan yang semakin luas. Dampak lain yang dirasakan adalah persaingan untuk memperoleh pekerjaan yang semakin ketat. Misalnya, untuk lapangan pekerjaan di Indonesia sendiri, sebelum adanya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) pesaingnya hanya berasal dari Indonesia saja, namun saat ini pesaingnya merupakan masyarakat regional Asia Tenggara memiliki hak yang sama untuk memperoleh pekerjaan di Indonesia. Sebagai upaya untuk mengatasi hal
tersebut,
maka
sejak
abad
20
Indonesia
telah
mulai
mengimplementasikan kebijakan pendidikan kejuruan dan vokasi untuk mengatasi hal tersebut. Tujuan dari pendidikan kejuruan dan vokasi ini adalah untuk menciptakan lulusan yang siap kerja dan terampil, sehingga dapat menghadapi tantangan tersebut. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan
yang bertujuan untuk
membekali
lulusannya
dengan
keterampilan, sama seperti pendidikan kejuruan. Yang membedakan antara pendidikan vokasi dan pendidikan kejuruan adalah pendidikan kejuruan merupakan satuan pendidikan yang setara dengan jenjang pendidikan
55
menengah atas, sedangkan pendidikan voaksi setara dengan jenjang pendidikan tinggi. Terkait dengan pendidikan kejuruan, maka Sekolah Menengah Kejuruan memiliki wewenang untuk menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah. Salah satu bidang keahlian yang memiliki banyak peminat adalah bidang keahlian Bisnis dan Manajemen, khususnya jurusan Akuntansi. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan didalamnya terdapat tahapan Input, yaitu masukan awal (siswa baru), kemudian tahapan proses, yaitu proses pembelajaran selama jenjang waktu tertentu, kemudian tahapan output, yaitu tahap dimana luaran telah didapatkan, dan yang terakhir adalah tahapan outcome, yaitu sejauh mana lulusan (output) telah mendapatkan pekerjaan atau dapat melanjutkan studi. Penelitian ini menekan pada tahap proses, output dan outcome dari Sekolah Menengah Kejuruan, khususnya jurusan Akuntansi, pada pekerjaan yang telah mereka peroleh, baik setelah mereka lulus dari SMK maupun pekerjaan yang ditekuninya sekarang. Oleh karena itu, penelitian ini meneliti tentang daya serap dan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program keahlian Akuntansi dengan lapangan pekerjaan di Kabupaten Ngawi. Kemudian, diketahui strategi apa yang telah dilakukan oleh pihak sekolah guna menjaga daya serap dan relevansi lulusan yang mereka miliki dengan dunia kerja yang akan dihadapi, serta faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh pihak sekolah terkait
56
dengan daya serap dan relevansi lulusan mereka, khususnya program keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia. Secara lebih detail, maka kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
FAKTOR PENDUKU NG
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) INPUT
PROS ES
OUTPU T
LAPANGAN PEKERJAAN STRATEGI
FAKTOR PENGHAMBA T
gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian Setiap Sekolah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan, tentunya memiliki tiga proses utama, yaitu input, proses, dan output. Dalam relevansi pendidikan, juga harus memperhatikan ketiga proses tersebut. Namun dalam penelitian ini, peneliti akan lebih menekankan pada tahapan proses dan output untuk mengetahui apakah sebuah sekolah tersebut memiliki relevansi yang rendah, cukup, atau tinggi terhadap dunia kerja yang tersedia. Sekolah tentu saja harus memiliki strategi guna menjaga dan meningkatkan relevansi lulusannya dengan dunia kerja yang tersedia. 57
Strategi tersebut bisa berupa program-program yang bersifat mendukung agar peserta didik atau lulusan dari sekolah tersebut dapat bekerja sesuai dengan bidang keahlian yang telah ditekuni. Strategi disini, menekankan pada tahapan proses,yaitu tahapan dimana peserta didik masih berada di lingkungan sekolah guna mendukung peserta didik tersebut untuk siap menghadapi tantangan lapangan pekerjaan yang relevan dengan program keahlian yang ditempuhnya. Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi jika telah dikatakan relevan maka tentu saja terdapat faktor-faktor yang mendukung sekolah tersebut memiliki tingkat relevansi yang cukup tinggi, jika dikatakan kurang relevan, tentu saja sekolah tersebut mengalami hambatan-hambatan yang cukup berarti, dan perlu diketahui pula, bagaimana pihak sekolah menghadapi hambatan tersebut. Demikianlah garis besar dari penelitian saya, terkait dengan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan di Kabupaten Ngawi.
I. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah serta kajian pustaka yang telah peneliti susun di atas, untuk mendukung pengumpulan data ketika penelitian maka diperlukan pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian yang digunakan dalam rumusan masalah ini “Bagaimana Daya Serap dan Relevansi
Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jurusan
58
Akuntasi dengan lapangan pekerjaan di Kabupaten Ngawi?” dalam penelitian ini antara lain : a. Pertanyaan untuk Pertanyaan untuk Kepala Sekolah 1. Berapa jumlah siswa di SMK Negeri 1 Ngawi secara umum? 2. Program keahlian apa yang memiliki banyak peminat di SMK Negeri 1 Ngawi? 3. Berapa siswa yang menempuh program keahlian akuntansi? b. Pertanyaaan untuk Bursa Kerja Khusus (BKK) dan Kepala Jurusan Akuntansi 1. Bagaimana penelusuran lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun ke tahun? 2. Bagaimana keterserapan lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia? 3. Bagaimana tingkat relevansi lulusan program keahlian akuntasi dibandingkan dengan program keahlian lain di SMK Negeri 1 Ngawi? 4. Bagaimana penelurusan lulusan Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun ke tahun? 5. Bagaimana kualitas lulusan program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi? Sedangkan pertanyaan penelitian yang digunakan untuk rumusan masalah yang kedua, yaitu “Bagaimana strategi Sekolah dalam menjaga dan meningkatkan daya serap dan relevansi Program Keahlian
59
Akuntansi dengan Lapangan pekerjaan di Kabupaten Ngawi?” dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. Pertanyaan dibawah ini tujukan untuk Kepala Sekolah, Pengurus BKK, dan Kepala Program Keahlian Akuntansi : 1. Terkait dengan penyelenggaraan pendidikan di SMK, program apa saja yang telah dibuat guna meningkatkan kesesuaian lulusan dengan pekerjaan yang akan mereka miliki nanti? 2. Faktor apa saja yang mendukung terlaksanakan programprogram yang memiliki keterkaitan dengan relevansi lulusan dengan dunia kerja? 3. Bagaimana
jaringan
yang
dibuat
oleh
sekolah
guna
meningkatkan relevansi lulusannya dengan dunia kerja? 4. Pihak mana saja yang terlibat dalam menentukan relevansi/ kesesuaian lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya program keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan? Sedangkan pertanyaan penelitian yang digunakan untuk rumusan masalah yang ketiga, yaitu “Apa saja Faktor pedukung dan faktor penghambat daya serap dan relevansi Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan pekerjaan di Kabupaten Ngawi?” dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. Pertanyaan dibawah ini tujukan untuk Kepala Sekolah, Pengurus BKK, dan Kepala Program Keahlian Akuntansi :
60
1. Hambatan apa yang dihadapi dalam meningkatkan dan menjaga relevansi lulusan dengan dunia kerja yang dimiliki? 2. Bagaimana langkah memecahkan/menyelesaikan hambatan yang dihadapi tersebut ? 3. Faktor apa saja yang bisa mendukung tingkat kesesuaian antara lulusan dengan dunia kerja yang dihadapinya? 4. Apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keberadaan faktor pendukung tersebut? Demikianlah pertanyaan penelitian yang peneliti rasa dapat dikembangkan kembali, guna menunjang pengambilan data di lapangan.
61
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini lebih membutuhkan pendekatan secara mendalam, interaksi secara langsung, pemahaman dan persepsi, sehingga pendekatan penelitian kualitatiflah yang peneliti pilih dalam penelitian ini. Bodgan dan Taylor (1975) dalam Lexy J. Moeloeng (2005: 4) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-orang atau data yang dapat diamati. Penelitian kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Iskandar, 2009: 11). Penelitian
ini
termasuk
dalam
penelitian
kualitatif
karena
mendeskripsikan data-data yang diperoleh di lapangan, baik data yang diperoleh melalui studi dokumentasi dan wawancara yang diperoleh dari sumber ataupun narasumber yang peneliti temui. Penelitian deskriptifkuantitatif merupakan penelitian yang menafsirkan dan menuturkan data yang bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi, sikap serta cara pandang yang terjadi di masyarakat, pertentangan 2 keadaan atau lebih, perbedaan antara fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi, dan lain sebagainya. Peneliti melakukan pengamatan terkait dengan bagaimana daya serap dan relevansi
62
lulusan SMK program keahlian Akuntansi dengan Lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi serta usaha apa yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah untuk meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi program keahlian Akuntansi dengan lapangan pekerjaan, strategi sekolah guna menjaga dan meningkatkan daya serap dan relevansi pendidikan dengan lapangan pekerjaan serta faktor pendukung dan penghambat terlaksananya relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dengan Lapangan pekerjaan yang ada. Peneliti memberikan batasan pada lapangan pekerjaan yang formal, maksudnya disini adalah lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dijabarkan pada bab 2 terkait dengan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi lulusan program keahlian akuntansi.
B. Setting Penelitian Penelitian ini diselenggarakan di SMK Negeri 1 Ngawi, yang beralamatkan di Jalan Teuku Umar No 10, Ngawi, Ngawi, Jawa Timur. Penelitian melibatkan Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi yang diwakili oleh Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum dan Bagian Humas, Pengelola Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 1 Ngawi, Kepala Jurusan dan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMK Negeri 1 Ngawi. Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal hingga penulisan laporan penelitian akan diselenggarakan pada bulan Maret hingga bulan Juni 2016, untuk memperoleh data yang optimal.
63
C. Subyek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah seluruh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) program keahlian Akuntansi di SMK Negeri 1 Ngawi. Pemilihan informan adalah yang dianggap sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui daya serap dan relevansi lulusan SMK program keahliahn Akuntansi dengan dunia kerja di SMK Negeri 1 Ngawi, serta strategi sekolah dan faktor pendukung dan penghambat yang dirasakan oleh pihak sekolah dalam menjaga daya serap dan relevansi lulusan SMK program keahlian Akuntansi dengan lapangan kerja di SMK Negeri 1 Ngawi. Dipilihlah Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi yang diwakili oleh Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum dan Bagian Humas, pihak Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 1 Ngawi, Kepala Jurusan Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMK Negeri 1 Ngawi untuk diambil datanya baik tulisan maupun lisan. Objek dari penelitian ini adalah mengenai relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi. Data yang dibutuhkan berkaitan dengan data penelusuran lulusan yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi, data tentang program-program yang dilaksanakan sebagai langkah strategis sekolah untuk menjaga relevansi lulusannya dengan dunia kerja, serta data pendukung lainnya.
64
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Suharsimi Arikunto dalam Ria Palupi (2014: 57) menyebutkan bahwa teknik pengumpulan data adalah alat antu yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah. Penelitian ini menggunakan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yaitu wawancara mendalam dan studi dokumentasi. a. Wawancara Mendalam Prof. Dr. Burhan Bungin dalam Jamal Ma’mur (2011: 122) Wawancara mendalam merupakan proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa pedoman wawancara.
Teknik
wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrumen yang disebut dengan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan subjek penelitian yang terbatas (Iskandar, 2009: 129). Yang diperlu dilakukan agar wawancara yang dilakukan dapat berhasil adalah kemampuan mendengar dengan sabar, dapat melakukan interaksi dengan orang lain dengan baik, dapat mengemas pertanyaan dengan baik, dan mampu mengelaborasi secara halus apa yang sedang ditanyakan jika dirasa yang diwawancarai belum cukup memberikan informasi yang diharapkan (Iskandar, 2009: 130).
65
Sebelum melakukan wawancara, peneliti akan menentukan pihakpihak yang akan diwawancarai dan panduan wawancara yang akan digunakan dalam penelitian. Peneliti menggunakan panduan wawancara yang terstruktur namun tidak terbatas, sehingga peneliti dalam
menggali
secara
mendalam
informasi-informasi
narasumber. Saat wawancara berlangsung, peneliti
dari
melakukan
perekaman suara sehingga ketelitian akan tercapai serta membuat catatan lapangan. Pihak-pihak yang dijadikan narasumber antara lain pihak Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi, pihak Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 1 Ngawi, Kepala Jurusan dan Guru dari Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi serta pihak Lulusan SMK Negeri 1 Ngawi Program Keahlian Akuntansi b. Studi Dokumentasi Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik yang berada ditempat penelitian maupun data yang berada diluar tempat penelitian, yang memiliki hubungan dengan penelitian ini. Arikunto, dalam Iskandar (2009: 134) menyebutkan bahwa teknik dokumentasi merupakan teknik mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
66
Dokumen yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan dokumen resmi yang dimiliki oleh instansi dan pihakpihak yang telah peneliti tentukan. Analisis dokumen ini dilakukan guna mendukung dan menunjang penelitian yang akan dilaksanakan dengan informasi dan data fisik yang lebih otentik. Dokumendokumen yang dibutuhkan guna menunjang penelitian ini adalah dokumen yang berkaitan dengan data penelusuran lulusan yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi, data terkait dengan jumlah kuantitatif dan kualitatif SMK yang dimiliki oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ngawi, serta data tentang program-program yang dilaksanakan sebagai langkah strategis sekolah untuk menjaga relevansi lulusannya dengan dunia kerja. 2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Sugiono, dalam Ria Palupi (2014: 59) menyebutkan bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan dengan instrumen penelitian yang sederhana. Hal tersebut diharapakan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui teknik wawancara. Penelitian ini akan menggunakan pedoman wawancara mendalam dan panduan analisis dokumentasi agar penelitian ini menjadi lebih terarah.
67
E. Analisis Data Sugiyono, dalam Iskandar (2009: 138) menyampaikan bahwa analisis data kualitatif merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh smelalui teknik pengumpulan data yang ada, mulai dari observasi, wawancara, catatan lapangan, dan studi dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke sintesis menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Proses analisis data merupakan proses mengubah informasi yang diperoleh di lapangan selama penelitian menjadi data yang dibutuhkan sehingga menjadi sebuah laporan penelitian yang baik. Penelitian ini menggunakan model analisis data yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman, yaitu Analisis Model Interaktif Miles dan Huberman.
Data collection
Data display Data reduction
Conclusions; drawing verfying
Gambar 3. komponen analisis data (interactive model) model Miles and Huberman
68
a. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi data merupakan proses merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang atau mengabaikan data yang tidak diperlukan dan tidak sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan (Sugiyono, 2013: 338). Proses ini merupakan proses memilah dan memilih data yang telah diperoleh selama penelitian secara teliti dan rinci, sehingga data yang akan ditampilkan merupakan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. b. Sajian Deskripsi Data (Data Display) Setelah melakukan reduksi (pemilahan) data, maka langkah seharusnya yang harus dilakukan adalah penyajian data. Penyajian data merupakan tahap dimana menyajikan data yang telah direduksi ke dalam pola-pola yang lebih mudah untuk dipahami oleh pembaca. Sugiyono (2013: 341) yang paling sering digunakan dalam penyajian data penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data yang telah diperoleh akan lebih terorganisasikan tersusun dengan pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami. c. Penyimpulan/Penarikan Kesimpulan (Conclusions) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan merupakan tahap menjawab rumusan masalah yang telah disusun sebelumnya, dan
69
sesuai dengan kondisi lapangan yang sebenarnya. Sugiyono (2013: 345) menyampaikan bahwa penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah ataupun tidak, karena masalah dalam penelitian kualitatif masih dapat berkembangan setelah berada dilapangan dan setelah berada dilapangan. Singkatnya, kesimpulan dalam penelitian ini adalah jawaban dari rumusan masalah yang telah tersedia.
F. Uji Keabsahan Data Pengujian keabsahan data dalam penelitian merupakan hal yang penting untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang benar atau sah. Penelitian ini menggunakan triangulasi data sebagai langkah untuk pengujian data hasil penelitian. Lexy J. Moloeng (2005: 330) menyebutkan bahwa triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi waktu a. Triangulasi sumber Patton
menyatakan
bahwa
triangulasi
sumber
berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Lexy J. Moloeng, 2005: 330). Triangulasi sumber dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi yang diwakili oleh
70
Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum dan Bagian Humas, pihak Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 1 Ngawi, Kepala Jurusan Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dan Guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMK Negeri 1 Ngawi
b. Triangulasi Waktu. Triangulasi waktu dalam penelitian ini berarti melakukan pengecekan dan membandingkan data yang diperoleh dengan menggunakan situasi atau waktu yang berbeda. Wawancara dan pengambilan data lapangan ini akan dilakukan pada tahap 1, yaitu 23 minggu pertama penelitian, pada tahap 2 yaitu 2-3 minggu kedua periode penelitian dan pada tahap 3 yaitu 2-3 minggu terakhir dari periode penelitian untuk menemukan kevalidan atau keabsahan data.
71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Profil SMK Negeri 1 Ngawi. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Ngawi merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang terdapat di Kabupaten Ngawi. Beralamatkan di Jl. Teuku Umar No. 10, sekolah ini memiliki posisi yang cukup strategis, yaitu berada di pusat Kabupaten Ngawi. Berbatasan langsung dengan Alun-Alun Kota pada sebelah selatan, sebelah timur berbatasan langsung dengan Kantor Bupati Ngawi, sedangkan sebelah barat berbatasan langsung dengan SD Negeri Margomulyo 5, dan sebelah Utara berbatasan dengan SMP Negeri 1 Ngawi. Lokasi yang strategis tersebut menjadi SMK Negeri 1 Ngawi menjadi salah satu sekolah kejuruan favorit di Kabupaten Ngawi. Berikut ini adalah identitas SMK Negeri 1 Ngawi secara umum. a. Nama Lembaga : SMK Negeri 1 Ngawi b. NIS
: 341050901007
c. Alamat Sekolah : Jl. Teuku Umar No. 10 Ngawi, Ds. Ketanggi, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi. Kode POS : 63211 d. Website
: http://www.smkn1ngawi.sch.id
e. No. Telp
: (0351) 749517
SMK Negeri 1 Ngawi memiliki visi “Menjadikan SMK Negeri 1 Ngawi yang Cerdas, Kompetitif dan berjiwa Entrepreneur”. Untuk
72
dapat mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan dalam 4 (empat) misi. Misi dari SMK Negeri 1 Ngawi antara lain, sebagai berikut : a. Mewujudkan kebijakan mutu dan sasaran mutu SMK Negeri 1 Ngawi yang memenuhi persyaratan ISO 9001:2008 b. Meningkatkan efektivitas proses kegiatan belajar mengajar, aspek kompetensi, ujian dan sasaran pembelajaran. c. Meningkatkan kualitas kerjasama dengan DU/DI yang mempunyai jaringan lebih luas. d. Mengembangkan program-program yang mampu memotivasi dan membangun nilai-nilai entrepreneurship. Visi dan misi di atas juga dijabarkan ke dalam tujuan sekolah guna mewujudkannya. Tujuan dari SMK Negeri 1 Ngawi antara lain sebagai berikut ini : a. Mewujudkan lembaga pendidikan kejuruan yang akuntabel sebagai pusat pembelajaran. b. Mendidik SDM yang mempunyai etos kerja dan kompetensi berstandart Internasional c. Memberikan berbagai layanan Pendidikan Menengah Kejuruan yang permeable dan fleksible secara terintegrasi antar jalur dan jenjang pendidikan . d. Memberi layanan dan pemerataan mutu pendidikan kejuruan. e. Mengangkat keunggulan lokal sebagai modal pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat.
73
f. Menjamin kelangsungan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. g. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk penyelenggaraan pendidikan. h. Mengoptimalkan sumber daya pendidikan untuk meningkatkan layanan pemerataaan pendidikan kejuruan. Secara umum SMK Negeri 1 Ngawi memiliki total siswa sebanyak 1.149 yang tersebar dalam 5 program keahlian, yaitu 191 siswa pada program Teknik Elektronika Industri, 190 siswa pada program Teknik Komputer Jaringan, 191 siswa pada program Administrasi Perkantoran, 323 siswa pada program Akuntansi dan 253 siswa pada program Pemasaran. Jumlah siswa tersebut dibagi dalam rombongan belajar sebagai berikut, TEI masing-masing tingkat terdapat 2 rombongan belajar, TKJ masing-masing tingkat 2 rombongan belajar, AP masing-masing tingkat 2 rombongan belajar, AK pada kelas XII terdapat 2 rombongan belajar sedangkan kelas X dan XI terdapat 4 rombongan belajar, dan untuk program PM terbagi menjadi 2 rombongan belajar untuk kelas XII dan 3 rombongan belajar untuk kelas X dan XI. Sedangkan untuk minat masyarakat untuk bersekolah di SMK Negeri 1 Ngawi dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini.
74
Tabel 2. minat masyarakat pada SMK Negeri 1 Ngawi dilihat dari jumlah pendaftar tahun 2011/2012-2015/2016 No 1 2 3 4 5
Tahun Pelajaran 2011/2012 2012/2013 2013/2014 2014/2015 2015/2016
Siswa Pendaftar 1003 993 1813 1138 1516
Diterima 360 322 322 437 416
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa peminat untuk bisa melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Ngawi berada pada angka 10001800 tiap tahunnya, sedangkan siswa yang diterima hanya sekitar 322-360 siswa, sebelum adanya pernambahan rombongan belajar pada program AK dan PM, dan sekitar 400 siswa setelah adanya penambahan rombongan belajar pada program AK dan PM. Terkait dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan SMK Negeri 1 Ngawi memiliki 1 Kepala Sekolah, Pegawai bagian TU sebanyak 20 karyawan, 9 diantaranya merupakan PNS dan 11 berstatus Pegawai Tidak Tetap (PTT). Untuk tenaga pendidik, SMK Negeri 1 Ngawi memiliki 63 guru, 50 diantaranya berstatus PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan 13 diantaranya berstatus Guru Tidak Tetap (GTT). Sedangkan sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Negeri 1 Ngawi antara lain 30 ruang kelas, 1 laboratorium bahasa, 2 laboratorium komputer, 1 perpustakaan, 5 laboratorium jurusan atau biasa disebut bengkel, 1 UKS, 1 Bussines centre, Ruang OSIS, Ruang Ibadah, Ruang Prakerin, Ruang Kewirausahaan, ruang Teaching Factory dan lain sebagainya. 75
Suatu instansi pendidikan tentunya memiliki struktur organisasi sekolah guna mempermudah kinerjanya dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi masyarakat secara umum, maupun siswanya secara khusus. Berikut ini adalah struktur organisasi dari SMK Negeri 1 Ngawi. Kepala Sekolah Drs. Harno, M.SI
Koor TU UMM Suparno, S.Pd Achmadh P, M.Pd
Ur. Keuangan
Ur. Adm
Ur. PLK
Suprianto
Suryaningsih,S. Pd
Suwarto
Waka. Kurikulum
Waka Kesiswaan
Waka SarPras
Waka Humas
Drs.Sudaryana
Drs. Puji Adi S
Zainal A, M.M
Dra Munifah E, S.Pd
KAPROG TEI
KAPROG TKJ
KAPROG AP
KAPROG AK
KAPROG PM
Koor Normada
Rachmat A, S.T
Dany S, S.Kom
Agus Siswanto,S.Pd
Drs. Marwan S,H
Drs, Singgih U
Sruyono, S.Pd
Perpustakaan
BK/BP
Dewan Guru
Suwartini, SH
Sriati, M.Pd
-
SISWA SMK Negeri 1 Ngawi
Gambar 4. Struktur Organisasi Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi
76
Sampai tahun 2012, SMK Negeri 1 Ngawi memiliki 4 Program Keahlian dibidang Bisnis dan Manajemen serta bidang Rekayasa Teknologi, yaitu Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ). Sedangkan dibidang Bisnis dan Manajemen memiliki program keahlian Administrasi Perkantoran (AP), Akuntansi (AK), dan Pemasaran (PM) (dulu dikenal sebagai Penjualan). Kemudian pada tahun 2013, memutuskan untuk menambah program keahlian baru, yaitu program keahlian Teknik Elektro Industri (TEI). Terkait dengan sejarah sekolah bapak SA menyampaikan bahwa : “sekolah ini awalnya SPG (Sekolah Pendidikan Guru), tahun 1989 berubah menjadi sekolah ekonomi atau SMEA, kemudian adanya perubahan nama saja, akhirnya menjadi SMK, intinya kan sama, SMEA dan SMK itu kan intinya sama. Cuman, kalau SMEA itu kan fokusnya ke Ekonomi, Sekolah ekonomi. Namun, pada perkembangannya sekolah-sekolah kejuruan itu bisa membuka program selain ekonomi, dalam naungan SMK itu. Kemudian SMK Negeri 1 Ngawi ada jurusan Teknik. Berubah menjadi SMK itu kalau ndak salah tahun 1994, kalau ndak salah. Kalau secara berdirinya ya, dari tahun 1989 itu dari SPG berubah menjadi sekolah kejuruan, kalau waktu itu namanya masih SMEA, SMEA 1 Ngawi, kemudian berubah menjadi SMK karena pemerintah menetapkan sekolah hanya ada 2, yaitu SMU (Sekolah Menengah Umum) dan SMK.” (SD/14/04/2016) ME juga menambahkan bahwa : “munculnya pertama dulu kan SPG mbak, SPG terus jadi SMEA, terus SMEA berubah menjadi SMK, seperti itu. Jadi dulu itu ada, ada proses diklat-diklat dari guru SPG menjadi guru SMEA,” (ME/18/04/2016)
Hasil wawancara di atas sesuai dengan data yang dilampirkan dalam profil sekolah yang menyampaikan bahwa tahun berdiri SMK Negeri 1 Ngawi pada tahun 1989 dan merupakan peralihan dari SPG
77
(Sekolah Pendidikan Guru). Sekolah ini awalnya merupakan Sekolah Pendidikan Guru (SPG), hingga pada tahun 1989 berubah menjadi SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas), kemudian pada tahun 1994, terdapat kebijakan pemerintah khususnya dari kementerian pendidikan dan kebudayaan terkait perubahan STM dan SMEA menjadi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), akhirnya sekolah ini berubah menjadi SMK Negeri 1 Ngawi.
2. Kultur Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi Kultur sekolah merupakan pembiasaan positif yang ditanamkan oleh pihak sekolah kepada siswanya dan hal tersebut dapat tertanam bagi siswanya sehingga menjadi karakteristik dari siswa tersebut. Kultur yang dibahas dalam penelitian ini merupakan kultur yang bersifat Kultur yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Ngawi merupakan pengembangan dari visi dan misi pihak sekolah. Visi dari SMK Negeri 1 Ngawi adalah “Menjadikan SMK Negeri 1 Ngawi yang Cerdas, Kompetitif dan berjiwa Entrepreneur”. Kultur SMK Negeri 1 Ngawi juga dijelaskan dari wawancara dengan beberapa Narasumber yaitu : “ya kalau ditanya budaya, ya etos kerja yang pasti. Etos kerja itu kan semangat belajar, itu semangat belajar tinggi itu yang sedang kita kembangkan, dikembangkan oleh semua guru tentunya bagaimana siswa kita itu mendapat... mendapat penilaian dari masyarakat bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi memiliki etos kerja yang tinggi diwujudkan dalam semangat belajar yang kuat. Yang kedua berperilaku, perilaku sopan yang diwujudkan dalam kedisiplinan. Bagaimana siswa SMK Negeri 1 Ngawi dilakukan
78
pembiasaan dari saat MOS (Masa Orientasi Siswa) misalnya, dibawa ke ARMED (Akademi Militer), itu adalah upaya bagaimana agar siswa ini menjadi siswa yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi, yang akan berdampak pada belajar yang baik, ya, dan lain-lain, itu yang kami tonjolkan dalam bentuk budaya etos kerja yang tinggi, semangat belajar yang tinggi, yang itu akhirnya yang diketahui oleh masyarakat dan animo masyarakat akhirnya tinggi, jarang siswa SMK Negeri 1 Ngawi yang norak kan jarang, ada larangan untuk tidak boleh pawai setelah Ujian Nasional (UN), ya tidak ada yang pawai, ada larangan utnuk tidak boleh corat coret baju, ya tidak ada yang corat coret baju, itu artinya nilai disiplin yang kita tanamkan pada siswa terbawa hingga siswa tersebut lulus..” (SD/14/04/2016) Berdasarkan visi dan hasil wawancara di atas, maka dapat dikembangkan bahwa kultur yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi antara lain : 1) Disiplin Kedisiplinan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam waktu, peraturan dan manajemen diri kita senantiasa dituntut untuk disiplin. SMK Negeri 1 Ngawi juga menyadari pentingnya karakterk disiplin itu tertanam dalam diri siswa. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Ibu SA yang menyampaikan bahwa : “Kalau masyarakat yang memasukkan anak di Sekolah ini, yang mau kuliah masih dibantu, kalau yang mau kerja, lebihlebih BKK bisa langsung disalurkan. Itu begitu, jadi disini karena mengarahnya pada keinginan anak kesitu, berarti kami mengarahkan dengan disiplin yang tinggi, begitu” (SA/02/05/2016) Demikian juga yang disampaikan oleh bapak AM terkait dengan kedisiplinan sebagai berikut ini :
79
“terus yang disiplin juga, disiplin harus dalam segala hal kedisiplinannya, baik itu di sekolah, di rumah, ya kita mulai dari yang dirumah saja dulu misalnya, sudah menanamkan kedisiplinan, misalnya disiplin waktu contohnya itu waktu bangun tidur, waktu sholat, dan lain sebagainya,” (AM/14/05/2016) Bapak SD juga mendukung pernyataan di atas terkait dengan kedisiplinan sebagai berikut ini : “perilaku sopan yang diwujudkan dalam kedisiplinan. Bagaimana siswa SMK Negeri 1 Ngawi dilakukan pembiasaan dari saat MOS (Masa Orientasi Siswa) misalnya, dibawa ke ARMED (Akademi Militer), itu adalah upaya bagaimana agar siswa ini menjadi siswa yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi, yang akan berdampak pada belajar yang baik” (SD/14/04/2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan merupakan kultur utama yang mulai diterapkan pada siswa di SMK Negeri 1 Ngawi, dalam hal ini disiplin yang dimaksud terkait dengan bagaimana siswa itu nanti belajar serta nanti ketika siswa mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja. Pembiasaan kedisiplinan ini dimulai ketika siswa baru saja mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS), selama proses pembelajaran berlangsung, hingga pada proses akhir pembelajaran atau pasca pelaksanaan Ujian Nasional. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak SD terkait dengan contoh kedisiplinan siswa sebagai berikut ini : “...jarang siswa SMK Negeri 1 Ngawi yang norak kan jarang, ada larangan untuk tidak boleh pawai setelah Ujian Nasional (UN), ya tidak ada yang pawai, ada larangan utnuk tidak boleh corat coret baju, ya tidak ada yang corat coret baju, itu
80
artinya nilai disiplin yang kita tanamkan pada siswa terbawa hingga siswa tersebut lulus..” (SD/14/04/2016) Berdasarkan penjelasan di atas, diketahui bahwa salah satu contoh nilai kedisiplinan siswa adalah ketika siswa kelas 12 sekolah lain melakukan konvoi pasca Ujian Nasional, maka siswa kelas 12 SMK Negeri 1 Ngawi secara sadar tidak mengikuti konvoi dan mengikuti himbauan dari pihak sekolah terkait hal tersebu. Kedisiplinan siswa juga dapat dilatih dengan adanya sidak, baik dari tim kedisiplinan, BK, maupun Wali Kelas masing-masing. 2) Etos Kerja yang tinggi Pengembangan kultur kerja ini dapat dilihat ketika siswa nanti melakukan prakerin selama 3 bulan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Bapak MS dalam wawancara berikut : “oh iya, setelah kita melakukan analisa itu, setelah anak-anak praktek (prakerin) disuatu DU/DI ada yang ditarik untuk bekerja disana, contohnya di Bank Jatim, lulusan ya ada, di BPR juga ada siswa di SMK Negeri 1 Ngawi, siswa lulusan Akuntansi kerjanya bagus, baik dikenal terampil bisa ditarik untuk bekerja disana,” (MS/16/04/2016) Kemudian Ibu ME menambahkan terkait dengan etos kerja siswa SMK Negeri 1 Ngawi sebagai berikut : “memang sudah terbukti lho mbak, kalau DU/DI itu yang PSG anak SMK Negeri 1 Ngawi, itu seneng, kadang-kadang minta lagi. Udah gak pakai tawar-menawar mbak, pokoknya senang karena anak SMK Negeri 1 Ngawi katanya kalau dilatih itu gampang” (ME/13/05/2016) Etos kerja yang tinggi disini adalah siswa diajarkan untuk bekerja secara maksimal dan optimal, sehingga pekerjaan yang dihasilkan
81
merupakan pekerjaan yang dapat memuaskan pihak yang mempekerjakan, hal ini dapat dilihat ketika siswa mengikuti kegiatan Prakerin. Dari hasil wawancara di atas, maka bisa disimpulkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi memiliki etos kerja yang cukup baik. Terbukti dengan feed-back dari pihak DU/DI yang bersedia untuk ditempati siswa prakerin merasa puas dengan kinerja siswa tersebut dan beberapa diantaranya menginginkan siswa SMK Negeri 1 Ngawi untuk bisa prakerin di DU/DI yang bersangkutan . 3) Etos Belajar yang tinggi SMK Negeri 1 Ngawi menanamkan kepada siswanya untuk selalu belajar giat, atau bisa disebut dengan etos belajar yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari profil sekolah yang menunjukkan bahwa setidaknya dalam 5 tahun terakhir menunjukkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi lulus 100%. Data tersebut didukung dangan hasil wawancara dengan Bapak AM sebagai berikut ini : “selalu 100%, memang untuk 10-9 tahun yang lalu ada satu atau dua orang yang ndak lulus, tapi rata-rata baik, rata-rata 100%. Itu sekitar 10 tahun yang lalu” (AM/02/05/2016)” Hal di atas dapat menggambarkan bahwa etos belajar siswa SMK Negeri 1 Ngawi cukup baik yang dilihat dari hasil Ujian Nasional dalam beberapa tahun terakhir yang rata-rata berada pada kisaran angka 6,5 – 8,5. Etos kerja yang tinggi tentu saja dilatih atau dipersiapkan dengan etos belajar yang tinggi di lingkungan sekolah. Etos belajar yang
82
tinggi ditunjukkan dengan siswa yang belajar dengan giat, baik ketika menerima teori didalam kelas, maupun ketika praktik di laboratorium. Mengerjakan tugas secara maksimal dan mendapatkan nilai yang memuaskan merupakan tolak ukur dari kultur yang dibangun sejak awal di SMK Negeri 1 Ngawi. Etos belajar yang tinggi ini juga akan mendukung siswa untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya, karena memang beberapa DU/DI/Perusahaan telah menetapkan bahwa terdapat nilai minimal yang harus dipenuhi oleh calon pegawainya. Hal ini berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu ME, beliau menyampaikan bahwa karena memang ada beberapa tempat pekerjaan tertentu yang mensyaratkan untuk UNASnya itu minimal 6,5 padahal standar kelulusannya itu kan 5,5 (ME/13/05/2016) Demikian juga bapak ME menyampaikan bahwa : “batas minimal untuk bisa diterima ataupun mendaftar, baik diperguruan tinggi maupun dikantor ataukah mungkin diinstansi lainnya, ada yang memberikan batasan nilai itu 6,5” (AM/14/05/16)
4) Kultur Kewirausahaan Semangat entrepreneurship merupakan hal yang penting yang perlu dikembangkan oleh sekolah manapun. SMK Negeri 1 Ngawi secara konsisten selalu memberikan amunisi kepada siswanya untuk selalu meningkatkan
semangat
berwirausaha.
Terkait
dengan
entrepreneurship hal ini tertera jelas dalam visi SMK Negeri 1
83
Ngawi pada kata terakhir, kemudian juga tertera dalam misi nomer 4,
yaitu
mengembangkan
program-program
yang
mampu
memotivasi dan membangun nilai-nilai entrepreneurship. Data di atas kemudian didukung dengan pernyataan dari bapak AM terkait dengan kewirausahaan sebagai berikut ini : “...Menjadi seorang wirausaha, jadi jangan , kalau bisa mengusahakan untuk tidak menjadi tenaga kerja, tapi ee ee jangan hanya mencari pekerjaan maksud saya, jangan mencari pekerjaan tapi menciptakan lapangan pekerjaan, jangan hanya mencari pekerjaan tapi juga menciptakan, itu nanti bisa dimulai dari yang kecil nah itu nanti kan lama-lama bisa tumbuh dan berkembang. Untuk anak TEI juga, nanti juga bisa itu untuk memulai wirausaha sebagai servis, servis seperti itu. Misalnya itu usaha untuk memperbaiki lampu, dan banyak yang seperti itu” (AM/31/05/2016) Kemudian bapak SD juga menyampaikan bahwa : “Entrepreneur berarti mengembangkan kemampuan bisnis, khususnya adalah jiwa wirausaha, soalnya kita juga menyampaikan pada janji siswa bahwa pada point terakhir itu merupakan komitmen untuk menjadi enterpreneur, entrepreneur itu bukan berarti harus menjadi juragan, pengertian enterpreneur adalah pengelolaan, jadi berjiwa enterpreneur adalah orang yang bisa mengelola diri sendiri” (SD/14/04/2016) Kemudian ditambahkan oleh ibu SA yang menyampaikan terkait entrepreneur, beliau menyampaikan bahwa : “Tapi ya tidak menutup kemungkinan bahwa memang sulit sekali untuk seusia dia untuk muncul jiwa kewirausahaan itu kan kecil sakali, tapi walau kecil kan bukan berarti tidak bisa ditumbuhkan. Gurunya tinggal siap atau enggak, “tidak punya modal bu” “halah modal itu nomer 15, yang pertama itu adalah kesungguhan” karena saya sendiri itu kan saya itu kan punya jiwa kewirausahaan.” (SA/26/05/2016)
84
Berdasarkan hasil wawancancara dan analisis dokumentaasi di atas, dapat diketahui bahwa semangat entrepreneurship telah ditanamkan oleh siswa, dari tertera secara tertulis dalam visi dan misi, serta melalui bimbingan oleh bapak ibu/ guru di SMK Negeri 1 Ngawi. Penanaman
dan
pengembangan
nilai
entrepreneurship
ini
mendapatkan dukungan penuh dari pihak sekolah. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Bapak SA sebagai berikut ini : “iya memang ada, nanti rencananya akan dibuat seperti beberapa tahun lalu, yaitu siswa bisa mengambil dagangan dari Skansa mart kemudian bayarnya nanti setelah dagangan habis, tapi memang belum sampai, tapi untuk siswa2 itu diberikan pinjaman untuk berwirausaha itu satu kelas satu juta, untuk sementara ini, itu nanti kalau berjalan dengan baik itu mungkin nanti bisa ditambah lagi, itu nanti tanggungan kelas, itu nanti satu kelas dibuat kelompok ratarata 5 satu kelas, terus uang satu juta itu nanti dibagi masingmasing kelompok itu nanti 200-200 lalu dikembalikan pada waktu nanti kelas 3, jadi memang diberikan waktu untuk berpraktik dan dipinjami modal dari sekolah. Kalau serius itu nanti bisa minta lagi kok, kalau serius. Kemudian setelah itu mereka akan membuat laporan bisnis itu, jadi nanti anak itu bisa membayangkan nanti siswa kalau berwirausaha itu seperti apa, dengan membuat laporan” (AM/31/05/2016)
Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa salah satu contoh dukungan pihak sekolah untuk siswanya yang ingin berwirausaha adalah dengan memberikan kesempatan siswa untuk bisa mengambil beberapa barang dari SKANSA Mart dan bisa dibayarkan nanti setelah dagangannya habis. Program ini akan dimulai lagi setelah terlaksana beberapa tahun yang lalu. Kemudian yang saat ini sedang terlaksana adalah program pemberian pinjaman kepada anak-anak
85
yang dikoordinir dalam satu kelas dengan jumlah dana Rp 1.000.000,00 dan nanti bisa dikembalikan ketika telah lulus dari kelas XII. Demikianlah penanaman jiwa kewirausahaan pada siswa SMK Negeri 1 Ngawi, dapat dilihat dari regulasi yang terdapat di sekolah, dukungan dan motivasi dari bapak/ibu guru serta dukungan riil dari pihak sekolah. Dampak dari pengembangan kultur sekolah di atas, diharapkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi akan menjadi siswa yang lebih siap untuk menghadapi dunia kerja yang akan dihadapinya setelah lulus. 3. Profil Program Keahlian Akuntansi Program Keahlian Akuntansi merupakan salah satu program keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi. Program Keahlian Akuntansi merupakan salah satu program keahlian favorit yang banyak diminati oleh calon peserta didik yang mendaftar di SMK Negeri 1 Ngawi. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik dibawah ini. Tabel 3. calon peserta didik SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2016/2017 berdasarkan jalur PPDB Tes JUMLAH PENDAFTAR TIDAK NO DITERIMA TOTAL DITERIMA JML % JML % JML % 1 TEI 50 15,24 108 13,85 158 14,26 2 AP 51 15,55 188 24,10 239 21,57 3 AK 101 30,79 216 27,69 317 28,61 4 PM 76 23,17 71 9,10 147 13,27 5 TKJ 50 15,24 197 25,26 247 22,29 328 100 780 100 1108 100 Sumber : Data Sekunder
86
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa peminat pada program keahlian Akuntansi menduduki peringkat teratas, yaitu sejumlah 28,61% atau sejumlah 317 siswa, dan hanya 101 saja yang diterima, untuk memenuhi 4 rombongan belajar yang telah tersedia. Guna mendukung data di atas, yang menyebutkan bahwa jurusan Akuntansi merupakan jurusan favorit adalah penyataan dari bapak SD sebagai berikut ini : “berdasarkan data ya, kalau dilihat yang daftar itu yang paling banyak jurusan Akuntansi, yang kedua TKJ, kemudian perkantoran, kemudian TEI, kemudian PM. Justru PM itu yang kurang diminati, tapi tercukupi semuanya (kebutuhan siswa per rombongan kelas), tapi yang paling besar ya akuntansi.” (SD/14/04/2016) Pernyataan di atas juga didukung oleh ibu SA, yang menyampaikan bahwa : “yang Bismen ( Bisnis dan Manajemen) itu Akuntansi, Administrasi, AK sama AP, kalau yang teknik itu ya TKJ, jadi ya rata-rata tiga jurusan itu yang jadi favorit anak-anak” (SA/02/05/2016) Berdasarkan hasil analisis dokumen dan hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa Program Keahlian Akuntansi merupakan program keahlian favorit di SMK Negeri 1 Ngawi. Program keahlian Akuntansi memiliki visi dan misi yang mendukung keberadaan mereka sebagai program keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi. Visi dari program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi adalah program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi siap menjadi program keahlian keilmuan dalam memberi
87
pelayanan pendidikan yang berwawasan budaya, mengedapankan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan berlandaskan IMTAQ (Iman dan Taqwa). Untuk mewujudkan visi tersebut, maka dituangkan dalam misi program keahlian Akuntansi. Misinya adalah meghasilkan tamatan yang menguasai kompetensi program keahlian, mandiri serta mengembangkan sikap profesional untuk memasuki dunia kerja. Berikut ini merupakan struktur dari program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi: KETUA
SEKRETARIS
BENDAHARA
WALI KELAS
GURU
SISWA
Gambar 5. Struktur Organisasi Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi Sumber : data sekunder Terkait dengan profil program keahlian akuntansi, dalam wawancara bapak SD menyampaikan bahwa : “Kalau Akuntansi pasti berhubungan dengan finansial, saya masuk akuntansi berarti saya mengelola terkait dengan uang, berurusan dengan uang, bukan uangnya. Tapi dokumen yang berkaitan dengan keuangan. Hubungan dengan uang, walaupun bukan berhubungan dengan uangnya secara 88
langsung, namun mengelola dokumen keuangan, tata uang, tata uang seperti itu. Meskipun tidak selalu berkaitan dengan uang kan, misalnya asset, seperti itu. Ya gampangnya berkaitan dengan finansial atau keuaangan” (SD/14/04/2016) Ibu ME juga menyampaikan bahwa : “Nah kalau anak AK itu dilibatkan dalam membuat rencana anggaran kalau di kepanitiaan, terus kalau anak AK itu memang dikenal cerdas anak AK itu, memang anaknya itu pinter-pinter, lebih giat daripada anak pemasaran, sepertii itu, jadi kalau anak AK itu tipenya tipe kerja kalau anak AK itu, anak kantor, mengamati benda mati” (ME/25/05/2016) Bapak SA pun menyampaikan bahwa : “Kalau anak AK itu jelas apa ya pembukuan ya istilahnya, apa ya istilahnya, orang BK itu kadang-kadang juga gak begitu ngerti, apa ya pembukuan tentang keuangan walaupun itu keuangan di di di perusahaan atau di toko-toko misalnya, ya itu kemungkinannya bisa ya ada sih 1 anak yang sudah jadi akuntannya toko itu juga ada, atau paling itu jadi kasir gitu , itu kan juga hubungannya dengan ketelitian itu tadi” (SA/06/06/2016) Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa Program keahlian akuntansi atau AK merupakan program keahlian yang membekali siswa/ lulusannya dengan kemampuan untuk mengelola keuangan. Mulai dari keuangan perusahaan, perbankan, maupun perpajakan. Oleh karena itu, profesi yang sesuai dengan program keahlian ini antara lain : sebagai staff administrasi khususnya bagian pembukuan atau keuangan, staff di Koperasi, staff di Bank, dan masih banyak lainnya.
89
4. Pemetaan Lulusan Program Keahlian Akuntansi tahun 2011-2015 Setelah melakukan pembahasan terkait dengan pemetaaan lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun 2011-2015 di atas, maka pada sub-bagian ini akan membahas secara lebih spesifik pada program keahlian Akuntansi, yaitu terkait dengan pemetaan lulusan Akuntansi secara lebih mendetail lagi. Berikut ini adalah tabel pemetaan lulusan program keahlian Akuntansi pada tahun 2011-2015. Tabel. 4 Pemetaan Lulusan Program Keahlian Akuntansi tahun 20112015 TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 JUML AH
BEKER JA RELEV AN
BEKERJA TIDAK RELEVAN
BEKERJ A TIDAK JELAS
KULIAH
10 10 28 10 8
42 43 19 25 30
4 3 5 5 0
66
159
17
TIDAK TERDE TEKSI
KURSUS
WIRAU -SAHA
LAINLAIN
15 14 13 27 24
0
1 1 1 3 0
1 1 0 0
1 0 1
93
0
6
2
2
Sumber : Data Sekunder Berdasarkan tabel di atas, telah diketahui bahwa pemetaan lulusan dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu Bekerja, Kuliah, Kursus, Wirausaha, Lain-lain dan Tidak terdeteksi. Lain-lain adalah kondisi yang tidak termasuk dalam kategori yang telah ada, misalnya : siswa Meninggal, mendaftar menjadi TNI/POLRI, siswa mondok dan lain sebagainya. Tidak terdeksi yang dimaksud disini adalah siswa tidak memberikan laporan kepada pihak BK dan BKK terkait dengan posisinya sekarang ini, sehingga dalam data penelusuran lulusan tidak
90
terdapat keterangan, apakah siswa tersebut bekerja, kuliah, atau yang lainnya. Penelitian ini
berfokus pada siswa yang langsung bekerja
setelah lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi. Berdasarkan data yang telah diperoleh, peneliti dapat mengklasifikasikan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu Bekerja Relevan, Bekerja tidak Relevan, dan Bekerja tidak jelas. Bekerja relevan yang dimaksud adalah siswa bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya, misalnya untuk siswa AK bekerja di Koperasi, bekerja di Bank, dan instansi lain yang mendapatkan posisi sebagai administrasi keuangan dan pembukuan. Bekerja tidak relevan yang dimaksud adalah lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan program keahliannya, misalnya Program Keahlian Akuntansi tapi bekerja di PT SAI Mojokerto, yang notabene bekerja sebagai operator produksi pada sebuah perusahaan perakitan kabel mobil. Bekerja tidak jelas yang dimaksud disini merupakan kondisi dimana lulusan memberitahukan kepada BK dan BKK bahwa dirinya sudah bekerja namun tanpa diberi keterangan yang jelas, misalnya seorang siswa memberitahukan bahwa dia sudah bekerja namun hanya memberi keterangan “Bekerja di Surabaya, Bekerja di Jakarta, dan lain sebagainya”. Berdasarkan tabel pemetaan lulusan Program keahlian Akuntansi di atas, pada tahun 2011, diketahui bahwa jumlah lulusan program keahlian
akuntansi
yang bekerja relevan
dengan kompetensi
keahliannya terdapat 10 lulusan, kemudian untuk lulusan yang bekerja
91
tidak sesuai dengan kompetensi keahlian setidaknya terdapat 42 anak. Kemudian untuk lulusan yang bekerja namun tidak jelas dimana terdapat 4 lulusan. Lulusan yang mengeyam pendidikan jenjang selanjutnya terdapat 15 lulusan, dan lulusan yang membuka usaha baru atau berwirausaha sebanyak 1 orang. Tahun 2012, terdapat 10 lulusan program keahlian Akuntansi yang tercatat bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya. Sedangkan lulusan yang bekerja namun tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya sebanyak 43 lulusan, sedangkan lulusan yang bekerja namun tidak jelas tempat dan pada posisi apa sebanyak 3 lulusan. Lulusan program keahlian Akuntansi yang melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sebanyak 14 anak, dan yang memutuskan untuk menjadi wirausaha sebanyak 1 lulusan. Lulusannya yang masuk kategori lain-lain 1 orang, yang dinyatakan meninggal dunia. Tahun 2013, terdapat peningkatan yang signifikan pada lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki sebanyak 28 lulusan. Pada tahun ini, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ngawi, membuka lowongan Outsourcing yang sesuai (relevan) dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh program keahlian Akuntansi, yaitu bidang administrasi dan perhitungan pasca survey kependudukan, sehingga dalam hal ini peneliti memutuskan bahwa lulusan Akuntansi yang bekerja di BPS bisa dikatakan relevan,
92
setidaknya pada hal perhitungan dan pembukuan, sekalipun bukan urusan finansial. Lulusan yang bekerja namun tidak relevan dengan kompetensi keahlian yang dimiliki adalah sejumlah 19 lulusan, dan 5 lulusan masuk dalam kategori bekerja namun tidak dapat ditelusuri dengan jelas bekerja dimana dan posisi apa. Selanjutnya terdapat 13 lulusan melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan yang lebih lanjut atau kuliah, dan 1 orang membuka usaha sendiri atau biasa disebut dengan berwirausaha. 1 lulusan yang masuk kategori lain-lain karena memilih untuk Mondok, dan 1 lulusan tidak memberikan kabar kepada pihak BK dan BKK tentang keberadaannya, apakah bekerja ataukah kuliah dimana. Selanjutnya pada tahun 2014, jumlah lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya sejumlah 10 lulusan, lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki adalah sejumlah 25 lulusan, dan lulusan yang bekerja namun tidak menginformasikan secara jelas sejumlah 5 lulusan. Setidaknya terdapat 27 lulusan yang memilih untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang selanjutnya, atau berkuliah dan 3 lulusan memilih untuk membuka usaha baru dan menjadi wirausahawan. Tahun 2015, jumlah lulusan yang tidak dapat dideteksi keberadaannya sejumlah 1 lulusan, lulusan ini tidak memberikan kabar kepada pihak BK dan BKK SMK Negeri 1 Ngawi tentang
93
keberadaannya. Kemudian 8 lulusan bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimilikinya, angka ini cenderung lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Kemudian lulusan yang bekerja tidak relevan dengan keahlian lulusan terdapat sejumlah 30. 24 lulusan yang mendapatkan kesempatan untuk mengeyam pendidikan tingkat tinggi, atau berkuliah pada program studi pilihan masing-masing. Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lulusan dari program keahlian Akuntansi memilih untuk bekerja sekalipun tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimilikinya, kemudian disusul banyak lulusan yang memilih untuk melanjutkan studinya pada jenjang pendidikan tinggi sesuai dengan prodi pilihan masing-masing. Kemudian lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya merupakan kategori dengan jumlah terbanyak ketiga, dan setidaknya dari 5 tahun di atas, terdapat 6 wirausahawan baru yang membuka usaha dan kemungkinan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi orang lain. Proporsi lulusan program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi baik yang bekerja maupun yang melanjutkan ke perguruan tinggi ataupun yang berwirausaha dapat dilihat pada diagram pie di bawah ini.
94
BEKERJA RELEVAN
01% % 2% 0%
BEKERJA TIDAK RELEVAN BEKERJA TIDAK JELAS 19% KULIAH
27% KURSUS WIRAUSAHA 5%
LAIN-LAIN 46%
TIDAK TERDETEKSI
Sumber : Data Sekunder Penelitian Gambar 6. Diagram pemetaan lulusan program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi Melihat rata-rata data dari tahun 2011-2015 di atas, maka diketahui rata-rata 13 lulusan atau 19,03% dari lulusan
program
keahlian akuntansi yang bekerja relevan jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Kemudian rata-rata sebanyak 32 lulusan atau 45,84% bekerja tidak sesuai dengan kompetensi keahliannya, rata-rata sebanyak 3 lulusan atau dalam angka 4,90% bekerja namun tidak diketahui dimana tempat dan posisi bekerjanya, kemudian rata-rata lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi sebanyak 19 lulusan atau 26,81%, lulusan yang membuka usaha sebanyak 1 lulusan atau 1,73%, lulusan yang meninggal dan mondok sebanyak kurang lebih 1 lulusan atau 0,72% dari jumlah lulusan keseluruhan, serta terdapat kurang lebih 1 lulusan atua 0,96% lulusan yang tidak memberikan kabar kepada pihak sekolah terkait
95
posisinya sekarang, apakah bekerja ataukah melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada setiap tahunnya. 5. Daya Serap Lulusan Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dalam memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan tahun 2011-2015. Penelitian ini mendefinisikan daya serap sebagai suatu kemampuan lulusan untuk dapat diterima di dunia kerja/ dunia industri/ dunia usaha yang terdapat di tengah-tengah masyarakat. Data ini diperoleh melalui proses penelusuran lulusan yang dilakukan oleh pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi setiap tahun. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan bapak MS, “untuk penelusuran lulusan itu lewat BK, nanti disalurkan lewat BK disesuaikan dengan program keahliannya, ya ada yang tidak sesuai tapi lebih banyak yang sesuai, jadi penelusurannya lewat BK, jadi nanti data bisa diminta lewat BK, jurusan akuntansi kemana, berapa setiap tahun, berapa yang diterima disini, itu ada semua di BK,” (MS/16/04/2016) Berdasarkan pernyataan di atas dan didukung dengan data dokumentasi yang diperoleh, maka penelusuran lulusan merupakan tanggung jawab dari pihak BK. Proses penelusuran lulusan yang dilakukan oleh pihak BK, setidaknya terdapat beberapa metode yang digunakan, hal ini sesuai dengan pernyataan dari bapak SD berikut. “...ketika sudah lulus kemudian sudah kemana, pasti sekolahnya itu diberi tahu, di BP itu pasti ada datanya, kalau jaman dulu menggunakan kartu pos, kalau jaman sekarang kan sudah ketinggalan jaman itu (tertawa kecil), diberi kartu pos, kemudian nanti dikirim, kalau sekarang kan sudah ada HP (Handphone), pakai HP saja sudah, pakai HP pakai WA
96
(Whatsapp) saja sudah masuk, tapi juga supaya lebih detail nanti wawancara sama bu Sri, atau BKK begitu..” (SD/14/04/2016) Pernyataan di atas juga didukung oleh bapak AM sebagai berikut. “kalau penelusuran kita menggunakan kartu pos penelusuran siswa, kemudian ada papan administrasi BKK yang ada disana (menunjuk ke papan di depan sekolah), papan penelusuran siswa atau bisa juga dengan lewat online, bisa lewat SMS atau WA nah itu anak-anak bisa langsung.” (AM/02/05/2016) Pernyataan di atas juga didukung oleh ibu SA sebagai berikut. “ee, pertama yang lebih mudah dilaksanakan itu adalah memakai kartu pos penelusuran lulusan itu, anak itu sebelum lulus sudah diberi kartu pos, kartu pos itu diberikan saat akan lulus begitu, kemudian nanti disuruh janji untuk mengembalikan, nanti anak-anak langsung mengembalikan. Nanti pertama-tama itu hanya satu dua anak tidak mengembalikan ya, di SMS. Ada juga yang itu terpasang di tembok itu, namanya itu juga penelusuran itu, dipasang blangko disitu nanti anak bisa menuliskan disitu, ya itulah, biasanya menggunakan kartu pos, atau menggunakan papan penelusuran yang kedua, atau yang ketiga bisa lewat SMS” (SA/26/05/2016) Berdasarkan ketiga pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses penelusuran lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dilakukan secara manual maupun secara online. Pertama, penelusuran lulusan menggunakan kartu pos. Kartu pos ini diberikan kepada siswa ketika siswa sudah menyelesaikan ujian nasional, setelah siswa mendapatkan posisi baru, semisal bekerja, kuliah, ataupun aktivitas yang lain, maka siswa tersebut berkewajiban untuk mengembalikan atau mengirimkan kartu pos tersebut kepada pihak sekolah. Kedua, menggunakan papan penelusuran lulusan, papan ini terpajang di dinding luar sekolah. Harapan dari adanya papan ini adalah memudahkan lulusan yang belum bisa mengembalikan kartu pos, namun bisa mengunjungi sekolah ketika
97
hari libur misalnya, nanti siswa diijinkan untk mengisi kartu yang berada di papan penelusuran lulusan tersebut. Penelusuran lulusan juga dilakukan secara online, yaitu dengan kontak secara non-formal, berbasis media sosial dan short-Messageservice (SMS) kepada nomor yang telah ditentukan. Hal ini dilakukan karena lulusan bekerja atau kuliah di luar kota atau luar negeri, sehingga belum bisa mengembalikan kartu pos. Baik secara manual maupun online, diketahui data penelusuran lulusan yang diterbitkan oleh pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi setiap tahunnya. Daya serap lulusan disini juga dapat dilihat dari lamanya masa tunggu lulusan dalam memperoleh pekerjaan. Dari data yang diperoleh dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2014 diketahui data sebagai berikut ini. Tabel 5. Analisis masa tunggu penempatan BKK SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2014 No Terserap bulan Jumlah Masa tunggu 1 Juni 2014 78 orang Tidak menunggu 2 Juli 2014 49 orang 1 bulan 3 Agustus 2014 94 orang 2 bulan 4 September 2014 22 orang 3 bulan 5 Oktober 2014 28 orang 4 bulan 6 November 2014 14 orang 5 bulan 7 Desember 2014 7 orang 6 bulan 8 Januari 2015 14 orang 7 bulan 9 Februari 2015 17 orang 8 bulan 10 Maret 2015 11 orang 9 bulan 11 April 2015 3 orang 10 bulan 12 Mei 2015 8 orang 11 bulan 13 Juni 2016 5 orang 12 orang Jumlah 350 orang Sumber : data sekunder
98
Prosentase 22 14 27 6 8 4 2 4 5 3 1 2 1
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa masa tunggu lulusan SMK Negeri 1 Ngawi relatif pendek. Nampapk pada bulan JuniOktober 2014 atau 4 bulan masa tunggu diketahui terdapat 271 dari 350 lulusan telah memperoleh penempatan kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa sekitar 77,42 % lulusan SMK Negeri 1 Ngawi hanya perlu menunggu selama 4 bulan untuk ditempatkan. Secara umum, lebih dari 60% lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja memiliki rata-rata masa tunggu dari 0-2 bulan, sehingga dapat dikategorikan bahwa daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dikatakan cukup tinggi dari kategori masa tunggunya. Data di atas merupakan data daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara umum, secara lebih spesifik lagi peneliti akan melakukan analisis daya serap lulusan Program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dalam memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan. Daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi program keahlian Akuntansi dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 6. Daya serap lulusan program keahlian Akuntansi tahun 20112015 TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 JUMLAH
Jumlah sisiwa
BEKERJA
KULIAH
72 72 68 70 63 345
56 56 52 40 38 242
15 14 13 27 24 93
KURSUS
WIRAUSAHA
LAINLAIN
0 0
1 1 1 3 0 6
1 1 0 0 2
TIDAK TERDET EKSI
1 0 1 2
Sumber : Data Sekunder Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sebagian besar lulusan program keahlian Akuntansi sebagian besar yaitu sebanyak 242 99
dari 345 lulusan atau berada pada angka 70,14%, dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan. Lulusan program keahlian akuntansi yang dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi sebanyak 26,96%.
Sisanya
tersebar
mulai
dari
berwirausaha,
menjadi
TNI/POLRI, melanjutkan ke Pondok Pesantren, dan lain sebagainya. Dari data di atas, maka dapat diketahui bahwa daya serap lulusan program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi cukup tinggi, yaitu berada pada angka 70,14% dari jumlah lulusannya selama 5 tahun dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan.
6. Relevansi Lulusan Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan Pekerjaan. Relevansi merupakan suatu kesesuaian antara suatu hal dengan hal yang lain. Relevansi pendidikan yang peniliti pahami merupakan suatu kesesuaian antara output dari suatu instansi pendidikan dengan kelanjutkan karir dari output tersebut, baik dalam dunia pekerjaan maupun dalam hal pendidikan lanjut. Peneliti dalam penelitian ini melakukan pembatasan bahwa penelitian ini hanya membahas terkait relevansi atau kesesuaian antara lulusan dengan lapangan pekerjaan yang digelutinya setelah lulus dari sekolah. Program keahlian Akuntansi merupakan salah satu program keahlian yang diminati di SMK Negeri 1 Ngawi, dengan alasan itu pula peneliti berminat melakukan penelitian ini, apakah program keahlian
100
dengan minat yang cukup tinggi, juga memiliki output yang relevan dengan dunia kerjanya. Berikut ini merupakan diagram garis relevansi lulusan program keahlian akuntansi dibandingkan dengan program lainnya. 30 25 20 15 10 5 0 2011
2012 TEI
2013 TKJ
AP
2014 AK
2015 PM
Sumber : Data Sekunder Penelitian Gambar 7. Diagram garis tingkat relevansi program keahlian Akuntansi dengan Program keahlian lainnya di SMK Negeri 1 Ngawi. Berdasarkan diagram baris di atas, ketahui bahwa program keahlian Akuntansi (garis warna kuning) memiliki garis yang cukup fluktuatif dan cenderung membentuk garis yang terbuka kebawah. Garis kuning pada dua tahun awal garis yang lurus, yang dapat diartikan sebagai kestabilan, menukik tajam pada tahun 2013, kemudian menukik tajam menurun pada tahun 2014 dan menurun kembali pada tahun 2015. Berbeda dengan garis orange (program keahlian TKJ) yang memiliki garis yang cukup stabil, sekalipun memiliki lekukan keatas dan kebawah, namun tidak terlalu signifikan dan selalu berada di atas garis
101
Akuntansi kecuali tahun 2013. Demikian pula dengan garis berwarna biru tua, milik program keahlian pemasaran, selalu berada di atas garis kuning milik program keahlian akuntansi. Garis berwarna biru muda milik program keahlian TEI, sekalipun program ini baru, pada awalnya memang kalah dengan program keahlian akuntansi, namun pada tahun kedua dan ketiganya program keahlian ini memiliki posisi di atas Akuntansi. Garis berwarna abu-abu, milik program keahlian Administrasi Perkantoran (AP) selalu berada dibawah garis kuning, walaupun memiliki bentuk yang sama dengan garis orange, yang artinya tingkat relevansi lulusan AP selalu lebih rendah dibandingkan dengan program keahlian Akuntansi sekalipun memiliki pola yang sama. Prosentase rata-rata tingkat relevansi masingmasing program keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7. tingkat relevansi rata-rata program keahlian akuntansi dibandingkan dengan program keahlian lain di SMK Negeri 1 Ngawi % Lulusan Seluruh 11 TEI 16,88 12 TKJ 17,92 7 AP 10,25 13 AK 19,19 12 PM 18,30 Sumber : Data Sekunder Penelitian. Prog. Keahlian
Ratarata
% Lulusan Bekerja 31,82 31,96 18,20 27,12 25,69
Prosentase rata-rata di atas diperoleh dengan mencari rata-rata jumlah lulusan yang bekerja relevan dengan kompetensi keahliannya
102
dari
tahun
2011-2015.
Kemudian
di
prosentasekan
dengan
membandingkan dengan jumlah lulusan secara menyeluruh dan untuk % lulusan bekerja diperoleh dengan membandingkan lulusan yang relevan dengan lulusan yang bekerja. Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa program keahlian yang memiliki tingkat relevansi yang paling tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi adalah program keahlian Teknik Komputer Jaringan (TKJ) sebesar 31,96% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, namun jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan, maka Program Keahlian Akuntansi (AK) memiliki tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerja yang tertinggi, yaitu sejumlah 19,19%. Program keahlian Administrasi Perkantoran (AP) memiliki tingkat relevansi terendah baik jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, yaitu 18,20%, maupun dengan jumlah lulusan secara menyeluruh, yaitu 10,25%. Berdasarkan uraian data pada subbagian sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa lulusan program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi memiliki rata-rata 13 lulusan atau 27,12% dari jumlah lulusan yang bekerja memiliki pekerjaan sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki atau angka ini setara dengan 19,19% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa program keahlian Akuntansi berada sedikit di atas rata-rata prosentase tingkat relevansi lulusan
103
secara menyeluruh di SMK Negeri 1 Ngawi, yaitu senilai 25,98% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, atau 16,24% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara menyeluruh. Oleh karena itu, maka tingkat relevansi program keahlian Akuntansi bisa dikatakan belum cukup baik jika dilihat secara umum, karena baru mencapai angka 27,12% atau baru ¼ lebih lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya, hal ini jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah lulusan yang bekerja, namun jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan secara keseluruhan maka program keahlian Akuntansi berada pada angka 19,19%, atau kurang dari 1/5 lulusan yang memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Tingkat relevansi program keahlian Akuntansi (AK) jika dilihat pada lingkup sekolah, yaitu dengan membandingkan dengan program keahlian lain maka posisi program keahlian ini menduduki peringkat ketiga, yaitu sebanyak 27,12%, dan jika dibandingkan dengan jumlah lulusan keseluruhan, maka tingkat relevansi Program keahlian akuntansi dengan dunia kerja merupakan program keahlian yang tertinggi, walaupun hanya mencapai angka 19,19%.
104
7. Praktek Kerja Industri (Prakerin) dan Kunjungan Industri (KI) sebagai program sekolah Setiap Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pasti memiliki 2 program wajib yang diikuti oleh seluruh siswanya. Kedua program tersebut adalah Praktik Kerja Industri atau biasa disingkat menjadi Prakerin dan juga program Kunjungan Industri atau biasa disebut dengan KI. Berikut ini adalah penjelasan dari kedua program tersebut dan bagaimana implementasinya di SMK Negeri 1 Ngawi. a. Praktek Kerja Industri (Prakerin) Prakerin merupakan program wajib dari pemerintah untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Pelaksanaan program ini beragam, dari 3 bulan sampai 6 bulan sesuai dengan kebijakan sekolah masing-masing. Di SMK Negeri 1 Ngawi pelaksanaan prakerin dibagi menjadi 4 gelombang dalam satu tahun. Bapak MS menyampaikan bahwa : “terkait dengan prakerin itu biasanya untuk akuntansi itu dilaksanakan pada awal tahun ajaran, selama 3 bulan, ya mulai Juli, Agustus, September, nah itu untuk tempattempatnya ya” (MS/16/04/2016) Demikian pula yang disampaikan oleh ibu SA pada wawancara pertama tanggal 2 Mei 2016 terkait dengan pelaksanaan prakerin, belaiu menyampaikan bahwa pelaksanaan prakerin itu selama tiga bulan, dalam tiga tahun itu pelaksanaan prakerin itu selama 3 bulan (SA/02/05/2016). Kemudian pada wawancara kedua pada tanggal 26 Mei 2016, Ibu SA juga menyampaikan hal yang sama, bahwa
105
pelaksanaan prakerin itu terjadwal lama, setidaknya tiga (3) sampai enam (6) bulan dan SMK Negeri 1 Ngawi mengambil kebijakan untuk pelaksanaan prakerin itu 3 bulan (SA/26/05/2016). Dan pada wawancara yang ketiga kalinya, ibu SA pun juga menyampaikan hal yang
serupa
dengan
dua
wawancara
sebelumnya,
beliau
menyampaikan bahwa : “ya setahu saya itu anak 3 bulan ada di dunia usaha/dunia industri ya, DU/DI maksudnya, itu disitu harapannya mempraktikan ilmu yang diterima disekolah di dunia kerja,” (SA/06/06/2016) Berdasarkan hasil wawancara di atas, dengan menggunakan triangulasi waktu, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan sekolah yang diambil oleh pihak SMK Negeri 1 Ngawi terkait pelaksanaan prakerin yaitu prakerin dilaksanakan dalam 3 bulan. Di SMK Negeri 1 Ngawi, program ini dilaksanakan oleh seluruh jurusan untuk melatih kompetensi akademik yang dimiliki oleh siswanya dengan langsung praktek pada dunia kerja atau dunia industri. Dalam satu tahun SMK Negeri 1 Ngawi membuat 4 gelombang prakerin, dan untuk program keahlian akuntansi khususnya itu dilaksanakan pada awal semester ganjil, yaitu bulan Juli, Agustus dan September. Sebagai program yang wajib dilaksanakan oleh seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang ada tentu saja terdapat tujuan dan dampak yang diharapkan dalam pelaksanan prakerin tersebut. Ibu ME menyampaikan bahwa :
106
“jadi prakerin itu adalah tempat lab nya anak-anak mengaplikasikan teori yang didapat disekolah, apakah teori yang saya dapatkan itu cocok atau ndak dengan kondisi lapangan yang sebenarnya, seperti itu, disamping itu, prakerin seharusnya memang harus sesuai dengan jurusan anak masing-masing, alhamdulillah kalau untuk urusan prakerin ini itu sudah hampir semua cocok dengan jurusannya. Mungkin karena memang perkembangan, dan di Ngawi juga sudah banyak tempat yang usaha yang bermacam-macam itu ya sekarang ini memang banyak yang cocok, kecuali untuk anak TEI itu memang harus ke luar kota dan harus ke kota besar, ya di pabrik besar, kalau Ngawi itu kan belum punya pabrik yang besar to, sebenarnya ya intinya wadah untuk praktik anak-anak itu di lapangan, nah itu prakerin” (ME/25/05/2016)
Kemudian bapak AM menambahkan bahwa : “prakerin? Iya. Yang diharapkan ya, siswa itu mampu mempraktikan pelajaran yang telah didapat pas di sekolah. Jadi mempraktikan pelajaran yang telah disampaikan di sekolah. Jadi intinya ya tadi, mempraktikan ilmu yang telah ada. Jadi kita dapat teori dulu, selama satu tahun, kemudian tahun yang kedua selama 3 bulan itu, nanti kita prakerin,” (AM/14/05/2016) Kemudian Ibu SA juga menambahkan bahwa : “yang tujuannya adalah ya itu tadi apa ya, biar memperoleh pengalaman di dunia kerja, biar mempraktekan ilmu yang diterima, tapi kalau , dan nanti akhirnya ada sertifikat ya? Piagam atau sertifikat ya? Sertifikat prakerin ya.” (SA/26/05/2016) Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa prakerin memiliki tujuan untuk bisa menerapkan atau mempraktikan ilmu dan teori yang telah diperoleh di sekolah pada dunia kerja, atau dengan kata lain prakerin merupakan wadah untuk siswa bisa mempraktikan teori yang telah diperoleh di Sekolah untuk
107
dipraktikan secara lebih riil di dunia kerja yang sesungguhnya.. Program ini menjadi program perwujudan kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMK Negeri 1 Ngawi dengan pihak DU/DI secara khusus dan pada masyarakat secara umum. Pelaksanaan prakerin juga memberikan dampak yang positif bagi siswa SMK Negeri 1 Ngawi secara khusus. Dampak dari prakerin disampaikan pula dalam wawancara dengan Bapak MS sebagai berikut ini : “dampaknya yang baik itu misalnya anak itu nanti sudah siap, nanti kalau dia sudah lulus nanti dia sudah siap bekerja. Itu nanti dampaknya, itu nanti untuk yang tidak mampu untuk kuliah. Jadi memang ada dua, yang mau bekerja mungkin nanti memang sudah pernah latihan, kalau yang mau lanjut kuliah mungkin nanti besok sudah lulus kuliah paling tidak sudah tahu bagaimana prosedur di kantor itu. Kan lain dengan pelajaran di sekolah. Ya setidaknya memberikan pengalaman kerja bagi siswa, meskipun hanya 3 bulan, tapi sebenarnya kurang itu, mestinya 6 bulan itu pelaksanaannya, tapi kalau 6 bulan nanti kasihan kelas dan jurusan yang lain itu, nanti ndak kebagian. Karena jumlah kelasnya itu ada 13 kelas, kemudian satu tahun itu dibagi menjadi 4 gelombang untuk pelaksanaan prakerin tersebut” (MS/19/05/2016) Dampak dari Prakerin juga disampaikan oleh bapak AM sebagai berikut : “dampaknya yang baik itu misalnya anak itu nanti sudah siap, nanti kalau dia sudah lulus nanti dia sudah siap bekerja. Itu nanti dampaknya, itu nanti untuk yang tidak mampu untuk kuliah. Jadi memang ada dua, yang mau bekerja mungkin nanti memang sudah pernah latihan, kalau yang mau lanjut kuliah mungkin nanti besok sudah lulus kuliah paling tidak sudah tahu bagaimana prosedur di kantor itu. Kan lain dengan pelajaran di sekolah. Ya
108
setidaknya memberikan pengalaman kerja bagi siswa, meskipun hanya 3 bulan, tapi sebenarnya kurang itu, mestinya 6 bulan itu pelaksanaannya, tapi kalau 6 bulan nanti kasihan kelas dan jurusan yang lain itu, nanti ndak kebagian. Karena jumlah kelasnya itu ada 13 kelas, kemudian satu tahun itu dibagi menjadi 4 gelombang untuk pelaksanaan prakerin tersebut” (MS/19/05/2016) Dampak lain dari prakerin juga disampaikan oleh ibu SA yaitu anak bisa memperoleh keterampilan dari tempat prakerin nanti bisa dibawa ke dunia kerja yang akan mereka hadapi nantinya (SA/06/06/2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dampak yang diharapkan dengan adanya prakerin adalah anak akan memperoleh pengalaman baru untuk lebih menyiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja. Setelah melaksanakan prakerin siswa akan menjadi lebih siap untuk terjun secara langsung ke dunia kerja nanti. Siswa akan dihadapkan secara langsung dengan dunia usaha/dunia industri yang riil, sehingga siswa akan terbiasa atau setidaknya siswa akan mengetahui bagaimana kondisi dunia usaha dan industri (DU/DI) ketika mengikuti kegiatan prakerin, pengalaman ini tentu saja tidak akan diperoleh jika siswa tidak mengikuti prakerin atau dengan kata lain siswa akan memperoleh pengalaman baru untuk bisa terjun ke dunia kerja yang sebenarnya setelah lulus nanti. Pelaksanaan Prakerin pada Program Keahlian Akuntansi sudah diupayakan untuk menempatkan siswanya pada Dunia Usaha maupun Dunia Industri (DU/DI) yang relevan dengan kompetensi
109
keahlian yang dimiliki oleh siswa. Berikut ini merupakan data penempatan siswa prakerin program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi
Tabel 8. Daftar Instansi yang digunakan untuk Praktek Kerja Industri Program Keahlian Akuntansi No 1. 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Nama DU/DI BRI Ngawi Dinas Pendapatan ( UPT ) PD BPR Bank Daerah kab. Madiun Cab. Ngawi PT POS Indonesia Cab. Paron Kabupaten Ngawi PT Bank BTPN Ngawi AJB Bumi Putera 1912 Ngawi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kab. Ngawi Kantor KPU Kab Ngawi PT POS Indonesia Kab Ngawi
16
PT POS Indonesia Ngrambe Kabupaten Ngawi Dinas Koperasi UMKM dan Perindustrian Kab Ngawi PT BPR UTOMO WIDODO Geneng Ngawi BPR ARTA KENCANA Caruban KPP Pratama Kabupaten Ngawi PT Bank Perkreditan Rakyat Jatim Ngawi BPD Jatim Kabupaten Ngawi
17
B P S Kabupaten Ngawi
18
PT KAI ( Persero ) Daop 7 Madiun ( Kantor Seksi Akt )
11 12 13 14 15
110
Alamat Jl, A Yani Ngawi Jl. Hasanudin Jl. Sukowati 2.A Ngawi Jl. Raya Paron Jogorogo Ngawi Jl. PB. Sudirman Jl. A Yani Ngawi Jl.Teuku Umar 12 Ngawi Jl. U Suropati Jl. J.A Suprapto No. 5 Ngawi Jl. Raya Ngrambe Ngawi Jl. PB Sudirman No. 20 Ngawi Jl PB Sudirman Geneng Ngawi Jl. Raya Caruban Jl. A Yani Ngawi Jl. S Parman 8 Ngawi Jl. Yos Sudarso Ngawi Jl. Trunojoyo Kab. Ngawi Madiun
19
20 21 22 23 24 25
Badan Penanaman Modal dan PelayananPerizinan Terpadu Kabupaten Ngawi PT Pegadaian Walikukun PG Soedono Geneng
26 27
PT POS Ind Walikukun PT Pegadaian UPC Caruban Kantor PDAM Kab Ngawi PT BPR Mulyo Raharjo Ds. Blaran Barat Magetan PT POS Indonesia Madiun KPH Perhutani Kab Ngawi
28 29
PT Pegadaian Ngawi PG Poerwodadi Magetan
31 32
PT Bank BPR UMKM Sine Koperasi manunggal makmur Surakarta Sumber : Data Sekunder penelitian
Jl. Mh. Thamrin No. 33 Ngawi Jl Raya Waliku Jl Raya Tepas Geneng Jl Raya Walikukun Jl Raya Caruban Jl. S Parman Jl. Raya Barat Magetan Jl Pahlawan Madiun Jl. Yos Sudarso Ngawi Jl. U Suropati Ngawi Jl. Raya Maospati Magetan Ngawi Jl Raya Sine Ngawi Jl. Pamugaran Surakarta
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar DU/DI yang digunakan untuk praktek kerja industri atau Prakerin merupakan instansi yang relevan dengan program keahlian Akuntani. Hal ini ditunjukkan dari 32 Instansi yang terdaftar di atas, setidaknya hanya 4 Instansi yang dirasa kurang sesuai untuk dijadikan lokasi Prakerin siswa Program Keahlian Akuntansi. Pada pelaksanaan program ini, relevansi DU/DI yang digunakan untuk praktik dengan program keahlian sangat diperhatikan. Sehingga anak-anak benar-benar akan praktik pada lapangan yang menunjang kompetensi keahlian yang telah dimiliki, sekalipun mengharuskan beberapa siswa keluar kota/kabupaten.
111
Pelaksanaan prakerin tentu saja dihadapkan dalam beberapa kendala atau hambatan yang dirasakan baik oleh pihak siswa, bapak ibu/guru dalam pelaksanaannya maupun pasca pelaksanaan Prakerin. kendala prakerin disampaikan oleh bapak MS berikut ini : “untuk prakerin itu hambatannya itu, anak-anak itu biasanya ya, mungkin jauh tempatnya, mungkin kos gitu, tapi untuk materi yang disampaikan oleh DU/DI saya kira surat menerima. Terus untuk hambatan yang lain, untuk pembimbing ya, kan ya tidak setiap saat mengujungi anakanak, ya karena tugasnya kan banyak ya. Ya ngajar, ya bisa untuk ditinggal itu.” (MS/16/04/2016) Berdasarkan wawancara di atas menyampaikan bahwa hambatan dalam pelaksanaan prakerin adalah terkait dengan tempat prakerin yang jauh dari rumah serta terkait dengan keterbatasan bapak/ibu guru pembimbing prakerin yang kesulitan
untuk mengunjungi
siswanya yang sedang prakerin. Kemudian ibu ME menyampaikan bahwa : “nah guru dan anak itu pasca prakerin itu, dihadapkan pada situasi yang serba tergesa-gesa, karena harus menghabiskan materi terus materinya 6 bulan harus habis dalam 3 bulan, anak dijejeli materi itu. Harusnya materi pelajarannya tidak usah terlalu banyak, karena hanya ada waktu 3 bulan. Nah sepertinya untuk kedepannya, akan diambil kebijakan sekolah meskipun anak ditempat prakerin, anak-anak akan tetap diberikan tugas, mid semesterpun nanti akan disuruh pulang. Akan diijinkan dari tempat prakerin, seminggu ini anak masuk karena ada mid semesteran gitu” (ME/13/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas, ibu ME menyampaikan hambatan yang dihadapi oleh bapak/guru pengajar pasca pelaksanaan prakerin, terkait
dengan keterbatasan waktu untuk menghabiskan materi
112
pembelajaran pada siswa yang baru pulang prakerin. Pernyataan yang hampir sama dinyatakan oleh bapak AM yang menyampaikan bahwa : “nah untuk kendala yang dirasakan itu ya, ini mbak, jumlah industrinya kurang. Atau tidak ... tidak berimbang dengan jumlah siswa. Sehingga akhirnya ada juga yang sampai anak-anak itu yang keluar kota, sekarang bayangkan saja, kalau Ngawi, berapa banyak instansi yang berhubungan dengan TKJ misalnya, yang perdagangan, nah kalau yang perdagangan mungkin masih banyak karena mulai berkembang toko-toko besar, kemudian jumlah siswa yang membutuhkan tempat prakerin dari SMK 1 saja itu sudah besar, jadi kadang memang dirasa kurang berimbang antara jumlah siswa dengan dunia kerja atau DU/DI” (AM/14/05/2016) Berdasarkan wawancara dengan bapak AM, dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Prakerin adalah terkait dengan keterbatasan tempat prakerin sehingga mengharuskan siswa untuk keluar kota hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak MS. Kemudian ibu ME dalam wawancara yang selanjutnya juga menyampaikan bahwa : “kendalanya? Soal waktu mbak kelihatannya, soal waktu. Anak-anak itu mintanya lebih lama gitu, padahal kalau lama itu, kita nanti repot menghabiskan materi pelajaran. Tiga bulan mbak, malah nanti rencananya itu malah mau 6 bulan, kalau 6 bulan kan jadinya, materi dalam satu tahun itu harus disampaikan dalam satu semester iya kan, jadi soal waktunya mbak “pernah ada guru pembimbingnya itu terbatas sekali waktunya untuk bisa menjenguk anak di DU/DI, jam kerjanya sekolah kan sama yaa dengan jam kerjanya anak-anak praktik, sehingga kalau mau menjenguk anak, otomatis harus meninggalkan jam mengajar, itulho, terbentur antara jam kunjungan anak dengan jam mengajar,” (ME/25/05/2016)
113
Ibu ME menjelaskan bahwa kendala pasca pelaksanaan prakerin itu terkait
dengan
keterbatasan
waktu
yang
tersedia
utnuk
menghabiskan materi pelajaran, serta terkait dengan keterbatasan waktu bapak/ibu guru pembimbing prakerin untuk mengunjungi siswanya. Kemudian ibu SA juga menyampaikan bahwa hambatan dari Prakerin sebagai berikut : “Tapi ya kadang-kadang kendala prakerin ya, anak-anak yang pulang prakerin itu untuk bisa dikondisikan untuk mau belajar lebih giat itu juga sulit juga ya, butuh waktu, karena anak sudah 3 bulan berada di luar yang pekerjaannya monoton ya, ya kalau didunia kerja kan pekerjaannya monoton ya, pekerjaan itu-itu otaknya sudah jarang berpikir belajar ya disitu itu sebetulnya kelemahan prakerin, tapi ini program nasional jadi mau apa ya komentarnya bisanya begini aja” (SA/06/06/2016) Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kendala pasca pelaksanaan prakerin tentang sukarnya untuk membiasakan kembali siswa pasca prakerin. Hal tersebut juga diakui oleh ibu ME bahwa sananya pasca prakerin siswa ketika masuk kelas itu mengalami kebingungan atas banyaknya tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru sebagai alternatif untuk mengejar materi pelajaran yang
akhirnya
mengakibatkan
mereka
banyak
mengeluh.
(ME/13/05/2016) Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa beberapa kendala yang dihadapi siswa, bapak/ibu guru dalam pelaksanaan dan pasca pelaksanaan prakerin adalah terkait dengan keterbatasan waktu dan terkait dengan terbatasnya DU/DI di
114
Kabupaten Ngawi yang ditempati untuk Prakerin sehingga mengharuskan siswa untuk ke luar kota sehingga harus tinggal jauh dari rumahnya. Kendala terkait keterbatasan waktu yang dimaksud adalah terkait dengan terbatasnya waktu yang dimiliki oleh bapak/ibu guru pembimbing prakerin untuk mengunjungi siswanya yang berada di DU/DI dalam pelaksanaan prakerin serta terbatasnya waktu untuk menghabiskan materi pasca pelaksanaan prakerin. Serta terdapat perubahan pembiasaan siswa selama prakerin yang menyebabkan siswa kesulitan untuk kembali pada pembiasaan belajar. Sebagai solusi untuk kendala yang dihadapi ini, terdapat beberapa alternatif yang telah dilakukan atau akan dilakukan pada waktu mendatang. Terkait dengan terbatasnya waktu bapak/ibu guru pembimbing
untuk mengunjungi siswa, maka dipilih alternatif
untuk memilih guru pembimbing yang rumahnya berdekatan dengan tempat prakerin, misalnya : untuk siswa yang prakerin di Magetan mendapatkan bapak/ibu guru pembimbing yang rumahnya di Magetan. Sebagai upaya untuk mengatasi dan menanggulangi kendala keterbatasan waktu pasca prakerin, untuk kedepannya pihak sekolah akan membuat kebijakan terkait pelaksanaan prakerin untuk bisa mengikuti pembelajaran secara tidak langsung yaitu dengan pemberian tugas-tugas, serta ketika pelaksaan MID semester nanti
115
anak-anak bisa dimintakan ijin ke pihak DU/DI untuk kembali ke sekolah dalam satu minggu. Terkait dengan kendala terbatasnya DU/DI yang dapat digunakan untuk prakerin di Kabupaten Ngawi, alternatif yang telah dilakukan adalah dengan memperluas jaringan dan mitra oleh pihak jurusan dengan DU/DI di luar Kabupaten Ngawi, sehingga beberapa siswa harus prakerin di luar kota dan tinggal berjauhan dengan orang tuanya untuk waktu 3 bulan atau selama pelaksanaan prakerin tersebut
b. Kunjungan Industri Selain melaksanakan Praktek Kerja Industri (Prakerin) siswa SMK Negeri 1 Ngawi juga melaksanakan kegiatan Kunjungan Industri atau biasa disebut dengan KI. Kunjungan Industri atau biasa disebut KI, merupakan kegiatan dimana siswa dapat memotret secara langsung kondisi dunia industri. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut : “melihat secara langsung yang terjadi di lapangan, dengan teori yang didapat, kalau prakerin kan mencoba aplikasi teori ya? Nah kalau ini kan (KI) hanya melihat apa yang terjadi dilapangan itu. Spontan dia akan mencari potret apa yang terjadi dilapangan itu, nanti anak diberi tugas mengumpulkan laporan, harus , nanti kalau gak begitu nanti gak tenanan mengko (tertawa kecil)” (ME/13/05/2016) Demikian pula yang disampaikan oleh bapak AM dalam wawancara sebagai berikut : 116
“kalau Kunjungan industri itu kita melihat langsung industri yang berhubungan dengan sekolah kita, kalau yang idealnya ya, yang industri yang dikunjungi harus sesuai dengan program-program keahlian yang ada di sekolah kita.” (AM/14/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa Kunjungan Industri merupakan kegiatan untuk melihat langsung pada dunia industri secara langsung dan dalam pelaksanaannya seharusnya Kunjungan Industri itu sesusai dengan program keahlian masing-masing. Hal di atas juga didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh Bapak MS sebagai berikut ini : “kunjungan industri itu Cuma melihat situasi pekerja di salah satu PT atau pabrik, waktunya itu hanya sekali itu dalam setahun, jadi selama 3 tahun KI ya tujuannya itu melihat situasi pekerja, bagaimana bekerjanya kalau diperusahaan yang besar itu kan pekerjanya kan banyak, jadi anak hanya melihat saja, tidak bisa praktik. Kalau prakerin itu kan praktik langsung, tapi kalau KI itu ya hanya melihat situasi pekerja-pekerja itu, jadi besok kalau saya lulus saya kerja disini, oh kerjanya nanti seperti itu to, ooh, terus nanti produksinya bagaimana seperti itu, ya Cuma melihat-lihat saja kalau kunjungan industri itu” (MS/26/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa kunjungan industri merupakan kegiatan untuk mengunjungi suatu industri agar siswa mengetahui situasi pabrik/industri secara langsung dan nantinya siswa memiliki gambaran terkait dengan situasi kerja yang sebenarnya di industri tersebut. Berdasarakan beberapa hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan Kunjungan Industri merupakan kegiatan untuk mengunjungi suatu industri/pabrik besar untuk
117
mendukung siswanya untuk mengetahui situasi dan gambaran kerja yang sebenarnya secara langsung di Industri tersebut. Pelaksanaan kegiatan kunjungan industri idealnya siswa mengunjungi industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian mereka, sehingga hal tersebut dapat menunjka untuk menjadikan siswa lebih memahami bagaimana kondisi industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian mereka. Yang membedakan kegiatan ini dengan kegiatan prakerin adalah
siswa
hanya
diperbolehkan
untuk
melihat
dan
mendokumentasikan saja, tanpa harus terlibat langsung dalam industri tersebut. Program ini juga menjadikan siswa mampu belajar untuk menjalin mitra dan jaringan guna mempermudah mereka ketika sudah lulus sekolah. Pelaksanaan kunjungan industri ini dilaksanakan satu kali selama proses pembelajaran, biasanya dilaksanakan pada kelas 11 pada akhir semester 4. Pada Kunjungan Industri tahun ini, misalnya, Seluruh jurusan yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2016 dengan mengujungi satu lokasi KI yang sama, yaitu salah satu pabrik Garment di kota Surakarta. Penyelenggaraan Kunjungan Industri tersebut diharapkan masingmasing
jurusan
dapat
memperoleh
pembelajaran
terkait
kompetensinya masing-masing, misalnya untuk program keahlian Administrasi Perkantoran maka dapat melihat terkait bagaimana pengadministrasian pabrik tersebut, untuk jurusan AK misalnya,
118
diharapkan dapat mempelajari terkait dengan keuangan perusahaan tersebut, dan lain sebagainya. Namun implementansinya berbeda dengan harapan yang telah disampaikan di atas, seperti yang disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut ini : “...Tapi kalau kunjungan industri itu melihat secara langsung riil pekerjaan yang ada di perusahaan tertentu, jadi ya hanya menyaksikan saja, mengamati, tapi memang demikian harusnya dari masing-masing jurusan itu, namun, karena ini adalah program sekolah, jadi kunjungan industri itu dijadikan satu tempatnya, nanti yang TEI misalnya, nanti pembimbingnya yang mengarahkan ke TEI, pembimbingnya itu nanti dari pabriknya, saya kira begitu, ternyata enggak, karena situasi, disana itu dijadikan satu jebret, jadi anak itu kunjungan itu malah bingung, gak efektif kan akhirnya. Nah mungkin ke depannya perlu diteliti lagi apakah dimungkinkan untuk berangkat dari masing-masing jurusan saja, misalnya dari akuntansi gitu nanti ke Pabrik apa, bagian apa, kalau kayak gitu mungkin akan lebih efektif mbak. Nah memang ya pabrik yang kemarin itu besar, tapi anak jadi tidak bisa belajar sesuai dengan yang diharapkan, tidak bisa menjadi pengamat yang baik, nah saya pas sambutan juga gak enak mbak, sudah saya sampaikan juga, bahwa sekolah saya sebenarnya itu mengharapakan yang begini-begini begini, tapi karena situasi yang kita juga akhirnya ya udah, gak apa-apa wis monggo...” (ME/25/05/2016) Berdasarkan wawancara tersebut diketahui dalam pelaksanaan Kunjungan Industri beberapa waktu lalu belum sesuai dengan harapan dan tidak sesuai dengan idealnya pelaksanaan kunjungan Industri yaitu sesuai dengan program keahlian masing-masing. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan dari bapak MS sebagai berikut : “...di tempat itu tidak semua dibidangnya itu bisa dilihat, mungkin ada beberapa yang dirahasiakan oleh perusahaan seperti itu, mungkin kan paling tidak tahu lah, tapi ternyata dari pihak sana itu memang dirahasiakan dan tidak boleh.
119
Misalnya dari jurusan akuntansi dibidang pembukuannya sana itu ndak boleh dilihat, jadi Cuma melihat proses produksinya, mulai dari mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, prosesnya sejak awal. Jadi tahu proses produksinya itu tahu, khsusunya dari bidang akuntansi” (MS/26/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa adanya hal yang tidak bisa dilihat, sekalipun itu bidang yang sesuai dengan kompetensi anak tersebut. Pelaksanaan kunjungan industri pada bulan Mei 2016 tersebut siswa langsung dikumpulkan dalam kelompok yang besar dalam satu ruangan dan diberikan materi-materi yang terkait dengan profil dan kondisi pabrik tersebut. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan sekolah, yaitu siswa akan dibagikan dalam beberapa kelompok sesuai dengan program keahlian masing-masing dan diarahkan pada kegiatan yang sesuai dengan kompetensi masingmasing jurusan. Misalnya untuk program keahlian administrasi perkantoran (AP) diarahkan pada kegiatan administrasi dan kearsipan dokumen, program keahlian Akuntansi (AK) diarahkan pada kegiatan financial dalam kegiatan produksi dan demikian juga dengan program keahlian lainnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pelaksanaan kunjungan industri di SMK Negeri 1 Ngawi belum berjalan sesuai dengan harapan. Pelaksanaan Kunjungan Industri yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa sulitnya mencari industri untuk digunakan tempat kunjungan industri yang sesuai dengan program keahlian
120
yang sesuai dengan program keahlian yang dimiliki SMK Negeri 1 Ngawi. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan yang disampaikan oleh bapak AM sebagaimana dalam wawancara berikut ini : “Namun, diakui memang masih menjadi kendala untuk mencari industri tersebut. Nah kebetulan minggu depan ini, nanti ada kunjungan industri kita, kita ke Solo nanti, itu nanti industri garmen ya, nah kalau yang TKJ atau TEI memang ya kurang cocok ya dirasa, tapi nanti coba untuk melakukan mendekatannya yang sesuai, misalnya untuk TKJ dan TEI itu nanti akan difokuskan kepada alat-alatnya, nah untuk yang PM akan difokuskan bagaimana tentang pemasarannya itu bagaimana, kalau yang AK itu nanti bagaimana keuangannya. Demikian juga untuk program keahlian yang lain, nanti pokoknya menyesuaikan yang disana saja.” (AM/14/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa kendala dalam pelaksanaan Kunjungan Industri adalah terkait sulitnya untuk mencari industri yang sesuai dengan program keahlian akuntansi agar pelaksanaan KI bisa dilaksanakan secara serentak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Kunjungan Industri masih belum terlaksana secara maksimal dan masih terkendala oleh sulitnya menemukan pabrik atau industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi.
8. Bimbingan Karir Karir merupakan hal yang berkaitan dengan masa depan seseorang. Karir hendaknya mulai dikenalkan mulai dari kelas X terutama dalam lingkup Sekolah, oleh karena itu program bimbingan
121
karir merupakan salah satu program yang cukup penting bagi siswa baik Sekolah secara umum maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada khususnya. Berdasarkan hal diatas maka adanya bimbingan karir penting dilaksanakan di suatu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya di SMK Negeri 1 Ngawi guna memotivasi siswa untuk dapat menentukan jenjang karir pasca lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi. Berdasarkan wawancara dengan bapak MS diketahui bahwa ada kerja sama antara guru BK (Bimbingan dan Konseling) dengan pihak jurusan untuk membimbing dan membina siswanya untuk bisa bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya (MS/16/04/2016). Hal tersebut diulangi lagi pada wawancara selanjutnya, bapak MS juga menyampaikan bahwa : “iya benar itu untuk yang BK, kalau yang jurusan setiap tiga bulan, 6 bulan, menyampaikan kepada anak-anak, kalau bisa setelah lulus itu mbok jangan menganggur, kalau bisa itu ya bekerja paling ndak sesuai dengan bidangnya, kalau tidak sesuai dengan bidangnya, ya setidaknya kita bekerja terlebih dahulu. Jangan sampai nganggur, tapi kebanyakan anak-anak itu yang akuntansi itu memilih nganu, kuliah. Coba-coba dulu, nanti kalau sudah tidak diterima itu nanti baru cari kerja, gitu.” (MS/19/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa memang bimbingan untuk menentukan untuk jenjang karir selanjutnya itu adakan baik oleh pihak BK maupun oleh pihak jurusan. Kegiatan bimbingan karir tersebut diharapkan siswa mampu bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimilikinya. Hal tersebut juga didukung dari
122
pernyataan bapak MS pada wawancara yang berikutnya, bapak MS menyampaikan bahwa : “nah ini dari kemarin ya kelas 12 itu itu Cuma berapa anak saja yang ingin bekerja, yang ingin kuliah itu ditentukan, kemudian itu nanti diarahkan dari jumlah itu, yang ingin bekerja berapa itu diupayakan untuk sesuai dengan jurusan, kalau yang kuliah itu kalau dari Akuntansi itu yaa harus sesuai lah dengan ekonomi atau akuntansi gitu, jadi dasarnya kan memang sudah menguasai begitu” (MS/26/05/2016) Berdasarkan wawancara tersebut dapat diketahui bahwa baik siswa yang ingin bekerja maupun yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi juga diharapkan juga diarahkan untuk bisa bekerja maupun kuliah yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Hasil triangulasi waktu yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa memang terdapat pelaksanaan bimbingan karir yang dilakukan oleh pihak SMK Negeri 1 Ngawi. Bimbingan karir tersebut dilakukan oleh pihak jurusan dan oleh pihak Bimbingan dan Konseling. Pelaksanaan bimbingan tersebut berkaitkan dengan kelanjutan karir siswa baik siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi untuk dapat memilih program studi atau jurusan yang sesuai dengan kompetensi yang telah dimilikinya, serta bagi siswa yang ingin bekerja juga diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Materi yang disampaikan pada kelas karir ini merupakan materi yang berkaitan dengan bagaimana siswa setelah lulus harus bekerja seperti apa. Pelaksanaan kelas bimbingan karir ini diketahui bahwa
123
siswa sudah memiliki pengetahuan pekerjaan apa saja yang relevan dengan kompetensi keahlian mereka masing-masing jurusan. Ibu SA selaku guru BK SMK Negeri 1 Ngawi menyampaikan bahwa : “BK Karir itu cenderung memotivasi karena karir itu menurut saya masih terpecah, karir apakah mau kuliah, atau karir akan kerja. BK masuk kelas itu memberikan materi-materi yang materi itu, ada hubungannya dengan anak yang akan melanjutkan kuliah atau anak kerja. Kalau yang akan kuliah, ya di motivasi, kamu kalau sejak kelas 10 diusahakan pinter, karena kalau akan kuliah itu, semula sekolah tidak memiliki cita-cita kuliah, akhirnya bisa kuliah karena adanya beasiswa Bidik Misi, syarat BM harus anak pinter. Sehingga ketika orientasi masuk itu, MOS, itu BK pasti mengambil peran. Tujuannya untuk memotivasi supaya anak itu, disiplin belajar, tidak suka nyontek, percaya dengan diri sendiri, percaya diri. .... Kemudian juga terdapat motivasi, misalnya, kalau kamu ingin jadi orang sukses itu yang pertama kuasai kompetensi, kemudian kuasai IT, kuasai bahasa Internasional sama berkarakter Disiplin, Jujur, bertanggung Jawab, pantang menyerah, ora ngeyel, nah itu. Nah terus untuk yang, oh ya nak, masih ada tambahan lagi, kalau mau ke perguruan tinggi itu jangan hanya yang sekedar jadi kutu buku, tapi usahakan ikut lomba, cari sertifikat-sertifikat karena itu akan mendukung proses SNMPTN, tapi kalau yang akan kerja yang diteliti dan digali yang akan kerja itu berapa persen, terus diberi informasi tentang dunia kerja, terus dilatih soal-soal Psikotes, seperti kreptin dan lain-lain. Itu kira-kira seperti itu” (SA/02/05/2016) Berdasarkan hasil wawancara di atas diketahui bahwa bimbingan karir yang dilakukan oleh pihak BK dilakukan dengan cara memberikan motivasi-motivasi untuk siswa tentang persiapan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk melanjutkan karirnya, entah siswa yang hendak bekerja ataupun melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Selanjutnya penanaman karakter-karakter positif untuk siswa yang bisa menunjang karir siswa. Selanjutnya Bimbingan karir juga memberikan informasi tentang dunia kerja serta pemberian latihan soal yang akan menunjang
124
karir siswa khususnya yang hendak menuju ke dunia kerja ini. Untuk mendukung hasil wawancara tersebut, ibu SA pada wawancara selanjutnya juga menyampaikan bahwa : “kalau bimbingan karir itu biasanya memang dimulai dari kelas 1 itu sudah dimulai, kalau kelas 1 itu biasanya terkait dengan mengenal diri itu ya? Kalau bagi saya itu sebenarnya sudah menjadi fondasi awal bimbingan karir. Jadi, ee diri saya itu apa, gitu maksudnya.. jadi maksudnya, anak itu paham ee kemampuannya seberapa, terus yang dia rasa, kemudian yang dia miliki itu sejauh mana, kemudian ditambah plus plus yang lain yang dia miliki harus dipahami, dan yang lebih penting lagi adalah memahami kekurangannya, sehingga akhirnya anak itu bisa mengarah mempersempit atau mengecilkan ruang-ruang, ruang-ruang kekurangan dan suapay bertambah ruang-ruang keproduktifitasannya. Itu tapi, kalau dikelas 1 itu yang seperti itu, tapi kalau di kelas XII bimbingan karir itu sudah, dari sejak awal masuk kelas XII itu, dari awal semester ganjil itu sudah kami jajaki, mau kuliah atau mau kerja, walaupun itu masih jadi satu kalau anak, karena memang belum dipisah-pisah karena memang pembelajarannya itu klasikal, tapi pada saat-saat tertentu memang memberikan informasi tentang bagaimana prosedur SMNPTN, bagaimana, pokoknya pribadi mahasiswa itu, langkah-langkah apa yang harus ditempuh, kalau mau kerja ya, misalnya mengenalkan ke dunia kerja, larinya nanti anakanak mesti tanya dunia kerja mana yang sudah bekerja sama dengan BKK SMK Negeri 1 Ngawi, seperti itu. Jadi apa ya? Ee bimbingan karir itu untuk kelas XII itu sudah riil arahannya mau kemana itu.” (SA/26/05/2016) berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa bimbingan karir tersebut dimulai dari kelas X, dimulai dengan mengenal kelemahan dan kelebihan diri sendiri. Kemudian jika sudah kelas XII bimbingan karir itu sudah mengerucut pada karir apa yang dipilih oleh siswa. Pada awal semeter ganjil, siswa kelas XII akan dijajaki terkait minat siswa tersebut, apakah ingin bekerja ataupun yang ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Dari penjajakan ini, bimbingan yang akan diberikan akan lebih
125
khusus pada siswa, untuk siswa yang menginginkan kuliah maka bimbingan akan berkenaan dengan prosedur SNMPTN, pengetahuan tentang perguruan tinggi secara umum dan lain sebagainya. Sedangkan untuk yang bekerja nanti akan lebih dibekali dengan informasiinformasi terkait dengan lowongan pekerjaan yang tersedia. Hasil wawancara ini juga dikuatkan pada wawancara yang ketiga, Ibu SA menyampaikan bahwa : “kalau sudah kelas 12 ya mengarah pada pemberian informasiinformasi tentang lapangan pekerjaan, memberikan misalnya trik trik dalam wawancara wawancara kerja, nah seperti itu. Selain itu ya memotivasi supaya anak itu mencari nilai plus dari luar sekolah, misalnya dia mengambil kursus keterampilan untuk menambah kompetensi itu” (SA/06/06/2016) Wawancara yang ketiga di atas semakin menegaskan bahwa untuk bimbingan karir bagi kelas 12 lebih mengarah pada informasi-informasi tentang lapangan pekerjaan serta pemberian trik-trik terkait dengan wawancara kerja. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa materi bimbingan karir yang diberikan di SMK Negeri 1 Ngawi secara khusus dimulai dari kelas X secara umum terkait dengan karir siswa, hingga kelas XII yang sudah mengerucut ke yang lebih spesifik, yaitu apakah siswa itu akan melanjutkan ke jenjang pendidikan lanjut, maupun akan bekerja. Dari hal tersebut akan terjadi perbedaan perlakuan oleh pihak BK nantinya, bagi yang ingin melanjutkan kuliah siswa akan dibekali dengan info-infor terkait SNMPTN maupun Perguruan Tinggi, sedangkan yang ingin bekerja akan dibekali dengan 126
informasi-informasi terkait dengan lapangan pekerjaan dan lowongan pekerjaan yang tersedia.
9. Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 1 Ngawi Pengertian Bursa Kerja Khusus atau biasa disebut dengan BKK SMK Negeri 1 Ngawi disampaikan oleh bapak AM sebagai berikut ini : “bursa kerja khusus adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh sekolah, dan mendapatkan ijin dari depnaker yang tujuan adalah untuk menyalurkan siswa ataupun mencarikan pekerjaan didalam lingkup sekolah, intinya yaaa membantu siswa untuk mencari pekerjaan, udah gitu aja.” (AM/02/05/2016) Yang disampaikan narasumber di atas sesuai dengan dokumen profil yang diperoleh dari pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi dibawah ini yang menyampaikan bahwa Bursa Kerja Khusus (BKK) merupakan lembaga yang dalam menyalurkan siswa yang lulus dengan dunia kerja secara langsung. BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelembagaan SMK Negeri 1 Ngawi. Seiring dengan perkembangan SMK Negeri 1 Ngawi yang merupakan lembaga pendidikan yang diharapkan mampu mendidik dan menyalurkan siswa didiknya untuk bekerja, maka BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah menjalin kerja sama dan melegalkan kelembagaan dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi. Berdasarkan Surat Persetujuan No. 560/2549/404.103/2014, maka kedudukan BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah diakui kegiatannya untuk secara legal membina dan menyalurkan calon tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan pada
127
Perusahaan/Instansi/Dunia Kerja/Dunia Industri yang berlokasi baik ditingkat lokal maupun regional, bahkan tingkat Internasional. Kemudian setelah pengertian di atas, BKK SMK Negeri 1 Ngawi memiliki tupoksi sebagaimana yang disampaikan oleh bapak AM berikut ini : “untuk tupoksinya yaitu, yang pertama adalah untuk memotivasi siswa untuk menghadapi dunia kerja, yang kedua adalah memberikan informasi tentang dunia kerja dan yang ketiga adalah membantu mencarikan pekerjaan siswa, itulah tupoksi dari BKK” (AM/02/05/2016) Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa BKK SMK Negeri 1 Ngawi memiliki tupoksi sebagai berikut ini : a. Memotivasi siswa untuk menghadapi dunia kerja b. Memberikan informasi tentang dunia kerja c. Membantu mencarikan pekerjaan bagi siswa yang belum memperoleh pekerjaan Bursa Kerja Khusus SMK Negeri 1 Ngawi memiliki visi, misi dan tujuan agar kegiatan dan program yang dilaksanakan lebih terarah. Visi dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi adalah menempatkan lulusan ke dunia kerja. Dari visi tersebut, maka dapat diuraikan dalam misi guna lebih kontekstual lagi dalam pelaksanaannya, maka misi dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi antara lain sebagai berikut ini : a. Memberikan layanan informasi dunia kerja kepada siswa kelas XII b. Memberikan latihan tes kerja kepada siswa kelas XII
128
c. Mencari job (Peluang Kerja) untuk membantu alumni d. Meningkatkan komunikasi dengan alumni untuk pengembangan BKK SMK Negeri 1 Ngawi (Tindak lanjut penempatan, penelusuran lulusan) BKK SMK Negeri 1 Ngawi juga memiliki tujuan
dalam
pembentukkannya. Tujuan dari BKK SMK Negeri 1 Ngawi adalah ikut serta dalam menyiapkan putra bangsa Indonesia dalam mengisi dan membangun Indonesia melalui kerja nyata dalam mendekatkan kepentingan pengguna tenaga kerja yang terdidik dan terampil dibidangnya dan kepentingan siswa sebagai calon tenaga kejra yang tepat pada bidang keahliannya, khususnya siswa SMK Negeri 1 Ngawi dan siswa sekolah lain disekitar Regional Kabupaten Ngawi. Langkah strategis yang dilakukan oleh pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi dalam mencapai visi dan misi di atas antara lain sebagai berikut ini. a. Memotivasi kelas XII agar segera mencari pekerjaan setelah lulus. b. Membekali kartu pos untuk penelusuran lulusan agar segera dikembalikan setelah mendapatkan pekerjaan c. Melakukan pembekalan materi ketenagakerjaan kepada kelas XII d. Menyediakan papan penelusuran lulusan yang disertai dengan blangko identitas penelusuran lulusan dan foto pribadi.
129
e. Memiliki data kerjasama dengan industri f. Menjalin kerjasama dengan industri melalui pelayanan yang cepat dan ramah g. Melayani pendaftaran calon tenaga kerja baik saat ada lowongan kerja ataupun belum ada lowongan kerja h. Memfasilitasi industri dalam pelaksanaan seleksi calon karyawan di Sekolah i. Mendampingi calon tenaga kerja yang sudah terseleksi
ke
industri. j. Melakukan pendataan alumni yang sudah lulus k. Menginformasikan lowongan kerja kepada kelas XII dan alumni. Salah satu hal yang harus dimiliki dan penting oleh BKK SMK Negeri 1 Ngawi untuk menjaga eksistensinya sebagai lembaga yang menyalurkan lulusan langsung pada Dunia Usaha dan Dunia Industri, jaringan dan mitra dengan pihak dunia usaha. Hubungan yang dibangun dalam jaringan dan mitra luar sekolah ini dalam bentuk kerjasama dengan DU/DI. Kerjasama dengan pihak luar sekolah yang dimaksud adalah kerjasama antar BKK, baik yang berada dinaungan SMK, SMA, maupun BKK swasta dalam wilayah Regional Kabupaten Ngawi, dan luar kabupaten Ngawi. Kerjasama ini dilaksanakan untuk memenuhi syarat minimal pengadaan Tes yang biasanya harus terpenuhi jumlah minimum peserta/pencari kerja, sehingga dari pihak perusahaan terutama dari
130
Departemen HRD tidak kecewa dengan proses penyeleksian. Disamping melakukan kerjasama dengan antar BKK, maka yang harus dilaksanakan adalah kerjasama dengan pihak eksternal terutama pihak pengguna tenaga kerja, bisa dari perusahaan atau instansi pemerintah maupun non pemerintah (swasta). Berdasarkan uraian di atas, maka keberadaan BKK merupakan salah satu strategis sekolah untuk meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. Peran BKK sebagai lembaga yang menyalurkan lulusannya dengan lapangan pekerjaanmya ini hendaknya perlu bekerja sama dengan pihak BK yang telah melakukan bimbingan dan konseling kepada siswa-siswa bagaimana minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa, sehingga untuk menyalurkannya sesuai dengan minat dan bakat serta sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan lembaga yang memiliki jaringan dan mitra yang cukup baik. Jaringan dan mitra tersebut selalu dijaga dan bentuk kerjasamanya tercatat secara resmi dalam MoU dengan masing-masing DU/DI sehingga dalam menyalurkan lulusan dengan DU/DI dapat dipertanggungjawabkan. Sembari terus mengembangkan jaringan dan mitra baru, BKK SMK Negeri 1 Ngawi berusaha untuk selektif terhadap DU/DI yang akan memulai untuk bekerja sama dengan BKK SMK Negeri 1 Ngawi. Keberadaan SMK Negeri 1 Ngawi tidak hanya melayani lulusan dari SMK Negeri 1 Ngawi saja, namun juga bekerjasama dengan beberapa BKK di SMK atau di Sekolah lainnya.
131
Walaupun akan selalu diutamakan untuk melayani lulusan SMK Negeri 1 Ngawi untuk disalurkan dengan lapangan pekerjaannya.
10. Teaching Factory Terkait dengan keberadaan Teaching Factory SMK Negeri 1 Ngawi ini pertama kali disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut : “Akhirnya kita memiliki Teaching Factory untuk menunjang kegiatan pembelajaran siswa, kalau punya TEI itu baru berjalan satu bulan, service, pengetikan, kalau foto copy kita itu bisa sebenarnya, Cuma kan karena posisinya didalam ya, jadi gak bisa sembarang orang luar masuk. Itu Teaching Factory yang punya TKJ itu juga sama itu, yang diluar itu, itu juga menerima pengetikan-pengetikan, seharusnya bisa dikembangkan dalam bentuk percetakan, kalau mau skala besar lho, namun, lagi-lagi permasalahan kita adalah terkait dengan luas lahan.” (ME/18/04/2016) Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut terkai dengan keberadaan Teaching Factory SMK Negeri 1 Ngawi yang disampaikan di atas bahwa hal tersebut menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Hal tersebut didukung oleh pernyataan bu SA bahwa : “Kalau Teaching Factory itu ya, Fotocopy, Percetakan, kalau yang ini (menunjuk ke TF milik TKJ) apa namanya, anu apa itu IT sepertinya, menjual dan memperbaiki flashdisk, dan anak juga ada yang prakerin disitu. Mendukung anak untuk mengembangkan keterampilan anak-anak, terus itu penjualan punya, selain punya Alfamart Class juga punya SKANSA Mart, seperti itu. Kalau AK sama AP itu ya di lab masing-masing, ehh ada Bank Mini juga ya, Bank Mini itu miliknya anak AK ya, kalau AP mana ya? Kalau AP itu cenderung ke fotocopy itu anak AP. jadi memang cenderung masing-masing jurusan punya semua ternyata. Kalau TEI sekarang punya itu yang menghadap ke barat itu, itu apa itu, nanti coba kamu lihat nanti. Nah disana
132
nanti ada pelayanan masyarakat, namanya Bengkel TEI disana nanti ada macam-macam disitu, jual apa menangani apa nanti ada disitu,” (SA/02/05/2016) Ibu SA dalam wawancara tersebut menyampaikan bahwa keberadaan Teaching
Factory
tersebut
mendukung
anak
untuk
bisa
mengembangkan keterampilan sesuai dengan program keahliannya masing-masing. Seperti yang telah dicontohkan di atas, bahwa masingmasing program keahlian memiliki Teaching Factory-nya masingmasing. Maka pengertian dari Teaching Factory disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut ini : “kalau Teaching Factory itu sebenarnya mirip dengan prakerin mbak sebenarnya, hanya berada di lingkungan sekolah, waktunya malah lebih panjang. Sama kalau menurut saya, tapi ada hasilnya, ada uang nya kan?” (ME/13/05/2016) Pernyataan yang mendukung terkait pengertian dari Teaching Factory juga dikemukakan oleh bapak AM sebagai berikut : “TF itu hanya berhubungan dengan pengumpulan unit produksi, jadi salah satu unit produksi, jadi kalau di SMK itu punya unit produksi, jadi TF2 yang ada itu juga termasuk Fotocopy itu, kemudian skansa mart, kemudian penjualan peralatan komputer itu, jadi TF itu merupakan salah satu unit produksi di SMK” (AM/31/05/2016) Sedangkan ibu SA menyampaikan pengertian Teaching Factory sebagai berikut : “TF itu nak menurut saya itu kalau definisinya itu adalah bagian-bagian yang harus harus ada disekolah untuk praktik anak-anak. TF Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi itu ada Bank Mini itu untuk anak AK, ada skansa Mart untuk anak Penjualan, untuk anak AP itu apa ya ya didepan itu yang komputer-
133
komputer itu, hmm.. AP Itu TFnya apa ya mbak yang pas itu” (SA/06/06/2016) Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Teaching Factory merupakan suatu unit usaha yang berada didalam lingkup sekolah. Keberadaan Teaching Factory ini dapat mendukung dan menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Teaching Factory dapat dijadikan tempat praktik bagi siswa SMK Negeri 1 Ngawi, sesuai dengan pendapat ibu ME yang menyampaikan bahwa Teaching Factory seperti prakerin yang berada di lingkungan sekolah. Seperti yang telah disampaikan oleh beberapa narasumber di atas, diketahui bahwa SMK Negeri 1 Ngawi memiliki Teaching Factory yang sesuai dengan program keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi. Program keahlian Akuntansi (AK) memiliki Teaching Factory yang bergerak dalam bidang perbankan yang diberi nama Bank Mini “Berjuang” yang memberikan pelayanan tentang simpan-pinjam guru dan siswa, serta menerima pembayaran SPP dan pembayaran biaya lainnya yang berkaitan dengan operasional sekolah. Karena dalam penelitian ini peneliti melakukan pembatasan kajian konseptual pada program keahlian Akuntansi, maka dalam penelitian ini akan melakukan kajian
secara
lebih
mendalam
terkait
dengan
Bank
Mini
“Berjuang”sebagai Teaching Factory dari Program keahlian Akuntansi (AK).
134
Berikut ini adalah stuktur organisasi dari Bank Mini “Berjuang” SMK Negeri 1 Ngawi. Pembina
Pimpinan
Petugas Inti
Kasir
Tabungan
Kontrol Rek.
Kredit
Nasabah Bank (Guru, Karyawan/wati, Siswa) Gambar 8. Struktur Organisasi Bank Mini “Berjuang” SMK Negeri 1 Ngawi Sumber : Data Sekunder Dokumen profil Bank Mini “Berjuang” menyebutkan bahwa jenis pelayanan yang dilakukan oleh Bank Mini ini adalah terkait dengan Tabungan, Deposito, dan Pinjaman yang diberikan kepada para nasabah Bank Mini yaitu Guru, Karyawan/wati dan Siswa SMK Negeri 1 Ngawi. Dalam pelaksanaan pelayanan tersebut Bank Mini “Berjuang” juga melibatkan siswa program keahlian Akuntansi sebagai petugas layanan harian Bank Mini tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh bapak MS, sebagai berikut ini :
135
“sebetulnya dampaknya bank mini itu untuk tempat praktik anakanak jurusan akuntansi, jadi setiap hari itu digilir, 2-3 anak ke Bank Mini, itu mungkin tugasnya itu nanti merekap data keuangan, yang ada hubungannya dengan materi akuntansi yang ada di kelas. Jadi bergantian, memasukan data, menghitung, membuat laporan itu memang untuk akuntansi itu memang di bank mini. Kalau untuk administrasi itu di Fotocopy itu, itu bedanya. Jadi memang walaupun dalam lingkup kecil itu ada untuk praktik, terus kalau pemasaran itu ada skansa mart itu ada. Kalau bank mini itu memang khusus untuk anak akuntansi memang, setiap hari itu gantian, 2-3 anak itu praktik disana, jadi dari materi dikelas, selain praktik dikelas, siswa juga praktik disana, tim nya juga sudah timnya akuntansi semua, mulai dari penanggung jawab, ketuanya itu dari akuntansi semua itu,” (MS/19/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa keberadaan bank Mini di SMK Negeri 1 Ngawi secara khusus maupun Teaching Factory lainnya merupakan tempat praktik anak-anak dari masing-masing jurusan. Penyelenggaraan kegiatan Bank Mini sehari-hari melibatkan siswa-siswa dari Program keahlian Akuntansi sebanyak 2-3 anak untuk membantu pelaksanaan operasional hariannya. Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan dari bapak AM sebagai berikut ini : “yang diharapkan ya, memenuhi kebutuhan siswa, memenuhi kebutuhan siswa tetap ada untungnya tapi ya gak banyak2 untungnya, kalau dibandingkan dengan yang diluar itu ya harganya dibawah umum, dibawah. Habis itu ada bank mIni itukan, juga bisa sebagai sarana untuk praktik juga untuk yang anak AK” (AM/31/05/2016) Berdasarkan wawancara tersebut disampaikan bahwa Bank Mini juga bisa digunakan untuk praktik siswa dari program keahlian Akuntansi dalam pelaksanaan hariannya, atau dengan kata lain Bank Mini juga melibatkan siswanya dalam operasional harian yang dilakukan oleh Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi. Demikian pula yang disampaikan
136
oleh ibu SA terkait dengan pelaksanaan Bank Mini secara khusus maupun Teaching Factory secara umum sebagai berikut : “...Praktek satu hari, satu anak satu hari gitu lho, dalam jangka satu semester satu hari itu gimana gitu, melayani di toko situ, di skansa mart situ. Di bank mini juga ada kayak gitu, anak akuntansi yang tiap hari ada yang praktik juga. Apa ya kayak gitu namanya, coba nanti tanya sama bagian TF saja ya, yang lebih tahunya. Tapi yang jelas itu, anak-anak itu juga banyak memperoleh ilmu pengetahuan dari situ juga, jadi TF itu gunanya untuk anak-anak mencari ilmu juga disitu” (SA/26/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas juga diketahui bahwa adanya Teaching Factory secara umum, maupun Bank Mini secara khusus merupakan tempat praktik bagi siswa dan tiap harinya siswa dilibatkan secara langsung untuk membantu operasional pelayanan dimasing-masing unit Teaching Factory. Berdasarkan
beberapa
hasil
wawancara
di
atas
dapat
menyimpulkan bahwa Teaching Factory merupakan tempat praktik bagi siswa sesuai dengan jurusannya masing-masing. Keterlibatan siswa dalam masing-masing Teaching Factory ini merupakan hal mendukung operasional layanan serta mampu melatih dan meningkatkan kompetensi siswa. Hal ini sesuai dengan lampiran yang ada di profil Bank Mini “Berjuang” SMK Negeri 1 Ngawi. Berdasarkan profil Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi juga diketahui bahwa petugas pelaksana harian adalah siswa yang berada di program keahlian Akuntansi yang duduk di kelas XI. Dalam pelaksanaannya siswa tersebut dibagi kedalam kelompok-kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 siswa, yang dibagi kedalam
137
beberapa tugas yaitu 1 siswa dibagian kasir, 1 siswa dibagian tabungan dan 1 orang dibagian kontrol rekening. Diperoleh dari profil Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi, diketahui bahwa tugas pokok di Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi terdiri dari 3 bagian, yaitu sebagai berikut : a. Kasir Petugas bagian kasir bertugas menerima dan mengeluarkan uang kemudian mencatat transaksi ke dalam buku Harian Kasir yang terdiri dari transaksi deposito, tabungan, angsuran kredit, penerimaan lain-lain, dan pengeluaran lain-lain. b. Tabungan Petugas bagian tabungan bertugas mencatat transaksi penyetoran maupun penarikan tabungan ke dalam buku harian tabungan. c. Kontrol Rekening Petugas bagian kontrol rekening bertugas mencatat transaksi penyetoran maupun penarikan tabungan ke dalam kartu tabungan Bank dan buku tabungan nasabah. Setiap akhir bulan petugas juga melakukan perhitungan bunga tabungan nasabah dan membantu membuat laporang keuangan dengan menghitung tabungan nasabah pada periode tertentu. Berdasarkan keterangan di atas maka diketahui bahwa layanan yang dilakukan di Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi merupakan transaksi yang sama dengan aktivitas di Bank secara umum. Hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya Bank Mini merupakan tepat praktik
138
yang relevan dengan kompetensi keahlian dari siswa Akuntansi. Sehingga siswa program keahlian Akuntansi dapat mempraktikan secara langsung teori yang diperoleh selama proses pembelajaran dalam lingkup sekolah sekaligus serta dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat juga meningkatkan kompetensi siswa program keahlian Akuntansi.
11. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Lembaga Sertifikasi Profesi atau biasa disingkat dengan LSP merupakan lembaga yang melayani siswa kelas XII SMK Negeri 1 Ngawi untuk bisa memperoleh sertifikat profesi sesuai dengan program keahlian masing-masing dan kompetensi yang telah dipilih oleh siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari ibu ME berikut ini : “LSP itu lembaga yang berwenang untuk menguji kompetensi anak sesuai dengan jurusan, jadi nanti kita tidak perlu mengundang penguji dari luar untuk menguji, kalau dulu kan mengundang dari luar untuk menguji tapi kayaknya hampir semua sekolah punya kok mbak, kita yang di Ngawi itu punya semua, jadi kayak gitu nanti akan lebih praktis, akan terasa lebih nyaman kalau diuji oleh gurunya sendiri, tapi fear kok kebijakannya, guru yang menguji tidak boleh mengajar di kelas itu, jadinya itu fear kalau gitu. Jadi misalnya guru tersebut akan menguji kelas TEI 1, jadi ngajarnya di TEI 2, jadi nanti anak akan memiliki kewibawaan akhirnya.” (ME/13/05/2016) Berdasarkan wawancara diketahui bahwa LSP atau Lembaga Sertifikasi Profesi merupakan lembaga yang berwenang untuk melakukan
uji
kompetensi
siswa
sesuai
dengan
kompetensi
keahliannya. Hal tersebut oleh bapak AM sebagai berikut ini :
139
“kalau yang saya ketahui itu LSP itu yang Lembaga Sertifikasi Profesi, jadi itu nanti yang sesuai dengan jurusannya, jadi anak yang lulus akan diberikan keteranga bersertifikat, kebetulan yang sertifikat itu merupakan syarat untuk memperoleh pekerjaan, biasanya seperti itu biasanya, yang saya ketahui itu, jadi lembaga yang memberikan sertifikat yang menjadi nilai lebih dari siswa itu” (AM/31/05/2016) Berdasarkan wawancara tersebut diketahui bahwa bahwa setelah nanti anak mengikuti tes, kemudian dinyatakan lulus maka anak akan memperoleh sertifikat profesi yang sesuai dengan program keahliannya yang akan menjadi nilai tambah untuk lulusan untuk bekerja nantinya. “setahu saya kalau misalnya waktu rapat begitu disinggung tentang LSP itu bahwa LSP itu merupakan lembaga yang nanti, kok lembaga ya, lembaga atau bagian ya, hmm, maksudnya gini, guru-guru itu nanti punya punya punya hak guru-guru itu nanti punya hak untuk menguji kemampuan anak-anak yang nanti kalau dia lulus anak itu nanti mendapatkan sertifikasi atau sertifikat yang kalau gak salah sertifikat itu nanti sifatnya kalau gak minimal nasional itu internasional. Maksudnya itu tinggal tinggal apa ya, saya sendiri juga gak begitu tahu grade LSP itu nanti seperti apa ya, tapi setahu saya ya, kedepan nanti dunia kerja yang anak nanti yang bisa memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya kalau dia nanti memperoleh sertifikat LSP begitu. Intinya itu” (SA/06/06/2016) Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa LSP merupakan lembaga yang melaksanakan uji kompetensi siswa dan gurulah yang menjadi asesornya. Siswa akan memperoleh sertifikat tingkat nasional yang akan mendukung siswa tersebut untuk bisa mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya jika siswa lulus dalam uji kompetensi ini. Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa LSP atau Lembaga Sertifikasi Profesi merupakan lembaga yang
140
berada dalam lingkup sekolah yang memberikan layanan kepada siswa terkait dengan uji kompetensi keahlian (UKK) bagi kelas XII pada akhir semester 6. Setelah pelaksanaan Uji Kompetensi Keahlian (UKK) ini siswa yang dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat profesi tingkat nasional yang nantinya bisa digunakan untuk mendukung siswa memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Berikut ini merupakan struktur organisasi dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) SMK Negeri 1 Ngawi.
Dewan Pengarah
Direktur LSP
Komite Skema
Manajer Administrasi
Bendahara
Manager Manajemen Mutu
Manager Sertifikasi
Gambar 9. Struktur Organisasi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) SMK Negeri 1 Ngawi Sumber : Data Sekunder Lembaga Sertifikasi Profesi atau LSP memiliki visi “menjadi lembaga sertifikasi profesi terpercaya dalam melaksakan kegiatan sertifikasi kompetensi bidang bisnis dan manajemen bertekad akan selalu menguatamakan mutu secara konsisten untuk meningkatkan
141
kemampuan sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin tenaga kerja secara nasional maupun internasional.Visi tersebut dapat dijabarkan dalam beberapa misi sebagai berikut ini : a. Memberikan
pelayanan
sertifikasi
kompetensi
yang
mengutamakan mutu dan kepuasan pelanggan serta menjamin bahwa proses sertifikasi dilaksanakan dengan jujur, cepat, tepat, akurat dan teliti. b. Mendorong tersedianya tenaga kerja yang kompeten, profesional, dan kompetitif di lingkungan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) c. Mengembangkan standar kompetensi kerja sektor DU/DI secara konsisten dan bekesinambungan sesuai dengan perkembangandan kebutuhan perusahaan d. Mengembangkan dan memelihara
skema-skema sertifikasi di
seluruh industri sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi LSP SMK Negeri 1 Ngawi e. Menyediakan tenaga asesor kompetensi yang berkualifikasi dan bersertifikat pada setiap program keahlian di bidang Teknik Komputer
Jaringan,Teknik
Elektro
Industri,
Akuntansi,
Administrasi Perkantoran, dan Pemasaran di area kerja di Perusahaan sesuai dengan ruang lingkup sertifikasi LSP SMK Negeri 1 Ngawi. Lembaga Sertifikasi Profesi atau LSP SMK Negeri 1 Ngawi memiliki tujuan sebagai berikut ini :
142
a. Mengembangkan sistem sertifikasi profesi yang terpercaya b. Meningkatkan rekognisi dan daya saing
tenaga kerja
Indonesia di dalam maupun di luar negeri. c. Membangun
kerjasama
saling
pengakuan
sertifikasi
kompetensi secara nasional dan internasional. d. Memberikan bekal kesempatan kepada lulusan SMK untuk bisa berkompetensi dalam dunia kerja secara nasional dan internasional. e. Memberikan pelayanan uji kompetensi yang mengutamakan mutu dan kepuasan pelanggan (peserta didik) serta menjamin bahwa pekerjaan ujian dilaksanakan dengan kejujuran teknik, teliti, cepat dan akurat serta efisiensi. Berdasarkan data yang diperoleh dari sekretariat LSP di atas, dapat diketahui bahwa tujuan umum adanya LSP adalah utuk meningkatkan daya saing dan kompetensi siswa dalam menghadapi dunia kerja baik dalam skala nasional maupun internasional. Hal di atas sesuai dengan pertanyaaan beberapa narasumber terkait dengan tujuan atau harapan terbentuknya LSP disebutkan oleh bapak MS sebagai berikut ini. “jadi kalau siswa itu punya sertifikat itu nanti siswa lebih mudah untuk diterima menjadi karyawan disebuah perusahaan, ya harapannya nanti seperti itu. Lain dengan yang belum punya sertifikat LSP, karena mungkin di perusahaan2 atau di PT-PT yang besar-besar itu sudah ee tahu kalau anak itu punya sertifikat LSP itu sudah kita koordinasikan dengan pihak perusahaan” (MS/26/05/2016)
143
Pernyataan tersebut didukung dengan pendapat dari ibu SA sebagai berikut : “...grade LSP itu nanti seperti apa ya, tapi setahu saya ya, kedepan nanti dunia kerja yang anak nanti yang bisa memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya kalau dia nanti memperoleh sertifikat LSP begitu. Intinya itu” (SA/06/06/2016) Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa keberadaan LSP diharapkan mampu menunjang siswa atau lulusan SMK Negeri 1 Ngawi khususnya atau lulusan SMK pada umumnya untuk dapat bekerja sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Kemudian didukung pula oleh pernyataan dari bapak AM berikut ini. “Ya kalau di SMK Negeri 1 Ngawi baru dimulai tahun ini, baru beberapa bulan yang lalu secara resmi memiliki LSP, jadi itu Lembaga Sertifikasi Profesi, jadi itu sesuai dengan program keahlian siswa masing-masing, jadi itu nanti akan mempermudah dan mempercepat siswa dalam memperoleh pekerjaan.” (AM/02/05/2016) Berdasarkan hasil beberapa wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa keberadaan Lembaga Sertifikasti Profesi SMK Negeri 1 Ngawi merupakan lembaga yang baru dirintis mulai tahun ini, dan diharapkan bahwa siswa akan memiliki sertifikat pendukung kompetensi keahlian yang telah mereka miliki guna mendukung siswa untuk memperoleh pekerjaan. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) juga memiliki personil asesor kompetensi. Daftar asesor kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) SMK Negeri 1 Ngawi sebagai berikut ini.
144
Tabel 9. Daftar Nama Asesor Kompetensi LSP SMK Negeri 1 Ngawi No 1 2 3
Nama Asesor Drs. M. Fathoni, M.Pd Asih Dwi Lestari, S.Pd Retno Widowati, M.Pd
4
Mukti Dian K, M.Pd
5 6 7
Bambang Upoyono, SE Drs. Zainal Arifin, M.M Yudi Wahyudi, S.Kom
8
Dany Setyawan, S.Kom
9
M. Rakhmat Afandhi, S.T Sumber : Data sekunder
Ruang Lingkup Mail Handling Mail Handling Tenaga Pemasar Operasional Bidang Penjualan Tenaga Pemasar Operasional Bidang Penjualan Teknisi Akuntansi Junior Teknisi Akuntansi Junior Perekayasa Jaringan Lokal (LAN Enginerring) Perekayasa Jaringan Lokal (LAN Enginerring) Inspektor Power Amplifier Electric Check
Berdasarkan daftar di atas, dapat diketahui bahwa Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) telah didukung oleh personil asesor kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi. Oleh karena itu, maka LSP merupakan lembaga yang dapat melaksanakan uji kompetensi secara maksimal sehingga harapan dibentuk LSP ini dapat terwujud secara maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dan analisis dokumen di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan LSP ini dapat meningkatkan kompetensi siswa dan dapat membekali siswa untuk bisa bekerja sesuai dengan lapangan pekerjaannya. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) merupakan salah satu program atau strategi sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan angka relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. Terkait dengan dampak atau hasil dari program ini belum
145
dapat diketahui secara riil, karena lembaga ini baru terbentuk kurang dari satu (1) tahun.
12. Faktor Pendukung adanya Relevansi Lulusan dengan Dunia kerja. Berdasarkan hasil analisis dokumen yang dilakukan di atas, kita memperoleh hasil bahwa lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahlilan bisa dikatakan masih belum cukup baik, yaitu hanya berkisar 25 % jika dibandingkan dengan siswa yang bekerja, dan sekitar 16% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Sekalipun angka tersebut bukanlah angka yang bersar, namun hal ini perlu juga diapresiasi bagaimana usaha sekolah untuk berusaha memfasilitasi siswanya guna memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Selama proses penelitian, baik dari hasil wawancara maupun analisis dokumen yang diperoleh, SMK Negeri 1 Ngawi memiliki beberapa faktor pendukung yang memungkinkan sekolah untuk bisa meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerjanya, khususnya pada program keahlian Akuntansi. Faktor-faktor pendukung tersebut antara lain : 1) Sarana dan Prasarana yang Menunjang. Sebagai sekolah yang dulu pernah memperoleh predikat “Sekolah Bertaraf Internasional”, maka sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi menjadi salah satu faktor pendukung
146
adanya relevansi lulusan dengan dunia kerja. Hal ini disampaikan oleh bapak MS sebagai berikut : “nah itu sarana dan prasarananya dibidang akuntansi itu ya komputer, itu sudah ada sekitar 40an, nah terus kalkulator ya dan peralatan praktik lainnya nah itu mungkin tiap anak sudah punya satu-satu, disediakan tapi setelah selesai dikembalikan. Dan setiap praktik itu satu anak itu satu komputer, malah untuk bidang MYOB itu sering praktikny daripada teorinya, kalau di Spreed sheet itu sama 50:50 antara teori dan praktik. Tapi kalau sudah kelas XI kelas XII itu lebih banyak praktiknya” (MS/19/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Ngawi secara umum dan program keahlian Akuntansi secara khusus telah cukup memadai untuk siswa mampu mengembangkan kompetensi keahliannya. Hal tersebut juga didukung oleh ibu SA sebagai berikut ini : “ya itu tadi adanya TF tadi, terus itu apa ya namanya kalau anak penjualan itu misalnya habis ujian semester itu terus disuruh menjual gitu, itu kan sebetulnya kan itu, tapi kalau anak teknik ya sekolah berusaha bahwa masih punya Laboratorium” (SA/26/05/2016) Wawancara di atas menyebutkan bahwa adanya sarana dan prasaran yang menunjang siswa untuk praktik utamanya terkait Teaching Factory dan laboratorium jurusan dengan peralatan
yang
mendukung anak dalam pelajaran praktik sesuai dengan kompetensi keahlian masing-masing. Hal tersebut juga sesuai dengan apa yang disampaikan oleh ibu ME berikut ini “kebetulan sarana dan prasarananya menunjang ya mbak, ya, kita itu punya lab yang lengkap, labnya itu lengkap semua itu, hampir semua jurusan itu punya. Yang belum punya itu lab
147
bahasa indonesia, kalau hubungannya dengan sarana dan prasarana yang lengkap ya” (ME/25/05/2016) Berdasarkan pernyataan dari ketiga narasumber di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Ngawi dapat dikatakan lengkap dan dapat menunjang relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan jika melihat pada kelengkapan sarana dan prasarana
berupa
laboratorium
dan
peralatan
penunjang
laborarotium kejuruan sesuai dengan program keahliannya masingmasing. Misalnya untuk program keahlian Akuntansi, sudah memiliki laboratorium yang digunakan oleh siswanya untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan produktif siswa, baik untuk teorinya maupun praktik secara langsung, baik itu secara manual maupun secara komputerisasi. Untuk praktik komputer Akuntansi, siswa telah difasilitasi masing-masing anak satu komputer, sehingga mereka bisa langsung mempraktikan teori yang telah diperoleh sebelumnya. Secara khusus dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh program keahlian Akuntansi secara khusus maupun SMK Negeri 1 Ngawi secara umum dapat mendukung siswa untuk bisa bekerja sesuai dengan kompetensinya masing-masing. 2) Kualitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan Selain sarana dan prasarana yang dimiliki menunjang, maka kualitas guru yang dimiliki, khususnya guru masing-masing program 148
keahlian yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi menjadi salah satu faktor yang menentukan apakah lulusan SMK Negeri 1 Ngawi relevan atau tidak dengan lapangan pekerjaan yang dimiliki. Terkait dengan kualitas guru SMK Negeri 1 Ngawi disampaikan oleh bapak MS sebagai berikut ini : “kalau dijurusan akuntansi itu, sejumlah 7 guru itu alhamdulillah semuanya sudah tersertifikasi sesuai dengan bidangnya yaitu akuntansi, jadi sudah menguasai dengan baik sesuai bidangnya akuntansi. Jadi 7 itu semuanya sudah memiliki sertifikat sertifikasi akuntansi, jadi memang sudah baik, khususnya untuk program akuntansi, jadi seandainya e apa itu mengajar ya, sudah mampu dengan jurusannya, nah lain dengan di luar itu kok mengajar program akuntansi kan lain” (MS/19/05/2016) Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa kualitas guru di program keahlian Akuntansi itu baik, hal ini terbukti dengan seluruh guru yang mengajar di program keahlaian Akuntansi telah tersertifikasi sesuai dengan bidangnya dan mampu menyampaikan materi kepada siswanya secara profesional dan maksimal. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut ini : “wah kalau guru itu, kayaknya yang muda-muda ini kuliah S2, gurunya linear, jadi yang mendukung itu, namun untuk jurusan TEI itu yang masih belum punya guru pengajar yang tetap, statusnya masih GTT semua, tetapi tetap linear dengan bidangnya..” (ME/25/05/2016) Ibu ME dalam wawancara tersebut menyampaikan bahwa beberapa guru di SMK Negeri 1 Ngawi juga melanjutkan S2 guna meningkatkan kualitas diri mereka, dan sekalipun guru tersebut
149
berstatus guru tidak tetap (GTT) tetapi guru tersebut tetap mengajar sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Hal tersebut juga didukung oleh ibu SA sebagai berikut ini : “nah iya, sekolah Bertaraf Internasional itu dituntut gurunya harus S2 itu sebanyak 20%lah. 20% guru harus S2, nah itu guru-guru juga mau untuk kuliah s2 dan sekarang itu jumlahnya sudah lebih dari 20%,itu itu diantaranya itu usahanya ya seperti itu” (SA/06/06/2016) Berdasarkan pernyataan dari wawancara di atas, diketahui bahwa jumlah guru yang memiliki pendidikan terakhir Master (S2) sudah lebih dari 20% dari jumlah guru secara keseluruhan. Dari beberapa hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa kualitas guru SMK Negeri 1 Ngawi secara umum, maupun guru yang mengajar di program keahlian Akuntansi pada khususnya telah memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru SMK Negeri 1 Ngawi secara umum maupun secara khusus program keahlian akuntansi telah memiliki guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas tentu saja akan menunjang pembelajaran yang berkualitas dan dapat menunjang siswa dan lulusan yang berkualitas pula, utamanya pada pembelajaran produktif. Lulusan yang berkualitas akan memudahkan dirinya untuk bisa bekerja sesuai dengan program keahliannya. Oleh karena itu, kualitas guru yang baik akan menjadi faktor pendukung tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dengan lapangan pekerjaannya.
150
3) Adanya Jaringan dan Mitra Jaringan dan Mitra serta kerjasama yang terikat dengan MoU merupakan salah satu faktor pendukung bagaimana sekolah tersebut bisa meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan kerja yang baik. Jaringan dan mitra ini dapat dibangun oleh pihak-pihak yang berada di lingkungan sekolah. Jaringan dan mitra yang berkaitan dengan dunia kerja itu dibangun oleh pihak masing-masing program keahlian maupun oleh pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi serta ada juga jaringan yang diperoleh melalui keaktifan siswa. Pertama untuk jaringan yang dimiliki oleh pihak jurusan, khususnya pihak program keahlian Akuntansi memiliki jaringan dengan DU/DI terkait dengan pelaksanaan prakerin. pada pelaksanaan prakerin jurusan akutansi maupun jurusan lainnya akan memiliki jaringan dengan pihak DU/DI yang relevan dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh anak didiknya. Seperti yang telah dibahas dalam subbab Prakerin, diketahui bahwa setidaknya hampir 80% persen mitra yang ditempati untuk prakerin itu relevan secara kelembagaan dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh peserta didik. Pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi setidaknya tercatat terdapat 18 DU/DI yang menjalin kerjasama dengan pihak Bursa Kerja Khusus, dan setidaknya terdapat 80 DU/DI (daftar Mitra terlampir) lain yang menjalin kerjasama namun belum tercatat dalam daftar mitra di BKK. Dari banyaknya DU/DI/Perusahan yang bekerja sama tersebut
151
mayoritas merupakan perusahaan yang kurang atau bahkan tidak relevan dengan program keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi. Dengan adanya mitra dan jaringan yang baik, maka dapat meningkatkan tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerja.
4) Adanya BKK (Bursa Kerja Khusus) Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa pihak Bursa Kerja Khusus (BKK) memiliki peran yang penting dalam menentukan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan yang dimilikinya. BKK merupakan pihak yang menyalurkan siswa yang lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi dengan dunia kerjanya. Maka BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah menjalin kerja sama dan melegalkan kelembagaan dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi. Sehingga keberadaan BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan salah satu faktor pendukung adanya relevansi lulusan dengan dunia kerjanya jika BKK dapat berperan secara optimal. Keberadaan BKK ini pula yang menjadi salah satu faktor banyak peminat masyarakat umum untuk mengeyam pendidikan di Sekolah ini. Berdasarkan segi kelembagaan, BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan lembaga yang strategis untuk bisa mengarahkan siswanya bekerja sesuai dengan kompetensi yang telah dimiliki.
152
5) Keaktifan siswa/lulusan untuk mencari pekerjaan secara Mandiri Keaktifan siswa/ lulusan dalam mencari pekerjaan secara mandiri menjadi
faktor
pendukung
yang
selanjutnya.
Bapak
AM
menyampaikan bahwa : “kadang-kadang memang ada yang sudah sesuai, misalnya yang jurusan akuntansi ada yang sudah bekerja di BRI atau di BPD, nah itu memang sudah sesuai, cocok sekali. Kalau biasanya yang seperti itu, siswa nya yang aktif dan memang siswanya itu pinter, siswa pandai itu mencari lowongan sendiri. Saya yakin pinter, Seperti itu biasanya.” (AM/02/05/2016) Berdasarkan wawancara tersebut, diketahui bahwa keaktifan siswa untuk mencari lowongan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki inilah yang menjadikan tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi bisa mencapai angka tersebut. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari bapak MS sebagai berikut ini “iya dari anak sendiri yang mencari kerja itu sendiri, kalau dari pihak sekolah itu yang jelas sudah mengarahkan seperti itu, paling tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki itu, skillnya itu” (MS/26/05/2016) Berdasarkan wawancara tersebut diketahui memang keaktifan anak untuk bisa mencari pekerjaannya sendiri itu memang dibutuhkan, karena pihak sekolah telah membekali dengan arahan-arahan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki siswa. Hal yang serupa disampaikan pula oleh ibu ME sebagai berikut ini : “namun gini mbak, mungkin karena yang masuk sini itu memang sudah anak-anak pilihan ya mbak, jadi mau bekerja apaapun itu sudah bagus,apalagi kalau waktu PSG begitu ya, 153
saya itu ada anak yang PSG di warnet saya itu anak TKJ, karena pinter ya langsung saya rekrut itu, jadi beberapa DU/DI itu memang ada mengatakan kalau anak SMK Negeri 1 Ngawi itu yang PSG disana itu menunjukkan kinerja yang bagus mbak, iya. Berbeda dengan sekolah yang lain” (ME/25/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa keaktifan siswa dalam menjalin relasi ketika Prakerin juga bisa menjadi pendukung siswa tersebut dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Berdasarkan hasil beberapa wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa juga menjadi faktor penentu apakah siswa tersebut dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya atau tidak. Keaktifan siswa ini juga telah dilatih ketika mengikuti proses pembelajaran di Sekolah, baik dari segi etos kerja, etos belajar, dan berjiwa kompetitif.
13. Faktor Penghambat adanya Relevansi Lulusan dengan Dunia kerja. Seperti yang telah diketahui, bahwa tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi masih dikatakan belum cukup baik, yaitu secara umum berada pada angka 25% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, serta hanya 19% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan pada hasil analisis data tahun 2011-2015. Dengan demikian, tentu saja pihak sekolah menghadapi beberapa hambatan yang membuat tingkat relevansi dari lulusan dengan dunia kerja bisa
154
dikatakan belum cukup baik. Berikut ini merupakan beberapa faktor penghambat relevansi lulusan dengan dunia kerja, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan. 1) Kurang Optimalnya pelaksanaan Kunjungan Industri Seperti yang telah dibahas dalam subbab Kunjungan Industri di atas, maka diketahui bahwa pelaksanaan Kunjungan Industri SMK Negeri 1 Ngawi kurang terlaksana secara optimal. Diakui oleh beberapa narasumber bahwa pelaksanaan Kunjugan Industri beberapa waktu lalu tidak sesuai dengan harapan dari pihak pelaksana Kunjungan Industri. Perbedaan persepsi antara pihak sekolah dengan pihak industri ini tentu saja mengakibatkan kurang tercapainya tujuan dari pelaksanaan Kunjungan Industri tersebut. Dalam penyelenggaraan KI tersebut diharapkan masing-masing jurusan dapat memperoleh pembelajaran terkait kompetensinya masing-masing, misalnya untuk program keahlian Administrasi Perkantoran maka dapat melihat terkait bagaimana pengadministrasian pabrik tersebut, untuk jurusan AK misalnya, diharapkan dapat mempelajari terkait dengan keuangan perusahaan tersebut, dan lain sebagainya. Namun implementansinya berbeda dengan harapan yang telah disampaikan di atas, seperti yang disampaikan oleh ibu ME sebagai berikut ini : “...Tapi kalau kunjungan industri itu melihat secara langsung riil pekerjaan yang ada di perusahaan tertentu, jadi ya hanya menyaksikan saja, mengamati, tapi memang demikian harusnya dari masing-masing jurusan itu, namun, karena ini adalah program sekolah, jadi kunjungan industri itu dijadikan satu tempatnya, nanti yang TEI misalnya, nanti
155
pembimbingnya yang mengarahkan ke TEI, pembimbingnya itu nanti dari pabriknya, saya kira begitu, ternyata enggak, karena situasi, disana itu dijadikan satu jebret, jadi anak itu kunjungan itu malah bingung, gak efektif kan akhirnya. Nah mungkin ke depannya perlu diteliti lagi apakah dimungkinkan untuk berangkat dari masing-masing jurusan saja, misalnya dari akuntansi gitu nanti ke Pabrik apa, bagian apa, kalau kayak gitu mungkin akan lebih efektif mbak. Nah memang ya pabrik yang kemarin itu besar, tapi anak jadi tidak bisa belajar sesuai dengan yang diharapkan, tidak bisa menjadi pengamat yang baik, nah saya pas sambutan juga gak enak mbak, sudah saya sampaikan juga, bahwa sekolah saya sebenarnya itu mengharapakan yang begini-begini begini, tapi karena situasi yang kita juga akhirnya ya udah, gak apa-apa wis monggo...” (ME/25/05/2016) Berdasarkan wawancara tersebut diketahui dalam pelaksanaan Kunjungan Industri beberapa waktu lalu belum sesuai dengan harapan dan tidak sesuai dengan idealnya pelaksanaan kunjungan Industri yaitu sesuai dengan program keahlian masing-masing. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan dari bapak MS sebagai berikut : “...di tempat itu tidak semua dibidangnya itu bisa dilihat, mungkin ada beberapa yang dirahasiakan oleh perusahaan seperti itu, mungkin kan paling tidak tahu lah, tapi ternyata dari pihak sana itu memang dirahasiakan dan tidak boleh. Misalnya dari jurusan akuntansi dibidang pembukuannya sana itu ndak boleh dilihat, jadi Cuma melihat proses produksinya, mulai dari mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, prosesnya sejak awal.” (MS/26/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas diketahui bahwa adanya hal yang tidak bisa dilihat, sekalipun itu bidang yang sesuai dengan kompetensi anak tersebut. Diketahui bahwa pelaksanaan kunjungan industri pada bulan Mei 2016 tersebut siswa langsung dikumpulkan dalam kelompok yang
156
besar dalam satu ruangan dan diberikan materi-materi yang terkait dengan profil dan kondisi pabrik tersebut. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan sekolah, yaitu siswa akan dibagikan dalam beberapa kelompok sesuai dengan program keahlian masing-masing dan diarahkan pada kegiatan yang sesuai dengan kompetensi masingmasing jurusan. Misalnya untuk program keahlian administrasi perkantoran (AP) diarahkan pada kegiatan administrasi dan kearsipan dokumen, program keahlian Akuntansi (AK) diarahkan pada kegiatan financial dalam kegiatan produksi dan demikian juga dengan program keahlian lainnya. Sehingga dapat diketahui bahwa pelaksanaan kunjungan industri di SMK Negeri 1 Ngawi belum berjalan sesuai dengan harapan.
2) Terbatasnya Lapangan Pekerjaan dan banyaknya pesaing. Lapangan pekerjaan yang tersedia, nampaknya belum cukup untuk menampung lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sehingga banyaknya lulusan yang memilih untuk bekerja pada perusahaanperusahaan yang bersedia merekrut mereka sebagai karyawan, karena memang lulusan dari SMK dipersiapkan untuk langsung bekerja pasca lulus. Mereka (lulusan) tidak lagi memperhatikan apakah pekerjaan mereka sesuai atau tidak dengan kompetensi keahlian yang telah mereka pelajari selama mengikuti proses belajar
157
mengajar di SMK Negeri 1 Ngawi. Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh bapak AM berikut ini : “ya itu tadi, karena keterbatasan daripada lapangan pekerjaan, jadi tidak sesuai dengan lapangan pekerjaan yang tersedia dengan tenaga yang dihasilkan, persaingan banyak sekali, sehingga si lulusan ini akhirnya bekerja dimanapun, dan ditempatkan dimanapun itu mau, dan yang lebih parah lagi itu nanti ditempatkan dimana-mana mau, dan dengan gaji yang berapapun mau. Nah itu yang lebih parah lagi itu.” (AM/02/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa keterbatasan lapangan pekerjaan serta banyaknya pesaing menjadi faktor penghambat lulusan SMK dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Demikian pula yang disampaikan oleh Ibu SA sebagai berikut : “hambatan memang ya kalau saya lihat sih, secara umum, perusahaan itu bisa menerima sesuai dengan keahliannya kebanyakan D3, kalau lulusan SLTA itu rata-rata ya jadi operator produksi ee apa ya, tempat tempat itu terbataslah, kalau resepsionis kalau masih ketemu anak SMK cantik ya masih bisa masuk... ya itulah kendalanya itu tadi, rasanya DU/DI menghargai kalau sudah D3, dan memang sedikit sekali kesempatan yang diberikan kepada SLTA untuk sesuai dengan jurusannya.” (SA/02/05/2016) Berdasarkan wawancara di atas, diketahui bahwa yang menjadi faktor penghambat tingkat relevansi lulusan SMK dengan lapangan pekerjaannya adalah adanya keterbatasan lapangan pekerjaan dan juga banyaknya persaingan, utamanya dengan lulusan D3 dan S1. Hal yang serupa juga disampaikan oleh bapak MS sebagai berikut ini :
158
“iya memang terbatas lapangan pekerjaan sekarang ini, karena ya setiap tahun banyak yang lulus, banyak yang kerja. Maunya juga yang sesuai dengan keahliannya kalau bekerja kan ya sulit kalau pengennya seperti itu” (MS/19/05/2016) Berdasarkan hasil beberapa wawancara di atas, diketahui bahwa faktor penghambat tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya berkisar pada permasalahan terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya pesaing dari lulusan D3 mapun S1. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada ini, tentu saja menjadi faktor penghambat bukan hanya di SMK Negeri 1 Ngawi saja, namun ini merupakan permasalahan yang dirasakan hampir seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara umum. Beberapa dunia usaha dan dunia industri saat ini lebih selektif dalam memilih karyawan yang akan direkrut, utamanya untuk menduduki posisi penting dalam perusahaan tersebut. Beberapa dari perusahaan tersebut telah menetapkan bahwa pendidikan minimal yang harus dimiliki calon pegawai mereka misalnya Diploma (D3) atau Sarjana (S1). Tentu saja jika ditemukan dengan kondisi tersebut, maka siswa lulusan SMK akan kalah dalam persaingan tersebut. Sehingga untuk mendapatkan posisi-posisi yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki selama mengikuti pembelajaran di SMK Negeri 1 Ngawi. Misalnya : untuk posisi bendahara perusahaan, bagian pembukuan dan lain sebagainya, pemilik usaha akan mencari kualifikasi pendidikan tertinggi dari seluruh pelamarnya, sehingga
159
lulusan SMK Jurusan Akuntansi akan kalah bersaing dengan mereka. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan ini, siswa SMK Negeri 1 Ngawi telah dipersiapkan untuk memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, sehingga beberapa diantara lulusan bisa menemukan lapangan pekerjaan yang mereka minati sendiri tanpa melalui atau meminta bantuan dari pihak BKK. Misalnya : beberapa lulusan dari program keahlian Akuntansi mencari pekerjaan pada Bank atau Koperasi simpan pinjam melalui jaringan yang dimiliki oleh siswa sendiri. Dengan demikian, keaktifan siswa atau lulusan dalam memiliki jaringan atau mitra juga menjadi faktor pendukung sekolah untuk meningkatkan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan yang dimiliki. Terkait dengan permasalahan daya saing dengan lulusan S1 maupun D3 sekolah memiliki beberapa alternatif penyelesaian masalah, antara lain sebagai berikut ini. a) Adanya pendampingan siswa yang hendak melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, baik dengan berbagai jalur di perguruan tinggi di Indonesia, baik yang Negeri maupun yang swasta. b) Terdapat Lembaga Sertifikasi Profesi yang menjadi dokumen pendukung Ijazah lulusan, yang berisi bahwa siswa telah memiliki sertifikasi profesi sesuai dengan Kompetensi keahlian
160
masing-masing. Hal ini tentu saja akan mendukung lulusan untuk dapat meningkatkan daya siang mereka dengan lulusan D3 maupun lulusan S1.
B. Pembahasan 1. Daya Serap dan Relevansi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Program Keahlian Akuntansi dengan Dunia Kerja di SMK Negeri 1 Ngawi. Daya serap, dalam penelitian ini, merupakan kemampuan lulusan untuk dapat diterima dalam masyarakat secara umum, dan secara khususnya dengan lapangan pekerjaan. Dalam penelitian ini, daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dilihat dari aspek masa tunggu penempatan, dengan melihat analisis masa tunggu BKK SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2014, dan melihat jumlah lulusan Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun 2011-2015. Dilihat dari aspek masa tunggu maka diperoleh data Secara umum, lebih dari 60% lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja memiliki rata-rata masa tunggu dari 0-2 bulan, sehingga dapat dikategorikan bahwa daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dikatakan cukup tinggi dari kategori masa tunggunya. Daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi program keahlian Akuntansi dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
161
Tabel 10. Daya serap lulusan program keahlian Akuntansi tahun 20112015 TAHUN 2011 2012 2013 2014 2015 JUMLAH
Jumlah sisiwa 72 72 68 70 63 345
Bekerja
prosentase
56 56 52 40 38 242
77,78 77,78 76,47 57,14 60,31 69,89
Sumber : Data sekunder Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa daya serap lulusan program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi cukup tinggi, yaitu berada pada angka 70,14% dari jumlah lulusannya selama 5 tahun dapat memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan, atau dapat diketahui ratarata daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi, program keahlian Akuntansi berada pada angka 69,90 % tiap tahunnya. Hasil ini menunjukkan bahwa lulusan SMK Negeri 1 Ngawi khususnya program keahlian Akuntansi memiliki daya serap yang baik dalam memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi, khususnya program keahlian Akuntansi, cukup tinggi yaitu setiap tahunnya terdapat setidaknya 69,90% dari jumlah lulusan program keahlian akuntansi yang memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan. Dari aspek masa tunggu penempatan, penempatan lulusan SMK Negeri 1 Ngawi berada pada rata-rata 0-4 bulan masa tunggu. Pada masa tersebut, setidaknya 78% lulusan sudah memperoleh penempatan pada tahun 2014.
162
Relevansi merupakan kesesuaian. Dalam penelitian ini pengertian relevansi pendidikan merupakan suatu keterkaitan antara kompetensi, keahlian dan pengetahuan yang telah diperoleh dan dimiliki oleh lulusan dari suatu instansi pendidikan, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan lapangan pekerjaan yang diperoleh. Setelah melakukan penelitian pada data yang telah diperoleh dari BK SMK Negeri 1 Ngawi maka berikut ini merupakan prosentase rata-rata tingkat relevansi masing-masing program keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 11. tingkat relevansi rata-rata program keahlian akuntansi dibandingkan dengan program keahlian lain di SMK Negeri 1 Ngawi
Prog. Keahlian
Rata-rata
11 TEI 12 TKJ 7 AP 13 AK 12 PM Sumber : Data Sekunder Penelitian.
% Lulusan Seluruh 16,88 17,92 10,25 19,19 18,30
% Lulusan Bekerja 31,82 31,96 18,20 27,12 25,69
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa program keahlian yang memiliki tingkat relevansi yang paling tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi adalah program keahlian Teknik Komputer Jaringan (TKJ) sebesar 31,96% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja. Namun jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan, maka Program Keahlian Akuntansi (AK) memiliki tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerja yang tertinggi, yaitu sejumlah 19,19%. Sedangkan program keahlian
163
Administrasi Perkantoran (AP) memiliki tingkat relevansi terendah baik jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, yaitu 18,20%, maupun dengan jumlah lulusan secara menyeluruh, yaitu 10,25%. Berdasarkan hasil analisis dokumen dan hasil wawancara, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat relevansi lulusan SMK, khususnya SMK Negeri 1 Ngawi itu masih bisa dikatakan belum cukup baik. Tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja sesuai dengan jurusannya secara umum dapat dikatakan belum cukup baik, yaitu berada pada angka 25,98% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, dan 16,24% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Angka ini hanya menunjukkan hanya seperempat (¼) dari jumlah lulusan yang bekerja yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki. Banyaknya lulusan Program keahlian Akuntansi memilih untuk bekerja sekalipun tidak sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimilikinya, kemudian disusul banyak lulusan yang memilih untuk melanjutkan studinya pada jenjang pendidikan tinggi sesuai dengan prodi pilihan masing-masing. Kemudian lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya merupakan kategori dengan jumlah terbanyak ketiga, dan setidaknya dari 5 tahun di atas, terdapat 6 wirausahawan baru yang membuka usaha dan kemungkinan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi orang lain. Proporsi pemetaan lulusan keahlian Akuntansi dapat dilihat pada diagram pie dibawah ini.
164
program
BEKERJA RELEVAN
01% % 2% 0%
BEKERJA TIDAK RELEVAN BEKERJA TIDAK JELAS 19% KULIAH
27% KURSUS WIRAUSAHA 5%
LAIN-LAIN 46%
TIDAK TERDETEKSI
Sumber : Data Sekunder Penelitian Gambar 10. Diagram pemetaan lulusan program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi
Melihat rata-rata data dari tahun 2011-2015 di atas, maka diketahui rata-rata 13 lulusan atau 19,03% dari lulusan program keahlian akuntansi yang bekerja relevan jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Kemudian rata-rata sebanyak 32 lulusan atau 45,84% bekerja tidak sesuai dengan kompetensi keahliannya, rata-rata sebanyak 3 lulusan atau dalam angka 4,90% bekerja namun tidak diketahui dimana tempat dan posisi bekerjanya, kemudian rata-rata lulusan yang melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi sebanyak 19 lulusan atau 26,81%, lulusan yang membuka usaha sebanyak 1 lulusan atau 1,73%, lulusan yang meninggal dan mondok sebanyak kurang lebih 1 lulusan atau 0,72% dari jumlah lulusan keseluruhan, serta terdapat kurang lebih 1 lulusan atua 0,96% lulusan yang tidak memberikan kabar kepada pihak sekolah terkait
165
posisinya sekarang, apakah bekerja ataukah melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi pada setiap tahunnya. Terkait dengan pemetaan lulusan Akuntansi dengan lapangan pekerjaannya dapa digambarkan dalam diagram baris berikut ini. 50 40 30 20 10 0 2011
2012
BEKERJA RELEVAN
2013 BEKERJA TIDAK RELEVAN
2014
2015
BEKERJA TIDAK JELAS
Gambar 11. Diagram baris pemetaan lulusan program keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan Berdasarkan uraian di atas, maka diketahui bahwa angka rata-rata lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi lulusannya sejumlah 13 lulusan, sedangkan rata-rata lulusan yang bekerja tidak sesuai dengan kompetensinya sejumlah 32 orang, dan lulusan yang bekerja namun tidak diketahui secara jelas dimana dan pada posisi apa rata-rata 3 orang setiap tahunnya. Data tersebut dapat digambarkan dalam diagaram pie sebagai berikut ini.
166
BEKERJA RELEVAN
BEKERJA TIDAK RELEVAN
BEKERJA TIDAK JELAS
7% 27%
66%
Gambar 12. Diagram pie rata-rata lulusan Program Keahlian Akuntansi dengan lapangan pekerjaan tahun 2011-2015 Berdasarkan diagram pie di atas, maka diketahui bahwa terdapat rata-rata 27,12% dari jumlah lulusan yang bekerja dari program keahlian Akuntansi yang memiliki pekerjaan sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki atau angka ini setara dengan 19,19% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa program keahlian Akuntansi berada sedikit di atas rata-rata prosentase tingkat relevansi lulusan secara menyeluruh di SMK Negeri 1 Ngawi, yaitu senilai 25,98% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, atau 16,24% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara menyeluruh. Berdasarkan uraian data pada subbagian sebelumnya, maka dapat diketahui bahwa lulusan program keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi memiliki rata-rata 13 lulusan atau 27,12% dari jumlah lulusan yang bekerja memiliki pekerjaan sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah
167
mereka miliki atau angka ini setara dengan 19,19% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa program keahlian Akuntansi berada sedikit di atas rata-rata prosentase tingkat relevansi lulusan secara menyeluruh di SMK Negeri 1 Ngawi, yaitu senilai 25,98% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan yang bekerja, atau 16,24% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara menyeluruh. Tingkat relevansi program keahlian Akuntansi bisa dikatakan belum cukup baik jika dilihat secara umum, karena baru mencapai angka 27,12% atau baru ¼ lebih lulusan yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya, hal ini jika dibandingkan dengan banyaknya jumlah lulusan yang bekerja. Namun, jika dibandingkan dengan banyaknya lulusan secara keseluruhan maka program keahlian Akuntansi berada pada angka 19,19%, atau kurang dari 1/5 lulusan yang memiliki pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya. Tingkat relevansi program keahlian Akuntansi (AK) jika dilihat pada lingkup sekolah, yaitu dengan membandingkan dengan program keahlian lain maka posisi program keahlian ini menduduki peringkat ketiga, yaitu sebanyak 27,12%. Dan jika dibandingkan dengan jumlah lulusan keseluruhan, maka tingkat relevansi Program keahlian akuntansi dengan dunia kerja merupakan program keahlian yang tertinggi, walaupun hanya mencapai angka 19,19%.
168
Berdasarkan data di atas, maka sekolah telah memenuhi salah satu standart pelayanan minimal (SPM) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional nomor 129a/U/20014 pasal 4 ayat (2) point (i) yang berbunyi “20 persen dari lulusan SMK diterima di dunia kerja sesuai dengan keahlinya” karena tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngaiw program keahlian Akuntansi berada pada angka 27,12 %
2. Strategi Sekolah untuk Menjaga dan Meningkatkan tingkat Relevansi Lulusan dengan Dunia Kerja di SMK Negeri 1 Ngawi Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu. Pengertian kebijakan dalam ranah mikro merupakan keseluruhan proses mulai dari perumusan hingga evaluasi suatu strategi atau program-program yang terdapat di suatu instansi pendidikan, misalnya sekolah. Penelitian ini lebih berfokus pada tahapan implementasi dari program-program atau strategi-strategi yang dimiliki oleh sekolah yang memiliki kaitan dengan peningkatan daya serap dan relevansi lulusan suatu instansi pendidikan. Strategi sekolah dalam penelitian ini terbentuk dalam programprogram yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi yang melibatkan siswa langsung dan berhubungan dengan pengembangan kompetensi keahlian
169
siswa, baik berupa soft-skill maupun hard-skill. Berikut ini adalah programprogram yang peneliti indera sebagai strategi sekolah untuk meningkatkan daya serap dan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. a. Pengembangan Kultur Sekolah SMK Negeri 1 Ngawi mengembangkan beberapa kultur yang positif pada siswa dan seluruh warganya secara umum. Berdasarkan hasil analisis dari beberapa kultur yang dikembangkan, berikut ini merupakan kultur yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan kerjanya, kultur tersebut antara lain sebagai berikut ini : 1) Nilai Kedisiplinan Kedisiplinan merupakan kultur utama yang mulai diterapkan pada siswa di SMK Negeri 1 Ngawi, dalam hal ini disiplin yang dimaksud terkait dengan bagaimana siswa itu nanti belajar serta nanti ketika siswa mengaplikasikan ilmunya dalam dunia kerja. Pembiasaan kedisiplinan ini dimulai ketika siswa baru saja mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS), selama proses pembelajaran berlangsung, hingga pada proses akhir pembelajaran atau pasca ujian nasional. Implikasi nilai kedisiplinan yang ditanamkan pada siswa ini pada relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya adalah ketika nanti lulusan itu dapat bekerja atau praktek di DU/DI secara disiplin, baik disiplin waktu, disiplin dengan aturan, maupun disiplin dalam
170
manajemen diri akan menunjukkan integritas siswa yang juga akan mendukung kompetensi keahlian yang dimiliki oleh siswa. Dengan pembiasaan yang telah dilakukan dilingkungan sekolah akan terbawa pada lingkungan kerja nantinya. 2) Nilai Etos Kerja yang Tinggi Pengertian etos kerja yang tinggi disini adalah siswa diajarkan untuk bekerja secara maksimal dan optimal, sehingga pekerjaan yang dihasilkan merupakan pekerjaan yang dapat memuaskan pihak yang mempekerjakan, hal ini dapat dilihat ketika siswa mengikuti kegiatan Prakerin. Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka bisa disimpulkan bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi memiliki etos kerja yang cukup baik. Terbukti dengan feed-back dari pihak DU/DI yang bersedia untuk ditempati siswa prakerin merasa puas dengan kinerja siswa tersebut dan beberapa diantaranya menginginkan siswa SMK Negeri 1 Ngawi untuk bisa prakerin di DU/DI yang bersangkutan 3) Etos Belajar yang Tinggi Etos kerja yang tinggi tentu saja dilatih atau dipersiapkan dengan etos belajar yang tinggi di lingkungan sekolah. Etos belajar yang tinggi ditunjukkan dengan siswa yang belajar dengan giat, baik ketika menerima teori didalam kelas, maupun ketika praktik di laboratorium.
Mengerjakan
tugas
secara
maksimal
dan
mendapatkan nilai yang memuaskan merupakan tolak ukur dari kultur yang dibangun sejak awal di SMK Negeri 1 Ngawi.
171
Etos belajar yang tinggi ini juga akan mendukung siswa untuk memperoleh
pekerjaan
yang
sesuai
dengan
kompetensi
keahliannya, karena memang beberapa DU/DI/Perusahaan telah menetapkan bahwa terdapat nilai minimal yang harus dipenuhi oleh calon pegawainya. 4) Nilai Kewirausahaan Semangat entrepreneurship merupakan hal yang penting yang perlu dikembangkan oleh sekolah manapun. SMK Negeri 1 Ngawi secara konsisten selalu memberikan amunisi kepada siswanya untuk selalu meningkatkan
semangat
berwirausaha.
Terkait
dengan
entrepreneurship hal ini tertera jelas dalam visi SMK Negeri 1 Ngawi pada kata terakhir, kemudian juga tertera dalam misi nomer 4,
yaitu
mengembangkan
program-program
yang
mampu
memotivasi dan membangun nilai-nilai entrepreneurship. b. Prakerin Prakerin atau Praktek Kerja Industri merupakan program nasional bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pelaksanaan prakerin ini mengharuskan siswa untuk terjun secara langsung pada DU/DI yang telah bekerja sama dengan pihak sekolah dan sesuai dengan kompetensi keahliannya masing-masing. Kebijakan sekolah yang diambil oleh pihak SMK Negeri 1 Ngawi terkait pelaksanaan prakerin yaitu prakerin dilaksanakan dalam 3 bulan. Di SMK Negeri 1 Ngawi, program ini dilaksanakan oleh seluruh jurusan untuk melatih kompetensi akademik
172
yang dimiliki oleh siswanya dengan langsung praktek pada dunia kerja atau dunia industri. Pelaksanaa prakerin dalam satu tahun SMK Negeri 1 Ngawi dibagi dalam 4 gelombang prakerin, dan untuk program keahlian akuntansi khususnya itu dilaksanakan pada awal semester ganjil, yaitu bulan Juli, Agustus dan September. Prakerin memiliki tujuan untuk bisa menerapkan atau mempraktikan ilmu dan teori yang telah diperoleh di sekolah pada dunia kerja, atau dengan kata lain prakerin merupakan wadah untuk siswa bisa mempraktikan teori yang telah diperoleh di Sekolah untuk dipraktikan secara lebih riil di dunia kerja yang sesungguhnya.. Program ini menjadi program perwujudan kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMK Negeri 1 Ngawi dengan pihak DU/DI secara khusus dan pada masyarakat secara umum. Dampak yang diharapkan dengan adanya prakerin adalah anak akan memperoleh pengalaman baru untuk lebih menyiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja. Dengan prakerin siswa akan menjadi lebih siap untuk terjun secara langsung ke dunia kerja nanti. Dalam prakerin siswa akan dihadapkan secara langsung dengan dunia usaha/dunia industri yang riil, sehingga siswa akan terbiasa atau setidaknya siswa akan mengetahui bagaimana kondisi dunia usaha dan industri (DU/DI), pengalaman ini tentu saja tidak akan diperoleh jika siswa tidak mengikuti prakerin atau dengan kata lain siswa akan memperoleh
173
pengalaman baru untuk bisa terjun ke dunia kerja yang sebenarnya setelah lulus nanti Implikasi dari program Prakerin dengan tingkat relevansi lulusan dengan
dunia
kerjanya
adalah
siswa
dapat
meningkatkan
kompetensinya dan dapat menjalin hubungan baik dengan pihak DU/DI yang bersangkutan. Hal ini memungkinkan siswa untuk dapat bekerja ditempat prakerin setelah lulus nanti. c. Kunjungan Industri Kunjungan Industri merupakan kegiatan untuk mengunjungi suatu industri/pabrik besar untuk mendukung siswanya untuk mengetahui situasi dan gambaran kerja yang sebenarnya secara langsung di Industri tersebut.
Pelaksanaan kegiatan kunjungan industri idealnya siswa
mengunjungi industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian mereka, sehingga hal tersebut dapat menunjka untuk menjadikan siswa lebih memahami bagaimana kondisi industri yang sesuai dengan kompetensi keahlian mereka. Implikasi dari kegiatan ini untuk siswa secara umum antara lain memungkinkan siswa menambah wawasan siswa terkait dengan DU/DI yang dikunjungi. Jika pelaksanaan Kunjungan Industri dilaksanakan secara optimal, salah satu dampak dari penyelenggaraannya adalah memungkinkan siswa untuk bisa memperoleh peluang kerja di DU/DI yang sesuai dengan program keahlian yang telah dimiliki. d. Bimbingan Karir
174
Bimbingan karir tersebut dilakukan oleh pihak jurusan dan oleh pihak Bimbingan dan Konseling. Pelaksanaan bimbingan tersebut dikaitkan dengan kelanjutan karir siswa baik siswa yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi untuk dapat memilih program studi atau jurusan yang sesuai dengan kompetensi yang telah dimilikinya, serta bagi siswa yang ingin bekerja juga diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah dimiliki. Materi yang disampaikan pada kelas karir ini merupakan materi yang berkaitan dengan bagaimana siswa setelah lulus harus bekerja seperti apa. Pelaksanaan kelas karir ini juga diakui bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan pekerjaan apa saja yang relevan dengan kompetensi keahlian mereka masing-masing jurusan. Implikasi dari program ini dengan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya adalah jika program ini dapat terlaksana secara optimal, maka siswa akan memiliki pemahaman dan keyakinan dari dalam diri mereka tentang pentingnya relevansi mereka di dunia kerja dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki saat ini. e. Bursa Kerja Khusus (BKK) Bursa Kerja Khusus (BKK) merupakan lembaga yang dalam menyalurkan siswa yang lulus dengan dunia kerja secara langsung. BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelembagaan SMK Negeri 1 Ngawi. Seiring dengan perkembangan SMK Negeri 1 Ngawi yang merupakan lembaga pendidikan yang
175
diharapkan mampu mendidik dan menyalurkan siswa didiknya untuk bekerja, maka BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah menjalin kerja sama dan melegalkan kelembagaan dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi. BKK merupakan salah satu strategis sekolah untuk meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. Peran BKK sebagai lembaga yang menyalurkan lulusannya dengan lapangan pekerjaanmya ini hendaknya perlu bekerja sama dengan pihak BK yang telah melakukan bimbingan dan konseling kepada siswa-siswa bagaimana minat dan bakat yang dimiliki oleh siswa, sehingga untuk menyalurkannya sesuai dengan minat dan bakat serta sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. Implikasi keberadaan BKK SMK Negeri 1 Ngawi dengan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. BKK hendaknya selalu mengembangkan mitra yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki di SMK Negeri 1 Ngawi. f. Teaching Factory Teaching Factory merupakan suatu unit usaha yang berada didalam lingkup sekolah. Keberadaan Teaching Factory ini dapat mendukung dan menunjang kegiatan pembelajaran siswa. Sebagai salah satu Teaching Factory yang berada di SMK Negeri 1 Ngawi adalah Bank Mini “Berjuang” yang mendukung program keahlian Akuntansi.
176
Layanan yang dilakukan di Bank Mini SMK Negeri 1 Ngawi merupakan transaksi yang sama dengan aktivitas di Bank secara umum. Hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya Bank Mini merupakan tepat praktik yang relevan dengan kompetensi keahlian dari siswa Akuntansi. Sehingga siswa program keahlian Akuntansi dapat mempraktikan secara langsung teori yang diperoleh selama proses pembelajaran dalam lingkup sekolah sekaligus serta dapat memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat juga meningkatkan kompetensi siswa program keahlian Akuntansi Implikasi adanya Teaching Factory ini dengan relevansi lulusan dengan lapangan kerjanya adalah Teaching Factory merupakan wadah untuk praktik siswa yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimilikinya. Semakin meningkatnya kompetensi keahlian siswa, maka kemungkinan siswa untuk dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya akan semakin tinggi. g. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) LSP atau Lembaga Sertifikasi Profesi merupakan lembaga yang berada dalam lingkup sekolah yang memberikan layanan kepada siswa terkait dengan uji kompetensi keahlian (UKK) bagi kelas XII pada akhir semester 6. Dari pelaksanaan Uji Kompetensi Keahlian (UKK) ini siswa yang dinyatakan lulus akan memperoleh sertifikat profesi tingkat nasional yang nantinya bisa digunakan untuk mendukung siswa memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi keahliannya.
177
Keberadaan LSP ini dapat meningkatkan kompetensi siswa dan dapat membekali siswa untuk bisa bekerja sesuai dengan lapangan pekerjaannya. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) merupakan salah satu program atau strategi sekolah yang diharapkan dapat meningkatkan angka relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. Terkait dengan dampak atau hasil dari program ini belum dapat diketahui secara riil, karena lembaga ini baru terbentuk kurang dari satu (1) tahun. Implikasi keberadaan LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) bagi tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya adalah LSP memberikan pengakuan atas kompetensi yang telah dimiliki oleh siswa dengan bukti sertifikat yang diakui secara nasional maupun internasional. Sertifikat profesi inilah yang dapat mendukung siswa untuk dapat bekerja sesuai dengan kompetensi yang telah dimilikinya. Berdasarkan pelaksanaan program-program di atas, maka diketahui bahwa pihak sekolah telah mengupayakan secara optimal beberapa program yang berkaitan dengan peningkatan daya serap dan tingkat relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) khususnya program keahlian Akuntansi dengan lapangan kerja di SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun 2011-2015.
3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Peningkatan Relevansi Lulusan dengan Dunia Kerja di SMK Negeri 1 Ngawi
178
Berdasarkan hasil analisis dokumen yang dilakukan di atas, kita memperoleh hasil bahwa lulusan SMK Negeri 1 Ngawi yang bekerja sesuai dengan kompetensi keahlilan bisa dikatakan masih belum cukup baik, yaitu hanya berkisar 25 % jika dibandingkan dengan siswa yang bekerja, dan sekitar 16% jika dibandingkan dengan jumlah lulusan secara keseluruhan. Berdasarkan angka yang diperoleh di atas, maka dapat diketahui faktor pendukung dan faktor penghambat apa yang dihadapi oleh pihak sekolah secara umum, maupun pihak program keahlian Akuntansi secara khusus. Faktor pendukung daya serap dan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi antara lain sebagai berikut ini : a. Sarana dan Prasarana yang memadai Sarana dan prasarana di SMK Negeri 1 Ngawi dapat dikatakan lengkap dan dapat menunjang daya serap dan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan jika melihat pada kelengkapan sarana dan prasarana berupa laboratorium dan peralatan penunjang laborarotium kejuruan sesuai dengan program keahliannya masing-masing. Jika dikaitkan dengan relevansi lulusan, maka sarana dan prasarana yang dimaksud
disini
adalah
sarana
yang
berhubungan
dengan
peningkatkan kompetensi siswa. Di SMK Negeri 1 Ngawi setidaknya masing-masing jurusan telah memiliki Laboratorium untuk praktik masing-masing Program Keahlian dan peralatan yang mendukung praktik siswa, laborarotorium komputer, laboratorium bahasa dan lain
179
sebagainya. Adanya fasilitas berupa Teaching Factory juga merupakan sarana dan prasarana yang menunjang kompetensi siswa dan tentunnya akan menunjang daya serap dan tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan. Misalnya untuk program keahlian Akuntansi, sudah memiliki laboratorium yang digunakan oleh siswanya untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan produktif siswa, baik untuk teorinya maupun praktik secara langsung, baik itu secara manual maupun secara komputerisasi. Terkait pelaksanaan praktik komputer Akuntansi, siswa telah difasilitasi masing-masing anak satu komputer, sehingga mereka bisa langsung mempraktikan teori yang telah diperoleh sebelumnya. Selain laboratorium tersebut, program keahlian Akuntansi memiliki Teaching Factory berupa Bank Mini yang juga menunjang siswa dapat meningkatkan kompetensi keahliannya. Secara khusus dapat dikatakan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh program keahlian Akuntansi secara khusus maupun SMK Negeri 1 Ngawi secara umum dapat mendukung siswa untuk bisa bekerja sesuai dengan kompetensinya masing-masing. b. Kualitas Pendidik dan Tenaga Kependidikan Guru SMK Negeri 1 Ngawi secara umum maupun secara khusus program keahlian akuntansi telah memiliki guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas tentu saja akan menunjang pembelajaran yang berkualitas dan dapat menunjang siswa dan lulusan yang berkualitas pula, utamanya pada pembelajaran produktif. Lulusan yang berkualitas
180
akan memudahkan dirinya untuk bisa bekerja sesuai dengan program keahliannya. Oleh karena itu, kualitas guru yang baik akan menjadi faktor pendukung daya serap dan tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dengan lapangan pekerjaannya. Disamping memberikan materi pembelajaran bagi siswanya, guru tersebut juga diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada siswa terkait dengan pentingnya kesesuaian pekerjaan mereka dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki. Artinya kualitas guru baik dalam memberikan materi terkait dengan kompetensi keahlian siswa sangat diperlukan, tidak kalah pentingnya guru tersebut juga harus memberikan motivasi dan pencerahan kepada siswanya. c. Adanya Mitra dan Jaringan Pada subbab Prakerin, Kunjungan Industri, dan BKK telah diketahui bahwa mitra yang telah terjalin sudah cukup banyak. Pada mitra dan jaringan yang dimiliki oleh pihak prakerin misalnya sudah hampir semua DU/DI secara kelembagaan telah sesuai dengan program keahlian anak. Hal ini tentu saja mendukung siswa untuk menciptakan peluang untuk bisa bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya masing-masing. Keberadaan mitra dan jaringan yang dimiliki bisa dimaksimalkan oleh pihak-pihak terkait merupakan hal yang sangat penting dalam menyalurkan siswanya yang ingin bekerja dan sesuai dengan lapangan pekerjaan. Hal tersebut tentu saja akan menunjang tingginya daya
181
serap lulusan dan tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi khususnya program keahlian Akuntansi. d. Adanya BKK (Bursa Kerja Khusus) Bursa Kerja Khusus (BKK) memiliki peran yang penting dalam menentukan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan yang dimilikinya. BKK merupakan pihak yang menyalurkan siswa yang lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi dengan dunia kerjanya. Maka BKK SMK Negeri 1 Ngawi telah menjalin kerja sama dan melegalkan kelembagaan dengan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Ngawi. Sehingga keberadaan BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan salah satu faktor pendukung adanya relevansi lulusan dengan dunia kerjanya jika BKK dapat berperan secara optimal. Keberadaan BKK ini pula yang menjadi salah satu faktor banyak peminat masyarakat umum untuk mengeyam pendidikan di Sekolah ini. Dilihat segi kelembagaan, BKK SMK Negeri 1 Ngawi merupakan lembaga yang strategis untuk bisa mengarahkan siswanya bekerja sesuai dengan kompetensi yang telah dimiliki. e. Keaktifan Siswa/Lulusan untuk Mencari Pekerjaan secara Mandiri keaktifan siswa juga menjadi faktor penentu apakah siswa tersebut dapat bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya atau tidak. Keaktifan siswa ini juga telah dilatih ketika mengikuti proses pembelajaran di Sekolah, baik dari segi etos kerja, etos belajar, dan berjiwa kompetitif.
182
Berikut ini merupakan faktor penghambat tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara umum maupun pada Program Keahlian Akuntansi secara khusus. Faktor penghambat tersebut antara lain sebagai berikut ini : a. Kurang optimalnya pelaksanaan Kunjungan Industri Pelaksanaan Kunjungan Industri SMK Negeri 1 Ngawi kurang terlaksana secara optimal. Diakui oleh beberapa narasumber bahwa pelaksanaan Kunjungan Industri beberapa waktu lalu tidak sesuai dengan harapan dari pihak pelaksana Kunjungan Industri. Perbedaan persepsi antara pihak sekolah dengan pihak industri ini tentu saja mengakibatkan kurang tercapainya tujuan dari pelaksanaan Kunjungan Industri tersebut. Penyelenggaraan Kunjungan Industri tersebut diharapkan masing-masing jurusan dapat memperoleh pembelajaran terkait kompetensinya masing-masing, misalnya untuk program keahlian Administrasi Perkantoran maka dapat melihat terkait bagaimana pengadministrasian pabrik tersebut, untuk jurusan AK misalnya, diharapkan dapat mempelajari terkait dengan keuangan perusahaan tersebut, dan lain sebagainya. Pelaksanaan Kunjungan Industri harusnya tetap memprioritaskan Industri/ Lembaga yang bergerak dibidang yang sesuai dengan program keahlian. Dalam pelaksanaan KI di atas, dapat dilihat bahwa pihak sekolah menginginkan penyelenggaraan simpel dan dapat terlaksana secara serentak pada satu tempat yang sama. Padahal
183
program keahlian yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi tersebut memiliki fokus yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pelaksanaan Kunjungan Industri tahun ini perlu dievaluasi secara serius oleh pihak panitia, serta dalam pelaksanaan kedepannya perlu memperhatikan dan memprioritaskan kesesuaian industri yang akan dikunjungi dengan kompetensi keahlianya yang ada di sekolah, sekalipun itu pelaksanaannya harus terpisah tempat. Dengan demikian kegiatan kunjungan industri dapat terlaksana secara optimal dan dapat menunjang tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya. b. Terbatasnya Lapangan Pekerjaan dan banyaknya pesaing. Terbatasnya lapangan pekerjaan yang ada ini, tentu saja menjadi faktor penghambat bukan hanya di SMK Negeri 1 Ngawi saja, namun ini merupakan permasalahan yang dirasakan hampir seluruh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara umum. Beberapa dunia usaha dan dunia industri saat ini lebih selektif dalam memilih karyawan yang akan direkrut, utamanya untuk menduduki posisi penting dalam perusahaan tersebut. Beberapa dari perusahaan tersebut telah menetapkan bahwa pendidikan minimal yang harus dimiliki calon pegawai mereka misalnya Diploma (D3) atau Sarjana (S1). Tentu saja jika ditemukan dengan kondisi tersebut, maka siswa lulusan SMK akan kalah dalam persaingan tersebut. Sehingga untuk mendapatkan posisi-posisi yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang telah mereka miliki selama mengikuti pembelajaran di SMK
184
Negeri 1 Ngawi. Guna mengatasi permasalahan di atas, pihak sekolah sebenarnya telah menyiapkan antisipasinya, yaitu dengan memberikan pendampingan pada siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, serta dengan membentuk Lembaga Sertifikasi Profesi. Jika dua hal tersebut dapat dioptimalkan, maka tingkat relevansi lulusan dapat mencapai level tinggi nantinya. Dilihat dari lebih banyaknya faktor pendukung daripada faktor penghambat, seharus tingkat relevansi lulusan SMK Negeri 1 Ngawi program keahlian Akuntansi bisa meningkat ketika keberadaan faktor pendukung tersebut dapat dioptimalkan, dan mulai mencari pemecahaan masalah dari faktor-faktor penghambat yang dialami selama ini.
185
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terkait dengan relevansi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Program Keahlian Akuntansi di SMK Negeri 1 Ngawi, maka dapat diambil beberapa kesimpulan berikut ini : 1. Daya serap lulusan SMK Negeri 1 Ngawi, khususnya program keahlian Akuntansi, cukup tinggi yaitu setiap tahunnya terdapat setidaknya 69,90% dari jumlah lulusan program keahlian akuntansi yang memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan. Berdasarkan aspek masa tunggu penempatan, penempatan lulusan SMK Negeri 1 Ngawi berada pada ratarata 0-4 bulan masa tunggu. Masa tunggu tersebut, setidaknya 78% lulusan sudah memperoleh penempatan pada tahun 2014. Tingkat relevansi program keahlian Akuntansi (AK) jika dilihat pada lingkup sekolah, yaitu dengan membandingkan dengan program keahlian lain maka posisi program keahlian ini menduduki peringkat ketiga, yaitu sebanyak 27,12%, jika dibandingkan dengan jumlah lulusan keseluruhan, maka tingkat relevansi Program keahlian akuntansi dengan dunia kerja merupakan program keahlian yang tertinggi, walaupun hanya mencapai angka 19,19%. 2. Strategi sekolah untuk menjaga dan meningkatkan tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerja di SMK Negeri 1 Ngawi secara garis besar melalui beberapa program dibawah ini :
186
a. Pengembangan kultur sekolah, yang berupa kedisplinan, etos kerja yang tinggi, etos belajar yang tinggi, serta semangat untuk berwirausaha. b. Praktek Kerja Industri (Prakerin) c. Kunjungan Industri d. Bimbingan Karir e. Bursa Kerja Khusus (BKK) f. Teaching Factory g. Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) 3. Faktor pendukung dari adanya relevansi lulusan di SMK Negeri 1 Ngawi antara lain adalah (1) adanya sarana dan prasarana yang menunjang, (2) tenaga kependidikan dan tenaga pendidik yang berkualitas, (3) terdapat Jaringan dan Mitra, (4) adanya Bursa Kerja Khusus (BKK) secara kelembagaan, (5) keaktifan siswa untuk mencari pekerjaan secara mandiri. Sedangkan faktor penghambat yang dirasakan selama ini adalah (1) kurang optimalnya pelaksanaan kunjungan industri, dan (2) terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya pesaing untuk memperoleh pekerjaan. B. Saran Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat peneliti rekomendasikan 1. Untuk pihak sekolah : a. Untuk SMK Negeri 1 Ngawi Bapak ibu guru diharapkan mampu memberikan motivasi dan pencerahan kepada siswa/ siswi tentang pentingnya bekerja sesuai dengan kompetensi keahliannya.
187
b. Mengoptimalkan keberadaan program-program yang dapat menjadi faktor pendukung yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi, semisal Teaching Factory dari masing-masing program keahlian. c. Perlunya membentuk tim penjamin mutu pendidikan, yang akan mejaga mutu sekolah mulai dari aspek input, proses, output bahkan hingga outcome, serta dari sisi siswa, guru, karyawan bahkan hingga kepala sekolah. 2. Untuk Jurusan Akuntansi a. Dalam pelaksanaan prakerin, diharapkan pihak jurusan dapat mengoptimalkan lagi mitra-mitra yang sesuai dengan kompetensi keahlian yang dimiliki siswanya. b. Dalam pelaksanaan kunjungan industri, harap memperhatikan kesesuian antara industri yang akan dikunjungi dengan kompetensi yang dimiliki oleh anak agar pelaksanaan kunjungan dapat berjalan secara optimal, dan dapat memberikan dampak yang maksimal bagi siswanya.
188
DAFTAR PUSTAKA
Ace Suryadi. (2014). Pendidikan Indonesia Menuju 2025. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Achmad Dardiri. (2013). “Memperkenalkan Analisis Filosofis sebagai pendekatan filsafat pendidikan”, dalam buku Pendidikan untuk pencerahan dan kemandirian bangsa. Yogyakarta : ash-shaff Agung Sulistyo. (2011). Profil Jurusan Akuntansi diakses dari halaman https://ppdb2011smkn2tmg.wordpress.com/2011/06/07/profil-jurusanakuntansi pada hari Kamis, 11 Pebruari 2016 Pukul 13.20 WIB Ali Muhson, dkk (2012). Analisis Relevansi Lulusan Perguruan Tinggi Dengan Dunia Kerja. Jurnal Economia, Volume 8, Nomor 1, April 2012 diunduh dari laman http://journal.uny.ac.id/index.php/economia/article/ download/800 /624.html pada hari Kamis, 11 Pebruari 2015 pukul 11.32 WIB Badan Pusat Statistik. (2014). Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2013 - 2014*) diakses dari laman www.bps.go.id pada hari Kamis, 4 Februari 2015 pukul 20.35 WIB BBC Indonesia. (2014). Pasar Tenaga Kerja ASEAN Economic Community diakses dari laman http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/08/ 140826_pasar_tenaga_kerja_aec diakses pada hari Kamis, 4 Pebruari 2015 pukul 14.17 WIB Dedi Supriadi. (2004). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset Dwi Anggraini. (2013). Pengertian dan Macam-macam Lembaga Keuangan, diakses dari halaman http://dwianggraini2416.blogspot.com/ 2013/01/pengertian-dan-macam-macam-lembaga.html pada hari Senin, 29 Februari 2016 pukul 07.30 WIB. Faried Wijaya M. dan Soetatwo Hadiwigeno. (1999). Lembaga-lembaga Keuangan dan Bank : Perkembangan, Teori dan Kebijakan. Yogyakarta : BPFE Hasbullah. (1997). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada. Hilyati Arin Nuskhyah. (2014). Profil Lulusan Jurusan Teknik Pemesinan SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Skripsi : Universitas Negeri Yogyakarta. Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif : Aplikasi untuk Penelitian Pendidikan, Hukum, Ekonomi & Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik, Agama, dan Filsafat. Jakarta : Gaung Persada (GP) Press. Jamal Ma’mur Asmani. (2011). Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Diva Press. 189
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Lexy J. Moloeng. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Muhyadi, Rosidah dan Siti Umi Khayatun M. 2011. Tanggapan Dunia Usaha atau Dunia Industri terhadap Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Kompentensi Keahlian Administrasi Perkantoran SMK Negeri 1 Depok Sleman. Laporan Penelitian : SMK Negeri 1 Depok, Sleman. Oemar Hamalik. (2013). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 tahun 2012 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), diakses dari halaman http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/bsnp/Permendikbud70-2013KD-Struktur Kurikulum-SMK-MAK.pdf pada hari Senin, 15 Pebruari 2016 pukul 09.28 WIB. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan SMK diakses dari https://akhmadsudrajat.files. wordpress.com/2012/01/nomor-23-tahun-2006.pdf pada Senin, 15 Pebruari 2016 pukul 08.26 WIB Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan, diakses dari laman http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/PP17-2010Lengkap.pdf pada Jum’at, 12 Pebruari 2016 pukul 07.45 WIB Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diakses dari http://kemenag.go.id/file/dokumen/PP1905.pdfUU pada Kamis, 11 Pebruari 2016 pukul 13.15 WIB Putu Sudira, MP, Dr. (2012). Filosofi dan Teori Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press. Ria Putri Palupijati. (2014). Modal Sosial dalam Pengembangan Profesionalitas Guru di SMA Negeri 8 Yogyakarta. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta. Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan yang Unggul. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Riska Mayanti. (2012). Rendahnya Relevansi Pendidikan. Diakses dari laman http://riskamayantiikha.blogspot.com/2013/12/rendahnya-relevansipendidikan.html diakses pada hari Rabu, 3 Pebruari 2015 pukul 17.45 WIB
SMK Negeri 2 Kuningan. (2012). Profil Program Studi Keuangan – Kompetensi Keahlian Akuntansi SMK Negeri 2 Kuningan, diakses dari laman
190
http://akuntansismkn2kng. blogspot.com pada hari Kamis, 11 Pebruari 2016 pukul 12.45 WIB Soemantri, dkk. (2010). Kajian Relevansi Lulusa Jurusan Pendidikan Geografi UNY tahun 2005-2009. Artikel Hasil Penelitian : Universitas Negeri Yogyakarta. Sudji Munadi. (2010). Pemetaan SMK : Studi Eksploratif di Provinsi DIY, Kalses, dan Kaltim. Jurnal Pendidikan Volume 40, Nomor 1, Mei 2010, diunduh dari laman http://journal.uny.ac.id/index.php/jk/article/view/514/385.html pada hari Kamis, 11 Pebruari 2015 Pukul 11.35 WIB Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung : Penerbit Alfabeta. Sutari Imam Barnadib. (1989). Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta : Andi Offset. Tilaar, HAR dan Riant Nugroho. (2008). Kebijakan Pendidikan : Pengantar untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Tim Penyusun (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Tritjahjo Danny Soesilo, Setyorini. 2005. Kinerja Alumni BK FKIP UKSW dan Faktor yang Melatarbelakangi. Jurnal Satya Widya, Volume 18 No. 1, Juni 2005, diunduh dari laman http://repository.uksw.edu/handle/ 123456789 /6299.html pada hari Kamis, 11 Pebruari 2015 pukul 12.30 WIB Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan diakses dari halaman http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2003_13.pdf pada hari Kamis, 11 Pebruari 2016 pukul 10.30 WIB Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Zaka Pedia. 2014. Pengertian Globalisasi, Penyebab dan Dampak Globalisasi diakses dari laman http://www.artikelsiana.com/2015/01/pengertianglobalisasi-penyebab-dampak-globalisasi.html diakses pada hari Kamis, 4 Pebruari 2015 pukul 14.00 WIB
191
Lampiran 1. Surat-surat perijinan penelitian
192
193
194
195
Lampiran 2. Panduan Penelitian Kerangka hasil penelitian : 1. Profil SMK Negeri 1 Ngawi a. Kondisi geografis b. Visi dan misi c. Kondisi akademik, sosial dan budaya. d. Sarana dan prasarana e. Program keahlian yang ada. f. Data siswa g. Data guru h. Struktur organisasi dan komite. 2. Profil Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi 3. Pemetaan Relevansi lulusan program keahlian akuntansi dengan program keahlian lainnya di SMK Negeri 1 Ngawi. 4. Tabel prosentase lulusan program keahlian akuntansi berdasarkan jenis pekerjaan. 5. Tabel prosentase lulusan program keahlian akuntansi dibanding dengan program keahlian yang lain. 6. Diagram garis prediksi tingkat relevansi dari tahun 2016-2020 berdasarkan data yang diperoleh dari tahun 2010-2015. 7. Program-program yang menjadi strategi sekolah untuk menjaga dan meningkatkan relevansi pendidikan. 8. Pihak-pihak yang berperan dalam menjaga dan meningkatkan relevansi pendidikan. 9. Faktor-faktor pendukung terlaksananya relevansi pendidikan 10. Faktor-faktor yang menghambat adanya relevansi pendidikan Kerangka Pembahasan Penelitian : 1. Tingkat Relevansi Program keahlian akuntansi dibandingkan dengan program keahlian lainnya. 2. Strategi yang dilakukan oleh sekolah guna menjaga dan meningkatkan tingkat relevansi pendidikan program keahlian akuntansi pada khususnya dan SMK Negeri 1 Ngawi pada umumnya. 3. Faktor penghambat dan pendukung terlaksananya relevansi pendidikan di program keahlian akuntansi pada khususnya, dan SMK Negeri 1 Ngawi pada umumnya.
196
Lampiran 3. Panduan Wawancara PANDUAN WAWANCARA
Pertanyaan inti 1. Kondisi SMK
Narasumber
Pertanyaan wawancara
Kepala Sekolah
Negeri 1 Ngawi
SMK Negeri 1
secara umum
Ngawi
1. Berapa jumlah siswa SMK Negeri 1 Ngawi secara umum? 2. Berapa jurusan yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi? 3. Bagaimana minat masyarakat untuk bisa bersekolah di sini? Kira-kira mengapa terjadi demikian? 4. Program keahlian apa yang memiliki peminat paling tinggi? Kira-kira mengapa demikian? 5. Bagaimana langkah promosi, yang dilakukan oleh pihak sekolah kepada masyarakat?
2. Tingkat relevansi
Kepala Sekolah,
program keahlian
Kepala Jurusan
akuntansi dengan
Akuntansi,
program lainnya
Pengelola BKK
1. Bagaimana penelusuran lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun ke tahun? 2. Bagaimana proses penyaluran lulusan dengan dunia kerja? 3. Siapakah yang turut berperan dalam menentukan relevansi lulusan sekolah dengan lapangan pekerjaan?
3. Strategi sekolah
Kepala Sekolah,
1. Untuk menjaga relevansi lulusan dengan
dalam menjaga dan Kepala Jurusan
dunia kerja, apakah sekolah memiliki
meningkatkan
Akuntansi,
program-program yang khusus untuk
relevansi lulusan
Pengelola BKK
para calon lulusan?
dengan dunia kerja
197
2. Jika ada, program apa saja yang telah dimiliki sekolah guna menjaga relevansi lulusan dengan dunia kerja? 3. Adakah hambatan dalam dalam penyelenggaraan program tersebut? 4. Bagaimana langkah yang dilakukan guna mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program-program tersebut? 5. Hal-hal apa saja yang mendukung program-program tersebut tetap terlaksana? 6. Bagaimana usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah guna menjaga ketersediaan hal pendukung program-program tersebut? 7. Bagaimana dampak program-program tersebut terhadap siswa atau lulusan? 8. Adakah program khusus, untuk program keahlian akuntansi guna mendukung relevansi lulusannya dengan dunia kerja? 9. Jika ada, program apa dan bagaimana pelaksanaannya bagi siswa? 10. Adakah faktor penghambat dan pendukung dari program tersebut? 11. Bagaimana langkah guna mengatasi hambatan untuk pelaksanaan program tersebut? 12. Bagaimana dampak program tersebut bagi siswa atau lulusan?
4. Jaringan yang
Kepala Sekolah,
dimiliki dan
Kepala Jurusan
1. Seberapa penting kerjasama dengan pihak lain, bagi sekolah ini?
198
dibangung oleh
Akuntansi, dan
pihak sekolah
Pengelola BKK
2. Pihak mana saja yang memiliki kerja sama dengan sekolah ini? 3. Bagaimana bentuk kerja sama tersebut? 4. Apakah dengan adanya jaringan/ kerjasama tersebut dapat meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerja? 5. Adakah hubungan tingkat relevansi pendidikan dengan jaringan yang dimiliki oleh pihak sekolah? 6. Bagaimana hubungan atau jaringan yang dibangun oleh pihak sekolah, dinas pendidikan dan pihak dunia usaha/dunia industri guna meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerja?
5. Faktor Pendukung
Kepala Sekolah,
1. Untuk tingkat relevansi lulusan dengan
terlaksananya
Ketua Jurusan
dunia kerja yang tinggi, tentunya terdapat
relevansi lulusan
Akuntansi, dan
faktor-faktor yang mendukung hal
dengan dunia kerja
Pengelola BKK
tersebut. Faktor apa sajakah itu? 2. Di SMK Negeri 1 Ngawi, apakah faktor pendukung untuk menjaga dan meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia? 3. Bagaimana menjaga keberadaan faktorfaktor tersebut?
6. Faktor
Kepala Sekolah,
1. Untuk tingkat relevansi yang rendah,
Penghambat
Ketua Jurusan
adakah kendala atau hambatan yang
terlaksananya
Akuntansi, dan
dihadapi oleh pihak sekolah dalam
relevansi lulusan
Pengelola BKK
menjaga dan meningkatkan relevansi
dengan dunia kerja
lulusan dengan dunia kerja yang tersedia?
199
2. Hambatan-hambatan tersebut berasal dari mana saja? 3. Bagaimana langkah yang dilakukan guna mengatasi hambatan tersebut?
200
PANDUAN WAWANCARA Pengelola Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 1 Ngawi
A. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi umum di SMK Negeri 1 Ngawi. 2. Untuk mengetahui profil dan peran Bursa Kerja Khusus (BKK) SMK Negeri 1 Ngawi. 3. Untuk mengetahui strategi sekolah dalam menjaga dan meningkatkan relevansi lulusannya dengan dunia kerja. 4. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat terlaksananya relevansi lulusan dengan dunia kerja.
B. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana terkait dengan hasil Ujian Nasional dan Pengumuman SNMPTN tahun ini ? 2. Bagaimana kultur sekolah yang coba dikembangkan di SMK Negeri 1 Ngawi? 3. Adakah hubungan antara pengembangan kultur sekolah tersebut dengan tingkat relevansi sekolah dengan dunia kerjanya? 4. Bagaimana minat masyarakat untuk bisa menyekolahkan anak mereka di SMK Negeri 1 Ngawi? Mengapa demikian? 5. Kurikulum apakah yang digunakan di SMK Negeri 1 Ngawi, dan bagaimana pengembangannya? 6. Bagaimana Model Penelusuran lulusan SMK Negeri 1 Ngawi secara umum? 7. Siapakah yang berperan dalam meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerjanya? 8. Untuk menjaga dan meningkatkan tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerja, program apasaja yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi? 9. Menurut anda, seberapa penting jaringan yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi dengan pihak eksternal? 10. Bagaimana bentuk kerjasama yang dimiliki oleh BKK SMK Negeri 1 Ngawi secara umum?
201
11. Bagaimana hubungan antara mitra yang dimiliki oleh SMK Negeri 1 Ngawi dengan upaya peningkatkan tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerjanya? 12. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menjaga dan menambah mitra dan jaringan yang dimiliki? 13. Faktor pendukung apa saja yang dimiliki oleh pihak SMK Negeri 1 Ngawi dalam upaya meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerjanya? 14. Faktor penghambat apa saja yang dihadapi oleh pihak SMK Negeri 1 Ngawi dalam upaya meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerjanya? 15. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
PANDUAN WAWANCARA Ketua Jurusan/ Guru Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi
A. Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi umum di SMK Negeri 1 Ngawi. 2. Untuk mengetahui profil program keahlian Akuntansi, SMK Negeri 1 Ngawi. 3. Untuk
mengetahui
tingkat
relevansi
program
keahlian
akuntansi
dibandingkan dengan program keahlian lainnya. 4. Untuk mengetahui strategi sekolah dalam menjaga dan meningkatkan relevansi lulusannya dengan dunia kerja khususnya untuk program keahlian akuntansi. 5. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat terlaksananya relevansi lulusan dengan dunia kerja khususnya untuk program keahlian akuntansi.
B. Pertanyaan Penelitian 1. Berapa jumlah siswa SMK Negeri 1 Ngawi secara umum? 2. Berapa jurusan yang ada di SMK Negeri 1 Ngawi? 3. Bagaimana profil program keahlian akuntansi, SMK Negeri 1 Ngawi? 4. Bagaiamana sejarah program keahlian akuntansi, SMK Ngeri 1 Ngawi? 5. Bagaimana minat masyarakat untuk bisa bersekolah di sini? Kira-kira mengapa terjadi demikian?
202
6. Program keahlian apa yang memiliki peminat paling tinggi? Kira-kira mengapa demikian? 7. Bagaimana langkah promosi, yang dilakukan oleh pihak sekolah kepada masyarakat 8. Bagaimana tingkat lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun ke tahun? 9. Bagaimaa prosentase lulusan Program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun ke tahun ? 10. Bagaimana penelusuran lulusan program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi dari tahun ke tahun? 11. Bagaimana peran jurusan, terkait dengan penelusuran lulusannya? 12. Siapakah yang turut berperan dalam menentukan relevansi lulusan sekolah dengan lapangan pekerjaan? 13. Untuk menjaga relevansi lulusan dengan dunia kerja, apakah sekolah memiliki program-program yang khusus untuk para calon lulusan? 14. Jika ada, program apa saja yang telah dimiliki sekolah guna menjaga relevansi lulusan dengan dunia kerja? Adakah dokumen pendukungnya? Bolehkah saya mengetahuinya dan nantinya akan saya lampirkan dalam laporan penelitian saya. 15. Adakah hambatan dalam dalam penyelenggaraan program tersebut? 16. Bagaimana langkah yang dilakukan guna mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program-program tersebut? 17. Hal-hal apa saja yang mendukung program-program tersebut tetap terlaksana? 18. Bagaimana usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah guna menjaga ketersediaan hal pendukung program-program tersebut? 19. Bagaimana dampak program-program tersebut terhadap siswa atau lulusan? 20. Adakah program khusus, untuk program keahlian akuntansi guna mendukung relevansi lulusannya dengan dunia kerja? 21. Jika ada, program apa dan bagaimana pelaksanaannya bagi siswa? 22. Adakah faktor penghambat dan pendukung dari program tersebut? 23. Bagaimana langkah guna mengatasi hambatan untuk pelaksanaan program tersebut? 24. Bagaimana dampak program tersebut bagi siswa atau lulusan?
203
25. Sejauh mana pihak jurusan memegang peran guna meningkatkan dan menjaga relevansi (Kesesuaian) lulusan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia? 26. Seberapa penting kerjasama dengan pihak lain, bagi sekolah ini? 27. Pihak mana saja yang memiliki kerja sama dengan sekolah ini? 28. Bagaimana bentuk kerja sama tersebut? 29. Untuk jurusan akuntansi, pihak mana saja yang telah menjalin kerjasama dengan sekolah ini? 30. Bagaimana bentuk kerja sama tersebut? 31. Apakah dengan adanya jaringan/ kerjasama tersebut dapat meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerja? 32. Adakah hubungan tingkat relevansi pendidikan dengan jaringan yang dimiliki oleh pihak sekolah? 33. Bagaimana peran jurusan, guna membangun jaringan dan kemitraan yang mendukung adanya kesesuaian antara pekerjaan yang dimiliki oleh lulusannya kelak dengan kompetensi keahlian yang dimiliki oleh lulusan? 34. Untuk tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerja yang tinggi, tentunya terdapat faktor-faktor yang mendukung hal tersebut. Faktor apa sajakah itu? 35. Di SMK Negeri 1 Ngawi, apakah faktor pendukung untuk menjaga dan meningkatkan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia? 36. Bagaimana menjaga keberadaan faktor-faktor tersebut? 37. Untuk tingkat relevansi yang rendah, adakah kendala atau hambatan yang dihadapi oleh pihak sekolah dalam menjaga dan meningkatkan relevansi lulusan dengan dunia kerja yang tersedia? 38. Hambatan-hambatan tersebut berasal dari mana saja? 39. Bagaimana langkah yang dilakukan guna mengatasi hambatan tersebut? 40. Untuk jurusan akuntasi secara khusus, apakah faktor pendukung dan faktor penghambat adanya relevansi (kesesuaian) antara lulusan akuntansi dengan lapangan pekerjaan yang tersedia? 41. Mengapa demikian? 42. Untuk faktor penghambat, bagaimana langkah yang dilakukan oleh pihak jurusan guna mengatasi permasalahan tersebut?
204
Lampiran 4. Panduan Analisis Dokumen PANDUAN ANALISIS DOKUMEN
Sumber/lokasi
Tema/ Topik
Nama Dokumen
bahasan Profil SMK Negeri
memperoleh dokumen
-
1 Ngawi -
Profil Sekolah SMK
SMK Negeri 1
Negeri 1 Ngawi.
Ngawi
Data siswa tahun 20102015
Profil Program
-
Data guru
-
Kurikulum
-
Profil Jurusan
SMK Negeri 1
Akuntansi, SMK
Ngawi (Jurusan
Negeri 1 Ngawi.
Akuntansi)
Keahlian Akuntansi
-
Kurikulum yang digunakan
Tingkat Relevansi
Data penelusuran
SMK Negeri 1
Lulusan dengan
lulusan dari tahun
Ngawi (BKK)
dunia Kerja
2010-2015
Strategi sekolah
-
-
Dokumen-dokumen
SMK Negeri 1
untuk menjaga dan
kerjasama dengan pihak Ngawi
meningkatkan
terkait.
relevansi lulusan
-
Profil LSP.
dengan dunia kerja
-
Profil Teaching Factory
-
Dokument terkait pelaksanaan Kunjungan Industri.
-
Dokumen terkait pelaksanaan Prakerin
205
Keberadaan
-
Profil BKK dan Dokumen terkait penelusuran
Faktor pendukung
-
Dokumen yang
SMK Negeri 1
dan penghambat
mendukung hal-hal
Ngawi
relevansi
tersebut
206
Lampiran 5. Profil Sekolah
207
208
209
210
211
212
Lampiran 6. Data penelusuran lulusan program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Ngawi tahun 2011-2015 Tahun 2011
213
214
215
216
217
TAHUN 2012
218
219
220
221
222
TAHUN 2013
223
224
225
226
TAHUN 2014
227
228
229
230
231
TAHUN 2015
232
233
234
235
Lampiran 7
TAHUN
2011
2012
2013
2014
JML
HASIL ANALISIS PENELUSURAN LULUSAN SMK NEGERI 1 NGAWI TAHUN 2011-2012 BEKERJA BEKERJA TIDAK BEKERJA WIRAKULIAH KURSUS RELEVAN RELEVAN TIDAK JELAS USAHA 12 37 4 17 1 0 2 45 3 18 2 10 42 4 15 1 11 37 2 15 1 3
TKJ AP AK PM
72 71 72 69
TKJ AP AK PM
66 66 72 63
14 4 10 11
21 34 43 34
2 1 3 0
25 26 14 14
TEI TKJ AP AK PM
64 70 69 68 72
10 12 15 28 14
19 24 18 19 35
5 6 6 5 2
25 24 28 13 20
TEI TKJ AP AK PM
68 70 71 70 71
10 12 10 10 16
27 15 23 25 34
7 6 3 5 3
19 35 33 27 18
236
1
1
0
1
0
LAINLAIN 1 1
TIDAK TERDETEKSI
4 0 1 1
0 1 1
3 2 1 1 1
2 1 1 1
1
3 0 2 3 0
2 1 0 0
0
2
2015
TEI TKJ AP AK PM
64 63 61 63 62
13 11 4 8 10
11 19 32 30 30
6 2 2 0 1
237
25 30 20 24 13
1 0 1 0 2
3 0 2 0 3
1 0 0 0
4 1 0 1 3
PROSENTASE PENELUSURAN LULUSAN SMK NEGERI 1 NGAWI TAHUN 2011-2012 BEKERJA RELEVAN
TAHUN
2011
2012
2013
2014
BEKERJA BEKERJA TIDAK TIDAK RELEVAN JELAS 37 4
% % BEKERJA SELURUH
1
18
2
1
71
13,89
15
1
72
22,00
15,94
15
3
69
37
37,84
21,21
25
4
0
66
1
39
10,26
6,06
26
0
1
66
43
3
56
17,86
13,89
14
1
1
72
11
34
0
45
24,44
17,46
1
TEI
10
19
5
34
29,41
15,63
14 25
TKJ
12
24
6
42
28,57
17,14
24
1
AP
15
18
6
39
38,46
21,74
AK
28
19
5
52
53,85
PM
14
35
2
51
TEI
10
27
7
TKJ
12
15
AP
10
AK PM
53
22,64
16,67
17
AP
2
45
3
50
4,00
2,82
AK
10
42
4
56
17,86
PM
11
37
2
50
TKJ
14
21
2
AP
4
34
AK
10
PM
KURSUS WIRAUSAHA
TIDAK TERDETEKSI
0
12
KULIAH
LAINLAIN
JML SELURUH 72
TKJ
JML
1
1
2
64
2
1
70
28
1
1
69
41,18
13
1
1
27,45
19,44
0
44
22,73
14,71
20 19
6
33
36,36
17,14
35
1
23
3
36
27,78
14,08
10
25
5
40
25,00
16
34
3
53
30,19
238
2
63
1 3
1
68 72
1 3
2
68
0
1
70
33
2
0
71
14,29
27
3
0
22,54
18
0
0
0
70 71
2015
TEI
13
11
6
30
43,33
20,31
25
1
3
1
4
64
TKJ
11
19
2
32
34,38
17,46
30
0
0
0
1
63
AP
4
32
2
38
10,53
6,56
20
1
2
0
0
61
AK PM
8 10
30 30
0 1
38 41
21,05 24,39
12,70 16,13
24 13
0 2
0 3
0
1 3
63 62
239
TINGKAT RELEVANSI MASING-MASING PROGRAM KEAHLIAN DI SMK NEGERI 1 NGAWI TAHUN 2011-2015 TEI TKJ AP AK PM
2011 2012 2013 2014 2015 0 0 10 10 13 12 14 12 12 11 2 4 15 10 4 10 10 28 10 8 11 11 14 16 10
Tingkat Relevansi masing-masing program keahlian SMK Negeri 1 Ngawi 30 25 20
15 10 5 0 2011
2012 TEI
240
2013 TKJ
AP
2014 AK
2015 PM
TINGKAT TIDAK RELEVANSI MASING-MASING PROGRAM KEAHLIAN DI SMK NEGERI 1 NGAWI TAHUN 2011-2015 TEI TKJ AP AK PM
2011 2012 2013 2014 0 0 19 27 37 21 24 15 45 34 18 23 42 43 19 25 37 34 35 34
2015 11 19 32 30 30
TIngkat ketidak Relevanan Masing-masing jurusan di SMK Negeri 1 Ngawi 50 40 30 20 10 0 2011
2012 TEI
241
2013 TKJ
AP
2014 AK
2015 PM
TEI TKJ AP AK PM
2011 2012 2013 0 0 5 4 2 6 3 1 6 4 3 5 2 0 2
TINGKAT TIDAK RELEVANSI MASING-MASING PROGRAM KEAHLIAN DI SMK NEGERI 1 NGAWI TAHUN 2011-2015 2014 2015 7 6 Chart Title 6 6 8 3 2 7 5 2 6 3 0 5
4 3 2 1 0 2011
2012 TEI
242
2013 TKJ
AP
2014 AK
2015 PM
ANALISIS PENELUSURAN LULUSAN SMK NEGERI 1 NGAWI TAHUN 2011-2015 BEKERJA BEKERJA TIDAK TIDAK BEKERJA RELEVAN JELAS RELEVAN
TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 JUMLAH
BEKERJA RELEVAN
10 10 28 10 8 66
2011 2012 2013 2014 2015 JUMLAH
10 10 28 10 8 66
BEKERJA TIDAK RELEVAN
BEKERJA TIDAK JELAS
JML
42 43 19 25 30 159
4 3 5 5 0 17
56 56 52 40 38 242
KULIAH
KURSUS
WIRAUSAHA
42 43 19 25 30 159
4 15 1 3 14 1 5 13 1 5 27 3 0 24 0 0 17 93 0 6 PROSENTASE LULUSAN BEKERJA RELEVAN PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 NGAWI TAHUN 2011-2015 % % BEKERJA SELURUH
17,86 17,86 53,85 25,00 21,05 27,12
13,89 13,89 41,18 14,29 12,70 19,19
LAINTIDAK JML LAIN TERDETEKSI
1 1 0 0 2
72 72 68 70 63 345
1 0 1 2
JML
72 72 68 70 63 345
Diagram Garis Pemetaan Lulusan Program Keahlian Akuntansi dengan Lapangan Pekerjaan 50 40 30 20
10 0
243
2011
2012 BEKERJA RELEVAN BEKERJA TIDAK JELAS
2013
2014 BEKERJA TIDAK RELEVAN
2015
Lampiran. 8 TRANSKRIP WAWANCARA Transkrip Wawancara Tahap I Narasumber : Pak Marwan Waktu : Sabtu, 16 April 2016 ; 08.05-08.40 Tempat : SMK Negeri 1 Ngawi Penanya Narasumber Penanya
Narasumber
: Selamat Pagi, Pak : ya, Selamat Pagi. : perkenalkan pak, saya perkenalkan bapak, nama saya Desy Ria Ningsih, Mahasiswa Prodi Kebijakan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, ingin melakukan wawancara untuk penelitian skripsi saya pak. Penelitian skripsi saya disini berjudul, relevansi Lulusan Sekolah Menengah Kejujuran (SMK) Program keahlian akuntansi dengan lapangan pekerjaan di sekolah ini. nah pertama-tama wawancara ini memiliki tujuan untuk Untuk mengetahui bagaimana profil program keahlian akuntansi, Untuk mengetahui tingkat relevansi atau tingkat kesesuaian program keahlian akuntansi dibandingkan dengan program keahlian lainnya. Untuk mengetahui strategi sekolah dan juga jurusan dalam menjaga dan meningkatkan relevansi lulusannya dengan dunia kerja. Serta untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat terlaksananya relevansi lulusan dengan dunia kerja. Nah yang pertama mungkin, kemarin kan saya sempat membaca profil begitu ya pak, profil SMK Negeri 1 Ngawi, disana dikatakan bahwasana, bahwa peminatnya dari tahun ke tahun itu cukup banyak, kalau menurut bapak, kira-kira apa sih membuat masyarakat itu berpikiran untuk menyekolahkan anaknya di SMK Negeri 1 Ngawi saja? : iya terima kasih, dari lingkungan dan masyarakat di sekitar itu memang SMK Negeri 1 Ngawi itu memang banyak peminatnya khususnya di program keahlian akuntansi, karena ee, berkaitan dengan setelah lulus berkaitan dengan program keahlian akuntansi itu banyak yang menawari untuk bekerja terutama di bank, di perusahaan yang kaitannya dengan keuangan, kemudian, e siswa- siswa di SMK Negeri 1 Ngawi itu kebnayakan tahu bahwa jurusan akuntansi adalah jurusan yang paling lama, diantara beberapa jurusan yang lain, kemudian dari pihak orang tua pun juga sudah mengetahui bahwa diantara kelima jurusan di SMK Negeri 1 Ngawi yang paling diminati memang jurusan akuntansi, trus kaitannya dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) itu juga sangat mendukung sesuai dengan bidangnya dan dalam pelaksanaan prakerin pun juga banyak tempat-tempat yang sesuai dengan program keahlian akuntansi, dan... contohnya seperti di Bank Jatim, BRI, BPR itu.. jadi kesesuaiannya cukup meningkat atau cukup banyak,
------------------------------------------Ngobrol dengan Guru yang menyapa-------------------------Narasumber
: terus untuk di SMK Negeri 1 Ngawi, khususnya program keahlian akuntansi itu sudah banyak yang mendukung, terutama sarana dan prasarananya, terutama Lab Komputer itu satu anak satu komputer, jadi dimanfaatkan semaksimal mungkin, dan dari Jurusan Akuntansipun dari kelas X sampai kelas XII itu, setiap hari laboratorium itu digunakan untuk praktik, baik komputer akuntansi maupun work-sheet, maupun pelajaran yang lain, khususnya yang produktif akuntansi, kemudian untuk faktor-faktor pendukungnya, terutama ya bapak ibu 244
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya
Narasumber
Penanya
Narasumber Penanya Narasumber Penanya Narasumber Penanya
Narasumber
gurunya itu dari SMK Negeri 1 Ngawi sudah sesuai dengan bidangnya, keahliannya, dan sudah kemarin ikut assesor LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) diantara 8 bapak ibu guru, sudah 7 yang ikut sertifikasi, tinggal 1. Jadi itu faktorfaktor yang mendukung dan hambatannya saya kira, tidak ada hambatan. Terus untuk lulusan setiap tahun ya alhamdulillah lulus 100%, dengan nilainya untuk mata pelajaran produktif akuntansi itu cukup bagus, cukup baik, ada yang kemarin nilai UNASnya itu ada yang hampir seratus itu, bahkan ada yang 100, jadi dijurusan akuntansi yang paling banyak diminati antara lulusan dari SMP (Sekolah Menengah Pertama), dari pendaftarnya pun paling banyak. Jadi setiap tahun menerima 4 rombel (rombongan belajar). Terus ini, setiap rombel sudah ada 4 kelas, dulu kan dua dua dua gitu, tapi sekarang mulai kelas X itu sudah 4 rombel, dan kita pakai K13, jadi pakai kurikulum 2013. : selanjutnya, apasih pak yang akhirnya membuat pihak jurusan untuk membuat kebijakan yang dulunya hanya 2 rombel saja, sekarang menjadi 4 rombel, ? : ya itu karena peminat dari masyarakat, dari orang tua, dari siswa itu sendiri, itu semakin banyak, akhirnya diputuskan untuk ditambah rombel. Itu ditambah rombel, sekalipun ditambah 4 atau 5 rombel lagi ya mungkin masih bisa, dari kemarin itu, pendaftar itu diambil 4 rombel itu 134 itu yang mendaftar sekitar 450, kita akhirnya –kalau mengambil semua siswanya- bisa jurusan akuntansi semua itu, itu yang nomer satu di Ngawi, khususnya SMK Negeri 1 Ngawi itu ya akuntansi, : kemudian, untuk pihak jurusan gitu pak ya, terkait penelusuran lulusannya seperti ya pak, itu bagaimana pak? : untuk penelusuran lulusan itu lewat BK, nanti disalurkan lewat BK disesuaikan dengan program keahliannya, ya ada yang tidak sesuai tapi lebih banyak yang sesuai, jadi penelusurannya lewat BK, jadi nanti data bisa diminta lewat BK, jurusan akuntansi kemana, berapa setiap tahun, berapa yang diterima disini, itu ada semua di BK, : kemudian, bagaimana peran jurusan pak, terkait dengan penelusuran lulusan? Misalnya cukup tahu saja dari BK kalau lulusan sudah kemana atau bagaimana pak? : peran dari jurusan sendiri, setiap tahun itu minta data dari BK, kemana-kemana bekerja. Nah itu nanti sebelum ke BK, anak-anak itu dikasihi materi dikasih pengarah paling tidak harus sesuai dengan jurusan, : jadi dari jurusan itu, memang ada kelas khusus atau ada materi khusus untuk, terkait siswa, terkait dengan bagaimana siswa-siswa itu bekerja, seperti itu ya pak? : itu biasanya setiap akhir semester, yang masuk itu nanti guru akuntansi dan guru BK, berdua. Patnership. : jadi memang guru dan pihak BK pun memiliki peran yang penting ya pak? : iya harus itu lewat BK, gak bisa sendiri-sendiri masing-masing jurusan. : kemudian terkait dengan, kalau tadi bapak sempat menyampaikan bahwa relevansi lulusan Jurusan Akuntansi itu cukup tinggi ya pak, : cukup tinggi, iya. : kira-kira ada program khusus gak sih pak dari sekolah, jadi misalnya selama siswa itu sekolah disini itu ada program bimbingan pada tiap akhir semester, ataukah ada program prakerin atau program apa yang lain pak? : maksudnya itu, untuk jurusan akuntansi, mulai sekarang itu mulai ada LSP itu, jadi itu nanti sertifikat diakui oleh pemerintah berlogo garuda itu, untuk anakanak akuntansi, ya semuanya sebenarnya, itu diharapkan untuk ikut LSP, karena 245
Penanya Narasumber Penanya Narasumber Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya
Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya
sebelumnya sudah ikut UKK (Ujian Kompetensi Keahlian), jadi dari SMK Negeri 1 Ngawi sudah proses terlisensi untuk LSP. Jadi untuk nanti mungkin bulan ini, akhir bulan ini, anak-anak itu ikut pengujian LSP. Jadi, setelah UKK itu dari DU/DI itu, ini ada uji kompetensi lewat LSP yang nanti sertifikatnya jelas dipakai, diakui oleh pemerintah. Gitu iya.. yang berlogo garuda, jadi mungkin ya minat anak-anak ya antusiasnya tinggi sekali. Ini mulai daftar, mulai latihan, jadi nanti dari pusat sudah acc, nanti anak-anak tinggal ujian. : berarti itu khusus untuk Akuntansi saja ? : enggak, semua.. : oh, semua.. : iya semua, masing-masing jurusan sudah punya assesor, iya, Cuma untuk jurusan akuntansi memang asesornya yang paling banyak. Ada tujuh (7). : oh, iya. Kemudian kalau selain itu pak, selain LSP, misalnya terkait dengan prakerin pak, SMK kan ciri khasnya dengan prakerin itu ya, : iya, terkait dengan prakerin itu biasanya untuk akuntansi itu dilaksanakan pada awal tahun ajaran, selama 3 bulan, ya mulai Juli, Agustus, September, nah itu untuk tempat-tempatnya ya, sekitra 70% sudah sesuai dengan jurusan, misalnya di bank, BPR itu, kalau diinstansi lain ya ada Cuma bagiannya mencukupi dari satu kabupaten selain itu juga ada yang di luar Kabupaten Ngawi, misalnya di Madiun, Magetan, Solo, terus Mojokerto di PT SAI itu. : sampai kesana-sana ya pak? : iya, karena jumlahnya banyak. Ada 134 siswa, nah masing-masing DU/DI itu hanya 2-3 anak. Jadi ada juga yang diluar Ngawi, itu nanti yang cari juga anakanak. Sekolah memfasilitasi membuat surat, menyampaikan, menerima gitu. Itupun dari bapak ibu guru yang berada di tim pembimbing. : kemudian, dari adanya program LSP tadi, kemudian prakerin ada tidak pak hambatan-hambatan yang dialami oleh pihak sekolah, jurusan, maupun siswa dalam pelaksanaannya? : untuk prakerin itu hambatannya itu, anak-anak itu biasanya ya, mungkin jauh tempatnya, mungkin kos gitu, tapi untuk materi yang disampaikan oleh DU/DI saya kira surat menerima. Terus untuk hambatan yang lain, untuk pembimbing ya, kan ya tidak setiap saat mengujungi anak-anak, ya karena tugasnya kan banyak ya. Ya ngajar, ya bisa untuk ditinggal itu. : kemudian, apa saja yang mendukung program tersebut dapat berjalan lancar ya pak? : yang mendukung itu ya, adanya kerja sama dengan pihak DU/DI, adanya MoU itu mendukung. Ya, DU/DInya siap menerima sewaktu-waktu kalau yang prakerin itu dari SMK Negeri 1 Ngawi, pasti ditunggu. Setiap tahun itu, kalau dari SMK Negeri 1 Ngawi itu belum masuk, mungkin yang lain itu belum diterima. Jadi ada MoU antara pihak sekolah dengan DU/DI terkait dengan tempat untuk prakerin, diutamakan dari SMK Negeri 1 Ngawi. : kenapa bisa demikian pak? : karena mungkin dalam prakteknya itu lebih cepat dan lebih pandai begitu, misalnya untuk penggunaan komputer, dalam penyusunan laporan keuangan misalnya, dibandingkan dengan sekolah yang lain. : berarti sudah terbukti di lapangan njih pak? : iya, sudah terbukti. : kemudian, tadi kan sudah disampaikan terkait dengan hambatan-hambatan tersebut? Misalnya masalah lokasi, kendalanya jauh, kemudian bagaimana kiat-
246
Narasumber
Penanya
Narasumber
Penanya
Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber
kiat yang dilakukan pihak jurusan untuk mengatasi hambatan tersebut apa njih pak? : ya itu, untuk mengatasi itu, akhirnya bapak-ibu guru pendamping prakerin yang kira-kira rumahnya berdekatan dengan lokasi prakerin itu yang ditunjuk untuk menjadi guru pendamping prakerin itu. Trus yang rumahnya solo gitu, yaa, mendampinginya yang di Solo gitu, disesuaikan dengan domisili bapak ibu guru. Ya ada yang di Magetan ya Magetan, yang Maospati ya Maospati, yang Madiun ya Madiun. Jadi dekat dengan tempat lokasi prakerin, diusahakan kedepannya seperti itu. : oh, gitu.. kemudian, dampak secara kontinyu untuk siswanya, setelah mengikuti program, misalnya prakerin seperti itu, dampak yang dirasakan oleh siswa itu seperti apa pak? : oh iya, setelah anak-anak praktik ditempat DU/DI selama 3 bulan itu merasakan ‘oh, ternyata kerja itu seperti itu’ ‘harus disiplin, jadi jam 7 tepat harus sudah ada dikantor’ terus ‘kalau pulang ya jam 2 sudah harus pulang jam 2’ karena ditempat di DU/DI itu kata anak-anak itu ada yang santai, ada yang pekerjaannya gak ada. Tapi kalau kerjaannya ada, ada yang sampai lembur, tapi ya itu, ada timbal-baliknya, misalnya kalau di Bank itu memberi uang saku kepada anak-anak. Tapi kalau tempat yang lain kayaknya gak seperti di bank. Yang mungkin anak-anak lembur mungkin, tidak ada istirahatnya mungkin, tapi ya anak-anak akhirnya merasa, oh kalau bekerja disini seperti ini, kalau disitu seperti itu, nanti kan antar teman bisa curhat, gitu. Tapi pengalaman anak-anak itu nanti bisa jadi bekal nanti kalau anak-anak sudah bekerja, ya sudah tahu kalau ditempat kerja itu ya seperti itu. Tidak lama-lama lah, waktunya 3 bulan. Itu mestinya 6 bulan, tapi ya kalau 6 bulan ya terlalu lama, tapi kalau program pemerintah ya terserah sekolah atau dinas pendidikan. : kemudian, tadi kan disebutkan bahwa banyak pihak yang bekerja sama dengan SMK Negeri 1 Ngawi, khususnya jurusan Akuntansi, menurut bapak, seberapa penting jaringan, mitra, dengan jurusan akuntansi? : oh iya, setelah kita melakukan analisa itu, setelah anak-anak praktek (prakerin) disuatu DU/DI ada yang ditarik untuk bekerja disana, contohnya di Bank Jatim, lulusan ya ada, di BPR juga ada siswa di SMK Negeri 1 Ngawi, siswa lulusan Akuntansi kerjanya bagus, baik dikenal terampil bisa ditarik untuk bekerja disana, : jadi memang penting ya pak, adanya mitra untuk SMK Negeri 1 Ngawi? : iya penting, yang ditunggu-tunggu memang itu, setelah lulus nanti kalau memang mampu, menguasai diajaki kerja. : kalau saya boleh tahu njih pak, pihak mana saja yang memiliki kerjasama dengan pihak SMK Negeri 1 Ngawi, khususnya program keahlian akuntansi? : oh,, coba saya sebutkan ya, Bank Jatim Ngawi, kalau di Caruban itu BPR Artha Kencana, Ngawi lagi itu BPR .......... BPR.......................................widodo purnomo putro, Bank Pengkreditan Rakyat, ada juga yang Pemkot, itu nanti bagian keuangan itu, ngrekap. Dikantor Pos Madiun, BRI Ngawi itu ada 20 unit dimasing-masing unit, jadi saya menyerahkan 24 anak ke BRI Pusat kemudian nanti mereka dibagi ke unit-unit. : ada dokumen yang bisa mendukung ndak pak, misalnya ee draft / daftar mitra seperti itu pak? : ada. : kalau boleh nanti saya boleh minta ya pak, : iya, iya mbak, nanti boleh... 247
Penanya
Narasumber Penanya Narasumber
Pennaya
Narasumber
Penanya
Narasumber Penanya Narasumber Penanya
Narasumber Penanya Narasumber
: jadi rata-rata bentuk kerja samanya saya simpulkan seperti ini ya pak, awalnya kerja sama untuk prakerin terlebih dahulu, kemudian nanti kalau mereka tertarik atau puas dengan kinerja si anak, kemudian nanti ditarik sebagai pegawainya? Seperti itu pak? : iya, iya, nanti ditarik sebagai pegawai disitu. Di Kantor Pajak Ngawi, ada. Nanti saya kasih filenya saja ya, daftar anak, daftar tempat-tempat ya, : ada hubungan atau tidak pak? Antara jaringan yang telah dimiliki tadi dengan tingkat relevansi lulusan Jurusan akuntansi dengan dunia kerjanya ? : kalau jurusan akuntansi dengan kantor-kantor tersebut, pasti ada. Iya ada. Maunya ya dikantor-kantor bank semua yang sekarisidenan tapi ya beberapa diantaranya ada juga yang sudah ditempati oleh sekolah lain, : selanjutnya, mungkin tadi sudah disinggung diawal kan ya pak, terkait dengan faktor pendukungnya, nah, tadi kan memang guru-guru yang berkualitas, kemudian sarana dan prasarana yang cukup memadai, seperti itu, nah bagaimana sih untuk pihak jurusan untuk menjaga faktor pendukung tersebut tetap ada seperti itu pak? Dan memang relevansi itu akan terus terjaga dan mungkin terus meningkat dari tahun ke tahun, ? : oh iya, itu kaitannya dengan sarana ya, ya terus terang untuk komputer itu setiap tahun selalu diadakan pengadaan yang baru, karena ya setiap bulan atau setiap enam bulan itu selalu ada yang rusak, itu pemeliharaan, nah untuk biaya pemeliharaan itu sudah ada per jurusan, itu sudah ada setiap tahun berapa gitu, dengan alatnya sudah ada, terutama diserahkan pada bagian lab, lab komputer itu sudah ada pengelolanya sendiri, jadi strukturnya itu ada penanggung jawab, kepala sekolah, kemudian kaprog, kemudian ada kepala lab akuntansi itu, terus bapak ibu guru, terus siswa, strukturnya seperti itu. Jadi untuk yang menangani lab itu ada sendiri, nanti bisa lihat lab akuntansi nanti isinya seperti apa, : mungkin nanti, suatu saat saya akan mengajak teman saya untuk melakukan dokumentasi penelitian, jadi boleh njih pak kalau kita mengambil beberapa dokumentasi. : oh iya ndak papa. : begitu pak, oh ya tadi kan bapak juga sudah menyampaikan bahwa tidak ada kendala yang dihadapi oleh pihak jurusan ya pak? : iya, : berarti cukup sekian dulu pak, wawancaranya karena pertanyaan terakhir ini berkaitan dengan bagaimana hambatan yang dihadapi, kemudian bagaimana langkah-langkah penyelesaiannya, seperti itu pak. : oh iya mbak, : oh iya pak, terima kasih banyak atas waktunya dan kesempatannya ya pak. Mohon maaf mengganggu waktunya njih pak. : iya, iya ya mbak.. sama-sama..
248
TRANSKRIP WAWANCARA Transkrip Wawancara Tahap II Narasumber : Pak Al Muhiban Waktu : Sabtu, 14 Mei 2016, 10.15 WIB Tempat : SMK Negeri 1 Ngawi Penanya Narasumber Penanya Narasumber Penanya
Narasumber
Penanya
Narasumber
Penanya
Narasumber
: Selamat Pagi, : Selamat Pagi.. Assalamualaikum wr.wb. : Waalaikumusalam wr.wb, pak Al bagaimana kabarnya bapak? : Alhamdulillah sehat mbak, : untuk wawancara kali ini, mungkin akan lebih mendalami dan menegaskan dari wawancara yang sebelumnya njih pak Al, nah, yang pertama bagaimana pak terkait dengan hasil Ujian Nasional kemarin bapak? : Ujian Nasional ya anak-anak kita bisa lulus semua 100% alhamdulillah, namun ada beberapa anak kita yang nilainya turun, nah itu mungkin karena efek dari pemerintah sendiri yang memberi pengumuman bahwa nilai UN itu tidak dianggap ada pengaruhnya terhadap lulusan, nah itu dampaknya besar sekali, makanya itu memang besar sekali dampaknya, pokokny anak-anak itu masuk mengerjakan selesai ya sudah entah itu benar atau salah, entah berapapun nilainya, karena itu bukan standar kelulusan, kalau saya bilang ya salahnya pemerintah sendiri, jadi kalau begitu ya mau gimana lagi, siswapun juga begitu. Padahal ini terdapat dunia usaha dunia industri yang memberikan batas minimal untuk bisa diterima ataupun mendaftar, baik diperguruan tinggi maupun dikantor ataukah mungkin diinstansi lainnya, ada yang memberikan batasan nilai itu 6,5, sehingga banyak sekali anak-anak yang tidak bisa mendaftar, mendaftar saja tidak bisa, ya karena nilainya jelek-jelek, iya. Itukan salahnya siswa sendiri, : kemudian terkait dengan kultur sekolah ya bapak, terkait dengan budaya yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi seperti itu, kira-kira budaya apa sih pak yang coba sekolah tanamkan pada siswanya sehingga itu menjadi identitas dari Siswa SMK Negeri 1 Ngawi secara umum? : yang nomer satu yang kita tanamkan, mulai dari kelas 1, kelas 10 itu saya tanamkan kalau masuk ke kelas-kelas itu, nomer 1 yang saya tanamkan itu adalah kejujuran, yang nomer dua itu kedisiplinan, yang ke3 itu kesabaran. Itu pasti saya tanamkan ketika saya pertama kali masuk ke kelas, itu pasti itu. Karena kejujuran itu yang saya anggap paling penting, kalau menurut saya. Karena kalau menurut berita ini ya mbak, katanya jawa timur itu tingkat kejujurannya itu yang tertinggi, kalau menurut berita lho mbak, katanya. Di jawa timur itu : nah terkait dengan kedisiplinan, kejujuran kemudian kesabaran itu tadi pak, nah kira-kira antara kultur yang coba dikembangkan itu tadi, dengan relevansi lulusan dengan dunia kerjanya itu si anak, kira-kira ada hubungannya atau tidak bapak? : jelas ada. Dimana-mana sulit untuk mencari orang yang jujur itu sulit, sulit sekali, karena kalau kita lihat ditelevisi misalnya, banyak pejabat-pejabat yang kurang jujur, iya kan? Oleh karena itu memang saya tanamkan dari awal terkait dengan kejujuran itu, terus yang disiplin juga, disiplin harus dalam segala hal kedisiplinannya, baik itu di sekolah, di rumah, ya kita mulai dari yang dirumah saja dulu misalnya, sudah menanamkan kedisiplinan, misalnya disiplin waktu contohnya itu waktu bangun tidur, waktu sholat, dan lain sebagainya, nah kalau 249
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber Penanya Narasumber Penanya Narasumber Penanya
Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber Penanya Narasumber
yang terakhir terkait dengan kesabaran, itu sabar dalam menghadapi cobaan ataupun ujian ataupun menerima kebaikan kita harus bersyukur, nanti kalau kita sudah bisa sabar dengan baik, maka nanti InsyaAllah sifat-sifat baik yang lain akan mengikuti. Misalnya percaya diri, terus kreatif, seperti itu insyaAllah akan mengikuti insyaAllah. Bisa mewakili saja mungkin nanti, : kemudian, ketika dilihat pada hasil UN tadi ya pak, apakah itu menunjukkan bahwa etos belajar di SMK Negeri 1 Ngawi itu mengalami penurunan? : mungkin saja bisa, mungkin saja. Karena ya itu tadi, anak-anak sudah tahu semua, jadi kebijakan dari pemerintah sendiri ya nilai UN tidak berpengaruh pada kelulusan, sehingga banyak sekolah-sekolah dan anak-anak seperti yang sudah saya sampaikan tadi, semuanya ya Cuma ikut ujian gitu aja, mau nilainya dapat berapa itu ya gak diperhatikan, jadi dihiraukan, karena memang tidak mempengaruhi nilai kelulusan. : tapi kalau menurut bapak, apakah hasil UN ini nanti berpengaruh terhadap minat masyarakat untuk bisa bersekolah di SMK Negeri 1 Ngawi, nantinya pak? : saya kira tidak, saya kira tidak mbak : berarti minatnya masih tinggi ya pak? : iya, masih tinggi, kemarin saja ada waktu PMDK itu yang daftar ada 1000, yang diterima hanya 300 hampir 400an kalau ndak salah, : berarti untuk langkah promosi sekolah, yang dilakukan oleh SMK Negeri 1 Ngawi itu yang seperti apa pak? : yang cepat, itu ya Cuma ke SMP-SMP, ya seperti tahun lalu, tahun lalu itu hanya menyebarkan undangan dan brosur-brosur ke SMP-SMP : kemudian kurikulum yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Ngawi itu apa pak? : Kurikulum 2013, kurtilas, kurikulum duaributigabelas : dalalm implementasi kurikulum 2013 aapakah terdapat permasalahan yang dihadapi oleh pihak sekolah, kan SMK identik dengan banyaknya praktik, nah bagaimana pengembangan kurikulum kultur budaya SMK Negeri 1 Ngawi ? : kalau menurut saya, kalau harus implementasi sepenuhnya, kalau menurut saya itu guru terlalu berat itu dengan kurtilas itu, kalau tidak ada evaluasi lagi. Makanya itu mungkin nanti akan muncul lagi yang namanya kurikulum Nasional namanya, itu nanti. Itu tentang penyesuaian antara kurikulum 2013 dengan kurikulum 2006, 2014 dan disesuaikan dengan kurikulum baru itu nanti, tapi kelihatannya setelah kita masih menggunakan kurikulum 2013. : jadi sekalipun merasa keberatan, akhirnya tetap dilaksanakan ya pak ya, kurikulum 2013? : iya karena nanti itu dituntut untuk siswa itu aktif, memang kelebihannya seperti itu, tapi ada juga kekurangannya yaitu guru-guru itu terlalu banyak tugas yang harus diselesaikan, banyak administrasi yang harus diselesaikan, bagian administrasi ya, : nah kemudian kita ke ranah BKK njih pak, nah model penelusuran yang dikembangkan di SMK Negeri 1 Ngawi itu yang seperti apa njih pak? : lewat kartu pos, lewat kartu pos. : kalau penggunaan kartu pos itu bagaimana bapak? : yang jelas sebelum lulus nanti anak-anak sudah diberikan kartu pos, lalu setelah lulus nanti dia disuruh untuk mengirimkan. : berarti darimanapun siswa itu berada harus....? : iya harus mengirimkan, tapi bisa, ya kadang kadang tidak semuanya karena kadang ada yang tahu ada yang tidak, tapi mayoritas tahu kok, mayoritas. Mengirimkan kembali kartu pos, itu nanti untuk data di BK, 250
Penanya
Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber Penanya
Narasumber
Penanya
: kemudian, kalau dilingkungan sekolah seperti ini, kalau menurut bapak, siapa saja yang berperan untuk menentukan siswa itu setelah lulus bekerja sesuai dengan lulusannya atau tidak? : yang menentukan itu ya siswa sendiri, kemudian bapak ibu guru itu hanya memberikan arahan-arahan ataupun memberikan bimbingan, nah yang menentukan itu nanti tetap anak-anaknya sendiri. : berarti memang ada pengarahan dari bapak/ibu guru njih pak? : iya ada, iya. Ya memang begitu mbak, yang memang juga ada yang melenceng, maksudnya itu bekerjanya tidak sesuai dengan jurusannya itu ya ada, : bagaimana langkah bapak ibu guru memberikan pengarahan terkait dengan hal ini (bekerja sesuai dengan lulusannya)? : ya memang diakui tidak semua guru, hanya guru-guru tertentu saja. Terutama guru BK atau pengelola BKK gitu ya insyaAllah juga akan mengarahkan dan memberikan bimbingan, jadi orang-orang BK atau BKK itu yang memberikan bimbingan ataupun arahan pada siswa. : jadi memang untuk dimasukkan secara formal itu memang tidak ada ya bapak? : tidak ada. Sepertinya tidak ada. : jadi memang kebanyakan siswa itu sendiri yang mencari, kemudian peran bapak ibu guru yang memotivasi siswa seperti itu ya, pak? : iya, kurang lebih ya seperti itu, guru BK itu nanti menyelibkan, nah nanti selipannya itu pasti ada hubungannya dengan BKK, nah guru BK menyelibkan atau memberikan masukkan, yang paling banyak perannya itu memang guru BK, pada siswa itu yang paling banyak itu memang guru BK, hubungannya dengan BKK itu. : upaya apa saja bapak, yang sekiranya dilakukan oleh pihak sekolah untuk selalu menjaga relevansi lulusan dengan dunia kerjanya, kalau menurut bapak? : guru BK biasanya membuat evaluasi juga, biasanya. Untuk misalnya tahun ini, lulus itu berapa, kerja berapa dan apa-apa sebabnya, nah nanti dalam rapat diutarakan ataupun memberikan masukan kepada wakasek untuk diselipkan atau diumumkan waktu rapat, : jadi koordinasi antara BK itu biasanya dengan siapa bapak? Dengan wakasek? : iya BK itu sejajar dengan wakasek : dengan wakasek kurikulum atau? : iya biasanya dengan wakasek kurikulum, BK itu biasanya dekat dengan wakasek kurikulum, kemudian juga nanti dengan wakasek kesiswaan juga. : nah selanjutnya, pada wawancara kemarin, saya dapat sedikit mengindra terhadap beberapa program yang terdapat di SMK Negeri 1 Ngawi yang memiliki hubungan dengan tingkat relevansi lulusan dengan dunia kerjanya, nah yang pertama itu terkait dengan prakerin, nah yang diharapkan oleh pihak sekolah setelah siswa itu mengikuti prakerin itu apa, njih pak, kalau menurut bapak? : prakerin? Iya. Yang diharapkan ya, siswa itu mampu mempraktikan pelajaran yang telah didapat pas di sekolah. Jadi mempraktikan pelajaran yang telah disampaikan disekolah, gitu to, yang TKJ itu ya biasanya ke bengkel bengkel komputer, kalau yang TEI itu ya ke Elektro-elektro gitu, terus yang PM ke swalayan-atau toko seperti itu, ya harus sesuai dengan kompetensinya seperti itu. Jadi intinya ya tadi, mempraktikan ilmu yang telah ada. Jadi kita dapat teori dulu, selama satu tahun, kemudian tahun yang kedua selama 3 bulan itu, nanti kita prakerin, : jadi memang 3 bulan ya pak pelaksanaannya? 251
Narasumber Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya
Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya
Narasumber
Penanya
: iya 3 bulan. : nah kemudian, kendala apa sih pak yang dirasakan oleh pihak sekolah dalam penyelenggaraan Prakerin selama ini? : nah untuk kendala yang dirasakan itu ya, ini mbak, jumlah industrinya kurang. Atau tidak ... tidak berimbang dengan jumlah siswa. Sehingga akhirnya ada juga yang sampai anak-anak itu yang keluar kota, sekarang bayangkan saja, kalau Ngawi, berapa banyak instansi yang berhubungan dengan TKJ misalnya, yang perdagangan, nah kalau yang perdagangan mungkin masih banyak karena mulai berkembang toko-toko besar, kemudian jumlah siswa yang membutuhkan tempat prakerin dari SMK 1 saja itu sudah besar, jadi kadang memang dirasa kurang berimbang antara jumlah siswa dengan dunia kerja atau DU/DI. : jadi alternatif yang diambil memang beberapa siswa harus ada yang keluar kota begitu pak? : ya memang keluar kota, nah keluar kota ini pun juga memiliki resiko. Ke luar kota pun, kadang-kadang di luar kota pun itu permasalahannya juga sama saja, seperti itu. Mungkin karena terlalu banyak juga. Makanya yang TKJ itu ada yang kita kirim ke Solo, Semarang, beberapa tahun yang lalu ada juga yang ke Jakarta, nah kalau TEI justru banyak yang ke Surabaya. : hm, begitu ya pak kalau terkait dengan prakerin, nah selanjutnya terkait dengan Kunjungan Industri, nah sama-sama ada kata ‘industri’nya ini pak, nah bedanya prakerin dan kunjungan industri itu apa bapak? : kalau Kunjungan industri itu kita melihat langsung industri yang berhubungan dengan sekolah kita, kalau yang idealnya ya, yang industri yang dikunjungi harus sesuai dengan program-program keahlian yang ada di sekolah kita. Namun, diakui memang masih menjadi kendala untuk mencari industri tersebut. Nah kebetulan minggu depan ini, nanti ada kunjungan industri kita, kita ke Solo nanti, itu nanti industri garmen ya, nah kalau yang TKJ atau TEI memang ya kurang cocok ya dirasa, tapi nanti coba untuk melakukan mendekatannya yang sesuai, misalnya untuk TKJ dan TEI itu nanti akan difokuskan kepada alatalatnya, nah untuk yang PM akan difokuskan bagaimana tentang pemasarannya itu bagaimana, kalau yang AK itu nanti bagaimana keuangannya. Demikian juga untuk program keahlian yang lain, nanti pokoknya menyesuaikan yang disana saja. : nah kemudian kendala yang dirasakan dalam pelaksanaan KI ini apa berarti pak? : ya kalau kita pisah-pisah sesuai dengan jurusannya itu kadang-kadang juga sulit, bahkan untuk perusahaan yang besar, yang ada hubungannya dengan elektro atau komputer itu sulit untuk dimasuki atau mungkin tidak boleh untuk praktik sebetulnya seperti itu saja, sih. : nah kalau selanjutnya terkait dengan LSP ya pak, yang kalau kemarin sempat saya lihat itu ternyata baru beberapa bulan berdiri seperti itu, nah LSP ini sebenarnya apa sih bapak? : sebenarnya kan kalau seperti itu kan, lebih tahu dan lebih jelasnya bisa langsung saja bertanya pada pihak LSP, tapi kalau dari saya nanti kurang pas, jadi kalau lebih jelasnya nanti ke sana. Tapi kalau menurut saya yang namanya LSP itu ya, lembaga Sertifikasi Profesi, yaitu nanti kalau anak sudah lulus itu harus punya itu ya, apa namanya, sertifikat itu, LSP. : jadi keberadaan LSP disini juga bisa mendukung nanti siswa bisa bekerja sesuai dengan bidangnya nanti, begitu pak?
252
Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber
Penanya
Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya
Narasumber
Penanya
: iya, iya. Bisa saja jadi siswa nanti bekerja harus punya sertifikat dari LSP, kalau gak punya ya nanti bisa ditolak begitu saja, kalau kasarnya begitu. Jadi kalau gak punya sertifikat ya nanti gak bisa diterima bekerja seperti itu. : berarti hal tersebut juga bisa mengangkat siswanya seperti itu bapak? : iya, iya bisa. Mengangkat siswa, mengangkat nama baik sekolah, dan itu nanti juga memungkinkan siswa untuk bisa bersaing dengan lulusan D3 ataupun S1, seperti itu. : nah kemudian, terkait dengan jaringan dan mitra yang dimiliki, jaringan kerja sama seperti itu, seberapa banyak sih pak, jaringan yang telah di miliki? : kurang tahu saya, kurang jelas kalau uurusan itu saya. Nanti lebih baik kamu nanti langsung ke sana saja. : bukan begitu bapak, maksudnya disini, jaringan dan mitra yang dimiliki oleh pihak BKK sendiri seperti itu, jaringan dengan DU/DI seperti itu bapak? : kalau BKK otomatis dengan perusahaan perusahaan. Bukan DU/DI, kalau DU/DI itu hanya untuk yang depnakertrans saja itu. Itu nanti misalnya untuk perijinan-perijinan seperti itu nanti, kalau BKK lho. : nah terkait dengan perusahaan yang telah menjalin kerjasama dengan pihak BKK itu sendiri, ada tidak bapak proses seleksi dari pihak BKK pada perusahaan? :jadi itu nanti ada MoU antara BKK SMK N 1 Ngawi, dengan beberapa perusahaan-perusahaan, misalnya di SAI Mojokerto, terus ada juga HPM Cikarang, terus Yamaha Pulogadung, nah kalau yang besar-besar ya itu, : jadi memang terbuka untuk umum njih bapak? : iya benar, jadi memang untuk anak-anak luar SMK Negeri 1 Ngawi juga mash bisa, : jadi rata-rata bentuk kerjasamanya seperti apa bapak? : ya rata-rata nanti BKK Menyediakan calon tenaga kerjanya, terus nanti mereka mengetes calon tenaga kerjanya kesini, nah kita disini menyediakan tenaga kerja. : jadi, memang penting njih bapak, jaringan yang dimiliki oleh pihak BKK SMK Negeri 1 Ngawi? : ya iya, penting. Harus itu, nanti yang mensuplai tenaga kerja siapa kalau tidak dari sekolah sekolah lain, seperti itu, kalau hanya dari sekolah kita ya itu sangat terbatas sekali. Akhirnya kita disuplai dari sekolah-sekolah yang lain, oleh karena itu kita memiliki yang namanya BKK grub. Ada sekitar 50-65 BKK grub. : lalu bagaimana ruang lingkup BKK grup itu bapak? : itu nanti satu karisidenan, jadi tidak hanya satu kabupaten saja. Satu karisidenan itupun nanti untuk mereka yang mau, ya yang mau, kalau ndak mau ya ndak apa-apa. Nanti kalau misalnya dari Ngawi ada lowongan, nanti kita inforkan, kalau yang ada lowongan itu nanti di Magetan, ya nanti mereka menginfokan. Yang di Ngawi juga tidak semua, begitu juga di Magetan itu juga tidak semua. Kemudian, Madiun, Ponorogo, itu juga bisa. : jadi memang ada hubungannya atau tidak bapak, antara banyaknya jaringan dan mitra yang dimiliki dengan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya? : ya itu tadi mbak, misalnya membutuhkan banyak tenaga kerja itu, ya kita harusnya membuka peluang untuk daerah-daerah lain untuk bisa mendaftar di sekolah kita. Nah BKK disini juga termasuk pensuplly tenaga kerja. : kemudian, setelah tadi disebutkan cukup banyak mitra yang telah dimiliki, baik perusahaan, maupun sesama BKK dalam naungan BKK grub, nah upaya apa 253
Narasumber Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya
Narasumber Penanya Narasumber Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber
yang dilakukan supaya mitra-mitra yang telah terbentuk ini dapat terjagai dengan baik, akhirnya akan terus bekerja sama? : kita harus saling percaya dan saling membina hubungan yang baik, : membina hubungan baik itu yang seperti apa bapak? : ya misalnya saja kalau ada tes misalnya kita, untuk penerimaan ya jangan terlalu sedikit, misalnya ya, untuk penerimaan yang ikut tes misalnya 500 orang, namun yang diterima hanya 10 atau 20, penyedianya juga males kan kalau kayak gitu. Kalau kayak gitu biasanya langsung dis kayak gitu biasanya. Lawong yang daftar ada 500 kok yang diterima Cuma 10 atau20 males lah, penyedianya yang males, : ya berarti memang harus ada timbal balik yang sesuai njih pak? : iya, seharusnya memang demikian, misalnya itu yang diambil itu 25% atau 50% dari jumlah pendaftar. Jadi memang pernah ada, kita kan membuka tes, yang daftar itu banyak, ternyata yang diterima hanya 20 atau 25 orang saja, itupun lama menunggunya, masa tunggunya terlalu lama, sementara anak-anak tidak berani untuk mendaftar ke perusahaan lain, anak-anak sudah tanya-tanya terus. Setelah itu, kerja samanya itu langsung kita putuskan, langsung itu. Langsung kita putus. : jadi memang ada e ketika memang dirasa merugikan pihak anak dan BKK langsung mengakhiri kerjasamanya njih pak? : iya, akhirnya memang kita lepas. Kita gak mau dijadikan sebagai perusahaan ataupun diakali oleh perusahaan-perusahaan itu kita tidak mau. Kita juga punya harga diri juga. : nah kemudian, upaya apa saja yang dilakukan oleh BKK SMK Negeri 1 Ngawi, yang tujuan untuk menambah jaringan yang dapat diajak untuk bekerja sama? : selalu kalau seperti itu mbak. Kita selalu menambah kerjasama, dengan perusahaan-perusahaan yang besar-besar itu terutama. : misalnya upaya apa bapak yang dilakukan..? : yaa, dengan membuat MoU tadi, membuat MoU tadi. : kalau perusahaan tersebut itu, pihak peruhaan yang menawari atau pihak kita yang mengajukan kerjasama ? : ada yang perusahaan yang menawarkan diri, ada pula pihak kita yang minta untuk kerjasama. Memang dua-duanya, jadi harus berjalan seiringan, iya, mungkin perusahaan yang menawarkan dirinya itu sudah tahu dari karyawan ataupun dari luar daerah itu bisa tahu kalau SMK Negeri 1 Ngawi itu, BKK nya besar seperti, saya juga kurang tahu alasan untuk mereka kesini. Misalnya ; kemarin itu ada beberapa siswa yang berangkat ke perusahaan-perusahaan baru itu juga ada, perusahaan lama itu juga ada. Nah mereka tahu BKK SMK 1, kemudian mereka ke sini, terus menawarkan kerja sama, terus MoU juga sudah ada, sehingga jelas nanti kerjasamanya. : tapi kalau menurut bapak, apakah BKK SMK Negeri 1 Ngawi, termasuk selektif atau terbuka untuk perusahaan mana saja? : iya kita harus pilih-pilih kita, tidak semua perusahaan itu kita menerima disini. : untuk kriteria perusahaan yang bisa bekerja sama itu yang seperti apa bapak? : belum-sih belum. Tapi untuk kriteria itu nanti pasti banyak, jadi yang jelas itu perusahaan yang bonafit, kemudian mampu menampung tenaga kerja, gaji yang disediakan itu minimal UMR masing-masing kabupaten, jadi tidak sama antara di Surabaya, Gresik dengan di Ngawi itu sangat berbeda jauh nanti UMRnya, sekitarnya sepertiganya kalau ndak salah. Nah kalau Ngawi itu UMRnya sekitar 254
Penanya
Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber
1,1 atau 1,2 juta UMRnya, kalau Gresik itu sekitar 3 berapa gitu, hampir 3 kali lipatnya, : nah kemudian, faktor pendukung apa saja sih bapak yang dimiliki oleh pihak sekolah guna meningkatkan atau mendukung tingkat relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaannya? : ya Lab, yang jelas, kita punya lab. Khususnya anak TEI dan anak TKJ ya, itu punya lab mereka. Sebenarnya kalau anak sekolah disini itu serius, lulus dari SMK Negeri 1 Ngawi, itu mereka sudah bisa mencari uang sendiri, kalau serius, saya yakin. Misalnya anak Komputer ya, kalau waktu sekolah dia sungguhsungguh, dan serius, nanti dia lulus dari sini bisa buka bengkel komputer dan servis komputer juga bisa, yang TEI itu juga demikian, misalnya bisa servis lampu, lampu rusak lampu rusak itu juga demikian, memang ada. Mungkin baru 2 atau 3 tahun yang lalu itu, itu dia buka servis lampu, maksudnya servis lampu itu seperti ini lho, lampu kan ada yang putus kan ya, nah itu diganti, nah itu malah lumayan, itu bisa wirausaha itu. : kemudian bagaimana dengan kualitas guru disini bapak? : kalau guru, saya yakin di sekolah kita sudah banyak dan sudah memenuhi syarat, sudah pintar dan bisa diandalkan,nah itu nanti tinggal bagaimana siswanya. Seperti yang kamu ketahui sendiri kan, namanya juga anak sekolah, ada yang rajin, ada yang males, ada juga yang suka bolos, ya seperti itulah, orang-orang itu juga kadang-kadang sulit ya kalau mau menanamkan pada siswa. Nah siswa itu nanti ngerasanya kalau sudah menganggur “nyapo mbiyen aku ndisek sekolah ora tenanan?” karena apa? Karena dulu dia pas waktu sekolah dia belum mikir sampai jauh, tidak ada istilah “gelo ng ngarep” itu tidak ada. Gelo itu pasti di belakang. Makanya saya katakan guru itu sakrepotan, kadang-kadang harus menyampaikan materi di depan kelas, nanti kalau agak galak sedikit ya dibilang galak. Tapi ya terserah, nanti sayapun juga akan terus seperti itu, akan selalu memberikan masukan untuk siswa-siswa saya, yang tentuya untuk masa depan sendiri. : bagaimana dengan background pendidikan guru-guru disini bapak? Khususnya untuk bapak ibu guru yang mengajar di masing-masing jurusan itu? : sudah sesuai, untuk pemasaran itu ya background gurunya itu ya dari tata niaga, kalau yang TKJ ya gurunya dari TKJ seperti itu, : kemudian, apasaja sih pak, kalau menurut bapak yang menjadi penghambat siswa itu tidak bekerja sesuai dengan kompetensinya seperti itu bapak? : kalau faktor penghambatnya itu biasanya lebih ke sarana dan prasarana, biasanya, peralatan-peralatannya itu kurang. Walaupun itu sebenarnya sudah bisa didanai oleh BOS, tapi kan BOS tidak hanya untuk itu saja, untuk membeli peralatan praktik itu sebenarnya bisa pakai dana BOS, namun prioritasnya masih banyak yang lain dulu. : kalau hambatan yang lain kira-kira apa bapak? : apa ya mbak, mungkin kalau dimasyarakat itu ya, daya saing mbak. Karena kita juga harus berani bersaing, karena ibaratnya mereka itu produk pabrikan, pabrikan itu kan nanti tiap barang akan punya karakteristik yang lain-lain ya, kemudian, kalau persaingannya dengan D3 atau S1 itu untuk pabrik rata-rata yang tes disini itu pasti cari yang lulusan SMA, begitu. : mungkin ada kendala lain bapak? : ya kendala-kendala yang tadi. Misalnya dia kurang bisa memanajemen dirinya sendiri, misalnya sekolah seenak dirinya sendiri, asal masuk asal sekolah saja, jadi nya ya dia akan menerima akibatnya, dia akan kesulitan untuk bersaing 255
Penanya Narasumber
Penanya Narasumber Penanya
Narasumber Penanya Narasumber
dengan pesaingnya, karena memang lapangan pekerjaan itu terbatas. Tapi memang kalau anak sudah seenaknya sendiri itu ya, gimana ya nanti kalau kerja, sekalipun gak semuanya ya, biasanya ya orang yang terlalu santai itu juga akan susah. Apalagi dengan adanya MEA sekarang ini, cari kerja juga sulit nanti akhirnya, persaingan tambah ketat nantinya. : kemudian, upaya apa saja bapak yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut? : ya kita berusaha memberikan nasihat-nasihat saja, kita hanya bisa terbatas pada hal itu. Kadang-kadang itu orang tuanya sendiri juga kurang memahami bagaimana anak-anaknya. Ya intinya memang kembali lagi kepada siswanya, bagaimana kemauan anak-anak untuk bisa dan mau bekerjanya bagaimana. Kalau saya pribadi, saya selalu menanamkan kejujuran seperti yang telah saya sampaikan diawal, nah kejujuran itu nanti selalu saya sampaikan terkait dengan etika, sopan santun, kalau misalnya mau melihat itu anak-anak SMP/SMA itu kan yang sopan santun itu tidak ada 50%nya kalau saya melihat itu, masih kurang sekali nilai sopan santun ini, misalnya kepada orang tua, bapa/ibu guru, dengan orang yang lebih tua itu juga masih kurang. : oh, demikian ya bapak, memang harusnya banyak kultur positifnya, harusnya banyak refleksi yang bisa dilakukan ya pak? : iya, mungkin nanti kita saling tukar pikiran, saya disini bukan berniat untuk menggurui itu bukan, ya. : iya bapak, nah kalau demikian, karena memang saya kira sudah cukup bapak untuk wawancara kita siang hari ini, saya sebelumnya mengucapkan banyak terima kasih njih bapak, : iya sama-sama, saya kalau ada kurang dan lebihnya saya juga mohon maaf kalau begitu, : selamat siang bapak, mohon maaf mengganggu waktunya, : iya, ndak apa-apa, selamat siang .
256
Lampiran 9. Reduksi Data REDUKSI DATA
NO 1
Narasumber 1 “sekolah ini awalnya SPG (Sekolah Pendidikan Guru), tahun 1989 berubah menjadi sekolah ekonomi atau SMEA, kemudian adanya perubahan nama saja, akhirnya menjadi SMK, intinya kan sama, SMEA dan SMK itu kan intinya sama. Cuman, kalau SMEA itu kan fokusnya ke Ekonomi, Sekolah ekonomi. Namun, pada perkembangannya sekolah-sekolah kejuruan itu bisa membuka program selain ekonomi, dalam naungan SMK itu. Kemudian SMK Negeri 1 Ngawi ada jurusan Teknik. Berubah menjadi SMK itu kalau ndak salah tahun 1994, kalau ndak salah. Kalau secara berdirinya ya, dari tahun 1989 itu dari SPG berubah menjadi sekolah kejuruan,
Narasumber 2
Narasumber 3
“munculnya pertama dulu kan SPG Profil SMK Negeri 1 Ngawi mbak, SPG terus jadi SMEA, terus SMEA berubah menjadi SMK, seperti itu. Jadi dulu itu ada, ada proses diklat-diklat dari guru SPG menjadi guru SMEA,” (ME/18/04/2016)
257
Kesimpulan Sejarah SMK Negeri 1 Ngawi berawal dari SPG, berubah menjadi SMEA pada tahun 1989 dan berubah nama menjadi SMK.
kalau waktu itu namanya masih SMEA, SMEA 1 Ngawi, kemudian berubah menjadi SMK karena pemerintah menetapkan sekolah hanya ada 2, yaitu SMU (Sekolah Menengah Umum) dan SMK.” (SD/14/04/2016) 2
“ya kalau ditanya budaya, ya etos kerja yang pasti. Etos kerja itu kan semangat belajar, itu semangat belajar tinggi itu yang sedang kita kembangkan, dikembangkan oleh semua guru tentunya bagaimana siswa kita itu mendapat... mendapat penilaian dari masyarakat bahwa siswa SMK Negeri 1 Ngawi memiliki etos kerja yang tinggi diwujudkan dalam semangat belajar yang kuat. Yang kedua berperilaku, perilaku sopan yang diwujudkan dalam kedisiplinan. Bagaimana siswa SMK Negeri 1 Ngawi dilakukan pembiasaan dari saat MOS (Masa Orientasi Siswa) misalnya, dibawa ke ARMED (Akademi Militer), itu adalah upaya bagaimana agar siswa ini menjadi siswa yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi, yang akan berdampak pada belajar yang baik, ya, dan lain-lain, itu yang kami tonjolkan dalam bentuk
“Kalau masyarakat yang memasukkan anak di Sekolah ini, yang mau kuliah masih dibantu, kalau yang mau kerja, lebih-lebih BKK bisa langsung disalurkan. Itu begitu, jadi disini karena mengarahnya pada keinginan anak kesitu, berarti kami mengarahkan dengan disiplin yang tinggi, begitu” (SA/02/05/2016) “...jarang siswa SMK Negeri 1 Ngawi yang norak kan jarang, ada larangan untuk tidak boleh pawai setelah Ujian Nasional (UN), ya tidak ada yang pawai, ada larangan utnuk tidak boleh corat coret baju, ya tidak ada yang corat coret baju, itu artinya nilai disiplin yang kita tanamkan pada siswa terbawa hingga siswa tersebut lulus..” (SD/14/04/2016)
258
“terus yang disiplin juga, disiplin harus dalam segala hal kedisiplinannya, baik itu di sekolah, di rumah, ya kita mulai dari yang dirumah saja dulu misalnya, sudah menanamkan kedisiplinan, misalnya disiplin waktu contohnya itu waktu bangun tidur, waktu sholat, dan lain sebagainya,” (AM/14/05/2016)
Terdapat kultur kedisiplinan di SMK Negeri 1 Ngawi
budaya etos kerja yang tinggi, semangat belajar yang tinggi, yang itu akhirnya yang diketahui oleh masyarakat dan animo masyarakat akhirnya tinggi, jarang siswa SMK Negeri 1 Ngawi yang norak kan jarang, ada larangan untuk tidak boleh pawai setelah Ujian Nasional (UN), ya tidak ada yang pawai, ada larangan utnuk tidak boleh corat coret baju, ya tidak ada yang corat coret baju, itu artinya nilai disiplin yang kita tanamkan pada siswa terbawa hingga siswa tersebut lulus..” (SD/14/04/2016) 3
“oh iya, setelah kita melakukan analisa itu, setelah anak-anak praktek (prakerin) disuatu DU/DI ada yang ditarik untuk bekerja disana, contohnya di Bank Jatim, lulusan ya ada, di BPR juga ada siswa di SMK Negeri 1 Ngawi, siswa lulusan Akuntansi kerjanya bagus, baik dikenal terampil bisa ditarik untuk bekerja disana,” (MS/16/04/2016)
“memang sudah terbukti lho mbak, kalau DU/DI itu yang PSG anak SMK Negeri 1 Ngawi, itu seneng, kadang-kadang minta lagi. Udah gak pakai tawar-menawar mbak, pokoknya senang karena anak SMK Negeri 1 Ngawi katanya kalau dilatih itu gampang” (ME/13/05/2016)
4
“batas minimal untuk bisa diterima Hal ini berdasarkan hasil wawancara “selalu 100%, memang untuk 10-9 Terdapat kultur belajar yang ataupun mendaftar, baik diperguruan dengan Ibu ME, beliau tahun yang lalu ada satu atau dua tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi tinggi maupun dikantor ataukah menyampaikan bahwa karena orang yang ndak lulus, tapi rata-rata 259
Terdapat kultur Etos kerja tinggi pada siswa SMK Negeri 1 Ngawi.
5
6
mungkin diinstansi lainnya, ada yang memang ada beberapa tempat memberikan batasan nilai itu 6,5” pekerjaan tertentu yang (AM/14/05/16) mensyaratkan untuk UNASnya itu minimal 6,5 padahal standar kelulusannya itu kan 5,5 (ME/13/05/2016) “...Menjadi seorang wirausaha, jadi “Entrepreneur berarti jangan , kalau bisa mengusahakan untuk mengembangkan kemampuan bisnis, tidak menjadi tenaga kerja, tapi ee ee khususnya adalah jiwa wirausaha, jangan hanya mencari pekerjaan soalnya kita juga menyampaikan maksud saya, jangan mencari pekerjaan pada janji siswa bahwa pada point tapi menciptakan lapangan pekerjaan, terakhir itu merupakan komitmen jangan hanya mencari pekerjaan tapi untuk menjadi enterpreneur, juga menciptakan, itu nanti bisa dimulai entrepreneur itu bukan berarti harus dari yang kecil nah itu nanti kan lama- menjadi juragan, pengertian lama bisa tumbuh dan berkembang. enterpreneur adalah pengelolaan, jadi Untuk anak TEI juga, nanti juga bisa itu berjiwa enterpreneur adalah orang untuk memulai wirausaha sebagai yang bisa mengelola diri sendiri” servis, servis seperti itu. Misalnya itu (SD/14/04/2016) usaha untuk memperbaiki lampu, dan banyak yang seperti itu” (AM/31/05/2016) “iya memang ada, nanti rencananya akan dibuat seperti beberapa tahun lalu, yaitu siswa bisa mengambil dagangan dari Skansa mart kemudian bayarnya nanti setelah dagangan habis, tapi memang belum sampai, tapi untuk siswa2 itu diberikan pinjaman untuk 260
baik, rata-rata 100%. Itu sekitar 10 tahun yang lalu” (AM/02/05/2016)”
“Tapi ya tidak menutup SMK Negeri 1 Ngawi kemungkinan bahwa memang sulit mengembangkan kultur sekali untuk seusia dia untuk muncul kewirausahaan pada siswanya jiwa kewirausahaan itu kan kecil sakali, tapi walau kecil kan bukan berarti tidak bisa ditumbuhkan. Gurunya tinggal siap atau enggak, “tidak punya modal bu” “halah modal itu nomer 15, yang pertama itu adalah kesungguhan” karena saya sendiri itu kan saya itu kan punya jiwa kewirausahaan.” (SA/26/05/2016)
7
8
berwirausaha itu satu kelas satu juta, untuk sementara ini, itu nanti kalau berjalan dengan baik itu mungkin nanti bisa ditambah lagi, itu nanti tanggungan kelas, itu nanti satu kelas dibuat kelompok rata-rata 5 satu kelas, terus uang satu juta itu nanti dibagi masingmasing kelompok itu nanti 200-200 lalu dikembalikan pada waktu nanti kelas 3, jadi memang diberikan waktu untuk berpraktik dan dipinjami modal dari sekolah. Kalau serius itu nanti bisa minta lagi kok, kalau serius. Kemudian setelah itu mereka akan membuat laporan bisnis itu, jadi nanti anak itu bisa membayangkan nanti siswa kalau berwirausaha itu seperti apa, dengan membuat laporan” (AM/31/05/2016) “berdasarkan data ya, kalau dilihat yang daftar itu yang paling banyak jurusan Akuntansi, yang kedua TKJ, kemudian perkantoran, kemudian TEI, kemudian PM. Justru PM itu yang kurang diminati, tapi tercukupi semuanya (kebutuhan siswa per rombongan kelas), tapi yang paling besar ya akuntansi.” (SD/14/04/2016) “Kalau Akuntansi pasti berhubungan dengan finansial, saya masuk akuntansi
“yang Bismen ( Bisnis dan Data minat pendaftaran SMK Negeri Manajemen) itu Akuntansi, 1 Ngawi pada tahun 2015 Administrasi, AK sama AP, kalau yang teknik itu ya TKJ, jadi ya ratarata tiga jurusan itu yang jadi favorit anak-anak” (SA/02/05/2016)
Program keahlian akuntansi merupakan program keahlian yang memiliki banyak peminat di SMK Negeri 1 Ngawi
“Nah kalau anak AK itu dilibatkan “Kalau anak AK itu jelas apa ya Profil program keahlian dalam membuat rencana anggaran pembukuan ya istilahnya, apa ya Akuntansi di SMK Negeri 1 261
9
berarti saya mengelola terkait dengan uang, berurusan dengan uang, bukan uangnya. Tapi dokumen yang berkaitan dengan keuangan. Hubungan dengan uang, walaupun bukan berhubungan dengan uangnya secara langsung, namun mengelola dokumen keuangan, tata uang, tata uang seperti itu. Meskipun tidak selalu berkaitan dengan uang kan, misalnya asset, seperti itu. Ya gampangnya berkaitan dengan finansial atau keuaangan” (SD/14/04/2016) “untuk penelusuran lulusan itu lewat BK, nanti disalurkan lewat BK disesuaikan dengan program keahliannya, ya ada yang tidak sesuai tapi lebih banyak yang sesuai, jadi penelusurannya lewat BK, jadi nanti data bisa diminta lewat BK, jurusan akuntansi kemana, berapa setiap tahun, berapa yang diterima disini, itu ada semua di BK,” (MS/16/04/2016)
kalau di kepanitiaan, terus kalau anak AK itu memang dikenal cerdas anak AK itu, memang anaknya itu pinterpinter, lebih giat daripada anak pemasaran, sepertii itu, jadi kalau anak AK itu tipenya tipe kerja kalau anak AK itu, anak kantor, mengamati benda mati” (ME/25/05/2016)
istilahnya, orang BK itu kadangkadang juga gak begitu ngerti, apa ya pembukuan tentang keuangan walaupun itu keuangan di di di perusahaan atau di toko-toko misalnya, ya itu kemungkinannya bisa ya ada sih 1 anak yang sudah jadi akuntannya toko itu juga ada, atau paling itu jadi kasir gitu , itu kan juga hubungannya dengan ketelitian itu tadi” (SA/06/06/2016)
Ngawi. Lulusan Akuntansi selalu diarahkan untuk menguasai hal yang berkaitan dengan finansial, baik berupa dokumen keuangan, mulai dari bukti transaksi hingga laporan keuangan
“...ketika sudah lulus kemudian sudah kemana, pasti sekolahnya itu diberi tahu, di BP itu pasti ada datanya, kalau jaman dulu menggunakan kartu pos, kalau jaman sekarang kan sudah ketinggalan jaman itu (tertawa kecil), diberi kartu pos, kemudian nanti dikirim, kalau sekarang kan sudah ada HP (Handphone), pakai HP saja sudah, pakai HP pakai WA (Whatsapp) saja “ee, pertama yang lebih mudah sudah masuk, tapi juga supaya lebih dilaksanakan itu adalah memakai kartu detail nanti wawancara sama bu Sri, pos penelusuran lulusan itu, anak itu atau BKK begitu..” (SD/14/04/2016) sebelum lulus sudah diberi kartu pos, kartu pos itu diberikan saat akan lulus begitu, kemudian nanti disuruh janji
“kalau penelusuran kita menggunakan kartu pos penelusuran siswa, kemudian ada papan administrasi BKK yang ada disana (menunjuk ke papan di depan sekolah), papan penelusuran siswa atau bisa juga dengan lewat online, bisa lewat SMS atau WA nah itu anak-anak bisa langsung.” (AM/02/05/2016)
Penelusuran lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dilakukan oleh pihak BK. Penelusuran lulusan SMK Negeri 1 Ngawi dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain : melalui kartu pos, papan penelusuran lulusan, SMS, WA, BBM, dan bisa secara langsung
262
10
11
untuk mengembalikan, nanti anak-anak langsung mengembalikan. Nanti pertama-tama itu hanya satu dua anak tidak mengembalikan ya, di SMS. Ada juga yang itu terpasang di tembok itu, namanya itu juga penelusuran itu, dipasang blangko disitu nanti anak bisa menuliskan disitu, ya itulah, biasanya menggunakan kartu pos, atau menggunakan papan penelusuran yang kedua, atau yang ketiga bisa lewat SMS” (SA/26/05/2016) “terkait dengan prakerin itu biasanya untuk akuntansi itu dilaksanakan pada awal tahun ajaran, selama 3 bulan, ya mulai Juli, Agustus, September, nah itu untuk tempat-tempatnya ya” (MS/16/04/2016) “jadi prakerin itu adalah tempat lab nya anak-anak mengaplikasikan teori yang didapat disekolah, apakah teori yang saya dapatkan itu cocok atau ndak dengan kondisi lapangan yang sebenarnya, seperti itu, disamping itu, prakerin seharusnya memang harus sesuai dengan jurusan anak masingmasing, alhamdulillah kalau untuk
Demikian pula yang disampaikan oleh ibu SA pada wawancara pertama tanggal 2 Mei 2016 terkait dengan pelaksanaan prakerin, belaiu menyampaikan bahwa pelaksanaan prakerin itu selama tiga bulan, dalam tiga tahun itu pelaksanaan prakerin itu selama 3 bulan (SA/02/05/2016) “prakerin? Iya. Yang diharapkan ya, siswa itu mampu mempraktikan pelajaran yang telah didapat pas di sekolah. Jadi mempraktikan pelajaran yang telah disampaikan di sekolah. Jadi intinya ya tadi, mempraktikan ilmu yang telah ada. Jadi kita dapat teori dulu, selama satu tahun, kemudian tahun yang kedua 263
Ibu SA juga menyampaikan hal yang Pelaksanaan prakerin di SMK sama, bahwa pelaksanaan prakerin Negeri 1 Ngawi selama 3 itu terjadwal lama, setidaknya tiga (3) bulan sampai enam (6) bulan dan SMK Negeri 1 Ngawi mengambil kebijakan untuk pelaksanaan prakerin itu 3 bulan (SA/26/05/2016) “yang tujuannya adalah ya itu tadi apa ya, biar memperoleh pengalaman di dunia kerja, biar mempraktekan ilmu yang diterima, tapi kalau , dan nanti akhirnya ada sertifikat ya? Piagam atau sertifikat ya? Sertifikat prakerin ya.” (SA/26/05/2016)
Prakerin merupakan wadah untuk siswa untuk dapat mempraktikan pelajaran yang telah diperoleh selama di sekolah.
12
urusan prakerin ini itu sudah hampir semua cocok dengan jurusannya. Mungkin karena memang perkembangan, dan di Ngawi juga sudah banyak tempat yang usaha yang bermacam-macam itu ya sekarang ini memang banyak yang cocok, kecuali untuk anak TEI itu memang harus ke luar kota dan harus ke kota besar, ya di pabrik besar, kalau Ngawi itu kan belum punya pabrik yang besar to, sebenarnya ya intinya wadah untuk praktik anakanak itu di lapangan, nah itu prakerin” (ME/25/05/2016) “dampaknya yang baik itu misalnya anak itu nanti sudah siap, nanti kalau dia sudah lulus nanti dia sudah siap bekerja. Itu nanti dampaknya, itu nanti untuk yang tidak mampu untuk kuliah. Jadi memang ada dua, yang mau bekerja mungkin nanti memang sudah pernah latihan, kalau yang mau lanjut kuliah mungkin nanti besok sudah lulus kuliah paling tidak sudah tahu bagaimana prosedur di kantor itu. Kan lain dengan pelajaran di sekolah. Ya setidaknya memberikan pengalaman kerja bagi siswa, meskipun hanya 3 bulan, tapi sebenarnya kurang itu, mestinya 6 bulan
selama 3 bulan itu, nanti kita prakerin,” (AM/14/05/2016)
“dampaknya yang baik itu misalnya anak itu nanti sudah siap, nanti kalau dia sudah lulus nanti dia sudah siap bekerja. Itu nanti dampaknya, itu nanti untuk yang tidak mampu untuk kuliah. Jadi memang ada dua, yang mau bekerja mungkin nanti memang sudah pernah latihan, kalau yang mau lanjut kuliah mungkin nanti besok sudah lulus kuliah paling tidak sudah tahu bagaimana prosedur di kantor itu. Kan lain dengan pelajaran di sekolah. Ya setidaknya memberikan pengalaman kerja bagi siswa, meskipun hanya 3 bulan, tapi 264
Dampak lain dari prakerin juga disampaikan oleh ibu SA yaitu anak bisa memperoleh keterampilan dari tempat prakerin nanti bisa dibawa ke dunia kerja yang akan mereka hadapi nantinya (SA/06/06/2016).
Dampak dari prakerin adalah siswa dapat terlatih untuk bekerja, atau dengan kata lain prakerin dapat menunjang kemampuan siswa untuk dapat bekerja, utamanya bekerja yang sesuai dengan kompetensi yang telah dimiliki.
itu pelaksanaannya, tapi kalau 6 bulan nanti kasihan kelas dan jurusan yang lain itu, nanti ndak kebagian. Karena jumlah kelasnya itu ada 13 kelas, kemudian satu tahun itu dibagi menjadi 4 gelombang untuk pelaksanaan prakerin tersebut” (MS/19/05/2016)
13
“untuk prakerin itu hambatannya itu, anak-anak itu biasanya ya, mungkin jauh tempatnya, mungkin kos gitu, tapi untuk materi yang disampaikan oleh DU/DI saya kira surat menerima. Terus untuk hambatan yang lain, untuk pembimbing ya, kan ya tidak setiap saat mengujungi anak-anak, ya karena tugasnya kan banyak ya. Ya ngajar, ya bisa untuk ditinggal itu.” (MS/16/04/2016) “kendalanya? Soal waktu mbak kelihatannya, soal waktu. Anak-anak itu mintanya lebih lama gitu, padahal kalau lama itu, kita nanti repot menghabiskan materi pelajaran. Tiga bulan mbak, malah nanti rencananya itu malah mau 6 bulan, kalau 6 bulan kan jadinya, materi dalam satu tahun itu harus disampaikan
sebenarnya kurang itu, mestinya 6 bulan itu pelaksanaannya, tapi kalau 6 bulan nanti kasihan kelas dan jurusan yang lain itu, nanti ndak kebagian. Karena jumlah kelasnya itu ada 13 kelas, kemudian satu tahun itu dibagi menjadi 4 gelombang untuk pelaksanaan prakerin tersebut” (MS/19/05/2016) “nah guru dan anak itu pasca prakerin itu, dihadapkan pada situasi yang serba tergesa-gesa, karena harus menghabiskan materi terus materinya 6 bulan harus habis dalam 3 bulan, anak dijejeli materi itu. Harusnya materi pelajarannya tidak usah terlalu banyak, karena hanya ada waktu 3 bulan. Nah sepertinya untuk kedepannya, akan diambil kebijakan sekolah meskipun anak ditempat prakerin, anak-anak akan tetap diberikan tugas, mid semesterpun nanti akan disuruh pulang. Akan diijinkan dari tempat prakerin, seminggu ini anak masuk karena ada mid semesteran gitu” (ME/13/05/2016)
265
“nah untuk kendala yang dirasakan itu ya, ini mbak, jumlah industrinya kurang. Atau tidak ... tidak berimbang dengan jumlah siswa. Sehingga akhirnya ada juga yang sampai anak-anak itu yang keluar kota, sekarang bayangkan saja, kalau Ngawi, berapa banyak instansi yang berhubungan dengan TKJ misalnya, yang perdagangan, nah kalau yang perdagangan mungkin masih banyak karena mulai berkembang toko-toko besar, kemudian jumlah siswa yang membutuhkan tempat prakerin dari SMK 1 saja itu sudah besar, jadi kadang memang dirasa kurang berimbang antara jumlah siswa dengan dunia kerja atau DU/DI” (AM/14/05/2016)
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan prakerin antara lain terkait dengan jarak tempat tinggal dengan lokasi prakerin, pembimbing lapangan yang tidak dapat mengunjungi anak-anak secara rutin, pasca pelaksanaan prakerin terdapat kendala yaitu guru dan siswa harus tergesagesar untuk menyelesaikan materi pembelajaran, kurangnya jumlah DU/DI di Kabupaten Ngawi juga mengharuskan beberapa siswa melaksanakan prakerin di luar kota, dan lain sebagainya.
dalam satu semester iya kan, jadi soal waktunya mbak “pernah ada guru pembimbingnya itu terbatas sekali waktunya untuk bisa menjenguk anak di DU/DI, jam kerjanya sekolah kan sama yaa dengan jam kerjanya anak-anak praktik, sehingga kalau mau menjenguk anak, otomatis harus meninggalkan jam mengajar, itulho, terbentur antara jam kunjungan anak dengan jam mengajar,” (ME/25/05/2016)
14
“melihat secara langsung yang terjadi di lapangan, dengan teori yang didapat, kalau prakerin kan mencoba aplikasi teori ya? Nah kalau ini kan (KI) hanya melihat apa yang terjadi dilapangan itu. Spontan dia akan mencari potret apa yang terjadi dilapangan itu, nanti anak diberi tugas mengumpulkan laporan, harus , nanti kalau gak begitu nanti gak tenanan mengko (tertawa kecil)” (ME/13/05/2016)
“Tapi ya kadang-kadang kendala prakerin ya, anak-anak yang pulang prakerin itu untuk bisa dikondisikan untuk mau belajar lebih giat itu juga sulit juga ya, butuh waktu, karena anak sudah 3 bulan berada di luar yang pekerjaannya monoton ya, ya kalau didunia kerja kan pekerjaannya monoton ya, pekerjaan itu-itu otaknya sudah jarang berpikir belajar ya disitu itu sebetulnya kelemahan prakerin, tapi ini program nasional jadi mau apa ya komentarnya bisanya begini aja” (SA/06/06/2016) “kalau Kunjungan industri itu kita melihat langsung industri yang berhubungan dengan sekolah kita, kalau yang idealnya ya, yang industri yang dikunjungi harus sesuai dengan program-program keahlian yang ada di sekolah kita.” (AM/14/05/2016)
266
ibu ME bahwa sananya pasca prakerin siswa ketika masuk kelas itu mengalami kebingungan atas banyaknya tugas yang diberikan oleh bapak/ibu guru sebagai alternatif untuk mengejar materi pelajaran yang akhirnya mengakibatkan mereka banyak mengeluh. (ME/13/05/2016)
“kunjungan industri itu Cuma melihat situasi pekerja di salah satu PT atau pabrik, waktunya itu hanya sekali itu dalam setahun, jadi selama 3 tahun KI ya tujuannya itu melihat situasi pekerja, bagaimana bekerjanya kalau diperusahaan yang besar itu kan pekerjanya kan banyak, jadi anak hanya melihat saja, tidak bisa praktik. Kalau prakerin itu kan praktik langsung, tapi kalau KI itu ya hanya melihat situasi pekerja-pekerja itu, jadi besok kalau saya lulus saya kerja disini, oh kerjanya nanti seperti itu to, ooh, terus nanti produksinya
Kunjungan Industri merupakan kegiatan dimana siswa melihat secara langsung atau memotret situasi industri, mulai dari proses produksi, tentang ketenagakerjaannya, sistem gaji.
15
“...Tapi kalau kunjungan industri itu melihat secara langsung riil pekerjaan yang ada di perusahaan tertentu, jadi ya hanya menyaksikan saja, mengamati, tapi memang demikian harusnya dari masing-masing jurusan itu, namun, karena ini adalah program sekolah, jadi kunjungan industri itu dijadikan satu tempatnya, nanti yang TEI misalnya, nanti pembimbingnya yang mengarahkan ke TEI, pembimbingnya itu nanti dari pabriknya, saya kira begitu, ternyata enggak, karena situasi, disana itu dijadikan satu jebret, jadi anak itu kunjungan itu malah bingung, gak efektif kan akhirnya. Nah mungkin ke depannya perlu diteliti lagi apakah dimungkinkan untuk berangkat dari masing-masing jurusan saja, misalnya dari akuntansi gitu nanti ke Pabrik apa, bagian apa, kalau kayak gitu mungkin akan lebih efektif mbak. Nah memang ya pabrik yang kemarin itu besar, tapi anak jadi tidak bisa belajar sesuai dengan yang diharapkan, tidak bisa menjadi pengamat yang baik, nah saya
“...di tempat itu tidak semua dibidangnya itu bisa dilihat, mungkin ada beberapa yang dirahasiakan oleh perusahaan seperti itu, mungkin kan paling tidak tahu lah, tapi ternyata dari pihak sana itu memang dirahasiakan dan tidak boleh. Misalnya dari jurusan akuntansi dibidang pembukuannya sana itu ndak boleh dilihat, jadi Cuma melihat proses produksinya, mulai dari mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, prosesnya sejak awal. Jadi tahu proses produksinya itu tahu, khsusunya dari bidang akuntansi” (MS/26/05/2016)
267
bagaimana seperti itu, ya Cuma melihat-lihat saja kalau kunjungan industri itu” (MS/26/05/2016) “Namun, diakui memang masih menjadi kendala untuk mencari industri tersebut. Nah kebetulan minggu depan ini, nanti ada kunjungan industri kita, kita ke Solo nanti, itu nanti industri garmen ya, nah kalau yang TKJ atau TEI memang ya kurang cocok ya dirasa, tapi nanti coba untuk melakukan mendekatannya yang sesuai, misalnya untuk TKJ dan TEI itu nanti akan difokuskan kepada alat-alatnya, nah untuk yang PM akan difokuskan bagaimana tentang pemasarannya itu bagaimana, kalau yang AK itu nanti bagaimana keuangannya. Demikian juga untuk program keahlian yang lain, nanti pokoknya menyesuaikan yang disana saja.” (AM/14/05/2016)
Pelaksanaan kunjungan industri yang belum maksimal. Kurang maksimal yang dimaksud disini adalah pelaksanaan kunjungan industri yang diharapkan oleh pihak sekolah tidak dapat tercapai ketika telah berada di lapangan atau di lokasi kunjungan industri.
16
17
pas sambutan juga gak enak mbak, sudah saya sampaikan juga, bahwa sekolah saya sebenarnya itu mengharapakan yang begini-begini begini, tapi karena situasi yang kita juga akhirnya ya udah, gak apa-apa wis monggo...” (ME/25/05/2016) “iya benar itu untuk yang BK, kalau yang jurusan setiap tiga bulan, 6 bulan, menyampaikan kepada anak-anak, kalau bisa setelah lulus itu mbok jangan menganggur, kalau bisa itu ya bekerja paling ndak sesuai dengan bidangnya, kalau tidak sesuai dengan bidangnya, ya setidaknya kita bekerja terlebih dahulu. Jangan sampai nganggur, tapi kebanyakan anak-anak itu yang akuntansi itu memilih nganu, kuliah. Coba-coba dulu, nanti kalau sudah tidak diterima itu nanti baru cari kerja, gitu.” (MS/19/05/2016) “BK Karir itu cenderung memotivasi karena karir itu menurut saya masih terpecah, karir apakah mau kuliah, atau karir akan kerja. BK masuk kelas itu memberikan materi-materi yang materi itu, ada hubungannya dengan anak yang akan melanjutkan kuliah atau anak kerja. Kalau yang akan kuliah, ya di
“nah ini dari kemarin ya kelas 12 itu itu Cuma berapa anak saja yang ingin bekerja, yang ingin kuliah itu ditentukan, kemudian itu nanti diarahkan dari jumlah itu, yang ingin bekerja berapa itu diupayakan untuk sesuai dengan jurusan, kalau yang kuliah itu kalau dari Akuntansi itu yaa harus sesuai lah dengan ekonomi atau akuntansi gitu, jadi dasarnya kan memang sudah menguasai begitu” (MS/26/05/2016) “kalau bimbingan karir itu biasanya memang dimulai dari kelas 1 itu sudah dimulai, kalau kelas 1 itu biasanya terkait dengan mengenal diri itu ya? Kalau bagi saya itu sebenarnya sudah menjadi fondasi awal bimbingan karir. Jadi, ee diri saya itu apa, gitu maksudnya.. jadi 268
Pelaksanaan bimbingan karir pada kelas 12 sudah difokuskan sesuai dengan minat siswa, apakah siswa tersebut akan melanjutkan ke perguruan tinggi, ataupun siswa tersebut akan bekerja. Bentuk bimbingan karir akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa yang telah dikelompokkan tersebut.
“kalau sudah kelas 12 ya mengarah pada pemberian informasi-informasi tentang lapangan pekerjaan, memberikan misalnya trik trik dalam wawancara wawancara kerja, nah seperti itu. Selain itu ya memotivasi supaya anak itu mencari nilai plus dari luar sekolah, misalnya dia
Materi yang disampaikan dalam BK Karir cenderung pada memotivasi siswa yang terkait dengan minat dari siswa, baik itu yang akan bekerja maupun yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
motivasi, kamu kalau sejak kelas 10 diusahakan pinter, karena kalau akan kuliah itu, semula sekolah tidak memiliki cita-cita kuliah, akhirnya bisa kuliah karena adanya beasiswa Bidik Misi, syarat BM harus anak pinter. Sehingga ketika orientasi masuk itu, MOS, itu BK pasti mengambil peran. Tujuannya untuk memotivasi supaya anak itu, disiplin belajar, tidak suka nyontek, percaya dengan diri sendiri, percaya diri. .... Kemudian juga terdapat motivasi, misalnya, kalau kamu ingin jadi orang sukses itu yang pertama kuasai kompetensi, kemudian kuasai IT, kuasai bahasa Internasional sama berkarakter Disiplin, Jujur, bertanggung Jawab, pantang menyerah, ora ngeyel, nah itu. Nah terus untuk yang, oh ya nak, masih ada tambahan lagi, kalau mau ke perguruan tinggi itu jangan hanya yang sekedar jadi kutu buku, tapi usahakan ikut lomba, cari sertifikat-sertifikat karena itu akan mendukung proses SNMPTN, tapi kalau yang akan kerja yang diteliti dan digali yang akan kerja itu berapa persen, terus diberi informasi tentang dunia kerja, terus dilatih soalsoal Psikotes, seperti kreptin dan lain-
maksudnya, anak itu paham ee mengambil kursus keterampilan kemampuannya seberapa, terus yang untuk menambah kompetensi itu” dia rasa, kemudian yang dia miliki itu (SA/06/06/2016) sejauh mana, kemudian ditambah plus plus yang lain yang dia miliki harus dipahami, dan yang lebih penting lagi adalah memahami kekurangannya, sehingga akhirnya anak itu bisa mengarah mempersempit atau mengecilkan ruang-ruang, ruang-ruang kekurangan dan suapay bertambah ruang-ruang keproduktifitasannya. Itu tapi, kalau dikelas 1 itu yang seperti itu, tapi kalau di kelas XII bimbingan karir itu sudah, dari sejak awal masuk kelas XII itu, dari awal semester ganjil itu sudah kami jajaki, mau kuliah atau mau kerja, walaupun itu masih jadi satu kalau anak, karena memang belum dipisah-pisah karena memang pembelajarannya itu klasikal, tapi pada saat-saat tertentu memang memberikan informasi tentang bagaimana prosedur SMNPTN, bagaimana, pokoknya pribadi mahasiswa itu, langkahlangkah apa yang harus ditempuh, kalau mau kerja ya, misalnya 269
itu” mengenalkan ke dunia kerja, larinya nanti anak-anak mesti tanya dunia kerja mana yang sudah bekerja sama dengan BKK SMK Negeri 1 Ngawi, seperti itu. Jadi apa ya? Ee bimbingan karir itu untuk kelas XII itu sudah riil arahannya mau kemana itu.” (SA/26/05/2016) “bursa kerja khusus adalah suatu “untuk tupoksinya yaitu, yang Profil bursa kerja khusus lembaga yang dibentuk oleh sekolah, pertama adalah untuk memotivasi dan mendapatkan ijin dari depnaker siswa untuk menghadapi dunia kerja, yang tujuan adalah untuk menyalurkan yang kedua adalah memberikan siswa ataupun mencarikan pekerjaan informasi tentang dunia kerja dan didalam lingkup sekolah, intinya yaaa yang ketiga adalah membantu membantu siswa untuk mencari mencarikan pekerjaan siswa, itulah pekerjaan, udah gitu aja.” tupoksi dari BKK” (AM/02/05/2016) (AM/02/05/2016) lain. Itu kira-kira (SA/02/05/2016)
18
19
seperti
“Kalau Teaching Factory itu ya, Fotocopy, Percetakan, kalau yang ini (menunjuk ke TF milik TKJ) apa namanya, anu apa itu IT sepertinya, menjual dan memperbaiki flashdisk, dan anak juga ada yang prakerin disitu. Mendukung anak untuk mengembangkan keterampilan anakanak, terus itu penjualan punya, selain punya Alfamart Class juga punya
“kalau Teaching Factory itu sebenarnya mirip dengan prakerin mbak sebenarnya, hanya berada di lingkungan sekolah, waktunya malah lebih panjang. Sama kalau menurut saya, tapi ada hasilnya, ada uang nya kan?” (ME/13/05/2016)
270
“TF itu hanya berhubungan dengan pengumpulan unit produksi, jadi salah satu unit produksi, jadi kalau di SMK itu punya unit produksi, jadi TF2 yang ada itu juga termasuk Fotocopy itu, kemudian skansa mart, kemudian penjualan peralatan komputer itu, jadi TF itu merupakan salah satu unit produksi di SMK” (AM/31/05/2016)
Bursa kerja khusus merupakan suatu lembaga yang dibentuk sekolah untuk menyalurkan lulusannya dengan lapangan kerja. Tugasnya adalah memotivasi siswa untuk menghadapi dunia kerja, memberikan informasi tentang dunia kerja, dan membantu siswa untuk dapat memperoleh pekerjaan Teaching Factory merupakan unit produksi yang terdapat di lingkungan sekolah, sekaligus menjadi wadah siswa untuk praktik sesuai dengan jurusannya masing-masing. Di SMK Negeri 1 Ngawi, masingmasing jurusan telah memiliki teaching factory-nya masingmasing.
20
SKANSA Mart, seperti itu. Kalau AK sama AP itu ya di lab masing-masing, ehh ada Bank Mini juga ya, Bank Mini itu miliknya anak AK ya, kalau AP mana ya? Kalau AP itu cenderung ke fotocopy itu anak AP. jadi memang cenderung masing-masing jurusan punya semua ternyata. Kalau TEI sekarang punya itu yang menghadap ke barat itu, itu apa itu, nanti coba kamu lihat nanti. Nah disana nanti ada pelayanan masyarakat, namanya Bengkel TEI disana nanti ada macammacam disitu, jual apa menangani apa nanti ada disitu,” (SA/02/05/2016) “sebetulnya dampaknya bank mini itu untuk tempat praktik anak-anak jurusan akuntansi, jadi setiap hari itu digilir, 2-3 anak ke Bank Mini, itu mungkin tugasnya itu nanti merekap data keuangan, yang ada hubungannya dengan materi akuntansi yang ada di kelas. Jadi bergantian, memasukan data, menghitung, membuat laporan itu memang untuk akuntansi itu memang di bank mini. Kalau untuk administrasi itu di Fotocopy itu, itu bedanya. Jadi memang walaupun dalam lingkup kecil itu ada untuk praktik, terus kalau
“yang diharapkan ya, memenuhi kebutuhan siswa, memenuhi kebutuhan siswa tetap ada untungnya tapi ya gak banyak2 untungnya, kalau dibandingkan dengan yang diluar itu ya harganya dibawah umum, dibawah. Habis itu ada bank mIni itukan, juga bisa sebagai sarana untuk praktik juga untuk yang anak AK” (AM/31/05/2016)
271
“...Praktek satu hari, satu anak satu hari gitu lho, dalam jangka satu semester satu hari itu gimana gitu, melayani di toko situ, di skansa mart situ. Di bank mini juga ada kayak gitu, anak akuntansi yang tiap hari ada yang praktik juga. Apa ya kayak gitu namanya, coba nanti tanya sama bagian TF saja ya, yang lebih tahunya. Tapi yang jelas itu, anakanak itu juga banyak memperoleh ilmu pengetahuan dari situ juga, jadi TF itu gunanya untuk anak-anak
Harapan dari adanya teaching factory adalah untuk memenuhi kebutuhan warga SMK Negeri 1 Ngawi, serta menjadi wadah untuk praktik siswa
21
pemasaran itu ada skansa mart itu ada. Kalau bank mini itu memang khusus untuk anak akuntansi memang, setiap hari itu gantian, 2-3 anak itu praktik disana, jadi dari materi dikelas, selain praktik dikelas, siswa juga praktik disana, tim nya juga sudah timnya akuntansi semua, mulai dari penanggung jawab, ketuanya itu dari akuntansi semua itu,” (MS/19/05/2016) “LSP itu lembaga yang berwenang untuk menguji kompetensi anak sesuai dengan jurusan, jadi nanti kita tidak perlu mengundang penguji dari luar untuk menguji, kalau dulu kan mengundang dari luar untuk menguji tapi kayaknya hampir semua sekolah punya kok mbak, kita yang di Ngawi itu punya semua, jadi kayak gitu nanti akan lebih praktis, akan terasa lebih nyaman kalau diuji oleh gurunya sendiri, tapi fear kok kebijakannya, guru yang menguji tidak boleh mengajar di kelas itu, jadinya itu fear kalau gitu. Jadi misalnya guru tersebut akan menguji kelas TEI 1, jadi ngajarnya di TEI 2, jadi nanti anak akan memiliki kewibawaan akhirnya.” (ME/13/05/2016)
mencari ilmu (SA/26/05/2016)
“kalau yang saya ketahui itu LSP itu yang Lembaga Sertifikasi Profesi, jadi itu nanti yang sesuai dengan jurusannya, jadi anak yang lulus akan diberikan keteranga bersertifikat, kebetulan yang sertifikat itu merupakan syarat untuk memperoleh pekerjaan, biasanya seperti itu biasanya, yang saya ketahui itu, jadi lembaga yang memberikan sertifikat yang menjadi nilai lebih dari siswa itu” (AM/31/05/2016)
272
juga
disitu”
“setahu saya kalau misalnya waktu rapat begitu disinggung tentang LSP itu bahwa LSP itu merupakan lembaga yang nanti, kok lembaga ya, lembaga atau bagian ya, hmm, maksudnya gini, guru-guru itu nanti punya punya punya hak guru-guru itu nanti punya hak untuk menguji kemampuan anak-anak yang nanti kalau dia lulus anak itu nanti mendapatkan sertifikasi atau sertifikat yang kalau gak salah sertifikat itu nanti sifatnya kalau gak minimal nasional itu internasional. Maksudnya itu tinggal tinggal apa ya, saya sendiri juga gak begitu tahu grade LSP itu nanti seperti apa ya, tapi setahu saya ya, kedepan nanti dunia kerja yang anak nanti yang bisa
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) merupakan lembaga yang memiliki wewenang untuk melakukan uji kompetensi serta menyatakan apakah siswa tersebut lulus uji kompetensi atau tidak, serta mengeluarkan sertifikat profesi untuk siswa yang lulus uji kompetensi.
22
“jadi kalau siswa itu punya sertifikat itu nanti siswa lebih mudah untuk diterima menjadi karyawan disebuah perusahaan, ya harapannya nanti seperti itu. Lain dengan yang belum punya sertifikat LSP, karena mungkin di perusahaan2 atau di PT-PT yang besar-besar itu sudah ee tahu kalau anak itu punya sertifikat LSP itu sudah kita koordinasikan dengan pihak perusahaan” (MS/26/05/2016)
“...grade LSP itu nanti seperti apa ya, tapi setahu saya ya, kedepan nanti dunia kerja yang anak nanti yang bisa memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya kalau dia nanti memperoleh sertifikat LSP begitu. Intinya itu” (SA/06/06/2016)
23
“nah itu sarana dan prasarananya dibidang akuntansi itu ya komputer, itu sudah ada sekitar 40an, nah terus kalkulator ya dan peralatan praktik lainnya nah itu mungkin tiap anak sudah punya satu-satu, disediakan tapi setelah selesai dikembalikan. Dan setiap praktik itu satu anak itu satu komputer, malah untuk bidang MYOB itu sering praktikny daripada teorinya, kalau di Spreed sheet itu sama 50:50 antara teori dan praktik. Tapi kalau sudah kelas XI
“ya itu tadi adanya TF tadi, terus itu apa ya namanya kalau anak penjualan itu misalnya habis ujian semester itu terus disuruh menjual gitu, itu kan sebetulnya kan itu, tapi kalau anak teknik ya sekolah berusaha bahwa masih punya Laboratorium” (SA/26/05/2016)
273
memperoleh pekerjaan sesuai dengan kompetensinya kalau dia nanti memperoleh sertifikat LSP begitu. Intinya itu” (SA/06/06/2016) “Ya kalau di SMK Negeri 1 Ngawi baru dimulai tahun ini, baru beberapa bulan yang lalu secara resmi memiliki LSP, jadi itu Lembaga Sertifikasi Profesi, jadi itu sesuai dengan program keahlian siswa masing-masing, jadi itu nanti akan mempermudah dan mempercepat siswa dalam memperoleh pekerjaan.” (AM/02/05/2016) “kebetulan sarana dan prasarananya menunjang ya mbak, ya, kita itu punya lab yang lengkap, labnya itu lengkap semua itu, hampir semua jurusan itu punya. Yang belum punya itu lab bahasa indonesia, kalau hubungannya dengan sarana dan prasarana yang lengkap ya” (ME/25/05/2016)
Dampak dari adanya sertifikat profesi tersebut adalah menunjang siswa untuk dapat bekerja sesuai dengan kompetensi yang telah dimiliki oleh siswa.
Faktor pendukung tingkat relevansi dan daya serap lulusan tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi antara lain adanya sarana dan prasarana yang mendukung.
24
25
kelas XII itu lebih banyak praktiknya” (MS/19/05/2016) “kalau dijurusan akuntansi itu, sejumlah 7 guru itu alhamdulillah semuanya sudah tersertifikasi sesuai dengan bidangnya yaitu akuntansi, jadi sudah menguasai dengan baik sesuai bidangnya akuntansi. Jadi 7 itu semuanya sudah memiliki sertifikat sertifikasi akuntansi, jadi memang sudah baik, khususnya untuk program akuntansi, jadi seandainya e apa itu mengajar ya, sudah mampu dengan jurusannya, nah lain dengan di luar itu kok mengajar program akuntansi kan lain” (MS/19/05/2016) yang jurusan akuntansi ada yang sudah bekerja di BRI atau di BPD, nah itu memang sudah sesuai, cocok sekali. Kalau biasanya yang seperti itu, siswa nya yang aktif dan memang siswanya itu pinter, siswa pandai itu mencari lowongan sendiri. Saya yakin pinter, Seperti itu biasanya.” (AM/02/05/2016)
“wah kalau guru itu, kayaknya yang muda-muda ini kuliah S2, gurunya linear, jadi yang mendukung itu, namun untuk jurusan TEI itu yang masih belum punya guru pengajar yang tetap, statusnya masih GTT semua, tetapi tetap linear dengan bidangnya..” (ME/25/05/2016)
“nah iya, sekolah Bertaraf Internasional itu dituntut gurunya harus S2 itu sebanyak 20%lah. 20% guru harus S2, nah itu guru-guru juga mau untuk kuliah s2 dan sekarang itu jumlahnya sudah lebih dari 20%,itu itu diantaranya itu usahanya ya seperti itu” (SA/06/06/2016)
Faktor pendukung tingkat relevansi dan daya serap lulusan tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi adalah kualitas guru SMK Negeri 1 Ngawi yang baik, yaitu hampir 20% guru SMK Negeri 1 Ngawi sudah menempuh pendidikan S2
“iya dari anak sendiri yang mencari kerja itu sendiri, kalau dari pihak sekolah itu yang jelas sudah mengarahkan seperti itu, paling tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki itu, skillnya itu” (MS/26/05/2016)
“namun gini mbak, mungkin karena yang masuk sini itu memang sudah anak-anak pilihan ya mbak, jadi mau bekerja apaapun itu sudah bagus,apalagi kalau waktu PSG begitu ya, saya itu ada anak yang PSG di warnet saya itu anak TKJ, karena pinter ya langsung saya rekrut itu, jadi beberapa DU/DI itu memang ada mengatakan kalau anak SMK Negeri 1 Ngawi itu yang PSG disana itu menunjukkan kinerja yang bagus
Faktor pendukung tingkat relevansi dan daya serap lulusan tinggi di SMK Negeri 1 Ngawi adalah keaktifan siswa untuk mencari lapangan pekerjaan secara mandiri.
274
mbak, iya. Berbeda dengan sekolah yang lain” (ME/25/05/2016) 26
“...Tapi kalau kunjungan industri itu melihat secara langsung riil pekerjaan yang ada di perusahaan tertentu, jadi ya hanya menyaksikan saja, mengamati, tapi memang demikian harusnya dari masing-masing jurusan itu, namun, karena ini adalah program sekolah, jadi kunjungan industri itu dijadikan satu tempatnya, nanti yang TEI misalnya, nanti pembimbingnya yang mengarahkan ke TEI, pembimbingnya itu nanti dari pabriknya, saya kira begitu, ternyata enggak, karena situasi, disana itu dijadikan satu jebret, jadi anak itu kunjungan itu malah bingung, gak efektif kan akhirnya. Nah mungkin ke depannya perlu diteliti lagi apakah dimungkinkan untuk berangkat dari masing-masing jurusan saja, misalnya dari akuntansi gitu nanti ke Pabrik apa, bagian apa, kalau kayak gitu mungkin akan lebih efektif mbak. Nah memang ya pabrik yang kemarin itu besar, tapi anak jadi tidak bisa belajar sesuai dengan yang diharapkan, tidak bisa menjadi pengamat yang baik, nah saya pas sambutan juga gak enak mbak,
“...di tempat itu tidak semua dibidangnya itu bisa dilihat, mungkin ada beberapa yang dirahasiakan oleh perusahaan seperti itu, mungkin kan paling tidak tahu lah, tapi ternyata dari pihak sana itu memang dirahasiakan dan tidak boleh. Misalnya dari jurusan akuntansi dibidang pembukuannya sana itu ndak boleh dilihat, jadi Cuma melihat proses produksinya, mulai dari mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, prosesnya sejak awal.” (MS/26/05/2016)
275
Kurang efektifnya pelaksanaan kunjungan industri di SMK Negeri 1 Ngawi.
27
sudah saya sampaikan juga, bahwa sekolah saya sebenarnya itu mengharapakan yang begini-begini begini, tapi karena situasi yang kita juga akhirnya ya udah, gak apa-apa wis monggo...” (ME/25/05/2016) “ya itu tadi, karena keterbatasan daripada lapangan pekerjaan, jadi tidak sesuai dengan lapangan pekerjaan yang tersedia dengan tenaga yang dihasilkan, persaingan banyak sekali, sehingga si lulusan ini akhirnya bekerja dimanapun, dan ditempatkan dimanapun itu mau, dan yang lebih parah lagi itu nanti ditempatkan dimana-mana mau, dan dengan gaji yang berapapun mau. Nah itu yang lebih parah lagi itu.” (AM/02/05/2016)
“hambatan memang ya kalau saya lihat sih, secara umum, perusahaan itu bisa menerima sesuai dengan keahliannya kebanyakan D3, kalau lulusan SLTA itu rata-rata ya jadi operator produksi ee apa ya, tempat tempat itu terbataslah, kalau resepsionis kalau masih ketemu anak SMK cantik ya masih bisa masuk... ya itulah kendalanya itu tadi, rasanya DU/DI menghargai kalau sudah D3, dan memang sedikit sekali kesempatan yang diberikan kepada SLTA untuk sesuai dengan jurusannya.” (SA/02/05/2016)
276
“iya memang terbatas lapangan pekerjaan sekarang ini, karena ya setiap tahun banyak yang lulus, banyak yang kerja. Maunya juga yang sesuai dengan keahliannya kalau bekerja kan ya sulit kalau pengennya seperti itu” (MS/19/05/2016)
Hambatan tercapainya daya serap dan relevansi lulusan dengan lapangan pekerjaan di SMK Negeri 1 Ngawi adalah terbatasnya lapangan pekerjaan dan banyaknya saingan dari Sarjana dan Diploma