POTENSI PAJANAN SULFUR DIOKSIDA (SO2) PADA MASYARAKAT DI SEKITAR WILAYA INDUSTRI DI MUSIM KEMARAU
RONY HERYANTO HUTAPEA
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Pajanan Sulfur Dioksida (SO2) pada Masyarakat di Sekitar Wilayah Industri di Musim Kemarau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Rony Heryanto Hutapea NIM G24100007
ABSTRAK RONY HERYANTO HUTAPEA. Potensi Pajanan Sulfur Dioksida (SO2) pada Masyarakat di Sekitar Wilayah Industri di Musim Kemarau. Dibimbing oleh ANA TURYANTI dan MAHALLY KUDSY. Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang memiliki banyak industri. Salah satu gas yang dihasilkan dari aktivitas industri adalah SO2 yang berdampak buruk bagi kesehatan paru-paru jika terhirup secara terus menerus. Jumlah penderita ISPA dan TBC Paru di Kab. Tangerang tinggi dan umumnya, konsentrasi emisi di musim kemarau tinggi. Penelitian terkait pencemaran udara dan kesehatan masyarakat memerlukan peralatan, waktu, tenaga serta biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu potensi pajanan pencemar udara dapat diduga melalui model. Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi pajanan sulfur dioksida (SO2) masyarakat di sekitar wilayah industri Kabupaten Tangerang pada musim kemarau. Metode yang digunakan adalah menggunakan model Chimere untuk menganalisa sebaran konsentrasi SO2, selanjutnya menghitung massa polutan yang terhirup individu, serta pendugaan jumlah polutan yang terhirup dari suatu sumber emisi menggunakan ITF (Inhalation Transfer Factor) dan PITF (Population Inhalation Transfer Factor). Hasil analisa menggunakan model Chimere menunjukkan konsentrasi SO2 di lokasi penelitian pada musim kemarau sebesar 0.2–27 µg m-3, dengan jumlah massa polutan yang terhirup individu sebesar 0.16–21 µg jam-1. Hasil pendugaan ITF (Inhalation Transfer Factor) dan PITF (Population Inhalation Transfer Factor) bersumber PT X berturut-turut 2.7x10-8 dan 9x10-5 dalam keadaan atmosfer sangat tidak stabil (A), sedangkan dalam keadaan atmosfer stabil (F) sebanyak 1.2x10-9 dan 4x10-5. Sedangkan dari sumber PT Y ITF dan PITF berturut-turut sebesar 4x10-8 dan 1.3x10-4 dalam keadaan atmosfer sangat tidak stabil (A), sedangkan dalam keadaan atmosfer stabil (A) sebanyak 1.9x10-8 dan 6.5x10-4. Nilai PITF tersebut masih dalam magnitude perkotaan sebesar ~10-6–~10-3. Kata Kunci: Industri, ITF, Konsentrasi, PITF, dan SO2.
ABSTRACT RONY HERYANTO HUTAPEA. The Potential Exposure of Sulfur Dioxide (SO2) on The Community around Industrial Area in Dry Season. Supervised by ANA TURYANTI and MAHALLY KUDSY. As an industrial area, Tangerang district has high upper respiratory tract infection (URI or URTI) and tuberculosis cases. Sulfur dioxide (SO2) is one of industrial waste gases causing those diseases, the concentration tends to increase along dry season. By employing a model, a research related to the air pollutant exposure and public health can be more practical and efficient. This study aims to analyze the exposure of SO2 to the residents around Tangerang district in dry season including distribution of SO2 concentration emitted using Chimere model, the mass of pollutants inhaled by individual, Inhalation Transfer Factor (ITF), and Population Inhalation Transfer Factor (PITF). Results of Chimere model showed that SO2 concentration along dry season reached 0.2-2.7 µg m-3 and the mass of pollutants inhaled by individual ranging from 0.16–21 µg hr-1. ITF and PITF estimations for PT X in unstable atmospheric condition (A) were 2.7x10-8 and 9x10-5 respectively, whereas 1.2x10-9 and 4x10-5 in stable atmospheric condition (F) respectively. ITF and PITF estimations for PT Y in unstable atmospheric condition (A) were 4x10-8 and 1.3x10-4, whereas in stable atmospheric condition (F) were 1.9x10-8 and 6.5x10-4 respectively. Those PITF values were categorized as urban ambient air ranging from ~10-6- ~10-3. Keywords: Industry, ITF, Concentration, PITF, and SO2.
POTENSI PAJANAN SULFUR DIOKSIDA (SO2) PADA MASYARAKAT DI SEKITAR WILAYAH INDUSTRI DI MUSIM KEMARAU
RONY HERYANTO HUTAPEA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Potensi Pajanan Sulfur Dioksida (SO2) pada Masyarakat di Sekitar Wilayah Industri di Musim Kemarau. Nama : Rony Heryanto Hutapea NIM : G24100007
Disetujui oleh
Ana Turyanti, SSi MT Pembimbing I
Dr Ir Mahally Kudsy, MSc Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Tania June, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai Oktober 2014 ini berjudul Potensi Sulfur Dioksida (SO2) pada Masyarakat di Sekitar Wilayah Industri di Musim Kemarau. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Ibu Ana Turyanti, SSi MT dan Bapak Dr Ir Mahally Kudsy, MSc sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, mengarahkan dan memberikan saran serta kritik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Dr Tania June, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik dalam perbaikan skripsi ini. 3. Bapak Prof Ahmad Bey sebagai dosen pembimbing akademik yang selalu mendukung dan memberi nasehat kepada penulis selama kuliah dan dukungan dalam menyelesikan skripsi ini. 4. Panahatan Hutapea (Bapak), Almh. Alce Maria br. Hombing (Ibu), Bibi Laura, Bg Freddy, Kak Nita, Kak Juli, Kak Nora, Kak Melda, Bg Bonar, Nova, Melati, Bg Joel, Bg Jona berserta seluruh keluarga besar atas kasih sayang, perhatian, bantuan doa, dan dorongan semangat untuk terus berjuang menyelesaikan tugas ini. 5. Bapak Rudi Setiawan, BA yang selalu memberikan waktunya untuk membantu dalam pengumpulan data penelitian yang diperlukan. 6. Bapak Suyantoko dan Ibu Puji Lestari pihak Statmet Curug Budiarto Tangerang dan Pak Rahmat dan Mas Andri dari pihak industri atas bantuan data yang telah diberikan dalam penyelesaian tugas. 7. Khariza Dwi Sepriani dan Duwi Kaeruni saudara dan rekan satu tim bimbingan. 8. Saudara tercinta GID (Edwin, Markus, Dito, Aftian, Samaja, Icha, Thasia, Bebet, Wikhen, Yuni, Susi, Soni),dan sahabatku Suci, Ruth, Mega, Anggi, Samuel, Charty, Johanna, Melia atas doa dan dukungannya selama ini. 9. Margaret, Mue, Alfiyati, Angga, Icha, Isnaini, Andrini, Putri, Anik, Ernatya, Ismail, Pipit, Deti, Shailla, Anggi, Lira, Aji, Givo, Haikal, Fikriyatul, Shaila, Dede, Indi, Syafei, Firdaus, Dirgha, Ryan, Aulia, Dewi, Desul, Frimadi, GFM 47 lainnya dan GFM 48 atas bantuan serta doanya. 10. Pak Asep, Pak Udin, Pak Azis, Pak Nandang, Bu Wanti, Pak Kiki selaku staf di GFM atas bantuan dan doanya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2015 Rony Heryanto Hutapea
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Pencemaran Udara
2
Sulfur Dioksida (SO2)
3
Faktor Meteorologi
5
Tinjauan Umum Wilayah Industri Kabupaten Tangerang
6
Analisis Pajanan
7
METODE
7
Bahan
7
Alat
8
Prosedur Analisis Data
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Kondisi Penduduk dan Kesehatan Masyarakat sekitar Kawasan Kabupaten Tangerang 10 Kondisi Meteorologi
12
Hasil Analisa Model Chimere
14
Massa yang Terhirup (Mass Inhaled), ITF (Inhalation Transfer Factor) dan PITF (Population Inhalation Transfer Factor) 15 SIMPULAN DAN SARAN
19
Simpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
41
DAFTAR TABEL 1 Dampak SO2 pada kesehatan manusia (Öztürk 2005 dalam Türk dan Kavraz 2011 )................................................................................................ 4 2 Klasifikasi stabilitas atmosfer (Cooper dan Aley 1994). 5
DAFTAR GAMBAR 1 Rangkaian tahapan penelitian. ........................................................................ 9 2 Profil penduduk berdasarkan kelompok umur laki-laki dan perempuan di Kab. Tangerang tahun 2011. .................................................................... 10 3 Profil penduduk berdasarkan kelompok umur laki-laki dan perempuan di Kec. Balaraja tahun 2011 ......................................................................... 11 4 Profil penduduk Kec. Balaraja berdasar tingkat pendidikan (a) dan pekerjaan (b) di Kec. Balaraja tahun 2011. .................................................. 11 5 Profil jenis gangguan kesehatan (a) dan profil penyakit pernapasan (b) yang diderita penduduk di Kec. Balaraja tahun 2013. .................................. 12 6 Rata-rata curah hujan (CH) bulanan Kab. Tangerang tahun 2009 hingga 2013. ................................................................................................. 13 7 Arah dan kecepatan angin harian Kab. Tangerang musim hujan (a) dan musim kemarau (b). ...................................................................................... 13 8 Sebaran konsentrasi SO2 tanggal 28 Juli 2013 hingga tanggal 29 Juli 2013 di Kab. Tangerang. .............................................................................. 15 9 Sebaran konsentrasi SO2 tanggal 1 Agustus 2013 hingga tanggal 2 Agustus 2013 di Kab. Tangerang. ................................................................ 15 10 Massa SO2 yang terhirup individu tanggal 28 Juli 2013 hingga tanggal 29 Juli 2013 di Kab. Tangerang. ................................................................. 16 11 Massa SO2 yang terhirup individu tanggal 1 Agustus 2013 hingga tanggal 2 Agustus 2013 di Kab. Tangerang. ............................................... 16 12 Hubungan konsentrasi SO2 dengan jarak dari emisi boiler di PT X dalam keadaan tidak stabil (A) dan stabil (F) dan PT Y dalam keadaan tidak stabil (A) dan stabil (F) tanggal 18 Agustus 2014. 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 Peta Kabupaten Tangerang dan sekitarnya. ................................................... 22 2 Data konsentrasi SO2 ambien dan emisi dari laporan Usaha Pengolaan Lingkungan Hidup (UKL)/Usaha Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) setiap perusahaan di Kabupaten Tangerang tahun 2010-2013. ........ 23 3 Profil penduduk berdasarkan kelompok umur laki-laki dan perempuan di Kab. Tangerang tahun 2011. .................................................................... 30 4 Profil penduduk berdasarkan kelompok umur laki-laki dan perempuan di Kec. Balaraja tahun 2011. ........................................................................ 31 5 Profil penduduk Kec. Balaraja berdasar tingkat pendidikan (atas) dan pekerjaan (bawah) di Kec. Balarja tahun 2011............................................. 32 6 Profil penyakit yang diderita penduduk di Kec. Balaraja tahun 2013. .......... 33
7 Curah hujan (CH) bulanan tahun 2009 hingga 2013 di Kabupaten Tangerang dari Stasiun Meteorologi Curug Budiarto. ................................. 34 8 Sebaran konsentrasi SO2 tanggal 28 (A), 29 (B), 30 (C), 31 (D) Juli 2013 dan tanggal 2Agustus (E) 2013 di Kab. Tangerang. ........................... 35 9 Massa SO2 yang terhirup individu tanggal 28 (A), 29 (B), 30 (C), 31 (D) Juli 2013, dan 1 Agustus (E) 2013 di Kab. Tangerang.......................... 37 10 ITF dan PITF PT X dalam keadaan A (tidak stabil) (a) dan F (stabil) (b) tanggal 18 Agustus 2014. ....................................................................... 39 11 ITF dan PITF PT Y dalam keadaan A (tidak stabil) (a) dan F (stabil) (b) tanggal 18 Agustus 2014. 40
PENDAHULUAN
Latar Belakang Seiring pertumbuhan penduduk di Indonesia yang sangat cepat, pertumbuhan industri baik dalam skala kecil, menengah, maupun besar juga turut meningkat. Perkembangan industri yang pesat, memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan daerah dan perekonomian masyarakat sekitarnya, namun disisi lain dapat menimbulkan masalah sosial, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Lingkungan yang rawan tercemar akibat industri adalah udara. Salah satu gas pencemar dari aktivitas industri adalah sulfur dioksida (SO2). Pencemar tersebut dapat menyebar ke segala arah tergantung faktor meteorologi setempat seperti arah angin rata-rata, fluktuasi kecepatan turbulen, dan stabilitas atmosfer (Oke 1978). Secara umum konsentrasi pencemar udara dipengaruhi oleh kondisi musim. Menurut Muhaimin (2014) hasil konsentrasi SOx di musim kemarau tinggi. Pada musim hujan berlangsung proses wash out yaitu proses pencucian polutan oleh hujan (Liu dan Liptak 2000 dan Tjasyono 2000) sehingga udara menjadi lebih bersih. Konsentrasi SO2 yang terhirup dan terakumulasi secara terus menerus akan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan masyarakat seperti: terganggunya fungsi paru-paru, saluran pernapasan, iritasi, asma, kenaikan sekresi micus, bronkitis hingga kematian (WHO 2005, Saeni 1989, dan Seinfield 1986). Dan menurut Lee et al. (2002), peningkatan pajanan SO2 berhubungan dengan tingginya resiko terkena penyakit kanker paru-paru pada pekerja di industri pulp dan paper. Penduduk yang tinggal cukup lama dengan radius kurang dari 300 m dari kawasan industri memiliki resiko 1.37 kali mengalami penurunan kapasitas fungsi paru dan lebih resiko 1.62 kali mengalami penurunan fungsi paru akibat konsentrasi SO2 (Daud dan Sedionoto 2010). Penelitian terkait sebaran pencemar dan resiko kesehatan masyarakat memerlukan waktu, tenaga, dan biaya yang cukup tinggi sehingga teknik pendugaan melalui pendekatan pemodelan diharapkan lebih memudahkan. Pendugaan sebaran SO2 dan hubungannya dengan resiko pajanan masyarakat sekitar industri ataupun perkotaan perlu dilakukan agar dapat membantu pengelolaan lingungan oleh pemerintah setempat. Salah satu sentral industri di Indonesia berada di wilayah Kab. Tangerang. Wilayah industri ini meliputi Kecamatan Cikupa, Manis, Jatake, Kosambi, Pasar Kemis, Balaraja, Tiga Raksa, dan kecamatan lainnya. Menurut BPS (2012), jumlah perusahaan/industri tahun 2011 di 29 Kecamatan Kabupaten Tangerang sebesar 692 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja 173,134 jiwa dari jumlah penduduk 2,960,474 jiwa, sehingga akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pendapatan daerah dan tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Tangerang sangat di dominasi oleh industri tekstil dilanjuti oleh industri mesin dan kimia (Nurcahyo et al. 2011). Namun, dampak lain dari aktivitas di wilayah industri adalah potensi penurunan kualitas udara di Kab. Tangerang.
2 Konsentrasi ambien SO2 dari laporan semester industri di kabupaten Tangerang masih di bawah ambang batas kurang dari 900 μg m-3 dengan waktu pengukuran satu jam, namun dalam pengukuran satu tahun terdapat beberapa perusahaan melebihi ambang batas sebesar 60 μg m-3 (BPLHD 2013). Dari jumlah pasien rawat jalan di RSUD Kab. Tangerang, penyakit yang berkaitan dengan paru-paru seperti: ISPA sebanyak 1,504 pasien dan TBC Paru sebanyak 1,401 pasien termasuk sepuluh penyakit terbanyak (BPS 2012). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan analisis potensi pajanan gas SO2 terhadap masyarakat dari aktivitas industri di Kab. Tangerang. Tujuan Penelitian Menganalisis potensi pajanan sulfur dioksida (SO2) terhadap masyarakat di wilayah industri Kabupaten Tangerang pada musim kemarau.
TINJAUAN PUSTAKA Pencemaran Udara Definisi Pencemaran Udara Secara alami atmosfer terdiri dari berbagai gas. Ada gas-gas yang permanen jumlahnya dan ada gas-gas yang berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi gasgas tersebut didorong oleh aktivitas di permukaan bumi, baik yang alami (biogenic) maupun akibat aktivitas manusia (anthropogenic). Secara alami atmosfer mampu memperbaiki keseimbangan gas-gas tersebut. Namun demikian, jika aktivitas manusia terus-menerus menambah jumlah gas yang masuk atmosfer, maka akan berpotensi menambah konsentrasi gas tersebut, sehingga melebihi baku mutu, sehingga berpotensi terjadi pencemaran udara. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 41 Tahun 1999, pencemaran udara adalah masuknya zat atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Zat pencemar (polutan) adalah zat yang dapat menurunkan kualitas lingkungan, atau menurunkan nilai lingkungan itu. Sumber dan Jenis Pencemaran Udara Secara umum sumber pencemar udara digolongkan menjadi sumber alami (biogenic) dan sumber dari aktivitas manusia (anthropogenic). Sumber pencemar secara alami adalah letusan gunung berapi, pembusukan, dan pembakaran (Godish 1997). Sumber anthropogenic merupakan sumber yang banyak berkontribusi dalam peningkatan pencemar, terutama bidang industri dan transportasi (Soedomo 2001). Menurut Tjasyono (1999), ada 3 pola sumber pencemar, seperti: 1. Sumber titik (point source): zat pencemar yang keluar ke atmosfer dari aktivitas industri melalui cerobong pembuangan. 2. Sumber garis (line source): sumber pencemar mengeluarkan pancaran zat pencemar berupa garis yang memanjang, seperti jalan raya.
3 3. Sumber area (area source): sumber pancaran zat pencemar berupa area atau bidang di suatu wilayah, seperti kawasan industri dan areal kebakaran hutan. Pencemar udara dapat berupa padatan dan gas. Pencemaran berupa padatan adalah debu, asap kendaraan bermotor dan pabrik (industri), dan proses pembusukan sampah. Sedangkan pencemaran bahan kimia berbentuk gas seperti: sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksida (NOx), karbon dioksida (CO2), dan sebagainya. Salah satu pencemar utama dari industri adalah SO2. Sulfur Dioksida (SO2) Karakteristik SO2 Sulfur dioksida adalah gas yang tidak berwarna, berbau tajam dengan rumus SO2 yang tersusun dari 1 atom sulfur dan 2 atom oksigen. SO2 terutama dihasilkan dari letusan gunung berapi dan beberapa proses industri, contohnya adalah pada tahun 1991 letusan gunung Pinatubo di Philipina melepaskan sebesar 26 juta ton SO2 ke atmosfer, sehingga terjadi pendinginan permukaan secara global sebesar 0.50C satu tahun setelah letusan (Department of Climate Change Australia 2007). Bahan bakar minyak terutama bahan bakar fosil banyak mengandung unsur sulfur, yang dapat menghasilkan gas SO2. Tahun 1995 jumlah emisi SO2 di Indonesia sebesar 797 ribu metrik ton, di Asia sebesar 55,129 juta metrik ton, dan di dunia sebesar 141,875 juta metrik ton (Earth Trends Country Profile 2003). Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia saat konsentrasi berkisar antara 0.3-1 ppm (Sopiah 2005). Berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 baku mutu (BM) sulfur dioksida (SO2) udara ambien adalah 900 μg m-3 dalam waktu pengukuran 1 jam, 365 μg m-3 dengan pengukuran 24 jam, dan dalam setahun sebesar 60 μg m-3. Menurut Saeni (1989), reaksi-reaksi fotokimia berpeluang menghasilkan oksidasi SO2 di atmosfer. Pada keadaan sinar matahari alami konsentrasi SO2 5-30 ppm, dan kelembaban nisbi 32-91% terjadi reaksi sempurna dengan persamaan sebagai berikut: SO2 + ½ O2 + H2O
H2SO4
Dampak dan Penanggulangan SO2 Di atmosfer gas sulfur dioksida (SO2) dapat menjadi asam sulfat jika bereaksi dengan air hujan, sehingga menghasilkan hujan asam yang berdampak negatif pada kerusakan hutan, penurunan unsur hara tanah, merusak gedunggedung, monumen, berbagai material logam berat dan melunturkan warna cat (Jones 2008 dan Tjasyono 2000). Pada tumbuhan akan menyebabkan perubahan warna daun dari hijau menjadi kuning dan bercak-bercak putih pada daun sehingga dapat menghambat proses fotosintesis (Sugiarta 2008). Penyakit asma sangat peka terhadap kandungan SO2 yang tinggi di atmosfer. Menurut WHO (2005), Saeni (1989), Owen (1980) dalam Dahlan (1989) dan Seinfield (1986), akumulasi SO2 yang terpajan dapat mengganggu fungsi paru-paru, saluran pernapasan, iritasi, asma, dan kenaikan sekresi micus, bronkitis dan emfisema, hingga kematian. Dari aktivitas industri, dampak gas SO2 dapat dirasakan pekerja dan penduduk di sekitar industri. Resiko penyakit kanker paru-paru tinggi pada pekerja industri pulp dan paper (Lee et al. 2002). Bagi penduduk yang tinggal dalam radius kurang 300 m dari kawasan industri memiliki resiko 1.37 kali
4 mengalami penurunan kapasitas fungsi paru dan lebih resiko 1.62 kali mengalami penurunan fungsi paru (Daud dan Sedionoto 2010), iritasi tenggorokan, batuk kronis, dan iritasi pada mata (Kurniawati dan Azizah 2006). Tabel 1 menunjukkan dampak SO2 terhadap kesehatan. Tabel 1 Dampak SO2 pada kesehatan manusia (Öztürk 2005 dalam Türk dan Kavraz 2011 ). SO2 (ppm) 0.037-0.092
0.007
Durasi Pajanan Rata-rata tahunan
Rata-rata tahunan
0.11-0.19
24 jam
0.19
24 jam
0.19
24 jam
0.25
24 jam
0.5
10 menit
5
24 jam
10
10 menit
20
Dampak Dengan 185 μg m-3 konsentrasi asap, peningkatan penyakit saluran pernapasan dan penyakit paru-paru. Dengan konsentrasi partikel yang tinggi, perkembangan dalam penyakit saluran pernapasan pada anak-anak Dalam konsentrasi partikel yang rendah, peningkatan penyakit saluran pernapasan pada orang tua. Peningkatan penyakit saluran pernapasan kronis pada orang dewasa Dalam konsentrasi partikel rendah, peningkatan dapat diamati pada kematian. Dengan 750 mg m-3 konsentrasi asap, peningkatan angka kematian harian dapat diamati. Tiba-tiba peningkatan morbiditas. Pada pasien asma, peningkatan bernapas resistensi selama latihan (mobilitas). Pada orang sehat, peningkatan resistensi bernapas. Bronchospasm (karakteristik asma dan bronkhitis) Iritasi pada mata, batuk.
Menurut Sukarsono (2004), penanggulangan pengurangan SO2 melalui dua proses yakni penyerapan dan berkas elektron. Kedua proses tersebut memiliki keuntungan dan kerugian. Proses penyerapan lebih sederhana dan dapat menghilangkan SO2 namun menghasilkan limbah cair yang banyak dan biaya operasional tinggi. Sedangkan proses berkas elektron dapat menghilangkan SO2 secara simultan, tidak menghasilkan limbah cair dan biaya operasional rendah namun prosesnya kompleks. Antisipasi yang dilakukan dalam mengurangi dan mengendalikan emisi SO2 adalah menggunakan bahan bakar bersulfur rendah, menggantikan sumber energi lain untuk bahan bakar, pengolahan sulfur sebelum pembakaran, dan pengolahan SOx dari gas buang (Kristanto 2004). Menurut Kurniawati dan Azizah (2006), penanggulangan pengurangan emisi SO2 pada sumber tidak bergerak (industri) dengan menggunakan cerobong asap model “Water Spons Filter (WSF)”, di dalamnya terdapat filter berupa spons dan air kapur sehingga dapat menurunkan kadar SO2 sebesar 55.06 %. Dengan uji statistik parled samples T-Test diperoleh hasil α adalah 0.036 sehingga hasilnya baik dengan nilai α < 0.05.
5 Faktor Meteorologi Sebaran polutan sangat dipengaruhi oleh faktor meteorologi setempat seperti angin, suhu dan stabilitas atmosfer, dan hujan (Oke 1978). Faktor tersebut dapat mempengaruhi dispersi (penyebaran), dilusi (pengenceran), transformasi fisik kimia dan transport pencemar. Angin Kecepatan dan arah angin akan mempengaruhi konsentrasi suatu polutan. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan udara sekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin di daerah sumber pencemar maka kepulan asap jauh terpisah dan lebih encer sebagai pusaran turbulen campuran asap dengan udara sekitarnya, sehingga konsentrasi pencemar berkurang di daerah tersebut, dan jika kecepatan angin rendah akan menghasilkan kepulan asap lebih dekat dan lebih terkonsentrasi, sehingga konsentrasi di daerah itu akan tetap berada di daerah sumber (Oke 1978 dan Ahrens 2007). Suhu dan Stabilitas Atmosfer Suhu di permukaan bumi hingga lapisan troposfer berbanding terbalik dengan ketinggian (lapse rate). Variasi suhu di lapisan ini akan menimbulkan turbulensi termal yang mempengaruhi variasi angin dan menimbulkan efek pada stabilitas udara/atmosfer. Stabilitas atmosfer berperan dalam menyebarkan zat pencemar ke arah vertikal untuk proses percampuran udara tercemar dengan udara bersih. Bila kondisi atmosfer tidak stabil, maka gerakan udara vertikal terjadi dan kemampuan atmosfer untuk mendispersikan pencemar juga terjadi sehingga konsentrasi polutan di daerah tersebut rendah. Sedangkan bila kondisi atmosfer stabil, maka keadaan sebaliknya terjadi (Seinfield 1986 dan Ahrens 2007). Tabel 2 Klasifikasi stabilitas atmosfer (Cooper dan Aley 1994). Kecepatan Siang hari Malam angin (Radiasi surya yang datang) (Keawanan) permukaan Kuat Sedang Lemah Banyak ≥ 4/8 Bersih ≤3/8 (m s-1) <2 A A-B B E F 2-3 A-B B C E F 3-5 B B-C C D E 5-6 C C-D D D D >6 C D D D D Keterangan : A = sangat tidak stabil, B = cukup tidak stabil, C = sedikit tidak stabil, D = netral, E = sedikit stabil, dan F = stabil.
Hujan Hujan merupakan faktor utama dalam pembersihan atmosfer. Proses pembersihannya melalui dua mekanisme, yaitu rain out merupakan proses kondensasi dengan partikel pencemar sebagai inti kondensasinya dan wash out adalah proses pencucian yang terjadi ketika air hujan yang jatuh ke bumi bereaksi dengan partikel-partikel pencemar (Liu dan Liptak 2000 dan Tjasyono 2000).
6 Tinjauan Umum Wilayah Industri Kabupaten Tangerang Kondisi Geografis Kabupaten Tangerang Kabupaten Tangerang terletak di bagian Timur Propinsi Banten, dengan luas wilayah 859.60 km2 dan terletak pada koordinat 106020’- 106043’ BT dan 60006020’ LS, dengan batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang dan Lebak (Lampiran 1). Kabupaten Tangerang memiliki 29 kecamatan, 28 kelurahan dan 246 desa, dengan kemiringan rata-rata 0-3% menurun ke Utara dan ketinggiannya sebesar 0-85 meter diatas permukaan laut (mdpl). Dataran rendah memiliki ketinggian 0-25 mdpl dan dataran tinggi lebih besar 25 mdpl (BPS 2012). Kondisi Iklim Kabupaten Tangerang Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) (2014), Kabupaten Tangerang memiliki suhu rata-rata bulanan adalah 26.70C. Curah hujan (CH) bulanan 191 mm dan CH tahunan sebesar 2,294 mm. Kelembaban relatif (RH) bulanan sebesar 81 % dan tekanan bulanan sebesar 1010.2 mb. Kecepatan angin di setiap jam sangat bervariasi sekitar 3-17 m s-1, namun kecepatan angin tinggi banyak terjadi pada bulan Desember-Februari (DJF) dan kecepatan angin rendah dibulan Juni-Agustus (JJA). Rata-rata kecepatan angin musim kemarau sebesar 3-6 m s-1dan musim hujan sebesar 4-15 m s-1, arah angin saat musim hujan dominan dari barat yang menuju ke timur dan musim kemarau lebih menyebar merata ke segala arah. Kabupaten Tangerang dipengaruhi oleh angin monsun dengan puncak hujan pada bulan DJF dan puncak kemarau di bulan JJA dengan CH tahunan sekitar 500 mm-2,000 mm (Tukidi 2010). Kondisi Demografi Kabupaten Tangerang Menurut BPS (2012) jumlah penduduk tahun 2011 di Kabupaten Tangerang sebanyak 2,960,474 jiwa, terdiri dari laki-laki sebesar 1,516,873 jiwa dan perempuan sebanyak 1,443,601 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar 3,085 jiwa km-2. Pekerjaan masyarakatnya sangat beragam seperti: petani, petani penggarap, PNS, buruh pabrik, wirausaha, dan sebagainya. Sektor industri memiliki peran yang sangat besar bagi penduduk Kabupaten Tangerang, jumlah sub industri sebesar 119 unit dengan penyerapan tenaga kerja 7,488. Jumlah perusahaan dan tenaga kerja menurut golongan pokok industri sebesar 692 perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja 173,134 jiwa. Kualitas Udara di Sekitar Lokasi Industri Data kualitas udara ambien dan emisi cerobong dari 57 laporan semester industri Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL)/Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Kab. Tangerang pada tahun 2013 masih di bawah baku mutu yang berlaku. Baku mutu udara ambien sebesar 900 μg m-3 dalam pengukuran satu jam, 365 μg m-3 dalam pengukuran 24 jam dan 60 μg m-3 dalam pengukuran satu tahun, dan baku mutu emisi sebesar 800 mg m-3 (Lampiran 2). Hasil pengukuran emisi yang melebihi baku mutu (BM) pernah terjadi di Kabupaten Tangerang. Seperti di Kecamatan Balaraja tahun 2010 emisi CO dari aktivitas genset industri sebesar 1,001 mg Nm-3 dengan BM 600 mg Nm-3 ( PT
7 Tirta Intimizu 2010). Kecamatan Balaraja merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Tangerang yang cukup padat industri dan dijadikan kasus khusus pada penelitian ini. Analisis Pajanan Polutan yang ada di udara tidak semuanya dihirup oleh makhluk hidup terutama manusia. Jumlah polutan yang terhirup akan bergantung kepada konsentrasi pencemar di udara ambien, umur dan tingkat kesehatan masyarakat. Jumlah polutan yang terhirup dari suatu aktivitas sumber emisi dapat diduga menggunakan faktor yang disebut ITF (Inhalation Transfer Factor) dan PITF (Population Inhalation Transfer Factor). Menurut Lai et al. (2000), ITF adalah perbandingan antara massa pencemar yang dihirup oleh manusia dengan laju emisi dari sumber, atau banyaknya emisi polutan di udara yang dihirup oleh individu. Sedangkan PITF adalah perbandingan massa polutan yang dihirup oleh masyarakat yang terpapar dalam sebuah populasi dengan laju emisi dari sumber. Tipikal PITF udara ambien perkotaan adalah 10-6–10-3, sementara untuk udara dalam ruang atau kendaraan bermotor yang bergerak adalah 10-3–10-1. Pendugaan ITF dan PITF memiliki hubungan dengan gagasan efektivitas pajanan (EE). Keefektivitas pajanan berhubungan dengan material atau polutan yang berpeluang terhirup oleh individu (Smith 1993). Material tersebut berada di ruang pernapasan (breathing zone) atau tempat udara yang berpotensi masuk ke saluran pernapasan. Polutan tersebut dapat berasal dari benda sekitar yang sering digunakan seperti alat pengering (dry cleaner). Nilai ITF dan PITF sangat dipengaruhi oleh laju napas (Qb) yang dipengaruhi oleh usia dan kondisi fisik individu. Rata-rata Qb dewasa sebesar 0.78 m3 jam-1, remaja SMP dan SMA sebesar 0.90 dan 0.84 m3 jam-1, bagi penderita asma baik dewasa dan penderita asma SMP hingga SMA memiliki nilai Qb sebesar 1.02 dan 1.20 m3 jam-1 (Lin et al. 1992 dalam U.S. EPA 1997). Nilai Qb yang digunakan adalah Qb orang dewasa karena nilai tersebut dapat mewakili semua kondisi individu.
METODE Bahan Data yang digunakan adalah : a. Data konsentrasi emisi boiler sulfur dioksida (SO2), tinggi cerobong, kecepatan alir, suhu cerobong, kecepatan keluar emisi, dan diameter dari PT Sumber X dan Y di Kec. Balaraja tanggal 18 Agustus 2014. b. Data kesehatan Kec. Balaraja pada dua musim yang berbeda yakni musim hujan dan kemarau (data satu tahun). c. Data jumlah penduduk Kab. Tangerang dan Kec. Balaraja, data pekerjaan dan jenjang pendidikan Kec. Balaraja 2011. d. Data kualitas udara ambien. e. Data meteorologi (Arah dan kecepatan angin harian, CH bulanan, Suhu bulanan, RH bulanan, dan Tekanan bulanan). f. Data perjam emisi global Tanggal 28 Juli 2013 sampai 2 Agustus 2013 dari www.lmd.polytechnique.fr/chimere/.
8 g. Data meteorologi keluaran Model MM5: suhu udara, kecepatan angin, kelembaban, radiasi, tekanan, dan curah hujan.
Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah seperangkat PC, Model Chimere, Wind Rose, Screen View, Ms. Office dan GrADS.
Prosedur Analisis Data 1.
Analisa potensi pajanan SO2 masyarakat sekitar Kabupaten Tangerang berdasar output Chimere. a. Data emisi global dari www.lmd.polytechnique.fr/chimere/ dan data meteorologi diolah dengan Model Chimere kemudian divisualisasi pada GrADS. Data Meteorologi tersebut berdasar keluaran Model MM5. Data meteorologi yang digunakan adalah suhu udara, kecepatan angin, kelembaban, radiasi, tekanan, dan curah hujan. b. Menghitung sebaran massa SO2 yang terhirup (mass inhaled) individu Kab. Tangerang. Mass Inhaled = C*Qb…...……………………………………... (1) Ket: C: Konsentrasi ambien dari emisi (g m-3). Qb: Laju napas (m3 jam-1). c. Potensi terhadap kesehatan. 2. Analisa potensi pajanan SO2. 3. Pada bagian ini digunakan contoh kasus dari suatu industri di Kecamatan Balaraja a. Mengukur emisi dari PT X dan Y. b. Menduga nilai konsentrasi di udara ambien dengan menggunakan perangkat lunak Screen View.
Sebelum menggunakan screen view, dilakukan penentuan Q jika sumber terdiri dari beberapa cerobong yang berdekatan (jarak cerobong <100 m dan perbedaan karakteristik ≤ 20%). Karakteristik cerobong yang digunakan adalah dengan M terkecil. Nilai M dihitung untuk masing-masing cerobong (U.S.EPA 1992). Q= Q1+Q2+Q3+...+Qn ...........................................................................(2) ..........................................................................................(3) Keterangan data cerobong : hs: Ketinggian (m) ds: Diameter (m) Q: Laju emisi pencemar (g s-1)
9 Vs: Kecepatan keluar gas (m s-1) Ts: Suhu gas (K) c. Mengukur pendugaan inhalasi individu dan populasi (ITF dan PITF). ……………………...………………………………………(4)
.................................................................(5) Keterangan: C: Konsentrasi ambien dari emisi (g m-3) . Qb: Laju napas (m3 jam-1). Menurut Lin et al. (1992) dalam U.S. EPA (1997) Qb = 0.78 m3 jam-1. E: Emisi polutan dari sumber (g jam-1). P: Kepadatan populasi terpajan (orang m-2). X dan y: koordinat windward dan crosswind. Rangkaian tahapan penelitian ini dapat dilihat pada bagan alir penelitian (Gambar1). MULAI
Data Lapang dari PT X dan Y di Kec. Balaraja
Data meteorologi output Model MM5 dan Data Emisi Global
Data diolah dengan Screen View. Dengan melakukan sbb: Q= Q1+Q2+Q3+..+Qn
Olah dengan Model Chimere dan visualisasi GrADS.
Sebaran Konsentrasi Polutan SO2
. ITF & PITF Konsentrasi Polutan SO2
Massa SO2 yang Terhirup oleh Individu Massa Inhalasi=C*Qb
Potensi terhadap Kesehatan
SELESAI
Gambar 1 Rangkaian tahapan penelitian.
10
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Penduduk dan Kesehatan Masyarakat sekitar Kawasan Kabupaten Tangerang Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tahun 2011 di Kab. Tangerang, memiliki persentase yang tinggi pada kelompok usia 0-4 tahun sampai 45-49. Rata-rata pada kelompok usia tersebut memiliki persentase antara 2.5-5%, sedangkan usia >50 tahun berjumlah ≤2% (Gambar 2). Mayoritas penduduk Kab. Tangerang berada pada usia muda (anak-anak sekolah) dan produktif (pekerja) dengan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan, sedangkan penduduk usia tua lebih sedikit (Lampiran 3). Usia muda dan produktif merupakan golongan yang rentan terhadap pajanan SO2, karena sering melakukan aktivitas di luar rumah yang berinteraksi langsung dengan udara ambien.
Persentase (%)
6.00 4.00 2.00 0.00 0 - 5 - 10 - 15 - 20 - 25 - 30 - 35 - 40 - 45 - 50 - 55 - 60 - 65 - 70 - 75+ 4 th 9 th 14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 69 74 th th th th th th th th th th th th th th Kelompok Usia Laki-Laki
Perempuan
Gambar 2 Profil penduduk berdasarkan kelompok umur laki-laki dan perempuan di Kab. Tangerang tahun 2011. Salah satu kecamatan yang dijadikan kasus khusus analisa potensi pajanan SO2 adalah Kecamatan Balaraja. Profil penduduk tahun 2011 di kecamatan Balaraja menunjukkan jumlah kelompok umur 0-4 tahun hingga 40-44 tahun sekitar 3.5-6.5% dengan persentase terendah di kelompok usia >50 tahun ≤ 2% (Gambar 3). Sebagaimana di kabupaten Tangerang, mayoritas penduduk di Kec. Balaraja juga berusia muda dan produktif yakni 0-4 tahun hingga <50 tahun baik laki-laki dan perempuan, sedangkan usia tua (>50 tahun) lebih sedikit (Lampiran 4). Pajanan SO2 sangat rentan terhadap penduduk yang melakukan kegiatan aktivitas sehari-hari di luar rumah, sehingga penduduk usia muda dan produktif sangat berpotensi terhadap pajanan SO2 yang berinteraksi langsung dengan udara ambien.
Persentase (%)
11
6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0 - 4 5 - 9 10 - 15 - 20 - 25 - 30 - 35 - 40 - 45 - 50 - 55 - 60 - 65+ th th 14 19 24 29 34 39 44 49 54 59 64 th th th th th th th th th th th th
Kelompok Usia Laki-laki
Perempuan
. Gambar 3 Profil penduduk berdasarkan kelompok umur laki-laki dan perempuan di Kec. Balaraja tahun 2011 Penduduk Kec. Balaraja berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Balaraja tahun 2011 (Gambar 4) mayoritas memiliki jenjang pendidikan tamatan SMU sebesar 52% dan terendah tamatan perguruan tinggi 4%, dengan mayoritas pekerjaan sebagai petani penggarap 30%, buruh industri 24%, dan pedagang sebanyak 18%. Untuk pekerjaan di bidang pemerintah di bawah 2% dan pengangguran cukup tinggi sebanyak 7%. Secara keseluruhan masyarakat di daerah tersebut di golongkan dalam kalangan menengah ke bawah. Orang yang bekerja diluar rumah akan berpotensi tinggi terhadap pajanan udara yang terkontaminasi oleh emisi, karena pekerja tersebut secara langsung menghirup udara bebas di sekitarnya. Profil penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan di Kecamatan Balaraja tahun 2011 secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 5. Purnawirawan ABRI 1%
Perguruan Tinggi 4% Buta Huruf 6% Tidak Tamat SD 9%
Perangkat Desa 1%
Pensiunan PNS ABRI 2% 1%
Pertukangan 1%
Pengangguran 5% Pengangguran Tidak Kentara 7%
Petani 4%
PNS 4% Petani Penggarap 30%
SD/MI 14% SMU 52%
SLTP 15%
Buruh Industri 24%
Pedagang 18%
Buruh Tani 1%
Industri Rakyat 1%
a
b
Gambar 4 Profil penduduk Kec. Balaraja berdasar tingkat pendidikan (a) dan pekerjaan (b) di Kec. Balaraja tahun 2011.
12 Jumlah penderita penyakit di Kabupaten Tangerang dapat diketahui dari laporan bulanan penyakit di puskesmas setiap kecamatan, rumah sakit umum dan swasta. Sebagai kasus, digunakan data kesehatan dari Puskesmas Kec. Balaraja yang meliputi Kel. Balaraja, Desa Talagasari, Saga, Sentul, dan Sentul Jaya. Data tersebut menunjukkan jumlah terbanyak adalah pasien dengan keluhan infeksi saluran Pernapasan Atas Akut (ISPA). Hasil tersebut di dapatkan dari 40 penyakit terbanyak di Puskesmas Balaraja tahun 2013 (Gambar 5a dan 5b). Penyakit lain-lain merupakan akumulasi dari semua penyakit selain yang berhubungan dengan saluran pernapasan, seperti: nifas/kehamilan, kulit, gigi, diabetes, dan sebagainya sebesar 30,859 penderita (Lampiran 6). Jika ditinjau dari aspek musim, hampir semua penyakit disepanjang tahun sama. Namun penyakit yang terjangkit akibat gangguan pernapasan seperti ISPA dan batuk cenderung rendah di bulan Desember (musim hujan) dibanding bulan lainnya. 10000 8945 9000 8000 7000 6000 5000 4000 2130 3000 2000 763 610 272 267 246 211 202 196 1000 0
30859
Jumlah Penderita
Jumlah Penderita
35000 30000 25000 20000
13842
15000 10000 5000 0 Non Pernafasan Pernafasan
Jenis Gangguan Kesehatan
a
Jenis Penyakit Pernafasan
b
Gambar 5 Profil jenis gangguan kesehatan (a) dan profil penyakit pernapasan (b) yang diderita penduduk di Kec. Balaraja tahun 2013. Kondisi Meteorologi Curah Hujan (CH) Berdasar data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) selama 5 tahun yakni 2009-2013 (Lampiran 7), pola curah hujan di Kab. Tangerang memiliki pola monsun dengan puncak curah hujan di bulan Desember, Januari dan Februari dan puncak kemarau di Juni, Juli dan Agustus (Gambar 6). Musim hujan berlangsung pada bulan November-April sedangkan musim kemarau Mei-Oktober dan hampir sepanjang tahun Kab. Tangerang memiliki curah hujan >150 mm. Curah hujan <150 mm terjadi pada bulan Juli Agustus September. Curah hujan selama penelitian tanggal 28 Juli 2013 hingga 1 Agustus 2013 memiliki curah hujan yang rendah bahkan tidak terukur, namun tanggal 30 Juli 2013 curah hujan harian tinggi sebesar 62.4 mm (BMKG 2014).
13 350 300 CH (mm)
250 200 150 100 50 0 Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust Sep
Okt
Nop
Des
Bulan Rata-rata CH Bulanan
Gambar 6 Rata-rata curah hujan (CH) bulanan Kab. Tangerang tahun 2009 hingga 2013. Arah dan Kecepatan Angin Berdasar data arah dan kecepatan angin dari BMKG yang dianalisis menggunakan windrose, didapatkan bahwa arah angin dominan pada bulan-bulan basah yaitu bulan November-April adalah dari Barat ke Timur (Gambar 7a), sedangkan pada bulan Mei-Oktober arah angin menyebar ke segala arah, tidak ada yang mendominasi (Gambar 7b). Bulan Mei-Oktober merupakan bulan yang memiliki curah hujan lebih rendah (musim kemarau).
a
b
Gambar 7 Arah dan kecepatan angin harian Kab. Tangerang musim hujan (a) dan musim kemarau (b). Sepanjang tahun arah angin harian Kab. Tangerang memiliki arah yang dominan angin dari Barat yang menuju ke Timur dengan kecepatan yang bervariasi, karena adanya faktor lokal dan topografi yang kuat. Di bagian barat Kab. Tangerang yakni Kab. Serang memiliki letak yang lebih tinggi dan daerah yang lebih hijau, sehingga pergerakan angin bergerak dari tekanan tinggi ke
14 tekanan rendah. Kecepatan angin rata-rata saat musim kemarau sebesar 3-6 m s-1 dan musim hujan sebesar 4-15 m s-1. Hasil Analisa Model Chimere Hasil analisis menggunakan model Chimere menunjukkan sebaran konsentrasi SO2 per enam jam yaitu pagi jam 00 UTC (07.00 WIB), siang jam 6 UTC (13.00 WIB), malam jam 12 UTC (19.00 WIB), dan dini hari jam 18 UTC (01.00 WIB). Hasil luaran model untuk tanggal 28 Juli 2013 s/d 2 Agustus 2013 ditunjukkan pada Lampiran 8. Gambar 8 diawali dari jam 01 UTC atau t=2 dan gambar selanjutnya diawali dari jam 00 UTC atau t =1, hal ini dikarenakan pada model prediksi menggunakan spin up model agar model mencapai kesetimbangan statistik terlebih dahulu sebelum akhirnya data prediksi digunakan (Navy Oceanography 2012). Sebaran konsentrasi SO2 berbeda setiap hari dengan kisaran konsentrasi antara 0-27.5 μg m-3. Konsentrasi SO2 di Kabupaten Tangerang memiliki selang 0.2-27 μg m-3, nilai tersebut masih di bawah ambang batas sebesar 900 μg m-3 dengan pengukuran satu jam, namun dari ambang batas dengan waktu satu tahun sebesar 60 μg m-3 nilai konsentrasi SO2 tersebut cukup tinggi yakni hampir mencapai setengahnya. Hal itu menunjukkan bagi masyarakat yang menetap lebih dari satu tahun akan berpotensi terpajan SO2 yang cukup tinggi dan terakumulasi. Terdapat peningkatan konsentrasi selama periode analisis, hingga mencapai maksimum pada konsentrasi maksimum tanggal 1 Agustus 2013. Salah satu penyebabnya adalah aktivitas industri pada hari kerja dan hari libur, dimana pada hari libur (hari Minggu) tanggal 28 Juli 2013 konsentrasi minimum (Gambar 8) sedangkan konsentrasi maksimum di hari kerja (Gambar 9). Dan di bulan tersebut wilayah Tangerang mengalami musim kemarau sehingga tidak terdapat proses pencucian oleh air hujan. Hari Selasa tanggal 30 Juli 2013 memiliki konsentrasi ambien SO2 rendah, dikarenakan curah hujan yang tinggi di hari tersebut sehingga terdapat proses pencucian oleh air hujan. Konsentrasi di sekitar Kec. Balaraja memiliki konsentrasi yang cukup rendah berkisar 0-5 μg m-3 begitu juga dengan daerah lainnya, namun daerah yang memiliki konsentrasi tinggi merupakan wilayah Kota Tangerang dan Kosambi, konsentrasi tinggi di daerah tersebut karena kontribusi industri dan transportasi cukup tinggi serta polutan yang terbawa oleh angin dari arah Barat. Hasil tersebut berpotensi terhadap penduduk yang melakukan aktivitas di luar rumah, karena akan secara langsung menghirup gas SO2, namun rentan terhadap anak-anak yang mengakibatkan perkembangan dalam penyakit saluran pernapasan dalam durasi pajanan satu tahun. Stabilitas atmosfer mempengaruhi sebaran konsentrasi SO2 di Kab. Tangerang. Keadaan stabil/pagi hari (00 UTC) sebaran konsentrasi SO2 cukup tinggi dan sebaran konsentrasi minimum pada keadaan tidak stabil/siang hari (06 UTC). Sebaran konsentrasi kembali membesar ketika dalam keadaan stabil/malam hari dan sangat stabil/malam hari (12 UTC dan 18 UTC) dengan nilai tertinggi sebesar 27 µg m-3. Konsentrasi yang tinggi di permukaan di pagi hari dan malam hari pada saat atmosfer stabil, terjadi karena terhambatnya gerak vertikal yang mengakibatkan kemampuan atmosfer untuk pencampuran vertikal berkurang (Seinfield 1986 dan Ahrens 2007 ).
15
01 UTC
06 UTC
12 UTC
18 UTC
Gambar 8 Sebaran konsentrasi SO2 tanggal 28 Juli 2013 hingga tanggal 29 Juli 2013 di Kab. Tangerang.
00 UTC
06 UTC
12 UTC
18 UTC
Gambar 9 Sebaran konsentrasi SO2 tanggal 1 Agustus 2013 hingga tanggal 2 Agustus 2013 di Kab. Tangerang. Massa yang Terhirup (Mass Inhaled), ITF (Inhalation Transfer Factor) dan PITF (Population Inhalation Transfer Factor) Tidak seluruh polutan yang di udara akan dihirup oleh makhluk hidup. Maka perlu ada pendugaan potensi inhalasi oleh individu maupun masyarakat sekitar kawasan industri. Potensi ini dapat diestimasi dengan menghitung massa yang terhirup (mass inhaled). Pada kasus wilayah Tangerang ini masa yang terhirup diduga dengan menggunakan asumsi laju napas sebesar 0.78 m3 jam-1. Berdasar data keluaran dari model Chimere potensi inhalasi oleh individu Kab. Tangerang tanggal 28 Juli 2013 hingga 2 Agustus 2013, ditunjukkan pada Lampiran 9. Kisaran massa inhalasi oleh individu Wilayah Tangerang sebesar 0.16-21 µg jam-1. Kecamatan Balaraja memiliki massa pencemar yang terhirup kecil berkisar 0-4 μg jam-1 begitu juga daerah lainnya, namun Kota Tangerang dan Kec. Kosambi memiliki massa pencemar yang terhirup besar berkisar 0.4-21 μg jam-1. Potensi SO2 yang terhirup individu di hari libur rendah (Gambar 10), namun pada hari kerja potensi yang terhirup individu tinggi (Gambar 11) khususnya pada malam hari (12 UTC) dan dini hari (18 UTC), sehingga berdampak buruk bagi penduduk yang beraktivitas di luar ruangan terutama pekerja shift malam karena
16 akan secara langsung menghirup udara yang terkontaminasi SO2. Hasil tersebut juga rentan terhadap anak-anak yang mengakibatkan perkembangan dalam penyakit saluran pernapasan dalam durasi pajanan satu tahun. Potensi SO2 yang terhirup individu rendah pada tanggal 30 Juli 2013, dikarenakan curah hujan yang tinggi di hari tersebut sehingga udara menjadi lebih bersih.
01 UTC
06 UTC
12 UTC
18 UTC
Gambar 10 Massa SO2 yang terhirup individu tanggal 28 Juli 2013 hingga tanggal 29 Juli 2013 di Kab. Tangerang.
00 UTC
06 UTC
12 UTC
18 UTC
00 UTC
00 UTC
Gambar 11 Massa SO2 yang terhirup individu tanggal 1 Agustus 2013 hingga tanggal 2 Agustus 2013 di Kab. Tangerang. Potensi pajanan konsentrasi SO2 di Kab. Tangerang berpotensi terhadap individu yang melakukan aktivitas sehari-hari di luar rumah. Penduduk yang rentan pajanan SO2 adalah usia muda yang diawali anak-anak hingga dewasa (0-4 tahun hingga 45-49 tahun), dimana hampir semua kegiatan dilakukan di luar rumah seperti sekolah dan bekerja. Jika udara yang mereka hirup terkontaminasi dengan SO2 dan terakumulasi secara terus menerus maka berdampak negatif terhadap kesehatan. Efek negatif yang dimaksud seperti: terganggunya fungsi paru-paru, ISPA, iritasi, bronkitis, asma, hingga kematian. Hasil tersebut berkorelasi dengan hasil tingginya penderita ISPA, TBC, dan asma tahun 2013 di Kec. Balaraja dan penyakit ISPA dan TBC Paru tahun 2011 di Kab. Tangerang (BPS 2012). Dalam kajian yang lebih spesifik, apabila laju emisi pencemar dari suatu sumber emisi diketahui maka faktor konsentrasi emisi di udara yang terhirup individu maupun populasi dapat dianalisis dengan pendugaan ITF dan PITF.
17 Sampel emisi yang digunakan dari boiler PT X dan Y di Kecamatan Balaraja. Hasil analisis menggunakan analisis dispersi Gauss tersebut ditunjukkan pada Gambar 12 dengan keadaan atmosfer sangat tidak stabil (A) mewakili siang hari dan stabil (F) mewakili pagi hari/malam hari. Konsentrasi SO2 yang menyebar dari sumber searah angin dominan mengalami peningkatan hingga jarak 80-500 m dan mulai menurun hingga di jarak satu kilometer. Konsentrasi SO2 maksimum PT X dalam keadaan A sebesar 3.75x10-7 µg m-3 dengan jarak 100 m dari sumber dan keadaan F sebesar 1.75x10-7 µg m-3. Konsentrasi SO2 maksimum PT Y sebesar 5.8x10-7 µg m-3 dengan jarak 80 m dari sumber dalam keadaan A dan dalam keadaan F sebesar 2.5x10-7 µg m-3 dengan jarak 400 m dari sumber. Dalam keadaan A memiliki pola sebaran vertikal dan pencemar jatuh dekat dari sumber, sedangkan keadaan F memiliki pola sebaran horizontal dan pencemar jatuh jauh dari sumber. Konsentrasi pada keadaan A lebih tinggi dibanding dengan F dikarenakan terjadinya turbulensi udara sehingga polutan jatuh lebih cepat dan pada saat tersebut zat pencemar belum ada proses pencampuran (Nauli 2002). Hal ini berkorelasi dengan waktu pengukuran dilaksanakan pada saat bulan kering sehingga konsentrasi yang dihasilkan besar, namun jika pengukuran terdapat hujan maka konsentrasi cenderung lebih kecil karena adanya proses pencucian oleh air hujan (Daud et al. 2012).
PT X- Keadaan Sangat Tidak Stabil
PT Y- Keadaan Sangat Tidak Stabil
PT X- Keadaan Stabil
PT Y- Keadaan Stabil
Gambar 12 Hubungan konsentrasi SO2 dengan jarak dari emisi boiler di PT X dalam keadaan tidak stabil (A) dan stabil (F) dan PT Y dalam keadaan tidak stabil (A) dan stabil (F) tanggal 18 Agustus 2014.
18 Konsentrasi ambien SO2 yang bersumber dari PT X dan Y masih jauh dari nilai baku mutu baik dalam pengukuran satu jam, 24 jam, dan satu tahun karena PT X dan Y sudah melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum pembuangan emisi. Hasil tersebut berkorelasi dengan hasil konsentrasi ambien SO2 dari model Chimere yang rendah di daerah Kec. Balaraja. Hubungan konsentrasi SO2 di udara ambien dengan konsentrasi SO2 yang terhirup oleh individu dan populasi (ITF dan PITF) adalah berbanding lurus. Semakin banyak konsentrasi polutan di udara ambien maka semakin tinggi juga yang terhirup oleh individu dan populasi. Hasil pendugaan ITF dan PITF dari PT X dan Y ditunjukkan pada Lampiran 10 dan 11. Nilai ITF dan PITF maksimum sama dengan konsentrasi SO2 ambien maksimum dengan jarak 80-500 m dari sumber dan semakin kecil hingga jarak satu kilometer dengan keadaan atmosfer yang berbeda (keadaan A dan F). Pendugaan inhalasi individu dan populasi (ITF dan PITF) PT X dan Y naik hingga mencapai maksimum di jarak >80-500 m dan menurun hingga jarak satu kilometer. Nilai ITF dan PITF maksimum PT X sebesar 2.7x10-8 dan 9x10-5 dalam keadaan A, sedangkan dalam keadaan F sebanyak 1.3x10-9 dan 4.2x10-5. Hasil dari analisis pendugaan ITF maksimum memiliki besaran ~10-8 sehingga dapat di asumsikan sebesar 1.3-27 µg kg-1 yang dapat terhirup individu. Nilai ITF dan PITF maksimum PT Y sebesar 4x10-8 dan 1.3x10-4 dalam keadaan A, sedangkan dalam keadaan F sebanyak 1.9x10-8 dan 6.5x10-4. Hasil dari analisis pendugaan ITF maksimum memiliki besaran ~10-8 sehingga dapat di asumsikan sebesar 19-20 µg kg-1 yang dapat terhirup individu. Pendugaan tersebut dapat memberikan suatu perhitungan sementara yang berguna bukan hubungan antara emisi dan dosis. Nilai PITF PT X dan Y tersebut masih dalam tipikal ambien perkotaan sebesar ~10-6 – ~10-3 (Lai et al. 2000). Hasil penelitian Daud dan Sedionoto (2010), menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal cukup lama dengan radius kurang dari 300 m dari kawasan industri memiliki resiko 1.37 kali mengalami penurunan kapasitas fungsi paru dan 1.62 kali mengalami penurunan fungsi paru akibat konsentrasi SO2, sedangkan menurut Kurniawati dan Azizah (2006), terdapat penduduk yang menderita iritasi tenggorokan, batuk kronis, dan iritasi pada mata bagi penduduk yang bermukim dengan jarak ±300 m dari industri. Hal tersebut akan sangat bergantung besaran emisi yang dikeluarkan oleh cerobong masing-masing industri dan kondisi meteorologi setempat. Hasil analisa konsentrasi emisi PT X dan Y masih jauh di bawah baku mutu baik dalam pengukuran satu jam, 24 jam, dan satu tahun. Tetapi jika terdapat penduduk bermukim lama dan terjadi akumulasi emisi dari aktivitas industri sekitarnya, maka udara di daerah tersebut berpotensi kurang baik dan berdampak buruk bagi kesehatan terutama bagi kapasitas dan fungsi paru-paru. Ditambah lagi adanya faktor cuaca yakni musim kemarau yang menyebabkan tingginya polusi karena tidak ada proses pencucian oleh hujan. Dampak negatif tersebut dapat dikurangi dengan pengendalian dari sumber berupa proses pengolahan emisi terlebih dahulu sebelum dibuang ke udara ambien (Kristanto 2004).
19
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Potensi pajanan sulfur dioksida (SO2) terhadap kesehatan penduduk di Kab. Tangerang tinggi di musim kemarau, dengan konsentrasi sebesar 0.2-27 µg m-3 dengan potensi yang terhirup individu 0.16-21 µg jam-1. Individu yang rentan terhadap SO2 adalah usia muda yang diawali anak-anak hingga dewasa (0-4 tahun hingga 45-49 tahun), dimana hampir semua kegiatan dilakukan di luar rumah seperti sekolah dan bekerja. Dampak negatif dari SO2 akan berpotensi terhadap penurunan kapasitas dan fungsi paru-paru sehingga dapat menimbulkan penyakit sekitar saluran pernapasan seperti ISPA, iritasi saluran pernapasan, bronkitis, asma, hingga kematian. Kasus PT X di Balaraja, konsentrasi maksimum SO2 pada keadaan atmosfer sangat tidak stabil (A) sebesar 3.75x10-7 µg m-3 dengan jarak 100 m dari sumber searah angin dominan dan pada keadaan atmosfer stabil (F) sebesar 1.75x10-7 µg m-3dengan jarak 500 m. Sedangkan konsentrasi maksimum dengan sumber PT Y sebesar 5.8x10-7 µg m-3 dengan jarak 80 m searah angin dominan dari sumber dalam keadaan atmosfer sangat tidak stabil (A) dan dalam keadaan atmosfer stabil (F) sebesar 2.5x10-7 µg m-3 dengan jarak 400 m dari sumber, hasil tersebut masih jauh di bawah baku mutu. Faktor untuk menduga banyaknya udara yang dihirup individu dan populasi (ITF dan PITF) dari PT X berturut-turut sebesar 2.7x10-8 dan 9x10-5 dalam keadaan A, sedangkan dalam keadaan F sebanyak 1.2x10-9 dan 4x10-5. Sedangkan PT Y sebesar 4x10-8 dan 1.3x10-4 dalam keadaan A, sedangkan dalam keadaan F sebanyak 1.9x10-8 dan 6.5x10-4. Nilai PITF tersebut masih berada dalam tipikal ambien perkotaan sebesar ~10-6 – ~10-3. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan sampel perusahaan di Kabupaten Tangerang yang lebih banyak sehingga diketahui akumulasi emisi dari keseluruhan industri yang beroperasi. 2. Pemahaman model Chimere yang lebih baik lagi. 3. Pengujian emisi dan udara ambien di setiap perusahaan untuk AMDAL dan Usaha Pengolaan Lingkungan Hidup (UKL)/Usaha Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sebaiknya dilakukan di siang hari, pagi hari, dan malam hari dengan jarak kurang dari 500 m dari sumber emisi.
DAFTAR PUSTAKA Ahrens CD. 2007. Meteorology Today : An Introduction to Weather, Climate, and the Environment. Ed. 8th. Canada (CA): Thomson Brooks/Cole. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data Iklim Periode Tahun 2009 – 2013 Stasiun Meteorologi Budiarto Curug. Curug (ID). BMKG. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data iklim Periode 28 Juli 2013-2 Agustus 2013 Stasiun Curug Budiarto. BMKG
20 [Internet]. [diunduh 2014 Nov 28]. Tersedia pada: http://dataonline.bmkg.go.id. [BPLHD] Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah. 2013. Laporan Rutin Perusahaan Usaha Pengolaan Lingkungan Hidup (UKL)/Usaha Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Tahun 2013. Tigaraksa (ID). BPLHD. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Tangerang dalam Angka 2012. Tangrang (ID). BPS. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan Balaraja dalam Angka 2012. Tangerang (ID). BPS. Cooper CD, Aley FC. 1994. Air Pollution Control a Design Approach. Ed. 2nd. United States (US): Waveland Press. Inc Dahlan EN. 1989. Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan manusia dan beberapa komponen sumberdaya alam. Media Konservasi. 2(2) : 39-44. Daud A, Sudirman F, La Ane R. 2012. Analisis risiko SO2 pada masyarakat di sekitar pabrik semen Tonasa Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan. Academia. [Internet]. [diunduh 2014 Mar 7]. Tersedia pada: https://www.academia.edu/4500812/jurnal. Daud A, Sedionoto B. 2010. Analisis risiko konsentasi SO2 dan PM2.5 terhadap penurunan kapasitas fungsi paru penduduk di sekitar kawasan industri Makasar. Lingkungan Tropis. [Internet]. [diunduh 2014 Jun 26].Tersedia pada: https://www.lingkungan-tropis.org/analisis-risiko-konsentrasi so2dan pm 2-5-anwar-daud. [DINKES Kab. Tangerang] Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. 2012. UPTD Puskesmas Balaraja [Internet]. [diunduh 2014 Sep 08]. Tersedia pada: http://dinkes-kabtangerang.go.id/2012/08/uptd-puskesmas-balaraja.aspx. Department of Climate Change Australia. 2007. Climate Change Science. Australia (AU):Commonwealth. Earth Trends Country Profiles. 2003. Climate and Atmosphere- Indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Mar 17]. Tersedia pada: http://earthtrends.wri.org. Godish T. 1997. Air Quality. Ed ke-3. Lewis Publisher. Kristanto P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta (ID): ANDI. Jones JC. 2008. Atmospheric Pollution. California (US): Ventus Publishing ApS. Kurniawati NE, Azizah R. 2006. Pengaruh penggunaan cerobong asap model “water spons filter” (WSF) terhadap penurunan kadar SO2 pada industri tahu di Sukun, Malang. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 3(1):59-66. Lai ACK, Thatcher TL, Nazaroff WW. 2000. Inhalation transfer factors for air polution health risk assessment. J. Air & Waste Manage. Assoc. 50:16881699. Lee WJ, Teschke K, Kauppinen T, Andersen A, Jäppinen P, Stanczyk IS, Pearce N, Persson B, Bergeret A, Facchini LA et al. 2002. Mortality from lung cancer in workers exposed to sulfur dioxide in the pulp and paper industry. Environmental Health Perspectives. 110(10): 991-995. Liu HF, Liptak BG. 2000. Air Pollution. New York (US): Lewis Publisher. Muhaimin. 2014. Pemodelan dispersi polusi udara dari aktivitas PLTU Cirebon pada musim kemarau dan hujan serta penggunaan 2 cerobong asap. [Tesis]. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam: UGM.
21 Nauli T. 2002. Pola sebaran polutan dari cerobong asap. Prosiding Pertemuan dan Presentasi Ilmiah Penelitian Dasar Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nuklir P3TM-BATAN; 2002 Jun 27; Yogyakarta, Indonesia. Bandung (ID): LIPI. hlm 313-320. ISSN 0216-3128. Navy Oceanograpy. 2012. Model Initialization and Spin-Up. [Internet]. [diunduh 2015 Jan 14]. Tersedia pada: https://www.oc.nps.edu/nom/modeling/initial.html. Nurcahyo RT, Maemunsyah YZ, Muslim E, Saparudin. 2011. Perancangan strategi pengembangan industri di Kabupaten Tangerang berbasis kompetensi inti. Jurnal Manajemen Teknologi. 10(3): 252-263 Oke TR. 1978. Boundary Layer Climates. London (GB): Methuen & CO Ltd. [PP] Peraturan Pemerintah. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indnesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Jakarta (ID): Pemerintah RI. PT Tirta Intimizu. 2010. Laporan Hasil Pengujian Emisi Genset. Jakarta (ID): Unilab. Saeni MS. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor (ID): PAU-IPB. Seinfeld JH. 1986. Atmospheric Chemistry and Physics of Air Polution. Canada : John Wiley & Sons. Smith KR. 1993. Fuel combustion, air pollution exposure, and health : the situation in developing countries. Annu. Rev. Energy Environ. 18: 529566. Soedomo M. 2001. Pencemaran Udara. Bandung (ID): ITB. Sopiah N. 2005. Transformasi kimia senyawa belerang, dampak dan penanganannya. J.Teknologi Lingkungan. 6(1):339-343. Sugiarta AAG. 2008. Dampak bising dan kualitas udara pada lingkungan Kota Denpasar. Jurnal Bumi Lestari. 8(2): 162-167. Sukarsono. 2004. Kajian pengurangan SO2 dan NOx dari gas buang hasil pembakaran dengan akselerator. GANENDRA. 3(1): 14-23. Tjasyono B. 2000. Pengantar Geosains. Bandung (ID): ITB Press. Tjasyono B. 1999. Klimatologi Umum. Bandung (ID): ITB Press. Tukidi. 2010. Karakter curah hujan di Indonesia. Jurnal Geografi. 7(2): 136-145. Türk YA, Kavraz M. 2011. Air pollutants and its effects on human healthy: the case of the city of Trabzon. Moldoveanu AM. Advanced Topics in Environmental Health and Air Pollution Case Studies. Croatia(HR): InTech. hlm 251-268; [Internet]. [diunduh 2014 Feb 17]. Tersedia pada: http://www.interchopen.com/books/advanced-topics-in-environmentalhealth-and-air-pollution-case-studies/air-pollutants-and-its-effects-on human-healthy-the-case-of-the-city-of-trabzon. U.S. Environmental Protection Agency. 1992. Screening Procedures for Estimating the Air Quality Impact of Stationary Sources, Revised. Carolina (US): U.S. Environmental Protection Agency, Research Triangle Park, North Carolina 27711. U.S. Environmental Protection Agency. 1997. Exposure Factors Handbook Vol.1. Washington DC (US): U.S. Government Printing Office. [WHO] World Health Organization. 2005. Effects of Air Pollution on Children’s Health and Development. Denmark (DK): Centraltrykkeriet-Skive A/S.
22
LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Kabupaten Tangerang dan sekitarnya.
23 Lampiran 2 Data konsentrasi SO2 ambien dan emisi dari laporan Usaha Pengolaan Lingkungan Hidup (UKL)/Usaha Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) setiap perusahaan di Kabupaten Tangerang tahun 2010-2013. No
Nama Perusahaan
Lokasi Ambien
1
PT Galvindo Intiselaras
Emisi G. GIS 7 G. GIS 3
2
3
PT Nagasakti Paramashoes Industri PT Victory Chingluh
B. 2
D.C. I.P D.C. Scrubber
4
PT Indo Porcelain
Konsentrasi 2010 (ug/m3) Semester Semester I II 137.89 (mg/m3) 137.28 (mg/m3) 1 (mg/m3)
Konsentrasi 2011 (ug/m3) Semester Semester I II
Konsentrasi 2012 (ug/m3) Semester Semester I II
6
PT Adis Dimension Footware
PT Propan Raya
700 (mg/m3)
<1 (mg/m3) 3 (mg/m3)
800 (mg/m3)
H.Parkir H.D. U1.Up Wind H.B U2.T.I.K U2.Down Wind U3.T.I.
14.41
PT Asia Dwimitra Industri
26.37 23.57 23.28 28.79 19.66 54 88 <1 80 40 <1 <1 80 mg/m3 74 mg/m3 33.36 38.61
D.Engineering D. Office Adis 1 D. Warehouse Adis 2
PT KMK Global Sport 1
G. 4 G..5 G. 6 G. 7 G. 8 T. 06
155 73 22 28 28 2
T. 07
<1
T. 08
<1 <1 <1 3 <1 <1 <1 46 mg/m3
400
900
3
150 mg/m3 150 mg/m3 150 mg/m3
C.02 C.03 C.04 C.05 C.07 C.09 C.011
0.182 0.0241 0.1304 0.4294 0.1146 0.7118 < 0.005
C.012 C.013 C.014 C. UV C.S.P.
< 0.005 < 0.005 0.9632 0.0703 < 0.005
D.P. B.P
B. Klinik U2.Area diantara Stock Pit dan NCVS U3.D. Posko U3.D. Posko 9
U1. D. Mess U2. D.Mesjid U1 D. Klinik U2. D. CPC
10 7 12 17 15 15 14
36.74
< 9.441 18.43 < 1.333 < 1.333 17.13 21.96
8 15 5 25.05 29.64
800
800 mg/m3
900
16.85 G. 2
8
900 16.1
C G D.C. 7
Baku Mutu (ug/m3)
800 (mg/m3)
C. B. 1 C.B. 2 C.D. 1 C.D. 2 C.D.3 C.G. 1 C.G.2 G. 1 G. 2 5
Konsentrasi 2013 (ug/m3) Semester I Semester II
83 (mg/m3) 19.08 18.71
24.36 87 900 29.72 31.54
24 Lampiran 2 Lanjutan D.C D2 (C-1) D.C D4 (C-3) D.C.D4 (C-13) E.F.(C-14) D.C.D4 (C=2) E.F.(C=16) D.C.D-4 (C-4) D.C.(C-5) E.F (C-9) E.F (C-11) E.F(C-12)
<1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) 1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3)
800
D.C. C01 D.C. C02 C. C-03
3 (mg/m3) 3 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) 3 (mg/m3) 6 (mg/m3) <1 (mg/m3)
C. C - 05 C. C-09 C. C -12 E.F. D4 - C14 E.F- C16 C. C-17 9
PT Indah Jaya Textile Industry
H.B. H.D H.D H.B.
29.22 27.28
G.1
1 (mg/Nm3) 22 (mg/Nm3) 1 (mg/Nm3) 4 (mg/Nm3) 4 (mg/Nm3) 68 (mg/Nm3) 139 (mg/Nm3)
G.2 G.3 B. 5 Ton B. 10 Ton B. 15 Ton O.P. 10
PT Nitto Alam Indonesia
U1.Area Final Quality U2.Tempat Istirahat Produksi U1.H.D Sebelah Utara U2.H.B sebelah Selatan
PT Autocomp System Indonesia
12
PT SMS Steel
13
PT Chingluh Indonesia
30.4
<1 (mg/m3)
H.L H.L. Bagian dalam
800 (mg/m3) 32.39 47.89 10 (mg/m3) 106.43 (mg/m3) <9 <9
B H.B. H.D. H.B H.D H.B
H.D U1. Area Parkir
52 (mg/m3) 172.7 (mg/m3)
800 (mg/m3) 800 (mg/m3) 900
<9 <9 <9 <9 <3 (mg/m3)
8 (mg/m3)
800 (mg/m3)
<3 (mg/m3) 900 28.81 14 (mg/m3)
G. 2 U1. (up wind)
900
28.45
G. 1
KMK-Global
139 (mg/Nm3)
750 (mg/Nm3) 800(mg/Nm3)
27.27
G. 2
15
150 (mg/Nm3) 150(mg/Nm3)
900
G. 1
PT Garuda Metalindo
10 (mg/Nm3) 38 (mg/Nm3) 6 (mg/Nm3) 184 (mg/Nm3)
21.27
G
14
27.2 26.15 10 (mg/Nm3) 1 (mg/Nm3) 3(mg/Nm3)
29.91
C 11
900
800 (mg/m3) 25 (mg/m3)
19.66
900
25
Lampiran 2 Lanjutan Sports 2
U2.(down wind)
18.66 G
16
Bital Asia
H.D H.Bg
17
RSU Kab. Tangerang
Taman Halaman Parkir Belakang
G
30 (mg/m3) 32.45 23.8 60.18 (mg/m3)
G.3 18
Ciputra Hospital
G G
19
PT Alkindo Mitra Raya
H.D H.B B B
20
PT Japfa Comfeed Indonesia
105.2 13.84 4.333 (mg/m3) 4.333 (mg/m3)
750 (mg/Nm3) 365 800 (mg/m3) 18 14.18
900
195.87 (mg/m3) 153.73 (mg/m3) 153.73 (mg/m3) < 9.441 < 9.441 3.53 (mg/m3) 16.22 (mg/m3)
800 (mg/m3)
U1 (S06 13'35.6" E: 106 31'38.1") U1 (S06 13'37" E: 106 31'42.6") U1 (S:06 13'32.3" E: 106 31'49.4")
900 750 (mg/m3)
900
< 9.441
< 9.441
G. II B. II B. I
57.94 (mg/m3) 58.74 (mg/m3) 51.95 (mg/m3) 56.9 (mg/m3)
S:06 13'37.2" E: 106 31'46.4" S:06 13'37.3" E: 106 31'46.5" S:06 13'37.3" E: 106 31'46.5" S:06 13'37.4" E: 106 31'46.5" S:06 13'38" E: 106 31'46.1" PT Sumber Graha Sejahtera I
150 (mg/m3)
< 9.441
G. III
21
800 (mg/m3)
B. I B. II B. III B. IV B.V B.VI S : 05 12'05.9" E: 106 26'77.6" S : 05 12'05.9" E: 106 26'77.6"
800 (mg/m3)
< 1.333 (mg/m3) <5.74 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 5.22 < 5.22 79.2 (mg/m3) 6.2 (mg/m3) 87.4 (mg/m3) 38.9 (mg/m3) 74 (mg/m3) 139 (mg/m3)
900 800 (mg/m3)
28
900
28 S : 06 12'09.2" E: 106 26'43.4" S : 06 12'36.9" E: 106 26'23.0" S : 06 12'06.0" E: 106 26'08.0" S : 06 12'02.9" E: 106 26'52.0" S : 06 07'13.8" E: 106 10'58.1" S : 06 12'07.1"
115 (mg/m3) 117 (mg/m3) 120 (mg/m3) 118 (mg/m3) 158 (mg/m3) 155
800 (mg/m3)
26 Lampiran 2 Lanjutan E: 106 26'50.3" S : 06 12'03.1" E: 106 26'82.4" S : 06 12'07.3" E: 106 26'43.7" 22
PT Sumber Graha Sejahtera II
(mg/m3) 157 (mg/m3) 148 (mg/m3)
H.D H.T
11.9 < 5.22 154 (mg/m3) 40.1 (mg/m3) 74.3 (mg/m3) 108 (mg/m3) 56.2 (mg/m3) 21.03 23.51 2 (mg/m3) 61.15 (mg/m3) 16.34
B.I B. II B. III G.I G.II
23
PT Rejeki Inti Logam
24
PT Bina Adidaya PT HTM Indonesia
H.D H.B D.C.
25
G U1. Samping Ruang Assembling U1. Sampling Luar Enamel Dipping
27
PT Baiksan Indonesia PT Lautan Steel Indonesia
U1. Up wind U2. Down wind
D.C.2
29 30
PT LG Electronics Indonesia PT Kwarsa Indah Murni PT YKK AP Indo
H.D H.B B C. R2 C U1. Depan Pos Satpam U2. Depan Masjid U3. Surface Treatment U4. H.B.
900
6 (mg/m3)
750 (mg/m3) 750 (mg/m3) 150 (mg/m3)
23.74 31.85
365
<1 (mg/m3) 16 (mg/m3)
800 (mg/m3)
23.96 25.73 6 <1 72.96
900 150 (mg/m3) 800 (mg/m3) 800 (mg/m3)
69.35
31.42
C C C C G D. C. C. 1 C. 2 C. 3 B. New B. Old
32
800 (mg/m3)
26.87
C
PT Silikaindo Makmur Sentosa PT So Good Food Manufacturing
800 (mg/m3)
27.49
C
31
900
9 (mg/m3) 35.6 (mg/m3)
B
D.C. 1
28
800 (mg/m3)
23.37
C. 5 ton B 26
900
30.43 3 (mg/m3) 220 (mg/m3) 2 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) <1 (mg/m3) 3 (mg/m3) 3 (mg/m3) 2 (mg/m3) 6 (mg/m3) 2 (mg/m3) 6 (mg/m3) <1 (mg/m3)
I
H.D H.B Cerobong
69.35 (mg/m3) 34.2 36.14 14
800 (mg/m3)
900 600 (mg/m3)
27
Lampiran 2 Lanjutan Boiler FBC Boiler Thermal Oil Boiler CG 33
PT HWA LIEN STEEL
34
PT Indorama Ventures Indonesia
H.D H.B B CP-1 No.1 CP-1 No.2 CP-2 G (c-11) G (c-12) G.E. No. 01 G.E. No. 02 G.E. No. 03 G. E. No. 04
35
36 37
PT Rimba Kencana Mas Mulia PT Primacarr Mandiri PT Kreasi Tata Udars
B
B H.D H.B G
38 39
40 41 42 43
PT Hadi Putra Gemilang PT Citra Galvindo Sukses Mandiri PT Cadas Jagad Raya PT Satvamitra Kemas Lestari PT Molex Ayus PT Ecofiber
G I
B B H.D H.B D.P BP C
44
PT Holcim Beton (CBP)
S: 06 11'58.6" E: 106 27'20.4" S: 06 11'57.9" E: 106 27'16.9"
PT Tung Mung Textile Bintan
H.D H.B U1. Up wind U2. Down wind
PT Helminda Utama
Depan (down wind) R.P C
47 48
49
PT Union Yasindo PT Tirta Intimizu Nusantara PT Hansung Fiber
G P.P B D.P B.P B
50
PT EDS Manufacturing Indonesia
750 (mg/m3) 150 (mg/m3)
600 (mg/m3)
10 (mg/m3) 23.39 21.09 979 (mg/m3) 69.8 (mg/m3) 43.2 (mg/m3)
750 (mg/m3)
69.92 (mg/m3) 65.4 (mg/m3) 55.6 20.21 2.3256 3.15 62 (mg/m3) < 4.006
800 (mg/m3)
900 1000 (mg/m3) 800 (mg/m3) 250 (mg/m3)
800 (mg/m3) 365 900 800 (mg/m3) 365
< 0.240 (mg/m3)
800 (mg/m3)
19.95 19.37
900 48.84 42.01
G 46
900
< 4.006 S: 06 11'57.8" E: 106 27'18.3"
45
(mg/m3) <1 (mg/m3) 6 (mg/m3) 2. 15 3.11 1 (mg/m3) 3 (mg/m3) 3 (mg/m3) 3 (mg/m3) 30 (mg/m3) 33 (mg/m3) 18 (mg/m3) 17 (mg/m3) 15 (mg/m3) 13 (mg/m3) 79 (mg/m3)
H.D utara H.B selatan H.timur toilet 1 H (genset on) H (genset off) G. 1 G. 2 G. 3 S.P Die Casting
139 (mg/m3) 5.54 4.41 5.91 < 2.62 (mg/m3) 60.18 (mg/m3) <1 (mg/m3) 8 (mg/m3) 11.6 9.61 1 (mg/m3) < 0.19 < 0.19 < 0.19 0.048 2.655 1.112 (mg/m3) 4.591 (mg/m3) 2.749 (mg/m3) 0.122 (mg/m3) 1.021 (mg/m3)
78 (mg/m3)
800 (mg/m3) 900
800 (mg/m3) 800 (mg/m3) 800 (mg/m3)
900 800 (mg/m3) 900
800 (mg/m3)
28 Lampiran 2 Lanjutan 51
52
PT Citra Logam Alpha Sejahtera PT Takagi Sari Multi Utama
H.D R.P H.B U1 U2 U3 U4
6.87 6.87 6.87 31.81 56.75 71.14 9.78 < 1.3333 (mg/m3) < 1.3333 (mg/m3) < 1.3333 (mg/m3) < 1.3333 (mg/m3) < 1.3333 (mg/m3) < 1.3333 (mg/m3) 0.44 52.48 446.76 118.84 < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3) < 1.333 (mg/m3)
B 53
PT Inoac Polytechno Indonesia
B. 1 A C. 2 G 01 G 05 O
54
PT Dharma Polimetal
HB HB HD Frame comp SNPM W B.A. S.N.P.W.R D.C Zinc Platting Polishing Powder Coasting Frame Body KCL ST Handle CED
55
56
PT Spinmill Indah Industri
PT Surya Toto Indonesia Tbk
H.L. H.D. H.T. H.B. H.B. H.T H.L. H.D. H.D. H.B.
38.07 46.92 40.6 36.02 23.02 26.74 5 101 (mg/Nm3) <1 (mg/Nm3) <1 (mg/Nm3) 10 (mg/Nm3) 9 (mg/Nm3) 9 (mg/Nm3) 10 (mg/Nm3) 1 (mg/Nm3) <1 (mg/Nm3) <1 (mg/Nm3) 9 (mg/Nm3) 14 (mg/Nm3) 28 (mg/Nm3)
C. 1 C. 2 C.. 3 C. 6 C. 5 C. 7 B.1 B. 2 B.3 B.4 G. No. 11 G. No. 12-1 PT Pacinesia Chemical Industri
900
800 (mg/m3) 700 (mg/m3)
600 (mg/m3)
9000
800 (mg/m3)
47.52 35.21 48.66 40.25
C. 1 C. 2
57
9000
D. Pos H.B. H.B B. UE.2 PAC Liquid
128 116 131 76 (mg/m3) 69 (mg/m3)
108 105 128
900
900 400 (mg/Nm3)
150 (mg/Nm3) 700 (mg/Nm3)
900
1500 (mg/m3)
29
Lampiran 2 Lanjutan G B C C C C C C G G
74 (mg/m3) 82 (mg/m3) 103 (mg/m3) 92 (mg/m3) 104 (mg/m3) 0.2 (mg/m3) 89 (mg/m3) 92 (mg/m3) 82 (mg/m3) 77 (mg/m3)
Keterangan: G= Genset, B=Boiler, D.C.=Dust Collector, C.B=Cerobong Biskuit, C.D=Cerobong Dekorasi, C.G=Cerobong Glass, I=Incenerator, T=Termopack, C.S.P=Cerobong Spray Painting, E=Exhaust Fan, O=Oven, O.P= Oven Printing, G.E=Gas Engine, P.P=Painting Powder, S.N.P.M=Scruber Nicr Platting Maffler, S.N.P.W.R= Scruber Nicr Platting Wheel Rim, W=Welding, B.A= Burner Assy, H=Halaman, H.D=Halaman Depan, H.B= Halaman Belakang, H.L=Halaman Luar, H.T=Halaman Tengah, T.I=Tempat Istirahat, R.P=Ruang Produksi. S.P=Solder Spot.
30 Lampiran 3 Profil penduduk berdasarkan kelompok umur laki-laki dan perempuan di Kab. Tangerang tahun 2011. Kelompok Umur Age Group 0 - 4 th
Laki-laki Perempuan Male Female
Jumlah Total
% Male
% Female
% Total
157,189
148,276
305,465
5.31
5.01
10.32
5 - 9 th
141,046
133,553
274,599
4.76
4.51
9.28
10 - 14 th
143,986
136,721
280,707
4.86
4.62
9.48
15 - 19 th
148,715
145,554
294,269
5.02
4.92
9.94
20 - 24 th
153,372
149,619
302,991
5.18
5.05
10.23
25 - 29 th
153,362
151,438
304,800
5.18
5.12
10.30
30 - 34 th
145,623
148,538
294,161
4.92
5.02
9.94
35 - 39 th
133,390
126,643
260,033
4.51
4.28
8.78
40 - 44 th
110,376
94,914
205,290
3.73
3.21
6.93
45 - 49 th
79,183
66,690
145,873
2.67
2.25
4.93
50 - 54 th
56,872
48,202
105,074
1.92
1.63
3.55
55 - 59 th
36,761
30,556
67,317
1.24
1.03
2.27
60 - 64 th
23,979
23,522
47,501
0.81
0.79
1.60
65 - 69 th
15,053
15,913
30,966
0.51
0.54
1.05
70 - 74 th
9,754
11,816
21,570
0.33
0.40
0.73
75+ th
8,212
11,646
19,858
0.28
0.39
0.67
1,443,601 2,960,474
51.24
48.76
100.00
Total
1,516,873
31 Lampiran 4 Profil penduduk berdasarkan kelompok umur laki-laki dan perempuan di Kec. Balaraja tahun 2011. Kelompok Umur Age Group 0 - 4 th 5 - 9 th 10 - 14 th 15 - 19 th 20 - 24 th 25 - 29 th 30 - 34 th 35 - 39 th 40 - 44 th 45 - 49 th 50 - 54 th 55 - 59 th 60 - 64 th 65+ th Total
LakiPerempuan Jumlah laki Female Total Male 6,507 6,080 12,587 5,377 5,211 10,588 5,193 4,769 9,962 5,309 4,906 10,215 6,322 6,004 12,326 6,829 6,544 13,373 6,643 6,548 13,191 5,851 5,308 11,159 4,393 3,477 7,870 2,691 2,104 4,795 1,825 1,534 3,359 1,253 1,024 2,277 763 754 1,517 1,133 1,340 2,473 60,089 55,603 115,692
% Male 5.62 4.65 4.49 4.59 5.46 5.90 5.74 5.06 3.80 2.33 1.58 1.08 0.66 0.98 51.94
% Female 5.26 4.50 4.12 4.24 5.19 5.66 5.66 4.59 3.01 1.82 1.33 0.89 0.65 1.16 48.06
% Total 10.88 9.15 8.61 8.83 10.65 11.56 11.40 9.65 6.80 4.14 2.90 1.97 1.31 2.14 100.00
32 Lampiran 5 Profil penduduk Kec. Balaraja berdasar tingkat pendidikan (atas) dan pekerjaan (bawah) di Kec. Balarja tahun 2011. Lembaga
Jumlah
Persentase (%)
551
4
SMU
7,022
51.7
SLTP
2,025
15
SD/MI
1,888
14
Tidak Tamat SD
1,303
9.5
785
5.8
13,574
100
Perguruan Tinggi
Buta Huruf Total
Jenis Pekerjaan Petani Petani Penggarap Buruh Tani Pedagang Industri Rakyat Buruh Industri Pertukangan PNS Pensiunan PNS ABRI Purnawirawan ABRI Perangkat Desa Pengangguran Tidak Kentara Pengangguran Total
Jumlah 1,608 11,249 218 6,812 579 8,781 293 1,368 627 304 252 271 2,780 2,044 37,186
Persentase (%) 4.32 30.25 0.59 18.32 1.56 23.61 0.79 3.68 1.69 0.82 0.68 0.73 7.48 5.50 100
33 Lampiran 6 Profil penyakit yang diderita penduduk di Kec. Balaraja tahun 2013. No.
Nama Penyakit
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
Pernapasan
Total 13842
1
ISPA
743
1189
1011
787
638
654
703
652
738
659
621
550
8945
2
Batuk
188
209
257
208
171
132
129
162
161
181
213
119
2130
3
27
101
70
48
1
95
151
64
78
69
0
59
763
4
KP (Tuberculosis Paru BTA()/Rontgen(+)) Ytt Common Cold
91
115
45
43
45
40
31`
23
19
48
73
68
610
5
Asthma
28
11
15
8
15
14
19
17
33
42
43
27
272
6
Bronkitis
10
31
34
18
24
23
28
3
12
35
37
12
267
7
Faringitis
43
0
0
10
7
6
14
9
45
38
43
31
246
8
Tuberculosis Paru BTA (+)
17
25
17
15
24
15
29
17
3
16
13
20
211
9
Tuberculosis Paru Klinis (suspek)
23
13
22
16
3
4
11
16
15
31
24
24
202
Bekas TB
13
7
10
12
6
27
33
2
8
25
28
25
196
222
302
284
283
259
3543
10
Non Pernapasan
30859
1
Kehamilan, Persalinan dan Nifas
338
271
323
378
303
306
274
2
Penyakit Pulpa dan Periapikal
241
380
339
400
299
290
278
4
277
255
342
350
3455
3
Myalgia
284
273
297
260
221
145
192
194
296
261
292
281
2996
4
Hipertensi Essensial (Primer)
179
164
172
130
137
105
176
204
312
275
336
285
2475
5
Dermatitis lainnya
183
137
169
131
140
128
163
124
160
173
188
187
1883
6
238
208
127
136
112
107
167
107
194
8
207
151
1762
148
174
98
137
198
216
112
72
104
134
136
115
1644
8
Demam yang sebabnya tidak diketahui sebabnya Gejala Tanda, Kelainan Klinik dan Laboratorium, Ytt Sakit Kepala
106
145
134
179
129
93
112
67
110
129
169
151
1524
9
7
Gastritis Ytt
17
29
7
21
11
18
22
528
225
166
198
171
1413
10
Diare dan Gastroenteritis
104
81
49
103
105
75
124
94
119
112
96
91
1153
11
167
102
144
164
150
82
152
0
0
42
40
44
1087
12
Gastritis dan Duodenitis yang disertai perdarahan lambung Diabetes Militus Ytt
89
68
65
51
64
40
66
92
118
128
109
123
1013
13
Karies Gigi
54
57
54
95
61
32
46
270
75
58
71
75
948
14
101
82
106
137
84
0
0
0
98
0
118
0
726
15
Gangguan Perkembangan dan Erupsi Gigi Termasuk Impaksi Abses, Furunkel dan Karbunkel Kutan
44
47
32
46
54
34
43
35
30
44
38
35
482
16
Impetigo
43
34
29
63
48
33
24
38
44
37
27
28
448
17
Penyakit Gusi, Jaringan Periodental
51
48
44
25
24
27
33
9
36
48
60
34
439
18
Conjunctivitis
39
32
27
27
34
32
52
34
36
26
39
27
405
19
Candidosis Kutis
37
37
47
101
62
32
19
13
22
10
5
4
389
20
Impaksi
0
0
0
0
0
84
88
55
0
79
0
82
388
21
Demam Tifoid
49
71
17
15
9
17
20
42
13
39
57
29
378
22
Dyspepsia
32
47
26
25
8
30
1
48
43
32
31
46
369
23
Dermatitis Alergy
14
10
2
14
15
16
17
20
62
60
51
26
307
24
Vomitis
15
9
11
6
6
19
19
20
7
15
136
0
263
25
Artritis lainnya
15
23
14
28
36
13
14
17
25
19
27
21
252
26
Febris (Fever, Unspecified)
34
38
11
35
23
34
16
18
3
10
21
9
252
27
Tynea Cruris/Corporis/Pedis
30
22
28
20
18
4
18
27
27
15
24
14
247
28
Lain-lain
34
32
0
27
12
9
11
9
19
16
24
22
215
29
Diare
20
16
12
29
16
24
22
9
7
9
28
16
208
30
GED (Diare Akut dengan MuntahMuntah)
12
9
8
8
13
28
13
42
15
14
12
21
195
34 Lampiran 7 Curah hujan (CH) bulanan tahun 2009 hingga 2013 di Kabupaten Tangerang dari Stasiun Meteorologi Curug Budiarto. Bulan
Curah Hujan (mm)
Tahun
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sep
Okt
Nop
Des
2009
254.9
189.1
80.3
168.7
149.9
128.3
25.6
53.3
41
190.5
225
158.5
2010
256.4
227.9
266.3
76
201.7
247
231.3
325.9
391.3
348.2
239.6
142.6
2011
279
175.2
160.1
148.7
226.3
134.9
190
8.5
112.3
167.8
318.6
67.9
2012
264.2
327.1
121.5
398.9
131.9
53
31.5
0
30.4
300
356.8
243.4
2013
457.8
251.3
246.9
218.3
263.9
164.5
288.14
130.4
39.1
91.2
211
238.6
Rata2
302.46
234.12
175.02
202.12
194.74
145.54
153.308
103.62
122.82
219.54
270.2
170.2
35 Lampiran 8 Sebaran konsentrasi SO2 tanggal 28 (A), 29 (B), 30 (C), 31 (D) Juli 2013 dan tanggal 2Agustus (E) 2013 di Kab. Tangerang.
01UTC
06UTC
12UTC
18UTC
(A)
00UTC
06UTC
12UTC
18UTC
12UTC
18UTC
(B)
00UTC
06UTC
(C)
36 Lampiran 8 Lanjutan
00UTC
06UTC
12UTC
18UTC
(D)
00UTC
06UTC
12UTC
(E)
18UTC
37
Lampiran 9 Massa SO2 yang terhirup individu tanggal 28 (A), 29 (B), 30 (C), 31 (D) Juli 2013, dan 1 Agustus (E) 2013 di Kab. Tangerang.
01UTC
06UTC
12UTC
18UTC
12UTC
18UTC
(A)
00UTC
06UTC
(B)
00UTC
06UTC
12UTC
(C)
18UTC
38
Lampiran 9 Lanjutan
00UTC
06UTC
12UTC
18UTC
(D)
00UTC
06UTC
12UTC
(E)
18UTC
39
Lampiran 10 ITF dan PITF PT X dalam keadaan A (tidak stabil) (a) dan F (stabil) (b) tanggal 18 Agustus 2014. 3.00E-08
1.00E-04 9.00E-05
2.50E-08
8.00E-05 7.00E-05
2.00E-08 1.50E-08
5.00E-05
PITF
ITF
6.00E-05 4.00E-05 1.00E-08
3.00E-05 2.00E-05
5.00E-09
1.00E-05 0.00E+00
0.00E+00 60
80 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Jarak Downwind (m) ITF
PITF
a
1.40E-08
4.50E-05 4.00E-05
1.20E-08
3.50E-05
1.00E-08
2.50E-05
6.00E-09
2.00E-05
ITF
8.00E-09
1.50E-05
4.00E-09
1.00E-05 2.00E-09
5.00E-06
0.00E+00
0.00E+00 60
80 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Jarak Downwind (m)
ITF
PITF
b
PITF
3.00E-05
40
5.00E-08 4.50E-08 4.00E-08 3.50E-08 3.00E-08 2.50E-08 2.00E-08 1.50E-08 1.00E-08 5.00E-09 0.00E+00
1.60E-04 1.40E-04 1.20E-04 1.00E-04 8.00E-05
PITF
ITF
Lampiran 11 ITF dan PITF PT Y dalam keadaan A (tidak stabil) (a) dan F (stabil) (b) tanggal 18 Agustus 2014.
6.00E-05 4.00E-05 2.00E-05 0.00E+00 60
80 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Jarak Downwind (m)
ITF
PITF
a
2.50E-08
7.00E-05 6.00E-05
2.00E-08
4.00E-05
1.00E-08
3.00E-05
ITF
1.50E-08
2.00E-05 5.00E-09
1.00E-05
0.00E+00
0.00E+00 60
80 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 Jarak Downwind (m)
ITF
PITF
b
PITF
5.00E-05
41
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Rony Heryanto Hutapea, lahir di Medan pada tanggal 12 Desember 1991 dan merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari ayah Panahatan Hutapea dan ibu Almh. Alce Maria br. Sihombing. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2004 di SD Swasta Santo Thomas 4 Medan. Tahun 2007 penulis lulus dari jenjang sekolah menengah pertama di SMPN 7 Medan. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas pada tahun 2010 di SMAN 12 Medan, pada tahun yang sama penulis lulus dalam Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan memilih program studi Geofisika dan Meteorologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama menjalani perkuliahan penulis mengajar agama Kristen di SMA Kornita Bogor selama satu tahun, dan penulis pernah mendapatkan juara ke dua dalam Pentas Musik PMK kategori akustik. Semasa kuliah, penulis aktif di GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) menjadi Departemen Gereja dan Bendahara Cabang, selanjutnya penulis sebagai koordinator SMA Kornita di Komisi Pelayanan Siswa (KPS) PMK IPB, dan sebagai bendahara HMMI (Himpunan Mahasiswa Meteorologi Indonesia). Penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan baik di bidang rohani maupun kampus. Tahun 2013 penulis magang di Landasan Udara Atang Sendjaja Bogor selama satu bulan. Untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Potensi Pajanan Sulfur Dioksida (SO2) pada Masyarakat di Sekitar Wilayah Industri di Musim Kemarau dibimbing oleh Ibu Ana Turyanti, SSi MT dan Bapak Dr Ir Mahally Kudsy, MSc.