POTENSI EKSTRAK ETANOL ISOLAT FUNGI ENDOFIT DARI MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP PENGHAMBATAN AKTIVITAS ENZIM α-GLUKOSIDASE
AHMAD NAVIES HAMMAMI
DEPARTEMEN BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
ABSTRAK AHMAD NAVIES HAMMAMI. Potensi Ekstrak Etanol Isolat Fungi Endofit dari Mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap Penghambatan Aktivitas αGlukosidase. Dibimbing oleh ANNA P. ROSWIEM dan DIMAS ANDRIANTO. Mengkudu (Morinda citrifolia L)merupakan tanaman berkhasiat obat. Penelitian tentang ekstrak etanol mengkudu sebagai penghambat aktivitas enzim α-glukosidase secara in vitro telah dilakukan. Mikrob endofit adalah mikrob yang tumbuh di jaringan tanaman dan berkemampuan memproduksi senyawa aktif yang sama dengan tanaman inang. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh isolat fungi endofit tanaman mengkudu yang bisa menghambat aktivitas enzim α-glukosidase. Isolasi fungi endofit dilakukan sampai mendapatkan isolat tunggal. Isolat tunggal kemudian difermentasi dua kali. Fermentasi pertama dilakukan untuk penentuan masa inkubasi dan pH tumbuh optimum isolat. Fermentasi kedua dilakukan untuk memproduksi metabolit sekunder sesuai masa inkubasi dan pH optimum masingmasing isolat. Hasil fermentasi kedua diekstrak menggunakan etanol absolut kemudian dikeringkan hingga terbentuk pasta. Ekstrak kemudian diuji aktivitas penghambatannya terhadap enzim α-glukosidase dengan kontrol positif akarbosa. Ekstrak isolat juga dibandingkan dengan ekstrak etanol mengkudu. Masa inkubasi untuk isolat selain isolat B1 adalah 96 jam. Sedangkan isolat B1 diinkubasi selama 108 jam. Hasil uji aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase menunjukkan isolat B1 dan akarbosa memiliki daya hambat yang sama dengan nilai % inhibisi 48,73% dan 49,73%. Sementara hasil uji isolat B2, B3, B4, dan ekstrak etanol mengkudu memiliki tingkat hambat yang sama dengan nilai % inhibisi masing-masing sebesar 22,53%, 35,33%, 33,91%, dan 29,89%. Isolat lainnya tidak memiliki aktivitas penghambatan α-glukosidase.
Kata Kunci: Endofit, Mengkudu, α-Glukosidase
ABSTRACTS AHMAD NAVIES HAMMAMI. The potent of endophytic fungus ethanolic extract from Mengkudu (Morinda citrifolia L.) against α-glucosidase activity. Under supervision of ANNA P. ROSWIEM and DIMAS ANDRIANTO. Mengkudu (Morinda citrifolia L) is a medical herbs. Research about ethanolic extract of mengkuduas α-glucosidase inhibitor has been done. Endophytic microbes are microbes that grows in plant’s tissues and have the ability to produce active compounds which are similar to that produced by host plant. This research was aimed to obtain endophyitic fungus isolate having inhibition activity against α-glucosidase. Isolation was done until the isolates forming a single colony. Isolates were fermented twice. First fermentation was held for determining incubation time and optimum pH. Second fermentation was held to produce secondary metabolites base on each isolates optimum condition. Second fermentation products was extracted using ethanol and then was dried until forming pasta. α-glucosidase inhibition activity from extract was tested compared with acarbose as positive control. The incubation time for all of isolates except B1 isolate are 96 hours. While B1 isolates was incubated for 108 hours. The result of α-glucosidase inhibition activity showed that B1 and acarbose had a same inhibition ability with % inhibition value 48,73% and 49,73%. Isolat of B2, B3, B4, mengkudu ethanolic extract had a same grade inhibition activity with 22,55%, 35,33%, 33,91%, and 29,89% respectively. The other isolate didn’t have inhibition activity.
Keyword: Endophyte, Mengkudu, α-Glucosidase
POTENSI EKSTRAK ETANOL ISOLAT FUNGI ENDOFIT DARI MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP PENGHAMBATAN AKTIVITAS ENZIM α-GLUKOSIDASE
AHMAD NAVIES HAMMAMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biokimia
PROGRAM STUDI BIOKIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Nama NIM
: Potensi Ekstrak Isolat Fungi Endofit dari Mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap Penghambatan Aktivitas α-Glukosidase : Ahmad Navies Hammami : G84050929
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Anna P. Roswiem, MS. Ketua
Dimas Andrianto, MSi Anggota
Diketahui
Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc Ketua Departemen Biokimia
Tanggal Lulus:
7 Semesta Semesta Pertama Saat-saat perasaan berbolak-balik antara satu dengan yang lainnya. Meniti jalan panjang menuju satu semesta yang samar di depan. Kagum, kecewa, terpana, tertunduk lesu mengiringi jejak yang harus mulai terukir. Berkumpul bersama yang tak dikenal, mencoba untuk mengenal, berujung pada sok kenal, tapi kebahagiaan akan selalu dating karena di situ ada persahabatan. Tenang serasa bukan tenang, nyaman melangkah seperti tak melangkah. Tak ada yang bisa dianggap susah selain bunyi perut yang selalu berubah. Teman datang, teman pergi bukan lagi sesuatu yang mengejutkan. Tetapi pada akhirnya, sebuah perpisahan tetaplah menyedihkan. Menjelang Semesta Kedua: Rona kematian serasa menohok ulu hatiku, mengoyak perih jantungku, menyesaki otakku dengan pikiran-pikiran tak tentu, menggoyahkan segala pondasi langkahku, terhuyung, terbelenggu, satu per satu. Semesta Kedua Berharap pada kemurahan hati, berharap pada sentimen sedih, tapi tak ingat pada Yang Maha Kasih, tiada hasil, tiada belas kasih. Saat kembali, aku mengerti dan aku berpasrah diri. Dan akhirnya janji Yang Maha Tinggi selalu ditepati. Selalu ada yang takkumengerti hingga kini. Di tempat yang kini terjejak, pilihan yang dulu terasa bagai karang yang kokoh kini serasa angin di musim kemarau. Kering, menyebarkan hawa panas namun bertahan adalah keniscayaan. Mencoba mengurung yang tak kumengerti dalam kesibukan seperti kesombongan akan kerendahdirian. Pelan-perlahan waktuku berputar bagai roda komidi putar. Berputar tapi selalu kembali ke titik awal. (Ada yang mulai berubah, ada yang mulai mencengkeram, membuatku merasakan nafas baru, meski saat itu aku tak tahu). Tetapi hidup haruslah maju meski harus selambat laju siput, sependek langkah kura-kura. Aku tetap harus maju, meski harus menanggung beban waktu. Semesta Ketiga Cerita bermula dengan persaan ingin menguasai hatiku karena seiring cerita selalu ada datang rasa cinta. Rasa itu adalah rasa yang berkembang pada sebuah cerita masa lalu. Dua matahari yang telah dating silih berganti namun kini keduanya menerangi salah satu sudut hatiku hingga kini, mungkin selamanya, tak akan hilang.Mmeskipun kelak datang matahari ketiga, akan selalu begitu. Hatiku adalah burung hantu, kau tahu tapi kau tidak tahu. Kau tidak tahu tapi kau tahu. Cukup gelap untuk menyembunyikan yang terdalam.. Setdaknya aku harus tetap maju meski aku tahu kegelapan hatiku tak sepenuhnya diterangi. Aku harus tetap berjalan karena kalau tidak aku adalah beban bagi sebuah zaman. Semesta Keempat Aku kini di ujung semesta terakhirku (semestinya). Aku merasa tetap harus menanggung beban itu meski seharusnya aku tak merasa menanggungnya sendirian. Aku ingin berhenti merasakan itu karenanya aku menanggung beban lain sehingga aku bisa berbagi dengan yang lain. Aku mencoba mencari, mengais segala detik waktu agar memihakku. Ternyuata kaisanku pada waktu membawaku ke persimpangan yang menuntunku pada ujung semsta yang terlihat namun tak tergapai, lengang namun penuh gelisah hingga kakiku pun serasa hampa melangkah. Semesta Kelima Jantungku berdetak tapi tak ada darah dalam nadiku. Nadiku berdenyut tapi hampa. Terang tanah tak lagi seperti tanah. Aku menabrak kesana kemari, mencari arti pada setiap apa yang terlihat meski aku tahu (ah, mungkin aku sebenarnya tidak tahu) bahwa hal itu hanya akan menorehkan luka. Satu hal yang aku tahu, saat itu aku harus menghilangkan satu tali gantungan dari orang yang paling kusayang, kucintai, dan kuhormati. Semesta Keenam Kosong. Dalam sepi aku sndiri. Beranjak ke keramaian aku merasa orang tak peduli. Tapi kemudian aku melihat itu,,,rasa sayang, kasihan, kepedulian di dalam hati setiap yang mengenalku. Karenanya aku berterima kasih untuk itu,
karena semua itu telah jadi pelita di salah satu sudut hatiku. Sayang, Hatiku adalah ruang yang begitu banyak sudutsudut tergelapnya tak tersentuh cahaya. Karena itu, Maafkan aku Semesta Ketujuh Dentang waktu memaksaku, mau tak mau membawaku ke kursi pesakitan. Aku mencoba berjalan dengan kokosongan hatiku, kekosongan waktu2ku, mencoba mengisinya dengan ketakutan akan kesia-siaan, memenuhinya dengan keraguan akan semesta di depan, menerangi hatiku dengan ancaman meski aku tahu terang itu tak seindah cahaya pelita, tak secerah cahaya matahari, lebih-lebih tak sebanding dengan Do’a ibuku, sehingga tetap saja aku berjalan perlahan. Namun aku tetap bersyukur untuk itu. Untuk semua yang membuatku berjalan menggapai ujung 7 semesta, berjalan hingga titik penentuan pengetokan palu hakim akan 7 semesta yang telah kujelajahi satu jalannya. Menuju Semesta Berikutnya.
Bagimu Ibu, yang anakmu seringkali lupa akan kesusahanmu dalam menghidupi , mendoa’akan segala kebaikan anakmu, yang bahkan di ujung 7 semesta ini tetap mempercayaiku. Untukmu Ayah, yang anakmu seringkali lupa mendo’akanmu Terurai kasih saudara-saudaraku yang sering kali aku tak menghargai keberadaan kalian Tercurah cinta, selalu, untukmu kedua matahariku meski aku tahu kalian mungkin bukan milikku Teriring terima kasih dan maaf untuk para guruku dan juga sahabatsahabatku yang dalam kerasnya waktu, masih teringat padaku dan mendo’kan yang terbaik untukku Dengan rendah diri kupersembahkan karya yang aku tahu mungkin tak layak, tak indah bagi pandangan mata kalian, bagi benak kalian yang berharga dan perpikir indah
PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada para pembimbing,Dr. Anna P. Roswiem, MS. dan Dimas Andrianto,M.Si atas bimbingan selama penelitian yang dilakukan dari bulan Januari 2010 hingga Oktober 2010 di laboratorium penelitian Biokimia serta selama proses penyusunan Skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibunda tercinta Muyassaroh, almarhum ayahanda Muslich Khoiron, serta saudara-saudara kandung penulis.
Bogor, Juni 2012 Ahmad Navies Hammami