POTENSI EKSTRAK DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain.) SEBAGAI PENURUN KADAR KARBON MONOOKSIDA DALAM ASAP ROKOK
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH ANANG DWI PRASETIYO NIM 10.001
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2013
POTENSI EKSTRAK DAUN LIDAH MERTUA (Sansevieria trifasciata Prain.) SEBAGAI PENURUN KADAR KARBON MONOOKSIDA DALAM ASAP ROKOK
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Kepada Akademi Analis Farmasi Dan Makanan Putra Indonesia Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program D III Bidang Analis Farmasi Dan Makanan
OLEH ANANG DWI PRASETIYO NIM 10.001
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA MALANG JULI 2013
LEMBAR PERSEMBAHAN
Yang Utama Dari Segalanya... Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan keada Hamba. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.
Ibunda dan Ayahanda Tercinta Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik, Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...
My Sister Untuk mbakku Indah Astutik, tiada yang paling mengharukan saat kumpul bersama kalian, walaupun sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak akan bisa tergantikan, terima kasih atas doa dan bantuan kalian selama ini, Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aq akan selalu menjadi yang terbaik untuk kalian semua...
My Friend Terima kasih atas bantuan moril dan spiritual selama masa kuliah, aku bersyukur telah kenal kalian semua . Terima kasih ....
Dosen daN Guru Terima kasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yg sangat berarti yang telah Ibu / bapak berikan kepada saya
ABSTRAK
Prasetiyo, Anang Dwi. 2013. Potensi Ekstrak Daun Lidah Mertua (Sansevieria trifasciata Prain.) Sebagai Penurun Kadar Karbon Monoksida Dalam Asap Rokok. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang, Pembimbing Rizal Pratama Nugroho, S.Farm., Apt.
Kata Kunci : karbon monoksida, lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain.). Pencemaran udara di kota-kota besar disebabkan juga oleh asap rokok. Peningkatan jumlah perokok aktif di daerah perkotaan berakibat pada penurunan kualitas udara bersih. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi daun lidah mertua menurunkan karbon monoksida dalam asap rokok. Daun lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain.) memiliki potensi menurunkan kadar karbon monoksida dalam asap rokok karena memiliki senyawa aktif pregnane glikosida yang menguraikan zat racun menjadi asam organik, asam amino dan gula. Di alam Sansevieria mengurangi kadar karbon dioksida di atmosfer dengan melakukan fotosintesis atau disebut juga dengan asimilasi karbon dari proses ini akan dihasilkan karbohidrat (glukosa) dan oksigen dengan bantuan cahaya matahari.. Penelitian dilakukan dengan mengukur penurunan kadar karbon monoksida dalam asap rokok dari selisih rata-rata kadar CO filter tanpa ekstrak dengan yang mengandung ekstrak. Pengujian kadar karbon monoksida dilakukan dengan menggunakan alat instrumen gas analyzer. Prosesya, sampel rokok dibakar dan asapnya dihisap oleh perokok, dihembuskan lagi dan ditampung dalam botol. Asap dalam botol dihisap oleh slang pipa plastik melalui inlet dan mengalir masuk ke CO Analyzer dimana konsentrasi sampel gas CO diukur dengan cara mengukur seberapa banyak sinar infra merah yang diserap sampel gas yang mengalir melalui sensor karbon monoksida yang dinyatakan dalam bentuk ppm. Berdasarkan hasil uji potensi penurunan kadar gas karbon monoksida dalam asap rokok didapatkan hasil rata rata nilai kadar gas karbon monoksida pada filter rokok yang mengandung ekstrak yaitu 630.4 ppm. Sedangkan pada filter rokok tanpa ekstrak yaitu 681.9 ppm. Dari hasil tersebut didapatkan penurunan rata-rata kadar karbon monoksida yaitu 51.5 ppm per batang rokok dengan berat 1gram. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, maka perlu disarankan untuk dilakukan isolasi senyawa pregnane glikosida serta sebaiknya pada penelitian berikutnya dilakukan pengujian polutan lainya dalam asap rokok.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Potensi Ekstrak Daun Lidah Mertua Sebagai Penurun Kadar Karbon Monoksida dalam Asap Rokok” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program Diploma III di Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Sehubungan dengan selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Hendyk Krisna Dani, S.Si. selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 2. Bapak Rizal Pratama Nugroho, S.Farm., Apt. selaku Dosen Pembimbing 3. Ibu Dra. Wahyu Wuryandari, M.Pd. selaku Dosen Penguji I 4. Bapak Imam Bukhori, ST., M.Sc. selaku Dosen Penguji II 5. Bapak dan Ibu Dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan serta semua staff dan karyawan. 6. Kedua orang tua yang selalu memberikan do‟a dan motivasi. 7. Teman-teman mahasiswa, dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan, bantuan, serta arahan secara langsung maupun secara tidak langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih mempunyai beberapa kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran akan sangat diharapkan untuk menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat.
Malang, Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumus Masalah ................................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 4 1.5 Asumsi Penelitian ............................................................................. 5 1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah ...................................... 5 1.7 Definisi Istilah .................................................................................. 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Lidah Mertua ..................................................................... 7 2.2 Rokok ............................................................................................... 13 2.3 Ekstraksi ............................................................................................ 17 2.4 Analisis Kadar CO Dengan Gas Analyzer ........................................ 21 2.5 Kerangka Teori ................................................................................. 21 2.6 Hipotesis ........................................................................................... 22
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 23 3.2 Populasi dan Sampel ......................................................................... 24 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 24 3.4 Definisi Operasional.......................................................................... 25 3.5 Instrumen Penelitian ......................................................................... 26 3.6 Pengumpulan Data ........................................................................... 26 3.7 Analisis Data .................................................................................... 28 BAB IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Lidah Mertua .................................................................................... 29 4.2 Hasil Uji Potensi Penurun Kadar Gas CO ........................................ 29 BAB V. PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan ...................................................................................... 31 BAB VI. PENUTUP 6.1.Kesimpulan ...................................................................................... 33 6.2.Saran .................................................................................................. 33 DAFTAR RUJUKAN ................................................................................. 34 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................ 36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Determinasi Tanaman Lidah Mertua ............................. 36 Lampiran 2. Hasil Perhitungan Rata-rata Kadar CO Filter Tanpa Ekstrak... 37 Lampiran 3. Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku Kadar CO Filter Dengan Ekstrak ................................................................................... 38 Lampiran 4. Skema Gambar Preparasi dan Pengukuran Kadar CO ............. 39
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran udara kota-kota besar di Indonesia sangat memprihatinkan. Udara bersih sangat sulit didapatkan tidak hanya di luar ruangan (outdoor) tetapi juga di dalam ruangan (indoor). Hal ini disebabkan adanya gas-gas beracun yang berasal dari asap kendaraan bermotor dan asap rokok serta adanya mikroorganisme merugikan di udara. Salah satu yang disorot adalah masalah rokok. Banyak peneliti yang menyebutkan bahaya merokok bagi perokok sendiri serta lingkungan sekitarnya. Di sisi lain, rokok sudah menjadi sebuah industri besar. Di dalamnya melibatkan banyak unsur, yakni ekonomi, tenaga kerja serta dampak lain yang dapat timbul ketika industri tersebut berhenti. Rokok telah diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan, salah satu penyebabnya adanya gas karbon monoksida dalam asap rokok tersebut. Gas ini berasal dari arus asap utama dan asap samping dari rokok yang dihisap oleh perokok, sehingga tidak hanya berbahaya bagi perokok sendiri (perokok aktif) tetapi juga orang yang berada di lingkungan asap rokok atau disebut dengan perokok pasif (Susanna, dkk., 2003). Asap rokok juga mengandung banyak sekali unsur kimia dan salah satu yang terpenting adalah senyawa nikotin, karbon monoksida dan ter yang bersifat karsinogen (Hoan Tjay & Kirana, 2007). Salah satu tanaman yang memiliki potensi menurunkan kadar gas karbon monoksida pada asap rokok adalah Sansevieria. Sansevieria lebih dikenal dengan
sebutan lidah mertua (mother-in laws tongue) atau dikenal sebagai tanaman ular (snake plant) karena corak daun dari beberapa jenis tanaman ini mirip dengan ular. Tanaman sansevieria termasuk famili Agaveceae dengan habitat aslinya adalah daerah tropis yang kering dan mempunyai iklim gurun yang panas. Sansevieria juga tumbuh di pegunungan yang tandus dan gurun pasir yang gersang (Pramono, 2008 : 4). Penelitian sebelumnya yang dilakuan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menunjukkan, daun sansevieria mampu menyerap 107 jenis unsur berbahaya. Beberapa jenis polutan yang bisa dihancurkan oleh sansevieria adalah kloroform, bezena, xylena, formaldehid dan trichloro etilen. Riset lainnya yang dilakukan oleh Wolverton Enviromental Service menyebutkan bahwa sehelai daun sansevieria mampu menyerap formaldehid sebanyak 0,938 μg per jam (Pramono, 2008 : 13). Dalam penelitian ini, ekstraksi senyawa pregnan glikosida dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut campuran methanol dan air. Metode tersebut dilakukan berdasarkan jurnal penelitian yang berjudul “ New pregnane glycosides from Caralluma negevensis “. Sedangkan pengujian aktivitasnya sebagai penurun kadar gas karbon monoksida dilakukan dengan menggunakan gas analyzer. Prinsipnya, asap rokok dihisap masuk melalui inlet dan mengalir melalui pipa slang plastik masuk ke CO Analyzer dimana konsentrasi sampel gas CO diukur dengan cara mengukur seberapa banyak sinar infra merah yang diserap sampel gas yang mengalir melalui sensor karbon monoksida triple plus yang dinyatakan dalam bentuk ppm.
Berdasarkan uraian diatas. Secara garis besar, pembuatan ekstrak daun lidah mertua digunakan untuk mengurangi radikal bebas dari asap rokok, khususnya yang disebabkan oleh gas karbon monoksida. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam filter rokok. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai inovasi dalam mereduksi dampak negatif rokok dan memperkuat dampak positif rokok dalam memperbaiki kualitas hidup.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata Prain.) memiliki potensi menurunkan kadar karbon monoksida dalam asap rokok setiap sebatang rokok dengan berat 1gram ?”
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu: 1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui seberapa jauh potensi ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata Prain.) dalam menurunkan kadar karbon monoksida dalam asap rokok setiap sebatang rokok dengan berat 1gram.
1.3.2
Tujuan Khusus Untuk mengetahui potensi ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata Prain.) dalam menurunkan kadar karbon monoksida dalam asap rokok.
1.4 Manfaat Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain : 1.4.1 Peneliti Digunakan
sebagai
sebuah
pengetahuan
tentang
inovasi
terbaru
peningkatan nilai ekonomi daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata Prain.) sebagai bahan tambahan dalam filter rokok 1.4.2
Institusi Dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa Putera Indonesia Malang untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.4.3
Masyarakat Digunakan sebagai informasi peningkatkan nilai ekonomis dari daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata Prain.) sebagai bahan tambahan dalam filter rokok.
1.5 Asumsi Penelitian Asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.5.1
Daun lidah mertua dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam filter rokok untuk menurunkan kadar gas karbon monoksida dalam asap rokok.
1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah pengujian pada filter rokok tanpa ekstrak dan yang mengandung ekstrak. Adapun keterbatasan penelitian ini adalah dalam pengukuran kadar karbon monoksida hanya dilakukan pada aliran asap utama yaitu asap yang dihisap oleh perokok yang melewati filter sedangkan asap yang dihasilkan pada proses pembakaran rokok dibakar tidak dihitung.
1.7 Definisi Istilah Beberapa istilah yang didefinisikan dibawah ini bertujuan untuk mengantisipasi kesalahan penafsiran dalam membaca Karya Tulis Ilmiah mengenai potensi ekstrak daun lidah mertua (Sansevieria trispasciata Prain.) sebagai penurun kadar gas karbon monoksida dalam asap rokok. Istilah – istilah tersebut antara lain Definisi istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.7.1
Asap rokok yang dimaksud adalah asap utama, yaitu asap yang dihirup oleh perokok aktif.
1.7.2
Karsinogen adalah senyawa yang dapat memicu timbulnya penyakit kanker.
1.7.3
Filter yang digunakan yaitu filter rokok yang ditambahkan dan tanpa ditambahkan ekstrak daun lidah mertua.
1.7.4
Bahan tambahan yang dimaksud adalah ekstrak daun lidah mertua yang ditambahkan ke dalam filter rokok.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar. Sansevieria trifasciata Prain. 2.1 Tanaman Lidah Mertua 2.1.1
Klasifikasi Tanaman Tanaman lidah mertua dalam sistematika tumbuhan adalah: Kingdom
: Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta Super divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyhta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Bangsa
: Liliales
Suku
: Agavaceae
Marga
: Sansevieria
Jenis
: Sansevieria trisfasciata Prain.
Nama daerah : Ki-kolo, Letah Bayawak, Rajek Wesi, Nanas Belanda (Sumber : UPT Materia Medica Batu)
2.1.2 2.1.2.1
Morfologi Tanaman lidah mertua Akar Lazimnya tumbuhan berbiji tunggal (monokotil), akar sansevieria
berbentuk serabut. Akar berwarna putih ini tumbuh dari bagian pangkal daun dan menyebar kesegala arah di dalam tanah. 2.1.2.2
Rimpang (rhizoma) Pada bagian pangkal tanaman sansevieria, selain terdapat akar juga
terdapat organ yang menyerupai batang. Orang menyebut organ ini sebagai rimpang atau rhizome. Rimpang menjalar dibawah dan kadang-kadang di atas permukaan tanah. Ujung organ ini merupakan jaringan meristem yang selalu tumbuh dan memanjang. Rimpang berfungsi sebagai tempat menyimpan sari-sari makanan hasil fotosintesis. Bagian ini juga berperan dalam perkembangbiakan. Dari permukaan ruas-ruasnya, terdapat mata tunas yang akan tumbuh menjadi anakan tanaman. Selama tanaman anakan ini belum berakar, rimpanglah yang menjamin sepenuhnya kebutuhan zat hara. 2.1.2.3
Daun Tanaman sansevieria mudah dikenai dari daunnya yang tebal dan
banyak mengandung air (fleshy dan succulent). Struktur daun seperti ini membuat
sansevieria tahan terhadap kekeringan. Proses penguapan air dan laju transpirasi dapat ditekan. Daun tumbuh di sekiling batang semu di atas permukaan tanah. Bentuk daun panjang dan meruncing pada bagian ujungnya. Tulang daun sejajar. Pada beberapa jenis memiliki duri.
2.1.2.4
Bunga Bunga sansevieria terdapat dalam malai yang tumbuh tegak dari
pangkal batang. Bunga sansevieria termasuk bunga rumah dua, putik dan sebuk sari tidak berada dalam satu kuntum bunga. Bunga yang memiliki putik disebut bunga betina sedangkan serbuk sari disebut bunga jantan. Bunga ini mengerluarkan wangi terutama pada malam hari. 2.1.2.5
Biji Biji dihasilkan dari pembuahan serbuk sari pada kepala putik. Biji
memiliki peran penting dalam perkembangbiakan tanaman. Biji sansevieria berkeping tunggal seperti tumbuhan monokotil lainnya. Bagian luar dari biji berupa kulit tebal yang berfungsi sebagai lapisan pelindung. Disebelah dalam kulit terdapat embrio yang merupakan calon bakal tanaman.
2.1.3
Khasiat Tanaman lidah mertua
2.1.3.1 Bahan Serat Salah satu nama yang diberikan kepada sanseveiria adalah “bowstring hemp”yang berarti serat yang diguanakan untuk mengikat. Hal ini beralasan, karena daun tumbuhan ini dulunya sering dijadikan sebagai pengikat. Serat daunnya panjang, mengilat, kuat, kuat elastis, dan tidak merapuh meski terkena
air.karena keunggulan sifat-sifat inilah serat daun sansevieria digunakakan sebagai bahan baku pakain. Beberapa negar seperti Cina dan Selandia Baru membudidayakan sansevieria sebagai bahan baku serat pada industri tekstil. Jenis yang biasa ditanam untuk keperluan ini di antaranya S.cylindrica „aethiopica‟, S. kirkii .perinii‟ , Sanseveria trfasciata „ lorentii mein liebling‟ , S. zeylinica. 2.1.3.2 Obat Tradisional Di daerah asalnya di Afrika, sansevieria telah lama digunakan oleh penduduk lokal sebagai penghalau racun akibat gigitan ular dan serangga. Di beberapa daerah di Asia, getah tumbuhan ini digunakan sebagai cairan antiseptik dan daunnya digunakan untuk membalut luka pada pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K). Bagi penderita diabetes, daun tanaman ini bisa menjadi obat alternatif. Jenis yang digunakan adalah Sanseveria trfasciata „ lorentii‟. Cara penggunaanya, beberapa lembar daun dipotong-potong dan direbus dengan tiga gelas air hingga mendidih dan tersisa satu gelas air. Sisa air ini kemudian diminumkan kepada penderita. Dengan cara yang sama, ramuan ini juga sering diguanakan oleh penderita ambeien. 2.1.3.3 Antipolusi Di dalam tiap helai daun sansevieria terdapat senyawa aktif pregnane glycoside, yaitu zat yang manpu menguraikan zat beracun menjadi senyawa asam organik, gula,dan beberapa senyawa asam amino. Beberapa senyawa bereacun yang bisa diuraikan oleh tanaman ini di antaranya kloroform, benzen, xilen, formaldehid, dan trikloroetilen. Kemampuan sansevieria untuk menyerap racun membuatnya akrab dalam penghijauan lingkungan. Di jalur hijau, tanaman ini dimanfaatkan untuk
menyerap racun asap buangan kendaraan dari knalpot. Sementara itu, sebagai tamana hias indoor, sanseveiria bisa menangani sick building syndrome, yaitu keadaan
ruangan
yang
tidak
sehat
akibat
tingginya
konsentrasi
gas
karbondioksida, zat nikotin dari asap rokok, dan penggunaan AC dalam ruangan (Pramono, 2008 :15). Sansevieria mampu memberikan udara segar pada suatu ruangan karena sepanjang hidupnya tanaman ini terus-menerus menyerap zat berbahaya di udara. Sansevieria sangat tahan terhadap polutan. Selain sebagai anti polutan terhadap asap rokok, sansevieria juga mampu menyerap karbon dioxide, benzene, formaldehyde, dan trichloroethylene (Aditya & Ratnie, 2012). Penelitian yang dilakukan NASA selama 25 tahun menunjukkan bahwa Sansevieria mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya yang terdapat di udara karena Sansevieria mengandung bahan aktif pregnane glikosida yang berfungsi untuk mereduksi polutan menjadi asam organic, gula dan asam amino manusia, dengan demikian unsure polutan menjadi tidak berbahaya lagi (Pramono, 2008 : 13).
2.1.4
Mekanisme Pengolahan Polutan oleh Sansevieria Pengolahan polutan oleh tanaman sansevieria disebut dengan proses
Metabolic Breakdown (penangkapan dan pemecahan) dimana polutan diserap dan dihancurkan menjadi asam organik, gula dan beberapa senyawa asam amino. Salah satu polutan yang dapat diolah oleh sansevieria adalah CO. Tanaman sansevieria menyerap polutan dalam dua tahap, yaitu; a. Tahap pertama (Proses penangkapan dan pemecahan)
Sansevieria menangkap polutan melalui stomata. Polutan tersebut dipecah menjadi ion. Ion diserap oleh jaringan sansevieria. Begitu pula CO di udara, ditangkap oleh sansevieria melalui stomata. Kemudian dipecah menjadi ion C dan O, dan diserap oleh jaringan sansevieria yang mengandung pregnance glycoside. b. Tahap kedua Sansevieria mengeluarkan oksigen melalui akar. Senyawa beracun keluar dan menumpuk dijaringan akar kemudian dilepaskan. Peristiwa ini terjadi pada proses transpirasi. CO yang sudah terpisah menjadi C dan O, jika ion C bereaksi dengan senyawa H2O (air) maka dapat membentuk C6H12O6 (gula) dan O2 (oksigen). Berdasarkan rumus kesetaraan reaksi kimia, reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut : C + O + H2O
C6H12O6 + O2
6C + 2O + 6H2O
C6H12O6 + O2
Pada proses fotosintesis, klorofil pada sansevieria berfungsi menyerap cahaya matahari, sehingga dengan adanya cahaya matahari stomata pada sansevieria dapat membuka dan CO di udara masuk melalui stomata. Semakin tinggi pencahayaan, semakin banyak stomata yang membuka, sehingga CO yang diserap semakin besar. Laju fotosintesis juga meningkat dengan adanya energi yang diterima dari cahaya. (Poedjiadi, 2006).
2.1.5
Variasi Umur dan Kerapatan Tanaman Lidah Mertua (Sansevieria) Sudah diketahui bahwa sansevieria mampu mereduksi berbagai zat
pencemar karena mengandung
pregnane
glycoside, termasuk zat pencemar
karbon monoksida. Pada proses ini, polutan diserap dan dihancurkan melalui proses yang disebut Metabolic Breackdown (penangkapan dan pemecahan) menjadi asam organik, gula dan beberapa senyawa asam amino. Menurut Wolfereton Environmental Service (1999), satu helai lidah mertua dalam satu jam bisa menyerap 0,938 µg/jam polutan di ruangan dengan volume 100 m3. (Patra, 2002). 2.1.6
Kandungan Kimia Komposisi yang terkandung dalam tanaman sansevieria secara umum
diantaranya adalah ruscogenin, 4-0 methyl glucoronic acid, beta siti sterol, dxylose, serat, hemiselulosa, n butyl 4 OL propylphthalate, neoruscogenin, sanseverigenin, dan
pregnane glikosid (1 beta, 3 beta-dihidroksipregna-5,16-
dien-20-one glikosid).(Widhowati, 2008) 2.2 Rokok 2.2.1
Pengertian Rokok merupakan bahan yang dapat merugikan manusia dari berbagai
faktor diantaranya adalah kesehatan, ekonomi, dan kecerdasan pada anak usia sekolah. Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tobacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Dari segi bahan, rokok mempunyai beberapa istilah. Yang dimaksud dengan rokok atau sigaret adalah terbuat dari daun tembakau, pada umumnya bahan baku rokok hanya tembakau dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan
di Indonesia ada rokok yang dibuat dari campuran tembakau dan cengkeh yang di sebut rokok kretek. Rokok kretek adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau dan mempunyai campuran aroma dan rasa cengkeh (Anonimous, 2008). Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Tidak hanya bagi kesehatan, merokok juga menimbulkan akibat buruk di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini terdapat kecenderungan untuk berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia justru cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok. Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium (Susanna, et.al, 2003) Asap utama merupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Telah ditemukan 4.000 jenis bahan kimia dalam rokok, dengan 40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), di mana bahan racun ini lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida (CO) 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping daripada asap utama, benzopiren 3 kali, dan amoniak 50 kali. Bahan bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah rokok berhenti. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung 3 kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu (Susanna, et.al, 2003).
Dari pendapat ini kita tahu bahwa asap rokok mengandung komponen – komponen dan zat – zat yang berbahaya bagi tubuh. Banyaknya komponen tersebut tergantung pada tipe tembakau, temperatur pembakaran, panjang rokok, porositas kertas pembungkus, bumbu rokok serta ada tidaknya filter. Partikel dalam asap rokok dapat menyebabkan kanker (bersifat karsinogenik).
2.2.2
Kategori Perokok
a. Perokok Pasif Perokok pasif dalah asap rokok yang di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker).. b. Perokok Aktif Menurut Bustan (1997) perokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri maupun lingkungan sekitar. 2.2.3
Karbon monooksida Karbon monooksida adalah suatu komponen tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas 192ᴼC. Komponen ini mempunyai berat sebesar 96.5% dari berat air dan tidak larut dalam air. Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk melalui salah satu proses sebagai berikut :
a)
Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponenyang
mengandung karbon. b)
Reaksi antara karbon diokside dan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi. c)
2.2.4
Pada suhu tinggi, CO2 terurai menjadi karbon monokside dan O
Dampak karbon monooksida Karbon monooksida (CO). Gas CO adalah sejenis gas yang tidak memiliki
bau. Unsur ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3 – 6%, gas ini dapat di hisap oleh siapa saja. Oleh orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan si perokok, atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan arus pinggir (side – stream) akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasma. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan
pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada wanita hamil. Pada paparan menahun akan menunjukkan gejala gangguan syaraf, infark otak, infark jantung dan kematian bayi dalam kandungan. Gas CO yang tinggi di dalam darah dapat berasal dari rokok dan asap dari kendaraan bermotor. Terhadap lingkungan udara dalam ruangan, gas CO dapat pula merupakan gas yang menyebabkan building associated illnesses, dengan keluhan berupa nyeri kepala, mual, dan muntah (Maryanto, et.al, 2009).
2.3 Ekstraksi 2.3.1
Definisi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Proses ekstraksi tersebut menghasilkan ekstrak. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
2.3.2 Metode Ekstraksi Proses ekstraksi menggunakan beberapa metode, yaitu: 1) Cara dingin Metode ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindarkan rusaknya senyawa karena pemanasan. Jenis ekstraksi dingin adalah : a. Maserasi Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia yang menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Metode maserasi memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode ini relatif sederhana yaitu tidak memerlukan alat-alat yang rumit, relatif mudah, murah dan dapat menghindari rusaknya komponen senyawa akibat panas. Kelemahan metode ini adalah waktu yang diperlukan relatif lama dan penggunaan pelarut yang tidak efektif dan efisien. b. Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien. 2) Cara panas Metode ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Beberapa teknik ekstraksi yang menggunakan metode panas, yaitu: a.
Refluks Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna. Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahap pemanasan langsung. Kerugian dari metode ini membutuhkan volume total pelarut yang besar. b.
Soxhlet Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Syarat-syarat pelarut yang digunakan dalam proses soxhletasi antara lain: 1. Pelarut yang mudah menguap. Contohnya: heksan, eter, petroleum eter, metil klorida 2. Titik didih pelarut rendah 3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan 4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi 5. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diesktraksi, non polar atau polar. c.
Digesti Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur (40-50)℃. d.
Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, terukur (96-98)℃ selama waktu tertentu (15-20) menit. e.
Destilasi uap Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak atsiri)
dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan persial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian.
2.4 Analisis Kadar CO dengan Gas Analyzer Dalam pengukuran kadar karbon monoksida dalam asap rokok dengan menggunakan alat gas analyzer sesuai metode analisa pengukuran asap dan udara di Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta 1 Malang. Prinsip, asap rokok dihisap masuk melalui inlet dan mengalir melalui pipa slang plastik masuk ke CO Analyzer dimana konsentrasi sampel gas CO akan terdeteksi oleh sensor karbon monoksida triple plus yang dinyatakan dalam bentuk ppm.
2.5 Kerangka Teori Lidah mertua merupakan tanaman hias yang memiliki manfaat sebagai tanaman penyerap polusi. Penelitian ini menggunakan daun lidah mertua segar dengan alasan untuk mendapatkan senyawa aktifnya secara maksimal. Daun lidah mertua mengandung senyawa aktif preganane glikosida, yang bisa menguraikan zat racun menjadi asam organik, gula dan beberapa senyawa asam amino. Mekanisme pengolahan polutan oleh tanaman sansevieria disebut dengan proses Metabolic Breakdown (penangkapan dan pemecahan) dimana polutan diserap
dan dihancurkan menjadi asam organik, gula dan beberapa senyawa
asam amino. Oleh karena itu daun lidah mertua memiliki potensi dalam mengurangi senyawa racun pada asap rokok, khususnya kadar gas karbon monoksida dalam asapnya. Daun lidah mertua yang diperoleh dikondisikan dengan cara dipanaskan d untuk menghindari rusak atau hilangnya senyawa aktif yang berkhasiat dalam
daun lidah mertua karena pemanasan atau dijemur sinar matahari, untuk mengurangi kadar air sisa dari pencucian dan mendapatkan daun lidah mertua yang tingkat kekeringan relatif sama. Dipotong-potong kemudian diekstraksi dengan cara maserasi. Dalam mengetahui penurunan kadar gas CO dalam asap rokok awal dan sesudah ditambah dengan ekstrak daun lidah mertua, dilakukan pengujian dengan mengukur kadar gas CO awal dan sesudah perlakuan. Dari pengujian tersebut jika terjadi penyimpangan maka dapat disimpulkan filter rokok mengalami penurunan setelah ditambah daun lidah mertua.
2.6 Hipotesis Adanya penurunan kadar gas karbon monoksida dalam asap rokok setiap sebatang rokok dengan berat 1 gram.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu proses dalam perencanaan penelitian dan pelaksanaan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan permasalahannya, penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara keadaan awal dan sesudah dalam perlakuan, juga adanya replikasi dan rendomisasi untuk meyakinkan hasil yang diperoleh (Nazir, 1998). Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. 3.1.1
Tahap Persiapan Tahap persiapan dalam penelitian ini meliputi penentuan populasi dan
sampel penelitian, penentuan lokasi dan waktu penelitian, serta menghitung kebutuhan bahan, kemudian mempersiapkan peralatan yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan. 3.1.2
Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan ini meliputi pengolahan daun lidah mertua, pembuatan
rokok, uji potensi ekstrak daun lidah mertua.
3.1.3
Tahap Akhir Tahap akhir dalam penelitian ini yaitu pengolahan dan analisis data serta
menyimpulkannya dan saran.
3.2 Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian sebagai berikut :
3.2.1
Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti (Nazir, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah lidah mertua jenis Sansevieria trifasciata Prain. yang diambil dari Materia Medica Batu. 3.2.2
Sampel Sampel dalam penelitian adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti
(Nazir, 1998). Sampel dalam penelitian ini adalah cuplikan daun lidah mertua yang diambil dari populasi di atas.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian Pada proses pembuatan rokok dan uji kadar gas karbon monoksida dilaksanakan di industri rokok rumah tangga dan Laboratorium Kualitas Air Perum Jasa Tirta 1. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai penyusunan proposal bulan Desember 2012 sampai terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
3.4 Definisi Operasional Variabel Adapun defenisi operasinal tertera pada tabel di bawah ini Tabel 3.4.1 Definisi Operasional Variabel Sub
Definisi operasional
Alat Ukur
Variabel
Skala Ukur
kadar gas
Selisih kadar gas karbon
Gas
Nominal
karbon
monoksida pada sampel
analyser
(ppm)
monoksida
tanpa ekstrak dengan sampel yang mengandung ekstrak
3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1
Alat Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah (spesifikasi) :
vacum evaporatory (han shin), corong buchner (pyrex), kertas saring (whatman No.1) dan gelas ukur (herma), gunting, timbangan bahan, dan oven. 3.5.2
Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun lidah mertua,
kloroform (grade AR), metanol (grade AR), filter rokok, dan aquades.
3.6 Pengumpulan data Tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data sebagai berikut: 3.6.1
Persiapan Bahan Lidah mertua yang diperoleh dikondisikan dengan cara dibersihkan dan
dipanaskan di oven pada suhu 60oC selama 2 jam yang bertujuan untuk mengurangi kandungan air sisa dari pencucian dan mendapatkan daun lidah mertua yang keringnya relatif sama antara satu daun dengan daun lainnya.
3.6.2
Pembuatan Ekstrak
1) Lidah mertua yang sudah kering, dipotong kecil-kecil 2) Ditimbang sebanyak 500gram lalu dimaserasi dengan 1000mL pelarut kloroform selama 24 jam pada suhu ruang dengan sesekali dilakukan pengocokan (defatting : untuk menghilangkan lemak dan minyak). 3) Disaring dengan corong bucher. 4) Hasil filtrasi dimaserasi dengan 1000mL pelarut campuran metanol-air (7,5 : 2,5) selama 3 x 24 jam pada suhu ruang dengan sesekali dilakukan pengocokan. 5) Disaring dengan corong bucher kemudian di vacum evaporator pada 78ᴼC selama 1 jam.
3.6.3
Pembuatan Rokok Pembuatan rokok dilakukan dengan kerja sama dengan industri rokok rumah tangga. Filter rokok yang digunakan yaitu filter dengan ekstrak daun lidah mertua sebagai perlakuan dan tanpa ekstrak daun lidah mertua sebagai kontrol positif.
3.6.4
Pengujian
3.6.4.1 Kadar Gas Karbon Monoksida 1) Pengambilan cuplikan Asap rokok dari rokok dengan filter dengan ekstrak daun lidah mertua (perlakuan) dan tanpa ekstrak daun lidah mertua (kontrol positif) yang dihisap oleh sukarelawan lalu dihembuskan lagi ke dalam botol. Diulang hingga 10 kali hisapan. 2) Penentuan kadar gas karbon monoksida dalam asap rokok Asap rokok yang ditampung dalam botol kemudian dibaca kadarnya dengan alat gas analyzer. Catat kadar yang muncul dan Hitung rata-rata dari 10 kali pembacaan kadar sampel.
3.7 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini untuk mengetahui daya atau potensi ekstrak daun lidah mertua segar. 3.7.1
Dihitung standar deviasi dan rata-rata dari kadar control dan perlakuan
Dengan rumus :
Rata − rata 𝜇 =
𝑋𝑖 𝑛
Standar Deviasi (s) =
𝑋𝑖 −𝜇 2 𝑛−1
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Lidah Mertua Lidah mertua yang diperoleh merupakan lidah mertua segar yang harus
dikondisikan dengan cara dibersihkan dengan air bersih untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada daun lidah mertua kemudian dipanaskan dengan oven pada suhu 60°C selama 2 jam untuk mengurangi kadar air sisa pencucian dan mendapatkan lidah mertua yang tingkat kekeringannya relatif sama. Setelah diperoleh daun lidah mertua cukup kering, setelah itu dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan, sehingga mempermudah saat proses penyarian. 4.2
Hasil Uji Potensi Penurun Gas CO Tabel 4.2.1 Hasil Pengukuran Kadar Gas CO Kontrol
Replikasi
Kadar Gas CO (ppm)
1
698
2
678
3
675
4
684
5
668
6
687
7
691
8
681
9
680
10
677
Rata-rata 𝜇
= 681.9 ppm
Tabel 4.3.2 Hasil Pengukuran Kadar Gas CO Perlakuan
Replikasi
Kadar Gas CO (ppm)
1
617
2
623
3
611
4
627
5
619
6
633
7
638
8
621
9
653
10
662
Rata-rata 𝜇
= 630.4 ppm
Standar Deviasi (s)
= 16.7332 ppm
BAB V PEMBAHASAN
Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak daun lidah mertua dalam menurunkan kadar gas karbon monoksida dalam asap rokok. Dalam daun lidah mertua terdapat senyawa aktif pregnane glikosida yang mampu menguraikan zat racun menjadi beberapa senyawa asam organik, asam amino dan gula yang tidak berbahaya bagi tubuh. (Pramono, 2008). Di alam daun lidah mertua mampu menyerap dan menurunkan kadar karbon dioksida dengan melakukan proses fotosintesis yang disebut juga asimilasi karbon dari proses ini akan dihasilkan karbohidrat (glukosa) dan oksigen dengan bantuan cahaya matahari. (Poedjiadi, 2006). Ekstraksi daun lidah mertua dilakukan dengan menggunakan metode ekstrasi remaserasi dengan pelarut kloroform kemudian dengan campuran pelarut air dan metanol (7,5 : 2,5). Pelarut kloroform berfungsi sebagai pengikat senyawa non polar dan lemak yang terkandung dalam daun lidah mertua. Sedangkan campuran pelarut metanol-air untuk mengikat senyawa aktifnya karena senyawa aktif pregnan glikosida bersifat agak polar sehingga dapat tersari maksimal dengan pelarut yang sifat kepolarannya sama, dan metanol dapat juga berfungsi sebagai mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang tumbuh saat proses perendaman (maserasi).
Residu hasil penyaringan pada ekstraksi maserasi dengan kloroform, dimaserasi lagi dengan pelarut campuran metanol dan air dilakukan selama 3 x 24 jam dengan sesekali dilakukan pengocokan. Setelah proses maserasi, disaring dengan corong Buchner kemudian dilakukan proses evaporasi pada suhu 78ᴼC menggunakan vaccum rotary evaporator yang bertujuan untuk memisahkan ekstrak dengan metanol. Pada saat proses evaporasi, metanol akan menguap dan didinginkan di kondensor kemudian mengalir menuju wadah yang disediakan. Proses evaporasi berakhir ketika sudah tidak ada lagi peristiwa kondensasi pada kondensator. Pada uji potensi penurunan kadar gas karbon monoksida dalam asap rokok didapatkan hasil adanya penurunan kadar karbon monoksida yaitu 51.5 ppm Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun lidah mertua memiliki potensi menurunkan kadar gas karbon monoksida dalam asap rokok per batang rokok dengan berat 1gram.
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan perhitungan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun lidah mertua memiliki potensi menurunkan kadar gas karbon monoksida dalam asap rokok ± 51.5 ppm per batang rokok dengan berat 1gram. 6.2 Saran Berdasarkan hasil yang didapatkan dari penelitian ini, maka saran yang diberikan adalah : 1) Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan isolasi senyawa pregnane glikosida. 2) Sebaiknya pada penelitian berikutnya dilakukan pengujian polutan lainya dalam asap rokok.
DAFTAR RUJUKAN
Aditya, Bovi Rahadiyan C. & Naniek Ratni J. A. R. 2012. Tingkat Kemampuan Penyerapan Tanaman. Vol. 4, No.1, (http ://eprints.upnjatim.ac.id, diakses 17 Mei 2013).
Direktorat Jenderal Budidaya Tanaman Hias. 2007. Standar Operasional Prosedur Sansevieria. (http:www.novapdf.com, diakses 12 Mei 2013).
Hoan Tjay, Tan, DRS. dan DRS Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Maryanto, D., dkk. 2009. Penurunan Kadar Emisi Gas Buang Karbon Monoksida (CO) Dengan Penambahan Arang Aktif Pada Kendaraan Bermotor Di Yogyakarta. Kesehatan Masyarakat, Vol. 3, No.3, (http//www.journal.uad.id, diakses 2 Juni 2013).
Patra, AD. 2002. Factor Tanaman dan Faktor Lingkungan yang mempengaruhi Kemampuan Tanaman dalam Menyerap Polutan gas CO2 . Bogor : Institute Pertanian Bogor. (http://repository.ipb.ac.id, diakses 5 Juli 2013.
Nazir, Mohammad. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Poedjiadi, A. 2006. Dasar – Dasar Biokimia. Jakarta : UI-press
Pramono, Sentot. 2008. Pesona Sansevieria. Penerbit : Agromedia Pustaka.
Salisbury, F. B., and C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan (diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono). Jilid 2. ITB. Bandung.
Sudjana, Prof. 1989. Metode Statistika. Bandung : Transito
Susanna, D., Hartono, B., & Fauzan, H. 2003. Penentuan Kadar Nikotin. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 2 No 3, (http://repository.ui.ac.id, diakses 2 Mei 2013). Widhowati, P. 2008. “Tugas akhir: Analisa Kemampuan Tanaman Lidah Mertua (Sasevieria sp.) Dan Kembang Sepatu (Hibiscus rosasinensis) Dalam Penurunan Konsentrasi Gas CO”, Teknik Lingkungan FTSP- ITS, Surabaya. Yudshistira. 26 Desember 2008. “Penyuluhan Bahaya Rokok”. Kompas hlm.10.
LAMPIRAN 1 Hasil Determinasi Tanaman Lidah Mertua
LAMPIRAN 2 Hasil Perhitungan Rata-rata Kadar CO Filter Tanpa Ekstrak Replikasi
Kadar Gas CO (ppm) Xi
1
698
2
678
3
675
4
684
5
668
6
687
7
691
8
681
9
680
10
677
rata − rata 𝜇 =
𝑋𝑖 𝑛
=
6819 10
= 681.9 ppm
LAMPIRAN 3 Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku Kadar CO Filter Rokok Dengan Ekstrak Replikasi
𝑋𝑖 − 𝜇
- 𝑋𝑖 − 𝜇
1
Kadar Gas CO (ppm) Xi 617
(-) 13.4
179.56
2
623
(-) 7.4
54.76
3
611
(-) 19.4
376.36
4
627
(-) 3.4
11.56
5
619
(-) 11.4
129.96
6
633
3.4
11.56
7
638
8.4
70.56
8
621
9.4
88.36
9
653
23.4
547.56
10
662
32.4
1049.76
rata − rata 𝜇 =
𝑋𝑖 𝑛
Standar Deviasi (s) =
=
6304 10
= 630.4 ppm
𝑋𝑖 −𝜇 2 𝑛−1
=
2520 10−1
= 16.7332 ppm
2
LAMPIRAN 4 Skema Preparasi Sampel dan Pengukuran Kadar CO :