ISSN 2301-5934
Jurnal Kimia & Pendidikan Kimia Vol. 1, No. 1, April 2012 Tersedia online di www.sainsjurnal.com
Potensi Bakteri Isolat Sonai untuk Hidrolisis Ampas Sagu Menjadi Monosakarida [Sonai isolate as potential bacteria for fiber sago hydrolysis to monosaccharide] Prima Endang Susilowatia , Sarni Marwantia, Desi Kurniawatya, Sapto Raharjoa a
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Halu Oleo, Kendari
Diterima 10/04/2012; direvisi 11/06/2012; disetujui 03/09/2012
Abstract Cellulolytic and xylanolytic enzymes play an important role in natural biodegradation processes in which plant lignocellulosic materials are efficiently degraded by microorganisms. Large amount of fiber sago wastes from renewable sago residues are rich sources of cellulose, hemicellulose and lignin. Hemicelluloses wastes bioavailability conversion presupposes the changing of the macromolecular structure by using enzymes and to result free simple compounds (mono-disaccharide). The purposes of this study are isolation bacteria from water collected in the Sonai hot-springs and use bacteria for bioconversion of fiber sago. Bacteria were isolated on cellulose dan xylan agar medium and screened by the cellulolysis dan xylan method. Determining the reducing sugars liberated from cellulose and xylan using dinitrosalicylic acid (DNS) reagent. The results are identification of bacteria from Sonai hot springs showed 13 isolates potential xylanolitic and cellulose. Isolate IIIB-3 showed maximum xylanase and cellulose production. The isolate can hydrolysis fiber sago at condition optimum fermentation 500C, pH 6, shaker rate 175 rpm, 5% substrate, and 18 hours incubation. Keywords: fiber sago, hemicelluloses, sacharification, Sonai isolate
1. Pendahuluan Sulawesi Tenggara merupakan
dilakukan
secara
tradisional
batang sagu ditebang,
yaitu
selanjutnya
salah satu provinsi penghasil sagu
pemerasan dengan penambahan air,
dengan luas area 5.607 hektar (BPPS,
dan penyaringan untuk memisahkan
2008). Pengolahan sagu umumnya
pati dari ampasnya. Ampas sagu
Prima Endang Susilowati, Telp./Hp.: 0401-3191626/081322087327 Email:
[email protected]
1
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
selama ini belum dimanfaatkan, hanya
xilanase (Pason dkk, 2003; Kurnia
dibuang dan menjadi limbah (Awg-
Harlina
Adeni dkk., 2010). Proses pemanfaatan
enzimatik
ampas
penggunaan zat kimia sehingga relatif
sagu
cukup
baik,
karena
mengandung serat kasar 18,25%, abu 2,99%
dan
protein
dalam
serat
komponen
ampas
dapat
Hidrolisis mengurangi
Secara
umum
mekanisme
hidrolisis selulosa secara enzimatik,
Kandungan merupakan
2002).
lebih ramah lingkungan.
1,132%
(Rahmawati, 2011).
Dewi,
sagu.
kasar terbanyak
Serat
kasar
merupakan
aksi
sinergetik
endoglukanase exoglukanase
(EC atau
selobiohidrolase β-glukosidase
(EC
dari selulosa yang terbungkus oleh
(EC3.2.1.21). Endoglukanase atau β-
lignin dengan ikatan yang cukup kuat
1,4-glukan-4-glukanohidrolase bekerja
(Saha,
hidrolisis
menghidrolisis ikatan glikosidik β-1,4
hemiselulosa yang umum digunakan
pada rantai selulosa secara acak.
pada industri etanol adalah hidrolisis
Aktivitas
dengan asam, seperti asam sulfat atau
memotong selulosa dibagian ujung
asam klorida (Taherzadeh dan Karimi,
rantai untuk menghasilkan selobiosa
2008). Selain menggunakan asam,
atau glukosa. β-glukosidase atau β-1,4-
hemiselulosa
dihidrolisis
glukosida
menggunakan enzim yaitu hidrolisis
3.2.1.21)
menggunakan
selobiosa dan rantai pendek selo-
2
Proses
dapat
enzim
selulase
dan
dan
3.2.1.4),
merupakan polisakarida yang terdiri
2004).
3.2.1.91),
oleh
exoglukonase
glukohidrolase mampu
adalah
(EC
menghidrolisis
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
oligosakarida menjadi glukosa (Wu
Sulawesi Tenggara yang potensial
dkk., 2006).
terdapat
Enzim
xilanase
dapat
bakteri
xilanolitik
selulolitik
termofilik.
Hal
dan ini
diklasifikasikan berdasarkan substrat
disebabkan di sekitar sumber air panas
yang dihidrolisis, yaitu β-xilosidase,
terdapat
eksoxilanase, dan endoxilanase. Enzim
(Rahmawati,
β-xilosidase
yang
keanekaragaman hayati dan tingkat
xilo-
kelembaban yang tinggi serta substrat
oligosakarida rantai pendek menjadi
yang melimpah di kawasan ini sangat
xilosa. Eksoxilanase mampu memutus
memungkinkan hidup berbagai jenis
rantai
mikroorganisme, seperti bakteri yang
mampu
adalah
enzim
menghidrolisis
polimer
xilan
pada
ujung
area
tanaman
2011).
sagu
Bervariasinya
reduksi, sehingga menghasilkan xilosa
memiliki
sebagai produk utama dan sejumlah
selulolitik dan xilanolitik tinggi.
oligosakarida
rantai
aktivitas
amilolitik,
pendek.
Pada penelitian ini dilakukan
Sementara enzim endoxilanase mampu
isolasi bakteri potensial xilanolitik dan
memutus ikatan β-1,4 pada bagian
selulolitik dari sumber air panas Sonai
dalam rantai xilan secara teratur. Hasil
Sulawesi Tenggara, yang selanjutnya
hidrolisis
digunakan untuk menghidrolisis ampas
xilan
adalah
xilo-
oligosakarida dan xilosa (Perez dkk.,
sagu.
2002).
enzimatis berlangsung optimal maka Sumber
merupakan
air
salah
panas satu
Sonai
daerah
di
Supaya
dilakukan substrat,
proses
penentuan pH,
hidrolisis
konsentrasi
kecepatan
goyang 3
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
inkubator
dan
Informasi
ini
suhu
optimum.
diharapkan
dapat
(Pepton 0,5%, Yeast Extract 0,25%, NaCl 0,5%, CaCl2
0,01%, MgSO4
membantu pengembangan bioindustri
0,3%, H3BO3 0,001%, Na2MoO4.2H2O
di Indonesia, antara lain industri
0,001%, agar-agar 3%, air sampel).
bioetanol, pakan ternak.
Media NB (Nutrient Broth) (pepto, 0,5%, BE 0,3%, KNO3 0,5%). Reagen
2. Metodologi
DNS
2.1. Alat yang Digunakan
dinitrosalisilat, 20 mL NaOH 2 N, dan 20D+
Spektrofotometer
(1
g
asam
3,5-asam
30 g Na-K-Tartrat dalam 100 mL)
(Thermo Scientific), sentrifus (Geneys), laminar air flow, shaker inkubator,
2.3. Prosedur Kerja Data penelitian ini diperoleh
timbangan analitik (Ohaus), pH meter (Hanna),
oven,
autoklaf
(Astel),
termometer, mikroskop dan peralatan-
dengan menggunakan metode isolasi dan
penapisan
selulolitik,
peralatan gelas.
bakteri
hidrolisis
xilanolitik-
ampas
sagu
menggunakan bakteri, dan analisis 2.2. Bahan yang Digunakan Sampel air panas Sonai, ampas sagu, CMC (carboxymethylcellulose), xilan, xilosa, glukosa, NaOH 4 M, HCl 4 M, NaOH 2%, buffer pH 4–9. Media LB
4
(Luria
Bertani)
dimodifikasi
monosakarida yang terbentuk. Isolasi dan penapisan bakteri digunakan untuk memperoleh hidrolisis
bakteri hemiselulosa.
potensial Hidrolisis
ampas sagu secara enzimatik oleh bakteri dilakukan untuk memperoleh
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
monosakarida. monosakarida
Banyaknya yang
jumlah terbentuk
NaOH, kemudian dicuci sampai pH netral.
Sampel
terdelignifikasi
dianalisis menggunakan metode DNS
dikeringkan pada suhu 80C (Li dkk.,
(dinitrosalisilat).
2010). Proses hidrolisis ampas sagu
Sampel
bakteri
diambil dari sumber air panas Sonai
dilakukan
Sulawesi Tenggara pada 4 titik dengan
sehingga
karakteristik lingkungan yang berbeda.
monosakarida dalam jumlah banyak.
Isolasi
dengan
Optimalisasi proses hidrolisis ampas
metode dilution plate pada media
sagu (fermentasi) meliputi pengamatan
Nutrien
broth
tumbuh
selanjutnya
bakteri
dilakukan
(NB).
pada
kondisi
dapat
optimum diperoleh
Isolat
yang
pengaruh konsentrasi substrat, suhu,
diisolasi
dan
pH dan kecepatan goyang inkubator
diidentifikasi. Identifikasi dilakukan
terhadap laju hidrolisis (Sharma dan
dengan mengamati zona bening yang
Bajaj, 2005). Jumlah monosakarida
terbentuk pada media mengandung
yang
xilan dan selulosa (Sharma dan Bajaj
menggunakan metode Dinitrosalicylic
2005).
Acid (DNS) (Miller dalam Sharma dan Penetapan kadar serat, protein,
air,
dan
dilakukan
abu
pada
ampas
menggunakan
sagu
dihasilkan
dianalisis
Bajaj 2005). Sebagai standar gula pereduksi digunakan glukosa standar.
metode
AOAC (2005). Sebelum ampas sagu dihidrolisis,
dilakukan delignifikasi
dengan cara sampel direndam dalam 5
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
Bakteri
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Seleksi mikroba xilanolitik dan selulolitik Pengambilan
sampel
dari
sumber air panas Sonai dilakukan pada enam titik (Tabel 1). Pemilihan titik sampling didasarkan pada karakteristik lingkungan sehinggga
di
sekitar
air
diharapkan
panas, dapat
menghasilkan enzim yang bersifat termostabil. Kondisi air panas pada tempat
pengambilan
sampel
mempunyai pH 7 dan suhu berkisar 41-43 oC. Isolasi mikroba potensial xilanase dan selulase dilakukan hanya pada tiga titik air panas, yaitu mata air panas, air panas dekat dengan tanaman sagu, dan air panas kolam permandian. Sampel
mikroba
diharapkan
yang
mampu
keragaman mikroba di Sonai.
6
diperoleh mewakili
selulolitik karbon
xilanolitik
mampu
dari
limbah
dan
memanfaatkan hemiselulosa
sebagai sumber energi, dengan cara menghasilkan enzim selulase
xilanase
ekstraseluler
dan untuk
mendegradasi xilan dan selulosa yang terdapat di dalam media fermentasi. Isolat
IIIB-3
menunjukan
indeks
xilanolitik dan selulolitik terbesar pada media mengandung xilan dan selulosa (Gambar 1). Semakin banyak enzim yang dihasilkan oleh bakteri xilanolitik dan selulolitik, maka zona bening yang terbentuk akan semakin luas karena xilan dan selulosa yang terdegradasi semakin banyak. 3.2. Optimasi proses hidrolisis ampas sagu
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
Ampas
sagu
diketahui
antara
lain
suhu,
pH,
kecepatan
mempunyai kandungan serat kasar
goyang
cukup
substrat pada proses fermentasi.
tinggi,
dimungkinkan
maka untuk
sangat dihidrolisis
inkubator dan konsentrasi
Kondisi ini merupakan faktor
menjadi monosakarida (gula reduksi).
yang
Proses
mikroorganisme
hidrolisis
dengan
bantuan
mikroorganisme memerlukan kondisi,
penting
untuk
pertumbuhan
dan
pembentukan
produk metabolitnya.
Tabel 1. Sampel air dari sumber air panas Sonai Sulawesi Tenggara Sampel Asal
pH
Suhu (o C)
T1
Mata air
7
42
T2
Sekitar 20 meter dari T1
7
42
T3
Sekitar 15 meter dari T1
7
41
T4
Kolam permandian I (± 7 meter dari T1)
7
41
T5
Kolam permandian II (± 10 meter dari T1)
7
43
T6
Sekitar 5 meter dari T1
7
42
langsung
mampu tumbuh pada suhu 50C.
pertumbuhan
Kondisi ini disebabkan isolat tersebut
kecepatan sintesis
berasal dari sumber air panas yang
enzim dan inaktivasi enzim, serta
bersuhu 41-43C. Proses hidrolisis
kecepatan pembentukan produk (Knob
ampas
dan Carmona 2008). Hasil eksperimen
dilakukan pada suhu 50C, karena
menunjukan
pada suhu ini isolat IIIB-3 masih
Suhu terhadap
berpengaruh
kecepatan
mikroorganisme,
isolat
IIIB-3
masih
sagu
pada
penelitian
ini
7
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
mampu hidup selain itu suhu yang tinggi
dapat
mempercepat
hidrolisis.
proses
Gambar 1. Aktivitas selulolitik dan xilanolitik bakteri isolat Sonai (Susilowati dkk, 2010)
pH merupakan salah satu faktor
Hasil hidrolisis maksimum diperoleh
penentu pertumbuhan mikroorganisme
pada media dengan pH 6 yaitu 0,128
dan pembentukan produk metabolitnya.
mg/mL (Gambar 2).
Mikrorganisme memiliki rentang pH
Aerasi
berfungsi
untuk
kultivasi yang cukup sempit untuk
mempertahankan kondisi aerobik dan
pertumbuhannya. Perbedaan aktivitas
mengatur temperatur substrat tetap
enzim terhadap suhu dan pH yang
konstan.
digunakan pada proses fermentasi
dibutuhkan untuk sintesis produk,
dapat
jumlah panas metabolik yang harus
terjadi
karena
perbedaan
Tingkat
oksigen
yang
interaksi kimia antar protein (Bataillon
dihilangkan dari bahan,
et al., 2000). Isolat IIIB-3 dikultivasi
lapisan substrat, tingkat CO2 dan
pada media dengan pH diatur 5-10.
metabolit lain yang mudah menguap
8
ketebalan
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
harus dihilangkan, serta tingkat ruang
Pada penelitian ini menunjukan pada
udara yang tersedia di dalam substrat
kecepatan goyang inkubator 175 rpm
(Richana, 2000). Tingkat aerasi sangat
menghasilkan gula reduksi tertinggi
dipengaruhi oleh sifat mikroorganisme.
yaitu 0.455 mg/mL.
Gambar 2. Pengaruh pH terhadap hidrolisis ampas sagu
Konsentrasi substrat salah
satu
faktor
penentu
pembentukan produk
adalah untuk
kosentrasi
gula
yang
dihasilkan
sebesar 0.255 mg/mL (Tabel 2).
suatu reaksi
Mikroorganisme
mempunyai
pertumbuhan
bervariasi
enzimatik. Pada penelitian ini telah
waktu
dilakukan variasi konsentrasi substrat
bergantung
1-8%, untuk mengetahui konsentrasi
metabolismenya.
ampas
optimum
pertumbuhan mikroorganisme sangat
menghasilkan gula reduksi. Produksi
berpengaruh terhadap enzim yang
gula reduksi tertinggi diperoleh pada
dihasilkan
oleh
konsentrasi
Enzim
diekskresikan
sagu
yang
substrat
5%
dengan
pada Fase-fase
aktivitas dalam
mikroorganisme. oleh 9
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
mikroorganisme pencernaan
untuk
membantu
makanannya,
menghidrolisis
makromolekul
ada pada media hidupnya menjadi
yaitu
mikromolekul yang siap dimanfaatkan
yang
untuk pertumbuhannya.
Tabel 2. Kadar gula reduksi hasil hidrolisis ampas sagu Ampas sagu (%) 1
Gula hasil hidrolisis (mg/mL) 0,096
5
0.255
6
0.246
7
0.224
8
0.096
Hasil penelitian menunjukan waktu optimum produksi gula reduksi
oleh isolat IIIB-3 adalah pada jam ke18 waktu fermentasi (Gambar 3).
sebagai hasil hidrolisis ampas sagu
Gambar 3. Pengaruh waktu pertumbuhan isolat IIIB-3 terhadap jumlah gula reduksi
10
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
4. Kesimpulan Berdasarkan telah ditemukan
hasil 13
penelitian
isolat
bakteri
potensial xilanolitik dan selulolitik dari sumber
air
Tenggara.
panas Sonai Sulawesi Isolat
memiliki
indeks
selulolitik
tertinggi
bakteri xilonolitik dengan
dan angka
hidrolisis ampas sagu adalah substrat ampas sagu 5%, suhu 50C, pH 6, kecepatan goyang inkubator 150 rpm, dan waktu inkubasi 18 jam.
Ucapan Terima Kasih
dukungan
Dirjen
melalui
dana
Bataillon, M., Cardinali, A. P. N., Castillon, N., Duchiron, F. . (2000). Purification and characterization of a moderately thermostable xylanase from Bacillus sp. strain SPS-0. Enzyme and Microbial Technology, 26, 187-192.
IIIB-3
indeks berturut-turut 2,4 dan 6. Kondisi
Kepada
Awg-Adeni, D. S., Abd-Aziz, S., Bujang, K., & Hassan, M. A. (2010). Bioconversion of sago residue into value added products. African Journal of Biotechnology, 9(14), 2016-2021.
Dikti
atas
penelitian
PKMP Dikti Tahun 2011. Pustaka AOAC. (2005). Official Methods of Analysis of the Association of Official Analytical Chemist. The Association of official Analitycal Chemist.
BPPS. (2008). Keadaan Pertanian Sulawesi Tenggara. Retrieved 1 April, 2012. Dewi, K. H. (2002). Hidrolisis limbah hasil pertanian secara enzimatik. Akta Agrosia., 5(2), 67-71. Knob, A., & Carmona, E. C. (2008). Xylanase production by Penicillium sclerotiorum and its characterization. World Applied Sciences Journal., 4(2), 277-283. Li, M. F., Fan, Y. M., Sun, R. C., & Xu, F. (2010). Characterization of ekxtracted lignin of bamboo (Neosinocalamus affinis) preteaded with sodium hydroxide/urea solution at low temperature BioResources. , 5(3), 17621778. Pason, P., Ratanakhanokchai, K., & Kyu, K. L. (2003). Multiple Cellulases and Xylanases of Bacillus circulans B-6. Biotechnology for Sustainable Utilization of Biological Resources in the Tropics Vol. 16. Proceedings of Project Seminars for JSPS-NCRT/DOST/LIPI/VCC, 305-310. Pe´rez, J., Munoz-Dorado, J., Rubia, T., & Martınez, J. (2002). Biodegradation and biological treatments of cellulose, hemicelluloses and lignin: an overview. Int Microbiol. , 5, 53-63. Rahim, R. (2011). Isolasi dan identifikasi mikroorganisme xilanolitik dari sumber air panas Sonai serta optimasi produksi enzim. Unpublished Skripsi, Universitas
11
Prima Endang Susilowati / Sains Vol.1 No. 1 (April 2012), 1-12
Haluoleo, Kendari. Richana, N., Lestari, P., Thontowi, A., & Rosmimik. (2000). Seleksi isolat bakteri lokal penghasil xilanase. Jurnal Mikrobiologi Indonesia. , 5(2), 54-56. Saha, B. C. (2004). Lignocellulose Biodegradation and Application in Biotechnology. US Government Work. American Chemical Society, 2-14. Sharma, P., & Bajaj, B. K. (2005). Production and partial characterization of alkalitolerant xylanase from an alkalophilic Stretomyces sp. CD 3. Journal of Scientific & Industrial Research. , 64, 688-697.
12
Susilowati, P. E., Raharjo, S., Ardiansyah, R., R., Marwanti, S., & Zaeni, A. (2010). Screening thermostable microorganisms able to produces cellulase and xylanase enzymes. Proceeding CIEB (Conferences Industrial Enzyme and Biotechnology), 24-29. Taherzadeh, M. J., & Karimi, K. (2008). Pretreatment of Lignocellulosic Wastes to Improve Ethanol and Biogas Production: A Review. Int. J. Mol. Sci, 9, 1621-1651. Wu, B., Zao, Y., & Gao, P. J. (2006). A new approach to measurement of saccharifying capacities of crude cellulose. BioResources. 1(2). 189-200.