POTENSI ABALON TROPIS Haliotis asinina L. SEBAGAI SUMBER INOKULUM JAMUR SIMBION PENGHASIL ANTIMIKROBA
Karlina Sari1*, Magdalena Litaay1, Risco B. Gobel1, Nur Haedar1 1Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245 *Email:
[email protected] No. Telp: 082347762198
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian “Potensi Abalon Tropis Haliotis asinina L. Sebagai Sumber Inokulum Jamur Simbion Penghasil Antimikroba”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi abalon sebagai sumber inokulum dan karakter isolat jamur yang hidup bersimbion pada H. asinina L. Isolasi jamur abalon H. asinina L. dilakukan dengan menggunakan medium PDA (Potato Dextrose Agar). Karakterisai isolat jamur simbion H. asinina L. meliputi pengamatan makroskopis dan mikroskopis serta uji aktivitas terhadap bakteri dan jamur patogen. Hasil isolasi menunjukkan terdapat tiga isolat jamur simbion H. asinina L. (Abl.J.1, Abl.J.2, dan Abl.J.3). Hasil pengamatan makroskopis menunjukkan isolat Abl.J.1 dan Abl.J.3 memiliki permukaan koloni yang rata seperti tepung dan isolat Abl.J.2 memiliki permukaan koloni yang rata seperti kapas; isolat Abl.J.1 berwarna hijau, isolat Abl.J.2 berwarna hijau muda, dan isolat Abl.J.3 berwarna hitam. Ketiga isolat memiliki lingkaran konsentris; isolat Abl.J.1 dan Abl.J.3 memiliki garis-garis radial, dan isolat Abl.J.2 tidak memiliki garis-garis radial. Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan ketiga isolat tidak bersepta, dan pigmentasi hifa hialin (tak berwarna); ketiga isolat memilki spora aseksual berupa konidiospora dan ketiga isolat digolongkan genus Aspergillus. Ketiga isolat mampu menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella thypi dan jamur Candida aslbicans dan senyawa yang dihasilkan tersebut bersifat bakteriosidal dan fungisidal. Kata kunci: Gastropoda, Haliotis asinina L., Jamur Simbion, Antimikroba, Aspergillus.
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
1
POTENCY OF TROPICAL ABALONE Haliotis asinina L. AS A SOURCE OF INOCULUM FUNGAL SYMBIONTS THAT PRODUCE ANTIMICROBIAL ABSTRACT The research about “Potency of abalone Haliotis asinina L. as a source of inoculum fungal symbionts that produce antimicrobial” had been done. This research aimed to know the abalone potency as a source of inoculum and to characterize isolate fungal symbionts H. asinina L. Isolation of fungi symbionts H. asinina L. was performed used a PDA medium (Potato Dextrose Agar). Characterization of isolates fungal symbiont from H. asinina L. consists of macroscopic and microscopic observations, and activity testing against pathogenic bacteria and fungi. The results showed that there were isolates of fungal symbionts H. asinina L. (Abl.J.1, Abl.J.2, and Abl.J.3). The results of macroscopic observation colony indicated Abl.J.1 and Abl.J.3 isolate had a surface likes flour and Abl.J.2 isolate had a flat surface such as cotton; Abl.J.1 isolate green, Abl.J.2 isolate light green and Abl.J.3 isolate black in colours. Three isolates had concentric circles; isolates Abl.J.1 and Abl.J.3 had radial lines and isolate Abl.J.2 had not radial line. The result of microscopic observation showed that three isolates had not septa, and hyaline (colorless); three isolates had asexual spores conidioshpore and all isolates was suspected to belong to the genus Aspergillus. All isolates were able to inhibit the growth of Salmonella thypi bacteria and Candida albicans fungus and the resulting compounds were bacteriocidal and fungicidal. Key word : Gastropods, H. asinina L., Symbiont fungus, Antimicrobal, Aspergillus. Pendahuluan Moluska merupakan komoditi perikanan
yang
potensial
sebagai
kandidat sumber senyawa bioaktif untuk berbagai keperluan. Senyawa bioaktif
yang
ditemukan
dalam
dan senyawa lain yang memiliki aktivitas tertentu (Balcázar et al., 2006; Blunt et al., 2006). Salah satu kelas dari filum moluska
adalah
gastropoda
yang
moluska diidentifikasi sebagai peptida,
memiliki kemampuan menghasilkan
depsipeptida, seskuiterpen, skualen,
senyawa metabolit sekunder yang
terpen,
polipropionat,
berpotensi sebagai senyawa antibiotik.
makrolida,
Gastropoda jenis Stramonita memiliki
senyawa
alkaloid, nitrogen,
prostaglandin, turunan asam lemak,
senyawa
bioaktif
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
2
bromoindirubins
yang
aktivitas
antikanker
sebagai
memiliki
memiliki
aktivitas
serta
antibakteri
(Burgessa et al., 2003). Haliotis asinina L. merupakan
banyak manfaat, diantaranya sebagai bahan makanan dan beberapa jamur mikroskopik
ada
pula
bersimbiosis
dengan
yang
tumbuhan
maupun hewan dan menghasilkan
salah satu gastropoda yang banyak
senyawa
dibudidayakan karena nilai protein
digunakan
yang tinggi dan kandungan kolestrol
(Campbell, dkk., 2003). Salah satu
yang rendah. Kandungan nutrisi yang
mikroorganisme
laut
sangat baik untuk kesehatan membuat
banyak
karena
nilai ekonomis Haliotis asinina L.
dalam bidang kesehatan adalah jamur
meningkat. Nilai ekonomis Haliotis
yang
asinina yang tinggi memberi pengaruh
organisme lain (Harvell et al, 2000).
besar bagi yang mengkonsumsinya.
Menurut Burgessa et al., (2003),
Selain nilai ekonomis dan protein yang
mikroorganisme
tinggi Haliotis asinina L. memiliki
dengan
senyawa metabolit sekunder yang
kemampuan
dapat
sekunder seperti inangnya.
digunakan
sebagai
bahan
antimikroba. Gastropoda jenis Haliotis
metabolit
yang
sebagai
diteliti
hidup
dapat
antibiotika
yang
potensinya
berasosiasi
yang
organisme
mulai
dengan
bersimbiosis
laut
memiliki
mensintesa
metabolit
Rasyid (2008), mengemukakan
asinina L. merupakan salah satu biota
bahwa
laut yang banyak ditemukan memilki
dihasilkan oleh mikroba pada biota
hubungan
laut sangat berbeda dengan biota-biota
asosiasi
dengan
metabolit
yang
mikroorganisme seperti bakteri dan
lainnya.
jamur laut (Geiger, 2005).
mendorong para saintis untuk mencari
Jamur
adalah
heterotrof
yang
nutriennya
melalui
Kenyataan
sekunder
inilah
yang
eukariota
senyawa antimikroba dari biota laut
mendapatkan
yang dapat dijadikan sebagai salah
penyerapan
(absorption). Selain memiliki dampak yang merugikan, jamur juga memiliki
satu bahan pembuatan antibiotika. Antibiotik
telah
banyak
ditemukan baik sebagai antijamur, Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
3
antibakteri,
antivirus,
antitumor
[Pyrex], botol vial, tabung reaksi
bahkan sebagai antikanker. Namun
[Pyrex],batang
dengan penggunaan berulang-ulang
[American], inkubator [HERAEUS],
dapat
oven [HERAEUS], mikroskop listrik
meningkatkan
resistensi
pengaduk,
terhadap mikroba patogen, untuk itu
[NIKON],
perlu pencarian suatu antimikroba
sentrifuse, shaker, lemari pendingin
yang
[MITSUBISHI],hot
mampu
menghambat
dan
neraca
autoklaf
[OHAUS],
plate,
LAF
membunuh mikroba patogen dan perlu
(Laminary Air Flow), vortex [Janke &
diadakan
Kunkle],
suatu
penelitian
tentang
timbangan
analitik,
pencarian bahan bioaktif yang baru
spektrofotometer
(Zainuddin, dkk., 2010).
COMPANY], sendok tanduk, bunsen,
Berdasarkan pernyataan diatas maka
perlu
dilakukan
penelitian
[MILTON
ROY
ose bulat, ose lurus, spoit, rak tabung reaksi, pipet tetes dan pipet skala.
Abalon Haliotis asinina L. sebagai
Bahan-bahan yang digunakan
sumber inokulum jamur simbion yang
pada penelitian ini adalah abalon
berpotensi
antimikroba
Haliotis asinina L., mediun PDA
khususnya pada jamur dan bakteri
(Potato Dextrose Agar) [MERCK],
patogen pada manusia.
PDB
sebagai
Metode Penelitian Alat dan Bahan Alat sampling lapangan yang digunakan adalah scuba, coolbox, masker dan snorkel. Sedangkan alatalat laboratorium yang digunakan pada penelitian ini adalah cawan petri [Pyrex], deck glass, objek glass, gelas ukur 100 mL [Pyrex], Erlenmeyer 250 mL [Pyrex], gelas kimia 250 mL
(Potato
Dextrose
Broth)
[MERCK], medium NA (Nutrient Agar)
[MERCK],
medium
SDA
(Sabouraud Dextrose Agar), air suling, air laut steril, cotton swab, spritus, kapas, tissue, aluminium foil, kertas label, alkohol 70%, dan blank disk. Pengambilan Sampel Haliotis asinina L. Sampel
Abalon
Haliotis
asinina L. dilakukan di perairan Tanakeke, Takalar pada kedalaman 2 Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
4
m. Sesudah diangkat dari permukaan laut,
selanjutnya
Kultur Isolat Jamur Simbion
dibersihkan
Isolat
jamur
Dextrose
Kemudian
dalam
diambil dan diinokulasikan pada media
plastik sampel, selanjutnya dibawa ke
Potato Dextrose Broth (PDB) 50 mL
laboratorium
dan di shaker pada kecepatan 120 rpm
dengan
ke
menggunakan
(PDA),
Potato
menggunakan air laut steril 2-5 kali. dimasukkan
Agar
pada
kemudian
coolbox untuk selanjutnya dilakukan
selama 7 x 24 jam.
uji lanjut.
Peremajaan Bakteri dan Jamur Uji Bakteri uji yang digunakan
Isolasi Jamur Simbion Abalon yang telah dibersihkan
yaitu Salmonella thypi berasal dari
kemudian diambil bagian intenstinum
biakan murni diambil sebanyak satu
0,5
dilakukan
ose lalu diinokulasikan dengan metode
penanaman pada cawan petri yang
gores pada medium Nutrient Agar
telah
(Patato
(NA) miring lalu di inkubasi pada suhu
Dextrose Agar) yang telah memadat.
37℃ selama 1x24 jam Sedangkan
Kemudian diinkubasi selama 3 x 24
jamur
jam dengan suhu 37oC. Koloni jamur
Candida albicans yang berasal dari
yang tumbuh dan berbeda, masing-
biakan murni diambil menggunakan
masing dimurnikan ke cawan petri
cotton swab dan diinokulasi dengan
yang
metode
cm.
Setelah
berisi
lain
media
dengan
itu,
PDA
metode
titik
uji
yang
gores
digunakan
pada
media
yaitu
SDA
menggunakan cotton swab pada media
(Sabouraud
PDA (Patato Dextrose Agar) hingga
diinkubasi pada suhu 37 ℃ selama 2-3
didapat koloni murni. Koloni yang
x 24 jam.
sudah dimurnikan, dipindahkan ke
Pembuatan Suspensi Bakteri dan
tabung reaksi yang berisi medium
Jamur Uji
Dextrose
Agar)
lalu
PDA (Potato Dextrose Agar) miring
Bakteri uji yang berumur 1 x
dan disimpan sebagai stok kultur untuk
24 jam dan jamur uji yang berumur 2-
persiapan uji selanjutnya.
3
x
24
jam
dari
agar
miring
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
5
disuspensikan dengan bantuan larutan
Setelah itu beberapa lembar
NaCl fisiologis 0,9% steril. Suspensi
blank steril masing-masing direndam
kemudian dituang ke dalam cuvet
selama 15 menit dalam beberapa kultur
berdiameter
jamur simbion abalon Haliotis asinina
kepadatan
13
mm.
suspensi
Penentuan
biakan
diatur
L. yang berbeda pada botol vial. Blank
sehingga diperoleh pengenceran yang
disk
diharapkan pada panjang gelombang
secara aseptis dengan pinset steril pada
580 nm yang memiliki transmitan 25% (setara dengan kepadatan 108) terhadap blanko NaCl 0,9% steril dengan menggunakan alat spektrofotometer. Uji Aktivitas (Noverita dan Ernawati, 2009) Pengujian ini dilakukan saat kultur
jamur
simbion
difermentasi
selama 7 hari (7 x 24 jam). Pengujian dilakukan secara in vitro dengan metode difusi agar yang menggunakan blank disk berukuran 10 mm. Medium Nutrien Agar (NA) dan Sabouraud Dextrose Agar (SDA) steril
tersebut
kemudian
diletakkan
permukaan medium dengan jarak blank disk satu dengan yang lain 2 cm dan jarak blank disk dari pinggir cawan petri 2 cm. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37 selama 1 x 24 jam dan diukur daerah hambatannya
menggunakan
jangka
sorong. Inkubasi kemudan dilanjutkan hingga 2 x 24 jam untuk melihat sifat dari senyawa aktif yang dikandung oleh kultur tersebut.
Karakterisasi Isolat Jamur Simbion Abalon Haliotis asinina L. Pengamatan Makroskopis (Gandjar, dkk., 1999) Isolat
didinginkan pada suhu 40-45. Kemudian
jamur
yang
dituangkan suspensi bakteri dan jamur
dimurnikan,
uji secara aseptis ke dalam cawan petri
morfologinya dengan melihat ciri-ciri
sebanyak 1 ml, selanjutnya dituangkan
sebagai berikut :
medium Nutrien Agar dan Sabouraud
1.
Warna
kemudian
telah
dan
permukaan seperti
diamati
koloni
Dextrose Agar sebanyak 20 ml di
(granular;
tepung;
atasnya, dihomogenkan dan dibiarkan
menggunung; licin; ada atau tidak
memadat.
tetes-tetes eksudat).
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
6
2. Garis-garis radial dari pusat koloni
dimasukkan ke dalam cawan petri yang
kearah tepi koloni, ada atau tidak.
dialasi dengan kertas saring steril yang
3. Lingkaran-lingkaran konsentris, ada
dibasahi sedikit dengan aquadest steril,
atau tidak.
lalu diinkubasi selama 2-3 hari pada
Pengamatan Mikroskopis (Gandjar,
suhu kamar 28oC. Kemudian preparat
dkk., 1999)
jamur diamati di bawah mikroskop
Isolat jamur simbion dari stok
dengan perbesaran 40 x 10. Preparat
diambil
yang telah diinkubasi lalu diamati
miseliumnya menggunakan ose lurus,
dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut:
kemudian diletakkan di atas gelas objek
ada tidaknya hifa; pigmentasi hifa; jenis
yang steril dan sebelumnya telah ditetesi
dan bentuk spora.
kultur
secara
dengan medium
aseptik
PDA
cair hingga
memadat. Preparat jamur kemudian
dilakukan pemurnian pada media yang HASIL DAN PEMBAHASAN
sama (PDA) dan diperoleh tiga isolat
Isolasi
jamur simbion H. asinina L., yang
Jamur
Simbion
Haliotis
diberi kode yaitu Abl.J.1, Abl.J.2 dan
asinina L. Berdasarkan hasil isolasi jamur
Abl.J.3. Hasil isolasi jamur simbion H.
simbion H. asinina L. diperoleh
asinina L. diperlihatkan pada Gambar
beberapa isolat
1.
jamur. Setelah itu
Gambar 1. Hasil isolasi jamur simbion Haliotis asinina L. Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
7
Hasil pemurnian isolat jamur simbion
H.
asinina
L.
tersebut
kemudian diinokulasikan pada media
miring sebagai stok untuk selanjutnya dilakukan
uji
aktivitas
dan
karakterisasi. Karakterisasi Isolat Jamur simbion
Pengamatan Makroskopis Isolat Jamur Pengamatan
makroskopis
ini
dilakukan untuk melihat warna koloni,
dan
lingkaran
terlihat
konsentris
pada
Tabel
seperti 1.
permukaan koloni, garis - garis radial
Tabel 1. Hasil pengamatan makroskopis jamur simbion Haliotis asinina L. Jenis Pengamatan (2-3 x 24 jam) No
Nama Isolat
Warna Koloni
Permukaan Koloni
1.
Abl. J. 1
Putih
2.
Abl. J. 2
3.
Abl. J. 3
Putih Kekuningan Kehitamhitaman
Rata seperti tepung Rata seperti kapas Rata seperti tepung
Mikroskopis
Isolat
Pengamatan
Jamur Simbion Haliotis asinina L. Pengamatan mikroskopis ini di lakukan untuk melihat beberapa ciri -
Warna Koloni (5-7 x 24 jam)
Garisgaris Radial
Lingkaran Konsentris
Ada
Ada
Hijau
Tidak ada
Ada
Hijau Muda
Ada
Ada
Hitam
ciri morfologi seperti hifa, pigmentasi hifa, jenis spora aseksual dan bentuk dan pengaturan spora yang terlihat pada Tabel 2.
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
8
Tabel 2. Pengamatan mikroskopis isolat jamur simbion Haliotis asinina L. pada inkubasi 2-3 x 24 jam. Pigmentasi Spora Bentuk dan Peng. Spora No Isolat Hifa Hifa Aseksual Aseksual Konidia berbentuk bulat, berlimpah, dan berwarna Tidak Hialin (tak 1 Abl. J.1 Konidiospora biru (karena penambahan Bersepta berwarna) laktofenol), konidiofor tunggal Konidia berbentuk bulat, Tidak Hialin (tak berwarna biru (karena 2 Abl. J.2 Konidiospora Bersepta berwarna) penambahan laktofenol), hifa bercabang Konidia berbentuk bulat, berlimpah, berwarna biru Tidak Hialin (tak 3 Abl.J.3 Konidiospora (karena penambahan Bersepta berwarna) laktofenol), vesikel transparan Berdasarkan
pengamatan
“Illustrated
Genera
of
Imperfect
makroskopis dan mikroskopis yang di
Fungi” (Barnet and Hunter, 2000)
peroleh
bahwa ketiga isolat (Abl.J.1, Abl.J.2
dari
ketiga
isolat
jamur
simbion abalon Haliotis asinina L.
dan
dengan
kedalam
mengacu
pada
buku
Abl.J.3)
cenderung
genus
masuk
Aspergillus.
membentuk rantai. Konidia melekat (2004)
Menurut
Samson
genus
Aspergillus
dikenali
dengan
konidia
yang
semibulat,
atau
et
adanya
dapat struktur
berbentuk bulat
al.,
dan
oval,
pada fialid (sel konidiogenus) dan fialid melekat pada bagian ujung konidiofor
yang
mengalami
pembengkakan atau disebut vesikel
ada
Fialid dapat melekat langsung pada
Ascomycetes.
vesikel (tipe sterigmata uniseriat) atau
merupakan jamur yang menghasilkan
dapat melekat pada struktur metula
spora berupa askospora, bereproduksi
(tipe
Genus
secara aseksual dengan menghasilkan
Aspergillus ini masuk dalam kelas
spora aseksual pada ujung hifa (Barnet
sterigmata
biseriat).
Ascomycetes
ini
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
9
and Hunter, 2000). Selain itu menurut
sudah diteliti masih kurang dari 5%.
Dwidjoseputro
(1998),
Jamur mampu menghasilkan senyawa
Ascomycetes
mikroskopis,
kebanyakan hanya
yang berpotensi yang diaplikasikan
sebagian kecil yang memiliki tubuh
dalam dunia kesehatan dan telah di
buah. Pada umumnya hifa terdiri atas
buktikan memiliki banyak sumber
sel-sel yang berinti banyak. Pada
metabolit sekunder aktif yang unik
umumnya jamur ini hidup pada habitat
secara struktur (Bugni and Ireland,
air bersifat saproba atau patogen pada
2004).
tumbuhan. Akan tetapi, tidak sedikit
dilaporkan
pula yang hidup bersimbiosis dengan
metabolit sekunder adalah Aspergillus
ganggang dan biota laut lainnya.
niger yang hidup pada spons Hyrtios
Saat ini jamur laut memiliki
Salah
proteus
satu
jamur
menghasilkan
menghasilkan
laut
senyawa
senyawa
kelimpahan yang tinggi, namun yang
asperazin (Varoglu, et al,1997).
Uji Aktivitas Isolat Jamur Simbion
memiliki diameter hambatan 12,5 mm
Haliotis asinina L. Salmonella thypi
terhadap S. thypi dan 14,5 mm
dan Candida albicans
terhadap C. albicans.
Abl.J.2 pada
Uji aktivitas merupakan salah
masa inkubasi 1 x 24 jam memiliki
satu uji yang dilakukan untuk melihat
diameter hambatan 7,5 mm terhadap S.
kemampuan
simbion
thypi dan 16,5 mm terhadap C.
menghasilkan senyawa yang mampu
albicans. Abl.J.3 pada inkubasi 1 x 24
menghambat
bakteri
jam memiliki diameter hambatan 8,5
patogen Salmonella thypi dan jamur
mm terhadap S. thypi dan 13,5 mm
patogen Candida albicans.
terhadap C. albicans. Untuk kontrol
isolat
jamur
pertumbuhan
Hasil uji aktivitas isolat jamur
(+) memiliki diameter hambatan 34
simbion H. asinina L. seperti pada
mm terhadap S. thypi dan 19,5
Tabel 3 menunjukkan bahwa isolat
terhadap C. albicans.
Abl.J.1 pada masa inkubasi 1 x 24 jam
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
10
Pada masa inkubasi 2 x 24 jam
Untuk kontrol (+) memilki diameter
ketiga isolat mengalami pertambahan
hambatan 35,5 mm terhadap S. thypi
ukuran diameter hambatan. Abl.J.1
dan 21 mm terhadap C. albicans.
memiliki diameter hambatan 12,7 mm
Sedangkan kontol negatif tidak mampu
terhadap
menghambat pertumbuhan bakteri dan
S. thypi dan 15,9 mm
terhadap C. albicans. Abl.J.2 memilki
jamur
diameter hambatan 7,5 mm pada S.
pengamatan diameter hambatan, isolat
thypi dan 16,8
yang memilki potensi paling besar
mm terhadap
C.
uji.
Berdasarkan
menghambat
hasil
albicans. Abl.J.3 memilki diameter
dalam
hambatan 9,2 mm terhadap S. thypi
bakteri adalah isolat Abl.J.1 dan jamur
dan 14 mm terhadap C. albicans.
uji
adalah
pertumbuhan
isolat
Abl.J.2.
Tabel 3. Hasil uji aktivitas isolat jamur simbion Haliotis asinina L. setelah di shaker 7x24 jam dengan masa inkubasi 1 x 24 jam dan 2 x 24 jam. Diameter Hambatan (mm) No
1 x 24 jam
Isolat
2 x 24 jam
S. thypi
C. albicans
S. thypi
C. albicans
1
Abl. J. 1
12, 5
14,5
12,7
16
2
Abl. J. 2
7,5
16,5
7,5
16,8
3
Abl. J. 3
8,5
13,5
9,2
14
4
Kontrol (+)
34
19,5
35,5
21
5
Kontrol (-)
-
-
-
-
Keterangan : Kontrol (+) bakteri = chlorampenicol dan kontrol (-) = media PDB Kontrol (+) jamur = ketokenazol
Ketiga menunjukkan
isolat
jamur
terbentuknya zona bening disekitar
kemampuan
yang
blank disk yang telah direndam pada
berbeda - beda dalam menghambat
kultur
pertumbuhan
jamur
menunjukkan ketiga isolat memiliki
patogen. Hal ini ditandai dengan
senyawa yang bersifat bakteriosidal
bakteri
dan
isolat
jamur.
Tabel
3
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
11
terhadap bakteri Salmonella thypi dan
masa inkubasi 1 x 24 jam ukurannya
fungisidal terhadap jamur Candida
mengalami
albicans yang ditandai dengan adanya
inkubasi kembali selama 2 x 24 jam.
pertambahan
setelah
zona bening disekitar blank disk pada Bakterisidal berarti memiliki
Isolat Abl.J.1, Abl.J.2, dan
kemampuan membunuh sel bakteri
Abl.J.3 merupakan jamur simbion H.
sedangkan fungisidal berarti memiliki
asinina
kemampuan membunuh jamur. Namun
Aspergillus. Isolat Abl.J.1, Abl.J.2,
demikian,
dan
penentuan
senyawa
yang
Abl.J.3
tergolong
memilki
genus
kemampuan
antimikroba bersifat bakterisidal dan
menghasilkan senyawa antimikroba
fungisidal
karena
terhadap bakteri Salmonella thypi dan
faktor.
jamur
dipengaruhi
tidak
absolut
berbagai
Candida
Abl.J.1
yang
memilki
besar
dalam
Penentuan suatu senyawa antimikroba
merupakan
bersifat bakteriostatik atau bakterisidal
potensi
dan fungistatik atau fungisidal dapat
menghambat pertumbuhan Salmonella
dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa
thypi
antimikroba, jumlah inokulum, dan
menghambat pertumbuhan Candida
lama pengujian (inkubasi) (Pankey and
albicans hal ini berdasarkan pada
Sabath, 2004). Menurut
pengukuran
Cappucino
isolat
albicans.
paling
dan
isolat
Abl.J.2
diameter
dalam
hambatan.
and Natalia (2001) mengemukakan
Menurut Singh and Bharate (2005),
bahwa besar kecilnya daerah hambatan
genus
dipengaruhi
oleh
faktor
menghasilkan metabolit sekunder yang
seperti
laju
pertumbuhan
berpotensi sebagai antimikroba dimana
beberapa
Aspergillus
mampu
mikroorganisme, kemampuan dan laju
senyawa
yang dihasilkan tersebur
difusi bahan aktif pada medium,
bersifat netral, polar, dan memilki
kepekaan mikroorgansme terhadap zat
gugus fenol.
aktif serta ketebalan dan viskositas medium. Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
12
bakteri Salmonella thypi dan jamur
Kesimpulan 1. Abalon
Haliotis
L.
Candida albicans dan berdasarkan
sumber
urutan diameter hambatan terbesar
inokulum jamur simbion penghasil
hingga yang terkecil untuk bakteri
antimikroba.
yaitu Abl.J.1, Abl.J.3, dan Abl.J.2
berpotensi
2. Isolat Abl.J.2,
asinina
sebagai
jamur
simbion
Abl.J.1,
dan
Abl.J.3
abalon
sedangkan Abl.J.2,
untuk Abl.J.1,
jamur dan
yaitu
Abl.J.3.
Haliotis asinina L. tergolong genus
Senyawa bioaktif dari ke-3 isolat
Aspergillus.
jamur yaitu bersifat bakteriosidal
3. Ketiga isolat jamur simbion abalon mampu
menghasilkan
senyawa
yang bersifat antimikroba terhadap
Daftar Pustaka Balcázar, J. L., I. B Ruiz-Zarzuela, D. Cunningham, D. Vendrell, and J.L. Múzquiz. 2006. The role of probiotics in aquaculture. Veterinary Microbiol.,114: 173186. Barnet, H. L and B. B. Hunter. 2000. Illustrated Genera of Imperfect Fungi. Burgess Publishing Company. USA. 241 pp. Blunt, J. W., B. R. Copp, M. H. G. Munro, P. T. Northcote, and M. R. Prinsep. 2006. Marine natural products. Natural Product Reports, 23:26–78.
terhadap bakteri Salmonella thypi dan bersifat fungisidal terhadap jamur Candida albicans.
Bugni T. S, and C. M, Ireland. 2004. Marine-derived fungi: A Chemically and Biologically Diverse Group of Microorganisms. Nat. Prod. Rep., 21:143-63. Burgessa, J. G., K. G. Boyda, E. Amstronga, Z. Jianga, L. Yana, M. Berggrenb, U. Mayb, T. Pisacanec, A. K. Granmob, and D. R. Adamsd. 2003. The Development of a Marine Natural Product-based Antifouling Paint. Biofouling, 2003. 19:197-205. Campbell, N. A., B. R. Jane, and G. M. Lawrence. 2003. Biologi. Edisi kelima Jilid III. Erlangga. Jakarta. 436 hal. Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
13
Cappucino, J. G. and S. Natalia. 2001. Microbiology : A Laboratory Manual, 6th Edition. Sinaeur Associates, Inc. Sunderland. Dwidjoseputro, 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. 214 hlm. Gandjar, I., R. A. Samson, A. Oetari, dan I. Santoso., 1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.136 hlm. Geiger,
D. L, 2005. Molecular Phylogeni and The Geograpic Orogin of Haliotidae Traced by Haemocyanin Sequences, Journal of Molluscan Studies Advance. Santa Barbara Museum of Natural History. pp. 1-6.
Harvell C. D., C. E. Mitchell, J. R. Ward, S. Altizer, A. P. Dobson, R. S. Ostfeld, M. D. Samuel. 2002. Climate warming and disease risks for terrestrial and marine biota. Science 296 : 2158–2162. Noverita, D. F. dan S. Ernawati. 2009. Isolasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Jamur Endofit
dari Daun dan Rimpang Zingiber ottensii Val. Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 4 : 171-176. Universitas Nasional. Jakarta Selatan. Pankey, G.A. and L.D. Sabath. 2004. Clinical relevance of bacteriostatic versus bactericidal mechanisms of action in the treatment of Gram-positive bacterial infection. Oxford Journal 38: 864--870. Rasyid, A. 2008. Biota Laut Sebagai Sumber Obat-Obatan. Oseana, Vol : XXXIII No. 1, Hal : 12. Pusat Penelitian OseanografiLIPI. Jakarta. Samson, R. A., E.S. Hoekstra and J.C. Frisvad. 2004. Introduction to food and airborne fungi. Centraalbureau Voor Schimmelcultures, Utrecht: 383 hlm. Singh I. P and S. B. Bharate. 2005. Anti-HIV Natural Products. Journal Current Science. 89 : 269-290. Varoglu, M., T. H. Corbett, F. A. Valeriote and P. Crews. 1997. Journal Org Chem. 62. 70787079.
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
14
Submit to Junal SAINS FMIPA UNSRAT
15