POLITIK DAN KONFLIK DI ASIA TENGGARA Nama Asia Tenggara merupakan sebuah istilah untuk merujuk kawasan Timur dari Asia, namun lebih dengan watak Melayu daripada warna etnik China. Dalam batas tertentu kawasan ini mengalami berbagai irisan dengan sub wilayah Asia lainnya, seperti di Asia Selatan dan Asia Timur ataupun Indo China. Istilah Asia Tenggara (south east Asia) pertama kali muncul dalam bentuk penggunaan istilah tersebut dalam nama Pakta Pertahanan Militer Amerika Serikat, yakni SEATO (South East Asia Treaty Organizations). Baru kemudian nama ini juga dipergunakan untuk perhimpunan negara-negara Asia Tenggara dalam ASEAN (Association of South East Asia Nations). Di kawasan Asia Tenggara terdapat hampir sekitar 10 negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei, kemudian disusul Vietnam, Myanmar, Kamboja, dan Laos. 5 negara di depan merupakan negara-negara yang bersepakat mendirikan ASEAN, sebuah organisasi yang memiliki tujuan untuk membendung persebaran komunisme di Asia Tenggara, dalam hal ini Veitnam sebagai negara yang berhaluan komunis setelah jatuhnya Vietnam Selatan. Namun berseiring dengan berakhirnya perang dingin maka keanggotaan Asean mengalami penambahan yang sangat signifikan, dari 5 menjadi 8. Wilayah Asia Tenggara merupakan wilayah yang unik, sebagai sub dari kontinen Asia yang menunjukkan watak kepulauan, hampir separuh dari negara di Asia Tenggara dapat dimasukkan antara lempeng (Asia plate) dan asifik (Pasific Plate).
Dalam konteks kultur
wilayah ini juga memiliki keunikan, sebagai wilayah “Melayu” yang khas dengan Islam ataupun Melayu-Spanyol yang khas dengan Katholik, Siam dengan Budha, ataupun China dengan Konfusian. Cakupan Wilayah Terdapat banyak ragam penulis yang mendefinisikan wilayah Asia Tenggara ; Pertama mendefinisikan wilayah Asia Tenggara dengan berbasis etnis dan bahasa yang digunakan dalam wilayah tersebut. Jika menggunakan batasan ini, Asia Tenggara Timur Tengah terbentang dari Selatan mulai dari Malaysia, Indonesia dan Brunei dengan penggunaan bahasa Melayu dan turunannya. Kedua, mendefinisikan dengan berbasis wilayah saja. Dari konteks ini maka cenderung dipergunakan dengan basis benua. Jika diasumsikan Asia Tenggara adalah wilayah antara kontinen Benua Asia dan Sebagian kepulauan sub kontinen Asia. Dengan menggunakan batasan
ini maka kita akan mendapati 9 negara yakni, Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand, Vietnam, Myanmar, Kamboja dan Laos. Tekstur Wilayah Asia Tenggara Tekstur geografis (penampakan tanah) wilayah Asia Tenggara terdiri dari : dataran rendah dan pegunungan dengan area perkebunan yang sangat khas, terutama karet.1 Demikian pula sungai-sungai besar sangat tampak dan khas, yang sebelumnya menjadi tempat munculnya kerajaan besar bisa dipastikan di daerah yang memiliki akses sungai.2 Sesuai dengan watak kepulauan negara Asia Tenggara, hampir dipastikan kesemuanya memiliki pantai. Pantai-pantai di negara Asia Tenggara merupakan pantai yang memungkinkan untuk dibangun pelabuhan karena cenderung landai. Sehingga dalam sejarah Asia Tenggara, kerajaan besar Islam sebagian besar terletak di tepi pantai. Di wilayah Asia tenggara hampir tidak ditemukan wilayah dengan basis gurun, kalaupun ada hamparan luas adalah dalam bentuk Stepa. Dalam wilayah ini kemudian berkembang peternakan Sapi, kambing dan Kuda secara alamiah. Tekstur wilayah yang cenderung subur, serta dengan akses sungai yang banyak dan landai ini memungkinkan sebagian besar negara di Asia Tenggara dapat dikategorikan sebagai negara agraris. Hanya negara Singapura dan Malaysia yang tampaknya cenderung akan meninggalkan watak agraris. Vietanam dan Thailand sekarang ini telah menjadi lumbung padi dan gula terbesar di Asia Tenggara. Iklim Iklim di Asia Tenggara relatif sama, hal ini tidak bisa dilepaskan dari persoalan letak lintang negara Asia Tenggara berada antara 13oLS sampai 17o LU. Dengan posisi lintang ini maka negara di Asia Tenggara hanya mengenal dua musim saja; yakni musim penghujan dan kemarau. Kalaupun terdapat iklim dingin dengan karakter hujan salju hanyalah fenomena temporer yang terjadi dipuncak Jayawijaya di Papua. Hal ini lebih disebabkan oleh persoalan ketinggian yang mencapai di atas 8000 m di atas permukaan laut, bukan karena posisi lintang. Demografi: Etnis, Agama, dan Budaya Wilayah Asia Tenggara memiliki jumlah penduduk sekitar 350 juta, 200 juta di antara disumbangkan oleh Indonesia, dan penduduk tersedikit adalah Singapura. Dari sisi angka 1
Malaysia dan Indonesia merupakan negara pengekspor karet terbesar di dunia. Lihat lebih jauh dalam ASEAN Statistical Yearbook 2006, Jakarta, Secretariat ASEAN, 2007 2 Hampir di setiap negara di Asia Tenggara memiliki sungai yang besar, lihat lebih jauh tentang data sungai dalam Microsoft Encarta, 2007
pertumbuhan penduduk sebenarnya angka kelahiran di Asia Tenggara relatif tinggi yakni 2.4 percent antara 1990 dan 1995, terutama di negara-negara agraris. Meskipun program keluarga berencana telah dikembangkan di wilayah Asia Tenggara namun angka pertumbuhan penduduknya relatif tetap tinggi. Namun akhir-akhir ini, variabel angka pertumbuhan penduduk tidak banyak ditentukan oleh kelahiran dan kematian belaka, variabel migrasi tampaknya mulai menjadi trend baru. Banyak penduduk Indonesia yang bekerja di Singapura, Malaysia, dan Brunei cukup memberikan tekanan penambahan penduduk yang signifikan di negara-negara tersebut. Sehingga dalam batas tertentu, menyebabkan perubahan konstalasi kependudukan yang seringkali memicu konflik. Penduduk di Asia Tenggara tinggal di daerah pedesaan, namun pola migrasi ke kota semakin menjadi trends sehingga beberapa kota Asia Tenggara mulai tampak lebih padat hal ini bisa kita lihat di beberapa kota besar seperti; Jakarta Indonesia (6.8 million), Kuala Lumpur, Malaysia (6.5 million), Manila, Filipina (3.8 million), and Bangkok, Thailand (7.6 million).3 Dari sisi etnis, negara-negara di Asia Tenggara sebagian besar beretnis Melayu, kecuali di beberapa negara berbasis Indo Cina seperti Vietnam, Kamboja, dan Laos terdapat kecenderungan ras mongoloid cenderung dominan. Terdapatnya juga kelompok overseas china, di beberapa negara seperti di Singapura, Malaysa, dan Indonesia. Sedangkan etnis India juga merupakan bagian tak terpisahkan di beberapa negara, terutama di negara Malaysia. Keberagaman etnis ini tidak bisa dilepaskan karena sebelumnya kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki daya tarik yang luar bisaa bagi kekuasaan di luar wilayah Asia Tenggara. Kehadiran ras Mongoloid juga tak terpisahkan dari berbagai migrasi dan invasi politik dari imperium Mongolia Kuno. Demikian juga kehadiran etnis India, juga tak terpisahkan dari penetrasi kerajaan Hindu dan Budha yang memiliki sentrum di India. Lahirnya kerajaan Sriwijaya di Indonesia, juga tak terpisahkan dari penetrasi etnis India di Indonesia. Agama Asia Tenggara merupakan tempat bertemunya agama-agama besar baik yang berbasis agama tradisional Asia (agama ardli) ataupun agama di Timur Tengah (samawi). Di Asia Tenggara terdapat berbagai keragaman identitas keberagamaan, di Indonesia , Malaysia dan Brunei kental dengan agama Islam. Sedangkan di Filipina dan Singapura lebih khas dan kental dengan Katholik-Nasrani. Demikian pula di Thailand, dan Myanmar lebih didominasi agama 3
Lihat lebih jauh dalam Encarta Deluxe 2005
Budha, sedangkan negara Vietnam sebagai negara komunis fenomena keberagamaan cenderung tidak menunjukkan fenomena yang berarti. Untuk kawasan Loas, Kamboja cenderung dengan watak agama Asia Timur dengan ide-ide Konfusianismenya. Dari kondisi ini terjadi berbagai ragam irisan yang satu-sama lain menunjukkan watak yang khas. Artinya muslim di Indonesia , Malaysia, Brunei dalam posisi majoritas, sedangkan di Thailand dan Filipina cenderung minoritas. Gesekan politik agama di Thailand dan Filipina, akan menjadi masalah yang sangat berarti bagi muslim di Malasyia, Indonesia dan Brunei.4 Kalau dilihat dari total populasi maka dalam konteks penganut agama, posisi Islam memang tetapi menjadi fenomena Asia Tenggara. Baru kemudian diikuti oleh agama Konfusian, Budha, Nasrani dan Hindu. Fenomena Islam ini menjadi sangat menonjol daroi dari total populasi penduduk Islam di dunia yang sekarang berjumlah sekitar 750 juta jiwa, 1/3 di antaranya disumbang dari kawasan Asia Tenggara. Sehingga tidak berlebihan kiranya kemudian banyak fihak melihat Asia Tenggara sebagai kawasan Islam. Daerah Strategis dan Ekonomis Di kawasan Asia Tenggara, telah dimaklumi bersama sebagai daerah strategis dalam konteks militer maupun ekonomi sekitar abad 15 M. Portugis merupakan salah satu negara yang kemudian mempergunakan akses Selat Malaka sebagai jalur yang memungkinkan aliran barang dan modal dari Eropa ke Asia ataupun Asia ke Eropa. Ekspedisi Marcopolo juga menunjukkan bahwa Asia Tenggara merupakan akses yang sangat berharga bagi transportasi laut dan arus perdagangan. Sedemikian
rupa
strategisnya
selat
Malaka,
telah
memungkinkan negara yang memiliki akses akses pengelolaan pelabuhan Malaka menjadi salah satu negara termakmur di Asia Tenggara. Singapura merupakan negara yang relatif kecil, jika dibandingkan dengan Indonesia luas wilayah Singapura tidaklah lebih luas dibandingkan dengan propinsi Jawa Tengah, demikian pula jika dikaitkan 4
dengan potensi sumber daya alam, hampir
Yang kemudian menjadi rumit dan pelik adalah, wilayah strategis tersebut rata-rata berada di titik-titik perbatasan, dan di area tersebut semenjak tahun 1980-an ditenggarai memiliki deposit minyak yang sangat banyak.
Lihat lebih jauh dalam konflik agama di Mindanao dan Patani yang senantiasa menimbulkan mobilisasi horisontal di kalangan umat Islam, seperti kasus peminggiran kelompok Islam di Mindanou, ataupun penyiksaan kalangan muslim di Patani akhir 2004 dalam Surwandono, Dinamika Konflik di Mindanao, Penelitian tidak diterbitkan, Yogyakarta, Fisipol, 2007
dipastikan Singapura tidak memiliki pertambangan yang berarti. Namun posisi yang strategis tersebut, menjadikan Singapura menjadi “incaran politik” bagi negara sekitarnya.5 Yang kemudian menjadi rumit dan pelik adalah, wilayah strategis tersebut rata-rata berada di titik-titik perbatasan, dan di area tersebut semenjak tahun 1980-an ditenggarai memiliki deposit minyak yang sangat banyak. Persoalan sengketa di laut China Selatan antara negara Malaysia, Thailand, Vietnam, China dan Korea. Sengketa kepulauan Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia, ataupun kasus terakhir sengketa blok Ambalat.
5
Dalam hal ini Indonesia dan Malaysia merupakan negara yang pernah mencoba untuk melakukan politik okupasi terhadap wilayah ini. Bahkan untuk kasus sekarang ini untuk menetralisir konflik ini Indonesia, Singapura dan Malasyia membentuk Sijori (Singapura, Johor, Riau) sebagai upaya pembagian akses wilayah strategis.