1
PESAN DAKWAH DALAM BUKU ‘UDAH PUTUSIN AJA’ KARYA FELIX YANWAR SIAUW
FINDRI WAHYUNI Nim: 12030102022
ABSTRAK Nama: Findri Wahyuni, NIM :12030102022, Judul Skripsi : “Pesan Dakwah Melalu Buku Udah Putusin Aja Karya Felix Y. Siauw”, Pembimbing I: Mansur, S.Ag., M.Pd., Pembimbing II: Sitti Fauziah M., S.Pd.I., M.Pd.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Pesan-pesan apa saja yang terdapat dalam buku Udah Putusin Aja karya Felix Y. Siauw?. 2. Bagimana teknik penyampaian dakwah dalam buku Udah Putusin Aja karya Felix Y. Siauw? Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif. Teknik dalam pengumpulan data menggunakan teknik membaca kritis dan pencatatan. Teknik analisis data ditempuh dengan cara yaitu: langkah analisis, langkah interpretasi, dan langkah generalisasi. Skripsi ini menghasilkan bahwa dalam buku Udah Putusin Aja karya Felix Y. Siauw ini terdapat 25 pesan-pesan dakwah, pesan-pesan itu lah yang menjadi inti pokok dari buku ini, agar tujuan pembuatan buku Udah Putusin Aja ini dapat tercapai. Dan dalam buku Udah Putusin Aja juga terdapat 6 teknik yang digunakan dalam penyampaian dakwah, yaitu: 1. Menggunakan Al-Qur’an dan Hadits, 2. Memparkan kisah sahabat Nabi, 3. Menyisipkan nilai-nilai humor pada meteri dakwah, 4. Menyuguhkan unsur-unsur gambar dalam buku, 5. Menambahkan kutipan-kutipan dakwah, 6. Memberikan sebuah solusi.
2
PENDAHULUAN Islam adalah agama dakwah, agama menyebarluaskan kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum mempercayainya untuk percaya, menumbuhkan pengertian dan kesadaran agar umat Islam mampu menjalani hidup sesuai dengan perintah dianggap sebagai tugas suci yang merupakan tugas setiap muslim. Setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah1. Seperti apa yang diperintahkan dalam firman Allah SWT surat Ali Imran ayat 104 Terjemahnya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang 2 beruntung”(QS. Ali Imran [3]: 104) Menurut Thohah Yahya Omar, dakwah Islam adalah mengajak manusia dengan cara kebijaksanaan kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat3. Berbagai macam metode dakwah yang dapat digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan dakwah yaitu dengan menggunakan media dakwah. Media dakwah diartikan sebagai alat bantu dakwah, atau yang populer dalam proses mengajar dengan istilah ‘alat peraga’. Alat bantu berarti media dakwah memiliki peran atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan4. Salah satu media dakwah yang sudah cukup lama dikenal dan mudah dijumpai dimana-mana adalah media cetak. Media cetak dimaksudkan segala macam catatan yang biasanya dalam bentuk tulisan seperti buku, novel, koran, artikel, dll. Media cetak yang sering digunakan dalam berdakwah adalah buku. Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sedemikian rupa sehingga seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan penulisnya. Kehadiran buku di tengah masyarakat sangat besar peranannya, karena dengan membaca buku seseorang dapat memperoleh informasi yang tidak pernah diketahuinya. Dengan membaca buku seseorang juga akan dapat memperluas cakrawala pengetahuannya. Kelebihan dakwah melalui buku-buku adalah kemampuan beredarnya dalam jangka panjang. Misalnya sampai sekarang buku-buku yang telah berusia puluhan tahun dan bahkan ratusan tahun masih bisa
1
Faizah Binti Awad dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 35 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Jakarta : CV Darus Sunnah, 2015), h. 64 3 Thohah Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1971), h. 1 4 Asmuni Syukur, Op.cit., h. 163-164
3
dijumpai5. Dan itulah yang disadari oleh para Da’i, mereka mulai memanfaatkan media buku sebagai variasi dalam berdakwah. Salah satunya adalah Felix Yanwar Siauw ia merupakan Da’i terkemuka yang berada di Indonesia. Dia telah menulis beberapa judul buku sebagai kegiatan dakwahnya. Dari beberapa buku yang sudah beliau tulis, ada satu yang menjadi best seller yaitu buku yang berjudul ‘Udah Putusin Aja’. Penampakan buku ini sangatlah menarik, selain karena buku ini full color. Isinya juga bukan dengan teks yang panjang lebar seperti buku-buku lain, tetapi dengan ilustrasi-ilustrasi yang menarik dan kalimat-kalimat singkat namun mengena saat dibaca. Buku ini juga berujar tentang cinta, cinta sebagai fitrah manusia yang selayaknya tidak dikotori dengan perbuatan-perbuatan yang tidak seharusnya. Bahwa cinta adalah pemberian Allah dan karunia-Nya. Allah menanamkan rasa cinta pada jiwa kita sebagai bentuk dari rasa cinta-Nya kepada kita agar kita berpikir tentang-Nya. Hal-hal kecil yang sering disepelekan namun mengotori makna cinta itu sendiri, serta alasan-alasan yang sering digunakan para penggiat pacaran sebagai pembenaran atas perbuatan mereka juga dijabarkan dan disanggah dalam buku ini. Buku setebal 180 halaman ini bukan hanya membahas alasan-alasan mengapa kita tidak boleh menjalin hubungan yang tidak seharusnya dengan orang yang bukan mahram, tetapi juga memberi solusi bagaimana menjalin hubungan yang tidak halal menjadi halal6. Pemilihan judul buku Udah Putusin Aja menunjukan bahwa sasaran dakwah Ustadz Falix adalah remaja yang melakukan pacaran. Masa remaja atau Adolencentia adalah masa sesudah puberitas, yakni antara 17-30 tahun. Masa transisi antara anak-anak dan dewasa yang meliputi beberapa perubahan, seperti pendewasaan seksual, peningkatan pemikiran, pembuktian atas kebebasan, dan lain-lain7. Perubahan-perubahan ini lah yang dapat mendorong remaja untuk melakukan pacaran. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pesan-pesan dakwah apa saja yang terdapat dalam buku Udah Putusin Aja karya Felix Y. Siauw dan teknik penyampaian dakwah dalam buku Udah Putusin Aja karya Felix Y. Siauw Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research) dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif.
PEMBAHASAN A. Tinjauan tentang Dakwah 1. Pengertian Dakwah Dakwah berasal dari bahasa arab دﻋﻮة- ﯾﺪﻋﻮ- دﻋﻰartinya mengajak, mengundang, menyeru, dan menarik serta memanggil. Syech Ali Mahfuzh 5
Slamet Muhaimin Abda, Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1994), h. 99-100 6 Nooraida Permana, Resensi Buku Udah Putusin Aja, (http://www.academia.com), diakses pada tanggal, 03-03-2016 7 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985), h. 15
4
sebagai pencetus gagasan dan penyusunan ilmiah mengemukakan ilmu dakwah memberi batasan mengenai dakwah itu sebagai berikut: Membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari pekerjaan yang mungkar agar mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan di dunia dan di akhirat8. Dalam Al-Qur’an surah AnNahl ayat 125 disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik serta berdebat dengan cara yang baik pula. Alllah Swt. Berfirman:
Terjemahnya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl [16]: 125)9. Pada tataran praktek dakwah harus mengandung dan melibatkan tiga unsur, yaitu: penyampaian pesan, informasi yang disampaikan, dan penerima pesan. Namun dakwah mengandung pengertian yang lebih luas dari istilah-istilah tersebut, karena istilah dakwah mengandung makna sebagai aktivitas menyampaikan ajaran Islam, menyuruh berbuat baik dan mencegah Dakwah adalah segala usaha dan kegiatan yang disengaja dan berencana dalam wujud sikap, ucap, dan perbuatan yang mengandung ajakan dan seruan baik langsung maupun tidak langsung ditujukan kepada orang perorangan, masyarakat maupun golongan agar tergugat jiwanya, terpanggil hatinya kepada ajaran serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari. 2. Tujuan Dakwah Tujuan dakwah Islam dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : a. Tujuan umum (tujuan utama) dakwah adalah hasil akhir yang ingin dicapai dari keseluruhan tindakan aktivitas dakwah, yaitu mengajak umat manusia (meliputi umat muslim maupun non muslim) kepada jalan yang benar agar terwujud kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai oleh Allah Swt. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akhirat b. Tujuan khusus, dakwah adalah nilai-nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang diridhai Allah Swt. Masing-masing sesuai dengan segi atau bidangnya. Tujuan khusus dakwah adalah : 8
Ahmad Sukardi, Dakwah & Teknik Berpidato, (Kendari: CV Shadra, 2009), h. 1 Departemen Agama RI, Op, Cit., h. 282
9
5
1) Untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghargaan, dan pengamalan ajaran agama Islam di tengah-tengah masyarakat 2) Mengajak umat Islam untuk selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt., mengerjakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar10. 3. Metode Dakwah Metode adalah cara yang teratur dan sistematis untuk pelaksanaan sesuatu atau cara kerja11. Sementara itu menurut Mchfueld MA, metode dakwah adalah suatu cara tertentu terpikir sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan dakwah tidak lain adalah pulang kembalinya ke jalan Allah (Dinul Islam)12. Metode dakwah adalah suatu hal yang sangat prinsipil karena apabila kita mulai tujuan kearah dakwah, maka akan ditemukan berbagai persoalan dan berhadapan dengan berbagai ragam corak manusia sebagai objek dakwah. Semakin banyak realita baru yang berkembang di tengah-tengah masyarakat yang semakin maju, maka dakwah semakin dituntut untuk bisa menyesuaikan diri serta integrasi melalui pendekatan metodologis. Karena begitu pentingnya metode dakwah, maka M. Syafa’at Habib mengatakan bahwa metode dakwah adalah nadinya dakwah, atau bahkan menjadi otaknya dakwah. Sesungguhnya memahami metode dakwah sangat penting sebelum masuk dalam arena dakwah13. 4. Media Dakwah Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaiakan materi dakwah (dalam ajaran Islam media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaiakan materi dakwah (ajaran Islam) kepada mad’u14. Media memiliki peranan atau kedudukakn sebagai penunjang tercapainya tujuan dakwah, bersamasama dengan komponen dakwah lainnya, seperti objek dakwah, metode dakwah, subjek dakwah dan lain sebagainya. Bentuk media dakwah yang sering digunakan dalam berdakwah adalah sebagai berikut: a. Televisi Televisi memiliki sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antar fungsi media dan visual, ditambah dengan kemampuanya dalam memainkan warna. Penonton leluasa menentukan saluran mana yang mereka senangi. b. Radio. Salah satu kelebihan media radio dibandingkan dengan media lain, ialah cepat dan mudah dibawa kemana-kemana. Radio bisa dinikmati sambil mengerjakan pekerjaan lain, seperti memasak, menulis, menjahit dan semacamnya. c. Film. Film dalam pengertian sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam pengertian yang lebih luas juga yang termaksuk yang 10
Asmuni Syukir, Op, Cit., h. 51 Widodo, Kamus Ilmia Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2001), h. 426 12 Ahmad Sukardi, Op, Cit., h. 101-102 13 Ibid, h. 103 14 M. Munir, dan Wahyu Ilahi, Op, Cit., h. 32 11
6
disiarkan TV. Film dengan kemampuan visualnya yang didukung dengan audio yang khas, sangat efektif sebagai media untuk berdakwah dan juga sebagai media pendidikan. d. Media Cetak Media cetak untuk berbagai jenis media dakwah di sini ialah semua bahan cetakan yang digunakan untuk memuat dan menyampaikan pesan-pesan dakwah ke pada msyarakat sebagai sasaran (obyek) dakwah. Bahan cetakan yang memuat informasi dakwah tersebut harus memenuhi beberapa fungsi sebagai media penyampaian pesan kepada publik15. Media cetak yang dapat digolongkan ke dalam jenis-jenis media dakwah ialah : buku, surat kabar, majalah, bulletin, brosur, jurnal, pamplet, stiker, poster, karcis (tiket), logo (label), dan sebagainya. Namun penulis hanya akan menjelaskan media komunikasi cetak yang mempunyai peran berskala besar. 5. Pesan Dakwah Pesan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti suruh, perintah, nasihat, harus disampaikan kepada orang lain16. Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat, pesan terbagi menjadi dua yaitu pesan linguistik (verbal) dan pesan ekstralinguistik (nonverbal). Adapun pesan linguistik adalah pesan melalui bahasa, sehingga pesan diartikan sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan-gagasan. Sedangkan pesan ekstralinguistik (nonverbal) adalah pesan yang dilakukan melalui gerak tubuh, suara, pengguna ruang personal dan sosial, penciuman, sensitivitas kulit dan artifaktual17. Pesan dalam Islam ialah nasehat, permintaan, amanah yang harus disampaikan kepada orang lain. Sedangkan pesan dakwah adalah semua pernyataan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah baik secara tertulis maupun bentuk pesan-pesan. AlQuran dan As-Sunnah diyakini telah mencakup keseluruhan aspek dari setiap tindakan dan segala urusan manusia di dunia. Tidak ada satu bagian pun dari aktivitas muslim yang terlepas dari sorotan dan cakupan Al-Qur’an dan AsSunnah ini.
B. Larangan Pacaran Dalam Pandangan Islam 1. Pengertian Pacaran Pacar adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Sedangkan berpacaran adalah bercinta atau berkasihkasihan18. Cinta merupakan salah satu mukjizat besar yang berikan Allah Swt. Kepada manusia. Cinta adalah fitrah manusia, dan kita semua bisa merasakannya. Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani 15
Zulkifli, Ilmu Dakwah (Kendari: 2005, Pustaka Az-zikra) h. 198 Wjs. Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ke III, (Jakrta: Balai Pustaka, 2005), h. 883 17 Onong Uchyana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandungn: Remaja Rosdakarya, 2003), h. 18 16
18
DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka, 2005). h. 847
7
hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang salah sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cinta kasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran yang telah nyata melanggar norma hukum, norma agama, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi yang tidak memiliki pengetahuan menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara19. Jadi dikatakan pacaran jika mempunyai teman lawan jenis dengan menjalin hubungan berdasarkan cinta kasih ditandai dengan adanya aktivitasaktivitas seksual dan percumbuan. 2. Dalil Yang Berkaitan Tentang Larangan Pacaran Islam memandang lelaki dan wanita sama dalam hal penciptaan dan kemuliaannya, namun berbeda dalam hal fungsi dan tanggung jawabnya. Islam memberikan letak khusus kepada wanita yang tidak diberikan kepada lelaki, sebaliknya Islam juga memberikan letak khusus kepada lelaki yang tidak diberikan kepada wanita. Islam mengharamkan adanya hubungan yang mendekati zina. Karena zina merupakan salah satu dosa besar disisi Allah Swt, perbuatan itu juga sangat merugikan bagi laki-laki maupun perempuan, dan kehidupan manusia secara umumnya. seperti dalam surah Al-Isra ayat 32 yang menjelaskan mengenai larangan mendekati zina:
Terjemahnya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”(QS. Al-Isra [17]: 32)20. Dalam dalil lain Allah Swt mengharamkan untuk saling memandangan dengan seseorang yang bukan mahramnya, Allah Swt berfirman dalam surah AnNur ayat 30: Terjemahnya: 19
Pacaran-Wikipedia bahasa Indonesia, (http://id.m.wikipedia.org/pacaran.com). Diakses tanggal 15-04-2016 20 Departemen Agama RI, Op.Cit., h. 286
8
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat”(QS. An-Nur [24]: 30)21. Namun Islam tidak menyusahkan lelaki maupun wanita. Dalam hal-hal yang memang jelas dan perlu, syariat membolehkan interaksi antara lelaki dan wanita. Keduanya diperbolehkan melaksanakan jual beli, belajar mengajar, ibadah semisal haji dan umrah, berjihad dijalan Allah Swt, dan juga diperbolehkan lelaki dan wanita berinteraksi dalam perkara medis, peradilan, perdagangan, pendidikan, akad kerja, dan segala aktivitas syar’i yang memang menuntut adanya interaksi antara keduanya22. Dari dua ayat diatas bisa disimpulkan bahwa Allah Swt senantiasa melarang adanya hubungan antara lelaki dan wanita yang bisa mendatangkan zina dan juga dilarangnya aktivitas tidak berkempentingan syar’i. 3. Ta’aruf dan Khitbah dalam Islam a. Pengertian ta’aruf Ta’aruf adalah kegiatan silahturhmi, kalau pada masa ini bisa dikatakan sebagai perkenalan dengan bertatap muka, atau bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh23. Berikut firman Allah Swt dalam surah Al-Hujurat ayat 13 yang berkaitan dengan anjuran berta’aruf dalam ajaran Islam : Terjemahnya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS. Al-Hujurat [49]: 13)24.
21
Ibid, h. 354 Felix Y. Siauw, Udah Putusin Aja, (Cet I, Bandung: Mizania, 2013), h. 43 23 Ta’aruf- Wikipedia Bahasa Indonesia, (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ta’aruf), diakses tanggal 31 mei 2016 24 Departemen Agama RI, Op.Cit., h. 518 22
9
Dalam Islam ta’aruf biasa dikenal dengan tahap perkenalan calon pasangan hidup. Sebelum seorang laki-laki memutuskan untuk menikahi seorang perempuan, tentunya seorang laki-laki harus mengenal dahulu siapa perempuan yang akan hendak dinikahinya, begitu pula sebaliknya. Adapun mengenali calon pasangan hidup disini dimaksudkan adalah mengetahui namanya, asalnya, keturunan, keluarganya, akhlaknya, agamanya, dan informasi lain yang memang dibutuhkan. Ta’aruf bisa ditempuh dengan mencari informasi dari pihak ketiga, baik dari keluarga maupun kerabat terdekat. Jika sudah ada kecocokan visi dan misi antara keduanya maka bisa dilanjutkan dengan mengkhitbah. Jarak waktu antara ta’aruf dan khitbah, sebaiknya tidak terlalu memakan waktu yang lama, karena dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah25. b. Pengertian Khitbah Secara etimologi khitbah dalam bahasa Indonesia adalah pinangan atau lamaran yang berasal dari kata pinang, dan meminang. Meminang dimaknai sebagai thalabah al mar’ah li al-zawaf permintaan kepada wanita untuk dijadikan istri. Sedangkan menurut terminologi khitbah adalah pernyataan permintaan untuk menikah dari seorang laki-laki kepada seorang perempuan atau sebaliknya dan perantara seorang yang dipercayai maupun secara langsung tanpa perantara. Adapun salah satu tujuan disyaratkannya khitbah adalah agar masing-masing pihak dapat mengetahui calon pendamping hidupnya26. Dengan demikian khitbah dapat dimaknai sebagai ungkapan seorang lakilaki terhadap seorang perempuan untuk dijadikan istri yang menemani dalam kehidupannya sampai tibanya ajal kelak. Wanita yang telah dikhitbah atau dipinang tetap merupakan orang asing (bukan mahram). Tidak dibolehkan wanita yang di khitbahnya diajak hidup serumah layaknya berumah tangga, karena hal itu baru boleh setelah dilaksanakan akad nikah yang benar menurut syarat agama dengan rukun dan syarat tertentu. Maka tidak diperkenankan bagi seorang laki-laki atau sebaliknya untuk berduaan tanpa adanya orang ketiga27. Mengkhitbah di dalam Islam bukan tanpa alasan atau dasar melainkan dilakukan atas dasar firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 235 :
25
Abisyakirah, Islam Menganjurkan Ta’aruf, (http://wordpress.com), diakses tanggal 31
Mei 2016 26
M. Dahlan R., Fiqih Munakahat, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015), h. 10 Ibid, h. 11
27
10
Terjemahnya: “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepadaNya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun” (QS. Al-Baqarah [2]: 235)28. Berdasarkan pada firman Allah Swt dalam surah Al-Baqarah ayat 235, maka para ulama menjadikan khitbah ini hukumnya mubah. Karena khitbah bukanlah syarat sahnya pernikahan atau tanpa khitbah pun pernikahan tetap sah. C. Penelitian Relevan Pada bagian ini, penulis memaparkan hasil penelitian secara singkat yang terkait dan relevan dengan masalah yang diteliti. Berikut hasil penelitian dari Sitti Suhaeliyah, Nim. 1110051000084. Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Deskriptif Pesan Dakwah Dalam Buku How To Master Your Habits Karya Felix Y. Siauw” (Skripsi Pada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014). Hasil tersebut menyimpulkan bahwa dalam perkembangan zaman yang semakin maju membuat komunikasi pun semakin berkembang dengan pesat. Dakwah tidak hanya melalui lisan saja melainkan juga bisa melalui tulisan seperti buku, novel, film, dan majalah. Pesan dakwah yang ditekankan pada penelitian ini yaitu pesan, akhlak, dan syariah. Pesan akidah yang utama dalam kehidupan manusia karena berurusan langsung dengan Maha Kuasa. D. Pesan-pesan dakwah yang terdapat pada buku Udah Putusin Aja Pada buku Udah Putusin Aja, Ustadz Felix banyak mengkomunikasikan pesan-pesan dakwahnya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembacanya. Tujuannya agar setiap pembaca dapat merenungi pesan dakwah yang berada pada buku itu. Berikut pesan-pesan dakwah yang terdapat pada buku Udah putusin Aja: 1) Bila cinta adalah karunia Allah Swt., mustahil Allah mengaruniakan sesuatu yang buruk29. Pesan di atas menunjukan bahwa kita sebagai umat muslim harus meyakini apa yang telah diberi dan diperintahkan Oleh Allah Swt., dan harus di jalankan dengan sebaik-baiknya. Allah yang menjadikan rasa cinta antara jenis 28
Departemen RI, Op, Cit., h. 39 Felix Y. Siauw, Op.Cit., h. 23
29
11
yang berlawanan, sama seperti Allah jadikan rasa cinta manusia terhadap apapun yang diinginkan di dunia. Allah Swt. Berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 14: Terjemahnya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apaapa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (QS. Ali ‘Imran [3]: 14)30. 2) Islam melarang keras segala bentuk interaksi cinta yang tidak halal. Bukan karena apa pun, tapi karena Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakan-kerusakan yang dapat terjadi pada manusia itu sendiri. Cinta yang tak semestinya, cinta yang tidak halal, itulah jenis cinta yang merusak31. Oleh karena itu, Islam mengarahkan dan mengatur cinta agar ia berjalan pada koridor yang semestinya. Islam mengatur bagaimana menunaikan cinta kepada orang tua, cinta kepada saudara seiman, kepada sesama manusia, juga tentu kepada lawan jenis. Bila membahas cinta diantara lawan jenis satu-satunya jalan yang diperintahkan oleh Allah adalah dengan jalan pernikahan, karena dengan pernikahanlah semua cinta menjadi halal dan penuh keberkahan. 3) Sebagai lelaki dan wanita yang normal, wajar rasa cinta muncul diantaranya, apalagi sudah beinteraksi dalam waktu yang lama, satu kelas, satu kantor, satu pengajian, satu gerakan, dan segala satu yang lain. Namun, bukan berarti ketika Allah mengaruniakan rasa cinta sebagai fitrah kepada manusia, lantas kita bisa mengekspresikannya sesuai kehendak kita, seperti apa pun yang kita inginkan. Ada masanya, ada caranya, dan ada aturannya. Karena itulah, Islam diturunkan oleh Allah. Supaya kita tetap menjadi manusia, bukan hewan yang bebas berekspresi32 30
Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 12 Felix Y. Siauw, Op, Cit., h. 24 32 Felix Y. Siauw, Op, Cit. h. 29 31
12
Cinta dalam pandangan Islam seperti iman, yaitu diyakini dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan tindakan. Karena mencintai merupakan salah satu ciri orang beriman. 4) Islam memandang lelaki dan wanita sama dalam penciptaan dan kemuliaannya, namun berbeda dalam hal fungsi dan penempatannya, Islam memberikan porsi khusus kepada lelaki yang tidak diberikan kepada wanita33. Pesan di atas menunjukkan bahwa dalam kehidupan Islam aktivitas lelaki dan wanita terpisah, kecuali dalam beberapa aktivitas khusus yang diperbolehkan syariat. Misalnya Islam menggariskan bahwa wanita harus menutup aurat dihadapan lelaki yang bukan mahramnya, memerintahkan wanita untuk menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan serta kemuliaannya dihadapan lelaki. Islam pun memberikan batasan bagi Muslim secara umum untuk meminta izin dan memberikan salam sebelum memasuki rumah yang bukan rumahnya. Sehingga wanita didalam rumah yang tidak menutup aurat bisa mempersiapkan diri sebelum menerima tamu. Sedang kaum lelaki dijadikan pemimpin bagi kaum wanita. 5) Islam adalah agama preventif, Allah melarang keras untuk mendekati zina, apalagi melakukannya maka Islam menutup semua jalan untuk menuju perzinaan. Selain karena zina merupakan dosa besar disisi Allah, perbuatan itu juga sangat merugikan, bagi lelaki apalagi wanita, dan kehidupan manusia secara umumnya34. Sangat jelas bahwa Allah melarang keras untuk mendekati zina. Zina adalah perbuatan haram, maka semua perantara atau wasilah yang dapat mengantarkan kepada zina juga haram hukumnya. Larangan mendekati berzina lebih mengena dibanding melakukan zina, karena larangan mendekati zina mencakup larangan terhadap semua perkara yang dapat mengantarkan kepada perbuatan tersebut. 6) Bila engkau lelaki, engkau harus tahu arah saat melangkah. Bila engkau perempuan, seharusnya tahu bagaimana bertingkah35. Dalam pesan tersebut dianjurkan untuk para lelaki senantiasa bertingkah sesuai dengan syariat yaitu dengan menjaga pandangan. Begitupun juga untuk wanita, dalam hal ini lelaki jelas menginginkan wanita yang baik agamanya, lemah lembut lagi santun, cerdas, dan berparas cantik. Dan begitupun juga seorang wanita ia selalu menantikan lelaki yang baik akhlaknya, memiliki kelembutan, yang bertanggung jawab, yang menghargai kelebihan-kebaikannya, dan yang memaafkan kekurangannya. Oleh sebab itu untuk mendapatkan sosok wanita yang baik agamanya, hendaknya seorang lelaki harus mengetahui cara 33
Felix Y. Siauw, Op, Cit, h. 30 Ibid, h. 43 35 Felix Y. Siauw, Op, Cit, h. 55 34
13
mendapatkan wanita tersebut, yaitu dengan jalan yang telah ditetapkan oleh Allah. satu-satunya pilihan adalah dengan jalan pernikahan dan tidak melalui proses pacaran karena seorang wanita akan menginginkan sosok lelaki yang baik agamanya pula. 7) Coba sekali lagi pikir baik-baik, apa yang menghalangi lelaki atau wanita untuk berselingkuh dikemudian hari? Bila pengawasan pasangan yang menghalanginya berselingkuh, mudah sekali mencari jalan untuk tetap berselingkuh. Bila nilai-nilai adat dan hati nurani yang menghalanginya berselingkuh, nilai-nilai adat serta hati nurani bisa berubah dengan suara terbanyak36. Satu hal yang membuat lelaki dan wanita mustahil berselingkuh adalah karena pengawasan Allah. Bahwa Allah selalu ada dan melihat semua perbuatan hamba-Nya. Kesadaran bahwa Allah selalu bersamanya dan dia pun bersama Allah. Jalan yang baik diawali dengan perbuatan yang baik, bukan sebaliknya. 8) Pasangan yang baik juga datang dari awal yang baik. Tidak akan pernah bertemu lelaki yang baik agamanya dan saleh dalam ibadahnya dengan jalan maksiat bernama pacaran37. Untuk mencari pasangan hidup, harus lah sosok lelaki yang saleh, berkepribadian baik, yang bisa mengayomi, dan bisa mengantar kepada surga-Nya Allah. Sosok seperti itu, tidak akan didapatkan dengan jalan pacaran. Jika seorang wanita mendambakan sosok lelaki seperti itu hendaklah ia memperkuat Iman, dan memantaskan diri terlebih dahulu. Ketika lalaki dan wanita sudah memahami secara mendalam aturan Allah, maka pernikahan yang mulia pun akan dilaksanakan dan tentunya tidak melalui proses pacaran. 9) Bukan maksud kami mengatakan bahwa lelaki sejati adalah lelaki yang pandai mengaji Al-Qur’an semata, tapi lelaki sejati adalah yang mengkaji dan memahami Islam. Lelaki semisal ini tidak hanya menjadikan shalatnya sebagai tali terima kasih kepada Allah, tapi juga menjadikan harta dan jiwanya berdakwah dijalan Allah38. Pesan di atas menandakan bahwa bukan pakaian yang menandakan sejatinya seorang lelaki. Namun, sejatinya ditandakan dengan taatnya pada halal dan haramnya syariat Allah. 10) Islam tidak pernah bertentangan dengan fitrah manusia. Allah yang menciptakan manusia dan Allah yang menurunkan Islam, karenanya Islam adalah aturan yang paling pas bagi manusia, memanusiakan manusia39.
36
Ibid, h. 58 Ibid, h. 59 38 Ibid, h. 60 39 Felix Y. Siauw, Op, Cit, h. 84 37
14
Sekali lagi pesan tersebut menegaskan bahwa kehidupan manusia akan terasa lebih mudah jika mengikuti semua aturan yang telah ditetapkan Allah. dalam hal percintaanpun Allah sudah mengatur bagaimana cinta itu bisa berjalan sesuai dengan syariat Islam. 11) Bagi yang memahami Islam tiada khawatir pada dirinya dalam menjalani hidup. Begitu pun yang menikah karena Allah. Dua insan berpadu karena Allah dan karena pahami Islam. Kelak jalan terbuka baginya dan masalah jauh dari mereka40. Pesan di atas menegaskan, keyakinan setiap umat muslim bahwa Allah akan selalu bersama orang-orang yang beriman. Karena itu, dalam hal ini lelaki yang memahami Islam pasti akan penuh tanggung jawab dan tidak akan melalaikan kewajibannya. Dan seorang wanita pun akan bertanggung jawab atas tugasnya sebagai seorang istri. 12) Bersabar, mungkin itu kata yang harus selalu diingat di dunia. Karena selama hidup masih diberikan kepada kita, selama itu pula musibah akan datang kepada kita41. Pesan tersebut mengajarkan kita bahwa setiap keinginan harus didampingi dengan kesabaran. Apa lagi dalam hal yang baik, ketika kita menginginkan kebaikan dan belum dikabulkan, maka disitulah Allah memberikan cobaan untuk menguji kesabaran dan keimanan kita. Dalam surah Ali ‘Imran ayat 186 Allah Swt. Berfirman: Terjemahnya: ” kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orangorang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk urusan yang patut diutamakan.”(QS. Ali ‘Imran [3]: 186)42.
40
Ibid, h. 88 Felix Y. Siauw,Op, Cit., h. 94 42 Departemen Agama RI, Op, Cit, h. 75 41
15
13) Pernikahan di dalam Islam adalah sebuah ikatan suci, ikatan yang akan menghalalkan yang haram dan menyatukan dua insan dan keluarga. Pernikahan adalah pintu menuju kebaikan yang bertebaran pada jalanNya, dan juga bagian keindahan yang Allah beri di dunia43.
Allah Swt. Berfirman dalam surah An-Nur ayat 32: Terjemahnya: “Dan nikahkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. An-Nur [24]: 32)44 Pesan tersebut mengajarkan kepada kita agar pernikahan harus diawali dengan kebaikan. Jika pernikahan diawali dengan pacaran ibarat orang berharap kebaikan, tapi sudah memulainya dengan keburukan. 14) Islam memandang wanita itu suci dan makhluk terhormat, karenanya Islam merancang sebuah jenis interaksi yang tiada merugikan wanita atau lelaki yang telah sampai pada kemampuan dan kesiapan, lalu menginginkan untuk menikah, rencana itu ialah dengan proses khitbah (peminangan) dan ta’aruf (perkenalan)45. Wanita adalah ciptaan Allah yang sangat indah. Oleh karena itu Allah telah mengatur agar wanita tetap berada pada keindahan itu, bagi lelaki dan wanita yang sudah siap untuk menikah Allah telah mengatur jalan yang harus ditempuh yaitu khitbah dan ta’aruf. Allah selalu mempermudah umatnya dalam menggapai kebaikan. 15) Bagi siapa yang setelah proses ta’aruf merasakan ketidakcocokan, boleh saja baginya untuk membatalkan proses khitbah-ta’aruf. Misal, setelah 43
Felix Y. Siauw, Op, Cit, h. 98 Departemen Agama RI, Op, Cit, h. 355 45 Felix Y. Siauw, Op, Cit, h. 99 44
16
berta’aruf dia menemukan semacam kerusakan akhlak, meyukai maksiat, menentang hukum Allah, dan menyimpang dari jalan Islam, berpenyakit menular yang berbahaya atau mempunyai kelainan seksual yang sekiranya akan menggangu terwujudnya tujuan pernikahan yang digariskan dalam Islam, boleh baginya untuk membatalkan ta’aruf46. Pesan di atas menjelaskan bahwa ketika ada ketidak cocokkan pada proses ta’aruf maka boleh saja dilakukan pembatalan. Karena ketika pembatalan dilakukan maka tidak akan mendapat konsekuensi apa pun, baik lelaki maupun wanita yang terlibat khitbah-ta’aruf tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikan satu sama lain. Namun ketika pembatalan tiada alasan yang dibenarkan Allah. Maka seharusnya lelaki dan wanita tetap harus menjaga proses khitbahnya, karena ketika proses khitbah dibatalkan tanpa alasan syar’i, hal itu hanya akan menyakiti satu sama lain. 16) Ketika hasrat terhalang syariat, cinta tak mampu melekat karena takut maksiat, shalatlah berbilang rakaat atau puasalah selagi dapat. Saat syahwat mengajak maksiat, pikiran menjadi hitam pekat, segara dekati pemilik rahmat, menuju agamanya kita harus merapat47. Pesan diatas memberikan pembelajaran yang berharga, dimana cinta itu tidak bisa dihindari, oleh sebab itu ketidak cinta sudah menghampiri hati kita dan hati kita belum siap, maka hendaklah shalat dan puasa untuk memperkuat iman agar tidak terjerumus dalam maksiat. 17) Bila belum siap untuk menikah, jangan coba mengumbar cinta, coba alihkan cinta ke jalan yang bermanfaat lagi halal juga berpahala. Berjuang dijalan Islam, misalnya, jadi pengemban dakwah Islam, dan menyampaikan kebaikan-kebaikan dari Allah dan Rasul-Nya kepada seluruh umat manusia48. Pesan diatas memberikan pelajaran bahwa banyak cara untuk mengontrol diri dalam hal percintaan. Rasulullah menegaskan dalam sabda-Nya yang berbunyi: وﻣﻦ ﻟﻢ ﯾﺴﺘﻄﻊ ﻓﻌﻠﯿﮫ ﺑﺎ ﻟﺼﻮم فءﻧﮫ ﻟﮫ وﺟﺎء Terjemahnya: “Dan barang siapa belum mampu, hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.” (HR. Al-Bukhari)49
46
Ibid, h. 107 Ibid, h. 120 48 Felix Y. Siauw, Op, Cit, h. 121 49 Imam Az-Zubaidi, Op, Cit, h. 103 47
17
18) Bila memang harus galau, galaulah akan sesuatu yang lebih panjang dari sekedar dunia, tentang akhirat dan keadaan kita, tentang Allah Tuhan kita dan Muhammad Nabi kita. Bila pun tetesan air mata harus mengalir deras, pastikan itu jatuh diluasan sajadah malam dan karena takut siksa Allah, harapkan ampunan dan rahmat-Nya. Bila pun harus gelisah resahkan umat dan keadaan mereka dan berjuanglah untuknya50. Pesan tersebut mengajarkan kita jangan pernah menyia-nyiakan waktu hanya untuk suatu yang tidak penting. Masih banyak hal yang harus dipikirkan tentang dunia, terutama tentang akhirat. Pesan ini membuat kita untuk lebih intropeksi diri bahwa hidup tidak hanya digunakan untuk bersenang-senang yang tiada guna. 19) Cinta berubah mengikuti masamu, ada cinta untuk setiap usia. Selagi engkau belum siap memadu cinta, mungkin perlu lebih dalam memaknai cinta, bahwa cinta bukan hanya sekedar kepada lawan jenis51. Pesan di atas mengajarkan bahwa bila belum siap memadu cinta maka hendaklah kita memantaskan diri terlebih dahulu. Mari salurkan cinta pada hal yang lain, misalkan kepada orang tua, keluarga, sahabat, dan ciptaan Allah yang lainnya. Pengalihan rasa cinta ini akan membuat kita lebih bersyukur akan apa yang telah diberikan Allah Swt. kepada kita. 20) Sungguh mulia cinta, ia putih, suci bersih tanpa noda. Cinta adalah kasih sayang yang tulus, yang diberikan pencipta kita, Allah Swt. Dialah sumber segala kasih sayang dan cinta yang ada di permukaan bumi dan langit serta yang ada di antara keduanya. Allah lah yang berkehendak menjadikan setiap akal dan hati kita cenderung pada perasaan saling menyayangi, saling membutuhkan. Bukan hanya butuh untuk dicinta, tapi juga butuh untuk mencintai. Cinta adalah fitrah manusia, tanpa cinta takkan lengkap keberadaan kita sebagai manusia, takkan sempurna kita sebagai makhluk Allah52. 21) Hanya ada dua jalan yang disediakan Allah Swt., satu menuju surga yang diridhai-Nya, satu menuju ke neraka. Dan hanya ada satu jalan ke surga, yaitu mengambil Islam secara kaffah. Islam adalah sistem hidup yang sempurna, ia menyediakan semua solusi permasalahan. Dan tidaklah diperkenankan untuk menyembah sesuatu selain Allah ataupun mengambil ajaran selain Islam. Karena itu pun berati menyekutukan Allah Swt. Yang telah menurunkan Islam secara sempurna53.
50
Felix Y. Siauw, Op, Cit, h. 137 Ibid, h. 143 52 Ibid, h. 144 53 Ibid, h. 151 51
18
Pesan ini memberikan pelajaran bahwa hanya Islam yang bisa membuat hidup kita sempurna. Islam merupakan sistem hidup yang sempurna, yang mengajarkan kita hubungan antara manusia, dan hubungan dengan Allah. 22) Sebaliknya, muslimah yang telah memutuskan untuk berkerudung dan berjilbab, memaksimalkan ketaatannya kepada Allah, maka dia sudah seharusnya mempelajari dan menyiapkan diri menjadi calon istri dan ibu yang baik. Dan bagi lelaki, untuk menyukai ketaatan seseorang wanita, mestilah ia taat pula. Artinya, hanya lelaki yang baiklah yang mampu meminang seorang wanita yang baik. Dan bila lelaki dan wanitanya berpatokan pada hukum syariat, tentu keluarga akan sakinah dan bonusnya mawadah wa rahma54. 23) Memang betul, Allah yang memegang segalanya di muka bumi, pemilik setiap hati manusia dan apapun yang Dia kehendaki akan terjadi. Namun, Allah menghendaki manusia melakukan kasab (usaha) sesuai dengan apa yang dia inginkan, bukan menghendaki agar manusia mencukupkan diri hanya melakukan amal-amal saleh lantas tak usahakan sebab-sebab yang akan memberikan akibat yang diharapkan55. Pesan di atas mengajarkan bahwa Sebagai umat muslim kita dianjurkan juga untuk berusaha pada apa yang kita inginkan. 24) Logikanya, Allah pemilik semuanya yang tiada apapun mustahil bagiNya. Jika berkehendak, Dia tinggal berkata “jadi maka jadilah!” agar pinta kita dikabulkan, tentu harus terlebih dahulu menggapai ridha-Nya dan karena-Nya pinta kita menjadi hal yang pantas dikabulkan56. Pesan di atas menegaskan bahwa hal pertama yang harus kita lakukan adalah melaksanakan apa yang telah diwajibkan Allah Swt. Agar kita mendapat Ridha-Nya. Dengan kuasa-Nya Allah akan menolong setiap umat yang senanatiasa selalu menyebut nama-Nya. Berdoalah kepada Allah dengan Khusyu, maka Allah akan mengabulkan hajat kita. 25) Mintalah kepada Allah dengan rasa rendah bukan berbangga, perbanyak istigfar atas dosa-dosa kita. Mintalah kepada Allah dengan rasa takut tidak akan diterima, juga dengan berharap akan diterima. Mintalah dengan penuh penghambaan. Allah maha mendengar57. Pesan di atas mengajarkan kepada kita agar dalam meminta permohonan kepada Allah dengan rendah hati dan suara yang lembut. Seperti dalam surah AlA’raf ayat 55-56 Allah berfirman: 54
Ibid, h. 160 Felix Y. Siauw, Op, Cit, h. 163 56 Ibid, h. 172 57 Felix Y. Siauw, Op, Cit, h. 174 55
19
Terjemahnya: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orangorang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf [7]: 55-56)58 E. Teknik Penyampaian Dakwah Yang Digunakan Dalam Buku Udah Putusin Aja Karya Felix Y. Siauw Teknik dakwah adalah cara yang dilakukan sesorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Memberikan nasehat dakwah adalah bagian terpenting dari kerja dakwah. Oleh karena itu, Ustadz Felix menggunakan media cetak sebagai metode dakwah yang akan disampaikan kepada umat manusia.. Berikut beberapa teknik penyampaian dakwah dalam buku Udah Putusin Aja: 1. Menggunakan Al-Qur’an dan Hadits Al-Qur’an dan Hadits merupakan pedoman dan sumber hukum serta sumber utama ajaran Islam bagi umat Islam. Oleh karena itu, setiap penjelasan pada buku Udah Putusin Aja, selalu diperkuat dengan Al-Quran dan Hadits. 2. Memaparkan kisah Sahabat Nabi Pada bab ke VII mengenai Khitbah-Ta’aruf bagi yang sudah siap. khitbah (peminangan) boleh dilakukan secara terang-terangan ataupun dengan cara sendirian, boleh dilakukan kepada wanitanya langsung ataupun langsung kepada walinya. 3. Menyisipkan nilai-nilai humor pada materi dakwah Dengan menggunakan candaan dan tanpa mengurangi nila-nilai dakwah, teknik ini akan membuat pembaca lebih santai, dan mudah memahami apa yang disampaikan dalam buku. 4. Menyuguhkan unsur-unsur gambar dalam buku
58
Departemen Agama RI, Op, Cit, h. 158
20
Menurut Oemar Hamalik bahwa gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran59. 5. Menambahkan kutipan-kutipan dakwah Dalam buku Udah Putusin Aja ini banyak memasukkan kutipan-kutipan dengan bahasa yang ringan.
PENUTUP Dalam buku Udah Putusin Aja menekankan untuk mengaplikasikan rasa cinta atau kasih sayang seharusnya sesuai dengan anjuran Allah Swt., menjaga selalu kehormatan dengan cara meninggalkan proses pacaran, serta buku ini memberikan pesan agar lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan mempelajari lebih mendalam agama Islam. Teknik yang digunakan dalam penyampain dakwah pada buku Udah Putusin Aja karya Felix Y. Siauw, terdapat 6 teknik, yaitu: menggunakan Al-Qur’an dan Hadits, memaparkan kisah Sahabat Nabi, menyisipkan nilai-nilai humor pada materi dakwah, menyuguhkan unsur-unsur gambar dalam buku, menambahkan kutipan-kutipan dakwah, dan memberikan sebuah solusi.
DAFTAR PUSTAKA Abda, Slamet Muhaimin. Prinsip-Prinsip Metodologi Dakwah. Surabaya: AlIkhlas, 1994. Awad, Faizah Binti dan Lalu Muchsin Effendi. Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana, 2009. Az-Zubaidi, Ringkasan Shohi Bukhari, Malaysia:zafar SDN, 2004. Barmawie, Asas-Asas Ilmu Dakwah, Mandayun: Ramadhani, 1968 Departemen Diknas Budaya. Kamus Besar Bhasa Indonesia. Cet III, Jakarta: Balai Pustaka , 2005.
59
Oemar Hamalik, Media Pendidikan, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1994), h. 43
21
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: CV Darus Sunnah, 2015 Effendi, Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya. 2003 Gunarsa, Singgih D. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1985. Moleong, Lexi J., Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Munir, M., Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006 M. Dahlan R., Fiqih Munakahat, Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015 Nuh, Sayyid Muhammad, Strategi Dakwah dan Pendidikan Umat, Cet I, Yogyakarta: Prisma Media, 2004 Omar, Thohah Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1971. Paccing, M. Ashar, Manajemen Dakwah, Kendari: STAIN Sultan Qaimuddin, 2008 Purwadarminta, Wjs., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, 2005 Siauw, Felix Y., Udah Putusin Aja, Cet I, Bandung : Mizania, 2013 Sugiono. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Cet. III, Bandung: CV. Alfabeta, 2006. Syukir, Asmuni. Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1983. Sukardi, Ahmad, Dakwah & Teknik Berpidato, Kendari: CV Shadra, 2009 Tasmara, Toto, Komunikasi Dakwah, Cet II, Jakarta: Media Pratama 1997 Widodo, Kamus Ilmia Populer, Yogyakarta: Absolut 2001 Zulkifli. Ilmu Dakwah. Kendari: Pustaka Az- Zikra, 2003.
Online Nooraida Permana, Resensi Buku Udah Putusin Aja, (http://www.academia.com), diakses tanggal 03 maret 2016 Pacaran-Wikipedia Bahasa Indonesia, (http://id.m.wikipedia.org/pacaran.com), diakses tanggal 15 April 2016
22
Ta’aruf-Wikipedia Bahasa Indonesia, (http://id.m.wikipedia.org/wiki/ta’aruf) diakses tanggal 31 Mei 2016 Abisyakirah, Islam Menganjurkan Ta’aruf, (/http://wordpres.com), dikases tanggal 31 Mei 2016 Felix siauw, Wikipedia bahasa indonesia,(http://id.m.wikipedia.org/wikifelix_siauw), diakses tanggal 10 september 2016
Sitti Suhaeliyah, (http://repository.uinjkt.ac.id), diakses tanggal 29 Agustus 2016 Sofiswa, Hakekat materi, teknik, media dakwah, (http://sofiswa.blogspot.com.com), diakses tanggal 10 september 2016