Perubahan Nilai Kekerasan dan Struktur Mikro Al-Mg-Si Akibat Variasi Temperatur Pemanasan Disusun Oleh BAGUS SURONO dan MEDIA NOFRI Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Sains Dan Teknologi Nasional ABSTRAKSI Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara suhu dan waktu yang akan diterima oleh benda yang akan diuji. Pengujian yang akan dilakukan menggunakan temperatur yang berbeda-beda yaitu; 500 ˚C, 550 ˚C, 600 ˚C dan 650 ˚C dengan waktu penahanan masing-masing sampel selama 60 menit, diikuti proses pendinginan yang berbeda. Proses pendinginan yang digunakan adalah air dan udara. Aluminium dengan unsur pemadunya adalah Magnesium dan Silikon ( AlMg-Si ), merupakan jenis paduan Aluminium yang banyak digunakan industri pesawat terbang, otomotif, konstruksi dan masih banyak lagi karena sifat yang dimiliki tergolong baik. Dari hasil pengujian yang dilakukan bahwa pada pada kondisi solution heattreatment yang dilakukan dengan proses quenching yang berbeda dapat menurunkan dan menaikan nilai kekerasannya dan merubah bentuk strukur mikro pada sampel. Abstract The purpose of this test is to determine the effect of temperature and time to be received by the object to be tested. Testing will be done using different temperatures, namely: 500 ˚ C, 550 ˚ C, 600 ˚ C and 650 ˚ C with a hold time of each sample for 60 minutes, followed by different cooling processes. Cooling processes used are water and air. Element is aluminum with magnesium and silicon alloy (Al-Mg-Si), a type of aluminum alloy that is widely used aircraft industry, automotive, construction and much more for properties owned quite good. From the results of testing done on the condition that the solution heat-treatment performed with different quenching processes can lower and raise the value of its hardness and change the form of micro structure of the sample.
1
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
1.
PENDAHULUAN
nilai
kekerasan
Aluminium merupakan logam
struktur
dan
mikro
perubahan
akibat
variasi
ringan yang memiliki sifat mekanik,
pemanasan pada aluminium dengan
ketahanan korosi dan hantaran listrik
menggunakan temperatur pemanasan
yang baik. Logam ini dipergunakan
500° C, 550° C, 600° C dan 650° C
secara
masing-masing ditahan selama 1
luas
bukan
saja
untuk
peralatan rumah tangga, tetapi juga
jam,
dipakai
matrial
berbeda pada tiap beda temperatur
pesawat terbang, industri otomotif,
yaitu dengan menggunakan media
kapal laut, konstruksi dan lain-lain.
pendinginan air dan udara. Untuk
Salah satu cara agar mendapatkan
cara
peningkatan
dengan
untuk
keperluan
kekuatan
biasanya
logam
dipadukan
dengan
mekanik,
( magnesium ).
struktur
Secara umum
keuletan,
melakukan dengan
ada
pengujian menggunakan
mikro
maka
dilakukan
Untuk dapat mengetahui sifat mekanik dan struktur mikro pada
kekerasan,
ketahanan
yang
pengamatan metallografi.
dengan komposisi tertentu bertujuan meningkatkan
nilai
yang
metode Brinell, dan untuk perubahan
Mg
paduan alumunium dan magnesium untuk
pendinginan
mengethui
kekerasan
aluminium unsur
proses
material
aus,
setelah
proses
dan
proses
ketangguhan, ketahanan korosi dan
perlakuan
mampu mesin yang baik. Dari uraian
pendinginan yang bervariasi. Tujuan
diatas, maka dilakukan serangkaian
dari pengujian ini untuk mengetahui
pengujian
dan
pengaruh dari variasi temperatur dan
pada
pendinginan terhadap sifat mekanik
tertentu
dan strukur mikro pada material
diberikan temperatur
sifat
mekanik
perlakuan dan
panas
waktu
panas
terjadi
aluminium paduan.
terhadap aluminium dengan media pendingin yang berbeda-beda (air, dan udara) yang bertujuan
untuk
2. TINJAUAN PUSTAKA
melihat perubahan sifat mekanik dan
2.1
struktur mikro dari proses tersebut. Pengujian
yang
Aluminium Dan Paduan Aluminium
dilakukan
Aluminium
dibatasi hanya terhadap peningkatan
mempunyai
struktur kubik berpusat muka (FCC), 2
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
bilangan struktur ini 12 dan satu unit
Logam
sel-nya terdapat 4 atom. Paduan
Aluminium
sangat
sensitif terhadap pengaruh luar, hal banyak
ini berkaitan dengan sifat fisik dan
digunakan dalam aplikasi
sifat kimia dari logam cairnya.
sehari-hari jika dibandingkan dengan
Secara karakteristik dari Aluminium
paduan non ferrous lainya karena
adalah sebagai berikut : a. Sangat
sifat-sifatnya yang menguntungkan
mudah bereaksi dengan udara, yang
antara lain : Tiik lebur rendah (±660°
menimbulkan oksidasi, dan benda
C), Mampu alir yang baik untuk
asing yang dapat membentuk dross
casting,
(kotoran yang merupakan bagian dari
sekali
cukup
aluminium
Kristalisasinya singkat, membantu
produksi dan
untuk
proses
leburan
Aluminium).
b.
selama
Permukaan hasil
proses pembekuan sangat mudah
casting yang baik dengan permukaan
menyerap Hidrogen, yang sering kali
yang mengkilap
setelah pembekuan mengakibatkan
Secara
umum
Aluminium
gas
porosity.
c.
selama
diproduksi dalam bentuk Aluminium
pembekuan
Tempa
penyusutan volume antara (3.5-8.5)
dan
Aluminium
Tuang.
seakan
proses
mengalami
Untuk Aluminium Tuang dibagi
%.
d. aluminium cair mempunyai
menjadi tiga, Tuang Pasir, Tuang
massa jenis dan tekanan hidrostatis
Gravity, Tuag Dies.
yang rendah
setelah
pembekuan
sering dijumpai adanya shrinkage 2.2
Sifat-sifat dan Karakteritik
porosity (kekurangan logam cair
Alumunium
dalam cetakan). dan e. mempunyai
Aluminium mempunyai banyak
kecenderungan
sifat
baik
yang
menguntungkan
terjadinya
hot
shortness (retak pada permukaan
untuk dikembangkan dalam indutri
coran).
antara lain : Ringan, Kuat, Mudah Bentuk, Tahan Kara, Memiliki Daya Hantar
Listrik
yang
2.3. Paduan Aluminium. Ada beberapa jenis paduan
Baik,
Mempunyai Daya Hantar Panas yang
utama
yaitu:
Paduan
Baik dan Dapat Didaur Ulang.
Paduan Al-Cu, Paduan Al-Cu-Mg,
3
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
Al-Mg-Si,
Paduan
Al-Mn,
Paduan
Al-Si,
listrik menjadi tinggi. Pengerasan
Paduan Al-Mg, Paduan Al-Mg-Zn.
maksimum dapat dicapai dengan
Untuk Paduan Al-Mg-Si, bila
jalan perlakuan pelarutan pada 500°
sedikit Mg ditambahkan kepada Al,
C, pencelupan dingin dan ditemper
pengerasan penuaan sangat jarang
pada 160° C selama 18 jam.
terjadi, tetapi apabila secara simultan mengandung
Si,
maka
dapat
2.4. Heat Treatment.
dikeraskan dengan penuaan panas
Heat treatnent adalah proses
setelah perlakuan pelarutan. Hal ini
pemanasan dan pendinginan material
disebabkan karena senyawa Mg 2 Si
yang
berkelakuan
sebagai
praktis
menyababkan perubahan strukturstruktur suatu material yang mulanya
dapat
masih mengumpul menjadi terurai
diperoleh paduan 5053, 6063, dan 6061. paduan
dalam sistim
sehingga menjadi lebih keras, ulet
ini
dan tangguh.
mempunyai kekuatan kurang sebagai
Proses pengejaan panas yang
bahan tempaan dibandingkan dengan
dilakukan bertujuan untuk merubah
paduan-paduan lainnya, tetapi sangat liat,
mampu
bentuk
sifat dan struktur logam menjadi sifat
untuk
yang diinginkan seperti : Menambah
penempaan, ekstrusi dan sebagainya,
sifat
sangat baik juga untuk mampu
ductility, Menambah
machinability,
rangka-rangka konstruksi. Karena
terhadap
paduan dalam sistem ini mempunyai
Menambah
korosi,
tahan
Menghilangkan
tegangan dalam, Memodifikasi sifat
kekuatan yang cukup baik tanpa
magnet dan listrik dan Meningkatkan
mengurangi hantaran listrik, maka kabel
seperti
sebagainya,
biasa. Paduan 6063 digunakan untuk
untuk
mekanis
toughness, strength, hardness dan
bentuk yang tinggi pada temperatur
digunakan
maksud
tersebut. Proses Heat Treatment akan
dari sistem biner semu dengan Al. paduan
dengan
merubah sifat fisik dari material
komponen
murni dan membuat keseimbangan Sebagai
terkontrol
tahan panas dan tahan gesek dan
tenaga.
jenis-jenis proses Heat treatment
Dalam hal ini pencampuran dengan
adalah
Cu, Fe dan Mn perlu dihindari
Annealing,
Hardening,
Tempering dan Normalising
karena dapat menyebabkan tahanan
4
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
d = Diameter lekukan (jejak) (mm) Pengamatan
2.5. Pengujian Sifat Mekanis
Metallografi
Kekerasan adalah daya tahan
adalah pengamatan logam dengan
suatu material untuk melawan benda
cara melihat struktur mikro dengan
lain yang ditusukan kepadanya atau
menggunakan mikroskop, mikroskop
ketahanan suatu material terhadap
yang digunakan adalah mikroskop
deformasi plastis. Kekerasan suatu
optik. Dalam pelaksanaannya analisa
material
metallografi dibedakan menjadi dua
perlu
diketahui
untuk
mengatahui sifat mekanis dari suatu
yaitu
material dapat digunakan beberapa
Tujuan
sistem antara lain : Brinell, Vickers,
antara lain : a. Mengutarakan sifat-
Rockwell dll
sifat
dari logam
berdasarkan
Pengukuran kekerasan menurut
analisa
metalografi
dan
bentuk
paduannya dan
gambar
system Brinell menggunakan sebuah
struktur mikro. b. Menyatakan benar
bola
tidaknya bentuk struktur material
kecil
(indentor)
yang
ditekankan dengan beban tertentu
logam
kedalam material yang diselidiki
mengalami
kekerasanya.
material
perlakuan panas seperti Hardening,
tersebut didapat sebagai hasil bagi
Quenching, Normalising, pengerjaan
beban tekan P (N) dengan luas bekas
dingin, proses pengelasan dan lain-
penekanan A (mm2), dengan rumus
lain dan c.
dapat ditulis :
sebab
Kekerasan
HB
.DD Dimana :
P
D2 d 2
=
proses
telah
pengerjaan/
Mengutarakan sebab-
terjadinya
penyimpangan
yang lain (retakan, korosi dan lain
Kg 2 mm
Beban
sebelumnya
struktur bahan logam atau jenis cacat
=
2P
yang
sebagainya).
yang
diterapkan (N) D = Diameter bola (mm)
5
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
3. METODOLOGI
AL-Mg Sampel Uji Komposisi Kimia
HeatTreatment 500 C HT 1 Jam
Non HeatTreatment
550 C HT 1 Jam
600 C HT 1 Jam
Pendinginan Air
Pendinginan Udara Pengujian
Uji Kekerasan
Uji Metalografi
650 C HT 1 Jam
Data
Analisa
Kesimpulan
Gambar 1. Diagram Alir Pengujian.
6
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
4.
Pengujian
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian ini dilakukan untuk unsur-unsur
kimia
dilakukan pada material awal yang
4.1. Pengujian Komposisi Kimia mengetahui
komposisi
belum mengalami proses perlakuan
yang
panas .hasil pengujian komposisi
terkandung didalam material uji.
kimia dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1. Hasil Uji Komposisi Kimia Pada Sampel Kode Sampel
Si
Fe
Cu
Mn
Mg
Zn
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
0.422
0.488
0.06
0.04
1.55
<0.005
Ti
Cr
Ni
Pb
Sn
Al
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
0.013
<0.001
<0.005
<0.002
<0.010
<94.7
Al Rod Ø 19 mm
4.2. Pengujian
perlakuan
Metallografi
mengetahui
apakah
adalah
untuk
material tersebut.
struktur mikro pada
material yang mengalami perlakuan panas
dan
tidak
terjadi
perubahan dan perbedaan diantara
(Struktur Mikro) Tujuanya
panas
mengalami
7
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
Gambar
1.
Struktur
Mikro
Tanpa
Perlakuan Panas, Pembesaran 100 X
Gambar 2. Struktur Mikro Tanpa Perlakuan Panas, Pembesaran 500 X
Gambar 3. Struktur Mikro Temp 500°C Quenc Air, Pembesaran 100 X
8
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
Gambar
4.
Struktur
Mikro
Temp
500°C
Quenc
Udara,
Pembesaran 100 X
Gambar 5. Struktur Mikro Temperatur 550° C Quench Air, Pembesaran 100 X
9
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
Gambar 6. Struktur Mikro Temp 550°C Quench Udara, Pembesaran 100 X
Gambar 7. Struktur Mikro Temp 600°C Quench Air ( Pembesaran 100 X )
10
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
Gambar 8. Struktur Mikro Temp 600°C Quenc Udara, Pembesaran 100 X
Gambar 9. Struktur Mikro Temp 650° C Quench Air, Pembesaran 100 X
Gambar 10. Struktur Mikro Temp 650°C Quenc Udara, Pembesaran 100 X
11
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
dari
4.3. Pengujian kekerasan lekukan
atau
kerak.
Angka
kekerasan Brinell (BHN) dinyatakan
Uji kekerasan Brinell berupa pembentukan
debu
pada
sebagai
beban
P
dibagi
luas
permukaan logam dengan memakai
permukaan lekukan. Rumus untuk
bola baja berdiameter 10 mm dan
angka kekerasan tersebut adalah :
untuk bahan yang sangat keras,
HB =
digunaka paduan karbida Tungsten, untuk
memperkecil
terjadinya
2P
.DD
D d 2
2
Kg 2 mm
P = Beban yang diterapkan (N)
distorsi indentor. Permukaan dimana
D = Diameter bola (mm)
akan dibuat harus relatif halus, bebas
d = Diameter lekukan (jejak) (mm)
Table 2. Nilai Kekerasan Pada Kondisi Tanpa Pemanasan. rata-rata Kode Sampel
Kondisi Awal
Penjejakan
Kekerasan Brinell (HB)
I
75
II
75
III
68
IV
67
V
69
HB
Keterangan
71
Beban penjejakan 31.25 Kg
Table 3. Nilai Kekerasan Pada Kondisi Pemanasan 500°C, Quench Udara rata-rata Kode Sampel
SAMPEL I
Penjejakan
Kekerasan Brinell (HB)
I
66
II
62
III
59
IV
54
V
47
HB
Keterangan
57
Beban penjejakan
12
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
31.25 Kg
Table 4. Nilai Kekerasan Pada Kondisi Pemanasan 500°C, Quench Air rata-rata Kode Sampel
SAMPEL II
Penjejakan
Kekerasan Brinell (HB)
I
51
II
60
III
67
IV
65
V
51
HB
Keterangan
56
Beban penjejakan 31.25 Kg
Table 5. Nilai Kekerasan Pada Kondisi pemanasan 550° C, Quench Udara rata-rata Kode Sampel
SAMPEL III
Penjejakan
Kekerasan Brinell (HB)
I
52
II
52
III
49
IV
49
V
49
HB
Keterangan
51
Beban penjejakan 31.25 Kg
Table 6. Nilai Kekerasan Pada Kondisi Pemanasan 550°C, Pendinginan Air Kode Sampel
SAMPEL IV
Penjejakan
Kekerasan Brinell (HB)
I
62
II
63
III
73
IV
79
V
76
rata-rata
Keterangan
71
Beban penjejakan 31.25 Kg
Table 7. Nilai Kekerasan Pada Kondisi Pemanasan 600°C, Quench udara Kode Sampel
SAMPEL V
Penjejakan
Kekerasan Brinell
I
32
II
34
III
31
IV
35
V
37
Rata-rata
Keterangan
34
Beban penjejakan
13
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
31.25 Kg
Table 8. Nilai Kekerasan Pada Kondisi Pemanasan 600°C, Quench Air Kode Sampel
Penjejakan
Kekerasan Brinell (HB)
I
37
II
39
III
40
IV
38
V
37
SAMPEL VI .
Rata-rata
Keterangan
38
Beban penjejakan 31,25 Kg
Table 9. Nilai Kekerasan Pada Kondisi Pemanasan 650°C, Quench udara Kode Sampel
SAMPEL VII
Penjejakan
Kekerasan Brinell
I
21
II
20
III
27
IV
29
V
24
Rata-rata
Keterangan
26
Beban penjejakan 31,25 Kg
Table 10. Nilai Kekerasan Pada Kondisi Pemanasan 650°C, Quench Air Kode Sampel
SAMPEL VIII
Penjejakan
Kekerasan Brinell
I
20
II
30
III
27
IV
29
V
24
Rata-rata
Keterangan
26
Beban penjejakan
14
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
31,25 Kg
4.4. Analisa 4.4.1 Analisa Hasil Pengujian kekerasan. 80 71
70
71
60
57 56
51
50
udara
40
38 34
30
air 26
20 10 0 Non HT 500°C
550°C
600°C
650°C
Gambar 11. Nilai Rata-rata Pada Sampel Perubahan kekerasan
ini
penurunan bisa
dikarenakan
saja
kecelakaan
nilai
(solution
terjadi
inadeguate treatment
mencukupi),
partikel-partikel
hal
solution
yang
tidak
tersebut
dapat
presipitat mengeraskan matriknya
terjadi karena temperatur yang lebih
dengan
teori
rendah dibanding temperatur normal
Setelah
perlakuan pelarutan
kisi-kisi
koheren. dan
yang diperlukan, atau dapat juga
quenching, paduan Al-Mg berada
terjadi karena over heating atau
dalam
kondisi
larut
temperatur
secara
random
didalam
terditribusi
treatment
melebihi
kisi-kisi
temperatur normal yang diperlukan,
struktur. Selama periode inkubasi,
Factor lainya dapat juga disebabkan
kelebihan
pada
cenderung
atom
larutan
berpindah
tersebut kebidang
menghindari
kristalografi tertentu. Penurunan juga
kurangnya
pendinginan terjadinya
agar
persipitat
selama pendinginan adalah waktu
kekerasan
transfer
dapat
dan
gangguan
saat
oleh
kegagalan
quenching. Pada saat pemindahan
Treatment
karena
benda uji ke media pendingin harus
disebabkan
Solution
saat
proses
kontrol
dilakukan
atau
sesingkat
15
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
mungkin,
pemindahan yang terlalu lama akan
persipitat
membuat temperatur turun secara
menghilangkan efek pengerasan.
cepat
dan
terjadi
kasar
yang
akan
pembentukan
4.4.2 Analisa Hasil Uji Metallografi Struktur Mikro Pada Kondisi Awal
Gambar 12. Struktur Mikro Tanpa
Gambar 13.
Perlakuan Panas ( Pembesaran 100 X )
Perlakuan Panas(Pembesaran 500 X )
Gambar 12 dan 13 menunjukan foto
struktur
Paduan
mikro
AL-Mg
yang tidak beraturan dan terdapat
Aluminium yang
Struktur Mikro Tanpa
banyak garis-garis, disekitar foto
tidak
tersebut terlihat juga lamel yang
mengalami perlakuan panas terlihat
menebal dan masih banyak garis-
masih berupa struktur butiran-butiran
garis halus.
Struktur Mikro Temperatur 500 0C
Gambar 14. Struktur Mikro Temperatur
Gambar 15. Struktur Mikro Temperatur
500° C Pendinginan Air
500° C Pendinginan Udara
( Pembesaran 100 X )
( Pembesaran 100 X )
16
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
Pada gambar 14 dan 15 terlihat
terlihat rapi dan halus berbeda dngan
perbedaan yang sangat mencolok
sampel
pada kondisi perlakuan panas dengan
perlakuan panas yang terlihat tebal
temperatur 500 C dan dinginkan
dantak
dengan media air dan udara atau
gambar 14, pada kondisi tersebut
suhu ruang. Pada sampel yang
terjadi disebabkan oleh tersedianya
didinginkan pada suhu ruang terlihat
waktu untuk struktur butir untuk
berbeda
yang
mengembalikan posisinya semula,
didinginkan pada media air, hal
akan tetapi bentuk butiran tidak akan
tersebut disebabkan karena tidak
kembali
adanya waktu untuk struktur butir
menerima
kembali pada bentuk semula setelah
Perbedaan bentuk butiran disebabkan
perlakuan panas yang diterima, beda
karena
dengan
perlakuan panas yang memperbaiki
dengan
media
banyaknya
sampel
udara
struktur
butir
terlihat
yang
tidak
beraturan
pada
menerima
terlihat
pada
kondisi
sebelum
perlakuan
panas.
sampel
telah
menerima
bentuk butirannya tersebut.
yang
Struktur Mikro Temperatur 550 C
Gambar 16. Struktur Mikro Temperatur
Gambar 17. Struktur Mikro Temperatur
550° C Pendinginan Air
550° C Pendinginan Udara
( Pembesaran 100 X )
( Pembesaran 100 X )
Gambar
16
menunjukan
17 terdapat struktur butir yang lebih
perubahan bentuk struktur mikro
sedikit jika dibandingkan dengan
yang semakin halus dan menyebar
gambar 16
akan tetapi berbeda dengan gambar
pendinginan air. Pada pendinginan
yakni pada
17
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
kondisi
udara
terlihat
batas
butir
yang
yaitu sebasar BHN= 51 (kg / mm² ).
memanjang dan butiran yang lebih
Perbedaan
sedikit,
begitu
hal
membedakan
ini nilai
pula
yang
nilai
besar
kekerasan
jika
yang
dibandingkan
kekerasannya,
dengan temperatur uji lainnya yang
yaitu pada pendinginan air sebesar
diikuti dengan perbadaan struktur
BHN= 71 (kg / mm² ), sedangkan
mikro.
pada pendinginan udara lebih lunak Struktur Mikro Pada Temperatur 600 C
Gambar 18. Struktur Mikro Temperatur
Gambar 19.Struktur Mikro Temperatur
600° C Pendinginan Air
600° C Pendinginan Udara
( Pembesaran 100 X )
( Pembesaran 100 X )
Pada gambar 18 dan 19 yang
lebih besar dan lebih sedikit bila
telah menerima perlakuan panas dan
dibandingkan
juga
yang
pendinginan air. Pada gambar diatas
berbeda akan mempengaruhi bentuk
terlihat adanya batas butir yang
struktur butiran yang berbeda jika
membesar yang disebabkan oleh
dilihat pada sampel yang diberi
hubungan antara temperatur dan
pendinginan
waktu.
diberi
pendinginan
menggunakan
udara
dengan
pada suhu 600 ° C bentuk butiranya
18
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
media
Struktur Mikro Pada Temperatur 650 °C
Gambar 20. Struktur Mikro Temperatur
Gambar 21. Struktur Mikro Temperatur
650° C Pendinginan Air
650° C Pendinginan Udara
( Pembesaran 100 X )
( Pembesaran 100 X )
Pada perlakuan panas dengan
tidak mencair, hal ini terjadi karena
suhu 650 °C struktur mikronya
pada suhu 650 °C mendekati titik
terlihat butiran yang lebih membesar
lebur, dan berpengaruh pada uji
dan lebih kasar. Pada temperatur
kekerasan
tersebut sampel uji menjadi berubah
daripada temperatur uji lainnya.
yang
semakin
lunak
bentuk menjadi seperti meleleh tetapi 5.
KESIMPULAN
sebesar 38 HB dan pada 650 C nilai kekerasan nya sebesar 26
1.
Nilai kekerasan pada sample
HB.
yang tidak mengalami proses
didapat pada poin ini adalah
pemanasan
nilai
dengan
Nilai
kekerasan
kekerasan
yang setelah
menggunakan metode Brinell
perlakuan
didapat rata-rata sebesar 71
mengggunakan
HB. Setelah mengalami proses
pendinginan air, namun pada
pemanasan dengan temperatur
temperatur
550
terjadi
500 C nilai kekerasan nya
kenaikan,
walaupun
lebih
sebesar 56 HB, 550 C nilai
banyak nilai kekerasan yang
kekerasan nya sebesar 71 HB,
turun.
panas
dengan media
600 C nilai kekerasan nya 19
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
2.
Semakin
tinggi
temperatur
pemindahan
pemanas atau kesalahan pada
pada proses pemanasan dan
saat membaca alat ukur, Over
hampir menyentuh titik lebur
Heating pada saat pemanasan
akan
dan sensifitas alat uji.
semakin
rendah
Proses
nilai
Daftar Pustaka
pemanasan
mempengaruhi
dapat
bentuk
1.
dari
Properties and Physical Metallurgy, American Society
beda temperatur dan media
for Metal, 1984
berbeda
dan
jika
sangat
2.
dibandingkan
Lawrence H. Van Vlack, Sriati Djaprie, “Ilmu dan Teknologi
dengan kondisi awal tanpa
Bahan” edisi ke 4, Erlangga,
proses pemanasan.
Jakarta, 1986.
Pada proses pemanasan dan media adanya
pendinginan struktur
3.
terlihat
Smallman, RE. Metalurgi Fisik Modern, Gramedia, Jakarta
butirannya
1991.
yang lebih besar dan kasar
4.
SBP Board of Consultan &
terdapat pula batas butir yang
Engineers, Teknologi of
kian
Aluminium Product, Pvt,Ltd,
membesar
jika
dibandingkan dengan proses pendinginan 5.
Jhon E Hatch, Aluminium
struktur mikro dari tiap-tiap pendinginan
4.
dapur
yang diterima pada sample
kekerasan yang didapat. 3.
dari
Delhi 54-59
dengan
5.
Tata Surdia dan Shinroku
menggunakan media air.
Saito, Pengetahuan Bahan
Dari
data
yang
diperoleh
Teknik, Cetakan Ke 3, PT.
nilai
kekerasan
Pradnya Paramita, Jakarta
sampel
mendapat
1995.
penurunan setelah
perlakuan panas, hal tersebut dapat
saja
disebabkan
terjadi oleh
karena beberapa
factor yakni ; factor Human Error
pada
saat
proses
20
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta
21
Koleksi Perpustakaan UPN "Veteran" Jakarta