PERUBAHAN IKLIM DAN SERANGAN PENYAKIT UTAMA PADA PADI VARIETAS UNGGUL DI LAHAN PASANG SURUT Susilawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Tengah Jl. G. Obos km 5 Palangka Raya, Kalimantan Tengah e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Lebih dari 50 jenis varietas padi unggul telah diuji adaptasikan dan sebagian terbukti adaptif di lahan pasang surut Kalimantan Tengah, dengan tingkat produktivitas 3,5-5,6 t/ha. Dalam implementasinya terdapat beberapa serangan organisme penggangu tanaman, yang salah satunya adalah penyakit tanaman. Kegiatan ini merupakan review dari kegiatan yang dilakukan di lahan pasang surut Kotawaringin Barat, pada musim tanam padi unggul tahun 2012-2013, dengan varietas yang digunakan terdiri dari Inpara 2, Inpara 3, Inpara 4, Inpari 7, Inpari 8, Inpari 9, Inpari 10 dan Inpari 13. Tujuan kegiatan untuk mengetahui jenis penyakit utama tanaman padi varietas unggul yang berkembang pada setiap musim dan mengetahui perkembangannya, serta upaya pengendaliannya. Hasil kajian menunjukkan terdapat dua jenis penyakit utama padi yang banyak ditemukan menyerang padi varietas unggul di lahan pasang surut yaitu penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) dan penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc. Kerusakan yang disebabkan oleh kedua penyakit ini sangat beragam yaitu dari rendah sampai berat. Kata kunci : tingkat serangan, varietas, iklim, padi.
Pendahuluan Luas lahan pasang surut di Kalimantan Tengah lebih dari 5,5 juta hektar, baik yang sudah dimanfaatkan maupun yang belum. Pada lahan yang telah dimanfaatkan sebagian besar ditanam padi dengan berbagai varietas unggul, dengan teknologi ameliorasi, tata air, dan pemupukan (Abdullah et al., 2005). Penggunaan varietas unggul yang cocok dan adaptif merupakan salah satu komponen teknologi yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas padi di lahan pasang surut. Menurut Suswono (2011), penggunaan varietas unggul padi dalam pelaksanaan SLPTT mampu meningkatkan rata-rata hasil padi secara nasional sebesar 0,7 t/ha. Adapun di lahan pasang surut Kalimantan Tengah, penggunaan varietas unggul baru padi spesifik lahan rawa seperti Air Tenggulang, Mendawak, Kapuas, Sei Lalan, Inpara, dll dapat meningkatan produktivitas 0,5 - 2,5 t/ha (Suryana., 2007). Beberapa varietas unggul tersebut didiskripsikan memiliki ketahanan terhadap penyakit tertentu, namun pada kondisi lapangan banyak varietas unggul yang ditanam tidak tahan. Kondisi ini diduga terkait dengan beberapa faktor penyebab penyakit yaitu tanaman inang yang rentan, patogen yang virulen, dan lingkungan yang mendukung untuk perkembangan keduanya. Di antara ketiga faktor tersebut, faktor lingkungan akibat adanya perubahan iklim diduga berperan besar meningkatkan serangan penyakit di tingkat lapang. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 187
Tiga kelompok penyakit tanaman yang ditemukan menyerang tanaman padi, yaitu yang disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus (Anonim, 2011). Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan penyakit penting yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini menginfeksi daun padi pada semua fase pertumbuhan tanaman, mulai dari pesemaian sampai menjelang panen (Agrios., 1999). Gejala yang timbul pada tanaman fase vegetatif disebut kresek dan pada fase generatif disebut hawar. Apabila infeksi terjadi pada fase generatif mengakibatkan proses pengisian gabah menjadi kurang sempurna. Kehilangan hasil karena penyakit HDB bervariasi antara 15–80%, bergantung pada stadia tanaman saat penyakit timbul (Anonim., 2010). Perkembangan penyakit HDB dipengaruhi oleh lingkungan terutama kelembaban, suhu, cara budidaya, varietas, dan pemupukan nitrogen. Jenis penyakit lain yang juga banyak terjadi di lapangan adalah penyakit blas, yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc. atau dikenal dengan nama Pyricularia oryzae. Jamur ini termasuk ke dalam Ascomycetes, konidia berbentuk bulat, lonjong, tembus cahaya, dan bersekat dua. Jamur ini bersifat kosmopolit, yaitu dapat menyerang tanaman padi di seluruh dunia (Singh., 2001). Gejala penyakit blas dapat tampak pada hampir seluruh bagian tanaman padi. Gejala dapat berupa bercak pada daun, malai, batang, dan bulir padi. Blas daun berupa bercak-bercak berbentuk belah ketupat dengan ujung runcing. Pusat bercak berwarna kelabu atau putih dengan tepi berwarna cokelat kemerahan. Infeksi pada malai menyebabkan gejala yang khas berupa membusuknya tangkai malai yang umum disebut sebagai busuk leher (neck rot). Jika busuk leher terjadi sebelum masa pengisian bulir, maka gabah akan hampa. Gejala serangan pada batang berupa busuk dan mudah rebah (Susilawati., 2011). Tujuan kegiatan untuk mengetahui jenis penyakit utama yang menyerang tanaman padi varietas unggul baru di lahan pasang surut, mengetahui tingkat serangan dan kejadian penyakit serta upaya pengendaliannya.
Kondisi Iklim dan Curah Hujan yang Terjadi di Lahan Pasang Surut Kabupaten Kotawaringin Barat berdasarkan Schmid dan Ferguson memiliki tipe iklim A yang ditandai dengan jumlah bulan basah lebih banyak dari pada bulan kering, dan pola penyebaran curah hujan hampir merata pada semua wilayah. Suhu udara relatif konstan, mencapai 23°C malam hari dan 33°C pada siang hari. Penyinaran matahari mencapai 60% per tahun. Curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau 2.732 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 120 hari/tahun. Pada kondisi demikian, tanaman padi dapat hidup baik, karena syarat tumbuh optimal tanaman padi sawah antara lain memiliki rata-rata curah hujan 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500-2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23°C (Yulianto, 2012). Adapun hasil yang diperoleh di tingkat lapang menunjukkan bahwa jumlah curah hujan selama tahun 2012 dan 2013 sangat berpluktuasi dengan rata-rata kurang dari 200 mm/bulan, dimana pada tahun 2012 relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang hanya mencapai 160,07 mm atau rata-rata selama 2 tahun 173,6 mm/bulan. Adapun rata-rata jumlah hari hujan selama dua tahun sebanyak 10,63 hari (Gambar 1).
Susilawati : Perubahan iklim dan serangan penyakit utama padi | 188
350 300 250 200 CH 2012
150
CH 2013 100
HH 2012 HH 2013
50 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Gambar 1. Jumlah Curah Hujan (CH) dan Hari Hujan (HH) Tahun 2012 dan 2013 Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa kondisi hujan tertinggi terjadi pada pada bulan November dan Desember baik pada tahun 2012 maupun 2013, dan curah hujan terendah terjadi pada bulan September untuk tahun 2012 dan bulan Juni pada tahun 2013. Jika dihubungkan dengan musim tanam padi di lahan pasang surut Kalimantan Tengah dan di lokasi kegiatan yang umumnya berlangsung selama dua kali, yaitu periode AprilSeptimber dan Oktober-Maret, maka pada musim tanam I tahun 2012 peluang keberhasilan pertanaman padi relatif bagus, karena kondisi iklim cukup stabil dan mendukung untuk perkembangan tanaman padi. Namun pada musim tanam II tahun 2012 dimana kondisi curah hujan yang relatif tinggi sebagian lahan berpotensi banjir dan waktu tanam akan bergeser hingga mencapai 15-30 hari, hingga masuk ke bulan Januari atau Pebruari 2013. Demikian juga pada pelaksanaan tanam padi 2013 terjadi cukup merata sepanjang tahun, dengan jumlah hari hujan yang relatif sedikit menunjukkan bahwa keadaan iklim sangat berfluktuasi, dan dapat meningkatlkan kelembaban di lingkungan tumbuh tanaman padi.
PERKEMBANGAN PENYAKIT UTAMA PADI VARIETAS UNGGUL DI LAHAN PASANG SURUT Hasil pengamatan yang dilakukan pada saat berlangsungnya kegiatan terdapat beberapa jenis penyakit yang ditemukan menyerang tanaman padi di lapangan, yaitu penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), penyakit, penyakit blast yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc, penyakit hawar pelepah yang disebabkan Rhizoctonia solani. Kuhn, dan penyakit busuk batang yang disebabkan Helminthosporium sp, dengan tingkat serangan yang berbeda-beda Tabel 1. Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 189
Tabel 1. Jenis Penyakit dan Tingkat Serangan pada Pertanaman Padi Varietas Unggul pada MT I dan MT II Tahun
Musim Tanam
MT I
2012
MT II
MT I 2013 MT II
Inpara 2
Jenis Penyakit yang Menyerang HBD (Kresek)
Inpara 4
HBD (Kresek)
+
Inpari 7
Kresek, blast
+
Inpari 8
Blast daun dan Leher
++
Inpara 3
-
Inpari 9
Hawar pelepah, blast, HBD
++
Inpari 10
Blast daun
+
Inpari 13
Blast daun dan leher
Inpari 7
HBD (kresek)
+
Inpara 4
Blast daun
+
Inpara 3
-
-
Varietas padi
Tingkat Serangan +
-
+++
Inpari 10 Blast daun + Keterangan : (-) = tidak ada serangan, (+) = ringan, (++) = sedang, (+++) = berat Berdasarkan pola tanam yang dilakukan di lapangan, maka pada tahun 2012 jumlah varietas unggul yang ditanam per musim lebih banyak, sekaligus sebagai uji multi lokasi beberapa varietas padi unggul baru tersebut, yaitu mencapai delapan varietas, sedangkan pada tahun 2013, varietas padi yang ditanam dan diamati adalah varietas yang terpilih pada tahun sebelumnya. Hasil kegiatan menunjukkan perkembangan tanaman dan penyakit yang menyerang pada MT I tahun 2012 dan 2013 didominasi oleh penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), penyakit, penyakit blast yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc. Kedua penyakit ini mampu menyerang dengan tingkat serangan rendah hingga tinggi. Pada I tahun 2012 varietas Inpari 8 merupakan varietas yang mengalami serangan hingga sedang, dengan jenis penyakit yang menyerang berupa blast leher dan daun, namun masih dapat dipanen karena pengendalian tetap dilakukan. Sedangkan pada MT II tahun 2012, terdapat varietas Inpara 3 yang sangat tahan terhadap serangan penyakit, sedangkan varietas Inpari 13 merupakan varietas yang sangat peka terhadap serangan penyakit blast, baik blast leher maupun blast daun hingga tingkat kerusakan berat. Pada MT I dan II tahun 2013 kondisi tanaman cukup baik kecuali terdapat serangan yang ringan, berupa serangan penyakit kresek pada saat dipersemaian dan pertumbuhan awal dan penyakit blast daun yang tidak merata. Jika dihubungkan dengan kondisi iklim khususnya curah hujan yang terjadi selama dua tahun di lokasi kegiatan, maka dapat diduga bahwa perubahan iklim dan jenis varietas padi yang ditanam diduga sangat erat kaitannnya dengan tingkat serangan penyakit di lapangan. Triny et al., (2012) menyebutkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya serangan penyakit adalah tanaman inang, patogen dan lingkungan. Tanaman inang dalam hal ini beberapa varietas unggul padi memiliki tingkat ketahanan yang berbeda-beda terhadap serangan penyakit. Hasil penelitian Gee et al., Susilawati : Perubahan iklim dan serangan penyakit utama padi | 190
(2001) menyatakan bahwa peningkatan virulensi dari patogen blas dapat mengaktifkan pathogenesis related (PR) protein gen famili (family genes) pada tanaman padi sebagai respons dari sistem pertahanannya, sehingga tingkat keparahan penyakit blas sangat dipengaruhi oleh kondisi tanaman inang. Tanaman ini yang kelebihan nitrogen dan kekurangan air akan menambah kerentanan tanaman. Diduga bahwa kelebihan N dan kekurangan air tersebut menyebabkan kadar silikon tanaman rendah. Kandungan silikon dalam jaringan tanaman menentukan ketebalan dan kekerasan dinding sel sehingga mempengaruhi terjadinya penetrasi patogen ke dalam jaringan tanaman. Tanaman padi yang berkadar silikon rendah akan lebih rentan terhadap infeksi patogen. Selain itu perkembangan penyakit blast juga dapat ditentukan oleh musim dan lokasi, sehingga antara musim I dan musim II pada lokasi yang sama dapat bervariasi serangannya (Utami et al., 2006). Terkait dengan patogen, diketahui bahwa patogen dari penyakit HBD adalah berupa bakteri Xanthomonas oryzae berbentuk batang pendek, di ujungnya mempunyai satu flagel dan berfungsi sebagai alat gerak. Bakteri ini berukuran 6-8 bersifat aerob, gram negatif dan tidak membentuk spora. Diatas media PDA bakteri ini membentuk koloni bulat cembung yang berwarna kuning keputihan sampai kuning kecoklatan dan mempunyai permukaan yang licin. Di Indonesia, Xanthomonas oryzae mula-mula ditemukan berkembang pada tanaman padi muda atau berumur 1-2 minggu setelah tanam. Berikutnya ditemukan juga berkembang pada tanaman yang sudah tua atau fase generatif (Susilawati., 2011). Gejala yang ditimbulkan oleh patogen ini awalnya terlihat pada bagian tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak kebasahan, bercak tersebut meluas berwarna hijau keabuabuan, selanjutnya seluruh daun menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Tanaman menjadi layu terkulai dan pada tanaman yang peka, gejala terus berkembang hingga seluruh permukaan daun, bahkan pelepah padi sampai mengering. Sumber penularan utama adalah cairan atau eksudat yang dikeluarkan oleh bakteri tersebut (Singh., 2001). Adapun patogen Pyricularia oryzae menyerap nutrisi tanaman padi untuk memperbanyak diri untuk mempertahankan hidupnya. Bila menyerang pada daun muda, menyebabkan proses pertumbuhan tidak normal, beberapa daun menjadi kering dan mati. Blas pada daun banyak menyebabkan kerusakan antara fase pertumbuhan hingga fase anakan maksimum (Susilawati, 2011). Infeksi pada daun setelah fase anakan maksimum biasanya tidak menyebabkan kehilangan hasil yang terlalu besar, namun infeksi pada awal pertumbuhan sering menyebabkan puso terutama varietas yang rentan. Penggunaan fungisida pada fase vegetatif sangat dianjurkan untuk menekan serangan blas daun dan mengurangi infeksi pada tangkai malai (blas leher). Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit antara lain suhu udara, kelembaban, hembusan angin, gesekan angin, gesekan daun atau percikan air hujan. Bakteri Xanthomonas oryzae umumnya mengeluarkan eksudat ke permukaan daun pada saat cuaca lembab di pagi hari, dan eksudat mudah jatuh oleh hembusan angin, gesekan angin, gesekan daun atau percikan air hujan. Demikian juga dengan jamur Pyricularia grisea yang berkembang optimal pada suhu antara 24ºC - 28ºC dan kelembaban udara mencapai 90%. Penyebaran spora dapat dibantu angin dan masih dapat menginfeksi tanaman sehat sejauh 2 km dari sumber inokulum.
Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 191
Teknologi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Utama Padi di Lahan Pasang Surut Melalui pengamatan yang telah dilakukan dan upaya menanam beberapa varietas padi maka Beberapa cara pencegahan dan pengendalian penyakit utama yang terjadi di lapangan yaitu HBD yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae (Xoo) dan penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc, dapat dilakukan antara lain dengan : 1. Penggunaan varietas tahan. Dari beberapa varietas yang terpilih dan memiliki tingkat ketahanan terhadap penyakit HBD dan Blas, adalah varietas Inpara 3 dan Inpari 10, yang dapat ditanam pada MT II periode musim hujan, karena Inpara 3 memiliki ketahanan dan kemampuan terhadap genangan dan tahan terhadap serangan penyakit HBD dan Blas. Adapun varietas Inpari 10 memiliki keunggulan yang hampir sama dengan Inpara 3, terutama ketika memasuki masa generatif dan pematangan. Penggunaan varietas tahan dapat mencegah infeksi awal bakteri Xanthomonas oryzae dan jamur Pyricularia grisea sehingga penyakit HBD dan blas tidak dapat berkembang maksimal pada tanaman padi. Selain itu, penanaman varietas tahan secara bergantian dapat mencegah terjadinya perubahan ras atau strain penyakit. 2. Pemupukan berimbang. Penggunaan pupuk sesuai anjuran terutama pada daerah-daerah endemik penyakit HBD dan blas dapat mengurangi infeksi penyakit di lapangan. Untuk menekan penyakit blas, penggunaan kalium dapat mempertebal lapisan epidermis pada daun sehingga penetrasi spora Pyricularia grisea akan terhambat dan tidak akan berkembang di lapangan. Sebaliknya penggunaan N yang berlebihan dapat mengakibatkan jaringan tanaman khususnya daun menjadi lebih lemah dan mudah terinfaksi penyakit. Jerami sisa-sisa panen dapat menjadi tempat bertahan hidup patogen dan tempat dihasilkannya miselia jamur Pyricularia grisea. Proses dekomposer jerami dengan cara membenamkan bagian tanaman dapat membunuh miselia jamur, dan berfungsi sebagai pupuk organik bagi tanaman. Selain berfungsi sebagai pupuk organik juga dapat membunuh miselia blas agar tidak berkembang. 3. Waktu tanam yang tepat. Pengaturan waktu tanam sebaiknya dilakukan berdasarkan pada data iklim yang ada di wilayah pertanaman padi atau spesifik di lokasi masing-masing. Ini bertujuan agar waktu tanam yang dilakukan tidak bertepatan dengan banyaknya embun atau adanya curah huja, dll sehingga pertanaman terhindar dari serangan penyakit berat. Demikian juga dengan penyakit HBD yang disebabkan Xanthomonas oryzae adanya hembusan angin, gesekan daun atau percikan air hujan dihindari ketika saat pertanaman. 4.
Pengendalian secara hayati/organik
Beberapa jenis fungisida nabati yang sudah banyak dijual di pasaran dalam bentuk produk langsung jadi adalah inokulan/starter Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. Kedua jenis fungisida nabati ini sering digunakan atau diaplikasikan pada fase vegetatif tanaman padi, dan berfungsi mencegah adanya serangan preventif atau pencegahan (Susilawati, 2001). Selain itu sudah banyak jenis-jenis fungisida nabati yang dapat dibuat secara sederhana dari bahan-bahan sederhana, seperti dengan meramu bawang putih, temu ireng, umbi gadung dan air. Semua bahan dapat diolah dengan cara menumbuk semua bahan Susilawati : Perubahan iklim dan serangan penyakit utama padi | 192
hingga halus dan mencampurnya jadi satu. Campuran tersebut direndam dalam air bersih ± 5 liter air dalam wadah tertutup dan biarkan 3-4 hari hingga terjadi proses fermentasi setelah itu larutan diperas dan disaring dan siap digunakan. Aplikasi larutkan dengan cara mengambil larutan seliter dan mencampurnya dengan air sebanyak 4 liter air, kemudian disemprotkan ke tanaman yang terserang penyakit/belum (untuk pencegahan) dan atau dikocorkan langsung ke pangkal tanaman. Fungisida organik ini sekaligus juga bisa berfungsi sebagai pupuk organik cair (POC). 5.
Pengendalian secara kimia.
Cara pengendalian ini merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara lain telah dilakukan. Penggunaan bahan kimia harus tepat dosis, tepat sasaran, dll, sehingga tidak berdampak bagi lingkungan sekitar. Beberapa fungisida kimia juga dianjurkan bagi daerah yang endemik adalah fungisida kimia yang bekerja secara sistemik di pasaran.
Kesimpulan Terdapat beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman padi varietas unggul di lahan pasang surut kabupaten Kotawaringin Barat, yaitu penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), penyakit, penyakit blast yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc, penyakit hawar pelepah yang disebabkan Rhizoctonia solani. Kuhn, dan penyakit busuk batang yang disebabkan Helminthosporium sp. Terdapat dua jenis penyakit yang paling merugikan yaitu penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), penyakit, penyakit blast yang disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea (Cooke) Sacc, dengan tingkat kerusakan ringan hingga berat. Kondisi iklim utama yang sangat memperngaruhi perkembangan penyakit adalah curah hujan, kelembaban, dan ketersediaan air yang saling berhubungan dan mengakibatkan terjadinya serangan penyakit di lapangan. Adanya curah hujan yang rendah dan terlalu tinggi memacu perkembangan ke dua penyakit tersebut, yang dapat terjadi pada bulan Oktober, dimana dimulainya musim tanam II setiap tahun, yang berdampak kepada meningkatnya kemunculan penyakit kresek di persemaian. Pada varietas yang tidak tahan seperti varietas Inpari 13 yang ditanam pada MT II mengalami kerusakan yang sangat berat. Terdapat varietas padi yang spesifik lahan rawa yang mampu bertahan terhadap kondisi ektrim dan tahan terhadap hampir semua penyakit yang ditemukan menyerang di lapangan, yaitu varietas Inpara 3 dan Inpari 10.
Daftar Pustaka Agrios.G., 1999. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Anonymous, 2010. Klasifikasi Penyakit Tumbuhan. http://www.klasifikasi penyakit tumbuhan. html. Diunduh Rabu 27 Mei 2010. Gee MJD, Hamer JE, Hodges TK. 2001. Characterization of a PR-10 pathogenesis-related gene family induced in rice during infection with Magnaporthe grisea. J Mol Plant Microbe Interact Vol 14:877-886 Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 193
Susilawati, 2011. Laporan Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 2011. Singh.R., 2001. Plant Diseases. Oxford And Ibh Publishing Co. New Delhi Kajian Dampak Utami. D.W, H. Aswidinnoor, S. Moeljopawiro, I. Hanarida, Reflinur. 2006. Pewarisan Ketahanan Penyakit Blas (Pyricularia grisea Sacc.) pada Persilangan Padi IR64 dengan Oryza rufipogon Griff Inheritance of Blast Resistance (Pyricularia grisea Sacc.) on Interspecific Crossing between IR64 and Oryza rufipogon Griff. J Hayati Vol.13. No.3 hal. 107-112 Yuliyanto., 2012 . Variabilitas Curah Hujan Terhadap Produktivitas Padi Sawah Tadah Hujan Di Kabupaten Magelang
Susilawati : Perubahan iklim dan serangan penyakit utama padi | 194