PERUBAHAN BUNYI PADA BACAAN-BACAAN GHARIB DALAM ALQURAN MENURUT TINJAUAN FONOLOGI ARAB Iswah Adriana (Lecturer of Arabic Teaching and Learning Program, Tarbiyah Department of STAIN Pamekasan)
Abstract: As the language of the Qur’an, Arabic is not only owned by speakers of the Arab nation, but also belongs to all muslims in the world. Then it should be better for all muslims trying to learn and study the Qur’an since early stage of their life. Many aspects of the qur'an have been examined and learned, But it is inexhaustible and out of date, even it is getting richer and always actual. Aspect of the recitation of al-qur'an or qiraah is one of the aspects which is rarely discussed. Most of reciters recite Qur’an as what it is contained in the written manuscripts or rasm, though there are a lot of verses (ayah) that should be read differently with the original writing, such as imalah (inclination, bending the sound of a short vowel), tashil, isymam and etc. The phenomenon of gharib reading is paid less attention by reciters. Some changes of sound in gharib reading which are viewed from Tajweed have been oftenly studied, but in this article, writer wants to study those changes of sound from Arabic phonology (alAshwat) perspective. From the results, it revealed that, (1) based on the form of gharib reading in the holy Qur’an according to Imam Ashim narrated by Hafs that have undergone changes of sound are imalah, isymam, tashil, naql, badal, mad & qasr, the change of fathah or dlammah of dlad; (2) from the process, the changes of sound in gharib reading seen from Al-aswat study resulted by the presence of interaction between adjacent sounds either the sound of consonant or vowel; such as assimilation, direct or indirect assimilation, regressive or progressive assimilation, assimilation of way pronounciation and also metathesis; and (3) Some factors underlying the occurrence of changes in sound on these gharib reading are the principle of power efficiency (The Low Of Least Effort) , the ease theory, and also the balance theory. Key Words: Changes of Sound, Gharib Reading, and Arabic Phonology
A. Pendahuluan
dikemukakan oleh seorang linguis Arab,
Bahasa adalah sarana komunikasi
Ibnu Jini yang mendefinisikan bahasa
paling utama pada manusia. Dengan
sebagai “alashwaatu yu’abbiru biha kulla
bahasa
qaumin ‘an aghradlihim” 1(“Seperangkat
manusia
menyampaikan
dapat
berinteraksi
keinginannya
antara
penutur yang satu dengan penutur yang lain.
Hal
ini
sebagaimana
yang
1
S.S Hasanain. Dirasat fi ‘ilmi al-Lughah al-Washfiy wa al-Tarikhiy wa al-Muqaran (Riyadh: Darul Ulum li al-Thiba‟ah wa al-Nasyr, 1984), hlm. 35.
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 57
bunyi
yang
kelompok
diungkapkan masyarakat
oleh tutur
suatu
bunyi-bunyi dan huruf-huruf hijaiyyah
untuk
yang terdapat di dalamnya. Perbedaan
menyampaikan tujuan/maksudnya”).
pelafalan terkadang dapat menyebabkan
Sebagai suatu perangkat bunyi,
perbedaan makna. Karena itulah untuk
maka bunyi merupakan sistem yang
bisa memahami alquran, maka selain
dihasilkan oleh alat
ucap manusia.
harus menguasai kaidah-kaidah ilmu
Seorang penutur harus melafalkan bunyi
tajwid, wajib juga memahami kaidah-
itu
sesuai
kaidahnya
pendengar
bisa
agar
supaya
kaidah bunyi yang ada dalam ilmu al-
memahami
maksud
ashwat.
ujaran yang dituturkannya. Ilmu yang
Berbicara
tentang
al-Qur‟an
mempelajari seluk beluk bunyi bahasa
memang bagai lautan yang tak bertepi,
serta merumuskannya secara teratur
semakin jauh ia dikejar semakin luas
dan
pula
sistematis
tersebut
dinamakan
jangkauannya.
Dari
aspek
fonologi. Dalam bahasa Arab dikenal
manapun al-Qur‟an dikaji dan diteliti, ia
dengan
istilah
tidak pernah habis atau basi, bahkan
fonologi
adalah
ilmu
al-ashwat.
subdisiplin
Jadi
linguistik
semakin
kaya
dan
selalu
aktual.
yang mempelajari bunyi bahasa secara
Mungkin itulah salah satu mukjizat yang
umum, baik yang mempelajari bunyi
terpancar dari kitabullah sebagai bukti
bahasa yang tanpa menghiraukan arti
kebenaran risalah Allah yang dititipkan
maupun yang tidak. Ilmu bahasa yang
pada Rasul-Nya, yaitu al-Islam.
mempelajari menghiraukan
bunyi arti
sedangkan
ilmu
mempelajari
bunyi
tanpa
Aspek bacaan al-Qur‟an atau
fonetik,
qiraah merupakan salah satu aspek
bahasa disebut bahasa bahasa
yang
kajian
yang
diperbincangkan, padahal membaca al-
2
membedakan arti disebut fonemik.
yang
paling
jarang
Qur‟an tergolong ibadah mahdlah yang
Selain dituturkan oleh penutur
paling utama. Hal ini barangkali bisa
Arab, bahasa Arab juga dimiliki oleh
dimengerti, mengingat kurangnya kitab
umat Islam sedunia. Hal ini disebabkan
atau buku yang secara panjang lebar
bahasa yang digunakan dalam Alquran
mengupas ilmu qiraah dan minimnya
adalah bahasa Arab. Maka barangsiapa
guru
yang ingin belajar memahami Alquran,
kemampuan memadahi tentang itu dan
mau tidak mau dia harus mengenal dulu
juga terlalu padatnya disiplin ilmu yang
bahasanya yaitu bahasa Arab.
dipelajari.
Untuk mengenal bahasa Arab dia harus belajar melafalkan terlebih dulu
yang
al-Qur‟an
memiliki
Dari fenomena di atas perlu kiranya
ditumbuhkan
lagi
semangat
untuk mengkaji aspek bacaan al-Qur‟an 2
Soeparno. Dasar-Dasar Linguistik Umum. (Yogyakarta: Tiara Wacana. 2002), hlm. 79-80.
yang masih “misteri” bagi kebanyakan orang
agar
kembali
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 58
diminati
sebagaimana begitu semangatnya anak-
akan
anak kecil di tempat-tempat pendidikan
memahami rahasia-rahasia Allah melalui
al-Qur‟an untuk bisa “membaca” dengan
tanda-tanda
lancar.
titipkan Sebagai akibat dari kurangnya
tetapi
hanya dan
pada
sebuah
ilmu-ilmu hambanya.
usaha
yang
ia
Imam
Nasiruddin Ahmad mengatakan bahwa
pengetahuan mereka tentang bacaan al-
ihtijajul
Qur‟an, seringkali dianggap ilmu qiraah
mengoreksi bacaan atau bahasa al-
(yang dipersempit dengan ilmu tajwid)
Qur‟an dengan kaidah-kaidah bahasa
itu hanya mempelajari makhraj dan sifat
Arab, akan tetapi sebaliknya proses
huruf, hukum nun atau mim mati dan
penarikan argumen atau alasan itu
tanwin, dan mad saja, sehingga mereka
sebagai
membaca
al-Qur‟an
sebagaimana
yang
apa
adanya
terdapat
dalam
qira’ah
usaha
tidak
dimaksudkan
mengoreksi
kaidah-
kaidah bahasa Arab dengan bahasa alQur‟an.3
tulisan mushaf atau rasm, padahal ada
Sebelum diulas tentang bacaan
banyak kalimat yang cara bacanya tidak
gharib
sama persis dengan tulisannya, seperti
dijelaskan terlebih dahulu pengertian
bacaan imalah, tashil, isymam dan lain
gharib itu sendiri. Istilah gharib diambil
sebagainya.
dari bahasa Arab, menurut Ibrahim
Dalam kesempatan ini penulis
versi
Hafs,
ada
baiknya
Musthafa ia merupakan isim sifat dari
sedikit
kata “gharaba – yaghribu” yang artinya
pemahaman tentang bacaan gharib dari
ghamudla (sulit) dan khafiya (samar).
bacaan Imam Ashim dari riwayat Hafs
Dalam literatur Arab, istilah gharib al-
yang banyak dianut oleh hampir seluruh
Qiraat tidak popular dalam peristilahan
kaum muslimin sedunia, juga alasan-
ilmu qiraat dan tidak pernah dipakai
alasan secara bahasa terntang proses
dalam tulisan para pakar ilmu qiraat.
atau asal mula terjadinya bacaan gharib
Istilah ini banyak dipakai dalam buku-
tersebut.
buku tajwid di Indonesia. Misalnya,
berusaha
memberikan
Alasan-alasan kebahasaan dari
metode “qira‟ati” memasukkan bahasan
bacaan gharib al-Qur‟an yang akan
gharib al-qiraah tersebut pada jilid 6.
dipaparkan penulis di sini, hanyalah
Istilah tersebut dimaksudkan sebagai
sebutir debu dibanding dari (besar dan
bacaan yang jumlahnya terbatas dan
luasnya)
rahasia
orang awam jarang memahami dan
sesungguhnya yang dikehendaki Allah
mengenal bacaan tersebut. Adakalanya
dari perbedaan-perbedaan bacaan al-
istilah ini dimaknai sebagai bacaan-
Qur‟an
bacaan al-Quran yang mana antara
hikmah
tersebut.
atau
Dengan
kata
lain
alasan-alasan tersebut bukanlah faktor utama yang mendorong shahibul Qaul (Allah) memilih kata atau lahjah tertentu,
3
Abu Thahir, Abd al-Qayyum ibn Abd alGhafur, Shafahat fi Ulumal-Qiraat. ( Madinah: Mathabi ar-Rasyid, 1994), hlm .290.
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 59
tulisan
dan
cara
bacanya
sedikit
berbeda. Adapun bacaan-bacaan yang
seperti isymam, tashil, naql, badal dan sebagainya.
dianggap gharib adalah imalah, tashil, isymam, naql, badal, saktah, dan shilah. Dalam Alquran
Adanya pelafalan
proses
pembelajaran
terkadang
pembelajar
perubahan
bunyi
berbeda
inilah
yang
menyebabkan
peneliti
mengkajinya
dari
tertarik
sudut
untuk
pandang
dihadapkan pada munculnya bacaan-
fonologi Arab (ilmu al-ashwat). Hal ini
bacaan
disebabkan ada kalanya pembelajar ilmu
alquran
yang
tidak
sesuai
dengan kaidah bunyi dalam ilmu al-
al-Ashwat
ashwat. Bacaan-bacaan tersebut dikenal
menemukan
dengan istilah gharib. Disebut demikian
tersebut
karena bacaan tersebut „nyeleneh’ atau
sesuai dengan kaidah yang mereka
menyimpang
pelajari dalam ilmu al-ashwat.
dari
kaidah
yang
yang
dibingungkan ketika
bacaan-bacaan
dalam
alquran
gharib
yang
tidak
sebenarnya. Karena cara membacanya berbeda
dengan
tulisannya,
seperti
B. Metode Penelitian
bacaan imalah dalam al Qur‟an di surat
Penelitian ini merupakan penelitian
Hud ayat 41, مجراهاyang seharusnya
kualitatif dengan data kualitatif berupa
dibaca majraaha,
menjadi majreeha.
bacaan-bacaan gharib dalam alquran.
Bacaan imalah ini
bermanfaat untuk
Metode penelitian yang dilakukan adalah
memudahkan pengucapan huruf, karena
deskriptif, yakni mencari bentuk, proses
lidah itu akan terangkat bila membaca
dan
fathah dan turun bila membaca imalah
terdapat pada bacaan-bacaan gharib
dan tentunya turunnya lidah itu lebih
dalam
ringan dari terangkatnya lidah.
4
faktor
perubahan
alquran
ditinjau
bunyi dari
yang sudut
Juga
pandang kajian Fonologi Arab (Ilmu al-
banyaknya ditemukan kata yang tertulis
Ashwat). Sedangkan pendekatan yang
dalam rasm usmani pendek tapi dibaca
digunakan adalah pendekatan analisis
panjang, seperti
ملكdibaca مالكdan
tertulis
dibaca
panjang
pendek,
teks.
di
Teknik pengumpulan data
yang
5
antaranya: أناdibaca أنketika washal.
digunakan
adalah
Dan masih banyak lagi contoh-contoh
(observing
method),
bacaan gharib tersebut dalam Alquran,
dasar sadap dan teknik lanjutan berupa
metode dengan
simak teknik
teknik simak bebas cakap diiringi teknik catat; 4
Abu Thahir, Abd al-Qayyum ibn Abd alGhafur. Shafahat fi Ulumal-Qiraat. (Madinah: Mathabi ar-Rasyid. 1994), h. 312. 5 Al-Qaisy, Abu Muhammad Makki ibn Abi Thalib. Al-Kasyfu an Wujuh al-Qiraat as-sab’I wa Ilaliha wa Hujajiha. Cet. 4. (Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1987), h. I/26.
yaitu
pengamat
peneliti
atau
hanya
penyimak
menjadi beberapa
bacaan gharib Alquran dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs imam Ashim yang mengalami perubahan bunyi. Data diambil dari buku Gharaibul Quran yang
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 60
diterbitkan
oleh
Ummi
Foundation.
menurut Ibrahim Musthafa ia merupakan
Kemudian peneliti akan menganalisis
isim sifat dari kata “gharaba – yaghribu”
bentuk-bentuk perubahan bunyi bacaan
yang
artinya
ghamudla 6
(sulit)
dan
gharib tersebut dan mendeskripsikan
khafiya (samar).
proses
istilah ulama qurra’, artinya sesuatu
perubahan
tersebut
sesuai
dengan kaidah yang ada dalam buku-
yang
buku Ilmu al-Ashwat yang dijadikan
dikarenakan
sebagai bahan rujukan dalam penelitian.
atau karena peliknya permasalahan baik
Dalam
penjelasan samarnya
khusus
pembahasan
data,
dari segi huruf, lafadz, arti maupun
ditempuh langkah -langkah berdasarkan
pemahaman yang terdapat dalam Al-
prinsip prinsip fonologi generatif, yaitu
Qur‟an.7 Adapun bacaan-bacaan yang
(1)
dianggap
data
menganalisis
perlu
Sedangkan menurut
yang
telah
diperoleh
gharib
(tersembunyi/samar)
diidentifikasi dan diklasifikasikan sesuai
dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs
dengan penamaan perubahan bunyi
diantaranya adalah :
yang terdapat dalam kaidah Ilmu al-
Saktah, Tashil, Naql, Badal.
Ashwat.; (2) setelah itu data dianalisis berdasarkan
proses
dan
Imalah, Isymam,
Peneliti memilih qiraahnya Imam
faktor
Ashim karena seperti diketahui bahwa
perubahannya; dan (3) data-data yang
imam-imam qurra‟ yang berjumlah tujuh
sudah dianalisis
kemudian diuji ulang
atau biasa disebut dengan imam qira’ah
sesuai dengan bacaan yang terdapat
sab’ah adalah para Imam qurra’ yang
dalam Ilmu Tajwid.
paling masyhur diantara para Imam qurra’ yang lain. Diantara ketujuh imam
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
itu ada salah satu imam qira’ah yang paling banyak diikuti bacaannya. Beliau
1. Bentuk-Bentuk Gharib
dalam
Bacaan-Bacaan yang
Al-Qur’an
mengalami Perubahan Bunyi
adalah Abu Bakar Ashim bin Abi AnNajud atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ashim. Imam Ashim berasal dari Kufah dan pernah berguru pada
Berdasarkan
fokus
penelitian
Imam
Abu
Abdurrahman
As-Sulami
yang ada dalam penelitian ini , maka
yang merupakan murid dari Sahabat Ali
data
peneliti
bin Abi Thalib. Beliau mengajarkan Al-
dalam penelitian ini adalah data tentang
Qur‟an yang sanadnya berasal dari jalur
bacaan-bacaan gharib dalam alquran
sahabat Ali bin Abi Thalib kepada
menurut pendapat Abu Bakar Ashim bin
muridnya
yang
dibutuhkan
oleh
yaitu
Hafs
bin
Sulaiman
Abi An-Najud atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Ashim. Seperti yang telah diketahui bahwa yang dimaksud dengan bacaan gharib secara bahasa
6
Mushtofa, Ibrahim. Al-Mu’jam alWasith. (Kairo: Dar ad-Da‟wah , Tanpa tahun), h.647/2 7 http://talimulquranalasror.blogspot.com/ 2013/04/rahasia-bacaan-gharib.html
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 61
(Hafs).
Diantara
murid-murid
Imam
Ashim tersebut hanya Hafs dan Syu‟bah yang
paling
masyhur
dan
menjadi
8
perawi utama.
ٓال ْارَكبُواْ فِْي َها بِ ْس ِم اللَّ ِه َم ْجرٰى َها َوُم ْر ٰس َها َ ََوق ٓ إِ َّن َرِّب لَغَ ُفور َّرِحيم b. Isymam
Perbedaan bacaan-bacaan dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs dengan Imam qira’ah yang lain adalah lebih pada
letak
Dalam
bacaan-bacaan
penelitian
ini
Isymam artinya mencampurkan dlammah
pada
sukun
dengan
bibir
atau
memoncongkan
tersebut.
mengangkat dua bibir. Dalam qira’ah
semua
riwayat Hafs, Isymam terdapat pada
tidak
Ashim di atas akan dikaji, melainkan
lafadz “تَ أْمَ نَّا
hanya
lidah seperti halnya mengucapkan
bacaan-bacaan gharib menurut Imam bacaan-bacaan
gharib
yang
dianggap mengalami perubahan bunyi saja yang akan dikaji. Berikut hasil
” ََل
yaitu pada waktu
membaca lafadz tersebut, gerakan lafadz “ْم نُ نَا َ تَأ
” ََل
sehingga hampir
tidak ada perubahan bunyi antara
dalam Alquran menurut Imam Ashim
mengucapkan lafadz “تَأْ َمنَّا
riwayat Hafs yang ditengarai peneliti
mempertemukan
mengalami perubahan bunyi :
tersebut dipilihlah jalan tengah yaitu
a. Imalah
bunyi
analisis data tentang bacaan gharib
Imalah termasuk salah satu cara membaca
Alquran
yang
menurut
etimologi berasal dari wazan lafadz
أ ََم َالyaitu ً أ ََم َال – ََيِْي ُل – إِ َمالَةyang artinya
condong
atau
9
belok ,
sedangkan
mengucapkan
bacaan
“تَأْ َمنُ نَا
”ََلdengan
”ََل.11
kedua
mengikuti
Untuk
lafadz rasm,
sedangkan gerakan bibir mengikuti lafadz asal, seperti dalam QS.Yusuf: 11
ُف َوإِ َّنا لَهُۥ َ ك ََل َت ۡأ َ۬ َم َّنا َعلَى ٌُوس َ ََقالُو ْا ٌََٰٓأ َ َبا َنا َمال ٔٔ ُون َ لَ َنصِ ح
menurut terminologi qiraat, imalah berarti menuturkan fathah ke arah kasrah atau menuturkan
alif
c. Tashil
( )اke
arah ya’ ()ى.10 Menurut riwayat Imam Hafs hanya ada satu lafadz yang harus dibaca imalah yaitu pada lafadz َم ْج ٰرى َهاdalam QS. Hud: 41
Tashil menurut bahasa artinya memberi atau
kemudahan,
keringanan
menyederhanakan
bunyi
hamzah qatha’ yang kedua (ً(أأعجم, adapun menurut istilah qira’ah artinya membaca antara hamzah dan alif.12 Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat
8
Ibid. 9 Lowis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam, (Beirut:Da al-Mahriq li an-Nasyr, 1973), cet.XXIX, hlm. 782. 10 Ahmad Sayuti Anshari Nasution. Fonetik & Fonologi Alquran, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 68.
11
Ibid, hlm. 83.
12
http://talimulquranalasror.blogspot.com/2013/04/r ahasia-bacaan-gharib.html
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 62
Hafs hanya ada satu bacaan tashil
e. Badal (Mengganti)
yaitu pada QS. Fusshilat: 44
Badal menurut bahasa artinya
ِّ َُولَ ۡو َج َع ۡل َن ُه قُ ۡر َءا ًنا أَ ۡع َج ِم ّٗ ٌّا لَّ َقالُو ْا لَ ۡو ََل ف صلَ ۡت َءا ٌَ ُت ُه ۖٓ َٰٓۥ ءٞۚ ٌَِٰٓن َءا َم ُنو ْا ه ُّٗدى َوشِ َفا َ ًّّ قُ ۡل ه َُو لِلَّذٞۗ ًِ َو َع َر ِب ّ َء َ۬ا ۡع َجم ۡون ف ًَِٰٓ َءا َذان ِِهمۡ َو ۡقر َوه َُو َعلَ ٌۡ ِهم َ ٌِن ََل ٌ ُۡؤ ِم ُن َ َوٱلَّذ َٰٓ ۡ ك ٌُ َن ٗٗ ٖان َبعٌِد َ ًى أ ُ ْولَ ِبٞۚ َعم ِ ۢ ادَو َن مِن َّم َك
mengganti, maksud
mengubah, badal
sedangkan
disini
adalah
mengganti huruf hijaiyah satu dengan huruf
hijaiyah
lainnya.
Diantara
lafadz-lafadz yang di badal dalam AlQur‟an menurut Imam Ashim riwayat Hafs yaitu:
d. Naql Naql menurut bahasa berasal dari lafadz artinya
َن َق َل – ٌَ ْن ِق ُل – َن ْق ًًل
memindah,
ِ س ٰم ٰو 1) Badal ءdengan ت ا ْب ُت ْون ًِْ( ي َّ )فًِ ال Yaitu mengganti hamzah mati
yang
dengan ya’, sebagian besar imam
sedangkan
qira’ah sepakat mengganti hamzah
menurut istilah ilmu qira’ah artinya
qatha’
memindahkan
huruf
dengan lafadz sebelumnya dan
sebelumnya. Alasan bacaan naql
jatuh sesudah hamzah washal ()ء
اَلسمyaitu terdapatnya dua
dengan alif layyinah ()ى. Contoh
pada kata
harakat
ke
hamzah washal (hamzah yang tidak terbaca di tengah kalimat), yakni hamzah pada al ta’rif dan ismu (salah satu dari sepuluh kata benda yang berhamzah washal), yang mengapit lam sehingga menjadi tidak terbaca di kala
sambung
dengan
kata
sebelumnya. Dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs ada satu bacaan naql yaitu lafadz
س ْاَلِسْ ُم َ ِب ْبpada QS.
Al-Hujurat: 11. 13
ٌِن َءا َم ُنو ْا ََل ٌَ ۡس َخ ۡر َق ۡوم مِّن َق ۡو ٍم َع َس َٰٓى أَن َ ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱلَّذ
yang
tidak
menempel
pada QS. Al-Ahqaf : 4,
…ب ٍ ۢ ت ۖ ٱ ْب ُتونِى ِب ِك َت ِ س ٰم ٰو َّ …أَ ْم لَ ُه ْم شِ رْ ٌۭك فِى ٱل Cara membacanya, yaitu apabila seorang
qari’
membaca waqaf ِ س ٰ َم ٰ َو pada lafadz ( ۖ ت َّ )فِى ٱلmaka huruf ta’ mati dan hamzah mati diganti ya’ ( س ٰم ٰوتْ ۖ ِا ٌْ ُتونِى َّ )فِى ٱلsedangkan apabila dibaca washal tidak ada perubahan. ُ َو ٌَ ْبdan 2) Badal صdengan ص ُط ( س ْ ) َب ص َطة
ٌَ ُكو ُنو ْا َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنهُمۡ َو ََل ن َِسآَٰء مِّن ِّن َسآَٰ ٍء َع َس َٰٓى أَن
Yaitu mengganti shad dengan siin,
ٌَ ُكنَّ َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنه ُۖٓنَّ َو ََل َت ۡل ِم ُز َٰٓو ْا أَن ُف َس ُكمۡ َو ََل َت َنا َب ُزو ْا
Imam
ۡ ُ س ٱِل ِۡس ُم ۡٱلفُس ۡ ِن َو َمن لَّمٞۚ ٱۡلٌ َم ِ ٓۖ ِب ۡٱۡلَ ۡل َق َ ب بِ ۡب ِ َُوق َب ۡعد َٰٓ َّ ك ُه ُم ٔٔ ُون َ ٱلظلِم َ ٌَ ُت ۡب َفأ ُ ْولَ ِب 13
sebagian imam qira’ah termasuk dengan
Ashim
mengganti
سpada lafadz
ص ُْصط ُ َو ٌَب
dalam QS. Al-Baqarah : 245 dan ْ َبdalam QS. Al-A‟raf : lafadz ص َطة 69.
ibid
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 63
َّ ُمَّن َذا ٱلَّذِي ٌ ُۡق ِرض ً ٱَّللَ َق ۡر ض ِع َفهُۥ َ ٌُ ضا َح َس ّٗنا َف
- QS. az-Zuhruf: 81
ٞۚ َ ض َع ّٗافا َكث ُ ٱَّلل ُ ٌَ ۡقبضُ َو ٌَ ۡب ۡ َلَ ُهۥَٰٓ أ ص ُط َوإِلَ ٌۡ ِه ِ َّ ٌِر ّٗة َو
١ٔ ٌِن َ ان لِل َّر ۡح َم ِن َولَد َفأ َ َنا أَ َّو ُل ۡٱل َع ِبد َ قُ ۡل إِن َك
ٕٗ٘ ُون َ ُت ۡر َجع أَ َو َع ِج ۡب ُتمۡ أَن َجا َٰٓ َء ُكمۡ ذ ِۡكر مِّن رَّ ِّب ُكمۡ َعلَى َرج ُٖل إِ ۡذ َج َعلَ ُكمۡ ُخلَ َفا َٰٓ َء ِم ۢن ۖ ۡ ص َطة فًِ ۡٱل َخ ۡل ِق َب
ْم َو ۡٱذ ُكر َُٰٓواٞۚۡ مِّن ُكمۡ لٌُِن ِذ َر ُك ۡوح َو َزا َد ُكم ٖ َب ۡع ِد َق ۡو ِم ُن
2) Lafadz ( ) ٰل ِك َّنا Ada
juga
lafadz
membacanya
yang
cara
hampir
sama dengan lafadz اَ َناyaitu lafadz ٰل ِك َّنا, yakni apabila lafadz ٰل ِك َّناdibaca
ٙ٦ ُون َ ٱَّلل لَ َعلَّ ُكمۡ ُت ۡفلِح ِ َّ َف ۡٱذ ُكر َُٰٓو ْا َء َاَلَٰٓ َء
washal maka nun harus dibaca ٰ sedangkan apabila pendek ( َّ)لكِن,
َُصٌْطِ ُرون َ ۣ ٱ ْلم
dibaca waqaf maka nun tetap dibaca panjang ()ل ِك َّنا. Sebagaimana
dalam QS. At-Thur : 37, huruf ص
yang terdapat pada QS. Al-Kahfi :
boleh tetap dibaca shad dan boleh
38
Adapun
pada
lafadz
dibaca siin
َ ك أَمۡ ُه ُم ۡٱل ُم ٖ٣ َص ٌۡطِ رُون َ أَمۡ ِعن َدهُمۡ َخ َزآَٰبِنُ َر ِّب 3) Badal fathah dengan kasroh ( ف ٍ ضع َ ضعفا َ -
ف ٍ ضع ُ - ضعفا ُ ( ; dlo’fin –
dlo’fan
boleh
dlu’fan;
seperti dalam
َّ ٰلَّ ِك َّنا ه َُو َٰٓ َ ٱَّلل ُ َربًِّ َو ُ َل أ ُ ۡش ِر ٖ١ ك ِب َرب ًَِّٰٓ أَ َح ّٗدا kecuali dalam QS. al Qoshosh:45, (ّ ولكناّ ) ولكنا, na-nya tetap dibaca panjang
dlu’fin
–
QS.
ar
ّٗ َو ٰلَ ِك َّنا أَن َش ۡأ َنا قُر ُر َو َماٞۚ ُونا َف َت َط َاو َل َعلَ ٌۡ ِه ُم ۡٱل ُع ُم
َّ ض ۡعف ُث َّم َج َع َل م ِۢن َ ۞ٱَّلل ُ ٱلَّ ِذي َخلَ َق ُكم مِّن
او ٌّٗا ف ًَِٰٓ أَ ۡه ِل َم ۡد ٌَ َن َت ۡتلُو ْا َعلَ ٌۡ ِهمۡ َءا ٌَتِ َنا ِ ُكنتَ َث
ض ۡعفا ٖ ض ۡع َ ٖف قُوَّ ّٗة ُث َّم َج َع َل ِم ۢن َب ۡع ِد قُوَّ ة َ َب ۡع ِد
ٗ٘ ٌِن َ َولَ ِك َّنا ُك َّنا م ُۡرسِ ل
dibaca
Ruum:54
ٞۚ ٘ٗ ُء َوه َُو ۡٱل َعلٌِ ُم ۡٱل َقدٌِ ُرٞۚ َٰٓ َو َش ٌۡ َب ّٗة ٌَ ۡخل ُ ُق َما ٌَ َشا f. Lafadz-lafadz yang dibaca pendek
3) Lafadz ( َق َو ِار ٌْ َرا، ال ُّظ ُن ْو َنا،س ْو ََل ُ الر َّ ) Sebagian ulama qurra’ membaca
ketika washal dan panjang ketika
lafadz-lafadz
waqaf ( قصرdan )مد
harakat tanwin, sedangkan qira’ah
1) Lafadz ( ) اَ َنا, sebagaimana dalam ayat-ayat berikut ini:
diatas
dengan
Imam Ashim riwayat Hafs tidak memakai
harakat
tanwin
pada
lafadz-lafadz tersebut. Dan apabila
- QS. an-Nahl: 2
َٰٓ ۡ وح ِم ۡن أَ ۡم ِرهِۦ َعلَى َمن ِ ٌُُّ َن ِّز ُل ٱل َملَ ِب َك َة ِبٱلر ٌَ َشا َٰٓ ُء م ِۡن عِ َبا ِد ِهۦَٰٓ أَ ۡن أَن ِذر َُٰٓواْ أَ َّنهُۥ ََلَٰٓ إِلَ َه إِ ََّلَٰٓ أَ َنا ٕ ون ِ َُفٱ َّتق
membaca
waqaf
lafadz
tersebut,
Ashim
riwayat
menyertakan panjang,
alif
pada
lafadz-
qira’ah
Imam
Hafs
tetap
atau
dibaca
sedangkan
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 64
tidak
menyertakan (membaca) alif atau dibaca
pendek
terakhir
apabila
lafadz-lafadz
huruf
tersebut
ضةٖ َوأَ ۡك َوابٖ َكا َن ۡت َّ َِو ٌُ َطافُ َعلَ ٌۡ ِهم ِب َانٌَِةٖ مِّن ف ٌراْ ِمن ِفضَّةٖ َق َّدرُو َها َ ار َ ار ِ ٌرا ٘ٔ* َق َو ِ َق َو ّٗ َت ۡقد ٔٙ ٌِرا
diwashalkan. - ( الذنونا*هنالك هنالك- )الظنونseperti dalam QS. al-Ahzab: 10-11
- سالسالسالسل
إِ ۡذ َجآَٰءُو ُكم مِّن َف ۡو ِق ُكمۡ َوم ِۡن أَ ۡس َف َل مِن ُكمۡ َوإِ ۡذ
Jika dibaca washol (disambung),
ۡٱل َح َنا ِج َر
terpaksa waqof (berhenti)
ُت ۡٱلقُلُوب ِ َص ُر َو َبلَغ ِ َزا َغ َ ت ۡٱۡلَ ۡب
ُ َو َت ًَِ ٱَّلل ٱل ُّظ ُنو َنا ٓٔ* ُه َنالِ َك ۡٱب ُتل ِ َّ ون ِب َ ظ ُّن ٔٔ ۡٱلم ُۡؤ ِم ُنو َن َو ُز ۡل ِزلُو ْا ِز ۡل َز ّٗاَل َشد ٌِّٗدا - ( الرسوَل* وقالوا وقالوا- الرسولdan السبٌال * ربنا السبٌل- )ربناseperti dalam QS. al-Ahzab:66-67
la-nya
dibaca
pendek,
jika boleh
dibaca sukun atau panjang 1 alif, salaasil – salaasila seperti dalam surat ad Dahr atau al Insan: 4
ٗ س ٰلَسِ َالْ َوأَ ۡغلَ ًّٗل َو َس ِعٌرً ا َ ٌن َ إِ َّنا َٰٓ أَ ۡع َت ۡد َنا ل ِۡل َكف ِِر g. Huruf mad alif ( )اyang dibaca pendek.
ار ٌَقُولُونَ ٌَ لَ ٌۡ َت َنا َٰٓ أَ َط ۡع َنا ِ ٌ َۡو َم ُت َقلَّبُ وُ ُجو ُههُمۡ فًِ ٱل َّن
1) Fa’ nya dibaca pendek, ) أفابن (
َّ َ س * َو َقالُو ْا رَ َّب َنا َٰٓ إ ِ َّنا َٰٓ أَ َط ۡع َنا٦٦ وَل ُ ٱلر َّ ٱَّللَ وَ أَ َط ۡع َنا
أفبنdalam QS. Ali Imron: 144
َ س ِب َٰٓٓ * َر َّب َنا٦٦ ٌال َ َ َسا َد َت َنا وَ ُكبَرَ آَٰ َء َنا َفأ َّ ضلُّو َنا ٱل
ُلٞۚ َو َما م َُحمَّد إِ ََّل َرسُول َق ۡد َخلَ ۡت مِن َق ۡبلِ ِه ٱلرُّ ُس
ٙ١ ب وَ ۡٱل َع ۡنهُمۡ لَ ۡع ّٗنا َكبِ ٌّٗرا ِ ءَات ِِهمۡ ضِ ۡع َف ٌۡ ِن مِنَ ۡٱل َع َذا
م َو َمنٞۚۡ أَ َفإِ ٌْن مَّاتَ أَ ۡو قُ ِت َل ٱن َقلَ ۡب ُتمۡ َعلَ َٰٓى أَ ۡع َق ِب ُك
- قوارٌرا*قوارٌرا...
ّا َو َس ٌَ ۡج ِزيٞۗ ٌّٗۡ ٱَّلل َش َ َّ ٌََّن َقل ِۡب َعلَى َع ِق َب ٌۡ ِه َفلَن ٌَضُر
- Jika waqof (berhenti) di akhir ayat 15, ro-nya dibaca panjang, jika awal
ayat
16,
ro-nya
َّ ٔٗٗ ٌن َ ٱَّلل ُ ٱل َّشك ِِر
dibaca
pendek. Sedangkan jika dibaca
2) Ba’ nya dibaca pendek, ( من نبائ
washol (disambung), kedua ro-nya
)من نباdalam QS. al-An‟am: 34
dibaca
pendek.
Jika
waqof
(berhenti) di qowariiro yang kedua, ro-nya dibaca sukun (mati). Contohnya di QS. ad Dahr atau al Insan: 15-16
ص َبرُواْ َعلَى َما َ ك َف َ َِولَ َق ۡد ُك ِّذ َب ۡت ُرسُل مِّن َق ۡبل ُ ُ ُك ِّذبُو ْا َوأ ۡ وذواْ َح َّت َٰٓى أَ َتىهُمۡ َن ا َو ََل ُم َب ِّد َلٞۚ ص ُر َن ٌِن ِٞۚ َّ ت ِ لِ َكلِ َم َ ي ۡٱلم ُۡر َسل ْ ِ ك ِمن َّن َبإ َ ٱَّلل َولَ َق ۡد َجا َٰٓ َء ٖٗ
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 65
), dalam QS. alلن ندعو لن ندعوا( -
3) Semua tulisan malaaihim, la- nya
Kahfi: 14
) dalamملبهممالبهم ( dibaca pendek
ۡ وب ِهمۡ إِ ۡذ َقامُو ْا َف َقالُو ْا َر ُّب َنا َربُّ َو َر َبط َنا َعلَى قُل ُ ِ
QS. Yunus: 83
ض لَن َّن ۡد ُع َو ْا مِن ُدو ِن ِهۦَٰٓ إِلَ ّٗه ۖٓا ٱل َّس َم َو ِ ت َو ۡٱۡلَ ۡر ِ
ُوس َٰٓى إِ ََّل ُذرِّ ٌَّة مِّن َق ۡو ِمهِۦ َعلَى َف َما َٰٓ َءا َم َن لِم َ
لَّ َق ۡد قُ ۡل َنا َٰٓ إِ ّٗذا َش َط ًطا ٗٔ
َل ٌْ ِهمۡ أَن ٌَ ۡف ِت َنه ُۡۚٞم َوإِنَّ َخ ۡو ٖ ف مِّن ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ
QS.
(,نبلونبلوا( -
dalam
Muhammad: 31
َولَ َن ۡبل ُ َو َّن ُكمۡ
َن ۡعلَ َم
َح َّتى
ٌِن ۡٱلم َُج ِهد َ
مِن ُكمۡ
ٌِن ض َوإِ َّنهُۥ لَ ِم َن ۡٱلم ُۡس ِرف َ ال فًِ ۡٱۡلَ ۡر ِ ف ِۡر َع ۡو َن لَ َع ٖ ٖ١ 4) Semua tulisan malaaihii, la-nya ) dalamملبه مالبه ( dibaca pendek
ار ُكمۡ ٖٔ َوٱل َّ ٌن َو َن ۡبل ُ َو ْا أَ ۡخ َب َ ص ِب ِر َ
QS. al-Mu‟minun: 46
) , dalam QS. arلٌربو لٌربوا( -
َل ٌْهِۦ َف ۡ ٱس َت ۡك َبرُو ْا َو َكا ُنو ْا َق ۡومًا إِلَى ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ
اس َف ًَل َو َمآَٰ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن رِّ ّٗبا لِّ ٌَ ۡر ُب َو ْا ف ًَِٰٓ أَ ۡم َو ِل ٱل َّن ِ
ٌِن ٗٙ َعال َ
ون ٱَّلل َو َمآَٰ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن َز َكوةٖ ُت ِرٌ ُد َ ٌَ ۡربُو ْا عِ ن َد َّ ۖٓ ِ
مابتٌن ) 5) Mi-nya dibaca pendek
Ruum:39
َٰٓ ك ُه ُم ۡٱلم ۡ ون ٖ٦ ُض ِعفُ َ ٱَّلل َفأ ُ ْولَ ِب َ َو ۡج َه َّ ِ QS.
dalam
,
(لٌبلو
( dalam QS. alمبةمابة ) ) danمبتٌنAnfal: 65
لٌبلوا( -
ال إِن ض ۡٱلم ُۡؤ ِمن َ ٌََٰٓ أ َ ٌُّ َها ٱل َّن ِبًُّ َحرِّ ِ ٌِن َعلَى ۡٱلقِ َت ِۚ ٞ
Muhammad:4
ُون ٌَ ۡغلِبُواْ ِماْ َب َت ٌۡ ِن ص ِبر َ ُون َ ٌَ ُكن مِّن ُكمۡ ِع ۡشر َ
ب َح َّت َٰٓى ب ٱل ِّر َق ا ِ ض ۡر َ ٌن َك َف رُواْ َف َ َف إِ َذ ا لَقٌِتُ ُم ٱل َّ ِذ َ
ٌِن َوإِن ٌَ ُكن مِّن ُكم ِّماْ َبة ٌَ ۡغلِب َُٰٓواْ أَ ۡل ّٗفا م َِّن ٱلَّذ َ
إِ َذ آَٰ أ َ ۡث َخ نتُ مُوهُمۡ َف ُ ش دُّواْ ۡٱل َو َث اقَ َف إ ِمَّا َم ۢ َّن ا َب ۡع ُد
ُون ٘ٙ َك َفرُواْ ِبأ َ َّنهُمۡ َق ۡوم ََّل ٌَ ۡف َقه َ
ض َع ۡٱل َح ۡر ُ ك ار َه ۚٞا َذ لِ ۖٓ َ ب أَ ۡو َز َ َو إِمَّا فِ َد آَٰ ًء َح َّت ى َت َ
6) Semua tulisan wa, yang diikuti alif,
َو لَ ۡو ٌَ َش ا َٰٓ ُء َّ ص َر م ِۡن هُمۡ َو لَ كِن لِّ ٌَ ۡب ل ُ َواْ ٱَّلل ُ َلَن َت َ
wa-nya dibaca panjang, kecuali:
ٌل َّ ض ُك م بِ َب ۡع ٖ ّۗٞ ٱَّللِ ض َو ٱلَّذ َ َب ۡع َ ٌِن قُتِ لُواْ فًِ َس بِ ِ
), dalam QS. Ar-Ra‟du:لتتلولتتلوا ( -
َف لَن ٌُضِ َّل أَ ۡع َم لَهُمۡ ٗ 7) Semua tulisan tsamuuda, da-nya dibaca pendek, jika terpaksa waqof (berhenti), da-nya dibaca ثمودا ( sukun (mati), tsamuud ) seperti dalam:ثمود
30
ك ف ًَِٰٓ أُمَّةٖ َق ۡد َخلَ ۡت ِمن َق ۡبلِ َها َٰٓ أ ُ َمم ك أَ ۡر َس ۡل َن َ َك َذ لِ َ ون ك َوهُمۡ ٌَ ۡكفُ ُر َ ِي أَ ۡو َح ٌۡ َنا َٰٓ إِلَ ٌۡ َ لِّ َت ۡتل ُ َواْ َعلَ ٌۡ ِه ُم ٱلَّذ َٰٓ ِبٱلرَّ ۡح َم ِۚ ٞن قُ ۡل ه َُو َربًِّ ََلَٰٓ إِلَ َه إِ ََّل ه َُو َعلَ ٌۡ ِه َت َو َّك ۡل ُ ب ٖٓ ت َوإِلَ ٌۡ ِه َم َتا ِ
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 66
- QS. Huud: 68
a. Bacaan imalah, yaitu pada lafadz
ُّمٞۗۡ ّا َٰٓ أَ ََل َٰٓ إِنَّ َث مُو َد اْ َك َف ُر واْ َر َّب هٞۗ َك أ َن لَّمۡ ٌَ ۡغ َن ۡو اْ فٌِ َه ٙ١ أ َ ََل ب ُۡع ّٗد ا لِّ َث ُمو َد
" " َم ْج ٰرى َهاdalam QS. Hud: 41 :
ٰ َّللا َم ْج َّ إِنٞۚ َٰٓ رى َها َومُرْ س َها ِ َّ َو َقا َل ارْ َكبُو ْا ِف ٌْ َها ِبسْ ِم
- QS. al-Furqan:38
َربِّى لَ َغفُور رَّ حٌِم
ۡ ََو َع ّٗادا َو َثمُودَ ْا َوأ ك َ ب ٱلرَّ سِّ َوقُرُو ۢ َنا َب ٌۡ َن َذ ِل َ ص َح ٖ١ َكث ٌِّٗرا
Dalam kajian fonologi Arab, proses
- QS. an-Najm:51
٘ٔ َو َث ُمو َد ْا َف َما َٰٓ أَ ۡب َقى
- QS. al-Ankabut:38
perubahan
bunyi
tersebut
disebut dengan pergeseran bunyi, َٓ) dimiringkan/bergeser ke arah kasrah dimana
bunyi
fathah
(
(ِٓ ), sehingga bunyi yang terjadi
َو َع ّٗادا َو َث ُمو َداْ َو َقد َّت َبٌ ََّن لَ ُكم مِّن َّم َس ِكن ِِه ۡۖٓم
adalah bunyi antara vokal /a/ dan /i/
َّ َو َزٌ ََّن لَ ُه ُم ٱل ص َّدهُمۡ َع ِن َ ش ٌۡ َط نُ أَ ۡع َملَهُمۡ َف
yaitu /e/. Pergeseran bunyi tersebut
ٖ١ ٌن َ ٌل َو َكا ُنواْ م ُۡس َت ۡبصِ ِر ِ ٱلس َِّب
bersangkutan terdapat pada posisi
terjadi
karena
bunyi
yang
atau lingkungan yang berbeda. Yaitu karena
adanya
bunyi
dua
vokal
Dari beberapa data di atas dapat
berbeda yang berdekatan. Sehingga
disimpulkan bahwa tidak semua
bunyi yang terjadi /Majraaha/ menjadi
bacaan
/majreeha/.
gharib
menurut
Imam
Ashim yang ada dalam alquran mengalami
perubahan
bunyi,
seperti pada bacaan saktah
Dalam
Perubahan
Bunyi
dua macam: (1) pergeseran yang
yang
Terjadi pada Bacaan Gharib dalam
karena
bunyi
yang
bersangkutan terdapat pada posisi atau lingkungan yang berbeda, (2) pergeseran yang terjadi meskipun
Alquran Jika
fonologi
pergeseran bunyi ini dibagi menjadi terjadi
2. Proses
kajian
ditinjau
dari
proses
terjadinya perubahan bunyi menurut
posisi atau lingkungan bunyi tersebut tetap sama.14
kaidah fonologi Arab, maka perubahan bunyi yang terjadi pada bacaan-bacaan gharib dalam alquran dapat dianalisis sebagai berikut: 14
Kushartanti, dkk , Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), hlm.159-160.
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 67
b. Bacaan
isymam, seperti pada ْ َ dalam QS. Yusuf: 11 lafadz “”َل َتأ َم َّنا
ُف َوإِ َّنا لَهُۥ َ ك ََل َت ۡأ َ۬ َم َّنا َعلَى ٌُوس َ ََقالُو ْا ٌََٰٓأ َ َبا َنا َمال ٔٔ ُون َ لَ َنصِ ح Menurut
Umar,
proses
perubahan bunyi yang terjadi pada bacaan isymam di atas disebut dengan asimilasi, yaitu perubahan bunyi karena bersanding
dengan
bunyi
lainnya.15
Berdasarkan
yang kualitas
pengaruh suatu bunyi pada bunyi lain yang dipengaruhi maka asimilasi ini disebut
asimilasi
(mumaastalatu
c) Kesamaan makhraj tetapi berbeda sifat
karena
disebut
dengan
17
mutajannisain . Dalam surat Yusuf di atas َ yang berasal terdapat frasa “”َل َتأْ َم َّنا dari dua kata, yaitu َلتأمنdan نا. Di sini terdapat dua ن. Bunyi /ن/ yang pertama lebur ke dalam bunyi /ن/ yang
kedua.
Dalam
tajwid
ada
ketentuan pula, apabila dua bunyi mutamatsilain bertemu, maka wajib di-idgham-kan. Dengan َ terbentuklah “”َل َتأْ َم َّنا. Dan
komplit
alkuliyyah)
yang
langsung
jika
demikian,
didasarkan
tidaknya
bunyi
pada yang
bunyi yang dipengaruhi lebur menjadi
mempengaruhi dan yang dipengaruhi,
satu
yang
maka asimilasi yang terjadi ini disebut
dalam
dengan asimilasi langsung/ contact
idhom
assimilation
n
harus
tajaawwuriyah), karena antara fonem
bunyi
yang
yang mempengaruhi dan dipengaruhi
mempunyai
tidak ada fonem lain yang memisah.18
dengan
bunyi
mempengaruhi.Asimilasi bahasa
arab
disebut
.16Maksudnya,
bunyi
diasimilasikan
dengan
sesudahnya
karena
kesamaan
ini
atau
kedekatan,
(mumaastalatu
Sedangkan
baik
jika
didasarkan
makhraj maupun sifat, dengan bunyi-
pada cara artikulasi/tempat keluarnya
bunyi
huruf (makhraj), maka asimilasi ini
idgham.
Ada
tiga
macam
kesamaan dalam ilmu tajwid; yaitu: a) Kesamaan total dalam makhraj dan sifat yang disebut dengan mutamatsilain;
termasuk
asimilasi
cara
pengucapannya, karena bunyi yang berubah
mempunyai
kesamaan
makhraj.
b) Kesamaan atau kedekatan sifat makhraj
yang
disebut
dengan
mutaqaribain; dan 15
Ahmad Muhtar Umar. Diraasatus Shautil Lughawiy , (Cairo: Alamul Kutub, 1985), hlm. 20. 16 Anis, Ibrahim, Min Asraaril Lughah , (Cairo: Maktabah Anglo al- Mashriyyah, 1978 ), hlm. 178-190.
17
Nasution, Ahmad Sayuti Anshari, Fonetik & Fonologi Alquran, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 61-62. 18 Abdul Wahab Rasyidi. ‘Ilm al-Ashwat al-Nuthqiy, (Malang: UIN Malang Press, 2010), hlm.151.
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 68
c. Bacaan tashil, seperti pada lafadz " ًِ ّ " َء َ۬ا ۡع َجمQS.Fushshilat:44
d. Bacaan naql seperti pada lafadz " س ْاَلِ ْس ُم َ " ِب ْبpada QS. Al-Hujurat: 11.
ِّ َُولَ ۡو َج َع ۡل َن ُه قُ ۡر َءا ًنا أَ ۡع َج ِم ّٗ ٌّا لَّ َقالُو ْا لَ ۡو ََل ف صلَ ۡت ٌِن َءا َم ُنو ْا ه ُّٗدى َ ًّّ قُ ۡل ه َُو لِلَّذٞۗ ًِ َو َع َر ِب ّ َءا ٌَ ُت ُه ۖٓۥَٰٓ َء َ۬ا ۡع َجم ون ف ًَِٰٓ َء َاذان ِِهمۡ َو ۡقر َوه َُو َ ٌِن ََل ٌ ُۡؤ ِم ُن َ ء َوٱلَّذٞۚ َٰٓ َوشِ َفا َٰٓ ٗٗ ٖان َبعٌِد َ ًى أ ُ ْولَبٞۚ َعلَ ٌۡ ِهمۡ َعم ِ ۢ ِك ٌُ َناد َۡو َن مِن َّم َك
ٌِن َءا َم ُنو ْا ََل ٌَ ۡس َخ ۡر َق ۡوم مِّن َق ۡو ٍم َع َس َٰٓى أَن َ ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱلَّذ
Proses perubahan bunyi di sini
ۡ ُ س ٱِل ِۡس ُم ۡٱلفُس ۡ ِن َو َمن لَّمٞۚ ٱۡلٌ َم ِ ٓۖ ِب ۡٱۡلَ ۡل َق َ ب بِ ۡب ِ ُوق َب ۡع َد َٰٓ َّ ك ُه ُم ٔٔ ُون َ ٱلظلِم َ ٌَ ُت ۡب َفأ ُ ْولَ ِب
menurut fonologi Arab disebut dengan asimilasi. Berdasarkan urutan atau alur
bunyi
asimilasi
yang
ini
termasuk
asimilasi
(mumaastalatu
taqaddumiyyah),
yaitu
proses
berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sesudahnya. Dimana bunyi /ء/ yang pertama mempengaruhi bunyi hamzah sesudahnya, sehingga bunyi hamzah yang kedua lebur ke dalam bunyi hamzah yang kedua. Bacaan semula
aa’jamiyyun
dibaca
dibaca menjadi a’jamiyyun. Dan langsung
jika
didasarkan
tidaknya
bunyi
pada yang
mempengaruhi dan yang dipengaruhi, maka asimilasi yang terjadi ini disebut dengan asimilasi langsung /contact assimilation
(mumaastalatu
tajaawwuriyah), karena antara fonem yang mempengaruhi dan dipengaruhi tidak ada fonem lain yang memisah. Sedangkan
jika
didasarkan
pada cara artikulasi/tempat keluarnya huruf (makhraj), maka asimilasi ini termasuk
asimilasi
cara
pengucapannya, karena bunyi yang berubah makhraj.
ٌَ ُكنَّ َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنه ُۖٓنَّ َو ََل َت ۡل ِم ُز َٰٓو ْا أَنفُ َس ُكمۡ َو ََل َت َنا َب ُزو ْا
mempengaruhi
progresif
yang
ٌَ ُكو ُنو ْا َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنهُمۡ َو ََل ن َِسآَٰء مِّن ِّن َسا َٰٓ ٍء َع َس َٰٓى أَن
mempunyai
kesamaan
Proses perubahan bunyi yang terjadi disini mengalami dua proses. Yang pertama jika didasarkan pada urutan
atau
alur
bunyi
yang
mempengaruhi, maka terjadi proses asimilasi
regresif
raj’iyyah),
dimana
(mumaastalatu terjadi
proses
berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi
sebelumnya,
yaitu
bunyi
konsonan lam mempengaruhi bunyi hamzah al ta‟rif, sehingga bunyi hamzah al ta‟rif melesap menjadi bunyi konsonan lam. Selain itu jika didasarkan pada langsung
tidaknya
bunyi
yang
mempengaruhi dan dipengaruhi maka juga terdapat proses asimilasi tidak langsung/distant
assimilation
(mumaastalatu tabaa’udiyyah) karena adanya dua hamzah washal, yakni hamzah al ta‟rif dan hamzah ismu yang mengapit lam, sehingga kedua hamzah
tersebut
apabila
disambung
tidak
terbaca
dengan
kata
sebelumnya. Sebagaimana diketahui bahwa yang dimaksud asimilasi tidak langsung
adalah
asimilasi
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 69
yang
terjadi jika ada fonem lain yang
Proses
memisah
yang
terjadi yaitu jika dibaca waqaf pada
yang
lafadz ( ٓۖ ت ِ َ )فِى ٱل َّس َموmaka huruf ta’
Sedangkan proses yang kedua
mati dan hamzah mati diganti ya’ (ِا ٌْ ُتونِى ۖ ْس ٰم ٰوت َّ )فِى ٱلsedangkan
adalah metatesis (dzahiratu alnaqli
apabila dibaca washal tidak ada
almakaaniy),
perubahan.
antara
mempengaruhi
fonem dan
19
dipengaruhi.
penukaran
dimana tempat
terjadi
(urutan)
suatu
perubahan
bunyi
yang
vokal sukun pada konsonan hamzah
ُ ْص ُ وَ ٌَبdan 2) Badal صdengan ط ( س ْ )ب َص َط ًة
ismu dengan bunyi vokal kasrah pada
Yaitu mengganti bunyi shad ()ص
konsonan lam, sehingga bunyi yang
dengan siin ( )س, sebagian imam
terjadi dari bi’sa al ismu menjadi
qira’ah
bi’salismu.
mengganti
20
vokal dengan vokal lain , yaitu bunyi
termasuk
Imam
صdengan
Ashim سpada
ُ ْص ُ َو ٌَبdalam QS. Alط ْ ب Baqarah : 245 dan lafadz َص َط ًة lafadz
e. Badal (Mengganti) Diantara lafadz - lafadz yang termasuk
badal
dalam
Al-Qur‟an
menurut Imam Ashim riwayat Hafs
dalam QS. Al-A‟raf : 69.
َّ ض ً ٱَّلل َ َق ۡر ُ مَّن َذ ا ٱلَّ ِذ ي ٌ ُۡق ِر ض ا َح َس ّٗن ا َّ ة َوّٞۚٗ ض َع ّٗافا َك ثٌِ َر ۡ َض ِع َف هُۥ لَ ُهۥَٰٓ أ ُٱَّلل ُ ٌَ ۡق ِب ض َ ٌُ َف
yaitu :
ُ َو ٌَ ۡب ٕٗ٘ ُون َ ص ُط َو إِلَ ٌۡ ِه تُ ۡر َجع
1) Badal ءdengan ت ا ْب ُت ْونًِْ ( ي ِ )فًِ السَّمو Yaitu
mengganti
hamzah
mati/sukun ( ) ْءdengan ya‟ ((ي, sebagian
besar
imam
qira’ah
sepakat mengganti hamzah qatha’ yang lafadz
tidak
menempel
sebelumnya
dan
dengan jatuh
ج ۡب ُت مۡ أَن َج ا َٰٓ َء ُك مۡ ذ ِۡك ر مِّن َّر ِّب ُك مۡ َع لَى ِ أَ َو َع ۡم َو ۡٱذ ُك ُر َٰٓو اْ إِ ۡذ َج َع لَ ُكمٞۚۡ َر ُج ٖل مِّن ُك مۡ لٌُِن ِذ َر ُك وح َو َز ا َد ُك مۡ فًِ ۡٱل َخ ۡل ِق ٖ ُُخ لَ َف ا َٰٓ َء ِم ۢن َب ۡع ِد َق ۡو ِم ن ۡ َب َّ ص َط ۖة َف ۡٱذ ُك ُر َٰٓو اْ َء َاَل َٰٓ َء ٙ٦ ُون َ ٱَّللِ لَ َع ل َّ ُك مۡ تُ ۡف لِح
sesudah hamzah washal dengan alif layyinah ()ى. Contoh pada QS. Al-Ahqaf : 4,
…ب ٍ ۢ ت ۖ ٱ ْب ُتونِى ِب ِك َت ِ ٱلس ٰم ٰو َّ …أَ ْم لَ ُه ْم شِ رْ ٌۭك فِى
َُصٌْطِ ُرون َ ۣ ٱ ْلم dalam QS. At-Thur : 37, huruf ص Adapun
pada
lafadz
boleh tetap dibaca shad dan boleh dibaca siin
َ ك أَمۡ ُه ُم ۡٱل ُم ٖ٣ َص ٌۡطِ رُون َ أَمۡ ِعن َدهُمۡ َخ َزآَٰبِنُ َر ِّب Jadi proses perubahan bunyi yang terjadi pada badal di atas, pertama
19
Ibid., Abdul Chaer. Linguistik (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 136. 20
Umum,
berdasarkan urutan atau alur bunyi
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 70
yang
mempengaruhi,
adalah
f. Lafadz-lafadz yang dibaca pendek
asimilasi regresif (mumaastalatu
ketika washal dan panjang ketika
21
raj’iyyah),
dimana terjadi proses
berpengaruhnya pada
bunyi
sebuah
bunyi
sebelumnya,
yaitu
waqaf ( قصرdan )مد 1) Lafadz ()اَ َنا, sebagaimana dalam
bunyi konsonan /ط/ mempengaruhi
ayat-ayat berikut ini:
bunyi konsonan sebelumnya, yaitu
- QS. an-Nahl: 2
/ص/, sehingga bunyi /ص/ di sini
َٰٓ ۡ وح م ِۡن أَ ۡم ِرهِۦ َعلَى َمن ِ ٌُ َن ِّز ُل ٱل َملَ ِب َك َة بِٱل ُّر
berubah menjadi bunyi konsonan /س/. Jadi mushaythiruun menjadi
َٰٓ َ ٌَ َشا َٰٓ ُء م ِۡن عِ َبا ِد ِه َٰٓۦ أَ ۡن أَن ِذر َُٰٓو ْا أَ َّنهُۥ َل إِلَ َه إِ ََّلَٰٓ أَ َنا
musaythiruun. Karena ada fonem lain
yang
memisahkan
ٕ ون ِ َُفٱ َّتق
antara
fonem yang dipengaruhi / ص/ dan yang
mempengaruhi
/ط/,
yaitu
fonem /ay/, maka di sini muncul perubahan bunyi dengan
yang
asimilasi
langsung/distant
disebut tidak
assimilation
(mumaastalatu tabaa’udiyyah).
- QS. az-Zuhruf: 81:
١ٔ ٌِن َ ان لِل َّر ۡح َم ِن َولَد َفأ َ َنا أَ َّو ُل ۡٱل َع ِبد َ قُ ۡل إِن َك 2) Lafadz ( ) ٰل ِك َّنا Ada
juga
membacanya
lafadz
yang
cara
ف ٍ ضُع- ;(ضُعفا
sama dengan lafadz اَ َناyaitu lafadz ل ِك َّنا, yakni apabila lafadz ل ِك َّناdibaca
dlo‟fin – dlo‟fan boleh dibaca dlu‟fin
washal maka nun harus dibaca
– dlu‟fan; seperti dalam QS.ar
pendek( َّ)لكِن,
Ruum:54
dibaca waqaf maka nun tetap dibaca panjang ()ل ِك َّنا. Sebagaimana
3) Badal fathah dengan dlammah (ً ضعفا ٍ ضع َ - ف َ
َّ ض ۡعف ُث َّم َج َع َل ِم ۢن َ ۞ٱَّلل ُ ٱلَّذِي َخلَ َق ُكم مِّن ض ۡعفا ٖ ض ۡع َ ٖف قُوَّ ّٗة ُث َّم َج َع َل ِم ۢن َب ۡع ِد قُوَّ ة َ َب ۡع ِد َ ٌَ ة ٌَ ۡخل ُ ُق َماّٞۚٗ َو َش ٌۡ َب ٘ٗ ُء َوه َُو ۡٱل َعلٌِ ُم ۡٱل َقدٌِ ُرٞۚ َٰٓ شا Jadi proses perubahan bunyi yang terjadi yaitu antara bunyi-bunyi vokal, dimana bunyi vokal /a/ diganti dengan bunyi vokal /u/.
hampir
sedangkan
apabila
yang terdapat pada QS. Al-Kahfi : 38
َّ ٰلَّ ِك َّنا ه َُو َٰٓ َ ٱَّلل ُ َر ِّبً َو ُ َل أ ُ ۡش ِر ٖ١ ك ِب َرب ًَِّٰٓ أَ َح ّٗدا kecuali
dalam surat al Qoshosh:45, (ّ ولكناّ ) ولكنا, na-nya tetap dibaca panjang
ّٗ َو ٰلَ ِك َّنا أَن َش ۡأ َنا قُر ُر َو َماٞۚ ُونا َف َت َط َاو َل َعلَ ٌۡ ِه ُم ۡٱل ُع ُم او ٌّٗا ف ًَِٰٓ أَ ۡه ِل َم ۡد ٌَ َن َت ۡتلُو ْا َعلَ ٌۡ ِهمۡ َءا ٌَتِ َنا ِ ُكنتَ َث
21
Marsono, Fonetik, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999), hlm. 108.
ٗ٘ ٌِن َ َولَ ِك َّنا ُك َّنا م ُۡرسِ ل
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 71
3) Lafadz ( َق َو ِار ٌْ َرا، ال ُّظ ُن ْو َنا،س ْو ََل ُ الر َّ )
- قوارٌرا*قوارٌرا...
Sebagian ulama qurra’ membaca lafadz-lafadz
diatas
dengan
harakat tanwin, sedangkan qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs tidak memakai
harakat
tanwin
pada
lafadz-lafadz tersebut. Dan apabila membaca
waqaf
lafadz
tersebut,
Ashim
riwayat
menyertakan panjang,
alif
pada
lafadz-
qira’ah
Imam
Hafs
tetap
atau
dibaca
sedangkan
tidak
menyertakan (membaca) alif atau dibaca terakhir
pendek
apabila
lafadz-lafadz
huruf
tersebut
diwashalkan.
- Jika waqof (berhenti) di akhir ayat 15, ro-nya dibaca panjang; - Awal ayat 16, ro-nya dibaca pendek; - Jika dibaca washol (disambung), kedua ro-nya dibaca pendek; - Jika waqof (berhenti) di qowariiro yang kedua, ro-nya dibaca sukun Contohnya di QS ad Dahr atau al Insan: 15-16
اب َكا َن ۡت ٖ َو ٌُ َطافُ َعلَ ٌۡ ِهم ِب َانٌَِةٖ مِّن ِفضَّةٖ َوأَ ۡك َو ّٗ ضةٖ َق َّدرُو َها َت ۡقد ٌِرا َّ ٌِر ْا ِمن ف َ ار َ ار ِ ٌرا ٘ٔ* َق َو ِ َق َو ٔٙ
- ( الذنونا*هنالك هنالك- )الظنونseperti - Jika dibaca washol (disambung),
dalam QS. al-Ahzab: 10-11
إِ ۡذ َجآَٰءُو ُكم مِّن َف ۡو ِق ُكمۡ َوم ِۡن أَ ۡس َف َل مِن ُكمۡ َوإِ ۡذ
la-nya
ۡٱل َح َنا ِج َر
ُت ۡٱلقُلُوب ِ َص ُر َو َبلَغ ِ ََزاغ َ ت ۡٱۡلَ ۡب
dibaca sukun atau panjang 1 alif,
ُ َو َت ًَِ ٱَّلل ٱل ُّظ ُنو َنا ٓٔ* ُه َنالِ َك ۡٱب ُتل ِ َّ ون ِب َ ظ ُّن
) سًلسلseperti dalam surat ad
َ ۡٱلم ُۡؤ ِم ُنو َن َو ُز ۡل ِزلُو ْا ِز ۡل َز ّٗاَل ٔٔ شد ٌِّٗدا - ( الرسوَل* وقالوا وقالوا- الرسولdan السبٌال * ربنا السبٌل- )ربناseperti
dibaca
pendek,
jika
terpaksa waqof (berhenti) , boleh salaasil – salaasila )( سًلسًل Dahr atau al Insan: 4
ٗ س ٰلَسِ َالْ َوأَ ۡغلَ ًّٗل َو َس ِعٌرً ا َ ٌن َ إِ َّنا َٰٓ أَ ۡع َت ۡد َنا ل ِۡل َكف ِِر g. Huruf mad alif ( )اyang dibaca
dalam QS. al-Ahzab:66-67
pendek.
َٰٓون ٌَلَ ٌۡ َت َنا َ ُار ٌَ ُقول ِ ٌَ ۡو َم ُت َقلَّبُ وُ جُو ُههُمۡ فًِ ٱل َّن
1) Fa‟ nya dibaca pendek, ) أفابن ( أفبنdalam QS. Ali Imron: 144
َ س َٰٓ* َو َقالُو ْا َر َّب َنا َٰٓ إِ َّنا٦٦ وَل ُ ٱلر َّ ٱَّلل َوأَ َط ۡع َنا َ َّ أَ َط ۡع َنا
َو َما م َُح َّمد إِ ََّل َرسُول َق ۡد َخ َل ۡت ِمن َق ۡبلِ ِه
*٦٦ ٱلس ِب ٌَال َّ ضلُّو َنا َ َ أَ َط ۡع َنا َسادَ َت َنا َو ُك َب َرآَٰ َء َنا َفأ
ُل أَ َفإ ِ ٌْن مَّاتَ أَ ۡو قُ ِت َل ٱن َقلَ ۡب ُتمۡ َعلَ َٰٓىٞۚ ٱلرُّ ُس
ب َو ۡٱل َع ۡنهُمۡ لَ ۡع ّٗنا ِ َر َّب َنا َٰٓٓ َءات ِِهمۡ ضِ ۡع َف ٌۡ ِن م َِن ۡٱل َع َذا
َّ َّم َو َمن ٌَن َقل ِۡب َعلَى َعقِ َب ٌۡ ِه َفلَن ٌَضُرٞۚۡ أَ ۡع َق ِب ُك َٱَّلل
ٙ١ َك ِب ٌّٗرا
َّ ّا َو َس ٌَ ۡج ِزيٞۗ ٌّٗ ۡ َش َّ ٱَّلل ُ ٱل ٔٗٗ ٌن َ شك ِِر
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 72
6) Semua tulisan wa, yang diikuti alif,
من نبائ ( 2) Ba‟nya dibaca pendek,
wa-nya dibaca panjang, kecuali:
) dalam QS al-An‟am: 34من نبا
), dalam QS. ar-Ra‟du:لتتلولتتلوا ( -
ص َبرُو ْا َعلَى َما ك َف َ َولَ َق ۡد ُك ِّذ َب ۡت ُرسُل مِّن َق ۡبلِ َ
30
ُك ِّذبُواْ َوأ ُ ُ وذواْ َح َّت َٰٓى أَ َتىهُمۡ َن ۡ ص ُر َن ۚٞا َو ََل ُم َب ِّد َل
ك ف ًَِٰٓ أُمَّةٖ َق ۡد َخلَ ۡت ِمن َق ۡبلِ َهآَٰ أ ُ َمم ك أَ ۡر َس ۡل َن َ َك َذ لِ َ
ٌِن ت َّ ِۚٞ لِ َكلِ َم ِ ي ۡٱلم ُۡر َسل َ ك ِمن َّن َبإِ ْ ٱَّلل َولَ َق ۡد َجا َٰٓ َء َ
ُون ك َوهُمۡ ٌَ ۡكفُر َ لِّ َت ۡتل ُ َو ْا َعلَ ٌۡ ِه ُم ٱلَّ ِذ َٰٓي أَ ۡو َح ٌۡ َنا َٰٓ إِلَ ٌۡ َ
ٖٗ
ِبٱل َّر ۡح َم ِۚ ٞن قُ ۡل ه َُو َربًِّ ََلَٰٓ إِلَ َه إِ ََّل ه َُو َعلَ ٌۡ ِه
3) Semua tulisan malaaihim, la- nya
َت َو َّك ۡل ُ ب ٖٓ ت َوإِلَ ٌۡ ِه َم َتا ِ
) dalamملبهممالبهم ( dibaca pendek
), dalam QS. alلن ندعو لن ندعوا( - Kahfi: 14
QS. Yunus: 83
َف َما َٰٓ َءا َم َن لِمُو َس َٰٓى إِ ََّل ُذرِّ ٌَّة مِّن َق ۡو ِمهِۦ َعلَى
َو َر َب ۡط َنا َعلَى قُلُوبِ ِهمۡ إِ ۡذ َقامُو ْا َف َقالُو ْا َر ُّب َنا َربُّ
َل ٌْ ِهمۡ أَن ٌَ ۡف ِت َنه ُۡۚٞم َوإِنَّ َخ ۡو ٖ ف مِّن ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ
ض لَن َّن ۡد ُع َواْ ِمن ُدو ِن ِهۦَٰٓ إِلَهّٗ ۖٓا ٱل َّس َم َو ِ ت َو ۡٱۡلَ ۡر ِ
ٌِن ض َوإِ َّنهُۥ لَم َِن ۡٱلم ُۡس ِرف َ ال فًِ ۡٱۡلَ ۡر ِ ف ِۡر َع ۡو َن لَ َع ٖ
لَّ َق ۡد قُ ۡل َنا َٰٓ إِ ّٗذا َش َط ًطا ٗٔ
ٖ١
QS.
dalam
(,
نبلوا
نبلو
(
-
Muhammad: 31
َو لَ َن ۡب ل ُ َو َّن ُك مۡ
َن ۡع لَ َم
َح َّت ى
ٌِن ۡٱلم َُج ِه د َ
4) Semua tulisan malaaihii, la-nya ) dalamملبه مالبه ( dibaca pendek QS.al-Mu‟minun: 46
ِم ن ُك مۡ
َل ٌْهِۦ َف ۡ ٱس َت ۡك َبرُو ْا َو َكا ُنو ْا َق ۡومًا إِلَى ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ
ٌن َو َن ۡب ل ُ َو اْ أَ ۡخ َب ا َر ُك مۡ ٖٔ َو ٱل َّ ص بِ ِر َ
ٌِن ٗٙ َعال َ ) , dalam QS. arلٌربو لٌربوا( - Ruum:39
اس َف ًَل َو َمآَٰ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن رِّ ّٗبا لِّ ٌَ ۡر ُب َو ْا ف ًَِٰٓ أَ ۡم َو ِل ٱل َّن ِ ون ٱَّلل َو َما َٰٓ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن َز َكوةٖ ُت ِرٌ ُد َ ٌَ ۡربُو ْا عِ ن َد َّ ۖٓ ِ َٰٓ ك ُه ُم ۡٱلم ۡ ون ٖ٦ ُض ِعفُ َ ٱَّلل َفأ ُ ْولَ ِب َ َو ۡج َه َّ ِ QS.
dalam
,
(لٌبلو
مابتٌن ) 5) Mim-nya dibaca pendek ( dalam QS. alمبةمابة ) ) danمبتٌنAnfal: 65
ال إِن ض ۡٱلم ُۡؤ ِمن َ ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱل َّن ِبًُّ َحرِّ ِ ٌِن َعلَى ۡٱل ِق َت ِۚ ٞ ُون ٌَ ۡغلِبُو ْا ِماْ َب َت ٌۡ ِن ص ِبر َ ُون َ ٌَ ُكن مِّن ُكمۡ عِ ۡشر َ
لٌبلوا( -
Muhammad:4
ب َح َّت َٰٓى إِ َذآَٰ ب ٱلرِّ َقا ِ ض ۡر َ ٌِن َك َفرُو ْا َف َ َفإِ َذا لَقٌِ ُت ُم ٱلَّذ َ
ٌِن َوإِن ٌَ ُكن مِّن ُكم ِّماْ َبة ٌَ ۡغلِب َُٰٓو ْا أَ ۡل ّٗفا م َِّن ٱلَّذ َ ُون ٘ٙ َك َفرُو ْا ِبأ َ َّنهُمۡ َق ۡوم ََّل ٌَ ۡف َقه َ
أَ ۡث َخن ُتمُوهُمۡ َف ُ شدُّو ْا ۡٱل َو َثاقَ َفإِمَّا َم ۢ َّنا َب ۡع ُد َوإِمَّا ِف َدآَٰ ًء OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 73
َّ ك َولَ ۡو ٌَ َشآَٰ ُء َ ٓۖ ا َذ ِلٞۚ ار َه َ ض َع ۡٱل َح ۡربُ أَ ۡو َز َ َح َّتى َت ُ ٱَّلل
Sebagaimana diketahui vokal
ّٞۗ ٖ ض ُكم ِب َب ۡع ض َ ص َر م ِۡنهُمۡ َولَكِن لِّ ٌَ ۡبلُ َو ْا َب ۡع َ َلَن َت
panjang atau mad adalah vokal yang
ٗ ۡٱَّلل َفلَن ٌُضِ َّل أَ ۡع َملَهُم ِ َّ ٌل َ َوٱلَّذ ِ ٌِن قُ ِتلُو ْا فًِ َس ِب
memerlukan tempo dua kali dari
pada
saat
pengucapannya
tempo mengucapkan vokal pendek. 7) Semua tulisan tsamuuda, da-nya dibaca
pendek,
jika
Para
ulama
ahli
bahasa
Arab
terpaksa
menamakan vokal panjang ini dengan
waqof (berhenti), da-nya dibaca
huruf mad yang terdiri dari tiga. Yaitu
sukun (mati), tsamuud ( ثمودا ثمود
alif yang didahului oleh fathah, seperti
) seperti dalam:
كما، جاء، قام. Kemudian wawu yang
- QS. Huud: 68
didahului oleh dhammah misalnya,
َٰٓ َ َّا َٰٓ أٞۗ َكأَن لَّمۡ ٌَ ۡغ َن ۡو ْا ِفٌ َه ُّم أَ ََلٞۗۡ َل إِنَّ َثمُودَ ْا َك َفرُو ْا َر َّبه
نور، سرورdan yang terakhir adalah ya’
ٙ١ ب ُۡع ّٗدا لِّ َث ُمو َد
yang didahului oleh kasrah seperti ،قٌل مؤمنٌن.22 3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
- QS. al-Furqan:38
ۡ ََو َع ّٗادا َو َثمُودَ ْا َوأ ك َ ب ٱلرَّ سِّ َوقُرُو ۢ َنا َب ٌۡ َن َذ ِل َ ص َح
Perubahan
Bunyi
pada
Bacaan
Gharib dalam Alquran
ٖ١ َكث ٌِّٗرا
Dari hasil analisis data yang dilakukan
- QS. an-Najm:51
٘ٔ َو َث ُمو َد ْا َف َما َٰٓ أَ ۡب َقى
peneliti
terhadap
bacaan-
bacaan gharib menurut Imam Ashim dalam
ayat-ayat
alquran,
ditemukan
- QS. al-Ankabut:38
beberapa faktor yang melatarbelakangi
َو َع ّٗادا َو َثمُودَ ْا َو َقد َّت َبٌ ََّن لَ ُكم مِّن َّم َس ِكن ِِه ۡۖٓم َو َزٌ ََّن
terjadinya
ٌل َو َكا ُنو ْا َ لَ ُه ُم ٱل َّش ٌۡ َطنُ أَ ۡع َملَهُمۡ َف ِ ص َّدهُمۡ َع ِن ٱلس َِّب ٖ١ ٌن َ م ُۡس َت ۡبصِ ِر Proses perubahan bunyi yang
perubahan
bunyi
dari
a. Bacaan Imalah, seperti dalam QS. Huud:41
َّ ۞و َقا َل ۡٱر َكبُو ْا فٌِ َها ِب ۡسم َٰٓ اٞۚ ر ٰى َها َوم ُۡر َسى َهٜ ٱَّللِ َم ۡج َ ِ ٗٔ إِنَّ َربًِّ لَ َغفُور رَّ حٌِم
harakat Faktor
thawilah (mad) berupa huruf alif ( )ا yang dibaca panjang menjadi harakat qashirah berupa bunyi fathah ( َٓ ) yang dibaca pendek. Kecuali bunyi wawu yang diikuti alif dalam lafadzlafadz; لِّ َت ۡتل ُ َو ْا, لَن َّن ۡدع َُو ْا, و َن ۡبل ُ َو ْا, َ لٌِّ َۡرب َُو ْا, dan لٌِّ َۡبل ُ َو ْا
pada
bacaan-bacaan gharib sebagai berikut:
terjadi pada lafadz-lafadz di atas yaitu perubahan
bunyi
yang
mempengaruhi
adanya perubahan bunyi dari bacaan imalah ini diantaranya adalah adanya perbedaan alat ucap pada setiap 22
Kamal Muhammad Bisyr. Al-Ashwat al-Lughawiyah, (Kairo, Makttabah as-Syabab, 1990) I, hlm. 85.
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 74
bangsa.
Perbedaan
ini
biasanya
terjadi secara turun menurun atau diwariskan. faktor
Dan
sosial,
/ق/ dengan [g], seperti jamal [yamal], qolam [golam].
disebabkan oleh juga
imalah dalam tinjauan fonologi Arab
geografis.
adalah karena adanya faktor interaksi
Contohnya adanya beberapa lahjah
antar bunyi dalam satu kata. Adanya
(dialek) yang kita temukan dalam
interaksi bunyi, disebabkan adanya
bahasa Arab. Seperti lahjah Iraq,
bunyi-bunyi yang berdekatan dalam
Syam, Najd, Hijaz, Yaman, Mesir dan
kata. Baik itu antara bunyi konsonan
pengaruh
psikis,
dan
Selain itu penyebab terjadinya
lingkungan
23
sebagainya.
Sedangkan
bacaan
maupun vokal, yang berbeda makhraj
imalah terjadi pada dialek bahasa
ataupun yang sama. Dalam kasus
Arab
suku
imalah ini interaksi yang terjadi yaitu
Tamim, Qays dan Asad. Sedangkan
antara bunyi vokal, dimana terjadi
menurut Umar faktor ini termasuk
tarik menarik antara dua harakat yang
dalam prinsip keseimbangan. Dalam
berbeda, yaitu tarik menarik antara
hal ini perkembangan bunyi bahasa
fathah /a/ dengan kasrah /i/, sehingga
sangat dipengaruhi oleh dialek dari
bunyi yang terjadi bukan fathah dan
setiap komunitas bahasa. Martinet
bukan kasrah tetapi bunyi lain, yaitu
mengemukakan
/e/.25
penduduk
Najd
dari
24
perkembangan
bahwa kebahasaan
tidak
terjadi karena kebetulan atau karena fenomena yang tidak saling terkait. Perkembangan itu ternyata tunduk
b. Bacaan Isymam , seperti pada َ dalam QS. Yusuf: 11 lafadz “”َل َتأْ َم َّنا
pada aturan atau konvensi tertentu.
ُف َوإِ َّنا لَهُۥ َ ك ََل َت ۡأ َم َّنا َعلَى ٌُوس َ ََقالُو ْا ٌََٰٓأ َ َبا َنا َمال
Salah satu bukti dari pernyataan itu,
ٔٔ ُون َ لَ َنصِ ح
dialek Cairo yang mengucapkan /ج/ dengan [g] tidak mengucapkan /ق/
Penyebab terjadinya
isymam
dengan [g] tetapi dengan [?], seperti
dalam tinjauan fonologi Arab adalah
جدال/jidal/ [gidal] „debat‟ dan قلم/qolam/
karena adanya faktor interaksi antar
[?lam]
„pena‟.
bunyi
Yaman
yang
Sebaliknya,
dialek
mengucapkan
dalam
satu
kata,
Adanya
/ج/
interaksi bunyi, disebabkan adanya
dengan [y], bukan [g], mengucapkan
bunyi-bunyi yang berdekatan dalam kata. Baik itu antara bunyi konsonan maupun vokal, yang berbeda makhraj
23
Ali Wafa, „Abdul Wahid, „Ilmu alLughah, (Kairo: al-Maktabah al-Ahliyah, 1962), hlm. 289. 24 Nasution, Ahmad Sayuti Anshari, Fonetik & Fonologi Alquran, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 69.
ataupun yang sama.
25
Nasution, Ahmad Sayuti Anshari, Bunyi Bahasa, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 93.
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 75
c. Bacaan Tashil, seperti dalam QS.
menurut
Gurtius
Fushshilat:44
perkembangan
ِّ َُولَ ۡو َج َع ۡل َن ُه قُ ۡر َءا ًنا أَ ۡع َج ِم ّٗ ٌّا لَّ َقالُو ْا لَ ۡو ََل ف صلَ ۡت َءا ٌَ ُت ُه ۖٓ َٰٓۥ
dipengaruhi
ءٞۚ ٌَِٰٓن َءا َم ُنو ْا ه ُّٗدى َوشِ َفا َ ًّّ قُ ۡل ه َُو ِللَّذٞۗ َءا ۡع َجمًِّ َو َع َر ِب
sesuatu,
ۡون ف ًَِٰٓ َءا َذان ِِهمۡ َو ۡقر َوه َُو َعلَ ٌۡ ِهم َ ٌِن ََل ٌ ُۡؤ ِم ُن َ َوٱلَّذ
manusia
Whitney,
bunyi oleh
untuk
bahasa
kecenderungan
melakukan
segala
termasuk
dalam
mengucapkan bunyi bahasa. Ketika berbicara
dengan
orang
lain
َٰٓ ۡ ك ٌُ َن ٗٗ ٖان َبعٌِد َ ًى أ ُ ْولَ ِبٞۚ َعم ِ ۢ ادَو َن مِن َّم َك
seseorang akan selalu mencari cara
Alasan lafadz َءاَعْ جَ مِىdibaca
Pedukung teori ini mengemukakan
tashil, juga disebabkan adanya faktor
bahwa perkembagan bunyi bahasa
interaksi antar bunyi dalam satu kata,
terjadi secara spontan, tanpa disadari.
Adanya interaksi bunyi, disebabkan
Ketika seseorang mengucapkan bunyi
adanya bunyi-bunyi yang berdekatan
bahasa
dalam kata. Baik itu antara bunyi
memperingan, ia tidak merasa bahwa
konsonan
yang
ia telah melakukan perubahan pada
berbeda makhraj ataupun yang sama,
bunyi bahasa yang diucapkan. Jadi
yaitu karena adanya dua hamzah
proses
qatha’ bertemu dan berurutan pada
spontan.
maupun
vokal,
satu lafadz, bagi lisan orang Arab merasa
berat
sehingga
pengujaran
yang
paling
tertantu
tersebut
terjadi
mudah.
dengan
secara
d. Bacaan naql seperti pada QS.al-
melafadzkannya,
lafadz
tersebut
bisa
Hujurat: 11.
ditashilkan (diringankan). Faktor ini oleh Umar disebut dengan prinsip efisiensi tenaga (The Low Of Least Effort). Dalam bahasa lisan, setiap pembicara cenderung memilih cara yang paling efisien, dalam arti mencari yang lebih mudah dengan
hasil
maksimal.
Dengan
ٌِن َءا َم ُنو ْا ََل ٌَ ۡس َخ ۡر َق ۡوم مِّن َق ۡو ٍم َع َس َٰٓى أَن َ ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱلَّذ ٌَ ُكو ُنو ْا َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنهُمۡ َو ََل ِن َسآَٰء مِّن ِّن َسآَٰ ٍء َع َس َٰٓى أَن ٌَ ُكنَّ َخ ٌۡ ّٗرا م ِّۡنه ُۖٓنَّ َو ََل َت ۡل ِم ُز َٰٓو ْا أَنفُ َس ُكمۡ َو ََل َت َنا َب ُزو ْا ۡ ُ س ٱَل ِۡس ُم ۡٱلفُس ۡ ِن َو َمن لَّمٞۚ ٱۡلٌ َم ِ ٓۖ ِب ۡٱۡلَ ۡل َق َ ب ِب ۡب ِ ُوق َب ۡع َد َٰٓ َّ ِك ُه ُم ٔٔ ون َ ٱلظلِ ُم َ ٌَ ُت ۡب َفأ ُ ْو َلب
prinsip ini seorang pembicara akan mengganti fonem-fonem yang dirasa berat untuk diucapkan dengan fonem yang lebih mudah selama hal itu memudahkan
dan
tidak
merubah
makna. Sedangkan Anis dalam teori kemudahannya mengatakan bahwa
Alasan dibaca naql pada lafadz اْلسام ِ اadalah juga disebabkan adanya faktor interaksi antar bunyi dalam satu kata. Adanya interaksi bunyi disebabkan adanya bunyi-bunyi yang berdekatan dalam kata. Baik itu antara
bunyi
konsonan
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 76
maupun
vokal, yang berbeda makhraj ataupun
kedua bunyi tersebut berada dalam
yang sama, yaitu karena adanya dua
satu makhraj, yaitu konsonan alveolar
hamzah washal, yakni hamzah al
( )لثوٌةyang terdiri dari ص، س، ر، ز.
ta’rif
Dan
dan
mengapit
hamzah lam,
ismu
yang
sehingga
hamzah
tersebut
apabila
disambung
tidak
untuk
memudahkan
dalam
kedua
pengucapan, dimana factor ini oleh
terbaca
Umar disebut dengan prinsip efisiensi
dengan
kata
sebelumnya.
tenaga (The Low Of Least Effort). Dalam bahasa lisan, setiap pembicara cenderung memilih cara yang paling
e. Badal (Mengganti)
efisien, dalam arti mencari yang lebih
1) Badal ءdengan ًِْت ا ْب ُت ْون ِ )ي (فًِ السَّمو
mudah
dengan
hasil
maksimal.
Dengan prinsip ini seorang pembicara
pada QS. Al-Ahqaf : 4,
…ب ٍ ۢ ت ۖٓ ٱ ْب ُتونِى ِب ِك َت ِ …أَ ْم لَ ُه ْم شِ رْ ٌۭك فِى ٱلسَّمو
akan mengganti fonem-fonem yang
ُ ْص ُ َو ٌَبdan 2) Badal صdengan ط( س ْ ) بdalam QS. Al-Baqarah : 245 َص َط ًة
fonem yang lebih mudah selama hal
ْ ب dan lafadz َص َط ًة
dalam QS. Al-
dirasa berat untuk diucapkan dengan itu memudahkan dan tidak merubah makna. Sedangkan Anis mengatakan
A‟raf : 69.
bahwa
ُض ِع َفهُۥ َ ٌٱَّلل َق ۡرضً ا َح َس ّٗنا َف َ َّ ُمَّن َذا ٱلَّ ِذي ٌ ُۡق ِرض
perkembangan
ُ ص ُ ٱَّللُ ٌَ ۡق ِبضُ َو ٌَ ۡب َّ ة َوّٞۚٗ ٌِر ۡ َلَ ُهۥَٰٓ أ ط َوإِلَ ٌۡ ِه َ ض َع ّٗافا َكث ٕٗ٘ ُون َ ُت ۡر َجع
menurut
dipengaruhi manusia
Whitney,
bunyi
bahasa
oleh
untuk
sesuatu,
Gurtius
kecenderungan
melakukan
termasuk
segala dalam
mengucapkan bunyi bahasa. Ketika
أَ َو َع ِج ۡب ُتمۡ أَن َجا َٰٓ َء ُكمۡ ذ ِۡكر مِّن رَّ ِّب ُكمۡ َعلَى َرج ُٖل
berbicara
م َو ۡٱذ ُكر َُٰٓو ْا إِ ۡذ َج َعلَ ُكمۡ ُخلَ َفا َٰٓ َء م ِۢن َب ۡع ِدٞۚۡ مِّن ُكمۡ لٌُِنذ َِر ُك
pengujaran
dengan
orang
lain
seseorang akan selalu mencari cara yang
paling
mudah.
ۡ َق ۡوم ُنوح َو َزادَ ُكمۡ فًِ ۡٱل َخ ۡلق َب ْص َط ّٗۖٓة َف ۡٱذ ُكر َُٰٓوا ِ ِ ٖ
Pedukung teori ini mengemukakan
ٙ٦ ُون َ ٱَّلل لَ َعلَّ ُكمۡ ُت ۡفلِح ِ َّ َء َاَلَٰٓ َء
terjadi secara spontan, tanpa disadari.
bahwa perkembagan bunyi bahasa Ketika seseorang mengucapkan bunyi
Sebab-sebab digantinya huruf
bahasa
tertantu
dengan
shad dengan siin pada kedua lafadz
memperingan, ia tidak merasa bahwa
tersebut, selain karena disebabkan
ia telah melakukan perubahan pada
adanya faktor interaksi antar bunyi
bunyi bahasa yang diucapkan. Jadi
dalam satu kata, yaitu adanya bunyi-
proses
bunyi yang berdekatan karena berada
spontan. Sebagai contoh perbedaan
dalam satu makhraj, yaitu bunyi / ط/
terdapat pada bunyi-bunyi berat atau
dan
shaut majhur dan bunyi-bunyi ringan
/ص/.
Sebagaimana
diketahui
tersebut
terjadi
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 77
secara
atau shaut mahmus. Menurut Anis teori
ini
disebut
kemudahan.
dengan
Selain
itu
Dari beberapa bacaan badal di
teori
atas, jika ditinjau dari kajian fonologi
juga
Arab dapat disimpulkan bahwa faktor
disebabkan karena mengembalikan ُ َب َس َط – ٌَ ْبس. pada asal lafadznya, yaitu ُط Adapun pada lafadz َۣص اي ِطرون َۣ اٱلم
yang
mempengaruhinya
adalah
adanya faktor interaksi antar bunyi dalam satu kata, Adanya interaksi
dalam QS. At-Thur : 37, huruf ص
bunyi,
boleh tetap dibaca shad dan boleh
bunyi yang berdekatan dalam kata.
dibaca
Baik
siin
karena,
pertama,
mengembalikan pada asal lafadznya, َۣ َۣس اي yaitu ط َۣر – ي َۣس اي ِطر , kedua,
disebabkan itu
adanya
antara
bunyi
bunyi-
konsonan
maupun vokal, yang berbeda makhraj ataupun yang sama.
menyesuaikan sifat ithbaq dengan huruf
sesudahnya
(tha’)
yang
ketika washal dan panjang ketika
mempunyai sifat isti’la’.
waqaf ( قصرdan )مد
َ ِّك أَمۡ ُه ُم ۡٱلم ٖ٣ ُون َ ُص ٌۡطِ ر َ أَمۡ عِ ن َدهُمۡ َخ َزآَٰبِنُ َرب 3) Badal fathah dengan kasroh ( ف ٍ ضَع ً ضَعفا- ف ٍ ; ) ضُعفا – ضُعdlo’fin – dlo’fan
boleh
dlu’fan;
seperti dalam
dibaca
f. Lafadz-lafadz yang dibaca pendek
dlu’fin
–
QS.
ar
Ruum:54
َّ ٖ ض ۡع ِف ُث َّم َج َع َل م ِۢن َب ۡعد َ ۞ٱَّلل ُ ٱلَّذِي َخلَ َق ُكم مِّن
1) Lafadz ( ) اَ َنا Sebab-sebab lafadz اَۣوَۣاdibaca pendek ketika washal ( َۣ )اَۣنkecuali lafadz ااْلَۣوَۣا ِم َۣل,ي َۣ اَۣو, adalah َّ اَۣوَۣا ِس, اَۣوَۣابوا ا,َۣاب karena fungsi alif tersebut hanya sebagai penjelas harakat seperti ha‟ ketika
halnya menambahkan
ٞۚ ض ۡع ّٗفا َو َش ٌۡ َب ّٗة ٖ ض ۡع َ ٖف قُوَّ ّٗة ُث َّم َج َع َل م ِۢن َب ۡع ِد قُ َّوة َ
waqaf (ha‟ sakt). Disamping itu
٘ٗ ُء َوه َُو ۡٱل َعلٌِ ُم ۡٱل َقدٌِ ُرٞۚ ٌََٰٓ ۡخلُ ُق َما ٌَ َشا
hurufnya sedikit lalu di baca waqaf
juga,
apabila
ada
isim
yang
dengan sukun, maka suaranya Dibolehkannya membaca fathah
akan terlihat janggal, sehingga
atau dlammah pada ضdalam lafadz
ditambahkanlah alif supaya suara
ضعافkarena dalam ilmu sharaf, lafadz
nun
ضعف – يض َۣعفmempunyai dua masdar
lafadznya.
yaitu lafadz ضعاف َۣ
ditambahkannya alif
dan lafadz ضعاف,
seperti halnya lafadz فقر
yang juga
mempunyai dua masdar yaitu lafadz فَۣ اقرdan lafadz ف اقر. Sehingga menurut
tetap
membaca
sebagaimana
asal
Sedangkan
tidak
washal
pada waktu pada
lafadz
tersebut adalah karena nun sudah berharakat.
qira‟ah Imam Hafs huruf dlad pada lafadz ضعافboleh dibaca fathah dan boleh dibaca dlammah.
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 78
2) Lafadz ل ِك َّنا
diwashalkan. Hal ini disebabkan
Ada juga lafadz yang cara membacanya
hampir
karena mencantumkan alif pada
sama dengan lafadz اَۣوَۣاyaitu lafadz ل ِكىَّا,ٰ yakni apabila lafadz ٰل ِكىَّاdibaca
lafadz-lafadz
washal maka nun harus dibaca pendek( ) ٰل ِك َّه,sedangkan apabila
dalam sighat muntahal jumu‟ yang
dibaca waqaf maka nun tetap ٰ Hal ini karena dibaca panjang ()ل ِكىَّا.
sehingga tetap mencantumkan alif
ٰل ِكىَّاberasal dari lafadz
tersebut
adalah
mengikuti rasm utsmani dan juga lafadz-lafadz
tersebut
masuk
termasuk isim ghairu munsharif tidak ditanwin. Sedangkan lafadz
أوا
السبيال، الرسوْل، الظىوواwalaupun bukan
dan lafadz لكه. Sebagaimana yang
termasuk jama‟, namun lafadz-
terdapat pada QS. Al-Kahfi : 38
lafadz
lafadz
ُ لَّ ِك َّن ۠ا ه َُو ٱ ََّّللُ َربًِّ َو ََلَٰٓ أ ُ ۡش ِر ٖ١ ك ِب َرب ًَِّٰٓ أَ َح ّٗدا Kecuali
dalam
surat
al
tersebut
disesuaikan
dengan sya‟ir yang pada akhir ba‟itnya
terdapat
dipanjangkan
fathah dengan
yang alif.
Qoshosh:45, ()ولكىا ← ولكىا, na-nya
Sehingga
tetap dibaca panjang
tetap dibaca panjang ketika waqaf
ّٗ َولَ ِك َّنا َٰٓ أَن َش ۡأ َنا قُر ُر َو َماٞۚ ُونا َف َت َط َاو َل َعلَ ٌۡ ِه ُم ۡٱل ُع ُم
dan dibaca pendek ketika washal.
او ٌّٗا ف ًَِٰٓ أَ ۡه ِل َم ۡد ٌَ َن َت ۡتلُو ْا َعلَ ٌۡ ِهمۡ َءا ٌَ ِت َنا ِ ُكنتَ َث ٗ٘ ٌِن َ َولَ ِك َّنا ُك َّنا م ُۡرسِ ل
membaca
tersebut
- ( الذنونا*هنالك- هنالك- )الظنونseperti dalam QS. al-Ahzab: 10-11
إِ ۡذ َج ا َٰٓءُو ُك م مِّن َف ۡو قِ ُك مۡ َو ِم ۡن أ َ ۡس َف َل ِم ن ُك مۡ َو إِ ۡذ ُ ت ۡٱل قُلُو ج َر ِ ص ُر َو َب لَ َغ ِ َز ا َغ َ ت ۡٱۡل َ ۡب ِ ب ۡٱل َح َن ا
ُّ ،الرَّ س ُْو ََل 3) Lafadz ار ٌْرَ ا ِ َق َو،الظ ُن ْو َنا Sebagian
lafadz-lafadz
ulama
qurra‟
lafadz-lafadz
diatas
dengan harakat tanwin, sedangkan
ُ َو َت ُّ َّ ِظ ُّنو َن ب ًَِ ك ۡٱب ُت ل َ ِٱلظ نُ و َن ۠ا ٓٔ* ُه َن ال ِٱَّلل َ ون َو ُز ۡل ِز ل ُواْ ِز ۡل َز ّٗاَل ٔٔ ش د ٌِّٗد ا َ ُۡٱل م ُۡؤ ِم ن
qira‟ah Imam Ashim riwayat Hafs
- ( *وقالوا الرسوَل- الرسول- وقالواdan ربنا
tidak
* السبًٌل- السبٌل- )ربناseperti dalam
memakai
harakat
tanwin
pada lafadz-lafadz tersebut. Dan apabila
membaca
waqaf
pada
QS. al-Ahzab:66-67
qira‟ah
َٰٓ ون ٌَلَ ٌۡ َت َنا َ ُ ار ٌَقُول ِ ٌَ ۡو َم ُت َقلَّبُ وُ جُو ُههُمۡ فًِ ٱل َّن
Imam Ashim riwayat Hafs tetap
۠ َ ٱَّللَ َوأَ َط ۡع َنا ٱلرَّ س َّ أَ َط ۡع َنا َٰٓ * َو َقالُو ْا َر َّب َنا َٰٓ إِ َّناٙٙ ُوَل
lafadz-lafadz menyertakan panjang,
tersebut, alif
atau
dibaca
sedangkan
tidak
menyertakan (membaca) alif atau dibaca terakhir
pendek
apabila
lafadz-lafadz
huruf
۠ َ ضلُّو َنا ٱلسَّب *ٙ٣ ًٌل َ َ أَ َط ۡع َنا َسا َد َت َنا َو ُك َب َرآَٰ َء َنا َفأ ِ ب َو ۡٱل َع ۡنهُمۡ لَ ۡع ّٗنا ِ َر َّب َنا َٰٓ َءات ِِهمۡ ضِ ۡع َف ٌۡ ِن م َِن ۡٱل َع َذا
tersebut
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 79
ٙ١ َك ِب ٌّٗرا
...قوارٌرا*قوارٌرا -
3) Semua tulisan malaaihim, la- nya ) dalamملبهممالبهم ( dibaca pendek QS. Yunus: 83
َف َما َٰٓ َءا َم َن لِمُو َس َٰٓى إِ ََّل ُذرِّ ٌَّة مِّن َق ۡو ِمهِۦ َعلَى َلٌ ِْهمۡ أَن ٌَ ۡف ِت َنه ُۡۚٞم َوإِنَّ َخ ۡو ٖ ف مِّن ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ
- Jika waqof (berhenti) di akhir ;ayat 15, ro-nya dibaca panjang - Awal ayat 16, ro-nya dibaca ;pendek - Jika dibaca washol (disambung),
ٌِن ض َوإِ َّنهُۥ لَم َِن ۡٱلم ُۡس ِرف َ ال فًِ ۡٱۡلَ ۡر ِ ف ِۡر َع ۡو َن لَ َع ٖ
;kedua ro-nya dibaca pendek - Jika waqof (berhenti) di qowariiro
ٖ١
dibaca
ro-nya
kedua,
sukun.
4) Semua tulisan malaaihii, la-nya ) dalamملبه مالبه ( dibaca pendek
yang
Contohnya di QS. ad Dahr
QS.al-Mu‟minun: 46
atau al Insan: 15-16
َل ٌْهِۦ َف ۡ ٱس َت ۡك َبرُو ْا َو َكا ُنو ْا َق ۡومًا إِلَى ف ِۡر َع ۡو َن َو َم َ ِ
َو ٌُ َطافُ َع َل ٌۡ ِهم ِبَا ِنٌَةٖ مِّن ِفضَّةٖ َوأَ ۡك َوابٖ َكا َن ۡت
ٌِن ٗٙ َعال َ
َق َوار َ ۠ ٌر ْا مِن ِفضَّةٖ َق َّدرُو َها َت ۡقد ّٗ ٌِرا ار َ ٌرا ٘ٔ* َق َو ِ ِ
مابتٌن ) 5) Mi-nya dibaca pendek
ٔٙ
( dalam QS. alمبةمابة ) ) danمبتٌنAnfal: 65
) yang dibacaا( g. Huruf mad alif
ال إِن ض ۡٱلم ُۡؤ ِمن َ ٌََٰٓأ َ ٌُّ َها ٱل َّن ِبًُّ َحرِّ ِ ٌِن َعلَى ۡٱل ِق َت ِۚ ٞ
pendek.
ُون ٌَ ۡغلِبُو ْا ِماْ َب َت ٌۡ ِۚ ٞن َوإِن ص ِبر َ ُون َ ٌَ ُكن مِّن ُكمۡ عِ ۡشر َ
أفابن ) 1) Fa‟ nya dibaca pendek,
ٌِن َك َفرُو ْا ٌَ ُكن مِّن ُكم ِّماْ َبة ٌَ ۡغلِب َُٰٓو ْا أَ ۡل ّٗفا م َِّن ٱلَّذ َ ُون ٘ٙ ِبأ َ َّنهُمۡ َق ۡوم ََّل ٌَ ۡف َقه َ
َو َما م َُحمَّد إِ ََّل َرسُول َق ۡد َخلَ ۡت ِمن َق ۡبلِ ِه ٱلرُّ ُس ُۚ ٞل أَ َفإٌِْن مَّاتَ أَ ۡو قُتِ َل ٱن َقلَ ۡب ُتمۡ َعلَ َٰٓى أَ ۡع َق ِب ُك ۡۚٞم َو َمن
6) Semua tulisan wa, yang diikuti alif, wa-nya dibaca panjang, kecuali: ), dalam QS. ar-Ra‟du:لتتلولتتلوا ( - 30
ك ف ًَِٰٓ أُمَّةٖ َق ۡد َخلَ ۡت مِن َق ۡبلِ َهآَٰ أ ُ َمم ِك أَ ۡر َس ۡل َن َ َك َذل َ ُون ك َوهُمۡ ٌَ ۡكفُر َ ي أَ ۡو َح ٌۡ َنا َٰٓ إِلَ ٌۡ َ لِّ َت ۡتل ُ َواْ َعلَ ٌۡ ِه ُم ٱلَّ ِذ َٰٓ ِبٱل َّر ۡح َم ِۚ ٞن قُ ۡل ه َُو َربًِّ ََلَٰٓ إِلَ َه إِ ََّل ه َُو َعلَ ٌۡ ِه َت َو َّك ۡل ُ ب ٖٓ ت َوإِلَ ٌۡ ِه َم َتا ِ
( dalam QS. Ali Imron: 144أفبن
َّ ٱَّللَ َش ۡ ٌّٗ ّۗٞا ٌَن َقل ِۡب َعلَى َعقِ َب ٌۡ ِه َفلَن ٌَضُرَّ َو َس ٌَ ۡج ِزي َّ ٱَّلل ُ ٱل َّ ٌن ٗٗٔ شك ِِر َ من نبائ ( 2) Ba‟nya dibaca pendek, ) dalam QS al-An‟am: 34من نبا
ص َبرُو ْا َعلَى َما َولَ َق ۡد ُك ِّذ َب ۡت ُرسُل مِّن َق ۡبل َِك َف َ ُك ِّذبُو ْا َوأ ُ ُ وذو ْا َح َّت َٰٓى أَ َتىهُمۡ َن ۡ ص ُر َن ۚٞا َو ََل ُم َب ِّد َل ٌن ٖٗ ت َّ ِۚٞ لِ َكلِ َم ِ ك مِن َّن َبإِيْ ۡٱلم ُۡر َسلِ َ ٱَّلل َولَ َق ۡد َجآَٰ َء َ
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 80
- ( لن ندعوا )لن ندعو, dalam QS. al
- QS. Huud: 68
Kahfi: 14
َٰٓ َ َّآَٰ أٞۗ َكأَن لَّمۡ ٌَ ۡغ َن ۡو ْا فٌِ َه ُّم أَ ََلٞۗۡ َل إِنَّ َثمُو َد ْا َك َفرُو ْا َر َّبه
ۡ ُّوب ِهمۡ إِ ۡذ َقامُواْ َف َقالُو ْا َر ُّب َنا َرب ِ َُو َر َبط َنا َعلَى قُل ض لَن َّن ۡدع َُو ْا مِن ُدو ِن ِهۦَٰٓ إِلَ ّٗه ۖٓا لَّ َق ۡد ِ ٱل َّس َم َو ِ ت َو ۡٱۡلَ ۡر ٔٗ قُ ۡل َنا َٰٓ إِ ّٗذا َش َط ًطا -
(نبلوا
(نبلو,
dalam
ٙ١ ب ُۡع ّٗدا لِّ َث ُمو َد - QS. al-Furqan:38
ۡ ََو َع ّٗادا َو َث ُمو َد ْا َوأ ك َ ب ٱلرَّ سِّ َوقُرُو ۢ َنا َب ٌۡ َن َذ ِل َ ص َح
QS.
ٖ١ َكث ٌِّٗرا
Muhammad: 31
ۡمِن ُكم
ٌِن َ ۡٱلم َُج ِهد
َن ۡعلَ َم
َح َّتى
َۡولَ َن ۡبل ُ َو َّن ُكم
- QS. an-Najm:51 ٘ٔ َو َث ُمو َد ْا َف َما َٰٓ أَ ۡب َقى
ٖٔ ۡار ُكم َّ َوٱل َ ٌن َو َن ۡبل ُ َو ْا أَ ۡخ َب َ ص ِب ِر - ( لٌربوا )لٌربو, dalam QS. ar
- QS. al-Ankabut:38
Ruum:39
َو َع ّٗادا َو َث ُمو َد ْا َو َقد َّت َبٌ ََّن لَ ُكم مِّن م ََّس ِكن ِِه ۡۖٓم َو َزٌ ََّن
اس َف ًَل ِ َو َما َٰٓ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن رِّ ّٗبا لِّ ٌَ ۡرب َُو ْا ف ًَِٰٓ أَ ۡم َو ِل ٱل َّن
ٌل َو َكا ُنو ْا َ لَ ُه ُم ٱل َّش ٌۡ َطنُ أَ ۡع َملَهُمۡ َف ِ ص َّدهُمۡ َع ِن ٱلس َِّب
ون َ ٱَّلل َو َما َٰٓ َءا َت ٌۡ ُتم مِّن َز َكوةٖ ُت ِرٌ ُد ِ ٓۖ َّ ٌَ ۡربُو ْا عِ ن َد
ٖ١ ٌن َ م ُۡس َت ۡبصِ ِر
َٰٓ ۡ ك ُه ُم ۡٱلم ٖ٦ ون َ ُُض ِعف َ ٱَّلل َفأ ُ ْولَ ِب ِ َّ َو ۡج َه
Semua perubahan bunyi
mad
- ( لٌبلوا (لٌبلو, dalam QS.
(alif) menjadi pendek ini dikarenakan
Muhammad:4
adanya faktor interaksi antar bunyi
َٰٓب َح َّت َٰٓى إِ َذا ِ ب ٱلرِّ َقا َ ض ۡر َ ٌِن َك َفرُو ْا َف َ َفإِ َذا لَقٌِ ُت ُم ٱلَّذ ُ أَ ۡث َخن ُتمُوهُمۡ َف شدُّو ْا ۡٱل َو َثاقَ َفإِمَّا َم ۢ َّنا َب ۡع ُد َوإِمَّا فِدَ آَٰ ًء َّ ك َولَ ۡو ٌَ َشآَٰ ُء َ ٓۖ ا َذ ِلٞۚ ار َه َ ض َع ۡٱل َح ۡربُ أَ ۡو َز َ َح َّتى َت ُ ٱَّلل ّٞۗ ٖ ض ُكم ِب َب ۡع ض َ ص َر ۡمِنهُمۡ َولَ ِكن لِّ ٌَ ۡبل ُ َو ْا َب ۡع َ َلَن َت
dalam satu kata, yaitu interaksi yang terjadi pada bunyi vokal, dimana vokal panjang diganti menjadi bunyi vokal pendek. Sebagaimana
vokal
panjang,
vokal pendek dalam bahasa Arab juga terbagi
menjadi
tiga.
Sebagaimana
ٗ ۡٱَّلل َفلَن ٌُضِ َّل أَ ۡع َملَهُم ِ َّ ٌل َ َوٱلَّذ ِ ٌِن قُ ِتلُو ْا فًِ َس ِب
dikatakan oleh Ibnu Jini yang diikuti oleh
7) Semua tulisan tsamuuda, da-nya
dalam bahasa Arab adalah kasrah,
Dr. Ibrahim Anis bahwa vokal pendek
terpaksa
dhammah dan fathah. Jika para ulama
waqof (berhenti), da-nya dibaca
ahli fonetik menamakan vokal panjang
sukun (mati), tsamuud ( ثمودا )ثمود
dengan
seperti dalam:
pendek ini disebut dengan harakat.
dibaca
pendek,
jika
sebutan
mad,
maka
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 81
vokal
Dari pembagian ini kita dapat simpulkan bahwa vokal panjang dan vokal pendek ini dalam bahasa Arab mempunyai
sifat
perbedaan
hanya
pendeknya
saja.
yang
bersamaan,
dalam Dengan
panjang demikian,
dalam sudut pandang ini terdapat enam buah vokal dalam bahasa Arab, yaittu
vokal
/a/
dan
yaitu
/e/.
/majraaha/ /majreeha/. b. Isymam; نا+ َلتأمن ( ََل َتأْ َم َّناlaa ta’manu + naa laa ta’mannaa) - Asimilasi komplit (mumaastalatu alkuliyyah) - Asimilasi
langsung/
kasrah
pendek,
dhammah
pendek,
assimilation
fathah
pendek,
kasrah
panjang,
tajaawwuriyah)
dhammah panjang dan fathah panjang.26
/i/
contact
(mumaastalatu
- Asimilasi cara pengucapannya c). Tashil; ًّ ءَا ۡعجَ ِم ًِّ( ا ۡعجَ مaa’jamiyyun
D. Kesimpulan
a’jamiyyun)
1. Diantara bacaan-bacaan gharib dalam
- Asimilasi progresif (mumaastalatu
Alquran menurut Imam Ashim riwayat Hafs
yang
mengalami
perubahan
taqaddumiyyah). - Asimilasi
langsung
bunyi adalah imalah, isymam, tashil,
assimilation
naql, badal, mad & qasr, memfathah
tajaawwuriyah).
/contact
(mumaastalatu
- Asimilasi cara pengucapannya.
atau mendlammah dlad. kaidah
d). Naql; ِب ْبسَ ْاَلِسْ ُم ( ِب ْب َسلِسْ ُمbi'sa alismu bi’salismu)
fonologi Arab, maka perubahan bunyi
- Asimilasi regresif (mumaastalatu
2. Jika ditinjau dari proses terjadinya perubahan
bunyi
menurut
yang terjadi pada bacaan-bacaan gharib dalam alquran dapat dianalisis
raj’iyyah) - Asimilasi tidak langsung/distant
sebagai berikut:
assimilation
a. Imalah; pergeseran bunyi yang
tabaa’udiyyah)
terjadi
karena
bunyi
yang
bersangkutan terdapat pada posisi atau lingkungan yang berbeda. Yaitu karena adanya bunyi dua vokal berbeda yang berdekatan Bunyi fathah ( َٓ) dimiringkan ke arah kasrah (ِٓ ), sehingga bunyi yang terjadi adalah bunyi antara
- Metatesis
(mumaastalatu (dzahiratu
alnaqli
almakaaniy) e). Badal; - ( ءhamzah) ( يya’); ت ِ فًِ السَّمو ْ فِى ٱلسَّمو ًِْ ا ْب ُت ْون ت ۖٓ ِا ٌْ ُتونِى (jika waqaf)
(fissamaawaati*I’tuuniy
fissamaawaat*iytuuniy) ُ ٌَ ْبص ُط ُ ٌَ ْبس - ( صshad) ( سsiin); ُط (yabshuthu yabsuthu)
26
Bisyr, Kamal Muhammad , Al-Ashwat al-Lughawiyah, (Kairo, Makttabah as-Syabab, 1990) I, hlm. 85.
َبصْ َط ًة ( َبسْ َط ًةbashthatan --> basthatan)
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 82
َصٌْطِ ر ُْون َ ال ُم mushaythiruun
َال ُم َسٌْطِ ر ُْون
(al
- Jika terpaksa waqof (berhenti),
al
boleh dibaca sukun atau panjang 1 alif, (salaasilaa salaasila)
musaythiruun) - Asimilasi regresif (mumaastalatu raj’iyyah) - Asimilasi tidak langsung/ distant assimilation
(mumaastalatu
- Fa‟ nya dibaca pendek , ) أفابن ( ( أفبنafaain afain) - Ba‟nya dibaca pendek, ( من نبائ )من نبا, (min nabaain min nabain)
tabaa’udiyyah).
( مًلبهم
- La- nya dibaca pendek f). Mad dan Qasr; - اَنا َ( اَنanaa ana) ketika washal (disambung) - ل ِك َّنا َّ( لكِنlaakinnaa laakinna) الذنونا*هنالك
الذنون*هنالك
(adzunuunaa
*
hunaalika
adzunuuna - hunaalika) ketika
(arrasuulaa
*
الرسول* وقالوا
wa
qaaluu
arrasuula - wa qaaluu) ketika
(assabiilaa
*
- Mi-nya dibaca pendek ) مابتٌن / miiataini
miataini dan miiatun miatun - Wa-nya dibaca pendek
(لتتلوا
)لتتلو/ litatluwaa litatluwa
السبٌل * ربنا rabbanaa
assabiila-rabbana)
)لن ندعو/ lan nad’uwaa lan nad’uwa
ketika
washal (disambung) - Jika waqof (berhenti) di akhir ayat 15, ro-nya dibaca panjang; - Awal ayat 16, ro-nya dibaca pendek; - Jika dibaca washol (disambung), kedua ro-nya dibaca pendek; - Jika waqof (berhenti) di qowariiro
- Da-nya dibaca pendek ( ثمودا ) ثمود/ tsamuudaa tsamuuda. 3. Beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya
perubahan
bunyi
pada
bacaan-bacaan gharib sebagian besar karena adanya interaksi antar bunyi dalam satu kata, dimana
interaksi
yang terjadi adalah pada bunyi vokal dan konsonan, juga adanya prinsip efisiensi tenaga (The Low Of Least Effort)
dan
yang kedua, ro-nya dibaca sukun
sedangkan
- Jika dibaca washol (disambung),
disebabkan
la-nya dibaca pendek,
( نبلوا
- Wa-nya dibaca pendek )نبلو/ nabluwaa nabluwa
washal (disambung) -السبًٌل * ربنا
(malaaihim malaihim)
)ملبه
- Wa-nya dibaca pendek ( لن ندعوا
washal (disambung) - الرسوَل* وقالوا
- La- nya dibaca pendek . ( مًلبه
)مبتٌنdan ) مابة(مبة
ketika washal (disambung) -
)ملبهم, (malaaihim malaihim)
teori
pada
keseimbangan.
kemudahan,
bacaan
adanya Dalam
imalah prinsip hal
ini
perkembangan bunyi bahasa sangat dipengaruhi oleh dialek dari setiap OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 83
komunitas bahasa. perbedaan alat ucap pada setiap bangsa (lahjah), yaitu dialek bahasa Arab penduduk Najd dari suku Tamim, Qays dan Asad. Daftar Pustaka Abu Thahir, Abd al-Qayyum ibn Abd alGhafur. Shafahat fi Ulumal-Qiraat. Madinah: Mathabi ar-Rasyid. 1994. Al-Qaisy, Abu Muhammad Makki ibn Abi Thalib. Al-Kasyfu an Wujuh alQiraat as-sab‟I wa Ilaliha wa Hujajiha. Cet. 4. Beirut: Muassasah ar-Risalah, 1987. Anis, Ibrahim, Min Asraaril Lughah. Cairo: Maktabah Anglo alMashriyyah, 1978. Bisyr, Kamal Muhammad. Al-Ashwat alLughawiyah. Kairo, Makttabah asSyabab, 1990. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003
Lowis Ma‟luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-I’lam. cet.XXIX. Beirut:Da alMahriq li an-Nasyr, 1973, Marsono. Fonetik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999. Mushtofa, Ibrahim. Al-Mu’jam al-Wasith. Kairo: Dar ad-Da‟wah, tt. Nasution, Ahmad Sayuti Anshari. Bunyi Bahasa. Jakarta: Amzah, 2010. .Fonetik & Fonologi Alquran. Jakarta: Amzah, 2012. Rasyidi, Abdul Wahab. ‘Ilm al-Ashwat alNuthqiy. Malang: UIN Malang Press, 2010. Soeparno. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002. Umar, A. M. Dira:satus Shautil Lughawiy Fonologi . Cairo: Alamul Kutub, 1985. Wafa, Ali „Abdul Wahid, ‘Ilmu al-Lughah, Kairo: al-Maktabah al-Ahliyah, 1962.
Hasanain, S.S. Dirasat fi ‘ilmi al-Lughah al-Washfiy wa al-Tarikhiy wa alMuqaran. Riyadh: Darul Ulum li alThiba‟ah wa al-Nasyr, 1984 http://talimulquranalasror.blogspot.com/2 013/04/rahasia-bacaan-gharib.html Kushartanti, dkk, Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
OKARA: Jurnal Bahasa dan Sastra, Vol. 1, Tahun XI, MEI 2017 84