i
PERTUMBUHAN PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) DUA POPULASI HASIL PERSILANGAN ANGGREK Phalaenopsis PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA
NUR ANDINI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Protocorm Like Bodies (Plb) Dua Populasi Hasil Persilangan Anggrek Phalaenopsis pada Beberapa Komposisi Media adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2013 Nur Andini NIM A24090098
ix
ABSTRAK NUR ANDINI. Pertumbuhan Protocorm Like Bodies (Plb) Dua Populasi Hasil Persilangan Anggrek Phalaenopsis pada Beberapa Komposisi Media. Dibimbing oleh DEWI SUKMA dan SANDRA ARIFIN AZIZ. Perbanyakan tanaman anggrek secara in vitro dibutuhkan untuk mempersingkat waktu dan menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa komposisi media terhadap pertumbuhan protocorm like bodies (Plb) dua populasi hasil persilangan anggrek Phalaenopsis. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor yaitu dua populasi hibrida anggrek Phalaenopsis dan komposisi media. Populasi hibrida 1 dihasilkan dari persilangan antara aksesi hibrida Phalaenopsis putih standar dengan pink standar dan populasi hibrida 2 adalah hasil persilangan aksesi pink standar dengan putih standar. Benih disemai di media MS 1/2 untuk menghasilkan Plb, selanjutnya Plb dikulturkan dalam empat komposisi media yaitu MS 1/2, MS 1/2 + air kelapa 150 ml l-1, pupuk lengkap Hyponex (2 g l-1), dan Hyponex (2 g l-1) + air kelapa 150 ml l-1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan Plb dipengaruhi secara nyata oleh populasi, komposisi media, dan interaksi antara populasi dengan komposisi media. Populasi 1 menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik (rata-rata 5.4 Plb 16 minggu-1) dibandingkan dengan populasi 2 (rata-rata 2.2 Plb 16 minggu-1). Media yang terbaik untuk pertumbuhan Plb menjadi planlet pada kedua populasi adalah Hyponex (2 g l-1) atau Hyponex (2 g l-1) + air kelapa 150 ml l-1. Kata kunci: air kelapa, hibrida, media MS, pupuk lengkap Hyponex
ABSTRACT NUR ANDINI. Protocorm Like Bodies (Plb) Growth of Two Hybrid Population of Phalaenopsis on Different Medium Composition. Supervised by DEWI SUKMA and SANDRA ARIFIN AZIZ. In vitro propagation of orchids had shortened the time required to produce plants in large quantities. The objective of this research was to determine the effect of medium composition on the growth of protocorm like bodies (Plb) of two populations of Phalaenopsis hybrid. Research laid out in completely randomized design with two factors, namely the Phalaenopsis hybrid populations and medium composition. The first hybrid of population was generated from a crossing between the white standard and the pink standard of Phalaenopsis hybrid accession and the second hybrid was the reciprocal of the first crossing. Seeds were germinated on MS 1/2 to produce Plb, then the Plb subsequently cultured in four media composition, i.e MS 1/2 , MS 1/2 + coconut water 150 ml l-1, complex fertilizer Hyponex (2 g l-1), and Hyponex (2 g l-1) + coconut water 150 ml l-1. The results showed that the increase of Plb was significantly influenced by population, medium composition, and the interaction between the two factors. Population 1 showed
better growth (average 5.4 Plb per 16 weeks) compared with the population 2 (average 2.2 Plb per 16 weeks). The best medium for the growth of Plb into plantlets in both populations is Hyponex (2 g l-1) or Hyponex (2 g l-1) + coconut water 150 ml l-1. Keywords: coconut water, complex fertilizer Hyponex, hibrida, MS medium
xiii
PERTUMBUHAN PROTOCORM LIKE BODIES (PLB) DUA POPULASI HASIL PERSILANGAN ANGGREK Phalaenopsis PADA BEBERAPA KOMPOSISI MEDIA
NUR ANDINI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Judul Skripsi
Nama NIM
: Pertumbuhan Protocorm Like Bodies (Plb) Dua Populasi Hasil Persilangan Anggrek Phalaenopsis pada Beberapa Komposisi Media : Nur Andini : A24090098
Disetujui oleh
Dr Dewi Sukma, SP, MSi Pembimbing I
Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
'.
Protocorm Like Bodies (Plb) Phalaenopsis pada
Komposisi
Nama NIM
Disetujui oleh
t -.
Pembimbing I
""1-7 SEP 2D13
)
xix
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 sampai bulan April 2013 ini ialah Pertumbuhan Protocorm Like Bodies (Plb) Dua Populasi Hasil Persilangan Anggrek Phalaenopsis pada Beberapa Komposisi Media. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Maya Melati, MS MSc selaku pembimbing akademik, Ibu Dr Dewi Sukma, SP MSi dan Ibu Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan untuk kegiatan penelitian ini dan Bapak Prof Dr Ir Bambang Sapta Purwoko, MSc selaku penguji skripsi yang telah memberikan saran dalam perbaikan skripsi. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada kedua orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013 Nur Andini
ix
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN
ix ix 1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Hipotesis
3
TINJAUAN PUSTAKA
3
Botani Anggrek Phalaenopsis
3
Morfologi Anggrek Phalaenopsis
3
Pemuliaan Anggrek
4
Media Kultur Jaringan
5
METODE
6
Tempat dan Waktu
6
Bahan
6
Alat
6
Prosedur Analisis Data
6
Pelaksanaan Penelitian
7
Pengamatan Penelitian
7
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Keadaan Umum
7
Pertambahan Jumlah Plb
8
Pertambahan Jumlah Daun
11
Pertambahan Jumlah Akar
13
Persentase Plb Tumbuh Menjadi Planlet
16
SIMPULAN DAN SARAN
18
Simpulan
18
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
18
RIWAYAT HIDUP
21
x
DAFTAR TABEL 1 Rekapitulasi sidik ragam anggrek Phalaenopsis pada beberapa komposisi media 2 Rata-rata pertambahan jumlah Plb dua populasi anggrek Phalaenopsis pada beberapa komposisi media 3 Rata-rata pertambahan jumlah daun dua populasi anggrek Phalaenopsis pada beberapa komposisi media 4 Rata-rata pertambahan jumlah akar dua populasi anggrek Phalaenopsis pada beberapa komposisi media 5 Persentase Plb tumbuh menjadi planlet dua populasi anggrek Phalaenopsis pada empat komposisi media (16 MST)
8 9 11 14 16
DAFTAR GAMBAR 1 Keragaan pertambahan jumlah Plb (7 MST) 2 Keragaan pertambahan jumlah daun (12 MST) 3 Keragaan pertambahan jumlah akar (16 MST) 4 Keragaan tumbuh planlet (7 MST)
10 12 14 16
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang memiliki nilai estetika dan ekonomi tinggi. Salah satu jenis anggrek yang banyak diminati masyarakat adalah jenis Phalaenopsis amabilis atau lebih dikenal dengan nama anggrek bulan. Anggrek bulan merupakan jenis anggrek yang memiliki ciri khas kelopak yang menyerupai mahkota bunga yang lebar dan berwarna putih. Anggrek dapat dijadikan tanaman dalam pot atau tanaman bunga potong. Sebagai salah satu negara yang memiliki sumber genetik anggrek bervariasi, Indonesia memiliki kesempatan yang cukup tinggi untuk lebih memberdayakan sumber daya genetik tersebut. Keberhasilan dalam pemberdayaan sumber genetik akan menjadi salah satu upaya dalam pengembangan anggrek Indonesia khususnya anggrek Phalaenopsis. Tipe perkembangan anggrek dibedakan menjadi dua yaitu monopodial dan simpodial. Monopodial merupakan tipe pertumbuhan yang tumbuh terus ke atas dan tidak akan berhenti. Tipe ini hanya memiliki satu titik tumbuh, tanaman akan membentuk tunas samping apabila titik tumbuh tersebut dihilangkan. Tipe simpodial merupakan pertumbuhan yang dapat berhenti apabila pseudobulb (batang semu) telah mencapai ukuran maksimal dan kembali membentuk pseudobulb baru. Phalaenopsis termasuk anggrek dengan tipe perkembangan monopodial (Iswanto 2005). Dalam pengembangan tanaman anggrek, hal yang tidak kalah pentingnya adalah pengadaan bibit. Bibit yang dipakai untuk perbanyakan tanaman anggrek dapat diperoleh secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan secara vegetatif dinilai kurang efektif, jumlah anakan yang dihasilkan sangat terbatas. Pada perbanyakan secara generatif, masalah utama yang dihadapi adalah lamanya waktu yang diperlukan biji untuk berkecambah. Hal ini karena ukuran biji anggrek yang sangat kecil dan tidak mempunyai endosperm sebagai cadangan makanan pada awal perkecambahan biji (Darmono 2003). Salah satu upaya untuk mendapatkan varietas baru atau kultivar baru anggrek adalah dengan menyilangkan antar tetua yang mempunyai karakter tertentu. Hasil dari persilangan ini adalah terjadinya proses pembentukan buah dan biji. Dikenal dua macam persilangan, yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan perkawinan silang (crossing). Crossing akan menghasilkan turunan yang bersifat heterozigot, dengan sifat genetisnya merupakan gabungan dari kedua sifat induknya (Darmono 2003). Masa juvenil tanaman anggrek yang memerlukan waktu lama dapat diperpendek secara signifikan dengan teknik kultur jaringan. Pemuliaan tanaman pada anggrek meliputi polinasi, pematangan biji, pengecambahan in vitro, perkembangan protocorm, pertumbuhan planlet secara in vitro (Rojanawong 2006). Penggunaan teknik kultur jaringan telah banyak dilakukan untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat. Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Teknik yang digunakan untuk mempercepat pembungaan anggrek adalah induksi pembungaan secara in vitro, yaitu teknik yang diawali dengan
2
penanaman eksplan dari jaringan yang bebas hama dan penyakit serta membungakan pada media pertumbuhan dalam lingkungan yang aseptik (Hew dan Yong 1996). Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman yang umum diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Perkembangbiakan anggrek sudah banyak dilakukan pada anggrek spesies atau hibrida contohnya Phalaenopsis, Cattelya, dan Oncidium (Chen et al. 2001). Media yang umum digunakan dalam kultur jaringan anggrek diantaranya adalah Murashige and Skoog (MS), media yang juga digunakan untuk media anggrek adalah Knudson C. Seperti hasil penelitian Mata-Rosas et al. (2009) ditemukan pengaruh media Knudson C dan media MS sama baiknya terhadap induksi tunas dan protocorm like bodies (Plb) dari tiga anggrek Meksiko. Penelitian dengan menggunakan pupuk majemuk sebagai pengganti hara makro media MS telah dilakukan pada tanaman anggrek. Pupuk majemuk yang umum digunakan sebagai pengganti hara makro tersebut adalah pupuk dengan merk dagang Hyponex (25-5-20). Penggunaan Hyponex pada kultur jaringan digunakan pada taraf konsentrasi 2 – 3 g l-1 media. Penelitian pada tanaman anggrek oleh Rachmatullah (2009) menunjukkan bahwa konsentrasi optimum Hyponex untuk multiplikasi adalah 2 g l-1 media. Penggunaan senyawa organik dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman yang diperbanyak melalui teknik kultur jaringan. Media lainnya dapat menggunakan air kelapa sebagai pupuk daun dan senyawa organik kompleks yang dapat membantu pertumbuhan tanaman anggrek (Hendaryono 2000). Media lainnya untuk kultur jaringan anggrek adalah Vacin and Went (VW), Niknejad et al. (2011) pada penelitiannya menggunakan media VW dengan campuran air kelapa untuk media dasar perkecambahan Plb Phalaenopsis gigantea. Kandungan berbagai zat dalam air kelapa dapat memacu pembelahan sel tanaman. Modifikasi media kultur dengan penambahan bahan organik dapat meningkatkan produksi anggrek secara kualitatif dan kuantitatif (Untari dan Puspitaningtyas 2006). Keberhasilan penggunaan modifikasi media dengan penambahan bahan organik pada tanaman sefamili telah dilakukan Yusnida et al. (2006) yang melaporkan bahwa perlakuan tunggal air kelapa 250 ml l-1 menghasilkan munculnya Plb, daun dan akar paling cepat pada anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis). Penggunaan air kelapa juga dilakukan pada penelitian Widiastoety et al. (1997) melaporkan bahwa pemberian air kelapa sebanyak 150 ml l-1 dapat mendorong pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium. Penggunaan air kelapa pada komposisi media tumbuh diharapkan dapat membantu pertumbuhan Plb selain kandungan air kelapa sangat bermanfaat pada tanaman juga mudah didapat dengan harga yang terjangkau.
Tujuan Penelitian Mempelajari pengaruh beberapa komposisi media terhadap pertumbuhan protocorm like bodies (Plb) dua populasi hasil persilangan anggrek Phalaenopsis.
3
Hipotesis Terdapat komposisi media yang sesuai terhadap pertumbuhan protocorm like bodies (Plb) dua populasi hasil persilangan anggrek Phalaenopsis.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Anggrek Phalaenopsis Klasifikasi botani Phalaenopsis dapat didasarkan pada bentuk bunga, khususnya lidah dan alat reproduksi seperti yang dinyatakan Iswanto (2005) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Orchidales Famili : Orchidaceae Genus : Phalaenopsis Tipe pertumbuhan anggrek dibedakan menjadi dua yaitu monopodial dan simpodial. Monopodial merupakan tipe pertumbuhan yang tumbuh terus ke atas dan tidak akan berhenti. Tipe ini hanya memiliki satu titik tumbuh batang pada anggrek akan bercabang apabila titik tumbuh tersebut dihilangkan. Tipe simpodial merupakan pertumbuhan yang dapat berhenti apabila pseudobulb (batang semu) telah mencapai ukuran maksimal dan kembali membentuk pseudobulb. Phalaenopsis termasuk anggrek dengan tipe perkembangan monopodial (Iswanto 2005). Nursandi (1997) menyatakan anggrek Phalaenopsis tumbuh monopodial dan epifit yaitu menumpang pada batang tanaman dan tidak ada yang hidup di tanah. Morfologi Anggrek Phalaenopsis Salah satu jenis anggrek yang banyak diminati masyarakat adalah jenis Phalaenopsis. Phalaenopsis berasal dari kata „phalaina‟ (lebah atau kupu-kupu) dan „opsis‟ (penampakan). Secara keseluruhan berarti anggrek yang menyerupai lebah atau kupu-kupu. Kurang lebih ada 45 jenis Phalaenopsis yang sudah teridentifikasi dan sebagian besar tersebar di daerah tropik. Daerah penyebarannya meliputi India, Cina, Vietnam, Burma, Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina, Papua Nugini sampai ke Australia bagian utara. Di Indonesia terdapat kurang lebih 21 spesies. Susunan bunga anggrek bermacam-macam ada yang tunggal, tandan atau malai. Jumlah bunganya berkisar antara satu hingga 30 kuntum. Pembungaannya dapat terjadi serentak ataupun bergantian. Kelopak tidak berdekatan. Adakalanya ukuran kelopak dan mahkota hampir sama. Ada juga yang mahkotanya sedikit lebih besar dan lebar. Pola warna bunga Phalaenopsis
4
bermacam-macam antara lain polos, berbintik-bintik, bercak atau warna pada sebagian sepal, bergaris atau lingkaran (Puspitaningtyas dan Mursidawati 1999). Menurut Herlina (1986) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pembungaan tanaman anggrek yaitu : 1. Fotoperioditas Beberapa jenis anggrek termasuk dalam golongan tanaman berhari panjang, tanaman berhari pendek dan tanaman netral sedangkan yang lain dipengaruhi oleh suhu atau fluktuasi suhu. Tanaman tropis lebih peka terhadap sedikit perbedaan panjang hari dibandingkan dengan tanaman sub tropis. 2. Intensitas Cahaya Sebagian besar anggrek tropis merupakan tanaman netral tetapi dipengaruhi oleh intensitas cahaya. 3. Suhu Pada umumnya suhu yang tinggi merangsang vegetatif sedangkan suhu rendah merangsang generatif. 4. Pengendalian Hormonal Pada anggrek Aranda kultivar Deborah, pembungaan diatur oleh pengaruh dominansi apikal. Hal ini ditunjang fakta bahwa dengan pemberian sitokinin (BA) mengakibatkan produksi rangkaian bunga menjadi ganda. Anti auksin dan penghambat efektif untuk merangsang pembungaan. Hal ini menunjukkan bahwa auksin menghambat pembungaan pada tanaman anggrek monopodial. Bentuk bunga anggrek Phalaenopsis ada dua, yaitu bulat (round shape) dan bintang (star). Bunga anggrek terdiri dari kelopak (sepal), mahkota (petal), dan lidah (labelum). Sepal yang dimiliki anggrek terdiri atas tiga helai dan tiga helai petal yang salah satu petal berubah menjadi bibir bunga atau labelum. Selain itu, terdapat bagian lain yang disebut tugu, yaitu perpanjangan gagang bunga (bakal buah), dibentuk oleh penyatuan putik dan benang sari (Kencana 2007). Warna bunga anggrek Phalaenopsis beraneka macam, seperti warna dasar putih, ungu, merah, kuning, hijau, dan cokelat dengan warna lidah bunga yang berbeda. Selain itu, bunga anggrek Phalaenopsis juga memiliki motif yang beragam diantaranya motif titik-titik, garis-garis, blok dan sembur (splash). Susunan bunganya sangat artistik, tersusun rapi, menjuntai ke bawah, dan berselang-seling (Setiawan 2005). Kelebihan anggrek Phalaenopsis dibandingkan bunga anggrek yang lainnya, yaitu relatif cepat berbunga, warna dan bentuknya menarik, serta penampilannya bervariasi ada yang tersusun rapi disepanjang tangkai bunga, berkelompok di ujung tangkai bunga atau mekar satu-satu (Nursandi 1997).
Pemuliaan Anggrek Keragaman genetik tanaman anggrek biasanya dilakukan dengan persilangan. Jenis anggrek yang akan dijadikan induk silangan perlu dilihat penampilan luar dari tanaman induknya serta dipelajari penampilan anggrek silangan-silangan anggrek kadangkala sifat yang tidak diinginkan tidak muncul pada turunan pertama, tetapi muncul pada turunan berikutnya (Irawati 1996).
5
Perbaikan genetik dilakukan untuk menambah keragaman karakteristik tanaman anggrek dan untuk memenuhi persyaratan tentang kualitas anggrek tersebut, baik secara konvensional maupun inkonvensional. Secara konvensional dilakukan dengan cara persilangan atau mengawinkan bunga dengan cara meletakkan pollen pada stigma. Hasil dari persilangan adalah terjadinya proses pembentukan buah dan biji. Secara inkonvensional yaitu seleksi mutan, produksi tanaman homozigot, hibridisasi somatik, transfer gen, atau perbaikan varietas (Darmono 2003). Penelitian mengenai kualitas dan karakteristik anggrek dengan perlakuan pemberian kolkisin oleh Sulistianingsih (2004) menunjukkan adanya interaksi antara perendaman dan konsentrasi kolkisin yang diberikan pada diameter batang, ukuran bunga, ketebalan sepal dan labelum dan jumlah kromosom. Kualitas bunga yang diperlakukan dengan kolkisin lebih baik dibandingkan kontrol.
Media Kultur Jaringan Perbanyakan dengan menggunakan media kultur jaringan yang umum dipakai yaitu komposisi MS (Murashige dan Skoog). Media tersebut terdiri dari hara makro, hara mikro, vitamin, bahan organik dan energi yang berasal dari gula. Dengan demikian, penggunaan pupuk lengkap diharapkan dapat mengganti penggunaan media MS. Modifikasi media lainnya dapat pula dengan menggunakan bahan-bahan organik sebagai pengganti vitamin dan zat pengatur pertumbuhan sehingga diharapkan lebih murah, contohnya penggunaan air kelapa yang dikenal sebagai salah satu sumber sitokinin (Letham 1974). Air kelapa adalah salah satu bahah alami yang digunakan untuk komposisi media kultur jaringan, didalamnya terkandung hormon seperti sitokinin 5.8 mg l-1, auksin 0.07 mg l-1 dan giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan. Senyawa penting bagi kultur jaringan yang terdapat dalam air kelapa adalah zat pengatur tumbuh. Kandungan zat pengatur tumbuh dalam air kelapa bermanfaat untuk menginduksi kalus serta menginduksi proses morfogenesis. George dan Sherrington (1984) menyatakan bahwa selain asam amino air kelapa juga mengandung asam organik, asam nukleotida, purin, gula, vitamin, zat pengatur tumbuh dan mineral. Sukrosa merupakan kandungan gula tertinggi yang terdapat dalam air kelapa, bila sukrosa ditambahkan dalam media sudah cukup bagi sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan jaringan yang dikulturkan. Penggunaan pupuk majemuk yang umum digunakan sebagai pengganti hara makro tersebut adalah pupuk dengan merk dagang Hyponex. Penggunaan Hyponex pada kultur jaringan digunakan pada taraf konsentrasi 2 – 3 g l-1 media. Pupuk daun Hyponex hijau mengandung 4% nitrat, 4% amonium, 12% nitrogen terlarut, 20% K2O5, dan 20% K2O serta unsur-unsur lain seperti magnesium, kalsium, mangan, besi, boron, molibdenum, sulfur, seng, tembaga dan cobalt.
6
METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Nursery Alam Sinar Sari, Dramaga, Nursery Hegarmanah, Bogor dan Laboratorium Kultur Jaringan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2012 sampai April 2013.
Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah hasil persilangan antara aksesi hibrida anggrek Phalaenopsis dengan kode penyilangan populasi 1 (putih standar x pink standar) dan populasi 2 (pink standar x putih standar). Komposisi media tumbuh yang digunakan terdiri atas empat komposisi yaitu Murashige and Skoog dengan setengah konsentrasi (MS 1/2 ), MS 1/2 + Air Kelapa 15% (150 ml l-1), pupuk majemuk Hyponex (25-5-20) 2 g l-1, Hyponex (25-5-20) 2 g l-1 + Air Kelapa 15%.
Alat Alat yang digunakan dalam pembuatan media dan penyemaian benih antara lain Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), autoclave, gelas ukur, botol kultur berukuran volume 300 ml, gunting, pinset, skalpel, cawan petri, alat tulis, alat kultur lainnya dan kamera.
Prosedur Analisis Data Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor yaitu benih hasil persilangan dua populasi anggrek Phalaenopsis dan komposisi media tumbuh. Model Rancangan Acak Lengkap Faktorial:
Keterangan : Yijk µ αi βi (αβ)ij εijk
: Respon Perlakuan : Rataan Umum : Pengaruh Dua Populasi Anggrek Phalaenopsis : Pengaruh Perlakuan Kombinasi Media Tumbuh : Interaksi Populasi dan Kombinasi Media Tumbuh : Galat Penelitian
7
Perlakuan populasi anggrek terdiri atas populasi 1 dan populasi 2, dan perlakuan komposisi media terdiri atas media MS ½, MS ½ + air kelapa, Hyponex, Hyponex + air kelapa. Setiap komposisi media terdiri atas tiga ulangan dengan jumlah satuan percobaan 24 botol kultur. Setiap satu botol kultur ditanam 5 Plb. Data dianalisis dengan sidik ragam berdasarkan uji-F pada taraf 5%, pada hasil uji-F nyata maka uji lanjut yang digunakan terhadap hasil dari rancangan acak lengkap adalah Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) dengan α 5%.
Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian diawali dengan penyemaian benih anggrek dalam media MS 1/2 hingga 16 MST dan terbentuk Plb. Plb yang sudah terbentuk berwarna hijau muda lalu Plb disubkultur ke empat komposisi media untuk perlakuan. Pelaksanaan selanjutnya adalah pembuatan komposisi media tumbuh yaitu media MS ½, media MS ½ + air kelapa 15% (150 ml l-1), media pupuk majemuk Hyponex (25-5-20), dan media pupuk majemuk Hyponex (25-5-20) + air kelapa 15% (150 ml l-1). Air kelapa yang digunakan diambil dari buah kelapa yang masih muda dan telah disaring. Pupuk majemuk Hyponex (25-5-20) ditimbang kemudian ditambahkan gula pasir dan agar-agar. Derajat kemasaman media tumbuh diukur menggunakan pH meter, pH yang dikehendaki adalah 5.8. Bahan media tumbuh kemudian dimasak hingga mendidih dan dituang kedalam botol kultur yang telah steril sebanyak 20 ml per botol. Botol yang telah terisi ditutup dengan plastik lalu diikat dan diautoklaf selama 30 menit. Penelitian dilanjutkan dengan penanaman Plb yang dilakukan didalam Laminar Air Flow Cabinet (LAFC).
Pengamatan Penelitian Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan Plb dua populasi anggrek Phalaenopsis pada empat komposisi media yaitu warna pada Plb, jumlah Plb pada setiap botol kultur, jumlah daun pada setiap Plb yang menjadi planlet, jumlah akar yang muncul pada setiap Plb yang menjadi planlet di dalam botol kultur, dan persentase tumbuh planlet.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Perbanyakan Phalaenopsis umumnya dilakukan dengan cara perkecambahan biji secara in vitro (Young et al. 2001), benih anggrek yang disemai akan membentuk protocorm like bodies (Plb) Plb, kemudian dapat beregenerasi membentuk planlet atau kemungkinan juga membentuk Plb sekunder. Pertumbuhan Plb menjadi planlet ataupun pembentukan Plb sekunder dipengaruhi
8
oleh genetik dan komposisi media. Pada penelitian ini perkembangan Plb yang dikulturkan menunjukkan terjadi multiplikasi pada empat media komposisi yang diuji. Multiplikasi diawali dengan terbentuknya bulatan disekitar Plb induk dengan warna putih kekuningan lalu Plb yang terbentuk berwarna hijau hingga minggu ke-16. Perkembangan selanjutnya adalah terbentuknya daun dan akar pada Plb saat 4 minggu setelah tanam (MST) untuk populasi 2 dan saat 8 MST untuk populasi 1 hingga menjadi daun dan akar yang sempurna pada 16 MST (Tabel 1). Tabel 1
Rekapitulasi sidik ragam rata-rata pertambahan jumlah Plb, daun, akar, dan planlet dua populasi anggrek Phalaenopsis pada beberapa komposisi media
Pertambahan jumlah Plb
Daun (helai)
Akar Planlet (%)
MST
KK (%)
P
M
P*M
4 8 12 16 4 8 12 16 4 8 12 16 16
15.8 18.5 21.1 22.3 0.0 10.2 11.5 14.5 8.0 10.3 27.0 11.5 21.2
tn * ** ** ** ** tn tn ** ** ** ** tn
tn tn tn tn ** ** ** * tn tn ** ** tn
tn tn tn tn ** * * tn tn * ** ** tn
a
MST: minggu setelah tanam, KK: koefisien keragaman, P: populasi, M: media, P*M: interaksi populasi dan media, data menggunakan transformasi (x+1)1/2 , tn: tidak berbeda nyata pada taraf 5%, *: berbeda nyata pada taraf 5%, **: sangat berbeda nyata pada taraf 1%.
Berdasarkan hasil rekapitulasi sidik ragam rata-rata terhadap pertambahan jumlah Plb, daun, dan akar yang diamati sampai pada minggu ke-16, faktor populasi memiliki pengaruh sangat nyata pada pertambahan jumlah Plb dimulai pada 12 MST, akan tetapi populasi hanya memiliki pengaruh sangat nyata pada pertambahan jumlah daun hingga 8 MST, namun kedua populasi memiliki pengaruh sangat nyata terhadap pertambahan jumlah akar hingga 16 MST. Komposisi media yang digunakan tidak berpengaruh nyata pada pertambahan Plb hingga 16 MST, dalam hal sama ditunjukkan pada interaksi populasi dengan media. Komposisi media menunjukkan pengaruh sangat nyata pada pertambahan jumlah daun hingga 12 MST. Pengaruh sangat nyata dari interaksi populasi dengan media terhadap pertambahan jumlah daun terlihat pada 4 MST. Komposisi media dan interaksi populasi dengan media memiliki pengaruh sangat nyata pada 8 dan 16 MST terhadap pertambahan jumlah akar.
Pertambahan Jumlah Plb Pertambahan jumlah Plb dua populasi anggrek Phalaenopsis hibrida yaitu populasi 1 dan populasi 2 diamati mulai minggu pertama setelah tanam hingga
9
minggu ke-16. Multiplikasi Plb kedua populasi dimulai dari 8 MST, terlihat dari terbentuknya Plb sekunder. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan jumlah Plb dua populasi hingga 16 MST tidak berbeda nyata pada empat komposisi media, sedangkan rata-rata pertambahan jumlah Plb populasi 1 berbeda nyata dengan populasi 2 pada 8 hingga 16 MST (Tabel 2). Salah satu media yang sering dipakai sebagai media kultur adalah Murashige-Skoog (MS). Media dasar mineral dari MS dapat digunakan untuk sejumlah besar spesies tanaman pada perbanyakan secara in vitro (Wetherell 2000). Genotipe diduga sebagai faktor terjadinya multiplikasi Plb. Pertumbuhan Plb populasi 1 dengan induk bunga putih standar lebih baik dibandingkan populasi 2 dengan induk bunga pink standar. Penggunaan bahan tanam yang tidak seragam menyebabkan perlakuan komposisi media tidak berbeda nyata pada dua populasi. Keragaan jumlah Plb pada populasi 1 dan populasi 2 dalam setiap komposisi media dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 2
Rata-rata pertambahan jumlah Plb dua populasi anggrek Phalaenopsis pada beberapa komposisi media
Media MS 1/2 + AK MS ½ H H + AK Rata-rata MS ½ MS 1/2 + AK H H + AK Rata-rata MS ½ MS 1/2 + AK H H + AK Rata-rata MS ½ MS 1/2+ AK H H + AK Rata-rata a
Populasi 1 2 Pertambahan jumlah Plb 4 MSTa 1.0 1.0 1.0 1.0 1.2 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 Pertambahan jumlah Plb 8 MSTa 3.6 1.1 2.0 1.0 2.9 1.9 4.0 2.6 3.1a 1.6b Pertambahan jumlah Plb 12 MSTa 5.6 1.0 3.5 1.0 4.0 2.6 5.3 3.3 4.6a 2.0b Pertambahan jumlah Plb 16 MSTa 6.4 1.0 3.8 1.0 4.9 3.0 6.4 3.7 5.4a 2.2b
Rata-rata 1.0 1.0 1.1 1.0
2.3 1.5 2.4 3.3
3.3 2.2 3.3 4.3
3.7 2.4 3.9 5.1
Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji α 5% (uji selang berganda Duncan); menggunakan data transformasi (x+1)1/2, MST: minggu setelah tanam, AK: air kelapa, H: hyponex.
10
Hyponex
Hyponex + air kelapa
MS 1/2
MS 1/2 + air kelapa (A)
Hyponex
Hyponex + Air Kelapa
MS 1/2
MS 1/2 + Air Kelapa (B)
Gambar 1 Keragaan jumlah Plb pada 7 MST (A) populasi 1 dan (B) populasi 2 pada empat komposisi media
11
Kemampuan Plb untuk multiplikasi karena adanya kandungan auksin dan sitokinin dalam media. Air kelapa mengandung komponen-komponen bahan kimia yang sangat kompleks antara lain auksin, sitokinin, adenin, guanin dan asam-asam amino (Hendaryono 2000). Multiplikasi pada Plb juga dibuktikan oleh penelitian Mata-Rosas (2009) terjadi multiplikasi pada tunas anggrek yang berasal dari protocorm dengan menggunakan media MS. Pertambahan Jumlah Daun Daun mulai tumbuh pada 4 MST untuk populasi 2 dan 6 MST untuk populasi 1. Komposisi empat media tumbuh memiliki pengaruh pada pertumbuhan dan bertambahnya jumlah daun. Hasil uji statistik menunjukkan rata-rata pertambahan jumlah daun pada 4 MST sangat berbeda nyata pada empat komposisi media, sedangkan pada 8 hingga 12 MST berbeda nyata dan tidak berbeda nyata pada 16 MST pada empat komposisi media. Rata-rata jumlah daun pada populasi 1 sangat berbeda nyata dengan populasi 2 pada 4 hingga 8 MST (Tabel 3). Tabel 3 Rata-rata pertambahan jumlah daun dua populasi anggrek Phalaenopsis pada beberapa komposisi media Populasi Rata-rata Media 1 2 Pertambahan jumlah daun (helai) 4 MSTa MS 1/2 0.0 1.0 0.5 1 MS /2 + AK 0.0 1.0 0.5 H 0.0 1.0 0.5 H + AK 0.0 1.0 0.5 Rata-rata 0.0b 1.0a Pertambahan jumlah daun (helai) 8 MSTa 1 MS /2 0.6 1.3 1.0b 1 MS /2 + AK 0.0 1.8 0.9b H H + AK Rata-rata MS 1/2 MS 1/2 + AK H H + AK Rata-rata MS 1/2 MS 1/2 + AK H H + AK Rata-rata
1.8 0.4 0.7b
2.0 1.6 1.7a
Pertambahan jumlah daun (helai) 12 MSTa 1.6 1.9 1.0 2.6 3.2 2.8 5.3 2.8 2.9 2.5 Pertambahan jumlah daun (helai) 16 MSTa 2.0 2.8 1.0 3.2 3.6 4.8 3.6 4.0 2.6 3.6
1.9a 1.0b
1.8b 1.9b 3.0a 4.0a
2.4a 2.3a 4.0a 3.8ab
a Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji α 5% (uji selang berganda Duncan); menggunakan data transformasi (x+1)1/2, MST: minggu setelah tanam, AK: air kelapa, H: hyponex.
12
Pertambahan jumlah daun pada media Hyponex memiliki pengaruh sangat nyata karena pupuk Hyponex yang digunakan mengandung 20% N. Keragaan jumlah daun pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2.
Hyponex
Hyponex + Air Kelapa
MS 1/2
MS 1/2 + Air Kelapa (A)
MS 1/2
MS 1/2 + Air Kelapa
Hyponex
Hyponex + Air Kelapa (B)
Gambar 2 Keragaan jumlah daun pada planlet pada12 MST (A) populasi 1
dan (B) populasi 2 pada empat komposisi media
13
Penggunaan media Hyponex + air kelapa 150 ml l-1 menghasilkan rata-rata jumlah daun lebih banyak pada 12 MST. Pertumbuhan dan multiplikasi Plb menggunakan air kelapa yang baik diduga petumbuhan Plb karena anggrek lebih sesuai dengan sitokinin alami, karena komposisi air kelapa lebih kompleks dibandingkan dengan sitokinin sintetik seperti BA dan kinetin. Air kelapa disamping mengandung zeatin juga terdapat diphenyl urea, gula dan beberapa senyawa organik lainnya (Mederos-Molina 2004). Interaksi populasi dengan media mempengaruhi pertumbuhan dan pertambahan jumlah daun, hal ini disebabkan oleh kandungan auksin dan sitokinin dalam air kelapa yang dapat merangsang pembelahan dan pembesaran pada pucuk tanaman, sedangkan sitokinin berperan dalam pertumbuhan daun (Wetherell 2000). Sitokinin mempengaruhi berbagai proses fisiologis didalam tanaman. Aktivitasnya yang utama adalah mendorong pembelahan sel-sel meristem dan efek-efek ini akan bergantung dari hadirnya fitohormon lain, terutama auksin (Wattimena 1988). Penggunaan auksin dan sitokinin pada media kultur jaringan juga digunakan oleh Rosdiana (2010) yang menunjukkan bahwa perlakuan 5 mg l-1 thidiazuron menghasilkan jumlah daun pada planlet anggrek Phalaenopsis amboinensis terbanyak yaitu 3.33 helai. Gunawan (2005) menyatakan bahwa pupuk majemuk yang dibutuhkan oleh anggrek mengandung 10% N, 4% P, 6% K, 15% S, dan 7% Ca. Pertumbuhan anggrek muda lebih baik diberikan pupuk N lebih tinggi misalnya pupuk daun dengan komposisi unsur hara 30-10-10. Setelah tanaman berbunga pupuk yang diberikan adalah pupuk yang mengandung N, P, dan K seimbang misalnya pupuk daun dengan komposisi unsur hara 20-20-20.
Pertambahan Jumlah Akar Pertambahan jumlah akar pada dua populasi anggrek Phalaenopsis hingga minggu ke-16 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah akar sangat berbeda nyata pada empat komposisi media. Pertumbuhan akar pada kedua populasi dimulai pada 4 MST untuk populasi 2 dan pada 7 MST untuk populasi 1, hal ini menunjukkan bahwa Plb sudah menjadi planlet. Hal serupa juga terdapat pada penelitian Prihatmanti dan Mattjik (2004) memperlihatkan inisiasi akar setelah terbentuknya tunas yang muncul pada tiga kultur tanaman Anthurium menggunakan air kelapa dengan konsentrasi 10 dan 20% pada 4 MST. Pada Phalaenopsis akar membutuhkan penggunaan Ca dan N yang lebih banyak (Arditti 1992). Jumlah akar terbanyak terdapat pada Plb yang menggunakan media Hyponex dan Hyponex ditambah dengan air kelapa yaitu 3.4 pada 16 MST. Interaksi populasi dengan media sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan pertambahan akar. Hal ini disebabkan oleh kandungan auksin yang dihasilkan tanaman anggrek dibutuhkan oleh tunas, daun yang baru tumbuh, akar (Arditti 1992) sehingga komposisi media yang mengandung Hyponex + air kelapa dapat membantu pertumbuhan akar (Tabel 4). Komposisi media Hyponex + air kelapa juga memiliki rata-rata pertambahan jumlah akar yang meningkat hingga minggu ke-16. Keragaan jumlah akar untuk populasi 1 dan populasi 2 dalam setiap komposisi media dapat dilihat pada Gambar 3.
14
Tabel 4
Rata-rata pertambahan jumlah akar dua populasi anggrek Phalaenopsis pada beberapa komposisi media
Media MS 1/2 MS 1/2 + AK H H + AK Rata-rata MS 1/2 MS 1/2 + AK H H + AK Rata-rata MS 1/2 MS 1/2 + AK H H + AK Rata-rata MS 1/2 MS 1/2 + AK H H + AK Rata-rata
Populasi 1 2 Pertambahan jumlah akar 4 MSTa 0.0 1.0 0.0 1.0 0.0 1.0 0.0 1.0 0.0a 1.0b Pertambahan jumlah akar 8 MSTa 0.0 1.2 0.0 1.4 0.8 1.2 0.0 1.0 0.2b 1.2a Pertambahan jumlah akar 12 MSTa 1.0 1.9 0.0 2.1 2.2 2.2 1.9 1.6 1.3b 2.0a Pertambahan jumlah akar 16 MSTa 1.9 2.6 0.0 3.3 3.4 3.4 3.4 3.0 2.2b 3.1a
Rata-rata 0.5 0.5 0.5 0.5
0.6ab 0.7ab 1.0a 0.5a
1.4bc 1.0c 2.2a 1.8ab
2.3b 1.6c 3.4a 3.2ab
a Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji α 5% (uji selang berganda Duncan); menggunakan data transformasi (x+1)1/2, MST: minggu setelah tanam, AK: air kelapa, H: hyponex.
Hyponex
Hyponex + Air Kelapa (A)
Gambar 3 Keragaan jumlah akar pada planlet pada 16 MST (A) populasi 1 dan (B) populasi 2 pada empat komposisi media
15
MS 1/2
MS 1/2 + Air Kelapa (A)
MS 1/2
MS 1/2 + Air Kelapa
Hyponex
Hyponex + Air Kelapa (B)
Gambar 3 Keragaan jumlah akar pada planlet pada 16 MST (A) populasi 1 dan (B) populasi 2 pada empat komposisi media Pertambahan jumlah akar juga ditunjukkan dalam penelitian Sari et al. (2011) bahwa penambahan air kelapa pada media mampu menginduksi munculnya akar pada tanaman Paphiopedilum supardii. Rata-rata pertambahan jumlah akar terbanyak terdapat pada perlakuan 300 ml l-1 air kelapa. Pada perlakuan 300 ml l-1 air kelapa menghasilkan rata-rata pertambahan panjang akar 3.5 mm menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan perlakuan 150 ml l-1 air kelapa yaitu 3.4 mm. Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi air kelapa terbaik untuk membantu proses pemanjangan akar pada tanaman Paphiopedilum supardii.
16
Persentase Plb Tumbuh Menjadi Planlet
Persentase tumbuh Plb populasi hibrida anggrek Phalaenopsis hingga menjadi planlet di minggu ke-16 di kedua populasi pada media MS 1/2, Hyponex dan Hyponex + air kelapa 150 ml l-1 sebesar 100%. Penggunaan media MS 1/2 + air kelapa 150 ml l-1 pada populasi 1 di minggu ke-16 menghasilkan nilai persentase tumbuh Plb menjadi planlet sebesar 66.6%. Media MS 1/2 + air kelapa 150 ml l-1 pada populasi 1 mempunyai persentase tumbuh Plb menjadi planlet yang terendah. Pertumbuhan Plb menjadi planlet pada populasi 2 lebih baik dibandingkan dengan populasi 1 pada empat perlakuan media (Tabel 5). Keragaan persentase tumbuh planlet untuk populasi 1 dan populasi 2 dalam setiap komposisi media dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 5
Persentase Plb tumbuh menjadi planlet dua populasi anggrek Phalaenopsis pada empat komposisi media (16 MST)
Media MS 1/2 MS 1/2 + AK H H + AK Rata-rata
Populasi 1 2 Persentase Plb menjadi planlet (%) 16 MSTa 100.0 100.0 66.6 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 91.6 100.0
Rata-rata 100.0 83.3 100.0 100.0
a Angka-angka pada kolom atau baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji α 5% (uji selang berganda Duncan).
Hyponex
Hyponex + Air Kelapa
(A) Gambar 4 Keragaan pertumbuhan planlet pada 16 MST (A) populasi 1 dan (B) populasi 2 pada empat komposisi media
17
MS 1/2 + Air Kelapa
MS 1/2 (A)
MS 1/2 + Air Kelapa
MS 1/2
Hyponex
Hyponex + Air Kelapa (B)
Gambar 4 Keragaan pertumbuhan planlet pada 16 MST (A) populasi 1 dan (B) populasi 2 pada empat komposisi media Penggunaan media MS 1/2 + air kelapa pada populasi 2 menimbulkan pencoklatan pada media karena adanya senyawa fenolik, namun planlet pada populasi 2 memiliki warna daun hijau pekat dan akar yang lebih besar dibandingkan dengan media lainnya. Hal serupa juga terjadi pada penelitian Afriani (2006) menggunakan bahan tanam tunas anggrek Dendrobium, pada media MS yang ditambah dengan air kelapa 100 sampai 200 ml l-1 menunjukkan pertumbuhan tunas anggrek Dendrobium yang berupa bulatan-bulatan putih. Beberapa Plb yang ditanam pada media tersebut bahkan ada yang mengalami pencoklatan sehingga pertumbuhan terhambat. Pencoklatan dapat terjadi karena adanya senyawa fenolik asam absisik dan gas O2 yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi pada eksplan.
18
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan pertambahan Plb dipengaruhi secara nyata oleh populasi, komposisi media, dan interaksi antara populasi dengan komposisi media. Populasi 1 menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik (rata-rata 5.4 Plb 16 minggu-1) dibandingkan dengan populasi 2 (rata-rata 2.2 Plb 16 minggu-1). Media yang terbaik untuk pertumbuhan Plb menjadi planlet pada kedua populasi adalah Hyponex (2 g l-1) atau Hyponex (2 g l-1) + air kelapa 150 ml l-1. Media MS 1/2 + air kelapa pada populasi 2 menunjukkan keragaan perubahan warna yang terlihat pada minggu ke-16, warna daun menjadi hijau pekat, warna pada akar hijau tua dan memiliki akar yang tebal dan semakin panjang. Saran Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan media bahan organik air kelapa pada taraf konsentrasi yang lebih tinggi dan dilakukan karakter pengamatan ukuran Plb, panjang daun, panjang akar, dan warna daun.
DAFTAR PUSTAKA Afriani AT. 2006. Penggunaan gandasil, air kelapa dan ekstrak pisang pada perbanyakan tunas dan perbesaran planlet anggrek Dendrobium (Dendrobium anayao) secara In Vitro [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian. IPB. Arditti J. 1992. Fundamental of Orchid Biology. Department of Developmental and Cell Biology. California (US): University of California. Chen JT, Chang WC. 2001. Effects of auxins and cytokinins on direct somatic embryogenesis on leaf explants of Oncidium ‘Gower Ramsey’. Plant Growth Regulat. 34:229-232. Darmono DW. 2003. Menghasilkan Anggrek Silangan. Jakarta (ID): Penerbit Swadaya. 78 hlm. Gunawan LW. 2005. Budidaya Anggrek. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. George EF, Sherrington PD. 1984. Handbook of Plant Propagation by Tissue Culture. England (GB): Eastern Press Ltd. Hendaryono DPS. 2000. Pembibitan Anggrek Dalam Botol. Yogyakarta (ID): Penerbit Kanisius. 70 hlm. Herlina D. 1986. Pengaruh lokasi tumbuh pada pertumbuhan dan pembungaan anggrek Cymbidium ensifolium [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hew CS, Yong JWH. 1996. Physiologi of Tropical Orchids in Relation To the Industry. Singapore (SG): World Scientific Pub Co. 331 p.
19
Irawati. 1996. Potensi Anggrek Indonesia dan Pengembangan Kultur Unggul. Makalah Seminar Anggrek. Jakarta (ID): [penerbit tidak diketahui]. Iswanto H. 2005. Merawat dan Membungakan Anggrek Phalaenopsis. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 66 hlm. Kencana IP. 2007. Cara Cepat Membungakan Anggrek. Jakarta (ID): Gramedia. 64 hlm. Letham DS. 1974. Regulators of cell division plant tissue XX The Cytokinins of coconut milk. [tempat tidak diketahui] Physiol Plant. 32:66-70. Mata-Rosas M, Salazar-Rojas VM. 2009. Propagation and Establisment of Three Endangered Mexican Orchids from Protocorms. Mexico (MX): HortSci. 44(5):1395-1399. Mederos-Molina S. 2004. In vitro callus induction and plants from stem and petiole explants of salvia canariensis L. Plant Tissue Cult. 14(2):167-172. Niknejad A, Kadir MA, Kadzimin SB. 2011. Full Length Research Paper In vitro plant regeneration from protocorms-like bodies (PLBs) and callus of Phalaenopsis gigantea (Epidendroideae: Orchidaceae). Afr. J. Biotech. 10(56):11808-11816. Nursandi F. 1997. Karakter keturunan hasil persilangan anggrek Phalaenopsis berdasarkan morfologi dan pola pita isozim [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Prihatmanti D, Mattjik NA. 2004. Penggunaan zat pengatur tumbuh NAA dan BAP serta air kelapa untuk menginduksi organogenesis tanaman anthurium (Anthurium andreanum). J. Agron. Indonesia. 32(1):20-25. Puspitaningtyas DM, Mursidawati. 1999. Koleksi Anggrek Kebun Raya Bogor. Bogor (ID): UPT Balai Pengembangan Kebun Raya, LIPI. Rachmatullah. 2009. Pembesaran plantlet anggrek Dendrobium “Kanayao” secara in vitro dan perlakuan media aklimatisasi [skripsi]. Bogor(ID): Fakultas Pertanian. IPB. Rojanawong T. 2006. In vitro flower bud induction of Phalaenopsis Cygnus ‘Silky Moon’from seed-derived plantlets. Thailand (TH): Department of Biology, Faculty of Science, Silpakorn University. Rosdiana. 2010. Pertumbuhan anggrek bulan (Phalaenopsis amboinensis) endemik sulawesi pada beberapa jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh secara in vitro. J. Agrisistem. 6(2):88-96. Sari YP, Manurung H, Aspiah. 2011. Pengaruh pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan anggrek kantong semar (Paphiopedilum supardii Braem & Loeb) pada media knudson secara in vitro. Samarinda (ID): Mulawarman Scientifie. 10(2):219-231. Setiawan H. 2005. Usaha Pembesaran Anggrek. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 88 hlm. Sulistianingsih R. 2004. Peningkatan kualitas anggrek dendrobium hibrida dengan pemberian kolkisin. Bogor (ID): JIPI. 11:13-21. Untari R, Puspitaningtyas DM. 2006. Pengaruh bahan organik dan NAA terhadap pertumbuhan anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) dalam kultur In Vitro. Biodiversitas. 7(3): 344-348. Wattimena GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas IPB.
20
Wetherell DF. 2000. Pengantar propagasi tanaman secara in vitro. Koensoemardiyah S, penerjemah. Semarang (ID): IKIP Semarang Press. Terjemahan dari: Introduction to In Vitro Propagation. Widiastoety D, Kusumo S, Syafni. 1997. Pengaruh tingkat ketuaan air kelapa dan jenis kelapa terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium. Jurnal Hortikultura. 7(3):768–772. Yusnida B, Syafii W, Sutrisna. 2006. Pengaruh pemberian giberelin (GA3) dan air kelapa terhadap perkecambahan bahan biji anggrek bulan (Phalaenopsis Amabilis Bl) secara in vitro. J. Biogenesis. 2(2):41-46. Young PS, Murthy HN, and Yeuep PK. 2001. Mass multiplication of protocorm-like bodies using bioreactor system and subsequent plant regeneration in Phalaenopsis. Plant Cell Tissue Organ Cult. 63:67-72.
21
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 27 September 1990 dari ayah Achdiyat dan ibu Sri Hartini Prantaria. Penulis adalah putri ketiga dari empat bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.