PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN: VALIDITAS HUKUM OKUN DI INDONESIA
JURNAL ILMIAH Disusun oleh :
Dyan Ari Iswanto 105020115111002
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul : PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN: VALIDITAS HUKUM OKUN DI INDONESIA
Yang disusun oleh : Nama
:
Dyan Ari Iswanto
NIM
:
105020115111002
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 9 Juli 2013
Malang, 9 Juli 2013 Dosen Pembimbing,
Dr. Ghozali Maski, SE., MS. NIP. 19580927 198601 1 002
PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN: VALIDITAS HUKUM OKUN DI INDONESIA Dyan Ari Iswanto Ghozali Maski Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email:
[email protected] ABSTRACT This study tested the validity of Okun's law in the Indonesian economy by using the difference version of Okun's law to get Okun coefficient. Moreover, the causality test was also conducted to determine the direction of the relationship variables of economic growth and unemployment. By using the Ordinary Least Square (OLS) analysis and Granger Causality Test it was concluded that the Okun's law proved to be invalid in the indonesian economy as Okun coefficient significance level is quite small. But economic growth variables shown to affect the unemployment variable statistically. Keywords: Economic Growth, Unemployment, Okun's Law, Granger Causality ABSTRAK Kajian ini menguji validitas Hukum Okun pada perekonomian Indonesia dengan menggunakan difference version Hukum Okun untuk mendapatkan koefisien Okun. Selain itu, juga dilakukan uji kausalitas untuk mengetahui arah hubungan variabel pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Dengan menggunakan analisis Ordinary Least Square (OLS) dan Granger Causality Test didapatkan kesimpulan bahwa Hukum Okun terbukti tidak valid dalam perekonomian Indonesia karena nilai koefisien Okun tingkat signifikansinya cukup kecil. Namun variabel pertumbuhan ekonomi terbukti mempengaruhi variabel pengangguran secara statistik. Kata kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, Hukum Okun, Granger Causality
A. PENDAHULUAN Terdapat tiga variabel penting dalam makroekonomi yang digunakan ahli ekonomi untuk mengukur kinerja perekonomian. Variabel-variabel tersebut adalah produk domestik bruto (Gross Domestic Product = GDP), tingkat pengangguran (unemployment rate), dan indeks harga konsumen (IHK). Pada tahun 1962, Arthur Okun, secara khusus meneliti hubungan dua dari tiga variabel di dalam makroekonomi yaitu pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari sisi output dengan tingkat pengangguran. Hasil dari penelitian tersebut kemudian dikenal dengan Hukum Okun (Okun’s Law). Berdasarkan Hukum Okun, jumlah pengangguran berhubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Adanya pertumbuhan dalam Gross Domestic Product (GDP) yang mendekati 2 persen akan mengurangi pengangguran sebesar 1 persen (Mankiw, 2007). Dalam kerangka makroekonomi, Hukum Okun menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara tingkat pengangguran dan GDP. Kemudian dalam jangka waktu lebih dari tiga puluh tahun, sejumlah ekonom menemukan bukti empiris yang menguatkan hubungan antar variabel tersebut. Hal ini menarik perhatian banyak kalangan, bukan hanya karena bukti empiris yang kuat tetapi yang tidak kalah penting adalah perannya sebagai sebuah blok bangunan dalam makroekonomi. Perkiraan empiris koefisien Okun, yang merupakan ukuran respon pengangguran terhadap pertumbuhan output, sangat penting karena mereka menunjukkan hubungan pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi. Beberapa ekonom telah mengikuti Okun (1962) dengan menguji hubungan antara pengangguran dan output untuk mendapatkan perkiraan koefisien Okun. Ekonom tersebut mencakup, antara lain,
1
Smith (1975), Gordon (1984), Knoester (1986), Prachowny (1993), Weber (1995), Moosa (1997a, 1999), Attfield dan Silverstone (1998), Lee (2000), Harris dan Silverstone (2001), dan Sogner Stiassny (2002), dan Silvapulle et al (2004). Studi-studi tersebut umumnya mendukung validitas empiris dari hubungan pengangguran dan output tetapi perkiraan koefisien Okun bervariasi secara substantial antar negara dan dari waktu ke waktu. Selama kurun waktu 4-5 tahun terakhir perekonomian Indonesia bukan merupakan yang tertinggi, namun dinilai paling stabil dibandingkan negara lainnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 6,1-6,3 persen pada tahun 2012 dengan ditopang oleh sektor konsumsi yang tinggi yang dikombinasikan dengan ekspor dan investasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan tren positif sejak tahun 2000 hingga tahun 2012. GDP tahun 2000 berada pada angka Rp1.389.769,9 milliar dan pada tahun 2012 Rp2.618.139,2 milliar (GDP Harga Konstan Thn 2000). Peningkatan GDP riil tersebut sebesar dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2000. Hal tersebut menggambarkan terjadinya pertumbuhan ekonomi yang sangat signifikan dalam perekonomian Indonesia meskipun pada periode 2008-2009 sempat terjadi krisis pada perekonomian global. Meskipun begitu, pengangguran yang cukup tinggi menjadi isu penting di berbagai negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Menurut data International Labour Organization (ILO), pada periode tahun 1997-2012 Indonesia memiliki rataan tingkat pengangguran cukup tinggi yaitu diatas 6 persen. Tingkat pengangguran tertinggi sebesar 10,8 persen dan terjadi pada tahun 2005 atau berselang 6 tahun dari krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti karena krisis ekonomi hebat yang melanda Indonesia terjadi pada periode 1998-1999. Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti mengenai Hukum Okun dapat diketahui bahwa koefisien Okun di tiap-tiap negara berbeda dan hubungan antar variabel. Serta, melihat fenomena ekonomi yang terjadi di Indonesia dan belum adanya literatur ilmiah yang khusus mengangkat Hukum Okun di Indonesia, maka pada penelitian ini bertujuan melihat bagaimana validitas Hukum Okun pada perekonomian Indonesia. B. TINJAUAN PUSTAKA Tujuan Makroekonomi Kebijakan di bidang makroekonomi memiliki tiga tujuan utama yaitu pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran yang rendah, dan adanya stabilitas harga. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah peningkatan produksi barang dan jasa dalam jangka waktu yang panjang. Meski pertumbuhan ekonomi adalah tujuan yang paling penting, namun bukan satu-satunya. Tingginya penyerapan terhadap angkatan kerja juga menjadi pertimbangan penting dalam perekonomian. Pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja merupakan indikator perekonomian yang saling terkait. Hukum Okun Pada tahun 1962, Okun dalam artikelnya menyajikan dua hubungan empiris yang menghubungkan tingkat pengangguran dan output riil, yang kemudian dikenal menjadi Hukum Okun. Hingga saat ini, kedua persamaan sederhana yang dikembangkan Okun telah digunakan sebagai aturan praktis sejak saat itu. Kedua hubungan Okun muncul dari pengamatan dimana lebih banyak tenaga kerja biasanya diperlukan untuk menghasilkan lebih banyak barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Lebih banyak tenaga kerja bisa diartikan dalam berbagai bentuk, seperti memiliki karyawan yang bekerja lebih lama atau menyewa lebih banyak pekerja. Untuk menyederhanakan analisis, Okun mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran dapat berfungsi sebagai pengganti variabel dari jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam perekonomian. The difference version (Okun, 1962). Hubungan Okun yang pertama mengungkap bagaimana perubahan dalam tingkat pengangguran dari satu seperempat hingga berikutnya berpindah secara triwulanan dalam output riil. Bentuk formulanya (Knotek, 2007): Perubahan pada tingkat pengangguran = a + b * (pertumbuhan output Real)
2
Hubungan ini disebut difference version dari hukum Okun. Disini Okun menemukan bahwa terdapat hubungan yang terjadi dalam waktu yang bersamaan antara pertumbuhan output dan perubahan dalam pengangguran yaitu, bagaimana output tumbuh bervariasi secara bersamaan dengan perubahan dalam tingkat pengangguran. Parameter b sering disebut sebagai "koefisien Okun". The gap version (Okun, 1962). Pada hubungan okun yang pertama didasarkan pada statistik makroekonomi mudah diakses, sedangkan hubungan kedua Okun mengaitkan tingkat pengangguran dengan kesenjangan antara output potensial dan output aktual. Dalam output potensial, Okun berusaha untuk mengidentifikasi berapa banyak perekonomian akan memproduksi "dalam kondisi full employment". Dalam kondisi full employment, Okun mempertimbangkan apa yang dia yakini bahwa tingkat pengangguran berada pada level cukup rendah untuk menghasilkan sebanyak mungkin output tanpa menghasilkan terlalu banyak tekanan inflasi. Tingkat pengangguran yang tinggi, menurut Okun, biasanya akan dikaitkan dengan sumber daya yang tidak terpakai. Dalam keadaan seperti itu, yang akan terjadi adalah tingkat output aktual berada di bawah kemampuan potensialnya. Tingkat pengangguran yang sangat rendah akan dikaitkan dengan skenario terbalik. Dengan demikian hubungan kedua dari Hukum Okun, atau gap version dari hukum Okun, memiliki formula (Knotek, 2007): Tingkat Pengangguran = c + d * (Gap antara output potensial dan output aktual) Variabel c dapat diartikan sebagai tingkat pengangguran yang terkait dengan full employment. Koefisien d akan bernilai positif agar sesuai dengan persamaan diatas. The dynamic version (Okun, 1962). Salah satu dari pengamatan Okun menyatakan bahwa baik output masa lalu dan saat ini dapat berdampak pada tingkat pengangguran saat ini. Dalam difference version Hukum Okun, hal ini diartikan bahwa beberapa variabel yang relevan telah dihilangkan dari sisi kanan dari persamaan. Sebagian didasarkan pada saran dimana banyak dari ekonom lain untuk menggunakan versi dinamis dari Hukum Okun. Bentuk umum untuk dynamic version Hukum Okun akan menunjukkan pertumbuhan output riil, pertumbuhan output riil masa lalu, dan perubahan dalam tingkat pengangguran sebagai variabel di sisi kanan persamaan. Variabel ini akan menjelaskan perubahan tingkat pengangguran yang terjadi saat ini pada sebelah kiri persamaan. Dynamic version dari hukum Okun ini memberi ruang beberapa kemiripan dengan difference version asli dari hukum Okun. Namun, pada dasarnya tetap berbeda karena tidak hanya menangkap korelasi yang terjadi secara bersamaan antara perubahan tingkat pengangguran dan pertumbuhan output riil. Hubungan dinamis tidak ketat terkait waktu terjadinya hubungan antara pertumbuhan output dan perubahan tingkat pengangguran. Namun kelemahan dari versi ini adalah bahwa hubungan antar variabel tidak dapat ditafsirkan secara sederhana seperti difference version yang asli dari Hukum Okun. Penelitian Terdahulu Moosa (1997) meneliti Hukum Okun pada negara G7 yaitu Amerika, Jepang, Jerman, Perancis, Inggris, Italia, dan Kanada. Moosa menggunakan metode Harvey untuk mengekstraksi data time series sebelum diregresi menggunakan ordinary least square (OLS), rolling OLS, dan seemingly unrelated regession (SUR). Moosa menemukan terdapat perbedaan koefisien Okun di masing-masing negara yang diteliti. Lee (2000) meneliti hubungan dalam Hukum Okun dari 16 negara OECD pasca perang dunia. Lee menggunakan difference model dan gap model seperti yang terdapat dalam Hukum Okun. Untuk gap model, Lee mengolah dan membangun data dengan metode alternatif yaitu HP filter, metode dekomposisi BN, dan Kalman filter dengan didasarkan pada kerangka NAIRU. Lee menemukan bahwa pasar tenaga kerja dan struktur industri di negara-negara maju telah berevolusi dengan cara baru sehingga hubungan antara output dan pengangguran, umumnya dikenal sebagai hukum Okun itu, layak untuk dilakukan pemeriksaan ulang. Knotek (2007) meneliti hubungan antara GDP riil dan pengangguran di Amerika. Knotek menemukan bahwa hukum Okun bukanlah hubungan yang erat. Ada banyak pengecualian dalam hukum Okun, atau kejadian dimana turunnya pertumbuhan output tidak selalu bertepatan dengan
3
meningkatnya pengangguran. Hal ini berlaku ketika melihat selama jangka waktu panjang dan pendek. Ini adalah pengingat bahwa hukum Okun bertentangan dengan konotasi dari kata "hukum", hanya aturan praktis, bukan merupakan fitur struktural dari perekonomian. Zaleha Mohd Noor, dkk. (2007) meneliti tentang keberadaan Hukum Okun di perekonomian Malaysia terkait hubungan negatif antara pengangguran dan output (GDP). Dari penelitian tersebut mereka menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara output dan pengangguran dimana koefisien yang diperoleh adalah -1.748 dan diketahui bahwa pengangguran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan output di Malaysia. Uji Kausalitas granger juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan dua arah antar variabel pengangguran dan output (GDP). Petkov (2008) menguji koefisien Okun di Inggris. Petkov menggunakan alat analisis autoregressive distributed lag model (ARDL) dengan pendekatan Hodrick-Prescott filter (Filter HP). Pendekatan ini digunakan Petkov untuk menangkap fenomena NAIRU dan kemudian ditindaklanjuti dengan menerapkan Error Correction Model (ECM) untuk mendapatkan koefisien Okun. Petkov membuktikan bahwa terdapat hubungan antara pertumbuhan output dan pengangguran. Namun koefisien Okun yang ditemukan Petkov nilainya berbeda dari versi asli koefisien Okun. Arshad (2010) menggunakan gap equation dan tehnik Hodrick-Prescott Filter (HP) menemukan bukti empiris bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara PDB dan pengangguran dalam jangka pendek yang menguatkan Hukum Okun (1962). Untuk jangka panjang, digunakan Uji Kointegrasi dan Error Correction Model (ECM) menunjukkan bahwa PDB dan pengangguran terkointegrasi satu sama lain dalam jangka panjang. Hanusch (2012) membahas pertumbuhan ekonomi dan pengangguran dengan menggunakan data 8 negara Asia Timur selama periode antara tahun 1997-2011 untuk mendapatkan Koefisien Hukum Okun yang memperlihatkan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Hasilnya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh dalam mengurangi pengangguran, namun terdapat variasi di negara yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi lapangan kerja, meski tidak dalam agregat tetapi dalam komposisinya. Ada bukti bahwa lapangan kerja di sektor pertanian bergerak kontra-siklis, dimana efeknya dalam periode krisis, sektor pertanian dapat berfungsi sebagai shock absorber untuk mengurangi dampak PHK di sektor industri. C. METODE PENELITIAN Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Data yang digunakan adalah pertumbuhan GDP dan tingkat pengangguran Indonesia periode 1977-2012. Alat analisis yang digunakan adalah analisis time series menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dan Granger Causality Test. Model persamaan yang digunakan sesuai dengan difference version Hukum Okun (dalam Knotek, 2007), yaitu: Change in the unemployment rate = a + b*(Real output growth) atau Ut = a + b*( Yt / Yt)
(1)
Dimana Ut adalah perubahan tingkat pengangguran di tahun t. Nilai ( Yt / Yt) merupakan laju pertumbuhan GDP Riil. Koefisien b menunjukkan perubahan pengangguran yang disebabkan oleh perubahan GDP dan disebut sebagai koefisien Okun. Pertama, menggunakan difference version dari Hukum Okun untuk mengetahui koefisien Okun dan melihat hubungan antara pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Data time-series makroekonomi cenderung non-stasioner maka perlu dilakukan Unit Root Test dengan menggunakan Augmented Dickey-Fuller Test (ADF) untuk mengetahui data tersebut stasioner atau tidak. Kedua, melakukan Uji Kausalitas untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran ataupun sebaliknya.
4
D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Uji Stasioneritas dan Derajat Integrasi Uji stasioneritas data dilakukan untuk memastikan ada tidaknya akar unit pada variabel-variabel yang diteliti. Pengujian stasioneritas dilakukan dengan menggunakan ADF-test. Berdasarkan hasil uji ADF dapat diketahui bahwa variabel UNP belum stasioner pada derajat level dan baru stasioner pada derajat first difference-nya. Variabel UNP menolak H0 (data tidak stasioner) pada tingkat kepercayaan 1% dengan nilai t-statistic lebih besar dari critical value. Tabel 1: Hasil Uji Stasioneritas dengan Uji ADF Critical Value Variabel Level (Level) UNP -1.058947 -3.639407 (1%) GDPGrowth -4.199230 -3.632900 (1%) Sumber: Hasil estimasi Eviews 6 (diolah)
First Difference -3.987564
Critical Value (1st Diff) -3.639407 (1%)
2. Hasil Estimasi Koefisien Okun Estimasi difference version hukum Okun menunjukkan hasil sebagai berikut: unemployment rate = a + b*(Real output growth)
Change in the
Tabel 2: Hasil Analisis Regresi Variabel
Koefisien
C 0.002666 GDPGrowth -0.023375 R2 = 0.016801 DW-stat = 1.169101 Sumber: Hasil estimasi Eviews 6 (diolah)
T-stat
P-value
1.332469 -0.750934 F-stat = 0.563901
0.1918 0.4580
Berdasarkan hasil analisis regresi difference version dari Hukum Okun dapat diketahui bahwa koefisien Okun (b) sebesar -0,023. Nilai Probabilitas dari variabel GDPGrowth sebesar 0,4580 dengan nilai R2 sebesar 0,016. Secara kuantitatif, nilai probabilitas dan R2 dari variabel GDPGrowth menunjukkan angka yang tidak signifikan. 3. Hasil Uji Kointegrasi Pengujian kointegrasi dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan jangka panjang di antara variabel-variabel penelitian. Jika variabel/series dalam penelitian terbukti terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya, jika tidak ada kointegrasi maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat keterkaitan hubungan antar variabel dalam jangka panjang. Pengujian kointegrasi yang dilakukan dengan metode Johansen pada penelitian ini memberikan hasil sebagai berikut: Tabel 3: Hasil Uji Kointegrasi
Trace Statistic
Critical Value 5%
20.90460 15.49471 Sumber : Hasil estimasi Eviews 6 (diolah)
Max Eigen Value
Critical Value 5%
18.20028
14.26460
Berdasarkan hasil uji Johansen dapat diketahui bahwa H0 yang menyatakan tidak ada hubungan kointegrasi dapat ditolak karena baik trace statistic maupun max eigen value menunjukkan nilai yang lebih besar dari critical value-nya. Sedangkan H1 yang menyatakan bahwa terdapat kointegrasi antar variabel dapat diterima.
5
4. Hasil Uji Kausalitas Granger Uji kausalitas Granger digunakan untuk melihat arah pengaruh dan keterkaitan antar variabel penelitian. Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan satu arah dari GDPGrowth ke UNP dengan derajat kepercayaan di bawah 5%. Sedangkan pada UNP ke GDPGrowth tidak ditemukan adanya hubungan antar variabel tersebut. Tabel 4: Hasil Uji Kausalitas Granger Pairwise Granger Causality Tests Null Hypothesis: Lags 3 GDPGROWTH does not Granger Cause UNP UNP does not Granger Cause GDPGROWTH Sumber: Hasil estimasi Eviews 6 (diolah)
Obs
F-Statistic
Prob.
33
9.30931 0.19095
0.0002 0.9016
5. Pembahasan Hasil Penelitian Sebelum memaparkan lebih jauh mengenai interpretasi hasil analisis data, penting untuk menegaskan kembali definisi operasional dari variabel pertumbuhan ekonomi dan pengangguran sesuai dengan yang dijelaskan pada bab 3. Hal ini bertujuan agar interpretasi tidak terjadi multi tafsir, dimana pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai laju pertumbuhan GDP Riil Indonesia, begitu juga dengan pengangguran yang didefinisikan sebagai tingkat pengangguran. Hasil estimasi dari difference version Hukum Okun menunjukkan hasil dimana koefisien Okun 0,023 dengan nilai R-squared yang tidak signifikan. Dari hasil Uji Kausalitas Granger dapat diketahui bahwa terdapat hubungan satu arah dari variabel GDPGrowth terhadap variabel UNP dengan derajat kepercayaan di bawah 5%. Dengan begitu, hipotesis 1 dapat diterima, sedangkan hipotesis 2 ditolak. Hasil ini mendukung studi-studi sebelumnya dimana validitas dari hubungan pengangguran dan output terbukti tetapi perkiraan koefisien Okun bervariasi secara substantial antar negara dan dari waktu ke waktu. Studi sebelumnya, antara lain, Smith (1975), Gordon (1984), Knoester (1986), Prachowny (1993), Weber (1995), Moosa (1997a, 1999), Attfield dan Silverstone (1998), Lee (2000), Harris dan Silverstone (2001), dan Sogner Stiassny (2002), dan Silvapulle et al (2004). Dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan satu arah antara pengangguran dan output di Indonesia, dimana pertumbuhan output riil mempengaruhi tingkat pengangguran. Koefisien Okun yang didapatkan dari difference version Hukum Okun menunjukkan perkiraan koefisien Okun yang kecil dan negatif dengan tingkat signifikasi yang sangat rendah. Penelitian ini bisa dikatakan kontras dengan hasil yang ditemukan untuk negara yang perekonomiannya lebih maju sehingga diperlukan penjelasan terkait adanya perbedaan tersebut. Cukup jelas terlihat bahwa struktur perekonomian Indonesia yang diteliti dalam penelitian ini berbeda dari AS, Jepang dan Eropa dimana hukum Okun tampaknya bekerja cukup baik sebagai keteraturan empiris. Penelitian yang menunjukkan hasil sama dengan penelitian ini diantaranya adalah penelitian Imad A. Moosa (2008) yang menemukan hasil yang berbeda pada empat negara Arab dan penelitian Marech Hanusch (2012) dengan menggunakan data 8 negara Asia Timur. Menurut Imad A. Moosa (2008) terdapat tiga alasan mengapa hasil penelitian terkait Hukum Okun kontras untuk negara yang struktur perekonomian yang berbeda dengan negara yang ekonominya lebih maju. Pertama adalah bahwa pengangguran di negara-negara ini bersifat non-siklis, dimana terdapat pengangguran struktural dan/atau friksional. Adanya pengangguran struktural akibat dari perubahan ekonomi yang tidak diimbangi oleh perubahan dalam pendidikan dan pelatihan. Kedua, adanya kekakuan pasar tenaga kerja, terutama karena pasar tenaga kerja didominasi oleh pemerintah sebagai sumber utama permintaan tenaga kerja. Ketiga adalah struktur ekonomi suatu negara, yang didominasi oleh pemerintah dan mungkin satu sektor saja. Jika sektor yang dominan tidak padat karya, maka pertumbuhan di sektor ini (yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan) tidak akan mengurangi pengangguran. Koefisien Okun cenderung lebih tinggi di negara maju daripada di negaranegara berkembang lebih dikarenakan oleh perbedaan struktur perekonomiannya tersebut.
6
Berdasarkan penjelasan tersebut, memberikan gambaran mengapa Hukum Okun memiliki efek yang berbeda antara negara berkembang dan negara yang sudah maju struktur perekonomiannya. Pada negara maju skills-labor lebih dibutuhkan dalam perekonomian dibandingkan dengan intensive-labor. Dengan demikian tingkat pengangguran akan bersifat pro-siklis pada negara maju. Jika menilik struktur perekonomian Indonesia yang masih tergolong negara berkembang, maka penjelasan tersebut bisa diterima secara logis. Tabel 5 Struktur Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir Pendidikan Tertinggi Tidak / Belum PernahSekolah /Belum Tamat SD
2005 (Nov) 937.985
781.920
532.820
547.038
637.901
757.807
877.265
2
Sekolah Dasar
2.729.915
2.589.699
2.179.792
2.099.968
1.531.671
1.402.858
1.120.090
3
SLTP
3.151.231
2.730.045
2.264.198
1.973.986
1.770.823
1.661.449
1.890.755
4
SMTA (Umum dan Kejuruan)
5.106.915
4.156.708
4.070.553
3.812.522
3.879.471
3.344.315
3.074.946
5
Diploma I/II/III/Akademi
308.522
278.074
397.191
362.683
441.100
443.222
244.687
6
Universitas
395.538
395.554
566.588
598.318
701.651
710.128
492.343
12.630.106
10.932.000
10.011.142
9.394.515
8.962.617
8.319.779
7.700.086
No.
1
Total
2006 (Agst)
2007 (Agst)
2008 (Agst)
2009 (Agst)
2010 (Agst)
2011 (Agst)
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hingga tahun 2005 struktur pengangguran di Indonesia didominasi oleh tenaga kerja yang memiliki tingkat pendidikan terakhir adalah SMTA sebanyak 5.106.915 jiwa atau hampir setengah dari jumlah total pengangguran. Selanjutnya diikuti SLTP dan SD sebanyak 3.151.231 jiwa dan 2.729.915 jiwa. Pada tahun 2011, jumlah total pengangguran berkurang menjadi 7.700.086 jiwa. Namun komposisi tingkat pendidikan yang mengisi jumlah total pengangguran urutannya masih sama yaitu SMTA (3.074.946) di urutan pertama, SLTP (1.890.755) kedua, dan SD (1.120.090) di urutan ketiga. Dari data tersebut jelas terlihat bahwa masih terdapat pengangguran struktural/friksional di dalam perekonomian Indonesia. Hal ini menjawab mengapa di Indonesia Hukum Okun berlaku kontras dibandingkan dengan negara maju dimana tingkat pengangguran lebih responsif terhadap perubahan output riil. Pada penelitian lain, Hanusch (2012) menjelaskan dalam kondisi agregat terdapat bukti yang menunjukkan bahwa kekuatan efek Okun tidak jelas dalam membedakan antara ekspansi ekonomi dan kontraksi. Kemudian Marek juga menemukan bahwa jika terjadi shock dalam sektor pertanian atau non-pertanian, maka Hukum Okun akan mampu menjelaskan sangat baik untuk sektor non-pertanian. Sedangkan pada sektor pertanian, Hukum Okun akan berlaku terbalik, yaitu adanya negatif-shock terhadap pertumbuhan ekonomi akan berdampak meningkatnya lapangan pekerjaan di bidang pertanian dan begitu juga sebaliknya. Efek ini tampaknya terbatas pada saat krisis ekonomi yang menunjukkan pertanian yang berfungsi sebagai shock absorber dari tenaga kerja yang berlebih di sektor industri. Dari penjelasan Hanusch dapat kita tarik kesimpulan bahwa terdapat faktor lain yang menyebabkan Hukum Okun tidak berlaku di negara berkembang. Faktor ini serupa dengan pendapat Moosa (2008) yaitu terkait struktur ekonomi. Namun faktor yang disampaikan Hanusch lebih spesifik pada penyerapan tenaga kerja di sektor/bidang yang menopang perekonomian. Hal ini juga berlaku pada perekonomian Indonesia dimana sektor pertanian masih menjadi sektor/bidang yang memiliki proporsi tertinggi dalam menyerap tenaga kerja.
7
Tabel 6 Proporsi Tenaga Kerja Terserap (% Lapangan Kerja) Berdasarkan Sektor/Bidang Sektor / Bidang
1986
1989
1997
Industri 8,30 13,30 19,00 Pertanian 55,20 56,20 41,20 Jasa 36,50 30,50 39,80 Total 100,00 100,00 100,00 Sumber: World Bank, Metada Indonesia (diolah)
1998
2004
2011
16,20 45,00 38,80 100,00
18,00 43,30 38,70 100,00
20,60 35,90 43,50 100,00
Pada tahun 1986 sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebanyak 55,20 persen dari total tenaga kerja yang ada, jasa 36,50 persen dan industri hanya menyerap 8,30 persen. Industri mulai tumbuh pada awal 1990-an, hal ini terlihat pada 1997 sektor industri mampu menyerap 19 persen tenaga kerja, sedangkan sektor pertanian berkurang menjadi 41,20 persen. Pada saat krisis ekonomi tahun 1998, tenaga kerja yang terserap di sektor industri berkurang menjadi 16,20 persen dan sektor pertanian menjadi “penolong” dengan menyerap 45 persen dari total tenaga kerja. Fakta tersebut sesuai dengan hasil penelitian Hanusch dimana sektor pertanian (termasuk sektor informal) menjadi faktor penting yang menyebabkan Hukum Okun berlaku secara terbalik untuk negara-negara berkembang khususnya negara yang sektor pertanian masih memegang peranan penting dalam struktur perekonomiannya. Alasan lain yang sangat mungkin menyebabkan tingkat pengangguran tidak responsif terhadap perubahan output adalah adanya capital intensive. Hal ini diartikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada perekonomian Indonesia lebih disebabkan oleh pertumbuhan modal. Faktor pemicu pertumbuhan ekonomi seperti ini tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam perekonomian. Sehingga sangat dimungkinkan tingkat pengangguran tidak akan berkurang secara signifikan meskipun indikator pertumbuhan ekonomi menunjukkan peningkatan. Implikasi Hukum Okun di Indonesia Knotek (2007) menyatakan bahwa Hukum Okun memiliki kemampuan untuk digunakan sebagai aplikasi praktis. Namun berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian ini ditemukan fakta bahwa terdapat perbedaan antara hasil penelitian dengan versi asli Hukum Okun. Fenomena Hukum Okun tidak sepenuhnya terjadi dalam perekonomian Indonesia. Hal ini bisa diartikan bahwa Hukum Okun belum dapat digunakan sebagai alat ukur yang valid dalam menjelaskan hubungan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran Indonesia. Meskipun penelitian menunjukkan hasil yang kurang memuaskan namun Hukum Okun dapat berimplikasi dan berperan dalam proses identifikasi permasalahan yang sedang terjadi dalam perekonomian Indonesia. Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat pengangguran dalam perekonomian Indonesia bersifat tidak responsif terhadap perubahan dalam output riil. Penyebabnya adalah adanya pengangguran struktural/friksional dalam perekonomian Indonesia dan adanya perbedaan struktur ekonomi antara negara berkembang seperti Indonesia dibandingkan dengan negara maju. Pada negara berkembang intensive-labor masih dominan dibutuhkan dalam perekonomian daripada skills-labor. Identifikasi awal dari Hukum Okun tersebut dapat dijadikan acuan oleh pemerintah dalam menyusun kebijakan ekonomi. Dalam kasus ini, pemerintah perlu memberikan perhatian kepada sektor usaha yang mampu menyerap tenaga padat karya (intensive labor). Khususnya terhadap sektor pertanian dan informal, dimana proporsi kemampuan menyerap tenaga kerja masih lebih tinggi dibandingkan dengan sektor industri. Sektor ini terbukti mampu berperan sebagai shock-absorber dalam situasi krisis dalam perekonomian. Secara praktis, Hukum Okun masih layak dijadikan sebagai salah satu alat untuk mengetahui hubungan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Khususnya bagi negara-negara yang struktur ekonominya sudah maju. Untuk memahami hubungan tersebut secara lebih komprehensif, dapat ditambahkan variabel-variabel antara lain tingkat produktivitas tenaga kerja dan jumlah jam kerja di
8
sektor industri (Prachowny, 1993), serta perlu memperhatikan sifat variabelnya yang selalu berubah (Knotek, 2007), yaitu pertumbuhan angkatan kerja dan pertumbuhan produktivitas tenaga kerja (Blanchard, 2009). E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa Hukum Okun terbukti tidak valid dalam perekonomian Indonesia karena berbeda dengan koefisien asli dari Hukum Okun. Nilai koefisien Okun tingkat signifikansinya cukup kecil secara statistik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengangguran tidak responsif terhadap perubahan output riil. Terdapat dua penjelasan mengapa tingkat pengangguran di Indonesia tidak responsif terhadap perubahan dalam output riil. Pertama, terdapat pengangguran struktural/friksional dalam perekonomian Indonesia. Kedua, adanya perbedaan struktur ekonomi antara negara berkembang dan negara maju. Pada negara berkembang intensive-labor masih dominan dibutuhkan dalam perekonomian daripada skills-labor. Kedua hal tersebut mengakibatkan tingkat pengangguran yang terjadi pada negara berkembang seperti Indonesia bersifat kontra-siklis. Pada penelitian ini hubungan antara variabel pertumbuhan output riil dan tingkat pengangguran tidak terbukti saling mempengaruhi. Penelitian ini hanya menemukan secara statistik bahwa variabel pertumbuhan output riil mempengaruhi tingkat pengangguran dalam jangka panjang yaitu pada lag tahun ketiga. Hal ini disebabkan struktur ekonomi Indonesia hampir sebagian besar penyerapan tenaga kerjanya masih ditopang oleh sektor pertanian dan sektor informal. Sektor pertanian mampu berperan sebagai shock-absorter terhadap adanya situasi krisis dalam perekonomian. Temuan ini semakin memperkuat penjelasan bahwa pada perekonomian di negara berkembang variabel pengangguran bersifat tidak responsif terhadap variabel perubahan output riil. Saran Pemerintah sebaiknya mendorong pertumbuhan yang bersifat produktif dan menyerap banyak tenaga kerja, bukan pertumbuhan yang bersifat capital intensive. Sektor pertanian masih menjadi faktor penting dalam perekonomian Indonesia, sehingga pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap sektor ini. Perhatian tersebut dapat berupa kebijakan atau peraturan untuk memberikan insentif khusus bagi para petani. Selain itu, untuk mengatasi pengangguran struktural/friksional diperlukan program pelatihan khusus dalam meningkatkan keterampilan (skills) tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan sektor industri. Pemerintah juga perlu memberikan pelatihan dan bantuan di bidang kewirausahaan bagi tenaga kerja yang tidak terserap dalam sektor industri. Bagi peneliti selanjutnya, sebaiknya menggunakan data yang dimulai pada awal 1990-an dan dengan rentang periode yang lebih panjang. Mengingat struktur perekonomian Indonesia pada sektor industri mulai tumbuh pesat pada periode tersebut. Serta perlu dipertimbangkan untuk memasukkan variabel lain seperti tingkat produktivitas tenaga kerja dan jumlah jam kerja di sektor industri untuk memahami hubungan pertumbuhan ekonomi dan pengangguran secara lebih komprehensif dalam estimasi Hukum Okun. Pada akhirnya penelitian ini masih jauh dari kata sempurna dan harapannya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk penelitian-penelitian selanjutnya. UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.
9
DAFTAR PUSTAKA Altig, David, Fitzgerald, Terry., and Rupert, Peter., 1997. "Okun's Law Revisited: Should We Worry about Low Unemployment?". Federal Reserve Bank of Cleveland Economic Commentary. Amornthum, S., 2002. Japan’s Potential Growth: An HP Filter Approach. Research Paper for Econ, 614. Economic Development of Japan. Arshad, Zeeshan., 2010. The Validity of Okun’s Law in the Swedish Economy. Department Of Economics Stockholm University. Attfield, C. and Brian Silverstone. 1997. Okun’s Coefficient: A Comment, Review of Economics and Statistics, vol. 79, no. 2, pp. 326–29. Attfield, C. and Brian Silverstone. 1998. Okun’s Law, Cointegration and Gap Variables, Journal of Macroeconomics, 20, 125-137. Badan Pusat Statistik. 2013. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2004 – 2013. www.bps.go.id. Diakses tanggal 4 Maret 2013. Bank Indonesia. 2013. Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000. www.bi.go.id. Diakses tanggal 4 Maret 2012 Blanchard, Olivier., 2009. Macroeconomics Fifth Edition. New Jersey; Pearson Prentice Hall. Dickey, David A. and Fuller, Wayne A., 1979. Distribution of the Estimators for Autoregressive Time Series with a Unit Root, Journal of the American Statistical Association, Volume 74, Issue 366 (Jun., 1979), 427-431. Edward S. Knotek, II., 2007. How useful is Okun's law?. Economic Review. Federal Reserve Bank of Kansas City, Fourth Quarter, 73-103. Euromonitor, 2013. Indonesia Statictic Data. www.euromonitor.com. Diakses tanggal 4 Maret 2013. Freeman, D., 2000. a Regional Test of Okun’s Law, International Advances In Economic Research, Vol. 6, 557-570. Gujarati, D., 2004. Ekonometrika Dasar. Zain dan Sumarno [Penerjemah]. Jakarta; Erlangga. Gordon, Robert J., 1984. Unemployment and Potential Output in the 1980s. Brookings Papers on Economic Activity, 15 (1984): 537-564. Granger, C. W. J., 1969. Investigating Causal Relations by Econometric Models and Cross-spectral Methods, Econometrika, Vol. 37, No. 3. (August., 1969), pp. 424-438. Granger, C. W. J., and Eagle, Robert F., 1987. Co-integration and Error Correction: Representation, Estimation, and Testing. Econometrica, Vol. 55, Issue 2(Mar., 1987), 251-276. Granger, C. W. J. and Newbold, P., 1974. Spurious Regressions In Econometrics, Journal of Econometrics 2, 111-120. Gylfason, T., 1997. Okun’s Law and Labor-market Rigidity: The Case of Sweden, SNS.
10
Hall, Robert E. & Lieberman, M., 2008. Principles and Appications of Macroeconomics. Student Edition. China; Thompson South-Western. Hanusch, Marek., 2012. Jobless Growth? Okun’s Law in East Asia. Policy Research Working Paper 6156. The World Bank, East Asia and the Pacific Region, Economic Policy Sector, August 2012. Harris, R. & Silverstone, B., 2001. Testing for asymmetry in Okun’s law: A cross-country comparison. Economics Bulletin, 5(2), pp.1–13. Harvey, A.C. 1985. Trends and Cycles in Macroeconomic Time Series, Journal of Business and Economic Statistics, 13, 216-227. Hsing, Yu. 1991. Unemployment and the GNP Gap: Okun's Law Revisited. Eastern Economic Journal 17 (October/December 1991): 409-16. Knoester, A. 1986. Okun’s Law Revisited, Weltwirtschafliches Archiv, 122, 657-666. Lal, I., et al., 2010. Test of Okun’s Law in Some Asian Countries Co-integration Approach, Journal of Scientific Research, ISSN 1450-216X Vol. 40 No. 1 (2010), pp. 73-80. Lee, Jim., 2000. The Robustness of Okun's Law: Evidence from OECD Countries. Journal of Macroeconomics, Spring 2000, Vol. 22, No. 2, pp. 331-356 Louisiana State University Press. Malley, Jim., and Molana, Hassan., 2008. Output, Unemployment and Okun’s law: Evidence from G7. Economics Letters, 101 (2008), 113-115. Mankiw, Gregory., 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta; Erlangga. Mizon, G. E., 1995. A simple message for autocorrelation correctors: don’t. Journal of Econometrics,69, 267–288. Mohd Noor, Zaleha., Mohamed Nor, Norashidah and Abdul Ghani, Judhiana., 2007. The Relationship Between Output And Unemployment In Malaysia: Does Okun's Law exist?, International Journal of Economics and Management, 1(3), 337-344. Moosa, Imad A. 1997. A Cross-Country Comparison Of Okun's Coefficient. Journal of Comparative Economics 24 (3): 335–356. Moosa, Imad A. 1999. Cyclical Output, Cyclical Unemployment and Okun’s Coefficient: Structural Time Series Approach, International Review of Economics and Finance, 8, 293-304. Moosa, Imad A., 2008. Economic Growth and Unemployment In Arab Countries: Is Okun’s Law Valid?, International Conference on “The Unemployment Crisis in the Arab Countries”, 1718 March 2008, Cairo-Egypt. Okun, A.M., 1962. Potential GNP: Its Measurement and Significance, Proceedings of the Business and Economic Statistics, 98-103. Parkin, Michael., 2008. Macroeconomics 8 Edition. Boston; Pearson Education.
11
Petkov, Boris., 2008. The Labour Market and Output in the UK – Does Okun’s Law Still Stand?, Discussion Papers Bulgarian National Bank, DP/69/2008. Phillips, Peter C. B., and Perron, Pierre., 1988. Testing for unit root in time series regression, Biometrika, 75, 2, pp. 335-346. Prachowny, M.F.J. 1993. Okun’s Law: Theoretical Foundations and Revisited Estimates, Review of Economics and Statistics, 75, 331-335. Sheehan, R.G. & Zahn, F., 1980. The Variability of the Okun Coefficient. Southern Economic Journal, 47(2), pp.488-497. Silvapulle, P., Moosa, I.A. and Silvapulle, M. 2004. Asymmetry in Okun’s Law, Canadian Journal of Economics, 37, 353-374. Smith, G. 1975. Okun’s Law Revisited, Quarterly Review of Economics and Business,15, 37-54. Sögner, Leopold and Alfred Stiassny. 2002. An Analysis of the Structural Stability of Okun’s Law: A Cross-Country Study, Applied Economics 34:1775-1787. Ting, N.Y. & Ling, L.S., 2011. Okun’S Law In Malaysia: An Autoregressive Distributed Lag (Ardl) Approach With Hodrick-Prescott (HP) Filter, Journal of Global Business and Economics, 2(1), pp.98–106. Villaverde, José., and Maza, Adolfo., 2009. The Robutsness of Okun’s Law in Spain, 1980-2004 Regional Evidence, Journal of Policy Modeling, 31 (2009), 289-297. Viren, Matti., 2001. The Okun Curve is Non-linear, Economics Letters, 70 (2001), 253-257. Weber, Christian E. 1995. Cyclical Output, Cyclical Unemployment, and Okun's Coefficient: A New Approach. Journal of Applied Econometrics 10 (October 1995): 433-55. World Bank. 2013. Indonesia Metadata 2012. www.worldbank.org. diakses tanggal 4 Maret 2013.
12