PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG BOGOR (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) PADA BEBERAPA JARAK TANAM DAN PEMUPUKAN
SANDY KHOVIALAHDI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2015 Sandy Khovialahdi NIM A24110110
ABSTRAK SANDY KHOVIALAHDI. Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan. Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak tanam dan jenis pupuk terhadap pertumbuhan dan produksi kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak faktorial dengan dua faktor yaitu jarak tanam dan pemupukan. Faktor jarak tanam terdiri atas empat taraf yaitu jarak tanam 60 cm x 20 cm, 50 cm x 20 cm, 60 cm x 10 cm, dan 50 cm x 10 cm. Faktor pemupukan terdiri atas dua taraf yaitu pupuk kandang + NPK dan tanpa pupuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam mempengaruhi jumlah daun, indeks luas daun, bobot polong kering per tanaman, indeks panen, bobot polong basah per meter, bobot polong kering per meter, dan bobot biji per meter. Pemupukan tidak mempengaruhi semua peubah yang diamati. Jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan pertumbuhan dan produksi per individu tanaman yang tertinggi sedangkan jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan produksi per meter yang tertinggi. Kata kunci: crop growth rate, indeks luas daun, kerapatan tanaman.
ABSTRACT
SANDY KHOVIALAHDI. Growth and Yield of Bambara Groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) in Several Plant Spacings and Fertilization. Supervised by HENI PURNAMAWATI This research aimed to analyze the effect of plant spacing and fertilization to growth and yield of bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdcourt). This research used randomized complete block design with two factors were plant spacing and fertilization. Plant spacing consisted of four levels which is 60 cm x 20 cm, 50 cm x 20 cm, 60 cm x 10 cm, and 50 cm x 10 cm. Fertilization factor consisted of two levels such as manure + NPK and without fertilizer. The result showed that plant spacing affected number of leaves, leaf area index, pod dry weight per plant, harvest index, pod fresh weight per meter, pod dry weight per meter, and seed weight per meter significantly. Fertilization did not affect all variabels observed. Spacing of 50 cm x 20 cm produced the highest growth and yield per individual plant, while spacing of 60 cm x 10 cm produced the highest yield per meter. Keyword: crop growth rate, leaf area index, plant density.
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG BOGOR (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) PADA BEBERAPA JARAK TANAM DAN PEMUPUKAN
SANDY KHOVIALAHDI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Nama NIM
: Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan : Sandy Khovialahdi : A24110110
Disetujui oleh
Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Agr Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Sugiyanta, MSi Ketua Departemen
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Pertumbuhan dan Produksi Kacang Bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada Beberapa Jarak Tanam dan Pemupukan” dapat diselesaikan dengan baik. Karya ilmiah ini membahas mengenai upaya untuk meningkatkan hasil produksi kacang bogor melalui perbaikan teknik budidaya dengan cara pengaturan jarak tanam dan pemupukan. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr Ir Heni Purnamawati, MSc Agr sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah, serta Dr Ir Yudiwanti Wahyu Endro Kusumo MS sebagai penguji dan Juang Gema Kartika SP Msi sebagai wakil urusan yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyusunan karya ilmiah sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr Sandra Arifin Aziz, MS yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menempuh pendidikan sarjana. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Argani yang telah membatu selama penelitian di lapangan, serta kepada kedua orang tua, adik, sahabat, dan temanteman penulis yang telah memberikan bantuan serta dukungan selama penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Desember 2015
Sandy Khovialahdi
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Hipotesis
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Morfologi dan Syarat Tumbuh Kacang Bogor
2
Populasi dan Jarak Tanam
3
Pemupukan
3
METODE
4
Tempat dan Waktu
4
Bahan dan Alat
4
Metode Percobaan
5
Pelaksanaan Percobaan
5
Pengamatan Percobaan
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Fase Vegetatif
8
Fase Generatif
13
Korelasi Antarpeubah
16
KESIMPULAN DAN SARAN
19
Kesimpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
22
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR TABEL 1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum percobaan 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam dan pemupukan terhadap peubah fase vegetatif dan generatif kacang bogor 3 Jumlah daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan 4 Lebar kanopi kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan 5 Indeks luas daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan 6 Pengaruh kombinasi perlakuan jarak tanam dan pemupukan terhadap indeks luas daun kacang bogor 7 CGR per tanaman kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan 8 Bobot brangkasan kering (BBK), bobot polong basah (BPB), bobot polong kering (BPK), bobot biji (BB) per tanaman kacang bogor 9 Indeks panen per tanaman kacang bogor 10 Jumlah polong bernas (JPB) dan jumlah polong cipo (JPC) per tanaman kacang bogor 11 Produksi kacang bogor per meter 12 Koefisien korelasi antarpeubah tanaman kacang bogor
7 8 9 10 11 11 12 14 14 15 16 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah 2 Data iklim Dramaga bulan Maret-Juli 2015
22 22
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan Indonesia saat ini semakin meningkat seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan produksi tanaman pangan dalam negeri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan. Sumber bahan pangan alternatif perlu dikembangkan agar kebutuhan pangan dalam negeri dapat terpenuhi. Kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) merupakan tanaman yang berpotensi sebagai bahan pangan. Tanaman ini berasal dari Afrika Tropis dan pertama kali berhasil dibudidayakan di Bogor, Jawa Barat (Fachrudin 2000). Sifat utama tanaman kacang bogor adalah tahan terhadap keadaan kekurangan air sehingga kacang bogor dapat tumbuh pada saat musim kemarau dan di daerah kering yang belum banyak digunakan untuk budidaya. Penyebaran kacang bogor belum meluas karena belum banyak yang mengetahui pemanfaatan kacang bogor sehingga hanya beberapa daerah yang saat ini sudah membudidayakan kacang bogor. Kacang bogor dapat dikonsumsi dengan cara dipanggang atau direbus. Biji dan polong muda dapat dijadikan bahan tambahan dalam pembuatan sup (Van der Maesen dan Somaatmadja 1992) sedangkan di Indonesia kacang bogor dikonsumsi dengan cara digoreng atau direbus (Rukmana dan Oesman 2000). Produksi rata-rata kacang bogor oleh petani masih di bawah 4 ton per hektar. Tinggi rendahnya produksi kacang bogor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor genetik, faktor kesesuaian lingkungan, dan faktor teknik budidaya (Rukmana dan Oesman 2000). Peningkatan produksi kacang bogor melalui perbaikan teknik budidaya dapat dilakukan dengan cara optimasi populasi tanaman yaitu melalui pengaturan jarak tanam dan pemupukan. Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan kompetisi antartanaman dalam menggunakan sarana tumbuh yang akhirnya berpengaruh terhadap hasil produksi yang diperoleh. Jarak tanam yang umum digunakan dalam teknik budidaya kacang bogor adalah 60 cm x 25 cm (Fachrudin 2000). Penelitian Rahmawati (2014) di Bogor menunjukkan bahwa kacang bogor yang ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 25 cm dan 40 cm x 40 cm memiliki pertumbuhan dan produksi keseluruhan terbaik dibandingkan jarak tanam lain yang diujikan. Jarak tanam yang optimum perlu ditentukan untuk menghasilkan produksi yang optimum. Peningkatan produksi kacang bogor melalui pemupukan akan efektif jika dilakukan dengan tepat jenis, dosis, cara, dan waktu. Kombinasi pemupukan antara pupuk organik dan anorganik dapat meningkatkan produksi tanaman karena pupuk organik bersifat memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan fisik tanah sehingga memberikan kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian Widowati (2009) menunjukkan bahwa efisiensi pupuk NPK meningkat dengan adanya penambahan pupuk organik yang ditunjukkan oleh peningkatan tinggi tanaman pada caisim.
2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jarak tanam dan pemupukan terhadap pertumbuhan dan produksi kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt).
Hipotesis 1. Terdapat minimal satu jarak tanam yang dapat menghasilkan pertumbuhan dan produksi kacang bogor maksimum. 2. Terdapat kombinasi pupuk kandang dan pupuk NPK yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi kacang bogor terbaik. 3. Terdapat interaksi antara jarak tanam dan pemupukan yang menghasilkan pertumbuhan dan produksi kacang bogor terbaik..
TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Syarat Tumbuh Kacang Bogor Tanaman kacang bogor merupakan tanaman herba tahunan dengan tinggi mencapai 30 cm, bercabang banyak, dan memiliki batang yang berdaun trifoliate lateral di atas permukaan tanah. Kacang bogor memiliki tipe perkecambahan hipogeal (Linnemann dan Azzam-Ali 1993). Tanaman kacang bogor memiliki daun majemuk dengan tiga anak daun (trifoliate) yang berbentuk sedikit elips dengan tangkai daun yang panjang, tegak, dan sedikit berbulu. Bunga kacang bogor termasuk tipe bunga kupu-kupu yang muncul dari ketiak daun, tumbuh menyebar dengan panjang tangkai tidak lebih dari 1.5 cm. Mahkota bunga berwarna kuning muda, kuning kemerahan, atau berwarna gelap (Fachruddin 2000). Kacang bogor membentuk polong dan biji di atas atau tepat di bawah permukaan tanah. Polong berbentuk bulat dengan permukaan berkerut dan setiap polong berisi satu hingga dua biji. Biji berbentuk bulat dengan diameter mencapai 1.5 cm, permukaan halus, dan sangat keras ketika sudah kering. Biji kacang bogor ada yang berwarna krem, coklat, merah, berbintik, atau memiliki bercak hitam (NAS 1979). Kacang bogor dapat ditanam di daerah yang ketinggiannya mencapai 600 m di atas permukaan laut (dpl). Tanaman ini tumbuh baik di daerah yang memiliki sinar matahari cerah dengan suhu rata-rata harian 20 28°C. Kacang bogor dapat tumbuh optimum dengan curah hujan tahunan 750 900 mm meskipun dapat tetap tumbuh di daerah dengan curah hujan 600 750 mm. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada lahan mana pun dengan drainasi baik, tetapi yang paling tepat adalah tanah liat berpasir dengan pH 5.0 6.5 (Linnemann 1980).
3 Kacang bogor lebih membutuhkan air pada masa penanaman hingga pembungaan. Kacang bogor dapat tumbuh di tanah yang miskin hara. Tanah yang mengandung banyak nitrogen dihindari karena dapat merangsang pertumbuhan daun secara berlebihan sehingga menghambat pertumbuhan dan pengisian polong (NAS 1979).
Populasi dan Jarak Tanam Populasi tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi setiap tanaman dan tergantung pada jarak tanam yang digunakan dalam teknik budidaya. Penggunaan jarak tanam bertujuan mengatur letak tanaman serta memudahkan dalam penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama penyakit tanaman. Jarak tanam juga mempengaruhi efiesiensi penggunaan cahaya serta kompetisi antartanaman dalam menggunakan air dan hara sehingga akan mempengaruhi hasil produksi (Harjadi 1979). Populasi yang tinggi akan menghasilkan produksi tiap satuan luas yang tinggi karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Keragaan masing-masing tanaman akan menurun karena adanya persaingan sarana tumbuh antartanaman. Tanaman akan mengalami pengecilan ukuran baik tanaman utuh atau hanya bagian-bagian tertentu sebagai respon adanya persaingan (Harjadi 1979). Jarak tanam yang umum digunakan petani dalam budidaya kacang bogor adalah 60 cm x 25 cm (Fachruddin 2000). Berdasarkan penelitian Turmudi dan Suprijono (2010), populasi tanaman kacang bogor sebanyak 150 000 tanaman dengan jarak tanam 33.33 cm x 20 cm menunjukkan pertumbuhan dan produksi yang lebih tinggi daripada populasi 100 000 tanaman dengan jarak tanam 33.33 cm x 30 cm dan 200 000 tanaman dengan jarak tanam 33.33 cm x 15 cm. Berdasarkan penelitian Akpalu et al. (2012) di Ghana, penggunaan jarak tanam kacang bogor 50 cm x 20 cm dapat menghasilkan polong kering sebanyak 3399 kg ha-1, lebih tinggi daripada jarak tanam 50 cm x 30 cm dan 50 cm x 40 cm. Redjeki (2003) melaporkan bahwa penggunaan populasi 250 000 tanaman ha-1 tanpa pemupukan NPK akan diperoleh produksi biji kering 0.77 ton/ha.
Pemupukan Pupuk dapat diartikan sebagai senyawa dengan kandungan unsur hara yang diberikan pada tanaman. Pupuk dapat dikelompokkan menjadi pupuk alami dan pupuk buatan. Pupuk juga dapat digolongkan berdasarkan jumlah unsur yang dikandungnya yaitu pupuk lengkap yang mengandung unsur nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), dan pupuk tunggal yang hanya mengandung satu unsur (Jumin 2005). Unsur N berperan sebagai penyusun semua unsur protein, klorofil, asamasam nukleat, dan berperan dalam pembentukan koenzim. Unsur P berpengaruh dalam pembentukan bagian reproduktif tanaman dan berperan sebagai aktivator enzim. Unsur K berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, nitrogen dan sintesis protein, pengaturan pemanfaatan unsur hara utama, netralisasi asam-asam organik
4 penting, aktivasi berbagai enzim, percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem, serta pengaturan buka-tutup stomata dan hal-hal lain yang terkait dengan penggunaan air (Hanafiah 2005). Pupuk kandang merupakan salah satu jenis pupuk organik yang dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk kandang segar berupa kotoran hewan yang baru dikeluarkan oleh hewan dan pupuk kandang yang telah disimpan sehingga mengalami pembusukan (Sutedjo 1994). Pupuk kandang mempengaruhi bahan organik tanah melalui dua cara yaitu sebagai sumber hara yang dapat meningkatkan jumlah hara tersedia dan menaikkan hasil tanaman, serta dapat mempertahankan bahan organik tanah. Selain itu, pupuk kandang mengandung sejumlah unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman sehingga pemberiannya sangat disarankan untuk tanaman sayuran atau tanaman kebun (Soepardi 1983). Kelebihan penggunaan pupuk kandang dibandingkan dengan pupuk kimia yaitu aman digunakan dalam jumlah besar, membantu menetralkan pH tanah dan racun akibat adanya logam berat dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan porositas dan ketersediaan air tanah, membantu penyerapan hara dari pupuk kimia, serta mempertahankan suhu tanah. Penggunaan pupuk kandang juga memiliki kekurangan yaitu harus diberikan dalam jumlah besar, kadar hara yang tersedia bagi tanaman relatif sedikit, dan dapat menurunkan kualitas air bila berdekatan dengan sumber air (Marsono 2001). Berdasarkan penelitian Olusegun (2014) pada tanaman kacang tunggak, kombinasi penggunaan pupuk kandang dan pupuk NPK 15-15-15 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil produksi polong. Namun penelitian Redjeki (2003) menunjukkan bahwa pemupukan NPK tidak berpengaruh nyata pada jumlah polong per tanaman dan berat kering 100 biji kacang bogor.
METODE
Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikarawang IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 207 m dpl. Waktu penelitian mulai dari bulan Maret sampai dengan Juli 2015.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah benih lanras kacang bogor yang berasal dari Kabupaten Sumedang, pupuk NPK Phonska (15:15:15), pupuk kandang kambing, fungisida berbahan aktif propineb, insektisida berbahan aktif karbosulfan, dan insektisida berbahan aktif karbofuran. Alat-alat yang digunakan adalah alat budidaya pertanian, oven, leaf area meter LI-3000C, timbangan digital, dan alat tulis.
5 Metode Percobaan Penelitian terdiri dari dua faktor yaitu jarak tanam dan pemupukan. Faktor jarak tanam terdiri atas empat taraf yaitu 60 cm x 20 cm (J1), 50 cm x 20 cm (J2), 60 cm x 10 cm (J3), dan 50 cm x 10 cm (J4). Faktor jenis pemupukan terdiri atas dua taraf yaitu pupuk kandang 2 ton ha-1 ditambah 200 kg ha-1 pupuk NPK (P1) dan tanpa pemupukan (P2). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga percobaan ini memiliki 24 satuan percobaan. Satuan percobaan berupa petakan berukuran 3 m x 2.5 m. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 5 tanaman dari setiap petakan sehingga jumlah tanaman contoh yang diamati sebanyak 120 tanaman. Tanaman dipilih untuk destruksi pada 7 dan 11 MST masing-masing 2 tanaman dari setiap petak sehingga jumlah tanaman destruksi sebanyak 96 tanaman. Perlakuan disusun menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan dua faktor dan tiga kali ulangan. Model linier aditif yang digunakan untuk rancangan tersebut adalah: Yijk = μ + Ai +Bj + (AB)ij + Kk + Eijk Keterangan: Yijk : nilai pengamatan pada faktor populasi tanaman ke-i (i = 1, 2, 3, 4), faktor dosis pupuk kandang ke-j (j = 1, 2, 3, 4), dan ulangan ke-k (k = 1, 2, 3) µ : rataan umum Ai : pengaruh faktor tingkat populasi tanaman ke-i. Bij : pengaruh faktor jenis pupuk ke-j. (AB)ij : interaksi antara tingkat populasi tanaman ke-i dengan jenis pupuk ke-j. Kk : pengaruh ulangan ke-k. Eijk : pengaruh galat percobaan. Data yang diperoleh diuji menggunakan uji F pada taraf 5% untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati. Apabila terdapat perlakuan berpengaruh nyata terhadap peubah maka perlakuan tersebut dibandingkan dengan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Analisis data dilakukan menggunakan aplikasi Microsoft Excel dan SAS versi 9.1.3.
Pelaksanaan Percobaan Persiapan Lahan Lahan diolah dan diberi pupuk kandang satu minggu sebelum penanaman. Dosis pupuk kandang yang digunakan adalah 2 ton ha-1 sesuai perlakuan. Penanaman Lahan yang telah diolah dibuat lubang tanam dengan jarak tanam sesuai dengan perlakuan. Benih yang ditanam sebanyak satu benih per lubang. Insektisida berbahan aktif karbofuran diberikan dengan dosis 15 kg ha-1 saat penanaman.
6 Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan meliputi penyulaman, pemupukan, penyiangan, pembumbunan, dan penyemprotan. Penyulaman dan pemupukan dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam (MST). Pemupukan NPK (15:15:15) dilakukan dengan cara dialur. Penyiangan dilakukan setiap dua minggu dan pembumbunan dilakukan sejak 6 MST setiap satu bulan. Penyemprotan insektida berbahan aktif karbosulfan dan fungisida berbahan aktif propineb dilakukan setiap minggu pada 6 – 10 MST . Pemanenan Panen dilakukan saat tanaman berumur 16 MST. Tanaman dapat dipanen jika daun dari 80% populasi tanaman sudah menguning dan polong tanaman tidak lagi berwarna putih. Luas lahan yang dipanen yaitu 1 m2 untuk setiap perlakuan dengan jumlah tanaman per petak masing-masing 8 tanaman (J1), 10 tanaman (J2), 17 tanaman (J3), dan 20 tanaman (J4).
Pengamatan Percobaan Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh di setiap petak percobaan. Peubah yang diamati, yaitu: 1. Jumlah daun per tanaman; jumlah helaian daun yang sudah terbuka sempurna dihitung setiap 2 minggu pada 412 MST . 2. Lebar kanopi per tanaman; lebar terpanjang dan lebar tegak lurus diukur dan nilainya dirata-ratakan. Pengukuran dilakukan setiap 2 minggu pada 412 MST . 3. Perhitungan indeks luas daun (ILD) dilakukan saat tanaman berumur 7 dan 11 MST. Perhitungan ILD dilakukan menggunakan bantuan alat Leaf Area Meter LI-3 000C. 4. Crop Growth Rate (CGR); dihitung dengan rumus:
5.
6. 7. 8. 9.
Dimana W1 dan W2 adalah bobot kering tanaman awal dan akhir, T1 dan T2 adalah waktu awal dan akhir pengamatan dalam hari, dan GA adalah luas lahan yang digunakan oleh tanaman (Gul et al. 2013). Bobot brangkasan kering per tanaman; Pengeringan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 7080oC selama tiga hari. Pengukuran dilakukan pada 16 MST. Bobot polong basah, polong kering, dan biji per tanaman; Pengeringan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 7080oC selama tiga hari. Indeks panen; rasio antara bobot brangkasan kering dan bobot polong kering dihitung. Jumlah polong bernas dan polong cipo per tanaman; Bobot polong basah, polong kering, dan biji per meter; Pengeringan dilakukan menggunakan oven dengan suhu 7080oC selama tiga hari..
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Tanah yang digunakan untuk budidaya kacang bogor dalam penelitian ini dianalisis terlebih dahulu sebelum penelitian dilakukan. Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum tanam (Tabel 1) menunjukkan bahwa tanah pada lahan penelitian memiliki pH tergolong netral dengan tekstur lempung berdebu (9.07% pasir : 68.94% debu : 21.99% liat). Kandungan C organik dan K tergolong rendah, N total tergolong sedang, dan P tergolong sangat tinggi. Kriteria kandungan tanah berdasarkan Balai Penelitian Tanah dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 1 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum percobaan Peubah Nilai Kriteria pH (%) 6.66 netral C-organik (%) 1.38 rendah N-total (%) 0.27 sedang P-tersedia (ppm) 58.54 sangat tinggi K-tersedia (mg K2O 100g-1) 20.12 rendah Penanaman dilakukan pada bulan Maret 2015 saat curah hujan masih cukup tinggi seperti yang ditunjukkan oleh data iklim dari stasiun BMKG Dramaga pada Lampiran 2. Benih yang ditanam memerlukan air untuk bisa berkecambah sehingga waktu tanam perlu diperhitungkan supaya kebutuhan air dapat terpenuhi (Gardner 1991). Sebagian besar benih yang ditanam sudah berkecambah pada 2 MST sehingga penghitungan daya tumbuh dapat dilakukan pada waktu tersebut. Daya tumbuh benih yang dihitung yaitu sebesar 67.77%. Daya tumbuh yang rendah dapat disebabkan oleh penggunaan benih lanras yang pada umumnya memiliki viabilitas benih yang rendah. Benih yang tidak tumbuh disebabkan oleh serangan cendawan yang ditandai oleh busuknya benih atau serangan serangga yang ditandai oleh kulit benih yang tersisa dalam tanah. Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh sehingga populasi tanaman memiliki jumlah yang tetap. Tanaman kacang bogor secara keseluruhan tumbuh dengan baik tetapi mulai 6 MST tanaman terserang hama. Hama yang menyerang yaitu ulat, kutu daun (Aphis craccivora), dan tikus. Serangan ulat dan kutu daun mulai terjadi pada 6 MST sedangkan serangan tikus terjadi pada 13 MST. Ulat menyerang tanaman dengan cara memakan daun sehingga terjadi kerusakan pada daun. Kutu daun menyerang cabang yang muda dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga daun-daun dan cabang tersebut tumbuh kerdil (Marzuki 2009). Tikus menyerang tanaman kacang bogor dengan cara mengambil polong dan biji yang ada di dalam tanah. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya kulit polong yang berserakan di permukaan tanah pada beberapa petakan. Selain terserang hama, tanaman juga terserang penyakit busuk pangkal batang yang disebakan oleh cendawan Sclerotium rolfsii. Serangan cendawan ini ditandai dengan adanya hifa cendawan pada pangkal batang yang menjalar ke
8 daun. Pengendalian hama ulat dan kutu daun serta cendawan dilakukan secara kimiawi dengan menyemprotkan pestisida. Gulma merupakan tumbuhan yang tidak diharapkan ada di sekitar tanaman budidaya dan dapat meningkatkan persaingan dengan tanaman budidaya sehingga perlu dikendalikan. Pengendalian gulma dilakukan setiap dua minggu. Pembumbunan juga dilakukan agar percabangan dan polong tanaman kacang bogor tetap berada di dalam tanah. Pemanenan dilakukan pada 16 MST. Menurut Rahmawati (2014), tanaman kacang bogor dapat dipanen pada 17 MST. Namun, Redjeki (2003) menyatakan bahwa pemanenan kacang bogor dapat dilakukan berkisar antara 90 – 120 hari setelah tanam (HST).
Fase Vegetatif Fase vegetatif pada tanaman semusim terjadi sampai tanaman berbunga. Selama fase vegetatif, tanaman akan mengalami pertumbuhan yang signifikan seperti pertambahan tinggi tanaman, jumlah daun, dan lain-lain (Gardner 1991). Peubah yang diamati pada tanaman kacang bogor selama fase vegetatif yaitu jumlah daun, lebar kanopi, ILD, dan CGR. Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dan ILD sedangkan pemupukan tidak berbepngaruh nyata terhadap peubah vegetatif yang diamati (Tabel 2). Tabel 2 Rekapitulasi hasil sidik ragam pengaruh jarak tanam dan pemupukan terhadap peubah fase vegetatif dan generatif kacang bogor Peubah Jarak tanam Pemupukan Interaksi KK Jumlah daun 4 MST tn tn tn 12.23 6 MST tn tn tn 13.84 8 MST tn tn tn 21.17 10 MST ** tn tn 19.44 12 MST ** tn tn 17.23 Diameter kanopi 4 MST tn tn tn 7.90 6 MST tn tn tn 7.35 8 MST tn tn tn 7.99 10 MST tn tn tn 7.82 12 MST tn tn tn 7.72 Indeks luas daun 7 MST ** tn tn 17.24 11 MST ** tn ** 19.47 Crop growth rate 7 – 11 MST tn tn tn 42.02 11 – 16 MST tn tn tn 69.96 Jumlah polong bernas per tn tn tn 34.74 tanaman Jumlah polong cipo per tanaman tn tn tn 71.43 Bobot brangkasan kering tn tn tn 24.99
9 Peubah Bobot polong basah per tanaman Bobot polong kering per tanaman Bobot biji per tanaman Indeks panen Bobot polong basah per meter Bobot polong kering per meter Bobot biji per meter
Jarak tanam tn
Pemupukan tn
Interaksi tn
KK 33.65
*
tn
tn
29.97
tn * * * *
tn tn tn tn tn
tn tn tn tn tn
32.86 15.86 26.74 28.10 28.43
Keterangan: tn = tidak nyata, * = nyata pada taraf 5 %, ** = nyata pada taraf 1 %, KK = koefisien keragaman.
Jumlah Daun Hasil penelitian membuktikan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada 10 dan 12 MST sedangkan pemupukan tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Penelitian Turmudi dan Suprijono (2010) di Bengkulu yang dilakukan sejak bulan Oktober 2003 hingga Februari 2004 juga menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman kacang bogor. Selain itu, Rahmawati (2014) juga menyatakan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun. Tabel 3 Jumlah daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan Umur tanaman Perlakuan 4 MST 6MST 8 MST 10 MST 12 MST Jarak tanam ------------------Jumlah dauna---------------60 cm x 20 cm 10.78 22.39 33.97 43.08 b 47.54 a 50 cm x 20 cm 11.80 28.06 42.50 54.86 a 54.59 a 60 cm x 10 cm 11.54 25.22 34.89 41.40 b 37.31 b 50 cm x 10 cm 11.30 24.12 31.79 37.28 b 38.00 b Pupuk Pupuk kandang + NPK 11.47 25.73 36.74 46.97 47.33 Tanpa pupuk 11.24 24.16 34.83 41.34 41.39 a
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Tabel 3 di atas menunjukkan nilai rata-rata jumlah daun pada beberapa jarak tanam dan pemupukan. Jumlah daun pada awal pertumbuhan tidak berbeda nyata di setiap jarak tanam, tetapi pada 12 MST jarak tanam 50 cm x 20 cm dan 60 cm x 20 cm memiliki jumlah daun yang nyata lebih banyak yaitu 54.59 dan 47.54 helai jika dibandingkan dengan jarak tanam lain. Jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan rata – rata jumlah daun terbanyak selama pengamatan. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Ghana oleh Akpalu et al. (2012). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan jumlah daun pada tanaman kacang bogor yang paling banyak di antara jarak tanam lainnya. Pemberian pupuk kandang dan NPK dapat memberikan peningkatan pada jumlah daun namun tidak berbeda nyata dengan tanaman yang tidak diberi pupuk. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan hara dalam tanah yang digunakan sudah
10 cukup untuk memenuhi kebutuhan kacang bogor selama fase pertumbuhan (Redjeki 2003). Laju peningkatan jumlah daun mulai mengalami penurunan sejak 8 MST. Penurunan tersebut disebabkan oleh peralihan fase vegetatif menjadi fase generatif. Fotosintat pada fase vegetatif yang digunakan untuk pertumbuhan akan mulai dialihkan untuk pembungaan dan pengisian polong sehingga laju pertumbuhan akan menurun (Gardner 1991). Lebar Kanopi Jarak tanam dan pemupukan tidak mempengaruhi lebar kanopi tanaman kacang bogor. Namun, Rahmawati (2014) menyatakan bahwa lebar kanopi tanaman kacang bogor dipengaruhi secara nyata oleh jarak tanam. Selain itu, lebar kanopi pada setiap jarak tanam mulai mengalami penurunan sejak tanaman berumur 10 MST (Tabel 4). Hal ini dapat disebabkan oleh air dalam tanah yang kurang tersedia dan suhu lingkungan yang tinggi. Tingginya suhu lingkungan akan meningkatkan laju evapotranspirasi tanaman yang mengakibatkan tanaman kehilangan air lebih cepat. Air tanah yang kurang tersedia akan memicu tanaman untuk mengurangi ukuran daun sebagai respon terhadap cekaman supaya laju evapotranspirasi dapat dikurangi (Mwale et al. 2007; Vurayai et al. 2011). Tabel 4 Lebar kanopi kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan Umur tanaman Perlakuan 4 MST 6MST 8 MST 10 MST 12 MST Jarak tanam ----------------------cm--------------------------60 cm x 20 cm 30.92 38.95 44.12 40.90 37.88 50 cm x 20 cm 33.05 42.00 47.52 41.32 40.33 60 cm x 10 cm 33.07 41.25 44.88 41.57 38.17 50 cm x 10 cm 32.87 41.08 42.80 38.70 36.57 Pupuk Pupuk kandang + NPK 33.28 40.29 44.29 40.82 38.58 Tanpa pupuk 31.67 41.35 45.37 40.47 37.89 Tanaman kacang bogor diharapkan memiliki lebar kanopi yang besar. Tanaman yang memiliki lebar kanopi besar diduga meningkatkan jumlah polong karena bertambahnya jumlah cabang dan buku yang menjadi tempat munculnya polong (Actaria 2012).
Indeks Luas Daun (ILD) per Tanaman Indeks luas daun adalah perbandingan antara luas daun pada salah satu sisi dengan luas lahan pada satu tanaman (Breda 2003). Pengukuran luas daun dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu dengan menggunakan alat ukur luas daun berupa peranti fotoelektrik, metode regresi linier, dan rasio luas berat atau gravimetri (Gardner 1991). Jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap ILD pada 7 MST dan 11 MST sedangkan pemupukan tidak mempengaruhi ILD. Interaksi antara jarak tanam dan pemupukan terhadap indeks luas daun terlihat pada 11 MST. Penelitian yang dilakukan di Iran menyatakan bahwa jarak tanam dan pemupukan berpengaruh nyata terhadap ILD (Valadabadi dan Farahani 2010). Penanaman
11 kedelai secara double row yang dilakukan di Ghana oleh Addo-Quaye et al. (2011) juga menghasilkan nilai ILD yang lebih tinggi dari tanaman kedelai yang ditanam secara single row. Tabel 5
Indeks luas daun kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan Umur tanaman Perlakuan a 7 MST 11 MSTa Jarak tanam 60 cm x 20 cm 0.95 d 2.20 b 50 cm x 20 cm 1.50 c 2.31 b 60 cm x 10 cm 2.39 b 3.52 a 50 cm x 10 cm 2.80 a 3.55 a Pupuk Pupuk kandang + NPK 2.02 2.90 Tanpa pupuk 1.80 2.89 a
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 10 cm memiliki rata-rata nilai ILD tertinggi dan berbeda nyata dengan jarak tanam lain pada 7 MST. Sementara itu, jarak tanam 50 cm x 10 cm dan 60 cm x 10 cm menghasilkan rata-rata nilai ILD yang nyata lebih besar daripada jarak tanam lain pada 11 MST yaitu 3.55 dan 3.52. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Ghana untuk menentukan jarak tanam optimum dalam budidaya kacang bogor (Akpalu et al. 2012). Penelitian tersebut menggunakan perlakuan jarak tanam 50 cm x 20 cm, 50 cm x 30 cm, dan 50 cm x 40 cm dan hasil penelitiannya menunjukan bahwa pada jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan ILD yang paling tinggi. Hasil penelitian Doku (1978) di Ghana juga membuktikan bahwa semakin rapat jarak tanam maka semakin besar ILD. Tabel 6 Pengaruh kombinasi perlakuan jarak tanam dan pemupukan terhadap indeks luas daun pada 11 MST Perlakuan Indeks luas dauna Jarak Tanam Pemupukan Pupuk kandang + NPK 2.18 b 60 cm x 20 cm Tanpa pupuk 2.23 b Pupuk kandang + NPK 2.13 b 50 cm x 20 cm Tanpa pupuk 2.48 b Pupuk kandang + NPK 2.97 b 60 cm x 10 cm Tanpa pupuk 4.06 a Pupuk kandang + NPK 4.34 a 50 cm x 10 cm Tanpa pupuk 2.77 b a
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Pemberian pupuk kandang dan NPK pada tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 10 cm menghasilkan indeks luas daun yang lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi jarak tanam dan pemupukan lain. Namun, penggunaan jarak
12 tanam 50 cm x 10 cm yang disertai pemberian pupuk kandang dan NPK tidak berbeda nyata dengan tanaman pada jarak tanam 60 cm x 10 cm tanpa pemberian pupuk (Tabel 6). Penggunaan jarak tanam yang rapat dan ILD yang tinggi menyebabkan radiasi matahari dapat terserap secara optimal oleh daun sehingga peningkatan ILD diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman. Namun, persaingan yang terjadi antartanaman untuk mendapatkan air, hara, dan cahaya menjadi tinggi sehingga penurunan pertumbuhan dan hasil panen dapat terjadi (Hasanuzzaman et al. 2009). Crop Growth Rate (CGR) CGR merupakan nilai akumulasi bobot kering tanaman dalam suatu luas lahan dalam waktu tertentu (Khabiri 2012). Pengamatan CGR dilakukan dengan menggunakan 2 tanaman yang didekstruksi selain tanaman contoh dari setiap satuan percobaan. Pengambilan tanaman dilakukan pada 7 MST, 11 MST, dan saat panen. Tabel 7
CGR per tanaman kacang bogor pada beberapa jarak tanam dan pemupukan Periode Pengamatan Perlakuan 7 – 11 MSTa 11 – 16 MSTa Jarak tanam -------------g m-2 hari-1----------60 cm x 20 cm 5.16 4.07 50 cm x 20 cm 6.89 5.00 60 cm x 10 cm 8.93 5.15 50 cm x 10 cm 6.48 6.26 Pupuk Pupuk kandang + NPK 7.43 4.85 Tanpa pupuk 6.30 5.36 a
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Perlakuan jarak tanam dan pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap CGR. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kacang bogor yang ditanam menggunakan jarak tanam 60 cm x 20 cm, 50 cm x 20 cm, 60 cm x 10 cm, maupun 60 cm x 10 cm dengan pemberian pupuk maupun tanpa pemberian pupuk memiliki laju pertumbuhan yang tidak berbeda secara signifikan. Namun, penelitian Addo-Quaye et al. (2011) yang bertujuan untuk menentukan jarak tanam dan urutan penanaman yang sesuai dalam sistem tumpang sari gandum dan kedelai menunjukkan bahwa jarak tanam mempengaruhi CGR secara nyata. Valadabadi dan Farahani (2010) juga menyatakan bahwa jarak tanam dan pemupukan berpengaruh nyata terhadap CGR. Pengaruh perlakuan yang tidak nyata terhadap CGR disebabkan tanaman telah memasuki fase pembungaan dan pengisian polong pada periode 7 – 16 MST. Laju pertumbuhan tanaman tidak terlalu terlihat pada periode tersebut karena fotosintat yang tersedia digunakan untuk pembentukan bunga dan pengisian polong.
13 Berdasarkan data pada Tabel 7, jarak tanam 60 cm x 10 cm pada 11 MST memiliki nilai rata-rata CGR tertinggi sedangkan pada 16 MST jarak tanam 50 cm x 10 cm memiliki nilai rata-rata tertinggi. Perlakuan jarak tanam 60 cm x 20 cm memiliki nilai CGR terendah baik pada 11 MST maupun pada 16 MST. Tren peningkatan nilai CGR serupa dengan tren peningkatan ILD. Peningkatan CGR dan ILD terjadi seiring dengan meningkatnya populasi tanaman atau semakin rapatnya jarak tanam. Peningkatan nilai CGR berbanding lurus dengan nilai ILD (Addo-Quaye 2011). Peningkatan ILD dapat meningkatkan penyerapan radiasi matahari untuk melakukan fotosintesis lebih banyak sehingga akan menghasilkan bobot kering yang lebih besar dan CGR lebih tinggi (Valadabadi dan Farahani 2010; Addo-Quaye et al. 2011). Fase Generatif Fase generatif tanaman dimulai ketika tanaman tersebut mulai berbunga. Pertumbuhan tanaman akan mengalami penurunan saat memasuki fase generatif. Tanaman kacang bogor dalam penelitian ini mulai berbunga pada 6 MST. Hasil sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan jarak tanam secara nyata mempengaruhi bobot polong kering per tanaman, indeks panen, bobot polong basah per meter, bobot polong kering per meter, dan bobot biji per meter. Pemupukan tidak berpengaruh secara nyata pada peubah generatif yang diamati. Hal ini dapat terjadi akibat tanah yang digunakan sudah mengandung hara yang cukup untuk produksi kacang bogor. Penelitian Redjeki (2003) di Gresik pada ketinggian 5 m dpl menunjukan bahwa pemupukan NPK tidak memberikan perbedaan yang nyata pada jumlah polong dan bobot 100 biji kacang bogor. Bobot Brangkasan dan Polong per Tanaman Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot polong kering per tanaman sedangkan pemupukan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot brangkasan kering, bobot polong basah, bobot polong kering, dan bobot biji. Bobot polong kering per tanaman yang paling tinggi terdapat pada jarak tanam 50 cm x 20 cm. Tabel 8 Bobot brangkasan kering (BBK), bobot polong basah (BPB), bobot polong kering (BPK), bobot biji (BB) per tanaman kacang bogor Peubah Perlakuan BBK BPB BPKa BB Jarak tanam ----------------------------gram--------------------------60 cm x 20 cm 19.17 36.20 14.67 b 11.25 50 cm x 20 cm 23.56 49.88 22.03 a 14.66 60 cm x 10 cm 19.97 42.69 16.08 b 12.31 50 cm x 10 cm 18.81 32.10 11.19 b 8.42 Pupuk Pupuk kandang + 21.72 43.85 17.77 12.35 NPK Tanpa pupuk 19.04 36.58 14.21 10.97 a
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
14 Berdasarkan Tabel 6, jarak tanam 50 cm x 20 cm memiliki bobot polong kering yang nyata lebih tinggi daripada jarak tanam lain. Akpalu et al. (2012) juga menyatakan bahwa jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan bobot polong dan biji per tanaman yang paling besar di antara jarak tanam lainnya. Tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 10 cm menghasilkan bobot brangkasan kering, bobot polong, dan bobot biji terkecil karena kepadatan populasi tanaman yang lebih tinggi daripada jarak tanam lain (Tabel 8). Populasi yang tinggi menyebabkan tingkat persaingan faktor tumbuh semakin tinggi sehingga pembungaan dan pengisian polong tidak maksimal. Bobot polong dan bobot biji per tanaman dapat lebih besar jika pertumbuhan vegetatif baik seperti yang terjadi pada jarak tanam 50 cm x 20 cm. Hal ini disebabkan radiasi matahari yang ditangkap oleh daun akan meningkatkan aktivitas fotosintesis yang akan menghasilkan fotosintat untuk membentuk polong dan biji lebih banyak (Manshuri 2011). Indeks Panen Perbandingan antara hasil panen ekonomis dengan hasil panen biologis suatu tanaman dikenal dengan istilah indeks panen. Hasil panen ekonomis merupakan bagian tertentu yang dipanen dari suatu tanaman yang bernilai ekonomi sedangkan hasil panen biologis merupakan bobot kering total dari suatu tanaman. Peningkatan indeks panen menandakan adanya peningkatan hasil produksi yang merupakan tujuan dari banyak penelitian tentang produksi tanaman (Gardner 1991). Tabel 9 Indeks panen (IP) per tanaman kacang bogor Perlakuan IP Jarak tanam 60 cm x 20 cm 50 cm x 20 cm 60 cm x 10 cm 50 cm x 10 cm Pupuk Pupuk kandang + NPK Tanpa pupuk
0.41 ab 0.47 a 0.44 a 0.34 b 0.42 0.41
a
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Indeks panen secara signifikan dipengaruhi oleh perlakuan jarak tanam sedangkan pemupukan tidak berpengaruh terhadap indeks. Data yang ditampilkan dalam Tabel 9 menunjukan bahwa jarak tanam 50 cm x 20 cm memiliki nilai indeks panen tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm dan 60 cm x 10 cm. Nilai indeks panen terendah dimiliki oleh tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 10 cm meskipun tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm. Hal ini didukung oleh penelitian Mkandawire dan Sibuga (2002) yang dilakukan di Tanzania. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa indeks panen tertinggi dihasilkan pada kerapatan 13 tanaman m-2 dan indeks panen menurun seiring dengan semakin rapatnya jarak tanam.
15 Jumlah Polong Bernas dan Cipo per Tanaman Polong kacang bogor digolongkan menjadi 3 jenis yaitu polong bernas, polong hijau, dan polong cipo. Polong bernas adalah polong yang sudah terisi sempurna sedangkan polong hijau adalah polong yang berubah warna ketika tidak terkubur dalam tanah. Polong cipo adalah polong yang kosong atau tidak terisi sempurna. Polong cipo terjadi karena siklus panen yang terlalu lama sehingga perpanjangan umur panen dapat dilakukan untuk menguranginya (Juwita 2012). Perlakuan jarak tanam dan pemupukan tidak mempengaruhi jumpah polong bernas dan polong cipo secara nyata. Namun dampak persaingan terlihat pada jumlah polong bernas yang dihasikan akibat penggunaan jarak tanam yang semakin rapat. Jumlah polong bernas terbanyak terdapat pada perlakuan jarak tanam 50 cm x 20 cm dan jumlah polong bernas semakin menurun seiring dengan semakin rapatnya jarak tanam. Tanaman pada jarak tanam 50 cm x 10 cm menghasilkan polong paling sedikit baik polong bernas maupun cipo (Tabel 10). Tabel 10 Jumlah polong bernas (JPB) dan jumlah polong cipo (JPC) per tanaman kacang bogor Peubah Perlakuan JPB JPC Jarak tanam 60 cm x 20 cm 12.07 1.95 50 cm x 20 cm 16.33 1.57 60 cm x 10 cm 12.36 1.57 50 cm x 10 cm 9.87 1.20 Pupuk Pupuk kandang + NPK 12.85 1.36 Tanpa pupuk 10.65 1.78 Berdasarkan penelitian Turmudi dan Suprijono (2010) yang meneliti pertumbuhan dan produksi kacang bogor pada beberapa kerapatan tanaman, jumlah polong tanaman kacang bogor terbanyak dari tanaman dengan kerapatan 150 000 tanaman ha-1 dan menurun seiring dengan semakin rapatnya tanaman. Tanaman pada kerapatan tersebut masih mendapatkan unsur hara, air, dan cahaya yang cukup sehingga dapat menghasilkan produksi yang baik sedangkan tanaman pada kerapatan yang lebih tinggi memiliki persaingan yang lebih besar dengan tanaman lain yang dibuktikan dengan adanya penurunan produksi. Produksi Kacang Bogor Panen merupakan tahap akhir dari proses budidaya tanaman. Hasil produksi yang tinggi menjadi harapan semua orang. Oleh karena itu, banyak penelitian tanaman pangan bertujuan untuk menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik dengan produksi yang optimal. Data hasil produksi kacang bogor per hektar pada penelitian ini diperoleh dengan cara mengonversi data produksi per m2 yang didapat dari lapangan. Tanaman yang dipanen hanya seluas 1 m2 per petak supaya dapat dipilih tanaman yang berkompetisi sempurna. Seluruh peubah produksi kacang bogor dipengaruhi oleh jarak tanam tetapi tidak dipengaruhi oleh pemupukan. Berdasarkan Tabel 11, bobot polong basah,
16 bobot polong kering, dan bobot biji per meter yang paling besar dihasilkan dari tanaman dengan jarak tanam 60 cm x 10 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan jarak tanam 50 cm x 20 m dan 50 cm x 10 cm. Namun, populasi tanaman pada jarak tanam 60 cm x 10 cm lebih banyak sehingga benih yang dibutuhkan lebih banyak. Oleh karena itu, jarak tanam 50 cm x 20 cm adalah jarak tanam yang paling optimal untuk meningkatkan produksi kacang bogor. Jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan bobot polong dan biji per meter yang paling besar tetapi bobot polong dan biji per tanaman yang paling besar dihasilkan pada jarak tanam 50 cm x 20 cm. Hal ini dapat terjadi karena jumlah tanaman pada jarak tanam 60 cm x 10 cm lebih banyak daripada jarak tanam 50 cm x 20 cm sehingga meskipun pertumbuhan dan produksi per tanaman dengan jarak tanam 50 cm x 20 cm lebih tinggi daripada jarak tanam 60 cm x 10 cm, produksi per meter tanaman jarak tanam 60 cm x 10 cm akan melebihi produksi per meter jarak tanam 50 cm x 20 cm. Tabel 11 Produksi kacang bogor per meter Peubah Perlakuan Bobot polong Bobot polong Bobot a a basah kering bijia Jarak tanam ----------------------------g m-1--------------------------60 cm x 20 cm 319 b 122 b 94 b 50 cm x 20 cm 452 ab 176 ab 134 ab 60 cm x 10 cm 556 a 215 a 164 a 50 cm x 10 cm 465 ab 172 ab 130 ab Pupuk Pupuk kandang + NPK 472 180 136 Tanpa pupuk 423 163 124 a
Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam perlakuan yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 5%
Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Asiwe dan Kutu (2007) serta Akpalu et al. (2012) yang menunjukan bobot biji per hektar terbanyak dihasilkan dari jarak tanam yang paling rapat. Hal ini dapat disebabkan persaingan antartanaman pada jarak tanam yang digunakan dalam penelitian tersebut belum sampai menurunkan hasil panen.
Korelasi Antarpeubah Bobot polong dan jumlah polong bernas merupakan karakter produksi yang diharapkan akan baik hasilnya dalam penelitian ini (Juwita 2012). Bobot polong dan jumlah polong bernas ini hanya dapat diamati setelah tanaman dipanen sehingga sulit untuk memperkiran hasil produksi sebelum panen. Oleh karena itu korelasi antara bobot polong dan jumlah polong bernas dengan fenotipe tanaman perlu diketahui untuk memudahkan dalam memperkirakan hasil produksi. Tabel 12 menunjukkan adanya korelasi beberapa peubah dengan peubah lain yang diamati. Berdasarkan data tersebut, terlihat adanya korelasi positif antara jumlah daun, lebar kanopi, dan CGR 11 – 16 MST dengan bobot
17 brangkasan kering, jumlah polong bernas, bobot polong basah per tanaman, bobot polong kering per tanaman, bobot biji per tanaman, dan indeks panen. Penelitian Juwita (2012) menunjukkan adanya korelasi antara lebar kanopi tanaman kacang bogor dengan bobot polong basah, bobot polong kering, dan jumlah polong bernas sehingga semakin lebar lebar kanopi maka bobot polong yang dihasilkan semakin tinggi dan jumlah polong semakin banyak. ILD berkorelasi positif dengan bobot polong basah, bobot polong kering, dan bobot biji per meter. Daun sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman karena daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis. Jumlah daun yang semakin banyak dan ILD yang semakin besar akan menghasilkan fotosintat semakin banyak pula sehingga dapat digunakan untuk pembentukan polong dengan jumlah yang lebih banyak dan bobot lebih berat. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya korelasi positif antara bobot brangkasan kering dengan jumlah polong bernas, bobot polong basah per tanaman, bobot polong kering per tanaman, dan bobot biji per tanaman. Jumlah polong bernas per tanaman berkorelasi positif dengan bobot polong basah per tanaman, bobot polong kering per tanaman, bobot biji per tanaman, dan indeks panen. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman yang banyak menghasilkan polong bernas akan memiliki bobot polong dan bobot biji per tanaman serta indeks panen yang semakin besar. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara bobot polong kering per tanaman dan jumlah polong bernas per tanaman (Actaria 2012; Rahmawati 2014). Bobot polong kering per tanaman memiliki korelasi yang positif dengan indeks panen. Bobot polong basah per meter, bobot bobot polong kering per meter, dan bobot biji per meter saling berkorelasi secara postif. Namun, Rahmawati (2014) menyatakan bahwa hanya bobot polong kering dan bobot biji per hektar yang memiliki korelasi positif.
18
Tabel 12 Koefisien korelasi antar peubah tanaman kacang bogor
a
Peubaha
JD6
LK6
LK8
LK10
LK12
LK6 LK8 LK10 LK12 ILD7 CGR1116 BBK JPB JPC BPB BPK BB IP BPBM BPKM BBM
0.71** 0.78** 0.71** 0.85** 0.38
0.70** 0.55** 0.64** 0.40
0.64** 0.64** 0.10
0.79** 0.12
0.11
0.56*
0.44
0.51
0.52
0.63
0.44
0.72** 0.82** 0.21 0.81** 0.72** 0.79** 0.52** 0.48* 0.51* 0.52**
0.54 0.60 0.05 0.59 0.49* 0.62** 0.33 0.51* 0.53** 0.55**
0.47 0.62 0.12 0.57 0.60** 0.63** 0.46* 0.24 0.29 0.30
0.79 0.65 0.35 0.68 0.69** 0.68** 0.42* 0.20 0.26 0.26
0.82 0.89 0.32 0.91 0.83** 0.90** 0.62** 0.29 0.34 0.35
0.19 0.10 -0.16 0.18 0.05 0.08 -0.05 0.49* 0.46* 0.45*
ILD7
CGR1116
0.57* 0.69** 0.36 0.76** 0.67** 0.71** 0.65** 0.18 0.16 0.18
BBK
JPB
JPC
BPB
BPK
BB
IP
BPBM
BPKM
0.71** 0.25 0.77** 0.73** 0.69** 0.39 0.22 0.25 0.26
0.22 0.96** 0.90** 0.96** 0.80** 0.38 0.43 0.44
0.27 0.27 0.30 0.31 -0.25 -0.18 -0.18
0.89** 0.98** 0.78** 0.42* 0.45 0.46
0.89** 0.87** 0.19 0.23 0.24
0.81** 0.38 0.42* 0.43*
0.22 0.27 0.27
0.98** 0.98**
1.00**
JD6 = jumlah daun 6 MST, LK6 = lebar kanopi 6 MST, LK8 = lebar kanopi 8 MST, LK10 = lebar kanopi 10 MST, LK12 = lebar kanopi 12 MST, ILD7 = indeks luas daun 7 MST, CGR11-16 = Crop Growth Rate 11 – 16 MST, BBK = bobot brangkasan kering, JPB = jumlah polong bernas, JPC = jumlah polong cipo, BPB = bobot polong basah per tanaman ,BPK = bobot polong kering per tanaman, BB = bobot biji per tanaman, IP = indeks panen, BPBM = bobot polong basah per meter, BPKM = bobot polong kering per meter, BBM = bobot biji per meter.
19
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Jarak tanam 50 cm x 20 cm menghasilkan pertumbuhan dan produksi per individu tanaman yang terbaik sedangkan jarak tanam 60 cm x 10 cm menghasilkan produksi per meter yang terbaik. Pemupukan tidak memberikan pengaruh pada peubah-peubah yang diamati.
Saran Jarak tanam yang sebaiknya digunakan untuk meningkatkan produksi dalam budidaya kacang bogor adalah jarak tanam 50 x 20 cm karena dapat memberikan pertumbuhan yang baik dengan penggunaan benih yang lebih sedikit dibandingkan jarak tanam 60 x 10 cm. Selain itu, produksi per meter yang dihasilkan pada jarak tanam 50 x 20 cm sama tingginya dengan jarak tanam 60 cm x 10 cm.
DAFTAR PUSTAKA Actaria D. 2012. Evaluasi galur-galur kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) asal Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Addo-Quaye AA, Darkwa AA, Ocloo GK. 2011. Growth analysis of component crops in a maize-soybean intercropping system as affected by time of planting and spatial arrangement. J Agric Biol Sci. 6(6): 34 – 44. Akpalu MM, Sarkodie-Addo J, Akpalu SE. 2012. Effect of spacing on growth and yield of five bambara groundnut (Vigna subterranea (L) Verdc.) landraces. J Sci Tech. 32(2): 9 – 19. Asiwe JAN, Kutu RF. 2007. Effects of plant spacing on yield, weeds, insect infestation and leaf blight of bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdc.). African Crop Science Conference Proceedings [internet]. ElMinia (EG): African Crop Science Society . Hlm 1947 – 1950; [diunduh 2015 Agustus 26]. Tersedia pada: http://www.acss.ws/acw/Upload/XML/ Research/520.pdf. Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Jakarta (ID): Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data iklim Dramaga bulan Maret-Juli 2015. Bogor (ID): BMKG.
20 Breda NJJ. 2003. Ground-based measurements of leaf area index: a review of methods, instruments and current controversies. J Exper Bot. 54(392): 2403 – 2417. Doku EV, Whyte JBE. 1978. Effect of plant density and fertilizer nitrogen on some agronomic characters and grain yield in bambara groundnut (Voandzeia subterrana) 1 preliminary study. Ghana J Agric Sci. 11: 147 – 152. Fachrudin L. 2000. Budidaya Kacang-Kacangan. Yogyakarta (ID): Kanisius. Gul H, Khan AZ, Khalil SK, Rehman HR, Anwar S, Saeed B, Farhatullah, Akbar H. 2013. Crop growth analysis and seed development profile of wheat cultivars in relation to sowing date and nitrogen fertilization. Pak J Bot. 45(3): 951 – 960. Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisologi Tanaman Budidaya. Gardner H, penerjemah. Jakarta (ID): UI Press. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants. Juwita L. 2012. Pembentukan populasi dasar untuk perbaikan produksi kacang Bogor (Vigna subterranean (L.) Verdcourt) asal Darmaga, Sukabumi, dan Parung. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Hanafiah KA. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. Harjadi SS. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): PT Gramedia. Hasanuzzaman M, Rahman ML, Roy TS, Ahmed JU, Zobaer ASM. 2009. Pant characters, yield components and yield of late transplanted Aman Rice as affected by plant spacing and number of seedling per hill. Advan Biol Res. 3(5 – 6): 201 – 207. Jumin HB. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo Persada. Khabiri E, Jafari M. 2012. The effect of different light levels on the growth of wheat gascogne. Int Res J App Basic Sci. 3(12): 2358 – 2363. Linnemann AR. 1980. Vigna subterranea (L.) Verdc [internet] [diunduh 2014 Maret 15]. Tersedia pada http://proseanet.org/prosea/e-prosea_result.php. Linnemann AR, Azam-Ali. 1993. Bambara Groundnut (Vigna Subterranea) di dalam: JT Williams, editor. Pulses and Vegetables. London (UK): Chapman and Hall. Manshuri AG. 2011. Laju pertumbuhan vegetatif dan generatif genotipe kedelai berumur genjah. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 30(3): 204 – 209. Marsono SP. 2001. Pupuk Akar. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Marzuki R. 2009. Bertanam Kacang Tanah. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Mkandawire FL, Sibuga KP. 2002. Yield response of bambara groundnut to plant population and seedbed type. African Crop Sci J. 10(1): 39-49. Mwale SS, Azam-Ali SN, Massawe FJ. 2007. Growth and development of bambara groundnut (Vigna subterranea) in response to soil moisture 1. dry matter and yield. Europ J Agron. 26: 345 – 353. [NAS] National Academy of Sciences. 1979. Tropical Legumes: Resources for the Future. Washington DC (US): National Academy of Sciences. Olusegun OS. 2014. Influence of NPK 15-15-15 fertilizer and pig manure on nutrient dynamics and production of cowpea, Vigna unguiculata L. Walp. Am J Agric For. 2(6): 267 – 273.
21 Rahmawati A. 2014. Pertumbuhan dan produksi kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdcourt) pada beberapa jarak tanam dan frekuensi pembumbunan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Redjeki ES. 2003. Pengaruh populasi dan pemupukan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kacang bogor (Vigna subterranea L.). Agrofish. 2(1): 67 – 77. Rukmana R, Oesman YY. 2000. Kacang Bogor, Budidaya dan Prospek Usaha Tani. Yogyakarta (ID): Kanisius. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Sutedjo MM. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan Ed ke-4. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. Turmudi E, Suprijono E. 2010. Pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bogor pada berbagai tingkat kerapatan tanaman dan frekuensi penyiangan. Jurnal Ilmiah Pertanian Biofarm. 13(8): 100 – 109. Valadabadi SA, Farahani HA. 2010. Effects of planting density and pattern on physiological growth indices in maize (Zea mays L.) under nitrogenous fertilizer application. J Agric Ext Rural Dev. 2(3): 40 – 47. Van der Maesen LJG, Somaatmadja S (editor). 1992. Plant Resources of South East Asia No 1, Pulses. Bogor (ID): PROSEA Foundation. Vurayai R, Emongor V, Moseki B. 2011. Effect of water stress imposed at different growth and development stages on morphological traits and yield of bambara groundnut (Vigna subterranea (L.) Verdc). Am J Plant Physiol. 6(1): 17 – 27. Widowati LR. 2009. Peranan pupuk organik terhadap efisiensi pemupukan dan tingkat kebutuhannya untuk tanaman sayuran pada tanah inseptisols Ciherang, Bogor. J Tanah Trop. 14(3): 221 – 228.
22 Lampiran 1 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah Nilai Peubah tanah Sangat Rendah Sedang Tinggi Rendah C (%) <1 1-2 2-3 3-5 N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 P2O5 Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 K2O HCl 25% <10 10-20 21-40 41-60 (mg 100g-1) pH H2O Sangat Masam Masam Agak Masam Netral Agak Alkalis < 4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 Sumber : Balai Penelitian Tanah (2005)
Sangat tinggi >5 >0,75 >20 >60 Alkalis > 8.5
Lampiran 2 Data iklim Dramaga bulan Maret-Juli 2015 Lokasi : Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor Lintang: 06o 31’ LS Bujur: 106o 44’ BT Elevasi: 207 m dpl Bulan Curah hujan (mm) Maret 374 April 206 Mei 202 Juni 90 Juli 1.6 Sumber: BMKG (2015)
Suhu (°C) 25 25.6 25.8 26.2 26.1
Kelembaban Udara (%) 88 85 86 79 74