Pertumbuhan Dan Perkembangan Akar Semai Mangrove Sejati Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob Pada Berbagai Salinitas (Growth and Root Development of Mangrove Root Seedlings Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob under Different Salinity) Marnida Uli Lubisa, Mohammad Basyunib, Budi Utomob a Mahasiswa Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara Corresponding author :
[email protected] b Staff Pengajar Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara Jl. Tri Dharma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155 ABSTRAK Kerusakan hutan mangrove yang disebabkan oleh aktivitas manusia mengakibatkan komposisi tegakan hutan mangrove menjadi menurun sehingga di perlukan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove untuk memperbaiki ekosistem hutan mangrove. Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan akar semai mangrove sejati Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob pada berbagai salinitas ini diteliti di rumah kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara mulai 22 Mei sampai 22 November 2015. Penelitian ini berjutuan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan semai dan perkembangan akar C. tagal tehadap berbagai konsentrasi salinitas. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non-faktorial dengan 5 perlakuan, yaitu salinitas (0%, 0,5%, 1%, 2%, dan 3%) dan di ulang sebanyak 10 ulangan. Hasil pertumbuhan dan pekembangan terbaik yaitu pada konsentrasi salinitas 0,5%, pertumbuhan tinggi semai pada konsentasi salinitas 0,5%, diameter semai 0,5%, jumlah daun 0,5%, luas daun 0,5%, tebal daun 0,5%, jumlah akar 0,5%, panjang akar 2%, diameter akar 0,5%, kadar air akar 0%, kadar air tajuk 0,5%, dan ratio akar dan tajuk 0,5%. Kata kunci : Mangrove, Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob, salinitas, akar ABSTRACT The deforestation of mangrove caused by human activities to the effected the composition of mangrove forest stand. It is therefore needed for mangrove rehabilitation to restore mangrove ecosystem. Growth and root development of mangrove seedlings Ceriops tagal (Perr.) C.B.Rob under different salinity was studied in the greenhouse, Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara, started from 22nd May until 22nd November 2015. This study was aimed at determining the level of seedling growth and root development under C. tagal seedlings under different salinity. This research used the completely random design (CRD) with 5 treatment, namely 0%, 0,5%, 1,5%, 2%, and 3% for 10 replication. The best result showed that growth and seedlings development was obtained at 0,5% salinity, high growth of seedlings at 0,5%, diameter at 0,5%, number of leaf at 0,5%, leaf area at 0,5%, thick leaves at 0,5%, number of root at 0,5%, length roots at 2%, root diameter at 0,5%, the water content of the root 0%, the water content of the shoot 0,5%, and the ratio of root and shoot at 0,5%. Keywords : Mangrove, Ceriops tagal, salinity, root PENDAHULUAN Latar belakang Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang paling produktif di bumi
dibandingkan dengan ekosistem lainnya (Clough et al., 2000). Pentingnya hutan mangrove telah diakui bagi ekosistem global, namun terdapat sedikit informasi
yang menjelaskan mengapa tanaman mangrove dapat tumbuh di lingkungan salinitas yang tinggi, terutama yang berasal dari mangrove Indonesia. Menurut karakteristik morfologinya dalam manajemen garam, tanaman mangrove dibagi ke dalam dua kelompok besar (Scholander et al., 1962). Kelompok pertama adalah spesies yang mensekresi garam (jenis sekresi/secreting species) yang memiliki kelenjar garam di daunnya atau rambut garam untuk menghilangkan kelebihan garam.Yang kedua adalah spesies nonsekresi (non-scereting species) yang tidak memiliki fitur morfologi tersebut untuk ekskresi kelebihan garam (Scholander et al., 1962; Tomlinson, 1986). Dengan demikian, hutan mangrove merupakan model tanaman yang ideal untuk mempelajari mekanisme toleransi garam pada tingkat seluler. Cekaman merupakan segala kondisi lingkungan yang memungkinkan akan menurunkan dan merugikan pertumbuhan atau perkembangan tumbuhan pada fungsi normalnya. Seperti yang telah dikemukakan di atas, salah satu cekaman lingkungan yang terjadi pada tumbuhan mangrove adalah cekaman salinitas. Dalam meningkatkan keberhasilan rehabilitasi, perlu dilakukan perencanaan yang tepat untuk rehabilitasi, penggunaan bibit yang baik dan penyesuaian atau adaptasi penanaman vegetasi mangrove yang sesuai dengan faktor pertumbuhannya seperti kualitas sifat fisik kimia tanah, salinitas dan pH tanah, serta lama penggenangan yang dipengaruhi pasang surut air laut. Tujuan Penelitian Mengetahui tingkat pertumbuhan semai dan perkembangan akar C.tagal tehadap berbagai konsentrasi salinitas Hipotesis Terdapat perbedaan pertumbuhan dan perkembangan akar
semai C. tagal konsentrasi salinitas.
pada
berbagai
Manfaat penelitian Manfaat Yang diharapkan dari hasil penelitian dapat menjadi rekomendasi bagi masyarakat yang mengusahakan pembibitan C. tagal untuk menentukan jarak tanam dalam program rehabilitasi mangrove dan dapat memperoleh bibit C. tagal yang pertumbuhannya lebih baik pada berbagai konsentrasi salinitas. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penananam Penanaman propagul C. tagal dengan perlakuan berbagai konsentrasi garam selama 6 bulan dilakukan pada 22 Mei 2015 sampai 22 November 2015 di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Gambaran Lokasi Pengambilan Sampel Pulau Sembilan merupakan nama salah satu desa yang berada digugusan pulau-pulau di Kabupaten Langkat. Desa Pulau Sembilan berdekatan dengan Selat Malaka dan merupakan salah satu tujuan wisata utama di Kabupaten Langkat. Pulau Sembilan secara administrasi terletak di kecamatan Pangkalan, Susu Kabupaten Langkat. Luas Pulau Sembilan 24,00 km2 atau 8.84% dari total luas kecamatan Pangkalan Susu. Di Pulau ini terdapat hutan mangrove yang mengelilingi pulau dan tumbuh ekosistem pesisir. Kondisi air tanah masih cukup baik dimana tidak ditemukan adanya air sumur yang asin atau terkena intrusi air laut (BPS, 2010). Bahan dan Alat Penelitian Penanaman Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah propagul C. tagal yang sehat dan matang, bubuk garam komersial (marine salt), pasir dari sungai (tidak memiliki
salinitas), pot plastik, dan label. Alat yang digunakan adalah mistar, jangka sorong, kamera, oven, timbangan, cutter, program excel, hand refractometer, program SPSS, program SAS, aplikasi Image J, dan alat tulis. Analisis Data Penelitian ini adalah metode analisis dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial dengan 5 perlakuan konsentrasi garam (salinitas) berdasarkan tingkat salinitas yang ada di lapangan dengan masing-masing 10 ulangan : a. Salinitas 0 % b. Salinitas 0,5 % c. Salinitas 1,5 % d. Salinitas 2 % e. Salinitas 3 % Model linear RAL non faktorial Yij = μ + τi + εij Dimana : Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = nilai rataan umum (mean) τi = pengaruh faktor perlakuan ke-i εij = pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3, 4, 5 Data dianalisis dengan analisis perbandingan seluruh perlakuan terhadap kontrol, nilai P< 0,05 dan P<0,01dipakai sebagai batas untuk menunjukkan pengaruh perlakuan. Uji statistik dilakukan dengan SPSS dan program SAS. Prosedur Pengamatan 1. Penyiapan Media Tanam Propagul dari C. tagal ditanam dalam pot plastik 1,5 liter dengan media pasir dan diberi salinitas bervariasi di rumah kaca. Sebuah solusi air laut disiapkan dengan melarutkan bubuk garam komersial untuk membuat konsentrasi garam 0,5%, 1,5%, 2% dan 3% (sama dengan tingkatan air laut yaitu 15‰, 45‰, 60‰, 90‰). Di dalam penelitian ini, salinitas ditemukan dari perbandingan massa bubuk garam dengan massa larutan. Metode ini
mengacu pada penelitian Fonfonoff dan Lewis (1979). Dimana jenis garam yang dipakai adalah bubuk garam komersial (marine salt). Untuk membuat konsentrasi salinitas 0,5%, 1,5%, 2% dan 3% dibuat dengan melarutkan 5,66 g, 17 g, 22,6 g, dan 34 g bubuk garam komersial untuk 1 liter air. Salinitas adalah massa serbuk garam/massa larutan. Konsentrasi garam pada setiap perlakuan pot diperiksa seminggu sekali selama percobaan dengan hand refraktometer. 2. Pemilihan Propagul Propagul C. tagal dipilih sebaiknya telah matang secara fisiologi dengan warna propagul hijau kecoklatan dan sehat, tidak terserang oleh hama dan penyakit. 3. Penanaman Propagul Propagul C. tagal yang telah disediakan ditanam ke dalam pot plastik yang telah berisi media tumbuh yang telah disesuaikan dengan perlakuannya masing-masing. Kemudian pot plastik diberi tanda/label sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Pengamatan Parameter Pengamatan dilakukan 6 bulan setelah tanam dan parameter yang diamati adalah: Parameter yang Diamati Masing-masing parameter mendapatkan skor satu dalam pengambilan kesimpulan. Pengamatan dilakukan diakhir penelitian dengan parameter yang diamati adalah 1. Persentase Hidup (%) Persentase hidup dihitung dengan membandingkan antara jumlah semai yang hidup dan jumlah semai yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir pengamatan setelah 6 bulan. (Yusmaini dan Suharsi, 2008).
2. Mortalitas (%) Kematian bibit dihitung dengan membandingkan antara jumlah bibit
yang mati dan jumlah bibit yang ditanam pada awal penelitian. Pengambilan data dilakukan pada akhir pengamatan setelah 6 bulan.
3. Tinggi semai (cm) Pengukuran tinggi semai dilakukan dengan menggunakan mistar. Pengukuran dilakukan pada pangkal bawah semai C. tagal hingga titik tumbuh semai. Pengukuran tinggi dilakukan setelah pemanenan. 4. Diameter semai (mm) Pengukuran diameter semai dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan setelah pemanenan. 5. Jumlah akar Perhitungan Jumah akar dilakukan secara manual dengan menggunakan counter yang dilakukan setelah pemanenan bibit C. tagal pada 6 bulan. Jumlah akar dihitung berdasarkan kedudukan akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pie et al. (2009). 6. Panjang akar Pengukuran panjang akar dilakukan secara manual dengan menggunakan mistar dan benang. Pengukuran panjang dilakukan setelah pemanenan bibit C. tagal pada 6 bulan. Panjang akar diukur berdasarkan kedudukan akar pada sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Pie et al. (2009). 7. Diameter akar (cm) Pengukuran diameter dilakukan setelah pemanenan bibit C. tagal pada 6 bulan. Hasil dari diameter akar dapat memberikan informasi penting hubungannya dengan ukuran pori tanah dan potensial penetrasi akar (Bohm, 1979). Pengukuran diameter akar dilakukan pada setiap tipe percabangan dengan menggunakan jangka sorong Pie et al. (2009). 8. Jumlah Daun
Penghitungan jumlah daun dilakukan pada awal munculnya daun mulai dari pucuk. Pengambilan data dilakukan bersamaan dengan pengambilan data tinggi semai. 9. Luas Daun (cm2) Pengukuran luas daun dilakukan pada akhir pengamatan data. Perhitungan luas daun menggunakan program komputer. Untuk melakukan perhitungan terlebih dahulu daun digambar di kertas millimeter blok yang selanjutnya dilakukan scanning pada gambar tersebut. Setelah di pindai maka gambar tersebut dihitung dengan program image J. 10. Tebal daun (mm) Pengukuran tebal daun dilakukan diakhir pengamatan dengan menggunakan micrometerskrup 11. Kadar Air Tajuk dan Kadar Air Akar (%) Perhitungan persentase kadar air tajuk dan kadar air akar yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
12.
Rasio Tajuk dan Akar Perhitungan rasio tajuk dan akar dilakukan pada akhir pengamatan. Perhitungan rasio tajuk dan akar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian C. tagal yang dilakukan selama 6 bulan di Rumah Kaca dengan berbagai perlakuan terhadap konsentrasi salinitas yang berbeda. Pertumbuhan dan sistem perakaran semai C. tagal pada berbagai konsentrasi salinitas disajikan pada Gambar 2
adalah mangrove yang toleran terhadap garam dengan kemampuan dapat tumbuh pada kondisi salinitas tinggi dan miskin unsur hara. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan menunjukkan perbedaan singnifikan.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Pengaruh pertumbuhan semai C.tagal pada konsentrasi salinitas Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan semai C. tagal berdasarkan pengukuran diameter dapat dilihat pada gambar 3
A
Gambar 2. Pertumbuhan C. tagal terhadap berbagai salinitas. Keterangan: (a) Pertumbuhan C. tagal konsentrasi 0%. (b) Pertumbuhan C. tagal konsentrasi 0,5%. (c) Pertumbuhan C. tagal konsentrasi 1,5%. (d) Pertumbuhan C. tagal konsentrasi 2%. (e) Pertumbuhan C. tagal konsentrasi 3%. Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pertumbuhn dn perkembangan akar dari konsentrasi salinitas C.tagal miliki perbedaan pada masing-masing semai.
B
Persentase Hidup dan Mortalitas Semai C. tagal Persentase hidup dan mortalitas semai C. tagal di sajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Persentase hidup dan mortalitas semai C. tagal No.
Perlakuan
1. 2. 3. 4. 5.
Salinitas 0 % Salinitas 0,5% Salinitas 1,5% Salinitas 2 % Salinitas 3 %
Persentase hidup (%) 100 100 100 100 70
Mortalitas (%) 30
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa persentase hidup pertumbuhan semai C. tagal menunjukkan keberhasilan yang baik pada konsentrasi salinitas 0% sampai 2 %, untuk salinitas 3% persentase hidup semai C. tagal hanya mencapai 70% hal ini diperkuat dengan pernyataan (Gordon, 1993) yang menyatakan bahwa Ceriops tagal
Gambar 3. Respon salinitas terhadap Pertumbuhan diameter semai C.tagal (A) Respon Pertumbuhan semai C. tagal terhadap tinggi (cm), (B) respon pertumbuhan semai C.tagal terhadap diameter (mm). Tanda (*) mengindikasikan secara statistic signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet’s
Berdasarkan hasil penelitian yang di dapat bahwa perbedaan konsentrasi salinitas berpengaruh nyata
terhadap pertambahan tinggi dan diameter batang semai C. tagal. Pada Gambar 3A dapat dilihat bahwa semai C. tagal tumbuh dan menunjukkan perbedaan pertumbuhan tinggi yang sangat signifikan. Hasil yang diperoleh berpengaruh nyata terhadap pemberikan konsentrasi salinitas yang berbeda-beda. Tinggi semai C. tagal yang tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5 % yaitu 3,35 (cm) dan terendah pada konsentrasi 3% yaitu 0,8 cm. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s P<0,05 hasil yang terlihat tidak berpengaruh nyata terdahap pemberian salinitas. pertumbuhan tinggi semai C.tagal terhambat bisa diakibatkan oleh konsentrasi garam yang tinggi sehingga semai C. tagal tidak mampu untuk mentoleransi garam yang diserap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Salisbury (1995) yang menyatakan bahwa setiap jenis organisme mempunyai tingkat toleransi yang berbeda terhadap faktor-faktor lingkungan termasuk terhadap konsentrasi salinitas garam yang tinggi. Pertumbuhan diameter batang semai C. tagal tertinggi terdapat pada pemberian salinitas 0,5 % yaitu 2.315 mm. Pertumbuhan diameter batang semai C. tagal terendah pada pemberian salinitas 3% yaitu 0,062 mm. Berdasarkan Uji Dunnet pada P<0,01 pemberian salinitas berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan diameter semai C. tagal pada salinitas 0,5%. Pertumbuhan diameter semai C. tagal menunjukkan kenaikan yang sangat signifikan pada salinitas 0,5% kemudian turun dengan bertambahnya tingkat salinitas. Pada Gambar 3B dapat dilihat bahwa semai C. tagal tumbuh dan menunjukkan pertumbuhannya. Pada konsentrasi salinitas 1,5% diameter semai C. tagal menurun yaitu 0,75 Penurunan yang terjadi diakibatkan karena konsentrasi garam yang yang tinggi. Kondisi seperti ini dapat menyebabkan semai menjadi stress sehingga terhambat pertumbuhannya.
Pengaruh Pertumbuhan Akar Semai C. tagal pada Konsentrasi Salinitas Pengaruh salinitas terhadap akar semai C. tagal dapat dilihat pada Gambar 4A dan B
A
B
C
Gambar 4.Respon salinitas terhadap pertumbuhan akar semai C.tagal. (A) Respon salinitas terhadap jumlah akar . (B) Respon salinitas terhadap panjang akar. (C) Respon salinitas terhadap diameter akar. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet’s
Berdasarkan Gambar 4A bahwa rata-rata tertinggi dari parameter pengukuran jumlah akar terdapat pada konsentrasi salinitas 2% yaitu 5,2 dan jumlah akar yang terendah terdapat pada konsentrasi salinitas 0% yaitu 0. Semai C. tagal yang di tanam pada konsentrasi salinitas 0% tetap tumbuh tetapi akar semai tidak berkembang seperti konsentrasi salinitas lainnya. Hal ini disebabkan karena pada akar semai C. tagal tidak berkembang yang terlihat adalah hanya bintik-bintik akar. Menurut Davies dan Claridge (1993) dan Othman (1994) bahwa akar mangrove mampu mengikat dan menstabilkan substrat lumpur, pohonnya mengurangi energy gelombang dan memperlambat arus, sementara vegetasi secara keseluruhan dapat me merangkap sedimen. Berdasarkan uji lanjutan denagn uji Dunnet’s P<0,05 pemberian konsentrasi salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah akar semai C. tagal. Berdasarkan Gambar 4B diatas panjang akar rata-rata tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 1,92 cm dan yang terendah adalah 0 cm yaitu pada konsentrasi salinitas 0% . Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s P<0,01 pemberian konsentrasi salinitas 0,5% memberikan pengaruh nyata terhadap panjang akar semai C. tagal. Pada Gambar 4C diameter akar rata-rata tertinggi dapat dilihat pada gambar terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 1,69 mm dan yang terendah pada konsentrasi salinitas 0% yaitu 0. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s P>0,05 bahwa pemberian konsentrasi salinitas 0,5% memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan diameter akar semai C. tagal. Dari gambar diatas dapat lihat bahwa pemberian konsentrasi salinitas yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan. Pessarakli (1993) menyatakan bahwa cekaman salinitas menyebabkan jumlah air pada tanaman semakin berkurang. Stress air terusmenerus dimungkinkan dapat
meningkatkan produksi metabolit sekunder di daun dan akar C. tagal. Pengaruh Pertumbuhan Daun Semai C. tagal terhadap Konsentrasi Salinitas Pengaruh salinitas terhadap daun semai C. tagal dapat dilihat pada Gambar 5A, B, dan C
A
B
C
Gambar 5. Respon salinitas terhadap pertumbuhan daun semai C. tagal. (A) Respon Salinitas terhadap jumlah daun. (B) Respon salinitas terhadap luas daun. (C) Respon salinitas terhadap tebal daun. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet’s
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh salinitas terhadap jumlah daun, luas daun,dan tebal daun dapat dilihat dari gambar diatas bahwa jumlah daun tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 4 helai yang terendah pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 1 helai. Berdasarkan uji Dunnet P>0,05 pemberian salinitas 0,5% memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun semai C. tagal. Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa luas daun yang tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 1,5% yaitu 13,167 cm2 dan yang terendah pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 0 cm2. Rata-rata luas daun tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 7,573 cm2,dan ratarata terendah terdapat pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 0,11 cm2. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s P<0,01 bahwa pemberian salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan luas daun semai C. tagal Harjadi dan Yahya (1988) menyatakan pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur tanaman yaitu antara lain lebih kecilnya ukuran daun. Sehingga penyerapan hara dan air yang berkurang akan menghambat laju fotosintesis yang pada akhirnya akan menghambat pertumbuhan tanaman. Berdasarkan Gambar 5C untuk tebal daun C. tagal dapat kita lihat bahwa rata-rata tebal daun tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 0,77 mm dan rata-rata tebal daun yang terendah yaitu pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 0,11 mm
Pengaruh Kadar Air SemaiC. tagal terhadap Konsentrasi Salinitas Pengaruh salinitas terhadap kadar air C. tagal dapat dilihat pada Gambar 6A dan B
A
B
Gambar 6.Respon salinitas terhadap kadar air C. tagal. (A) Respon Salinitas terhadap kadar air tajuk . (B) Respon salinitas terhadap kadar air akar. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet’s
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh salinitas terhadap kadar air tajuk rata-rata tertinggi di tunjukkan pada konsentrasi salinitas 0% yaitu 2,34 dan rata-rata terendah terdapat pada konsentrasi salinitas 3% yaitu 0,54. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s P<0,05 bahwa pemberian
salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap persentase kadar air tajuk semai C. tagal Kadar air tajuk terus mengalami penurunan dari salinitas terendah hingga salinitas tertinggi. Hal ini dapat disebabkan karena kandungan garam yang terdapat pada masingmasing konsentrasi salinitas berbeda. Penurunan kadar air tajuk semai berkurang karena makin tingginya konsentrasi garam. Pada perhitungan kadar air akar rata-rata tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 1,05%. Pada konsentrasi salinitas 0,5% akar semai C. tagal berkembang cukup baik. Berdasarkan uji lanjutan dengan Uji Dunnet’s P<0,01 bahwa pemberian konsentrasi salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air akar semai C. tagal.
Rasio tajuk dan akar menunjukkan perbandingan antara tajuk dengan akar yang menunjukkan adanya pengaruh yang sejalan yaitu pertumbuhan tajuk diiukuti oleh pertumbuhan organ tumbuhan lainnya, hal ini sesuai dengan pernyataan Gardener dkk., (1991) yang menyatakan perbandingan tajuk akar mempunyai pengertian bahwa pertumbuhan suatu tanaman diikuti dengan pertumbuhan bagian tanaman lainya, dimana tajuk akan meningkat secara ratio tajuk akar mengikuti peningkatan berat akar. Korelasi Parameter Pengukuran Korelasi atau hubungan dari seluruh parameter pengukuran disajikan pada Tabel 2 Tabel 2. Korelasi semua parameter pengukuran
Pengaruh Rasio Akar dan Tajuk SemaiC. tagal terhadap Konsentrasi Salinitas Pengaruh salinitas terhadap rasio akar dan tajuk semai C. tagal dapat dilihat pada Gambar 7
Keterangan :
Gambar 7.Respon salinitas terhadap rasio akar dan tajuk semai C. tagal. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik signifikan dari kontrol (0%) sampai (3%) pada P<0,01 dan P>0,05 dengan Uji Dunnet’s
Berdasarkan dari Gambar diatas dapat dilihat bahwa rata-rata kadar air akar semai tertinggi terdapat pada konsentrasi salinitas 0,5% yaitu 1,05 dan kadar air akar terendah yaitu pada konsentrasi salinitas 0% dan 3% yaitu 0.
JD: Jumlah daun; TD: Tebal daun; LD: Lebar daun; JA: Jumlah akar; PA: Panjang akar; DA: Diameter akar ; KAT: Kadar air tajuk; KAA: Kadar air akar; RTDA: Rasio tajuk dan akar. Tanda (*) mengindikasikan secara statistik korelasi yang signifikan pada P<0,05 dan tanda (**) mengindikasikan secara statistik sangat signifikan pada P<0,01
Korelasi menunjukkan adanya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Berdasarkan data Tabel 2 menunjukkan
bahwa koefisien korelasi dari semua variabel menunjukkan hubungan yang positif dan hubungan yang bertolak belakang antar setiap variabel (negatif). Hal ini ditunjukkan dengan ada atau tidaknya tanda (-) pada nilai koefisien korelasi antar variabel. Nilai r terbesar adalah +1 dan r terkecil adalah –1. r = +1 menunjukkan hubungan positif sempurna, jika nilai suatu variabel tinggi maka korelasi nilai variabel yang lainnya juga tinggi sedangkan r = -1 menunjukkan hubungan negatif sempurna jika nilai suatu variabel tinggi maka korelasi nilai variabel yang lainnya rendah dan jika nilai korelasi (r = 0) menunjukkan nilai antara variabel yang satu dengan variabel yang lain tidak ada hubungan. Berdasarkan dari Tabel 2 bahwa nilai variabel tertinggi terdapat pada korelasi antara pertumbuhan panjang akar dengan diameter akar yaitu 0,946 dan korelasi antara kadar air akar dengan salinitas yaitu (-) 0,617 . Nilai variabel terendah terdapat pada korelasi kadar air tajuk dengan kadar air akar yaitu 0,065 dan korelasi jumlah daun dengan salinitas yaitu (-) 0,057. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang akar dan diameter akar menunjukkan korelasi yang positif dan berinterpretasi pada korelasi yang tinggi sehingga jika pertumbuhan panjang akar meningkat maka diameter akar juga meningkat, sedangkan kadar air akar dan salinitas menunjukkan korelasi yang negatif dan berinterpretasi pada korelasi yang tinggi sehingga semakin tinggi konsentrasi salinitas yang diberikan, maka semakin rendah kadar air akar semai C. tagal. Dari tabel korelasi diatas tidak ada ditemukan nilai korelasi (r = 0). Ini menunjukkan bahwa semua komponen variabel pada penelitian ini memberikan hubungan satu dengan yang lain. Ringkasan Pertumbuhan Terbaik Semai C. tagal Ringkasan pertumbuhan terbaik semai C.tagal pada berbagai salinitas di sajikan pada Tabel 3
Tabel 3. Ringkasan pertumbuhan terbaik parameter penelitian C.tagal di berbagai salinitas Parameter Semai Tinggi Diameter
Pengukuran
Salinitas 0,5% 0,5%
Jumlah daun
0,5%
Luas daun Tebal daun
0,5% 0,5%
Jumlah akar
0,5%
Panjang akar
2%
Diameter akar Kadar air akar
0,5% 0,5%
Kadar air tajuk
0%
Ratio akar dan tajuk
0,5%
Berdasarkan dari Tabel 3 ringkasan pertumbuhan diatas dapat dilihat bahwa semaiC. tagal dapat tumbuh baik pada konsentrasi salinitas 0,5%. Hampir seluruh parameter pada konsentrasi salinitas 0,5% diperoleh nilai rata-rata tertinggi daripada konsentrasi salinitas yang lain. Tabel 4. Persentase pengukuran terbaik semai C. tagal No. 1. 2.
3. 4 5.
Perlakuan Salinitas 0% Salinitas 0,5%
Salinitas 1,5% Salinitas 2% Salinitas 3%
Persentase 9,1% 81,8%
0% 9,1% 0%
Parameter Kadar air tajuk Tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, tebal daun, jumlah akar, diameter akar, kadar air akar, ratio akar dan tajuk. Panjang akar -
Berdasarkan dari Tabel 4 persentase dari parameter pengukuran tertinggi adalah konsentrasi salinitas 0,5% yaitu mencapai 81,8%. Total persentase di diperoleh dari hasil kali jumlah parameter pengukuran pertumbuhan terbaik dibagi jumlah
seluruh parameter pertumbuhan. Menurut Gordon (1993) Ceriops tagal adalah mangrove yang toleran terhadap garam dengan kemampuan dapat tumbuh pada kondisi salinitas tinggi dan miskin unsur hara KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Respon pertumbuhan C. tagal berbeda-beda pada konsentrasi salinitas mulai dari 0%, 0,5%,1,5%, 2%, dan 3%. Pertumbuhan terbaik semai C. tagal yaitu pada konsentrasi salinitas 0,5%, karena 81,8% dari pengukuran parameter terbaik yaitu pada konsentrasi salinitas 0,5%. Saran Sebaiknya penggunaan semai C. tagal dalam program rehabilitasi mangrove, semai ditanam pada konsentrasi salinitas yang rendah. Untuk menunjang tingkat keberhasilan tanam semai C. tagal. DAFTAR PUSTAKA Aksornkae, S. 1993. Ecology and Management of Mangrove. IUCN. Bangkok Bismark, M. 1986. Keragaman Jenis Burung di Hutan Bakau Taman Nasional Kutai. Buletin Penelitian Hutan 482:11-22. Pusat Penelitian Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor Bohm.W. 1979.Methods of Studying Root Systems. Springer – Verlag Berlin Heidelberg New York. Ecological Studies 33. BPS. 2010. Statistik Indonesia. Sumatera Utara. Chapman, V.J. 1976. Mangrove Vegetation. Vaduz: J. Cramer. Clough, B., Tan, D.T., Phuong, D.X., Buu, D.C. 2000.Canopy leaf
area index andlitter fall in stands of the mangrove Rhizophora apiculata of different age in the Mekong Delta, Vietnam. Aquat. Bot. 66, 311-320. Davies, J. & G. Claridge. 1993. Wetland Benefits. The Potential for Wetlands to Support and Maintain Development. Asian Wetland Bureau, International Waterfowl & Wetlands Reasearch Bereau, Wetlands for the America’s, 45 hal. Davis Jr. J.H. 1940. The ecology and geo-logic role of mangrove in Florida. Carne-gie Inst. Wash Publ. 517 : 303 – 412 de HAAN Fofonoff, N.P., Lewis, E.L.1979. A practical salinity scale. J. Oceanografi. 35, 63– 64 Fofonoff, N.P. dan E. L. Lewis.1979. A practical salinity scale. J. Oceanografi. 35: 63–64. Gardner, F.P., R. Brent Pearce dan Goger L. Mitchell. 1991, Fisiologi Tanamanan Budidaya. Universitas Indonesia Press: Jakarta Giesen, W. & B van Balen. 1991. Several Short Surveys of Sumatran Wetlands. Notes and Observations. Laporan Proyek PHPA/AWB Sumatra Wetlands No. 26, 98 hal. Gordon, D.M., 1993. Diurnal water relations and salt content of two contrasting mangroves growing in hypersaline soils in tropicalarid Australia. In: Lieth, H., Al Masoom, A.(Eds.), Towards the Rational Use of High Salinity Tolerant Plants, Vol. 1. Kluwer Academic Publishers, The Netherlands, pp.193–216. Hardjadi, S. S. Dan Yahya. 1988. Fisiologi Stress Lingkungan. PAU – IPB. Bogor.
Jansen, P. C. M. et al. 2005. Prota 3: Dyes and tannins. Netherland: Wageningen. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1993. Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove. Prosiding Lokakarya Pemantapan Strategi Pengelolaan Lingkungan Wilayah Pesisir dan Lautan dalam Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua.Kapal Kerinci, 1113 September 1993, 47 hal. Kitamura, S., C. Anwar, A. Chaniago, and S. Baba. 1997. Handbook of Mangroves in Indonesia (Bali & Lombok). Denpasar: ISME. Komiyama, A.,H. Moriya, S. Prawiroatmodjo, T. Tomi & K. Ogino. 1988. Forest as an Ecosystem, Its Structure and Function; #1: Floristic Composition and Stand Structure. Dalam Biological System of Mangroves. Laporan Ekspedisi Mangrove Indonesia Timur tahun 1986, Ehime University, Japan. Hal. 85-98. Noor, Y. R. Khazali, M dan Surya Diputra, I. N. N. 2006. Panduan pENGENALAN Pengenalan Mangrove di Indonesia. Wetlands International. Othman, M. A. 1994. Value of Mangroves in Coastal Protection Hydrobiologia. 285: 277-282. Pessarakli, M. 1993. Handbook of Plan and Crop Stress. Marcel Dekker Inc. NewYork. Pie, N., N.F.Y. Tam, Y. Wu, M.H. Wong. 2009. Root anatomy and spatial pattern of radial oxygen loss of eight true mangrove species. Aquatic Botany 90: 222230. Salisburry, F.B. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung. ITB.Press. Samingan, M. T. 1980. Notes on the Vegetation of the Tidal Areas of
South Sumatra, Indonesia, with Special Reference to Karang Agung dalam International Social Tropical Ecology, Kuala Lumpur. Hal. 1107-1112 Saparinto, C. 2007. Pendayagunaan Ekosistem Mangrove. Dahara Prize. Semarang. Scholander, P.F., Hammel, H.T., Hemmingsen, E., Garey, W. 1962. Salt balance in mangroves. Plant Physiol. 37, 722-729. Shannon, M.C., C. M. Give, dan L. E. Francois. 1994. Whole Plant Responsse to Salinity. In. Wikinson, R. E. (Ed). Plant Environment Intgeraction. Marcel Dracker, Inc., New York. Pp. 199– 228. Supriharyono.2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Wilayah Pesisir Tropis. Gramedia.Pustaka.Jakarta. vanSteenis, C.G.G.J. 1958. Ecology of Mangroves. Introduction to account of the Rhizophoraceae by Ding Hou, Flora Malesiana, Ser. 1(5) : 431-441 Tomlinson P.B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge University Press.Yusmaini