PERSONAL HYGIENE PADA PENDERITA GANGGUAN JIWA DI POLI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG RANI MEISAROH 11001085
Subject : Personal Hygiene, Gangguan, Jiwa, Penderita
DESCRIPTION Pasien jiwa merupakan salah satu anggota masyarakat yang rentan mengalami gangguan kesehatan. Salah satu gangguan yang dialami pasien dengan gangguan jiwa adalah defisit personal hygiene. Defisit personal hygiene pada pasien jiwa dapat mengakibatkan terjadinya penurunan harga diri pada pasien jiwa dan resiko terjadinya gangguan kesehatan pada pasien jiwa itu sendiri. Fakta yang ada dilapangan menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan jiwa seringkali terlihat kumal, bau dan mengalami berbagai gangguan pada kesehatan kulitnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran personal hygiene pada pasien gangguan jiwa di RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah personal hygiene pada pasien gangguan jiwa di Poli RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita gangguan jiwa yang berkunjung di Poli RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang pada Bulan Mei 2014. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dalam penelitian ini sampling yang digunakan ialah non probability sampling dengan jenis consecutive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner personal hygiene pasien gangguan jiwa yang diukur menggunakan skala likert. Tahap pengolahan data meliputi editing, coding, scoring dan tabulating. Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir setengah keluarga responden penelitian yang mengalami gangguan jiwa, memiliki personal hygiene yang kuat yaitu sebanyak 32 responden (42,1%). Kemandirian dari pasien jiwa dalam pelaksanaan personal hygiene dapat dipengaruhi oleh usia anggota keluarga, pendidikan anggota keluarga dan pekerjaan anggota keluarga. Perawat sebagai tenaga kesehatan terdidik mempunyai tanggung jawab untuk dapat memberikan health education kepada keluarga pasien jiwa mengenai pentingnya pelaksanaan personal hygiene pada pasien jiwa untuk menghindarkan pasien dari gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.
ABSTRACT Psychiatric patients is one of members of society experience health problems easily. One of the disorders experienced by patients with mental disorder is a deficit of personal hygiene it makes a decreasing self-esteem to psychiatric patients and the risk of health problems that happened to psychiatric patients. The facts that happen in the society show psychiatric patient often look ragged, smell and experience variety disorders of the skin's health. The purpose of this study is to describe the personal hygiene of psychiatric patients in RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. The method used is descriptive study. The variable in this study is the personal hygiene psychiatric patients in Poly of RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. The population in this study is all psychiatric patients visit in Poly of RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang on May 2014. The sampling in this study is determined with the inclusion and exclusion criteria. In this study, the sampling used non-probability sampling with consecutive sampling. The instrument used in this study is questionnaire of personal hygiene psychiatric patients measured with likert scale. Stage of data processing includes editing, coding, scoring and tabulating. The results of this study showed that almost half families of respondents in this study who experience mental disorders have strong personal hygiene amount 32 respondents (42,1%). The independence of psychiatric patients in the implementation of personal hygiene can be influenced by age of family members, the education and their jobs. The nurses as educated health professionals have a responsibility to provide health education to the families of psychiatric patients about the importance of the implementation of personal hygiene to psychiatric patients for avoiding patient from mental disorder because unkeeping good health
Keywords : Personal Hygiene, Mental, Disorders
Contributor
: Nurul Hidayah, S.Kep.,Ns.,M.Kep : Budi Prasetyo, S.Kep.,Ns Date : 31 Mei 2014 Type Material : Laporan Pendahuluan Edentifier :Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Kesehatan jiwa dimasa yang serba kritis seperti sekarang ini bukanlah hal yang mudah dengan tekanan hidup yang semakin berat yang harus dihadapi. Bagi individu yang tidak dapat beradaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sebagai ancaman bagi dirinya. Perasaan yang terancam terus
menerus tanpa adanya proses pemecahan masalah, dapat menimbulkan stress yang berkepanjangan dan dapat mengakibatkan gangguan jiwa (Rahwanda, 2013). Salah satu gangguan yang dialami pasien dengan gangguan jiwa adalah kurangnya perawatan diri atau defisit personal hygiene. Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang perawatan diri ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (Mukhripah, 2008 dikutip dalam Anonim, 2012). Menurunnya personal hygiene pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi karena pasien dengan gangguan jiwa tidak dapat mempertahankan kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan kebersihan genitalia. Fakta yang ada dilapangan menunjukkan bahwa pasien dengan gangguan jiwa seringkali terlihat kumal, bau dan mengalami berbagai gangguan pada kesehatan kulitnya. Pada laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, prevalensi penduduk yang mengalami gangguan mental emosional secara nasional adalah 6,0% (37.728 orang dari subyek yang dianalisis) (Depkes RI, 2013). Dari hasil wawancara pada studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan perawat di Poli RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, jumlah pasien yang berkunjung di Poli pada Bulan Januari 2014 sebanyak 1.147 pasien, pada bulan Februari 2014 sebanyak 1.115 pasien, pada bulan Maret 2014 sebanyak 1.182 pasien dan pada bulan april sebanyak 1.300 pasien. Salah satu gangguan yang dialami oleh pasien yang berkunjung di Poli adalah kurangnya pelaksanaan personal hygiene pada pada pasien. Pasien jiwa masih seringkali terlihat dengan pakaian yang kumal, tubuh yang bau, rambut yang tidak terawat dan terjadi gangguan pada kulitnya. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti kepada 5 pasien yang berada di Poli RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, pasien jiwa terlihat kumal dan tidak terawat serta tercium bau yang kurang sedap dari pasien jiwa tersebut. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah, 2004). Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan kebersihan genitalia (Badri, 2008). Menurut Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya. Pasien dengan gangguan jiwa cenderung mengalami penurunan personal hygiene. Hal ini dikarenakan kurangnya respon yang dimiliki terutama dalam perawatan kebersihan diri (defisit personal hygiene). Pasien dengan gangguan jiwa seringkali tidak memperhatikan pola kebersihan diri yang dimiliki. Hal ini dikarenakan menurunnya beberapa fungsi otak yang dimiliki oleh pasien jiwa tersebut. Adanya penurunan fungsi otak yang dimiliki berdampak kepada kurangnya motivasi pasien dengan gangguan jiwa untuk melaksanakan personal hygiene secara mandiri dan pada akhirnya akan berakibat kepada rendahnya personal hygiene yang dimiliki pada diri masing-masing pasien dengan gangguan jiwa. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui personal hygiene pada penderita gangguan jiwa di Poli RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang. Hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat dirumuskan sebuah solusi untuk mengurangi ketergantungan pelaksanaan personal hygiene penderita gangguan jiwa. METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Variabel dalam penelitian ini adalah personal hygiene pada pasien gangguan jiwa di Poli RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita gangguan jiwa yang berkunjung di Poli RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang pada Bulan Mei 2014. Dalam penelitian ini sampling yang digunakan ialah non probability sampling dimana sampling ini menggunakan consecutive sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 76 responden. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar wawancara. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir setengah responden, memiliki personal hygiene yang kuat yaitu sebanyak 32 responden (42,1%). Personal hygiene yang kuat pada pasien jiwa yang berkunjung di Poli RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang terjadi karena adanya dukungan keluarga yang baik dan pelaksanaan fungsi keluarga (perawatan kesehatan) pada pasien jiwa. Friedman (1998, dikutip dalam Padila, 2012) mengemukakan bahwa selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah, keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang mampu menerapkan tugas kesehatan keluarga yang meliputi : mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasan rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada, akan berdampak pada peningkatan derajat kesehatan yang dimiliki. Anggota keluarga pasien jiwa yang memahami dan mampu melaksanakan 5 fungsi keluarga secara tidak langsung akan membantu pelaksanaan personal hygiene pada pasien gangguan jiwa yang meliputi perawatan kulit, mandi dan perawatan kaki dan kuku. Hasil analisa data penelitian untuk personal hygiene (perawatan kulit) pada pasien gangguan jiwa di poli RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, didapatkan hampir setengah responden, memiliki personal hygiene yang kuat dalam perawatan kulit yaitu sebanyak 33 responden (43,3%). Perry dan Potter (2006) mengemukakan bahwa perawatan kulit yang benar menjadikan seseorang akan memiliki kulit yang utuh, bebasba badan, dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera serta dapat berpartisipasi dan memahami metode perawatan kulit. Pasien gangguan jiwa yang memiliki dukungan keluarga yang baik, akan mampu untuk mandiri dalam personal hygeine (perawatan kulit). Hal ini karena dalam diri pasien jiwa terjadi proses perubahan perilaku ke arah positif akibat dari bantuan keluarga untuk selalu mengajarkan cara perawatan kulit yang benar seperti selalu membersihkan kulit jika ada debu atau kotoran yang menempel baik menggunakan lap ataupun air. Selain itu, perilaku anggota
keluarga yang selalu menjaga kebersihan kulitnya akan menjadi motivasi tersendiri bagi pasien jiwa untuk dapat meniru pola kebiasaan untuk melakukan personal hygiene (perawatan kulit). Hasil analisa data penelitian untuk personal hygiene (mandi) pada pasien gangguan jiwa di poli RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, didapatkan hampir seluruh responden mandiri dalam pelaksanaan personal hygiene (mandi) yaitu sebanyak 58 responden (76,3%). Perry dan Potter (2006) mengemukakan bahwa mandi dapat menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, membuat individu merasa lebih rileks dan segar serta meningkatkan citra diri individu. Pasien gangguan jiwa yang dalam kesehariannya diajarkan oleh anggota keluarga untuk selalu menggunakan sabun dan bersikat gigi dalam mandi, secara tidak langsung dalam diri pasien gangguan jiwa akan tercipta sebuah perilaku untuk menggunakan sabun dan bersikat gigi dalam mandi. Hal ini dikarenakan dalam diri pasien gangguan jiwa terjadi proses adaptasi untuk melakukan hal baru yaitu melaksanakan personal hygiene (mandi). Dengan dukungan keluarga yang baik yang diwujudkan dalam bentuk selalu mengajarkan cara mandi yang benar, menyediakan sabun, sikat dan pasta gigi dapat berdampak positif pada perilaku personal hygiene (mandi) pada pasien gangguan jiwa. Hasil analisa data penelitian untuk personal hygiene (perawatan kaki dan kuku) pada pasien gangguan jiwa di poli RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, didapatkan hampir setengah responden memiliki kemandirian yang kuat dalam perawatan kaki dan kuku yaitu sebanyak 32 responden (42,1%). Perry dan Potter (2006) mengemukakan bahwa perilaku untuk melakukan perawatan kaki dan kuku yang benar menjadikan seseorang akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit yang lembut, merasa nyaman dan bersih, serta dapat memahami dan melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar. Bentuk dukungan keluarga untuk selalu mengajarkan kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa untuk selalu menggunakan alas kaki saat keluar rumah, memotong kuku jika panjang dan membersihkan kaki jika ada kotoran yang menempel secara tidak langsung akan berpengaruh kepada perilaku anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Adanya proses pembelajaran yang dilakukan keluarga kepada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dalam pelaksanaan personal hygiene (perawatan kaki dan kuku) menjadikan pasien gangguan jiwa termotivasi untuk dapat melakukan personal hygiene (perawatan kaki dan kuku) secara mandiri. Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, yang dilakukan secara rutin dan terus menerus akan berdampak positif dalam pelaksanaan personal hygiene (perawatan kaki dan kuku) Pasien gangguan jiwa yang memiliki dukungan keluarga yang baik, secara tidak langsung akan berdampak pada pelaksanaan personal hygiene pada diri pasien tersebut. Keluarga yang memiliki pengetahuan mengenai pentingnya pelaksanaan personal hygiene, akan selalu berusahan untuk membantu dan mendukung anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dalam pelaksanaan personal hygiene. Selain itu, dukungan sosial ekonomi yang dimiliki keluarga, juga berperan penting dalam pelaksanaan personal hygiene. Pasien jiwa yang memiliki latar belakang keluarga dengan status ekonomi yang kuat, cenderung akan mampu untuk melaksanakan dan melakukan personal hygiene dengan lebih
baik dibandingkan dengan pasien jiwa yang berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi yang kurang. Kebiasaan keluarga, jumlah orang di rumah, dan ketersediaan air panas atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan personal hygiene. Praktik personal hygiene pada penderita gangguan jiwa dapat berubah dikarenakan situasi kehidupan, misalnya jika mereka tinggal di rumah sakit jiwa, mereka tidak dapat mempunyai privasi dalam lingkungannya yang baru. Privasi tersebut akan mereka dapatkan dalam rumah mereka sendiri, karena mereka tidak mempunyai kemampuan fisik untuk melakukan personal hygiene sendiri. Untuk dapat meningkatkan kemampuan personal hygiene pada pasien jiwa dibutuhkan peran serta berbagai pihak untuk mendukung pelaksanaan personal hygiene. Perawat sebagai tenaga kesehatan terdidik mempunyai tanggung jawab untuk dapat memberikan health education kepada keluarga pasien jiwa mengenai pentingnya pelaksanaan personal hygiene pada pasien jiwa untuk menghindarkan pasien dari gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah munculnya kutu pada rambut, gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. Kemudian untuk keluarga, diperlukan kesabaran dari anggota keluarga untuk selalu membantu pasien jiwa dalam melaksanakan personal hygiene sehingga pada akhirnya pasien jiwa dapat melaksanakan personal hygiene secara mandiri. KESIMPULAN Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir setengah responden memiliki personal hygiene yang kuat yaitu sebanyak 32 responden (42,1%). Kemandirian pasien jiwa yang dimiliki dipengaruhi oleh usia anggota keluarga, pendidikan anggota keluarga dan pekerjaan anggota keluarga. REKOMENDASI 1.
2.
3.
Bagi institusi pendidikan Institusi pendidikan diharapkan untuk mengkaji kurikulum pembelajaran yang diterapkan kepada mahasiswa keperawatan agar mahasiswa memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan jiwa dan dalam pelaksanaan health education kepada masyarakat Bagi anggota keluarga Diharapkan anggota keluarga dengan pasien jiwa dapat lebih aktif dalam melakukan kunjungan ke pusat layanan kesehatan / Poli Rumah Sakit Jiwa untuk mendapatkan informasi mengenai cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan cara mengajarkan pasien jiwa dalam pelaksanaan personal hygiene secara mandiri. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka untuk dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai personal hygiene pada pasien dengan gangguan jiwa dengan menyertakan variabel yang belum
diangkat dalam penelitian ini seperti faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan personal hygiene pada pasien dengan gangguan jiwa yaitu faktor internal (usia, jenis kelamin) dan faktor eksternal (pendidikan, pekerjaan, status ekonomi, sumber informasi). Alamat Korespondensi Email :
[email protected] Alamat Rumah : Sabrang Wringin Anom Panarukan No. HP : 085330202566