1
PERSONAL COMPETENCE OF CIVIC EDUCATIONAL TEACHER AS A ROLE MODEL BASED ON ELEVENTH GRADERS STUDENTS AT SMA NEGERI 02 BATU Novika Gerry State University Of Malang E-mail:
[email protected],
[email protected] ABSTRACT: This study aimed to describe: (1) The students' opinions regarding personal competence which is owned by the Civics teacher at Public High School 02 Batu. (2) a personal competence of Civics teacher who exemplified according to the grade XI students at Public High School 02 Batu. (3) the Implementation of Civics teacher personality competence who exemplified by a grade XI students at Public High School 02 Batu. Data collection procedures in this study were observation, interview and documentation. The primary data source which is coming from informants are extracted with an in-depth interviews with XI grade students at Public High School 02 Batu. The results are (1) based on the opinions of students, personal competence which is owned by the Civics teacher at SMAN 02 Batu is a disciplined personality, democratic, patient, tolerant and broad-minded. (2) personal competence Civics teacher who exemplified by students are disciplined in a pre-arranged deal with, democratic when the learning in process, guiding students with patient attitudes, tolerance in the relationship between teachers and students, as well as broad-minded teachers outside material learning. (3) the implementation of Civics teacher personality comptentce who exemplified by students are including a discipline personality expressed through comes in time at the extracurricular activities, democratic in class forums, patient in working on the test paper, tolerance among their peers, and a knowledgeable tutor at private tutoring activities Keywords: personal competence, Civics Teacher
KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG MENJADI SURI TELADAN MENURUT SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 2 BATU Novika Gerry Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected],
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : (1) pendapat siswa mengenai kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru PKn di SMAN 02 Batu. (2) kompetensi kepribadian guru PKn yang diteladani oleh siswa kelas XI. (3) penerapan kompetensi kepribadian guru PKn yang diteladani oleh siswa kelas XI. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data primer yang dijadikan informan adalah wawancara mendalam dengan siswa kelas XI di SMAN 02 Batu. Hasil yang diperoleh adalah (1) Berdasarkan pendapat siswa, kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru PKn di SMAN 02 Batu adalah kepribadian disiplin, demokratis, penyabar, tenggang rasa, dan berwawasan luas. (2) Kompetensi kepribadian Guru PKn yang diteladani oleh siswa yaitu disiplin dalam menjalankan kesepakatan yang telah diatur bersama, demokratis ketika proses belajar mengajar, sikap penyabar dlam membimbing siswa, tenggang rasa dalam membina hubungan antara guru dan siswa, serta guru yang wawasan luas diluar materi pelajaran. (3) Penerapan kompetensi kepribadian guru PKn yang diteladani oleh siswa meliputi kepribadian disiplin dengan cara datang tepat waktu ketika kegiatan ekstrakurikuler, demokratis dalam forum dikelas, penyabar dalam mengerjakan soal-soal ulangan, tenggang rasa dengan sesama teman, dan berwawasan luas dengan cara menjadi tentor dalam kegiatan les privat. Kata Kunci: Kompetensi Kepribadian, Guru Pendidikan Kewarganegaraan.
2
Salah satu tujuan negara Indonesia yang terdapat dalam Pembukaan Undang-Undang 1945 adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk bisa mewujudkan tujuan negara tersebut maka melalui pendidikan di sekolah tentu sudah pasti menjadi komponen penting demi menghasilkan sumber daya manusia dan moralitas yang unggul agar bisa bersaing dengan negara lain. Namun yang terjadi saat ini justru jauh dari yang dicita-citakan, karena dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini menjadi sorotan masyarakat luas karena output dari perilaku para pelajar yang menunjukkan sikap jauh dari semestinya. Hal itu dibuktikan dari tayangan media massa baik cetak maupun elektronik pada akhir – akhir ini selalu menampilkan berita tentang tindakan negatif yang dilakukan oleh kalangan pelajar seperti tawuran, perkelahian antar geng motor, pencurian, penyalahgunaan narkoba, bahkan pelecehan seksual. Fenomena negatif yang dilakukan oleh kalangan pelajar maka yang akan menjadi sorotan utama masyarakat sudah pasti tertuju pada kondisi lingkungan yang menjadi latar belakang pelajar, lingkungan tersebut adalah lingkungan kelurga dan lingkungan sekolah. Ki Hajar Dewantara mengatakan, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan individual maupun pendidikan sosial (Depdiknas, 1994:169). Akan tetapi dengan perkembangan zaman yang semakin cepat maka lingkungan keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap IPTEK, sehingga peranan sekolah disini cukuplah signifikan untuk bisa menyiapkan generasi muda masuk kedalam proses pembangunan masyarakat. Seiring dengan perkembangan zaman yang menjadikan kebutuhan semakin besar, maka orang tua akan semakin sibuk agar kebutuhan keluarganya dapat terpenuhi secara maksimal. Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, pada umumnya para orangtua harus bekerja diluar rumah. Akibatnya, mereka tidak memiliki waktu dan kesempatan untuk mendidik anaknya. Dalam kondisi seperti ini, mereka menyerahkan keberhasilan pendidikan anak-anak mereka kepada tenaga pendidik di sekolah. Keberhasilan pendidikan tentunya tidak dapat dilepaskan dari faktor-faktor kegiatan pembelajaran di sekolah. Posisi guru di sekolah menjadi salah satu faktor penting untuk keberhasilan pendidikan karena tidak hanya memiliki tanggungjawab menjadikan peserta didik pandai dalam bidang ilmu pengetahuan, namun
3
juga sebagai agen perubahan untuk menjadikan anak didiknya memiliki sikap yang baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Meskipun saat ini telah terjadi perubahan paradigma bahwa guru hanya sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar, tidak dapat dipungkiri juga bahwasanya posisi guru di sekolah adalah sebagai orang tua kedua bagi siswa. Oleh karena itu ikatan emosional yang menjadikan posisi orang tua dan anak haruslah selalu dimiliki oleh jiwa seorang guru. Sebagai orang tua di sekolah maka tugas seorang guru tidak hanya sebagai pendidik, namun juga harus bisa menjadi sosok yang bisa menjadi suri teladan, dan motivator bagi peserta didik. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan ruhani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Diperjelas pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (2005:21) Pasal 28 ayat 3, menyebutkan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Sosok guru yang baik haruslah menempatkan posisinya di depan, di tengah, dan dibelakang muridnya seperti semboyan Ki Hajar Dewantara “Ing ngarso sun tuladha, Ing madyo mangun karsa, Tut wuri handayani”. Jika guru kurang memiliki rasa simpatik terhadap siswa, mudah tersinggung, dan tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik maka yang terjadi tidak akan tercipta proses belajar yang baik. Akan timbul kekecewaan dari dalam diri siswa sehingga semangat belajar siswa akan pudar, dan yang terjadi adalah perilaku nakal seperti tidak masuk sekolah tanpa keterangan pada jam pelajaran tertentu, tidak memperhatikan penjelasan guru, tidur dikelas pada saat pelajaran, dan yang paling ekstrem siswa akan tertarik pada hal-hal diluar konteks sekolah. Lebih spesifik sosok sentral yang berperan untuk mewujudkan perubahan sikap siswa kearah yang lebih baik adalah berada ditangan Guru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Seperti yang dikatakan Ali (2007:693), peran utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah memperkuat dasar-dasar kewarganegaraan Indonesia dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
4
sekaligus menyiapkan warganegaranya untuk menjadi warganegara global yang siap bersaing dan bekerjasama namun tetap berpijak pada ke-Indonesiaan. Guru Pendidikan Kewarganegaraan harus banyak berusaha agar para siswa mempunyai sikap yang baik, kecerdasan yang tinggi, serta keterampilan yang bermafaat. Oleh karena itu guru Pendidikan Kewarganegaraan harus dapat memanfaatkan fungsinya sebagai penuntun moral, sikap, serta memberi dorongan kearah yang lebih baik. Agar siswa memiliki sikap yang baik sesuai dengan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka seorang Guru PKn haruslah memberikan teladan melalui kompetensi kepribadian yang harus diamalkannnya dalam mengajar dikelas maupun dalam kehidupan sehari-harinya. Memiliki kompetensi kepribadian yang baik bagi seorang guru sangatlah penting karena guru memiliki andil besar dalam proses pendidikan. Pribadi guru juga memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk pribadi siswa. Guru yang memiliki kompetensi kepribadian baik akan banyak berpengaruh baik terhadap perkembangan siswa, terutama mental dan spiritualnya. Penelitian tentang kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang menjadi suri teladan menurut siswa, belum pernah dilakukan di Indonesia. Dari hasil pencarian yang dilakukan oleh peneliti dari internet, hanya ditemukan penelitian tentang peranan Guru Pendidikan Kewarganegaraan namun belum mencerminkan sosok yang mampu menjadi suri teladan bagi siswa. Oleh sebab itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang menjadi suri teladan menurut siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Batu karena SMA Negeri 2 Batu merupakan salah satu sekolah unggulan di Kota Batu. Demi mewujudkan SMA Negeri 2 Batu sebagai lembaga pendidikan yang profesional, maka dalam aktivitas sehari-hari gerak langkah komponen-komponen pendukung SMA Negeri 2 Batu dibingkai dalam sebuah tata kerja yang harmonis mulai dari pimpinan sekolah, dewan sekolah, guru, karyawan hingga siswa dengan struktur organisasi. Di SMA Negeri 2 Batu terdapat empat guru yang mengajar Pendidikan Kewarganegaraan, masing-masing guru memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda karena bukan hanya berasal dari latar belakang Pendidikan
5
Kewarganegaraan saja namun juga berasal dari bidang studi lain. Dalam kesehariannya, ada yang berprofesi lain di luar profesi guru. Ada seorang wartawan, aktivis Lembaga Swadya Masyarakat dan Lembaga Non Pemerintahan Kota Batu, dan seorang kepala sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Tujuan penelitian adalah untuk (1) mendeskripsikan pendapat siswa kelas XI mengenai kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu. (2) mendeskripsikan kompetensi kepribadian guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu. (3) mendeskripsikan penerapan kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks (holistik-kontekstual) melalui pengumpulan data dari latar alami. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan deskriptif kualitatif ini adalah suatu pendekatan untuk mendeskripsikan pendapat siswa kelas XI mengenai kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 02 Batu, mendeskripsikan kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani siswa kelas XI di SMA Negeri 02 Batu, dan mendeskripsikan penerapan kompetensi kepribadian guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani siswa kelas XI di SMA Negeri 02 Batu. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal maka diperlukan data-data yang valid untuk menunjang hasil penelitian. Pendekatan kualitatif berfungsi mengumpulkan data deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan yang diperoleh oleh peneliti melalui hasil observasi, wawancara mendalam, dokumentasi, dan catatan lapangan. Kehadiran Peneliti Dalam penelitian kualitatif permasalahan yang ditemukan masih belum jelas dan pasti, sehingga peneliti dijadikan instrumen sekaligus pengumpul data utama dalam penelitian. Dalam hal ini, sebagaimana dinyatakan oleh Lexy J. Moeloeng (2010:168) , kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
6
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor hasil penelitiannya. Berdasarkan pada pandangan di atas, maka pada dasarnya kehadiran peneliti selain sebagai instrumen juga menjadi faktor penting dalam seluruh kegiatan penelitian. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat partisipan. Selain menjadi pengamat dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, peneliti juga berperan sebagai partisipan yang berfungsi sebagai pengumpul data. Agar memperoleh data yang diperlukan serta memperoleh kepercayaan dari informan maka peneliti memberitahukan identitas peneliti kepada perangkat sekolah di SMA Negeri 2 Batu. Lokasi Penelitian Penelitian ini diadakan di SMA Negeri 2 Batu yang beralamatkan di Jalan Hassanudin, kecamatan Junrejo, kota Batu yang merupakan salah satu SMA Negeri unggulan di Kota Batu Provinsi Jawa Timur. Dalam upaya melayani siswa dengan sebaik-baiknya, guru-guru di SMA Negeri 2 Batu telah memiliki kelayakan dan profesionalisme yang cukup memadai sesuai dengan bidang mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. SMA Negeri 2 Batu memiliki empat Guru Pendidikan Kewarganegaraan, dimana selain berprofesi sebagai guru sebagian dari mereka juga memiliki profesi lain. Ada yang seorang wartawan, aktivis LSM dan Lembaga Non Pemerintahan Kota Batu, serta Kepala Sekolah PAUD. Siswa yang diteliti adalah kelas XI dengan asumsi bahwasanya kelas XI sudah paham dengan kondisi guru Pendidikan Kewarganegaraan yang ada di SMA Negeri 2 Batu. Sumber Data Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yakni sumber data primer dan umber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini, sumber data primer yang dijadikan informan oleh peneliti adalah wawancara mendalam dengan siswa kelas XI SMA Negeri 2 Batu (Dyas, Irene, Ari June, Osi, Freza, Citra, Iklima, Yaris, Dhea, Fajar, Dian, Khalfia, Andriani, Faizal, Mirza, Vega) dan observasi ketika Guru Pendidikan Kewarganegaraan melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sumber data sekunder adalah sumber yang secara tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber
7
data sekunder dari penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan berupa profil SMA Negeri 2 Batu. Pengecekan Keabsahan Temuan Temuan atau data penelitian kualitatif dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan, kebergantungan,dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan data pada penelitian ini dilakukan dengan: Ketekunan/keajegan pengamatan Teknik ketekunan ini diharapkan agar peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding dan penguat terhadap data tersebut (Moleong, 2010:330). Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya, demikian halnya dengan penelitian ini yang digunakan adalah teknik triangulasi dengan pemeriksaan melalui sumber lain yakni melalui beberapa siswa kelas X dan beberapa alumni SMA Negeri 2 Batu. Kecukupan bahan referensi Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data untuk mendukung kredibilitas data yang ditemukan oleh peneliti dalam penelitian ini meliputi kamera digital dan alat rekam suara. Member Check Member check yang terlibat disini meliputi data, kategori analisis, penafsiran, dan kesimpulan. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh
8
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin dipercaya, akan tetapi jika data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam maka peneliti haruslah merubah temuannya. Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung peneliti telah menggunakan beberapa kriteria pemeriksan keabsahan data dengan menggunakan teknik pemeriksaan sebagaimana yang telah tersebut di atas,untuk membuktikan kepastian data. Yakni dengan kehadiran peneliti sebagai instrumen itu sendiri, mencari tema atau penjelasan pembanding, membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, mengadakan wawancara dari beberapa orang yang berbeda dengan tema yang sama kemudian dilakukan kroscek agar informasi menjadi lebih kuat hasilnya, dan menyediakan data deskriptif secukupnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapat Siswa Mengenai Kompetensi Kepribadian Yang Dimiliki Oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 02 Kota Batu. Berdasarkan pendapat para siswa kelas XI di SMAN 02 Batu, guru PKn yang ada memiliki kompetensi kepribadian meliputi disiplin, demokratis, penyabar, tenggang rasa, dan berwawasan luas. Kedisiplinan guru PKn dilihat oleh siswa dari kedatangan guru yang selalu tepat waktu ketika akan mengajar dan pada saat mengakhiri pelajaran juga sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, konsisten terhadap komitmen, dan disiplin dalam menegakkan aturan. Jika dikaitkan dengan pendapat Rochman (2011:43-76) tentang salah satu kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru, pada poin (a) adalah sikap yang disiplin, maka dari itu bisa ditarik kesimpulan bahwa ada kesesuaian antara kepribadian disiplin yang dimiliki oleh guru PKn di SMAN 02 Batu dengan pendapat Rochman tentang kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru. Kedisiplinan memang penting ditanamkan oleh guru kepada para siswanya, namun seyogyanya kedisiplinan itu harus diimbangi
9
dengan sikap sportif dari guru agar tidak menimbulkan kekecewaan dalam diri siswa terhadap sosok yang dijadikan teladan olehnya. Memberikan penilaian hasil belajar peserta didik secara objektif sangat dijunjung tinggi oleh guru PKn di SMAN 02 Batu, para siswa diberikan nilai sesuai dengan kemampuan akademik yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Sikap guru yang demokratis tersebut, menjadi daya tarik tersendiri sehingga mendorong siswa untuk belajar dengan giat agar mendapatkan nilai yang baik. Secara keseluruhan, budaya demokratis yang terpancar pada keseharian guru PKn di SMAN 02 Batu dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (2008:6) pada poin (d) yang mengatur indikator mengenai kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang demokratis. Sikap demokratis yang ditampilkan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu memiliki dampak yang sangat positif karena menjadikan siswa untuk berfikir inovatif dalam segala situasi dan kondisi yang dihadapi. Cara yang digunakan oleh guru PKn di SMAN 02 Batu untuk mengatasi siswa yang berulah negatif pada saat proses pembelajaran adalah dengan memberikan teguran. Bersikap santai dalam kegiatan belajar mengajar yang ditunjukkan dengan kestabilan emosional setiap mengajar dikelas merupakan bentuk sikap penyabar yang dimiliki oleh guru PKn di SMAN 02 Batu. Kestabilan emosional ketika mengajar yang diperlihatkan oleh guru PKn di SMAN 02 Batu memiliki kesesuaian dengan pendapat Alma (2010:137) tentang salah satu kompetensi kepribadian, pada poin (e) adalah sabar dalam menjalankan profesi keguruannya. Agar kepribadian penyabar yang dimiliki oleh guru PKn ini tidak dimanfaatkan oleh siswa maka seyogyanya sikap penyabar harus dibarengi dengan kepribadian arif / bijaksana seperti yang terdapat pada indikator kompetensi kepribadian dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008. Sikap tenggang rasa yang dimiliki oleh guru PKn, menyebabkan antara guru dan siswa terjalin komunikasi yang harmonis. Figur guru PKn yang mampu menjadi orangtua kedua di sekolah, dianggap sebagai guru yang memiliki sikap tenggang rasa terhadap siswa.
10
Secara umum sikap tenggang rasa yang ditunjukkan oleh guru PKn di SMAN 02 Batu, sudah sesuai dengan pendapat Alma (2010:137) tentang salah satu kompetensi kepribadian, pada poin (c) adalah tenggang rasa dan toleran. Menjadi orang tua kedua di sekolah seyogyanya bisa dilakukan tidak hanya oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan saja namun juga oleh semua guru mata pelajaran, karena dengan demikian siswa akan merasa nyaman pada saat berada di lingkungan sekolah. Wawasan luas yang dimiliki oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu terlihat dari keaktifan mereka dalam mengikuti perkembangan pengetahuan dan arus teknologi yang sedang menjamur di masyarakat. Wawasan luas dalam rangka mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh guru PKn di SMAN 02 Batu, ada relevansinya dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (2008:6) pada poin (m) yang mengatur indikator mengenai kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang senantiasa mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu memang memiliki wawasan yang sangat luas, namun seyogyanya Pendidikan Kewarganegaraan tetap diajarkan oleh guru yang memiliki latar belakang pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan agar ilmu yang disampaikan dapat sesuai dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yang disampaikan pada saat di Perguruan Tinggi. Berdasarkan beberapa kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu, relevan dengan pendapat Fakhruddin (2012:49-61) yang menjelaskan peran guru meliputi, a) guru sebagai sumber belajar, b) guru sebagai fasilitator, c) guru sebagai pengelola, d) guru sebagai demonstrator, e) guru sebagai pembimbing, f) guru sebagai mediator, g) guru sebagai evaluator. Akan tetapi untuk memaksimalkan peran tersebut, guru PKn di SMAN 02 Batu harus mengembangkan kompetensi kepribadian yang masih belum terpancar dalam kegiatan belajar mengajar.
11
Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan Yang Diteladani Oleh Siswa Kelas XI di SMAN 02 Batu Dari beberapa kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh guru PKn, yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMAN 02 Batu adalah berkenaan dengan kepribadian disiplin, demokratis, penyabar, tenggang rasa, dan berwawasan luas. 1. Kepribadian Guru yang Disiplin Kedisiplinan guru PKn yang diteladani oleh siswa-siswa di SMAN 02 Batu meliputi kedisiplinan dalam membagi waktu, kedisiplinan dalam menjalankan kesepakatan yang telah diatur bersama, serta kedisiplinan dalam menegakkan aturan yang dibuat oleh sekolah. Dari kebiasaan yang diterapkan oleh guru PKn tersebut membuat pola pikir siswa menjdi lebih lebih fokus untuk bisa hidup disiplin karena dengan hidup disiplin dalam kehidupan sehari-harinya maka pola hidup akan menjadi lebih teratur. Kepribadian guru yang disiplin tidak hanya menjadi angin lalu bagi para siswa, namun diteladani oleh siswa di SMA Negeri 2 Batu karena Guru Pendidikan Kewarganegaraan disana selalu konsisten dengan komitmen yang telah dibuatnya. Maka dari situ sudah dapat ditarik kesimpulan bahwa hal itu relevan dengan pendapat Azzet (2010:56-61) tentang salah satu hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar mempunyai kepribadian layak ditiru oleh anak didiknya pada poin (1) adalah Sesuainya kata dan perbuatan, penting bagi seorang guru untuk menjaga apa yang disampaikannya agar senantiasa sesuai dengan perbuatannya. Atau sebaliknya, yakni menjaga perbuatannya agar senantiasa sesuai dengan perkataan yang disampaikannya kepada anak didiknya. Bila seorang guru telah mampu menyesuaikan antara perkataan dan perbuatan, tentu ia akan mempunyai kepribadian yang menimbulkan rasa percaya dan kekaguman dalam diri anak didik. 2. Kepribadian Guru yang Demokratis Dengan sikap demokratis yang dimiliki Guru Pendidikan Kewarganegaraan, siswa dengan nyaman menyampaikan pendapatnya ketika proses belajar mengajar dikelas berlangsung. Sikap demokratis ini pula yang mendorong siswa untuk selalu berpikir inovatif demi mengasah kemampuannya. Kepribadian demokratis Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu yang diteladani oleh siswa menjadikan siswa belajar dengan
12
nyaman pada saat proses belajar mengajar, hal ini ada relevansinya dengan pendapat Fakhruddin (2012:49-61) poin (c) dijelaskan bahwa peran guru adalah sebagai pengelola yaitu Guru PKn berperan dalam menciptakan suasana belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman karena melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif. 3. Kepribadian Guru yang Penyabar Kesabaran Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam membimbing ketika proses kegiatan belajar mengajar di kelas membuat ia selalu diteladani oleh para siswanya. Paradigma berpikir siswa akhirnya tergambarkan bahwa dengan memiliki sikap penyabar secara tidak langsung dapat menjadikan seseorang akan disukai banyak orang. Sebagai sosok yang diteladani oleh peserta didik, Guru Pendidikan Kewarganegaraan berkepribadian penyabar akan menjadikan peserta didik terpengaruh untuk bertindak sesuai dengan apa yang dilakukan oleh gurunya. Sikap penyabar yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu ini, relevan dengan teori modeling / belajar sosial menurut Albert Bandura yang menyatakan, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan maupun penyajian dan contoh tingkah laku (Winarto, 2011). Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh tambahan ketika meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika tidak menirunya. 4. Kepribadian Guru yang Tenggang Rasa Guru selain tampil di depan sebagai contoh maka sudah sepatutnya juga tampil ditengah-tengah siswa sebagai teman yang memiliki kepribadian tenggang rasa. Hal inilah yang juga dimiliki oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu. Model guru yang mudah bersahabat ini mampu menarik simpati dari para siswa sehingga mereka secara tidak langsung terinspirasi untuk bisa berbuat yang sama sesuai dengan kebiasaan gurunya. Jika dikaitkan dengan pendapat Muaddab (2011) dalam ajaran hidup Ki Hadjar Dewantara yang disebut “Tringa” yakni meliputi ngerti, ngrasa, dan nglakoni. Orang tahu dan mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan, menyadari, dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan. Maka dari itu sudah bisa ditarik kesimpulan bahwa ada kesesuaian antara kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa di SMA Negeri 2 Batu
13
dengan pendapat Muaddab mengenai ajaran hidup Ki Hadjar Dewantara. Pada mulanya siswa memahami apa yang disampaikan / diperbuat oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraannya, dan merasakan bahwa tindakan tersebut patut untuk diteladani. Oleh karena itulah pada akhirnya siswa mempraktikkan tindakan tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. 5. Kepribadian Guru yang Berwawasan Luas Wawasan luas diluar materi pelajaran yang dimiliki oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan, secara tidak langsung memberikan sentuhan pada siswa bahwa untuk mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan tidak cukup dengan belajar di buku saja akan tetapi juga dengan mengamati fenomena-fenomena sosial yang terjadi di masyarakat saat ini. Wawasan luas yang dimiliki oleh guru dapat menjadikan sebuah motivasi bagi siswa untuk selalu bisa belajar dan terus belajar untuk menuntut ilmu. Upaya Guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam menanamkan kepribadian berwawasan luas kepada para siswa di SMA Negeri 2 Batu yang kemudian diteladani oleh siswa, ada relevansinya dengan tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (2006:232), adalah agar peserta didik memiliki kemampuan dalam berpikir kritis, rasional, kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; berinteraksi dengan bangsa-bangsa lainnya dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Berdasarkan beberapa kompetensi kepribadian guru PKn yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMAN 02 Batu, jika dikaitkan dengan pendapat Azzet (2010:56-61) tentang hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar mempunyai kepribadian layak ditiru oleh anak didiknya, yaitu, 1) sesuainya kata dan perbuatan, 2) menyadari kedudukannya sebagai seorang guru, 3) terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan. Maka memang ada kesesuaian antara keduanya, karena apa yang dilakukan dan ditunjukkan oleh guru PKn ketika
14
pembelajaran, sedikit banyak sudah diteladani oleh para siswa. Karena Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu mampu menjadi model / teladan oleh anak didiknya maka proses transformasi pendidikan dan pengajaran dapat berjalan dengan baik. Penerapan Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang Diteladani Oleh Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Batu Guru PKn mengemban tugas membentuk perilaku peserta didik agar dalam kehidupan sehari-hari mampu menjadi warga negara yang baik, untuk itu kompetensi kepribadian guru harus diimplementasikan dalam kegitan belajar mengajar karena dengan demikian siswa akan memperoleh teladan yang didapatnya melalui figur Guru Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah. Berikut dijelaskan mengenai penerapan kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu. 1. Disipilin Penerapan sikap disiplin oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu, dilakukan dengan cara datang tepat waktu ketika jam sudah menunjukkan dimulainya kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri 2 Batu. Kebiasaan buruk seperti seringnya siswa datang terlambat di sekolah akan hilang seiring dengan keteladanan yang diperolehnya dari kebiasaan yang diperlihatkan oleh guru pada saat mengajar. Sikap disiplin yang ditanamkan oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan kepada siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa, ada relevansinya dengan pendapat Rochman (2011:43-76) pada poin (a) yang menjelaskan salah satu kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru yang menjadi ciri khas sehingga membedakan dengan profesi lain yaitu: pribadi yang disiplin. Disiplin adalah kunci kesuksesan seseorang, termasuk guru. Seorang guru yang menghendaki kesuksesan dalam melaksanakan tugas profesinya, ia harus memiliki pribadi disiplin. Sikap hidup disiplin adalah hal yang sangat utama ditanamkan sejak dini. Perilaku disiplin akan sangat efektif ditanamkan kepada siswa jika terlebih dahulu dilakukan oleh guru itu sendiri. Perilaku disiplin ini penting dimiliki oleh guru karena ia akan menanamkan hal tersebut kepada peserta didiknya. Dengan sikap disiplin yang diperlihatkan oleh guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA
15
Negeri 2 Batu, para siswa berusaha menerapkan sikap tersebut dalam kehidupan sehari-harinya karena dalam paradigma berfikir siswa yang tergambarkan adalah dengan meniru apa yang dilakukan oleh gurunya maka ia akan mendapatkan penghargaan dari sekitarnya. 2. Demokratis Berawal dari kebiasaan diskusi, siswa dapat melatih keterampilan berbicara dan mengemukakan pendapat di depan umum. Dengan demikian, sikap demokratis dalam diri siswa secara tidak langsung diterapkan ketika dia bisa menghargai pendapat siswa lain dalam forum diskusi. Penerapan kepribadian demokratis oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu ini, relevan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:3) yaitu: pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dikatakan relevan karena sikap demokratis yang ditanamkan oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu terhadap siswa, telah membentuk karakter siswa sesuai dengan fungsi pendidikan nasional. 3. Penyabar Sikap penyabar dari seorang guru PKn diterapkan oleh siswa ketika mengikuti kegiatan ekstrakurikuler catur. Dalam bermain catur, pemain harus selalu berhati-hati dan tidak boleh gegabah dalam menentukan pilihan agar dapat mengalahkan lawan mainnya. Penerapan sikap penyabar juga dapat dilihat pada saat siswa mengerjakan soal-soal ketika UAS. Peserta didik yang tergolong pribadi penyabar tentu akan mengerjakan soal-soal dengan seksama dan ketika sudah selesai mengerjakan maka dia akan meneliti kembali jawabannya sambil menunggu berakhirnya waktu yang disediakan. Usaha siswa menerapkan kepribadian penyabar dalam kehidupan sehariharinya untuk mencapai kesuksesannya, relevan jika dikaitkan dengan pendapat Fakhruddin (2012:98-126) poin (a) mengenai bahan refleksi untuk mengubah diri
16
menjadi guru yang lebih baik adalah sabar karena sabar merupakan fondasi dalam kehidupan manusia. Dengan sabar, kita akan mampu melanjutkan perjalanan menjalani kehidupan yang kian hari kian menunjukkan betapa pentingnya sebuah dasar yang kuat sebagai pijakan. Oleh karena itu, tatkala kita menjadikan sabar sebagai sifat dan sikap, kita akan sukses dan bahagia dalam hidup ini. Dikatakan relevan karena sikap sabar yang ditampakkan oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu, sudah banyak diimplementasikan oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya meskipun belum seluruh siswa yang mampu menerapkannya. 4. Tenggang Rasa Dengan komunikasi yang dibangun secara baik dilingkungan sekolah akan diperoleh hasil positif, siswa dapat terhindar dari perkelahian dengan sesama siswa karena diantara mereka terdapat sikap tenggang rasa yang kuat dalam menjunjung tinggi persahabatan. Tidak berhenti sampai disitu, penerapan kepribadian tenggang rasa oleh siswa kelas XI SMA Negeri 2 Batu juga dilakukan dengan cara menjenguk teman yang sedang sakit. Sikap tenggang rasa Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang kemudian dicontoh oleh siswa di SMA Negeri 2 Batu, memiliki kesesuaian jika dikaitkan dengan pendapat Muaddab (2011) dalam ajaran hidup Ki Hadjar Dewantara yang disebut “Tringa” dimana terdapat tiga aspek yang meliputi ngerti, ngrasa, dan nglakoni. Orang tahu dan mengerti saja tidak cukup, kalau tidak merasakan, menyadari, dan tidak ada artinya kalau tidak melaksanakan. Dikatakan sesuai dengan teori tersbut karena guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu mampu menjadi contoh yang membawa peserta didik kearah yang lebih baik. secara umum peserta didik di SMA Negeri 2 Batu sudah banyak yang menerapkan kepribadian tenggang rasa baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. 5. Berwawasan Luas Penerapan wawasan luas dapat dilakukan melalui jalur yang mengharuskan siswa untuk senantiasa menambah pengetahuannya secara kontinu karena pengetahuan memang tidak ada ujungnya. Contohnya adalah dengan menjadi tentor dalam kegiatan les privat. Melalui penyampaian materi yang membahas isu-isu kewarganegaraan menyebabkan siswa menjadi tergerak untuk
17
mencari tahu lebih dalam mengenai kebenarannya dengan cara mencari informasi dari beberapa media. Penerapan wawasan luas oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu, memiliki relevansi jika dikaitkan dengan pendapat Azzet (2010:56-61) poin (c) mangenai salah satu hal yang dapat dilakukan oleh seorang guru agar mempunyai kepribadian layak ditiru oleh anak didiknya adalah terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan, guru yang terus belajar dan menambah ilmu pengetahuan akan bisa menampilkan dan membahas pelajaran dengan menarik serta akan berwawasan luas berkaitan dengan hal di luar pelajaran sekolah. Dikatakan relevan karena pada umumnya para siswa di SMA Negeri 2 Batu memiliki pengetahuan yang cukup luas sehingga memiliki nilai diatas rata-rata. PENUTUP Kesimpulan Bertolak dari hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Berdasarkan pendapat siswa kelas XI, kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu meliputi kepribadian disiplin yang tercermin dari ketepatan waktu baik ketika akan memulai maupun mengakhiri pelajaran, demokratis dalam memberikan penilaian hasil belajar peserta didik, penyabar dalam menghadapi siswa yang membuat ulah negatif ketika proses belajar mengajar, tenggang rasa yang tercermin dari keseharian dikelas yang mampu menjadi orangtua kedua bagi siswa, dan berwawasan luas yang terlihat dari keaktifannya mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi. (2) Kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu yaitu kepribadian guru yang disiplin, demokratis, penyabar, tenggang rasa, dan berwawasan luas. Kepribadian disiplin dalam menjalankan aturan diteladani oleh siswa karena menjadikan pola hidup siswa lebih teratur. Sikap demokratis ketika proses belajar mengajar diteladani siswa karena mampu mendorong siswa untuk selalu berfikir inovatif dalam mengasah kemampuan. Sikap sabar dalam membimbing siswa dalam keseharian mengajar diteladani oleh siswa karena paradigma berpikir siswa tergambarkan bahwa sikap sabar akan menjadikannya memiliki banyak teman. Kepribadian tenggang rasa dalam membina hubungan antara guru dan siswa, diteladani oleh siswa karena dengan bersikap demikian
18
siswa beranggapan bahwa dia akan mudah bersahabat. Kepribadian berwawasan luas diluar materi pelajaran, diteladani oleh siswa karena menjadi sebuah motivasi untuk mempelajari banyak hal dalam menuntut ilmu. (3) Penerapan kompetensi kepribadian Guru Pendidikan Kewarganegaraan yang diteladani oleh siswa kelas XI di SMA Negeri 2 Batu meliputi kepribadian disiplin dengan cara datang tepat waktu ketika kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler, bersikap demokratis dalam forum di kelas dengan cara menghargai pendapat siswa lain, mengutamakan sikap penyabar dalam kegiatan ekstrakurikuler catur dan dalam mengerjakan soal-soal ulangan, tenggang rasa dengan sesama teman yakni menjenguk teman yang sedang sakit, dan mengasah wawasan dengan jalan menjadi tentor dalam kegiatan les privat. Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan peneliti maka ada beberapa rekomendasi yang berhubungan dengan kompetensi kepribadian Guru Penidikan Kewarganegaraan yang menjadi suri teladan bagi siswa. (1) Dalam kegiatan belajar mengajar dikelas, Guru Pendidikan Kewarganegaraan seyogyanya mengimplementasikan beberapa indikator kompetensi kepribadian guru yang masih belum terlihat oleh siswa dalam pengelihatannya. Indikator tersebut meliputi beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri. (2) Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu seyogyanya mempertahankan kompetensi kepribadiannya yang terdapat pada indikator kompetensi kepribadian yakni kepribadian disiplin, kepribadian demokratis, kepribadian penyabar, kepribadian tenggang rasa dan kepribadian berwawasan luas, yang telah diteladani oleh siswa. (3) Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 2 Batu seyogyanya senantiasa berusaha meningkatkan kompetensi kepribadiannya yang telah diteladani oleh siswa, kearah indikator kompetensi kepribadian yang belum diteladani oleh siswa. Sehingga dengan demikian seorang Guru Pendidikan Kewarganegaraan akan memiliki ciri khas yang membedakan dengan guru mata pelajaran lain bahkan akan membedakannya dengan profesi lain diluar guru.
19
DAFTAR RUJUKAN Ali, Muhammad., Ibrahim, R., Sukmadinata, N.S., Sudjana, D., Rasyidin, W. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press. Alma, Buchari., Mulyadi, M., Razati, G., Nuryati, L. 2010. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta. Azzet, Akhmad, M. 2010. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. (Online), (http://www.google.com/Badan Standar Nasional Pendidikan), diakses 1 Februari 2013. Depdiknas. 1994. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Fakhruddin, Asef Umar. 2012. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: Diva Press. Moleong, Lexy, J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muaddab. 2011. Konsep Pendidikan Menurut Ajaran Ki Hadjar Dewantara. (Online), (http://hafismuaddab.wordpress.com), diakses 29 April 2013. Mulyasa. 2011. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (Online), (http://www.google.com/Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan), diakses 1 Februari 2013. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. (Online), (http://www.google.com/Peraturan Pemerintah tentang Guru), diakses 1 Februari 2013. Rochman, Chaerul. 2011. Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru. Bandung: Nuansa Cendekia. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Undang – Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. (Online), (http://www.google.com/UU Guru dan dosen), diakses pada 15 Januari 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Online), (http://www.google.com/sisdiknas), diakses 1 Februari 2013. Widodo, Rachmat. 2009. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Ilmu. Winarto, Joko. 2011. Teori Belajar Sosial Albert Bandura. (Online), (http://edukasi.kompasiana.com), diakses 29 April 2013.