1
Personal branding online (studi deskriptif kualitatif mengenai personal branding online anggota Soloraya Facebook Community (SFC))
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
Skripsi Disusun Oleh: Dyah Ayu Yunita D.0205061
ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG Selama ini istilah “brand”, biasanya selalu lekat dengan suatu perusahaan,
produk maupun suatu organisasi. Dalam Bahasa Indonesia, kata brand diartikan sebagai nama merek. Sedangkan brand itu sendiri sebenarnya banyak cakupannya, meliputi logo, simbol, dan sebagainya. Branding memang dikenal dengan beberapa klasifikasi, misalnya Product Branding, Corporate Branding, bahkan kemudian belakangan dikenal pula Internal Branding, City Branding, dan lain sebagainya. Namun saat ini ternyata tidak hanya produk, perusahaan, maupun suatu organisasi saja yang dapat melakukan branding. Seseorang atau individu pun dapat melakukan branding terhadap dirinya, yang kemudian disebut dengan istilah Personal branding. Semua orang yang berupaya untuk membangun karir dapat dianggap sedang berusaha untuk menciptakan brand-nya sendiri. Fakta ini benar-benar terjadi terutama bila dikaitkan dengan public figure (tokoh masyarakat) seperti politisi, entertainer, atau atlet profesional. Semua public figure bersaing demi mendapat keuntungan dan dukungan oleh masyarakat sehingga mereka berusaha agar bisa diterima oleh masyarakat melalui citra yang diinginkan dan kuat. Seseorang tidak harus terkenal untuk dipandang sebagai sebuah brand. Personal branding merupakan hal yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Membentuk
1
3
personal branding adalah sesuatu yang penting saat ini. Membicarakan personal branding berarti membahas mengenai “value” atau “nilai”diri kita. Setiap orang akan dinilai oleh orang lain. Baik itu dari penampilan fisik, kepribadian, maupun karakter. Dan ini-lah yang akan melekat pada kita, yang akhirnya digunakan oleh orang lain mencap bagaimana diri kita. Sangat perlu bagi kita mempersiapkan diri untuk mempunyai personal branding atau “merek diri” yang positif. Karena hal ini akan menjadikan diri kita pantas untuk dihargai, dimiliki, bahkan untuk disayangi orang lain. Bahkan mungkin “dibeli” oleh orang lain. Dalam kehidupan ini, kita akan selalu melakukan kegiatan-kegiatan yang terus kita lakukan selama hidup kita. Dari kegiatan-kegiatan ini-lah yang menyebabkan kita mempunyai suatu kebiasaan. Bila kebiasaan-kebiasaan ini terus dipelihara akan melahirkan sebuah karakter di mana karakter ini-lah yang menjadi salah satu penilaian orang lain terhadap diri kita. Bagaimana kita berpenampilan pun akan mencerminkan siapa diri kita, oleh karena itu kita pun perlu menjaga penampilan kita. Penampilan, kepribadian, dan karakter merupakan elemen pembentuk personal branding. Personal branding yang unik, artinya tidak dimiliki oleh banyak orang, cenderung mempunyai daya jual yang tinggi. Personal branding berbeda dengan titel atau gelar yang kita punya, karena personal branding tak semudah kita mendapatkan ijazah atau gelar. Personal branding diraih dengan perjuangan yang terus menerus dari waktu ke waktu. Banyak dari kita menilai orang yang berhasil karena memiliki personal branding yang bagus, tetapi jarang dari kita mengetahui perjuangannya dalam memperoleh personal branding yang
4
ingin dibangun. Berdasarkan teori menurut Kristie Tamvecius dan Hubert K. Rampersad, untuk membangun Personal Brand pun diperlukan terdapat tahaptahap tertentu. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, personal branding pun dapat dibangun dengan memanfatkan teknologi media massa, yaitu melalui internet atau media online. Online personal branding sebenarnya bukan hal baru di dunia teknologi informasi. Para penggiat dunia internet dan teknologi informasi sebenarnya telah melakukan online personal branding, bahkan sering hidup dari hasil kegiatan tersebut, meskipun kadang mereka tidak sadar melakukannya. Para programmer open source melakukan personal branding ketika mereka mengembangkan suatu software dan me-release-nya dengan bebas (free) ke publik. Para system administrator, system analyst, dan security expert, semakin meningkat personal branding-nya ketika mereka berhasil membuat tulisan menarik dan unik di blog mereka tentang tren terbaru di bidangnya masingmasing. Personal branding semakin cepat terbentuk karena fenomena boomingnya layanan situs social networking bagi pengguna internet. Situs jejaring sosial diawali oleh Classmates.com pada tahun 1995 yang berfokus pada hubungan antar mantan teman sekolah dan SixDegrees.com pada tahun 1997 yang membuat ikatan tidak langsung. Dua model berbeda dari jejaring sosial yang lahir sekitar pada tahun 1999 adalah berbasiskan kepercayaan yang dikembangkan oleh Epinions.com, dan jejaring sosial yang berbasiskan pertemanan seperti yang dikembangkan oleh Uskup Jonathan yang kemudian dipakai pada beberapa situs UK regional di antara 1999 dan 2001.(www.eepis-
5
its.edu update 7 Juli 2009). Inovasi meliputi tidak hanya memperlihatkan siapa berteman dengan siapa, tetapi memberikan pengguna kontrol yang lebih akan isi dan hubungan. Jejaring sosial merupakan struktur sosial yang terdiri dari elemen-elemen individual atau organisasi. Jejaring ini menunjukkan jalan di mana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai dari mereka yang dikenal seharihari sampai dengan keluarga. Istilah ini diperkenalkan oleh profesor J. A. Barnes di tahun 1954. Jejaring sosial bisa dikatakan sebagai suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain. Dengan kata lain, jejaring ini merupakan suatu jalan di mana setiap individu maupun organisasi berhubungan baik dalam dunia maya. Jejaring sosial di dunia maya ini berbasiskan web yang menyediakan beragam cara bagi pengguna untuk berinteraksi antar sesama. Sebenarnya, jejaring sosial (social networking) ini sudah lama ada seperti chatt, email, blog, mailing list, dan lain sebagainya. Kebanyakan dari jejaring sosial ini memberikan layanan untuk membuat biodata diri, seperti meng-upload foto, hobi, dan dapat menjadi teman antarpengguna jejaring sosial. Jejaring sosial pada umumnya memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna dalam hal: ·
Memperluas interaksi berdasarkan kesamaan nilai yang dimiliki masingmasing individu.
6
·
Menambah wawasan dan atau pengetahuan dengan sarana information sharing dan comment
·
Pencitraan atau memasarkan diri secara artian positif, dalam hal ini juga berkaitan dengan prestige dan kemauan untuk update teknologi informasi.
·
Media transaksi dan pemikiran dalam hal perdagangan, politik, budaya, bahkan dimungkinkan juga pendidikan. (http://library.perbanas.ac.id/ updates 7 Juli 2009) Tentunya masih banyak fungsi lain dalam pemanfaatan jejaring sosial di
atas, sehingga tak heran bermunculan banyak sekali sarana jejaring sosial dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya, misalnya Friendster, Hi5, Flixster, MySpace, Tagged, Multiply, Twitter, serta Facebook yang saat ini menjadi fenomena di antara para penikmat situs jejaring sosial. Sejak pertengahan tahun 2008, situs social networking yang menjadi fenomena di Indonesia adalah Facebook. Fenomena Facebook memang luar biasa, selain saat ini situs tersebut mencapai posisi teratas ke-5 di dunia, Facebook juga menciptakan standar baru dalam hal situs pertemanan. Teknologi yang digunakan Facebook memang jauh di atas pesaingnya. Pengguna Facebook menghabiskan 13,9 miliar menit pada situs jejaring sosial tersebut pada bulan April lalu. Angka tersebut merupakan peningkatan yang pesat dari 1,7 miliar menit di bulan yang sama tahun 2008. Data tersebut terungkap dalam sebuah laporan The Nielsen Co. Peningkatan
70% pengguna membuat
Facebook dapat
dengan
mempertahankan posisinya sebagai pemimpin di industri jejaring sosial.
mudah
7
Di Indonesia pun Facebook telah memikat jutaan hati penggunanya. Mulai dari anak sekolah, mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, selebriti, hingga politisi, kini memiliki jejaring sosial Facebook. Facebook adalah situs nomor 12 yang paling banyak dikunjungi di Indonesia, menurut situs statistik Alexa.com. Di Asia sendiri, Indonesia adalah negara nomor satu sebagai pengguna Facebook dan nomor empat di tingkat dunia. Tercatat empat belas juta orang Indonesia sudah mempunyai akun di Facebook dan terus bertambah. Facebook saat ini memang magnet bagi banyak orang. Tidak heran karena Facebook memanjakan para penggunanya dengan berbagai fitur dan kemudahan-kemudahan di dalamnya. Selain kita bisa menambah teman baru, kita pun bisa bertemu kembali dengan teman-teman lama. Saling bertukar cerita, meng-upload foto-foto lama maupun baru, mengirim email bahkan chatting pun dapat dilakukan di Facebook. Hal ini menjadi satu hal yang menarik bagi setiap orang terutama di Indonesia, karena ada keinginan dalam diri setiap pribadi untuk membandingkan apa yang dipunyai saat ini dengan orang lain. Perbandingan yang ingin dilihat antara lain adalah apa yang sudah dipunyai teman, kemampuan apa yang saat ini bisa dilakukan oleh orang lain, dan pembanding-pembanding lainnya. Keinginan untuk memamerkan diri. Ingin memperlihatkan “siapa saya”, yang salah satunya bisa terlihat dengan memperhatikan foto-foto yang beredar di Facebook. Sedangkan hasrat atau keinginan untuk menunjukkan bagaimana diri kita di mata orang lain ini pun berkaitan dengan personal branding.
8
Melihat berbagai kemudahan dan fasilitas yang disediakan oleh Facebook bagi para anggotanya, seperti Facebook Profile Information, Video Album, Photo Album, Event, Status Update, Notes, dan lain sebagainya, membuat para anggotanya bebas mengekspresikan diri hingga disadari atau tidak, mereka telah membangun personal branding sesuai yang diinginkan agar diketahui oleh khalayak, terutama sesama pemilik account Facebook. Membicarakan mengenai salah satu kemudahan yang diberikan Facebook dalam membentuk grup, di mana grup ini memiliki fitur yang sangat baik untuk membentuk komunitas online seperti diskusi, foto, Wall atau testimonial, dan fitur lainnya. Fasilitas ini yang kemudian dimanfaatkan para pecinta Facebook di Kota Solo yang akhirnya membentuk grup Soloraya Facebook Community (SFC). Komunitas ini terbentuk guna menunjukkan jati diri Kota Solo sesuai slogannya, yakni Solo Bangkit, Solo Kreatif, dan Solo Sejahtera. Anggota SFC sendiri sejak 20 Mei 2009, telah menembus angka lebih dari tiga ribu orang. Penulis menemukan hal yang menarik untuk diteliti berdasarkan uraian di atas. Mengingat maraknya pengguna Facebook di Indonesia, terutama di Kota Solo, hingga menjadi hal yang fenomenal, menarik perhatian penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai bagaimana para pemilik account Facebook yang tergabung dalam Soloraya Facebook Community membangun personal branding yang diinginkan secara online.
9
B.
RUMUSAN MASALAH Dari uraian di atas, bisa dirumuskan permasalahan yang ada, yaitu 1. Personal branding seperti apakah yang dibangun anggota Soloraya Facebook Community (SFC) secara online di Facebook? 2. Bagaimana cara anggota Soloraya Facebok Community (SFC) melakukan personal branding online di Facebook? 3. Bagaimana anggota Soloraya Facebook Community (SFC) melalui tahapan dalam membangun personal branding menurut teori Kristie tamvecius dan Hubert K. Rampersad?
C.
TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan ini, yang didasarkan pada rumusan masalah di atas,
adalah: 1. Untuk mendeskripsikan personal branding seperti apakah yang dibangun anggota Soloraya Facebook Community (SFC) secara online di Facebook 2. Untuk mendeskripsikan bagaimana anggota Soloraya Facebook Community (SFC) melakukan personal branding online di Facebook. 3. Untuk mengetahui bagaimana anggota Soloraya Facebook Community (SFC) melalui tahapan dalam membangun personal branding menurut teori Kristie tamvecius dan Hubert K. Rampersad
10
D.
MANFAAT PENULISAN Dalam setiap penulisan, tentunya diharapkan ada manfaat yang bisa
dipetik. Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah: 1.
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berupa kajian dalam kaitannya dengan online personal branding melalui situs jejaring sosial.
2.
Penulisan ini diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai online personal branding melalui Facebook yang dilakukan oleh anggota Soloraya Facebook Community (SFC). Online personal branding inilah yang akan bermanfaat bagi khalayak pada umumya, dan bagi para pengguna Facebook pada khususnya, dalam meningkatkan kualitas personal branding mereka melalui account Facebook yang dimiliki.
E.
TELAAH PUSTAKA
1. Konsep Mengenai Brand Sebelum kita membahas lebih dalam mengenai personal branding, akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai konsep “brand”itu sendiri. John Wiley dalam Kevin Lane Keller, mengungkapkan bahwa brand berasal dari kata dalam Bahasa Morse kuno ”brandr”, yang dalam Bahasa Inggris berarti ”to burn”, di mana pada saat itu dimaknai sebagai penanda yang digunakan oleh peternak untuk mengidentifikasi ternak yang dimiliki. American Marketing Association mengartikan bahwa brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi
dari
salah
satu
atau
keseluruhan
yang
digunakan
untuk
11
mengidentifikasi barang atau jasa oleh penjual atau sekelompok penjual dan untuk membedakan dari para pesaing (Keller, 1998: 2). Sedangkan dalam Kamus Inggris-Indonesia oleh John M. Echols dan Hassan Shadily, kata brand diterjemahkan sebagai macam atau jenis. Tetapi dalam Bahasa Indonesia sehari-hari, brand diartikan sebagai merek. Merek dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai tanda yang dikenakan oleh pengusaha, pabrik, produsen, dan sebagainya, pada barang-barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal; cap, atau tanda yang menjadi pengenal untuk menyatakan nama. Ike Janita dalam Creating and Sustaining Brand Equity, brand diartikan sebagai ide, kata, desain grafis, dan suara atau bunyi yang mensimbolisasikan produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi produk dan jasa tersebut (Janita, 2009: 4). Lebih jauh, merek sebenarnya merupakan nilai tangibel dan intangibel yang terwakili dalam sebuah merek dagang (trademark) yang mampu menciptakan nilai dan pengaruh tersendiri di pasaran bila dikelola dengan tepat (Durianto, 2004: 2). Merek atau brand dapat dibagi dalam pengertian lainnya seperti: a. Brand name (nama merek) yang merupakan bagian dari yang dapat diucapkan (Rangkuti, 2002: 2). b. Brand mark (tanda merek) yang merupakan sebagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan seperti lambang, desain huruf, atau warna khusus (Rangkuti, 2002: 2). c. Trade mark (tanda merek dagang) yang merupakan atau sebagian dari merek
yang dilindungi
hukum
karena kemampuannya untuk
12
menghasilkan sesuatu yang istimewa (Rangkuti, 2002: 2). d. Copyright (hak cipta) yang merupakan hak istimewa yang dilindungi oleh undang-undang untuk memproduksi, menerbitkan, dan menjual karya tulis, karya musik, atau karya seni (Rangkuti, 2002: 2). Namun merek tidak sekadar sebuah nama, logo, atau simbol. Merek dapat menjadi “payung (umbrella)” yang mampu mempresentasikan produk atau layanan. Merek memiliki arti penting dalam pemasaran karena sangat efektif sebagai alat untuk meningkatkan atau mempertahankan jumlah penjualan (Ambadar, 2007: 2-3). Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekadar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian berikut ini (Durianto, 2004: 2): a. Atribut produk Setiap merek memiliki atribut. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti atribut-atribut apa saja yang terkandung dalam suatu merek (Rangkuti. 2002: 3). Seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali, desain, dan lain-lain (Durianto, 2004: 2). b. Manfaat Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut, konsumen membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional (Durianto, 2004: 2).
13
c. Nilai Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai bagi produsen. Merek yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang berkelas sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut (Rangkuti. 2002: 4). d. Budaya Merek juga mewakili budaya tertentu (Durianto, 2004: 3). e. Kepribadian Merek
juga memiliki
kepribadian,
yaitu
kepribadian
bagi
para
penggunanya. Jadi diharapkan dengan menggunakan merek, kepribadian si pengguna akan tercermin bersamaan dengan merek yang ia gunakan (Rangkuti. 2002: 4). Seringkali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya (Durianto, 2004: 3). f. Pemakai Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut (Durianto, 2004: 3). Itulah sebabnya para pemasar selalu menggunakan analogi orang terkenal untuk penggunaan mereknya (Rangkuti. 2002: 4). Philip Kotler, seorang akademisi dan pakar marketing Amerika Serikat, membedakan antara produk dengan brand merupakan hal yang penting (Keller, 1998: 2). Produk diartikan sebagai segala sesuatu yang ditawarkan kepada pasar yang dapat memenuhi kebutuhan maupun keinginan. Produk dapat berupa barang,
14
jasa, pasar retail, orang, organisasi, maupun tempat. Sedangkan brand sendiri merupakan sebuah produk yang memiliki titik penekanan pada adanya dimensi tambahan yaitu kemampuan untuk membedakan diri dan memberi nilai kepuasan lebih dari produk-produk lain yang sejenis (Keller, 1998: 3). Stephen King membedakan produk dan brand, sebagai berikut: “A product is something that is made in factory; a brand in something is bought by a customer. A product can be copied by a competitor; a brand is unique. A product can be quickly outdated; a successful brand is timeless.” (Sebuah produk adalah sesuatu yang dibuat di pabrik; sebuah brand dalam suatu produk dibeli oleh konsumen. Sebuah produk dapat ditiru; brand itu unik. Sebuah produk bisa menjadi kuno; sebuah brand yang sukses akan abadi) (Janita, 2009: 4) Brand diartikan sebagai simbol dari suatu perwujudan semua informasi yang berhubungan dengan suatu produk dan jasa yang bertujuan untuk menciptakan suatu asosiasi yang berbeda dan harapan terhadap lingkungan sekitar (www.en.wikipedia.org/ update 5 Juli 2009). Situs Investopedia A Forbes Media Company, sebuah situs tentang public relations, marketing, dan media komunikasi, mendefinisikan brand tidak jauh berbeda, yaitu sebuah pembedaan simbol, tanda, nama, kata, kalimat, atau kombinasi di antaranya yang digunakan untuk
membedakan
diri
atau
produk
mereka
dari
yang
lain
(www.investopedia.com/update 5 Juli 2009). Selanjutnya kata ”branding” yang mengacu pada proses penciptaan suatu brand diterjemahkan menjadi ”proses penciptaan merek” (Janita, 2009: 4). Merek memiliki dua manfaat. Yang pertama, merek memberikan identifikasi terhadap suatu produk sehingga konsumen
15
mengenali merek dagang yang berbeda dengan produk lain. Kedua, merek membantu untuk menarik calon pembeli (Ambadar, 2007: 4-5). Konsumen bersedia membayar lebih untuk suatu brand di atas produkproduk sejenis karena suatu brand dipersepsikan mempunyai nilai lebih (added value) dibandingkan komoditas generik. Jadi pada dasarnya, branding adalah penciptaan nilai tambah atas suatu produk (Janita, 2009: 9-10). Ada beberapa hal yang bisa di-branding-kan. Branding tidak saja berlaku pada suatu produk atau layanan saja namun juga bisa terhadap retailer dan distributor, orang, organisasi, perusahaan, berbagai event olahraga, karya seni, tempat, atau daerah tertentu (Ambadar, 2007: 7-8). 2. Elemen Brand Elemen brand atau yang sering pula disebut dengan identitas brand adalah seperangkat penanda yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan suatu brand. Elemen brand sangat berperan dalam membangun brand awareness (kesadaran brand) dan membentuk formasi brand yang kuat, asosiasi brand yang unik dan menarik. Elemen brand yang utama terdiri dari nama, logo atau symbol, dan karakter (Keller, 1998: 131). a. Nama Pada dasarnya adalah sebuah pilihan yang penting karena dapat menjadi tema utama atau kunci asosiasi bagi sebuah produk. Nama mampu menjadi alat komunikasi yang efektif. Nama itu menjadi perhatian dan artinya tertanam dalam benak konsumen. Secara otomatis, nama menjadi hal yang melekat pada sebuah produk bagi konsumen. Namun sebaliknya, nama
16
merupakan salah satu elemen brand bagi para pemasar yang sulit untuk diubah. Beberapa kriteria untuk mengembangkan nama brand yang efektif adalah (Keller, 1998: 131-132): (1) Sederhana dan mudah untuk diucapkan Agar brand mudah diingat diharapkan bahwa nama brand berupa nama yang sederhana dan mudah diucapkan atau dieja. Nama yang sederhana dapat membuat konsumen mudah untuk memahaminya dan mengingatnya (Keller, 1998: 132). (2) Familiar dan bermakna Pertimbangan kedua untuk membuat sebuah brand diingat oleh konsumen, adalah dengan membuat nama brand tersebut familiar dan bermakna. Sehingga nama brand itu mampu mengingatkan konsumen
kepada
struktur
pengetahuan
yang
sudah
ada
sebelumnya. Arti dari nama brand bisa konkrit atau abstrak. Semua objek dapat digunakan untuk membentuk sebuah nama. Seperti orang, tempat, hewan, atau objek tak bergerak lainnya. Karena objek-objek tersebut telah melekat dalam ingatan konsumen baik secara verbal maupun visual. (3) Nama fiktif Untuk membuat nama bagi sebuah brand tidak harus diambil dari kata-kata yang nyata. Konsumen mampu memahami makna nama sebuah brand meskipun nama tersebut sebuah kata khayalan atau fiksi.
17
b. Logo atau simbol Logo atau simbol merupakan elemen visual dari suatu brand yang berperan penting dalam membangun kesadaran (awareness) terhadap suatu brand. Logo berfungsi dapat untuk menguatkan dan menekankan nama dan makna dari sebuah brand (Keller, 1998: 143). c. Karakter Karakter mewakili tipe-tipe tertentu dari sebuah simbol brand. Baik berupa manusia atau karakteristik nyata lainnya. Karakter brand biasanya diperkenalkan melalui iklan dan memainkan peran utama dalam iklan tersebut. Wujud dari karakter brand tersebut bisa berbagai macam bentuk (Keller, 1998: 146-147). d. Slogan Slogan merupakan frase singkat untuk mengkomunikasikan informasi deskriptif atau persuasif mengenai sebuah brand. Slogan biasanya muncul dalam iklan namun dapat menaikkan peran penting dalam pengemasan dan dalam berbagai aspek lainnya dari pemasaran brand tersebut. Slogan merupakan alat branding yang kuat karena seperti halnya nama brand, slogan manjadi alat yang benar-benar efisien untuk keseimbangan. Slogan dapat berfungsi sebagai ”pengait” atau ”pegangan” untuk membuat konsumen memahami sebuah brand dan menjadikan brand tersebut istimewa (Keller, 1998: 151). e. Jingle Jingle adalah pesan musikal yang ditulis berkenaan dengan brand.
18
Biasanya ditulis oleh penulis lagu profesional yang memiliki banyak refren yang mudah tertanam di benak pendengarnya. Jingle dianggap sebagai slogan yang berbentuk musik sehingga dapat diklasifikasikan sebagai elemen brand (Keller, 1998: 157). f. Pengemasan Terdiri atas aktivitas mendesain dan memproduksi wadah atau pembungkus untuk sebuah produk. Komponen estetika dan fungsional dalam pengemasan harus dipilih dengan cermat. Pertimbangan estetika berkaitan dengan ukuran dan bentuk kemasan, bahan, warna, teks, dan grafis.
Unsur-unsur
penting
dalam
pengemasan
adalah
dapat
mengidentifikasi brand, memberikan informasi yang deskriptif dan persuasif, memfasilitasi tranportasi dan perlindungan bagi produk, dapat disimpan di rumah dengan mudah, serta mempermudah konsumsi produk tersebut (Keller, 1998: 157 ). Kriteria umum yang dapat digunakan dalam menentukan elemen brand antara lain adalah (Keller, 1998: 131-133): a. Memorability (memiliki kemampuan untuk mudah dikenali dan diingat) b. Meaningfulness (memiliki makna yang dapat dideskripsikan, bersifat persuasif dan menarik) c. Transferability (memiliki kemampuan untuk mudah diterapkan atau digunakan untuk semua turunan brand) d. Adaptability (bersifat flexible dan mudah diterima) e. Protectability (memiliki legalitas dan daya kemampuan bersaing)
19
Martin Lindstrom, seorang praktisi public relations ternama dari Amerika Serikat dalam tulisannya yang berjudul Smashing Your Brand mengemukakan tentang bagaimana cara membuat suatu brand menjadi terkenal: “The idea of smashing your brand is simple. It’s all about identifying the components you want to be famous for and leverage the fact that the logo is only a very small component of your overall brand visibility. Consider what your brand should be well known for in five years time from today and then consistently begin to build up the association with your signals. But be consistent and be persistent. (Tidak terlalu sulit untuk mendongkrak suatu brand. Semua hanya tentang mengidentifikasikan komponen apa yang ingin dipopulerkan dan pengaruh fakta bahwa bagian kecil dari keseluruhan komponen brand yang dapat dilihat. Mempertimbangkan bahwa brand yang ingin dipopulerkan dalam kurun waktu lima tahun dan kemudian mulai membangun asosiasi dengan pihak terkait. Harus konsisten dan persisten)”. 3. Personal Branding Timothy P. O’Brien, penulis buku The Power of Branding, dalam Judhie Setiawan, menjelaskan bahwa personal branding merupakan identitas pribadi yang mampu menciptakan sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai kualitas dan nilai yang dimiliki orang tersebut (http://pksm.mercubuana.ac.id/ update 5 Juli 2009). Personal branding adalah apa yang dirasakan, dipikirkan, dipahami oleh orang lain terhadap diri seseorang. Hal tersebut merupakan sesuatu yang dapat terlihat pada seorang individu dari luar melalui kemasan dan pemasaran nilai-nilai inti individu tersebut, faedah, dan talenta hingga mencapai pengaruh terbaik. http://www.blisspr.com/ update 6 Agustus 2009). Sedangkan Peter Montoya dengan bukunya bertajuk The Brand Call You dalam Nitish Bhalotia mengartikan personal branding adalah suatu proses yang membutuhkan keahlian, kepribadian,
20
dan karakteristik unik, yang dikemas dalam suatu identitas yang kuat yang mampu mengingatkan seseorang di tengah masyarakat dan pesaing lainnya. Peter Montoya meyakini bahwa kunci dari personal branding adalah bagaimana seseorang dikenal atau menjadi perhatian bagi orang lain. “Personal branding lets you control how other people perceive you... You'retelling them what you stand for — but in a way that's so organic and Unobtrusive that they think they've developed that perception all by themselves.… When done right, it's irresistible.” (Personal Branding Press, 2002). (Personal branding membuat seseorang dapat mengendalikan tentang bagaimana anggapan orang lain terhadap orang tersebut, orang tersebutlah yang memberi tahu orang lain apa yang dipertahankan-namun dengan suatu cara yang alami dan rendah hati hingga masyarakat mengira bahwa mereka sendirilah yang membuat persepsi tersebut.) Dalam seminarnya, Indira Abidin, seorang praktisi public relations sekaligus managing director “Fortune PR”, membagi unsur pokok dalam pengertian personal branding adalah: a. Nama dan identitas yang diingat publik b. Penghubung dan pengikat diri dengan publik (connection and bonding) c. Merupakan penentu keberhasilan dan nilai pribadi secara jangka panjang (Abidin: 13 Juni 2009). Masih dalam Nitish Bhalotia, Julie Fuimano mengungkapkan, personal branding mencakup penciptaan asosiasi yang kuat, unik, dan menguntungkan ke dalam pikiran orang-orang di sekeliling. Personal brand dikembangkan secara tanpa sadar. Bahkan ketika seseorang tidak memainkan peran apa pun untuk mem-branding dirinya sendiri, secara otomatis orang lain akan menciptakan
21
asosiasi-asosiasi mengenai orang tersebut sesuai dengan sifat dan kebiasaannya. Oleh karena itu, seseorang harus memainkan peran aktif dalam menciptakan brand bagi dirinya sendiri (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus 2009). Hubert K. Rampersad dalam tulisannya “A New Blueprint for Powerful and Authentic Personal Branding” mengemukakan bahwa setiap orang memiliki brand, namun sebagian besar orang tidak menyadarinya dan tidak mengelolanya secara strategic, konsisten, dan efektif. Setiap orang harus mengambil alih kendali atas brand dan pesan-pesan yang disampaikan, karena hal tersebut mempengaruhi bagaimana orang lain memandangnya. Hal ini akan membantu seseorang untuk mampu berkembang dan membedakan diri dengan orang lain. Personal branding lebih dari sekadar memasarkan dan mempromosikan diri. Personal branding merupakan sintesis dari semua pengharapan, citra dan persepsi yang diciptakan dalam pemikiran orang lain sewaktu mereka membaca atau mendengar nama seseorang. (http://www.brandchannel.com/update 3 Januari 2010) Steve Van, penulis Get Slightly Famous, menyatakan keunggulan branding terhadap diri sendiri: ·
Membedakan diri sendiri dari para pesaing
·
Memposisikan fokus pesan dari seseorang ke dalam hati dan pikiran konsumen yang menjadi target
·
Memberikan status “pemikiran peringkat puncak”
·
Meningkatkan kewenangan dan kepercayaan mengenai keputusankeputusan
22
·
Menempatkan seseorang di peran kepemimpinan
·
Meningkatkan prestise
·
Menarik perhatian orang-orang dan peluang yang tepat
·
Menambah nilai pemikiran orang lain terhadap apa yang dijual oleh seseorang
·
Membuat orang lain mengenali seseorang dengan mudah
·
Meningkatkan potensi penghasilan (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus 2009)
4. Membangun Personal Branding Menciptakan personal branding sangat mirip dengan cara menciptakan brand lainnya. Kita harus memutuskan elemen brand, memberi makna terhadap brand tersebut, memposisikan, mengkomunikasikan makna, dan mengatur sedemikian rupa sepanjang waktu. Menciptakan personal brand sama saja seperti halnya menciptakan brand apa pun. Seseorang harus menentukan elemen-elemen brand, memberikan makna bagi elemen tersebut, menempatkannya di posisi yang tepat, mengkomunikasikan makna tersebut, dan terus mengelolanya. Menurut konsultan marketing Kristie Tamsevicius dalam Nitish Bhalotia, asumsi yang perlu digarisbawahi mengenai filosofi personal branding adalah masing-masing individu mendapatkan anugerah yang unik dan tujuan yang berbeda-beda dalam hidup. Seperti gambar piramida dalam membangun personal branding berikut ini:
23
Gb. 1.1 Piramida Personal Branding Menurut Kristie Tamvecius
Sumber: Nitish Bhalotia (http://www.brandchannel.com/update 6 Agustus 2009)
1.
Determine Who You Are (Menentukan Diri Sendiri) Karena personal brand memiliki refleksi langsung terhadap seseorang, untuk mengidentifikasi personal brand, seseorang harus bisa memahami apa membuat dirinya berbeda dari orang lain (Tom Peters). Seseorang harus mengidentifikasi kelebihan dan pembawaannya yang patut menjadi perhatian orang lain. Personal branding semata-mata mengenai menentukan siapa diri seseorang sebenarnya dalam hal karakter inti yang otentik, ketimbang menciptakan brand yang diinginkan. Personal brand seseorang muncul dari pencarian identitas dan makna, yang kemudian menimbulkan kesadaran akan adanya kelebihan dan talenta yang dimiliki (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus 2009)
2.
Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan)
24
Hal ini mencakup tindakan menuliskan bidang-bidang yang menjadi kelebihan yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan dengan minat profesional atau keinginan. Tahap ini meliputi tindakan untuk bertanya pada diri sendiri—Apa yang harus dilakukan agar nilai-nilai yang dicapai bisa menjadi luar biasa, terarah, beda dari yang lain, dan unggul? Pekerjaan/hal apa yang paling bisa dibanggakan oleh seorang individu? Personal branding sama sekali bukan hal yang mengharuskan seorang individu mengenakan kedok yang memikat, melainkan memahami nilainilai yang dimiliki oleh seorang individu, dan belajar untuk membuat nilainilai tersebut menjadi relevan bagi orang lain. Banyak hal dalam pengembangan personal brand yang berpusat pada mengidentifikasi nilainilai pribadi seseorang (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus 2009) 3.
Position Yourself (Memposisikan Diri) Dengan mengidentifikasi kualitas atau karakteristik yang membuat seseorang berbeda dari pesaing atau koleganya, seorang individu dapat menciptakan positioning (penempatan posisi) bagi dirinya sendiri. Personal brand yang baik tidaklah serupa dari yang lain, serta menciptakan asosiasi yang kuat, menguntungkan, dan unik. Tujuan dari personal brand adalah untuk membuat personal brand tersebut menjadi jelas, unik, dan dengan mudah dapat dimengerti, dan untuk menunjukkan keunikan, meraih keuntungan
sehingga
membuat
orang
(http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009)
percaya
25
4.
Manage Your Brand (Mengelola Brand) Menurut Montoya, kunci untuk promosi personal branding jenis apa pun adalah “pemasaran dari mulut-ke-mulut”. Jaringan sahabat, kolega, klien, dan konsumen merupakan sarana/kendaraan pemasaran/marketing yang paling penting yang dimiliki oleh personal brand. Apa yang mereka katakan mengenai sebuah brand adalah apa yang pada akhirnya akan diukur oleh pasar sebagai nilai dari brand tersebut. Personal brand harus membangun sebuah tempat yang mencakup kepercayaan dan keterkaitan di dalam pemikiran calon konsumen. Semakin personal brand bisa dipercaya oleh orang lain, maka personal brand tersebut akan semakin menyebar luas di seluruh pasar tanpa harus memaksakannya (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009). Sedangkan menurut Hubert K. Rampersad, Personal brand yang dimiliki
oleh seseorang haruslah otentik; merefleksikan karakter yang sebenarnya; dan diciptakan berdasar pada nilai-nilai yang dipegang oleh seseorang, keunggulan, keunikan, dan kepandaian orang tersebut. 1.
Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Fase atau tahap ini terdiri atas mendefinisikan dan merumuskan personal ambition dalam suatu cara yang menyenangkan dan persuasif untuk kemudian diwujudkan. Tahap ini berkenaan dengan mengidentifikasi diri dan mencaritahu apa impian seseorang, siapa dirinya, pemikiran apa yang dipertahankannya, apa yang membuat dirinya unik dan istimewa, mengapa diri seseorang berbeda dari orang lain, apa nilai-nilai yang
26
dipegangnya, dan mengidentifikasi kepandaian, serta melatih diri untuk mengatasi keadaan. (http://www.brandchannel.com/ update3 Januari2010) 2.
Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Mendefinisikan dan merumuskan janji personal brand yang otentik, unik, relevan, konsisten, singkat, bermakna, dan persuasif, serta mempergunakannya sebagai poin utama dari sikap dan tindakan. Pada titik inilah seseorang harus menentukan spesialisasinya, dengan memfokuskan pada sebuah talenta utama. Orang itu harus menguraikan layanan spesifiknya, ciri khas utamanya, serta atribut utamanya yang paling kuat. Yang terakhir, ia harus menentukan siapa audience-nya (domain) dan apa kebutuhan utama mereka. Pernyataan personal brand terdiri atas keseluruhan personal ambition, sasaran brand, keunggulan, atribut dominan layanan, dan domain. Pernyataan personal brand tersebut juga mencakup proposisi nilai unik (unique
value
proposition).
Langkah
kedua
di
fase
ini
adalah
mendefinisikan kisah personal brand, yang merupakan intisari dari apa yang ingin diungkapkan mengenai personal brand untuk mendapatkan reaksi emosional yang positif. Yang terakhir, ia harus mendesain personal logo,
simbol
grafis
yang
mampu
mewakili
personal
brand-nya.
(http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010). 3.
Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Personal brand dan personal ambition tidak ada artinya bila seseorang tidak mengambil tindakan untuk mewujudkannya. Oleh
27
karenanya, fase ini ditekankan pada pengembangan rencana tindakan yang terintegrasi dan seimbang berdasar pada personal brand dan personal ambition untuk meraih sasaran dan tujuan brand, serta mengurangi semua elemen negatif. Segalanya adalah mengenai menerjemahkan personal ambition dan personal brand ke dalam PBSC (tindakan). PBSC akan menerjemahkan personal ambition dan personal brand ke dalam sasaran personal yang dapat dikendalikan dan dapat diukur, batu loncatan, peningkatan tindakan dalam suatu cara yang holistik (menyeluruh) dan seimbang. PBSC dibutuhkan untuk meningkatkan dan me-manage diri sendiri berdasar pada personal ambition dan brand. Personal ambition dan personal brand berkaitan erat dengan isi hati seseorang (emosi/perasaan) serta otak kanan seseorang. Sementara PBSC berkaitan erat dengan otak kiri, yang sebagian besar memiliki fungsi analitis, logis, dan kuantitatif. Otak kanan memiliki fungsi intuitif, emosional, spiritual, dan holistik. Salah satu hasil dari menerapkan model personal branding yang holistik dan otentik tersebut seiring dengan saranasarana lain yang telah disebutkan di atas adalah keseimbangan antara otak kiri dan otak kanan serta keseimbangan antara hati dan kepala. (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010). 4.
Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Personal ambition, personal brand, dan PBSC tidak akan ada artinya bila seseorang tidak mengimplementasikan ketiganya hingga terwujud. Oleh
28
karenanya, tahap selanjutnya adalah mengimplementasikan, menjaga atau mempertahankan, dan mengolah ambisi, brand, dan PBSC secara efektif. Sebagai tambahan, berusaha untuk membangun kredibilitas, dan menjadi pakar dalam bidang masing-masing. Sebarkan informasinya melalui beragam saluran media, lakukan pekerjaan yang benar-benar disukai yang sesuai dengan personal brand dan personal value, memperoleh pengalaman dalam bidang di mana brand yang diciptakan
mengalami
kelemahan,
mempromosikan
diri
sendiri,
memasarkan brand secara terus-menerus dan secara konsisten, membuat pilihan secara sadar mengenai orang-orang yang akan diasosiasikan, membangun jaringan yang kuat, menyampaikan janji brand, dan ringkasnya, hidup menurut janji brand yang telah disampaikan tersebut. (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010). 5. Personal Branding Online melalui Facebook Seperti yang dituliskan oleh Osa Rosita dalam bukunya yang berjudul Gabung di Facebook, Coy, Facebook memang mempunyai beberapa keuntungan salah satunya adalah “mempromosikan diri”. Karena berdasarkan survey yang dilakukan oleh Robert Half International (RHI) oleh para eksekutif di Kanada dan Amerika Serikat, menunjukkan bahwa beberapa perusahaan mulai memasukkan profil para pelamar kerja di situs pertemanan sebagai bahan penilaian (Rosita: 1415). Sejak Facebook semakin mewabah di alam maya, perusahaan-perusahaan global kaliber dunia pun ikut terjangkit tren situs jejaring yang sedang digemari
29
banyak orang untuk mencapai kesuksesan. Sebut saja Louis Vuitton, sebuah brand terkenal yang lekat dengan produk-produk mewahnya bagi kalangan menengah ke atas seperti aksesoris, pakaian, jam, perhiasan, dan produk sejenis lainnya. Louis Vuitton atau yang lebih dikenal dengan inisial LV ini memiliki Facebook page yang diberi nama The Art of Travel by Louis Vuitton. Promosi yang dilakukan LV di Facebook mengandalkan koleksi foto produk dengan model-model cantik yang ditampilkannya. Di bagian Photos, pengelola Facebook page The Art of Travel by Louis Vuitton.ini menampilkan tak kurang dari 50 foto koleksi produk yang artistic dan menarik (Enterprise: 6). Untuk melengkapi promosi yang dilakukan melalui foto-foto produk, pengelola Facebook page The Art of Travel by Louis Vuitton yang beranggotakan 30.210 orang ini menampilkan sejumlah link yang berisi informasi pendukung promosi produk, misalnya saja link video pembuatan iklan produk LV terbaru dan link menuju official website LV (Enterprise: 7). Tidak hanya Louis Vuitton saja yang melakukan promosi melalui Facebook. Sebuah perusahaan yang lekat dengan anak-anak dan berpusat di Burbank, California, yaitu Walt Disney sendiri memanfaatkan Facebook untuk mempromosikan perusahaan dan kreasi-kreasi yang dihasilkannya. Facebook page yang beranggotakan 40.784 ini memanfaatkan fasilitas Notes dan fasilitas Photos untuk melakukan promosi. Di bagian Notes, pihak pengelola menampilkan sejumlah artikel mengenai Walt Disney, acara-acara yang mereka adakan, dan artikel ringan yang bisa menambah wawasan (Enterprise: 34-35).
30
Sedangkan BBC, sebuah stasiun televisi berita, juga menggunakan Facebook page yang berlabel BBC World News. Facebook page ini semata-mata mengandalkan fasilitas Wall untuk promosi. Di bagian Wall ini pengelola menampilkan informasi terbaru yang diperolehnya. Para anggota Facebook yang berjumlah 1.431 ini juga menggunakan fasilitas Wall untuk memberikan komentar atau menyampaikan liputan kejadian di lingkungan mereka (Enterprise: 38-39). Xerox Corporation adalah sebuah perusahaan yang dikenal secara global karena produk mesin photocopy-nya yang telah digunakan di seluruh dunia selama puluhan tahun. Tidak mau ketinggalan, Xerox juga menggunakan Facebook page untuk semakin menduniakan perusahaannya. Facebook page perusahaan pada umumnya menggunakan nama perusahaannya sebagai identitas. Tetapi hal ini tidak berlaku pada Facebook page milik Xerox. Perusahaan ini memilih nama unik berupa sebuah kalimat “So What DOES Xerox do?”. Pemilihan nama yang unik dan menarik ini sepertinya telah mampu menarik 2.938 orang untuk menjadi anggota Facebook page yang mereka kelola (Enterprise: 7273). Perusahaan minuman ringan PepsiCo, yang telah mendunia di berbagai lapisan masyarakat ikut meramaikan dunia Facebook dengan mengelola Facebook page miliknya. Selain memanfaatkan Wall, Photos, dan Notes untuk mendekatkan produk dan perusahaan pada masyarakat, marketing PepsiCo tidak lupa menggunakan aplikasi Video di halaman Facebook untuk memasarkan produkproduknya. Tampilan video ini memiliki fungsi yang sama dengan iklan di media televisi dan media elektronik lainnya. Terdapat lebih dari 21 video yang berisi
31
iklan produk-produk terbaru dari PepsiCo yang bisa dilihat oleh para pengguna Facebook (Enterprise: 162). Bila melihat kembali pada ulasan di atas, bisa diambil suatu kesimpulan bahwa
perusahaan-perusahaan
tersebut
melakukan
promosi
produk
dan
perusahaan melalui Facebook dengan menggunakan beberapa fitur-fitur yang telah disediakan Facebook di antaranya Wall, Photos, Note, Link, Video, bahkan ada perusahaan yang menggunakan sebuah nama unik dalam Facebook page-nya untuk menarik perhatian pengguna Facebook. Maka dari itu, mengacu pada cara yang telah digunakan beberapa perusahaan kelas dunia tersebut, penulis memutuskan untuk mengadaptasinya sebagai item-item yang menjadi tolok ukur penulisan ini. 6. Fungsi-Fungsi Media Perkembangan zaman mempengaruhi media massa jika pada tahun-tahun sebelumnya, orang hanya mengenal media cetak dan media elektronik (televisi dan radio), namun sejak orang mulai mengenal internet sebagai bentuk media massa yang baru, internet pun mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tidak hanya menyajikan informasi dan berita, internet pun berkembang dengan munculnya trend situs jejaring sosial yang semakin menjamur sejak tahun 1995. Katz, Gurevitch, dan Haas (1973) dalam Warner et. al. memandang media massa sebagai suatu alat yang digunakan oleh masyarakat untuk saling berhubungan satu dengan yang lain. Ketiga tokoh tersebut menggolongkan fungsi media massa menjadi lima kategori, yaitu:
32
1. Kebutuhan
kognitif—memperoleh
informasi,
pengetahuan,
dan
pemahaman 2. Kebutuhan afektif—emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis 3. Kebutuhan integratif personal—memperkuat kredibilitas dan rasa percaya diri, stabilitas, dan status 4. Kebutuhan integratif sosial—mempererat hubungan dengan keluarga, teman, dan sebagainya 5. Kebutuhan pelepasan ketegangan—pelarian dan pengalihan (WarnerTankard, 2007: 357). Dari fungsi-fungsi media massa yang tertulis di atas, bisa dilihat bahwa personal branding melalui media Facebook sebagai situs jejaring sosial, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan intergratif personal. Karena tujuan dari personal branding itu sendiri adalah bagaimana membuat diri seseorang mempunyai nilai di mata orang lain. Seseorang akan memiliki nilai bagi orang lain bila dia mampu berbuat sesuatu terhadap dirinya dan orang di sekitarnya. Tentunya dengan sendirinya nilai tersebut akan membentuk suatu kredibilitas dan status seseorang, hingga akan meningkatkan kepercayaan diri orang yang bersangkutan. 7. Teori Kebutuhan Maslow Abraham Maslow seorang ahli psikologi menggolongkan kebutuhan manusia yang disebut sebagai hierarki kebutuhan. Berikut klasifikasi kebutuhan manusia menurut Maslow: 1.
Kebutuhan fisiologis: lapar, haus, dan sebagainya
2.
Kebutuhan rasa aman: merasa aman, bebas dari bahaya
33
3.
Kebutuhan dimiliki dan dicintai: bergabung dengan orang lain, diterima, dan dicintai
4.
Kebutuhan harga diri: untuk mencapai, kompeten, serta mendapatkan persetujuan dan pengakuan
5.
Kebutuhan kognitif: untuk mengetahui, memahami, dan mengeksplorasi
6.
Kebutuhan estetik; simetri, keteraturan, dan keindahan
7.
Kebutuhan aktualisasi diri: untuk menemukan pemenuhan diri dan menyadari potensi diri. Gb 1.2 Piramida Hierarki Kebutuhan Manusia
Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan estetik: simetri, keteraturan, dan keindahan
Kebutuhan kognitif: untuk mengetahui, memahami, dan mengeksplorasi
Kebutuhan harga diri: untuk mencapai kompeten dan mendapatkan persetujuan dan pengakuan Kebutuhan dimiliki dan dicintai: bergabung dengan orang lain, diterima, dan dicintai Kebutuhan rasa aman: merasa aman bebas dari bahaya
Kebutuhan fisiologis: rasa lapar, haus, dan sebagainya
Sumber: Maslow dalam Atkinson (1998: 293)
34
Bisa dilihat pada piramida di atas bahwa kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tertinggi dan hanya dapat terpenuhi setelah semua kebutuhan terpenuhi (Atkinson: 293). Sedangkan aktualisasi diri adalah suatu kebutuhan psikologis
untuk
menumbuhkan,
mengembangkan,
dan
menggunakan
kemampuannya untuk menjadi diri sendiri sesuai dngan kemampuannya (elearning.gunadarma.ac.id/2009). Dalam penulisan ini salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri adalah dengan memanfaatkan situs jejaring sosial (Facebook). Dengan mengaktualisasikan diri di Facebook, maka sebenarnya seseorang secara disadari maupun tidak, telah membangun personal branding-nya. F.
BATASAN TERMINOLOGI Dari penjabaran di atas dapat dikemukakan definisi konseptual yang sesuai
dengan konsep pnelitian ini. Definisi tersbut adalah sebagai berikut: 1. Personal branding menurut The Institute of Chartered Accountants in Australia adalah mengenai bagaimana orang lain memperhatikan, berpikir, dan merasakan tentang diri seseorang (http://www.blisspr.com/ update 6 Agustus 2009).. Sedangkan menurut Peter Montoya, personal branding adalah suatu proses yang membutuhkan keahlian, kepribadian, dan karakteristik unik, yang dikemas dalam suatu identitas yang kuat yang mampu mengangkat seseorang di tengah masyarakat dan pesaing lainnya. 2. Online dalam Bahasa Indonesia berarti “dalam jaringan”. Sedangkan online merupakan istilah dalam Bahasa Inggris yang berarti keadaan di
35
mana seseorang terhubung ke dalam suatu jaringan ataupun sistem yang lebih besar. Dalam percakapan umum, online dapat berarti seseorang terhubung dengan jaringan (network) yang lebih besar seperti internet, atau sedang terhubung dengan orang lain melalui sambungan telepon. (Http://en.wikipedia.org/update 6 Agustus 2009) 3. Anggota Soloraya Facebook Community (SFC) adalah anggota dari grup Facebook bernama Soloraya Facebook Community (SFC),
yang
diprakarsai oleh beberapa pemilik account Facebook yang ada di Kota Soloraya yang dibentuk sebagai salah satu wadah para pemilik account Facebook yang berada dalam wilayah Soloraya. G.
METODOLOGI
1. Jenis Penulisan Penulisan ini merupakan penulisan deskriptif kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Atherton & Klemmack, penulisan deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Biasanya penulisan deskriptif seperti ini menggunakan metode survei. Penulisan deskriptif ini bisa meliputi beberapa jenis penulisan yang lebih spesifik, yaitu: a. Penulisan yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu. b. Penulisan yang menggambarkan penggunaan fasilitas masyarakat.
36
c. Penulisan yang memperkirakan proporsi orang yang mempunyai pendapat atau sikap, atau bertingkah laku tertentu. d. Penulisan yang berusaha untuk melakukan semacam ramalan. e. Penulisan yang mencari hubungan antara dua variable atau lebih Penulisan deskriptif adalah penulisan untuk menggambarkan tentang karakteristik individu, situasi, atau kelompok tertentu. Penulisan ini relatif sederhana yang tidak memerlukan landasan teoritis yang rumit atau pengajuan hipotesis tertentu dan dapat meneliti hanya satu variable saja (Ruslan, 2003: 12). Sedangkan menurut Bodgan dan Taylor dalam Moleong (2002: 3), kualitatif merupakan tata cara penulisan yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang, dan perilaku yang diamati sebagai suasana yang utuh. 2. Lokasi Penulisan Penulisan ini dilakukan di Kota Surakarta dan juga www.facebook.com. 3. Populasi dan Sampel a. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang cirinya dapat diduga. Dalam kaitannya dengan penulisan ini, maka mengambil anggota Soloraya Facebook Community sebagai populasinya. b. Sampel Dalam penulisan ini digunakan teknik purposive sampling atau pengambilan sample berdasarkan tujuan. Dengan kata lain penulis diberi kebebasan untuk memilih siapa saja yang akan dijadikan sebagai sumber
37
data atau informan sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan. Selain itu, dengan teknik ini, berguna mendapatkan informan yang tepat yang mengurai permasalahan yang menjadi obyek penulisan (Mulyana, 2004: 187). Sebagai sample dalam penulisan ini yang bertindak sebagai informan adalah anggota-anggota dari Soloraya Facebook Community (SFC). 4. Sumber data a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara. responden yang diwawancarai sebagai sumber data dalam penulisan ini adalah anggota Soloraya Facebook Community (SFC). b. Data Sekunder Yaitu data yang dikumpulkan untuk mendukung dan melengkapi data primer yang berkenaan dengan masalah penulisan. Data sekunder ini berupa halaman Facebook yang dimiliki oleh anggota Soloraya Facebook Community (SFC) yang menjadi sumber data primer. 5. Validitas Data Validitas membuktikan bahwa apa yang diamati sesuai dengan apa yang ada dalam kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan memang sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi. Penulisan ini mengusahakan hal tersebut dilakukan dengan cara triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data, untuk
38
keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Ada empat macam teknik triangulasi yaitu pemeriksaan terhadap sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penulisan ini, yang digunakan adalah teknik triangulasi sumber. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Seperti yang diungkapkan Moleong dan Bardiansyah, hal ini dapat dilakukan dengan jalan: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penulisan dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang. 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang bersangkutan (Bungin, 2008: 257). 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: a.
Wawancara Wawancara adalah salah satu sumber bukti yang paling penting. Wawancara bisa mengambil beberapa bentuk, tetapi dalam penulisan
39
ini yang digunakan adalah wawancara yang menggunakan petunjuk umum wawancara dan wawancara tak terstruktur. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan tipe wawancara yang yang menggunakan petunjuk umum wawancara dengan membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan disesuaikan dengan keadaan responden. (Moleong, 2002 : 138) Sementara meski penulis membuat terlebih dahulu semua garis besar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, namun dilapangan penulis menanyakan pertanyaan-pertanyaan secara lebih mendalam pada setiap responden, hingga penulis mendapatkan data yang lengkap dari setiap responden, maka wawancara ini juga merupakan jenis wawancara tak terstruktur. Karena wawancara tak terstruktur dapat dilakukan pada keadaan ketika pewawancara ingin menyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi pada subjek tertentu, dan tertarik untuk mengungkapkan motivasi, maksud atau penjelasan dari responden. (Moleong, 2002: 139) b.
Analisis dokumen Teknik pengumpulan data dengan Analisa dokumen dapat dilakukan dengan menganalisa otobiografi, memoir, catatan harian, surat-surat, artikel, brosur, buletin, maupun foto-foto. Dokumendokumen
ini
dapat
mengungkapkan
bagaimana
responden
mendefinisikan dirinya sendiri, lingkungan, dan bagaimana kaitan antara definisi-definisi diri tersebut dalam kaitannya dengan orang-
40
orang di sekelilingnya dengan tindakannya (Mulyana, 2004: 195). Dalam penulisan ini, penulis akan menganalisis setiap halaman atau page account Facebook responden, yang di dalamnya meliputi fiturfitur yang digunakan responden, yaitu Profile Information, friends, Status Update, Note, link, dan Photo. 7. Analisis Data Dalam penulisan ini, data dianalisis secara deskriptif, dalam artian datadata hanya dipaparkan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan berdasarkan konsep-konsep yang ada. Terdapat tiga komponen pokok yang akan diikuti penulis. Tiga komponen tersebut adalah: a.
Reduksi Reduksi data dimulai sejak penulis mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, tentang pemilihan kasus, pertanyaan yang diajukan, dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai. Pada saat pengumpulan data berlangsung, reduksi data dengan memusatkan tema, membuat batasan permasalahan, menulis memo. Reduksi data berlangsung terus menerus selama penulisan kualitatif berlangsung dan merupakan bagian dari analisis. (Sutopo, 2002: 91-92).
b.
Sajian Data (data display) Sajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan kesimpulan riset dapat dilakukan. Dengan melihat suatu penyajian data, penulis akan mudah memahami apa yang sedang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun
41
mengambil tindakan lain berdasarkan penulisan tersebut. Jadi dengan adanya data display ini, akan mempermudah penulis dalam mengambil kesimpulan. (Sutopo, 2002 :92) c.
Penarikan kesimpulan Proses konklusi yang terjadi selama pengumpulan data dari awal hingga akhir. Kesimpulan yang perlu diverifikasikan yang dapat berupa suatu pengulangan, sebagai pemikiran kedua yang timbul dalam pikiran penulis pada waktu menulis dengan melihat kembali fieldnote. (Sutopo, 2002:93).
Gb.: 1.3 Interactive Models of Analysis Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan Sumber: H.B Sutopo, 2002: 96
42
H.
KERANGKA BERPIKIR
Gb. 1.4 Skema Kerangka Pikir Anggota Soloraya Facebook Community (SFC)
Personal Branding Online Anggota Soloraya Facebook Community (SFC) melalui Facebook
Personal Branding
Facebook: ü Profile Information ü Friends ü Status Update ü Note ü Link ü Photos
Tahapan Membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius dan Hubert K. Rampersad
Anggota Soloraya Facebook Community (SFC) sebagai objek penulisan, yang diambil beberapa dari anggotanya untuk menjadi sampel penulisan mengenai “Bagaimana cara anggota-anggota Soloraya Facebook Community (SFC) tersebut melakukan Personal Branding melalui account Facebook yang dimiliki?” yang kemudian akan dianalisis tentang “Bagaimana anggota-anggota Soloraya Facebook Community (SFC) tersebut melakukan tahap-tahap dalam membangun personal branding?”. Kegiatan personal branding tersebut dapat diidentifikasi dengan beberapa fitur yang tersedia dalam Facebook (Profile Information, friends, Status Update,
43
Note, link, dan Photo) kemudan dari fitur-fitur yang diidentifikasi tersebut, dapat terlihat bagaimana anggota SFC melalui tahapan dalam membangun personal branding. Pada akhirnya kegiatan penulisan ini akan menghasilkan deskripsi atau gambaran mengenai Personal Branding Online Anggota Soloraya Facebook Community (SFC) melalui Facebook.
44
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A.
Facebook
1. Sejarah Facebook Facebook adalah sebuah website jaringan sosial di mana para pengguna dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain. Orang juga dapat menambahkan teman-teman mereka, mengirim pesan, dan memperbarui profil pribadi agar orang lain dapat melihat tentang user. Facebook yang diluncurkan pertama kali pada 4 Februari 2004 ini, didirikan oleh Mark Zuckerberg, yang merupakan seorang mahasiswa lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School, bersama teman sekamarnya, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes. Pertama kali saat diluncurkan, situs jejaring sosial ini masih memakai nama TheFacebook.com, bukan Facebook.com. TheFacebook sendiri diambil dari nama lembar dokumen yang diberikan ke setiap mahasiswa baru di Harvard University yang menampilkan profil civitas akademika. Situs ini berganti nama menjadi Facebook.com pada bulan Agustus 2005. Awalnya, situs ini hanya diperuntukkan bagi siswa Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy
43
45
League. (Community, 2009: 1). Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat surat elektronik suatu universitas (seperti .edu, .ac.uk, dll) dari seluruh dunia dapat juga bergabung dengan situs ini. Selanjutnya Facebook dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan dengan alamat email apa pun dapat mendaftar di Facebook. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah tingkat atas, tempat kerja, atau wilayah geografis. Hingga Juli 2007, situs ini memiliki jumlah pengguna terdaftar paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September 2006 hingga September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya. Hingga saat ini Facebook telah memiliki lebih dari 170 juta pengguna dari seluruh dunia, di mana tujuh puluh persen (70%) dari penggunanya berasal dari luar Amerika dan telah menjadi fenomena bahkan telah berubah menjadi
komunitas
digital
terbesar
di
dunia
(http://
www.kelompoktujuh.blogdetik.com/ update 24 Oktober 2009). 2. Fitur-Fitur Facebook Facebook memiliki fitur-fitur yang memungkinkan para usernya berinteraksi. Fitur-fitur Facebook antara lain:
46
Status update, adalah pesan singkat yang berisi komentar pribadi user (Community, 2009: 87). Status bisa dilihat oleh semua teman user, karena status update ini memang dirancang untuk memperlihatkan status user saat ini. User bisa bercerita tentang apa yang sedang dilakukannya, namun agar tidak mengganggu brand yang dibangun sebaiknya memilih aktivitas apa yang akan dituliskan pada status update (Satvika, 2009: 31) Wall, Wall fitur yang berupa ruang dalam setiap halaman profil user yang memungkinkan teman-teman user untuk mengirim pesan pada user, dan pesan ini dapat dilihat oleh semua orang (Satvika, 2009: 66). Friends, unsur ketertarikan utama dalam jaringan sosial adalah pencarian teman-teman. Inilah fitur utama dalam sebuah situs jejaring sosial di mana user bisa memiliki sejumlah teman. (Satvika, 2009: 16). Photo, salah satu aplikasi paling populer di Facebook, fitur ini memungkinkan user untuk memuat foto-foto dan membuat album foto. Facebook membolehkan user-nya untuk memuat foto hingga tanpa batas maksimal (unlimited). Seting privasi bisa diterapkan di tiap album yang dimiliki oleh user, membatasi orang-orang yang ingin melihat album foto user. Yang menarik dari fitur Photo ini adalah proses “tagging” atau melabeli user dalam foto. Selanjutnya sebuah pemberitahuan dikirimkan kepada teman yang dilabeli tersebut, dan menghadirkan link padanya untuk melihat foto tersebut. (Satvika, 2009: 23). Info atau profile information, halaman ini berisi segala informasi tentang user. Data pribadi, hingga afiliasi user bisa diisikan di halaman ini. Facebook memungkinkan user untuk mencantumkan link ke website yang user miliki.
47
Note atau catatan Facebook, fitur ini mirip dengan blog, di mana user bebas menuliskan apa saja di sini yang relevan dengan brand yang dibangun. Fitur note memiliki fasilitas tagging dan penambahan foto maupun video. (Satvika, 2009: 26) Video, fitur ini mirip dengan photos, namun untuk video, user dapat mengupload video yang dimiliki sebelumnya. Menurut situs comScore, Facebook berhasil mengungguli pesaingnya, MySpace, pada April 2008. comScore melaporkan bahwa Facebook telah menjaring 132,1 juta pengunjung pada Juni 2008, dibandingkan dengan MySpace yang “hanya” 117,6 juta pengunjung. Sementara itu menurut Alexa, peringkat situs ini melejit dari peringkat 60 ke peringkat 7 dalam penilaian dari traffic/lalu lintas akses di seluruh dunia, dari bulan September 2006 hingga September 2007. Quantcast memberi ranking 15 dalam peringkat situs paling populer di Amerika Serikat (Alexa.com, diakses Agustus 2008) dan Compete.com memberi peringkat 14 untuk wilayah Amerika Serikat. Facebook adalah situs jejaring sosial di beberapa negara-berbahasa Inggris, termasuk Kanada, dan Inggris. Sementara di Amerika saja Facebook memiliki sekitar 60 juta user dibanding dengan MySpace yang memiliki 73 juta pengguna. Website ini telah memenangkan beberapa penghargaan “Top 100 Classic Websites” dari PC Magazine di tahun 2007, dan memenangkan “People Voice Awards” dari Webby Award di tahun 2008. Tahun 2009, Mark Zuckerberg selaku pendiri Facebook menerima penghargaan 'No Boundaries' Innovation Award dari The World Economic Forum. Ini merupakan pengakuan terhadap
48
temuan yang paling inovatif, situs jejaring sosial yang paling diminati di muka bumi ini. Facebook mendapatkan predikat sebagai “World’s Most Innovative Company” di tahun 2010, karena digunakan oleh 400 juta pengguna internet di seluruh dunia. (http://www.teknologinet.com/ update 30 Februari 2010) 3. Kelebihan Facebook a. Lebih informatif. Ada News Feed (kemudian dikenal dengan nama “Wall”, Status Update, foto-foto, Posted Item, baik berupa catatan, atau beritaberita dari situs lain, live feed seperti tautan video streaming di Youtube.com maupun situs sejenis, dan tautan berisi rekaman lagu atau suara. Semuanya yang berhubungan dengan apa yang terjadi dengan network kita (komunitas kita). Kita dapat dengan mudah memantau hal apa saja yang terjadi di Facebook dengan adanya fitur-fitur tersebut. Terlebih lagi Facebook memungkinkan kita untuk menambah aplikasi dengan mudah. b.
Lebih mudah mengecek pembicaraan kita dengan rekan-rekan kita. Saat saling berkomentar dan kita bisa mengecek langsung setiap pembicaraan kita dengan teman-teman kita. Tidak hanya di Wall, kita dapat meninggalkan komentar di manapun sesuka kita, baik itu di catatan, foto, live feed, kuis atau permainan yang kita ikuti.
c.
Jika ada event kita juga bisa membuat undangan virtual yang kemudian disebar ke teman-teman kita untuk kemudian dikonfirmasi. Apabila kita punya foto-foto, kita bisa men-“tagged” (mencantumkan nama-nama)
49
teman kita sehingga mereka bisa melihat foto tersebut dari Facebook mereka. d. Kita bisa membuat Facebook yang berupa semacam fans club bagi idola kita. Dan dengan fitur ini kita dapat menjadi seorang supporter/fan bagi Facebook jenis ini. Belakangan fitur seperti ini dipakai sebagai Facebook untuk sosialisasi politik dan kampanye, contoh yang paling nyata adalah ketika Barrack Obama berkampanye dalam situs jaringan pertemanan ini yang kemudian membuat dia didukung oleh banyak pendukung dan menjadi “teladan” bagi kampanye online. 4. Keanggotaan Facebook adalah situs jejaring sosial gratis, di mana pendaftar tidak perlu melakukan pembayaran untuk menjadi user atau anggotanya. Untuk mendaftar menjadi user Facebook sangat mudah, hanya perlu memasukkan data berupa nama lengkap, e-mail, kemudian password Facebook, jenis kelamin, dan tanggal lahir. Dalam Term of Use Facebook tercantum hak dan kewajiban dari user Facebook. Hak user adalah memperoleh akses dan layanan dari Facebook.com, user bebas untuk mengisi halaman Facebooknya dengan informasi-informasi apapun (http://www.surya.co.id/ update 26 September 2009). B.
Soloraya Facebook Community (SFC) Soloraya Facebook Community merupakan selah satu grup dalam
Facebook, yang diciptakan untuk mewadahi komunitas pecinta Facebook yang berada di wilayah Soloraya.
50
Komunitas yang secara resmi diluncurkan pada 20 Mei 2009 ini, tidak hanya membuat komunitas ini eksis secara online. Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan, Soloraya Facebook Community (SFC) pun berusaha untuk eksis secara offline dengan para member dan juga dengan berbagai pihak. Hal ini dilakukan karena Soloraya Facebook Community (SFC) juga mendukung segala kegiatan yang bertujuan untuk memajukan dan mengembangkan wilayah Soloraya, baik di bidang informasi, teknologi, pendidikan, maupun kebudayaan. Hingga kini telah lebih dari lima ribu pemilik account Facebook menjadi member Soloraya Facebook Community (SFC). 1. Visi dan misi a.
Visi: menjalin dan mempererat networking di antara para pengguna Facebook di Soloraya
b.
Misi: -
Menjalin kerja sama di antara para pengguna Facebook di Soloraya
-
Menjalin tali silahturahmi di antara pengguna Facebook di
Soloraya. -
Turut berpartisipasi dan mendukung Pemerintah Kota Solo dalam
mengembangkan Kota Solo
51
2. Keanggotaan Ada dua macam keanggotaan dalam Soloraya Facebook Community (SFC), yaitu: a.
Anggota pasif Yang termasuk anggota ini adalah para pemilik account Facebook yang hanya bergabung dalam grup Soloraya Facebook Community (SFC) secara online
b.
Anggota aktif Sedangkan yang termasuk dalam anggota aktif adalah para pemilik account Facebook yang tidak hanya bergabung dalam grup Soloraya Facebook Community (SFC) secara online, namun juga secara offline dengan memenuhi beberapa persyaratan tertentu dan mendapatkan beberapa fasilitas sesuai ketentuan yang berlaku, serta aktif melibatkan diri dalam beberapa kegiatan Soloraya Facebook Community (SFC).
3. Pengurus Soloraya Facebook Community (SFC) 1.
Penasihat: - Priyo Hadi Sutanto - Sumartono Hadinoto - Dwi Heriyanto - Bambang “Benk” Mitosih
2.
Ketua: - Bambang Nugroho
52
3.
Sekretaris: - Oky P. Isnanto - Sadrah Deep
4.
Bendahara: - Eni Maryuni
5.
Humas: - Herman Priyono - Vita - Jimmy
6.
Government relations: - Pedhet Wijaya
7.
Seksi Umum: - Lia Duwita - Diaz Arjun Ardian
53
BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA
Pada bab ini akan disajikan data-data yang telah didapatkan dan akan langsung dianalisis oleh penulis satu persatu, terkait permasalahan yang menjadi fokus penulisan. Data-data tersebut didapatkan penulis dari sebelas orang anggota Soloraya Facebook Community (SFC) yang menjadi responden. Data-data yang didapatkan penulis untuk penulisan ini berasal dari sumber data primer yang berupa wawancara langsung dengan setiap responden, serta dokumen yang berupa halaman Facebook yang dimiliki oleh masing-masing responden. Terkait analisis data, penulis akan menganalisis data dengan dua macam model fase-fase membangun personal branding, seperti yang telah dibahas secara lengkap sebelumnya pada Bab I. yang pertama, membangun personal branding menurut Kristie Tamvesicius, yaitu: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Pada tahap ini, seseorang akan mengidentifikasi dirinya, agar lebih mengenal diri sendiri, hingga ditemukan kelebihan yang membuatnya berbeda dari orang lain. Lebih detail, pada tahap ini pun seseorang juga menentukan pembawaan yang pantas untuk mendapakan perhatian dari orang lain (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009) 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Setelah melakukan identifikasi diri, selanjutnya pada tahap ini seseorang harus menentukan hal-hal yang bisa dilakukan untuk
52
54
mendukung personal branding yang ingin dibangun, hingga membuat seseorang memiliki nilai lebih di mata orang lain dan berbeda dengan yang lainnya. (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009) 3. Position Yourself (Memposisikan Diri) Ketika mampu mengidentifikasi diri dan menetukan apa yang bisa dilakukan untuk membangun personal branding, maka seseorang dapat menciptakan positioning atau penempatan bagi dirinya dimata orang lain. Hal ini berkaitan erat tentang bagaimana seseorang menempatkan dirinya melalui tindakan-tindakan yang dilakukan, hingga mampu membuat orang percaya akan personal branding yang dibangunnya. (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009) 4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Personal branding yang dibangun harus dikelola dengan baik. Hal ini mencakup bagaimana mengevaluasi dan memasarkan personal brand seseorang kepada khalayak atau orang lain. Pemasaran berperan penting dalam pengelolaan personal brand. Seperti yang dituliskan Montoya, berikut ini : “the key to any personal branding campaign is "word-of-mouth marketing." The network of friends, colleagues, clients, and customers is the most important marketing vehicle that a personal brand has got” (http://www.brandchannel.com/ update 6 Agustus2009). Berdasarkan metode membangun personal branding menurut Kristie di atas, maka setiap responden pada penulisan ini telah melalui tahap “Manage Your Brand (Mengelola Brand)”, karena semua responden telah memasarkan personal
55
brand-nya masing-masing secara online melalui media Facebook, seperti yang menjadi fokus utama dari penulisan ini, (Personal Branding Online). Namun yang menarik dan menjadi bahan analisis oleh penulis adalah tahap I sampai tahap III sebelum mencapai tahap “Manage Your Brand (Mengelola Brand)”. Di mana pada tahap I hingga tahap III ini, setiap responden melakukan hal yang berbeda-beda antara satu responden dengan responden yang lainnya, berdasarkan pada profesi, latar belakang, kepribadian serta cara pandang masingmasing responden. Yang kedua, penulis juga menganalisis menggunakan “model membangun personal branding oleh Hubert K. Rampersad, sebagai berikut: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Menurut Hubert, pada tahap ini seseorang mengidentifikasi dirinya, untuk lebih mengenal diri sendiri, sehingga diperoleh kesadaran akan keinginan atau ambisi yang dimiliki, kemampuan diri, kelebihan yang ada, serta nilai-nilai yang menjadi pegangan. (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010). 2.
Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Setelah merumuskan personal ambition, selanjutnya adalah mendefinisikan dan merumuskan personal brand yang ingin dibangun hingga mendapatkan respon secara emosional yang positif dari orang lain. Personal brand ini mencakup personal ambition, sasaran brand, ciri khas dan keunggulan yang menonjol, hingga memiliki UVP
56
(unique value proposition) nilai yang unik atau berbeda dibanding orang lain. (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010). 3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Jika personal ambition dan personal branding berkaitan dengan isi hati dan emosional sesuai fungsi otak kanan seseorang, sedangkan PBSC ini berkaitan dengan otak kiri yang memiliki fungsi analitis, logis, dan kuantitatif. Maka PBSC adalah pengembangan personal ambition dan personal branding ke dalam tindakan yang bisa dilakukan untuk mendukung dan memperkuat personal branding yang dibangun. (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010). 4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Tahap terakhir adalah bagaimana seseorang mengimplementasikan dan mengelola ketiga tahap di atas dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, memasarkan diri melalui berbagai saluran media juga merupakan salah satu bentuk dari pengimplentasian personal brand yang dibangun (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010).. Berdasarkan metode personal branding yang otentik milik Hubert K. Rampersad, penulis juga menganilisis tahap I sampai tahap III sebelum mencapai tahap “Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard”. Di mana pada tahap I hingga tahap III ini, setiap responden juga melakukan hal yang berbeda-beda antara satu responden dengan responden yang lainnya, berdasarkan pada profesi, latar belakang,
57
kepribadian serta cara pandang masing-masing responden. Hal ini dikarenakan setiap responden dari penulisan ini telah melakukan promosi personal branding melalui Facebook. Di mana pemasaran diri melalui Facebook merupakan salah satu bentuk implementasi dalam membangun personal branding. Seperti kutipan dari tulisan Hubert K. Rampersad berikut ini : “…Sebarkan informasinya melalui beragam saluran media, lakukan pekerjaan yang benar-benar disukai yang sesuai dengan personal brand dan personal value, memperoleh pengalaman dalam bidang di mana brand yang diciptakan mengalami kelemahan, mempromosikan diri sendiri, memasarkan brand secara terus-menerus dan secara konsisten, membuat pilihan secara sadar mengenai orang-orang yang akan diasosiasikan, membangun jaringan yang kuat, menyampaikan janji brand…” (http://www.brandchannel.com/ update 3 Januari2010).
A. PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA 1. Rohmad Nur Cahyo – Motivator a. Penyajian data Aktif dan selalu bersemangat adalah dua hal yang bisa dilihat dari sosok Rohmad Nur Cahyo atau akrab dipanggil dengan sebutan ‘Ryo’. Dalam usia muda, pria berumur 22 tahun yang mempunyai segudang aktivitas ini juga memanfaatkan Facebook untuk membangun personal branding sebagai seorang motivator sejak tahun 2009. Meski pada awalnya hanya sekadar mengikuti trend di dunia maya, ternyata selain bisa bertemu dengan teman-teman lamanya, Ryo mengaku, Facebook bisa digunakan sebagai media mempromosikan diri. “Selain bisa bertemu dengan teman-teman lama, FB juga bisa untuk mempromosikan diri,” ujarnya. Berkaitan dengan personal branding sebagai seorang motivator,
58
menurut Ryo, seorang motivator seharusnya memberikan inspirasi dan menjadi penyemangat bagi orang lain serta mampu menjadi solusi bagi permasalahan orang lain. Seperti yang diungkapkan Ryo berikut ini: “Menurutku, dia sering memberikan inspirasi atau menjadi penyemangat bagi orang lain, bisa menjadi solusi bagi permasalahan orang lain. Makanya aku kalau memang ada waktu dan aku baca status teman-teman yang mungkin lagi kurang semangat, aku sering semangatin dia. Ibaratnya memberi inspirasi dan memberi solusi meskipun tidak diminta” (20/01/2010). (1) Profile Information Dalam menggunakan Facebook untuk mempromosikan diri sebagai seorang motivator, Ryo memanfaatkan beberapa fitur pada Facebook. Yang pertama, Ryo menuliskan data dirinya pada Profile Information, seperti yang bisa dilihat pada gambar tampilan Profile Information ‘Ryo’ berikut ini: Gb. 3.1 Profile Information Rohmad Nur Cahyo
59
60
Sumber:http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=info&ref=ts, update 20 Januari 2010
Pada tampilan gambar di atas, bisa dilihat bahwa setiap item, diisi secara detail dan lengkap. Akan tetapi menurut Ryo, apa yang dituliskannya pada Profile Information tersebut masih sederhana bila dibandingkan dengan Profile Motivator lainnya seperti Ibnu Santoso. Bagi dia apa yang telah diisi dalam Profile Information sudah cukup bisa menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang motivator. Mulai dari aktivitasnya yang banyak bergabung dengan organisasiorganisasi pengusaha yang identik dengan semangat motivasi. Ketertarikan Ryo dalam suatu lembaga pengembangan diri, acara-acara TV, dan buku-buku yang menjadi favoritnya bisa menjadi salah satu indikasi yang menunjukkan bahwa dia seorang motivator. Berikut ini petikan penjelasan Ryo pada penulis:
61
“…apa yang kutulis di Profile Information sebagai seorang motivator masih dibilang sederhana dibanding dengan apa yang ditulis Ibnu Santoso di FB dia sebagai sesama motivator. Aku cuma menulis secukupnya, seperti di aktivitas aku cantumkan segala organisasi yang aku ikuti di mana mayoritas dari organisasi tersebut adalah organisasi dan komunitas berbau motivasi dan juga pengusaha muda, terus dari Interest juga di situ kutulis LP3S, itu lembaga yang aku punya di bidang pengembangan diri, favorit TV juga kan aku tulis acara-acara kesukaanku berbau motivasi seperti: Golden Ways, dari buku-buku yang aku suka baca juga buku-buku seputar pengembangan diri kayak Berani gagal, Quantum Ikhlas, atau juga bisa dilihat juga dari About Me yang kutulis, beberapa prestasi yang sudah aku peroleh ada, di antaranya: Best Educator Moslem, Pemimpin Terbaik dan Teladan Sejoglo Semar, dan lain sebagainya. Yang terbaru sih ini menunjukkan aku juga terjun ke budaya dengan jadi Putra Sragen 2009 dan Putra Soloraya 2009. Nah dari itu semua, kurasa orang yang baca sudah bisa berpikir bahwa aku ini ‘motivator’” (20/01/2010). Namun pada kenyataannya, dalam Profile Information, bisa dilihat bahwa ketertarikan Ryo tertulis “Enterpreneur dan Motivator”. Hal ini berkaitan, karena selain sebagai seorang motivator, Ryo juga seorang pengusaha muda, yang salah satu usahanya bergerak di bidang pengembangan diri. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam penulisan data dirinya, dimaksudkan agar orang-orang Indonesia yang menjadi temannya mengerti, tentang apa yang dituliskannya. Meskipun menggunakan Bahasa Jawa atau Bahasa Inggris tidak akan mengurangi citra dirinya sebagai motivator. Hal ini dilatarbelakangi karena teman-temannya tidak hanya orang Jawa saja dan juga tidak semua orang bisa berbahasa Inggris. Seperti pernyataannya berikut ini: “Ya bukan berarti pakai bahasa lain akan mengurangi citra. Tapi lebih dari sisi tingkat kemudahan dimengertinya apa yang aku tulis. Contoh saja, kemarin aku baru saja dari Bandung ada pelatihan, di mana pesertanya dari setiap wilayah di Indonesia. Nah, saat aku pakai Bahasa Jawa, banyak dari daerah lain yang nggak paham. Jadi ya, alangkah baiknya kalau pakai Bahasa Indonesia kan semua
62
bisa ngerti. Begitu juga Bahasa Inggris, kan nggak semua orang juga bisa Bahasa Inggris” (28/12/2009). Keseriusannya dalam membangun personal branding sebagai motivator, dibuktikannya dengan mencantumkan nama lengkapnya. Hal ini dikarenakan dia ingin tampil dan ingin orang mengenalnya sebagai pribadi Rohmad Nur Cahyo yang sebenarnya. Namun Ryo mengaku hanya mencantumkan alamat e-mailnya saja, dengan alasan khawatir banyak orang tidak dikenal yang sengaja mengganggunya jika dia juga mencantumkan lengkap nomor telepon. Ternyata kini, setelah melihat Contact Information-nya, Ryo telah mencantumkan lengkap nomor teleponnya. Setelah dikonfirmasi, dia mengatakan, kini dia merasa tidak perlu khawatir akan orang-orang yang mengganggunya, karena dia lebih mementingkan memberi kemudahan bagi orang yang benar-benar serius ingin menjalin kerja sama dengannya, agar lebih mudah menghubunginya. Seperti penuturannya berikut ini: “Karena sekarang kupikir buat apa aku khawatir sama orang yang iseng itu? Ada teman yang menyarankan aku untuk mencantumkan nomor telepon saja agar orang-orang yang benar-benar ada perlu sama aku lebih mudah menghubungi aku. Kurasa akan lebih banyak juga orang yang serius daripada yang iseng. Jadi buat apa aku ambil pusing takut sama yang suka iseng itu, mending aku pikirkan yang lebih penting aja” (8/03/2010). Gb. 3.2 Semboyan Rohmad Nur Cahyo
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts,update 7 Januari 2010
63
Personal branding sebagai seorang motivator juga bisa dilihat dari semboyan dirinya “Ryo sang Motivaction! Pilihanku…(PS)3: Pembelajar Sejati, Pemimpin Sejati, Pemenang Sejati” yang juga ditulisnya sebagai favorite quotesnya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memotivasi dirinya dan juga orang lain yang membacanya. (2) Friends Dalam hal berteman di Facebook, Ryo mengaku lebih banyak mendapatkan Friend Request daripada mengundang orang agar menjadi temannya. Ryo termasuk orang yang tidak pilih-pilih, karena hampir setiap orang yang meminta dia untuk berteman, Ryo selalu menerima mereka menjadi temantemannya. Namun memang ada orang-orang tertentu yang di-ignore olehnya. Biasanya mereka adalah orang-orang yang tampil dengan foto-foto seronok. Menurutnya, tidak sepantasnya foto-foto seperti itu ditampilkan di Facebook dan demi mencegah hal-hal yang tidak baik. Berikut pernyataan Ryo: “…jika ada teman-temanku melihat Friends List yang aku punya, dan seandainya ada di antara cewek-cewek ‘tidak pantas’ tersebut ada di Friend List-ku, bisa-bisa image-ku sebagai motivator menjadi menurun. Takut orang-orang berpikir ‘Oh ternyata Rohmad suka juga sama cewek beginian?’ dan menurutku malah banyak nggak bagusnya untuk ke depannya” (28/12/2009). Gb. 3.3 Teman Rohmad Nur Cahyo di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts,update 20 Januari 2010
64
Karena Ryo banyak bergabung pada grup-grup entrepreneur atau motivasi, membuat sebagian besar teman-teman Facebook-nya berasal dari kalangan pengusaha dan motivator. Hal ini pun mendukung personal brand Ryo sebagai seorang motivator. Namun bukan berarti dia akan meng-ignore orangorang yang tidak serumpun dengannya. Dengan orang-orang yang berbeda latar belakang pun Ryo mengaku tetap bisa berbagi masalah, dan berdiskusi. Seperti yang dikatakan Ryo berikut ini: “Kebetulan sebagian besar biasanya yang minta aku sebagai teman mereka adalah orang-orang serumpun, dalam artian orang-orang yang tergabung dalam grup yang sama sama aku di FB dan mempunyai background yang sama dengan aku, karena dari awal kan aku pingin dikenal sebagai seorang motivator, jadi aku bergabung dengan grup-grup tentang motivator dan pengusaha” (28/12/2009). “…mereka bisa berbagi problem dan banyak juga di antara mereka yang minta tolong dimotivasi dan meminta pendapatku, tidak jarang juga beberapa di antara mereka juga ingin langsung bertemu untuk diskusi masalah-masalah mereka” (28/12/2009). Sedangkan Ryo hanya mengundang orang untuk menjadi teman di Facebook hanya bagi orang-orang yang telah dikenal sebelumnya dan temanteman yang satu grup. “Biasanya aku meng-add orang yang kukenal, dan yang tergabung dalam satu grup yang sama denganku,” tandasnya. (3) Status Update Pemuda asal Kabupaten Sragen ini juga menguatkan personal brandingnya sebagai seorang motivator melalui status update. Ryo memanfaatkan pesan singkat dalam Facebook ini dengan menuliskan kalimat-kalimat motivasi. Menurut penilaiannya, personal branding seorang motivator bisa terlihat dari
65
status update-nya. “…seharusnya bisa dilihat dari statusnya yang selalu berbau kata-kata motivasi,” ujarnya. Lebih lanjut dalam petikan wawancara berikut ini: “Aku selalu menuliskan kalimat atau kata-kata motivasi dan biasanya sekali update kalimat motivasi itu untuk beberapa hari sekitar 4-8 hari, kemudian biasanya baru kuganti dengan kalimat motivasi yang baru” (28/12/2009). Gb. 3.4 Status Update Rohmad Nur Cahyo
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, Januari 2010
update
7
Seperti yang bisa dilihat pada tampilan di atas, dalam menuliskan statusstatus update-nya, Ryo selalu memakai Bahasa Indonesia formal. Menurutnya, bahasa formal bisa diterima oleh semua kalangan. Hal ini bertujuan agar orang mampu menerima apa yang disampaikannya hingga orang-orang yang membaca
66
bisa ikut termotivasi dengan apa yang ditulis Ryo dalam status update-nya. Berikut petikan penjelasan Ryo saat wawancara: “…karena ketika kita memakai bahasa formal kan bisa diterima semua kalangan, baik itu teman-teman yang seumuran, lebih muda maupun juga akan bisa kena juga bagi teman-temanku yang senior atau orang-orang penting yang kukenal” (28/12/2009). “…berkaitan erat dengan bagaimana ketika seseorang mampu menerima apa yang kita sampaikan hingga dia bisa termotivasi, dan kupikir bahasa formal kan dapat dengan mudah dimengerti” (28/12/2009). Status-status Ryo yang sarat akan kalimat motivasi tersebut biasanya selalu menuai komentar dari teman-temannya. Meski mengaku sering terlambat menanggapi komentar-komentar dari teman-temannya, namun dia selalu berusaha memberikan feedback yang baik. Seperti yang bisa dilihat dari gambar di atas, yang memuat bagaimana gaya bahasa yang digunakan Ryo ketika membalas komentar seorang temannya. Dia menggunakan kata-kata yang baik dan semakin memberikan motivasi pada orang yang bersangkutan. Ryo pun sangat menghindari penggunaan kata-kata vulgar atau kata-kata kasar, karena menurutnya kata-kata seperti itu bisa mengurangi personal branding sebagai seorang motivator. Seperti petikan wawancara berikut ini: “Karena kan ibaratnya aku mem-‘brand’ diriku ini sebagai seorang motivator dan pengusaha muda, jadi aku juga tidak mau menulis yang ‘nyeleneh-nyeleneh’ yang bisa merusak image-ku” (28/12/2009). “…kata-kata yang jorok, vulgar…atau Bahasa Jawanya ‘Misuh’ itu aku hindari. Selain itu bisa menurunkan kredibilitasku, kupikir juga semua orang tau kalau kata-kata seperti seharusnya tidak tertulis di suatu media dalam hal ini FB yang bisa dibaca siapa saja. Jadi yang sebaiknya dihindari dan memakai kata-kata yang baik kan masih banyak” (28/12/2009)
67
Gb. 3.5 Pesan-pesan Wall untuk Rohmad Nur Cahyo
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, Januari 2010
update
7
Gambar di atas bisa mendeskripsikan bagaimana cara Ryo menanggapi pesan dinding atau Wall dari teman-temannya. Dia pun tetap menjaga setiap katakata yang dituliskannya tetap baik dan sopan.“…intinya aku selalu menggunakan kalimat yang sopan, Bahasa Indonesia yang baik,” tegasnya. Demi menjaga personal branding-nya di Facebook, Ryo mengaku pernah menghapus komentar dan Wall dari orang lain. Hal tersebut terpaksa dilakukannya karena bisa menurunkan kredibilitas dan semangatnya. Seperti kalimat-kalimat yang meremehkan atau mencelanya. Berikut petikan penuturan Ryo: “…menyakitkan hati, yang bisa menurunkan kredibilitasku dan juga ya, yang pasti bisa menurunkan semangatku gitu” (28/12/2009). “…seperti mencela, meremehkanku. ‘Rochmat ko saiki ngono to? Harusnya kamu kan bla…bla…bla…’ nggak enak kalau aku harus bilang semua. Intinya dari comment itu terkesan nggak suka, atau sirik gitu jadi ya aku hapus aja” (28/12/2009).
68
(4) Foto Sama seperti fitur-fitur Facebook di atas, fitur foto juga dimanfaatkan oleh pemuda yang lahir dua puluh tiga tahun silam ini, untuk semakin menguatkan personal branding sebagai motivator. Gb. 3.6 Foto-foto Rohmad Nur Cahyo di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/rohmad.n.cahyo?v=photos&ref=ts, update 7 Januari 2010
Mahasiswa Ilmu Komunikasi ini meng-upload foto-foto yang sebagian besar merupakan foto-foto seputar kegiatannya yang bermuatan pesan positif, seperti kegiatan berhubungan dengan motivasi, bisnis, maupun prestasi yang diraihnya. Bisa terlihat dari gambar foto-foto di atas, yang menunjukkan Ryo ketika bersama tokoh-tokoh penting yang menjadi panutannya, kemudian
69
terpasang juga foto Ryo yang bergaya layaknya seorang yang menunjukkan semangat. Logo “Bimanusa” sebagai salah satu ladang bisnis Ryo di bidang pengembangan diri, foto saat Ryo menerima penghargaan sebagai Duta Wisata Sukowati Kabupaten Sragen 2009, serta foto-foto Ryo menjelaskan foto-foto bisnis milik Ryo yang lainnya. Agar orang yang melihat dapat mengerti pesan dari foto yang ditampilkan dalam Facebook-nya, Ryo memberikan sedikit deskripsi pada foto yang termuat dengan tetap menggunakan Bahasa Indonesia yang baik “…aku tulis sedikit deksripsi tentang foto-foto itu…kan biar orang yang liat bisa tau tentang pesan yang termuat di foto tersebut,” terangnya. Seperti yang bisa dilihat pada contoh salah satu foto berikut ini: Gb. 3.7 Foto Rohmad bersama orang-orang yang menjadi guru baginya
Sumber: http://www.Facebook.com/rohmad.n.cahyo?v=photos&ref=ts#!/photo.php?pid=30607695&id=11 62461040 update 7 Januari 2010
70
Gb. 3.8 Foto profile Facebook Rohmad
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, Januari 2010
update
7
Sedikit terasa ganjil ketika sebagai seorang motivator, Ryo menggunakan foto dengan memakai pakaian adat Jawa seperti yang bisa dilihat di atas. Namun ketika diminta menjelaskan perihal gambar yang menjadi foto profilnya tersebut, Ryo menjawab bahwa Menjadi Duta Wisata Jawa Tengah 2009 merupakan prestasi kebanggaannya. “…itu kan prestasiku. Prestasi yang positif. Dengan harapan sih, bisa memotivasi orang yang tahu untuk tetap maju berprestasi apapun itu bentuknya,” tuturnya. Dalam ajang pemilihan-pemilihan duta wisata tersebut Ryo mengaku telah banyak dikenal sebagai seorang motivator. Meski hingga saat ini selain dikenal sebagai seorang motivator, Ryo juga dikenal sebagai Duta Wisata Jawa Tengah dan sebagai pengusaha muda, Ryo tetap bersikukuh lebih ingin dikenal sebagai motivator. Seperti yang dikatakannya pada penulis berikut ini:
71
“…ya tetap motivator. Di kalangan teman-teman Putra-Putri Sragen dan Soloraya kemarin aku juga dikenal sebagai motivator. Mereka tau kalau aku itu motivator “(20/01/2010). “…sudah dari awal memang begitu. Aku sengaja mem-branding-kan diriku sebagai motivator. Selain itu toh usahaku yang di Solo ini LP3S Bima Nusa kan berkutat di bidang pengembangan diri juga” (20/01/2010). Dalam wawancara yang dilakukan penulis dengan Ryo, Ryo mengaku bahwa dia merasa telah cukup membangun personal branding sebagai seorang motivator melalui Facebook dengan memanfaatkan beberapa fitur seperti yang telah teruraikan di atas. “Ya, aku rasa cukup. Karena bisa diamati dari status update-ku, Profile Information, dari juga bisa dilihat dari comment yang aku tulis, foto juga,” tandasnya. Dari ulasan-ulasan di atas, tampak jelas bahwa Ryo atau Rochmad Nur Cahyo ini telah membangun personal branding-nya sebagai seorang motivator. Namun bukan sekadar motivator biasa yang hanya bisa memberikan semangat melalui kata-katanya. Ryo adalah seorang motivator yang mampu memberikan semangat bagi orang lain dengan memberikan contoh dengan apa yang dia lakukan. Ryo membuktikannya dengan menjadi seorang pengusaha muda sukses yang juga memiliki kepedulian akan dunia pariwisata. Sisi motivator sudah bisa terlihat jelas dari Profile Information, status update, foto, dan pernyataannya yang menyatakan bahwa dia memang sengaja membangun personal branding sebagai seorang motivator di Facebook. Sedangkan sisi lain dari motivator ini sebagai pengusaha muda, tampak dari Profile Information, dan foto-foto usahanya. Terakhir, beberapa gelar juara kompetisi pemilihan duta wisata periode 2009 yang
72
berhasil diraihnya, merupakan salah satu bukti kepeduliannya akan kemajuan ranah pariwisata.
b. Analisis data (1) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius, sebagai berikut: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Rohmad atau lebih akrab disapa Ryo ini telah memutuskan untuk menentukan dirinya sebagai seorang motivator. “Aku ingin lebih dikenal sebagai seorang motivator,” ungkapnya. Namun Ryo bukan hanya sekadar motivator biasa, kemampuannya dalam mengukir beberapa prestasi gemilang dalam dunia kepariwisataan, serta tebalnya jiwa wirausaha dalam diri Ryo menjadi kelebihan dan ciri khas tersendiri bagi pemuda ini. Seperti yang tercermin pada pernyataannya berikut ini: “Ya begitu…itu kan prestasiku. Prestasi yang positif. Dengan harapan sih, bisa memotivasi orang yang tahu untuk tetap maju berprestasi apapun itu bentuknya” (20/01/2010). “Iya aku memang pengusaha juga…memang ada dua bidang usaha yang aku jalani, satu di Sragen Digital Printing, dll. yang tergabung di ‘Kingdom Kono Grup’, terus usaha yang di Solo ya ini, lembaga pengembangan diri” (20/01/2010). “Ya begitu…jadi memang aku pingin dikenal kalau aku ini motivator yang menjadi tokoh muda dunia pariwisata sekaligus pengusaha muda” (20/01/2010). Pribadinya yang selalu bersemangat dan positif juga menjadi nilai tambah dalam mendukung personal branding yang dibangunnya sebagai seorang motivator. Sebelum Ryo bisa memotivasi orang lain, dia selalu memotivasi
73
dirinya dengan motto dalam hidupnya, yaitu “Ryo sang Motivaction! Pilihanku…(PS) 3: Pembelajar Sejati, Pemimpin Sejati, Pemenang Sejati”. Bahkan dia selalu mencegah orang-orang yang berpengaruh negatif yang bisa menurunkan semangat dalam dirinya, meski dalam bentuk kata-kata sekalipun. Dalam mengawali suatu hubungan pertemanan pun, Ryo menanamkan pikiran positif di pikirannya terkait dengan orang-orang yang menjadi teman barunya. Seperti yang tersirat pada penuturannya berikut ini: “Karena itu merupakan kata-kata yang bisa memotivasi aku setiap saat. Selain itu, jika ada orang lain yang membacanya pun siapa tau juga bisa ikut termotivasi” (28/12/2009). “…komentar yang menyakitkan hati, yang bisa menurunkan kedibilitasku dan juga ya, yang pasti bisa menurunkan semangatku gitu, aku hapus” (28/12/2009). “Karena aku pikir mereka semua bisa menjadi teman, mereka punya niat baik hingga mengundang aku sebagai teman mereka” (28/12/2009). 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Pada tahap ini Ryo pun telah menentukan tindakan-tindakan nyata yang bisa dilakukannya, demi memperkuat personal brand yang sedang dibangunnya sebagai seorang motivator. Kelebihan Ryo yang selalu bersemangat dan bersikap positif seperti yang telah dibahas pada tahap sebelumnya, menjadi salah satu modal dalam menunjang personal branding-nya sebagai seorang motivator. Ryo yang selalu berusaha menuliskan kalimat-kalimat pemberi semangat atau motivasi, menampilkan foto-foto yang bermakna positif, hingga banyak berteman dengan sesama motivator. Berikut petikan-petikan pernyataan Ryo yang menyiratkan tindakan-tindakan yang dilakukannya guna mendukung personal branding-nya sebagai seorang motivator:
74
“Aku selalu menuliskan kalimat atau kata-kata motivasi dan biasanya sekali update kalimat motivasi itu untuk beberapa hari sekitar 4-8 hari, kemudian biasanya baru aku ganti dengan kalimat motivasi yang baru” (28/12/2009). “…motivator menurutku berkaitan erat dengan bagaimana ketika seseorang mampu menerima apa yang kita sampaikan hingga dia bisa termotivasi, dan aku pikir bahasa formal kan dapat dengan mudah dimengerti” (28/12/2009). “…aku menanggapi seperlunya aja tergantung komentar orang tersebut. Tapi tetap berbau kata-kata motivasi. Karena kan ibaratnya aku mem-‘brand’ diriku ini sebagai seorang motivator” (28/12/2009). “Makanya aku kalau memang ada waktu dan aku baca status temanteman yang mungkin lagi kurang semangat, aku sering semangatin dia. Ibaratnya memberi inspirasi dan memberi solusi meskipun tidak diminta” (20/01/2010). “Jenis-jenis foto yang aku upload di FB biasanya foto-foto yang positif entah itu kegiatanku, positif prestasi, yang mengandung makna-makna nasihat, motivasi” (28/12/2009). “…aku cantumkan segala organisasi yang aku ikuti di mana mayoritas dari organisasi tersebut adalah organisasi dan komunitas berbau motivasi dan juga pengusaha muda, terus dari Interest juga di situ aku tulis LP3S, itu lembaga yang aku punya di bidang pengembangan diri, favorit TV juga kan aku tulis acara-acara kesukaanku berbau motivasi seperti: Golden Ways, dari buku-buku yang aku suka baca juga buku-buku seputar pengembangan diri kayak Berani Gagal, Quantum Ikhlas, atau juga bisa dilihat juga dari About Me yang aku tulis, beberapa prestasi yang sudah aku peroleh ada di antaranya: Best Educator Moslem, Pemimpin Terbaik dan Teladan Sejoglo Semar, dan lain sebagainya. Yang terbaru sih ini menunjukkan aku juga terjun ke budaya dengan jadi Putra Sragen 2009 dan Putra Soloraya 2009. Nah dari itu semua, kurasa orang yang baca sudah bisa berpikir bahwa aku ini ‘motivator’. Ditambah dengan status-status yang aku tulis sebagian besar memang memotivasi orang. Itu yang aku maksud sudah cukup memberikan gambaran diriku sebagai seorang motivator” (20/01/2010). “…aku juga lebih mengkonsentrasikan bergabung dengan grup-grup yang berkaitan dengan motivator, pengusaha, dan sekarang karena jadi Putra Sragen 2009 dan Putra Soloraya 2009, aku juga gabung dengan grup berbau budaya” (20/01/2010).
75
Walaupun begitu, Ryo juga berhati-hati dalam usaha menjaga image baiknya sebagai seorang motivator. Seperti yang tersirat dari petikan penuturan Ryo berikut ini: “Karena dengan Bahasa Indonesia lebih sopan dan lebih enak jika dibaca semua orang, dan tidak akan mengurangi citra sebagai seorang motivator dan pengusaha muda” (28/12/2009). “Biasanya yang aku ignore adalah orang-orang yang foto profilenya memakai foto-foto seronok yang tidak pantas diliat. Biasanya cewek-cewek yang pakai gambar seronok Kepercayaan orang sama aku mungkin juga bisa saja berkurang. Memang belum terbukti sih, tapi ya intinya aku tidak suka dari yang begituan yang diumbar, dan aku mencegah diri saja dari hal-hal seperti itu” (28/12/2009). “…kata-kata yang jorok, vulgar…atau Bahasa Jawanya ‘Misuh’ itu aku hindari. Selain itu bisa menurunkan kredibilitasku, aku pikir juga semua orang tau kalau kata-kata seperti seharusnya tidak tertulis di suatu media dalam hal ini FB yang bisa dibaca siapa saja. Jadi yang sebaiknya dihindari dan memakai kata-kata yang baik kan masih banyak” (28/12/2009). “…intinya aku selalu menggunakan kalimat yang sopan, Bahasa Indonesia yang baik” (28/12/2009). 3. Position Yourself (Memposisikan Diri). Ryo secara tidak langsung telah menciptakan positioning sebagai seorang motivator bagi dirinya di mata orang lain, setelah melalui tahap pengidentifikasian diri dan tahap penentuan tindakan. Hal ini terbukti dari respon beberapa orang yang menjadi teman Ryo diFacebook, seperti petikan pengakuan Ryo serta tampilan gambar berikut ini: “Di kalangan teman-teman Putra-Putri Sragen dan Soloraya kemarin aku juga dikenal sebagai motivator. Mereka tau kalau aku itu motivator” (20/01/2010). “…dari Personal Information yang aku tulis, dari update status yang aku tulis, terus dari yang aku tulis di kotak di bawah foto itu yang ‘Ryo sang motivaction’, terus foto-foto yang aku pasang juga. Dari status juga sering ada yang
76
comment balik ke aku ‘Mas…ini motivator ya?’ nah itu kan bisa jadi contoh bahwa orang pun sudah bisa tau aku ini motivator” (20/01/2010). Gb. 3.9 Pesan-pesan Wall untuk Ryo
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, Januari 2010
update
7
Terkenal sebagai seorang motivator dikalangan teman-teman serta, disebutnya Ryo sebagai motivator oleh teman-teman di Facebook, secara otomatis telah menujukkan bahwa Ryo mendapatkan posisi dan pengakuan sebagai seorang motivator dimata orang lain. 4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Melihat tahap-tahap yang telah dilakukan Ryo tersebut, serta kembali memperhatikan pada penyajian data sebelumnya, bisa disimpulkan Ryo pun telah melakukan tahap pengelolaan personal brand yang sedang dibangunnya. Karena pemasaran diri seperti yang telah dilakukan Ryo melalui Facebook sebagai media promosi, merupakan salah satu wujud dari pengelolaan personal branding-nya sebagai seorang motivator.
77
(2) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Ryo telah menetapkan ambisi pribadinya sebagai seorang motivator. Ambisi tersebut bisa dilihat dari penuturan Ryo yang tanpa ragu-ragu menyatakan keinginannya yang ingin dikenal orang sebagai motivator. “Aku ingin lebih dikenal sebagai seorang motivator,” ungkapnya. Sebagai seorang motivator, Ryo memegang teguh nilai-nilai kesopanan baik dalam bertindak maupun berucap. Hal ini tercermin dari pernyataan-pernyataan Ryo berikut ini: “…intinya aku selalu menggunakan kalimat yang sopan, Bahasa Indonesia yang baik” (28/12/2009). “Kalimat seperlunya saja untuk menerangkan tentang foto tersebut. Yang sopan dan baik tentunya” (28/12/2009). “…takutnya, jika ada teman-temanku melihat Friends List yang aku punya, dan seandainya ada di antara cewek-cewek ‘tidak pantas’ tersebut ada di Friend List-ku, bisa-bisa image-ku sebagai motivator menjadi menurun. Takut orang-orang berpikir ‘Oh ternyata Rohmad suka juga sama cewek beginian?’ dan menurutku malah banyak nggak bagusnya untuk ke depannya” (28/12/2009). “…karena ketika kita memakai bahasa formal kan bisa diterima semua kalangan, baik itu teman-teman yang seumuran, lebih muda maupun juga akan bisa kena juga bagi teman-temanku yang senior atau orang-orang penting yang aku kenal” (28/12/2009). “Ya…kata-kata yang jorok, vulgar...atau Bahasa Jawanya ‘Misuh’ itu aku hindari. Selain itu bisa menurunkan kredibilitasku, aku pikir juga semua orang tau kalau kata-kata seperti seharusnya tidak tertulis di suatu media dalam hal ini FB yang bisa dibaca siapa saja. Jadi yang sebaiknya dihindari dan memakai kata-kata yang baik kan masih banyak” (28/12/2009)
78
Selain kesopanan, sebagai seorang motivator, Ryo pun berpendapat bahwa seorang motivator sebaiknya mampu menjadi inspirasi, serta bisa menjadi solusi bagi orang lain. Berikut penuturan Ryo: “…sering memberikan inspirasi atau menjadi penyemangat bagi orang lain, bisa menjadi solusi bagi permasalahan orang lain. Makanya aku kalau memang ada waktu dan aku baca status temanteman yang mungkin lagi kurang semangat, aku sering semangatin dia. Ibaratnya memberi inspirasi dan memberi solusi meskipun tidak diminta” (20/01/2010). Sebagai seorang motivator yang senantiasa harus memberikan semangat bagi orang lain, tentunya Ryo harus selalu optimis dan penuh semangat dalam setiap hal yang dilakukannya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam hidupnya. Selalu optimis dan bersemangat inilah yang menjadi kelebihan dari pribadi seorang Ryo. Hal ini tersirat dari keoptimisan dan semangatnya dalam meraih prestasi menjadi duta wisata. “…dengan menjadi duta wisata kan prestasiku. Prestasi yang positif. Dengan harapan sih, bisa memotivasi orang yang tahu untuk tetap maju berprestasi apapun itu bentuknya,” ungkapnya. Gb. 3.10 status-status update Rohmad yang sarat akan kata-kata motivasi
79
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/rohmad.n.cahyo?v=Wall&ref=ts, Januari 2010
update
7
2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Sebagai seorang motivator, Ryo membuat dirinya berbeda dari motivator lainnya. Tidak hanya berhenti pada sebutan sebagai seorang motivator, namun lebih dari itu, Ryo pun merupakan seorang pengusaha serta menjadi salah satu tokoh muda dunia pariwisata. Seperti yang tercermin pada penuturannya berikut ini: “…jadi memang aku pingin dikenal kalau aku ini motivator yang menjadi tokoh muda dunia pariwisata sekaligus pengusaha muda” (20/01/2010) “Iya aku memang pengusaha juga…memang ada dua bidang usaha yang aku jalani, satu di Sragen Digital Printing, dll yang tergabung di ‘Kingdom Kono Grup’, terus usaha yang di Solo ya ini, lembaga pengembangan diri” (20/01/2010). Keahlian Ryo dalam memberikan motivasi melalui rangkaian kata-katanya merupakan ciri khas tersendiri bagi sosok motivator ini. Bahkan talenta Ryo di beberapa bidang menjadi keunikan tersendiri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Ryo adalah motivator yang tidak hanya bisa memberikan inspirasi melalui kata-kata namun dia pun bisa menunjukkan buah dari keoptimisan dan semangatnya yang dibuktikan dengan kesuksesan lahan bisnisnya dan beberapa prestasi di bidang kepariwisataan.
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC). Untuk mengembangkan dua tahap sebelumnya, pada tahap ini Ryo telah merumuskan personal balanced scorecard (PBSC). Sebagai seorang motivator,
80
Ryo tidak hanya memanfaatkan Facebook, sebagai media pertemanan saja. Lebih dari sekadar situs pertemanan, Ryo sengaja menggunakan Facebook untuk mempromosikan dirinya sebagai motivator. Seperti yang diutarakannya pada penulis berikut ini: “Ya awalnya memang hanya mengikuti trend yang berkembang di kalangan masyarakat, tapi ternyata bisa dimanfaatkan untuk membrand-kan diriku sebagai motivator” (28/12/2009). Ryo sadar betul bahwa melalui Facebook, dia bisa selalu menyebarkan energi positif kepada banyak orang dalam waktu yang singkat. Seperti memanfaatkan status-status update-nya yang selalu mengandung pesan-pesan motivasi dan foto-foto yang dapat menginspirasi bagi orang-orang yang melihatnya. “Tiap pagi pasti aku tulis status yang positif untuk menyemangati orang” (20/01/2010). “Aku selalu menuliskan kalimat atau kata-kata motivasi dan biasanya sekali update kalimat motivasi itu untuk beberapa hari sekitar 4-8 hari, kemudian biasanya baru aku ganti dengan kalimat motivasi yang baru” (28/12/2009). “Jenis-jenis foto yang aku upload di FB biasanya foto-foto yang positif entah itu kegiatanku, positif prestasi, yang mengandung makna-makna nasihat, motivasi” (28/12/2009) Hal-hal yang dilakukan Ryo tersebut di atas secara otomatis menunjukkan kesengajaan Ryo dalam merencanakan semuanya terlebih dahulu, perihal apa yang akan dilakukannya terhadap Facebook-nya untuk menunjang personal branding yang dibangunnya sebagai seorang motivator. 4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard
81
Promosi diri yang telah dilakukan Ryo melalui Facebook seperti yang telah diulas secara lengkap pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Ryo telah sampai pada tahap pengimplementasian personal branding yang dibangunnya sebagai seorang motivator, karena seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pemasaran diri merupakan salah satu bentuk dari pengelolaan personal brand.
2. Sigit Rastaman – Marketing Manager a. Penyajian data Jujur serta apa adanya adalah hal yang terkesan pertama kali saat penulis berbicara dengan sosok yang satu ini. Sigit Rastaman, begitu dia menyebut dirinya di Facebook. Kepala marketing ini, tetap tidak mau menyebutkan nama aslinya ketika penulis bertanya. Berbeda dengan responden sebelumnya, yang membangun personal branding sesuai dengan profesinya. Sigit yang satu ini tidak membangun personal branding sesuai profesinya sebagai seorang marketing. Dia justru menampilkan diri dan secara tidak langsung membangun personal branding sebagai seorang penganut paham reggae atau sering disebut sebagai “rastaman”. “It’s about how you respect life. Bagaimana kita menghargai hidup. Hidup sederhana, nggak muluk-muluk,” ujarnya ketika ditanya mengenai filosofi hidup seorang rastaman. Menurut Sigit, seorang rastaman tidak harus selalu tampil dengan simbol-simbol khas ‘rasta’, namun lebih pada bagaimana cara dia berpikir dan memandang kehidupan. Seperti yang diungkapkannya pada penulis berikut ini:
82
“Kalau bicara soal penampilan, seperti yang saya bilang tadi, nggak selalu pakai simbol-simbol rasta. Tapi ya biasanya memang secara kasat mata terlihat dari yang dia pakai, baju, topi, atau tas ada simbol-simbol rasta, kayak daun ganja, warna ijo-kuning-merah, atau Bob Marley juga. Rambut juga gimbal, tapi nggak semua rastaman rambutnya selalu digimbal. Mbak bisa lihat, saya tidak menggimbal rambut saya kan? Dulu sih memang pernah, tapi bukan berarti karena sekarang rambut saya sudah nggak gimbal lagi, saya bukan rastaman kan? Soul saya tetap rastaman” (29/01/2010). “Orang rasta itu cuek biasanya, apa adanya. Kami biasanya tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita, berbicara tentang apa yang kami pikirkan, kami tidak berpikir yang rumitrumit. Segalanya dibuat simple, santailah saja-lah. Nggak ambil pusing sama hidup, enjoying life aja. Apa yang ada ya diterima dijalani, nggak berambisi yang muluk-muluk lah” (29/01/2010). Menyoal bagaimana idealnya seorang rastaman menampilkan diri di Facebook, menurut Sigit bisa terlihat dari foto-foto yang di-upload, serta dari status yang ditulis. Berikut penjelasan Sigit kepada penulis: “Biasanya foto-foto dia banyak yang memakai pernak-pernik rasta atau memperlihatkan simbol-simbol yang identik dengan rasta, meski rambut nggak harus di-dreadlock atau digimbal, ya? Terus mungkin juga dari statusnya kalau ada tulisan ‘wooyoo’…itu rasta biasanya atau yang lebih khas lagi ada tulisannya ‘Bob Marley said: ...’, ‘Sang Nabi bilang: …’ tapi itu juga nggak harus. Itu saja menurut saya” (29/01/2010). Berikut adalah ulasan bagaimana seorang Sigit Rastaman menampilkan diri sebagai seorang Rastaman.
(1) Profile Information Informasi yang tercantum pada Profile Information Facebook Sigit, bisa menunjukkan bahwa dia seorang rastaman. Seperti yang bisa dilihat pada tampilan berikut ini:
83
Gb. 3.11 Profile Information Sigit Rastaman
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1477927857&v=info&ref=ts#!/profile.php?id=1477927 857&v=info&ref=ts, update 28 Januari 2010
Dari tampilan Profile Information singkat di atas yang bisa menunjukkan bahwa pria yang satu ini merupakan seorang penganut paham reggae adalah dengan memakai nama “Sigit Rastaman”. Kemudian pada Personal Information pun, tertulis tentang dirinya “Pure Rastaman”, dari seratus dua puluh pages yang
84
diikutinya, salah satunya adalah page “Bob Marley” yang menjadi icon bagi kaum reggae, serta dari grup yang diikutinya pun terdapat beberapa grup beraliran reggae seperti Bob Marley Fans, Conscious Reggae Music Lovers, A Tribute To Bob Marley, dan lain sebagainya yang merupakan grup bagi para pecinta reggae. Bagi Sigit, paham seorang rastaman yang diilhami dari musik-musik reggae ini tidak hanya sekadar selera musik dan fashion style. Namun lebih dari itu, filosofi reggae ini telah merasuk jauh di dalam benak dan pikirannya. Seperti pengakuannya berikut ini: “Sebenarnya bukan ingin menunjukkan saya seorang rastaman, Mbak. Tapi memang itulah saya. Nuwun sewu kalau dibilang penggemar berat, saya sudah masuk pada tahap soul. Jadi filosofi rasta, reggae, sudah masuk dalam jiwa saya, dan cara pandang hidup saya. Itu kalau Anda paham mengenai filosofi reggae. Dan saya, rasta bangetnya itu bukan dalam sebatas penampilan saja. Penampilan bisa menipu, Mbak. Dalam artian begini, kadang orang yang memakai pernak-pernik berbau rasta, belum tentu dia seorang rastaman, mungkin dia hanya sebatas sebagai fashion saja. Tapi sebaliknya, saya kalau di kantor atau dalam suatu keperluan tidak selalu menggunakan item-item tertentu yang menempel di badan saya yang menunjukkan simbol-simbol rasta, tapi kalau orang yang paham saya paham filosofi reggae, bisa melihat dari inner saya kalau saya ini rastaman. Nama saya kasih nama rastaman di belakang nama Sigit itu juga karena saya merasa nyaman dengan ‘rastaman’. Karena memang itu saya” (29/01/2010). (2) Foto Dalam hal penggunaan fitur foto dalam Facebook, Sigit yang jarang mengupload foto-foto baru ini adalah orang yang suka meng-upload foto-foto bersama anak dan istrinya, selain foto diri dan foto bersama teman-temannya.
85
Gb. 3.12 foto-foto Sigit Rastaman di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1477927857&v=info&ref=ts#!/profile.php?id=14779 27857&v=photos&ref=ts, update 28 Januari 2010
Pada tampilan di atas bisa terlihat bahwa foto-foto yang di-upload penyuka musik reggae ini tetap mencerminkan bahwa dirinya adalah seorang rastaman. Simbol-simbol rasta yang termuat pada foto-foto di atas terlihat jelas, seperti bendera Jamaika yang merupakan asal mula musik reggae, topi khas berwarna merah-kuning-hijau, foto Bob Marley pun termuat dalam album
86
fotonya. Foto-foto ini semakin mendukung personal branding yang dibangunnya sebagai seorang rastaman. Di sisi lain, rastaman yang satu ini ternyata merupakan sosok yang sangat mencintai keluarganya. Tampil bersama istri dan putrinya tercinta menjadi salah satu wujud untuk menunjukkan rasa cinta terhadap keluarga kecilnya yang memiliki arti penting bagi dirinya. Karena keluarga menjadi sumber kebahagiaan pada hidupnya. Terkesan dari Facebook seorang Sigit Rastaman, bahwa dia adalah seorang rastaman yang dekat dengan keluarganya. Seperti pernyataan Sigit saat wawancara, berikut ini: “Ya karena saya ingin menunjukkan saya ini juga pria normal yang punya keluarga, punya anak istri. Saya cinta keluarga saya. Itu istri, istri saya yang saya perjuangkan untuk jadi istri saya, saya pilih sendiri. Anak juga itu darah daging saya, ya saya pingin orang tau kalau saya punya keluarga yang bahagia” (29/01/2010). “…bagi saya keluarga saya itu sumber kebahagiaan saya. Ya yang saya lakukan juga buat keluarga saya” (29/01/2010). Sangat jelas dari uraian di atas, bahwa Sigit Rastaman tanpa sengaja sedang membangun personal branding sebagai seorang rastaman pada Account Facebook miliknya. Hal ini tampak dari caranya memanfaatkan fitur Profile Information dan foto yang keduanya menunjukkan bahwa manager marketing ini adalah seorang rastaman.
b. Analisis Data (1) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya)
87
Sama seperti halnya dengan responden sebelumnya, pada tahap ini Sigit juga telah menentukan dirinya sebagai seorang penganut paham rasta yang kemudian biasa disebut dengan sebutan “Rastaman”, sesuai dengan nama yang dipakainya ‘Sigit Rastman’. Hal tersebut tercermin dari ungkapannya berikut ini: “…saya ini pribadi yang apa adanya. Saya pencinta dan penganut rasta, saya ya begini ini” (29/01/2010). Dengan menjadi penganut paham rasta yang berprinsip hidup sederhana, memiliki konsep penghargaan atas kehidupan dengan saling menghormati orang lain, serta mensyukuri atas apa yang telah didapatkan, telah menjadi ciri dan kelebihan tersendiri dari Sigit yang satu ini. Hal tersebut dapat tercermin dari penjelasan Sigit berikut ini: “Jadi filosofi rasta, reggae, sudah masuk dalam jiwa saya, dan cara pandang hidup saya. Itu kalau Anda paham mengenai filosofi reggae” (29/01/2010). “It’s about how you respect life. Bagaimana kita menghargai hidup. Hidup sederhana, nggak muluk-muluk. Kita menghormati hak-hak orang lain, orang lain juga menghargai hak-hak kami, cukup sudah” (29/01/2010). “Orang rasta itu cuek biasanya, apa adanya. Kami biasanya tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita, berbicara tentang apa yang kami pikirkan, kami tidak berpikir yang rumitrumit. Segalanya dibuat simple, santailah saja-lah. Nggak ambil pusing sama hidup, enjoying life aja. Apa yang ada ya diterima dijalani, nggak berambisi yang muluk-muluk lah” (29/01/2010) Satu lagi kelebihan pada Sigit. Meski cenderung terkesan cuek, akan tetapi bukan berarti Sigit juga tidak peduli terhadap keluarganya. Sebaliknya, Sigit sangat mencintai istri serta putri semata wayangnya. Berikut pernyataan Sigit yang menyiratkan rasa sayangnya terhadap keluarga:
88
“…istri saya yang saya perjuangkan untuk jadi istri saya, saya pilih sendiri. Anak juga itu darah daging saya, ya saya pingin orang tau kalau saya punya keluarga yang bahagia” (29/01/2010). “Ya itu, bagi saya keluarga saya itu sumber kebahagiaan saya. Ya yang saya lakukan juga buat keluarga saya” (29/01/2010). 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Dalam rangka menunjang personal branding yang sedang dibangunnya sebagai seorang “Rastaman”, Sigit pun tanpa disadarinya telah menentukan halhal yang bisa dilakukannya. Hal ini tersirat dari penuturannya berikut ini: “Ya sebenarnya saya nggak pernah menghitung waktu…jadi sebenarnya saya nggak terlalu perduli sejak kapan saya punya Facebook” (29/01/2010). “Terutama yang saya masih ingat itu Work Information saya saya hapus karena ternyata saya tulis pun nggak ada keuntungannya buat saya. Saya pikir dulu ketika saya cantumkan di situ bakal ada yang kasih saya kerja atau project, tapi karena nggak ada saya pikir nggak ada gunanya jadi saya hapus saja” (29/01/2010). “Ya karena tidak semua teman-teman rastaman yang saya kenal bikin Facebook juga. Dan kalau ada sesama rastaman yang nggak benarbenar kenal ya saya juga nggak akan nge-add” (29/01/2010). “Saya males aja. Nggak benar-benar tau. Kan kalau ada orang yang sesama rastaman, menurut saya bukan suatu keharusan juga kan saya harus nge-add dia?” (29/01/2010). Beberapa pernyataan Sigit di atas, sangat tersirat sifat cuek dari seorang Sigit Rastaman. Mulai dari ketidakpeduliannya akan waktu, alasan sederhana untuk menghapus Work Information di Facebook-nya, serta alasannya yang tidak mengundang orang sesama rastaman untuk menjadi temannya yang terkesan sangat simple dan cuek. 3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
89
Sigit telah menciptakan positioning dirinya sebagai seorang rastaman di mata orang lain setelah melalui tahap mengidentifikasi diri dan tahap menentukan tindakan yang dilakukan untuk memperkuat personal branding yang dibangun sebagai seorang rastaman. Hal tersebut tercermin dari gambar berikut ini yang menampilkan ucapan selamat ulang tahun pada Sigit: Gb. 3.13 Pesan -pesan Wall untuk Sigit Rastaman
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/profile.php?id=10000 0211746659&ref=ts, update 6 Mei 2010
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Tidak berbeda dengan yang telah penulis ulas sebelumnya bahwa dengan mempromosikan personal branding melalui media, dalam hal ini melalui Facebook, maka Sigit pun telah sampai pada tahap mengelola personal brand yang dibangunnya. Hal ini pun didukung dengan cara Sigit memanfaatkan fiturfitur Facebook demi menunjang personal branding yang dibangunnya sebagai seorang rastaman, seperti yang telah dibahas sebelumnya pada penyajian data.
90
(2) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Pada tahap ini, Sigit merumuskan pilihan ambisinya sebagai seorang rastaman. Ambisi ini tersirat dari pernyataannya yang ingin dikenal sebagai pribadi yang menganut paham rasta, hingga familiar dengan sebutan rastaman. “…saya ini pribadi yang apa adanya. Saya pencinta dan penganut rasta, saya ya begini ini,” ungkapnya. Sigit memiliki nilai-nilai tertentu sebagai seorang rastaman, yaitu hidup sederhana, menghormati kehidupan dengan saling menghargai orang lain, serta mensyukuri atas apa yang telah didapatkan. Hal ini tercermin dari beberapa penuturannya berikut ini: “Jadi filosofi rasta, reggae, sudah masuk dalam jiwa saya, dan cara pandang hidup saya. Itu kalau Anda paham mengenai filosofi reggae” (29/01/2010). “It’s about how you respect life. Bagaimana kita menghargai hidup. Hidup sederhana, nggak muluk-muluk. Kita menghormati hak-hak orang lain, orang lain juga menghargai hak-hak kami, cukup sudah” (29/01/2010). “Orang rasta itu cuek biasanya, apa adanya. Kami biasanya tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita, berbicara tentang apa yang kami pikirkan, kami tidak berpikir yang rumitrumit. Segalanya dibuat simple, santailah saja-lah. Nggak ambil pusing sama hidup, enjoying life aja. Apa yang ada ya diterima dijalani, nggak berambisi yang muluk-muluk lah” (29/01/2010). Sigit pun memiliki kelebihan yang menjadi nilai tambah baginya. Meski terkesan cuek dan acuh tak acuh, namun rastaman yang satu ini tetap bertanggung jawab atas keluarganya dan sangat menyayangi anak serta istrinya. Seperti yang tercermin dari petikan penuturannya berikut ini:
91
“…keluarga saya itu sumber kebahagiaan saya. Ya yang saya lakukan juga buat keluarga saya” (29/01/2010). 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Tahap rumusan personal ambition yang telah diulas sebelumnya, menjadi dasar dari tahap perumusan personal branding ini. Untuk memperkuat personal branding yang sedang dibangunnya, Sigit membuat nilai-nilai yang dipegangnya sebagai seorang rastaman, menjadi modal penting demi menunjang personal branding yang dirumuskannya. Rasa cintanya terhadap sang istri dan putri semata wayangnya merumuskan personal branding yang dibangunnya sebagai seorang rastaman yang mencintai keluarganya. 3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Untuk semakin menunjang personal branding yang sedang dibangunnya sebagai seorang rastaman yang mencintai keluarganya, tanpa disadarinya Sigit telah menentukan tindakan yang bisa dilakukannya, atau dalam tahap ini disebut dengan merumuskan personal balanced scorecard (PBSC). Tindakan yang dilakukannya berlandaskan atas dorongan emosional kuat di hatinya yang memegang teguh paham-paham rasta, serta ikatan kasih sayang dengan keluarganya. Seperti yang tersirat dari pernyataannya berikut ini: “Nama saya kasih nama rastaman di belakang nama Sigit itu juga karena saya merasa nyaman dengan ‘rastaman’. Karena memang itu saya” (29/01/2010). “…saya tidak menggimbal rambut saya kan? Dulu sih memang pernah, tapi bukan berarti karena sekarang rambut saya sudah nggak gimbal lagi, saya bukan rastaman kan? Soul saya tetap rastaman” (29/01/2010). “…foto-foto anak istri saya. Juga ada saya upload… karena saya ingin menunjukkan saya ini juga pria normal yang punya keluarga, punya anak istri. Saya cinta keluarga saya. Itu istri, istri saya yang
92
saya perjuangkan untuk jadi istri saya, saya pilih sendiri. Anak juga itu darah daging saya, ya saya pingin orang tau kalau saya punya keluarga yang bahagia” (29/01/2010). “…bagi saya keluarga saya itu sumber kebahagiaan saya. Ya yang saya lakukan juga buat keluarga saya.” (29/01/2010) Gb. 3.14 Foto-foto Sigit Rastaman bersama keluarga
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1477927857&v=info&ref=ts#!/profile.php?id=14779 27857&v=photos&ref=ts, update 28 Januari 2010
4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Dengan memasarkan personal brand-nya melalui Facebook, dan mengelola Facebook-nya sedemikian rupa seperti yang telah diulas lengkap pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Sigit telah sampai pada tahap pengimplementasian personal branding yang dibangun sebagai seorang rastaman yang mencintai keluarganya. Karena promosi juga merupakan salah satu bagian penting dari pengimplementasian personal branding. 3. Bambang Dwi Sasongko – Guru a. Penyajian Data Bambang Dwi Sasongko atau yang lebih akrab disapa Bambang adalah seorang Guru di SMA Negeri 3 Surakarta, lebih tepatnya guru mata pelajaran
93
Bahasa Indonesia. Dengan motivasi demi meningkatkan dan mendukung kegiatan belajar mengajar dengan siswa, sejak awal tahun 2008 dia membuat Account di Facebook. Di dunia situs jejaring sosial Facebook, dia adalah salah satu dari pemilik Account yang ingin dikenal sebagai seorang pengajar atau guru yang lebih mampu memahami siswa dan mengikuti perkembangan anak-anak didiknya. Bagi pria yang memiliki dua anak ini, guru yang memahami muridmuridnya adalah guru yang mampu mengikuti perkembangan para siswa. “Ada satu pendapat bahwa ‘Jangan pernah ajak anakmu memasuki duniamu, tapi cobalah ikut memasuki dunia mereka’ jadi kalau saat ini murid-murid berinternet, ber-Facebook, jadi saya juga memasuki menjelajahi Facebook bersama mereka,” tandasnya. Bambang mampu melihat sisi positif Facebook dan memanfaatkan Facebook sebagai sarana untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar bersama para siswanya, agar menjadi lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan interaksi kegiatan belajar mengajar, sehingga tidak ada salahnya guru-guru yang lain pun ikut menggunakan Facebook bagi kepentingan bersama antara guru dan siswa. Baginya, kegiatan belajar mengajar melalui Facebook bisa menciptakan suatu interaksi yang saling menguntungkan antara guru dan siswa, terutama dalam segi waktu. “…Intinya efisiensi efektivitas. Ada materi yang tidak mungkin diselesaikan dalam kelas, bolehlah dibawa pulang, tapi bagaimana agar tidak kehilangan banyak waktu bisa dikirim lewat Facebook,” jelasnya. Berkaitan dengan profesinya sebagai tenaga pendidik, menurutnya, Account Facebook seorang guru biasanya terlihat dari bahasa yang digunakan dan
94
dalam kegiatan-kegiatan yang dituliskan di Facebook. Karena apa yang dituliskan berkaitan dengan etika dan moralitas yang tercermin dari seorang guru. Berikut petikan penuturan Bambang pada penulis: “Kalau guru kan sedikit banyak biasanya berkaitan dengan etika, moralitas, sedikit banyak sebagai guru sudah terpatri sebagai guru itu otomatis akan tercerminlah dalam bahasa, dalam agenda kegiatan atau acara pun guru itu kalau pagi juga di sekolah, ngajar…ya aktivitasnya nggak jauh beda dari aktivitas sehari-hari sebagai guru” (12/01/2010). (1) Profile Information Dalam Profile Information Facebook, seseorang bisa menuliskan data dirinya, baik secara lengkap maupun secara singkat. Mengenai substansi dari data diri yang bisa diisikan dalam Profile Information tersebut telah disediakan oleh Facebook, dan sebagai pemilik Account orang yang bersangkutan tinggal mengisinya saja. Fitur ini yang dimanfaatkan Bambang untuk membangun personal branding sebagai seorang guru. Berikut tampilan profile information Bambang Dwi Sasongko.
95
Gb. 3.15 Profile Information Bambang Dwi Sasongko
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=info&r ef=ts, update 23 Desember 2009
Dalam membangun personal branding sebagai seorang guru, dia mengaku tidak hanya sekadar main-main memanfaatkan Facebook. Dia mengutamakan kejujuran dalam ber-Facebook. Hal ini, dimulai dari nama, yang digunakan dalam Account Facebook-nya dituliskan nama sebenarnya secara lengkap. Dia pun menceritakan bahwa dia mengisi dengan cukup lengkap segala informasi yang berkaitan dengan dirinya. “Kejujuran” menjadi prinsipnya dalam pengisian informasi tentang dirinya. Seperti yang dikatakannya berikut ini: “Bagi saya itu berkaitan dengan kejujuran. Saya pingin orang tahu banyak tentang saya. Saya seorang guru. Saya bangga sebagai guru. Mungkin yang lain ada yang kurang puas dengan profesi guru. Saya
96
terbuka saja dan jujur. Di blog saya pun saya lengkap cantumkan nama istri saya juga” (12/01/2010). Keseriusan Bambang dalam menggunakan Facebook, dibuktikannya dengan mengisi lengkap segala informasi tentang dirinya, mulai dari Basic Information dan Personal Information yang sejak pertama membuat Account Facebook hingga sekarang belum pernah diubahnya. Meski ada pencapaian baru yang didapatkannya, tidak pernah menjadi bahan untuk meng-update informasi dirinya. Namun sayangnya, dia tidak menuliskan pekerjaannya secara spesifik dan lengkap, dalam Work Information yang telah tersedia di Facebook. Salah satu indikasi yang bisa menunjukkan bahwa profesi Bambang ini adalah seorang guru, hanya tertulis dalam salah satu bagian dari Personal Information. Berkaitan dengan spesialisasi sebagai guru Bahasa Indonesia, dalam penulisan informasi tentang dirinya, dia menuliskan dengan Bahasa Indonesia, karena dirasa lebih universal bagi orang Indonesia. “Bahasa Indonesia lebih universal saya rasa bagi semua kalangan orang Indonesia. Selain itu saya juga sebagai guru Bahasa Indonesia jadi sebaiknya memakai Bahasa Indonesia juga,” terangnya. (2) Status Update Personal branding sebagai seorang guru pun dibangunnya melalui status update yang ditulisnya. Pria yang jarang meng-update status ini, mengaku setiap kalimat yang ditulis dalam statusnya selalu menggunakan Bahasa Indonesia yang sopan dan mengandung pesan-pesan motivasi. Dengan harapan bahwa para siswa yang menjadi target utamanya, ikut termotivasi pula.
97
Gb. 3.16 Status update Bambang Dwi Sasongko
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall& ref=ts, update 23 Januari 2010
Bambang berpendapat bahwa hal ini penting apabila guru-guru lainnya juga menuliskan hal-hal yang positif serta mengandung kejujuran di Facebook, termasuk dalam penulisan update status demi mendidik para siswanya. Seperti petikan wawanacara berikut ini: “…sudah merupakan panggilan naluri seorang guru seharusnya apa yang kita katakan, kita tulis itu mengandung kejujuran…karena jujur itu bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk murid-murid kita juga untuk anak didik kita juga. Jadi kalau saya misalnya berkata jujur tapi murid saya belum bisa jujur, itu berarti saya belum berhasil dalam mendidik mereka. Maka saya dalam berkata atau menulis harus berupaya berdasarkan pada kejujuran. Sehingga anak-anak itu tanpa diberitahu mereka akan meniru. Ya, sebaiknya yang dituliskan memang mengandung makna positif-lah” (12/01/2010). Image sebagai pengajar Bahasa Indonesia pun tetap dijaganya dengan selalu berusaha menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, tidak hanya dalam menuliskan status update tetapi juga dalam setiap kalimat yang ada dalam Facebook-nya. Karena menurutnya hal tersebut telah menjadi tugas dan tanggung
98
jawab sebagai guru Bahasa Indonesia untuk menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Begitupun harapannya terhadap guru Bahasa Indonesia lainnya yang menurut dia sebaiknya lebih memperhatikan apa yang ditulis. Lebih lanjut dijelaskan oleh Bambang berikut ini: “Tugas guru Bahasa Indonesia satu tingkat lebih berat dari guru lainnya, yaitu menjadi contoh figur pemakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi kalau misal saya memakai bahasa yang acakacakan, otomatis orang akan berpikiran ‘wah…Pak Bambang ini sebagai guru Bahasa Indonesia kok bahasanya nggak mencerminkan guru Bahasa Indonesia?’ jadi apapun yang saya tulis, apa yang saya katakan ada sedikit banyak harapan orang lain mau berapresiasi positif. Jadi kalau saya berbahasa buruk, citra saya kan jadi turun, ya bukan bermaksud jaga image sekali, tapi itu kan memang secara otomatis menjadi tugas dan kewajiban moral seorang guru Bahasa Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik. Ketika orang lain tidak menganggap itu bukan hal yang baik ya monggo, yang penting saya berniat seperti itu. Akhirnya apapun yang saya tulis, yang saya katakan saya upayakan baik” (12/01/2010). Gb. 3.17 Hadiah puisi yang ditampilkan Bambang di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall&ref= ts, update 23 Desembaer 2009
99
Gambar di atas menampilkan status update Bambang ketika mendapatkan hadiah sebait puisi dari anak-anak didiknya yang menobatkan dirinya sebagai guru favorit. Seperti petikan penuturan Bambang berikut ini: “…saya juga pernah dapet dukungan dari murid-murid sebagai guru favorit. Saya diberi hadiah sebuah puisi dari murid. Puisi ini menjadi kurang bermakna ketika hanya saya saja yang baca. Akhirnya saya muat sebagai status saya” (12/01/2010). Selain status update, dalam berkomunikasi dengan orang di Facebook melalui comment dia berusaha menjadi komunikator yang baik, dalam menanggapi komentar-komentar orang. Dia memang tidak selalu menggunakan Bahasa Indonesia, akan tetapi menyesuaikan bahasa komentar yang ada, baik menggunakan Bahasa Inggris maupun Bahasa Jawa. Seperti yang dijelaskan Bambang berikut ini: “Hakekat komunikasi itu kan terciptanya komunikasi yang baik. Nah, ketika orang berbahasa Jawa, kemudian kita nekat memakai Bahasa Indonesia menurut saya itu bukan seorang komunikator atau komunikan yang baik. Bahasa Inggris juga begitu, saya ikuti dia berbahasa Jawa atau Bahasa Inggris saya ikuti beberapa kalimat, kemudian saya kembali ajak pakai Bahasa Indonesia” (12/01/2010). (3) Foto Guru yang sedang menempuh jenjang pendidikan Strata 2 (S2) ini, mengaku membangun personal branding sebagai guru, terutama melalui foto-foto yang ditampilkannya di Facebook. Seperti yang bisa dilihat pada beberapa contoh tampilan gambar berikut ini:
100
Gb. 3. 18 foto-foto Bambang di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1287178505&v=Wall#!/bambangds?v=photos&ref=ts, update 28 Desember 2009
Terpasang beberapa foto Bambang ketika mengikuti kegiatan olahraga, foto diri, dan juga fotonya bersama anak dan istrinya. Baginya, sebuah foto mampu menyampaikan pesan-pesan tertentu. Maka dari itu, dia pun berusaha untuk tetap tampil positif dalam foto-foto yang ditampilkannya. Dari beberapa foto yang diunggahnya pun menunjukkan sisi lain dari seorang guru, dengan harapan bisa menjadi contoh bagi murid-muridnya. Berikut petikan pernyataan Bambang pada penulis: “Terutama melalui gambar, karena foto kan bisa mencerminkan sebuah maksud. Foto-foto yang saya upload juga bukan foto-foto sembarangan. Sekali waktu saya upload foto saya foto resmi ketika pakai jas rapi, orang akan berpikir ‘Wah, Pak Bambang sedang apa
101
ya, rapi sekali?’ atau foto saya pas pakai baju olahraga di lapangan, mereka mungkin berpikir ‘Oh Pak Bambang suka olahraga juga’. Intinya begini saya tidak perlu memberi tahu orang saya itu suka olahraga, nggak perlu. Dengan saya tampilkan foto itu kan orang sudah bisa berpikir sendiri. Jadi intinya apa yang saya tampilkan adalah sebuah contoh” (12/01/2010). Dari sekian foto-foto yang di-upload, foto-foto bersama keluarga menjadi favoritnya, seperti yang bisa dilihat di atas. Pria yang hobi bermusik ini ingin menunjukkan bahwa dia mempunyai keluarga yang bahagia dan mencintai keluarganya, karena baginya keluarga adalah bagian dari hidup yang sangat berarti. Seperti yang diungkapkannya berikut ini: “Paling saya favoritkan itu foto keluarga, foto bersama keluarga. Karena saya emang saya punya keluarga, buat apa saya tampil sendiri. Dengan saya tampil bersama keluarga saya pingin menunjukkan kalau keluarga itu sebuah komitmen yang serius dan salah satu bagian hidup yang penting dalam hidup saya” (23/12/2009). Gb. 3.19 Foto-foto post Bambang yang sarat dengan kata-kata motivasi
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall&ref= ts, update 23 Desember 2009
102
Pria yang gemar melakukan kegiatan pecinta alam ini mengatakan selain dengan foto-foto, dia pun membangun dan menjaga personal branding sebagai seorang guru melalui kata-kata yang dituliskannya tidak hanya melalui status, atau comment tetapi juga dalam menuliskan kata-kata dalam foto yang diunggahnya, menjadi kalimat bermakna positif, seperti terlihat pada tampilan di atas. Kalimatkalimat yang ditulisnya saat menampilkan foto di Bromo dan foto mobil miliknya mengandung kalimat-kalimat bijak yang sarat akan pesan positif. (4) Link Personal brand sebagai guru yang bijak juga bisa terlihat dari link yang ada di Facebook-nya, dia mengaku lebih suka menulis sesuatu yang bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Gb 3.20 Blog dan website yang dihubungkan Bambang ke Facebook-nya
103
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1583627545, update 28 Desember 2009
Bagi Bambang, dengan menulis sesuatu yang bisa berguna bagi orang lain bisa menjadi nilai ibadah. Dia banyak menulis di blog yang dihubungkan juga ke Facebook, agar orang dapat langsung membaca tulisan-tulisannya yang lain. Selain itu dia pun menghubungkan Facebook-nya dengan website SMA Negeri 3 Surakarta, dan website lainnya yang berhubungan dengan bidang pengajaran, seperti yang bisa dilihat dari beberapa gambar di atas. Berikut penuturan Bambang: “Ya biasanya hal-hal yang berbau ilmiah…pokoknya hal-hal yang mungkin bisa bermanfaat atau bermakna bagi yang membacanya” (23/12/2009). “Dalam usia saya ini pingin-nya berbuat baik, syukur ada nilai ibadahnya. Kalau ada informasi yang baik, yang mungkin bisa bermanfaat bagi orang lain, kan nggak ada jeleknya kita berikanlah. Itu kan niat kita baik” (23/12/2009). Dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa Bambang Dwi Sasongko sedang membangun personal branding sebagai guru Bahasa Indonesia yang sangat
104
menyayangi keluarganya. Hal ini tercermin dari cara-cara Bambang dalam memanfaatkan fitur-fitur Facebook, mulai dari Profile Information, status update, foto, hingga link pun digunakannya satu per satu untuk semakin memperkuat personal branding-nya sebagai seorang guru secara online. Bukan hanya sekadar guru yang memanfaatkan Facebook untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, namun juga secara tidak langsung Bambang senantiasa mendidik murid-muridnya dengan memberikan contoh positif melalui kata-kata yang baik dan sopan sesuai dengan tanggung jawabnya sebagai guru Bahasa Indonesia. Sebagai sosok seorang ayah pun tercermin dari foto-foto keluarga yang diunggahnya sebagai salah satu wujud ungkapan rasa sayang terhadap keluarganya.
b. Analisis Data (1) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Bambang telah menentukan dirinya sebagai seorang guru sesuai dengan profesi yang digelutinya. Hal tersebut tercermin dari ungkapannya berikut ini: “Sebagai seorang guru yang lebih mampu memahami dan mengikuti siswa” (23/12/2009). Pribadinya yang fleksibel, pengertian, terbuka, dan dinamis menjadi kelebihan dirinya yang bisa mendukung personal brand yang dibangunnya sebagai seorang guru. Flexible dan pengertian, bisa tercermin dari kemudahan yang diberikan pada murid-muridnya dalam hal kegiatan belajar yang berkaitan
105
dengan pengumpulan tugas. Beliau begitu memahami anak-anak didiknya, berikut petikan penjelasan Bambang: “Ada materi yang tidak mungkin diselesaikan dalam kelas, bolehlah dibawa pulang, tapi bagaimana agar tidak kehilangan banyak waktu bisa dikirim lewat Facebook. Jadi terjadi interaksi yang saling menguntungkan” (12/01/10). “Ya…misalnya dari segi waktu tidak mengalami kesulitan. Mereka juga bisa lebih enjoy.” (12/01/10) Bambang yang suka berteman dengan siapa saja, serta mengikuti perkembangan teknologi, menunjukkan pribadinya yang terbuka dan dinamis. Hal ini bisa terlihat dari caranya berteman di Facebook, aktif menulis di blog pribadi, serta membuat Account Facebook. Seperti petikan pernyataan Bambang berikut ini: “…saya confirm semua. Karena saya yakin dia mungkin punya maksud baik. Jadi saya confirm” (23/12/2009). “…tapi saya lebih suka menulis dari blog yang saya link-an ke FB saya” (23/12/2009). “Ada satu pendapat bahwa ‘jangan pernah ajak anakmu memasuki duniamu, tapi cobalah ikut memasuki dunia mereka’ jadi kalau saat ini murid-murid berinternet, ber-Facebook, jadi saya juga memasuki menjelajahi Facebook bersama mereka” (12/01/10). Dalam berteman di Facebook, dia berteman dengan siapa pun yang ingin menjadi temannya. Tidak memandang siapa dan dari kalangan mana. Hal ini menunjukkan sisi keterbukaannya pada orang lain. Dengan aktif menulis di blog dan memanfaatkan Facebook demi memasuki dunia anak-anak didiknya, mencerminkan bahwa dia guru yang dinamis mengikuti perkembangan zaman. Hal ini menjadi salah satu kelebihan dari Bambang, karena melihat kenyataan bahwa masih banyak guru yang tidak terlalu peduli dan menutup mata dengan
106
adanya teknologi. Padahal mungkin teknologi tersebut bisa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar bersama murid-murid. Sisi lain dari Bambang sebagai guru, dia juga seorang ayah bagi kedua putra-putrinya. Sosoknya yang kebapakkan dan begitu mencintai keluarganya terlihat dari bagaimana caranya memaknai nilai sebuah keluarga. Seperti yang disampaikannya berikut ini: “…keluarga itu sebuah komitmen yang serius dan salah satu bagian hidup yang penting dalam hidup saya” (23/12/2009). “…keluarga itu segala-galanya. Kita tertimpa masalah juga pulangnya ke keluarga, senang juga pingin-nya senang-senang bersama keluarga, cari duit juga buat keluarga. Akhirnya keluarga menjadi sangat yang berarti” (23/12/2009). 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Mengadopsi istilah Jawa, Guru itu “ditiru lan digugu”, Bambang pun menentukan hal-hal yang dilakukannya untuk memperkuat personal branding-nya sebagai seorang guru. Tugas dan tanggung jawab guru tidak terlepas dari bagaimana guru tersebut mampu menjadi contoh dan mendidik murid-muridnya. Selalu bersikap positif dan jujur adalah dua hal yang dilakukannya demi memberikan contoh dan secara tidak langsung untuk mendidik para siswanya. Hal ini bisa tercermin dari beberapa pernyataannya berikut ini: “Dalam usia saya ini pingin-nya berbuat baik, syukur ada nilai ibadahnya. Kalau ada informasi yang baik, yang mungkin bisa bermanfaat bagi orang lain, kan nggak ada jeleknya kita berikanlah” (23/12/2009). “Saya selalu menuliskan kata-kata yang bisa memberi semangat atau motivasi, bagi siswa khususnya, atau mungkin juga bagi orang lain yang membacanya” (23/12/2009). “…karena pada prinsip saya memberi sesuatu yang baik…yang positif itu hasilnya akan menjadi baik juga” (23/12/2009).
107
“Saya itu intinya itu ibarat air itu menyejukkan…jadi saya selalu berusaha pakai bahasa yang baik…menyesuaikan yang penting positif” (23/12/2009). “…apapun yang baru yang mengandung makna positif. Baru kalau tidak bermakna baik untuk apa? Jadi sebener-nya bagi saya, foto itu mengandung sebuah makna. Mungkin saya mengikuti suatu kegiatan menurut saya bermakna atau di jalan saya menjumpai sesuatu yang menyentuh dan mengandung pesan positif saya upload juga. Intinya, yang mempunyai pesan positif” (23/12/2009). “Itu sudah merupakan panggilan naluri seorang guru seharusnya apa yang kita katakan, kita tulis itu mengandung kejujuran…karena jujur itu bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk murid-murid kita juga untuk anak didik kita juga. Jadi kalau saya misalnya berkata jujur tapi murid saya belum bisa jujur, itu berarti saya belum berhasil dalam mendidik mereka. Maka saya dalam berkata atau menulis harus berupaya berdasarkan pada kejujuran. Sehingga anak-anak itu tanpa diberitahu mereka akan meniru. Ya, sebaiknya yang dituliskan memang mengandung makna positif-lah” (12/01/10). Sebagai guru yang mengajarkan mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bambang juga selalu berusaha menjaga setiap kata-katanya guna menciptakan komunikasi yang baik. Hal ini tersirat dari beberapa penuturannya berikut ini: “…jadi apapun yang saya tulis, apa yang saya katakan ada sedikit banyak harapan orang lain mau berapresiasi positif. Jadi kalau saya berbahasa buruk, citra saya kan jadi turun, ya bukan bermaksud jaga image sekali, tapi itu kan memang secara otomatis menjadi tugas dan kewajiban moral seorang guru Bahasa Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik. Ketika orang lain tidak menganggap itu bukan hal yang baik ya monggo, yang penting saya berniat seperti itu. Akhirnya apapun yang saya tulis, yang saya katakan saya upayakan baik” (12/01/10). Hakekat komunikasi itu kan terciptanya komunikasi yang baik. Nah, ketika orang berbahasa Jawa, kemudian kita nekat memakai Bahasa Indonesia menurut saya itu bukan seorang komunikator atau komunikan yang baik. Bahasa Inggris juga begitu, saya ikuti dia berbahasa Jawa atau Bahasa Inggris saya ikuti beberapa kalimat, kemudian saya kembali ajak pakai Bahasa Indonesia” (12/01/10). 3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
108
Pada tahap ini, Bambang secara tidak langsung telah menciptakan positioning
bagi
dirinya
di
mata
orang
lain,
setelah
melalui
tahap
pengidentifikasian diri dan tahap penentuan tindakan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diterima Bambang sebagai guru favorit di kalangan anak-anak didiknya. Bahkan sebagai bentuk penghargaan tersebut, dia menerima hadiah sebuah puisi. “Bahkan saya juga pernah dapet dukungan dari murid-murid sebagai guru favorit. Saya diberi hadiah sebuah puisi dari murid,” ungkapnya. Selain menjadi guru favorit, muridnya juga menempatkan Bambang sebagai guru yang sabar dan merakyat. Berikut ini beberapa tampilan yang bisa menunjukkan positioning Bambang terhadap murid-muridnya maupun terhadap orang-orang yang menjadi temannya: Gb. 3.21 Tampilan puisi dan pesan Wall untuk Bambang
109
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall& ref=ts, update 28 Desember 2009
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Dengan memasarkan personal branding sebagai seorang guru Bahasa Indonesia melalui Facebook, dan mengelola fitur-fitur Facebook sedemikian rupa seperti yang telah diulas secara lengkap pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Bambang telah sampai pada tahapan pengelolaan brand. Selain Facebook, Bambang pun memanfaatkan blog pribadinya sebagai salah satu media mempromosikan dirinya. Berikut tampilan tulisan Bambang di blog pribadinya yang dihubungkan melalui Facebook: Gb.3.22 Blog pribadi Bambang yang dihubungkan ke Facebook
sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1583627545, update 28 Desember 2009
110
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Dalam tahap ini Bambang telah menetapkan ambisinya sebagai seorang tenaga pendidik atau guru. Ambisi ini tersirat dari pernyataannya yang ingin dikenal sebagai seorang guru. “Sebagai seorang guru…” ungkapnya. Bambang memiliki nilai-nilai yang selalu dipegangnya, sebagai pengajar, yaitu sebuah kejujuran dan selalu positif baik dalam berpikir dan bertindak. Hal ini tercermin dari beberapa pernyataannya berikut ini: “Itu sudah merupakan panggilan naluri seorang guru seharusnya apa yang kita katakan, kita tulis itu mengandung kejujuran…karena jujur itu bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk murid-murid kita juga untuk anak didik kita juga” (12/01/10). “Bagi saya itu berkaitan dengan kejujuran. Saya pingin orang tahu banyak tentang saya. Saya seorang guru. Saya bangga sebagai guru. Mungkin yang lain ada yang kurang puas dengan profesi guru. Saya terbuka saja dan jujur” (12/01/10). “Dalam usia saya ini pingin-nya berbuat baik, syukur ada nilai ibadahnya” (23/12/2009). “Saya itu intinya itu ibarat air itu menyejukkan…jadi saya selalu berusaha pakai bahasa yang baik…menyesuaikan yang penting positif” (23/12/2009). Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Bambang di antaranya adalah fleksibel dan pengertian. Hal tersebut bisa tercermin dari kemudahan yang diberikan Bambang pada siswanya dalam pengumpulan tugas sekolah. Beliau begitu memahami anak-anak didiknya, berikut petikan penjelasan Bambang: “Ada materi yang tidak mungkin diselesaikan dalam kelas, bolehlah dibawa pulang, tapi bagaimana agar tidak kehilangan banyak waktu bisa dikirim lewat Facebook” (12/01/10).
111
“Ya…misalnya dari segi waktu tidak mengalami kesulitan. Mereka juga bisa lebih enjoy” (12/01/10). Terlihat dari caranya berteman di Facebook, aktif menulis di blog pribadi, serta memiliki Account Facebook yang dimanfaatkan secara baik, mencerminkan Bambang adalah pribadi yang terbuka dan dinamis. Berikut petikan pernyataan Bambang berikut ini: “…saya confirm semua. Karena saya yakin dia mungkin punya maksud baik. Jadi saya confirm” (23/12/2009). “…tapi saya lebih suka menulis dari blog yang saya link-an ke FB saya” (23/12/2009). “Ada satu pendapat bahwa ‘jangan pernah ajak anakmu memasuki duniamu, tapi cobalah ikut memasuki dunia mereka’ jadi kalau saat ini murid-murid berinternet, ber-Facebook, jadi saya juga memasuki menjelajahi Facebook bersama mereka” (12/01/10). Di Facebook, dia berteman dengan siapa saja, tidak memandang dari kalangan tertentu. Hal ini menunjukkan sisi keterbukaannya pada orang lain. Dengan aktif menulis di blog dan memanfaatkan Facebook demi memasuki dunia anak-anak didiknya, mencerminkan bahwa dia guru yang dinamis mengikuti perkembangan zaman. Hal ini menjadi salah satu kelebihan dari Bambang, karena melihat kenyataan bahwa masih banyak guru yang tidak terlalu peduli dan menutup mata dengan adanya teknologi. Padahal mungkin teknologi tersebut bisa dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar bersama murid-murid. Selain sebagai guru, Bambang juga seorang ayah bagi kedua putraputrinya dan kepala keluarga. Sosoknya yang kebapakkan dan begitu mencintai keluarganya terlihat dari bagaimana caranya memaknai nilai sebuah keluarga. Seperti yang disampaikannya berikut ini:
112
“…keluarga itu segala-galanya. Kita tertimpa masalah juga pulangnya ke keluarga, senang juga pingin-nya senang-senang bersama keluarga, cari duit juga buat keluarga. Akhirnya keluarga menjadi sangat yang berarti” (23/12/2009). “…keluarga itu sebuah komitmen yang serius dan salah satu bagian hidup yang penting dalam hidup saya” (23/12/2009). 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Demi membangun personal branding-nya, Bambang membuat dirinya berbeda dengan yang lain. Pada tahap ini, Bambang membuat dirinya dikenal sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang bisa mengerti dan mengikuti anakanak didiknya. “Sebagai seorang guru yang lebih mampu memahami dan mengikuti siswa,” ujarnya. Dengan membuka diri terhadap murid-muridnya, Bambang berusaha ikut mendalami dunia para siswanya, yang saat ini memang tidak bisa lepas dari teknologi internet. Hal ini sekaligus menjadi ciri khas tersendiri, terutama bagi para muridnya, karena belum banyak guru yang benarbenar mau ikut terjun dan belajar menyelami dunia murid-muridnya hingga terjalin hubungan yang akrab antara seorang guru dengan para siswanya. Tidak mengherankan jika dia mendapatkan gelar sebagai guru terfavorit dari anak-anak didiknya hingga, sebuah puisi pun menjadi hadiah khusus dipersembahkan hanya bagi Bambang. “…saya juga pernah dapet dukungan dari murid-murid sebagai guru favorit. Saya diberi hadiah sebuah puisi dari murid,” ungkapnya. Berikut puisi tersebut:
113
Gb. 3.23 Hadiah puisi untuk Bambang
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=100000211746659&ref=search#!/bambangds?v=Wall& ref=ts, update 23 Desembaer 2009
Puisi ini bisa menjadi salah satu bentuk reaksi emosional murid-muridnya, sebagai ungkapan rasa kekaguman dan ucapan terima kasih kepada Bambang yang meninggalkan kesan tersendiri bagi mereka para siswanya. Pada tahap ini Bambang hanya merumuskan personal branding-nya sebagai guru yang mengerti dan mengikuti siswanya yang sekaligus menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri bagi Bambang. Ciri khas ini menimbulkan ikatan emosional yang positif terhadap orang-orang yang masih dan pernah menjadi muridnya di mana mereka adalah sasaran utama bagi brand yang sedang dibangun Bambang. Berikut penjelasan Bambang: “Saya punya target atau sasaran yang pasti, minimal murid saya, kalau anak istri kan nggak usah lewat FB aja bisa. Murid-murid atau alumni banyak yang dekat dengan saya, apapun yang saya update di FB saya mereka sering comment. Ini bisa menunjukkan bahwa apapun yang saya tulis ini adalah targetnya adalah mereka sebagian besar murid-murid atau yang pernah jadi murid saya” (23/12/2009).
114
3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Pada tahap ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Bambang, penulis bisa menilai bahwa Bambang telah merumuskan personal balanced scorecard (PBSC). Sebagai seorang guru dia telah berpikir bagaimana memanfaatkan Facebook tidak hanya sebagai situs pertemanan semata. Akan tetapi lebih dari itu, dia bisa melihat peluang bahwa Facebook dapat digunakan sebagai media yang bisa menunjang kegiatan belajar mengajar. “Latar belakang saya membuat FB karena untuk meningkatkan dan mendukung kegiatan belajar mengajar dengan siswa,’ ungkapnya. Bambang tahu betul bahwa dengan memanfaatkan Facebook ini, muridmuridnya akan menikmati proses belajar bersamanya tanpa perlu merasa terbebani. Hal ini pun akhirnya bisa menciptakan interaksi yang saling menguntungkan. Pada akhirnya sebagai seorang guru yang membangun personal branding-nya di Facebook, Bambang memperhatikan apa yang ditulisnya, apa yang ditampilkannya di Facebook. Untuk menunjang personal branding yang sedang dibangunnya ini, Bambang selalu berupaya untuk menuliskan hal-hal yang positif, dengan kata-kata yang baik, mengingat tanggung jawabnya sebagai guru Bahasa Indonesia. Berikut pernyataan Bambang yang bisa mendukung tindakannya dalam membangun personal branding: “Bahasa Indonesia lebih universal saya rasa bagi semua kalangan orang Indonesia. Selain itu saya juga sebagai guru Bahasa Indonesia jadi sebaiknya memakai Bahasa Indonesia juga” (23/12/2009). “Kalimat yang sopan tentunya. Ya…sampai sekarang masih selalu menggunakan Bahasa Indonesia” (23/12/2009).
115
“Tugas guru Bahasa Indonesia satu tingkat lebih berat dari guru lainnya, yaitu menjadi contoh figur pemakai Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi kalau misal saya memakai bahasa yang acakacakan, otomatis orang akan berpikiran “wah…Pak Bambang ini sebagai guru Bahasa Indonesia kok bahasanya nggak mencerminkan guru Bahasa Indonesia?” jadi apapun yang saya tulis, apa yang saya katakan ada sedikit banyak harapan orang lain mau berapresiasi positif. Jadi kalau saya berbahasa buruk, citra saya kan jadi turun, ya bukan bermaksud jaga image sekali, tapi itu kan memang secara otomatis menjadi tugas dan kewajiban moral seorang guru Bahasa Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik. Ketika orang lain tidak menganggap itu bukan hal yang baik ya monggo, yang penting saya berniat seperti itu. Akhirnya apapun yang saya tulis, yang saya katakan saya upayakan baik” (12/01/10). Begitu juga dengan foto yang ditampilkannya di Facebook, adalah fotofoto yang memiliki makna positif, seperti pernyataannya berikut ini: “Kalau saya, apapun yang baru yang mengandung makna positif. Baru kalau tidak bermakna baik untuk apa? Jadi sebener-nya bagi saya, foto itu mengandung sebuah makna. Mungkin saya mengikuti suatu kegiatan menurut saya bermakna atau di jalan saya menjumpai sesuatu yang menyentuh dan mengandung pesan positif saya upload juga. Intinya, yang mempunyai pesan positif” (23/12/2009). “Jadi intinya apa yang saya tampilkan adalah sebuah contoh, artinya ya mari apakah mau dicontoh atau tidak, itu urusan mereka. Yang jelas tidak mungkin saya memasang foto yang buruk atau yang interpretasikan negatif” (12/01/10). Untuk menunjukkan bahwa di sisi lain Bambang adalah seorang ayah sekaligus kepala rumah tangga, dia pun menunjukkan foto-foto bersama keluarganya, sebagai salah satu bentuk ungkapan rasa sayangnya terhadap keluarga, berikut penuturan Bambang: “Paling saya favoritkan itu foto keluarga, foto bersama keluarga. Karena saya emang saya punya keluarga, buat apa saya tampil sendiri. Dengan saya tampil bersama keluarga saya pingin menunjukkan kalau keluarga itu sebuah komitmen yang serius dan salah satu bagian hidup yang penting dalam hidup saya” (23/12/2009).
116
Uraian pada tahap ini, tentu saja menunjukkan hal-hal yang dilakukan Bambang untuk memperkuat personal branding yang dibangun. 4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Mempromosikan personal brand yang dibangun melalui Facebook, serta memanfaatkan Facebook seperti yang telah diulas pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Bambang juga telah melakukan tahap pengimplementasian personal branding sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang memahami dan mengerti siswa-siswinya serta menyayangi keluarganya. Karena pemasaran merupakan salah satu bentuk pengimplementasian personal branding. Tidak hanya melalui Facebook, personal brand Bambang juga dipromosikan melalui blog pribadinya yang dihubungkan ke Facebook-nya, seperti berikut ini: Gb. 3.24 Blog pribadi Bambang yang dihubungkan ke Facebook
sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1583627545, update 28 Desember 2009
117
4. Punti Mayasari – Ibu Rumah Tangga a. Penyajian Data Facebook memang benar-benar diminati berbagai kalangan. Tidak hanya mereka yang berkarir, pelajar, mahasiswa, pengusaha, namun ibu rumah tangga pun ikut memanfaatkan Facebook. Salah satunya Punti Mayasari. Punti adalah seorang ibu rumah tangga yang seolah tidak ingin ketinggalan trend dunia maya. Meski pada awalnya Punti mengaku awam perihal Facebook, namun situs jejaring sosial ini mampu membuat Punti kembali dapat melakukan komunikasi dengan teman-teman lamanya semasa bangku kuliah dan sekolah. Ibu muda ini pun mengaku dapat menyalurkan hobi berbelanjanya secara online melalui Facebook. “Dulu sebenarnya nggak begitu tahu Facebook itu apa, tapi kok temen-temen lama kok suruh saya bikin Facebook, ya udah saya bikin aja. Ya ternyata manfaatnya kok banyak, bisa buat komunikasi lagi aja sama teman-teman, menyambung silaturahmi lagi. Terus juga saya bisa shopping online juga ternyata,” ungkapnya. Sebagai ibu rumah tangga, kegiatan Punti sehari-hari tidak jauh berbeda dengan kebanyakan ibu rumah tangga lainnya, seperti mengurus anak dan suami, mengurus rumah. Namun, wanita yang satu ini juga mempunyai usaha sampingan dengan membuka warung kelontong di samping rumah, hingga praktis dia pun disibukkan dengan agenda harian mengurus usahanya tersebut. “Sehari-hari biasa aja, Mbak, ngurus anak, suami, bersih-bersih rumah kadang kalau nggak ada pembantu, sama paling kulakan barang toko hampir tiap hari, jagain toko juga,” terangnya. Menurut wanita berjilbab ini, seorang ibu rumah tangga yang baik
118
adalah ibu yang selalu ada untuk keluarga dan membuat keluarga sebagai prioritas utamanya. Seperti penuturannya berikut ini: “Menurut saya, yang penting selama dibutuhkan anak dan suami harus selalu ada. Keluarga nomor satu” (18/01/2010). “Wah…keluarga ya nomor satu, Mbak. Segala-galanya. Bagian hidup saya, anak saya…suami saya. Namanya seorang istri udah jadi ibu juga Mbak, apa sih yang nggak buat anak sama suami?” (18/01/2010). Bagi wanita yang mengaku lebih ingin dikenal sebagai seorang ibu rumah tangga ini, Facebook ideal seorang ibu rumah tangga bisa dilihat dari foto-foto yang di-upload terdapat foto bersama anak dan suami. Status update-nya pun biasanya tertulis seputar kegiatan mengurus keluarga, serta tetap menjaga katakata yang ditulisnya. Berikut penjelasan Punti pada penulis: “…kalau menurut saya, biasanya dari foto-fotonya ada foto anakanak sama suaminya, statusnya biasanya ada yang kayak curhat lagi ngapain, kayak “setrikaan menumpuk” “cucian banyak, sendiri, nggak ada pembantu” kayak gitu paling. Sama yang jelas menjaga kata-katanya aja, nggak nulis kata-kata kasar atau yang nggak pantas” (18/01/2010). (1) Status Update Fitur status update merupakan fitur yang paling sering digunakan oleh ibu muda ini ketika ber-Facebook. Fitur yang satu ini memang memberi kebebasan bagi para pemilik Account Facebook untuk menuliskan segala hal yang ingin dituangkan dalam bentuk kata-kata untuk kemudian dipublikasikan pada pengguna Facebook yang lain. Berikut adalah beberapa tampilan status update yang pernah ditulis oleh Punti:
119
Gb. 3. 25 Status-status update Punti
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/profile.php?id=100000496237882&ref=ts, update 6 Maret 2010
Dalam memanfaatkan fitur status update, Punti yang mengaku sering mengganti status update-nya ini biasa menuliskan hal-hal yang berhubungan dengan kegiatannya maupun ungkapan isi hatinya. “Biasanya saya tulis kegiatan saya aja. Atau isi hati aja, kadang juga saya tulis,” ungkapnya. “Ya, misal saya lagi repot ngurus anak sama ngurus rumah, tentang anak saya yang lagi sakit. Atau saya mau ‘kulakan’ stok barang di toko, paling seputar itu aja,” tandasnya ketika penulis bertanya seputar contoh status update yang ditulisnya. Hal tersebut memang dapat dilihat pada tampilan status-status update yang pernah dituliskan Punti di atas. Apa yang dituliskannya tidak jauh dari topik seputar putra semata wayangnya, perihal kegiatan-kegiatannnya mengurus rumah, hingga kegiatan bulanan seperti berbelanja.
120
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Punti pun selalu berusaha menjaga kata-kata yang ditulisnya. Karena bagi Punti, dengan dia menjaga kata-katanya meski di dunia maya, secara tidak langsung demi mendidik putranya untuk berkata-kata yang baik dan sopan. Seperti yang diungkapnya pada penulis berikut ini: “Ya, bagaimanapun juga menjaga kata-kata itu kan penting, Mbak. Saya rasa nggak cuma ibu rumah tangga aja. Tapi semua pengguna Facebook juga. Bagaimana kita harus menjaga image kita meskipun itu hanya di dunia maya. Kalau kita pakai kata-kata kasar nggak pantas, seperti yang saya pernah baca juga di status orang yang pakai kata-kata kasar. Aduh, kok kayak nggak kata-kata lain apa yang lebih enak dibaca? Apalagi kalau punya anak, secara tidak langsung menjaga kata-kata itu perlu untuk memberi contoh yang baik buat anak” (18/01/2010). (2) Foto Dari foto-foto yang ditampilkan oleh wanita ini menunjukkan salah satu wujud rasa cinta seorang ibu sekaligus istri pada keluarganya.: Gb. 3.26 foto-foto Punti di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/album.php?aid=-3&id=100000496237882&ref=pa, update 16 Januari 2010
121
Tampilan foto di atas adalah sebagian kecil dari sekian banyak foto Dafa yang tampil dalam album foto Facebook Punti. Punti mengaku dia sengaja menampilkan banyak foto anaknya sebagai salah satu ungkapan rasa sayangnya terhadap keluarganya. Bagi Punti, keluarga adalah bagian terpenting dan menjadi prioritas utama dalam hidupnya. “Keluarga ya nomor satu, Mbak. Segala-galanya. Bagian hidup saya, anak saya…suami saya. Namanya seorang istri udah jadi ibu juga Mbak, apa sih yang nggak buat anak sama suami?” ujarnya. Maka dari penjabaran cara Punti memanfaatkan fitur-fitur di Facebook di atas, bisa terlihat bahwa tanpa disadarinya Punti sedang membangun personal branding-nya sebagai seorang ibu rumah tangga.
b. Analisis Data (1) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Punti telah menentukan pilihan bahwa dirinya adalah seorang ibu rumah tangga, meskipun dia seorang sarjana psikologi dari sebuah universitas swasta terkemuka di Solo. “Saya ini cuma ibu rumah tangga,” ujarnya. Sebagai ibu rumah tangga, yang bertanggung jawab akan segala kewajiban dan tugasnya terhadap keluarga menjadi kelebihan Punti untuk mendukung personal branding yang dibangunnya. Hal ini bisa tercermin dari pernyataan-pernyataan Punti akan arti sebuah keluarga yang membuatnya merasa
122
bahwa mengabdi untuk keluarga adalah tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga: “Menurut saya, yang penting selama dibutuhkan anak dan suami harus selalu ada. Keluarga nomor satu” (18/01/2010). “…keluarga ya nomor satu, Mbak. Segala-galanya. Bagian hidup saya, anak saya…suami saya. Namanya seorang istri udah jadi ibu juga Mbak, apa sih yang nggak buat anak sama suami?” (18/01/2010). Pernyataan di atas, menunjukkan bahwa dia meletakkan keluarga sebagai prioritas utama dalam hidupnya. Dia mengurus segala sesuatu yang dibutuhkan anak dan suaminya. Bahkan dengan jiwa entrepreneurship yang dimilikinya, juga menjadi nilai tambah bagi dirinya. “Saya suka bisnis kecil-kecilan lah, Mbak. Kayak buka toko kelontong meski kecil-kecilan,” ungkapnya. 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Pada tahap ini, Punti telah menentukan apa yang bisa dilakukannya untuk memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai ibu rumah tangga. Kegiatan yang dilakukannya setiap hari merupakan cerminan bentuk pengabdian dan rasa kasih sayangnya terhadap keluarga. Bahkan untuk menyalurkan jiwa kewirausahaannya, dia membuka suatu lahan bisnis yang bisa menunjang perekonomian keluarganya. Hal ini yang membuat Punti memiliki nilai lebih sebagai seorang ibu rumah tangga. Punti tidak hanya mengandalkan suami dalam hal keuangan keluarga, namun dia ikut membantu suami mencari nafkah dengan berbisnis di rumah sendiri, agar dia tetap tidak kehilangan waktu bersama buah hatinya. Berikut penuturan Punti yang bisa mencerminkan bentuk tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga:
123
“Sehari-hari biasa aja Mbak ngurus anak, suami, bersih-bersih rumah kadang kalau nggak ada pembantu, sama paling kulakan barang toko hampir tiap hari, jagain toko juga”. (18/01/2010). “…cuma warung kelontong kecil aja di rumah. Buat tambahan aja Mbak. Tiap hari juga harus jaga, gantian sama yang bantuin saya di toko”. (18/01/2010). “…saya suka bisnis kecil-kecilan lah, Mbak. Kayak buka toko kelontong meski kecil-kecilan tapi yang penting banyak yang beli di toko saya. Jual pulsa juga…ya lumayan buat nambah-nambah buat beli jajan anak” (22/01/2010). 3. Position Yourself (Memposisikan Diri). Menentukan diri sebagai ibu rumah tangga yang juga berbisnis dan menentukan apa yang bisa dilakukannya, maka Punti secara tidak langsung telah memposisikan dirinya atau menciptakan positioning dirinya di mata orang lain. Hal ini tercermin dari bagaimana teman-teman Facebook-nya memberi komentar terhadap status update yang pernah dituliskan Punti, pada tampilan berikut ini: Gb. 3.27 Status update Punti dan comment dari teman-teman Punti
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/profile.php?id=100000496237882&ref=ts, update 6 Maret 2010
124
Pada tampilan di atas terlihat beberapa komentar teman-teman Punti terhadap status update-nya yang mencerminkan kegiatan dan tugas seorang ibu di rumah. Hal ini menunjukkan bahwa personal branding yang sedang dibangun Punti dapat ditangkap oleh orang lain dan mendapatkan tempat di mata orang lain sebagai seorang ibu rumah tangga. 4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Seperti yang telah penulis ulas sebelumnya bahwa dengan menunjukkan dan memasarkan personal branding melalui media, dalam hal ini melalui Facebook, maka Punti pun telah sampai pada tahap mengelola personal brand yang dibangunnya. Hal ini pun didukung dengan cara Punti memanfaatkan fiturfitur Facebook demi memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang ibu rumah tangga, seperti yang telah dibahas sebelumnya pada penyajian data.
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Pada tahap ini, Punti merumuskan pilihan ambisinya sebagai seorang ibu rumah tangga, seperti yang tersirat dari pernyataannya berikut ini: “Saya ibu rumah tangga, jadi ya, pasti pingin-nya dikenal apa adanya saya, ya sebagai ibu rumah tangga” (18/01/2010). Menempatkan keluarga sebagai prioritas utama dan menjaga kata-kata yang diucapkan adalah nilai-nilai yang menjadi pedomannya sebagai ibu rumah tangga. Hal ini terlihat dari petikan penjelasannya berikut ini:
125
“…sama yang jelas menjaga kata-katanya aja, nggak nulis kata-kata kasar atau yang nggak pantas” (18/01/2010). “Ya, bagaimanapun juga menjaga kata-kata itu kan penting, Mbak. Saya rasa nggak cuma ibu rumah tangga aja. Tapi semua pengguna Facebook juga” (18/01/2010). “…yang penting selama dibutuhkan anak dan suami harus selalu ada. Keluarga nomor satu” (18/01/2010). Punti pun memiliki kelebihan yang bisa mendukung personal branding yang dibangunnya sebagai ibu rumah tangga. Kelebihan tersebut adalah rasa tanggung jawab yang tinggi akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu dari putra semata wayangnya sekaligus sebagai seorang istri. Memprioritaskan keluarga di tempat utama, merupakan cerminan bentuk tanggung jawab dan kasih sayangnya terhadap keluarga. Tidak hanya rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarga, namun naluri bisnis Punti pun menjadi nilai tambah bagi ibu muda ini. Seperti yang diungkapkan Punti berikut ini: “…keluarga ya nomor satu, Mbak. Segala-galanya. Bagian hidup saya, anak saya…suami saya. Namanya seorang istri udah jadi ibu juga Mbak, apa sih yang nggak buat anak sama suami?” (18/01/2010). “…cuma warung kelontong kecil aja di rumah. Buat tambahan aja Mbak. Tiap hari juga harus jaga, gantian sama yang bantuin saya di toko” (18/01/2010). 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Bila memperhatikan tahap sebelumnya, pada tahap rumusan personal ambition tersebut menjadi dasar dari tahap perumusan personal branding ini. Demi memperkuat personal branding yang sedang dibangunnya, Punti membuat kelebihan yang ada pada dirinya, menjadi modal utama untuk menunjang personal branding yang dirumuskannya. Personal branding yang dibangunnya adalah
126
sebagai seorang ibu rumah tangga yang bertanggung jawab akan segala kewajiban dan tugasnya terhadap keluarga. Selain itu, jiwa kewirausahaannya menjadi keunggulannya dalam membangun personal branding-nya tersebut. Punti tidak hanya mengandalkan suami dalam hal keuangan keluarga, namun dia ikut membantu suami mencari nafkah dengan berbisnis di rumah sendiri namun dia tetap tidak kehilangan waktu bersama buah hatinya. 3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap Punti, penulis bisa menilai bahwa Punti telah merumuskan personal balanced scorecard (PBSC). Tindakan yang dilakukannya untuk menunjang personal branding-nya, dilatarbelakangi oleh ikatan emosi yang kuat antara Punti dengan anak dan suaminya. Berikut pernyataan-pernyataan Punti yang mencerminkan bentuk tugas dan kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga: “Sehari-hari biasa aja, Mbak, ngurus anak, suami, bersih-bersih rumah kadang kalau nggak ada pembantu, sama paling kulakan barang toko hampir tiap hari, jagain toko juga” (18/01/2010). “…cuma warung kelontong kecil aja di rumah. Buat tambahan aja Mbak. Tiap hari juga harus jaga, gantian sama yang bantuin saya di toko” (18/01/2010). “…saya suka bisnis kecil-kecilan lah, Mbak. Kayak buka toko kelontong meski kecil-kecilan tapi yang penting banyak yang beli di toko saya. Jual pulsa juga…ya lumayan buat nambah-nambah buat beli jajan anak” (18/01/2010). Gb. 3.28 Status update Punti
127
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/profile.php?id=100000496237882&ref=ts, update 6 Maret 2010
Sebagai ibu rumah tangga yang merasa perlu mendidik putranya, Punti pun senantiasa memberikan contoh yang baik, termasuk dalam menuliskan kalimat demi kalimat di Facebook, seperti pernyataannya berikut ini: “Ya, bagaimanapun juga menjaga kata-kata itu kan penting, Mbak. Saya rasa nggak cuma ibu rumah tangga aja. Tapi semua pengguna Facebook juga. Bagaimana kita harus menjaga image kita meskipun itu hanya di dunia maya. Kalau kita pakai kata-kata kasar nggak pantas, seperti yang saya pernah baca juga di status orang yang pakai kata-kata kasar. Aduh, kok kayak nggak kata-kata lain apa yang lebih enak dibaca? Apalagi kalau punya anak, secara tidak langsung menjaga kata-kata itu perlu untuk memberi contoh yang baik buat anak” (18/01/2010). 4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Seperti yang diulas sebelumnya bahwa dengan melakukan promosi diri melalui media dalam hal ini adalah Facebook, maka Punti telah melakukan tahap pengimplementasian personal branding sebagai seorang ibu rumah tangga yang bertanggung jawab akan segala kewajiban dan tugasnya terhadap keluarga. Karena pemasaran adalah salah satu bentuk dari tahap mengimplementasikan personal branding. Pengimplementasian ini ditunjang dengan ulasan yang sebelumnya telah dibahas pada bagian penyajian data.
5. Donny Galendra – IT a. Penyajian Data
128
Seiring
perkembangan
zaman,
manusia
semakin
cerdas
dalam
menciptakan inovasi-inovasi dalam bidang teknologi. Beberapa teknologi mutakhir selalu datang silih berganti setiap waktu. Salah satu teknologi yang banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat dunia masa kini adalah teknologi computer dengan segala kecanggihan yang bisa dilakukannya, hingga muncul era internet yang membuat dunia terasa dalam genggaman. Hal ini menciptakan suatu peluang lapangan kerja bagi orang-orang yang mampu menguasai teknologi informasi, hingga di Indonesia pun orang-orang dengan profesi tersebut lebih familiar dengan sebutan IT (Information Technology). Profesi sebagai seorang IT inilah yang digeluti oleh Donny Galendra Setiawan. Sebagai seorang IT, tidaklah asing bagi Donny dalam menyelami situs jejaring sosal, termasuk Facebook. Donny telah menggunakan Facebook sejak lima tahun silam, jauh sebelum situs ini menjadi situs pertemanan yang fenomenal. Dulu dia hanya menggunakan Facebook sebagai media untuk bertukar program-program computer dengan teman-teman sesama IT yang ada di luar Indonesia. “Saya dulu hanya memakai FB untuk sharing program dengan temanteman IT yang ada di luar negeri agar lebih aman. Sampai pada akhirnya saya juga bisa bertemu dengan para IT yang ikut mengembangkan FB,” terangnya. Tidak berbeda dengan profesinya, dalam dunia Facebook pun pria berkacamata ini membangun personal branding sebagai seorang IT. Menurut Donny, Account Facebook seorang IT seharusnya menyampaikan informasi-informasi yang berkaitan dengan masalah komputer, dari Profile Information, serta dari
129
komunitas yang diikutinya di Facebook, biasanya komunitas atau grup yang berhubungan dengan computer. Seperti penuturan Donny berikut ini: “Sebaiknya dia seharusnya menginfokan tentang yang berbau IT gitu, bisa lewat status tapi bisa juga di link-kan ke web dia, kan bisa itu dari data diri dia dicantumkan link-link web, blog-nya dia. Dari informasi profile-nya, terus dari update status belum tentu juga, tapi kalau ada ciri-ciri berbau IT bisa juga, kalau foto-foto, nggak saya rasa. Terus bisa juga dari komunitas forum IT, seperti Kaskus, Detik, itu yang bagus di Indonesia, biasanya IT gabung di situ banyak” (4/02/2010). (1) Personal Information Sekali melihat Profile Information pada Account Facebook Donny, pengguna Facebook pun akan bisa langsung mengetahui siapakah pria ini. Gb. 3.29 Profile Information Donny Galendra
130
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?v=info&ref=ts update 16 Desember 2009
131
Berdasarkan tampilan Profile Information di atas, bisa menunjukkan bahwa pria kelahiran Kota Solo ini seorang IT. Dari aktivitas Donny yang tertulis di atas adalah Developer and Web design related, buku yang menjadi favoritnya tertulis pula All IT books, tertulis pula pada bagian About Me yang menyatakan bahwa Donny tertarik akan software dan web design, pada Education Information menerangkan bahwa Donny pernah mengenyam pendidikan Manajemen Informatika di STIKOM Surabaya, kemudian tertulis pula pada Work Information bahwa dia bekerja untuk PT Global Inovation International, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Web and Software Development plus hosting. Pada grup yang diikutinya pun banyak grup di bidang IT seperti Indonesia Web Parliament, Forum It Support Solo, Ubuntu Solo, AMD User Only, dan lain sebagainya. Pria yang sebagian besar menggunakan Bahasa Indonesia dalam menuliskan Profile Information ini juga menuliskan “(code skybow)” di belakang namanya ini agar bisa memperluas networking melalui game “Mavia War”. Berikut keterangan Donny kepada penulis: “Skybow adalah nickname online saya…dan saya juga pakai nickname itu di game Mavia War. Dan manfaatnya dari main game online itu…saya bisa dapat banyak networking dari dalam maupun luar. Satu keuntungan untuk saya sebagai salah satu cara memasarkan program saya. Jadi maksud saya menulis itu di box profile biar orang yang buka profile saya dan sama-sama suka main Mavia War, bisa add saya dengan nick name skybow” (18/12/2009). (2) Status Update Seperti pengguna Facebook lainnya, Donny pun sering menggunakan fitur status update untuk menunjukkan eksistensinya di Facebook. Tak hanya itu, Personal branding sebagai seorang IT dibangunnya melalui fitur ini. Untuk
132
mendukung personal Brand sebagai seorang IT, pria yang mengaku cukup sering meng-update statusnya ini, lebih sering menuliskan kalimat-kalimat motivasi. “Yang saya tulis di status saya di pagi hari biasanya kalimat-kalimat motivasi, biar yang baca juga bisa ikut termotivasi. Kalo selanjutnya saya tuliskan hal-hal yang positif-positif saja,” jelasnya. Gb. 3.30 Status-status Update Donny
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
Seperti pada tampilan di atas, dengan tujuan agar memiliki kualitas dan nilai diri yang baik di mata orang lain, maka pria yang lahir di Kota Solo ini menuliskan kalimat-kalimat positif, baik dalam Bahasa Indonesia maupun Inggris. Seperti penuturannya berikut ini: “…menurut saya dari status-status yang kita tulis bisa menggambarkan seperti apa diri kita…jadi saya pingin mempunyai nilai diri atau bisa dibilang kualitas yang bagus lah di mata orang…dalam hal ini kan temen-temen di FB” (18/12/2009). “…orang itu dihargai dan dihormati karena apa yang diomongkannya meski bisa juga lewat tulisannya. Statement yang kita lempar bisa memotivasi orang atau bisa mempengaruhi orang menjadi lebih baik, pengaruhnya orang akan lebih menghargai kita. Intinya bagaimana kita bisa mendedikasikan diri terhadap apa yang kita kerjakan atau apa yang kita concern” (4/02/2010).
133
Gb. 3.31 Status update Donny dan komentar Donny
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
Untuk menjaga image baiknya, pria yang memiliki hobi fotografi ini selalu berusaha menggunakan bahasa yang baik dan sopan dalam menanggapi komentar orang terhadap status-status Update-nya. “Bahasa yang saya pakai ya…flexible aja, tergantung comment-nya…kalau Bahasa Indonesia ya, saya balas Bahasa Indonesia juga…kalau Inggris ya saya Bahasa Inggris, kalau Jawa juga saya balas pakai Bahasa Jawa juga. Asal sepanjang itu bahasa yang baik dan sopan,” terangnya. Donny tidak akan menanggapi komentar-komentar yang dianggapnya merugikan dirinya, bahkan menghapus komentar-komentar tersebut. Seperti yang dikatakannya pada penulis berikut ini: “Ya kalau saya pas sempat ada waktu…saya selalu menanggapi comment temen di status saya asal comment yang mereka tulis itu tidak merugikan saya. Kalau ada yang komentar negatif tentang saya ngga akan saya tanggapi…pernah saya menghapus, beberapa kali. Apalagi kalau yang menurut saya yang mereka tulis itu nggak bermutu” (18/12/2009).
134
Gb. 3.32 Pesan Wall untuk Donny
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
Seperti yang bisa dilihat pada gambaran di atas yang merupakan tampilan pesan Wall di Facebook Donny, meski tidak pernah mengomentari pesan-pesan Wall dari teman-temannya, namun dia mengaku melakukan hal yang sama dalam menulis pesan Wall balasan atau biasa disebut Wall To Wall. “Bahasa yang saya tulis ya sama…tergantung saya sedang berkomunikasi dengan siapa…fleksibel asal satu yang saya pegang…sopan dan positif-positif aja…dan hal itu biar tetap menjaga image saya aja,” ujarnya. (3) Friends Dalam urusan berteman di Facebook, pimpinan dari PT Global Innovation Intenational ini terbilang cukup selektif. Meski mengaku teman-teman IT yang menjadi temannya di Facebook tidak lebih dari separuh dari jumlah total temanteman Facebook-nya, Donny gemar mengundang orang menjadi temannya dan tidak sedikit pula yang sering mengundangnya untuk menjadi teman.
135
Gb. 3.33 Daftar teman-teman Donny di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
“Alasan saya add orang jadi teman saya ada dua alasan. Alasan pribadi mungkin karena saya memang kenal dia, kalau secara bisnis atau profesi biasanya saya add yang IT-IT juga,” terangnya perihal mengundang seseorang menjadi teman-temannya. Sedangkan untuk menerima seseorang masuk menjadi Friends List-nya Donny cukup berhati-hati. Dia tidak asal meng-confirm orang yang mengundangnya. Berikut penuturannya pada penulis: “Kalau saya menerima orang jadi teman di FB saya pilih-pilih…saya selalu tanya dulu dia kenapa dia add saya, kalo alasannya logis dan jelas…saya terima dia jadi teman saya” (18/12/2009). “Yang jelas, kalau nggak ada fotonya, NO! kalau mutual friends-nya dia saya nggak kenal, saya ignore juga” (18/12/2009). Hal ini dilakukan Donny dalam berteman di Facebook karena dia harus yakin bahwa orang yang mengundangnya bukan orang yang bisa membahayakan pekerjaannya sebagai IT, orang yang hanya ingin menjelek-jelekkannya saja. Seperti penjelasannya berkut ini:
136
“…saya harus memastikan bahwa mereka-mereka ini tidak akan membahayakan saya, menjelek-jelekkan saya” (18/12/2009). “Begini, IT itu bisa bermuka ganda, bisa baik bisa jahat. Kadang ada yang iseng ganggu web yang saya bikin, jadi pemilik web itu telepon saya pagi-pagi karena web-nya nggak bisa dibuka. Kan malah nambah kerjaan saya, kerjaan saya masih banyak yang lain. Mereka biasanya suka ngetes saya gara-gara saya sebagai kepala IT” (18/12/2009). (4) Link Dalam ber-Facebook, Donny sering menulis pada blog yang dimilikinya kemudian dihubungkan ke Facebook, hingga teman-teman Facebook-nya bisa langsung mengunjungi blog atau website pribadinya. “…saya lebih suka menulis di blog saya, yang saya link-kan lewat Facebook saya,” ungkapnya. Gb. 3.34 Blog Donny yang dihubungkan ke Facebook
137
Sumber: http://www.Facebook.com/donnygale?v=app_9953271133&ref=ts, update 8 Maret 2010
“Yang saya tulis nggak jauh-jauh dari yang ada hubungannya sama program-program atau computer gitu…ya sharing ilmu aja” terangnya ketika penulis bertanya seputar topik yang sering menjadi materi dalam tulisantulisannya di blog. Memang dari contoh tampilan di atas, bisa dilihat bahwa sebagian besar yang ditulis dan dibagikan pada teman-temannya di Facebook adalah seputar program atau software computer. Di atas hanya beberapa saja dari sekian banyaknya ilmu yang coba dibagikan oleh Donny. Hal ini dapat semakin memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang IT. Seperti penuturannya berikut ini: “Pastilah…yang saya tulis sebagian besar kan tentang programprogram computer atau yang berkaitan dengan computer, jadi ini saya rasa bisa menambah penilaian orang terhadap saya, bahwa saya ini orang IT” (18/12/2009). Dapat dilihat dari uraian-uraian di atas, sangat jelas terlihat bahwa Donny sedang membangun personal branding-nya sebagai seorang IT secara online melalui Account Facebook miliknya. Bukan hanya sekadar IT yang memikirkan kemajuan diri sendiri, namun Donny adalah IT yang suka berbagi ilmu dan sesuatu yang positif pada khalayak, dalam hal ini orang-orang yang menjadi
138
temannya di Facebook. Hal ini tercermin dari caranya memanfaatkan fitur-fitur Facebook seperti status Update, Link, Profile Information, serta caranya berteman atau Friends. b. Analisis Data (1) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik Kristie Tamvecius, sebagai berikut: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Pada tahap ini, sesuai dengan profesinya, Donny telah menentukan pilihannya untuk lebih dikenal sebagai seorang IT. “…ya pastinya saya pingin orang tau saya sebagai seorang IT”, ungkapnya. Sopan, adalah nilai tambah bagi Donny sebagai seorang IT. Sosok Donny yang sopan bisa tercermin dari caranya dalam menjaga setiap kata-kata yang ditulis serta caranya berteman. Seperti beberapa petikan pernyataan Donny berikut ini: “Bahasa yang saya tulis ya sama…tergantung saya sedang berkomunikasi dengan siapa…fleksibel asal satu yang saya pegang…sopan dan positif-positif aja” (18/12/2009). “…saya cuma mau punya teman-teman yang qualified. Qualified di sini bisa bermacam-macam…yang jelas sopan, jelas, dan positif. Meski nggak harus melulu dengan dunia IT saya” (18/12/2009). Selain sopan, pribadi Donny yang merupakan seorang pekerja keras, optimis, positif, dan bersemangat menjadi kelebihannya. Hal ini yang bisa terlihat dari pernyataan Donny berikut ini: “Ya…kita kan hidup ini harus selalu optimis dan semangat. Dan keluarga saya terutama orang tua saya itu yang utama. Karena mereka saya bisa seperti sekarang ini. Saya dulu banyak bikin kecewa orang tua saya, dengan sempat menjadi pecandu narkoba, setelah saya sembuh saya bekerja keras membahagiakan orang tua saya” (18/12/2009).
139
“…saya ingin menunjukkan bahwa apapun yang kita lakukan, apapun pekerjaan kita, termasuk saya, pun harus tetap optimis, dan bersikap positif” (18/12/2009). 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Jika hanya sebatas mengidentifikasi diri sebagai seorang IT, tentu saja tidak akan cukup untuk menunjang personal brand yang sedang dibangun oleh Donny. Donny pun harus menentukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperkuat personal brand yang sedang dibangunnya sebagai seorang IT yang berkualitas. Berbagai hal-hal positif berusaha untuk dibagikan Donny salah satunya melalui status-status yang dituliskannya. Seperti pernyataan Donny berikut ini: “…saya tulis di status saya di pagi hari biasanya kalimat-kalimat motivasi, biar yang baca juga bisa ikut termotivasi. Kalo selanjutnya saya tuliskan hal-hal yang positif-positif saja” (18/12/2009). “…menurut saya dari status-status yang kita tulis bisa menggambarkan seperti apa diri kita…jadi saya pingin mempunyai nilai diri atau bisa dibilang kualitas yang bagus lah di mata orang…” (18/12/2009). “…orang itu dihargai dan dihormati karena apa yang diomongkannya meski bisa juga lewat tulisannya. Statement yang kita lempar bisa memotivasi orang atau bisa mempengaruhi orang menjadi lebih baik, pengaruhnya orang akan lebih menghargai kita. Intinya bagaimana kita bisa mendedikasikan diri terhadap apa yang kita kerjakan atau apa yang kita concern” (4/02/2010). Sebagai seorang IT, Donny bukan orang yang pelit membagi ilmuilmunya. Dengan kemampuannya di bidang teknologi informasi ini, Donny sering membuat tulisan di blog pribadi, seputar berbagai topik dunia IT. Tulisan-tulisan di blog-nya itu pun kemudian dihubungkannya dengan Facebook, hingga orang-
140
orang yang menjadi temannya di Facebook, bisa langsung mengakses informasiinformasi tersebut. Berikut penuturan Donny: “…yang saya tulis sebagian besar kan tentang program-program computer atau yang berkaitan dengan computer, jadi ini saya rasa bisa menambah penilaian orang terhadap saya, bahwa saya ini orang IT” (18/12/2009). 3. Position Yourself (Memposisikan Diri). Secara tidak langsung pada tahap ini, Donny telah menciptakan positioning
bagi
dirinya
di
mata
orang
lain,
setelah
melalui
tahap
pengidentifikasian diri dan tahap penentuan tindakan. Hal ini bisa dilihat dari tampilan berikut ini yang memperlihatkan pengakuan teman Donny terhadap manfaat atas ilmu yang dibagikan Donny serta tanggapan teman Donny yang meminta izin Donny sebagai penulis informasi-informasi tersebut untuk diperbolehkan menyebarluaskannya. Gb. 3.35 komentar terhadap Blog Donny yang dihubungkan ke Facebook
141
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Sama seperti halnya dengan responden yang lain, Donny pun telah sampai pada tahap mengelola personal brand yang dibangunnya sebagai seorang IT. Seperti yang bisa terlihat pada penyajian data sebelumnya yang menunjukkan cara Donny dalam memasarkan dirinya melalui Facebook dengan mengelola fitur-fitur Facebook sedemikian rupa, hingga mampu menunjang personal brand yang dibangunnya sebagai seorang IT. Bahkan Donny tidak hanya mempromosikan dirinya melalui Facebook, namun juga menggunakan blog pribadi. Berikut tampilan tulisan Donny di blog pribadinya yang dihubungkan melalui Facebook: Gb. 3.36 Website Donny yang dihubungkan ke Facebook
142
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
(2) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik Hubert K. Rampersad 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Donny telah merumuskan pilihan ambisi pribadinya sebagai seorang IT. “…ya pastinya saya pingin orang tau saya sebagai seorang IT”, ungkapnya. Secara pribadi, Donny memiliki nilai yang menjadi pedomannya, yaitu kesopanan. Donny menjunjung nilai-nilai kesopanan, yang tersirat dari pernyataannya yang mengesankan Donny mengutamakan kesopanan baik dalam berkata maupun dalam menjalin pertemanan atau dalam dunia sosial berikut ini: “Bahasa yang saya tulis ya sama…tergantung saya sedang berkomunikasi dengan siapa…fleksibel asal satu yang saya pegang…sopan dan positif-positif aja” (18/12/2009). “…saya cuma mau punya teman-teman yang qualified. Qualified di sini bisa bermacam-macam…yang jelas sopan, jelas, dan positif. Meski nggak harus melulu dengan dunia IT saya” (18/12/2009). Pekerjaan seorang IT yang tidak bisa dibilang mudah, harus banyak belajar dari kesalahan (trial and eror), membutuhkan kesabaran dan ketekunan membentuk karakter Donny sebagai sosok pekerja keras yang selalu bersemangat
143
dan bersikap positif. Karakter ini menjadi kelebihan dari pribadi Donny, yang bisa tersirat dari penuturannya berikut ini: “Ya…kita kan hidup ini harus selalu optimis dan semangat. Dan keluarga saya terutama orang tua saya itu yang utama. Karena mereka saya bisa seperti sekarang ini. Saya dulu banyak bikin kecewa orang tua saya, dengan sempat menjadi pecandu narkoba, setelah saya sembuh saya bekerja keras membahagiakan orang tua saya” (18/12/2009). “…saya ingin menunjukkan bahwa apapun yang kita lakukan, apapun pekerjaan kita, termasuk saya, pun harus tetap optimis, dan bersikap positif” (18/12/2009). 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Tahap perumusan personal ambition tersebut menjadi dasar dari tahap perumusan personal brand ini. Nilai yang menjadi pegangan Donny serta kelebihan-kelebihan yang melekat pada dirinya merupakan modal penting untuk menunjang personal branding yang sedang dibangunnya. Sebagai seorang IT, Donny tahu betul arti penting dari sebuah networking atau jaringan yang bisa mendukung pekerjaannya di dunia teknologi informasi. Bahkan dia bisa memasarkan program-programnya serta bisa bertukar program dengan para IT lainnya yang menjadi sasaran bagi brand yang sedang dibangunnya. Hal ini tersirat dari penjelasan Donny yang sengaja mencantumkan nickname online-nya ‘Skybow’ berikut ini: “Skybow adalah nickname online saya…dan saya juga pakai nickname itu di game Mavia War. Dan manfaatnya dari main game online itu…saya bisa dapat banyak networking dari dalam maupun luar. Satu keuntungan untuk saya sebagai salah satu cara memasarkan program saya. Jadi maksud saya menulis itu di box profile biar orang yang buka profile saya dan sama-sama suka main Mavia War, bisa add saya dengan nick name skybow” (18/12/2009).
144
“Karena kalau kita yang IT-IT yang expert kalau sharing program yang di-crack seperti itu nggak lewat Facebook, rentan. Lebih enak lewat YM, Gtalk karena kan lebih private” (4/02/2010). Donny yang suka berbagi ilmu pada orang lain, tidak terbatas pada kalangan IT saja menjadi ciri dan nilai tambah bagi Donny yang merupakan golongan IT kelas expert atau ahli. Hal ini tersirat dari pernyataannya berikut ini: “…saya lebih suka menulis di blog saya, yang saya link-kan lewat Facebook saya” (18/12/2009). “…saya tulis nggak jauh-jauh dari yang ada hubungannya sama program-program atau computer gitu…ya sharing ilmu aja” (18/12/2009). 3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Tidak berhenti pada tahap perumusan personal ambition dan personal brand saja. Selanjutnya Donny pun merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) atau tindakan yang perlu dilakukannya untuk memperkuat personal branding yang dibangunnya. Seperti yang terlihat pada pernyataannya, yang ingin mempunyai kualitas yang baik di mata orang lain, Donny selalu berusaha berbagi sesuatu yang baik dan bermanfaat tidak hanya bagi dirinya namun juga bagi orang lain. Bisa tercermin dari kata-kata yang ditulisnya pada status update, dan juga tulisan-tulisannya seputar dunia IT pada blog pribadinya yang dihubungkan ke Facebook, agar semua temannya dapat dengan mudah mengakses informasiinformasi tersebut. Berikut penuturan Donny: “…orang itu dihargai dan dihormati karena apa yang diomongkannya meski bisa juga lewat tulisannya. Statement yang kita lempar bisa memotivasi orang atau bisa mempengaruhi orang menjadi lebih baik, pengaruhnya orang akan lebih menghargai kita. Intinya bagaimana kita bisa mendedikasikan diri terhadap apa yang kita kerjakan atau apa yang kita concern” (4/02/2010).
145
“…saya tulis di status saya di pagi hari biasanya kalimat-kalimat motivasi, biar yang baca juga bisa ikut termotivasi. Kalo selanjutnya saya tuliskan hal-hal yang positif-positif saja” (18/12/2009). “…karena kan…menurut saya dari status-status yang kita tulis bisa menggambarkan seperti apa diri kita…jadi saya pingin mempunyai nilai diri atau bisa dibilang kualitas yang bagus lah di mata orang” (18/12/2009). “…saya tulis sebagian besar kan tentang program-program computer atau yang berkaitan dengan computer, jadi ini saya rasa bisa menambah penilaian orang terhadap saya, bahwa saya ini orang IT” (18/12/2009). 4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Memasarkan personal brand yang dibangun melalui Facebook, serta memanfaatkan Facebook seperti yang telah dibahas pada penyajian data sebelumnya,
menunjukkan
bahwa
Donny
telah
melakukan
tahap
pengimplementasian personal branding sebagai seorang IT. Tidak hanya melalui Facebook, Donny pun mempromosikan diri dengan blog dan website pribadinya yang dihubungkan ke account Facebook-nya, seperti berikut ini: Gb. 3.37 Blog dan website pribadi Donny yang dihubungkan ke Facebook
146
Sumber: http://www.Facebook.com/home.php?#!/donnygale?ref=ts, update 8 Maret 2010
6. Sigit Nugroho – Pegawai Swasta a. Penyajian Data Tanggal 22 Desember di Indonesia biasa diperingati sebagai Hari Ibu, hari di mana orang-orang membuat sesuatu yang spesial bagi sang ibu. Tapi bagaimana dengan ayah? Ayah pun telah membesarkan dan mendidik anakanaknya dengan penuh kasih sayang yang sama dengan yang diberikan ibu. Ayah pun sosok mulia dalam sejarah hidup setiap orang. Sayang, di Indonesia peringatan Hari Ayah yang jatuh pada tanggal 12 November belum banyak diketahui orang. Namun masihkah teringat jasa-jasa seorang ayah meski tak ada peringatan khusus bagi para ayah? Sedikit renungan di atas mengingatkan penulis akan sosok Sigit Nugroho. Sigit yang merupakan pegawai swasta di salah satu perusahaan keuangan yang cukup ternama ini adalah pria yang kebapakan saat penulis pertama kali bertemu dengannya. Dalam ber-Facebook pun, ayah dua putra ini mengaku lebih ingin tampil dan secara tidak langsung membangun personal branding sebagai figur
147
seorang ayah. “Saya malah lebih ingin dikenal sebagai pribadi saya saja. Gimana ya? Mungkin bisa dibilang lebih sebagai bapak. Ayah dari anak-anak saya saja. Karena yang saya punya ya cuma mereka,” ungkapnya. Kecintaan dan kebanggaan akan kedua putranyalah yang menjadi alasannya untuk lebih ingin dikenal sebagai sosok ayah daripada sebagai pegawai swasta di perusahaan yang cukup bergengsi. “Ya…yang pasti seperti ayah-ayah lainnya yang pasti sayang sama anak-anaknya,” ungkapnya ketika penulis bertanya padanya mengenai figur ayah yang ingin ditunjukkannya pada orang lain. Sigit adalah ayah yang sangat dekat dengan kedua anaknya. Menurutnya ayah yang mempunyai hubungan yang dekat dengan anak-anaknya adalah ayah yang tidak hanya bekerja mencari uang, namun juga selalu meluangkan waktu khusus bagi darah dagingnya. Begitu pentingnya arti anak dalam hidupnya. Merekalah yang menjadi sumber semangat Sigit dalam menjalani hidup. Seperti tutur Sigit saat wawancara dengan penulis berikut ini: “…menurut saya, mereka tidak hanya bekerja cari uang saja. Tapi juga dia bisa dekat dengan anak, sesibuk-sibuknya dia tetap berusaha menyediakan waktu bagi anak-anak. Kalau saya kerja pagi sampai sore. Nah, saya sediakan waktu untuk bercanda bersama mereka, menidurkan mereka. Jangan sampai anak-anak di rumah itu malah dekat sama pembantu. Karena anak kecil itu memory yang kuat dan saya ingin membuat kenangan indah bersama anak saya. Saya ingin anak-anak saya merasa diperhatikan oleh ayahnya. Kalau di rumah ya waktu saya hanya untuk anak-anak saya. Kadang kalau teman-teman saya ngajak saya nongkrong dulu pulang kantor. Tapi saya selalu nolak. Kalau mau ya nanti malam-malam setelah anak-anak saya tidur. Teman-teman saya sampai hafal saya itu apa-apa anak saya dulu. Intinya, apapun yang saya lakukan untuk anak lah Mbak” (6/01/2009).
148
“Bisa dibilang bagi saya anak itu segala-galanya bagi saya. Karena saya merawat anak-anak saya sendiri, tanpa istri. Bisa disebut saya ini single parent. Istri saya jauh, di Sumatra. Sedangkan saya di sini. Anak-anak saja kalau bangun tidur nangis yang dicari bukan ibunya, tapi saya, bapaknya. Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009). Sigit yang baru memiliki Account Facebook sejak awal tahun 2009 ini mengaku dapat bertemu dan menjalin komunikasi kembali dengan teman-teman lamanya di lintas pulau sejak memanfaatkan Facebook. Sigit pun memiliki temanteman yang sama seperti dirinya, yang menunjukkan figur seorang ayah yang menyayangi keluarganya melalui Facebook. Bagi pria yang lahir dan besar di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini, Facebook ideal bagi figur seorang ayah, dan hal ini bisa terlihat dari foto-foto yang di-upload adalah foto-foto keluarganya, bahkan foto profilnya pun foto ketika bersama keluarganya, serta dari status update yang mengungkapkan rasa perhatiannya akan keluarga. Berikut lebih lanjut Sigit menjelaskan pada penulis: “Kalau menurut saya, bisa dilihat dari foto-fotonya banyak yang menampilkan bersama keluarganya. Kan kliatan itu Mbak, dia menomorsatukan keluarganya. Ada juga teman saya yang dia kliatan banget pamer keluarganya, selalu dia menampilkan apa-apa tentang keluarganya. Bahkan dia punya blog sendiri untuk menulis tentang anak-anaknya. Foto profile-nya juga dia sama keluarganya juga. Kadang dari status juga tentang keluarganya, kayak misal ada yang pernah tulis teman saya itu nulis ‘Kantor bikin sumpek, pingin cepet pulang main sama anak-anak,’ atau semacam itu lah. Kan dari situ bisa dilihat kalau orang ini terkesan sayang sama keluarganya, anakanaknya” (6/01/2009). Sedangkan Sigit sendiri mengaku menampilkan dirinya sebagai seorang ayah di Facebook melalui foto-foto, status update, Note, bahkan video. “…lewat foto-foto dan video anak-anak saya, kemudian juga kadang juga saya tulis status
149
tentang anak saya. Anak saya lagi sakit saya tulis di status juga. Di Note juga saya pernah menuliskan tentang anak saya juga,” ungkapnya. (1) Status Update Fitur status update yang disediakan Facebook agar setiap saat bisa diperbarui oleh para penggunanya dengan menuliskan kegiatan yang dilakukan, atau menuliskan apapun yang diinginkan para penggunanya ini dimanfaatkan oleh Sigit untuk mengungkapkan suasana hatinya, termasuk menuliskan tentang anakanaknya. “…beberapa kali saya pernah nulis tentang anak saya waktu mereka sakit, saya curhat lewat status juga,” tandasnya. Gb. 3.38 Status-status Update Sigit Nugroho
150
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&ref=ts, update 21 Maret 2010
“…beberapa kali saya pernah nulis tentang anak saya waktu mereka sakit, saya curhat lewat status juga,” ujar Sigit saat ditanya seputar status update yang pernah ditulisnya. Memang dari tampilan di atas, beberapa status update yang ditulis oleh pria asal Kota Ende ini mengenai kedua putranya. Baik ketika ulang tahun anaknya hingga ketika salah satu putranya jatuh sakit. Sangat terkesan bagaimana Sigit mengungkapkan rasa perhatian seorang ayah terhadap kedua darah dagingnya. Dalam ber-Facebook, Sigit memiliki prinsip tersendiri. Dia selalu berusaha menjaga kata-kata yang ditulisnya dengan kata-kata yang baik, dan menghindari pemakaian kata-kata yang tidak pantas untuk dibaca bahkan tergolong kata-kata yang kasar. Termasuk dalam setiap kalimat yang dibuatnya pada status update. Hal ini dilakukannya untuk memberi contoh pada Adi dan Abiyyu agar selalu berkata-kata yang baik. Seperti yang diungkapkannya berikut ini: “Saya menjaga setiap kata-kata yang saya tulis. Jangan sampai lah saya menulis kata-kata yang kasar, dan tidak sopan. Karena saya nggak mau anak-anak saya bisa berkata kasar dan tidak pantas. Memang tidak akan dibaca anak saya Facebook saya, tapi kan naluri ayah, paling nggak, menjadi contoh bagi anak-anaknya. Salah satunya saya menjaga kata-kata saya, salah satunya dalam berFacebook. Pernah waktu itu saya kelepasan saya menulis kata-kata yang tidak enak…meski tidak kasar…tapi langsung saya hapus
151
sendiri, karena kok rasanya nggak enak saja kalau dibaca” (6/01/2009). (2) Note Fitur Note adalah sebuah fitur semacam mini blog yang disediakan Facebook bagi para penggunanya untuk menuliskan tentang suatu topik tertentu. Meski tidak banyak Note yang pernah ditulisnya, Note ini dimanfaatkan Sigit untuk menyalurkan keinginannya menulis mengenai putra-putranya. Gb. 3.39 Note yang ditulis Sigit di Facebook
Sumber:http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&ref=ts#!/notes.php?id=14218550 32, update 21 Maret 2010
152
“…sebagai ungkapan rasa sayang saya buat dia. Kalau nggak salah inget waktu dia ulang tahun,” ungkap Sigit tentang isi Note yang pernah ditulisnya. Bisa dilihat pada tampilan di atas, tertulis rangkaian kata-kata yang indah terangkai apik, sebagai perwujudan dan ungkapan kasih sayang seorang ayah yang begitu dalam kepada kedua putranya. “…saya memang sangat sayang sama anak-anak saya, dan kadang sampai saya ungkapkan seperti itu,” tandasnya. (3) Foto Dari foto-foto yang ditampilkan oleh ayah dari M. Abiyyu Faras dan M. Adi Firdaus ini semakin menunjukkan perwujudan kasih sayang seorang ayah pada anak-anaknya. Gb. 3.40 Foto-foto di Facebook Sigit
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&ref=ts#!/profile.php?id=1421855032&v= photos, update 21 Maret 2010
Tampilan di atas hanya beberapa contoh foto dari sekian banyak foto Adi dan Abiyyu yang termuat di Facebook. “…saya memang sangat sayang sekali sama anak-anak saya. Biar mereka bandelnya seperti apa, nggak bisa diam, tapi saya sangat sayang mereka,” ungkap Sigit. Sigit mengaku dari sekian banyak foto
153
yang diunggahnya, sebagian besar bukan foto dirinya melainkan foto-foto dua jagoan ciliknya, yang sekaligus menjadi foto-foto favoritnya. Bukan tanpa tujuan ayah yang satu ini meng-upload foto-foto tersebut di Facebook. Selain untuk menunjukkan rasa kebanggaannya akan anak-anaknya pada orang lain, Sigit pun berharap suatu saat nanti Adi dan Abiyyu mengerti bahwa Sigit sangat menyayangi mereka berdua. Berikut penuturan Sigit pada penulis saat wawancara: “…saya ingin suatu saat nanti anak ke depannya saya ingin anak-anak saya tahu saya sangat menyayangi mereka. Salah satunya dengan saya tunjukkan mereka menyimpan kenangan-kenangan bersama anak-anak saya di FB. Yang kedua ya saya pingin orang tahu kalau saya sayang anak-anak saya. Saya bangga punya anak-anak saya ini” (6/01/2009). (4) Video Tak hanya status update, Note, dan foto saja fitur yang dipakai Sigit untuk menunjukkan diri sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya. Namun video pun dimanfaatkannya untuk tampil sebagai sosok seorang ayah. Seperti pada tampilan berikut ini. Gb. 3.41 Video-video di Facebook Sigit
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137, update 21 Maret 2010
Dari semua video yang terpampang pada Facebook Sigit, keempatempatnya merupakan video-video yang mengabadikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dua putra kesayangannya. Pemanfaatan fitur video ini dan uraian di atas
154
semakin memperkuat personal branding yang secara tidak sengaja dibangun Sigit sebagai seorang ayah yang begitu menyayangi anak-anaknya.
b. Analisis Data (1) Analisis membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Pada tahap ini, Sigit menyatakan pilihannya untuk dikenal sebagai seorang ayah dari kedua putranya, daripada statusnya sebagai karyawan sebuah perusahaan swasta di Solo. Seperti penuturannya berikut ini: “Kalau saya nggak pingin dikenal sebagai pegawai swasta atau saya bekerja di mana. Saya nggak pakai Facebook untuk urusan yang berhubungan sama kerjaan. Saya malah lebih ingin dikenal sebagai pribadi saya saja. Gimana ya? Mungkin bisa dibilang lebih sebagai bapak. Ayah dari anak-anak saya saja. Karena yang saya punya ya cuma mereka” (6/01/2009). Sosoknya yang penyayang dan penuh perhatian akan kedua buah hatinya menjadi kelebihan Sigit untuk mendukung personal branding yang sedang dibangunnya sebagai seorang ayah yang begitu menyayangi anak-anaknya. Hal ini sangat jelas tercermin dari bagaimana Sigit mengungkapkan rasa sayangnya pada pernyataan-pernyataannya berikut ini: “…bukan memang sengaja menunjukkan pada orang, tapi saya memang sangat sayang sama anak-anak saya, dan kadang sampai saya ungkapkan seperti itu” (6/01/2009). “…bagi saya anak itu segala-galanya bagi saya. Karena saya merawat anak-anak saya sendiri, tanpa istri. Bisa disebut saya ini single parent. Istri saya jauh, di Sumatra. Sedangkan saya di sini. Anak-anak saja kalau bangun tidur nangis yang dicari bukan ibunya, tapi saya, bapaknya. Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009).
155
“…saya memang sangat sayang sekali sama anak-anak saya. Biar mereka bandelnya seperti apa, nggak bisa diam, tapi saya sangat sayang mereka” (6/01/2009). 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Sigit juga telah menentukan hal-hal yang bisa dilakukannya demi memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang ayah. Salah satu wujud rasa sayang seorang ayah, bisa tercermin dari cara Sigit memanfaatkan beberapa fitur Facebook. Seperti penuturan Sigit, berikut ini: “Ya…waktu itu saya nulis di Note sebagai ungkapan rasa sayang saya buat dia. Kalau nggak salah inget waktu dia ulang tahun” (6/01/2009). “Foto-foto anak saya. Bisa dilihat lebih banya foto-foto anak-anak saya daripada foto saya. Bahkan foto istri saya malah nggak ada. Sering ditanya teman-teman mana foto istri saya, saya cuma jawab ‘istri saya sudah punya FB sendiri' jadi nggak usah di-upload. Bahkan saya juga upload video tentang anak-anak saya” (6/01/2009). “Pernah pastinya, beberapa kali saya pernah nulis tentang anak saya waktu mereka sakit, saya curhat lewat status juga” (6/01/2009). Tentu saja rasa sayangnya terhadap kedua putranya tidak hanya diungkapkan melalui Facebook, namun salah satu bentuk perhatian Sigit adalah dengan meluangkan waktu khusus bagi Adi dan Abbiyu, meski di samping itu Sigit pun harus tetap bekerja keras. Seperti yang bisa terlihat dari pernyataan Sigit berikut ini: “Kalau saya kerja pagi sampai sore. Nah, saya sediakan waktu untuk bercanda bersama mereka, menidurkan mereka. Jangan sampai anakanak di rumah itu malah dekat sama pembantu. Karena anak kecil itu memory yang kuat dan saya ingin membuat kenangan indah bersama anak saya. Saya ingin anak-anak saya merasa diperhatikan oleh ayahnya. Kalau di rumah ya waktu saya hanya untuk anak-anak saya. Kadang kalau teman-teman saya ngajak saya nongkrong dulu pulang kantor. Tapi saya selalu nolak. Kalau mau ya nanti malam-malam setelah anak-anak saya tidur. Teman-teman saya sampai hafal saya
156
itu apa-apa anak saya dulu. Intinya, apapun yang saya lakukan untuk anak lah Mbak” (6/01/2009). “Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009). 3. Position Yourself (Memposisikan Diri). Setelah melakukan identifikasi diri dan menentukan tindakan yang bisa dilakukannya untuk mendukung personal branding yang dibangunnya, tanpa disadari Sigit telah membuat positioning bagi dirinya sebagai seorang ayah, di mata orang lain. Berikut pernyataan Sigit dan tampilan respon teman-teman Sigit yang mencerminkan bahwa mereka telah mengerti Sigit adalah seorang ayah yang sangat menyayangi kedua putranya: “Kadang kalau teman-teman saya ngajak saya nongkrong dulu pulang kantor. Tapi saya selalu nolak. Kalau mau ya nanti malam-malam setelah anak-anak saya tidur. Temanteman saya sampai hafal saya itu apa-apa anak saya dulu. Intinya, apapun yang saya lakukan untuk anak lah Mbak” (6/01/2009). Gb. 3.42 published photos di Facebook Sigit dan komentarkomentar dari teman-teman
157
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&ref=ts, update 21 Maret 2010
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Bila melihat penjabaran data sebelumnya yang menunjukkan cara Sigit menggunakan fitur-fitur di Facebook, membuktikan bahwa Sigit telah melakukan promosi personal branding sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi anakanaknya. Sedangkan, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa memasarkan diri adalah bagian dari metode mengelola personal branding. Hal ini menjelaskan bahwa Sigit telah melakukan tahap pengelolaan brand.
158
(2) Analisis menggunakan metode membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Sigit Nugroho telah merumuskan ambisinya sebagai seorang ayah. Ambisi ini tersirat dari penuturannya yang lebih ingin dikenal sebagai sosok seorang ayah daripada dikenal sebagai pegawai di salah satu perusahaan swasta: “Kalau saya nggak pingin dikenal sebagai pegawai swasta atau saya bekerja di mana. Saya nggak pakai Facebook untuk urusan yang berhubungan sama kerjaan. Saya malah lebih ingin dikenal sebagai pribadi saya saja. Gimana ya? Mungkin bisa dibilang lebih sebagai bapak. Ayah dari anak-anak saya saja. Karena yang saya punya ya cuma mereka” (6/01/2009). Selalu menjaga kata-kata yang diungkapkan serta menjaga kedekatan dengan buah hatinya, adalah nilai yang dipegang oleh Sigit sebagai seorang ayah. Seperti yang tercermin dari petikan pernyataan-pernyataannya berikut ini: “Saya menjaga setiap kata-kata yang saya tulis. Jangan sampai lah saya menulis kata-kata yang kasar, dan tidak sopan. Karena saya nggak mau anak-anak saya bisa berkata kasar dan tidak pantas” (6/01/2009). “Kalau saya kerja pagi sampai sore. Nah, saya sediakan waktu untuk bercanda bersama mereka, menidurkan mereka. Jangan sampai anakanak di rumah itu malah dekat sama pembantu. Karena anak kecil itu memory yang kuat dan saya ingin membuat kenangan indah bersama anak saya. Saya ingin anak-anak saya merasa diperhatikan oleh ayahnya. Kalau di rumah ya waktu saya hanya untuk anak-anak saya” (6/01/2009). Kelebihan Sigit untuk mendukung personal branding yang sedang dibangunnya sebagai seorang ayah yang begitu menyayangi anak-anaknya, adalah sosoknya yang penyayang dan penuh perhatian. Hal ini sangat jelas tercermin dari bagaimana Sigit mengungkapkan kasih sayangnya, terhadap Adi dan Abbiyu, dalam pernyataan-pernyataannya berikut ini:
159
“…bukan memang sengaja menunjukkan pada orang, tapi saya memang sangat sayang sama anak-anak saya, dan kadang sampai saya ungkapkan seperti itu” (6/01/2009). “…bagi saya anak itu segala-galanya bagi saya. Karena saya merawat anak-anak saya sendiri, tanpa istri. Bisa disebut saya ini single parent. Istri saya jauh, di Sumatra. Sedangkan saya di sini. Anak-anak saja kalau bangun tidur nangis yang dicari bukan ibunya, tapi saya, bapaknya. Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009). “…saya memang sangat sayang sekali sama anak-anak saya. Biar mereka bandelnya seperti apa, nggak bisa diam, tapi saya sangat sayang mereka” (6/01/2009). 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Jika melihat tahap sebelumnya di atas, tahap perumusan personal ambition, di mana tahap tersebut merupakan dasar dari tahap perumusan personal brand ini. Untuk semakin memperkuat personal branding yang sedang dibangunnya, Sigit menjadikan kelebihan pada dirinya serta nilai-nilai yang dipegangnya sebagai modal utama demi mendukung personal branding yang dirumuskannya. Personal branding yang dibangunnya adalah sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi kedua buah hatinya. Tidak mudah tentunya, sendiri dalam mengasuh, membesarkan dan mendidik anak-anak, namun Sigit senantiasa bekerja keras untuk memberikan kebahagiaan dalam hal materi sekaligus meluangkan waktu bagi putra-putranya, menjadi ciri tesendiri bagi Sigit Nugroho. Hal ini tersirat dari petikan pernyataan Sigit, berikut ini: “Karena saya merawat anak-anak saya sendiri, tanpa istri. Bisa disebut saya ini single parent. Istri saya jauh, di Sumatra. Sedangkan saya di sini. Anak-anak saja kalau bangun tidur nangis yang dicari bukan ibunya, tapi saya, bapaknya” (6/01/2009).
160
“Kalau saya kerja pagi sampai sore. Nah, saya sediakan waktu untuk bercanda bersama mereka, menidurkan mereka. Jangan sampai anakanak di rumah itu malah dekat sama pembantu. Karena anak kecil itu memory yang kuat dan saya ingin membuat kenangan indah bersama anak saya. Saya ingin anak-anak saya merasa diperhatikan oleh ayahnya. Kalau di rumah ya waktu saya hanya untuk anak-anak saya” (6/01/2009). “Mereka itu semangat hidup saya. Mereka bikin saya semangat kerja keras. Apapun yang saya lakukan juga semua untuk mereka, demi mereka” (6/01/2009). 3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap Sigit, penulis bisa menilai bahwa Sigit telah merumuskan personal balanced scorecard (PBSC). Tindakan yang dilakukannya untuk menunjang personal branding-nya, dilatarbelakangi oleh ikatan emosional yang kuat antara Sigit dengan kedua putranya. Berikut pernyataan-pernyataan Sigit yang mencerminkan tindakan Sigit untuk menujukkan kasih sayangnya sebagai seorang ayah: “Saya upload foto-foto anak-anak saya. Yang pertama saya ingin suatu saat nanti anak ke depannya saya ingin anak-anak saya tahu saya sangat menyayangi mereka. Salah satunya dengan saya tunjukkan mereka menyimpan kenangan-kenangan bersama anakanak saya di FB. Yang kedua ya saya pingin orang tahu kalau saya sayang anak-anak saya. Saya bangga punya anak-anak saya ini” (6/01/2009). “…lewat foto-foto dan video anak-anak saya, kemudian juga kadang juga saya tulis status tentang anak saya. Anak saya lagi sakit saya tulis di status juga. Di Note juga saya pernah menuliskan tentang anak saya juga” (6/01/2009). “…beberapa kali saya pernah nulis tentang anak saya waktu mereka sakit, saya curhat lewat status juga” (6/01/2009). “…waktu itu saya nulis di Note sebagai ungkapan rasa sayang saya buat dia. Kalau nggak salah inget waktu dia ulang tahun” (6/01/2009).
161
Sebagai seorang ayah yang merasa perlu untuk mendidik putra-putranya, Sigit selalu memberikan contoh teladan, termasuk dalam menuliskan kata demi kata di Facebook, seperti penuturan Sigit berikut ini: “Saya menjaga setiap kata-kata yang saya tulis. Jangan sampai lah saya menulis kata-kata yang kasar, dan tidak sopan. Karena saya nggak mau anak-anak saya bisa berkata kasar dan tidak pantas. Memang tidak akan dibaca anak saya Facebook saya, tapi kan naluri ayah, paling nggak, menjadi contoh bagi anak-anaknya. Salah satunya saya menjaga kata-kata saya, salah satunya dalam berFacebook. Pernah waktu itu saya kelepasan saya menulis kata-kata yang tidak enak…meski tidak kasar…tapi langsung saya hapus sendiri, karena kok rasanya nggak enak saja kalau dibaca” (6/01/2009). 4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Seperti yang telah diulas sebelumnya bahwa dengan melakukan promosi diri melalui media dalam hal ini adalah Facebook, maka Sigit telah melakukan tahap pengimplementasian personal branding sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi kedua putranya. Karena pemasaran adalah salah satu bentuk dari tahap
mengimplementasikan
personal
branding.
Pengimplementasian
ini
ditunjang dengan penyajian data yang sebelumnya telah diulas pada bagian penyajian data.
7. Mas Liezt – Pegawai Negeri Sipil a. Penyajian Data Ramah dan halus adalah kesan pertama saat penulis berbicara dengan sosok pria yang akrab dipanggil Mas Liezt ini. Bapak yang bekerja untuk Departemen Pariwisata Kota Solo ini juga terimbas oleh maraknya situs jejaring
162
sosial Facebook sejak April 2009. “Mengikuti zaman aja…biar nggak ketinggalan,” terangnya ketika ditanya alasan membuat Account di Facebook. Mas Liezt, mengaku bahwa ternyata Facebook memiliki banyak fungsi, seperti membuatnya bisa bernostalgia kembali bersama teman-teman lama dan menambah informasi. “…ternyata setelah saya punya, manfaatnya banyak sekali…bisa bertemu teman-teman lama, nambah informasi,” ungkapnya. Menjadi bagian dari Departemen Pariwisata Kota Solo, membuat Mas Liezt pun ingin tampil sebagai sosok yang mencintai seni dan budaya, terutama budaya Kota Solo sendiri di Facebook. Begitu juga harapannya pada rekan-rekan kerjanya yang juga mengabdi pada departemen pariwisata untuk ikut mencintai seni dan budaya Kota Solo dengan menggunakan cara yang mudah dan murah, mempromosikan Kota Solo lewat Facebook. “…menurut saya sebaiknya otomatis begitu. Meskipun tidak secara langsung, sebaiknya ada upaya untuk turut ya, katakanlah mempromosikan Kota Solo, karena kan Facebook kan cara yang paling murah dan mudah untuk promosi. Dalam hal ini promo Kota Solo,” ungkapnya. Membangun personal branding sebagai seorang pecinta sekaligus penikmat hasil seni dan budaya yang ditunjukkannya secara online dengan memanfaatkan beberapa fitur yang disediakan Facebook menyimpan harapan agar teman-teman di Facebook juga turut mencintai seni dan budaya bangsa. “Ada harapan apa yang ada pada diri saya sukur bisa jadi panutan atau contoh. Seperti saya ini yang cinta seni dan budaya ini khususnya budaya Jawa, Solo pingin juga
163
secara tidak langsung teman-teman ikut juga cinta seni dan budaya sendiri,” jelasnya. Menurutnya, seseorang yang membangun personal branding sebagai seorang pecinta seni dan budaya, bisa terlihat dari foto-foto yang ditampilkannya memakai pakaian adat, dari Group yang diikutinya biasanya adalah grup tentang budaya, dari data dirinya maupun status-statusnya. Seperti penuturannya berikut ini: “…dilihat dari foto Profile-nya, biasanya dia foto berkostum baju tradisional atau adat, atau bisa dari background fotonya dia yang mungkin pas dia sedang di suatu tempat kayak di candi atau tempattempat lain yang berbau seni budaya gitu. Terus dari foto-fotonya yang lain yang sebagian besar, juga setipe, terus dari Profile Information-nya kan ada yang Interest-nya juga ditulis ‘seni, arts, atau culture’ begitu, kemudian dari komunitas yang dia ikuti di FB banyak yang komunitas bidang budaya seni, juga statusnya yang sering ditulis dia lagi di suatu tempat, contohnya ya…ada yang nulis ‘Lagi nonton Kethoprak’lah, ya yang seperti itu” (18/01/2010). (1) Profile Information Fitur di Facebook yang bisa menampilkan data diri pemilik Account ini dimanfaatkan Mas Liezt untuk mencantumkan beberapa hal mengenai dirinya.
164
Gb. 3.43 Profile Information Mas Liezt
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/Mas.liezt?v=info& ref=ts, Update 23 Maret 2010
165
Bisa dilihat pada tampilan Profile Information Mas Liezt di atas, dia mengisi dengan cukup lengkap. Mas Liezt menunjukkan ketertarikannya akan seni budaya pada Interest dan Favorite Book. Sedangkan pekerjaannya sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS) tidak tercantum pada Work Information, namun bisa terlihat dari aktivitasnya pada Personal information, tertulis Government Official. Pada grup yang diikutinya, ada beberapa grup yang berhubungan dengan seni dan budaya yang tercantum, seperti Kinarya Soerya Soemirat, Joglo Percussion, Pariwisata Indonesia, Ludrukan Wong Bondowoso, dan lain sebagainya. “Jadi biar teman-teman yang di FB juga bisa akrab dengan saya juga,” ungkap Mas Liezt saat penulis bertanya seputar alasan penggunaan nama “Mas Liezt” di Facebook Pria berkumis ini pun mengaku sengaja menulis namanya dengan “Mas Liezt” dengan rangkaian huruf “L-I-E-Z-T” untuk membedakan diri dengan orang lain yang memiliki nama “Lis”. “…biar untuk membedakan dengan Lies-lies yang lain. Kalau Lies atau Lis L-I-S kan udah banyak. Jadi kalau “Lis”nya “L-I-E-Z-T” teman-teman sudah hafal “oh…itu Liezt saya.” Sebagai pembeda aja,” terangnya. (2) Status Update Dalam penulisan status update, pria yang sempat mengenyam pendidikan di Universitas Sebelas Maret ini, mengaku terbiasa menggunakan Bahasa Indonesia sehari-hari, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris dalam menuliskan status update-nya.
166
Gb. 3.44 Status-status update Mas Liezt
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/Mas.liezt?v=Wall &ref=ts, Update 23 Maret 2010
Demi menunjang dirinya dalam membangun personal branding sebagai pecinta seni dan budaya, tidak hanya sekadar ungkapan suasana hati yang menjadi topik pilihan Mas Liezt dalam menuliskan status update. Namun juga kegiatan yang berhubungan dengan budaya. Seperti yang dikatakannya berikut ini: “Biasanya sebagian besar suasana hati aja tapi juga kalau ada kegiatan kantor yang ada hubungannya sama budaya juga kadang saya tulis juga. Contohnya yang saya bilang tadi waktu Tahun Baru Suro, saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’. Jadi biar temanteman saya yang orang luar biar tahu kalau Jawa itu punya tahun baru sendiri” (23/12/2009). Seperti halnya yang bisa dilihat di atas sebagai contoh bagaimana Mas Liezt ini mengucapkan “Selamat Tahun Baru Jawa” dalam Bahasa Inggris.
167
Kemudian dia justru menggunakan Bahasa Jawa untuk mengucapkan tahun baru lengkap dengan foto diri yang mengenakan beskap, yang bisa mencerminkan dia adalah orang Jawa. Pria yang selalu meng-confirm permintaan teman ini, selalu berusaha menjaga image baiknya di Facebook. Untuk menjaga image baik tersebut, Mas Liezt mengaku selalu berusaha menciptakan komunikasi yang baik, dengan menjaga kata-kata yang ditulisnya. Berikut pengakuan Mas Liezt: “Ya, misalnya kalau nulis status, atau komentar menggunakan katakata yang baik, sopan tidak kasar lah di FB. Kan kadang ada orang yang mengumpat ko di FB. Nggak enak sekali dibaca. Kemudian juga apa yang kita tuliskan diusahakan jangan sampai terkesan sombong atau tinggi hati” (18/01/2010). (3) Foto Mas Liezt mengaku bahwa untuk menunjukkan personal branding sebagai seorang yang mencintai seni dan budaya, fitur foto dalam Facebook adalah fitur yang paling sering digunakan oleh pria yang mengaku suka mengganti foto Profile-nya ini. Seperti yang diterangkannya berikut ini: “Kalau saya paling banyak dari foto Profile saya, saya kan sering gonta-ganti foto Profile. Sebagian besar foto Profile yang saya pasang biasanya pas saya pakai beskap, kadang pakai adat Bali, Madura, kebetulan ada juga. Dari situ kan orang bisa menilai wah…Bapak yang satu ini pecinta budaya, sampai saya di FB namanya Komunitas Ikatan Remaja Adi Sumarmo, saya kan dulu ceritanya waktu masih muda, remaja gitu, saya kan pernah tinggal di kompleks AURI, kita punya kelompok itu dan banyak dari temanteman dari komunitas itu yang sekarang foto Profile-nya yang dipasang itu pas mereka lagi pakai beskap semua. Ya karena pengaruh saya, ikut-ikutan saya. Terus juga dari album foto yang saya upload juga bisa dilihat. Misalnya foto kemarin waktu Malam 1 Suro, saya ikut kirab di Mangkunegaran, saya foto juga terus saya upload, saya publish di Wall, saya kasih keterangan di bawahnya kalau itu Malam 1 Suro, Malam Tahun Baru Jawa di Mangkunegaran. Waktu itu juga saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’” (18/01/2010).
168
Hal ini bisa terlihat dari banyaknya foto yang di-upload. Jenis-jenis foto yang diunggahnya pun selain foto-foto pribadi, foto-foto bertema seni dan budaya juga menjadi koleksi foto-foto yang ditampilkan di Facebook. Seperti yang bisa dilihat pada tampilan di bawah ini. Gb. 3.45 Foto-foto di Facebook Mas Liezt
Sumber : http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/Mas.liezt?v=photo s&sb=0, update 23 Maret 2010
Foto pertunjukan wayang orang, foto salah satu alat musik karawitan, foto Mas Liezt ketika memakai beskap, batik dan memakai ikat kepala khas Bali adalah beberapa contoh yang bisa menunjukkan bagaimana ketertarikannya akan seni dan budaya. Mas Liezt pun memberikan sedikit kalimat untuk menerangkan foto-foto tersebut, agar orang-orang yang melihat foto-foto tersebut mengerti makna dari foto-foto tersebut. “…pastinya, kan percuma kalau ngga dikasih keterangan tentang fotonya,” terangnya.
169
Gb. 3.46 Published photos di Facebook Mas Liezt
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/Mas.liezt?v=Wall &ref=ts, Update 23 Maret 2010
“Saya kalau boleh jujur saya paling suka foto-foto saya yang pakai baju Jawa, pakai beskap. Karena kalau pakai baju itu terkesan berwibawa, sabar, njaweni,” ujarnya ketika menceritakan perihal foto favoritnya, yang sekaligus menjadi suatu kebanggaan baginya ketika tampil memakai pakaian adat Jawa. “Saya kan orang Jawa, jadi yang saya bangga jadi orang Jawa pakai baju adat Jawa,” jelasnya. Dari uraian-uraian di atas, tampak sangat jelas bahwa Mas Liezt tanpa disadarinya sedang membangun personal branding-nya sebagai seorang pegawai negeri sipil yang mencintai hasil karya seni dan budaya. Hal ini bisa dilihat dari cara Mas Liezt memanfaatkan fitur-fitur Facebook yang ada, seperti Profile Information, status update, dan juga fitur foto.
170
b. Analisis Data (1) Penyajian data di atas dapat dianalisis dengan menggunakan metode membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Seperti responden lainnya, pada tahap ini Mas Liezt yang bekerja untuk Departemen Pariwisata Surakarta telah menentukan diri sebagai seorang “Pecinta Seni dan Budaya”. “…saya itu pingin-nya orang tahu saya ini pegawai departemen pariwisata yang juga mencintai seni dan budaya Kota Solo ini,” ungkapnya. Sosoknya yang ramah, terbuka, sopan, serta berdedikasi tinggi menjadi kelebihan Mas Liezt untuk menunjang personal brand yang dibangun. Keramahan dan keterbukaan Mas Liezt bisa tercermin dari caranya menjalin hubungan sosial atau berteman. Dia suka berteman dengan siapa saja, tanpa memandang latar belakang seseorang. Pada teman-temannya inilah, Mas Liezt pun bisa mempromosikan seni dan budaya Kota Solo. Berikut pernyataan Mas Liezt: “Saya pikir kalau mereka add saya mungkin ada dari diri saya yang menarik bagi mereka, entah apa itu, mereka punya niat baik, maka mereka add saya. Kasian juga kalau di-ignore. Makanya saya confirm semuanya aja” (18/01/2010). “…saya nawarin ngajak temen di FB, dia seorang guru, saya bilang ke dia, ‘mbok kalau study tour jangan cuma ke Jogja aja, mampir Solo juga’ gitu. Saya kirimi dia brosur, videonya juga biar dia pelajari, siapa tahu tertarik” (18/01/2010). Dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaannya sebagai salah satu pegawai departemen pariwisata serta sebagai pecinta seni dan budaya juga merupakan kelebihan dari Mas Liezt. Hal ini bisa tersirat dari penuturannya berikut ini:
171
“…kalau bisa sedikit banyak seperti apa yang saya lakukan, ya…yang saya bilang tadi…ikutlah promosi seni budaya dan pariwisata Kota Solo. Karena temen-temen dari pariwisata kan harusnya mampu memberikan informasi yang lebih akurat atau detail tentang Solo” (18/01/2010). “…saya ini yang cinta seni dan budaya ini khususnya budaya Jawa, Solo pingin juga secara tidak langsung teman-teman ikut juga cinta seni dan budaya sendiri. Tapi ya kalau tidak diikuti ya monggo…nggak apa-apa. Tapi itu kan hanya keinginan saya. Pinginnya begitu” (18/01/2010). “…saya ini hanya pengamat seni, penikmat hasil seni dan budaya. Jadi, PNS yang mencintai seni dan budaya mungkin bisa dibilang begitu. Ya…apalagi saya kerja di pariwisata, jadi secara otomatis ada rasa dalam diri saya, naluri bahwa saya paling tidak seharusnya peduli terhadap seni dan budaya terutama Solo” (18/01/2010). 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Untuk memperkuat personal branding yang dibangun, tentu saja tidak berhenti pada tahap di atas. Sama seperti dengan responden yang lain, Mas Liezt pun telah menentukan hal-hal yang bisa dilakukan demi membangun personal brand sebagai seorang pecinta seni dan budaya. Mempromosikan seni dan budaya Solo kepada orang lain, gemar memakai pakaian-pakaian adat, serta peduli akan acara-acara budaya merupakan bentuk-bentuk ungkapan rasa cintanya akan hasilhasil seni dan budaya. Berikut penuturan Mas Liezt: “Sebagian besar foto Profile yang saya pasang biasanya pas saya pakai beskap, kadang pakai adat Bali, Madura, kebetulan ada juga” (18/01/2010). “Terus juga dari album foto yang saya upload juga bisa dilihat. Misalnya foto kemarin waktu Malam 1 Suro, saya ikut kirab di Mangkunegaran, saya foto juga terus saya upload, saya publish di Wall, saya kasih keterangan di bawahnya kalau itu Malam 1 Suro, Malam Tahun Baru Jawa di Mangkunegaran. Waktu itu juga saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’” (18/01/2010). “Meskipun tidak secara langsung, sebaiknya ada upaya untuk turut ya, katakanlah mempromosikan Kota Solo, karena kan Facebook kan
172
cara yang paling murah dan mudah untuk promosi. Dalam hal ini promo Kota Solo. Kalau saya, saya sering kirim atau upload brosurbrosur tentang Kota Solo. Bagian per bagian, sedikit sedikit. Entah tentang Keraton Kasunanan atau Mangkunegaran, atau juga obyek lain yang menarik di Solo. Terus kadang juga pernah saya nawarin ngajak temen di FB, dia seorang guru, saya bilang ke dia, ‘mbok kalau study tour jangan cuma ke Jogja aja, mampir Solo juga’ gitu. Saya kirimi dia brosur, videonya juga biar dia pelajari, siapa tahu tertarik. Ya begitu kalau kebetulan ada celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk promo Solo, ya kenapa tidak saya manfaatkan” (18/01/2010). “Biasanya sebagian besar suasana hati aja tapi juga kalau ada kegiatan kantor yang ada hubungannya sama budaya juga kadang saya tulis juga. Contohnya yang saya bilang tadi waktu Tahun Baru Suro, saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’. Jadi biar temanteman saya yang orang luar biar tahu kalau Jawa itu punya tahun baru sendiri” (18/01/2010). “Lalu pas tahun baru kemarin saya kirim Wall ucapan itu, foto saya pakai beskap Jawa gitu saya tulis ‘Ngaturaken Happy New Year’ nah…kadang saya kombinasi begitu juga” (18/01/2010). “…kalau boleh jujur saya paling suka foto-foto saya yang pakai baju Jawa, pakai beskap. Karena kalau pakai baju itu terkesan berwibawa, sabar, njaweni” (18/01/2010). Kebudayaan Jawa yang sarat akan tata krama dan sopan santun telah melekat pada identitas Kota Solo. Begitu juga dengan Mas Liezt, yang selalu mengutamakan
kesopanan,
semakin
mendukung
personal
brand
yang
dibangunnya sebagai seorang pecinta seni dan budaya. Hal ini tersirat dari beberapa pernyataannya berikut: “…kalau nulis status, atau komentar menggunakan kata-kata yang baik, sopan tidak kasar lah di FB. Kan kadang ada orang yang mengumpat ko di FB. Nggak enak sekali dibaca” (18/01/2010). “…kalau itu teman yang sudah dekat atau akrab saya biasanya pakai Bahasa Jawa kalau dia orang Jawa atau Indonesia santai saja. Tapi kalau belum begitu akrab…saya pakai Bahasa Indonesia yang sopan saja” (18/01/2010) 3. Position Yourself (Memposisikan Diri).
173
Personal brand yang dibangun Mas Liezt sebagai seorang pegawai departemen pariwisata yang mencintai hasil seni dan budaya, ternyata telah dapat ditangkap orang lain. Tanpa sengaja, Mas Liezt telah menciptakan positioning dirinya di mata orang lain. Respon terhadap foto-foto yang ditampilkan Mas Liezt melalui Facebook-nya berikut ini menyiratkan bahwa orang telah menempatkan Mas Liezt sebagai pegawai departemen pariwisata yang mencintai hasil seni dan budaya, di mana mempromosikan pariwisata Kota Solo merupakan bagian dari tanggung jawabnya sebagai pegawai departemen pariwisata: Gb. 3.47 Komentar –komentar foto Mas Liezt
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=10 03318934, update 23 maret 2010
174
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Menampilkan sekaligus mempromosikan diri sedemikian rupa di Facebook, seperti yang telah diulas pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Mas Liezt telah sampai pada tahap pengelolaan brand. Karena pemasaran diri merupakan elemen penting dalam mengelola personal brand yang sedang dibangunnya sebagai seorang pegawai departemen pariwisata yang mencintai seni dan budaya Kota Solo.
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Dalam tahap ini Mas Liezt telah menetapkan ambisinya sebagai seorang pegawai negeri sipil (PNS). Ambisi ini tersirat dari pernyataannya yang ingin lebih dikenal sebagai seorang pegawai negeri yang bekerja untuk departemen pariwisata. “…saya itu pingin-nya orang tahu saya ini pegawai departemen pariwisata,” ungkapnya. Sebagai salah satu abdi masyarakat, Mas Liezt selalu menjaga perkataan maupun sikapnya. Sehingga kesopanan adalah sebuah nilai menjadi pedomannya. Hal ini tersirat dari pernyataanya berikut: “…kalau nulis status, atau komentar menggunakan kata-kata yang baik, sopan tidak kasar lah di FB. Kan kadang ada orang yang mengumpat ko di FB. Nggak enak sekali dibaca” (18/01/2010). “…kalau itu teman yang sudah dekat atau akrab saya biasanya pakai Bahasa Jawa kalau dia orang Jawa atau Indonesia santai saja. Tapi kalau belum begitu akrab…saya pakai Bahasa Indonesia yang sopan saja” (18/01/2010). Keramahan dan keterbukaan Mas Liezt menjadi kelebihan dirinya. Hal ini bisa tercermin dari bagaimana Mas Liezt bersosialisasi atau berteman. Mas Liezt
175
tidak pernah ragu untuk menjalin pertemanan dengan siapapun dari berbagai kalangan. Seperti yang tersirat dari penuturannya berikut ini: “Saya pikir kalau mereka add saya mungkin ada dari diri saya yang menarik bagi mereka, entah apa itu, mereka punya niat baik, maka mereka add saya. Kasian juga kalau di-ignore. Makanya saya confirm semuanya aja” (18/01/2010). Dedikasi diri yang tinggi terhadap departemen pariwisata yang menaunginya, merupakan kelebihan lain dari Mas liezt untuk menunjang personal branding sebagai pegawai departemen pariwisata. Seperti yang tercermin dari pernyataannya berikut ini: “…kalau bisa sedikit banyak seperti apa yang saya lakukan, ya…yang saya bilang tadi…ikutlah promosi seni budaya dan pariwisata Kota Solo. Karena temen-temen dari pariwisata kan harusnya mampu memberikan informasi yang lebih akurat atau detail tentang Solo” (18/01/2010). “…saya kerja di pariwisata, jadi secara otomatis ada rasa dalam diri saya, naluri bahwa saya paling tidak seharusnya peduli terhadap seni dan budaya terutama Solo” (18/01/2010). 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Tidak hanya sekadar ingin dikenal sebagai seorang pegawai departemen pariwisata, Mas Liezt lebih spesifik mengutarakan rumusan personal brandingnya, sebagai pegawai departemen pariwisata yang mencintai warisan seni dan budaya. “…saya ini pegawai departemen pariwisata yang juga mencintai seni dan budaya Kota Solo ini,” ungkapnya. Rasa memiliki dan kekagumannya akan hasil karya anak bangsa, membuat Mas Liezt ingin menularkannya kepada orang lain dan menyimpan harapan agar mereka ikut mencintai warisan budaya negeri. Reaksi emosional antara Mas Liezt dengan hasil kesenian dan kebudayaan sekaligus menjadi ciri khas dari Mas Liezt. Berikut penuturannya:
176
“…saya ini yang cinta seni dan budaya ini khususnya budaya Jawa, Solo pingin juga secara tidak langsung teman-teman ikut juga cinta seni dan budaya sendiri. Tapi ya kalau tidak diikuti ya monggo…nggak apa-apa. Tapi itu kan hanya keinginan saya. Pinginnya begitu” (18/01/2010). “…saya ini hanya pengamat seni, penikmat hasil seni dan budaya. Jadi, PNS yang mencintai seni dan budaya mungkin bisa dibilang begitu. Ya…apalagi saya kerja di pariwisata, jadi secara otomatis ada rasa dalam diri saya, naluri bahwa saya paling tidak seharusnya peduli terhadap seni dan budaya terutama Solo” (18/01/2010). 3. Merumuskan Personal Balanced Score Card (PBSC) Pada tahap ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Mas Liezt, penulis bisa menilai bahwa Mas Liezt telah merumuskan personal
balanced
scorecard
(PBSC).
Mas
Liezt
tidak
hanya
bisa
mengekspresikan rasa cintanya akan seni dan budaya, namun juga bisa secara tidak langsung mengajak orang lain untuk ikut menghargai karya seni dan budaya serta mempromosikannya. Mas Liezt yang ramah dan terbuka, memiliki banyak teman merupakan kelebihan Mas Liezt yang telah disebutkan sebelumnya. Teman-temannya inilah
yang menjadi sasaran bagi Mas
Liezt untuk
mempromosikan hasil seni dan budaya Kota Solo. “…saya nawarin ngajak temen di FB, dia seorang guru, saya bilang ke dia, ‘mbok kalau study tour jangan cuma ke Jogja aja, mampir Solo juga’ gitu. Saya kirimi dia brosur, videonya juga biar dia pelajari, siapa tahu tertarik” (18/01/2010). Kebudayaan Jawa atau sering disebut Kejawen yang sarat akan tata krama dan sopan santun ini telah erat terikat pada identitas Kota Solo. Begitu juga dengan Mas Liezt, yang selalu mengutamakan kesopanan, semakin mendukung personal brand yang dibangunnya sebagai seorang pecinta seni dan budaya. Hal ini tersirat dari beberapa pernyataanya berikut:
177
“…kalau nulis status, atau komentar menggunakan kata-kata yang baik, sopan tidak kasar lah di FB. Kan kadang ada orang yang mengumpat ko di FB. Nggak enak sekali dibaca” (18/01/2010). “…kalau itu teman yang sudah dekat atau akrab saya biasanya pakai Bahasa Jawa kalau dia orang Jawa atau Indonesia santai saja. Tapi kalau belum begitu akrab…saya pakai Bahasa Indonesia yang sopan saja” (18/01/2010). Mas Liezt telah menciptakan sebuah simbol brand bagi dirinya. Dia telah dikenal akrab dengan sebutan Mas Liezt, di kalangan teman-temannya. Bahkan dia sengaja menggunakan nama tersebut untuk lebih mengakrabkan diri dengan orang-orang baru. Penulisan nama “Mas Liezt” mempunyai ciri khas tersendiri untuk membedakan diri dengan Lis-lis yang lain. Berikut penuturannya: “…itu nama panggilan akrab saya. Kalau yang udah kenal seringnya manggil saya ‘Mas Liezt’, kalau belum pasti manggilnya ‘Pak Liezt’. Jadi biar teman-teman yang di FB juga bisa akrab dengan saya juga” (18/01/2010). “…itu biar untuk membedakan dengan Lies-lies yang lain. Kalau Lies atau Lis L-I-S kan udah banyak. Jadi kalau ‘Lis’nya ‘L-I-E-Z-T’ teman-teman sudah hafal ‘oh…itu Liezt saya.’ Sebagai pembeda aja” (18/01/2010). Untuk semakin memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang pegawai departemen pariwisata yang mencintai seni dan budaya, Mas Liezt peduli terhadap acara-acara budaya, serta gemar memakai pakaian-pakaian adat. Hal tersebut merupakan wujud rasa cintanya terhadap warisan seni dan budaya. Berikut penuturan Mas Liezt: “Sebagian besar foto Profile yang saya pasang biasanya pas saya pakai beskap, kadang pakai adat Bali, Madura, kebetulan ada juga” (18/01/2010). “Terus juga dari album foto yang saya upload juga bisa dilihat. Misalnya foto kemarin waktu Malam 1 Suro, saya ikut kirab di Mangkunegaran, saya foto juga terus saya upload, saya publish di Wall, saya kasih keterangan di bawahnya kalau itu Malam 1 Suro,
178
Malam Tahun Baru Jawa di Mangkunegaran. Waktu itu juga saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’” (18/01/2010). “Meskipun tidak secara langsung, sebaiknya ada upaya untuk turut ya, katakanlah mempromosikan Kota Solo, karena kan Facebook kan cara yang paling murah dan mudah untuk promosi. Dalam hal ini promo Kota Solo. Kalau saya, saya sering kirim atau upload brosurbrosur tentang Kota Solo. Bagian per bagian, sedikit sedikit. Entah tentang Keraton Kasunanan atau Mangkunegaran, atau juga obyek lain yang menarik di Solo. Terus kadang juga pernah saya nawarin ngajak temen di FB, dia seorang guru, saya bilang ke dia, ‘mbok kalau study tour jangan cuma ke Jogja aja, mampir Solo juga’ gitu. Saya kirimi dia brosur, videonya juga biar dia pelajari, siapa tahu tertarik. Ya begitu kalau kebetulan ada celah-celah yang bisa dimanfaatkan untuk promo Solo, ya kenapa tidak saya manfaatkan” (18/01/2010). “Biasanya sebagian besar suasana hati aja tapi juga kalau ada kegiatan kantor yang ada hubungannya sama budaya juga kadang saya tulis juga. Contohnya yang saya bilang tadi waktu Tahun Baru Suro, saya tulis status ‘Happy Javanese New Year’. Jadi biar temanteman saya yang orang luar biar tahu kalau Jawa itu punya tahun baru sendiri” (18/01/2010). “Lalu pas tahun baru kemarin saya kirim Wall ucapan itu, foto saya pakai beskap Jawa gitu saya tulis ‘Ngaturaken Happy New Year’ nah…kadang saya kombinasi begitu juga” (18/01/2010). “…kalau boleh jujur saya paling suka foto-foto saya yang pakai baju Jawa, pakai beskap. Karena kalau pakai baju itu terkesan berwibawa, sabar, njaweni” (18/01/2010). 4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan Personal Balanced Score Card (PBSC) Melihat cara yang dilakukan Mas Liezt dalam menggunakan fitur-fitur Facebook untuk memasarkan personal brand yang dibangunnya sebagai seorang pegawai departemen pariwisata yang mencintai seni dan budaya pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Mas Liezt telah sampai pada tahap ini. Karena promosi adalah salah satu bagian penting dalam membangun personal branding.
179
8. Eko Kepik – Dokter Spesialis Kulit Kelamin a. Penyajian Data Sosok dokter yang biasanya selalu serius tidak tampak pada dokter Eko. Dokter spesialis kulit kelamin ini justru terlihat santai dan banyak bercanda ketika penulis mewawancarainya. Tak mau dibilang ‘ketinggalan zaman’, dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit pemerintah ini pun ikut meramaikan maraknya dunia Facebook. Di dunia Facebook, dokter yang rendah hati ini mengaku lebih ingin dikenal sebagai pribadinya daripada profesinya sebagai seorang dokter. “Saya tidak pingin dikenal sebagai dokter di FB. Saya hanya pingin dikenal saja sebagai pribadi saya sebagai ‘Eko Kepik’ bukan dokter Eko,” terangnya. Maka nama “Eko Kepik” adalah nama yang tercantum pada Account Facebook yang dimilikinya. Eko Kepik adalah nama julukan yang telah menempel pada dirinya sejak duduk di bangku sekolah dasar, dan hingga saat ini pun nama tersebut masih populer di kalangan teman-temannya. Hal ini pula yang menjadi alasan di balik pemakaian nama tersebut pada Account Facebook-nya. Unik, humoris, nyentrik adalah beberapa karakter yang menjadi ciri khasnya, hingga banyak disukai oleh teman-temannya. Seperti yang diceritakannya berikut ini: “Pakai nama ‘Eko Kepik’, karena saya lebih dikenal dengan nama itu di kalangan teman-teman saya. Itu julukan saya sejak saya SD sampai zaman mahasiswa, sampai lulus, sampai sekarang, udah terkenalnya dengan nama ‘Eko Kepik’. Nama asli saya malah nggak ada yang tau. Dan saya memang lebih ingin dikenal sebagai Eko Kepik daripada sebagai dokter” (6/01/2010). “Saya itu biasa dikenal nyentrik, lucu suka humoris, nyantai, nggak grusa-grusu, nggak emosi, senang bergaul dengan siapa saja, usahakan semua kalangan bisa kenal dengan saya dan orang juga
180
begitu ketemu saya nyantai, ngga pakewuh-pakewuh. Terbuka sama semua orang, nggak gampang tersinggung. Kata teman-teman saya itu unik juga” (6/01/2010). “... hobi saya itu bikin rame, bikin acara seneng-seneng, jadi seksi rame. Kalau ada ide bikin acara gitu. Kalau kumpul-kumpul ada saya jadi rame,” ujarnya ketika menceritakan hobinya yang suka menghibur orang. Dokter yang terkenal nyentrik ini juga mengaku sering menarik perhatian orang dengan penampilannya yang terlihat lain dibanding teman-temannya semasa kuliah dulu. Namun ketika waktu terus berjalan, keadaan telah berubah dan sekarang Eko Kepik mengaku tak bisa tampil seperti dulu lagi, dan yang tersisa hanyalah kebiasaan Eko Kepik yang masih sering mengadakan acara untuk mengumpulkan teman-temannya seperti dulu. Berikut cerita Eko Kepik kepada penulis: “Nyentrik bisa dilihat dulu saya rambut saya gondrong…baju juga, kalau yang lain cuma pakai kemeja kotak-kotak atau polos, saya dulu suka pakai baju batik yang motifnya ramai. Selain itu juga saya suka usil, ngumpetin sepatunya cewek-cewek yang kalau pas kuliah suka dilepas…kalau ada sepatu yang hilang, pasti mereka bilang ‘oh…iki mesti kepik iki!’ pokoknya dulu orang melihat saya itu terkesan beda dari teman-teman lainnya. Ada kesan saya itu nggak mau terlihat sama seperti yang lain” (6/01/2010). “Karena keadaan juga sudah beda nggak bisa seperti dulu lagi. Jadi yang masih suka ngadain acara-acara yang bisa mengumpulkan dokter-dokter di sini, kegiatan yang santai. Kan tiap hari sudah sibuk sama kerjaan jadi bikin kegiatan yang bisa bikin refresh lagi, seperti bikin klub sepak bola dokter di sini (RS. Dr. Muwardi). Udah latihan sekali, tapi terus saya cedera, yang lain ikut berhenti nunggu saya menggerakkan mereka lagi. Terus yang terakhir kemarin diundang main di acara jazz di Ngarsopuro sama dokter-dokter lainnya juga” (6/01/2010). (1) Profile Information
181
Dalam mengisikan Profile Information ini, Eko Kepik mengaku mengisi seperlunya saja. Sejak pertama membuat Facebook sampai sekarang dia belum pernah mengubah atau meng-update Profile Information-nya. Gb. 3.48 Profile Information Eko kepik
182
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=11 55568510&v=info&ref=ts , Update 8 Maret 2010
Seperti yang bisa kita lihat di atas, dokter ini memang mengisi seperlunya saja. Berbeda dengan Profile Information pada Account Friendster-nya, yang dikemasnya dengan kocak. Sayang dalam Profile Information Facebook, dia hanya memakai Bahasa Indonesia, tanpa dibumbui oleh kalimat-kalimat lucu, sesuai dengan kepribadiannya. “ Nah itu yang ngisi teman saya. Kalau di Friendster, saya tulis sendiri, saya isi lucu-lucu. Ini yang nulis teman saya, belum sempat saya ganti pakai bahasa saya sendiri,” terangnya. Akan tetapi ketika penulis ingin melihat Profile Friendster Eko Kepik guna membandingkan dengan Profile Facebook-nya, Account Friendster Eko Kepik sudah tidak bisa ditemukan kembali.
183
Tampak pada tampilan di atas, meski lebih ingin dikenal sebagai pribadinya, namun Eko Kepik juga tidak menutupi latar belakangnya sebagai seorang dokter. Terlihat dari Education Information-nya, tercantum dua universitas tempat dia menimba ilmu kedokteran. Page yang diikutinya juga di bidang kedokteran seperti “Dokter Kulit Ku” dan “Medical Rescue Team Unisma”. Sedangkan bisa dilihat pula beberapa grup bidang kedokteran yang dia ikuti seperti MFC FK UNS, Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Dukung R.S Indonesia, dan lain sebagainya menunjukkan bahwa di luar pribadinya, “Eko Kepik” adalah seorang dokter. (2) Friends Situs jejaring pertemanan memang dibuat untuk menjalin hubungan pertemanan di antara anggotanya. Maka tidak heran pula, Eko Kepik yang mengaku lebih sering diundang sebagai teman ini, memiliki banyak teman di Facebook. Gb. 3.49 Daftar Teman Facebook Eko Kepik
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=11 55568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
184
“Saya positive thinking saja, saya berpikir kalau orang meng-add saya dia mungkin punya niat baik…apapun itu…jadi ya, buat apa di-ignore?” ungkapnya ketika bercerita tentang bagaimana menjalin pertemanan di Facebook. Eko Kepik bukan tergolong orang yang pilih-pilih teman. Dia suka berteman dengan siapa saja dan dari kalangan mana saja. Hal ini menunjukkan bahwa Eko Kepik adalah pribadi yang terbuka. “…saya memang terbuka berteman dengan siapa saja,” ujarnya. (3) Status Update Dalam ber-Facebook, Eko Kepik adalah orang yang sangat jarang mengupdate statusnya. “Tidak terlalu sering banget kayak yang lain. Kalau saya lagi dapat ide yang ‘lain’ daripada yang lain untuk menuliskannya di update status, baru saya ganti,” ujarnya. Dia hanya akan menuliskan status update baru bila ada sebuah ‘ide‘ di kepalanya, yang bisa menarik perhatian orang-orang untuk memberikan komentar terhadap statusnya itu. “Ya kalau nggak dikomentari nggak asyik Mbak…saya pingin teman-teman memperhatikan yang saya tulis di update status, ” ujarnya. Seperti tampilan berikut ini: Gb. 3.50 Status-Status Update Eko Kepik
185
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=11 55568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
Dari tampilan di atas, bisa dilihat bahwa dokter yang sering menuliskan status update dengan Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa ini, suka menarik perhatian orang lewat status-status update yang ditulisnya. Hal ini terbukti dari banyaknya teman yang mengomentari status update-nya. Baginya, dengan menuliskan statu-status update seperti di atas bertujuan agar orang yang membaca status update-nya tidak bosan dan hal tersebut mencerminkan kepribadiannya yang humoris. Seperti yang tertuang pada petikan wawancara di bawah ini: “…saya pingin nulis status yang lucu atau status-status yang bisa mengundang orang untuk mengomentari status saya. Status yang
186
menarik jadi orang mengomentari status saya. Kalau yang lain cuma nulis status curhat, terus semua kegiatannya ditulis…kalau saya nggak suka seperti itu. Buat saya nggak menarik. Jadi saya buat status yang menarik perhatian teman-teman, seperti tentang Miyabi, yang nggak biasa” (6/01/2010). “Eko Kepik kan dikenal teman-teman saya orang yang lucu, humoris, agak nyeleneh…pokoknya lain lah…jadi orang yang baca nggak bosen” (6/01/2010). Dalam menanggapi komentar-komentar orang terhadap status update-nya pun dokter yang gemar bermusik ini mengaku hanya akan menanggapi komentar orang-orang setelah komentar-komentar itu menumpuk. “…saya selalu saya tanggapi sebisa mungkin. Tapi saya tunggu dulu komentar-komentar numpuk dulu baru saya tanggapi,” ungkapnya. Tetap dalam konteks bercanda, Eko Kepik biasanya menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia dalam menulis komentar balik pada status update-nya ini. Gb. 3.51 Pesan Wall untuk Eko Kepik
187
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=11 55568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
Namun ternyata pribadi Eko Kepik memang tidak bisa lepas dari profesinya sebagai seorang dokter. Hal ini membuat beberapa temannya di Facebook sering berinteraksi dengan Eko Kepik, melalui pesan Wall yang berisi konsultasi masalah kesehatan. Seperti pada tampilan di atas. Berikut petikan pernyataan Eko Kepik : “…biasanya yang nulis di Wall saya biasanya hal-hal yang cukup penting, kayak ada yang konsultasi penyakit kulit…biasanya itu mahasiswa saya yang konsultasi” (6/01/2010). (4) Foto Meski lebih ingin dikenal sebagai Eko Kepik, namun seperti yang telah diulas sebelumnya, bahwa Eko Kepik tidak keberatan jika orang tahu bahwa dirinya pun seorang dokter. Hal ini-lah yang membuatnya tidak keberatan saat sahabatnya meng-upload foto Profile-nya yang menampilkan dirinya dengan jas putih, sebagai pakaian kebesaran seorang dokter.
188
Gb. 3.52 Foto-Foto di Facebook Eko Kepik
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=11 55568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
Tidak seperti anggota Facebook lainnya yang gemar meng-upload fotofoto mereka, sisi unik dari kepribadian seorang Eko Kepik ini terlihat, dengan dia tidak pernah meng-upload foto-fotonya sendiri. Semua foto yang ada di halaman
189
Facebook-nya adalah hasil kiriman teman-temannya. Hal ini ternyata memang sengaja dilakukan ayah satu putra ini untuk menantang dirinya sendiri agar tidak meng-upload foto-fotonya sendiri, meskipun dalam hati sebenarnya dia sangat menginginkannya. Seperti yang diungkapkannya berikut ini: “Biarin aja. Nyentriknya saya, saya nggak mau upload foto saya sendiri, saya cuma suka di tag-in aja” (6/01/2010). “Ya saya menantang diri saya sendiri sampai kapan saya bertahan nggak upload foto saya. Padahal dalam hati saya pingin juga upload foto-foto yang lucu-lucu sama anak saya. Tapi ya saya nggak mau upload foto–foto saya sendiri. Kedengarannya aneh ya, Mbak? Tapi ya itu saya. Yang penting intinya kan saya pakai FB untuk komunikasi dengan teman-teman lama…sebagai sarana hiburan juga kadang-kadang…jadi memang saya di FB pingin lebih dikenal sebagai seorang Eko Kepik yang lucu, unik…lain dari yang lain…tapi saya juga tidak menyembunyikan di sisi lain bahwa saya juga seorang dokter. Atau mungkin orang bisa menilai saya dokter yang nyentrik atau unik” (6/01/2010). Meski Eko Kepik lebih ingin dikenal sebagai pribadinya, namun dari penjabaran-penjabaran di atas tidak bisa dipungkiri bahwa dari cara-caranya memanfaatkan fitur-fitur Facebook, secara tidak langsung dia sedang membangun personal branding-nya sebagai seorang dokter yang unik, ramah, terbuka, dan rendah hati. Unik bisa dilihat dari caranya menuliskan kata-kata di status update serta prinsipnya yang tidak mau meng-upload foto. Ramah dan terbuka tercermin dari caranya menjalin pertemanan. Pengakuannya yang ingin lebih dikenal sebagai seorang Eko Kepik daripada seorang dokter spesialis, menunjukkan kerendahan hatinya.
190
b. Analisis Data (1) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik Kristie Tamvecius, sebagai berikut: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Eko Kepik telah menetapkan pilihan untuk menentukan dirinya sebagai pribadi Eko Kepik, daripada dikenal sesuai dengan profesinya sebagai seorang dokter spesialis. Seperti pernyataannya berikut ini: “Saya tidak pingin dikenal sebagai dokter di FB. Saya hanya pingin dikenal saja sebagai pribadi saya sebagai ‘Eko Kepik’ bukan dokter Eko” (6/01/2010). Unik, ramah, terbuka, dan rendah hati adalah beberapa kelebihan dari pribadi seorang Eko Kepik. Tidak mau terlihat sama seperti yang lain, nyentrik, humoris, namun cerdas membuat Eko Kepik masuk golongan orang yang unik. Bisa terlihat dari pernyataannya berikut ini: “…saya dulu terkenal dulu juga karena penampilan saya terlihat beda sendiri dari mahasiswa kedokteran lainnya. Dulu juga teman-teman heran sama saya. Karena saya kan jarang masuk kuliah…Cuma suka main, nge-band, sepak bola, tapi kalau ujian nilai saya itu bisa lebih bagus daripada mereka yang belajarnya lebih keras dari saya” (6/01/2010). “Nyentrik bisa dilihat dulu saya rambut saya gondrong…baju juga, kalau yang lain cuma pakai kemeja kotak-kotak atau polos, saya dulu suka pakai baju batik yang motifnya ramai. Selain itu juga saya suka usil, ngumpetin sepatunya cewek-cewek yang kalau pas kuliah suka dilepas…kalau ada sepatu yang hilang, pasti mereka bilang ‘oh…iki mesti kepik iki!’ pokoknya dulu orang melihat saya itu terkesan beda dari teman-teman lainnya. Ada kesan saya itu nggak mau terlihat sama seperti yang lain” (6/01/2010). Eko Kepik yang mudah bergaul dan senang berteman dengan siapa pun dari berbagai kalangan menunjukkan bahwa dia adalah pribadi yang ramah dan terbuka. Berikut pernyataan Eko Kepik:
191
“Saya itu biasa dikenal nyentrik, lucu suka humoris, nyantai, nggak grusa-grusu, nggak emosi, senang bergaul dengan siapa saja, usahakan semua kalangan bisa kenal dengan saya dan orang juga begitu ketemu saya nyantai, ngga pakewuh-pakewuh. Terbuka sama semua orang, nggak gampang tersinggung. Kata teman-teman saya itu unik juga” (6/01/2010). Keputusannya yang ingin lebih dikenal sebagai pribadi Eko Kepik daripada dikenal sebagai seorang dokter menunjukkan sifatnya yang rendah hati. Tapi meskipun Eko Kepik lebih ingin dikenal sebagai pribadinya, Eko Kepik tetap tidak bisa lepas dari gelar yang disandangnya sebagai seorang dokter spesialis kulit dan kelamin. “…pingin lebih dikenal sebagai seorang Eko Kepik yang lucu, unik…lain dari yang lain…tapi saya juga tidak menyembunyikan di sisi lain bahwa saya juga seorang dokter. Atau mungkin orang bisa menilai saya dokter yang nyentrik atau unik” (6/01/2010). “Ya memang profesi dokter bisa dibilang profesi yang membanggakan, tapi menurut saya, pamer-pamer seperti itu nggak perlu. Tanpa saya bilang saya ini dokter lho…toh orang nantinya akan tau dengan sendirinya. Ada juga beberapa teman saya yang sama-sama dokter. Namanya juga pakai gelar dokternya. Kalau abis punya mobil, bisa beli rumah suka dipamerin lewat Facebook. “Mobil pertama kebeli, rumah kebeli,” kayak gitu dipamerin lewat foto atau status. Tapi kalau saya nggak mau seperti itu. Buat apa? Malu…pekewuh, Mbak. Intinya bagi saya nggak perlu lah yang seperti terlalu dipamerin” (6/01/2010). 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Untuk memperkuat personal brand-nya sebagai dokter yang unik, Eko Kepik telah menentukan hal-hal yang bisa dilakukannya. Untuk menunjukkan keunikannya, Eko selalu menuliskan status update yang menggelitik dan mampu memancing orang untuk memberikan tanggapan atas apa yang ditulisnya di status update. Tidak hanya terlihat dari caranya memanfaatkan status update, keunikan Eko tercermin pula dari pengakuan dirinya yang sengaja menantang dirinya untuk
192
tidak meng-upload sendiri foto-foto di Facebook. Seperti yang tercermin dari penuturan-penuturan Eko berikut ini: “Kalau saya lagi dapat ide yang ‘lain’ daripada yang lain untuk menuliskannya di update status, baru saya ganti. Saya itu moody…jadi saya kalau nggak mood update status, saya ya nggak ganti status” (6/01/2010). “…saya pingin nulis status yang lucu atau status-status yang bisa mengundang orang untuk mengomentari status saya. Status yang menarik jadi orang mengomentari status saya. Kalau yang lain cuma nulis status curhat, terus semua kegiatannya ditulis…kalau saya nggak suka seperti itu. Buat saya nggak menarik. Jadi saya buat status yang menarik perhatian teman-teman, seperti tentang Miyabi, yang nggak biasa” (6/01/2010). “…kalau nggak dikomentari nggak asyik Mbak…saya pingin temanteman memperhatikan yang saya tulis di update status” (6/01/2010). “Nyentriknya saya, saya nggak mau upload foto saya sendiri, saya cuma suka di tag-in aja” (6/01/2010). “…saya menantang diri saya sendiri sampai kapan saya bertahan nggak upload foto saya. Padahal dalam hati saya pingin juga upload foto-foto yang lucu-lucu sama anak saya. Tapi ya saya nggak mau upload foto-foto saya sendiri. Kedengarannya aneh ya, Mbak? Tapi ya itu saya” (6/01/2010). Sebagai pribadi yang terbuka, Eko Kepik tidak pernah keberatan untuk menjalin pertemanan dengan siapa saja yang ingin menjadi temannya tanpa memandang latar belakang seseorang. Inilah yang menyebabkan Eko selalu menerima permintaan teman dari semua orang yang mengundangnya menjadi temannya: “…saya confirm semua karena saya memang tidak pernah pilih-pilih teman” (6/01/2010). “Saya positive thinking saja, saya berpikir kalau orang meng-add saya dia mungkin punya niat baik…apapun itu…jadi ya, buat apa diignore?” (6/01/2010).
193
“…bukan pingin dikenal, tapi ya…saya memang terbuka berteman dengan siapa saja” (6/01/2010). 3. Position Yourself (Memposisikan Diri). Setelah melalui tahap pengidentifikasian diri dan tahap melakukan tindakan yang bisa dilakukan, Eko Kepik telah menciptakan positioning bagi dirinya. Selain dikenal sebagai pribadi Eko Kepik, ternyata di mata orang lain, Eko Kepik pun dikenal sebagai seorang dokter. Seperti pada tampilan berikut ini: Gb. 3.53 Pesan Wall untuk Eko Kepik
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=11 55568510&ref=ts , Update 8 Maret 2010
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Melihat tahap-tahap yang telah dilakukan Eko Kepik tersebut, serta kembali memperhatikan pada penyajian data sebelumnya, bisa disimpulkan Eko Kepik pun telah melakukan tahap pengelolaan personal brand yang sedang dibangunnya. Karena pemasaran diri seperti yang telah dilakukan Eko Kepik melalui Facebook sebagai media promosi, merupakan salah satu wujud dari
194
pengelolaan personal branding-nya sebagai seorang dokter yang unik, ramah, terbuka, dan rendah hati.
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Pada tahap ini Eko Kepik tidak merumuskan ambisinya sesuai profesinya sebagai seorang dokter, namun dia menetapkan ambisinya sebagai pribadi Eko Kepik sendiri. Berikut pernyataannya: “Saya tidak pingin dikenal sebagai dokter di FB. Saya hanya pingin dikenal saja sebagai pribadi saya sebagai ‘Eko Kepik’ bukan dokter Eko” (6/01/2010). Sosok Eko Kepik yang unik, ramah, terbuka, serta rendah hati menjadi beberapa kelebihannya. Supel atau pandai bergaul dan senang berteman dengan siapa pun tanpa memandang latar belakang seseorang, merupakan indikasi bahwa Eko Kepik merupakan pribadi yang ramah dan terbuka. Berikut pernyataannya: “Saya itu biasa dikenal nyentrik, lucu suka humoris, nyantai, nggak grusa-grusu, nggak emosi, senang bergaul dengan siapa saja, usahakan semua kalangan bisa kenal dengan saya dan orang juga begitu ketemu saya nyantai, ngga pakewuh-pakewuh. Terbuka sama semua orang, nggak gampang tersinggung” (6/01/2010). Ingin terlihat berbeda, senang menarik perhatian orang, nyentrik, humoris, tapi cerdas membuat Eko Kepik disebut orang yang berkepribadian unik. Bisa terlihat dari pernyataannya berikut ini: “…saya dulu terkenal dulu juga karena penampilan saya terlihat beda sendiri dari mahasiswa kedokteran lainnya. Dulu juga teman-teman heran sama saya. Karena saya kan jarang masuk kuliah…Cuma suka main, nge-band, sepak bola, tapi kalau ujian nilai saya itu bisa lebih bagus daripada mereka yang belajarnya lebih keras dari saya” (6/01/2010).
195
“Nyentrik bisa dilihat dulu saya rambut saya gondrong…baju juga, kalau yang lain cuma pakai kemeja kotak-kotak atau polos, saya dulu suka pakai baju batik yang motifnya ramai. Selain itu juga saya suka usil, ngumpetin sepatunya cewek-cewek yang kalau pas kuliah suka dilepas…kalau ada sepatu yang hilang, pasti mereka bilang ‘oh…iki mesti kepik iki!’ pokoknya dulu orang melihat saya itu terkesan beda dari teman-teman lainnya. Ada kesan saya itu nggak mau terlihat sama seperti yang lain” (6/01/2010). Meski Eko Kepik lebih ingin dikenal sebagai pribadinya, daripada dikenal sebagai seorang dokter, namun dia tetap tidak bisa lepas dari gelarnya sebagai dokter spesialis seperti yang telah banyak diketahui teman-temannya. Hal ini mencerminkan sifatnya yang rendah hati. Kerendahan hatinya inilah yang menjadi kelebihan sekaligus merupakan nilai yang menjadi pegangannya. Berikut penuturan Eko: “…pingin lebih dikenal sebagai seorang Eko Kepik yang lucu, unik…lain dari yang lain…tapi saya juga tidak menyembunyikan di sisi lain bahwa saya juga seorang dokter. Atau mungkin orang bisa menilai saya dokter yang nyentrik atau unik” (6/01/2010). “Ya memang profesi dokter bisa dibilang profesi yang membanggakan, tapi menurut saya, pamer-pamer seperti itu nggak perlu. Tanpa saya bilang saya ini dokter lho…toh orang nantinya akan tau dengan sendirinya. Ada juga beberapa teman saya yang sama-sama dokter. Namanya juga pakai gelar dokternya. Kalau abis punya mobil, bisa beli rumah suka dipamerin lewat Facebook. “Mobil pertama kebeli, rumah kebeli,” kayak gitu dipamerin lewat foto atau status. Tapi kalau saya nggak mau seperti itu. Buat apa? Malu…pekewuh, Mbak. Intinya bagi saya nggak perlu lah yang seperti terlalu dipamerin: (6/01/2010). 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Tahap perumusan personal ambition menjadi dasar dari perumusan personal brand. Kelebihan-kelebihan yang ada pada diri Eko menjadi modal utama untuk menunjang personal brand yang dibangunnya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa meski Eko lebih ingin dikenal sebagai pribadi Eko
196
Kepik, namun profesinya sebagai seorang dokter spesialis tetap tidak bisa terlepas dari dirinya. Pada akhirnya tanpa disadarinya, Eko Kepik telah merumuskan personal brand-nya sebagai seorang dokter yang unik, ramah, terbuka, dan rendah hati. Hal inilah yang membuat Eko Kepik unik dan menjadi ciri khas tersendiri. 3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Tidak hanya sebatas merumuskan personal ambition dan personal brand. Demi memperkuat personal brand-nya sebagai dokter yang unik, Eko Kepik juga telah merumuskan tindakan tertentu. Pertama, Eko memperlihatkan keunikannya, dengan selalu menuliskan status update yang menggelitik dan dapat menarik perhatian orang untuk memberikan komentar. Eko yang sengaja tidak mengupload sendiri foto-foto di Facebook untuk menantang dirinya sendiri juga menjadi sisi unik dari dokter yang satu ini. Berikut penuturan Eko yang mencerminkan keunikannya: “Kalau saya lagi dapat ide yang ‘lain’ daripada yang lain untuk menuliskannya di update status, baru saya ganti. Saya itu moody…jadi saya kalau nggak mood update status, saya ya nggak ganti status” (6/01/2010). “…saya pingin nulis status yang lucu atau status-status yang bisa mengundang orang untuk mengomentari status saya. Status yang menarik jadi orang mengomentari status saya. Kalau yang lain cuma nulis status curhat, terus semua kegiatannya ditulis…kalau saya nggak suka seperti itu. Buat saya nggak menarik. Jadi saya buat status yang menarik perhatian teman-teman, seperti tentang Miyabi, yang nggak biasa” (6/01/2010). “…kalau nggak dikomentari nggak asyik Mbak…saya pingin temanteman memperhatikan yang saya tulis di update status” (6/01/2010). “Nyentriknya saya, saya nggak mau upload foto saya sendiri, saya cuma suka di tag-in aja” (6/01/2010). “…saya menantang diri saya sendiri sampai kapan saya bertahan nggak upload foto saya. Padahal dalam hati saya pingin juga upload
197
foto-foto yang lucu-lucu sama anak saya. Tapi ya saya nggak mau upload foto-foto saya sendiri. Kedengarannya aneh ya, Mbak? Tapi ya itu saya” (6/01/2010). Eko Kepik yang ramah dan terbuka ini tidak pernah ragu untuk menjalin pertemanan dengan semua orang dari berbagai kalangan yang ingin menjadi temannya. Hal ini tercermin dari Eko yang selalu menerima permintaan teman dari setiap orang yang mengundangnya untuk berteman: “…saya confirm semua karena saya memang tidak pernah pilih-pilih teman” (6/01/2010). “Saya positive thinking saja, saya berpikir kalau orang meng-add saya dia mungkin punya niat baik…apapun itu…jadi ya, buat apa diignore?” (6/01/2010). “…bukan pingin dikenal, tapi ya…saya memang terbuka berteman dengan siapa saja” (6/01/2010). 4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Pemasaran diri merupakan bagian penting dari pengimplementasian personal brand. Maka dengan Eko Kepik mempromosikan dirinya melalui media Facebook, dengan menggunakan fitur-fitur Facebook seperti yang telah diulas lengkap pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Eko Kepik telah melakukan pengimplementasian personal brand-nya sebagai seorang dokter yang unik, ramah, terbuka, dan rendah hati.
9. Riza Ayu Purnamasari – Mahasiswa a. Penyajian Data Kecil namun lincah adalah dua hal yang bisa dilihat dari mahasiswi bernama Riza Ayu Purnamasari atau biasa dipanggil dengan sebutan “Riza”. Gadis asal Temanggung ini tak pernah lengang dari kesibukan. Berbagai macam
198
aktivitas menjadi makanan wajib dalam kesehariannya, karena dia mengaku sebagai tipe gadis yang aktif. Berikut penuturan Riza pada penulis: “Aku itu kebetulan orang yang bisa dibilang kelebihan energi. Jadi harus disalurkan ke kegiatan-kegiatan yang positif. Malah bahaya nanti kalau aku salah menyalurkan energiku ini. Jadi aku suka ikut kegiatan-kegiatan semacam organisasi, ikut terlibat dalam eventevent, dan macem-macem lah Mbak. Dan semua kegiatan yang aku lakukan itu menurutku berguna bagi diriku sendiri dan mungkin juga orang lain, yang jelas aku bisa mengembangkan diriku dalam kegiatan-kegiatan itu, nambah pengalaman dan koneksi gitu” (8/01/2010). Begitu juga dalam dunia maya, khususnya situs jejaring sosial Facebook. Riza yang mengaku mulai aktif dengan Facebook sejak tahun 2008 lalu ini memanfaatkan Facebook tidak hanya untuk menjalin pertemanan, namun juga secara tidak langsung membangun personal branding-nya sebagai seorang “mahasiswa”. Dia ingin menampilkan diri sebagai seorang mahasiswa yang aktif. “Ya kayak berorganisasi, atau dia ternyata bekerja part time, jadi volunteer gitu,” ujarnya saat menyebutkan contoh kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan mahasiswa yang aktif. Baginya, mahasiswa yang aktif adalah mahasiswa yang melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang bermanfaat tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi orang lain. Seperti yang diungkapnya berikut ini: “Ya kalau aktifnya cuma dolan-dolan nggak jelas, ya itu bagi aku bukan mahasiswa aktif. Siapa juga pasti mau kalau aktifnya cuma main-main aja. Yang pasti menurutku, mahasiswa yang aktif itu tentunya yang aktif terlibat atau melibatkan diri pada kegiatankegiatan yang berisi, yang berguna baik itu bagi diri sendiri maupun bagi yang lain yang ada maksud membuka jaringan, ya…pokoknya yang berguna” (8/01/2010). Menurut gadis yang sedang mengenyam pendidikan Ilmu Komunikasi semester enam ini, Facebook seorang mahasiswa yang aktif, bisa dilihat dari
199
status update-nya. Mahasiswa yang aktif biasanya mampu menjaga kalimatkalimat yang ditulis, dan mengandung makna yang positif. Dari data diri yang tercantum pada Profile Information menerangkan organisasi atau kegiatankegiatan yang diikuti, serta dari foto-foto yang diunggah pun bisa menunjukkan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas yang dilakukan. Lebih lanjut, berikut ungkap Riza pada penulis: “Kalau menurutku, pertama, dari status-status yang ditulisnya. Biasanya mereka kalau nulis status itu jelas, nggak macem-macem, bahasanya nggak pakai bahasa alay, lebay kayak “akyu capek beuud” “koq gitchu sieh”? (sambil menuliskan contoh) Kalau dia mahasiswa aktif, statusnya itu berisi, biasanya mayoritas positif, dia bisa jaga kata-katanya, kalimat yang ditulisnya, buat jaga image-nya dia. Bukan isinya curhat-curhat yang nggak mutu gitu. Terus juga dari foto-foto yang dia upload, banyak yang menunjukkan dirinya terlibat di beberapa aktivitas atau kegiatan. Yang pasti juga dari data diri dia yang ditulis di FB kan juga bisa dilihat, apa saja aktivitasnya, organisasinya, interest-nya apa aja” (8/01/2010).
(1) Profile Information Dari data diri yang tercantum pada Profile Information ini bisa didapat informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Berikut tampilan dari Profile Information Riza di Facebook
200
Gb. 3.54 Profile Information Riza Ayu Purnamasari
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=10 41997282&v=info&ref=ts, update 5 Januari 2010
Dari tampilan di atas terlihat hanya sedikit kegiatan yang diikuti Riza selain kuliah, yaitu “FisipFotografiClub”. Padahal dia mengaku ingin dikenal sebagai mahasiswa yang aktif dan memiliki segudang kegiatan, namun ternyata
201
dari tampilan di atas bahwa tidak semua organisasi dan kegiatan yang dilakukan oleh gadis yang satu ini dimuatnya dalam Profile Information. Riza memang mengaku dirinya hanya mengisi data diri pada Profile Information seperlunya saja. “Seperlunya aja…nggak lengkap juga. Aku cuma aku isi yang penting-penting aja. Sekedar informasi yang umum aja, nggak detail banget,” ujarnya. Meski Riza menyadari bahwa dengan menuliskan secara lebih lengkap data dirinya dan mencantumkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya dapat mendukung personal branding-nya sebagai seorang mahasiswa yang aktif, akan tetapi Riza sengaja tidak menuliskan semua kegiatannya tersebut karena dia tidak mau terkesan menyombongkan diri. Baginya, dengan fitur-fitur lainnya di Facebook yang digunakannya, akan menunjukkan bahwa dia seorang mahasiswa yang aktif. Seperti yang dikatakannya berikut ini: “Nggak…aku nggak mau terlihat nyombong banget dengan menuliskan semuanya detail di FB. Aku juga bisa terlihat aktif kok dari status yang aku tulis, dengan mengajak teman-teman selalu datang ke acara aku dan tahu kegiatan-kegiatan aku” (8/01/2010). Meski Riza adalah gadis yang tidak tahan jika hanya berpangku tangan, bukan berarti segala kegiatan dan organisasi selalu diikutinya. Dia hanya melakukan suatu kegiatan jika dia nyaman terlibat pada kegiatan tersebut dan hanya melakukan apa yang dia ingin lakukan. Hal ini sesuai dengan kalimat yang ditulisnya pada bagian About Me “I just do what I wanna do”, yang bagi Riza itu menjadi prinsipnya. Berikut lebih lanjut penuturan Riza pada penulis: “Kalau aku dikenal orang yang nggak bisa diam, banyak kegiatan, terus terbuka, extrovert dan aku suka memilih jalan yang aman. Jalan yang aman di sini, aku memilih sesuatu yang bisa membuat aku merasa nyaman. Jika suatu lingkungan yang tidak bisa menerima aku apa adanya berbeda pandangan atau kurang welcome, aku lebih baik
202
menarik diri dan aku akan kembali atau lebih memilih lingkungan yang menerima aku. Intinya di mana aku nyaman, di situ aku akan berkembang. Jadi aku hanya akan melakukan kegiatan itu kalau aku mau dan nyaman berada di situ” (8/01/2010). (2) Friends Perihal menjalin pertemanan dalam Facebook, Riza adalah pengguna Facebook yang selektif dalam memilih orang untuk menjadi temannya. Riza mengaku hanya orang-orang dengan profile yang jelas, seperti nama, foto profil, serta memiliki Mutual Friends dengan Riza, yang bisa menjadi temannya di Facebook. Karena baginya, jika orang-orang dengan profil yang tidak jelas menjadi temannya, lebih berpotensi membawa dampak yang kurang baik pada image-nya sebagai seorang mahasiswa. Gadis berkacamata ini, lebih memilih orang-orang yang bisa membawa pengaruh yang baik bagi dirinya, untuk menjadi temannya di Facebook. Berikut penuturan Riza pada penulis: “Menurut aku bisa ada pengaruhnya. Aku nggak suka sama orang yang aneh-aneh dan nggak jelas begitu. Dan aku nggak mau orangorang itu jadi temanku di FB, cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti khawatir kalau dampaknya jelek malah nggak baik juga buat aku sendiri” (8/01/2010). “…karena nama-nama nggak jelas, nggak kenal, terus aku lihat profile-nya juga nggak jelas, nggak ada Mutual Friends-nya. Menurutku itu cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti pas aku buka home banyak sekali status-status nggak jelas dari orang-orang yang nggak jelas itu tadi. Padahal kita membuka FB buat refreshing, eh…Masak pas buka home, isinya status misuh-misuh? Wah malah bawa aura negative, nggak manfaat. Mending aku cari teman yang bisa membawa pengaruh baik aja lah, yang jelas. Membawa manfaat. Jadi nggak percuma punya FB” (8/01/2010).
203
Gb. 3.55 Daftar teman Riza di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile. php?id=1041997282&v=Wall&ref=ts, update 5 Januari 2010
Tentunya Riza tidak hanya diundang orang menjadi teman. Riza juga mengundang orang-orang tertentu untuk menjadi temannya di Facebook. Gadis yang mencintai seni fotografi ini, hanya mengundang orang-orang yang telah dikenalnya serta orang-orang yang dianggap penting bagi dirinya. “Aku biasanya nge-add orang di FB biasanya mereka teman-teman lama, teman-teman yang belum jadi temanku di FB, atau juga orang-orang penting berpengaruh juga aku add buat membangun relasiku,” ungkapnya. (3) Status Update Dalam menggunakan fitur status update di Facebook, Riza yang mengaku lebih sering menggunakan Bahasa Indonesia dalam menuliskan status update ini bukan tipe orang yang sering mengganti status update. Bagi Riza, fitur ini juga cukup berperan penting sebagai media untuk mempromosikan kegiatankegiatannya pada khalayak. Seperti yang diungkapnya berikut ini:
204
“Kalau itu penting, karena kan sekarang bisa jadi media yang efektif untuk menarik massa, atau mendapat perhatian dari khalayak dibandingkan SMS pakai HP, untuk konteks ini bisa sangat membantuku dalam promosi kegiatanku” (8/01/2010). Gb. 3.56 Status-status Update Riza
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=10 41997282&v=Wall&ref=ts, update 20 Maret 2010
Seperti yang bisa dilihat pada tampilan di atas, tampilan status-status update tersebut adalah beberapa contoh status update yang pernah dituliskan Riza. Ada yang berupa kalimat motivasi, dan ada juga yang menginformasikan kegiatan-kegiatan yang melibatkan dirinya. Seperti pengakuannya pada penulis, bahwa dirinya hanya menuliskan hal-hal yang bermuatan positif serta hal-hal yang berkaitan
dengan
kegiatan-kegiatan
yang dilakukannya. Karena
dengan
menuliskan kegiatan-kegiatan tersebut dalam status update, bisa menunjukkan bahwa dia adalah seorang mahasiswa yang aktif. “Aku tulis yang positif-positif aja. Biar auranya enak dibaca orang. Ya…kata-kata yang bisa membangkitkan
205
semangat atau biasanya aku juga tulis tentang kegiatan-kegiatan yang aku terlibat, sekalian promo ke orang-orang juga,” ungkapnya. (4) Foto Dalam penggunaan fitur foto di Facebook, Riza mengaku jarang mengupload foto-foto koleksinya. Meski banyak terlibat dalam berbagai kegiatan, ternyata tidak berarti Riza mengunggah setiap foto yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatannya tersebut. Riza hanya mengunggah beberapa foto pribadi dan sedikit foto kegiatannya. Gb. 3.57 Foto-foto di Facebook Riza
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts, update 20 Maret 2010
Gadis berusia 21 tahun ini lagi-lagi tidak mau terlalu memamerkan fotofotonya di Facebook. “Aku memang nggak suka terlalu banyak kliatan pamer kegiatan-kegiatanku di FB lewat foto, lagipula juga udah di-tag-in temen-temen-
206
ku,” terangnya. Seperti pada beberapa tampilan foto di atas, adalah foto-foto yang menunjukkan beberapa kegiatan yang melibatkan Riza di dalamnya serta beberapa hasil karya seni fotografi. Riza menjadi lebih berhati-hati dalam meng-upload foto di Facebook setelah menyadari bahwa pengamanan foto-foto di Facebook dirasa sangat kurang. Meski gemar akan seni fotografi, gadis yang satu ini tidak memamerkan hasil bidikan kameranya di Facebook, karena baginya ada media selain Facebook yang dikhususkan untuk memajang hasil karya fotografi secara online yang lebih aman dibanding Facebook. Seperti yang diungkapkannya berikut ini: “Kalau dulu memang aku sering upload foto-foto ‘narsis’-ku, tapi ternyata dari Facebook sendiri pengamanannya kurang. Foto kita bisa saja dicomot oleh siapa saja. Dan dunia maya kan bagiku adalah dunia yang liar. Jadi aku sangat berhati-hati dalam upload. Cukup upload foto-foto yang wajar-wajar saja. Kalau memang pingin pamer foto-foto, sudah ada medianya sendiri seperti di multiplay atau di fotografer.net. Aku lebih banyak menggunakan media itu untuk memamerkan hasil jepretan kameraku. Jadi kalau di FB foto yang wajar tapi tetap bagus. Seperti foto di Taman Sari dengan langit yang biru banget, di Ancol dengan ekspresiku yang kayak anak ilang, fotofoto siluet” (8/01/2010). “…aku lebih memilih multiply atau fotografer.net. karena di FB takutnya bisa dibajak orang. Nggak mau lah meski memang itu hanya hasil jepretan-ku yang mungkin masih dibilang dalam tataran belajar kalau dibanding tingkat profesional. FB bagi aku bukan media yang tepat untuk memperlihatkan karya foto-foto, karena faktor kurangnya pengamanan” (8/01/2010). Namun meski jarang meng-upload foto-foto kegiatan-kegiatannya, fotofoto pada Facebook Riza yang memperlihatkan keterlibatan Riza dalam berbagai kegiatan yang berbeda-beda, mendukung personal branding yang dibangunnya sebagai seorang mahasiswa yang aktif. Tidak hanya dari foto saja, dari uraian di
207
atas dapat menunjukkan personal branding yang dibangun Riza sebagai mahasiswa yang aktif.
b. Analisis Data (1) Penyajian data di atas dapat dianalisis dengan menggunakan metode membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Riza Ayu Purnamasari telah menentukan diri sebagai seorang mahasiswa. Terlihat dari pernyataannya yang menegaskan keinginannya agar lebih dikenal sebagai mahasiswa oleh orang lain. “…pingin-nya orang tau aku sebagai mahasiswa aja,” ungkapnya. Lebih spesifik lagi, Riza tidak hanya sekadar menentukan dirinya sebagai mahasiswa yang biasa namun mahasiswa yang aktif. “Mahasiswa yang nggak cupu aja...yang aktif lah,” terangnya. Aktif, dinamis, percaya diri, serta rendah hati adalah beberapa kelebihan dari pribadi Riza. Gadis yang aktif, dinamis, dan percaya diri tercermin dari kegemarannya mengikuti berbagai macam kegiatan dan menjalin jaringan atau networking dengan berbagai kalangan. Tentu saja untuk melibatkan diri pada suatu kegiatan dan membuat suatu networking dibutuhkan kepercayaan diri untuk dapat melakukannya. Tanpa rasa percaya diri, seseorang tidak akan mampu melibatkan diri dan menciptakan suatu networking yang baik. Hal tersebut tersirat dari beberapa petikan pernyataan Riza berikut ini: “…menurut aku, mahasiswa yang aktif itu tentunya yang aktif terlibat atau melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang berisi, yang berguna baik itu bagi diri sendiri maupun bagi yang lain yang ada
208
maksud membuka (8/01/2010).
jaringan,
ya…pokoknya
yang
berguna”
“…aku suka ikut kegiatan-kegiatan semacam organisasi, ikut terlibat dalam event-event, dan macem-macem lah Mbak. Dan semua kegiatan yang aku lakukan itu menurutku berguna bagi diriku sendiri dan mungkin juga orang lain, yang jelas aku bisa mengembangkan diriku dalam kegiatan-kegiatan itu, nambah pengalaman dan koneksi gitu” (8/01/2010). “Networking itu penting sekali bagiku, karena sepintar atau seahli apapun kita kalau nggak punya network, sama aja bohong. Kita nggak akan bisa apa-apa” (8/01/2010). Meski Riza adalah mahasiswa yang memiliki berbagai pengalaman dalam berorganisasi dan kegiatan-kegiatan tertentu, namun ternyata dia tetap rendah hati, tidak ingin selalu menunjukkan semua pengalaman dan kemampuannya kepada orang lain. Berikut penuturan Riza yang menyiratkan kerendahan hatinya yang merupakan salah satu kelebihan Riza: “…aku nggak mau terlihat nyombong banget dengan menuliskan semuanya detail di FB. Aku juga bisa terlihat aktif kok dari status yang aku tulis, dengan mengajak teman-teman selalu datang ke acaraku dan tahu kegiatan-kegiatanku” (8/01/2010). “…Aku memang nggak suka terlalu banyak kliatan pamer kegiatankegiatanku di FB lewat foto, lagipula juga udah di-tag-in tementemen-ku” (8/01/2010). 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Tak cukup bagi Riza jika hanya sebatas menentukan diri, sebagai mahasiswa yang aktif. Riza juga telah menentukan beberapa hal yang bisa dilakukannya untuk memperkuat personal brand yang sedang dibangunnya sebagai seorang mahasiswa yang aktif. Hal ini tercermin dari cara Riza memanfaatkan fitur-fitur Facebook seperti status update, Friends, dan foto untuk
209
mempromosikan kegiatan dan menunjukkan aktivitasnya. Berikut beberapa petikan pernyataan Riza: “…aku kan sering terlibat dalam event gitu, jadi ya aku ajak tementemen atau orang buat datang ke event itu lewat status yang aku tulis” (8/01/2010). “Di status aku tulis yang positif-positif aja. Biar auranya enak dibaca orang. Ya…kata-kata yang bisa membangkitkan semangat atau biasanya aku juga tulis tentang kegiatan-kegiatan yang aku terlibat, sekalian promo ke orang-orang juga” (8/01/2010). “Kalau itu penting, karena kan sekarang menurutku status update bisa jadi media yang efektif untuk menarik massa, atau mendapat perhatian dari khalayak dibandingkan SMS pakai HP, untuk konteks ini status bisa sangat membantu aku dalam promosi kegiatan aku” (8/01/2010). “Aku biasanya nge-add orang di FB biasanya mereka teman-teman lama, teman-teman yang belum jadi temanku di FB, atau juga orangorang penting berpengaruh juga aku add buat membangun relasiku” (8/01/2010). “…yang aku upload biasanya foto pribadi yang nggak close up sama beberapa foto kegiatanku aja” (8/01/2010). Sebagai mahasiswa aktif yang mempunyai beberapa networking, menjaga image baik merupakan hal yang penting untuk menumbuhkan kepercayaan orang terhadapnya. Maka dari itu Riza selalu menjaga sikap dan tindakannya. Mulai dari menggunakan nama yang sebenarnya di Facebook untuk menjaga nama baiknya di mata orang-orang yang dianggapnya penting. Riza pun hanya memilih orangorang yang membawa pengaruh baik bagi dirinya untuk menjadi temannya. Dia juga menjaga kata-kata yang ditulisnya. Hal tersebut tersirat dari beberapa pernyataannya berikut ini: “…aku pikir buat apa kita pakai nama yang nama aneh-aneh? Aku bangga sama nama pemberian orangtuaku. Kan kalau pakai nama asli lebih mudah untuk bertemu dengan teman lama. Dan juga secara etika kurang bagus. Nanti kalau kita bertemu, berhubungan dengan
210
orang-orang penting di FB kalau nama kita nggak sebenarnya kan terkesan kita nggak serius, cuma main-main aja” (8/01/2010). “…kalau nama mereka nggak jelas…atau namanya jelas tapi foto profile-nya seronok aku ignore” (8/01/2010). “Menurut aku orang-orang seperti itu bisa ada pengaruhnya. Aku nggak suka sama orang yang aneh-aneh dan nggak jelas begitu. Dan aku nggak mau orang-orang itu jadi temanku di FB, cuma menuhmenuhin Friends List aja. Nanti khawatir kalau dampaknya jelek malah nggak baik juga buat aku sendiri” (8/01/2010). “…karena nama-nama nggak jelas, nggak kenal, terus aku lihat profile-nya juga nggak jelas, nggak ada Mutual Friends-nya. Menurutku itu cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti pas aku buka home banyak sekali status-status nggak jelas dari orang-orang yang nggak jelas itu tadi. Padahal kita membuka FB buat refreshing, eh…Masak pas buka home, isinya status misuh-misuh? Wah malah bawa aura negative, nggak manfaat. Mending aku cari teman yang bisa membawa pengaruh baik aja lah, yang jelas. Membawa manfaat. Jadi nggak percuma punya FB” (8/01/2010). “…selama masih positif selalu aku tanggepin. Alhamdulillah selama ini sih yang komentar nggak pernah yang negatif” (8/01/2010). “Bahasa Indonesia sehari-hari aja. Kecuali kalau yang komentar orang yang lebih tua dari aku ya, pakai bahasa yang lebih sopan aja. Menyesuaikan aja” (8/01/2010). 3. Position Yourself (Memposisikan Diri). Setelah melewati tahap penentuan diri dan penentuan tindakan dalam membangun personal brand, maka Riza telah menciptakan positioning bagi dirinya. Personal brand yang dibangun Riza sebagai mahasiswa yang aktif terlihat dari banyaknya kegiatan yang sering dilakukannya. Hal ini pun ternyata sudah menempel di benak teman-teman Riza, seperti yang bisa terlihat dari petikan pernyataannya berikut ini: “Aku juga bisa terlihat aktif kok dari status yang aku tulis, dengan mengajak teman-teman selalu datang ke acaraku dan tahu kegiatankegiatanku. Nggak usah aku tulis, teman-teman udah hafal aku gimana. Pasti ada yang bilang ‘Sibuk opo maneh, Za? Opo ora nduwe
211
kesel?’ (Sibuk apa lagi, Za? Apa kamu nggak capek?) kalau udah gitu aku paling cuma ngeles aja jawabnya” (8/01/2010). 4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Pemasaran merupakan salah satu elemen penting dalam sebuah pengelolaan brand. Melihat cara yang digunakan Riza dalam memanfaatkan fiturfitur Facebook untuk mempromosikan personal branding-nya sebagai seorang mahasiswa yang aktif, seperti yang telah dipaparkan pada penyajian data sebelumnya menunjukkan bahwa Riza telah sampai pada tahap mengelola personal brand yang dibangunnya. Selain memanfaatkan Facebook, Riza juga membangun
personal
branding-nya
melalui
blog
pribadinya:
http://rizapurnama.mutiplay.com Gb. 3.58 Contact Information Riza
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?i d=1041997282&v=info&ref=ts, update 5 Januari 2010
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Pada tahap ini Riza merumuskan ambisi personal-nya sebagai seorang mahasiswa sesuai dengan statusnya yang saat ini masih duduk di bangku ilmu komunikasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. “Ya pingin-nya orang tau aku sebagai mahasiswa aja,” ungkapnya. Dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, gadis ini berprinsip bahwa dia hanya melakukan hal-hal yang ingin dilakukannya,
212
atau dia sering menyebutnya dengan istilah Bahasa Inggris “I just do what I wanna do,” berikut pernyataannya: “Kalau aku dikenal orang yang nggak bisa diam, banyak kegiatan, terus terbuka, extrovert dan aku suka memilih jalan yang aman. Jalan yang aman di sini, aku memilih sesuatu yang bisa membuat aku merasa nyaman. Jika suatu lingkungan yang tidak bisa menerima aku apa adanya berbeda pandangan atau kurang welcome, aku lebih baik menarik diri dan aku akan kembali atau lebih memilih lingkungan yang menerima aku. Intinya di mana aku nyaman, di situ aku akan berkembang. Jadi aku hanya akan melakukan kegiatan itu kalau aku mau dan nyaman berada di situ” (8/01/2010). Sosok Riza yang selalu aktif, dinamis, percaya diri, serta rendah hati menjadi nilai tambah bagi dirinya. Mengisi waktu dengan melibatkan diri dalam berbagai macam kegiatan dan networking dengan berbagai kalangan menunjukkan pribadinya yang dinamis dan aktif. Dibutuhkan rasa percaya diri yang tinggi untuk berperan dalam berbagai kegiatan dan menjalin networking yang baik dengan orang lain. Begitu juga dengan Riza yang memiliki rasa kepercayaan diri untuk mengikuti berbagai macam aktivitas dan menjalin hubungan dengan berbagai kalangan. Hal tersebut tersirat dari beberapa petikan pernyataan Riza berikut ini: “…menurut aku, mahasiswa yang aktif itu tentunya yang aktif terlibat atau melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan yang berisi, yang berguna baik itu bagi diri sendiri maupun bagi yang lain yang ada maksud membuka jaringan, ya…pokoknya yang berguna” (8/01/2010). “…aku suka ikut kegiatan-kegiatan semacam organisasi, ikut terlibat dalam event-event, dan macem-macem lah Mbak. Dan semua kegiatan yang aku lakukan itu menurutku berguna bagi diriku sendiri dan mungkin juga orang lain, yang jelas aku bisa mengembangkan diriku dalam kegiatan-kegiatan itu, nambah pengalaman dan koneksi gitu” (8/01/2010). “Networking itu penting sekali bagiku, karena sepintar atau seahli apapun kita kalau nggak punya network, sama aja bohong. Kita nggak akan bisa apa-apa” (8/01/2010).
213
Walaupun memiliki berbagai pengalaman dalam berorganisasi dan kegiatan-kegiatan tertentu, akan tetapi Riza tidak ingin selalu menunjukkan semua pengalaman dan kemampuannya tersebut
kepada orang lain. Hal ini
mencerminkan bahwa Riza adalah pribadi yang rendah hati seperti penuturannya berikut ini: “…aku nggak mau terlihat nyombong banget dengan menuliskan semuanya detail di FB. Aku juga bisa terlihat aktif kok dari status yang aku tulis, dengan mengajak temanteman selalu datang ke acaraku dan tahu kegiatankegiatanku” (8/01/2010). “…Aku memang nggak suka terlalu banyak kliatan pamer kegiatankegiatanku di FB lewat foto, lagipula juga udah di-tag-in tementemen-ku” (8/01/2010). 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Dari kelebihan-kelebihan yang dimiliki Riza yang telah diulas pada tahap sebelumnya membuat Riza memiliki perbedaan dengan mahasiswa yang lain. Maka pada tahap ini Riza menetapkan personal yang dibangunnya sebagai mahasiswa yang aktif dengan menjadikan kelebihannya sebagai modal utama. Demi memperkuat personal brand sebagai seorang mahasiswa yang aktif, Riza mengikuti berbagai macam aktivitas seperti organisasi maupun terlibat dalam suatu penyelenggaraan acara-acara tertentu. Dengan kepercayaan dirinya yang tinggi, Riza mampu menciptakan suatu jaringan atau link dengan berbagai macam kalangan, di mana suatu link atau networking sangat penting dalam kesuksesan acara yang diselenggarakannya. Selain itu, ketertarikannya terhadap dunia fotografi menjadi nilai tambah bagi gadis ini. Belum banyak mahasiswa yang menyukai dan mengerti seni fotografi. Bahkan Riza juga berkecimpung dalam
214
suatu komunitas fotografi untuk mengembangkan kemampuan fotografinya. Berikut pernyataan-pernyataan Riza: “..aku suka, aku kan juga ikut organisasi FFC di kampus. Itu organisasi komunitas fotografi, dan itu jadi hobby aku juga.” (8/01/2010) “…aku lebih memilih multiply atau fotografer.net. karena di FB takutnya bisa dibajak orang. Nggak mau lah meski memang itu hanya hasil jepretan-ku yang mungkin masih dibilang dalam tataran belajar kalau dibanding tingkat profesional. FB bagiku bukan media yang tepat untuk memperlihatkan karya foto-foto, karena faktor kurangnya pengamanan” (8/01/2010). 3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Riza telah merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) untuk memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang mahasiswa yang aktif. Berikut beberapa petikan pernyataan Riza yang mencerminkan cara Riza memanfaatkan fitur-fitur Facebook seperti status update, Friends, dan foto untuk mempromosikan kegiatan dan menunjukkan aktivitasnya: “…aku kan sering terlibat dalam event gitu, jadi ya aku ajak tementemen atau orang buat datang ke event itu lewat status yang aku tulis” (8/01/2010). “Di status aku tulis yang positif-positif aja. Biar auranya enak dibaca orang. Ya…kata-kata yang bisa membangkitkan semangat atau biasanya aku juga tulis tentang kegiatan-kegiatan yang aku terlibat, sekalian promo ke orang-orang juga” (8/01/2010). “Kalau itu penting, karena kan sekarang menurutku status update bisa jadi media yang efektif untuk menarik massa, atau mendapat perhatian dari khalayak dibandingkan SMS pakai HP, untuk konteks ini status bisa sangat membantu aku dalam promosi kegiatan aku” (8/01/2010). “Aku biasanya nge-add orang di FB biasanya mereka teman-teman lama, teman-teman yang belum jadi temanku di FB, atau juga orangorang penting berpengaruh juga aku add buat membangun relasiku” (8/01/2010).
215
“…yang aku upload biasanya foto pribadi yang nggak close up sama beberapa foto kegiatanku aja” (8/01/2010). Riza selalu menjaga sikap dan tindakannya untuk menjaga kepercayaan orang terhadap dirinya. Dapat tercermin mulai dari menuliskan nama asli di Facebook, memilih orang-orang yang membawa pengaruh baik bagi dirinya untuk menjadi temannya, serta menjaga setiap kata-kata yang ditulisnya. Hal tersebut tersirat dari beberapa pernyataannya berikut ini: “…aku pikir buat apa kita pakai nama yang nama aneh-aneh? Aku bangga sama nama pemberian orangtuaku. Kan kalau pakai nama asli lebih mudah untuk bertemu dengan teman lama. Dan juga secara etika kurang bagus. Nanti kalau kita bertemu, berhubungan dengan orang-orang penting di FB kalau nama kita nggak sebenarnya kan terkesan kita nggak serius, cuma main-main aja” (8/01/2010). “…kalau nama mereka nggak jelas…atau namanya jelas tapi foto profile-nya seronok aku ignore” (8/01/2010). “Menurut aku orang-orang seperti itu bisa ada pengaruhnya. Aku nggak suka sama orang yang aneh-aneh dan nggak jelas begitu. Dan aku nggak mau orang-orang itu jadi temanku di FB, cuma menuhmenuhin Friends List aja. Nanti khawatir kalau dampaknya jelek malah nggak baik juga buat aku sendiri” (8/01/2010). “…karena nama-nama nggak jelas, nggak kenal, terus aku lihat profile-nya juga nggak jelas, nggak ada Mutual Friends-nya. Menurutku itu cuma menuh-menuhin Friends List aja. Nanti pas aku buka home banyak sekali status-status nggak jelas dari orang-orang yang nggak jelas itu tadi. Padahal kita membuka FB buat refreshing, eh…Masak pas buka home, isinya status misuh-misuh? Wah malah bawa aura negative, nggak manfaat. Mending aku cari teman yang bisa membawa pengaruh baik aja lah, yang jelas. Membawa manfaat. Jadi nggak percuma punya FB” (8/01/2010). “…selama masih positif selalu aku tanggepin. Alhamdulillah selama ini sih yang komentar nggak pernah yang negatif” (8/01/2010). “Bahasa Indonesia sehari-hari aja. Kecuali kalau yang komentar orang yang lebih tua dari aku ya, pakai bahasa yang lebih sopan aja. Menyesuaikan aja” (8/01/2010).
216
4. Mengimplementasikan dan mengelola ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Seperti yang diulas sebelumnya bahwa dengan melakukan promosi diri melalui media dalam hal ini adalah Facebook, maka Riza telah melakukan tahap pengimplementasian personal branding sebagai seorang mahasiswa yang aktif. Karena pemasaran adalah salah satu bentuk dari tahap mengimplementasikan personal branding. Pengimplementasian ini ditunjang dengan ulasan yang sebelumnya telah dibahas pada bagian penyajian data. Tidak hanya melalui Facebook, personal brand Riza juga dipromosikan melalui blog pribadinya seperti berikut ini: Gb. 3.59 Contact Information Riza
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1421855032&v=app_2392950137#!/profile.php?id=10 41997282&v=info&ref=ts, update 5 Januari 2010
10. Wahyu Liz AdaIdeAja – Wiraswasta a. Penyajian Data Manfaat Facebook sebagai situs jejaring sosial ternyata memang tidak terbatas pada hubungan pertemanan saja. Banyak yang bisa dilakukan melalui Facebook, selain berkomunikasi dengan teman, sahabat, saudara ataupun kolega, Facebook pun bisa menjadi media bisnis yang mudah dan murah. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh seorang pengusaha muda asal Kota Gudeg, bernama Wahyu Liz. Meski Wahyu yang baru setahun lalu menjadi pemakai Facebook ini pada
217
awalnya awam akan Facebook, namun hingga kini dia benar-benar merasakan manfaat Facebook. “Dulu si awalnya saya nggak tahu apa itu Facebook, tapi setelah tau saya pingin aja ikutan buat biar ga ketinggalan, tapi ternyata setelah punya, ngerasain manfaatnya…jadi ketagihan…ternyata selain bisa untuk berkomunikasi dengan teman-teman lama, saya juga bisa bisnis lewat FB,” ungkapnya. Sosoknya yang kocak ketika penulis bertemu dengan Wahyu memang menjadi ciri khas tersendiri. Leluconnya yang segar dan kreatif membuat penulis tidak bisa menahan tawa. Sesuai dengan karakternya yang lucu dan kreatif ini, menjadi sesuatu yang ingin ditonjolkannya melalui Facebook. Di Facebook, Wahyu mengaku ingin dikenal dan membangun personal branding sebagai seorang pengusaha yang kreatif. Pria lulusan Universitas Gajah Mada ini menggeluti sebuah lahan bisnis yang menuntut kreativitas tinggi untuk berkembang sekaligus menjadi nilai jual serta ciri khas tersendiri. Wahyu adalah seorang pengusaha ide kreatif yang diungkapkannya melalui kaos-kaos, dengan brand “AdaIdeAja”. Bagi Wahyu, sosok seorang pengusaha memang dituntut harus pantang menyerah dan kreatif baik dalam menciptakan produk tertentu maupun menemukan peluang-peluang. Selain itu, pengusaha juga sebaiknya dapat bermanfaat tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi orang lain. Berikut penuturannya: “Menurut saya, dia (pengusaha) bisa bermanfaat bagi orang banyak. Karena seorang pengusaha sukses itu sebaiknya bisa juga membuat sukses orang lain. Minimal kan pegawai-pegawai. Karena kita kan menciptakan lapangan kerja. Biasanya kreatif, terus pantang menyerah” (12/01/2010).
218
Terkait dengan Facebook, Wahyu menggunakan fitur-fitur dalam Facebook untuk membangun personal branding sebagai sosok seorang pengusaha, seperti foto, Note, status update, serta link. Tidak jauh berbeda dengan Account Facebook miliknya, menurut Wahyu, Facebook ideal seorang pengusaha bisa terlihat dari foto-foto yang di-upload biasanya foto produk-produk yang ditawarkannya, kemudian juga menghubungkan dengan website atau blog pribadi yang dimiliki ke Facebook. Status update pun tidak hanya berisi kalimat-kalimat motivasi, namun juga bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan produk. Seperti yang dijelaskannya berikut ini: “Biasanya, paling banyak dari foto-foto, saya sering upload foto sample produk saya. Note, juga saya pakai, seperti yang saya bilang tadi, saya kan suka nulis, jadi saya suka nulis yang lucu-lucu juga, sama status yang paling sering saya ganti-ganti. Nanti saya tulis status yang lucu-lucu. Oya, sama saya link-an juga tadi websitewebsite saya ke Facebook” (12/01/2010). “Biasanya ya, nggak beda jauh sama Facebook saya. Biasanya dia upload foto-foto produknya buat promosi atau bahkan video, kalau dia punya website bisnisnya, ya biasanya di-link-kan dari FB-nya itu, terus juga kadang dari statusnya juga bisa. Misalnya kalau lagi promo produk baru, selain upload foto, tulis juga di status. Atau status-status update-nya biasanya banyak kalimat positif kayak kata-kata motivasi” (12/01/2010). (1) Profile Information Wahyu memanfaatkan fitur Profile Information untuk menuliskan segala data dirinya, guna mendukung personal branding-nya sebagai seorang pengusaha.
219
Gb. 3.60 Profile Information Wahyu Liz “Ada Ide Aja”
220
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts#!/WahyuLiz?v=info&r ef=ts, Update 10 Januari 2010
“…karena itu nama brand kaos saya…jadi ya kan bisa lebih dikenal sebagai Wahyu itu yang punya kaos ‘Ada Ide Aja’, ungkapnya ketika penulis bertanya seputar alasan di balik penggunaan nama ‘Wahyu Liz AdaIdeAja’ di Facebook-nya. Hal tersebut bisa menunjukkan bahwa dia seorang pengusaha. Selain dari nama yang dipakainya, kesan bahwa Wahyu ini adalah seorang pengusaha, dia menuliskan pada “I am interesting in Business” dan “business development” pada activities dan Interest. Beberapa website usahanya tercantum pula pada contact information, pada grup yang diikuti oleh Wahyu ada beberapa grup-grup bertema entrepreneurship, seperti waralaba Indonesia, pesta wirausaha, dan TDA Jogja. Work Information pun semakin menguatkan bahwa Wahyu adalah seorang pengusaha, karena dengan jelas tertulis bahwa dia adalah CEO dari Adaideaja enterprise.
221
Sementara itu kesan pengusaha yang memiliki ide kreatif bisa terlihat dari kata-kata yang ditulisnya pada bagian About Me, ditulisnya “Penderita humor ganas stadium Gambir, sebelum lihat karyaku sediakan P3K (pertolongan pertama pada kecekakaan)”, jelas ini adalah kata-kata yang diolah oleh Wahyu menjadi kata-kata plesetan yang kocak. Meski banyak ide kreatif di kepalanya, namun Wahyu dalam beberapa item dalam Profile Information tetap mengisinya dengan jujur dan lengkap, karena baginya sebagian besar data diri tersebut berkaitan dengan kepercayaan orang terhadap dia dan bisnis yang dijalankannya. Berikut penjelasannya pada penulis: “Wah, kalau data diri semacam itu kan berkaitan dengan kepercayaan orang terhadap saya, dalam hal ini hubungannya dengan bisnis saya. Jadi saya tulis lengkap, nggak main-main. Jadi saya semua yang saya tulis itu jujur tidak ada yang saya tutupi. Karena jujur dan kepercayaan kan penting dalam bisnis. Kalau nggak jujur, nggak dipercaya, gimana mau dapat rekan bisnis. Gimana bisnis saya bisa laku?” (12/01/2010). (2) Friends Dalam hal berteman di Facebook, pengusaha muda ini termasuk orang yang terbuka pada siapa saja yang ingin berteman dengannya di Facebook. Wahyu bukan tipe orang yang pilih-pilih dalam berteman. Dia sering mengundang orang menjadi temannya maupun diundang untuk menjadi teman. Orang-orang yang telah dikenal sebelumnya dan orang-orang yang berpeluang menjadi rekan bisnisnya, adalah alasannya mengundang seseorang menjadi temannya. “Saya nggak terlalu milih-milih…Justru kalau mereka me-add saya menjadi teman mereka kan berarti menambah kesempatan saya menawarkan produk saya sama
222
mereka,” ungkapnya ketika ditanya perihal alasannya selalu menerima orang menjadi temannya di Facebook. Gb. 3.61 Daftar Teman Wahyu di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts#!/WahyuLiz?v=Wall&r ef=ts, update 30 Maret 2010
Namun Wahyu juga tetap berhati-hati pada orang-orang tertentu yang menjadi temannya di Facebook, yang berniat jahat padanya dengan membajak karya-karya yang dimuatnya pada album fotonya. “…kalau pada akhirnya saya tau dia membajak karya-karya saya yang saya pajang di FB, langsung saya remove aja dia. Karena banyak juga yang nakal kayak gitu,” ujarnya. Dari caranya berteman di Facebook yang terbuka pada semua orang untuk menjadi temannya sebagai sasaran atau target market bisnisnya ini, mendukung personal brandingnya sebagai seorang pengusaha. (3) Status Update Seperti yang telah dituliskan di atas sebelumnya, mengungkapkan bahwa status update adalah salah satu fitur yang dimanfaatkan oleh pria yang mengaku
223
sering meng-update status ini, untuk mendukung personal brand yang dibangunnya sebagai seorang pengusaha. Berikut beberapa tampilan status-status update yang pernah ditulis Wahyu: Gb. 3.62 Status-status Update Wahyu
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts#!/WahyuLiz?v=Wall&r ef=ts, update 30 Maret 2010
Seperti yang bisa dilihat pada tampilan di atas, Wahyu mengaku sering menuliskan status-status update yang lucu, kreatif, dan kocak. Namun selain itu dia menuliskan kalimat-kalimat motivasi. Tulisan seputar kegiatannya yang berhubungan dengan bisnis dan mempromosikan produk terbarunya pun tidak ketinggalan menjadi bahan untuk memperbarui statusnya. Seperti yang dituturkannya pada penulis berikut ini: “Saya selalu nulis status yang lucu-lucu dan asyik aja. Pokoknya yang membuat kesan orang lain ke saya itu ‘Ini Anak Ada Ide Aja’. Jadi, ide itu nggak ada matinya buat saya. Sampai ada bilang ke saya ‘Saya dan teman-teman di kantor itu kalau pagi buka FB yang dibuka
224
langsung liat FB-nya Mas, soalnya lucu-lucu bikin ketawa’ contohnya karena ini kan lagi heboh kasus pembobolan ATM, tadi pagi saya tulis status ‘Panik! ATM-ku kebobolan juga…Duit-ku raib! Setelah diusut-usut ternyata tak jikuk dhewe! Lali…’ ya pokoknya kayak gitu. Semacam itu. Kadang juga ada kalimat motivasi juga. Atau saya tulis kegiatan saya yang berhubungan dengan bisnis, terus promo produk baru saya juga kadang” (12/01/2010). Wahyu yang suka menuliskan status update dengan gaya bahasa yang kocak ini mengaku sengaja menuliskan status-status semacam itu untuk mendukung personal branding-nya sebagai seorang pengusaha ide kreatif. “…kan usaha saya kan juga nggak jauh-jauh dari dunia kreatif,” ujarnya. Selain itu pria yang satu ini pun mengaku memiliki banyak ide-ide lucu di kepalanya, yang memang ingin dia ungkapkan lewat status-status update tersebut. Seperti pengakuannya berikut ini; “Karena saya suka aja. Lagipula juga memang saya ini kelebihan ideide lucu gitu. Ada yang sering komentar ke saya, ‘wah…emang nggak ada matinya. Ada…aja idenya’. Aku kan pernah bilang dan aku jadiin desain kaosku aku tulis ‘FB itu Futih Biru’ FB itu kan memang selalu putih biru kan” (12/01/2010). (4) Note Dalam fitur Note ini, Wahyu bisa menyalurkan hobi menulisnya. Berbagai macam topik pernah ditulis pria yang sering menjadi penulis cerita beberapa episode acara komedi Opera Van Java ini di dalam Note. Namun dari semua topik yang dipilih untuk menjadi bahan tulisannya adalah topik-topik yang unik, dengan kemasan gaya bahasa yang kocak dan kreatif. “Ya beda-beda…tergantung apa yang lagi “In’ di masyarakat…kayak kemarin waktu heboh film 2012, ya saya tulis, terus waktu ramadhan juga saya buat tulisannya juga, yang jelas kalau unik dan asyik ya saya tulis. Saya juga nulis-nya dengan judul yang unik dengan gaya
225
bahasa yang lucu dan asyik. Jadi kan orang tu seneng kalau baca tulisan saya,” ungkapnya. Unik di mata seorang Wahyu adalah sesuatu yang belum pernah atau tidak terpikirkan oleh orang lain sebelumnya. “Ya…contohnya ‘Mengapa di Indonesia banyak sekali DVD bajakan dijual di jalan? Karena akibat penjajahan Belanda sejak zaman dulu yang menerapkan politik DiViDi et emperan’. Ya semacam itulah,” ujarnya ketika penulis memintanya menyebutkan contoh ide yang unik tersebut
226
Gb. 3.63 Note di Facebook Wahyu
227
Sumber: http://www.Facebook.com/profile.php?id=1041997282&v=photos&ref=ts#!/WahyuLiz?v=app_23 47471856&ref=ts, update 30 Maret 2010
Bisa dilihat pada contoh dua buah Note yang pernah ditulis pria yang penuh ide-ide gila ini. Mulai dari kalender Bangsa Maya yang sempat menjadi pembicaraan hangat ketika isu kiamat di tahun 2012, dan Wahyu membuat tulisannya dikemas dengan kreatif. Yang kedua, menyambut Piala Dunia 2010, Wahyu pun membuat tulisan yang kocak tentang panduan menonton acara bola, lengkap dengan logo Piala Dunia 2010 yang diplesetkannya. Dua tulisan di atas semakin memperkuat personal branding Wahyu sebagai seorang pengusaha yang memiliki segudang ide-ide kreatif.
228
(5) Link Fitur link ini dimanfaatkannya untuk menghubungkan Facebook langsung ke website dan blog pribadinya. Seperti tampilan di bawah ini: Gb. 3.64 Blog Pribadi Wahyu yang Dihubungkan ke Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/posted.php?id=1109064817&start=0&hash=89ade47bbc73320b87a1de13b58a7345 , update 16 Maret 2010
Dengan menggunakan fitur link ini, semakin menguntungkan bagi Wahyu. Karena segala informasi tentang produk-produk kaos “AdaIdeAja” semakin mudah diakses oleh teman-teman yang menjadi target market dalam bisnis ini.
229
Tulisan-tulisan di blog-nya yang mengambil topik bahasan seputar kewirausahaan dengan mudahnya bisa langsung diakses. (6) Foto Pada fitur foto ini banyak dimanfaatkan oleh pria yang mengaku sering meng-upload foto-foto ini untuk mempromosikan produk kaos “AdaIdeAja” serta kegiatan-kegiatannya yang berhubungan dengan bisnisnya. “Ya sebagian besar contoh gambar produk kaos saya…desain-desain terbaru kalau ada saya upload aja. Kemudian kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bisnis saya, kayak waktu saya diliput juga saya upload,” ujarnya. Gb. 3.65 Foto-foto di Facebook Wahyu
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/WahyuLiz?v=photos, Update 16 Maret 2010
230
Foto-foto tersebut hanyalah sebagian kecil dari sekian banyaknya foto yang diunggah Wahyu dalam album foto Facebook. Mulai dari foto produk kaosnya, foto salah satu outlet yang dimilikinya, fotonya bersama komunitas pengusaha, foto website-website usahanya, serta foto sebuah liputan dalam koran tentang bisnisnya yang telah meraup sukses, hingga mampu membuka cabang di beberapa kota seperti Depok, Solo, Yogyakarta, Bogor, dan Bandung. Bagi Wahyu, dengan menampilkan foto-foto tersebut bisa semakin mendukung kuat personal branding-nya sebagai seorang pengusaha. “…lewat-lewat foto-foto itu kan orang bisa lihat produk-produk saya, kan dari situ juga orang bisa kenal saya, kalau saya kreatif dengan menciptakan berbagai macam desain kaos-kaos lucu kreatif to…sukur-sukur tertarik bisa langsung pesen kaos saya,” ungkapnya. Sudah bisa terlihat jelas dari uraian di atas, bahwa Wahyu membangun personal branding-nya di Facebook sebagai seorang pengusaha ide-ide kreatif. Wahyu memiliki sesuatu yang menjadi ciri khasnya yaitu berupa kemampuan mengolah kata-kata menjadi sebuah lelucon yang segar dan kreatif. Ide-ide kreatif yang diungkapkannya melalui kaos tersebut membuatnya berbeda dengan pengusaha lainnya dan semakin memperkuat personal branding online yang dibangunnya. Hal ini bisa tercermin dari cara-caranya menggunakan fitur-fitur di Facebook seperti Profile Information, Friends, status update, foto, Note, serta link yang telah dibahas sebelumnya di atas.
231
b. Analisis Data (1) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik Kristie Tamvecius, sebagai berikut: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Wahyu telah menentukan diri sebagai seorang pengusaha. Lebih tepatnya sebagai pengusaha ide-ide kreatif. “Ya…pingin dikenal sebagai seorang entrepreneur…pengusaha,” ungkapnya. Pembawaannya yang humoris, hingga mampu membuat lelucon yang segar dan unik, menjadi salah satu kelebihannya. “Lagipula juga memang saya ini kelebihan ide-ide lucu gitu. Ada yang sering komentar ke saya, ‘wah…emang nggak ada matinya. Ada…aja idenya’,” tuturnya pada penulis. 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Sekadar mengidentifikasi diri sebagai pengusaha dengan segudang ide kreatif tentu saja tidak akan cukup bagi Wahyu untuk membangun personal branding. Demi memperkuat personal branding yang dibangun sebagai seorang pengusaha, maka Wahyu pun menentukan hal-hal yang bisa dilakukannya. Membuat dirinya unik dan berbeda dari pengusaha yang lain, dengan menuangkan ide-ide kreatifnya pada media kaos. Ide-ide kreatifnya seakan tidak pernah habis untuk memproduksi sesuatu produk-produk baru dalam bentuk kalimat-kalimat plesetan yang unik dan kocak. Tidak terbatas pada media kaos, ide-ide kreatifnya dituangkannya dalam bentuk tulisan yang rencananya akan dibukukan. “Ini sih sebenarnya saya lagi nyusun tulisan-tulisan lucu saya itu buat dicetak jadi buku,” tuturnya. Selain itu, salah satu stasiun televisi sering memintanya untuk
232
menuliskan ide cerita sebuah acara komedi. “Saya juga sering ko diminta nulis naskah cerita buat Opera Van Java,” ungkapnya. Dilihat dari penyajian data sebelumnya, bisa terlihat bahwa di Facebook pun Wahyu sengaja menentukan hal-hal yang dilakukannya agar membuat Account Facebook-nya memiliki ciri khas tersendiri untuk membangun personal branding-nya sebagai pengusaha ide-ide kreatif yang unik dan kocak. 3. Position Yourself (Memposisikan Diri) Wahyu yang memiliki kelebihan dan ciri khas tersendiri dibanding yang lain, telah menciptakan positioning bagi dirinya sebagai pengusaha yang penuh dengan ide-ide yang lucu dan unik. Hal ini tercermin dari respon beberapa orang yang menjadi temannya di Facebook, seperti petikan pengakuannya berikut ini: “Ada yang sering komentar ke saya, ‘wah…emang nggak ada matinya. Ada…aja idenya’” (12/01/2010). “Sampai ada bilang ke saya ‘Saya dan teman-teman di kantor itu kalau pagi buka FB yang dibuka langsung liat FB-nya Mas, soalnya lucu-lucu bikin ketawa’” (12/01/2010). Gb. 3.66 Pesan Wall untuk Wahyu
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/WahyuLiz?v=Wall, update 30 Maret 2010
233
Tampilan di atas, bisa menunjukkan bagaimana respon orang-orang terhadap Wahyu. Ada yang memuji produk kaosnya dan ada yang mengakui ide kreatif Wahyu. Hal tersebut bisa mengindikasikan positioning Wahyu di mata orang-orang yang menjadi temannya di Facebook. 4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa dengan memanfaatkan Facebook sebagai media untuk memasarkan dirinya, serta mengelola Account Facebook-nya seperti yang diulas pada penyajian data sebelumnya, maka Wahyu telah sampai pada tahap pengelolaan brand untuk memperkuat dan menjaga personal brand yang dibangun sebagai seorang pengusaha ide-ide kreatif yang unik dan kocak.
(2) Analisis berdasarkan pada model membangun personal branding milik Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Pada tahap ini, Wahyu telah menentukan ambisi pribadinya, sebagai seorang pengusaha. Hal ini tersirat dari pilihannya untuk menjadi seorang pengusaha.
“Ya…pingin dikenal sebagai seorang entrepreneur…pengusaha,”
ungkapnya. Sebagai seorang pengusaha, Wahyu pun memegang teguh akan sebuah “kejujuran”. “…semua yang saya tulis itu jujur tidak ada yang saya tutupi. Karena jujur dan kepercayaan kan penting dalam bisnis,” tandasnya. Selain kejujuran, sebagai seorang pengusaha, Wahyu pun berpendapat bahwa pengusaha
234
harus bermanfaat tidak bagi diri sendiri saja namun juga bagi orang lain, harus kreatif dan pantang menyerah. Berikut pernyataannya pada penulis: “…bisa bermanfaat bagi orang banyak. Karena seorang pengusaha sukses itu sebaiknya bisa juga membuat sukses orang lain. Minimal kan pegawai-pegawai. Karena kita kan menciptakan lapangan kerja. Biasanya kreatif, terus pantang menyerah” (12/01/2010). Pribadinya yang humoris hingga mampu membuat banyak lelucon kreatif adalah hal yang menjadi daya tarik tersendiri. Dia pun mengaku sebagai orang yang memiliki banyak ide-ide lucu di kepalanya, “Lagipula juga memang saya ini kelebihan ide-ide lucu gitu. Ada yang sering komentar ke saya, ‘wah…emang nggak ada matinya. Ada…aja idenya’,” tuturnya. Hingga dirinya pun sering diminta menulis cerita acara komedi televisi yang menjadi salah satu acara yang menjadi favorit, yaitu Opera Van Java, “Saya juga sering ko diminta nulis naskah cerita buat Opera Van Java,” ungkapnya. Kelebihannya ini membuatnya tertantang membuat sebuah buku yang berisi kumpulan tulisan-tulisannya yang kocak, yang saat ini masih dalam tahap penyusunan. “Ini sih sebenarnya saya lagi nyusun tulisan-tulisan lucu saya itu buat dicetak jadi buku,” jelasnya. Ambisinya sebagai seorang pengusaha, nilai-nilai yang dipegangnya, serta kelebihan yang dimilikinya tersebut menunjukkan bahwa Wahyu telah melakukan tahap ini. 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Sebagai seorang pengusaha, Wahyu membuat dirinya berbeda dari pengusaha lainnya. Tidak terbatas hanya pada sebutan sebagai pengusaha kaos, namun lebih dari itu Wahyu ingin lebih dikenal orang sebagai pengusaha yang kaya akan ide-ide kreatif. Baginya, kaos hanya salah satu media yang bisa dimanfaatkan untuk menyalurkan ide-ide kreatifnya hingga mampu meraup
235
pundi-pundi rupiah. “Pengusaha ‘Ide kreatif lucu’, yang dalam hal ini saya ungkapkan melalui bisnis kaos-kaos,” tuturnya. Kemampuannya berkreasi dalam membuat kalimat-kalimat plesetan yang kocak, unik, orisinal, dan tidak terpikirkan sebelumnya oleh orang lain menjadi ciri khas dan nilai lebih bagi Wahyu maupun produk-produk kaosnya. Hal tersebut bisa tercermin dari petikan pengakuannya berikut ini: “Saya selalu nulis status yang lucu-lucu dan asyik aja. Pokoknya yang membuat kesan orang lain ke saya itu ‘Ini Anak Ada Ide Aja’. Jadi, ide itu nggak ada matinya buat saya” (12/01/2010). “Bagi saya unik itu yang belum pernah atau nggak pernah terpikirkan orang lain sebelumnya” (12/01/2010). “Ya…contohnya ‘Mengapa di Indonesia banyak sekali DVD bajakan dijual di jalan? Karena akibat penjajahan Belanda sejak zaman dulu yang menerapkan politik DiViDi et emperan.’ Ya semacam itulah” (12/01/2010). “Aku kan pernah bilang dan aku jadiin desain kaosku aku tulis ‘FB itu Futih Biru’ FB itu kan memang selalu putih biru kan” (12/01/2010). Sampai saat ini, “Ada Ide Aja” menjadi sebuah brand dari dirinya, sekaligus produk-produk kaosnya. “…bisa lebih dikenal sebagai Wahyu itu yang punya kaos ‘Ada Ide Aja’,” ujarnya. Hingga sekarang banyak orang yang lebih mengenalnya sebagai “Wahyu Ada Ide Aja”. Keunikan Wahyu tersebut mampu menarik perhatian orang-orang secara emosional. Leluconnya yang mengundang tawa dan menghibur, banyak disukai orang-orang. Hal ini tercermin dari petikan cerita Wahyu berikut ini: “Sampai ada bilang ke saya ‘Saya dan teman-teman di kantor itu kalau pagi buka FB yang dibuka langsung liat FB-nya Mas, soalnya lucu-lucu bikin ketawa’, contohnya karena ini kan lagi heboh kasus pembobolan ATM, tadi pagi saya tulis status ‘Panik! ATM-ku
236
kebobolan juga…Duit-ku raib! Setelah diusut-usut ternyata tak jikuk dhewe! Lali…’ ya pokoknya kayak gitu” (12/01/2010). 3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC). Pada tahap ini, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap Wahyu, penulis bisa menilai bahwa Wahyu telah merumuskan personal balanced scorecard (PBSC). Sebagai seorang pengusaha dia telah berpikir bagaimana memanfaatkan Facebook tidak hanya sebagai situs pertemanan semata. Akan tetapi lebih dari itu, dia bisa melihat peluang bahwa Facebook dapat digunakan sebagai media pemasaran bagi lahan bisnisnya. “…ternyata selain bisa untuk berkomunikasi dengan teman-teman lama, saya juga bisa bisnis lewat FB,” terangnya. Wahyu sadar betul bahwa apa yang dilakukan terhadap Facebook-nya, seperti penulisan status-status update yang kocak, tulisan-tulisannya di Note yang unik, kata-kata yang dituliskannya pada About Me, serta foto-foto yang dimuatnya di Facebook demi mendukung personal branding yang dibangunnya sebagai seorang pengusaha ide-ide kreatif yang sekaligus mampu memperkuat brand dari produk kaosnya (Ada Ide Aja). Berikut penuturan Wahyu: “…paling banyak dari foto-foto, saya sering upload foto sample produk saya. Note, juga saya pakai, seperti yang saya bilang tadi, saya kan suka nulis, jadi saya suka nulis yang lucu-lucu juga, sama status yang paling sering saya ganti-ganti. Nanti saya tulis status yang lucu-lucu. Oya, sama saya link-an juga tadi website-website saya ke Facebook” (12/01/2010). Hal-hal yang dilakukan Wahyu tersebut di atas secara otomatis menunjukkan kesengajaan Wahyu dalam merencanakan semuanya terlebih dahulu, perihal apa akan dilakukannya terhadap Facebook-nya untuk mendukung personal branding yang dibangunnya sebagai seorang pengusaha ide-ide kreatif.
237
4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Dengan memasarkan personal brand-nya melalui Facebook, dan mengelola Facebook-nya sedemikian rupa seperti yang telah diulas lengkap pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Wahyu telah sampai pada tahap pengimplementasian personal branding yang dibangun sebagai seorang pengusaha ide-ide kreatif. Bahkan dari Facebook-nya, dapat diketahui bahwa Wahyu tidak hanya menggunakan Facebook saja dalam memasarkan personal brand-nya. Website, blog pribadi, serta tulisan media cetak (surat kabar), digunakannya untuk semakin memperkuat personal brand yang dibangunnya. Berikut hal-hal yang bisa membuktikan pemasaran personal brand-nya di media massa selain Facebook: Gb. 3.67 Website, Blog, media cetak yang mendukung personal brand Wahyu
238
Sumber; http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/WahyuLiz, update 30 Maret 2010
11. Bima – Pelajar a. Penyajian Data Facebook memang telah menjamur pada semua kalangan tingkat ekonomi dan usia. Tidak terkecuali Bima Atmaja Nityasa Pambudi Kartika Putra, salah seorang pelajar yang ikut terkena demam situs jejaring sosial Facebook. Bima yang akrab dipanggil Rere ini mengaku menjadi salah satu pemakai Facebook sejak dia duduk di bangku kelas VIII atau kelas II SMP, hingga kini dia duduk di kelas XI. Tren ber-Facebook menjadi alasan Bima untuk ikut membuat Account Facebook.
239
Dalam dunia Facebook, Bima yang hobi bermain game ini mengaku lebih ingin dikenal sesuai dirinya apa adanya, sebagai seorang pelajar. Menurutnya, dirinya adalah pelajar yang biasa seperti layaknya pelajar-pelajar lainnya. Kegiatan yang dilakukannya dengan yang dilakukan pun tak jauh berbeda dengan pelajar pada umumnya, seperti bersekolah, belajar, mengerjakan tugas, mengikuti organisasi atau bahkan mempunyai prestasi tersendiri. Seperti yang diutarakan oleh Bima berikut ini: “...jadi siswa yang wajar-wajar aja, kalau sekolah ya sekolah, belajar, ngerjain tugas, mungkin ikut les-les, gabung organisasi kalau perlu. Lebih bagus lagi kalau bisa jadi juara apa gitu, punya prestasi. Intinya yang nggak usah neko-neko, kayak kebut-kebutan, ngerokok, nggak ugal-ugalan lah Mbak” (24/01/2010). Dalam ber-Facebook bagi Bima, Facebook seorang pelajar bisa dilihat dari foto yang dipasang biasanya ada yang memakai seragam sekolah, dari Profile Information-nya bisa dilihat juga berapa umur Bima dan di mana ia bersekolah. Kemudian yang unik adalah biasanya para siswi yang menulis status update menggunakan bahasa “Alay” yang saat ini sedang menjadi tren. Seperti yang diungkapkan Bima berikut ini: “Kalau menurut saya, biasanya anak sekolah bisa dilihat dari fotofotonya. Kadang pas pakai seragam, lagi foto di sekolahnya, di kelas. Terus didukung juga sama dari Profile Information-nya dia, yang menyebutkan dia sekolah di mana. Terus juga kalau FB-nya tementemen saya yang cewek-cewek itu nulis status itu nulis-nya pakai singkatan yang nggak lazim, nggak bisa dimengerti, terlalu lebay. Kayak nulis “Aku capek banget” aja jadi “Akyu cpeg beudd” nulis “kok gitu sih?” juga jadi “ kugh gitchuu ciihh?” (sambil menuliskan contoh) aduh…hampir semua temen-temen yang cewek kayak gitu nulis-nya. Tapi cuma cewek aja. Cowok nggak ada, kalau ada malah aneh kalau ikut-ikutan nulis kayak gitu juga. Kalau cowok nulis-nya ya biasanya aja. Lazim. Nggak tau kenapa cewek-cewek itu pada lebay” (24/01/2010).
240
Namun ternyata pelajar yang menimba ilmu di sekolah bertaraf internasional ini mempunyai pendapat tersendiri tentang bagaimana Facebook ideal yang sebaiknya dimiliki oleh seorang pelajar. Menurut Bima, seorang pelajar tidak seharusnya memasang foto-foto vulgar serta menghindari penulisan kalimatkalimat yang kasar. Seperti yang dijelaskan Bima di bawah ini: “Ya intinya, yang bener aja. Kalau comment misalnya ya, yang bener jangan aneh-aneh, sampai menulis kata-kata kasar atau vulgar sampai mesti pake bintang-bintang (*) gitu. Ya udahlah nulis-nya kalau emang pingin nulis marah-marah di FB mbok ya jangan sampai berlebihan kayak gitu. Kan soalnya kadang ada yang kayak gitu Mbak. Terus kalau masang foto jangan sampai yang vulgar. Kalau itu cewek-cewek banyak juga yang pakai foto sexy. Janganlah. Kalau kayak gitu rusak..nggak bener. Terus gitu ntar dapet temen-temen juga biasanya yang sama nggak bener-nya” (24/01/2010). (1) Profile Information Dalam mengisikan data dirinya pada halaman Profile Information, Bima menuliskan segala informasi mengenai dirinya, seperti yang bisa dilihat pada tampilan berikut ini: Gb. 3.68 Profile Information Bima NPKP
241
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/bimatmaja?v=info&ref=ts, update 11 Maret 2010
Terlihat dari tampilan di atas, tertulis nama Bima NPKP (Rere NPKP) adalah nama panjang Bima yang disingkat, sedangkan Rere adalah nama panggilan Bima yang telah akrab di kalangan teman-temannya. Tidak seperti teman-temannya yang lebih sering memakai nama yang bukan sebenarnya di Facebook, Bima justru memakai nama aslinya. Seperti yang diungkapkan Bima berikut ini: “Ya, saya suka nama saya. Saya bangga, nama saya kan bagus Mbak. Udah bagus, kenapa harus diganti pakai nama palsu? Banyak memang temen yang pakai nama palsu, nama yang aneh-aneh. Mbak bisa lihat di daftar temen-temen itu. Sebenarnya sebel juga Mbak, kenapa nama kok diganti-ganti nggak pakai nama asli aja. Kadang saya jadi nggak tau orang ini siapa. Setelah saya liat Profile-nya ternyata temen saya sendiri. Cuma gara-gara dia ganti nama, jadi nggak kenal” (24/01/2010).
242
Rasa kekagumannya akan negara Rusia pun, diungkapkannya dengan menuliskan “Vladivostok Russia” sebagai tempat tinggal dan tanah kelahirannya meski Bima mengaku sebagai asli “Wong Solo” dan tinggal di Solo. “…itu cuma karena suka Rusia aja. Jadi saya tulis begitu”, ujarnya Pada bagian “About Me” tertulis pula “Saya sekarang sekolah di SBBS” dan pada bagian Education Information tercantum informasi nama sekolah tempat Bima menimba ilmu yaitu “Sragen Bilingual Boarding School ’09”. Dengan informasi-informasi tersebut Bima ingin menunjukkan bahwa dia adalah seorang pelajar. (2) Friends Dalam hal berteman di Facebook, Bima yang mengaku lebih sering mengundang orang untuk menjadi temannya ini, hanya mengundang orang-orang yang sudah dikenalnya. “Biasanya saya cari teman-taman lama, sama temanteman yang saya kenal tapi belum jadi teman di FB”, ungkapnya. Gb. 3.69 Daftar Teman-Teman Bima di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/bimatmaja?v=Wall&ref=ts, update 11 Maret 2010
243
Namun ternyata Bima termasuk orang yang cukup selektif dalam menerima seseorang menjadi teman di Facebook. “kalau Profile mereka jelas, ada fotonya, dan Mutual Friends-nya banyak, saya confirm. Soalnya kalau nggak ada fotonya, atau Mutual Friends-nya cuma dikit atau bahkan nggak ada sama sekali ya di-ignore aja. Itu nggak niat temenan namanya. Saya nggak suka”, terangnya ketika penulis bertanya perihal kriteria orang-orang yang diterima menjadi temannya di Facebook. Bima yang mengaku sebagian besar teman-temannya di Facebook adalah teman-teman sekolahnya sejak bangku sekolah dasar hingga SMA, secara tidak langsung mendukung personal branding yang dibangun sebagai seorang pelajar. “Ya emang sebagian besar temen-temen sekolah zaman SD sampai SMA ”, ujarnya. (3) Foto Fitur foto ini juga tidak luput dari perhatian Bima, untuk meng-upload foto-foto yang dimilikinya. “Macem-macem. Kalau kemarin baru aja, saya upload foto pas lagi kegiatan di sekolah. Ada juga foto-foto sama temen-temen sekolah, sama keluarga”, ujar Bima ketika ditanya perihal foto-foto apa saja yang biasa ditampilkannya di Facebook. Berikut beberapa contoh foto-foto yang tersimpan di Facebook Bima.
244
Gb. 3.70 Foto-Foto di Facebook
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/bimatmaja?v=photos&ref=ts, update 11 Maret 2010
Dari foto-foto di atas, menampilkan kegiatan Bima pada saat kegiatan di sekolah serta foto-foto saat bersama keluarganya. Bima yang mengaku memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga ini, sangat menyayangi keluarganya. Baginya keluarga memiliki arti yang sangat besar. Seperti yang diceritakan Bima berikut ini: “Ya artinya besar banget, Mbak. Keluarga itu kan tempat kumpulkumpul. Kalau kumpul sama temen kan belum tentu semuanya bener, tapi kalau keluarga kan kita berkumpul dengan orang-orang yang bener. Terus kalau lagi sakit juga pulangnya ke keluarga. Apalagi sekarang saya tinggal di asrama yang pulangnya dua minggu sekali, jadi sering kangen sama keluarga” (24/01/2010). Maka dari itu, Bima menampilkan foto-foto bersama keluarganya di Facebook. Dengan dia menampilkan kedekatannya bersama keluarga di Facebook, dia memiliki harapan agar teman-temannya juga memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga mereka. Seperti yang diungkap Bima di bawah ini: “Ya…harapan dalam hati maksudnya sih, biar temen-temen yang lain ikutan juga, pasang foto keluarga mereka. Kan saya pernah tanya
245
temen sekolah, “kenapa kamu nggak pulang?” dia-nya cuma jawab “nggak, enakkan di asrama” kan gitu bisa dinilai anak ini nggak deket sama keluarga. Padahal kalau saya udah kangen banget pinginnya pulang terus” (24/01/2010). Selain foto-foto bersama keluarga, foto-foto Bima bersama teman-teman di sekolahnya, sengaja ditunjukkannya melalui Facebook, karena Bima mengaku bangga bisa mendapat kesempatan untuk belajar di sekolah elit dan bertaraf internasional tersebut. “Iya, bangga banget, bisa sekolah di SBBS. Kan itu sekolah elite dan masuknya aja susah, sekolah internasional,” terangnya. Dan hal ini semakin memperkuat personal branding Bima sebagai seorang pelajar yang juga dekat dengan keluarganya. Dari uraian di atas, tampak bahwa Bima secara tidak langsung sedang membangun personal branding-nya sebagai seorang pelajar yang dekat dengan keluarga. Hal ini bisa terlihat dari beberapa fitur yang digunakan Bima, mulai dari profile information yang menunjukkan bahwa dia salah seorang siswa dari Sragen Bilingual Boarding School, Friends yang sebagian besar merupakan teman-teman sesama pelajar, serta foto yang menampilkan kegiatan Bima di sekolah dan moment kedekatan Bima bersama keluarganya.
b. Analisis Data (1) Penyajian data di atas dapat dianalisis dengan menggunakan metode membangun personal branding menurut Kristie Tamvecius: 1. Determine Who You Are (Menentukan Diri Seseorang Sebenarnya) Bima Atmaja Nityasa Pambudi Kartika Putra saat ini telah menetapkan pilihan dirinya sebagai seorang pelajar, seperti statusnya yang hingga kini masih
246
terdaftar sebagai murid di Sragen Bilingual Boarding School. “Ya pingin dikenal sebagai anak sekolah saja, ya pelajar gitu,” ungkapnya. Cerdas menjadi kelebihan bagi Bima. Mendapatkan kesempatan untuk bersekolah di Sragen Bilingual Boarding School, merupakan salah satu bukti bahwa Bima termasuk anak yang cerdas. Untuk mampu menjadi murid di sekolah elite bertaraf internasional yang mengadopsi sistem pendidikan dari Negara Turki ini, harus memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik. Karena hampir semua materi yang diajarkan menggunakan Bahasa Inggris. Seperti Bima yang mengaku bangga bisa diterima di sekolah tersebut, “…bangga banget, bisa sekolah di SBBS. Kan itu sekolah elite dan masuknya aja susah, sekolah internasional”. Selain itu Bima yang juga ditunjuk untuk mewakili sekolahnya dalam lomba karya ilmiah tingkat nasional berhasil menyabet juara pertama dan akan dikirim ke Negara Brazil. Seperti petikan pernyataannya berikut ini dan tampilan status update Bima: “Kebetulan sekarang saya lagi ngerjain project karya ilmiah buat lomba jadi boleh bawa laptop, karena ada Wi-Fi nya saya bisa curi-curi sedikit.” (24/01/2010) Gb. 3.71 Status Update Bima dan Komentar-Komentar Dari Teman
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/bimatmaja?v=Wall&ref=ts, update 11 Maret 2010
247
Selain sebagai seorang pelajar, sisi lain dari Bima yang tidak bisa lepas dari dirinya adalah sebagai seorang anak kedua dari tiga bersaudara. Bima adalah anak yang beruntung karena memiliki keluarga yang bahagia dan dekat dengan dirinya. Kedekatannya bersama keluarga menjadi nilai tambah tersendiri bagi Bima. Hal ini menunjukkan bahwa Bima mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang utuh dari keluarganya sebagai lingkungan terdekat yang ikut bertanggung jawab mendidik remaja seusianya. Seperti yang tercermin dari pernyataan Bima berikut ini: “Iya Mbak. Saya deket sama keluarga. Saya sayang sama keluarga lah Mbak . Ya artinya besar banget, Mbak. Keluarga itu kan tempat kumpul-kumpul. Kalau kumpul sama temen kan belum tentu semuanya bener, tapi kalau keluarga kan kita berkumpul dengan orang-orang yang bener. Terus kalau lagi sakit juga pulangnya ke keluarga. Apalagi sekarang saya tinggal di asrama yang pulangnya dua minggu sekali, jadi sering kangen sama keluarga.” (24/01/2010) 2. Determine What You Do (Menentukan Apa yang Dilakukan) Untuk memperkuat personal branding yang dibangunnya sebagai seorang pelajar, Bima tidak berhenti sampai pada menentukan siapa dirinya, namun Bima juga menentukan tindakan yang bisa dilakukannya. Bersikap wajar dan positif sebagai seorang pelajar adalah hal yang dilakukannya untuk menjadi pelajar yang baik. Berikut pernyataan Bima yang mencerminkan sikap positif sebagai pelajar: “...jadi siswa yang wajar-wajar aja, kalau sekolah ya sekolah, belajar, ngerjain tugas, mungkin ikut les-les, gabung organisasi kalau perlu. Lebih bagus lagi kalau bisa jadi juara apa gitu, punya prestasi. Intinya yang nggak usah neko-neko, kayak kebut-kebutan, ngerokok, nggak ugal-ugalan lah Mbak.” (24/01/2010)
248
“Kalau comment misalnya ya, yang bener jangan aneh-aneh, sampai menulis kata-kata kasar atau vulgar sampai mesti pake bintangbintang (*) gitu. Ya udahlah nulis-nya kalau emang pingin nulis marah-marah di FB mbok ya jangan sampai berlebihan kayak gitu. Kan soalnya kadang ada yang kayak gitu Mbak. Terus kalau masang foto jangan sampai yang vulgar. Kalau itu cewek-cewek banyak juga yang pakai foto sexy. Janganlah. Kalau kayak gitu rusak..nggak bener. Terus gitu ntar dapet temen-temen juga biasanya yang sama nggak bener-nya” (24/01/2010) 3. Position Yourself (Memposisikan Diri). Setelah melalui dua tahap sebelumnya, dengan sendirinya secara tidak langsung, Bima telah menciptakan suatu positioning bagi dirinya sebagai pelajar yang cerdas di mata orang lain. Hal ini bisa tampak dari gambar berikut ini yang menampilkan komentar teman Bima saat mengetahui Bima berhasil meraih juara satu: Gb. 3.72 Status Update Bima Dan Komentar-Komentar Dari Teman
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/bimatmaja?v=Wall&ref=ts, update 11 Maret 2010
249
4. Manage Your Brand (Mengelola Brand) Mengingat pemasaran diri adalah bagian penting dalam mengelola sebuah brand, maka dengan Bima mempromosikan dirinya sebagai seorang pelajar melalui Facebook dan memanfaatkan fitur-fitur Facebook sedemikian rupa seperti yang telah diulas lengkap pada penyajian data sebelumnya, menunjukkan bahwa Bima telah mencapai tahap pengelolaan brand.
(2) Analisis membangun personal branding menurut Hubert K. Rampersad: 1. Mendefinisikan dan merumuskan ambisi personal Bima telah merumuskan ambisinya saat ini sebagai seorang pelajar yang bisa tersirat dari pernyataannya yang ingin dikenal sebagai seorang pelajar. “Ya pingin dikenal sebagai anak sekolah saja, ya pelajar gitu,” ungkapnya. Sebagai seorang pelajar, kecerdasan yang dimiliki Bima merupakan suatu kelebihan dalam dirinya. Terdaftar sebagai salah satu siswa di sekolah elite bertaraf internasional yang hampir semua materinya berbahasa Inggris, adalah salah satu indikasi bahwa Bima adalah siswa yang cerdas. Dia pun ditunjuk untuk mewakili sekolahnya dalam lomba karya ilmiah tingkat nasional yang berhasil meraih juara pertama dan akan dikirim ke Brazil. Hal tersebut tersirat dari penuturan Bima dan tampilan berikut ini: “…bangga banget, bisa sekolah di SBBS. Kan itu sekolah elite dan masuknya aja susah, sekolah internasional” (24/01/2010). “Kebetulan sekarang saya lagi ngerjain project karya ilmiah buat lomba jadi boleh bawa laptop, karena ada Wi-Fi nya saya bisa curi-curi sedikit” (24/01/2010).
250
Gb. 3.73 Status Update Bima Dan Komentar-Komentar Dari Teman
Sumber: http://www.Facebook.com/posted.php?id=1109064817&start=20&hash=2f1948ea535fb7daec66ec 72da0d06a0#!/bimatmaja?v=Wall&ref=ts, update 11 Maret 2010
Bersikap positif layaknya seorang pelajar pada umumnya, merupakan sebuah nilai yang menjadi pegangan Bima dalam menjalankan perannya sebagai pelajar. Seperti melakukan kegiatan yang membawa manfaat baik serta menghindari aktivitas negatif. Berikut pernyataan Bima: “...jadi siswa yang wajar-wajar aja, kalau sekolah ya sekolah, belajar, ngerjain tugas, mungkin ikut les-les, gabung organisasi kalau perlu. Lebih bagus lagi kalau bisa jadi juara apa gitu, punya prestasi. Intinya yang nggak usah neko-neko, kayak kebut-kebutan, ngerokok, nggak ugal-ugalan lah…” (24/01/2010). 2. Mendefinisikan dan merumuskan personal brand Tahap rumusan personal ambition tersebut merupakan dasar dari tahap perumusan personal branding ini. Bima menjadikan kelebihan pada dirinya dan nilai yang menjadi pedomannya sebagai dasar penting demi menunjang dan memperkuat personal yang sedang dibangunnya. Bima merumuskan personal brand-nya sebagai seorang pelajar yang dekat dengan keluarganya. Keluarga memiliki arti penting baginya. Kedekatan Bima dengan keluarganya tampak dari
251
pernyataannya yang mengaku secara lugas, bahwa dia sangat dekat dan begitu menyayangi keluarganya, berikut ini: “Iya Mbak. Saya deket sama keluarga. Saya sayang sama keluarga lah Mbak Ya artinya besar banget, Mbak. Keluarga itu kan tempat kumpul-kumpul. Kalau kumpul sama temen kan belum tentu semuanya bener, tapi kalau keluarga kan kita berkumpul dengan orang-orang yang bener. Terus kalau lagi sakit juga pulangnya ke keluarga. Apalagi sekarang saya tinggal di asrama yang pulangnya dua minggu sekali, jadi sering kangen sama keluarga” (24/01/2010). Kedekatan hubungan Bima dengan keluarganya inilah yang sekaligus menjadi keunggulan Bima. Hal ini menunjukkan bahwa remaja seusia Bima mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari keluarganya sebagai lingkungan yang ikut berperan dalam mendidik Bima. Tidak semua remaja seusia Bima mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari keluarganya. 3. Merumuskan personal balanced scorecard (PBSC) Bima juga telah merumuskan personal balanced scorecard (PBSC), bila dilihat dari hasil wawancara penulis dengan Bima. Bima yang menuliskan nama aslinya di Facebook tidak seperti kebanyakan remaja seusianya yang sering memakai nama yang bukan sebenarnya di Facebook, serta Bima yang juga tidak menyukai teman-temannya jika menuliskan kata-kata kasar dan memasang fotofoto yang vulgar, mencerminkan sikap positif Bima sebagai seorang pelajar. Selain itu, untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pelajar yang juga memiliki hubungan dekat dengan keluarganya, Bima pun menampilkan foto-foto kegiatan sekolah dan foto-fotonya bersama keluarga. Seperti yang tersirat dari pernyataan-pernyataannya berikut ini: “…intinya, yang bener aja. Kalau comment misalnya ya, yang bener jangan aneh-aneh, sampai menulis kata-kata kasar atau vulgar sampai
252
mesti pake bintang-bintang (*) gitu. Ya udahlah nulis-nya kalau emang pingin nulis marah-marah di FB mbok ya jangan sampai berlebihan kayak gitu. Kan soalnya kadang ada yang kayak gitu Mbak. Terus kalau masang foto jangan sampai yang vulgar. Kalau itu cewek-cewek banyak juga yang pakai foto sexy. Janganlah. Kalau kayak gitu rusak..nggak bener. Terus gitu ntar dapet temen-temen juga biasanya yang sama nggak bener-nya” (24/01/2010). “…saya suka nama saya. Saya bangga, nama saya kan bagus Mbak. Udah bagus, kenapa harus diganti pakai nama palsu? Banyak memang temen yang pakai nama palsu, nama yang aneh-aneh. Mbak bisa lihat di daftar temen-temen itu. Sebenarnya sebel juga Mbak, kenapa nama kok diganti-ganti nggak pakai nama asli aja. Kadang saya jadi nggak tau orang ini siapa. Setelah saya liat Profile-nya ternyata temen saya sendiri. Cuma gara-gara dia ganti nama, jadi nggak kenal” (24/01/2010). “…saya upload foto pas lagi kegiatan di sekolah. Ada juga foto-foto sama temen-temen sekolah, sama keluarga” (24/01/2010). 4. Mengimplementasikan dan mengolah ambisi personal, personal brand, dan personal balanced scorecard Seperti yang diulas sebelumnya bahwa dengan melakukan promosi diri melalui media dalam hal ini adalah Facebook, maka Bima telah melakukan tahap pengimplementasian personal branding sebagai seorang pelajar yang dekat dengan keluarga. Karena pemasaran adalah salah satu bentuk dari tahap mengimplementasikan personal branding. Pengimplementasian ini ditunjang dengan ulasan yang sebelumnya telah dibahas pada bagian penyajian data.
253
B. KESIMPULAN: 1. Personal brand yang ditampilkan di Facebook: a. Rohmad Nur Cahyo – Motivator: Sebagai motivator, di Facebook Rohmad sengaja membangun dan menampilkan diri sebagai seorang motivator yang sekaligus menjadi tokoh muda bidang pariwisata dan wirausahawan muda. b. Sigit Rastaman – Manager Marketing: Di Facebook, Sigit tidak membangun personal brand sebagai seorang manager marketing. Akan tetapi tanpa disadari oleh Sigit bahwa aliran music reggae dianutnya telah membuat dirinya tampil sebagai seorang rastaman yang dekat dengan keluarganya c. Bambang Dwi Sasongko – Guru: Sesuai dengan profesinya, di Facebook Bambang sengaja menampilkan diri sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang mampu mengerti dan memahami siswanya serta menyayangi keluarganya. d. Punti Mayasari – Ibu Rumah Tangga: Ibu muda ini tanpa disadarinya, telah membangun personal brand sebagai ibu rumah tangga yang sangat menyayangi keluarganya, sekaligus sebagai seorang wiraswasta. e. Donny Gallendra – IT: Donny sebagai seorang IT, sejak awal sengaja menampilkan personal brand sesuai dengan profesinya sebagai seorang IT yang suka berbagi ilmu dan berbagi sesuatu yang positif.
254
f. Sigit Nugroho – Pegawai Swasta: Profesinya sebagai pegawai swasta tidak membuat Sigit juga ingin menampilkan diri sebagai seorang karyawan swasta. Di Facebook, tanpa sengaja Sigit telah membangun personal brand sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi kedua putranya. g. Mas Liezt – Pegawai Negeri Sipil (PNS): Sebagai seorang pegawai negeri sipil yang bekerja untuk Departemen Pariwisata Kota Solo, tanpa sengaja ia telah membangun personal brand sesuai dengan profesinya, yaitu sebagai seorang pegawai departemen pariwisata yang mencintai hasil karya seni dan budaya. h. Eko Kepik – Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin: Meski ingin menampilkan diri sebagai pribadinya yang unik, namun tanpa disadari Eko Kepik, ia telah membangun personal brand sebagai seorang dokter yang unik, ramah, dan terbuka. i. Riza Ayu Purnamasari – Mahasiswa: Di Facebook telah sengaja membangun personal brand sebagai mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. j. Wahyu Liz “AdaIdeAja” – Pengusaha: Sejak awal membuat Facebook, Wahyu sadar betul untuk memanfaatkan Facebook untuk memasarkan personal brand sebagai seorang pengusaha ide-ide kreatif yang unik dan kocak.
255
k. Bima NPKP – Pelajar: Tanpa disadarinya, Bima telah menampilkan diri dan membangun personal brand sebagai seorang pelajar yang cerdas dan dekat dengan keluarga.
256
2. Cara yang digunakan untuk membangun personal brand di Facebook: Tabel 4.1 Tabel Pemanfaatan Fitur-Fitur Facebook oleh Responden Fitur-Fitur Facebook No
Responden
Profesi
1
Rohmad Nur Cahyo
Motivator
2
Sigit Rastaman
Manager Marketing
3
Bambang Dwi Sasongko
Guru
4
Punti Mayasari
Ibu Rumah Tangga
5
Donny Gallendra
6
Sigit Nugroho
7
Mas Liezt
Pegawai Swasta PNS
8
Eko Kepik
Dokter
9 10 11
Riza Ayu Purnamasari Wahyu Liz “AdaIdeAja” Bima NPKP Jumlah
Profile Information
Status Update
Friends
Photos
Link
Note
Video
9
9
6
10
3
2
1
IT
Mahasiswa Pengusaha Pelajar
257
3. Tahap-Tahap Membangun Personal branding: Dari analisis tahapan membangun personal brand yang telah diulas sebelumnya, dapat diambil kesimpulan: a. Berdasarkan profesi, kesimpulan ini dilihat dari personal brand yang dibangun para responden melalui Facebook, apakah sesuai dengan profesi mereka. Seperti yang dilakukan oleh Rohmad Nur Cahyo (Motivator), Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha), Bambang Dwi Sasongko (Guru), Donny Gallendra (IT), Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga), Mas Liezt (PNS), Eko Kepik (Dokter), Riza (Mahasiswa), dan Bima (Pelajar). Mereka adalah responden-responden yang membangun personal brand dan tampil sesuai dengan profesi mereka masing-masing terlepas dari unsur sengaja maupun tidak sengaja dalam membangun personal brand tersebut secara online melalui Facebook. Sedangkan dua respoden lainnya tidak membangun personal brand sesuai dengan profesinya. Mereka adalah Sigit Rastaman (Manager Marketing) dan Sigit Nugroho (Pegawai Swasta) yang masing-masing membangun personal brand sebagai seorang rastaman yang mencintai keluarganya dan sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi kedua putranya. b. Berdasarkan unsur kesengajaan. Kesimpulan ini diambil dari sisi unsur kesengajaan responden dalam membangun personal brand melalui Facebook, apakah mereka membangun personal brand dengan sengaja (sadar) atau tidak sengaja (tidak sadar). Kesengajaan dalam membangun personal brand dapat dijumpai pada beberapa responden, terlepas dari
258
apakah personal brand yang dibangun sesusai dengan profesi mereka. Seperti respoden di bawah ini: (1) Rohmad Nur Cahyo (Motivator), dengan sadar dia sengaja menampilkan diri sebagai seorang motivator yang sekaligus menjadi tokoh muda bidang pariwisata dan wirausahawan muda. Hal ini bisa dilihat dari pengakuan Rohmad dan cara Rohmad memanfaatkan fitur-fitur di Facebook yang selalu mencerminkan personal brand yang dibangunnya tersebut. (2) Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha), juga secara sengaja memanfaatkan Facebook untuk membangun personal brand-nya sebagai seorang pengusaha kreatif yang unik dan kocak sekaligus untuk memajukan lahan bisnisnya. Hampir semua fitur di Facebook digunakannya untuk mendukung personal brand-nya dan apa yang dilakukannya dalam mengelola Account Facebook-nya menampilkan diri sebagai pengusaha ide-ide kreatif yang unik dan kocak. (3) Bambang Dwi Sasongko (Guru) yang sengaja menampilkan diri dan membangun personal brand sebagai seorang guru Bahasa Indonesia
yang
mengerti
dan
memahami
siswa-siswanya.
Tercermin dari caranya mengelola fitur-fitur Facebook sedemikian rupa hingga dapat digunakannya sebagai salah satu media pendukung kegiatan belajar mengajar bersama para muridnya.
259
(4) Donny Gallendra (IT), tidak berbeda dengan responden-responden di atas, Donny pun sengaja membangun personal brand sebagai seorang IT yang suka berbagi ilmu dan berbagi sesuatu yang positif. Tercermin dari tindakannya dalam memanfaatkan fitur-fitur Facebook, yang juga digunakan Donny untuk membagikan ilmu yang dimilikinya kepada teman-teman yang menjadi temannya di Facebook. (5) Mas Liezt (PNS), sama halnya dengan Mas Liezt yang juga secara sadar membangun personal brand sebagai pegawai departemen pariwisata yang mencintai seni dan budaya terutama budaya Kota Solo. Karena Mas Liezt sadar bahwa Facebook tidak hanya dapat digunakan untuk menjalin pertemanan, akan tetapi Mas Liezt pun sengaja memanfaatkan fitur-fitur Facebook untuk mempromosikan seni dan budaya Kota Solo, dan mengekspresikan rasa cintanya terhadap seni dan budaya, sehubungan dengan Mas Liezt yang juga merupakan pegawai departemen pariwisata. (6) Riza Ayu Purnamasari (Mahasiswa), unsur kesengajaan dalam membangun personal brand di Facebook juga terjadi pada Riza yang menampilkan diri sebagai mahasiswa yang aktif. Tercermin dari caranya memanfaatkan Facebook tidak hanya sebagai situs pertemanan saja, namun Riza menyadari manfaat lain dari Facebook yang dapat digunakannya untuk mempromosikan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakannya.
260
Sedangkan respoden berikut ini adalah responden yang secara tidak sengaja atau tidak sadar bahwa mereka secara tidak langsung telah membangun personal brand mereka di Facebook. Responden-responden ini kesemuanya memang mengaku ingin dikenal sebagai sosok yang ditampilkannya di Facebook. Namun mereka tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan terhadap Account Facebook mereka telah menciptakan suatu brand bagi diri mereka. (1) Sigit Rastaman (Manager Marketing), meski mengaku kepada penulis ingin dikenal sebagai penganut rasta atau disebut rastaman, namun dia tidak sadar atau tidak sengaja telah membangun personal brand sebagai seorang rastaman yang menyayangi keluarganya. Hal ini bisa dilihat dari pernyataannya, yang mengaku Sigit sebenarnya tidak ingin sengaja menunjukkan sebagai seorang Rastaman, namun karena rastaman memang merupakan kepribadiannya, maka itulah yang ditunjukkannya di Facebook. (2) Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga), sama seperti halnya dengan Sigit Rastaman, Punti juga tidak sengaja telah membangun personal brand sebagai seorang ibu rumah tangga yang bertanggung jawab akan segala kewajiban dan tugasnya terhadap keluarga. Hal ini terlihat dari pengakuannya yang menyatakan bahwa Punti hanya ingin dikenal sebagai dirinya apa adanya, di mana Punti merupakan seorang ibu rumah tangga. Sehingga sosok ibu rumah tangga adalah sosok yang ditampilkannya di Facebook. Caranya dalam memanfaatkan fitur-fitur
261
di Facebook juga menunjukkan bahwa Punti tanpa sadar telah membangun personal brand bagi dirinya. (3) Sigit Nugroho (Pegawai Swasta), selain memanfaatkan Facebook untuk menjalin pertemanan, Sigit juga menggunakan Facebook untuk mengekspresikan rasa sayangnya terhadap kedua putranya, sehingga, tanpa sengaja telah membangun personal brand-nya sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi anak-anaknya. Hal ini bisa terlihat dari caranya menggunakan fitur-fitur Facebook yang mencerminkan rasa sayangnya yang begitu dalam terhadap anak-anaknya. (4) Eko Kepik (Dokter), walau mengaku lebih ingin dikenal sebagai pribadi Eko Kepik yang unik, ramah, dan terbuka, daripada dikenal sebagai seorang dokter namun cara Eko Kepik memanfaatkan fiturfitur Facebook juga tetap memperlihatkan dirinya sebagai dokter. Sehingga tanpa disadarinya, Eko telah membangun personal brand sebagai seorang dokter spesialis kulit dan kelamin yang unik, ramah, dan terbuka. (5) Bima NPKP (Pelajar), meskipun mengaku ingin orang lain mengenalnya sebagai seorang pelajar yang biasa-biasa saja, namun bila melihat dari cara-cara yang telah dilakukan Bima dalam memanfaatkan fitur-fitur di Facebook, tanpa disadari Bima telah menunjukkan personal brand sebagai pelajar yang cerdas dan dekat dengan keluarganya.
262
c. Berdasarkan latar belakang tindakan yang dilakukan. Kesimpulan ini diambil berdasarkan latar belakang tindakan yang dilakukan untuk membangun
personal
brand.
Apakah
tindakan-tindakan
tersebut
didasarkan pada logika atau dilatarbelakangi oleh dorongan emosional responden. Tindakan yang dilakukan para responden yang sengaja membangun personal brand bagi dirinya di Facebook didasarkan atas logika. Cara-cara yang dilakukan dalam memanfaatkan fitur-fitur di Facebook pun diupayakan agar dapat mendukung personal brand yang dibangun. Seperti yang terjadi pada Rohmad Nur Cahyo (Motivator), Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha), Bambang Dwi Sasongko (Guru), Donny Gallendra (IT), Riza (Mahasiswa), dan Mas Liezt (PNS). Sedangkan bagi para responden yang tidak sadar atau tidak sengaja membangun personal brand mereka di Facebook, tindakan yang mereka lakukan dalam memanfaatkan Facebook dilatarbelakangi oleh dorongan emosional sebagai manusia. Seperti Sigit Rastaman (Manager Marketing) tindakan yang dilakukannya berdasarkan kepribadiannya sebagai seorang rasta dan rasa sayangnya terhadap keluarga. Sama halnya dengan Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga) yang juga melibatkan rasa cinta terhadap keluarganya menjadi latar belakang tindakan yang dilakukannya di Facebook. Tidak berbeda pula yang terjadi pada Sigit Nugroho (Pegawai Swasta) yang memiliki ikatan emosional yang kuat dengan kedua putranya hingga diungkapkannya melalui Facebook. Begitupun dengan Eko Kepik (Dokter) yang ingin menunjukkan kepribadiannya yang unik, ramah, dan
263
terbuka. Terakhir terjadi pada Bima NPKP (Pelajar) yang terdorong oleh rasa sayangnya terhadap keluarganya, hingga menampilkan diri sebagai pelajar yang cerdas dan dekat dengan keluarganya.
264
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN Personal brand yang dibangun oleh anggota-anggota Soloraya Facebook
Community (SFC) yang berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda secara online melalui Facebook adalah sebagai berikut: 1. Rohmad Nur Cahyo (Motivator): seorang motivator yang sekaligus menjadi tokoh muda bidang pariwisata dan wirausahawan muda. 2. Sigit Rastaman (Manager Marketing): sebagai seorang rastaman yang mencintai keluarganya. 3. Bambang Dwi Sasongko (Guru): sebagai seorang guru Bahasa Indonesia yang mampu mengerti dan memahami siswanya serta menyayangi keluarganya. 4. Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga): sebagai seorang ibu rumah tangga yang sangat menyayangi keluarganya, sekaligus sebagai seorang wiraswasta. 5. Donny Gallendra (IT): sebagai seorang IT yang suka berbagi ilmu dan berbagi sesuatu yang positif. 6. Sigit Nugroho (Pegawai Swasta): sebagai seorang ayah yang sangat menyayangi kedua putranya. 7. Mas Liezt (Pegawai Negeri Sipil (PNS)): sebagai seorang pegawai departemen pariwisata yang mencintai hasil karya seni dan budaya. 261
265
8. Eko Kepik (Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin): sebagai seorang dokter yang unik, ramah, dan terbuka 9. Riza Ayu Purnamasari (Mahasiswa): sebagai seorang mahasiswa yang aktif dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. 10. Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha): sebagai seorang pengusaha ideide kreatif yang unik dan kocak. 11. Bima NPKP (Pelajar): sebagai seorang pelajar yang cerdas dan dekat dengan keluarga. Pada penulisan ini, dalam membangun personal brand secara online di Facebook, masing-masing responden menggunakan cara yang berbeda-beda dalam memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan oleh Facebook. Fitur-fitur tersebut di antaranya Profile Information, Status Update, Friend, Photos, Link, Note, serta Video. Namun di antara fitur-fitur tersebut yang paling sering digunakan adalah fitur Photos, fitur di mana pengguna Facebook bisa menampilkan foto-foto yang dikehendaki untuk dipamerkan pada khalayak. Hampir semua respoden atau lebih tepatnya sepuluh (10) responden memanfaatkan Photo sebagai salah satu media untuk menunjang personal brand yang dibangun. Setelah Photo diikuti oleh Profile Information yang memuat data diri pengguna (user) serta Status Update yang memungkinkan user untuk menuliskan sesuatu tentang user yang akan terpublikasikan pada user-user lainnya. Sembilan (9) responden memanfaatkan kedua fitur ini demi semakin memperkuat personal brand yang sedang dibangun. Selanjutnya, enam (6) responden mengoptimalkan
266
fitur Friends yang merupakan fitur utama dalam sebuah situs jejaring sosial. Hanya tiga (3) responden yang telah memakai fitur Link untuk menghubungkan blog atau website pribadi melalui Facebook. Dua (2) responden menulis di Facebook dengan memanfaatkan miniblog atau biasa disebut sebagai Note. Fitur video yang telah disediakan Facebook bagi user agar dapat menunjukkan gambar video, hanya digunakan oleh seorang responden dalam penulisan ini untuk menunjang personal brand yang sedang dibangun. Karena telah memasarkan personal brand masing-masing melalui media Facebook, maka bisa disimpulkan berdasarkan dua teori membangun personal brand, baik menurut Kristie Tamvecius maupun Hubert K. Rampersad, semua responden dalam penulisan ini telah mencapai tahap akhir, dalam membangun personal brand mereka masing-masing. Dalam melalui tahap-tahap membangun personal brand tersebut, setiap responden memiliki cara yang berbeda satu dengan yang lain. Akan tetapi dari penulisan ini diperoleh tiga dasar yang mengkategorikan setiap responden, yaitu: 1.
Berdasarkan profesi: a.
Respoden-responden yang membangun personal brand sesuai dengan profesi: Rohmad Nur Cahyo (Motivator), Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha), Bambang Dwi Sasongko (Guru), Donny Gallendra (IT), Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga), Mas Liezt (PNS), Eko Kepik (Dokter), Riza Ayu Purnamasari (Mahasiswa), dan Bima (Pelajar).
267
b.
Responden-responden yang membangun personal brand tidak sesuai dengan profesi: Sigit Rastaman (Manager Marketing) dan Sigit Nugroho (Pegawai Swasta).
2.
Berdasarkan unsur kesengajaan: a.
Respoden-responden yang membangun personal brand dengan sengaja (sadar): Rohmad Nur Cahyo (Motivator), Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha), Bambang Dwi Sasongko (Guru), Donny Gallendra (IT), Mas Liezt (PNS), dan Riza Ayu Purnamasari (Mahasiswa).
b.
Respoden-responden yang membangun personal brand tanpa sengaja (tidak sadar): Sigit Rastaman (Manager Marketing), Sigit Nugroho (Pegawai Swasta), Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga), Eko Kepik (Dokter), dan Bima (Pelajar).
3.
Berdasarkan latar belakang tindakan yang dilakukan: a. Respoden-responden
yang
mendasarkan
tindakan-tindakan
yang
dilakukan untuk membangun personal branding, berdasarkan logika: Rohmad Nur Cahyo (Motivator), Wahyu Liz “AdaIdeAja” (Pengusaha), Bambang Dwi Sasongko (Guru), Donny Gallendra (IT), Riza (Mahasiswa), dan Mas Liezt (PNS). b. Respoden-responden
yang
mendasarkan
tindakan-tindakan
yang
dilakukan untuk membangun personal branding, berdasarkan dorongan emosional: Sigit Nugroho (Pegawai Swasta), Eko Kepik (Dokter), Sigit Rastaman (Manager Marketing), Punti Mayasari (Ibu Rumah Tangga) dan Bima NPKP (Pelajar).
268
B.
SARAN-SARAN
Untuk penelitian ini, peneliti mencoba untuk memberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Selama ini brand masih banyak dipakai dalam tataran suatu perusahaan atau produk. Sedangkan personal brand yang menyangkut brand bagi individu ini masih sangat jarang ditulis oleh para praktisi. Maka dari itu, diharapkan akan ada lebih banyak buku yang membahas mengenai personal branding. 2. Diharapkan penelitian selanjutnya mengenai personal branding tidak sebatas hanya menggunakan metodologi deskripsti kualitatif, namun dapat menggunakan metodologi-metodologi lainnya yang memungkinkan seorang penelti dapat mengkaji lebih dalam. 3. Di masa yang akan datang diharapkan akan lebih banyak lagi mahasiswa yang berminat mengangkat personal branding sebagai tema penelitian skripsi. 4. Saat ini, teknologi internet telah menjadi bagian dari kehidupan khalayak. Namun penelitian yang berkonsentrasi pada media online sebagai bentuk media massa yang baru, masih sangat jarang. Untuk itulah diharapkan di kemudian hari lebih banyak lagi penelitian tentang media online.
269
DAFTAR PUSTAKA
1.
Buku
Ambadar, Jackie dan Miranty abiding, et.al. 2007. Mengelola Merek. Jakarta: Yayasan Bina Karasa Mandiri Atkinson, Rita L and Richard Atkinson et. al. 2000. Pengantar Psikologi. Batam: Interaksara. Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakkan Publik, Dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Community, Ebizsoft. 2009. Ayo Gaul dan Jadi Seleb di Facebook. Yogyakarta: Sakti. Durianto, Darmadi dan Sugiarto, et.al. 2004. Brand Equity Ten: Strategi Memimpin Pasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Enterprise, Jubilee. 2009. Facebook Inc: Kisah-Kisah Perusahaan Global di Dunia Facebook. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Janita, Ike. 2009. Creating and Sustaining Brand Equity: Aspek Manajerial dan Akademis dari Branding. Yogyakarta: Amara Books Keller, Kevin Lane. 1998. Strategic Brand Managemen, Building, Measuring, and Managing Brand Equity. New Jersey: Prentice Hall Moleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Mulyana Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Social Lainnya. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
270
Rangkuti, Freddy. 2002. Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Rosady, Ruslan. 2003. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rosita, Osa. 2009. Gabung di Facebook Coy. Yogyakarta: Jalasutra Satvika, Pitra. 2009. Fmarketing: Optimalkan Personal Image dan Product Branding Anda. Jakarta: Pustaka Bina Swadaya Severin J Warner et al. 2007. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group Sutopo, H.B.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002
2.
Website
Artikel
Kelompok
Tujuh,
berjudul
Facebook
Vs
Friendster,
http://kelompoktujuh.blogdetik.com/2009/03/06/facebook-vsfriendster/update 24 Oktober 2010 Artikel
Santoso Mahargono, berjudul Dinamika Jejaring Sosial: Sebuah Deskripsi
Umum.
Pustakawan
STIE
Perbanas
Surabaya,
http://library.perbanas.ac.id/news/information-literacy-seharusnya-bukanlagi-mimpi-pustakawan.html, update 7 Juli 2009
271
Artikel
Surya Online, berjudul Bertamu di Situs Jejaring Facebook (1), http://www.surya.co.id/2009/01/24/bertamu-di-situs-jejaring-facebook1.html, update 26 September 2009.
Artikel Teknologinet, berjudul Facebook Raih Penghargaan Perusahaan Terinovatif Didunia, http://www.teknologinet.com/2010/02/facebook-raihpenghargaan-perusahaan-terinovatif-di-dunia.html, update 30 Februari 2010 Artikel Tri Agustiyadi, berjudul Pentingnya Membangun Personal Branding. http://triagus.multiply.com/reviews/item/37, update 27 Agustus 2009 Chartered Accountants dalam jurnal berjudul: Personal Branding : What It Can Do For Your Career?. http://www.blisspr.com/about_us/thought_leadership/full_articles/ps_pers onal_brand.pdf, update 6 Agustus 2009 Dharmawan Hendra, Edi Satriyanto, et.al dalam jurnal Perancangan dan Pembuatan Jejaring Edukasi Anak Sebagai Media Interaktif Berbasis Ajax. www.eepis-its.edu/uploadta/downloadmk.php?id=884, update 7 Juli 2009 Hubert K. Rampersad, dalam Jurnal berjudul A New Blueprint for Powerful and Authentic Personal Branding. http://www.brandchannel.com/images/Papers/ANewBlueprintforPowerful andAuthenticPersonalBranding.pdf, update 3 Januari 2010
272
Judhie Setiawan, Dalam jurnal berjudul: Personal&Cyber Branding, http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/43033-13904670813233.doc, update 5 Juli 2009 Nitish Bhalothia dalam Jurnal berjudul Personal branding-“Me Inc”, http://www.brandchannel.com/images/Papers/PersonalBrandingMeInc.pdf. ,update 6 Agustus 2009
Http://elearning.gunadarma.ac.id/.../aktualisasi_diri/bab3-konsep_diri.pdf - update 3 Maret 2010 Http://en.wikipedia.org/wiki/Brand/5 Juni 2009. Http://en.wikipedia.org/wiki/online_and_offline, update 6 Agustus 2009 www.investopedia.com/term/b/brand.asp/5 Juni 2009. http://www.alexa.com/data/details/traffic_details/facebook.com/update 5 Agustus 2009