Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PERSETUJUAN PEMBIMBING
JURNAL Pengaruh Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Dismenorea Primer Pada Siswi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
LEMBAR PENGESAHAN
JURNAL Pengaruh Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Dismenorea Primer Pada Siswi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
PENGARUH KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN DISMENOREA PRIMER PADA SISWI DI SMA NEGERI 1 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Rosniati Ishak, dr. Edwina R. Monayo, M.Biomed, Andy Mursyidah S.Kep, Ns,.Kes Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email :
[email protected]
SUMMARY Rosniati Ishak. 2015. Pengaruh Kompres Air Hangat Terhadap Penurunan Dismenorea Primer Pada Siswi Di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, dr. Edwina Rugaiah Monayo M.Biomed Dan Pembimbing II Andi Mursyidah S.Kep, Ns, M.Kes. Sebagian besar wanita setiap bulannya sering mengalami nyeri menstruasi/dismenorea primer. Dampak dari dismenorea primer muncul dalam bentuk rasa tidak nyaman sehingga memaksa wanita untuk beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya. Ada beberapa cara untuk mengatasi dismenorea primer secara non farmakologis salah satunya kompres air hangat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres air hangat terhadap penurunan dismenorea primer pada siswi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental dengan rancangan One Group Pretest Posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah siswi yang mengalami dismenorea kelas X, XI, dan XII di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo yang berjumlah 163 siswi. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 responden yang diperoleh dengan menggunakan teknik Accidental Sampling. Untuk analisis statistik yang digunakan adalah Uji T Berpasangan dengan nilai kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian diperoleh p value = 0,000 < α 0,05 artinya ada pengaruh kompres air hangat untuk menurunkan dismenorea primer di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Diharapkan kepada para siswi untuk menggunakan kompres air hangat sebagai tindakan alternatif dalam menangani dismenorea karena tidak memberi efek samping dan dapat dilakukan secara mandiri. Kata Kunci Pustaka 1
: Dismenorea, Kompres hangat : 43 (2002-2013)
Rosniati Ishak, 841411034, Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG, Dr. lintje Boekoesoe, M.Kes, Rhein R. Djunaid, S.Kep., Ns., M.Kes.
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
THE INFLUENCE OF COMPRESS WITH WARM WATER TOWARD THE DECREASE OF PRIMARY DYSMENORRHEAL ON FEMALE STUDENTS OF SMA NEGERI 1 TELAGA DISTRICT OF GORONTALO
Rosniati Ishak, dr. Edwina R. Monayo, M.Biomed, Andy Mursyidah S.Kep, Ns, M.Kes Departemen Of Nursing FIKK UNG Email :
[email protected]
SUMMARY Rosniati Ishak, 2015. The Influence of Compress with Warm Water toward the Decrease of Primery Dysmenorrheal on Female Students of SMA Negeri 1 Telaga, District of Gorontalo. Skripsi, Departement of Nursing, Faculty of Health Sciences and Sports, State University of Gorontalo. The principal supervisor was dr. Edwina Rugaiah Monayo M.Biomed and the cosupervisor was Andy Mursyidah S.Kep, Ns, M.Kes. Women mostly experience menstruation pain/primary dysmenorrheal each month. The primary dysmenorrheal cause uncomfortable situation and makes most women leave their work and take a rest. There are several non pharmacologic ways to overcome primary dysmenorrheal, one of them is by compress with warm water. This research aimed at investigating the influence of compress with warm water toward the decrease of primary dymenorrheal on female students of SMA Negeri 1 Telaga, District of Gorontalo. This research was pre experimental research with one group pretest posttest design. The population of this research were female students of class X, XI, and XII at SMA Negeri 1 Telaga, District of Gorontalo amounted to 163. The samples were 31 respondents gained by Accidental Sampling. The statistics analysis used paired T test with significance level α = 0,05. The research result gained p value = 0,000 < 0,05, it means that there is influence of compress with warm water toward the decrease of primary dysmenorrheal on female students of SMA Negeri 1 Telaga, District of Gorontalo. It is suggested that female students should use warm water as compress as alternative action in overcoming the dysmenorrheal because it does not give side effect and it can be done by our own self. Keywords : Dysmenorrheal, Compress with arm water References : 43 (2002-2013)
1
Rosniati Ishak, 841411034, Departement Of Nursing FIKK UNG, Dr. lintje Boekoesoe, M.Kes, Rhein R. Djunaid, S.Kep., Ns., M.Kes
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
I. PENDAHULUAN Sebagian besar kalangan wanita setiap bulannya selalu mengalami menstruasi dan sering mengalami nyeri. Nyeri menstruasi atau dismenorea adalah nyeri haid menjelang atau selama haid, sampai membuat wanita tersebut tidak dapat bekerja dan harus tidur (Mansjoer, A., K. Triyanti., R. Safitri., W. I. Wardhani, dan W. Setiowulan, 2005). 1 Gejalanya berupa nyeri dibagian perut bawah. Kasus-kasus tertentu, nyeri dapat dirasakan sampai seputar panggul dan sisi dalam paha. Nyeri terasa terutama pada hari pertama dan kedua haid (Sukarni, I. dan W. P, 2013).2 Dismenorea diklasifikasikan menjadi dua, yaitu dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata sedangkan dismenorea sekunder adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Adapun dampak dismenorea primer adalah ketika proses menstruasi dimulai zat prostaglandin yang diproduksi oleh uterus merangsang kontraksi untuk melepaskan lapisan rahim, sehingga menyebabkan kram. Pada beberapa wanita, prostaglandin juga memicu kontraksi dan spasme otot polos di saluran gastrointestinal, sehingga menimbulkan mual, muntah dan diare. Selain itu juga aliran darah haid dapat memperburuk rasa nyeri karena gumpalan darah atau aliran darah menstruasi yang deras harus melalui bukaan sempit leher rahim, peregangan leher rahim oleh aliran tersebut menyebabkan wanita merasa kesakitan hebat bahkan pingsan (Aulia, 2009).3 Dismenorea primer terjadi pada usia 12-13 tahun dan beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih (Sukarni, I. dan W. P, 2013).4 Berdasarkan hal tersebut maka dismenorea primer mungkin akan terjadi pada remaja berusia 15-17 tahun. Remaja pada usia tersebut sedang berada di Sekolah Menengah Atas (SMA). Di Amerika Serikat, insiden dismenorea pada remaja putri dilaporkan sekitar 92%. Puncak insiden dismenorea primer terjadi pada akhir masa remaja (adolescence) dan di awal usia 20-an (Anurogo, 2011).5 Di Indonesia perempuan yang pernah mengalami dismenorea sebanyak 90% (Anorogo, 2011).6 Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri secara non farmakologis salah satunya adalah kompres air hangat. Kompres air hangat sangat efektif dalam menurunkan nyeri atau spasme otot. Peningkatan suhu dapat melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal Oleh karena itu, peningkatan suhu yang disalurkan melalui kompres hangat dapat meredakan nyeri dengan menyingkirkan produk-
1
Mansjoer, A., K. Triyanti., R. Safitri., W. I. Wardhani, dan W. Setiowulan, 2005 tentang pengertian dismenorea 2 Sukarni, I. dan W. P, 2013 tentang gejala nyeri menstruasi 3 Aulia, 2009 tentang dampak dismenorea primer 4 Sukarni, I. dan W. P, 2013 tentang usia dismenorea primer 5 Anurogo, 2011 tentang insiden dismenore primer di AS 6 Anorogo, 2011 tentang insiden dismenorea primer di Indonesia
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri lokal (Price dan Wilson, 2005).7 Penelitian yang dilakukan oleh Anugraheni, V. dan A. Wahyuningsih tentang Efektivitas kompres hangat dalam menurunkan intensitas nyeri dismenorea pada mahasiswi STIKES RS. Baptis Kediri tahun 2013, menyatakan bahwa kompres hangat dapat menurunkan intensitas nyeri dismenorea dengan tingkat signifikansi ≤ 0,05.8 Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 23 siswi terdapat 15 siswi yang pernah mengalami dismenorea primer, untuk penanganannya 9 orang siswi mengkonsumsi obat anti nyeri dan 6 orang lainnya mengatasinya dengan beristirahat. Sedangkan untuk penanganan nyeri haid dengan menggunakan kompres air hangat tidak pernah dilakukan. Dari 15 siswi tersebut ada 6 orang siswi yang mengaku sampai tidak hadir di sekolah karena nyeri haid yang dirasakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan dismenorea primer pada siswi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo pada tanggal 21 Mei- 15 Juni 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental dengan rancangan One Group Prettest Postest. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 163 siswi dengan teknik sampling menggunakan Non Probability- Accidental Sampling. Instrumen pada penelitian ini menggunakan skala Bourbonnais. Analisis statistik yang digunakan adalah Uji T Berpasangan dengan nilai kemaknaan α = 0,05. III. HASIL PENELITIAN Distribusi Responden Menurut Umur. Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden menurut umur di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo Umur (tahun) n Persentase (%) 15 16 17 18
3 15 8 5
9,7 48,4 25,8 16,1
Total 31 100 Sumber : Data primer, 2015 Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar berumur 16 tahun yaitu sebanyak 15 siswi (48,4%), 8 siswi (25,8%) berumur 17 tahun, 5 siswi (16,1%) yang berumur 18 tahun dan 3 siswi (9,7%) yang berumur 15 tahun.
7
Price dan Wilson, 2005 tentang penanganan nyeri secara non farmakologis Anugraheni, V. dan A. Wahyuningsih, 2013 penelitian sebelumnya tentang Efektivitas kompres hangat dalam menurunkan intensitas nyeri dismenorea 8
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Distribusi frekuensi responden menurut hari menstruasi Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden menurut hari menstruasi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Hari menstruasi n Persentase (%) Hari pertama 20 64,5 Hari kedua 11 35,5 Total 31 100 Sumber : Data primer, 2015 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 31 responden sebagian besar mengalami dismenorea pada hari pertama yaitu sebanyak 20 siswi (64,5%) dan 11 siswi (35,5%) lainnya mengalami dismenorea pada hari kedua. Distribusi frekuensi responden menurut skala nyeri sebelum diberikan kompres air hangat. Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden menurut skala nyeri sebelum diberikan kompres air hangat di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Persentase (%) Skala nyeri n 0 (tidak nyeri) 1-3 (nyeri ringan) 4-6 (nyeri sedang) 7-9 (nyeri berat terkontrol) 10 (nyeri berat tidak terkontrol) Total
0 2 23 6
0 6,5 74,2 19,4
0
0
31
100
Sumber : Data primer, 2015 Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebelum diberikan kompres air hangat sebagian besar siswi mengalami nyeri dengan skala nyeri sedang yaitu sebanyak 23 siswi (74,2%), dengan skala nyeri berat terkontrol sebanyak 6 siswi (19,4%), dan dengan skala nyeri ringan sebanyak 2 siswi (6,5%).
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Distribusi frekuensi responden menurut skala nyeri setelah diberikan kompres air hangat. Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden menurut skala nyeri setelah diberikan kompres air hangat di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Persentase (%) Skala nyeri n 0 (tidak nyeri) 1-3 (nyeri ringan) 4-6 (nyeri sedang) 7-9 (nyeri berat terkontrol) 10 (nyeri berat tidak terkontrol)
3 21 6 1 0
9,7 67,7 19,4 3,2 0
Total
31
100
Sumber : Data primer, 2015 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa setelah diberikan kompres air hangat sebanyak 3 siswi (9,7%) mengalami penurunan menjadi tidak nyeri, sebanyak 21 siswi (67,7%) dengan skala nyeri ringan, 6 siswi (19,4%) dengan skala nyeri sedang, dan 1 siswi (3,2%) dengan skala nyeri berat terkontrol. Perbedaan nyeri menstruasi sebelum dan sesudah intervensi kompres hangat Tabel 4.6 Hasil Uji T Berpasangan nyeri menstruasi sebelum dan setelah intervensi kompres hangat. Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Pair 1 setelah
Sebelum–
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Lower
Upper
2.839
1.695
.304
2.217
3.460
T 9.32 4
df
Sig. (2tailed)
30
.000
Sumber : Data primer, 2015 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata sampel (mean) adalah 2.839, standard Deviation adalah 1.695, dan hasil signifikan yaitu 0.000. Karena p value 0.000 artinya ada perbedaan antara sebelum dan setelah intervensi kompres hangat. Sebab nilai p value adalah 0.000 < 0.05 (95% kepercayaan) sehingga terdapat pengaruh kompres air hangat (independen) terhadap penurunan dismenorea primer (dependen) pada siswi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. IV. PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 4.2 sebagian besar responden berada pada usia 16 tahun yaitu 15 siswi (48,4%). Hal ini terjadi karena berdasarkan hasil wawancara responden mengatakan bahwa umur menarche responden berkisar antara 1-2 tahun terakhir yaitu pada usia 14-15
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
tahun maka tepat pada usia 16 tahun responden mengalami dismenorea primer. Usia tersebut sesuai dengan pernyataan Knight (2004) bahwa: “Dismenorea primer mencapai maksimalnya pada usia 15-20 tahun” (dalam Saputri M, 2011).9 Hal ini sejalan dengan teori yang dikatakan oleh Sukarni, I dan W. P (2013) bahwa: “Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih”.10 Hal yang sama juga dikatakan oleh Anurogo (2011) bahwa: “Dismenorea primer biasanya terjadi dalam 6-12 bulan pertama setelah menarche segera setelah siklus ovulasi teratur”11 Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan sebagian besar responden mengalami dismenorea pada hari pertama yaitu sebanyak 20 siswi (64,5%) dan yang mengalami dismenorea primer pada hari kedua sebanyak 11 siswi (35,5%). Sesuai dengan teori Morgan dan Hamilton (2009) bahwa: “Umumnya ketidaknyamanan muncul 1-2 hari sebelum haid. Namun nyeri paling hebat muncul pada hari pertama haid”.12 Intensitas nyeri sebelum diberikan kompres air hangat di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebelum diberikan kompres air hangat sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 23 siswi (74,2%). Menurut asumsi peneliti bahwa nyeri menstruasi yang dirasakan responden disebabkan oleh tingginya kadar prostaglandin dalam darah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Siswandi (2007) bahwa “Wanita dengan dismenorea mempunyai prostaglandin 4 kali lebih tinggi daripada wanita tanpa dismenorea”.13 Menurut teori Morgan dan Hamilton (2009) bahwa: “Dismenorea primer terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin dalam jumlah yang tinggi selama fase luteal dalam siklus menstruasi. Hal ini menyebabkan kontraksi miometrium yang kuat mampu menyempitkan pembuluh darah yang mengakibatkan iskemia, perdarahan dan nyeri. Dismenorea primer muncul berupa serangan ringan, kram pada perut bagian bawah yang dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam”.14 Harel (2006) juga mengemukakan teorinya bahwa: “Prostaglandin menyebabkan peningkatan aktivitas uterus dan serabut saraf terminal rangsang nyeri. Kombinasi antara peningkatan kadar prostaglandin dan peningkatan kepekaan miometrium menimbulkan tekanan intra uterus sampai 400 mm Hg dan menyebabkan kontraksi miometrium yang hebat. Atas dasar itu disimpulkan bahwa prostaglandin yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan hiperaktivitas miometrium. Kontraksi miometrium yang disebabkan oleh prostaglandin akan mengurangi aliran darah, sehingga terjadi iskemia sel-sel miometrium yang mengakibatkan 9
Knight, 2004 dalam Saputri M, 2011 tentang usia maksimal dismenorea primer Sukarni, I dan W. P, 2013 tentang usia menarche 11 Anurogo,2011 tentang usia menarche 12 Morgan dan Hamilton, 2009 tentang hari nyeri menstruasi 13 Siswandi, 2007 tentang jumlah prostaglandin pada wanita dismenorea 14 Morgan dan Hamilton, 2009 tentang jumlah prostaglandin pada wanita dismenorea 10
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
timbulnya nyeri spasmodik. Jika prostaglandin dilepaskan dalam jumlah berlebihan ke dalam peredaran darah maka akan timbul efek sistemik seperti diare, mual, muntah. Jelaslah bahwa peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting timbulnya dismenorea primer” (dalam Djakaria N, 2013).15 Intensitas nyeri setelah diberikan kompres air hangat di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan tabel 4.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami penurunan nyeri setelah diberikan kompres air hangat yaitu 21 siswi (67,7%) dengan skala nyeri ringan. Menurut peneliti responden yang mengalami penurunan nyeri setelah diberi kompres air hangat karena panas yang disalurkan melalui kompres air hangat mampu untuk menurunkan nyeri menstruasi. Menurut Bobak (2004) bahwa: “Kompres hangat berfungsi untuk mengatasi atau mengurangi nyeri, dimana panas dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan vasokongesti pelvis”.16 Seperti teori yang dikemukakan oleh Kozier B dan Gleniora (2009) bahwa: “Pemberian kompres hangat yang memakai prinsip pengantaran panas melalui cara konduksi yaitu dengan menempelkan handuk hangat pada daerah yang nyeri akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga menurunkan nyeri pada wanita dengan dismenorea primer, karena wanita dismenorea mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos. Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pembuluh darah melebar, menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan permeabilitas kapiler. Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh. Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam waktu 20-30 menit, melakukan kompres lebih dari 30 menit akan mengakibatkan kongesti jaringan dan klien akan beresiko mengalami luka bakar karena pembuluh darah yang berkontriksi tidak mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi darah”.17 Menurut Price dan Wilson (2005) bahwa: “Kompres hangat sebagai metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot”.18
15
Harel, 2006 dalam Djakaria N 2013 tentang peranan prostaglandin dalam dismenorea primer 16 Bobak, 2004 tentang fungsi kompres hangat 17 Kozier B dan Gleniora, 2009 tentang mekanisme kompres hangat 18 Price dan Wilso, 2005 tentang efektifitas kompres hangat
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan dismenorea primer di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebelum diberikan kompres air hangat responden mengalami nyeri ringan sebanyak 2 siswi (6,5%), nyeri sedang 23 siswi (74,2%) dan nyeri berat terkontrol sebanyak 6 siswi (19,4%). Setelah diberikan kompres air hangat responden yang mengalami penurunan nyeri dari nyeri berat terkontrol menjadi nyeri sedang sebanyak 2 siswi (6,5%), responden dengan nyeri berat terkontrol menjadi nyeri ringan ada 3 siswi (9,7%). Sedangkan untuk responden yang mengalami nyeri sedang menjadi nyeri ringan diberi perlakuan kompres air hangat selama 20-30 menit sebanyak 17 siswi (54,8%), responden dengan nyeri sedang menjadi tidak nyeri sebanyak 2 siswi (6,5%). Selain itu responden yang mengalami nyeri ringan menjadi tidak nyeri sebanyak 1 siswi (3,2%). Hasil analisis statistik terhadap penurunan nyeri menstruasi dengan menggunakan program SPSS menunjukkan nilai p value = 0.000. Sebab nilai p value < 0.05 (95% kepercayaan), maka H0 ditolak dan Ha diterima yang artinya ada pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan dismenorea primer di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Hal ini sesuai dengan pendapat Potter dan Perry (2005) bahwa: “Kalor yang diberikan selama pengompresan akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang”.19 Dari hasil penelitian ini peneliti menemukan bahwa penggunaan kompres air hangat terbukti dapat menurunkan nyeri menstruasi. Dengan demikian, terapi ini dapat dimanfaatkan sebagai terapi alternatif non farmakologis dalam menurunkan dismenorea primer. Simpulan 1) Tingkat nyeri menstruasi sebelum diberikan kompres air hangat pada siswi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo sebagian besar pada skala nyeri 4-6 (nyeri sedang) yaitu sebesar 74,2%. 2) Tingkat nyeri menstruasi setelah diberikan kompres air hangat pada siswi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo sebagian besar pada skala nyeri 1-3 (nyeri ringan) yaitu sebesar 67,7%. 3) Berdasarkan uji T berpasangan (Paired sample t-test) didapatkan nilai p value = 0,000 (α < 0,05) artinya ada pengaruh kompres air hangat terhadap penurunan dismenorea primer pada siswi di SMA Negeri 1 Telaga Kabupaten Gorontalo. Saran Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan mengenai kompres air hangat sebagai salah satu cara untuk mengurangi dismenorea primer. Dan untuk para siswi diharapkan menggunakan kompres air hangat sebagai tindakan alternatif dalam menangani dismenorea karena tidak memberi efek samping dan dapat dilakukan secara mandiri.
19
Potter dan Perry, 2005 tentang manfaat kompres hangat
Jurnal Keperawatan
2015
JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Daftar Pustaka Anugraheni, V dan A. Wahyuningsih. 2013. Efektifitas Kompres Hangat Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Dysmenorrhoea Pada Mahasiswi Stikes Rs. Baptis Kediri. Jurnal STIKES. Anurogo. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. ANDI. Yogyakarta. Aulia. 2009. Kupas Tuntas Menstruasi. Millestone. Yogyakarta. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. EGC. Jakarta. Djakaria, N. 2013. Pengaruh Pemberian Terapi Massage terhadap Penurunan Nyeri Haid pada Siswi di Madrasah Aliyah Cokroaminoto Kecamatan Telaga Jaya. Skripsi. Program Studi Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Kozier, B dan Gleniora. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. EGC. Jakarta. Mansjoer, A., K. Triyanti., R. Safitri., W. I. Wardhani, dan W. Setiowulan. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta. Morgan dan Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. EGC. Jakarta Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis, Proses-Proses Penyakit. Edisi 6, Volume II. EGC. Jakarta. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. EGC. Jakarta. Saputri, M. 2011. Hubungan antara stres dengan kejadian dismenorea pada siswi di SMK N 1 Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi D IV Kebidanan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Siswandi, Y. 2007. Klien Gangguan Sistem Reproduksi dan Seksualitas. EGC. Jakarta. Sukarni, I dan W. P. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Nuha Medika.Yogyakarta