PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG SIARAN DAKWAH TELETILAWAH DI TVRI (STUDI KASUS DI KELURAHAN GENUKSARI KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan melengkapi Syarat Guna Memperoleh gelar Sarjana Srata 1 (S.1) Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
NADHIFATUN 1104083
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2011
NOTA PEMBIMBING Lamp : 5 (lima) eksemplar Hal : Persetujuan Naskah Skripsi Kepada. Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang Di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa Skripsi Saudara/i : Nama NIM Fak / Jurusan Judul Proposal Skripsi
: Nadhifatun : 1104083 : Dakwah / KPI : PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG SIARAN DAKWAH TELETILAWAH DI TVRI (STUDI KASUS DI KELURAHAN GENUKSARI KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG)
Dengan ini kami setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 2011 Pembimbing Bidang Substansi Materi
Bidang Metodologi & Tatatulis
AHMAD FAQIH, S.Ag, M.Si NIP. 197303081997031004
RUSTINI WULANDARI, .Sos,M.Si NIP. 197408212003122001
Tanggal : ……………………….
Tanggal : ………………………….
ii
30 Juni
SKRIPSI PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG SIARAN DAKWAH TELETILAWAH DI TVRI (Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang)
Disusun oleh: Nadhifatun 1104083 telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 30 Juni 2011 dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji Ketua Dewan Penguji Dekan/Pembantu Dekan
Anggota Penguji I
Drs. H. Nurbini, M. S. I NIP. 19680918 199303 1 004
Dr. Ilyas Supena, M. Ag NIP : 19720410 200112 1 003
Sekretaris Dewan Penguji/ Pembimbing
Anggota Penguji II
Ahmad Faqih, S. Ag, M. Si NIP. 19730308 199703 1 004
M. Chodzirin, S. Kom, M,Kom NIP : 19691024 200501 003 003
iii
PERNYATAAN
Dengan pernyataan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri dan di dalamnya tidak ada karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di peguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil Penerbitan maupun yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, 30 Penyusun,
Nadhifatun 1104083
iv
Juni 2011
MOTTO ♦ Janganlah kau bermimpi untuk menggapai semua bintang dilangit ♦ ♦ Apabila kau tidak mampu menggapainya ♦ ♦ Namun jalani hidupmu hari ini seperti air yang mengalir ♦ ♦ Niscaya kau kan temukan kebahagiaan hakiki ♦ ♦ Lakukan semua yang kau inginkan dengan usaha dan doa ♦ ♦ InsyaAllah ♦ ♦ Kan kau petik hikmah di kemudian hari ♦
v
PERSEMBAHAN Karya ini penulis persembahkan untuk: ♥
Ibu tercinta (she is my idol) yang telah mencurahkan kasih sayangnya,memberikan do’a serta dorongan pada ananda baik secara moril maupun spiritual.
♥ Kakak–kakakku (Anik, Ana, Fifah, Tatik ) semoga karya ini bisa mengganti baktinku selama ini terabai oleh ego dan inginku. ♥ Keponakanku karena kalianlah hidup jadi bermakna. ♥ Prastyo Widayanto,yang telah memberikan dukungan serta perhatian dalam kesuksesan studiku, serta motivasi. ♥ My Best Friend Anikmah, Eny Mahfiroh, dan Tika, kalian inspirasiku. ♥ Mbak Atik terimaksih sudah memberikan dorongan dan doanya selama ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayahnya untuk kita semua. Amien Ya rabbal’Alamien.
vi
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Semarang yang menonton siaran dakwah penulis menggunakan pendekatan psikologi komunikasi untuk dapat memahami perilaku masyarakat kelurahan Genuksari tentang persepsi mereka terhadap siaran dakwah Teletilawah, dan untuk menganalisis data dengan menggunakan metode deskrptif kuantitatif (statistik prosentase yang kemudian dikualifikasi). Analisis ini digunakan untuk melihat frekuensi tertentu suatu nilai dalam himpunan data yang diperoleh dari penelitian terhadap persepsi masyarakat. Jumlah frekuensi tersebut dinyatakan dalam presentase sama dengan 100%, hasil penelitian ini adalah bahwa persepsi masyarakat setelah menonton siaran dakwah Teletilawah di TVRI bahwa materi yang ada di siaran dakwah Teletilawah mencakup kehidupan beragama yang benar, karena materi yang dibahas bersumber alQuran dan hadist yang diantaranya membahas persoalan atau fenomena masalah akhlak, ibadah, dan sebagainya. Sebagai bahan pokok materinya, siaran dakwah Teletilawah di TVRI ditayangkan setiap hari Senin-Jumat terdapat pesan dakwah yang cukup memberikan pengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat, baik dari cara berpikir dan tingkah laku mereka, persepsi masyarakat berhubungan dengan perasaan mereka terhadap siaran dakwah teletilawah berhubungan dengan perasaan mereka terhadap siaran dakwah Teletilawah yaitu masyarakat cukup merasa senang dengan keberadaan siaran dakwah Teletilawah sebab acara tersebut disajikan sesuai dengan keinginan masyarakat.
vii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya serta orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya. Dengan kerendahan hati dan kesadaran penuh, peneliti sampaikan bahwa skripsi ini tidak akan mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih sebanyakbanyaknya kepada semua pihak yang telah membantu. Adapun ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada: 1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo. 2. Dr. Muhammad Sulthon M Ag. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, beserta staf yang telah memberikan pengarahan dan pelayanan dengan baik selama penelitian. 3. Ahmad Faqih, S.Ag. M.Si , dan Rustini Wulandari S.Sos, M.Ag. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan penulisan skripsi ini. 4. Drs. H. M.alFaldi, M.Ag selaku kajur KPI dan Ahmad Faqih, S.Ag. M.Si selaku sekjur KPI Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. 5. Keluaraga besar Civitas Akademika Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, khususnya para Dosen pengajar yang telah membekali ilmu kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Ibu tercinta yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis hingga dewasa. 7. Kakak-kakak tercinta (Anik, Ana, Fifah dan Tatik) terima kasih atas dukungan dan doanya kepada penulis sehingga menyelesaikan studi ini. 8. Prastyo terimakasih sudah memberikan motivasi dan semangat selama ini. 9. Para perangkat Kelurahan Genuksari Semarang yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
viii
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tentulah masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, analisa, maupun materi kajiannya, maka dari itu penulis sangat mengaharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, terutama dalam bidang Komunikasi Penyiaran Islam.
Semarang, 30 Juni 2011
Penulis
ix
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................................ v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ vi ABSTRAK ................................................................................................................. vii KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii DAFTAR ISI.............................................................................................................. x DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 6 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6 1.4. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Persepsi .......................................... 11 1. Pengertian Perserpsi ...................................................................... 11 2. Proses Terjadinya Persepsi ............................................................ 14 3. Jenis-jenis Persepsi ........................................................................ 16 4. Aspek-aspek Persepsi..................................................................... 17 2.2. Pengertian dan Ruang Lingkup Dakwah ........................................... 20 1. Pengertian Dakwah ........................................................................ 20 2. Dasar Pelaksanaan Dakwah ........................................................... 22 3. Dasar Hukum Dakwah ................................................................... 23 4. Unsur-unsur Dakwah ..................................................................... 25 5. Tujuan Dakwah .............................................................................. 40 2.3. Media Elektronik dan Muatan Dakwah ........................................... 42 1. Media elektronik sebagai media komunikasi ................................ 42
x
2. Ciri-ciri komunikasi massa ............................................................ 43 3. Televisi sebagai media dakwah .................................................... 44 4. Pemanfaatan televisi sebagai media dakwah ................................. 47 5. Kelebihan dan kelemahan televisi sebagai media dakwah ............ 50 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Metode Penelitian ................................................................ 52 3.2. Definisi Konseptual dan Operasional .................................................. 54 3.3. Sumber dan Jenis Data ......................................................................... 54 1. Sumber Data .................................................................................. 54 2. Jenis Data ...................................................................................... 54 3.4. Populasi dan Sampel ........................................................................... 55 3.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 57 3.6. Teknik Analisis Data ........................................................................... 58 3.7. Hipotesis .............................................................................................. 58 BAB IV DATA DAN ANALISISNYA 4.1. Gambaran Umum Wilayah Kelurahan Genuksari ............................... 60 1. Letak Geografis ................................................................................ 60 2. Keadaan Monologis ......................................................................... 61 4.2. Televisi Republik Indonesia (TVRI) Sebagai Media Dakwah ............ 65 1. Sejarah TVRI ................................................................................... 66 2. Visi dan Misi TVRI ......................................................................... 72 3. Jangkauan Siaran TVRI ................................................................... 73 4. Kekuatan TVRI ................................................................................ 74 5. Program Acara TVRI ....................................................................... 74 4.3. Siaran Dakwah TVRI ........................................................................... 77 1. Waktu Penayangan........................................................................... 77 2. Da’i yang Ditampilkan ..................................................................... 83 3. Metode yang Digunakan .................................................................. 84 4. Materi yang Disampaikan ............................................................... 85
xi
5. Persepsi Masyarakat Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang Tentang Siaran Dakwah Teletilawah Di TVRI ............................... 90 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ..........................................................................................101 5.2. Limitasi ................................................................................................102 5.3. Saran-saran ..........................................................................................103 5.4. Penutup ................................................................................................104 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA DIRI
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1.
Jumlah Penduduk Menurut Usia .............................................................. 61
Tabel 2.
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ........................................ 62
Tabel 3.
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ................................................... 62
Tabel 4.
Jumlah Sarana Pendidikan ....................................................................... 63
Tabel 5.
Jumlah Penduduk Menurut Agama ......................................................... 64
Tabel 6.
Jumlah Sarana Ibadah .............................................................................. 65
Tabel 7.
Jumlah Media Elektonik Radio dan TV................................................... 65
Tabel 8.
Tema-tema Acara Teletilawah ................................................................. 83
Tabel 9.
Pesan-pesan Keagamaan pada Siaran Dakwah Teletilawah Tidak Sesuai 90
Tabel 10. Materi yang Disiarkan Dakwah Tidak Sesuai dengan Keinginan Masyaraka
91
Tabel 11. Materi Tentang Al–Qur’an Pada Siaran Dakwah Teletilawah di TVRI Sudah Memadai ....................................................................................................92 Tabel 12. Materi Ibadah yang Disiarkan Melalui Acara Teletilawah TVRI Sudah Memadai ....................................................................................................................92 Tabel 13. Materi Akhlak yang Disiarkan Melalui Acara Teletilawah TVRI Sudah Memadai ....................................................................................................................93 Tabel 14. Perasaan Saya Menjadi Tentang dan Damai Setelah Menonton Siaran Dakwah Teletilawah ................................................................................................94 Tabel 15. Pesan–Pesan Dakwah yang Disampaikan dalam Siaran Teletilawah dengan Mudah Saya Terima ...............................................................................................95 Tabel 16. Saya Bertambah Wawasan Keagamaan dengan Menonton Siaran Dakwah Teletilawah ................................................................................................96 ........................................................................................................................ Tabel 17. Iman Saya Semakin Mantap Setelah Menonton Siaran Dakwah Teletilawah
97
Tabel 18. Saya Merasa Menyesal Jika Tidak Menonton Siaran Dakwah Teletilawah97 Tabel 19. Kehidupan Sosial Keagamaan Makin Baik Dengan Menonton Siaran Dakwah Teletilawah .................................................................................................98
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia. Sebaliknya tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari masyarakat dan selanjutnya akan lenyap dari permukaan bumi. Dalam kehidupan masyarakat, dakwah berfungsi menata kehidupan yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Ajaran Islam disiarkan melalui dakwah dapat menyelamatkan manusia pada umumnya dari hal-hal yang dapat membawa pada kehancuran (Aziz, 2004:37). Dakwah adalah salah satu tugas yang harus (wajib) dilaksanakan umat Islam kapan saja dalam keadaan apapun sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini sesuai dengan tujuan dakwah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh para da’i (Saleh, 1977:1). Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 104 :
ْالْمُنْكَرِ عَهِ وَيَنْهَىْنَ بِبلْمَعْرُوفِ وَيَأْمُرُونَ الْخَيْرِ إِلَى يَذْعُىنَ أُمَةٌ مِنْكُمْ وَلْتَكُه َالْمُفْلِحُىنَ هُمُ وَأُولَئِك Artinya : “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. (Departemen Agama RI, 1995 :93).
11
2
Dakwah antara da’i dengan mad’u tidak hanya pertemuan-pertemuan langsung antara da’i dengan mad’u akan tetapi dibutuhkan inovasi dengan menggunakan media lain yang lebih modern, seperti : media cetak dan elektronik. Media-media tersebut harus diupayakan penggunaannya untuk kepentingan dakwah Islam secara luas. Dalam hal ini Allah SWT berfirman Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
ُإِنَ أَحْسَهُ هِيَ بِبلَتِي وَجَبدِلْهُمْ الْحَسَنَةِ وَالْمَىْعِظَةِ بِبلْحِكْمَةِ رَبِكَ سَبِيلِ إِلَى ادْع َبِبلْمُهْتَذِيهَ أَعْلَمُ وَهُىَ سَبِيلِهِ عَهْ ضَلَ بِمَهْ أَعْلَمُ هُىَ رَبَك Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan TuhanMu dengan hikmah pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk”. (Departemen Agama, 1995:421)
Dari ayat di atas, maka dakwah Islam dengan metode bil hikmah, mauidhah hasanah dan metode mujadalah tidak harus disampaikan dengan cara tatap muka antara da’i dengan mad’u tapi dengan kecanggihan teknologi, maka dakwah Islam pun dapat disampaikan melalui media yang modern misalnya televisi. Para pengemban dakwah yang melaksanakan dakwahnya melalui pemanfaatan teknologi komunikasi yang berbentuk koran, disusul munculnya radio dan televisi hingga marakya internet. Media-media komunikasi ini bisa dijadikan sebagai media dakwah. Media dakwah merupakan salah satu unsur
2
3
dalam proses strategi yang tepat dalam dakwah. Semua itu penting dipahami guna menyukseskan serta mengupayakan solusi terbaik dalam mengatasi berbagai masalah yang dapat menggagalkan proses dakwah. Zaman modern sekarang ini, televisi merupakan salah satu media elektronik yang digunakan umat Islam sebagai media dakwah. Melalui televisi, pesan dakwah dapat disampaikan dalam bentuk bermacam-macam sesuai program acara yang disajikan oleh masing-masing stasiun televisi, dan tentunya disesuaikan pula dengan selera penontonnya. Namun munculnya televisi ini akan membawa pengaruh pada perkembangan masyarakat Indonesia. Salah satu diantaranya menurut Budiman (2002) menyatakan bahwa menonton televisi bisa menjadi sebuah dalih untuk memutuskan kontak dengan orang lain, melepaskan diri dari pembicaraan tentang topik-topik tertentu (Budiman, 2002:72). Melalui televisi, masyarakat dapat memilih berbagai acara yang diperlukan oleh mereka. Acara-acara dapat berbentuk berita, hiburan hingga informasi pendidikan. Ketika media didominasi tayangan yang bersifat hura-hura atau penuh kemewahan, atau menayangkan gaya hidup anak muda perkotaan yang penuh glamour, TVRI sebagai salah satu stasiun televisi yang dikelola oleh pemerintah sekaligus stasiun televisi tertua justru menawarkan alternatif yang berbeda, yaitu dengan menyuguhkan acara “Teletilawah” yang dipandu Anisa Rosali dan Rachmaji Asmuri dan dua dewan hakim ustad H. Abdul Sattar Gani MA, dan H. Syahdi SAS dan musafir Prof. H. Said Agil Husain Munawar. Teletilawah acara maqro membaca Al-Qur‟an by Phone yang
3
4
ditayangkan setiap hari Senin–Jumat pukul 04.00–04.30 WIB. Acara “teletilawah” bersifat interaktif antara penyiar dengan penonton yang membacakan ayat Al-Qur‟an. Format itu sendiri secara live (langsung) dan bukan recording (rekaman). (http://arumsekartaji.wordpress.com/20011/01/03/interaktif-penyiar-danpenonton televisi). Acara ini hadir untuk menyampaikan ajaran Islam terutama Al-Qur‟an (sebagai sumber ajaran Islam) walau hanya satu ayat termasuk dakwah dalam pengertian kedua yaitu segala usaha dan upaya untuk merealisir ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur'an pada semua aspek kehidupan manusia. Al-Qur'an adalah kitab suci Islam yang merupakan kumpulan firmanfirman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Diantara tujuan utama diturunkannya Al-Qur'an adalah untuk menjadi pedoman dalam menata kehidupan manusia agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Agar tujuan itu dapat direalisasikan oleh manusia, maka Al-Qur'an datang dengan petunjuk-petunjuk, keterangan-keterangan, aturan-aturan, prinsip-prinsip dan konsep-konsep, baik yang bersifat global maupun yang terinci, yang eksplisit maupun yang implisit dalam berbagai persoalan dan bidang kehidupan. Al-Qur‟an memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syari‟ah dan akhlak,dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai persoalan-persoalan tersebut, dan Allah SWT menugaskan Rasul SAW untuk memberikan keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu : “Kami telah turunkan kepadamu Al-Dzkir (Al-Qur‟an) untuk kamu terangkan kepada
4
5
manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir. (Q.S. 16 : 44). Al-Qur‟an adalah kitab petunjuk, demikian kecil yang kita peroleh dari mempelajari sejarah turunnya. Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna (kaffah) maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami kandungan isi Al-Qur'an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten. Hal ini dapat terlaksana bila telah melakukan proses membaca dan mengamalkan Al-Qur'an (Shihab, 2006:33). Kegiatan dakwah dapat dimulai dari membaca seperti yang tersirat dalam hadits Nabi SAW yang berbunyi Rasulullah bersabda: “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” Hadits di atas menandakan bahwa umat Islam siapapun dia tidak memandang latar belakang dan asal-usul, nasab/keturunan, pendidikan dan lainlain, bisa “mampu” membaca sekaligus memahami yang terkandung dalam AlQur'an walaupun hanya satu ayat. Hal ini bertujuan tidak lain agar umat Islam mengamalkan hukum dari Al-Qur'an dalam kehidupan sehari-hari walaupun hanya dari satu ayat. Hadits di atas menandakan bahwasannya tidak mengandung maksud untuk menggurui mad’u atau umat yang didakwahi karena yang disampaikan hanya satu ayat yang arti mendalamnya adalah disesuaikan dengan kemampuan. Namun lebih kepada rasa mengajak sesama manusia untuk mengerti dan mengamalkan hasil bacaan bahwa dakwah melalui ayat-ayat Al-Qur'an adalah sebagai proses awal untuk merealisasikan hukum-hukum pada kehidupan sehari-
5
6
hari. Dari isi dan kandungan acara “Teletilawah” tersebut, penulis ingin mengetahui persepsi masyarakat tentang siaran dakwah “Teletilawah” di TVRI (Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang).
1.2.
Perumusan Masalah Bagaimana persepsi masyarakat Kelurahan Genuksari tentang siaran dakwah Teletilawah di TVRI?
1.3.
Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: Menyimpulkan persepsi masyarakat kelurahan Genuksari kecamatan Genuk Semarang yang menonton siaran dakwah. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini merupakan sumbangsih bagi keilmuan dakwah tentang sarana dan metode dakwah di kemudian hari. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya, baik akademis maupun non-akademis. Penelitian ini dapat bermanfaat khususnya dalam rangka penyiaran media elektronik.
1.4.
Tinjauan Pustaka Ditinjau dari judul skripsi yang penulis teliti, maka di bawah ini terdapat beberapa kajian yang telah diteliti oleh penelitian lain yang relevan dengan judul yang penulis teliti.
6
7
Pertama, Dewi Arum Pangestuti (2008), “Hubungan Menonton Siaran Dakwah Hikmah Pagi di TVRI Nasional tehadap Pemahaman Kesalehan Sosial Masyarakat Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes”. Penelitian ini mengetahui hubungan antara menonton siaran dakwah Hikmah Pagi di TVRI (X) terhadap pemahaman kesalehan sosial di Kecamatan Brebes (Y). Hikmah Pagi adalah suatu program acara keagamaan yang disiarkan lewat Televisi Republik Indonesia Nasional setiap hari Senin pukul 05.00 WIB, disamping mengandung dua kategori yaitu : kesalehan individu dan kesalehan sosial. Hubungan menonton Hikmah Pagi di Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes, masing-masing memperoleh 26,66% dan sisanya 73,44% dipengaruhi oleh faktor lain, diantaranya lingkungan masyarakat. Kajian penelitian penulis yaitu mengetahui hubungan menonton siaran dakwah Hikmah Pagi di TVRI Nasional masyarakat Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. Perbedaan lainnya, penelitian yang dilakukan Dewi yaitu jenis kuantitatif dengan metode statistika. Sedangkan penelitian yang dilakukan ini akan menghasilkan data deskripsi, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati, pendekatan hal ini diarahkan pada jenis penelitian kuantitatif prosentase. Kedua penelitian Moch. Rohman (1997) “Studi tentang Pelaksanaan Siaran Agama Melalui Media Komunikasi TVRI (Studi Kasus pada Masyarakat Perumnas Kodia Semarang). Penelitian ini menekankan pada keefektifan media komunikasi TVRI dalam menyampaikan siaran agama pada masyarakat Perumnas Kodia Semarang. Media ini dapat diterima masyarakat dengan baik,
7
8
hal ini terbukti dengan kesadaran untuk mengikuti member Islam yang ada di TVRI, dimana dalam penyampaian dakwah, dan bahasanya dapat diterima masyarakat. Pada dasarnya masyarakat menerima dengan baik siaran agama Islam yang disampaikan TVRI karena tidak ada kendala atau hambatan yang berarti dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil dari responden golongan dewasa ada 77% yang mempunyai respon baik dan 14,2% yang menyatakan kurang baik, sedangkan 8,5% menyatakan tidak baik, 17% tidak baik, sedangkan golongan anak-anak 60% mempunyai tanggapan baik, 3% mempunyai tanggapan baik dan 17% menyatakan tidak baik. Bila dilihat dari segi media dakwahnya, penelitian tersebut menggunakan media televisi melalui siaran agama yang obyeknya masyarakat Perumnas Kodia Semarang, sedang kajian media dakwahnya menggunakan media televisi melalui interaktif penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan statistika. Ketiga Retno Kun Ratih (2006), penelitian mengenai tanggapan masyarakat kecamatan Singorejo Kabupaten Kendal terhadap Program Acara Al-Hikam di stasiun televisi Borobudur Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk penyajian dan menganalisis acara Al-Hikam yang disampaikan televisi Borobudur serta mengetahui tanggapan masyarakat Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal terhadap acara Al-Hikam di televisi Borobudur. Untuk mencapai tujuan tersebut peneliti menggunakan metode komparatif sebagai teknik analisa data. Jenis penelitian yaitu kualitatif dan prosentase, sehingga akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
8
9
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh) sedangkan pendekatan yang digunakan adalah sosiologis. Al-Hikam adalah suatu program acara keagamaan yang disiarkan lewat televisi Borobudur Semarang setiap hari Jumat pukul 21.00 WIB. Materi-materi dakwah yang disampaikan dalam acara Al-Hikam, disamping mengandung muatan manajemen qalbu juga mengandung kategori yaitu : kasalehan individu dan kesalehan sosial. Mengenai teknik penyajiannya, pesan dakwah dalam acara Al-Hikam disampaikan menggunakan media audio visual yaitu melalui perantaraan televisi Borobudur Semarang. Metode-metode dakwah dapat diketahui bahwa acara Al-Hikam alam penyajiannya menggunakan metode ceramah, dan pihak TVB menayangkan ceramahnya tersebut berbentuk rekaman bukan tayangan langsung (live). Tanggapan masyarakat Kecamatan Singorojo terhadap program dakwah dalam acara Al-Hikam di TV Borobudur yang ditayangkan jam 21.00 WIB tidak tepat. Hal ini terbukti dengan sebagian besar masyarakat cenderung memilih waktu pagi hari dan sore hari, yaitu masingmasing sebesar 43% dan 40%, sedangkan yang memilih malah hari hanya sebesar 17%. Selain itu latar belakang aktivitas ataupun pekerjaan responden mempengaruhi cara pandangan mereka akan waktu luang yang dapat mereka gunakan untuk mendapat “santapan rohani” dan pukul 21.00 WIB merupakan waktu untuk istirahat sedangkan mengenai durasi waktunya, menurut sebagian masyarakat tidak harus ditambah, tetapi diperlukan penambahan durasi waktunya mengenai materi dakwah dalam acara Al-Hikam,
9
10
menurut masyarakat Kecamatan Singorojo perlu penambahan materi aqidah dan akhlak. Pada dasarnya digunakan metode ceramah. Sedangkan materi yang disampaikan dalam acara Al-Hikmah, masyarakat Singorojo dapat memahami dan mengamalkannya. Sedangkan pada skripsi ini, penulis mengangkat judul “PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG SIARAN DAKWAH TELETILAWAH DI TVRI (Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang). Pembahasan penelitian ini lebih menekankan tentang persepsi masyarakat dalam mensikapi muatan pesan siaran dakwah “Teletilawah”studi kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Kota Semarang.
10
11
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian dan Ruang Lingkup Persepsi 1. Pengertian Perserpsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia, persepsi berarti tanggapan (penerimaan) langsung hal melalui pancainderanya (Depdiknas, 2002:1239). Menurut Chaplin, persepsi adalah proses mengetahui atau mengenal objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1993:358). Secara terminologi, terdapat beberapa rumusan tentang persepsi, diantaranya menurut Walgito, persepsi adalah mengelompokkan bendabenda yang berdekatan atau serupa, dapat memfokuskan perhatiannya pada satu objek, sedangkan objek-objek lain di sekitarnya dianggap sebagai latar belakang.
Kemampuan
untuk
membedakan,
mengelompokkan,
memfokuskan dan sebagainya itu, yang selanjutnya dinterpretasi (Walgito, 2004:86). Menurut Muhammad Utsman Najati, persepsi merupakan fungsi yang penting dalam kehidupan dengan persepsi makhluk hidup dapat mengetahui sesuatu yang bermanfaat sehingga ia pun dapat mengungkapnya (Najati, 2005:195). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi-persepsi seseorang tidak timbul begitu saja tetapi ada faktor-faktor yang mengetahuinya, faktor-
11 11
12
faktor inilah yang menjadi dua orang yang melihat sesuatu yang sama akan memberikan interprestasi yang berbeda tentang yang dilihat itu. Adapun faktor tersebut adalah sebagai berikut: a. Faktor fungsional persepsi Yang dimaksud faktor fungsional persepsi adalah faktor yang timbul dari orang yang mempersepsi kebutuhan, sikap (suara hati), kepentingan, pengalaman dan tahapan dalam mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap sesuatu. b. Faktor struktural persepsi Yang dimaksud dengan faktor struktural persepsi yaitu faktor yang muncul dari apa yang akan dipersepsi, misalnya hal-hal baru seperti gerakan, tindak-tanduk dan ciri-ciri yang tidak biasa akan turut juga dalam menentukan persepsi orang yang melihatnya. c. Faktor situasi persepsi Yang dimaksud situasi persepsi yaitu faktor yang muncul sehubungan karena situasi pada waktu mempersepsi sebagai contoh orang yang memakai pakaian renang di tempat yang tidak ada hubungannya dengan olahraga renang tentunya akan mempengaruhi persepsi yang dilihatnya. d. Faktor personal persepsi Yang dimaksud dengan faktor personal persepsi yaitu: pengalaman, motivasi, kepribadian. (Subur, 2003:460-462). Dari beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa faktor situasi dan sasaran lebih bersifat objektif. Artinya
12
13
individu mempunyai kecenderungan yang sama terhadap objek yang akan dipersepsi sedangkan faktor pelaku lebih objektif karena individu banyak dipengaruhi untuk keadaan psikisnya. Menurut Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, organisasi persepsi mengikuti beberapa prinsip antara lain: 1. Wujud dan latar Objek yang diamati sekitar selalu muncul sebagai wujud (figure) dengan hal-hal lainnya sebagai latar (ground).
Sebagai contoh ketika kita
melihat seekor burung di bukit berbatu, maka burung itu akan menjadi wujud dan bebatuan di belakangnya akan menjadi latar. 2. Pola pengelompokan Hal-hal tertentu cenderung kita kelompokkan-kelompokkan dalam persepsi kita dan cara kita mengelompokkan-kelompokkan itu akan menentukan bagaimana mengamati hal-hal tersebut, misalnya: prinsip kedekatan,
prinsip
kesempurnaan,
prinsip
kesamaan,
prinsip
kelangsungan dan sebagainya. 3. Ketetapan Teori Gestalt juga mengemukakan bahwa dari proses belajarnya, manusia cenderung akan mempersepsikan segala sesuatu sebagai sesuatu yang tidak berubah, walaupun indra kita sebetulnya menangkap adanya perubahan. Kalau kita bertemu dengan seorang kawan, misalnya Peter, maka kita akan mengenalnya sebagai Peter walaupun hari ini berbaju putih, padahal kemarin dia berbaju biru (Sarwono, 2010: 94-97).
13
14
2. Proses Terjadinya Persepsi Individu mengenali suatu objek dari dunia luar dan ditangkap melalui inderanya. Bagaimana individu menyadari, mengerti apa yang diindera ini merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Proses fisik atau kealaman Maksudnya adalah tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indera atau reseptor. b. Proses fisiologis Yang dimaksud dengan proses fisiologis yaitu stimulus yang diterima oleh alat indera kemudian dilanjutkan oleh syarat sensorik ke otak. c. Proses psikologis Yang dimaksud dengan proses psikologis adalah proses yang terjadi dalam otak sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. (Walgito, 2010 : 90-91). Jadi proses terjadinya persepsi itu berawal dari objek yang menimbulkan stimulus kemudian stimulus itu mengenai alat indera, kemudian dilanjutkan oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak stimulus itu diproses sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu.
14
15
Menurut Krech dan Cruch merumuskan dalil persepsi: a. Persepsi bersifat selektif secara fungsional, yang berarti bahwa yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya untuk memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Contohnya : Pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional, dan latar belakang budaya terhadap persepsi b. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti seseorang mengorganisasikan stimuli yang melihat konteksnya walaupun stimulus yang diterima tidak lengkap, maka mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang seorang persepsikan (Rahman, 2009 : 56-59). Persepsi mengarah ke cara umum dilihat, dirasakan, dicicipi atau dibaui. Dengan kata lain, persepsi dapat dikatakan sebagai apa yang dialami oleh seorang manusia. Persepsi pengalaman seorang tentang dunia, muncul dari melakukan penginderaan ditambah cara kita memproses informasi penginderaan. William James berkata: “Sebagian dari apa yang seorang dapatkan melalui indera dan objek sebelum seseorang, keluar dari pikiran seseorang itu sendiri” menunjuk ke proses yang aktif dari melakukan penginderaan yang membuat pengalaman seseorang tentang dunia. Proses yang mendasar dalam bentuk persepsi adalah pengenalan akan suatu figur dalam suatu latar belakang. Seorang melihat objek-objek dan bentuk-bentuk dari pengalaman sehari-hari berdiri suatu latar belakang. Contoh gambar digantung di dinding, kata dilihat dalam suatu halaman, dan
15
16
melodi berasal dari ulangan nada dalam belakang musik, gambar, kata dan melodi ini ditangkap sebagai figur, sedang dinding / halaman dan nada-nada adalah latar belakang. Kemampuan untuk memisahkan suatu objek dari latar belakang
adalah
dasar
untuk
semua
bentuk
persepsi
(http://id.whipedia.org/wiki/Persepsi Akses, Minggu 05 Desember 2010 pukul 10:00:00). 3. Jenis-jenis Persepsi Menurut Bimo Walgito ada 5 (lima) jenis persepsi, yaitu sebagai berikut: 1. Persepsi penglihatan Persepsi penglihatan didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang dari bayi dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. 2. Persepsi pendengaran Persepsi pendengaran didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. 3. Persepsi pengerabaan Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. 4. Persepsi pencium Persepsi pencium atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. 5. Persepsi pengecapan Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah (Walgito, 2004 : 8-129).
16
17
4. Aspek-aspek Persepsi Pada hakekatnya sikap adalah mencerminkan suatu interaksi dari proses untuk mencapai tujuan sistem. Komponen-komponen sikap tersebut menurut Allport (dalam Mar‟at, 1991) ada tiga yaitu: 1. Komponen kognitif Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengalaman kemudian akan terbentuk suatu kepercayaan tentang objek sikap tersebut. 2. Komponen afektif Afektif berhubungan dengan rasa bahagia dan tidak bahagia. Jadi sifatnya langsung yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya. 3. Komponen konatif Merupakan persiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya. Baron dan Byrne, juga Myers (dalam Gerungan, 1996) menyatakan bahwa sikap itu mengundang tiga komponen yang membentuk struktur sikap yaitu: 1) Komponen perseptual yaitu komponen yang bersamaan dengan pengalaman, tatap muka, keyakinan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap objek sikap.
17
18
2) Komponen emosional yaitu komponen yang berhubungan dengan rasa bahagia atau tidak bahagia terhadap objek sikap. Rasa bahagia merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak bahagia merupakan hal yang negatif. 3) Komponen perilaku yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan tidak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap yaitu menunjukkan besar kecilnya. Rukoach (Walgito, 2003) memberikan pengertian bahwa dalam persepsi terkandung komponen perseptual dan juga komponen perilaku, yaitu sikap merupakan posisi untuk berbuat atau berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan posisi untuk berbuat atau berperilaku. Dari batasan ini juga dapat dikemukakan bahwa persepsi mengandung komponen perseptual, komponen emosional, dan juga komponen perilaku, yaitu merupakan kesediaan untuk bertindak atau berperilaku. Sikap orang pada suatu objek sikap merupakan manifestasi dari ketiga memahami,
komponen tersebut yang saling berinteraktif untuk merasakan
dan
konsisten
satu
dengan
(http://www.masbow.com./2009/08/apa-itu-persepsi.html,
lainnya.
Selasa,
08
September 2008 pukul 08:45:00). 5. Teori-teori Persepsi Teori adalah serangkaian hipotesia atau proporsi yang saling berhubungan tentang suatu gejala (fenomena) atau sejumlah gejala (Sarwono, 2008 : 5).
18
19
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2008 :241-244), dalam bukunya yang berjudul “Teori-teori Psikologi Sosial” terdapat 4 teori besar persepsi sosial yaitu: a. Teori Heider, adalah teori yang dicetuskan oleh Heider. Teori ini bersifat umum yaitu tentang hubungan antar pribadi (interpersonal). Dari sifatnya yang umum tersebut menunjukkan kekayaan dan keluasan pikiran. Oleh karena itu, teori ini banyak merangsang sumbangan-sumbangan teori psikolog-psikolog sosial. b. Teori Jones & Davis adalah teori yang dicetuskan oleh Jones dan Davis. Teori ini terbatas pada atribusi terhadap orang. Tetapi teori ini menjelaskan juga tentang kondisi-kondisi yang harus ada untuk dapat terjadinya prediksi. c. Teori Kelley, adalah teori yang dikemukakan oleh Kelley. Teori ini terbatas pada atribusi terhadap lingkungan luar. Teori ini masih relatif baru dan belum mampu merangsang penelitian karena para psikolog sosial lebih tertarik pada persepsi, atribusi dan keputusan / penilaian pribadi daripada atribusi lingkungan. d. Teori Festinger, adalah teori yang ditemukan oleh Festinger. Teori ini hanya sedikit menyinggung proses atribusi dan persepsi sosial. Secara khusus, teori ini membicarakan proses yang digunakan oleh seorang individu untuk menilai keampuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungan dengan pendapat-pendapat dan kemampuan-kemampuan orang lain yang ada
19
20
dalam suatu lingkungan sosial. Hal terpenting menurit teori Festinger adalah dampak dari perbandingan sosial terhadap perubahan dari pendapat pada individu itu sendiri.
2.2. Pengertian dan Ruang Lingkup Dakwah 1. Pengertian Dakwah Dakwah ditinjau dari sudut etimologi atau asal kata (bahasa), berasal dari bahasa Arab, yang berarti “ajakan, panggilan atau seruan”. Kata dakwah berbentuk “masdar”. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja) “yad’uda’a” yang artinya memanggil, mengundang atau mengajak. Sedangkan orang yang memanggil, mengajak atau menyeru atau melaksanakan dakwah dinamakan “da’i”. Tetapi apabila da’i-nya terdiri dari beberapa orang (banyak) maka disebut dengan “du’ah” (Pimay, 2006 : 2). Menurut terminologi, dakwah dapat diartikan sebagai sisi positif dari ajakan untuk menuju keselamatan dunia akhirat (Aziz, 2004 : 4). Oleh karena itu, istilah dakwah mengandung pengertian yang beraneka ragam, namun terdapat satu kesamaan yaitu untuk mencapai satu tujuan dakwah. Berikut ini penulis kutip beberapa definisi dakwah, antara lain: a. Menurut Ibnu Taimiyah mendefinisikan dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya apa yang telah diberitakan oleh Rasul dan taat terhada apa yang telah diperintahkan yang meliputi dua kalimat syahadat, menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa bulan Ramadhan, menegakkan haji, iman
20
21
kepada malaikat, kitab-kitab-Nya, hari kebangkitan, qadha dan qadar. Selain itu dakwah juga berarti mengajak agar hamba menyembah kepada Allah seakan-akan melihatnya (Taimiyah, 1985 : 185). b. Ali Mahfuzh mendefinisikan dalam bukunya “Hidayat al Mursyidin” memberikan definisi dakwah sebagai berikut: Mendorong (memotivasi) umum manusia melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk serta memerintahkan mereka berbuat makruf dan mencegahnya dari perbuatan munkar agar mereka memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Berbeda dengan pendapat yang lain, nampaknya Ali Mahfuzh lebih cenderung mengartikan dakwah sebagai aktivitas untuk memberikan motivasi kepada umat manusia agar melaksanakan kebaikan dan mengikuti petunjuk. Dalam hal ini Ali Mahfuzh juga mengartikan dakwah sebagai usaha menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar dengan tujuan menghantarkan umat manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat (Mahfuzh, 1975 : 7). c. Sifuddin Anshari, M.A. mendefinisikan “Dakwah adalah segala aktivitas yang mengubah suatu situasi kepada situasi yang lain yang lebih baik menurut ajaran Islam. Tetapi juga berupa usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan dan seluruh umat. Konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliputi amar ma’ruf dan nahi munkar, dengan berbagai media dan cara yang diperolehkan akhlak dan membimbing pengalamannya dalam kehidupan
21
22
perorangan, perilaku kehidupan berumah tangga (usrah), perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara” (Anshari, 1969 : 87). d. Shalahuddin Sanusi mendefinisikan dakwah itu ialah usaha mengubah keadaan yang negatif kepada keadaan yang positif, memperjuangkan yang ma’ruf atas yang munkar, memenangkan yang hak atas yang bathil (Sanusi, 1964 : 11). Beberapa pengertian dakwah tersebut, meskipun dituangkan dalam bahasa dan kalimat yang berbeda, tetapi kandungan isinya tetap sama bahwa dakwah dipahami sebagai seruan, ajakan, dan panggilan dalam rangka membangun masyarakat Islami berdasarkan kebenaran ajaran Islam yang hakiki. Dengan kata lain, dakwah merupakan upaya atau perjuangan untuk menyampaikan ajaran agama yang benar kepada umat manusia dengan cara yang simpatik, didik, jujur, tabah dan terbuka, serta menghidupkan jiwa mereka membahagiakan serta menggetarkan hati mereka dengan ancamanancaman Allah SWT terhadap segala perbuatan tercela, melalui nasehatnasehat dan peringatan-peringatan. 2. Dasar Pelaksanaan Dakwah Adapun dasar untuk pelaksanaan dakwah, tertuang dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Oleh karena itu, dakwah dalam praktek mempunyai dasar dan landasan yang kuat. Dasar dari Al-Qur'an, antara lain: a. Surat An-Nahl ayat 125:
َحسَنُ إِّن ْ َحسَنَ ِة ًَجَب ِد ْليُ ْم ّبِبلَتِي ىِيَ أ َ ْػظَ ِة ال ِ ٌَْح ْكمَ ِة ًَا ْلم ِ ْك ّبِبل َ ادْعُ ِإلََ سَبِيلِ رَ ِّب
22
23
َػلَ ُم ّبِب ْل ُميْتَذِين ْ َل ػَنْ سَبِيلِ ِو ًَىٌَُ أ َض َ ن ْ َػلَ ُم ِّبم ْ َرَ َّبكَ ىٌَُ أ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk”. (Depag, 2000:224). b. Surat Ali Imran ayat 104 :
ن الْمُنْكَ ِر ِ َّن ػ َ ٌَْف ًَيَنْي ِ ًُّن ّبِبلْمَؼْر َ ًُّن إِلََ الْخَيْ ِر ًَيَأْمُر َ ٌُن مِنْكُ ْم أُمَ ٌة يَذْػ ْ ًَلْتَ ُك َك ىُ ُم الْمُفْلِحٌُّن َ ًَِأًُلَئ “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Pimay, 2006 : 14). Adapun dasar dakwah yang terdapat dalam Al-Hadits, antara lain: a.
ّن لَ ْم يَسْتَطِ ْغ ْ ِ فَإ،ِّن لَ ْم يَسْتَطِغْ فَبِلِسَبنِو ْ ِ فَإ،ِن رَأٍَ مِنْكُ ْم مُنْكَراً فَلْيُغَيِرْ ُه ّبِيَذِه ْ َم ّن ِ ف ْاإلِيْمَب ُ َك أَضْؼ َ ِفَبِقَلْبِ ِو ًَرَل “Barangsiapa diantara kamu melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu dengan lisannya, maka dengan hatinya, yang demikian itu selemah-lemahnya iman” [HR. Muslim] (Pimay, 2006 : 15). b.
آيَةً وَلَىْ عَنِى بَلِغُىا “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (Pimay, 2006 : 15). 3. Dasar Hukum Dakwah Islam adalah agama risalah untuk seluruh umat manusia di dunia dan umat Islam adalah pendukung amanah untuk meneruskan risalah dengan dakwah, baik sebagai umat kepada umat-umat yang lain ataupun selaku perseorangan di tempat manapun mereka berada, menurut kemampuan
23
24
masing-masing. Oleh karena itu, sebagai agama yang sempurna, Islam telah mengatur segala segi kehidupan dengan hukum. Dengan hukum itulah manusia harus mendasarkan segala yang dilakukannya. Tidak terlepas dari itu, dakwah juga harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku, yang telah digariskan oleh Allah SWT. Dasar hukum dakwah harus sesuai dengan firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 125 (yang sudah ditulis di atas) dapat dilihat dari kata
ادع
yang berarti “serulah”, “ajaklah” adalah fi’il amar atau perintah. Menurut kaidah Ushul Fiqih, setiap fi’il amar adalah perintah dan setiap perintah adalah wajib, selama tidak ada dalil lain
yang
memalingkannya dari kewajiban itu kepada ketentuan lainnya (Sanwar, 1989:34). Dengan demikian, hukum dakwah adalah wajib, sebab tidak ada dalil lain yang memalingkannya dari kewajiban itu. Namun, terdapat perbedaan dari para Ulama dalam mensikapi kewajiban ini, yakni apakah wajib ‘ain atau wajib kifayah. Perbedaan tersebut berdasar pada penafsiran terhadap firman Allah surat Ali Imran ayat 104 (yang sudah ditulis di atas), yang artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. Para Ulama tersebut ada yang menafsirkan “littab’idh” (sebagian), sehingga menghukumi dakwah menjadi fardhu kifayah.
24
25
Sedangkan sebagian berpendapat “littabyin” (menerangkan), sehingga menunjuk pada fardhu ‘ain (Sanwar, 1989:35). 4. Unsur-unsur Dakwah a. Subyek Dakwah (pelaku dakwah) Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu, kelompok atau lewat organisasi / lembaga. Secara umum kata da’i ini sering disebut dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini konotasinya sangat sempit, karena masyarakat cenderung mengartikannya sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib (orang yang berkhotbah) dan sebagainya. Siapa saja yang menyatakan sebagai pengikut Nabi Muhammad hendaknya menjadi da’i, dan harus dijalankan sesuai dengan hujjah yang nyata dan kokoh.
Dengan demikian, wajib baginya untuk mengetahui kandungan
dakwah baik dari sisi akidah, syariah, maupun dari akhlak. Berkaitan dengan hal-hal yang memerlukan ilmu dan keterampilan khusus, maka kewajiban berdakwah dibebankan kepada orang-orang tertentu. Masruddin Lathief mendefinisikan bahwa da’i adalah muslim dan muslimat yang menjadikan dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Ahli dakwah adalah wa’ad, mubaligh mustama’in (juru penerang) yang menyeru, mengajak, memberikan pengajaran dan pelajaran agama Islam. (Munir dan Ilaihi, 2006 : 21-22).
25
26
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta dan kehidupan serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, juga metodemetode yang dihadirkannya untuk menjadikan agar pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan tidak melenceng. Namun demikian, bagaimana beratnya tugas dakwah, jika hal itu dilakukan atas dasar keimanan kepada Allah, maka pintu kebenaran akan terbuka dan akan terlihat permata-permata di dalamnya. Sejarah mencatat para juru dakwah yang tangguh dengan berbekal keteguhan iman kepada Allah SWT, antara lain : Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abu „Ubaidah, Sa‟ad bin Abi Waqash, Khalid bin Walid, Abu Ayyub al Anshari dan sebagainya. Mereka adalah para penerima ajaran Islam dengan sepenuh hati mengorbankan seluruh hidup dan kehidupannya bagi perjuangan Islam. Dengan tanpa ragu dan gentar, mereka menebarkan, mengembangkan dan menyempurnakan benih-benih kebaikan dalam rangka usaha perubahan sosial. (Pimay, 2006 : 24-25). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa: a) Para juru dakwah harus memiliki bekal pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman keagamaan yang baik agar proses dakwah berjalan dengan lancar. b) Para juru dakwah harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan (quduwah) dan karenanya jiwa para juru dakwah perlu ditempa terlebih dahulu agar
26
27
mereka tabah, sabar dan tidak putus asa dengan berbagai cobaan, halangan ataupun rintangan yang dihadapinya dalam berdakwah. Disamping kemampuan tersebut, juru dakwah juga dituntut untuk memiliki kemampuan menangkap tanda-tanda zaman yang sedang berlangsung. Untuk itu diperlukan pemahaman terhadap indikasi-indikasi adanya perubahan yang mendasar, baik secara kultural maupun sosialkeagamaan. Misalnya pada zaman sekarang ini ditemukan indikasi-indikasi sebagai berikut: 1. Perubahan transisional dari suatu kosmik yang didasarkan pada keperluan relasi yang lebih terbuka dalam kesatuan. 2. Transisi dari transaksi pada kekuatan magis dan ritual ke arah ketergantungan pada sains dan kepercayaan. 3. Transisi dari tambahan sejarah atas mitos pada hakekatnya merupakan suatu kategori baru dalam transaksi. 4. Transisi dari suatu masyarakat yang tertutup, sakral dan tunggal kea arah keterbukaan, plural dan sekuler. Indikasi itu dapat dipergunakan dalam mengantisipasi kegiatan dalam melaksanakan dakwah, dimana kesadaran baru bisa bercorak negatif, tetapi juga positif. Hal ini merupakan fenomena dialektif yang berlaku secara universal dalam setiap perubahan sosial budaya. (Pimay, 2006 : 25). Dalam konteks menghadapi masyarakat yang sudah demikian kritis, maka yang diperlukan adalah dakwah yang berorientasi kepada transformasi sosio-kultural dengan pendekatan partisipasif. Intinya adalah bagaimana
27
28
mewujudkan tujuan dakwah Islam, yang tidak lain adalah mengembangkan potensi fitrah dan fungsi kekhalifahan manusia dalam rangka membentuk muzham al-hayat (sistem kehidupan) yang diridhai Allah SWT. Akan tetapi, keadaan masyarakat kita tidak sebanding dengan kesadaran sosial yang baru dari akibat positif dan negatif dari globalisasi dalam semua aspek kehidupan, sehingga kecurigaan terhadap perubahan religiusitas manusia yang baru bertumpu pada kesadaran kemanusiaan yang tinggi menjadi sangat dalam . pada saat-saat yang sama otoritas lembagalembaga keagamaan dan politik serta budaya tidak lagi menjamin perkembangan manusia dan masyarakat, baik mental maupun struktural – kondisional, bahkan mungkin menjadi semakin agresif dalam bersikap. Untuk itu, dakwah masa depan perlu mengagendakan beberapa hal antara lain: 1. Mendasarkan proses dakwah pada pemihakan terhadap segala bentuk dakwah demi kepentingan lain. 2. Mengintensifkan dialog dan menjaga ketertiban masyarakat guna membangun kesadaran kritis untuk memperbaiki keadaan. 3. Memfasilitasi masyarakat agar mampu memecahkan masalah sendiri serta melakukan transformasi sosial yang mereka kehendaki. Jadi bukan sekedar menguraikan masalah masyarakat supaya dipecahkan pihak lain. 4. Menjadikan dakwah sebagai media pendidikan dan pengembangan potensi masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat akan terbebas dari kejahilan dan kedhaifan.
28
29
Dakwah Islam yang perlu dilakukan dalam menghadapi era globalisasi dapat dirinci secara global sebagai berikut: meletakkan paradigma tauhid dalam proses dakwah, perubahan masyarakat bermakna perubahan paradigmatik pemahaman agama, dan yang imperatif dalam dakwah (Pimay, 2006 : 25-26). b. Mad’u (penerima dakwah) Mad’u dakwah adalah seluruh umat manusia tanpa kecuali, baik pria maupun wanita, beragama maupun belum beragama, pemimpin maupun rakyat biasa (Sanwar, 1989:66). Rupanya dakwah Islam senantiasa memperhatikan kondisi objek dakwah dan itulah sebabnya Islam bisa berkembang pesat ke seluruh penjuru dunia. Dakwah harus disesuaikan dengan konteks masyarakat dengan pertimbangan tradisi lokal yang berkembang untuk mendapatkan konsiderasi yang tepat yang meliputi hal-hal berikut: 1) Sasaran yang menyangkut kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis, berupa masyarakat terasing, pedesaan, kota besar dan kecil serta kaum miskin kota. 2) Sasaran yang menyangkut golongan masyarakat dilihat dari segi struktur kelembagaan berupa masyarakat desa, pemerintah dan keluarga. 3) Sasaran yang dilihat dari aspek usia, berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua. 4) Sasaran yang dilihat dari aspek tingkat hidup sosial-ekonomi berupa golongan orang yang kaya, menengah, miskin dan seterusnya.
29
30
5) Sasaran yang dilihat dari aspek okupasional (profesional dan pekerjaan) berupa petani, pedagang, seniman, buruh, PNS dan sebagainya. Menurut Abduh, mengacu pada Surat An-Nahl : 125 pada garis besarnya umat yang dihadapi juru dakwah dapat dibagi tiga golongan yang masing-masing harus dihadapi dengan cara yang berbeda (Pimay, 2006 : 2930). 1. Golongan cerdik cendekiawan yang cinta kebenaran dan dapat berpikir secara kritis, cepat dan menangkap arti persoalan. Mereka ini harus dipanggil dengan hikmah yakni dengan alasan-alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka. 2. Golongan awam yakni orang yang kebanyakan belum dapat berpikir kritis dan mendalam serta belum mampu menangkap pengertian yang tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan maudidhoh hasanah dengan anjuran dan didikan yang baik dengan ajaran yang sudah dipahami. 3. Golongan yang kecerdasannya diantara dua golongan tersebut mereka suka membahas sesuatu tetapi hanya dalam tertentu dan tidak sanggup mendalami secara benar. Dewasa ini terdapat kecenderungan dakwah yang menjadi umat hanya sebagai objek dakwah, yang harus dituntun karena kedha’ifan dan potensinya bertindak jahl. Maka tugas para juru dakwah adalah menjaga agar umat tetap berpijak pada jalan lurus mengenai fenomena ini. Mansour Fakih menyatakan bahwa proses dakwah selama ini cenderung mengarah pada konsep komunikasi ala bank. Masyarakat diibaratkan sebagai wadah
30
31
kosong yang harus diisi perangkat yang keyakinan, nilai moral dan praktek kehidupan agar disimpan dan dikeluarkan sewaktu dibutuhkan. Akiabtnya, para da’i menjadi subjek aktif dan umat sebagai objek aktif. Sehingga wajar ketika kemudian umat mengidenditikasikan da’i sebagai prototipe manusia ideal. Hal ini diperkokoh oleh kultur masyarakat yang cenderung paternalistik. Pada hubungan semacam itu melahirkan tolak ukur yang serba formal dan kuantitatif. Keberhasilan dan kegagalan dakwah dilihat dari laristidaknya seorang da’i. Para da’i diuntungkan secara sosial, politik, maupun ekonomi sebagai kelompok elit sementara umat sebagai objek dakwah tetap, bahkan semakin terpuruk, sulit untuk bangkit dan merubah keadaan, karena yang diberikan para da’i kepada mereka hanyalah obat bius atau kata-kata hipnotis (Pimay, 2006 : 30-31). c. Materi Dakwah Materi dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi dakwah adalah ajaran Islam itu sendiri. Secara umum materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu: 1. Masalah akidah Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah akidah Islamiah. Aspek akidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah masalah akidah atau keimanan. Akidah yang menjadi materi utama dakwah
31
32
ini mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dengan kepercayaan agama lain, yaitu: a. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan demikian, seorang muslim harus selalu jelas identitasnya dan bersedia mengakui identitas keagamaan orang lain. (Munir dan Ilaihi, 2006 : 24-25). b. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam bukan tuhan kelompok atau bangsa tertentu. Dan soal kemanusiaan juga diperkenalkan kesatuan asal-usul manusia. Kejelasaan dan kesederhanaan diartikan bahwa seluruh ajaran akidah baik soal ketuhanan, kerasulan, ataupun alam gaib sangat mudah untuk dipahami. c. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan amal perbuatan. Dalam ibadah-ibadah pokok yang merupakan manifestasi dari iman dipadukan dengan segi-segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan kemaslahatan masyarakat
yang menuju pada
kesejahteraannya. Karena akidah memiliki keterlibatan dengan soal-soal kemasyarakatan. (Munir dan Ilaihi, 2006 : 25). Keyakinan demikian yang oleh Al-Qur‟an disebut dengan iman. Iman merupakan esensi dalam ajaran Islam. Iman juga erat kaitannya antara akal dan wahyu. Dalam Al-Qur‟an istilah iman tampil dalam berbagai variasinya sebanyak kurang lebih 244 kali. Yang paling sering adalah melalui ungkapan, “Wahai orang-orang yang beriman” yaitu sebanyak 55 kali. Meski istilah ini pada dasarnya ditujukan kepada para pengikut Nabi Muhammad,
32
33
11 diantaranya merujuk kepada para pengikut Nabi Musa dan pengikutnya dan 22 kali kepada para Nabi lain dan para pengikut mereka. Orang yang memiliki iman yang benar itu akan cenderung untuk berbuat baik, karena ia mengetahui bahwa perbuatannya itu adalah baik dan akan menjahui perbuatan jahat, karena dia tahu perbuatan jahat itu akan berkonsekuensi pada hal-hal yang buruk. Dan iman hakiki itu sendiri terdiri atas amal saleh, karena mendorong untuk melakukan perbuatan yang nyata. Posisi iman inilah yang berkaitan dengan dakwah Islam dimana amar ma’ruf nahi munkar dikembangkan yang kemudian menjadi tujuan utama dari suatu proses dakwah. 2. Masalah syariah Hukum atau syariah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan dirinya dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syariah merupakan sumber yang melahirkan peradaban Islam, yang melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syariah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban di kalangan kaum muslim. Materi dakwah yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di berbagai penjuru dunia, sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari materi syariah Islam antara lain, adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain.
33
34
Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan non muslim, bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan sempurna. (Munir dan Ilaihi, 2006 : 26-27). 3. Masalah mu‟amalah Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu‟amalah lebih besar porsinya daripada ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam mu‟amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT. Cakupan aspek mu‟amalah jauh lebih luas daripada ibadah. Statement ini dapat dipahami dengan alasan: a) Dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits mencakup proporsi terbesar sumber hukum yang berkaitan dengan urusan mu‟amalah. b) Melakukan amal baik dalam bidang kemasyarakatan mendapatkan ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah (Munir dan Ilaihi, 2006 : 2728) 4. Masalah akhlak Secara etimologis, kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dari “khuluqun” yang berarti budi pekerti, perangai, dan tingkah laku atau tabiat. Kalimat-kalimat tersebut memiliki segi-segi persamaan dengan perkataan yang berarti “khalqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan
34
35
kholiq yang berarti pencipta, dan “makhluq” yang berarti yang diciptakan. Sedangkan secara terminologi, pembahasan akhlak berkaitan dengan masalah tabiat atau kondisi temperatur batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Ilmu akhlak bagi Al-Farabi, tidak lain dari bahasan tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidupnya yang tertinggi, yaitu kebahagiaan dan tentang berbagai kejahatan atau kekurangan yang dapat merintangi usaha pencapaian tujuan tersebut. Kebahagiaan dapat dicapai melalui upaya terus-menerus dalam mengamalkan perbuatan terpuji berdasarkan kesadaran dan kemauan. Siapa yang mendambakan kebahagiaan, maka ia harus
berusaha secara terus-
menerus menumbuhkan sifat-sifat baik yang terdapat dalam jiwa secara potensial dan dengan demikian sifat-sifat baik itu akan tumbuh dan berurat berakar secara aktual dalam jiwa. Berdasarkan pengertian ini, maka ajaran akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi dari kondisi perbuatannya. Akhlak dalam Islam bukanlah norma ideal yang tidak dapat diimplementasikan dan bukan pula sekumpulan etika yang terlepas dari kebaikan norma sejati (Munir dan Ilaihi, 2006 : 28-29). d. Metode Dakwah Kata metode telah menjadi bahasa Indonesia yang memiliki pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana, sistem, tata pikir manusia”. Sedangkan dalam metodologi pengajaran Islam disebutkan
35
36
bahwa metode adalah “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam mencari kebenaran ilmiah”. Dalam kaitannya dengan mencari ajaran Islam, maka pembahasan selalu berkaitan dengan hakikat penyampaian materi kepada peserta didik agar dapat diterima dan dicerna dengan baik (Munir dan Ilaihi, 2006 : 32-33). Maka sumber utama yang dijadikan rujukan dalam merumuskan metode dakwah adalah sebagai berikut: Pertama, Al-Qur‟an sebagai sumber utama seluruh nilai dan ajaran Islam. Dalam Al-Qur‟an Surat An-Nahl /16 : 125
ُإِنَ أَحْسَهُ هِيَ بِبلَتِي وَجَبدِلْهُمْ الْحَسَنَةِ وَالْمَىْعِظَةِ بِبلْحِكْمَةِ رَبِكَ سَبِيلِ إِلَى ادْع ُوَهُىَ سَبِيلِهِ عَهْ ضَلَ بِمَهْ أَعْلَمُ هُىَ رَبَكَ يهَبِبلْمُهْتَذِ أَعْلَم “Serulah (manusia) kepada jalan TuhanMu dengan hikmah pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Depag, 1971: 421). Ayat ini menjelaskan bahwa metode dakwah secara global meliputi metode hikmah, metode al-maudhah al-hasanah (nasehat yang baik) dan metode mujadalah (metode diskusi). Metode dan teknik dakwah dalam AlQur‟an ini tidak merupakan tuntunan secara terperinci namun secara global. Hal ini memberi peluang bagi seorang juru dakwah untuk menjabarkan secara terperinci metode dakwah tersebut sesuai perkembangan zaman.
36
37
Kedua, Hadits Nabi. Hadits salah satu fungsinya adalah untuk menjelaskan makna kandungan Al-Qur‟an. Dapat dikatakan bahwa sikap dan perilaku Nabi merupakan contoh ideal sebagai wujud pelaksanaan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur‟an. Karena itu, perilaku Nabi selalu dijadikan contoh yang baik (uswatun hasanah) atau suri tauladan bagi seluruh umat Islam, termasuk dalam praktek berdakwah. Beberapa contoh metode dakwah yang dipraktekkan oleh Nabi SAW adalah sebagai berikut: a) Metode ceramah. Metode ceramah yang dilakukan Rasulullah SAW cukup sederhana. Sasarannya adalah qalbu (hati) dan akal manusia. Karena qalbu dan akal manusia bertempat dalam lubuk jiwa manusia. Ceramah Rasul tersebut dilakukan dengan cara memperhitungkan suatu segi yang praktis yaitu mempertimbangkan objek secara tepat dengan alasan-alasan yang kuat. b) Metode tanya-jawab. Dalam hal ini, Rasul menjawab segala macam permasalahan sahabat-sahabatnya dengan sabar dan senang hati. c) Metode musyawarah. Metode musyawarah ini dinilai sebagai metode dakwah dalam rangka menjinakkan hati para sahabatnya dan memberi contoh agar senantiasa masyarakat mengikutinya. d) Metode tatap muka (face to face). Dalam hal ini, Rasul menyeru keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang terdekat satu demi satu atau disebut dakwah al-afrad yaitu secara diam-diam dari rumah ke rumah dengan cara berhadapan muka.
37
38
e) Metode keteladanan. Nabi berdakwah dengan jalan memberi teladan agar dicontoh oleh masyarakat. Meskipun seorang Rasul, Nabi Muhammad tidak pernah menempatkan dirinya dengan gaya orang berkuasa. Metode ini dilakukan Nabi dengan harapan agar para sahabat menirunya. f) Metode
ishlah.
Dalam
metode
ini,
Nabi
membuat
perjanjian
persahabatan dan perdamaian dengan pihak lain yang dikenal dengan kompromi, seperti yang terjadi dalam perjanjian Hudaibiyyah. g) Metode sedekah. Dengan cara memberikan harta. Cara ini dilakukan untuk membantu orang yang berekonomi lemah. Sumber ketiga yang menjadi rujukan dakwah adalah sejarah hidup para sahabat dan fuqaha. Sejarah hidup para sahabat dan fuqaha merupakan contoh yang sangat berguna bagi juru dakwah, karena mereka adalah orang yang ahli dalam bidang agama. Muadz bin Jabal dan para sahabat lain merupakan figur yang patut dicontoh sebagai kerangka dalam membangun misi dakwah. Sumber keempat yang menjadi rujukan dakwah adalah pengalaman seorang juru dakwah selama melaksanakan aktivitas dakwah merupakan sumber yang sangat berharga untuk merumuskan metode dakwah di kemudian hari. Kekurangan dan kelemahan metode dakwah yang ia lakukan di masa lampau akan menjadi bahan berharga untuk evaluasi dan perbaikan di masa yang akan datang. Experience is the best teacher merupakan motto yang punya pengaruh besar bagi seorang juru dakwah. Pengalaman juru
38
39
dakwah baik dalam berdakwah maupun dalam pergaulannya dengan masyarakat umum dapat dijadikan referensi dalam berdakwah (Pimay, 2006 : 44-46). e. Media Dakwah Media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran dakwah) kepada mad’u. Untuk menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai wasilah. Hamzah Ya‟qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam, yaitu : lisan, tulisan, lukisan, audiovisual dan akhlak. 1. Lisan
adalah
media
dakwah
yang
paling
sederhanaaaa
yang
menggunakan lidah dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah,, kuliah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya. 2. Tulisan adalah media dakwah melalui tulisan, buku, majalah, surat kabar, surat-menyurat (korespondensi), spanduk dan sebagainya. 3. Lukisan adalah media dakwah melalui gambar, karikatur, dan sebagainya. 4. Audiovisual adalah media dakwah yang dapat merangsang indra pendengaran, penglihatan atau kedua-duanya, seperti televisi, film slide, OHP, internet, dan sebagainya. 5. Akhlak, yaitu media dakwah melalui perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang secara langsung dapat dilihat dan didengarkan oleh mad’u (Munir dan Ilaihi, 2006:32).
39
40
5. Tujuan Dakwah Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai melalui tindakan, perbuatan atau usaha. Dalam kaitannya dengan dakwah, maka tujuan dakwah sebagaimana dikatakan Ahmad Ghallausy adalah membimbing manusia untuk mencapai kebaikan dalam rangka merealisir kebahagiaan. Sementara itu, Ra‟uf Syalaby menyatakan bahwa tujuan dakwah adalah meng-Esakan Allah SWT, membuat manusia tunduk kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dan instropeksi terhadap apa yang telah diperbuat. Tujuan dakwah ini selanjutnya dapat diklasifikasikan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan umum Tujuan dakwah secara umum adalah menyelamatkan umat manusia dari lembah kegelapan dan membawanya ke tempat yang terang-benderang dari jalan yang sesat kepada jalan yang lurus, dari lembah kemusyrikan dengan segala bentuk kesengsaraan menuju kepada tauhid yang menjanjikan kebahagiaan. Pemahaman terhadap tujuan dakwah semacam ini dapat dikaji dengan mengadakan analisis kritis terhadap sejumlah ayat Al-Qur‟an. Hal ini misalnya tercermin dalam Surat At-Thalaq / 165 : 11.
“(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah (bermacam-macam) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang
40
41
beriman dan beramal shalih dan kegelapan kepada cahaya” (Depag, 1971: 947). Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara umum tujuan awal dakwah adalah menyelamatkan manusia dari jurang yang gelap (kekafiran) yang membuatnya tidak bisa melihat segala bentuk kebenaran dan membawanya ke tempat yang terang-benderang (cahaya iman). 2. Tujuan khusus Selain tujuan umum, dakwah juga memiliki tujuan secara khusus yaitu terlaksananya ajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang benar dan berdasarkan keimanan, sehingga terwujud masyarakat yang menjunjung tinggi kehidupan beragama dengan merealisasikan ajaran Islam secara penuh dan menyeluruh. Tujuan dakwah ini dapat dikaji dari Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah / 2 : 208 sebagai berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan” (Depag, 1971:50). Dalam menafsirkan ayat ini, Sayyid Quthub berpendapat bahwa tujuan dakwah adalah mewujudkan orang-orang mukmin yang berserah diri kepada Allah dalam segala aspek kehidupan mereka dengan keseluruhan jiwa dan amal mereka, baik yang kecil maupun yang besar. Dengan penyerahan diri ini, maka sudah tidak tersisa lagi kedurhakaan baik dalam angan-angan maupun dalam ingatan, baik dalam
41
42
niatan maupun dalam perbuatan, baik dalam kesukaan maupun dalam ketakutan, tidak berlagak merendahkan diri kepada Allah serta tidak membenci hukum-hukum Allah dan ketetapan-ketetapannya (Pimay : 26, 710).
2.3. Media Elektronik dan Muatan Dakwah 1. Media elektronik sebagai media komunikasi Media elektronik merupakan salah satu bentuk media massa merupakan sumber kekuatan (alat kontrol), manajemen dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Denis Mc Quail (1987:8) dalam bukunya yang berjudul “Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar” menjelaskan bahwa media elektronik merupakan perlengkapan dasar yang mendominasi komunikasi. Komunikasi
secara
bahasa
Inggris
“communication”
yang
mempunyai akar kata dari bahasa Latin “comunicare”. Kata “comunicare” sendiri memiliki arti yaitu “to make common” atau membangun pertahanan bersama. Sedangkan secara istilah, terdapat ratusan uraian nyata dan tersembunyi untuk menggambarkan definisi komunikasi (Mufidz, 2005:1). Kata “sama” dalam pengertian ini, berarti kesamaan makna antara komunikator dan komunikan. Komunikasi ini dapat dikatakan efektif apabila antara komunikator dan komunikan memiliki kesamaan makna terhadap pesan yang disampaikan. Dengan begitu, maka terjadi kesamaan pikiran.
42
43
Komunikasi menurut Lasswell (Effendy, 2000:253) terdiri dari beberapa unsur yaitu: a. Komunikator (comunicator) b. Pesan (message) c. Media (channel) d. Komunikan (communicant) e. Efek (effect) 2. Ciri-ciri komunikasi massa Para ahli komunikasi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, atau disebut juga komunikasi media massa (Effendy; 1990 : 20-25). Komunikasi massa ini memiliki ciri-ciri yaitu: a. Komunikasi massa berlangsung satu arah (one-way communication), artinya: bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suara institusi dan organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya melembaga atau dalam bahasa asing disebut organized communicator. c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum, artinya: pesan yang disebarkan melalui media massa bersifat umum (public), karena ditujukan kepada umum dan mengenai kepentingan umum. Jadi, tidak ditujukan kepada perseorangan atau kepada sekelompok orang tertentu.
43
44
d. Media
komunikasi
massa
menimbulkan
keserempakan,
artinya
kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada pihak khalayak dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan. Hal inilah merupakan ciri paling hakiki dibandingkan media komunikasi lainnya. e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, artinya : komunikan atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen (terpencar-pencar). 3. Televisi sebagai media dakwah Dalam perkembangan sejarah Islam, persinggungan antara dakwah dengan berbagai permasalahan tidak dapat dihindarkan. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dakwah itu sendiri yaitu mengajak umat manusia untuk mengerjakan yang ma’ruf dan menjahui yang munkar. Proses untuk mengajak masyarakat ataupun komunitas menuju arahan perilaku yang lebih baik dan menjahui keburukan tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan. Semuanya harus melalui proses yang terencana dan terkonsep dengan baik. Disamping itu dibutuhkan pula media-media yang dapat membuat konsep dakwah menjadi lebih efektif dan efisien. Arti penting penggunaan media tersebut, sejak jaman dahulu para da’i telah memanfaatkannya untuk kepentingan dakwah. Oleh karena itu tidak mengherankan pada waktu itu produk budaya semisal wayang ataupun gamelan dimanfaatkan didalam dakwahnya. Dalam masa yang lebih maju, media dakwah makin berkembang. Dakwah sudah tidak lagi dikembangkan
44
45
hanya sebatas menggunakan media tradisional seperti itu saja akan tetapi sudah mulai dikembangkan melalui pemanfaatan media-media lain seperti melalui lembaga-lembaga formal maupun informal, dan juga pemanfaatan media massa cetak maupun elektronik ataupun berbagai uraian media lainnya. Dalam pemanfaatan media dan metode seorang da’i harus berhatihati dan paling tidak harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: a. Pengembangan metode-metode yang sesuai tantangan dan kebutuhan. b. Mempertimbangkan metode dan media sesuai dengan tantangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. c. Memilih metode dan media yang relevan, baik mimbar, panggung, media cetak ataupun elektronik (radio, televisi, kompoter dan internet). d. Mengembangkan media atau metode kultural atau struktural, yakni pranata sosial, seni, karya budaya dan wisata alam. e. Mempertimbangkan struktur sosial dalam tingkatan kadar intelektual yakni khawas, awam dan yang menentang. f. Memperhatikan struktur dan tingkatan masyarakat dari segi kekuasaan, geografis, demografis, sosiologis dan antropologis, politis dan ekonomis. g. Mengembangkan dan mengamodasikan metode dan media seni budaya masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang, drama, musik, lukisan dan sebagainya. h. Mempertimbangkan dan mengkaji metode pendekatan spiritual antara lain melalui doa dan sholat, silaturahmi dan sebagainya.
45
46
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diharapkan dakwah akan berlangsung baik. Adapun salah satu media massa elektronik yang sangat efektif dan sangat berpeluang untuk dijadikan media dakwah adalah televisi. Di dalam media televisi bersifat hanya meneruskan maka pesanpesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Adapun pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak. Secara umum, tujuan penyampaian pesan dari media televisi adalah sebagai sarana hiburan, pendidikan, kontrol sosial dan sebagai pengubung ataupun bahan informasi. Daya tarik media televisi demikian luas sehingga pola-pola kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia, tidak menonton televisi sama juga hidup dalam tempurung. Pada akhirnya media televisi menjadi sarana untuk mencapai sasaran hidup manusia. Baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan. Bahkan melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya yang sudah ada sejak lama. Tetapi walaupun demikian media televisi juga mempunyai banyak kelebihan disamping beberapa kelemahan. Kekuatan media televisi adalah menguasai jarak dan ruang, karena teknologi televisi telah menggunakan
46
47
elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. Ada kekuatan tentu saja ada kelemahan, kekurangan televisi adalah karena bersifat transitori maka isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsa (lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk klipingan koran) media televise saja. (http://arihawa.blogspot.com/2010/03/televisi-sebagai-mediadakwah.html). 4. Pemanfaatan televisi sebagai media dakwah Sebuah media dalam proses dakwah tidak dapat dihindari lagi. Permasalahan masa sekarang terletak pada kemauan dan kepandaian para da’i dalam memilih media mana yang paling tepat dipakai berdasarkan kemampuan sebagai da’i maupun spesifikasi mad’u yang menjadi sasaran dakwah. Dalam hal ini Moh. Ali Aziz menjelaskan bahwa pada dasarnya dakwah dapat menggunakan berbagai media yang menangkap indera-indera manusia serta dapat menimbulkan perhatian diterima dakwahnya. Semakin tepat dan efektif media yang dipakai maka semakin efektif pula upaya pengetahuan ajaran Islam pada masyarakat yang menjadi sasaran dakwah. Penggunaan media (terutama media massa) memiliki peningkatan intensitas, kecepatan, dan jangkauan komunikasi yang dilakukan umat manusia terutama bila dibandingkan sebelum adanya media massa seperti pers, radio, televisi, internet dan sebagainya. Oleh karena itu sudah saatnya bagi para da’i memanfaatkan media massa tersebut dalam menyebarkan ajaran Islam diantaranya menggunakan televisi. Televisi merupakan
47
48
penggabungan antara gambar dan suara, sebab peran media ini meneruskan peristiwa dalam bentuk gambar hidup dengan suara bahkan dengan warna ketika peristiwa itu berlangsung. Namun seberapa besar kelebihan media televisi, belum mampu bersaing beberapa kelebihan dalam media massa lainnya terutama media cetak seperti surat kabar, koran dan lain sebagainya dalam penyampaian materi dakwahnya. Pada Al-Qur'an dan Hadits, keduanya menjadi pegangan dalam setiap aktivitas dakwah apapun, dimanapun, kapanpun, dan menggunakan media apapun termasuk televisi. Dalam memberikan materi dakwahnya Al-Qur'an terlebih dulu beracuan prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi (mad’u) adalah makhluk yang terdiri atas unsur jasmani, akal dan jiwa sehingga itu harus dilihat dan diperlakukan dengan keseluruhan unsur-unsurnya secara bersama-sama dan berkesinambungan baik dari segi materi maupun waktu penyampaian. Sebagaimana dikutip
oleh Asep Muhyidin, Quraish Shihab
menyampaikan bahwa materi dakwah yang disampaikan oleh Al-Qur'an dibuktikan kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau dapat dibuktikan manusia melalui penalaran akalnya. Kenyataan ini dapat ditemui pada hampir setiap yang disajikan oleh Al-Qur'an. Ada saatnya Al-Qur'an menuntun manusia dengan tulisan jelas dan tahapan pemikiran yang sistematis sehingga manusia menemukan sendiri kebenarannya. Sedangkan untuk mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan dalam penyampaian materi-materinya, Al-Qur'an menempuh metode-metode sebagai berikut:
48
49
1. Mengemukakan kisah-kisah yang berhubungan dengan salah satu tujuan materi. 2. Nasihat dan panutan. Dalam hal ini Al-Qur'an menggunakan kata-kata yang menyentuh hati untuk membimbing manusia pada ide-ide yang diinginkannya. 3. Pembiasaan. Pembiasaan mempunyai peranan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Dengan kebiasaan seseorang mampu melakukan halhal penting dan berguna tanpa memerlukan tenaga dan waktu yang banyak. Materi dakwah dalam televisi hendaknya tetap mengacu pada kedua sumber pokok ajaran Islam tersebut. Adapun metode penyampaian pesannya dengan cara mengemukakan kisah-kisah yang berkaitan dengan tujuan materi. Hal ini bisa dilakukan dengan format: a. ceramah b. dialog alternatif c. sinetron d. musik Islami e. talk show f. film dokumenter g. film layar kaca h. drama Disamping beberapa format acara di atas juga bisa dikembangkan dengan jenis acara yang lain dapat menunjang terlaksananya dakwah.
49
50
5. Kelebihan dan kelemahan televisi sebagai media dakwah Televisi sebagai media dakwah memiliki berbagai karakteristik yang menunjukkan kelebihan maupun kekurangannya, meliputi: a) Kelebihan televisi 1. Memiliki jangkauandan segera dapat menyentuh rangsang penglihatan dan pendengaran manusia. 2. Dapat menghadirkan objek yang amat kecil atau besar, berbahaya atau yang langka. 3. Menyajikan pengalaman langsung kepada penonton. 4. Dapat meniadakan perbedaan jarak dan waktu. 5. Mampu menyajikan unsur warna, gerakan, bunyi dan proses dengan baik. 6. Dapat mengkoordinasikan pemanfaatan berbagai media lain seperti film, foto, dan gambar dengan baik. 7. Dapat menyimpan berbagai data, informasi dan serentak menyebarluaskannya dengan cepat ke berbagai tempat yang berjauhan. 8. Mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan ruangan. 9. Membangunkan perasaan intim atau media personal. b) Kelemahan televisi 1. Merupakan media satu arah, hanya mampu menyampaikan pesan, namun tidak bisa menerima umpan balik secara tepat. Untuk mengatasi kelemahan ini, bisa digunakan media lain sebagai perlengkapan, misalnya film. 2. Layar pesawat penerima yang sempit tidak memberikan keleluasaan penonton. Hal ini karena 80% gambar objek mampu disajikan, sedangkan 20% adalah area lost dan siaran biasanya tidak dapat diluang kembali. 3. Bingkai cahaya dan rangsang kedip cahaya dapat merusak atau mengganggu penglihatan penonton. 4. Kualitas gambar yang dipancarkan lebih rendah dibandingkan dengan visual yang diproyeksikan (film layar lebar) (Sutisno, 1993:3). Keberadaan media dakwah sebagai sarana penunjang keberhasilan dakwah menjadi sebuah keharusan. Oleh karena sudah selayaknya bagi da’i untuk membekali diri dengan berbagai kemampuan, pemanfaatan media yang ada sehingga dakwah dapat disampaikan secara efektif dan efisien.
50
51
Salah satu media dakwah yang cukup efektif dan harus betul-betul dimanfaatkan dengan baik saat ini adalah televisi. Terlepas dari beberapa kekurangan yang ada didalamnya televisi memiliki potensi yang luar biasa dalam dakwah terutama dari faktor jangkauan transmisinya yang begitu luas, mad’u yang bermacam-macam serta kekuatannya untuk memberikan wadah berbagai jenis metode dakwah (http://arihawa.blogspot.com/2010/03/televisi-sebagai-media-dakwah.html, Kamis, 10 Februari 2011.12.00).
51
52
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif (statistik dengan prosentase). Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data-data berupa angka. Maksud dari analisa kuantitatif ini didapat dari jawaban hasil angket yang kemudia dikalikan 100%. Hal ini karena dalam penelitian ini menggunakan uraianuraian yang berupa kategori untuk menjawab permasalahan-permasalahan penelitian, misalnya persepsi masyarakat siaran dakwah “Teletilawah”. Sedangkan spesifikasi dari penelitian ini adalah riset deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk menguraikan sifat-sifat dari suatu keadaan. Metode deskriptif dipergunakan untuk mencari fakta dengan interpretasi yang tepat dan tujuannya adalah untuk mencari jawaban yang sistematis, fakta dan akurat (Supranto, 2001:237). Menurut Drs. Kasir Ibrahim (1994) dalam “Kamus Lengkap Bahasa Indonesa Terbaru” mengartikan sistematis yaitu teratur menurut sistem (1994:346). Fakta yaitu sesuai dengan keadaan dan akurat yaitu pasti dan meyakinkan (1994:3).
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional Agar
penelitian ini mempunyai sasaran yang jelas, maka perlu ada
beberapa penjelasan tentang definisi konseptual dan definisi operasional objek yang diteliti.
52 52
53
Definisi konseptual dalam penelitian ini, yaitu berupa persepsi masyarakat Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rokhmat, 2009:51). Adapun persepsi tersebut berkaitan dengan 3 hal yang menjadi definisi operasional yaitu : -
Tanggapan yaitu : proses untuk mengingat atau mengidentifikasikan sesuatu, biasanya dipakai dalam persepsi rasa, apabila benda yang kita ingat atau identitaskan adalah objek yang mempengaruhi organ perasaan (Draver, 1974:206). Tanggapan dalam penelitian ini maksudnya adalah proses mengingat atau mengidentifikasikan baik kesan, pesan maupun sikapnya terhadap siaran dakwah "Teletilawah" secara umum dan rubrik agama secara khusus.
-
Sikap atau nilai, adalah : perbuatan berdasarkan pendirian (pendapat atau keyakinan) (W.J.S. Poerwadarminta, 1976:944). Sikap atau nilai dalam penelitian ini maksudnya untuk mengetahui perbuatan dan pendirian masyarakat sebelum dan sesudah menonton siaran dakwah "Teletilawah" secara umum dan rubrik agama secara umum.
-
Perasaan emosi, adalah : hal-hal yang berkenaan dengan faktor-faktorpsikologis manusia seperti, kemauan, keinginan, motivasi, pengharapan dan sebagainya (Mulyana, 2002:181-183). Perasaan emosi dalam penelitian ini
53
54
maksudnya adalah untuk mengungkap perasaan senang, bahagia, sedih, jengkel dan sebagainya tentang isi siaran dakwah "Teletilawah". Siaran dakwah “Teletilawah” adalah siaran dakwah Teletilawah yang ditayangkan di TVRI pukul 04.00–04.30 WIB setiap hari Senin-Jumat dengan format maqro membaca Al-Qur'an by phone dan diisi ceramah dari musafir kondang dan password “Cinta Qur‟an”. Oleh karena itu, penelitian ini nantinya dapat menjelaskan persepsi masyarakat di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang yang menonton siaran dakwah "Teletilawah".
3.3. Sumber dan Jenis Data 1. Sumber data Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek yang darimana data diperoleh (Arikunto, 2006:129). Karena penelitian ini menggunakan kuesioner dalam mengumpulkan datanya maka sumber data berasal dari responden, yaitu orang merespon pernyataan atau menjawab pertanyaan dari peneliti baik tertulis ataupun lisan. Responden penelitian ini adalah masyarakat Genuksari Kota Semarang. 2. Jenis Data a. Data primer Data primer adalah data yang dihimpun langsung oleh peneliti (Ridwan, 2005:51). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket yang
54
55
disebarkan pada responden yaitu masyarakat Genuksari Semarang yang menonton siaran dakwah "Teletilawah" b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang tidak secara langsung dikumpulkan oleh yang berkepentingan dengan data tersebut (Boediono, 2004:7). Data sekunder sebagai tambahan, yaitu berupa buku-buku berkaitan dan juga dokumen.
3.4. Populasi dan Sampel Populasi ialah sejumlah keseluruhan pengamatan yang diteliti atau yang menjadi perhatian kita (Boediono, 2004:363). Populasi penelitian ini adalah masyarakat Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang yang menonton siaran dakwah "Teletilawah" yang mempunyai ciri-ciri beragama Islam, yang suka membaca Al-Qur'an yang meliputi orang tua, dewasa, dan remaja. Sedangkan sampel adalah sebagian dari subjek dan objek populasi itu sendiri (Boediono, 2004:364). Sampel yang dimaksud adalah sebagian dari populasi yang menjadi objek yang nantinya mampu mewakili populasi yang ada. Berdasarkan kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek serta besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti maka peneliti hanya mengambil sampel dalam lingkup terbatas yaitu di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan random sampling untuk menentukan mana yang mewakili populasi. Dari 9 RW yang ada, peneliti hanya
55
56
mengambil 3 RW yaitu RW IV, RW V, RW VI. Masing-masing RW tersebut terdapat sejumlah responden yang terpenuhi dalam kriteria penelitian ini, yaitu sebanyak 580 responden. Kemudian
dari
masing-masing
masyarakat
Genuksari
diambil
berdasarkan sampel proporsi. Teknik pengambilan sampel proporsi dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Teknik ini digunakan agar jumlah subyek dari setiap daerah seimbang atau sebanding dengan banyaknya subyek dalam masing-masing daerah. (Arikunto, 2006:139). Landasan proporsi dalam teknik sampel ini adalah teori Burgin (2005), dengan rumus perhitungan sampel: n
N N (d ) 2 1
n = Jumlah sampel yang akan dicari N = Jumlah populasi d = nilai prosisi (ditentukan dalam contoh ini sebesar 90% atau a =0,1) (Burgin, 2005: 105). Dari rumus di atas, maka mendapatkan sampel dari perhitungan :
580 580(0,1) 2 1 580 85 6,8
n
Sampel yang diambil sebanyak 85 warga muslim dari RW IV, V dan VI di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang. Adapun teknik
56
57
pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling yaitu mengambil sampel secara acak. Proporsi pengambilan sampel per RW dihitung sebagai berikut: RW IV RW V
RW VI
240 x 85 35 580 180 x 85 26 580 160 x 85 24 580
Untuk menghitung jumlah sampel yang didapat dengan cara : R (atau jumah responden) per RW, sehingga menjadi: a. RW IV (240) diambil = 35 b. RW V (180) diambil = 26 c. RW VI (160) diambil = 24 Oleh karena itu jumlah responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu: 35 RW IV + 26 warga RW V + 24 warga RW VI = 85 responden.
3.5. Teknik Pengumpulan Data Data empiris dari lapangan dapat diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data, sebagai berikut: Pertama, Angket (kuesioner), yaitu : sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui (Arikunto, 2006:40). Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi masyarakat Genuksari Semarang tentang siaran dakwah "Teletilawah". Metode angket ini disampaikan
57
58
kepada warga RW IV, RW V, RW VI Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang. Kedua, Dokumentasi, yaitu suatu cara untuk mengumpulkan data yang telah ada di dalam lambang-lambang tertentu, baik dokumentasi berupa catatancatatan hasil penggalian data. Metode ini digunakan untuk menjelaskan tentang gambaran umum wilayah Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang yaitu tentang letak geografis dan keadaan monografi. TVRI sebagai media dakwah, yang meliputi sejarah dan tujuan berdirinya program acara yang ditampilkan, siaran "Teletilawah" yang meliputi da’i ditampilkan, metode yang digunakan, materi yang disampaikan, minat masyarakat terhadap TVRI dan persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah "Teletilawah".
3.6. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data yang ada, maka digunakan metode deskriptif kuantitatif (statistik prosentase yang kemudian dikualifikasikan). Analisa ini digunakan untuk melihat frekuensi tertentu suatu nilai dalam himpunan data (jumlah frekuensi) yang diperoleh dari penelitian terhadap masyarakat. Jumlah frekuensi tersebut dinyatakan dalam prosentase sama dengan 100% (Supranto, 2001:239).
3.7. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori, dan belum menggunakan fakta (Sugiyono, 2007:5).
58
59
Hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis deskriptif (Ho), yakni kesimpulan sementara terhadap nilai satu variabel dalam satu sampel walaupun di dalamnya bisa terhadap beberapa kategori. Hipotesis ini akan terbangun dari teori-teori tentang siaran dakwah dan kecenderungan masyarakat memilih menonton siaran dakwah teletilawah dan kecenderungan bukan memilih menonton siaran dakwah teletilawah, maka akan semakin membuka peluang terjadinya perubahan persepsi masyarakat. Berdasarkan kerangka teori di atas, maka secara singkat penelitian ini adalah terhadap persepsi siaran dakwah teletilawah di TVRI (Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang).”
59
BAB IV DATA DAN ANALISISNYA
4.1. Gambaran Kelurahan Genuksari 1. Letak Geografis Kelurahan Genuksari adalah wilayah yang dikepalai seorang lurah yang merupakan ibukota Kecamatan Genuk Kota Semarang Propinvi Jawa Tengah. Letak Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara
: Kelurahan Trimulyo
Sebelah selatan
: Kelurahan Bangetayu Kulon
Sebelah barat
: Kelurahan Gebangsari
Sebelah timur
: Kelurahan Banjardowo dan Sembungharjo
Adapun jarak dari pusat pemerintah: Jarak dari pusat pemerintah kecamatan : 0,5 km Jarak dari ibukota kotamadya Dati II
: 8 km
Jarak dari ibukota propinsi Dati I
: 10 km
Jarak dari ibukota Negara
: 492 km
Wilayah Kelurahan Genuksari merupakan daerah dataran rendah, pengairannya cukup baik hingga sangat potensial untuk pertanian dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai buruh industri / swasta. Luas daerah / wilayah Kelurahan Genuksari 244,5 Ha yang terdiri dari tanah sawah, irigasi teknis, irigasi setengah teknis, dan lain-lain 60
61
2. Keadaan Monologis a. Keadaan Penduduk Dari segi jumlah penduduk Kelurahan Genuksari memiliki potensi yang besar, karena jumlah penduduk yang sebanyak 13.241 jiwa yang terdiri dari 2.772 kepala keluarga, meliputi 6.636 jiwa laki-laki dan 6.605 jiwa perempuan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Usia Kel. Umur Laki - laki Perempuan Jumlah 0–4 1.002 870 1.872 5–9 511 504 1.015 10 - 14 516 564 1.080 15 – 19 532 547 1.079 20 - 24 568 588 1.156 25 – 29 740 732 1.472 30 - 34 473 515 988 35 – 39 430 465 875 40 – 44 536 467 1.003 45 - 49 571 438 1.009 50 – 54 287 448 735 55 - 59 161 191 352 60 – 64 148 151 299 65+ 168 118 286 Jumlah 6.636 6.005 13.241 (data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
61
62
b. Mata Pencarian Penduduk Penduduk kelurahan genuksari rata–rata bermata pencaharian sebagai buruh industri / swasta dan jasa. Untuk lebih detailnya bisa dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH 1. Petani 52 2. Buruh tani 43 3. Nelayan -4. Pengusaha 65 5. Buruh industri / swasta 2.160 6. Buruh bangunan 772 7. Pedagang 851 8. Pengangkutan 94 9. Pegawai Negeri (sipil, ABRI) 220 10. Pensiunan 67 11. Lain-lain (jasa) 2.946 (data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010). c. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan Tabel 3 Jumlah penduduk menurut pendidikan NO JENJANG PENDIDIKAN JUMLAH 1. Perguruan Tinggi 128 2. Tamat Akademi 223 3. Tamat SLTA 2.745 4. Tamat SLTP/sederajat 2.638 5. Tamat SD/sederajat 3.320 6. Tidak tamat SD 231 7. Tidak sekolah 1.008 8. Belum tamat S1 1.076 (data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
62
63
Dilihat dari segi jenjang pendidikan yang ditempuh seperti dalam tabel diatas, menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat Kelurahan Genuksari adalah tamat SD, akan tetapi bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan di Kelurahan Genuksari cukup tinggi. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya prosentase keragaman tingkat pendidikan penduduk. Tabel 4 Jumlah sarana pendidikan
1.
LEMBAGA PENDIDIKAN Sekolah TK
2.
Sekolah Dasar Negeri
6 buah
Jumlah murid 1.948 orang Jumlah guru / pengajar 74 orang
3.
SLTP
0 buah
Jumlah murid 0 orang Jumlah guru / pengajar 0 orang
4.
SLTA kejuruan
1 buah
Jumlah murid 569 orang Jumlah guru / pengajar 27 orang
5.
Madrasah Ibtidaiyah
2 buah
NO
JUMLAH
KETERANGAN
5 buah
Jumlah murid 326 orang Jumlah guru / pengajar 21 orang
Jumlah murid 388 orang Jumlah guru / pengajar 16 orang ( data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010). Dilihat dari jumlah sarana pendidikan, seperti dalam tabel diatas dapat dikatakan bahwa sarana pendidikan yang ada cukup baik, karena di Kelurahan Genuksari terdapat ragam sarana pendidikan dari tingkat kanakkanak sampai tingkat sekolah menengah tingkat pertama. d. Kehidupan Keberagamaan Sebagaimana umumnya di daerah-daerah lain di Indonesia, di mana terdapat bermacam-macam agama yang telah disahkan dan dicatat di kantor
63
64
urusan agama. Namun di wilayah Kelurahan Genuksari ini mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Dalam kehidupannya diwaranai suasana tentram rukun dan damai. Tabel 5 Jumlah penduduk menurut agama NO AGAMA JUMLAH 1. Islam 12.733 orang 2. Katolik 311 orang 3. Protestan 133 orang 4. Hindu -5. Budha 14 orang ( data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010). Dengan demikian masyarakat Kelurahan Genuksari kebanyakan memeluk agama Islam, namun kehidupan keberagamaannya belum begitu berkembang, dan masih banyak yang tidak melaksankan perintah agama. Hal ini terlihat masih banyaknya orang-orang atau masyarakat yang belum mengamalakan ajaran-ajaran agama Islam. Suatu missal masih adanya perjudian dan mabuk-mabukan. Maka tepatlah kiranya apabila dakwah sekarang ini membenahi menawarkan jiwa dan iman, baik melalui penyuluhan keagamaan, penataran, maupun pengajian-pengajian rutin demi mempertebal keimanan tersebut yaitu dengan cara mendekatkan diri kepada Allah yang akan mempertebal keimanan dan ketakwaan kita dan dapat membentengi hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Pengembangan pengalaman agama masih relative rendah, dimana para da’i dan guru-guru ngaji di wilayah Kelurahan Genuksari juga tidak
64
65
telalu sedikit, tetapi banyak dari kalangan mereka tidak mau menyalurkan ilmunya. Mereka lebih banyak terjun ke dunia bisnis meskipun ada sebagian kecil yang mau menyalurkan dan mengamalkan ilmunya pada remaja. Tabel 6 Jumlah sarana ibadah NO
SARANA IBADAH
JUMLAH
1. Masjid 5 buah 2. Mushola 28 buah 3. Gereja 1 buah 4. Kuil -( data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010). Dilihat dari segi sarana ibadah seperti dalam tabel diatas, menunjukan banyaknya sarana ibadah di Kelurahan Genuksari adalah mushola / surau. Tabel 7 Jumlah media elektonik Radio dan TV NO
MEDIA
JUMLAH
1.
Radio
884 buah
2.
TV
1.407 buah
( data di ambil dari doc kel. Genuksari kec. Genuk Semarang tahun 2010).
4.2. Televisi Republik Indonesia (TVRI) Sebagai Media Dakwah Televisi Republik Indonesia (TVRI) adalah adalah satu-satunya stasiun televisi milik pemerintah Indonesia yang tetap berdiri dan mengudara hingga saat ini. Wilayah jangkauan yang mencapai seluruh pelosok negeri, dari Sabang sampai Merauke, yang menyiarkan berbagai macam acara mulai berita, siaran pendidikan dan hiburan.
65
66
1. Sejarah TVRI Televisi Republik Indonesia atau biasa kita kenal
dengan
sebutanTVRI, adalah satu-satunya stasiun televisi milik pemerintah Indonesia yang tetap berdiri dan mengudara hingga saat ini. Wilayah jangkauan yang mencapai
seluruh
pelosok
negeri, dari
Sabang
sampai
Merauke,yang
menyiarkan berbagai macam acara mulai dari berita (news), Siaran pendidikan (education), dan hiburan (entertainment). Televisi Republik Indonesia sejak berdirinya pada tanggal 24 Agustus 1962, atau tepatnya pada saat stasiun televisi tersebut mengadakan siaran perdana dibawah naungan Yayasan Gelora Olah Raga Bung Karno. Acara yang pertama kali ditayangkan adalah pesta olah raga Asian Games IV, yang bertempat di Gelanggang Olah Raga Senayan Jakarta Selatan, dan sejak itu pula Televisi Republik Indonesia mendapat julukan baru, yaitu TVRI. Setelah perhelatan besar Asian Games IV berakhir, maka berakhir pula siaran dari TVRI. Akan tetapi berakhir bukan diartikan secara total, TVRI masih tetap mengudara tetapi hanya satu jam, dan ini berlangsung selama satu tahun hingga 1963. Acara yang ditayangkan semua melalui suatu studio dan peralatan hardware maupun software untuk program siaran darurat di daerah Senayan Jakarta Selatan. Televisi Republik Indonesia dalam menjalankan seluruh tugas sebagai media massa yang baru berpedoman pada strategi dan kebijaksanaan Departemen Penerang Republik
Indonesia. Kemudian
pada
bulan Oktober 1963 Terbit Surat Keputusan Presiden No. 215 tahun 1963, tentang pembentukan Yayasan Televisi Republik Indonesia. Dimana Keppres
66
67
ini menegaskan tujuan dari Televisi Republik Indonesia adalah alat penghubung masyarakat (mass communication media) dalam melaksanakan pembangunan mental dan spiritual serta fisik dari pada bangsa dan negara Indonesia, serta pembentukan manusia sosialis Indonesia pada khususnya. Pada tahun 1974, kedudukan dan keberadaan Televisi Republik Indonesia lebih dikukuhkan lagi melalui surat Keputusan Presiden Nomor. 44 tahun 1974, tentang pokok-pokok organisasi departemen, yang kemudian ditindaklanjuti dengan surat keputusan Menteri Penerangan republik Indonesia Nomor. 55A/KEP/MENPEN/1975, tentang susunan organisasi dan tata kerja departemen penerangan. Berdasar Surat Keputusan Menteri tersebut, Televisi Republik
Indonesia merupakan
Direktorat
televisi
dalam
lingkungan
Direktorat Jenderal (Dirjen) radio, televisi dan film Departemen Penerangan. Setelah kejelasan tentang status dan kedudukan Televisi Republik Indonesia (TVRI), maka semakin terlihat akan kemajuan-kemajuan yang ditonjolkan. TVRI
yang
dahulu
hanya
mengudara
hanya satu
jam
sehari setelah
timbulnya surat keputusan tersebut atau pada tahun 1976 mulai mengudara dengan durasi waktu empat jam dalam setiap harinya. Selain karena timbulnya surat keputusan tersebut, alat-alat (piranti) penunjang yang digunakan oleh TVRI pun terlihat sudah makin canggih dan maju dibandingkan
pada waktu mengudara
pertama
kali. Melihat
keberhasilannya dan antusias masyarakat akan kebutuhan suatu media massa baru yang mereka tunggu-tunggu, TVRI kembali mengadakan suatu gebrakan baru. Tahun 1978, TVRI mulai mengudara dalam delapan jam setiap harinya.
67
68
Ternyata tidak hanya mengudara delapan jam dalam seharinya, TVRI dalam memanjakan minat dan antusias masyarakat akan suatu media massa dalam memanjakan minat dan antusias masyarakat akan suatu media massa baru kembali berbenah. Kali ini bukan hanya siarannya saja, tetapi peralatan yang digunakan pun juga mulai dibenahi. TVRI sebagai media massa penghubung dan komunikasi antara pemerintah
dan
masyarakat
mulai
meluaskan
wilayah
siaran
dengan
membangun sembilan stasiun penyiaran (studio), tujuh puluh stasiun pemancar, dan sebelas stasiun penghubung (relay). Pada tahun ini tercatat 895.180 buah televisi yang dimiliki oleh masyarakat, dengan jangkauan TVRI yang masih 229.000 KM2 Peningkatan piranti sarana dan prasarana, maupun jam siaran tidak berhenti di situ saja. Pada tahun 1984 Televisi Republik Indonesia kembali membenahi jam siaran yang semula empat jam ditingkatkan menjadi delapan jam sehari. Selain itu Televisi Republik Indonesia juga semakin membenahi peralatannya, yaitu dengan menambah stasiun-stasiunnya. Diantaranya adalah memiliki sembilan stasiun penyiaran, 173 stasiun pemancar, 30 stasiun penghubung (relay) dan 10 unit produksi keliling. Jadi secara keseluruhan Televisi Republik Indonesia dapat menjangkau wilayah 460.000 KM2. Sebenarnya bukan hanya pengadaan stasiun ataupun pemancar di berbagai daerah, akan tetapi pemerintah Indonesia juga telah mengantisipasi masalah komunikasi tersebut, yaitu dengan diluncurkannya satelit Palapa pada tanggal 16 Agustus 1976. Satelit Palapa atau juga sebagai satelit komunikasi
68
69
domestik. Agar mempersatukan bangsa Indonesia. Nama Palapa sendiri diambil dari suatu sumpah Mahapatih Majapahit “Gajah Mada”. Satelit Palapa I yang kita yang kita banggakan ternyata tidak berumur panjang atau hanya berumur 7 tahun. Pada tanggal 18 Juni 1983 pemerintah kembali meluncurkan satelit Palapa A2 dan B1 dari Pusat Antariksa Kennedy Nasa Amerika. Dimana satelit Palapa B lebih luas jangkauannya dibandingkan dengan Palapa A dan dikendalikan oleh Stasiun Pusat Utama (SPU) Cibinong Bogor. Dengan menggunakan kemajuan teknologi satelit Palapa tersebut, maka daya jangkau siaran Televisi Republik Indonesia dapat menjangkau seluruh pulau di Nusantara ini dengan bagus. Sebagai kelanjutan dari kemajuan teknologi tersebut pada tahun yang sama diperkenalkan Sistem Direct Broadcasting Satelit atau DBS, dimana DBS tersebut mempunyai keunggulan untuk mentransmisikan siaran televisi langsung ke rumah penduduk dengan menggunakan antena televisi meluaskan wilayah siaran dengan membangun sembilan stasiun penyiaran (studio), tujuh puluh stasiun pemancar, dan sebelas stasiun penghubung (relay). Pada tahun ini tercatat 895.180 buah televisi yang dimiliki oleh masyarakat, dengan jangkauan TVRI yang masih 229.000 KM2. Peningkatan piranti sarana dan prasarana, maupun jam siaran tidak berhenti di situ saja. Pada tahun 1984 Televisi Republik Indonesia kembali membenahi jam siaran yang semula empat jam ditingkatkan menjadi delapan jam sehari. Selain itu Televisi Republik
Indonesia
juga
semakin membenahi
peralatannya, yaitu dengan menambah stasiun-stasiunnya. Diantaranya adalah
69
70
memiliki sembilan stasiun penyiaran, 173 stasiun pemancar, 30 stasiun penghubung (relay) dan 10 unit produksi keliling. Jadi secara keseluruhan Televisi Republik Indonesia dapat menjangkau wilayah 460.000 KM2. Sebenarnya bukan hanya pengadaan stasiun ataupun pemancar di berbagai daerah, akan tetapi pemerintah Indonesia juga telah mengantisipasi masalah komunikasi tersebut, yaitu dengan diluncurkannya satelit Palapa pada tanggal 16 Agustus 1976. Satelit Palapa atau juga sebagai satelit komunikasi domestik. Agar mempersatukan
bangsa Indonesia. Nama Palapa sendiri Direct
Broadcasting Satelit atau DBS, dimana DBS tersebut mempunyai keunggulan untuk mentransmisikan siaran televisi langsung kerumah penduduk dengan menggunakan antena televisi antena televisi (Wawancara dengan Ibu Yayuk, Staff HUMAS TVRI Stasiun Pusat Jakarta, tanggal 10 Mei 2010). Sebagai corong
pemerintah
maupun
sebagai
media
massa penghubung antara
pemerintah dengan masyarakat, maka TVRI tidak bisa saja menutup
mata
terhadap
Surat
moral
dan spiritual
bangsa
Indonesia.
Berdasarkan
Keputusan Presiden No. 215 tahun 1963, tentang tujuan TVRI adalah sebagai alat
hubungan
masyarakat
(mass
communication
media)
dalam
melaksanakan pembangunan mental/spiritual dan fisik daripada bangsa dan negara Indonesia serta pembentukan manusia sosialis Indonesia pada khususnya. Selain itu, fungsi dari media massa itu sendiri juga sebagai penerangan (information), pendidikan (education) dan hiburan (entertainment). TVRI juga ikut berperan serta pada pemerintah, yaitu sebagai corong atau alat
70
71
penghubung antara pemerintah dengan
masyarakat
dalam
rangka
menyukseskan pembangunan dan program-program lainnya Pada awal tahun 1999 atau beberapa bulan setelah terjadi era reformasi yang dilakukan oleh para mahasiswa terhadap pemerintah resmi Orde Baru pada waktu
itu. Keadaan negeri Indonesia terlihat semakin parah, roda
perekonomian macet total, sehingga kemiskinan dan pengangguran menjadi wabah yang paling mengerikan. Pada tahun itu juga terlihat sekali bahwa moral para penduduk Indonesia juga menurun sangat drastis. Dimana kejahatan menjadi tontonan yang sudah biasa. Pemerkosaan sudah bukan lagi sebagai hal yang tabu, masih banyak hal yang lain lagi yang mengarah pada kemerosotan moral bangsa yang semakin parah. Melihat situasi yang semakin panas dan tidak menentu tersebut, maka TVRI sebagai salah satu media massa yang ada, karena pada waktu itu telah muncul televisi swasta seperti digawangi. Siti Hardiyanti Rukmana (mba’ Tutut), Rajawali Citra Televisi 38 Indonesia (RCTI) milik Tomy
Soeharto dan Surya Citra Televisi (SCTV),
mencoba kembali untuk membantu mengembalikan situasi dan kondisi seperti semula. TVRI melalui divisi BAPORA atau bagian Pendidikan Agama dan Penyiaran mencoba menghidupkan kembali salah satu acara siaran keagamaan yang dulu pernah menjadi primadona dan salah satu andalan dari TVRI yang hilang dan tayang hanya pada acara-acara keagamaan, serta setiap bulan Ramadhan. Siaran Mimbar Agama Islam kemudian mnjadi sebuah ide dan dijadikan sebagai salah satu alternatif siaran keagamaan. Setelah melalui press
71
72
perizinan dan persiapan-persiapannya maka pada awal tahun 2000, siaran Mimbar Agama Islam mengudara. Daerah komando dan kendali Badan Pengelolaan dan Penyaji Rohani dan Agama (BAPORA) siaran Mimbar Agama Islam dikelola mulai dari penyusunan acara yang akan disajikan, format acara yang akan disuguhkan, materi yang sesuai dengan waktu dan kejadian agar selalu tampil hot dan gres tanpa ketinggalan mutu kualitas, serta para pemateri atau da’i yang akan tampil dalam acara tersebut.tepat pada awal tahun millennium sebagai salah satu mata acara yang ditujukan sebagai peningkatan moral dan spiritual bangsa yang telah merosot. BAPORA (Badan Pengelola dan Penyaji Siaran Rohani dan Agama). Melalui
divisi
Pendidikan Agama Islam mencoba kembali
menayangkan mata siaran keagamaan yang pernah hilang. Segala sesuatu dan prasarana penunjang siaran baik itu materi yang harus selalu mengikuti trend, format acara yang ditayangkan sampai penunjukan pemateri atau da’i (Wawancara dengan Erfiyan Asnan, Staff BAPORA divisi Pendidikan Islam, tanggal 10 Mei 2010). 2. Visi dan Misi TVRI 1. Visi Terwujudnya TVRI sebagai media pilihan bangsa Indonesia dalam rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional.
72
73
2. Misi a. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis. b. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama. c. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan. d. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara. e. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis. (http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php?mod=content&printer=1& id=15#visimisi). 3. Jangkauan Siaran TVRI -
Jawa Tengah
-
Jawa Timur
-
Sulawesi Selatan
-
Maluku dan Maluku Utara
-
Papua
-
Gorontalo
-
Nusa Tenggara Barat
-
Sulawesi Barat
73
74
-
Sulawesi Tengah
-
Kelas lokasi 12.368
-
Jumlah penduduk 33.558.722 jiwa
-
Jangkauan siaran 4.592 km2 100%
-
Kekuatan transmisi antara 20.000 s/d 80.000 watt
4. Kekuatan TVRI a. Menyajikan berita yang dinamis, hangat dan pasti b. Reporter yang militant dan cerdas c. Sinergi dengan ciri khas semua budaya Indonesia d. Fleksibelitas bagi penonton. -
Berita Terkini
-
Sekilas Info
-
Pendidikan
-
Documenter
-
Infotainment
e. Iklan lebih mendapat reaksi dari pemirsa f. TVRI menjadi kebanggaan pemirsa dan masyarakat Indonesia (http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php?mod=content&id=14&printe r=1#bagan). 5. Program Acara TVRI -
Teletilawah Setiap Jumat, 04.00.
74
75
-
Hikmah pagi Setiap hari, 05.00.
-
Warta pagi Setiap hari, 06.00.
-
Pensi Setiap hari, 07.00.
-
Budi dan Kerti Setiap hari, 08.00.
-
Sinetron Anak Setiap hari, 08.30.
-
Monitor Olah raga Setiap hari, 09.00.
-
Daerah Membangun Setiap hari, 09.30.
- Teras Setiap hari, 10.00. -
Salam Dari Desa Setiap hari, 11.00.
- Pesona Nusantara Setiap hari, 11.30. -
Warta Siang Setiap hari, 12.00.
75
76
-
Jendela Dunia Setiap hari, 13.00.
-
Pelangi Desa : pusat Setiap hari, 13.30.
-
Siaran Pendidikan Setiap hari, 14.00.
-
Game Show Setiap hari, 15.00.
-
Ingin jadi Aktor Setiap hari, 15.30.
-
Dialog KPk Setiap hari, 16.00
-
Percik Perenungan Setiap hari, 17.00.
- Situs - Situs Setiap hari, 17.30. -
Budi Dan Kerti Setiap hari, 18.00.
-
Sinetron Anak Setiap hari, 18.30
-
Warta Malam - Warta Dunia Setiap hari, 19.00
76
77
-
Ketoprak Setiap hari, 20.30.
-
Bincang malam Setiap hari, 22.00
-
Ens Setiap hari, 23.30.
- Wayang Setiap hari, 24.00 (http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php).
4.3. Siaran Dakwah TVRI 1. Waktu Penayangan Televisi sebagai salah satu media yang dapat digunakan dalam berdakwah mempunyai peran yang sangat besar, disamping sebagai media hiburan bagi masyarakat umum ternyata dalam penayangan program-program juga dapat disisipkan materi-materi dakwah dakwah Islam.Dalam tahun-tahun terakhir ini, banyak bermunculan televisi swasta dalam lingkup nasional, tidak ketinggalan juga televisi-televisi lain juga marak berdiri antara lain (ANTV, RCTI, SCTV, Indosiar, Trans TV, TV7, dan TPI). Dengan banyaknya stasiun televisi tersebut maka membuka peluang yang sangat besar bagi penyiaran dakwah Islam melalui media tersebut. Media elektronik (televisi) dalam hal ini TVRI, mempunyai programprogram yang bernuansakan dakwah Islam. TVRI sebagai salah satu televisi
77
78
milik pemerintah dalam mengadakan siaran sehari-hari dimulai dari jam 04.00 pagi sampai 24.00 dini hari. Berikut ini adalah salah satu sampel jadwal Materi yang berhasil penulis dapatkan setelah mengadakan kunjungan TVRI stasiun pusat Jakarta, dalam rangka menyelesaikan studi dan melengkapi data–data skripsi penulis tentang siaran dakwah Teletilawah yang ditayangkan pada Januari 2011 hingga April 2011.
78
79
Siaran dakwah Teletilawah /04.00 – 04.30 WIB bulan Januari 2011 SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUMAT
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
Format: Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
baca al–Qur’an
baca al–Qur’an
baca al–Qur’an
baca al–Qur’an
baca al–Qur’an
by Phone
by Phone
by Phone
by Phone
by Phone
Materi:
Materi:
Materi:
Materi:
Materi:
QS : al – Baqarah
QS: al – Baqarah
QS: al – Baqarah
QS: al – Baqarah
QS: al - Baqarah
Ayat: 1-5
Ayat: 6-9
Ayat: 10 -14
Ayat: 15 – 18
Ayat: 19 – 23
Presenter:
Presenter:
Presenter:
Presenter:
Presenter:
H. Sukeri/Putri
H.Sukeri/Putri
Hj.Evi/Gafar
Hj. Evi/Sukeri
Annisa/Rahmadi
Dewan Hakim:
Dewan Hakim:
Dewan Hakim:
Dewan Hakim: 1. Maria Ulfa,S.Ag 2. H.Syahdi,SAS
Dewan Hakim: 1. Drs.H. Idrus Ismail 2. H.Syahdi, SAS
1. H. Iwan Azis
1. Drs.KH.
2. Drs.H.Abdul
Muchtar
Sattar Gani, MA
1. KH. Safaruddin 2. H.Syahdi SAS
Ilyas 2. Drs.H.Abdul Sattar Gani, MA
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Prof.H.Darwis
H. Ikhsan Tanjung
KH. Anwar Sanusi
KH. Salim Na’im
Dr.Arif Rachman
Hude,M.Si.
79
80
Siaran dakwah Teletilawah /04.00 – 04.30 WIB bulan Februari 2011 SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
ELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
Format: Lomba
Format: Lomba
Format:Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
baca al-Qur’an
baca al–Qur’an
baca al –Qur’an
baca al-Qur’an
baca al-Qur’an
by Phone
by Phone
by Phone
by Phone
by Phone
Materi:
Materi:
Materi:
Materi:
Materi:
QS: al-Baqarah
QS: al-Baqarah
QS: al-Baqarah
QS: al-Baqarah
QS: al-Baqarah
Ayat: 24-27
Ayat: 28-31
Ayat: 32-36
Ayat: 37-40
JUMAT TELETILAWAH
Ayat: 41-44
Presenter:
Presenter:
Presenter:
Presenter:
Presenter:
H.Evi/H.Sukeri
H.Evi/H.Sukeri
H.Sukeri/Putri
H.Evi/Gafar
Anissa/Rahmadi
Dewan Hakim:
Dewan Hakim:
Dewan Hakim:
Dewan Hakim:
1. H.Fauzi Ridwan 2. H.Syahdi.SAS
1. Dr. Daud Rasyid 2. H.Syahdi.SAS
1. H. Masrur, S.Ag. 2. Drs.H.Abdul Sattar Gani, MA
1. Drs.H.Abdul Wahid 2. Drs.H.Abdul
Dewan Hakim: 1. Prof.Dr.H.Darwis Hude, M.Si. 2. H.Syahdi,SAS
Sattar Gani,MA Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Prof.Dr. Said Agil
Dr.Hj.Ismai
Dr.H.Ahzami
Prof.Dr.KH.
Prof.Dr.KH.
Husain AlMunawar
Salmah
Samiun
Muslih Abdul
Hambali,MA
Jazuli MA
Karim,MA
80
81
Siaran dakwah Teletilawah /04.00 – 04.30 WIB bulan Maret 2011 SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUMAT
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
Format: Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
baca al-Qur’an
baca al-Qur’an
baca al-Qur’an
baca al-Qur’an
baca al-Qur’an
by Phone
by Phone
by Phone
by Phone
by Phone
Materi:
Materi:
Materi:
Materi:
Materi:
QS. al-Baqarah
QS.al-Baqarah
QS.al-Baqarah
QS.al-Baqarah
QS.al-Baqarah
Ayat:53-57
Ayat:58-61
Ayat: 45-48 Presenter: 1. Putri/H.Sukeri Dewan Hakim: 1. Drs.H.Idrus Ismail 2. H. Syahdi .SAS
Ayat: 49-52 Presenter: 1. Putri/Gafar Dewan Hakim: 1. Drs.H.Abdul Wahid 2. H.Syahdi.SAS
Ayat:62-64
Presenter:
Presenter:
Presenter:
1. Hj.Evi/ H.Sukeri
1. Hj.Evi/H.Sukeri
1. Anissa/Rahmadi
Dewan Hakim:
Dewan Hakim:
Dewan Hakim:
1. Drs.H.Abdul Wahid 2. Drs.H.Abdul Sattar Gani,
1. Prof.Dr.H.Darwis 1.Maria Ulfa, S.Ag Hude, M.Si.
2. H.Syahdi SAS
2. Drs.H.Abdul Sattar Gani, MA
MA. Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Dr.H.Ahzami
Prof.Dr.Said Agil
Prof.Dr.KH.Muslih
Prof.Dr.H.Darwis
Prof.Dr.KH.
Samiun Jazuli MA.
Husain AlMunawar
Abdul Karim,MA
Hude, M.Si.
Hambali, MA.
81
82
Siaran dakwah Teletilawah /04.00 – 04.30 WIB bulan April 2011 SENIN
SELASA
RABU
KAMIS
JUMAT
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
TELETILAWAH
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
LIVE
Format: Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
Format: Lomba
baca al-Baqarah
baca al-Baqarah
baca al-Baqarah
baca al-Baqarah
baca al- baqarah
by Phone
by Phone
by Phone
by Phone
by Phone
Materi:
Materi:
Materi:
Materi:
Materi:
QS.al-Baqarah
QS.al-Baqarah
QS.al-Baqarah
QS.al-Baqarah
QS.al-Baqarah
Ayat: 65-69
Ayat: 70-73
Ayat:74-78
Ayat:79-83
Ayat:84-86
Presenter:
Presenter:
Presenter:
Presenter:
Presenter:
1. Putri/H.Sukeri
1. Hj.Evi/Gafar
1. Hj.Evi/H.Sukeri
1. Anissa /Rahmadi
Dewan Hakim:
Dewan Hakim:
Dewan Hakim:
1.Drs.H.Idris Ismail
1.Dr.Daud Rasyid
1. Drs.H.Abdul
2.H.Syahdi SAS
2.H.Syahdi SAS
Wahid 2. Drs.H.Abdul Sattar Gani, MA.
Dewan Hakim:
1. Annisa /Rahmadi Dewan Hakim:
1. Prof.Dr.H.
1. KH. Safaruddin
Darwis
2. H.Syahdi SAS
Hude, M.Si. 2. Drs.H.Abdul Sattar Gani,MA.
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Mufassir:
Dr.H.Ahzami
Dr.Hj. Ismai
Prof.Dr.H.Darwis
H. Ikhsan
KH.Salim Na’im
Samiun Jazuli MA
Salmah
Hude, M.Si.
Tanjung
82
83
Tabel 8 Tema-tema acara Teletilawah
1.
NAMA ACARA Teletilawah
2.
Teletilawah
NO
SUB JUDUL
PRESENTER
DURASI
Mensyukuri karunia Allah
Hj.Evi/H.Sukeri
15’
Memahami Bencana Dalam
Anissa/Rahmadi
15’
Al-Qur'an 3.
Teletilawah
Ikhtiar pintu membuka rejeki
Putri/H.Sukeri
15’
4.
Teletilawah
Adab ketika di dalam mesjid
Hj.Evi/Gafar
15’
5.
Teletilawah
Rendah hati
Putri/H.Sukeri
15’
6.
Teletilawah
Mempersiapkan generasi Al-
Anissa/Rahmadi
15’
Quran
2. Da’i yang Ditampilkan Seperti yang kita ketahui bahwa berdakwah merupakan suatu aktifitas sacara sadar untuk mendorong (mengajak) manusia supaya memeluk agama Islam dan mentaati tuntunan Islam, dengan cara yang bijaksana dengan tujuan agar selalu hidup bahagia atau selamat di dunia maupun di akhirat. Keberadaan sosok figur seorang dai juga akan berpengaruh dalam proses dakwah. Perhatian mad’u dengan seorang da’i menjadikan prioritas untuk mengikuti segala sesuatu yang disampaikan dan tindakan-tindakan dalam kehidupan sehari-hari.
83
84
Tanggung jawab besar yang secara tidak langsung diberikan pada da’i mewajibkan mereka berhati-hati dalam bertindak. Semua yang dikerjakan harus sesuai dengan apa yang diucapkannya. Itu akan menjadikan contoh bagi mad’u dan menjadikan dorongan untuk melaksanakan semua ajaran-ajaran Islam yang disampaikan oleh da’i. Atas dasar inilah TVRI dalam acara keagamaan dengan program Teletilawah yang disiarkan setiap hari Jumat pukul 04.00 berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi pemirsanya, dengan menghadirkan sosok da’i antara lain: Prof. H. Said Agil Husain Munawar. 3. Metode yang Digunakan Metode dakwah adalah cara-cara yang dipergunakan oleh seorang da’i untuk menyampaikan materi dakwah yaitu Al-Islam atau
kegiatan untuk
mencapai tujuan tersebut. Berhasil atau tidaknya usaha dakwah tidak hanya tergantung dari macammacam metode dan efisiennya, akan tetapi tergantung pula pada orang yang melaksanakan metode tersebut. Orang yang ada dibelakang senjata selain orang yang melaksanakan metode itu, ditentukan pula oleh peranan cara memilih metode itu sendiri. Dalam setiap usaha dakwah da’i harus memilih dan menentukan macam metode yang akan dipakai. Seorang da’i harus sadar bahwa metode dimanapun selalu berubah mengikuti perubahan dan perkembangan Zaman. Dan harus diinasafi bahwa metode dakwah yang tidak tepat
84
85
penggunaannya, tidak hanya membuang tenaga yang percuma saja, tetapi juga menambah jauhnya obyek dakwah terhadap da’i tersebut. Adapun program Teletilawah yang ditayangkan TVRI menggunakan metode ceramah (Syukir, 1993:104). yaitu pihak TVRI menayangkan ceramah da’i , yang berbentuk tayangan langsung (live). 4. Materi yang Disampaikan Dewasa ini, penyampaian informasi melalui media elektronik kepada khalayak atau masyarakat tentang perintah dan larangan Allah SWT sesuai dengan Al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW sangat tepat. Dalam masyarakat yang sistem komunikasi
massanya sudah
kompleks,
sesuai dengan
perkembangan masyarakat tersebut. Umat Islam yang termasuk dalam komunitas masyarakat tersebut juga ikut terpengaruh oleh dampak yang ditimbulkan oleh media tersebut. Adapun materi-materi dakwah yang disampaikan mufassir dalam acara Teletilawah yang berjumlah 6 tema (lihat table 8) mengandung dua kategori lain, yaitu kesalehan individu dan kesalehan sosial. Untuk lebih jelasnya, tema-tema tersebut dapat penulis rangkum, di bawah ini: a. Mensyukuri karunia Allah Dalam mensyukuri ada 2 fase, maksudnya kita tak hanya mensyukuri apa yang sudah kita dapat dari semua usaha kita, tapi juga harus mensyukuri sebelumnya. Contoh, seperti orang melahirkan jangan Cuma mensyukuri kelahirannya anaknya saja, tapi juga sebelum kita melahirkan kita dikasih
85
86
kesehatan salama kehamilan. Kita dijenguk tetangga, ditungguin suami waktu melahirkan itu semua harus disyukuri. Selalu berterima kasih dengan apa yang tahu kasih apapun yang kita dapat walau cuma sedikit harus tetap bersyukur karena dengan begitu kita akan bias merasakan nikmat. Contoh, walau kita cuma punya sepeda onthel, kita tetap bersyukur dari pada jalan kaki. Supaya kita tetap bisa bersyukur dalam keadaan apapun, kunci utamanya adalah sabar. Dengan sabar kita akan dapat merasakan nikmat yang besar. Mengapa manusia bersyukur jika dalam keadaan senang saja, sedang waktu sudah marah ngomel-ngomel karena manusia lebih sering sedihnya dari senangnya. Itu bukan berarti kufur tapi memang menusia tempatnya lupa. Kita biar senantiasa ingat dan bisa tetap bersyukur tak lupa selalu baca Alhamdulillah biar kita selalu merasakan nikmat. b. Memahami bencana dalam Al-Qur'an Setidaknya ada dua ayat dalam Al Quran yang langsung menyatakan tentang bencana gempa bumi. Bunyinya demikian: Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan merekapun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka (Al Quran Surat Al-A’raf ayat 78 dan ayat 91). Ayat ini jelas menggambarkan bahwa bencana gempa bumi memang disinggung dalam AlQuran. Ayat tersebut lebih tepat jika hendak mengaitkan gempa bumi di Padang yang baru lalu dan gempa bumi lain yang pernah terjadi di Indonesia, atau bahkan gempa bumi yang pernah terjadi di seluruh dunia dari dulu hingga sekarang sangat percaya kekuatan Maha Besar, Allah SWT, ada di balik semua peristiwa gempa bumi dalam sejarah manusia. Itu di satu sisi. Di sisi lain, saya
86
87
juga mencoba memahami sudut pandang ilmiah mengapa, bagaimana dan apa penyebab gempa bumi terjadi. Jika kemudian kita belum mampu memprediksi kapan gempa bumi terjadi, maka ini juga saya yakini sebagai bagian dari Rahasia Ilahi. Ini domain Ilahi, bukan domain atau wilayah manusiawi. Pada tataran domain manusiawi inilah, menjadi mungkin terjadi spekulasi, seperti percobaan otak-atik waktu jam atau waktu terjadinya gempa kemudian mengaitkannya dengan terjadinya gempa bumi. Ayat di atas mengkisahkan umat Nabi Sholih yang dikenal dengan Kaum Tsamud dan umat Nabi Syu’aib yang dikenal dengan penduduk Madyan yang bengal dan mengingkari risalah Kenabian yang mereka bawa sebagai Utusan Allah SWT hingga Allah SWT menurunkan bencana gempa bumi. Peristiwa ribuan tahun yang lalu direkam oleh Al Qur’an, jauh sebelum manusia
modern
mengenali
penyebab
gempa
bumi
sebagai
akibat
bertumbukkannya lempeng bumi. Jika kemudian sampai hari ini gempa bumi masih terus terjadi, rasanya kita tidak cukup jika hanya merenungkannya. Sebab merenung cenderung pasif. Akan lebih baik jika dibarengi dengan tindakan yang nyata. Seperti apa? Membangun diri dan keluarga agar siaga terhadap bencana dengan tetap menjaga kualitas aqidah yang kita miliki. Sehingga kalaupun kita harus menjadi korban meninggal akibat bencana gempa bumi misalnya, kita tetap teguh dalam aqidah dan keimanan kita. c. Ikhtiar pintu membuka rezeki Harta yang halal artinya untuk memperoleh harta yang halal diperlukan kemampuan diri mengendalikan hati, sehingga tidak tergiur dengan tipu daya
87
88
menghalalkan segala cara. Jika hati sudah tertata dan hidup akan tetap memperhatikan koridor agama, sehingga apa yang dinafkahkan untuk anak, istri keluarga menjadikan diri lebih dekat dengan Allah dan dalam memenuhi kebutuhan hidup itu wajib, tetapi tidak wajib kaya. Jadi ketentuan hasil usaha itu urusan Allah, dan harta itu hanya untuk beribadah mendekatkan kepadaNya. d. Adab ketika di masjid Ketika kita masuk ke masjid aturan-aturan yang perlu diketahui suci, harus dalam keadaan suci. Ketika kita masuk dalam masjid, karena takut akan mengotori masjid terutama bagi kaum perempuan yang sedang haid, menutup aurat, tidak boleh berpakaian sembarangan apalagi melakukan shalat. Dan sunahkan pakai wangi-wangian. Bagi yang rumahnya dekat masjid bagi lakilaki diwajibkan ikut jamaah di masjid tapi bagi wanita yang bertugas jaga rumah. Tidak boleh karena wanita yang di rumah pahalanya sama besarnya dengan laki-laki di masjid. Karena ada yang lebih penting di rumah. Seperti menjaga anaknya yang masih bayi. Dalam hadits barang siapa yang meremehkan shalat jamaah maka akan diturunkan 12 balak di dalam keluarganya antar masjid dan mushola. Bedanya masjid harus tanah wakaf. Kita ketahui banyak masjid yang digunkan sebagai tempat resepsi pernikahan, tempat dagang, malah ada yang digunakan sebagai tempat fitness. Semua boleh asal di luar batas masjid dan masih mengikuti aturan Islam. Karena masjid bukan area buat bisnis / bermain tapi sebagai tempat ibadah.
88
89
e. Rendah hati Beribadat, berdoa atau memohon kepada Allah SWT hendaklah dengan
merendahkan hati kepadanya. Dengan sepenuh hati mengucapkan
tasbih, takbir, tahmid, tahlil memuja asma Tuhan, lebih-lebih tadharru dikala sujud. Demikian juga dalam pergaulan sesama manusia hendaknya tanpa perasaan kelebihan diri dari orang lain serta tidak merendahkan orang lain, maksudnya memberikan setiap hak pada yang mempunyainya, tidak meninggikan diri derajat yang sewajarnya, tidak menurunkan pandangan terhadap orang lain tingkatnya. f. Mempersiapkan generasi Al-Quran Kita tahu pemuda sekarang adalah pemimpin hari besok yang diharapkan memiliki kebudayaan dan pengetahuan yang luwes. Namun banyak pemuda sekarnag yang rusak moralnya, tidak menciptakan generasi Al-Quran yang bagus. Perlu beberapa tahapan yang perlu kita ketahui antara lain rasa cinta di hati anak memperkenalkan anak dengan asma-asma Allah, sabar dan tabah dalam mendidikan memberi tauladan yang baik karena anak akan mengikuti apa yang dilakukan orang tua. Orang tua memperkenalkan ayat-ayat Al-Quran yang mudah dulu karena selagi masih kecil anak akan lebih mudah dalam mengingat. Berkat didikan orang tua yang benar maka kita akan menciptakan generasi yang baik, disamping itu juga harus disertai doa. Jika kita dekat dengan Allah maka kita akan selalu terjaga dari hal-hal yang dapat merusak..
89
90
5. Persepsi Masyarakat Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang Tentang Siaran Dakwah Teletilawah Di TVRI Deskripsi mengenai persepsi masyarakat Kelurahan Genuksari tentang siaran dakwah Teletilawah di TVRI didapatkan dari jawaban responden yang diperoleh melalui angket berupa pernyataan-pernyataan sebagai instrumen penelitian. Dari 11 (sebelas) pernyataan yang dijawab oleh responden, ada beberapa pernyataan yang tidak valid yaitu dari angket nomor 1, 2 dan 10 sehingga tidak disertakan dalam proses pembahasan selanjutnya. Untuk mengetahui valid tidaknya instrumen tersebut, peneliti menggunakan bantuan program SPSS. Setelah diperoleh angka reliabilitas, langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan harga tersebut dengan tabel r Product-Moment yang ada pada lampiran II (Arikunto, 2006:359). Dari tabel diketahui dengan N=85, dengan tingkat kepercayaan =95% ( = 5%) diperoleh r tabel =0.213. TABEL 9 HASIL UJI VALIDITAS INSTRUMEN Instrumen X.1 X.2 X.3 X.4 X.5 X.6 X.7 X.8 X.9 X.10 X.11
rhitung -.1681 -.1304 .3970 .3374 .2496 .4753 .5295 .4917 .3654 .2075 .3699
rtabel 0.213 0.213 0.213 0.213 0.213 0.213 0.213 0.213 0.213 0.213 0.213
Sumber : Data Primer yang Diolah Tahun 2011
90
Ket tidak valid tidak valid valid valid valid valid valid valid valid tidak valid valid
91
Dari Tabel 9 diketahui ada 3 instrumen yang tidak valid yaitu X.1 (angket nomor 1), X.2 (angket nomor 2) dan X.10 (angket nomor 10) karena memiliki r hitung < 0.213. a. Persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah Teletilawah berhubungan dengan tanggapan masyarakat Tabel 10 MATERI TENTANG AL–QUR’AN PADA SIARAN DAKWAH TELETILAWAH DI TVRI SUDAH MEMADAI Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju JUMLAH
Frekuensi 43.00 32.00 4.00 6.00 85.00
Presentase % 50.59 37.65 4.71 7.05 100.00 %
Keterangan Dari angket nomor 3
Tabel 9 menggambarkan materi tentang al-Qu’ran pada siaran dakwah Teletilawah di TVRI sudah memadai. Dari 85 responden menunjukkan 50.59% responden sangat setuju bahwa materi tentang al–Quran pada siaran dakwah Teletilawah di TVRI sudah memadai. Sebanyak 37.65% atau 32 orang mengatakan setuju jika materi tentang al-Quran pada siaran dakwah Teletilawah di TVRI sudah memadai. Untuk responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak 4 orang atau 4.71%, sedangkan sisanya sebanyak 6 orang atau 7.05% mengatakan sangat tidak setuju jika materi tentang al-Quran pada siaran dakwah Teletilawah di TVRI sudah memadai.
91
92
Tabel 11 MATERI IBADAH YANG DISIARKAN MELALUI ACARA TELETILAWAH TVRI SUDAH MEMADAI Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju JUMLAH
Frekuensi 29.00 33.00 19.00 4.00 85.00
Presentase % 34.12 38.82 22.35 4.71 100.00 %
Keterangan Dari angket nomor 4
Tabel 11 menunjukkan 34.12% atau 29 orang dari 85 responden mengatakan sangat setuju bahwa materi ibadah yang disiarkan melalui acara teletilawah di TVRI sudah memadai. Sedangkan 38.82% atau 33 orang dari 85 responden setuju bahwa materi ibadah yang disiarkan melalui acara Teletilawah di TVRI sudah memadai. Untuk responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak 22.35% atau 19 orang dari 85 responden mengatakan tidak setuju mengenai materi ibadah yang disiarkan melalui acara Teletilawah di TVRI sudah memadai. Sisanya, 4.71% atau 4 orang dari 85 responden mengatakan sangat tidak setuju. Tabel 12 MATERI AKHLAK YANG DISIARKAN MELALUI ACARA TELETILAWAH TVRI SUDAH MEMADAI Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju JUMLAH
Frekuensi 21.00 36.00 24.00 4.00 85.00
92
Presentase % 24.71 42.35 28.24 4.70 100.00 %
Keterangan Dari angket nomor 5
93
Dari tabel 12 di atas menunujukkan mengenai materi akhlak yang disampaikan dalam acara Teletilawah di TVRI sudah memadai. Dari 85 responden, 24.7% atau 21 orang dari 85 responden sangat setuju bahwa materi akhlak yang disampaikan dalam acara Teletilawah di TVRI sudah memadai. Sedangkan yang mengatakan setuju mengenai materi akhlak yang disampaikan dalam acara teletilawah di TVRI sudah memadai sebanyak 42.35% atau 36 orang dari 85 responden. Responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak 28.24% dari 85 responden sisanya 4.70% atau 4 orang dari 85 responden sangat tidak setuju materi akhlak yang disampaikan dalam acara teletilawah di TVRI sudah memadai. b.
Persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah Teletilawah berhubungan dengan Perasaan Emosi. Tabel 13 PERASAAN SAYA MENJADI TENANG DAN DAMAI SETELAH MENONTON SIARAN DAKWAH TELETILAWAH Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju JUMLAH
Frekuensi 29.00 32.00 20.00 4.00 85.00
Presentase % 34.12 37.65 23.53 4.70 100.00 %
Keterangan Dari angket nomor 6
Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa masyarakat ketika menonton siaran dakwah teletilawah menjadi tenang dan damai. Responden yang sangat setuju mengenai pernyataan tersebut sebanyak 34.12% atau 29 orang dari 85 responden mengatakan bahwa perasaan menjadi tenang dan damai ketika menonton siaran
93
94
dakwah teletilawah. Sedangkan responden yang mengatakan setuju adalah 37.65% atau 32 orang dari 85 responden. Responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak 23.53%. Sisanya sedikit saja yaitu sebanyak 4.71% atau 4 orang dari 85 responden mengatakan sangat tidak setuju bahwa perasaan mereka menjadi tenang dan damai setelah menonton siaran dakwah Teletilawah. Tabel 14 PESAN–PESAN DAKWAH YANG DISAMPAIKAN DALAM SIARAN TELETILAWAH DENGAN MUDAH SAYA TERIMA Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju JUMLAH
Frekuensi 29.00 25.00 23.00 8.00 85.00
Presentase % 34.12 29.41 27.06 9.41 100.00 %
Keterangan Dari angket nomor 7
Dari Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa sebanyak 34.12% atau 29 orang dari 85 responden mengatakan sangat tidak setuju bahwa pesan–pesan yang disampaikan dalam siaran Teletilawah dengan mudah diterima masyarakat, sedangkan responden yang mengatakan setuju sebanyak 29.41% dari 85. Responden yang tidak setuju 27.06% atau 23 orang dari 85 responden mengatakan tidak setuju mengenai pesan– pesan yang disampaikan dalam siaran teletilawah dengan mudah diterima masyarakat, sisanya 9.41% atau 8 orang dari 85 mengatakan sangat tidak setuju.
94
95
c. Persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah Teletilawah berhubungan dengan sikap atau nilai Tabel 15 SAYA BERTAMBAH WAWASAN KEAGAMAAN DENGAN MENONTON SIARAN DAKWAH TELETILAWAH Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju JUMLAH
Frekuensi 34.00 24.00 20.00 7.00 85.00
Presentase % 40.00 28.24 23.52 8.24 100.00 %
Keterangan Dari angket nomor 8
Tabel 15 menggambarkan bahwa 40.00% atau 34 orang dari 85 responden mengatakan sangat setuju bahwa mereka bertambah wawasan keagamaan dengan menonton siaran dakwah teletilawah. Responden yang setuju sebanyak 28.24% atau 24 dari 85 responden mengatakan bertambah wawasan keagamaan dengan menonton siaran dakwah teletilawah. Sedangkan yang mengatakan tidak setuju 23.52% atau 20 orang dari 85 responden mengatakan jika mereka bertambah wawasan keagamaan dengan menonton siaran dakwah teletilawah. Sisanya sangat tidak setuju sebanyak 8.24% atau 7 orang dari 85 responden mengatakan tidak bertambah wawasan keagamaan dengan menonton siaran dakwah Teletilawah di TVRI.
95
96
Tabel 16 IMAN SAYA SEMAKIN MANTAP SETELAH MENONTON SIARAN DAKWAH TELETILAWAH Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju JUMLAH
Frekuensi 30.00 36.00 11.00 8.00 85.00
Presentase % 35.29 42.35 12.95 9.41 100.00 %
Keterangan Dari angket nomor 9
Tabel 16 menjelaskan mengenai kemantapan iman setelah menonton siaran dakwah Teletilawah. Dari 85 responden, sebanyak 30 orang atau 35,29% mengatakan sangat setuju bahwa iman semakin mantap setelah menonton siaran dakwah Teletilawah. Responden yang mengatakan setuju sebanyak 42.35% atau 36 orang dari 85 responden mengatakan bahwa iman semakin mantap setelah menonton siaran dakwah Teletilawah. Sedangkan responden yang tidak setuju sebanyak 12.94% atau 11 dari 85 responden mengatakan tidak setuju jika iman semakin mantap setelah menonton siaran dakwah teletilawah. Sisanya, hanya sedikit saja yang mengatakan sangat tidak setuju yaitu 9.41% atau 8 orang. Tabel 17 KEHIDUPAN SOSIAL KEAGAMAAN MAKIN BAIK DENGN MENONTON SIARAN DAKWAH TELETILAWAH Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju JUMLAH
Frekuensi 27.00 33.00 17.00 8.00 85.00
96
Presentase % 31.77 38.82 20.00 9.41 100.00 %
Keterangan Dari angket nomor 11
97
Dari Tabel 19 di atas dapat diketahui bahwa 31.77% atau 27 orang dari 85 responden mengatakan sangat setuju jika kehidupan sosial keagamaan makin baik dengan menonton siaran dakwah Teletilawah. Responden yang mengatakan setuju adalah sebanyak 38.82% atau 33 orang dari 85 responden mengatakan setuju jika kehidupan sosial keagamaan makin baik dengan menonton siaran dakwah Teletilawah. Sedangkan responden yang mengatakan tidak setuju sebanyak 20.00% atau 17 dari 85 responden mengatakan bahwa kehidupan sosial keagamaan sosial tidak makin baik dengan menonton siaran dakwah Teletilawah. Sisanya adalah sebanyak 9.41% sangat tidak setuju atau 8 orang dari 85 responden mengatakan sangat tidak setuju jika kehidupan sosial keagamaan makin baik dengan menonton siaran dakwah Teletilawah di TVRI. Tabel–tabel diatas itu adalah hasil dari angket yang penulis berikan kepada masyarakat RW IV, V dan VI di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang mengenai “Persepsi masyarakat tentang siaran dakwah Teletilawah di TVRI (studi kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang)”, diintepretasikan dengan yang berhubungan dengan tanggapan, sikap/nilai dan juga perasaan emosi, yaitu sebagai berikut: a. Persepsi masyarakat setelah menonton siaran dakwah Teletilawah di TVRI bahwa materi yang ada di siaran dakwah Teletilawah mencakup kehidupan beragama yang benar, karena materi ysng dibahas bersumber pada al-Qur’an dan Hadist yang diantaranya membahas persoalan atau fenomena masalah akhlak, ibadah, dan sebagainya sebagai bahan pokok materinya. Hal ini dapat membuat masyarakat
97
98
lebih percaya kepada seorang da’i dalam berdakwah, khususnya siaran dakwah siaran dakwah Teletilawah di TVRI. Seorang da’i dalam melakukan kegiatan berdakwah memang bertugas untuk menyampaikan materi yang sesuai dengan minat masyarakat, yaitu salah satunya membahas mengenai masalah yang sering dihadapi oleh masyarakat, sehingga masyarakat akan lebih paham dan mengingat dari apa yang disampaikan oleh da’i. Bagi da’i sendiri dalam berdakwah mempunyai pemahaman masalah tentang keadaan yang dihadapi masyarakat, sehingga sangatlah penting bagi da’i dalam memiliki wawasan yang modern atau wawasan kekinian dengan pola pikir yang bagus. b. Siaran dakwah Teletilawah di TVRI ditayangkan setiap hari Senin–Jum’at terdapat pesan dakwah yang cukup memberikan pengaruh terhadap kondisi psikologis masyarakat, baik dari cara berpikir dan tingkah laku mereka. Ini terbukti bahwa mereka cukup terkesan terhadap mubaligh sebagai mufassir dalam setiap hari tayang. Bahkan sebagian lagi terdapat masyarakat yang mencontoh ketauladan para mubaligh tersebut. Siaran dakwah Teletilawah mengacu pada pembelajaran cara membaca al-Qur’an. Acara ini dikhususkan bagi yang baru belajar membaca al-Qur’an. c. Persepsi masyarakat berhubungan dengan perasaan mereka terhadap siaran dakwah Teletilawah yaitu masyarakat cukup merasa senang dengan keberadaan siaran dakwah Teletilawah sebab acara tersebut disajikan sesuai dengan keinginan masyarakat. Ketika acara siaran dakwah Teletilawah mengalami gangguan mereka mersa kecewa sebab mereka selalu menantikan materi yang ditampilkan dalam
98
99
acara tersubut. Meskipun persepsi masyarakat terhadap acara berbeda-beda menurut usia, namun pada dasarnya mereka tertarik untuk menonton. d. Persepsi masyarakat Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang tentang siaran dakwah Teletilawah di TVRI menyatakan bahwa materi yang disajikan dalam acara siaran dakwah Teletilawah terdapat muatan pesan dakwah di setiap hari tayang. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa siaran dakwah Teletilawah merupakan media dakwah. Dalam hal ini persepsi yang dimiliki oleh masyarakat berbeda dengan persepsi yang dimiliki oleh orang lain dalam artian masyarakat mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan (materi) sangat berbeda karena penglihatan, berupa pemahaman dan pengertian, respon yang berbeda pula sehingga masyarakat dalam menerima materi yang ada di siaran dakwah Teletilawah.
99
100
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan permasalahan yang telah penulis angkat dalam skripsi ini dan analisa yang penulis lakukan mengenai persepsi masyarakat tentang siaran dakwah Teletilawah di TVRI (Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang), maka penulis ambil kesimpulan sebagai berikut: a. Berdakwah dengan memanfaatkan media elektronik (televisi) adalah cukup efisien sebab dapat dinikmati oleh seluruh manusia sebagai objek dakwah (mad’u). Ini terbukti antara lain dari hasil angket yang penulis bagikan pada tanggal 14 juni 2011. Dari hasil tersebut, persepsi masyarakat tentang siaran dakwah Teletilawah adalah bahwa acara siaran dakwah Teletilawah di TVRI merupakan media dakwah. Selain dalam suguhan keagamaan, muatan materi dakwah selalu diselipkan dalam suguhan acara yang lain. Dengan kata lain materi dakwah selalu ada dalam setiap acara siaran dakwah di TVRI. b. TVRI melalui siaran dakwah Teletilawah mampu membantu mengurangi rasa haus para pemirsa serta menambah khasanah. Para pemirsa khususnya tentang agama Islam dengan mengandalkan para da’i yang kredibilitasnya tidak perlu diragukan lagi, ditambang dengan materi-materi yang komplit dalam Islam. c. Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang dulunya digunakan sebagai sarana hubungan antara pemerintah dengan masyarakat menjadi lebih terbaek, tetapi
100
101
pihak TVRI terus-menerus melakukan perubahan-perubahan seiring dengan kemajuan jaman dan teknologi yang ada. d. Dakwah yang disampaikan melalui siaran dakwah Teletilawah melalui interaktif penyiar dan penonton Televisi (Live) dimana dapat menimbulkan feedback antara objek dakwah (mad’u) dengan subjek dakwah (da’i) dan disampaikan pada pemateri yang ditunjuk dan dianggap menguasai materi karena tayangan tersebut be rsifat komersiil. e. Siaran dakwah Teletilawah dimana hal ini sudah mengacu pada pembelajaran cara membaca al-Qur’an. Acara ini dikhususkan bagi yang baru belajar membaca al-Qur’an baek anak – anak, maupun remaja.
5.2. Limitasi Beberapa faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Faktor biaya Meskipun biaya tidak satu-satunya faktor yang menjadi hambatan dalam penelitian namun biaya pada dasarnya biaya merupakan suatu hal yang memegang peranan penting dalam menyukseskan penelitian 2. Faktor waktu dan tempat penelitian Selain faktor biaya, waktu juga memegang peranan yang sangat penting, namun demikian peneliti menyadari bahwa dalam melakukan penelitian ini benar-benar menyita waktu.
101
102
Meskipun banyak kendala dan hambatan dalam melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap siaran dakwah Teletilawah di TVRI (Studi Kasus di Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang), penulis berusaha menyelesaikannya. Oleh karena itu kepada peneliti yang akan datang yang berminat dalam bidang yang sama, peneliti ingin memberikan rambu-rambu agar melakukan penelitian secara lebih berhatihati dalam bidang metodologi penelitian, khususnya dalam populasi serta teknik analisis yang tepat pada penelitian yang akan dilakukan.
5.3. Saran-saran Beberapa saran yang penulis anggap penting dalam rangka melaksanakan dakwah melalui media elektronik khususnya siaran dakwah Teletilawah di TVRI adalah sebagai berikut: a. Perlu ditegaskan bahwa sasaran penonton siaran dakwah Teletilawah adalah seluruh masyarakat sebagai objeknya. Melihat mereka yang masih anak-anak dan remaja dan lebih menyukai acara hiburan, maka alangkah baiknya acara perlu diselipi atau disusupi muatan pesan dakwah supaya mereka dapat menerima pesan-pesan dakwah. Dengan begitu selain mereka dapat terhibur, mereka juga dapat mendapatkan sautu pelajaran berharga berupa pengetahuan agama. b. Dari segi penyajian acara, dalam acara siaran dakwah Teletilawah di TVRI sudah bagus, namun lebih baik acara ini ditayangkan pada waktu yang tepat yaitu di waktu pagi atau sore hari.
102
103
c. Setiap acara siaran dakwah Teletilawah di TVRI alangkah baiknya disisihkan satu acara sebagai dokumentasi. Ini dapat mempermudah bagi masyarakat atau siapa saja yang ingin menonton. 5.4. Penutup Syukur alhamdulillah, kehadirat Allah SWT beserta junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Itulah yang pertama penulis ucapkan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis sadar sebagai manusia adalah tempat salah dan dosa juga akan kekurangan dalam segi bahasa maupun tulisan, tetapi dengan ini penulis juga tetap berusaha untuk menjadi baik walaupun bukan yang terbaik. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambwah wawasan keilmuan dan pengetahuan. Sekali lagi segala puji kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan kemuliaan-Nya hanya pada Dia penulis berserah diri. Amin.
103
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Aziz. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Prenada Press. Alex Subur. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung : CV. Pustaka Setia.cet. I. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Boediono dan Wayan Kostor. 2004. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Budiman, Kris. 2002. Di Depan Kotak Ajaib: Menonton Televisi sebagai Praktek Konsumsi. Yogyakarta : Galang Press Burgin, Burhan. 2004. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Penada Media. Chaplin, C.P. 1993. Kamus Lengkap Psikologi Terjemahan Kartini Kartono, Jakarta , PT. Raya Grapindo Pers. Departemen Agama RI. 1995. Al-Qur'an dan Terjemahnya. Semarang : PT Toha Putra. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI. 2002. Jakarta, Balai Pustaka.
Kamus Besar Indonesia :
Dewi Arum Pangestuti. 2008. Hubungan Menonton Siaran Dakwah Hikmah Pagi di TVRI Nasional Terhadap Pemahaman Kesalehan Sosial Masyarakat Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes. IAIN Walisongo Semarang Dokumen Kelurahan Genuksari Kecamatan Genuk Kota Semarang tahun 2010. Effendy, Onong Uchyana. 1990. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchyana. 2000. Ilmu,Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Mukti Bandung. http://arumsekartaji.wordpress.com/20011/01/03/interaktif-penyiar-dan-penonton televisi. http://arihawa.blogspot.com/2010/03/televisi-sebagai-media-dakwah.html. Kamis, 10 Februari 2011. Pukul 11:00:00. http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-persepsi.html, Selasa, 08 September 2008 pukul 08 : 45 : 00 http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php?mod=content&id=14&printer =1#bagan. http://www.tvri.baliserve.com/home/home.php?mod=content&printer=1&id=15#visi misi.
Moch. Rohman. 1992. Studi tentang Pelaksanaan Siaran Agama melalui Media Komunikasi TVRI (Studi Kasus pada Masyarakat Perumnas Kodia Semarang). IAIN Walisongo Semarang Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta. Mulyana, Deddy. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya. Munir, M. dan Wahyu Ilaihi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta : Prenada Media. cet 1. Najati, Muh. Utsman. 2005. Psikologi dalam Al-Qur'an. Bandung : Pustaka Setia. Pimay, Awaluddin. 2006. Metodologi Dakwah Kajian Teoritis dari Khazanah AlQur’an. Rasail Ranah Ilmu Sosial Agama dan Interdisipliner. Semarang. Cet.1. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Rakhmat, Jalaluddin. 1994. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Cet. 27. Retno Kun Ratih. 2006. Tanggapan Masyarakat Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal terhadap Program Acara Al-Hikam di Stasiun Televisi Borobudur Semarang. IAIN Walisongo Semarang Riduwan. 2005. Variabel-Variabel Penelitian. Bandung : Alfabeta. Saleh, Abdul Rosyad. 1977. Manajemen Dakwah Islam. Jakarta : Bulan Bintang Sanwar, Aminuddin. 1989. Pengantar Ilmu Dakwah. Semarang : Fakultas Dakwah IAIN Walisongo. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008. Teori-teori Psikologi Sosial. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta Edisi.Revisi 13. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2010. Pengantar Psikologi Umum. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta cet. 2. Shihab, M. Quraisy. 2006. Membumikan Al-Qur’an. Bandung : PT. Mizan Pustaka. Shihata, Abdullah. 1986. Dakwah Islamiyah. Jakarta : Depag RI. Sugiyono. 2007. Statistik Non-Parametris untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Supranto, J. 2001. Pengukuran Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Sutisno, PCS. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video. Jakarta : Grafindo Widi Asarana Indonesia.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset, Cet.V. Wawancara dengan Erfiyan Asnan, Staff BAPORA divisi Pendidikan Islam, tanggal 12 Mei 2010 Wawancara dengan Ibu Yayuk, Staff HUMAS TVRI Stasiun Pusat Jakarta, tanggal 12 Mei 2010.
BIODATA PENELITI
Nama
: Nadhifatun
Nim
: 1104084
Tempat/Tanggal Lahir : Semarang/ 05 Mei 1985 Alamat
: Jl. Bitaran utara no.35 Rt02/03 Kelurahan Banjardowo, Kecamatan Genuk, Semarang
Jenjang Pendidikan
:
- MTS. Hidayatus syubban Semarang -
SMA. Al- Fattah Terboyo Semarang
- Masuk Fakultas Dakwah IAIN Semarang