PERSEPSI DAN AKTIVITAS MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN KAYU BAKAR DI KOTA DILI, TIMOR LESTE
EDUARDO FERNANDO MARTINS DE CARVALHO
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi dan Aktivitas Masyarakat Dalam Penggunaan Kayu Bakar di Kota Dili, Timor Leste adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Eduardo Fernando Martins de Carvalho NIM E44124801
ABSTRAK EDUARDO FERNANDO MARTINS DE CARVALHO, Persepsi dan Aktivitas Masyarakat Dalam Penggunaan Kayu Bakar di Kota Dili Timor Leste. Dibimbing oleh LAILAN SYAUFINA. Kayu bakar merupakan sumber energi tradisional tertua yang digunakan manusia, terutama di daerah pedesaan. Masalah kayu bakar perlu mendapat perhatian yang serius dan perlu diteliti di Timor Leste, mengingat 80% penduduk yang tinggal di pedesaan masih menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utama. Penelitian ini dilaksanakan di kota Dili bulan Mei−Juni 2014, serta menjadikan Desa Becora, Desa Lahane Oriental dan Desa Comoro sebagai desa target penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi masyarakat Kota Dili terhadap penggunaan kayu bakar dan aktifitas masyarakat Kota Dili dalam penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar utama. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode wawancara serta pengisian kuesioner kepada responden di tiga desa target. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat di Desa Becora, Desa Lahane Oriental, dan Desa Comoro menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar utama untuk konsumsi rumah tangga. Kayu bakar yang digunakan berasal dari hutan alam di kawasan Timor Leste, dengan jenis kayu yang digunakan adalah Ampupu 80%, kayu Kesambi 5%, kayu Asam 5%, kayu Bakau 5% dan kayu Lamtoro 5%. Kata kunci: Kayu bakar, Rumah Tangga, Kota Dili
ABSTRACT EDUARDO FERNANDO MARTINS DE CARVALHO, Preception and Activity of Community in Firewood Consumption in Dili City of Timor Leste. Supervised by LAILAN SYAUFINA. Firewood as traditional energy source are used by community in rural area. Firewood problems need serious attention and it is necessary to do the research about firewood. because 80% of the rural area in Timor Leste still using firewood as an energy sources. This research was conducted in May-June 2014 at Becora village, Lahane Oriental village, and Comoro village as targetted villages. The objectives of the study were to identify prespectives of community of Dili city on firewood consumption and activities of community in Dili city using firewood as priority energy. This study were using interview method and questionaire’s filling to respondents on the three targetted villages. Results of this study showed that community at Becora village, Lahane Oriental village, and Comoro village use firewood as an energy sources priority for household consumption. Firewood which utilizes by community were taken from natural forests in Timor Leste, and the precentage of common used species Ampupu woods 80%, Asam woods 5%, Kesambi woods 5%, Bakau woods 5%, and Lamtoro woods 5%. Keywords : Firewood, Household, Dili City
PERSEPSI DAN AKTIVITAS MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN KAYU BAKAR DI KOTA DILI, TIMOR LESTE
EDUARDO FERNANDO MARTINS DE CARVALHO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan rangkaian kegiatan perkuliahan sampai dengan terselesaikannya karya ilmiah ini dengan baik. Penulisan karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Judul dari karya ilmiah ini adalah Persepsi dan Aktivitas Masyarakat dalam Penggunaan Kayu Bakar di Kota Dili, Timor Leste. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Lailan Syaufina,MSc selaku dosen pembimbing. Ucapakan terimah kasih tak lupa untuk pihak Direktur Nasional Departement Kehutanan Timor Leste beserta staf-stafnya, pemerintah lokal dari Camat Dom Aleixo, Nain Feto, dan Cristo Rei hingga kepala Desa di tiga Desa target penelitian Becora, Lahane dan Comoro yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ayahanda dan ibunda, istri saya tercinta Adelina Fatima Araujo, seluruh keluarga, serta rekan-rekan Silvikultur 47 atas bantuan dan semangatnya. Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini jauh dari sempurna, dan ketidaksempurnaan tersebut selayaknya menjadi tanggung jawab penulis. Untuk itu, atas kekurangannya penulis memohon maaf. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Eduardo Fernando Martins de Carvalho
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Bahan dan Alat
3
Metode
3
Tahapan Penelitian
3
Pengambilan Data
3
Analisa Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Responden di Kota Dili
6
Persepsi Masyarakat
8
Sikap Masyarakat KESIMPULAN DAN SARAN
17 19
Kesimpulan
19
Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR TABEL 1 Data rekapitulasi jumlah kepala keluarga di Desa target pada tahun 2014 2 Data rekapitulasi jumlah sampel di 3 desa 3 Jenis kayu bakar yang banyak digunakan
4 4 14
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Peta lokasi penelitian Karakteristik tingkat pendidikan pengguna kayu bakar di Kota Dili Karakteristik pekerjaan terhadap pengguna kayu bakar di Kota Dili Wawancara dengan responden Pengetahuan Masyarakat terhadap kayu bakar Persepsi masyarakat terhadap kondisi hutan di Timor Leste Keadaan hutan kritis di Timor Leste Pendapat masyarakat terhadap keberadaan larangan adat di Timor Leste Peranan hutan bagi masyarakat Jenis bahan bakar yang digunakan di Timor Leste Asal kayu bakar yang digunakan masyarakat Kegiatan pengukuran kayu bakar (kiri), 1 ikat kayu bakar (tengah), 1 stapel meter (kanan) Konsumsi kayu bakar di Timor Leste Ukuran kayu bakar yang digunakan masyarakat Kayu bakar untuk rumah tangga (kiri) dan kayu bakar untuk industri roti (kanan) Proses pembuatan roti di industri, Oriental Dili Awal penggunaan kayu bakar
2 6 7 8 8 9 10 10 11 12 13 15 15 16 17 18 18
DAFTAR LAMPIRAN 1 Lampiran 1 Rekapitulasi Konsumsi Kayu Bakar di Kota Dili Timor Leste 2 Lampiran 2 Rekapitulasi Data dari Tiga Desa Target di Kota Dili Timor Leste 3 Lampiran 3 Rekapitulasi Data dari Tiga Desa Target di Kota Dili Timor Leste 4 Lampiran 4 Rekapitulasi Data dari Tiga Desa Target di Kota Dili Timor Leste 5 Lampiran 5 Rekapitulasi Jumlah penduduk desa Lahane Oriental 6 Lampiran 6 Rekapitulasi jumlah penduduk Desa Comoro 7 Lampiran 7 Rekapitulasi jumlah penduduk desa Becora
22 22 23 24 25 26 27
PENDAHULUAN Latar belakang
Hutan sebagai sumber daya kekayaan bangsa yang dikaruniai oleh Tuhan yang Maha Esa perlu dikelola dan dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan rakyat banyak. Luas Hutan di Timor Leste pada saat ini yang sudah menjadi kawasan hutan tetap RTK (registrasi tanah kehutanan) adalah 745 175 ha, dan luas hutan di kota Dili adalah 13 529 ha dengan jumlah penduduk kota Dili saat ini mencapai 193 563 jiwa. Hutan berfungsi sebagai pelindung dan pengatur tata air, serta fungsi-fungsi ekologi lainnya, hutan juga mempunyai fungsi sosial ekonomis yang langsung dapat dinikmati oleh rakyat yaitu dapat memberikan hasil berupa kayu pertukangan, kertas, pulp, kayu lapis, serta energi. Sumberdaya hutan yang sering digunakan di Timor Leste adalah kayu sebagai kayu bakar. Kota Dili khususnya Desa Lahane Ocidental terdapat industri rumah tangga pembuatan roti atau paung berskala sedang dan kecil yang bahan baku utama dalam proses pembuatan roti ini adalah menggunakan kayu bakar. Menurut Santoso (1983), kayu bakar merupakan sumber energi tradisional tertua yang digunakan manusia terutama di daerah pedesaan. Masalah kayu bakar perlu mendapat perhatian yang serius, mengingat sebagian penduduk Timor Leste yang tinggal di pedesaan (80%) masih menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi. Selain untuk keperluan konsumsi rumah tangga, kayu bakar juga digunakan sebagai sumber energi industri rakyat seperti:pembuatan gula kelapa, pengasapan tembakau, pembakaran kapur, perusahan pembuatan roti, pembakaran pembuatan arak dan batu bata. Dalam pembangunan industri rakyat, peranan kayu sebagai sumber energi tidak bisa ditinggalkan begitu saja karena kayu bakar merupakan bahan bakar yang paling baik (Irawan 1990). Salah satu pertimbangan tetap dipertahankannya penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar oleh industri terutama industri pembuatan roti dan konsumsi rumah tangga karena berdasarkan pengalaman kayu bakar memberikan kualitas produksi yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar yang lain. Dengan demikian, kebutuhan kayu bakar oleh industri pembuatan roti dan konsumsi rumah tangga sebagai konsumen kayu bakar yang besar dan terus meningkat. Konsumsi masyarakat terhadap kayu bakar yang semakin meningkat akan mengakibatkan hutan semakin berkurang dan mengalami kerusakan yang tinggi. Fungsi hutan seperti fungsi lindung yang diperuntukkan sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, pencegah erosi dan pemeliharaan kesuburan tahan tidak akan berjalan sesuai fungsinya. Oleh karena itu, hutan perlu dijaga dari kerusakan seperti kebakaran hutan dan lahan, perladangan berpindah, penebangan kayu secara ilegal dan pengembalaan ternak. Agar kondisi hutan bisa berjalan sesuai fungsinya demi kesejahteraan kita bersama. Penelitian tentang kayu bakar ini perlu di lakukan di kota Dili karena, kota Dili adalah Ibu kota Negara Timor Leste yang baru berdiri pada era melinium ini dan juga banyak menampung segala macam aktivitas masyarakat Timor Leste yang datang mencari kehidupan dan kesejahteraan demi sesuap nasi. Dasar utama
2 penulis melakukan penelitian ini karena dalam berdirinya Negara Timor Leste pada kurun waktu 14 tahun ini telah banyak menimbulkan masalah-masalah kehidupan maupun masalah lingkungan yang perlu dicari aternatif penyelesaiannya terutama masalah kerusakan hutan alam Eucalyptus allba yang tumbuh secara alami di gunung-gunung Timor Leste saat ini maupun kota Dili pada khususnya, karena masalah yang paling besar adalah masalah penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar rumah tangga dan juga industri pembuatan roti berskala kecil maupun menengah yang ada di Kota Dili saat ini. Tujuan Penelitian 1 Mengidentifikasi persepsi masyarakat di Kota Dili terhadap penggunaan kayu bakar. 2 Mengidentifikasi aktivitas masyarakat dalam penggunaan kayu bakar. Manfaat Penelitian 1 Memberikan data dan sumbangan pikiran sebagai bahan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan kayu bakar dan mengurangi tekanan masyarakat terhadap hutan. 2 Memberikan informasi bagi para pemegang kebijakan, penyuluh maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam membantu pemenuhan kebutuhan kayu bakar
METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei−Juni 2014 di Peta Lokasi Penelitian Desa Becora, Desa Lahane Oriental dan Desa Comoro, Kota Dili, Timor Leste sebagai target penelitian. Luas wilayah Kota Dili adalah 48 268 Km2 dengan ketingian 11 meter dpl dengan kepadatan penduduk 4000/Km2
Gambar 1 Peta lokasi penelitian Kota Dili
3 Bahan dan Alat Data yang digunakan terdiri dari data primer melalui lembar kuisioner sebanyak 30 pertanyaan yang dipersiapkan oleh penulis untuk mengambil data primer pada masyarakat target (sampel) dan Responden/ wawancara dengan masyarakat (konsumen) dan pengusaha roti (padeiro) sebagai produsen di Desa Becora, Desa Lahane Oriental dan Desa Comoro, Kota Dili Timor Leste. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pita meter, alat tulis, dan kamera digital. Metode Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis deskriptif dengan cara pengumpulan data primer dan data sekunder. Analisis deskriptif bertujuan mengindetifikasi tentang tingkat penggunaan kayu bakar yang diggunakan oleh masyarakat di Desa Becora, Desa Lahane Oriental dan Desa Comoro, Kota Dili Timor Leste
Tahapan Penelitian Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: a) Tahap persiapan meliputi: penentuan lokasi penelitian, penetapan tujuan dan pembuatan usulan penelitian, pembuatan kuisioner, permohonan izin kepada pihak Kecamatan (Dom Alexio, Nain Feto, Cristo-rei), Desa Becora, Desa Lahane Oriental dan Desa Comoro b) Tahap pengumpulan data meliputi: survei terhadap (Desa Becora, Lahane Oriental, Comoro), pengambilan sampel melalui wawancara dengan responden untuk mengisi kuisioner. c) Tahap analisis data menggunakan metode analisa data deskriptif yaitu dengan menganalisa data primer dan data sekunder Pengambilan Data Pengumpulan Data Primer Melakukan observasi secara sistematis terhadap penggunaan kayu bakar yang diggunakan oleh masyarakat dengan menggunakan kuisioner kepada 100 responden dan yang kedua adalah dengan metode survei dimana peneliti langsung mendatangi setiap responden dengan mewawancarai masyarakat yang ada di Desa Becora 23 kepala keluarga, Desa Lahane Oriental 13 kepala keluarga, Desa Comoro 64 kepala keluarga. Pengumpulan Data Sekunder Studi literatur yang merupakan upaya untuk mendapatkan segala bentuk data dan informasi yang dapat menunjang penyusunan laporan penelitian yang didapatkan di pemerintahan kota Dili, Timor Leste. Penentuan jumlah responden Metode penentuan jumlah responden dilakukan dengan cara teknik sampling menggunakan Rumus Slovin berdasarkan data populasi jumlah kepala keluarga. Data rekapitulasi jumlah kepala keluarga di Desa Becora, Lahane Oriental, Comoro dapat dilihat pada Tabel 1.
4 Tabel 1 Data rekapitulasi jumlah kepala keluarga di Desa target pada tahun 2014 No 1 2 3
Desa Becora Lahane Oriental Comoro
Kepala Keluarga 3 097 1 734 8 700 13 531
Jumlah
Rumus Slovin dijabarkan sebagai berikut (Sevilla et al. 1993):
Keterangan N : jumlah kepala keluarga Desa Becora, Lahane Oriental, Comoro n : jumlah sampel e : batas maksimum kesalahan yang masih bisa diterima (margin error), dengan asumsi 10% (nilai bias yang dihasilkan akan semakin besar jika asumsi e < 10%
Metode penetuan banyaknya jumlah Kepala Keluarga per desa yang dapat dijadikan sampel penelitian adalah menggunakan Metode Proportional Random Sampling (pengambilan sampel bertingkat/starata) dengan rumus (Riduan & Akdon 2009):
Keterangan ni : jumlah sampel per desa n : jumlah sampel seluruhnya Ni : jumlah populasi per desa N : jumlah populasi seluruhnya Tabel 2 Data rekapitulasi jumlah sampel di 3 desa No 1 2 3
Desa Becora Lahane Oriental Comoro Jumlah
Ni 3 097 1 734 8 700 13 531
n 100 100 100 -
ni 23 13 64 100
Analisa Data Dalam penulisan laporan penulis menggunakan metode analisa data deskriptif yaitu dengan menganalisa data primer dan data sekunder. Analisa data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah analisis deskriptif kualitatif
5 dan deskriptif kuantitatif untuk mendeskripsikan data yang didapatkan secara jelas, Dilihat dari segi penggunaan, pemanfaatan dan ketergantungan masyarakat terhadap kayu bakar sebagai bahan bakar rumah tangga maupun sebagai bahan bakar untuk produksi roti di Kota Dili Timor Leste.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kayu bakar merupakan sumber energi tradisional tertua yang digunakan manusia terutama di daerah pedesaan dalam menunjang kesinambungan pemenuhan kebutuhan kehidupan masyarakat. Kayu bakar digunakan untuk memasak makanan, air dan pemanasan. Kayu bakar di Kota Dili belum dapat tergantikan secara total oleh jenis energi seperti minyak tanah dan gas karena kemampuan daya belinya yang rendah dan sulitnya untuk memperoleh energi alternatif tersebut. Beberapa industri pembuatan roti juga menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk mengolah roti. Untuk keperluan industri pembuatan roti dan konsumsi rumah tangga, kayu bakar banyak berasal dari sektor kehutanan dan perkebunan, karena untuk keperluan industri tersebut bahan bakar yang diperlukan jumlanya cukup banyak dan harus berkesinambungan (Badrudin 1983) Permasalahan penggunaan kayu bakar adalah produksinya yang tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga dan industri karena konsumsinya yang tinggi. Berdasarkan hasil survei konsumsi kayu bakar pada rumah tangga di Desa Lahane Oriental Dili Timor Leste adalah 2.24 Kg/kapita/hari (Asesment yang dilakukan oleh Food and Agricultutre Organization (FAO) pada tahun 2007) dibandingkan dengan tahun sebelumnya krisis kepemimpinan tahun 2006 yang melanda Timor Leste, jumlah Konsumsi kayu bakar untuk keperluan rumah tangga ini meningkat pada kisaran 3.5% - 68.62%. Diperkirakan konsumsi penggunaan kayu bakar untuk keperluan rumah tangga dan industri akan meningkat lagi sebanyak dua kali pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 1999. Kayu bakar mempunyai peranan penting bagi sumber energi rumah tangga dan industri pada masyarakat pedesaan. Konsumen kayu bakar umumnya adalah masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah. Berdasarkan data Desa Lahane Oriental 65% masyarakat Desa Lahane Oriental yang berbatasan dengan bukitbukit di Desa Lahane tergolong miskin. Sempitnya kepemilikan lahan dan sedikitnya potensi kayu bakar di lahan milik yang berada pada bukit-bukit di sekitar kota Dili kususnya bukit Lahane dan Dare, mengakibatkan masyarakat desa Lahane Oriental menggantungkan kebutuhan kayu bakar untuk keperluan rumah tangga dan industri pembuatan Roti dari hutan alam Eucallyptus Allba yang tumbuh secara alami diatas bukit-bukit Lahane tersebut, dan juga sebagian didatangkan dari daerah lain seperti daerah Aileu, Manatuto, Ermera, Liquica dan daerah-daerah lain di Timor Leste. (berdasarkan hasil Asesment yang dilakukan oleh FAO pada tahun 2007)
6
Kondisi Responden di Kota Dili Dari hasil wawancara dengan kepala keluarga di ketiga desa menunjukkan bahwa semua tingkat umur responden yang diwawancarai menggunakan kayu bakar sebagai kebutuhan untuk rumah tangga. Responden yang diwawancarai terdiri dari tingkat umur terendah yaitu 26 tahun sampai usia tertua yaitu 72 tahun. Tingkat umur tidak mempengaruhi tingkat penggunaan kayu bakar di Kota Dili. Tingkat Pendidikan Perguruan Tinggi 13%
SMA 24%
Lainnya 9%
SD 26%
SMP 28%
Gambar 2 Karakteristik tingkat pendidikan pengguna kayu bakar di Kota Dili Tingkat pendidikan responden yang dimaksud adalah tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang ditempuh hingga saat ini oleh kepala keluarga. Pendidikan berkaitan dengan kelas sosial sehingga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap sikap dan perilaku sesorang dalam menilai penggunaan kayu bakar. Tingkat pendidikan yang tinggi akan mengakibatkan seseorang peka terhadap dampak yang terjadi dalam penggunaan sumberdaya. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa penggunaan kayu bakar di Kota Dili dilakukan oleh SD 26%, SMP 28%, SMA 24%, Perguruan tinggi 13% dan lainnya 9%. Tingkat pendidikan responden tidak mepengaruhi penggunaan kayu bakar terhadap kebutuhan rumah tangga. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang seharusnya lebih mengetahui manfaat kayu bakar dan mengetahui akibat penggunaan kayu bakar yang berlebihan. Ketertarikan responden untuk memakai kayu bakar dilakukan oleh semua tingkatan pendidikan, sehingga keadaan ini tidak baik dan sangat memprihatinkan apabila terus berlanjut. Manusia sebagai makhluk dinamis selalu berusaha untuk melakukan perubahan di dalam hidupnya menuju arah yang lebih baik, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan jalan mendapat pengetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya baik melalui jalur formal atau informal (Setianti et al. 2004).
7 Pekerjaan Pengusaha Lainnya 3% 2% Swasta 17%
Petani 12% IRT PNS 4% 18%
Pedagang 41%
NGO 3%
Gambar 3 Karakteristik pekerjaan terhadap pengguna kayu bakar di Kota Dili Jenis pekerjaan seseorang secara umum mencerminkan tingkatan sosial dalam hidupnya. Hasil dari 100 responden yang disebarkan kuisioner di 3 desa memiliki pekerjaan yang beragam (Gambar 3). Presentase jenis pekerjaan yang paling mendominasi yaitu pedagang sebanyak 41% dan presentase yang paling kecil yaitu pengusaha sebanyak 2%. Tingginya presentase pedagang yang menggunakan kayu bakar lebih tinggi karena pedagang ingin mendapatkan keuntungan penghematan biaya rumah tangga yang lebih murah jika dibandingkan menggunakan minyak tanah atau pun gas, soalnya untuk penggunaan bahan bakar minyak tanah dan gas harganya terlalu tinggi jika dibandingkan dengan kayu bakar. Pekerjaan pengusaha dan lainnya menempati urutan terkecil dibandingkan pedagang dalam mengkonsumsi kayu bakar. Responden pengusaha yang dimaksud ini adalah pengusaha roti (Gambar 4). Pengusaha roti di Kota Dili ini masih menggunakan kayu bakar dengan alasan Mahalnya bahan bakar minyak dan gas yang ada di Kota Dili, mudah didapat dalam jumlah banyak dan akses yang mudah. Selain itu alasan lain adalah dengan menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar dalam produksi roti dengan kayu bakar maka roti memiliki cita rasa dari kayu lebih khas dibandingkan menggunakan minyak tanah dan gas. Keperluan industri pembuatan roti dan konsumsi rumah tangga, kayu bakar banyak berasal dari sektor kehutanan dan perkebunan, karena untuk keperluan industri tersebut bahan bakar yang diperlukan jumlahnya cukup banyak dan harus berkesinambungan (Badrudin 1983).
8
Gambar 4 Wawancara dengan responden pengusaha roti (atas) dan ibu-ibu rumah tangga pengguna kayu bakar (bawah) Persepsi Masyarakat
responden (%)
Manfaat Kayu Bakar Kayu bakar merupakan sumber energi yang paling tua yang digunakan manusia diantara jenis energi lainnya. Kayu bakar dikonsumsi oleh masyarakat di desa yang jauh dari perkotaan. Dari hasil wawancara dengan responden di tiga desa (Becora, Lahane, dan Comoro), sebanyak 76% mengetahui manfaat kayu bakar dan 24% menyatakan tidak mengetahui manfaat dari kayu bakar (Gambar 4). Manfaat kayu bakar adalah sebagai bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga, selain itu kayu juga digunakan sebagai pemanasan di daerah beriklim dingin. 80
76
60 40
24
20 0 Mengetahui
Tidak Mengetahui
Fungsi Kayu Bakar Gambar 5 Pengetahuan Masyarakat terhadap kayu bakar Manfaat kayu bakar Dilihat dari segi ekonomi adalah untuk mengurangi pengeluaran biaya yang besar akibat membeli minyak tanah dan gas LPG dalam konsumsi sehari-hari. Keberadaan kayu bakar sangat membantu masyarakat
9 khususnya masyarakat yang memiliki perekonomian yang rendah. Abu dari sisa pembakaran kayu dapat langsung dimanfaatkan kembali dalam tanah sebagai sumber esensial bagi pertumbuhan tanaman. Manfaat kayu bakar dari segi sosial adalah adanya interaksi antara masyarakat dengan hutan dalam mencari kayu bakar utuk memenuhi pendapatan masyarakat sebagai suatu pekerjaan sehari hari. Melalui usaha-usaha pemanfaatan dan pembangunan hutan untuk energi secara lestari dapat meningkatkan lapangan kerja untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat serta menunjang pembangunan wilayah pedesaan.
responden (%)
Kondisi Hutan di Timor Leste 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
89
9
2 Baik
Mulai rusak
Tidak berubah
Gambar 6 Persepsi masyarakat terhadap kondisi hutan di Timor Leste Hasil wawancara dengan responden di Kota Dili dapat terlihat bahwa responden menilai pemanfaatan sumberdaya hutan khususnya kayu untuk keperluan kayu bakar terhadap kondisi hutan saat ini menyatakan 89% hutan mulai rusak, 9% hutan tidak berubah, dan 2% menyebutkan hutan masih dalam keadaan baik (Gambar 6). Hampir sebagian besar responden menilai keadaan hutan saat ini mulai rusak (Gambar 7). Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh pemanfaatan kayu untuk kayu bakar yang dilakukan oleh masyarakat di Kota Dili. Kondisi hutan sebelum adanya pemanfaatan kayu bakar pada waktu masih di bawah negara kesatuan republik Indonesia (NKRI), kondisi hutan yang ada di atas bukit-bukit kota Dili masih tumbuh dengan baik. Ranting-ranting menutupi lantai hutan sehinga pemanfaatan kayu bakar hanya sebatas memungut dari bawah tegakan saja sehingga keadaan hutan masih dapat terkontrol, selain itu harga minyak tanah yang cukup terjangkau karena adanya subsidi dari pemerintah pada waktu itu masyrakat kota Dili banyak menggunakan bahan bakar minyak tanah sebagai bahan bakar untuk keperluan rumah tangga. Pemanfaatan kayu bakar yang berlebihan sampai sekarang ini mengakibatkan keadaan hutan di wilayah kota Dili sudah mulai mengalami kerusakan. Pemanfaatan kayu bakar di hutan sering dijadikan alasan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab secara sengaja membakar rumput-rumputan dan lahan pada musim kemarau untuk membuka lahan dengan alasan untuk memanfatkan kayu yang terbakar sebagai kayu bakar untuk dijual kepada masyarakat di kota Dili. Dampak yang terjadi apabila pemanfaatan kayu bakar di Kota Dili terus berlanjut yaitu:
10 1. Hutan di kota Dili khususnya hutan Eucalyptus Alba yang tumbuh secara alam diatas bukit-bukit kota Dili akan hilang dan rusak dengan cepat tanpa disadari oleh semua orang. 2. Kondisi tanah yang ada diatas bukit-bukit tersebut akan mengalami longsor dan erosi yang tinggi karena adanya kerusakan hutan Eucalyptus Allba tersebut. 3. Dengan adanya kerusakan hutan tersebut kota Dili diduga akan mengalami perubahan cuaca, iklim dan curah hujan yang tidak sesuai lagi dengan musimnya. Sehingga kota Dili akan mengalami perubahan cuaca panas yang tinggi pada musim kemarau dan mengalami kebanjiran pada musim hujan akibat tidak adanya daerah-daerah resapan air yang ada karena adanya kerusakan hutan akibat dari pengunaan kayu bakar yang berlebihan tanpa menjaga kelestarian hutan di kota Dili.
Gambar 7 Keadaan hutan kritis di Timor Leste
Responden (%)
Larangan adat 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
90
10
Ada
Tidak ada
Gambar 8 Pendapat masyarakat terhadap keberadaan larangan adat di Timor Leste Dari hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa 10% responden menyatakan mengetahui ada larangan adat di kawasan hutan, 90%
11 tidak mengetahui ada larangan adat di kawasan hutan (Gambar 8). Larangan adat yang ada di Timor Leste adalah larangan adat yang dipercayai oleh nenek moyang sejak zaman dahulu. Ketua adat di Timor Leste sering menyebut dengan sebutan Tara bandu. Larangan adat ini dapat diterapkan pada kawasan hutan apa saja yang ada di negara Timor Leste, baik itu kawasan hutan negara, hutan masyarakat maupun kawasan hutan adat. Sangsi bagi masyarakat yang melanggar larangan adat tersebut Dilihat berdasarkan jenis pelanggaran berat atau ringan terhadap kerusakan hutan akibat tindakan yang bersangkutan. Apabila kerusakan yang dilanggar masuk dalam kategori berat maka yang bersangkutan harus menyembelih seekor sapi dan sejumlah uang sesuia dengan aturan yang telah disepakati oleh masyarakat dengan ketua adat di Timor Leste. Apabila kesalahannya dalam kategori ringan, maka yang bersangkutan hanya diberi teguran dan meminta maaf di depan umum dan tidak boleh menggulangi kesalahannya lagi. Sejauh ini telah banyak masyarakat yang telah diberi sangsi baik sangsi ringan maupun sangsi berat terutama di daerah daerah pedesaan yang masih kuat menerapkan larangan adat tersebut. Adanya larangan adat tersebut sudah banyak membuat masyarakat takut untuk merusak hutan, dan lebih membantu pemerintah khususnya Dirjen Kehutanan dalam menjaga kelestarian hutan di negara Timor Leste. Responden yang menjawab tidak mengetahui adanya larangan adat di kawasan hutan mengakibatkan masyarakat tidak mempunyai rasa takut terhadap sangsi yang akan didapatkan apabila mereka merusak hutan. Hal tersebut yang menyebabkan hutan di Timor Leste banyak di rambah oleh masyarakat dalam mencari kayu dan sumberdaya lainnya yang mengakibatkan hutan menjadi kritis sehingga perlu adanya sosialisi dari pemerintah Timor Leste kepada masyarakat tentang adanya larangan adat bagi masyarakat yang merusak hutan. Pengetahuan masyarakat tentang adanya larangan adat bagi mereka yang merusak hutan mengakibatkan masyarakat tidak mau merusak hutan.
responden (%)
Peranan Hutan Bagi Masyarakat di Timor Leste 70 60 50 40 30 20 10 0
62
24 6
8
tidak penting
kurang penting
penting
sangat penting
Gambar 9 Peranan hutan bagi masyarakat Pada umumya responden mengetahui fungsi hutan bagi kehidupan mereka, tetapi seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan tingginya angka pengangguran di Kota Dili mengakibatkan hutan menjadi tujuan bagi masyarakat sebagai tempat untuk menyambung kehidupan. Selain pemanfaatan hasil hutan lainnya, pencarian kayu bakar di hutan dianggap dapat menyediakan lapangan
12 pekerjaan bagi kehidupan mereka sekarang ini. Berdasarkan data yang didapatkan pada saat melakukan wawancara, 24% responden menyatakan keberadaan hutan sagat penting bagi mereka, 62% penting, 8% kurang penting, dan 6% tidak penting (Gambar 9). Responden yang menjawab tidak penting dan kuang penting adalah orang –orang yang hidupnya tidak tergantung pada kawsan hutan. Mereka termasuk orang-orang golongan atas atau orang kaya Hutan sebagai sumber kehidupan untuk masyarakat ternyata memiliki fungsi yang sangat penting seperti fungsi sebagai lindung, konservasi, dan produksi. Semua fungsi tersebut berperan sangat penting bagi kelestarian manusia dan alam. Responden yang menjawab hutan sangat penting mencirikan bahwa masyarakat tersebut memiliki pengetahuan akan fungsi hutan sebagai pelindung system penyangga kehidupan, konservasi sumberdaya hayati, dan fungsi hutan sebagai produksi. Sehingga mereka berpendapat hutan sangat penting untuk dipertahankan keberadaannya dengan cara menjaga hutan agar tetap terjaga untuk saat ini maupun di masa yang akan datang agar hutan tersebut tetap lestari. Bahan Bakar Responden (%)
100
86
80 60 40 20
10
4
0 kayu
Minyak tanah
gas
Gambar 10 Jenis bahan bakar yang digunakan di Timor Leste Berdasarkan hasil wawancara yang di lakukan diketahui bahwa jenis bahan bakar yang digunakan di Kota Dili yang kayu bakar 86%, minyak tanah 10% dan bahan bakar gas 4% (Gambar 10). Luas hutan di Timor Leste yang sudah menjadi kawasan hutan tetap RTK (registrasi tanah kehutanan) adalah 745 175 ha, sedangkan luas hutan di kota Dili adalah 13 529 ha. Hal tersebut yang mengakibatkan ketersediaan kayu untuk keperluan kayu bakar dari hutan sangat melimpah, dengan kata lain masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kayu bakar untuk keperluan hidup sehari-hari. Tingginya harga minyak tanah akibat tidak ada subsidi dari pemerintah mengakibatkan masyarakat menengah kebawah khsusnya enggan untuk membeli minyak tanah karena harganya yang terlalu Mahal. Sehingga masyarakat lebih tertarik untuk memakai kayu bakar. Bahan bakar gas hanya digunakan oleh orang-orang kaya dan para pejabat pemerintahan saja. Selain di hutan, ketersediaan kayu bakar juga dapat masyarakat peroleh dari pekarangan dan kebun milik masyarakat. Kayu bakar dengan ukuran panjang 30 cm dapat dibeli dengan harga 25 sen atau Rp. 2 500 rupiah/ikat, sedangkan untuk ukuran yang panjangnya 60 cm harganya 50 sen/ikat, dan kayu bakar yang memilki ukuran panjang 1 m harganya 1 dolar atau Rp. 10 000 rupiah/ikat. Harga tersebut sangat terjangkau oleh masyarakat, jika dibandingkan dengan harga
13 minyak tanah 1 dolar 25 sen atau Rp. 12 500 rupiah/liter dan bahan bakar gas ukuran 12 kg seharga 40 dolar atau Rp. 400 000 rupiah/12kg. Perbandingan harga yang cukup jauh antara kayu bakar dengan minyak dan gas tersebut yang mengakibatkan masyarakat menggunakan lebih memilih kayu bakar sebagai bahan bakar. Jenis bahan bakar yang masyarakat tahu dalam kehidupan rumah tangga mereka yang tertinggi adalah penggunaan kayu bakar, kemudian minyak tanah, dan terakhir adalah Gas. Kegunaan bahan bakar kayu adalah untuk memasak, dan bahan pembakaran lainnya seperti untuk industri pembuatan Roti yang tumbuh secara cepat di kota Dili khususnya di desa Lahane kota Dili. Bagi masyarakat kota Dili hanya tau kayu sebagai bahan bangunan dan juga bahan bakar rumah tangga dan mereka belum tau kegunaan lain bagi kayu bakar dalam kehidupananya sehari-hari di kota Dili. Menurut Hamzah (1979), kebutuhan kayu bakar akan cenderung meningkat berhubungan dengan: 1. Kenaikan harga bahan bakar minyak 2. Bertambahnya jumlah penduduk 3. Kenaikan jumlah orang yang menganggur 4. Kenaikan kebutuhan masyarakat yang tinggal di dekat hutan, 5. Kenaikan kebutuhan kapur, bata dan genteng sebagai peningkatan kemakmuran penduduk kota.
Responden (%)
Asal Kayu Bakar Berdasarkan Gambar 11 terlihat bahwa responden menggunakan kayu bakar yang berasal langsung dari kebun, hutan (hutan pemerintah maupun hutan rakyat) dan membeli kepada penjual kayu bakar. Masyarakat yang menggunakan kayu bakar langsung dari hutan sekitar 62%, pengambilan dari kebun 33% dan, 5% sisanya berasal dari cara pembelian dari pedagang kayu bakar. Pemanfaatan kayu bakar di hutan ini biasanya dilakukan dengan menebang langsung pohon yang ada di hutan. Sedangkan pengambilan kayu bakar di kebun sendiri hanya sebatas pengambilan ranting dan batang yang telah jatuh ke tanah 70 60 50 40 30 20 10 0
62
33 5 Hutan
Kebun
Beli
. Gambar 11 Asal kayu bakar yang digunakan masyarakat Kayu bakar yang banyak di Konsumsi oleh masyrakat kota Dili sebagai bahan bakar sebagian besar berasal dari 3 sumber, yaitu perkebunan, kehutanan dan hutan rakyat. Namun dalam penelitian ini pengamatan hanya dilakukan pada
14 sumber kayu bakar yang bersal dari orang-orang pemasok kayu bakar yang ada di Kota Dili. Memasok kayu bakar dilakukan secara ilegal tanpa melalui prosedur ijin yang telah berlaku di Dirjen Kehutanan Timor Leste. Orang-orang tersebut biasa disebut sebagai oknum karena mereka memasok kayu bakar dari masyarakat penyedia kayu bakar yang berada di daerah seperti daerah Fatu ahi, Hera, Metinaro, Tibar, dan daerah Aileu yang berbatasan dengan kota Dili. Kayu bakar yang digunakan masyarakat kota Dili banyak berasal dari kawasan Hutan Alam yang didominasi oleh jenis Eucalyptus Allba yang berada di kota Dili dan sekitarnya dengan cara membakar hutan dan menebang kayu-kayu tersebut sampai kebatangnya Kayu bakar yang banyak didatangkan oleh oknumoknum tersebut mereka beli lagi dari masyrakat desa yang telah menyediakan kayu bakar dengan cara menebang kayu yang tumbuh secara alami di bukit bukit dekat kota Dili maupun daerah yang berbatasan dengan Kota Dili. Jika di daerah perkebunan ,kayu bakar belum dimanfaatkan secara optimal karena perkebunan tersebut baru ditanami oleh jenis tanaman perkayuan yang baru masuk dalam tahap anakan sehingga belum dimanfatkan. Jenis kayu bakar yang umumnya di gunakan oleh rumah tangga dan usaha pembuatan roti di kota Dili dan sesuai dengan hasil wawancara di lokasi penelitian yang dijumpai dan paling dominan yaitu: Tabel 3 Jenis kayu bakar yang banyak digunakan No
Jenis Kayu
1 2 3 4 5
Ampupu (Eucalyptus allba) Kesambi (Schleichera oleosa) Asam (Tamarindus indica) Bakau (Rhizophora spp) Lamtoro (Leucaena glauca)
Presentase (%) 80 5 5 5 5
Penggunaan kayu ampupu sebagai kayu bakar sangat tinggi (Tabel 3), hal tersebut disebabkan karena di Timor Leste hampir seluruh kawasan hutan maupun perkebunan milik warga selalu dijumpai pohon jenis ampupu. Persediaan bibit kayu ampupu selalu di produksi oleh setiap warga yang memiliki persemaian sendiri, selain itu tempat tumbuh yang sesuai yang mengakibatkan pohon jenis ampupu mampu beradaptasi dengan lingkungan di Timor Leste. Konsumsi Jumlah Kayu Bakar Jumlah kayu bakar yang digunakan oleh responden di Kota Dili bervariasi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan diketahui bahwa penggunaan kayu bakar 1-2 ikat/minggu sebanyak 20% responden, 3 ikat/minggu 46% responden, dan 3 ikat-6 ikat/minggu 34%. Penggunaan 1-2 ikat per minggu kebanyakan digunakan oleh responden yang memiliki jumlah keluarga lebih sedikit 2-4 orang dalam satu keluarga, sedangkan untuk penggunaan 3 ikat per minggu dilakukan oleh responden yang memilki anggota keluarga 5-6 orang. Penggunaan kayu bakar 3 ikat-6 ikat per minggu digunakan oleh responden yang memilki anggota keluarga lebih dari 6 orang (Gambar 12).
15
Gambar 12 Kegiatan pengukuran kayu bakar (kiri), 1 ikat kayu bakar (tengah), 1 stapel meter (kanan) Jumlah kayu bakar yang di Konsumsi untuk keperluan rumah tangga sehari dapat mencapai 3-4 ikat perhari sesuai dengan panjang kayu bakar yang di Konsumsi oleh setiap rumah tangga di kota Dili. Untuk menghitung berapa kebutuhan rumah tangga biasa memanfaatkan kayu bakar tiap rumah tangga bisa menggunakan kayu bakar per bulan dapat mencapai 1 stapel meter (78 ikat per stapel meter) (Gambar 12), jika ukuran panjang kayu bakarnya 30 cm per ikat harganya 25 dolar per 1 stapel meter.
3 ikat-6 ikat/minggu, 34
1-2 ikat/minggu, 20
3 ikat/minggu, 46
Gambar 13 Konsumsi kayu bakar di Timor Leste Penggunaan kayu bakar bagi perusahan roti di kota Dili tidak sama dengan ukuran kayu bakar yang digunakan oleh rumah tangga. Ukuran kayu bakar yang di gunakan perusahan roti memakai kayu yang berdiameter besar, menggunakan tunggak kayu mati yang telah roboh atau patah pada waktu angin kencang. disamping itu memilki ukuran panjang 2 meter. Perusahan roti menggunakan kayu bakar untuk industri pembuatan rotinya dengan hitungan ret. Satu ret kayu bakar yang di perlukan oleh industri roti harganya bervariasi sesuai dengan jarak asal kayu bakar tersebut misalnya satu ret harganya dari 250 dolar sampai 300 dolar per ret sekali jalan. Untuk perusahan Roti yang banyak mengunakan kayu bakar di kota Dili adalah perusahan roti Oriental yang berdomisili di Desa Lahane, dengan pengunaan kayu bakarnya perbulan bisa mencapai 3 ret karena proses pembuatan rotinya mulai dari jam 5 sore sampai jam 5 pagi setiap hari dengan jumlah pekerja 22 orang utuk dua kali sip. Dalam hal ini untuk penggunaan kayu
16 bakar di kota Dili perusahan Roti Oriental yang banyak menggunakan kayu bakar paling tinggi sesuai dengan hasil survei yang saya lakukan di perusahan tersebut. Menurut Irawan (1990), perkembangan jumlah industri pengguna kayu bakar terus meningkat dari tahun ke tahun. Meskipun jumlah Konsumsi per unit industri pada kelompok industri kecil mengalami penurunan namun kebutuhan kayu bakar untuk keperluan industri secara total meningkat. Hal yang sama terjadi pada kebutuhan kayu bakar untuk keperluan rumah tangga akibat meningkatnya jumlah penduduk (terutama di pedesaan) maupun faktor lain seperti kenaikan harga minyak tanah. Ukuran Kayu Bakar Responden yang menggunakan kayu bakar dengan ukuran 1-5 cm sebanyak 18%, sedangkan responden yang menggunakan kayu bakar ukuran 6-9 cm sebanyak 48%, dan ukuran kayu bakar lebih dari 10 cm sebanyak 23%. Ukuran kayu bakar 6-9 cm lebih banyak digunakan oleh masyarakat di Kota Dili. Hal tersebut disebabkan karena ketersediaan kayu bakar dengan ukuran tersebut lebih banyak dibandingkan ukuran lainnya. Ukuran kayu yang paling sedikit digunakan ialah ukuran 1-4 cm. Penggunaan kayu dengan ukuran 1-4 cm akan membuat kayu tersebut lebih cepat habis ketika dibakar, sehingga masyarakat lebih memilih kayu yang berukuran lebih besar dibandingkan kayu dengan ukuran 6-9 cm (Gambar 14). Menurut Wolff Von Wulfing (1921) dalam Hamzah (1979), macam kayu bakar yaitu: 1. Kayu bakar 1A : kayu bakar ranting dan cabang dengan diameter 3-7 cm 2. Kayu bakar 1B : kayu bakar tebal dengan diameter 7-15 cm 3. Kayu tatal adalah limbah industri berupa potongan-potongan kecil kayu tanpa bentuk tertentu. 4. Kayu brongkol (Wortolbrandhout), potongan dari tunggak dan akar tanpa bentuk tertentu
Responden (%)
60 49
50 40 30
29 23
20 10 0 1-5 (cm)
6-9 (cm)
>10 (cm)
Gambar 14 Ukuran kayu bakar yang digunakan masyarakat Ukuran kayu bakar yang digunakan oleh rumah tangga bervariasi ada yang memakai kayu bakar ukurang panjang 30 cm per ikat, dalam satu ikat terdapat 4-5 batang. Ada juga responden yang menggunakan kayu bakar dengan ukuran
17 panjang 60 cm per ikat, dalam satu ikatnya terdapat 3-4 batang kayu bakar dan ukuran kayu bakar dengan panjang 1 meter per ikat dalam satu ikatnya terdapat 45 batang kayu bakar dengan harga yang bervariasi, dari harga 25 sen, 50 sen dan 1 dolar per ikat. Dalam satu ikat kayu bakar tersebut diameter kayu bakar juga menpengaruhui juga bisanya para penjual kayu bakar memakai kayu bakar yang diameternya kayu bakarnya di bahwa 5 cm.
Gambar 15 Kayu bakar untuk rumah tangga (kiri) dan kayu bakar untuk industri roti (kanan)
Gambar 16 proses pembuatan roti di industri, Oriental Dili. Sikap Masyarakat Tujuan penggunaan kayu bakar oleh rumah tangga dan usaha pembuatan roti di kota Dili dipengaruhi oleh berbagai masalah seperti: jumlah penduduk, mata pencarian penduduk, keadaan pendidikan penduduk, dan kurangnya lapang pekerjaan yang ada. Di samping itu kayu bakar juga sebagai salah satu aternatif terpenting yang bisa mengurangi beban hidup ibu-ibu ruamah tangga dan usaha pembuatan roti yang masih banyak menggantungkan diri terhadap Konsumsi kayu bakar karena kayu bakar muda di dapat, mudah digunakan, murah dan tidak berbahaya dalam penggunaannya sehari-hari di dapur maupun di usaha pembuatan roti yang berada di desa Lahane. Awal penggunaan Kayu bakar merupakan bahan bakar alternatif yang sekarang dipilih masyarakat Timor Leste sebagai bahan bakar utama bagi rumah tangga dan usaha usaha pembuatan roti. Di kota Dili memang sejak dulu nenek moyang kita memanfatkan kayu bakar sebagi bahan bakar utama dalam kehidupan keseharian
18 mereka, oleh sebab itu dalam penelitian ini banyak responden menjawab bahwa pengunaan kayu bakar sejak dulu digunakan. Memang benar sesuai dengan adat istiadat di Timor Leste karena menurut cerita para orang tua bahwa pengunaan kayu bakar sejak dulu kala sebelum kemerdekaan sudah digunakan. tetapi cara pengunaannya tidak separah dengan kondisi sekarang karena berbagai faktor kehidupan seperti: 1. Jumlah penduduk 2. Tidak ada masalah dengan lapangan pekerjaan 3. Adat istiadat masih kuat
Responden (%)
100
89
80 60 40 20
11
0 <2002
>2002
Gambar 17 Awal penggunaan kayu bakar Berdasarkan data yang diperoleh dapat Dilihat bahwa responden yang memakai kayu bakar dibawah tahun 2002 berjumlah 11% sedangkan responden yang mulai menggunakan kayu bakar diatas tahun 2002 berjumlah 89% (Gambar 17). Konsumsi kayu bakar di atas tahun 2002 sampai sekarang ini yang terus meningkat disebabkan karena adanya krisis kepemimpinan yang terjadi setelah Timor Leste memisahkan diri dari NKRI yang mengakibatkan harga minyak tanah dan gas melambung tinggi sehingga masyarakat memakai barang substitusi yaitu kayu bakar untuk keperluan rumah tangganya. Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Timor Leste umumnya dan khususnya masyarakat kota Dili dalam hal penggunaan kayu bakar sebagai bahan bakar utama di rumah dan usaha pembuatan roti yaitu karena: (1) Faktor ekonomi yang turut mendorong masyarakat untuk memanfatkan kayu bakar, (2) faktor penganggurang yang paling tinggi karena bertambanya penduduk yang begitu cepat, (3) faktor yang terakhir karena kayu bakar mudah di dapat dimana saja dan dapat dengan mudah membeli kayu bakar. Penggunaan kayu bakar yang terus berlanjut di Timor Leste akan mengakibatkan tingginya tingkat kerusakan hutan akibat pengambilan kayu bakar di hutan yang ada saat ini. Rusaknya hutan mengakibatkan sumber kehidupan masyarakat sekitar akan hilang dan juga akan mengakibatkan kerusakan fungsi hutan. Beberapa respoden menyadari akan ancaman terhadap hutan tersebut, hasil wawancara dengan masyarakat di Kota Dili khususnya di 3 desa sasaran (Lahane Oriental, Comoro, dan Becora), mengungkapkan bahwa perlu: (1) adanya hukum adat yang kuat yang mengatur larangan bagi siapa saja yang mengambil kayu bakar secara illegal. (2) peran aktif masyarakat khusunya di desa sekitar hutan dan pemerintah Timor Leste guna menjaga hutan agar hutan dapat dimanfaatkan
19 secara lestari dan terjaga di masa yang akan datang. (3) penentuan model tradisional dalam rangka pemanfaatan dan pengelolaan hutan serta, (4) penegakkan hukum yang tegas dari pemerintah Timor Leste.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kayu bakar masih mempunyai peranan penting sebagai sumber energi rumah tangga dan industri pembuatan roti bagi masyarakat Kota Dili Timor Leste saat ini. Konsumen kayu bakar umumnya adalah masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah dan menengah. Kayu bakar merupakan bahan bakar penting yang dipilih sejak dulu oleh masyaraakat Timor Leste sebagai bahan bakar utama bagi rumah tangga dan usaha-usaha rumah tangga seperti: usaha pembuatan roti tawar, usaha pembuatan tempe tahu, usaha pembuatan arak, dan usaha-usaha lainnya. Kayu bakar dipilih sebagai bahan bakar rumah tangga karena kayu bakar mudah didapat, mudah dibelih, mudah dibakar dan mudah dalam penggunaanya sehingga 80% masyarakat Kota Dili dari kalangan rendah sampai menenga masih menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi utama dalam rumah tangga. Penggunaan kayu bakar di Kota Dili dan khususnya di 3 desa sasaran (Comoro, Lahane Oriental, dan Becora) kayu bakar yang di gunakan adalah jenis kayu Ampupu 80%, kayu Kesambi 5%, kayu Asam 5%, kayu Bakau 5% dan kayu Lamtoro 5%. Sumber kayu bakar yang digunakan masyarakat Kota Dili berasal dari hutan alam yang ada di kawasan Timor Leste. Oleh karena itu masalah penyedian kayu bakar harus segera ditanggulangi untuk mencegah terjadinya ekspolitasi sumber-sumber kayu bakar secara berlebihan yang dapat menyebabkan kerusakan hutan dan semakin meluasnya lahan keritis di Timor Leste saat ini. Penduduk kota Dili rata-rata memanfaatkan kayu bakar sebesar 15 ikat/orang/bulan. Saran Dengan tinginya penggunaan kayu bakar oleh masyarakat kota Dili Timor leste hingga 80% saat ini, akan berdampak pada ketersediaan kayu bakar untuk konsumsi rumah tangga dan usaha pembuatan roti dan usaha rumah tangga lainnya yang menggunakan kayu bakar sebagai sumber energi utama. Untuk mencegah dampak dan akibat dari tinginya penggunaan kayu bakar di kota Dili perlu mendapatkan respon dan perhatian yang serius dari semua sektor pemerintah, baik pusat maupun daerah di kementrian pertanian dan perikanan, khususnya Direktorat Jenderal Kehutanan agar dapat mengontrol dan bertindak terhadap aktivitas masyarakat yang mengakibatkan kerusakan hutan. Perlu diperkenalkan alternatif penggunaan kayu bakar oleh pemerintah yang lebih efisien dan ramah lingkungan dan perlu diadakan sosialisasi tentang pentingnya hutan bagi kehidupan masyarakat yang berkelanjutan.
20
DAFTAR PUSTAKA Badrudin A. 1983. Saluran distribusi kayu bakar di beberapa daerah di Pulau Jawa [laporan]. Bogor. PPPHH (Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan). Hlm 12-14 Budiyanto. 2009. Tingkat Konsumsi kayu Bakar Masyarakat Desa sekitar hutan kasus Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Baratn [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Coto Z. 1980. Teknik Efisiensi Penggunaan Energi Kayu Bakar. Di dalam: Tambunan B, Husaeni E, Suwardjo Domon, editor. Peningkatan Penyediaan dan Pemanfaatan Kayu sebagai Sumber Energi. 1979 September 8-9 Bogor, Indonesia Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB hlm 89-90 Departemen Kehutanan. 2008 Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan. Nomor:P.05/VI-BIKPHH/2009. Jakarta Departemen Kehutanan. Dewi HQ. 1994. Studi pemenuhan kebutuhan kayu bakar di desa-desa sekitar Hutan ketu BKPH Wonogiri KPH Surakarta [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Dwiprabowo H. Prahasto. Dan B.M Purnama. 1982. Studi kasus Pengusahan Kayu Bakar Oleh Rakyat di Desa Toyomerto. Laporan Balai Penelitian Hasil Hutan No.160, April-Juni 1982. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bogor. Fattah, A. 1979. Teknik Efisiensi Penggunaan Energi Kayu Bakar. Prasarana Pelengkap pada Seminar dalam Rangka Hari Pulang Kandang Alumni Fakultas Kehutanan IPB Bogor, tanggal 8-9 September 1979. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. FAO [Food Agriculture Organization]. 2007. Kajian tentang hutan alam Eucalyptus alba dan sumber kayu bakar yang digunakan masyrakat kota Dili berasal dari hutan alam yang ada di kawasan Timor Leste.[laporan]. Timor Leste: FAO. Hamzah, Z. 1979. Situasi Kayu Bakar di Jawa Tempo Dulu, Sekarang dan Yang Akan Datang. Prasarana Utama pada Seminar dalam Rangka Hari Pulang Kandang Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Tanggal 8-9 September 1979. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Harijanto, D Han Foliadi, Buharman. 1980. Pola Konsumsi Kayu Bakar dan Bahan Bakar lainnya oleh Rumah Tangga dan Industri di daerah Istemewa Aceh. Laporan Penelitian, no155 Agustus-Desember. 1980. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor, hal 25-32. Irawan, B. 1990. Telaah Konsumsi Kayu Bakar. Duta Rimba no. 123-124 (XVI) JICA [Japan International Corporation Agency]. 2007. Baseline survey penggunaan kayu bakar di sekitar Daerah Aliran Sungai Comoro dan Laclo [laporan]. Timor Leste: JICA. Koopmans, B. 1984 Woodfuel Flow Energy New Vol. 9 no 1, Juli 1994. Regional Wood Energy Development Programe In Asia (GCP/Ras/154/NET), Bangkok, Thailand. MAFP [Ministerio Agricultura Floresta e Pescas]. Draf Kebijakan Kehutanan Timor Leste No:9/2007. Pengetahuan konsumsi kayu bakar akan sangat
21 menbantu dalam penentuan arah kebijakan Kehutanan di Timor Leste. Timor Leste MAFP. Mulyono, S. 1979. Potensi Kayu Bakar di Kalimantan Timur. Majalah Kehutanan Indonesia no 3 tahun V. Riduwan, Akdon. 2009. Rumus Dan Data Dalam Analisis Statistika Untuk Penelitian (Administrasi Pendidikan - Bisnis - Pemerintahan – Sosial Kebijakan - Ekonomi - Hukum - Manajemen - Kesehatan). Bandung: Alfabeta. Setiawan A. 1989. Studi Kebutuhan kayu bakar industri batu bata dan genteng di Kecamatan Natar, Lampung Selatan. Technical Notes 2 (3): 11-16 Soeparno. 1979. Memilih Jenis Kayu Bakar Untuk Daerah Kritis. Duta Rimba no 31 tahun V 1979. Santoso 1983. Kayu bakar merupakan sumber energi tradisional tertua yang digunakan manusia terutama di daerah pedesaan. Setianti Y, Setiaman A, Ariadne E. 2004. Pengaruh motif terhadap waktu penyelesaian studi Mahasiswa di Program Pascasarjana UNPAD. [laporan penelitian]. Bandung: Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran Suroso. 1981 Proyek kayu bakar. Duta Rimba 7:24-30.
22
Lampiran 1 Rekapitulasi Konsumsi Kayu Bakar di Kota Dili Timor Leste No.
Desa
1 2 3
Jumlah Responden
Comoro 64 Lahane Oriental 13 Becora 23 Rata-rata 33.3 Rata-rata tiap responden
Konsumsi Kayu (ikat/bulan) 796 208 500 501.3 15
Lampiran 2 Rekapitulasi Data dari Tiga Desa Target di Kota Dili Timor Leste Desa Fungsi Kayu Bakar
Camoro Becora Lahane Oriental
Total
Kondisi hutan
Camoro Becora Lahane Oriental
Total
Larangan adat
Camoro Becora Lahane Oriental
Total
Peranan Fungsi Hutan
Total
Camoro Becora Lahane Oriental
Tau 51 19
Tidak tau 13 4
Ragu-ragu 0 0
6
7
0
76 Baik 0 2
24 Mulai rusak 59 21
0 Tidak berubah 5 0
0
9
4
2
89
Ada
Tidak ada
3 6
61 17
9 Ada namun tidak dijalankan 0 0
0
12
1
9 tidak penting 4 2
90 kurang penting 3 2
0 6
1
100
100
100
42 10
sangat penting 15 9
3
10
0
8
62
24
penting
Total
100
23 Lampiran 3 Rekapitulasi Data dari Tiga Desa Target di Kota Dili Timor Leste
Jenis bahan bakar
Desa Camoro Becora Lahane Oriental
kayu 53 22 11
Minyak tanah 8 0 2
Gas 3 1 0
Total
10 Kebun 21 10 2
4 Beli 41 12 9
100
Camoro Becora Lahane Oriental
86 Hutan 2 1 2
Total
Asal kayu bakar
Total
Jumlah kayu bakar
5 1-2 ikat/minggu Camoro 17 Becora 1 Lahane Oriental 2
Total
Ukuran kayu bakar
Total
Camoro Becora Lahane Oriental
33 62 3 ikat/minggu 3 ikat-1kubik/minggu 39 8 3 19 4 7
100
20 5-9cm 20 7 2
46 6-9cm 32 7 9
34 >10cm 12 9 2
100
29
48
23
100
24 Lampiran 4 Rekapitulasi Data dari Tiga Desa Target di Kota Dili Timor Leste
Tujuan penggunaan
18
mudah digunak an 34
tidak berbaha ya 4
1
6
10
6
2
11
0
0
11
35
44
10
Camoro
<2002
>2002
sekarang
Becora Lahane Oriental
8
56
0
1
22
0
2
11
0
11
89
0
Desa
mudah dibeli
Murah
Camoro
8
Becora Lahane Oriental
Total
Awal penggunaan
Total
Faktor penggunaan
Camoro
Ekonomi
Becora Lahane Oriental
8
Total Camoro Pendapat
Total
Becora Lahane Oriental
Pengangguran
Total
100
100
Mudah
murah
51
5
0
1
17
5
0
2
11
0
0
11
79
semua pilihan
hukum yg kuat
partisipasi masyarakat
penentuan model pengelolaan
8
30
8
10 hukum tradisio nal 14
100
1
4
10
8
0
2
2
2
4
3
11
36
20
26
7
4
100
25 Lampiran 5 Rekapitulasi Jumlah penduduk desa Lahane Oriental
26
Lampiran 6 Rekapitulasi jumlah penduduk Desa Comoro
27
Lampiran 7 Rekapitulasi jumlah penduduk desa Becora
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Dili, Timor Leste pada tanggal 9 Juni 1975 dari ayah Fernando da Silva Costa Carvalho dan ibu Guelhermina Guteres Martins. Penulis adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Tahun 1993-1996 penulis lulus di Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Pekan baru Riau dan pada bulan Oktober tahun 1996 penulis langsung diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Riau sebagai Staf Penyaji Data Hutan Tanaman Industri di seksi Reboisasi Bidang RRL. Pada tahun 1999 penulis di pindahkan ke Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Propinsi Timor -timur, pada saat itu sebagai staf teknik yang diperbantukan di PKT kabupaten Aileu hingga Timor -timur mengikuti Referendum. Setelah kemerdekaan sampai saat ini penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Pertanian dan Perikanan Timor Leste yang di angkat pada tahun 2006 dan di pekerjakan di Direktur Jenderal Kehutanan Dili dan dipercayakan memegan jabatan sebagai District Forestry Officer (DFO) di kabupaten Ermera. Pada tahun 2012 penulis lulus sarjana muda kehutanan (D3) dari East Timor Coffee Academy (ETICA) di Departemen Agroforestry Fakultas Pertanian, dan pada tahun 2012 bulan September penulis melanjutkan pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan di terima di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Pada bulan Februari tahun 2014, penulis melaksanakan kegiatan praktik kerja profesi di persemaian permanen Maubara kecamatan Maubara kabupaten Liquica Timor Leste dengan fokus pada kegiatan materi umum yang membahas tentang produksi bibit tahun 2009-2013 di persemaian permanen Maubara, dan kegiatan materi khusus membahas tentang kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang berbasis masyarakat (CB-NRM) di desa Tohumeta kecamatan Laulara Kabupaten Aileu. Dalam menyelesaikan studi di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul PERSEPSI DAN AKTIVITAS MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN KAYU BAKAR DI KOTA DILI, TIMOR LESTE di bahwa bimbingan Ibu Dr Ir Lailan Syaufina, MSc. Pada saat ini penulis sudah berkeluarga dan memiliki seorang istri yang bernama Adelina Fatima Araujo dan dikaruniai empat orang anak yaitu 3 perempuan dan 1 laki-laki, masing-masing bernama: 1. Helcia Francisca de Carvalho 2. Epifania Jacinta de Carvalho 3. Neza Cotilde de Carvalho 4. Eduardo Junior de Carvalho. Pada saat ini kami bertempat tinggal di kampung Halibur Desa Motael Kecamatan Vera-cruz Dili Timor Leste.