PERPUSTAKAAN DAN PLAGIARISME Purwani Istiana, SIP., M.A. Pustakawan Fakultas Geografi –UGM
[email protected]
INTISARI Perpustakaan menjadi salah satu lalu lintas lajunya informasi. Setiap karya yang dihasilkan selalu merujuk pada karya sebelumnya atau karya lain. Dalam dunia akademis perpustakaan menjadi salah satu tempat dimana aktivitas menyusun karya tulis atau karya ilmiah dihasilkan. Dapat dikatakan bahwa perpustakaan memiliki peran dalam memproduksi ilmu pengetahuan baru, baik dalam bentuk buku maupun karya penelitian seperti skripsi, tesis dan disertasi. Sehingga menjadi cukup relevan, jika perpustakaan perlu ambil bagian dalam mencegah terjadinya praktek-praktek plagiarisme. Menjadi penting bagi pengelola perpustakaan dan pustakawan untuk memahami dengan baik terkait dengan plagiarism. Tulisan ini menguraikan tentang definisi plagiarism, batasan, alasan seseorang terjebak untuk melakukan plagiat, sanksi yang dijatuhkan jika melakukan tindakan plagiat, serta upaya mencegah tindakan plagiat itu sendiri. Kata Kunci: Plagiat, Batasan Plagiat, Sanksi Plagiat
Pendahuluan Mengapa perpustakaan dikaitkan dengan plagiarisme? Apa urusan perpustakaan dengan plagiarisme? Bukankah selama ini perpustakaan hanya sebagai unit/lembaga yang menerima atau mengumpulkan buku/karya tulis/ publikasi yang telah siap untuk didesiminasikan kepada pembacanya? Kita ketahui bahwa pendidikan tinggi mempunyai tiga misi yakni melakukan pengembangan, mendesiminasikan dan menggunakan ilmu pengetahuan (Zulkarnain, 2012). Kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan, tentu saja tidak terlepas dari kegiatan penelitian yang dilakukan baik oleh dosen maupun mahasiswa. Hasil penelitian dituangkan dalam bentuk karya ilmiah, artikel ilmiah atau dalam bentuk skripsi, tesis atau disertasi. Hasil penelitian selanjutnya disebarluaskan agar supaya dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan kemaslahatan bersama dan juga digunakan kembali sebagai rujukan Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
1
kegiatan penelitian yang akan datang sebagai bagian dari pengembangan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, tiga misi pendidikan tinggi, tidaklah terlepas dari peran /tugas pokok perpustakaan. Perpustakaan sebagai pengelola informasi yang akan menjadi
bahan
rujukan
bagi
kegiatan
pengembangan
ilmu
pengetahuan.
Perpustakaan mendesiminasikan hasil penelitian dan berbagai informasi lain. Dapat kita
katakan
bahwa
perpustakaan
berperan
penting
dalam
memproduksi
mengembangkan ilmu pengetahuan. Skripsi, tesis, disertasi dan karya ilmiah lainnya tersimpan dan dapat diakses melalui perpustakaan. Dalam proses produksi ilmu pengetahuan, dalam hal ini karya yang dihasilkan oleh perseorangan atau kelompok di dalam lingkup pendidikan tinggi harus bebas dari unsur plagiarisme. “Bebas dari unsur plagiarisme” menjadi hal yang penting sehingga Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri No. 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Permen inilah yang menjadi pijakan bagi lembaga pendidikan tinggi, secara konsisten melakukan langkah-langkah penanggulangan dan pencegahan plagiarisme di lingkungan institusinya. Perpustakaan mendokumentasikan karya ilmiah, baik artikel, skripsi, tesis dan disertasi karya mahasiswa. Jika kemudian karya yang didokumentasikan di perpustakaan, ternyata mengandung unsur plagiarisme, tentunya ini adalah pekerjaan rumah seluruh sivitas akademika untuk memerangi hal tersebut. Perpustakaan terutama yang berada di lingkup perguruan tinggi, tidak lagi bisa berdiam diri, dengan adanya isu-isu terkait dengan plagiarisme. Ada tanggungjawab moral
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2
bersama, bagaimana pustakawan mampu berkontribusi dalam pencegahan tindakan plagiat dilingkungannya. Perpustakaan dalam hal ini pustakawan sudah tidak lagi berdiam diri ketika lembaga yang menaunginya memiliki tujuan besar untuk memerangi plagiarisme. Menjadi problem besar bagi universitas atau lembaga pendidikan di negeri ini, jika mendapati karya ilmiah akademik yang diketahui mengandung unsur-unsur plagiarisme. Sehingga saat ini permasalahan plagiarisme menjadi hal yang patut diperhatikan. Plagiarisme dinyatakan sebagai kejahatan akademik ( Soelistyo, 2011, p. 32). Dan yang disayangkan adalah tindakan plagiarisme terkadang dilakukan karena tidak sengaja disebabkan kurangpahamnya mereka (dosen dan mahasiswa) akan batasan plagiarisme itu sendiri. Munculnya
beberapa kasus plagiat menjadi keprihatinan kita semuanya.
Beberapa kasus barangkali diketahui khalayak secara umum, namun adapula kasuskasus tindakan plagiat yang tidak banyak diketahui oleh masyarakat akademis. Sehingga menjadi hal yang sangat penting, jika kemudian lembaga pendidikan tinggi merasa perlu memberikan edukasi kepada masyarakat akademisnya agar mampu menjunjung tinggi etika moral. Diharapkan ketika masyarakat akademis ( dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan) memproduksi karya tulis, buku maupun karya ilmiah senantiasa mengakui, menghormati dan menghargai karya orang lain. Kita ketahui bersama bahwa ilmu pengetahuan dikembangkan berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Sehingga kita tidak perlu ragu-ragu bagi siapapun (masyarakat akademis) ketika menyusun karya ilmiah/karya tulis, menyebutkan sumber rujukan. Harus dipahamkan bahwa kejujuran intelektual tidak akan menurunkan bobot karya tulis kita. Pemahaman tentang hal ini akan
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
3
menekankan pula bahwa dunia pendidikan tinggi bukan mengutamakan hasil akhir atas sebuah karya tulis, namun menekankan pada tantangan untuk melakukan proses pembelajaran dalam pencapaian sebuah gelar kesarjanaan.
Definisi Plagiarisme Ada beberapa definisi terkait dengan plagiarisme. Yang saya sebut pertama adalah definisi plagiarisme menurut Peraturan Menteri Pendidikan RI Nomor 17 Tahun 2010, yaitu: “Plagiat adalah perbuatan sengaja atau tidak sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber secara tepat dan memadai” Kita dapat cermati dari definisi plagiat diatas, bahwa tindakan plagiat adalah perbuatan yang kita lakukan sengaja maupun tidak sengaja. Inilah hal yang perlu kita perhatikan. Artinya jika mahasiswa maupun dosen terjerat kasus plagiat, bisa jadi melakukannya tanpa sengaja. Tanpa sengaja disini, bisa disebabkan karena kurangpahamnya akan batasan plagiarisme itu sendiri atau karena tidak memiliki pemahaman terkait bagaimana cara mengutip menggunakan karya orang lain. Ini sangat disayangkan. Sengaja maupun tidak sengaja, jika dijumpai tindakan plagiat maka apapun alasannya tetaplah dipandang sebagai plagiat. Oleh karena itu perlu sosialisasi tentang berbagai hal terkait dengan plagiarisme. Sumber lain, Oxford American Dictionary menyatakan bahwa “ to take and use another person’s ideas or wriitng or inventions as one‘s
own” (Clabaugh,
2001). Senada dengan definisi ini adalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4
(2008) mengatakan “Plagiat adalah pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat) sendiri”. Dalam kedua definisi tersebut menekankan bahwa plagiat merupakan tindakan mengakui karya atau pendapat orang lain sebagai karyanya sendiri, baik sebagian maupun keseluruhan. Dalam tataran praktis yaitu penulisan karya ilmiah, tindakan plagiat terjadi karena kelalaian penulis karya, menggunakan ide atau pendapat seseorang tanpa menuliskan sumbernya. Hal ini bisa sengaja dilakukan supaya pembaca, memahami bahwa karya tersebut orisinil karya dirinya sendiri, atau dapat juga karena tidak sengaja yaitu kurang paham cara melakukan kutipan terhadap karya orang lain.
Batasan Plagiarisme Batasan plagiarisme digunakan sebagai salah satu panduan untuk menguraikan kembali supaya definisi plagiarisme lebih mudah dipahami dan diaplikasikan dalam tugas sehari-hari. Batasan plagiarisme yang kami rangkum dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 17 Tahun 2010 dan menurut Soelistyo (2011) adalah sebagai berikut: 1. Mengutip kata-kata atau kalimat orang lain tanpa menggunakan tanda kutip dan tanpa menyebutkan identitas sumbernya. 2. Menggunakan gagasan, pandangan atau teori orang lain tanpa menyebutkan identitas sumbernya. 3. Menggunakan fakta (data, informasi) milik orang lain tanpa menyebutkan identitas sumbernya. 4. Mengakui tulisan orang lain sebagai tulisan sendiri.
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
5
5. Melakukan parafrase (mengubah kalimat orang lain ke dalam susunan kalimat sendiri tanpa mengubah idenya) tanpa menyebutkan identitas sumbernya. 6. Menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan /atau
telah
dipublikasikan oleh pihak lain seolah-olah sebagai karya sendiri. 7. Mengumpulkan karya ilmiah yang dibuat orang lain (dengan cara membeli maupun membayar) dan diakui sebagai karyanya 8. Menggunakan suatu karya untuk dikumpulkan pada satu tugas akademik, yang sebelumnya telah digunakan pada tugas akademik lain yang terkait dengan suatu mata kuliah. Batasan plagiarisme, menekankan pada kalimat “tanpa menyebutkan identitas sumber” sehingga kata kunci untuk menghindari plagiarisme adalah penulis memberikan pengakuan kepada pengarang, jika kita memang secara nyata menggunakan ide, pendapat, gagasan, data dan fakta yang telah diungkapkan oleh penulis sebelumnya. Lalu, apa permasalahannya sekarang? Jika untuk menghindari plagiarisme, kita cukup dengan menyebutkan identitas sumber, mengapa plagiarisme tetap dilakukan? Berikut ini tindakan yang tidak tergolong plagiarisme yaitu: 1. Menggunakan pengetahuan yang sudah menjadi fakta umum di masyarakat. Misalnya tanggal-tanggal bersejarah, ibu kota suatu negara. 2. Menggunakan peribahasa yang sudah umum dikenal. Kata-kata mutiara yang tidak diketahui lagi siapa penciptanya.
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
6
3. Memparafrasa kalimat orang lain, dengan tetap menyebutkan sumbernya secara jelas. 4. Melakukan kutipan, sehingga jelas, bagian karya yang dikutip dari karya orang lain, dengan tetap menyebutkan sumbernya secara jelas.
Mengapa Plagiarisme Terjadi Plagiarisme menjadi bahasan yang menarik dikalangan akademisi. Hal ini semakin nyata dengan terbitnya Peraturan Menteri Nomor 17 tahun 2010. Semakin banyak penulis yang tidak mengindahkan etika dalam kegiatan penulisan. Kita ketahui bahwa menulis ( menyusun suatu karya tulis yang berkualitas) bukanlah hal yang mudah. Untuk menghasilkan tulisan yang berkualitas perlu banyak berlatih dan pastinya juga membaca. Dengan banyak membaca maka kita akan dilatih untuk berpikir analitis, sehingga mampu menuangkan serta mengembangkan gagasan, ide yang kita miliki. Kurangnya waktu yang disediakan untuk membaca berbagai literatur dan menganalisis bacaan, barangkali menjadi salah satu pemicu terjadinya tindakan plagiat. Berikut beberapa hal yang memicu terjadinya tindakan plagiat: 1. Tidak memiliki waktu cukup (keterbatasan waktu) untuk menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang menjadi beban tanggungjawabnya. Hal ini mendorong seseorang mencari jalan pintas dengan melakukan copy-paste atas karya orang lain. 2. Malas membaca dan melakukan analisis/sintesis terhadap sumber referensi yang dimiliki. Hal ini membutuhkan pemikiran yang mendalam atas sumber informasi yang dibacanya
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
7
3. Tidak memiliki pemahaman tentang kapan dan bagaimana harus melakukan kutipan. 4. Kurangnya perhatian dari guru ataupun dosen terhadap persoalan plagiarisme. 5. Pandangan plagiator atas plagiarisme, yang tidak menganggap tindakan plagiat sebagai bentuk kejahatan 6. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, yang memberikan pilihan yang menggiurkan untuk memperoleh bahan tulisan dengan cepat dan mudah. 7. Menipisnya semangat untuk melalui proses pendidikan, sehingga lebih berorietasi hasil. 8. Sanksi hukum pada pelaku plagiat masih sangat minim. Sanksi diberikan baru sebatas pada sanksi administratif.
Beberapa hal yang menjadi pemicu tindakan plagiat perlu menjadi perhatian kita bersama, sehingga ruang geraknya tidak semakin meluas, melebar yang pada akhirnya akan merugikan dunia pendidikan tinggi secara keseluruhan. Kenyataan yang sudah terjadi, beberapa kasus plagiat yang muncul membuat kita tersadar. Kejujuran mulai terkikis dikalangan akademisi, ada pengingkaran terhadap etika akademis yang selama ini dibangun, bahwa kultur akademis adalah kultur yang bermoral dan beretika. Tipe-Tipe Plagiarisme Mengenai tipe-tipe plagiarisme ada beberapa yaitu Soelistyo (2011): 1. Plagiarisme Kata demi Kata (Word for word Plagiarism). Disini penulis secara nyata menggunakan kata-kata penulis lain (persis) tanpa menyebutkan sumbernya.
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
8
2. Plagiarisme atas sumber (Plagiarism of Source). Penulis tidak menyebutkan secara lengkap referensi yang dirujuk. Menggunakan gagasan orang lain tanpa memberikan pengakuan yang cukup. 3. Plagiarisme Kepengarangan ( Plagiarism of Authorship). Penulis mengakui sebagai pengarang karya tulis karya orang lain. 4. Self
Plagiarism.
Termasuk
dalam
tipe
ini
adalah
penulis
mempublikasikan satu artikel pada lebih dari satu redaksi publikasi. Dan mendaur ulang karya tulis/ karya ilmiah. Yang penting dalam self plagiarism adalah bahwa ketika mengambil karya sendiri, maka ciptaan karya baru yang dihasilkan harus memiliki perubahan yang berarti. Artinya Karya yang lama merupakan bagian kecil dari karya baru yang dihasilkan. Sehingga disini pembaca akan memperoleh hal baru, yang benar-benar penulis tuangkan pada karya tulis yang menggunakan karya lama.
Sanksi bagi Pelaku Plagiarisme Sanksi atas tindakan plagiat ditujukan kepada mahasiswa, dosen maupun tenaga kependidikan yang dengan sengaja maupun tidak sengaja melakukan tindakan plagiat. Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 telah mengatur sanksi tersebut. Jika terbukti melakukan plagiasi maka seorang mahasiswa akan memperoleh sanksi sebagai berikut: 1. Teguran 2. Peringatan tertulis 3. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
9
4. Pembatalan nilai 5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai mahasiswa 6. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai mahasiswa 7. Pembatalan ijazah apabila telah lulus dari proses pendidikan. Adapun sesuai dengan Permen Nomor 17 Tahun 2010 pula, sanksi bagi dosen, peneliti dan tenaga kependidikan, yang terbukti melakukan tindakan plagiat telah diatur dengan sanksi sebagai berikut: 1. Teguran 2. Peringatan Tertulis 3. Penundaan pemberian hak dosen, peneliti dan tenaga kependidikan 4. Penurunan hak untuk diusulkan sebagai guru besar atau profesor atau peneliti utama bagi yang memenuhi syarat 5. Pencabutan hak untuk diusulkan dari status sebagai dosen atau peneliti atau tenaga kependidikan 6. Pemberhentian dengan hormat 7. Pemberhentian tidak dengan hormat 8. Pembatalan
ijazah
yang
diperoleh
dari
perguruan
tinggi
yang
bersangkutan Seperti telah kita ketahui telah terjadi (dugaan) tindak plagiat oleh masyarakat akademis di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Upaya untuk memenuhi syarat memperoleh derajat tertentu, seperti gelar profesor, dan bahkan untuk mencapai derajat kesarjanaan level tertentu. Tentu hal ini menjadi pelajaran bagi kita semua. Di dalam UU sistem pendidikan Nasional disebutkan pada pasal 70 :
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
10
“Lulusan yang karya ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan gelar akademik, profesi atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 (2) terbukti merupakan jiplakan dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan /atau pidana denda paling banyak Rp 200.000.000, 00 (dua ratus juta rupiah)”. Upaya Mencegah Tindakan Plagiarisme Plagiarisme telah menjadi perhatian masyarakat akademis, sehingga upaya untuk menghindari plagiarisme secara intensif dilakukan. Berdasarkan Permen Nomor 17 Tahun 2010 disebutkan beberapa upaya untuk menanggulangi tindakan plagiat dilingkungan pendidikan, yaitu: 1. Setiap karya ilmiah yang dihasilkan ( skripsi, tesis dan disertasi) dilampiri surat pernyataan dari yang bersangkutan, yang menyatakan bahwa karya ilmiah tersebut tidak mengandung unsur plagiat. 2. Pimpinan Perguruan Tinggi berkewajiban mengunggah semua karya ilmiah yang dihasilkan pada portal nasional, seperti portal Garuda atau portal lain yang ditetapkan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi. 3. Sosialisasi terkait dengan UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002 dan Permendiknas No. 17 tahun 2010 kepada seluruh masyarakat akademis.
Sosialisasi terkait plagiarisme inilah pustakawan mampu berperan dalam menjembatani antara penguna dengan informasi yang disediakan untuk rujukan penyusunan karya ilmiah. Perpustakaan dalam hal ini pustakawan bekerja sama dengan lembaga induknya (universitas/fakultas) untuk melakukan kegiatan sosialisasi menghindari plagiarisme. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai salah satu
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
11
bagian dari materi literasi informasi yang telah dilakukan sebelumnya di masingmasing lembaga pendidikan tinggi. Menanggulangi plagiarisme sudah semestinya menjadi sebuah komitmen yang utuh bagi semua masyarakat akademis kita. Karena jika hal ini dibiarkan akan semakin menggerogoti moral generasi kita terkait dengan nilai-nilai kejujuran. Kultur akademik harus terus dibangun dengan landasan kejujuran dan moralitas. Kultur akademik, marilah kita jaga sehingga terhindar dari unsur plagiarisme apapun bentuk dan versinya. Langkah konkrit lain upaya memerangi plagiarisme adalah dengan membekali mahasiswa dengan pemahaman: 1. Ketentuan mengenai pengutipan 2. Bagaimana melakukan parafrase 3. Bagaimana format dan penyusunan daftar pustaka dalam penulisan karya ilmiah. Pemahaman tiga hal diatas menjadi bagian penting dalam proses pembelajaran di bangku perguruan tinggi. Mahasiswa akan terus bergumul dengan berbagai tugas penulisan dan penelitian yang sangat dekat dengan tindakan plagiat. Sehingga mahasiswa tidak terjebak dalam tindakan plagiat. Alat Deteksi Plagiarisme Teknologi informasi telah menjadi bagian hidup keseharian kita. Terkait pula dengan plagiat, saat ini tersedia berbagai software untuk mendeteksi apakah sebuah karya mengandung unsur plagiat. Beberapa software tersebut antara lain: 1. Turnitin. Aplikasi ini dapat diakses melalui situs www.turnitin.com. Aplikasi ini berbayar.
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
12
2. Wcopyfind. Aplikasi ini dapat diakses www.plagiarism.phys.virginia.edu . Aplikasi ini bisa diperoleh gratis. 3. Viper. Aplikasi ini bisa diakses melalui www.scanmyessay.com. Aplikasi ini dapat diperoleh secara gratis. 4. Article Checker. Aplikasi ini dapat diperoleh gratis pada situs www.articlechecker.com Aplikasi diatas, cukup membantu jika kita ingin melakukan deteksi atas suatu karya, apakah
mengandung
unsur
plagiat
atau
tidak.
Dalam
makalah
ini,
informasi/pengetahuan tentang alat deteksi plagiat ini, diharapkan dapat menggugah kesadaran kita terkait dengan kemudahan deteksi terhadap plagiat. Oleh karena itu, komitemen bersama untuk menghindarkan diri kita masing-masing terhadap tindakan plagiarisme harus terus ditumbuhkan.
Daftar Pustaka Claubaugh, G.K. & Rozycki, E.G. (2001). The Plagiarism Book: A Student’s Manual. Diakses 7 Mei 2013, dari http://www.scribd.com/doc/19221077/ThePlagiarism-Book Peraturan Menteri Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Soelistyo, H. (2011). Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Zulkarnain., H. (2012, Mei). Menghindari Perangkap Plagiarisme dalam Menghasilkan Karya Tulis Ilmiah. Makalah disampaikan pada Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah, Lembaga Penelitian Universitas Jambi. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
13
Makalah disampaikan pada “Workshop Literasi Informasi bagi Pustakawan”, 14 Mei 2013, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
14