BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan cida, yang berarti
pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, pengaruh hormon, penghambat makanan, sebagai pengikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi organisme pengganggu tanaman (Yuantari, 2011). Dahulunya, manusia menggunakan pestisida nabati dalam pembasmian hama, namun sejak ditemukannya diklorodifeniltrikloroetan (DDT) tahun 1939, penggunaan pestisida nabati sedikit demi sedikit ditinggalkan sehingga manusia beralih ke pestisida kimia (Yenie, 2013). Di Indonesia pemakaian pestisida rumah tangga mulai meningkat setelah tahun 1970-an. Sejak itu pestisida menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan rumah tangga masyarakat kota dan sebagian masyarakat desa. Pengendalian hama dengan pestisida yang dilakukan secara intensif ternyata menimbulkan dampak yang merugikan, antara lain terjadinya keracunan baik akut maupun kronis dan pencemaran lingkungan. Dalam aplikasi pestisida di rumah tangga, masyarakat berpotensi terpapar pestisida (Yuliani, 2011). Pada kenyataannya penggunaan pestisida kimia yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak buruk dari segi lingkungan terutama segi kesehatan 1
Universitas Sumatera Utara
manusia. Dari segi kesehatan manusia pestisida kimia dapat meracuni manusia melalui mulut, kulit dan pernafasan yang dapat menyebabkan : a. kecacatan janin (teratogenik) b. kanker (karsinogenik) c. asma d. alergi (peka terhadap bahan-bahan kimia) e. mempercepat pengapuran tulang (Yuliani, 2011). Pestisida nabati diartikan sebagai pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan karena terbuat dari bahan-bahan alami maka jenis pestisida ini mudah terurai di alam sehingga relatif aman bagi manusia (Sitompul, 2014).Salah satu golongan dari pestisida yaitu
repellent. Repellent adalah penolak atau
penghalau serangga atau hama lainnya (Budiyono, 2012). Umbi bawang putih (Allium sativum L.) mengandung zat-zat yang bersifat racun bagi serangga hama antara lain, alisin, aliin, minyak atsiri, saltivine, selenium, scordinin dan metilalin trisulfida. Ekstrak bawang putih dapat berfungsi sebagai penolak kehadiran serangga serta efektif untuk mengendalikan beberapa hama pada tanaman hortikultura. Minyak atsiri yang terkandung dalam bawang putih mengandung komponen aktif bersifat asam (Hasnah, 2007). Hasil penelitian Hasnah (2007), menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak bawang putih dapat bekerja sebagai insektisida yang dapat menyebabkan kematian pada hamaCrocidolomia pavonana F. pada tanaman sawi. Dan hasil penelitian Aminarti (2005), menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak bawang putih dapat bekerja sebagai insektisida yang menyebabkan kematian larva Culex pipiens quinquesfasciatus dan Sitophillus zeamays (Hasnah, 2007). Oleh karena itu
2
Universitas Sumatera Utara
peneliti tertarik untuk menguji efektivitas bawang putih sebagai pestisida yaitu sebagai repellent pada tikus. Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan manusia.Kehidupan tikus sudah sangat tergantung pada kehidupan manusia.Tikus merupakan hewan vertebrata dengan sifat yang sangat cerdik, sangat merusak dan menghasilkan
keturunan
sangat
cepat
menyebabkan
tikus
sulit
dikendalikan.Kerusakan yang ditimbulkan oleh tikus dalam satu koloni dengan jumlah 100 tikus mampu mengkonsumsi lebih dari 1 ton pakan dalan setahun.(Priyambodo, 2003).Daya adaptasi hama ini terhadap lingkungannya sangat baik karena dapat memanfaatkan sumber makanan dari berbagai jenis tumbuhan dan hewan kecil (Rochman, 1992). Berbagai upaya telah dilakukan untuk membasmi hama tikus tersebut, salah satunya dengan menggunakan rodentisida yaitu senyawa kimia beracun untuk membunuh hewan pengerat (Sunarjo, 1992). Dalam upaya mengurangi dampak negatif dari penggunaan bahan kimiawi untuk mengendalikan tikus, maka perlu dicari alternatif-alternatif pengendalian yang lainnya. Penggunaan bahan-bahan yang disukai atau tidak oleh tikus merupakan salah satu cara pengendalian tikus yang relatif lebih aman, karena secara umum bahan tersebut tidak meracuni, tetapi bekerja dengan cara mempengaruhi indera penciuman tikus yang berkembang sangat baik. Penggunaan bahan yang tidak sukai tikus dapat mengurangi daya bertahan tikus karena aktivitas makan, minum, mencari pasangan, serta reproduksi terganggu (Priyambodo, 1995).Secara tidak langsung bahan yang tidak disukai oleh tikus dapat menyebabkan kematian dan kemampuan bertahan tikus (Purwanto, 2009).
3
Universitas Sumatera Utara
Melalui penelitian ini, akan diteliti salah satu jenis tanaman yaitu bawang putih (Allium sativum) dengan menguji efek repellent dari ekstrak air bawang putih terhadap tikus yang menggunakan tikus putih jantan sebagai hewan uji. Namun penggunaan repellent nabati bawang putih pada tikus belum diketahui, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak air bawang putih terhadap tikus jantan galur wistar.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah pada penelitian ini
adalah: a. Apakah golongan senyawa kimia yang terdapat pada bawang putih dan ekstrak air bawang putih? b. Apakah ekstrak air bawang putih berpengaruh sebagai repellent tikus? c. Berapa lama efek repellent ekstrak air bawang putih dapat bertahan?
1.3
Hipotesis Hipotesis pada penelitian ini adalah :
a. Golongan senyawa kimia yang terdapat pada bawang putih dan ekstrak air bawang putih adalah golongan alkaloida, flavonoid, tannin dan saponin. b.Ekstrak air bawang putih memberikan efek repellent terhadap tikus. c. Semakin tinggi dosis ekstrak air bawang putih yang diaplikasikan maka semakin lama efek repellent dapat bertahan.
4
Universitas Sumatera Utara
1.4
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
a.Golongan senyawa kimia yang terdapat pada bawang putih dan ekstrak air bawang putih. b. Efek ekstrak air bawang putih sebagai repellent. c. Berapa lama efek repellent ekstrak air bawang putih dapat bertahan.
1.5
Manfaat Penelitian Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bawang putih dapat
digunakan sebagai alternatif repellent yang aman dan dapat diupayakan dalam teknik pengendalian hama tikus.
1.6
Kerangka Pikir Penelitian Penelitian dilakukan terhadap tikus putih jantan di dalam kurungan uji.
Ekstrak air bawang putih (EABP) diletakkan pada sudut kurungan uji, lalu dapat dilihat jumlah makanan tikus berkurang setiap harinya. Kemudian untuk menentukan kemampuan daya tahan efek repellent EABP parameter ujinya adalah berat sisa makanan tikus.Kerangka penelitian ini menjadi variabel bebas dan variabel terikat. Adapun kerangka pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1
5
Universitas Sumatera Utara
Variabel bebas
Variabel Terikat
Parameter
Bawang Putih
Ekstrak Air Bawang Putih (EABP) - EABP 100g/L - EABP 200g/L - EABP 400g/L - EABP 800g/L - EABP 1600g/L
Jumlah Makanan Tikus Berkurang
Berat (gram) Sisa Makanan Tikus
Kontrol Negatif Aquadest
Gambar 1.1Skema kerangka pikir penelitian
6
Universitas Sumatera Utara