PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA PEMBENIHAN TANAMAN KOPI ( TULISAN POPULER ) Oleh : PH Padang,SP PBT. BBPPTP Surabaya
PENDAHULUAN Tanaman kopi merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman perkebunan yang memegang peranan penting dalam aspek sosial dan perekonomian di Indonesia. Pangsa pasar biji kopi pada pasar domestik dan Internasional cukup menggembirakan. Tanaman kopi telah lama dibudidayakan di Indonesia, yaitu sejak zaman penjajahan Hindia Belanda. Seiring dengan berjalannya waktu, maka tanaman kopi yang telah ada, lama kelamaan akan mengalami penuaan dan kerusakan kurangnya pemeliharaan.
Kondisi ini
sebagai akibat
akan menyebabkan terjadinya penurunan
produktivitas hasil tanaman. Produktivitas tanaman kopi menjadi rendah yaitu berkisar di bawah 500 kg/ha/tahun, Salah satu cara yang telah dilakukan pemerintah agar produktivitas tanaman kopi dapat ditingkatkan dan dipertahankan pada kondisi yang optimal adalah melalui kegiatan rehabilitasi pada tanaman tua dan tanaman yang rusak,yaitu dengan cara melakukan sambung pucuk secara langsung pada tanaman tua/mengalami kerusakan tersebut, atau dengan membongkar pertanaman tua/rusak tersebut dan mengganti dengan tanaman muda (bibit). Tanaman muda tersebut diperoleh dari berbagai metode pengembangan tanaman, salah satunya juga melalui teknik penyambungan Perkembangan metode sambung pada tanaman kopi diawali dengan metode sambung secara konvensional yaitu sambung pucuk sebagaimana dilakukan pada kebanyakan tanaman lain. Metode ini biasa dilakukan pada tanaman dalam fase bibit (tanaman muda). Benih/ tanaman yang akan digunakan sebagai bahan sambungan untuk batang bawah telah dipersiapkan terlebih dahulu, yaitu dengan cara menyemaikan benih di persemaian hingga usia tertentu hingga siap untuk disambung dengan batang atas berupa entres yang diambil dari kebun entres. Pada era tahun 90-an, beberapa penelitian dan percobaan tentang metode sambung akar pernah dilakukan. Teknik ini dilakukan dengan cara menyambung potongan batang (entres) dengan potongan akar tanaman kopi. Metode ini nampaknya kurang berkembang karena terdapat beberapa kelemahan, diantaranya adalah keterbatasan dalam penyediaan akar, apabila dilakukan dalam jumlah yang besar.
Tahapan perkembangan selanjutnya adalah metode sambung dini atau disebut juga dengan metode sambung fase serdadu. Metode ini menggunakan batang bawah dan batang atas pada stadium serdadu atau kepelan Penyambungan dilakukan menggunakan metode celah. Pada bagian atas dari batang bawah (± 5 cm di leher kepel) dibuat celah ± 1 cm. Bagian bawah dari batang atas (± 4 cm dari daun kepel disayat miring pada kedua sisinya sehingga membentuk huruf V. Batang disisipkan pada celah yang telah dibuat pada batang bawah. Bagian kambium batang atas dan batang bawah harus bersatu. Setidaknya salah satu sisi dari bidang pertautan batang atas dan batang bawah harus diusahakan lurus.
PERKEMBANGAN TEKNIK PENYAMBUNGAN PADA TANAMAN KOPI Seiring berjalannya
waktu,
tehnik penyambungan
tanaman
terus
mengalami
perkembangan yaitu dengan munculnya metode sambung setek. Prinsip utama pada metode ini adalah melakukan penyambungan 2 entres (batang bawah dan batang atas) terlebih dahulu, baru kemudian disemaikan pada bedeng persemaian. Entres untuk batang bawah dan batang atas diambil dari kebun entres yang telah ditetapkan. Metode ini mempunyai tingkat keberhasilan penyambungan yang cukup tinggi, namun masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya,yaitu penyediaan bahan entres kondisinya terbatas. Sambung Konvensional
Sambung Samping
Sambung Akar
Sambung Setek (Mini) Sambung Mikro
Sambung Dini
Sambung Setek
Gambar.1 : Diagram alur perkembangan teknik penyambungan pada tanaman kopi
Kebun entres kopi yang ada, kurang mampu memenuhi kebutuhan bahan entres dalam jumlah yang cukup banyak. Setelah entres dari suatu pohon diambil, maka membutuhkan waktu beberapa bulan untuk menghasilkan
kembali entres baru.
Dengan adanya kendala pada sambung setek tersebut di atas, kemudian munculah suatu metode baru untuk mengatasi kesulitan atau kendala pada ketersediaan bahan entres, yaitu dengan munculnya metode sambung setek mini atau disebut sebagai sambung mikro. Sambung mikro merupakan metode penyambungan stek (batang bawah) dengan stek (batang atas) untuk menggabungkan dua sifat unggul bahan tanam yang memiliki potensi genetis berdaya hasil tinggi. Entres yang digunakan untuk batang bawah
adalah entres dari klon anjuran yaitu klon BP 308 (kopi Robusta), sedangkan untuk batang atas dapat menggunakan klon anjuran Kopi Robusta (BP 42, BP 358, BP 436, BP 534, BP 936, BP 939, BP 409, dan SA 237) ataupun varietas anjuran dari Kopi Arabika (Sigararutang, Andungsari-1, AS 2K, dan Komasti) Teknis pelaksanaan dari metode sambung setek mini (sambung mikro) ini adalah: Menyiapkan entres untuk batang atas dan batang bawah yang diambil dari kebun entres khusus (kebun entres mikro).. Penyambungan dilakukan dengan sistem celah. Batang atas disayat menyerupai huruf V dan batang bawah di belah sepanjang 0,5 – 1 mm Daun batang bawah tidak boleh dihilangkan, tetapi disisakan 1-3 pasang daun. Daun batang atas dikupir (dipotong sebagian). Usahakan batang bawah dan batang atas besarnya sama. Apabila ukuran batang atas dan batang bawah tidak sama, maka salah satunya harus lurus. Sambungan diikat dengan tali (rafia, benang goni, pelepah pisang, mending, atau plastik). Sambungan diberi sungkup kantung plastik trasparan, pangkal sungkup diikat agar kelembaban dan penguapan terkendali serta air tidak masuk. Panyambungan harus dilakukan dengan cepat, cermat, dan bersih Selama ± 2 minggu setalah sambung harus dihindari dari penyinaran matahari langsung.
Gambar.2 : Proses pelaksanaan penyambungan entres dan penanaman di bedengan.
Gambar.3 : Penyungkupan bedengan dengan plastik transparan
Sambungan diberi sungkup kantung plastik trasparan, pangkal sungkup diikat agar kelembaban dan penguapan terkendali serta air tidak masuk. Pengamatan hasil sambungan dilakukan setelah dua minggu, apabila warna tetap hijau berarti sambungan berhasil dan apabila berwarna hitam berarti gagal. Sungkup dibuka/dilepas apabila tunas yang tumbuh cukup cukup besar. Tali ikatan dibuka apabila pertautan telah kokoh dan tali ikatan mulai mengganggu pertumbuhan batang. Tunas yang tumbuh dari batang atas dipelihara satu yang paling sehat dan kekar. Pemilihan dilakukan setelah tunas tumbuh cukup besar.
Gambar.4 : Tanaman muda hasil sambung entres yang telah jadi
PEMBAHASAN Sambung setek (sambung mikro) untuk menghasilkan benih tanaman kopi telah dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) Jember. Berdasarkan hasil diskusi penulis dengan petugas PPKKI pada saat melaksanakan Sertifikasi benih kopi, disebutkan bahwa metode ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan metode sambung setek sebelumnya. Pada sambung mikro ini hanya membutuhkan waktu selama 3 (tiga) bulan untuk menyediakan benih siap salur. Entres batang bawah diambil dari kebun entres mini (mikro), yaitu berupa blok/ bedengan (dalam sungkup) yang secara berkala tunas mudanya diambil untuk digunakan sebagai batang bawah. Setelah pengambilan entres, sungkup pada bedeng ditutup kembali. Perlakuan ini dimaksudkan untuk merangsang agar tunas baru segera muncul. Hasil pengamatan sementara petugas yang menangani kebun/bedeng tersebut, bahwa dengan penyungkupan yang dilakukan akan menyebabkan perakaran benih hasil sambung setek dapat tumbuh dengan sangat cepat yaitu pada 2 minggu setelah tanam. Klon yang digunakan adalah dari jenis kopi robusta klon BP308. Entres untuk batang atas diperoleh dari kebun entres mini (tanpa sungkup) yang berlokasi disekitar bedeng persemaian. Kebun entres berupa tanaman (mini) yang secara berkala diambil entresnya dan digunakan sebagai bahan baku sambung mikro. Metode ini masih terdapat kelemahan,yaitu dalam pelaksanaannya membutuhkan tenaga penyambung yang berpengalaman/ ahli. Jika penyambungan dilakukan oleh tenaga
penyambung
yang belum berpengalaman
maka
tingkat
keberhasilan
penyambungan akan sangat rendah. Beberapa klon yang telah digunakan sebagai batang atas untuk sambung entres oleh PPKKI Jember adalah klon Sigarar Utang, AS2K, Andungsari-1,Komasti dll.
PENUTUP Dengan adanya perkembangan yang terjadi pada metode perbanyakan tanaman secara vegetatif melalui teknik sambung setek maka dibutuhkan kehadiran standar mutu benih untuk hasil pembenihan tanaman kopi dengan metode baru tersebut. Standar mutu benih yang telah ada (metode konvensional) kurang sesuai apabila diterapkan pada benih sambung setek ini. Standar mutu benih untuk metode sambung setek tersebut akan sangat mendukung pelaksanaan kegiatan sertifikasi benih yang dilakukan oleh institusi pengawasan mutu benih
PUSTAKA Anonim. 2010. Profil Tanaman Kopi (Coffea Sp). Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Anonim. 2014. Budidaya Kopi Yang Baik, Permentan No. 49/ Permentan / OT.140/4/2014. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Anonim. 2004. Pedoman Teknis Pembangunan Kebun Induk Kopi dan Kebun Entres Kopi Arabika dan Kopi Robusta, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian. Jakarta.