PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH DASAR NEGERI 004 DESA SUNGAI JALAU KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR Oleh: RizkaGusmarlinda/1101112414
[email protected] Pembimbing: Drs. Jonyanis, M.Si Jurusan Sosiologi - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Pekanbaru Kampus Bina Widya Jl HR Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293 Telp/Fax. 0761-6377 ABSTRAK Hidup sehat merupakan suatu hal yang seharusnya memang diterapkan oleh setiap orang, mengingat manfaat kesehatan yang sangat penting bagi setiap manusia, mulai dari konsentrasi dalam beraktivitas serta bekerja dalam kehidupan seharihari tentu memerlukan kesehatan. Agar terwujudnya kesehatan perlu pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan dari sedini mungkin, agar pembinaan dan bimbingannya mudah diterapkan secara terus menerus demi kelngsungn hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial individu atau kelompok dalam masyarakat. Adapun penerapan dengan cara pelaksanaan 9 indikator perilaku hidup bersih dan sehat serta pengawasan sosial perilaku hidup bersih dan sehat disekolah.Penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 004 Desa Sungai Jalau Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar. Penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 004 dengan jumlah populasi yaitu semua pelaksana sekolah sebagai subjek penelitian. Serta dengan teknik pengambilan sampel adalah Cluster Sampling yaitu jumlah sampel 58 orang. Dengan analisis data penelitian disekolah adalah Kuantitatif Deskriftif. Pembinaan dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat disekolah telah aktif baik pelaksanaan dan pengawasan yang telah dilakukan. Sekolah yang mana murid telah mampu dan berprestasi dalam menerapkan sekolah berperilaku hidup bersih dan sehat. Mayoritas murid telah menerapkan dari pelaksanaan peilaku hidup bersih dan sehat serta pengawasan sosial perilaku hidup bersih dan sehat yang telah diterapkan pengaturannya di sekolah. Kata Kunci: Perilaku Bersih, Perilaku Sehat, Analisis Kuantitatif
Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
Page 1
CLEAN AND HEALTY BEHAVIOR IN A PUBLIC ELEMENTARY SCHOOL DISTRICS 004 VILLAGES JALAU KAMPAR RIVER NORTH DISTRIC KAMPAR By : Rizka Gusmarlinda/1101112414
[email protected] Counsellor: Drs. Jonyanis, M.si Sociology Major The Faculty Of Social Science And Political Science University of Riau, Pekanbaru Campus Bina Widya At HR Soebrantas Street Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru 28293 Telp/Fax 0761-63272 ABSTRACT Healthy living is a matter that should indeed be applied by everyone, considering the health benefits are very important for every human being, from the concentration in the move and work in everyday life would require health. For the realization of necessary health coaching clean and healthy life behavior with applied from as early as possible, so that the coaching and guidance easily applied continuously for survival, growth and development of physical, mental, and social individuals or groups in society. This study aims to investigate the implementation of nine indicators Clean and Healthy Behavior and social supervision of clean and healthy lifestyle. Research conducted at the State Primary School 004 Desa Sungai Jalau Kecamatan Kampar Utara KabupatenKampar. The population in this study were all in the implementation of the State Primary School which used 004 subjects in the study. And a sampling technique is to cluster sampling with total sample of 58 people. Analysis of the data in this study is quantitative descriptive. The results showed that educators have been active in the implementation and supervision of Clean and Healthy Behavior on schools and pupils. The level of knowledge the students in knowing and applying the Clean and Healthy Behavior is already high. The majority of students have had the awareness to implement the implementation of Clean and Healthy Behavior and adhere to social supervision applied cadres in schools. Keywords: Behavior Clean, Behavior Healthy, Analysis Quantitative
Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
Page 2
PENDAHULUAN Hidup sehat merupakan suatu hal yang seharusnya memang diterapkan oleh setiap orang, mengingat manfaat kesehatan yang sangat penting bagi setiap manusia, mulai dari konsentrasi dalam beraktivitas serta bekerja dalam kehidupan sehari-hari tentu memerlukan kesehatan. Agar terwujudnya kesehatan perlu pembinaan perilaku hidup bersih dan sehat dengan diterapkan dari sedini mungkin, agar pembinaan dan bimbingannya mudah diterapkan secara terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial individu atau kelompok dalam masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 membagi beberapa indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Lembaga Pendidikan (Sekolah), yaitu: 1. Mencuci tangan menggunakan sabun 2. Mengonsumsi makanan dan minuman sehat 3. Menggunakan jamban sehat 4. Membuang sampah ditempat sampah 5. Tidak merokok 6. Tidak mengonsumsi narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) 7. Tidak meludah disembarangan tempat 8. Memberantas jentik nyamuk Salah satu cara mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu melalui pendidikan. Pendidikan selain dapat mengatasi krisis ekonomi juga merupakan human investman, karena tiap hari manusia Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
tidak lepas dari ritual pendidikan. Pendidikan tidak bisa lepas dari ritual pendidikan karena pendidikan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan karena sebagai bentuk peradaban dan pendidikan adalah masa depan. Pendidikan dapat mengubah mindset budaya, kesadaran perasaan, dan hati nurani bangsa. Sekolah Dasar Negeri 004 merupakan salah satu sekolah yang ada di Desa Sungai Jalau, Kecamatan Kampar Utara, Kabupaten Kampar. Keberadaan sekolah sangat diperlukan oleh masyarakat apalagi orang tua dari anak-anak yang telah waktunya menduduki bangku Sekolah Dasar, karena sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan murid untuk mencapai tujuan pendidikan diantaranya adalah menjadi manusia yang berbudi pekerti atau berakhlak luhur. Visi dan Misi SD Negeri 004 Sungai Jalau Kec. Kampar Utara: Melalui pendidikan tingkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 004 Sungai Jalau. 1. Memperluas kesempatan masyarakat untuk mengikuti pendidikan Sekolah Dasar 2. Meningkatkan mutu pendidikan dan fasilitas pada SD melalui sumber dana pemerintah dan masyarakat 3. Mempersiapkan anak didik untuk melanjutkan pada SLTP benarbenar berkualitas 4. Menciptakan peserta didik yang berpotensi pada IMTAQ dan IPTEK Berdasarkan keterangan diatas, saya sebagai penulis tertarik Page 3
untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan meneliti/mengangkat judul tentang: “PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI SEKOLAH DASAR NEGERI 004 DESA SUNGAI JALAU KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR” TINJAUAN PUSTAKA Sistem Sosial Sistem sosial adalah suatu keseluruhan dari unsur-unsur sosial yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain dan saling pengaruhmempengaruhi dalam kesatuan. Bentuk pembagian peraturan/pelaksanaan prosedurprosedur yang saling berhubungan, untuk menjalankan fungsi masingmasing untuk menghasilkan atau menyelesaikan sesuatu yang menjadi sasaran bersama. Talcot Parson mengemukakan teori sistem sosial (dalam Dadang, 2011:126) terdiri dari sejumlah aktor-aktor individual yang saling berinteraksi dalam situasi yang sekurang-kurangnya mempunyai aspek lingkungan atau fisik, aktor-aktor yang mempunyai motivasi dalam arti mempunyai kecenderungan untuk mengoptimalkan kepuasan yang hubungannya dengan situasi mereka didefinisikan dan dimediasi dalam term system simbolik bersama yang terstruktur secara cultural. Kunci masalah yang dibahas pada sistem sosial ini meliputi aktor, interaksi, lingkungan, optimalisasi, kepuasan, dan cultural. Bentuk dari sistem sosial yang mempengaruhi pelaksanaan dan Pengawasan Sosial Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SD Negeri 004
Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
Desa Sungai Jalau Kec.Kampar Utara Kabupaten Kampar: 1. Bentuk atau keadaan bangunan sekolah: Adapun tingkat-tingkat penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di Sekolah Dasar Negeri 004, yang terdiri dari: Jumlah bangunan sekolah, yaitu: 8 pembagian kelas belajar,1 ruangan guru, 1 tata usaha, 1 perpustakaan, 1 UKS, 2 WC/KM guru, 4 WC/KM murid, 1 aula pertemuan, 1 mushola, 1 rumah penjaga sekolah: Kebersihan dan ventilasi ruangan belajar dan ruang UKS. Yang terdiri dari: Fasilitas Sanitasi Kontruksi bangunan 2. Fasilitas Sekolah Perilaku yang menyangkut penerapan tersebut termasuk tersedianya sarana dan prasarana. Seseorang yang sudah mau berperilaku tertentu tidak pernah mempraktekkan perilaku karena tidak adanya kemampuan secara prasarana. Misal nya, murid yang mau membuang hajat (air besar) di jamban tidak kunjung melakukan itu karena bergiliran atau antri dengan teman ataupun kurang fasilitas, seperti: air atau peralatan pada WC/KM. 3. Lokasi Sekolah Lokasi Sekolah, yang mana lokasi menentukan proses belajar mengajar yang aktif sebagaimana telah disusun pada kurikulum yang telah ditata oleh pelaksana sekolah, sebab itu sekolah membutuhkan keaktifan demi terlaksana sekolah yang bersih dan sehat, sekolah mempunyai beberapa bentuk pelaksanaan yang harus diwujudkan dalam penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Di antaranya, setiap pagi membersihkan pekarangan Page 4
sekolah yang daun dari pohon yang ada di sekolah, mensosialisasikan terhadap murid untuk tidak membuang sampah dan hajat di pekarangan sekolah. 4. Pendapatan/pekerjaan orang tua murid Pendapatan orang tua sangat diperlukan untuk menentukan besar kecilnya pemenuhan kebutuhan para murid dalam berperilaku hidup bersih dan sehat, pemenuhan kebutuhan kesehatan dan kebutuhan hidup bersih yang dibutuhkan bagi anak untuk menerapkan perilaku tersebut. Dimana orang tua di tuntut untuk mampu mencakupi makanan sehat (4 sehat 5 sempurna) yang menunjang kesehatan anak serta anak berpakaian bersih dan rapi ke sekolah. 5. Jumlah saudara murid Jumlah saudara murid menentukan tingkat penerapan dan pemahaman murid serta orang tua akan mudah untuk mempraktekkan perilaku bersih dan perilaku sehat terhadap anak. Di sekolah, guru akan lebih mudah menerapkan PHBS karena anak telah terdidik dan mempunyai kebiasaan PHBS lebih tinggi. 6. Pendidikan orang tua Notoatmodjo (2003:67), tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan individu. Pendidikan orang tua menentukan bagaimana carapembinaan PHBS terhadap anak bahwa pentingnya menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. 7. Pelaksanaan dan Pengawasan di Sekolah Penerapan Sekolah terhadap program kesehatan yang diterapkan mulai diperkenalkan melalui sosialisasi kepada para murid oleh para pendidik sekolah yaitu Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan, agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan dilingkungan sekolah. Sosialisasi Sosialisasi adalah proses alamiah yang membimbing individu untuk mempelajari, memahami dan mempraktikkan nilai-nilai, normanorma, pengetahuan serta keterampilan yang dimiliki oleh anggota disekolah, sosialisasi memiliki urgensi yang begitu kuat terhadap keberlangsungan pendidikan bagi individu sebagai anggota sekolah. Menurut George Herbert Mead (dalam Sunarto, 2007:30), Mead menguraikan sosialisasi di mulai pada tahap pengembangan diri (self) manusia, diri manusia berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota lain, yaitu mempelajari beberapa peran-peran atau suatu proses yang dinamakan pengambilan peran (role taking) yaitu tahap-tahap play stage, game stage, generalized other. Peter L. Berger (dalam Syarbaini, 2009:118) memberikan penjabaran tentang agen-agen sosialisasi didalam masyarakat, agen sosialisasi merupakan bagian dari pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi. Ada beberapa agen sosialisasi utama, yaitu: keluarga, teman bermain, sekolah, media massa. Fuller dan Jacobs (dalam Narwoko 2011:168-208) membagi empat agen-agen sosialisasi atau pihak yang melaksanakan sosialisasi:
Page 5
keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan. Adapun sosialisasi di Sekolah, dalam agen ini seseorang mempelajari beberapa hal baru untuk mempersiapkan penguasaan peranperan baru dikemudian hari di kala seseorang tidak tergantung lagi pada orang tuanya. Robert Dreeben (dalam Narwoko 2011) berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah di samping membaca, menulis dan berhitung adalah aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement),universalisme(univers alim) dan spesifitas (specificity). Pengawasan Sosial Pengawasan sosial merupakan cara atau sarana yang digunakan untuk mengendalikan tingkah laku warga sekolah agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah yang berlaku didalam lingkungan sekolah. Peter L. Berger pengawasan sosial (dalam Narwoko 2011:25) adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota yang membangkang. Roucek & Warren (dalam Ritzer. 2007:35) pengawasan sosialadalah proses yang terencana atau tidak terencana untuk mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai-nilai kelompok tempat mereka tinggal. Roucek mengemukakan pengawasan sosial (dalam Ritzer 2007:92-93) sebagai suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana atau tidak untuk mengajar individu agar dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan dan nilai kelompok tempat mereka tinggal Soekamto (2007:20) pengawasan sosial adalah suatu proses baik yang direncanakan atau Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
tidak, yang bertujuan untuk mengajak, membimbing bahkan memaksa agar mematuhi nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang berlaku. Konsep Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di SD Negeri 004 Perilaku adalah suatu respon sekolah terhadap stimulus yang berkaitan dengan kebersihan dan kesehatan yaitu sistem lingkungan, pelayanan kesehatan, serta makanan. Respon atau reaksi para murid bersifat fasif (pengetahuan, persepsi dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata) Menurut Machfoed (2005) perilaku sehat adalah perilaku yang didasarkan oleh prinsip-prinsip kesehatan. Perilaku terhadap perilaku pelayanan kesehatan, pada murid sakit ada beberapa tindakan atau perilaku muncul, antara lain: a. Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan oleh guru di sekolah pada usaha kesehatan sekolah dengan jenis obat yang ada pada p3k sesuai dengan sakit yang diderita pada murid yang bersangkutan b. Mencari penyembuhan atau pengobatan ke fasilitas pelayanan kesehatan/puskesmas, apabila demam murid tidak bisa reda. c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour) yaitu respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan d. Perilaku bersih yaitu perilaku terhadap lingkungan merupakan respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kebersihan sekolah.
Page 6
Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Dasar Negeri 004: di dalam tubuh yang sehat terdapat otak yang cerdas. 1. Mengonsumsi makanan dan minuman sehat dikantin sekolah 2. Membuang sampah ditempat sampah 3. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 4. Buang air besar dan buang air kecil dijamban sekolah 5. Tidak merokok 6. Tidak mengonsumsi narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA) 7. Tidak meludah di semberangan tempat 8. Memberantas jentik nyamuk secara rutin 9. Penjaskes (Olahraga teratur) Pengawasan Sosial Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah Pengawasan Sosial adalah sistem pengendalian untuk mengajar individu untuk menerima sistem maupun proses yang dijalankan oleh sekolah sesuai dengan peraturan yang berlaku di Sekolah. Pengawasan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah di lakukan dalam bentuk pembinaan dan penerapan yaitu oleh beberapa kader yang mengawasi PHBS di Lembaga Pendidikan atau Sekolah, adapun kader yang mengawasi PHBS di Sekolah Dasar Negeri 004: 1. Guru/Pendidik 2. Puskesmas 3. Kader Kecamatan dibantu Kader Desa 4. Kader Dinas Kesehatan Kampar Utara
Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
Kerangka Berpikir dan Konsep Operasional Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan suatu perilaku yang diawali melalui kebiasaan dan diterapkan sejak dini terhadap anakanak. Diterapkan dengan cara sosialisasi pada keluarga serta dengan adanya sosialisasi atau didukung penerapan oleh lembaga pendidikan atau sekolah. Berikut bagan dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diSekolah Dasar Negeri 004, yaitu: Program PHBS
SD Negeri 004 Sungai Jalau
Pelaksanaan PHBS
Pengawasan Sosial PHBS di Sekolah
1. Mengonsumsi makanan sehat 2. Membuang sampah 3. Mencuci tangan 4. Menggunakan jamban sehat 5. Tidak merokok 6. Tidak mengonsumsi NAPZA 7. Tidak meludah 8. Memberantas jentik nyamuk 9. Penjaskes teratur
Pendidik/Guru
Puskesmas
Desa/Kecamatan
Dinas Kesehatan
Gambar 1.Kerangka Berpikir
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 004 Desa Sungai Jalau Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar. Page 7
Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pelaksanaan di Sekolah Dasar Negeri 004 yang dijadikan subjek dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel adalah dengan Cluster Sampling yaitu dengan pengelompokkan jumlah responden. Responden yang peneliti ambil adalah murid kelas 4 - 5 dan 6. Hal itu dikarenakan tingkat intensitas murid kelas 4 – 5 dan 6 lebih banyak melaksanakan dan murid telah memahami dan mengerti bagaimana pelaksanaan dan pengawasan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang telah diterapkan pendidik di sekolah, di bandingkan dengan kelas 1 - 2 dan 3. Adapun jumlah reponden sebanyak 58 siswa. Analisis Data Analisis data yang dilakukan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah yang diperoleh baik dari pembagian angket, dari pengamatan ataupun sumber lainnya yang disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan karakteristik masing-masing data. Kemudian analisis data dalam penelitian ini bersifat Kuantitatif Deskriftif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden 1. Identitas responden berdasarkan umur dalam penelitian ini terdiri dari 8 responden atau 13,79% berumur 9 tahun, 19 responden atau 32,76% berumur 10 tahun, 13 responden atau 22,41% berumur 11 tahun dan 11 responden atau 18,97% berumur 12 tahun selanjutnya 7 responden atau 12,07% berumur 13 tahun.
Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
2. Jumlah saudara responden dalam penelitian ini yang paling banyak berjumlah <2 orang yaitu 22 responden atau 37,93% dan jumlah saudara responden 4 – 6 orang yaitu 20 responden atau 34,48%.Selanjutnya jumlah saudara <6 orang yaitu 16 responden atau 27,59%. 3. Tingkat pendapatan orang tua responden dalam penelitian ini adalah diatas rata-rata atau sudah mampu dan memiliki tingkat ekonomi yang cukup baik. Orang tua responden yang berpenghasilan lebih dari 5 juta berjumlah 17 responden atau 50,00% lebih dari 2 juta berjumlah 12 responden atau 20,69%. Selanjutnya orang tua responden yang berpenghasilan antara 2 - 5 juta berjumlah 29 responden atau 50,00%. 4. Tingkat pendidikan orang tua responden dalam penelitian yaitu 6 responden atau 10,34% tamatan Sekolah Dasar, 14 responden atau 24,14% tamatan Sekolah Menengah Pertama dan 21 responden atau 36,21% menamatkan Sekolah Menengah Atas selanjutnya 17 responden atau 29,31% lulus Perguruan Tinggi. Pelaksanaan 9 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Adapun cara pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat oleh pelaksana sekolah, yaitu: 1. Mengonsumsi atau membeli makanan dan minuman sehat Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden mengonsumsi atau membeli makanan dan minuman di sekolah terdapat berbagai tempat untuk memperoleh atau membeli di sekolah yaitu membeli jajanan pada Page 8
kantin sekolah sebanyak 27 responden atau 44,6%. Responden yang mengonsumsi makanan dan minuman sehat telah menyadari bahwa membeli makanan dan minuman sehat di sekolah pada kantin agar kesehatan selalu terjaga, mereka mengaggap bahwa dengan mengonsumsi makanan dan minuman sehat dapat membuat daya tahan tubuh kuat dan terhindar dari penyakit-penyakit yang menyerang tubuh. Selanjutnya responden yang jarang (membeli makanan dan minuman pada pedagan asongan 18 responden atau 31,0 % responden menganggap makanan dan minuman lebih rasa dan bentuknya serta lebih murah di dapat. Sedangkan responden membeli makanan dan minuman pada pedagang asongan terdapat 13 responden atau 22,4%, bisa memilih makanan dan minuman yang memiliki banyak variasi bentuk dan rasa. 2. Membuang Sampah Pada Tempatnya Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden memilih membuang sampah pada tong sampah, terdiri dari 32 responden atau 55,2% responden telah menyadari membuang sampah pada tempat yang telah disediakan disekolah. Sedangkan jumlah responden yang membuang sampah pada kelas belajar terdiri dari 17 responden atau 29,3%, responden membuang sampah pada kelas karena tidak sempat atau melaksanakan kegiatan dan tugas didalam kelas sedagkan responden membuang sampah pada pekarangan sekolah berjumlah 9 responden atau 15,2%, responden membuang sampah pada pekarangan disebabkan responden membeli Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
makanan dan minuman atau kegiatan lain dipekarangan sekolah. Jadi, secara langsung sampah tidak sengaja ada pada pekarangan sekolah. 3. Mencuci Tangan dengan Sabun Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang sering melakukan kegiatan mencuci tangan dengan sabun setelah melakukan aktifitas berjumlah paling tinggi yaitu 27 responden atau 46,6%, responden yang selalu mencuci tangan dengan sabun, hal itu harus dilakukan agar terhindar dari bakteri-bakteri jahat yang dapat menimbulkan penyakit dalam tubuh, terlebih lagi setelah berolahraga (penjaskes). Selanjutnya untuk responden yang kadang-kadang mencuci tangan dengan sabun berjumlah 21 responden atau 36,2 %, responden kadang-kadang melakukan aktifitas mencuci tangan dengan sabun terkadang lupa mencuci tangan dengan sabun setelah beraktifitas ada saja yang menanggapi bahwa mencuci tangan dengan sabun setelah memegang yang kotor saja seperti membuang sampah, gotong royong. Selanjutnya untuk yang tidak mencuci tangan dengan sabun atau dalam hal ini responden yang hanya mencuci tangan dengan air saja berjumlah 10 responden atau 17,2%, responden hanya mencuci tangan dengan sabun karena merasa yakin mencuci tangan dengan air saja sudah membuat tangan menjadi bersih dan terhindar dari kuman. 4. Menggunakan Jamban Sehat Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang menggunakan jamban sehat dalam membuang hajat atau air kecil (seni) berjumlah 36 responden atau 62,1%, Page 9
responden yang menggunakan jamban sehat (WC/KM) disebabkan menggunakan jamban sehat (WC/KM) sangat penting untuk menjaga kesehatan diri maupun lingkungan, selain itu dengan adanya jamban sehat maka kebersihannya juga akan terjaga serta lebih nyaman. Selanjutnya, untuk responden yang kurang menggunakan jamban sehat berjumlah 12 responden atau 20,7% alasan kurang tersedianya fasilitas disekolah yaitu jumlah WC/KM dengan masalah jumlah pelaksana sekolah yang memerlukan MCK pada WC/KM yang belum mencukupi dan antri disekolah. 5. Tidak Merokok Dari hasil penelitian diketahui bahwaresponden yang tidak merokok berjumlah 58 responden atau 100%. Dapat dilihat bahwa jumlah responden disekolah terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan distribusi responden tidak merokok telah tinggi disebabkan dari jumlah 58 responden memberikan jawaban tidak pernah merokok. 6. Tidak Mengonsumsi NAPZA Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang tidak mengkonsumsi narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) berjumlah 58 responden atau 100%. Dapat dilihat bahwa jumlah responden disekolah terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan distribusi responden tidak mengkonsumsi NAPZA dapat dilihat telah tinggi disebabkan dari jumlah 58 responden tidak pernah memakai atau menggunakan NAPZA.
Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
7. Tidak Meludah disemberangan Tempat Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden tidak meludah pada semberangan tempat telah tinggi dengan jumlah 33 responden atau 56,9% hal ini terlihat bahwa tingkat responden tidak meludah semberangan tempat di sekolah telah tinggi. Selanjutnya, untuk responden pernah meludah pada semberangan tempat berjumlah 16 responden atau 27,6%. Selanjutnya untuk responden yang sering meludah pada semberangan tempat berjumlah 9 responden atau 15,5%, responden beralasan bahwa sering meludah disebabkan tidak sempat meludah pada WC atau Kamar Mandi ataupun pada tong sampah yang ada pada sekolah. 8. Memberantas Jentik Nyamuk Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang sering melakukan kegiatan memberantas jentik nyamuk berjumlah 38 responden atau 65,5% . Responden yang sering melakukan kegiatan memberantas jentik nyamuk, agar lingkungan sekitar terhindar dari penyakit yang berasal dari nyamuk seperti malaria dan demam berdarah dengue (DBD) Selanjutnya, untuk responden yang jarang melakukan kegiatan memberantas jentik nyamuk berjumlah 20 responden atau 34,5%. Responden yang jarang melakukan kegiatan memberantas jentik nyamuk karena kesibukan kegiatan lain (mengikuti kegiatan atau organisasi disekolah) sehingga merasa tidak sempat untuk melakukan kegiatan memberantas jentik nyamuk. Namun diantara responden menyadari akan pentingnya memberantas jentik nyamuk tersebut.
Page 10
9. Penjaskes (Olahraga) Dari hasil penelitian diketahui bahwa untuk responden yang sering melakukan aktivitas penjaskes berjumlah 33 responden atau 56,9%. Responden yang telah melakukan aktivitas penjaskes menanggapi bahwa kegiatan dilakukan agar fisik terjaga dengan baik. Sedangkan responden yang melakasanakan penjaskes kadangkadang berjumlah 19 responden atau 32,8%, responden yang melakukan aktivitas fisik seperti penjaskes ini mempunyai kegiatan lain atau kesibukan belajar atau kegiatan lain disekolah menjadi penghalang bagi responden sehingga kadang melaksanakan kegiatan penjaskes selanjutnya responden yang tidak terarur melaksanakan penjaskes berjumlah 6 responden atau 10,3% responden menanggapi bahwa penjaskes bukan kegiatan penting didahulukan untuk dilakukan dan memilih kegiatan atau organisasi lain disekolah. Pengawasan Sosial Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Pengawasan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Guru Dari hasil penelitian diketahui bahwa 34 responden atau 58,62% pengawasan oleh guru melalui kurikulum dengan alasan pengawasan sosial perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah yang menjadi pengawasan utama (pokok) yaitu melalui kurikulum (mata pelajaran) terhadap murid. Selanjutnya 13 responden atau 22,41% pengawasan guru melalui ekstrakurikuler pada setiap pergantian semester diadakan lomba perilaku hidup bersih dan perilaku hidup sehat misal: melalui penjaskes. Selanjutnya 11 responden atau Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
18,97% memilih pembinaan PHBS melalui UKBM yaitu melalui usaha kesehatan sekolah. UKBM yaitu usaha yang ada di sekolah dalam permasalahan atau tempat (wadah) untuk murid dalam sakit penyakit atau kebersihan murid di Sekolah. 2. Pengawasan PHBS oleh Puskesmas Dari hasil penelitian diketahui bahwa23 responden atau 39,86% memilih usaha kesehatan sekolah atau imunisasi anak pada pembinaan kader puskesmas, dan dokter kecil atau PMR terdiri dari 18 responden atau 31,03% serta penilaian sekolah sehat terdiri dari 17 responden atau 29,31%. Jadi, telah terlihat bahwa pengawasan PHBS kader puskesmas sudah bisa digolongkan telah mampu menerapkan pengawasan dalam bentuk pembinaan terhadap murid kepada sekolah. Hal ini dapat dilihat dari responden, yang telah memberikan jawabannya terhadap pengawasan PHBS puskesmas. 3. Pengawasan PHBS oleh Kecamatan (dibantu Kader Desa) Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdiri dari 30 responden atau 51,72% pengawasan atau pembinaan PHBS oleh kader Kecamatan yaitu pemberian makanan sehat, dapat di lihat bahwa kader telah melakukan atau mensosialisasikan makanan sehat. Disebabkan bahwa murid telah menyadari dan menerapkan mengonsumsi makanan sehat, sosialisasi yang dilakukan memberikan gambaran bahwa makanan sehat yang dikonsumsi sangat berpengaruh baik untuk kesehatan, pertumbuhan maupun dalam prestasi belajar. Responden yang memiliki pernyataan penilaian sekolah bersih Page 11
sebanyak 28 responden atau 48,28%, responden memilih penilaian sekolah bersih disebabkan penilaian sekolah bersih dilakukan oleh kader dari Kecamatan, yang dilakukan setiap pergantian semester yaitu dengan kriteria penilaian sekolah sehat di Lembaga Pendidikan, sedangkan sosialisasi dan pembinaan terbagi atas pembinaan dari kader Puskesmas di sekolah yaitu Usaha Kesehatan Sekolah. 4. Pengawasan PHBS oleh Kader Dinas Kesehatan Kampar Utara Kader Dinas Kesehatan Kampar Utara: mensosialisasikan terhadap kader yang melaksanakan dan mengawasi PHBS di sekolah serta menerima laporan sekolah dasar yang ber-PHBS tinggi atau baik selanjutnya untuk dilanjutkan SD PHBS baik tersebut ketingkat SD PHBS ketingkat kecamatan lain. Pengawasan sosial PHBS oleh Kader Dinas Kesehatan hanya meninjau ke lokasi sekolah dan sosialisasi bersama kader yang mengawasi PHBS di sekolah, serta laporan dari kader yang telah melaksanakan pembinaan dan penerapan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat di tatanan Sekolah Dasar. Peraturan PHBS di Sekolah 1. Sanksi dari Peraturan PHBS di Sekolah Dari hasil penelitian diketahui bahwa bentuk peraturan PHBS di Sekolah telah baik atau tinggi, hal ini dapat dilihat dalam usaha pencegahan terhadap pelanggaran yang di lakukan murid apabila melanggar peraturan PHBS yang telah di cantumkan guru. Peraturan yang telah di cantumkan mendorong murid agar mempunyai kesadaran tinggi pentingnya menerapkan PHBS untuk sekarang Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
dan masa yang akan datang. Peraturan dilakukan setelah terjadi pelanggaran atau mengancam sanksi, cara penjatuhan sanksi terhadap pelanggar dan penyimpang aturanaturan yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat bahwa 38 responden atau 65,52% responden telah mematuhi peraturan PHBS di sekolah dengan baik. Bentuk peraturan bagi melanggar ketentuan indikator PHBS, yaitu: pemberian nasehat oleh pendidik terhadap murid. 15 responden atau 25,86% responden mematuhi peraturan PHBS di Sekolah telah cukup baik dengan peraturan membersihkan WC/pekarangan sekolah serta 5 responden atau 8,62% mematuhi peraturan PHBS di Sekolah kurang baik yaitu penjatuhan peraturan memanggil orang tua murid, hal ini disebabkan responden memiliki hambatan dalam pelaksanaan PHBS seperti masalah kurangnya fasilitas disekolah, penghasilan (ekonomi) orang tua murid, pendidikan orang tua dan sosialisasi. 2. Tidak mematuhi peraturan PHBS di Sekolah Dari hasil penelitian diketahui bahwa 44 responden atau 75,86% mengetahui sanksi tidak mematuhi pelanggaran Peraturan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah dan telah memahami dan menerapkan PHBS di sekolah. Sedangkan 14 responden atau 24,14% kadang mematuhi indikator PHBS di Sekolah, responden melanggar peraturan PHBS di Sekolah disebabkan responden selain kurang memiliki kesadaran menerapkan, juga disebabkan kurangnya fasilitas sekolah (antri buang air kecil atau seni dan buang air besar di WC/KM), pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, dan Page 12
mensosialisasikan/mendidik anak perilaku hidup bersih dan sehat di keluarga. Pengawasan sosial PHBS Guru terhadap Orang Tua Murid Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengawasan perilaku hidup bersih dan sehat pendidik terhadap orang tua murid yaitu 16 responden atau 27,59% sosialisasi PHBS pendidik terhadap wali murid dengan cara pembinaan lingkungan sehat selanjutnya pelayanan kesehatan sebanyak 14 responden atau 24,14% serta program pendidikan PHBS sebanyak 28 responden atau 48,28%. Proses sosialisasi pendidik terhadap orang tua murid untuk menerapkan PHBS terhadap anak selain untuk menjaga perilaku bersih dan sehat anak perilaku PHBS mempengaruhi prestasi belajar anak. Jadi, dari proses sosialisasi PHBS terhadap orang tua murid, membutuhkan proses jangka waktu yang menentukan orang tua murid lama mengetahui program dan menerima program yang telah diterapkan tergantung tingkat keaktifan dalam mencari dan menerima arahan yang di berikan pendidik/guru. Penerapan peraturan PHBS di Keluarga Dari hasil penelitian diketahui bahwa berbagai bentuk sanksi anak tidak menjalani perilaku hidup bersih dan sehat di keluarga yaitu terdapat berbagai cara pengawasan yang dilakukan orang tua responden dalam mengawasi perilaku hidup bersih dan sehat di keluarga, yaitu sanksi menyapu rumah terdiri dari 19 responden atau 32,76% dan 13 responden atau Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
22,41% yaitu orang tua atau wali murid memberikan sanksi di keluarga terhadap anak membersihkan WC/KM. Selanjutnya 16 responden atau 27,59% dalam bentuk sanksi PHBS di Keluarga yaitu membuang sampah, selanjutnya 10 responden atau 17,24% dalam bentuk sanksi lain yaitu dengan memberikan contoh bentuk sanksi oleh orang tua atau wali murid berupa membantu orang tua memasak, menyuci atau kegiatan bersangkutan membantu kegiatan orang tua di rumah atau keluarga. Kegiatan dalam bentuk sanksi ini dijalankan agar anak memiliki kesadaran dan menerapkan PHBS serta agar anak terlatih dan kesadaran tinggi menerapkannya. Bukan saja menerapkan dalam keluarga tetapi bukan saja menerapkan di sekolah juga menerapkan pada setiap lingkungan dimana pun untuk sekarang dan masa yang akan datang. Peraturan PHBS didalam Keluarga Dari hasil penelitian diketahui bahwa peraturan perilaku hidup bersih dan sehat di dalam keluarga sudah baik (tinggi) dan telah dilakukan pengawasan sosial orang tua agar anak menyadari pentingnya penerapan PHBS, 45 responden atau 77,59% orang tua responden telah melaksanakan peraturan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah, orang tua murid telah memiliki kesadaran mengenai penerapan untuk anak. Sedangkan orang tua responden yang belum melaksanakan peraturan perilaku hidup bersih dan sehat di Sekolah terdiri dari 13 responden atau 22,41% disebabkan Page 13
orang tua bekerja dan jarang di rumah, orang tua belum memiliki kesadaran pentingnya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan alasan masalah jumlah saudara anak, penghasilan orang tua dan pendidikan orang tua. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penelitian yang dilakukan dilapangan terhadap 58 orang responden dapat diketahui bahwa di Sekolah Dasar Negeri 004, Pendidik telah aktif dalam pelaksanaan dan pengawasan PHBS terhadap sekolah dan murid, terlihat dari hasil observasi ataupun data yang di dapat dari sekolah. Walaupun terdapat beberapa hambatan dalam pembinan PHBS. 2. Tingkat pengetahuan murid dalam mengetahui dan menerapkan PHBS di SD Negeri 004 sudah tinggi. Hal ini terlihat dari murid telah mengerti dan memahami pentingnya menerapkan pelaksanaan 9 indikator PHBS di Sekolah. Serta dengan adanyapengawasan sosial PHBS oleh kader yang mengawasi di sekolah, sekolah telah mampu untuk menerapkan dan mewujudkan sekolah yang menjalankan PHBS. 3. Hasil pelaksanaan dan pengawasan yang dijalankan sekolah, sekolah telah mampu berprestasi PHBS yaitu memenangkan berbagai prestasi PHBS antar tatanan sekolah dasar seperti peringkat lomba sekolah bersih dan lomba sekolah sehat (PMR/Dokter Kecil) serta sekolah bersih pada tatanan Sekolah Dasar dan prestasi berhubungan dengan penjaskes. Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
4. Mayoritas Murid telah mampu dan mempunyai kesadaran untukmenerapkan pelaksanaan indikator PHBS dan mematuhi pengawasan sosial yang di terapkan kader yang mengawasi PHBS di sekolah. Hal ini di dukung oleh kategori berdasarkan karakteristik murid: kelas, jenis kelamin, umur, jumlah saudara, penghasilan orang tua, pendidikan orang tua. Saran 1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bukan hanya dilakukan karena adanya pelaksanaan dan pengawasan di Sekolah, melainkan adanya kesadaran dari murid dalam menerapkan indikator PHBS di sekolah serta bukan hanya menghindari sanksi dari peraturan PHBS yang dijalankan sekolah 2. Peraturan-Peraturan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat sekolah menjadi satu hal yang harus diperhatikan. Bentuk penerapan peraturan PHBS di sekolah dengan cara disosialisasikan kepada murid terhadap setiap pembagian kelas, agar murid di sekolah mengetahui dan melaksanakan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat dalam sehari-hari. Baik indikator PHBS ataupun sanksi dari peraturan PHBS. 3. Kader yang melaksanakan dan mengawasi PHBS di sekolah, agar selalu rutin dan aktif menerapkan PHBS terhadap murid dan sekolah sebab PHBS sangat di perlukan murid apalagi murid memasuki dari tahap anakanak kepada tahap remaja dan harus diterapkan agar murid mempunyai kesadaran Page 14
pentingnya menerapkan pada kehidupan sehari-hari dimasa sekarang dan untuk mendatang. 4. Pelaksanaan dan Pengawasan di sekolah tidak lepas sosialisasi peran orang tua, sebab perilaku murid di sekolah akan terlihat dari sosialisasi orang tua tersebut yaitu dari berpakaian rapi dan bersih serta sarapan pagi kesekolah, gejala sakit atau demam. Hal ini di sebabkan tingkat pendidikan orang tua, penghasilan orang tua, jumlah saudara dari murid. DAFTAR PUSTAKA George Ritzer. 2007. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada Machfoed. 2005. Perilaku Sehat dalam Prinsip-Prinsip Kesehatan. Yogyakarta: UGM
kesehatan.com. Diakses pada tanggal 15 september 2014, 10.00) Undang-Undang No. 20 Tahun 2003(http://www.perilakusehat anak sekolah dasar.com. Diakses pada 17 september 2014, 19.00) UndangUndang Sisdiknas 2003(http://www.perilakusehat anak sekolah dasar.com. Diakses pada 17 september 2014, 19.00) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2011, Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011. Jakarta:Kementerian Kesehatan RI (http:// pembinaan PHBS menteri kesehatan.com. diakses pada 18 september 2014, 14.00)
Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Narwoko J. Dwi, Bagong Suyanto. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Supardan, Dadang. 2011. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara Sukamanto. 2007. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Edisi Revisi. Syarbaini, Syahrial. 2009. DasarDasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu Undang- Undang Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960 Bab 1 Pasal 2 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan(http://www.promosi
Jom FISIP Volume 3 No. 1 Februari 2016
Page 15