Pergumulan Hidup Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:05
Mazmur 73 Di dalam seluruh Kitab Mazmur yang sebagian besar ditulis oleh Daud kita dapat menemukan ada beberapa Mazmur yang ditulis oleh Asaf, antara lain Mazmur 50 dan Mazmur 73 s/d Mazmur 83. Mazmur 73 ini disebut juga Mazmur Hikmat. Mazmur Hikmat adalah Mazmur yang berbentuk kotbah Rohani dan Agama, yang memberikan instruksi kesabaran kendati orang-orang jahat itu berjaya. Siapa sebenarnya Asaf itu? Asaf itu keturunan Gersom, putra suku Lewi. Di dalam I Taw 6 :31-39 disebutkan bahwa Asaf itu adalah salah seorang yang ditugaskan raja Daud sebagai penyanyi utama dengan memakai Ceracap, tatkala Tabut Perjanjian di bawa ke Yerusalem (lihat juga 1 Taw 15:17,19), kemudian di dalam I Taw 16 : 4,5) Asaf diangkat sebagai kepala Paduan Suara dalam Kebaktian. Bani Asaf ini tetap menjadi keluarga pemusik senior hingga orang Yahudi kembali ke negerinya (I Taw 25:2, 2 Taw 20:1; 35:15). Mazmur 73 yang ditulis Asaf ini mempunyai format yang khusus. Kita akan membagi ayat-ayat ini menjadi tiga bagian, yakni ayat 1-11 bagian pertama, ayat 13-17 bagian kedua dan ayat 18 -28 bagian yang ke tiga. Ketiga bagian ini selalu diawali dengan kata "Sesungguhnya" Mari kita sama-sama melihat ketiga bagian itu : Bagian Pertama: Ayat 1-11; Pergumulan Hidup Pemazmur Ayat ini dimulai dengan kata "Sesungguhnya", Sesungguhnya apa? Asaf mengatakan "Sesungguhnya Allah itu baik" Suatu konsep yang diimani oleh orang-orang percaya. Asaf mengatakan Allah itu baik bagi mereka yang bersih hatinya. Konsep ini benar. Namun pada prakteknya Asaf menghadapi kendala. Menurut Asaf sebenarnya apa itu bersih hati? Kapan seseorang itu mencapai bersih hati? Apakah sampai saat ini Asaf masih bukan tergolong orang yang bersih hatinya? Buktinya ia masih mengalami persoalan. Padahal cukup banyak waktu yang dia habiskan bagi Tuhan? Apa lagi dengan mata kepala sendiri ia melihat orang-orang yang menurut penilaiannya secara manusia itu tidak bersih hatinya, yakni pembual-pembual dan orang fasik, hidup mereka lebih mujur?. Lebih makmur? Pemazmur merasa cemburu, ia seakan-akan berkata ada apa ini Tuhan? Jelas melalui penglihatan ini Asaf tergoda ingin menyerupai orang-orang fasik, sebab kelihatannya mereka menikmati hidup yang enak. Coba anda bayangkan : Hidup orang fasik ini seperti ini; "Tidak ada sakit-penyakit, mereka gemuk-gemuk, tidak ada kesusahan, tidak mengalami tulah atau hukuman" Itulah sebabnya mereka sangat sombong. Memang tidak tidak jelas apa hubungannya "kekerasan" atau "tindakan sewenang-wenang" denagn "kesehatan", namun yang pasti karena mereka sehat (gemuk), maka ketika melakukan kejahatan sangat gampang terlihat, dan pada umumnya orang-orang yang sehatlah yang bisa melakukan kejahatan. Memang pada jaman ini ada orang yang sudah sekarat masih bisa melakukan kejahatan, tetapi umumnya sudah tidak berdaya. Ayat 9 mencatat "Mereka membuka mulut melawan langit, dan lidah mereka membual bumi"; Suatu Hiperbola dimunculkan di dalam ayat ini, yang artinya mereka itu ngomong besar, bohong atau mereka sedang melawan (langit) "Allah" dan juga (bumi ) "Manusia". Karena bohong besarnya itu, banyak yang tertarik, mengikuti mereka. Inilah sifat dasar manusia. Umat Israel juga demikian, mereka sangat terpesona dengan keadaan orang-orang fasik, sehingga
1/5
Pergumulan Hidup Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:05
mereka "turning from God"(berbalik dari Tuhan). DAlam konteks ini kita tidak diberi tahu siapa orang fasik itu, namun kalau kita melihat ayat 8, di situ ada muncul kata "penindasan"; nah, orang yang bisa menindas adalah orang yang berkuasa, atau yang merasa berkuasa. Jadi kemungkinan besar, orang-orang fasik itu adalah para penguasa pada waktu itu. Pernahkah di dalam benak hati anda ingin jauh dari Tuhan? Ketika kita coba bandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Kita sudah berusaha sebersih mungkin, namun ada saja masalah. Lalu waktu itu kita merasa ingin jauh dari Tuhan. Sementara doa kita tidak dikabulkan Tuhan, pekerjaan kita masih tidak karuan, status kita hidup di Amerika masih tanda tanya? Kehidupan keluarga kurang harmonis. Apa yang bisa kita lakukan! Kalau Asaf dia jujur, ia katakan hampir terpeleset! Hampir itu berarti belum! Saya harap kita juga tidak melangkah terlalu jauh, mari kembali berpaling pada Tuhan. Di dalam Matius 11: 28 Yesus berkata : Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Artinya ketika hidupmu sarat dengan muatan, kepedihan, kesusahan, kesedihan,kesakitan, : Yesus datang; dia akan mengankat semuanya: berserah kepada-Nya. Minggu lalu saya sempat telpon seorang pemudi di Surabaya, dia bilang sama saya: "Mengapa ketika saya berlaku jujur; saya selalu mengalami kesulitan?" Dia ceritakan begini, tahun 1997, ketika liburan ke Amerika, waktu itu di Los Angeles ; namun di Airport dia sempat ditahan tidak boleh pulang ke Indonesia, karena ternyata dia pemegang Green Card, namun cukup lama tinggal di Indonesia. Akhirnya sampai ke Court dan diputuskan bahwa Green Cardnya di cabut. Dia bilang waktu itu kesalahannya adalah gara-gara jujur menjawab pertanyaan. Tetapi Green Cardnya tetap dicabut. Atas kebaikan hati pemerintah, dia boleh sekolah di Amerika dengan Visa Student, dengan terpaksa ia menerima itu semuanya, sambil tetap meng-apply Green Card yang baru, namun sampai saat ini belum keluar. Bulan Juni yang lalu liburan kuliah dia pulang ke Indonesia, dia mengajukan visa di Konsulat Surabaya, namun di tolak. Dia ditanya pertanyaan yang mematikan, mengapa keluargamu, Papa. Mama dan Adik-adikmu mempunyai Green Card, kamu tidak punya? Apakah kamu tidak merencanakan apply Green Card? Dengan jujur dia katakan: "Saya sedang mengajukan Green Card juga"; Jawaban ini, membuat dia tidak boleh masuk Amerika, sebelum Green Cardnya keluar, ntah berapa tahun lagi? Namun saya bersyukur, karena pemudi ini sendiri menjawab pertanyaannya demikian: Mungkin Tuhan membentuk saya, supaya bergantung pada Tuhan. Bagian kedua: Ayat 13-17; Kenyataan Hidup yang dilihat Pemazmur Kembali ayat 13 dimulai dengan "Sesungguhnya" , yang berisi kesimpulan sementara keadaan hidup orang fasik; mereka kaya, makmur, dan sehat. Bagi pemazmur, hidup yang selama ini dia jalani tidak ada gunanya; padahal ia sudah bersusah payah menjauhi segala kejahatan. Kenyataannya ia tetap saja menghadapi masalah. Ia bahkan sudah berani tampil untuk membasuh tanganya sebagai tanda memenuhi upacara tak bersalah. Bandingkan denagn Ulagan 21: 6-7, Pada jaman itu kalau terjadi pembunuhan oleh orang yang tidak dikenal, maka para tua-tua dan para hakim waktu itu akan tampil dan mengukur jarak, dan jarak yang paling dekat dengan kota di mana orang tersebut di bunuh; tua-tua di kota itu akan mengambil seekor
2/5
Pergumulan Hidup Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:05
lembu betina muda, yang belum pernah menghela kuk. Kemudian di bawalah lembu itu ke lembah yang berair, lalu leher lembu itu dipatahkan. Dan semua tua-tua itu akan membasuh tangan mereka di atas lembu itu, dan memberkan pernyataan dengan mengatakan :" Tangan kami tidak mencurahklan darah dan mata kami tidak melihatnya" Pemazmur itu sudah menjalankan ritual ini Di dalam Perjanjian Lama, penyakit, malapetaka, kesulitan selalu dikaitkan dengan dosa (lih ay 14), jauh bedanya dengan kehidupan orang fasik tentunya (ay.5). Dalam kondisi itu, pemazmur terpikir untuk menceritakan hal-hal itu, artinya menyebarluaskan bahwa sebenarnya hidup saleh itu sia-sia tidak ada artinya. Namun syukur ia tidak sampai melakukannya, sebab ia masih ingat akan keturunan atu generasinya; dan bagi pemazmur apabila ia membicarakan hal ini itu berarti suatu pengkhianatan bahkan membuat kebimbangan. Seorang yang benar ia akan menahan dan menguasai lidahnya akan berpikir lebih dahulu sebelum mengemukakan masalahnya, serta mengutamakan kesejahteraan rohani orang lain. Inilah yang dilakukan pemazmur itu. Kalau kita perhatikan di sini, pemazmur terus bertanya dan karena dia beriman, dia sanggup menganggung beban pertanyaan-pertanyaannya, walupun semuanya itu "terlalu sulit" baginya. Sampai pada akhirnya dia berlari pada Tuhan, kepada Dia yang sesungguhnya menjadi pusat persoalannya, dengan masuk ke dalam tempat Kudus Allah yakni Bait Suci di Yerusalemlah kemudian pemazmur merenungkan kembali, sesungguhnya apa yang akan terjadi bagi orang-orang fasik itu. Di sinilah ia sadar, dan konsepnya mulai diubah, ternyata hidup itu telah memusingkan dia, karena selama ini ia hanya membandingkan orang lain itu secara luar saja, dia lebih bahagia, dia lebih kaya, dia lebih baik, gajinya lebih tinggi, rumahnya lebih bagus, dia lebih cantik, dia lebih dan lebih….Memang , kalau kita berjalan sambil melihat ke atas, kita bisa menyenggol batu, atau terperosok ke dalam lubang, cobalah kita melihat ke bawah, di situ ada kerikil, ada lubang atau kulit pisang, bisa kita menghindari. Maka pada waktu itulah, konsep kita akan berubah menjadi begini: oh ternyata dia lebih susah dari kita, bagaimana caranya saya menolong dia, oh ternyata dia lebih membutuhkan dari saya, oh ternyata dia ………..sehingga ada hati kita untuk mengerjakan sesuatu buat dia. Tuhan telah mengubah keluhan, menjadi pujian; karena ternyata Tuhan tidak pernah jahat pada kita. Bagian ke tiga: Ayat 18-28; Pengalaman Hidup dan Pengharapan Pemazmur Kembali ayat 18 dibuka dengan kata "Sesungguhnya"… dari pengalaman hidup pemazmur, membawa dia kepada suatu kesadaran bahwa ternyata diluar kesuksesan oranmg fasik ternyata ada bahya yang sedang menanti . "Tempat injak mereka licin", resiko untuk tergelicir segera menanti: kapan mereka tergelincir, kita tidak tahu. Semula pemazmur itu merasa frustrasi, sebab kalau kita melihat kembali ayat 4, dalam terjemahan lain dikatakan bahwa ternyata orang-orang fasik senantiasa mengalami kemakmuran , bahkan sampai mereka matipun bukan karena sakit-penyakit. Namun justru keadaan inilah, Tuhan mau mengajarkan kepada pemazmur, bahwa apabila orang fasik itu mati, maka lenyaplah segalanya. Dan kematiaan itu selalu menanti kapan saja, bisa saja beberapa waktu yang akan datang, atau detik ini juga. Ayat 20 muncul kata "mimpi".. Ada orang mengatakan " Lebih baik aku berada di gubuk dalam
3/5
Pergumulan Hidup Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:05
kenyataan, daripada berada di dalam istana dalam impian". Mimpi jelas merupakan impian, yang kalau kita terjaga dan terbagun, sudah habis dan lenyap. Memang ada orang percaya, kalau kamu mimpi indah; lalau tiba-tiba terbangun; untuk melanjutkan mimpi itu perlu tepuk-tepuk bantal tiga kali; atau kalau anda mimpi buruk, lebih baik ganti bantal. Tetapi jelas tidak ada sesuatu yang bisa kita banggakan dalam mimpi. Pernahkah anda merasa bangga karena mimpi menjadi konglomerat? Saya piker tidak ada suatu kebanggaannya, mimpi menjadi……kalau mau sih kenyataan……….. Kehidupan orang fasik itu demikian! Tidak ada yang bisa dibanggakan. Dan kenyaatan hidup mereka itu itu sedang menuju kea rah yang mematikan. Namun cukup lama pemazmur seakan-akan dibutakan dalam hal ini, bahkan kalau kita lihat di ayat 21-22, sampai ia menderita sakit. Dan pada waktu itu, dia menghina dirinya sendiri, Tuhan menciptakan pemazmur sebagai manusia, yang semestinya berharga di mata Tuhan, namun pemazmur menganggap dirinya seperti hewan. Yang menarik perhatiaan kita adalah, dalam kondisi yang demikianpun, pemazmur tetap dekat kepada Tuhan. Pemazmur tahu jelas siapa yang Dia sembah. Pemazmur tahu bahwa Tuhan yang dia sembah itu selalu memegang tangannya, kalau saat ini ia mengalami persoalan, semua ini atas seijin Tuhan. Jadi Tuhan selalu memantau bahkan mengangkat kita kembali. Mari kita lihat apa yang dilakukan pemazmur pada akhirnya : Di bilang begini : Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya. Sebab sesungguhnya, siapa yang jauh dari pada-Mu akan binasa; Kaubinasakan semua orang, yang berzinah dengan meninggalkan Engkau. Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah; aku menaruh tempat perlindunganku pada Tuhan ALLAH, supaya dapat menceritakan segala pekerjaan-Nya. Ada perubahan yang sangat nyata dari Pemazmur ini, tadinya ia akan menceritakan masalahnya pada orang-orang, namun setelah dia sadar apa yang sesungguhnya terjadi, ia saat ini hanya berniat menceritakan segala pekerjaan yang dilakukan Tuhan. Perhatikan ayat 28, Apa yang bisa kita petik sebagai pelajaran pada hari ini ? Pemazmur ingin mengajarkan kita bahwa, Sesungguhnya Allah itu baik, walaupun kita sering kali tidak baik. Walaupun Allah itu tidak menjadikan manusia itu hidup sewenang-wenang, Ia harus selalu mempertahankan hati yang bersih. (Holiness lebih baik ketimbang Happiness). Manusia selalu mau menikmati yang baik dari Tuhan, konsep manusia, sejauh Tuhan mengerjakan yang baik dalam hidup ini maka Tuhan itu baik, namun ketika ada satu hal yang menurut konsep kita itu tidak menyenangkan kita, maka Tuhan itu langsung dicap tidak baik. Konsep ini salah, itu sebabnya pentingnya kita selalu merefleksikan diri kita melalui firman Tuhan. Kemujuran orang fasik dan penderitaan orang saleh selalu menjadi persolan bagi orang-orang yang berusaha selalu beriman sungguh-sungguh pada Tuhan. Itu sebabnya saya sadar
4/5
Pergumulan Hidup Orang Percaya Ditulis oleh Saumiman Saud Kamis, 30 April 2009 13:05
tantangan ini selalu mengahantui kita. Rasa iri, rasa cemburu, rasa tidak diperhatikan dan sebagainya; dan Ayub merupakan kesaksian nyata dalam Perjanjian Lama. Rupanya akan menjadi kekuatan tersendiri klau engkau mengalami sendiri hal ini dan ternyata tetap bersih. Tuhan Yesus di dalam masa hidupnya pernah menghadapi persoalan ini; tatkala IA berpuasa, iblis mencobai Dia melalui hal-hal yang persis sama dengan apa yang Dia Merasa perlukan saat itu. Dan kita tahu sendiri Yesus menang atas pencobaan itu. Saya yakin kepada kita sekalian Tuhan memberikan kepada kita masing-masing kesanggupan yang berbeda; tetapi yang paling penting Tuhan memberikan kepada kita kesanggupan untuk menang atas pencobaan persoalan hidup. Mintalah kekuatan pada Dia saat ini juga. Dia dekat kita dan sangat dekat dengan kita, tentu IA akan melindungi kita saat kita mengalami masalah. Campbell, California October 08, 2003 Saumiman Saud
5/5