1 PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2,GRESIK Virda Illiyinawati, Nadjadji Anwar, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected] Kota Gresik merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Timur dan dikenal juga sebagai daerah industri. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di Kota Gresik mengalami peningkatan, karena perusahaan – perusahaan besar telah menyerap banyak tenaga kerja dari luar Kota Gresik. Akibat dari pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi maka sarana dan prasarana dari berbagai bidang pun ikut meningkat tak terkecuali bidang drainase. Sarana drainase yang dikembangkan banyak yang tidak terhubung dengan baik ke saluran yang lebih besar. Salah satu daerah tersebut adalah Jalan Mayjend Sungkono ini yang terdapat pabrik dan pemukiman. Pada musim hujan di daerah ini terjadi banjir. Kondisi seperti ini terjadi karena dimensi saluran drainase eksisting yang kurang memadai, sedangkan debit yang mengalir terlalu banyak. Sehingga saluran drainase tidak mampu untuk menampung dan mengalirkannya secara baik ke saluran pembuangan. Dalam Tugas Akhir yang telah dilakukan diketahui bahwa ada 2 sistem saluran drainase yang berpengaruh pada Jalan Mayjend Sungkono, antar lain saluran drainase Segoromadu 2 dan Segoromadu 3. Setelah dianalisa, maka perlu diadakan pengalihan buangan. Sehingga saluran drainase Varia Usaha Beton Selatan dirubah untuk mengalir menuju saluran drainase Segoromadu 2. Didapatkan elevasi dasar saluran sebesar 4,996 dan debit yang mengalir sebesar 2,15 m3/dt dengan dimensi 0,8 m x 1,6 m sepanjang 250 m dan juga terjadi backwater akibat Kali Lamong. Kapasitas penampang untuk saluran drainase Segoromadu 2 dan saluran drainase Segoromadu 3 telah memadai setelah dilakukan penambahan atau pengurangan luas area Kata kunci :drainase, profil muka air, saluran primer I. PENDAHULUAN Kota Gresik merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Timur dan dikenal juga sebagai daerah industri. Itu terbukti dengan banyaknya perusahan besar seperti, PT. Semen Gresik yang berganti menjadi PT.Semen Indonesia, PT.Petrokimia, PT Barata Indonesia, dan masih banyak lagi. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk di kota Gresik mengalami peningkatan, karena perusahaan – perusahaan besar telah menyerap banyak tenaga kerja dari luar kota Gresik. Akibat dari pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi maka sarana dan prasarana dari berbagai bidang pun ikut meningkat tak terkecuali bidang drainase. Sarana drainase yang dikembangkan banyak yang tidak terhubung dengan baik ke saluran yang lebih besar. Tak hanya itu, perusahan besar maupun
kecil pun sengaja mempersempit saluran drainase untuk pengembangan perusahaan mereka, sehingga air yang seharusnya masuk ke dalam saluran tidak dapat mengalir dengan lancar dan menyebabkan banjir. Berdasarkan masterplan kota Gresik terdapat beberapa daerah vital yang mengalami masalah banjir dan harus segera diatasi. Salah satunya adalah daerah mayjend sungkono yang telah dipenuhi oleh daerah pemukiman dan pabrik. Pada musim hujan di daerah ini terjadi banjir. Kondisi seperti ini terjadi karena dimensi saluran drainase eksisting yang kurang memadai, sedangkan debit yang mengalir terlalu banyak. Sehingga saluran drainase tidak mampu untuk menampung dan mengalirkannya secara baik ke saluran pembuangan. Di daerah ini terdapat 2 sistem jaringan drainase yang berpengaruh, yaitu sistem jaringan drainase segoromadu 2 dan sistem jaringan drainase segoromadu 3. Pada sistem jaringan drainase segoromadu 3 ini inlet yang ada terlalu kecil untuk menampung debit air yang mengalir,sedangkan pada sistem jaringan drainase segoromadu 2 inlet yang ada masih mencukupi dengan debit yang mengalir. Oleh sebab itu, pada proposal tugas akhir ini akan mengangkat permasalahan banjir tersebut untuk dilakukan analisa saluran drainase eksisting agar mendapatkan solusi untuk mengatasi permasalahan banjir tersebut. 1.1. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah perencanaan sistem drainase. Detail permasalahannya adalah : 1. Bagaimana kondisi sistem drainase eksisting ? 2. Bagaimana pengaruh banjir terhadap Jalan Mayjen Sungkono? 3. Dengan perubahan arah aliran sistem drainase Segoromadu, bagaimana pengaruhnya terhadap elevasi dasar saluran rencana terhadap saluran sistem drainase Segoromadu 2 ? 4. Bagaimana pengaruh pasang surut Kali Lamong ? 1.2. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah : 1. Data yang dipakai hanya data sekunder. 2. Hanya menyertakan perhitungan hidrologi dan hidrolika. 3. Tidak menyertakan perhitungan biaya. 1.3 Lokasi Studi Dibawah ini adalah gambar dari saluran drainase Kota Gresik yang ditunjukkan dalam Gambar 1 Eksisting Arah Aliran Sistem Drainase Kota gresik serta Gambar 2 letak studi yang dikerjakan dalam Tugas Akhir ini.
2 3.1.2
Analisis Distribusi Frekuensi Pada Tabel 2 berikut ini, akan ditampilkan perhitungan tentang parameter statistik untuk Distribusi Normal dan Pearson Tipe III. Tabel 2 Perhitungan Parameter Statistik untuk Distribusi Normal dan Pearson Tipe III Gambar 1 Eksisting Arah Aliran Sistem Drainase Kota Gresik
Gambar 2 Lokasi Studi 1 URAIAN PENELITIAN Metode penyelesaian ini tergambar dalam flow chart pada Gambar 3 di bawah ini : START
Studi Literatur
Tinjauan Lapangan
Identifikasi Masalah
Pengumpulan Data
1. 2. 3.
Data Hidrologi : Peta Stasiun Hujan Data Pencatatan Hujan Harian Data Tata Guna Lahan
Data Hidrolika 1. Data Sistem Drainase 2. Peta Lokasi Proyek 3. Data Dimensi Eksisting
Analisis Hidrolika
Analisis Hidrologi
Perubahan Arah Aliran
Debit Rencana
n
Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1995 2001 1998 2000 1999 2012 2009 2008 2002 2003 1996 2007 2010 1997 2004 2005 2011 2006 ∑
2
3
4
Xi
Xbar
Xi - Xbar
(Xi - Xbar)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
72.72
37.28 25.28 22.28 22.28 17.28 13.28 -2.72 -3.72 -7.72 -7.72 -9.72 -9.72 -10.72 -11.72 -12.72 -12.72 -23.72 -24.72
1389.63 638.97 496.30 496.30 298.52 176.30 7.41 13.85 59.63 59.63 94.52 94.52 114.97 137.41 161.85 161.85 562.74 611.19 5575.61
51802.42 16151.64 11056.45 11056.45 5157.79 2340.86 -20.17 -51.57 -460.50 -460.50 -918.96 -918.96 -1232.69 -1610.76 -2059.15 -2059.15 -13349.53 -15109.93 59313.73
1931079.09 408277.61 246313.08 246313.08 89115.15 31081.47 54.92 191.96 3556.06 3556.06 8934.33 8934.33 13217.19 18881.64 26197.02 26197.02 316680.62 373551.10 3752131.73
110 98 95 95 90 86 70 69 65 65 63 63 62 61 60 60 49 48 1309
(Xi - Xbar)
(Xi - Xbar)
Sumber : Hasil Perhitungan Setelah dilakukan perhitungan parameter statistik, baik nilai curah hujan asli maupun nilai curah hujan logaritmanya, langkah berikutnya adalah mengecek nilai parameter tersebut dengan kriteria– kriteria pada masing–masing distribusi yang akan digunakan nantinya. 3.1.3 Uji Kesesuaian Distribusi Uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu data tersebut sudah sesuai menurut teoritis dan uji ini biasa dilakukan menggunakan dua cara, yaitu: 3.1.3.1 Uji Chi-Kuadrat Dist. Pearson Tipe III : Langkah pertama adalah dengan menentukan jumlah sub-kelompok, yaitu :
Analisa Muka Air
Kebutuhan Elevasi
Dimensi Saluran
Selesai
Gambar 3 Flow chart metodologi pengerjaan 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.4 Analisis Hidrologi 2.4.1 Penentuan Hujan Kawasan Penentuan hujan kawasan pada daerah studi Tugas Akhir ini tidak memakai ketiga metode yang ada, karena hanya terdapat satu stasiun hujan saja. Oleh sebab itu, perhitungan ini langsung menggunakan data yang ada, yaitu Stasiun Hujan Suci. Data tersebut akan ditunjukkan pada Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1 Curah Hujan Harian Maksimum oleh Stasiun Pengamatan Stasiun Hujan Suci Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Rmax (mm) 110 63 61 95 90 95 98 65 65
Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Rmax (mm) 60 60 48 63 69 70 62 49 86
Sumber : Laporan Akhir Penyusunan Master Plan dan DED Drainase Perkotaan Gresik.
kelompok Nilai interval peluang pada tiap kelompok adalah P = 1 / 6 = 0,167 . Kemudian terbagi menjadi beberapa sub-kelompok Perhitungan nilai tinggi curah hujan rencana (XT), pada Distribusi Pearson Tipe III ini dapat dituliskan dengan persamaan , seperti yang tertulis pada Bab II Nilai dan telah diketahui, sedangkan untuk nilai k dapat dihitung dengan melihat Tabel 2.2 Pada Bab II, dimana sebelumnya telah dilakukan perhitungan terhadap P(k). Sebagai contoh perhitungan untuk penentuan sub-kelompoknya, maka : P(k) = 1/6 = 0,167 Probabilitas Probabilitas kumulatif F(k) = 1 – P = 1 0,167 = 0,833 Berdasarkan Tabel 2.2 pada buku Tugas Akhir,akan dilakukan interpolasi : F(k) = 0,166 k = - 0,97 F(k) = 0,1685 k = - 0,96 F(k) =0,167k =
= - 0,9660
3 Untuk nilai curah hujan menurut subkelompoknya disajikan dalam seperti pada Tabel 3 berikut ini Tabel 3 Curah Hujan untuk Distribusi Pearson Tipe III k
P
T
0.167
6.00
0.333
3.00
0.500
2.00
0.667
1.50
0.4317
80.54
0.833
1.20
0.9660
90.22
X
S
-0.9660 -0.4317 72.72
0
Xt 55.23 64.90
18.11
72.72
Sumber : Hasil Perhitungan Dari Tabel 3 di atas diketahui nilai batas dalam setiap sub-kelompok dan jumlah data yang termasuk dalam sub-kelompok tersebut . Untuk menghitung Chi-kuadrat (2), perlu dilakukan selisih antara data Xi teoritis dan Xi teramati dalam sub-kelompok yang nantinya nilai kuadrat dari perhitungan tersebut dibagikan dengan jumlah Xi teoritis yang sudah dikalikan dengan standar devisiasi. Langkah berikutnya adalah dengan membandingkan nilai Chi-kuadrat terhitung dengan nilai Chi-kuadrat teoritis yang nantinya nilai tersebut dibandingkan dengan derajat kebebasan (dk) = G – R – 1, dk = 6 – 2 – 1 = 3 dan derajat kepercayaan (α) = 5%, maka didapatkan Chi-kuadrat teoritis (r2) = 7,815. Jika nilai 2 lebih besar dari derajat kepercayaan (α) = 7,815 , maka dapat disimpulkan bahwa distribusi teoritis yang dipakai tidak dapat diterima. Namun sebaliknya, bila nilai 2 lebih kecil dari derajat kepercayaan (α) = 7,815, maka dapat disimpulkan bahwa distribusi teoritis tersebut dapat diterima.Nilai 2 = 7,33, maka Distribusi Pearson Tipe III ini dapat diterima untuk perhitungan hujan rencana. 3.1.3.2 Uji Smirnov-Kolmogorof Dist. Pearson Tipe III Perhitungan Uji Smirnov-kolmogorof untuk Distribusi Pearson Tipe III Dari tabel yang ada di buku Tugas Akhir dapat diketahui nilai Dmax untuk Distribusi Pearson Tipe III. Nilai Dmax tersebut dibandingkan dengan Nilai Do kritis yang didapat dari Tabel 2.5 pada Bab II sebelumnya dan memakai derajat kebebasan sebesar 5%. Apabila nilai Dmax lebih besar dari Do , maka distribusi ini tidak dapat diterima. Sebaliknya, apabila Dmax lebih kecil daripada Do, maka distribusi ini dapat diterima. Distribusi Pearson Tipe III ini memiliki nilai kritis Do = 0,310 dan Dmax = 0,101. Nilai Dmax lebih kecil dari Do , sehingga distribusi ini dapat diterima. 3.1.4 Perhitungan Tinggi Hujan Rencana Distribusi yang digunakan untuk menentukan tinggi hujan rencana adalah Distribusi Pearson Tipe III. Perhitungan ini menggunakan persamaan Untuk perhitungan tinggi hujan rencana dengan periode berbeda yang disajikan dalam Tabel 7 berikut ini: Tabel 7 Hujan Rencana untuk Distribusi PearsonTipe III
T 2 5 10 25
k
S
X
-0.116 0.790 72.72 18.11 1.333 1.967
XT 71 88 97 109
Sumber : Hasil Perhitungan 3.1.7 Perhitungan Debit Rencana Saluran Primer Segoromadu 2 Berikut ini adalah skema jaringan saluran primer Segoromadu 2
Gambar 4 Skema Aliran Drainase Segoromadu 2 3.1.7.1 Perhitungan Waktu Konsentrasi 3.1.7.1.1 Perhitungan Nilai T0 (Waktu aliran pada lahan) Menurut peta topografi, daerah studi untuk Tugas Akhir ini berada pada daerah pertanian dengan dataran yang tidak begitu curam serta termasuk dalam kelas tekstur tanah lempung berdebu dan liat dengan kemiringan lereng sebesar 2 %. Sehingga dalam perhitungan nilai t0 pada Tugas akhir ini menggunakan rumus kerby. Contoh perhitungan dengan menggunakan rumus kerby pada A1 adalah :
Untuk perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini : Tabel 8 Perhitungan To pada Tiap Titik Kontrol Titik Kontrol
nd
s
B 1.1.6 B 1.1.5 B 1.1.4 B 1.1.3 B 1.1.1 B 1.1 B 1.2.3 B 1.2.2 B 1.2.1 B 1.2 B 1.3.1 B 1.3
0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02
L0 m 702 159 140 50 229 567 740 279 261 336 169 126
t0 menit 55,43 27,70 26,11 16,14 32,85 50,17 56,81 36,02 34,92 39,29 28,50 24,85
Sumber : Hasil Perhitungan Perhitungan Nilai Tf (Waktu aliran air pada saluran) Untuk perhitungan nilai tf saluran pada saluran primer Segoromadu 2, ; dimana
3.1.7.1.2
Dengan : V = kecepatan aliran (m/det) didapat dari data eksisting dengan kecepatan minimum 0,45 m/dt dan 3 m/dt untuk kecepatan maksimum. Ls = Panjang Saluran (m) Diketahui data sebagai berikut : Ls = 5 m V = 0,5 m/dt Contoh perhitungan pada tiap saluran ini adalah pada saluran B 1.1.6 – B1.1.5 :
4
Untuk perhitungan nilai tf selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 9. 3.1.7.1.3 Perhitungan Nilai Tc (waktu aliran air pada titik kontrol) Perhitungan waktu konsentrasi atau tc dihitung dengan menambahkan waktu pengaliran pada lahan (T0) dan waktu aliran air pada saluran (T f). Contoh perhitungan waktu konsentrasi (Tc) di titik control B 1.1.6 adalah :
Untuk nilai Tc selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 10. 3.1.7.2 Perhitungan Koefisien Gabungan Data yang diperoleh sebagai berikut : Tabel 9 Koefisien Gabungan
3.1.7.3
Perhitungan Debit Banjir Rencana Dalam Tugas Akhir ini digunakan debit banjir rencana 10 tahun karena saluran ini termasuk saluran primer dengan luas area seluas 1,94 km2. Sedangkan untuk menghitung intensitas hujan menggunakan rumus mononobe. Perhitungan metode rasional sebagai berikut ini :
Gambar 5 Skema Aliran Drainase Segoromadu 3 Perhitungan sama dengan segoromadu 2 didapatlan catchment seluas 0,34 km2 sehingga di dapat debit sebesar 2,69 m3/dt 3.1.8.1 Analisa Muka Air Saluran Primer Segoromadu 2 Analisa muka air dilakukan untuk mengetahui elevasi muka air pada hulu dan hilir saluran. Dalam Tugas Akhir ini pembuangan akhirnya berupa Kali Lamong yang mempunyai peran terjadinya pasang dan surut. Berdasarkan data yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya dengan kemiringan saluran untuk saluran primer (s) = 0.003 adalah : Q = 4,94 m3/dt b = 5,84 m n = 0,017 s = 0,003 Lsaluran = 205 m Luas Penampang = b x h = 5,84 x 0 = 0 m2 Penampang Basah saluran (P) = h + (2 x b) = 0 + (2 x 5,84) = 11,68 m Jari – jari hidrolis penampang saluran (R) = =
=0m
T=b =5,84 m Perhitungan kedalaman normal (hn) : Rumus manning :
Dengan intensitas hujan (I) menggunakan rumus mononobe seperti berikut ini :
Untuk perhitungan selanjutnya dilakukan dengan cara coba – coba untuk mendapatkan hn dan hc seperti pada Tabel dibawah ini : Tabel 11 Perhitungan hn dengan Cara Coba – Coba Sehingga dari perhitungan tersebut dapat digunakan dalam perhitungan debit rencana : Tabel 10 Perhitungan Debit Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 12 Perhitungan hc dengan Cara Coba – Coba
Sehingga didapat debit sebesar 4,94 m3/dt 3.1. 8 Perhitungan Debit Rencana Saluran Primer Segoromadu 3
Sumber : Hasil Perhitungan Dari Tabel 11 dan Tabel 12 diatas dapat diambil kesimpulan bahwa nilai hn = 0,48 m dan nilai hc = 0,41 m . Contoh perhitungan dengan tinggi muka air sebesar 1,04 m yang terjadi di hilir adalah :
5 A P R
= b x h = 5.84 m x 1.04 = 6.073 m2 = b + (2 x h) = 5.84 + (2 x 1.04) = 12.72 m =
V
=
E
=
ΔE
= selisih nilai E= 0
Se
=
Sert
=
ΔX
=
=0
Tabel 14 Perhitungan Debit Banjir Gabungan
Sehingga didapat debit sebesar 2,15 m3/dt 3.1.8.4 Perencanaan Dimensi Saluran Dari perhitungan sebelumnya telah didapatkan Qhidrologi sebesar = 2,15 m3/dt. Perencanaan ini digunakan dengan rumus manning dan saluran berbentuk segiempat dan menggunakan parameter rencana sebagai berikut : a. b = 2 h b.Kecepatan aliran pada saluran menggunakan rumus
=0
Untuk perhitungan analisa muka air saluran primer Segoromadu 2 selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini : Tabel 13 Perhitungan Profil Air Balik
3.1.8.2 Analisa Muka Air Saluran Primer Segoromadu 3 Perhitungan untuk analisa muka air pada saluran ini sama dengan perhitungan sebelumnya. Dan didapatkan hasil hn = 1,2 m ;hc = 0,9 m dan h=1,4m . sehingga dapat disimpulkan bahwa saluran ini mengalami air balik(back water). 3.1.8.3 Perhitungan Elevasi Saluran Tersier Varia Usaha Beton Selatan Dalam kondisi eksisting saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan ini telah mempunyai elevasi, tetapi elevasi tersebut jika arah alirannya dialirkan sampai ke saluran primer Segoromadu 3. Sedangkan dalam Tugas Akhir ini arah aliran tersebut dirubah ke saluran primer Segoromadu 2, sehingga mempunyai elevasi baru yang perlu direncanakan. Perhitungan elevasi saluran tersier Varia Usaha Beton selatan ini ditinjau dari hulu saluran primer Segoromadu 2, maka didapatkan data eksisting sebagai berikut : Elevasi dasar saluran = + 4,146 Direncanakan kemiringin saluran (i) = 0,0034 Panjang saluran tersier = 250 m Dari data tersebut didapatkan selisih tinggi : . Sehingga elevasi dasar saluran pada saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan : Elevasi dasar = + 4.146 + 0.85 = +4.996 yang selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk dimensi saluran tersebut. 3.1.8.3 Perhitungan Debit Banjir Rencana Saluran Varia Usaha Beton Selatan Perhitungan debit banjir rencana ini dengan periode ulang 2 tahun karena termasuk saluran tersier. Dalam perhitungan debit banjir rencana :
c. Koefisien manning = 0,017 d.Kemiringan saluran = 0,0034 Berikut contoh perhitungan dimensi saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan : Qhidrologi = 2,15 m3/dt A =bxh = 2h x h = 2 h2 P = b + (2xh) = 2h + 2h = 4h R =
= 0,5 h
Direncanakan h = 0,8 m V= = = 1,74 m/dt Qhidrolika = V x A = 1,74 x (2 x (0,8)2) = 2,23 m3/dt Didapatkan bahwa Q hidrolika > Qhidrologi, maka rencana b = 2 h dapat dipakai. Sehingga : b=2h = 2 x 0,8 = 1,6 m Penampang saluran primer Segoromadu 2 berbentuk tidak beraturan. Karena itu, dilakukan perhitungan rating curve agar dapat mengetahui besarnya debit yang dapat ditampung oleh saluran primer. Perhitungan rating curve dapat dilakukan dengan menggunakan rumus manning :
Contoh perhitungan sebagai berikut : h = 0,25 m A = 1,49 m2 P = 11,94 m R = 0,12 m
= 0,8 m/dt Q = V. A = 0,8 x 1,49 = 1,2 m3/dt Untuk perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini :
6 Tabel 15 Rating Curve H 0 0,26 0,69 1,13 1,67 2
A 0 0,76 3,33 5,9 8,47 11,04
P 0 6,11 6,54 6,98 7,42 7,85
R 0 0,12 0,51 0,85 1,14 1,41
V 0 0,80 2,05 2,88 3,52 4,04
Q 0 0,61 6,84 16,99 29,81 44,65
Sumber : Hasil Perhitungan Dari perhitungan sebelumnya telah diperoleh debit banjir (Q) dari saluran tersier varia usaha beton sebesar 2,15 m3/dt dan saluran primer Segoromadu 2 sebesar 4,94 m3/dt. Sehingga debit yang mengalir pada saluran primer Segoromadu 2 dengan tambahan catchment area menjadi 2,1 km2 dan dapat dilihat skema jaringan drainase rencana pada Gambar 6 serta perhitungan debit pada Tabel 16
Gambar 6 Skema Jaringan Drainase Rencana Tabel 17 Perhitungan Debit Gabungan
Sumber : Hasil Perhitungan Dilihat dari kapasitas penampang saluran primer Segoromadu 2 yang ditunjukkan dalam Tabel 15, bahwa dengan adanya penambahan debit yang mengalir kapasitas penampang masih memadai untuk ditampung, karena kapasitas maksimun tampungan saluran sebesar : Q = 44,65 m3/dt. 4.1.8 Perhitungan Rating Curve Dari perhitungan telah diperoleh kapasitas maksimum dari saluran primer Segoromadu 3 sebesar Q = 3,91 m3/dt. Akibat adanya perubahan aliran maka terjadi pengurangan catchment menjadi seluas 0,2 km2. Sehingga debit banjir yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 19 di bawah ini : Tabel 19 Perhitungan Debit setelah Pengurangan
Sumber : Hasil Perhitungan. 4.1 Kesimpulan - Diketahui tinggi muka air di hilir 1,04m untuk saluran Segoromadu 2 dengan elevasi muka air di hilir + 1,829 dengan dasar saluran +0,789 dan elevasi muka air di hulu +2,044 dengan dasar saluran +1,404 serta ketinggian normal yang terjadi setinggi 0,48m dan ketinggian yang terjadi setinggi 0,64. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi banjir pada saluran Segoromadu 2. Pada saluran drainase primer Segoromadu 3 tinggi muka air 2,04 m dari dasar saluran. Elevasi muka air yang terjadi di hilir saluran berada pada + 4,410 dengan dasar saluran +2,370 dan pada hulu saluran elevasi muka air berada
+4,855 dengan dasar saluran +3,455 serta ketinggian normal setinggi 1,2m.sedangkan ketinggian yang terjadi setinggi 1,64, sedangkan ketinggian yang terjadi setinggi 1,64, sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi banjir di saluran Segoromadu 3. - Dilihat dari kondisi eksisting, perlu dilakukan penambahan kapasitas pada saluran drainase primer Segoromadu 3. Namun kondisi dilapangan tidak memungkinkan, dikarenakan adanya keterbatasan lahan. Sehingga direncanakan pengalihan buangan dari saluran primer segoromadu 3 ke saluran primer Segoromadu 2. Saluran yang direncanakan pengalihannya adalah saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan. - Elevasi untuk saluran baru yaitu saluran Varia Usaha Beton Selatan adalah +4,996 dengan dimensi yang direncanakan untuk saluran Varia Usaha Beton Selatan menggunakan periode ulang 2 tahun. Sehingga didapat Q = 2,15 m3/dt dengan dimensi 0,8 m x 1,6 m. Dengan penambahan debit sebesar 2,15 m3/dt dari saluran tersier Varia Usaha Beton Selatan, kapasitas saluran dari saluran primer Segoromadu 2 masih memenuhi. Saluran primer Segoromadu 3 yang telah mengalami pengurangan area ,kapasitas penampangnya memadai. - Saluran drainase primer Segoromadu 2 dan saluran drainase primer Segoromadu 3 terjadi backwater atau air balik akibat pengaruh Kali Lamong. Backwater akibat pengaruh Kali Lamong terjadi sepanjang 176 m untuk saluran drainase Segoromadu 2 dan terjadi sepanjang 98 m untuk saluran drainase Segoromadu 3. Dengan ketinggian rata-rata backwater 0,2 m. DAFTAR PUSTAKA [1] Anggraini, 1995. Hidrolika Saluran Terbuka. Citra Media [2] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Gresik, Laporan Akhir, Mater Plan dan DED Drainase Kota Gresik, 2011. [3] Chow, Ven Te, 1989. Hidrolika Saluran Terbuka. Erlangga, Jakarta. [4] Sivanappan, R.K. 1992. Soil and water conservation and water harvesting. English: Madras: Tamil Nadu Social Forestry Project, Indo-Swedish Forestry Coordination Programme. [5] Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data Jilid Kesatu. NOVA, Bandung. [6] Sofia F dan Sofyan R, 2006. Modul Drainase. Surabaya [7] Sri Harto, 1993. Analisa Hidrologi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta [8] Suripin, 2004. Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi Offset.