65
Perencanaan Persediaan Bahan Baku dengan Metode Heuristik Silver Meal dan Part Period Balacing (Studi Kasus: PT. Mega Andalan Kalasan) Hafidh Munawir, Yusuf Bachtiar Jurusan Teknik Industri UMS Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta Tel (0271) 717417 ext 237
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK PT. Mega Andalan Kalasan merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang industri peralatan rumah sakit (Hospital Equipment) yang terletak di Kalasan, Yogyakarta. Untuk mencegah terjadinya ketidakseimbngan antara produksi dan permintaan pasar, maka perusahaan harus melakukan perencanaan bahan baku meliputi: penentuan estimasi kebutuhan bahan baku untuk periode mendatang dengan metode peramalan yang tepat, menetapkan jumlah bahan baku yag harus dipesan dan interval waktu pemesanan yang optimal sehingga dapat meminimalkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Data-data pemintaan yang ada pada perusahaan memiliki karakteristik tingkat permintaan yang bervariasi sehingga data-data tersebut diolah dengan metode Silver Meal dan Part Period Balancing (PBB) untuk mengetahui nilai optimum perencanaan persediaan bahan baku yang dihasilkan. Data dari perusahaan menunjukkan ada 10 kali pengiriman dengan biaya pengiriman sebesar Rp 9.259.125,07. Dari hasil penelitian diketahui bahwa lot size untuk pembelian bahan baku sebanyak 6 kali pemesanan serta waktu pemesanan kembali bahan baku (reorder point) sebanyak 104 batang dan biaya persediaan Rp 6.119.069,49 atau menghasilkan efisiensi biaya sebesar Rp 3.140.055,58. Kata kunci: lot size, persediaan, silver-meal, part period balancing
1. PENDAHULUAN Suatu perusahaan harus mempunyai perencanaan yang bagus terhadap persediaan barang. Perencanaan persediaan sangat penting, karena sangat berpengaruh terhadap keuangan persuhaan, jika jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana yang dikeluarkan terlalu besar, meningkatnya biaya penyimpanan (seperti biaya pegawai, biaya operasional pabrik, biaya gedung, dan lain-lain) dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. jika persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan (stock out) karena seringkali barang persediaan tidak dapat didatangkan secara mendadak yang menyatakan terhentinya proses produksi, tertundanya keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pemesanan bahan baku yang ekonomis di PT Mega Andalan Kalasan dan membandingkan pengelolaan persediaan yang ada di perusahaan dengan hasil penelitian Peramalan (forecasting) adalah perpaduan antara seni dan ilmu dalam memperkirakan keadaan di masa yang akan datang, dengan cara memproyeksikan data-data masa lampau ke masa yang akan datang dengan menggunakan model matematika maupun perkiraan yang subjektif. (Heizer, 1996: p147)
66
Dalam peramalan masa depan, ada beberapa metode (teknik) yang bisa diaplikasikan. Berdasarkan teknik peramalannya, metode peramalan dapat digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu : peramalan kualitatif dan peramalan kuantitatif. Peramalan Kualitatif yaitu peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Metode-metode untuk peramalan antara lain : Simple Average (SA), Moving Average, Metode Exponential Smoothing. Metode heuristik adalah teknik yang dirancang untuk memecahkan masalah yang mengabaikan apakah solusi dapat dibuktikan benar, tetapi biasanya menghasilkan solusi yang baik atau memecahkan masalah yang lebih sederhana yang mengandung atau memotong dengan pemecahan masalah yang lebih kompleks. Metode heuristik bertujuan untuk mendapatkan performa komputasi atau penyederhanaan konseptual, berpotensi pada biaya keakuratan atau presisi. Metode heuristik juga dapat digunakan dalam menentukan inventory (perencanaan gudang) dengan permintaan yang berubah-ubah. Metode Silver-Meal atau sering pula disebut metode SM yang dikembangkan oleh Edward Silver dan Harlan Meal berdasarkan pada periode biaya. Penentuan rata-rata biaya per periode adalah jumlah periode dalam penambahan pesanan yang meningkat. Penambahan pesanan dilakukan ketika rata-rata biaya periode pertama meningkat. Jika pesanan datang pada awal periode pertama dan dapat mencukupi kebutuhan hingga akhir periode T. Teknik Silver Meal menggunakan pendekatan yang agak sama dengan PPB (Part Periode Balancing). Kriteria dari teknik Silver Meal adalah bahwa lot size yang dipilih harus
dapat
meminimasi ongkos total per periode. Permintaan dengan periode-periode yang berurutan diakumulasikan ke dalam suatu bakal ukuran lot (tentative lot size) sampai jumlah carriying cost dan setup cost dari lot tersebut dibagi dengan jumlah periode yang terlibat meningkat. Maka besarnya ukuran lot yang sebenarnya adalah ukuran lot tentatif terakhir yang ongkos total per periodenya masih menurun. Secara sederhana, langkah-langkah dalam perhitungan menggunakan Metode Silver-Meal adalah sebagai berikut: 1. Langkah I Menghitung biaya total untuk pemesanan periode waktu ke-1, menghitung pula biaya untuk pemesanan dua periode waktu pertama. Apabila biaya kedua ini lebih tinggi dari biaya pertama, maka disimpulkan pemesanan dilakukan untuk periode waktu pertama. Tapi, apabila biaya kedua tidak lebih besar dari biaya pertama atau biaya kedua lebih kecil dari biaya pertama, maka melanjutkan ke perhitungan biaya total untuk pemesanan tiga periode waktu pertama. Apabila biaya ketiga ini lebih tinggi dari biaya kedua, maka disimpulkan pemesanan dilakukan untuk periode waktu kedua. Tapi, apabila biaya ketiga tidak lebih besar dari biaya kedua atau biaya ketiga lebih kecil dari biaya kedua, maka melanjutkan ke perhitungan biaya total untuk pemesanan empat periode waktu pertama. Demikian seterusnya sampai didapat
67
kondisi dimana biaya total untuk pemesanan berikutnya lebih tinggi dari biaya total untuk pemesanan sebelumnya. 2. Langkah II Apabila masih ada periode waktu yang belum diperhitungkan, maka langkah 1 diulangi untuk periode waktu – periode waktu yang tersisa tersebut. Secara umum terlihat bahwa metode ini lebih panjang perhitungannya dibandingkan dengan metode Fixed EOQ, tetapi para peneliti menyimpulkan bahwa metode ini lebih mendekati optimal. Ini adalah gejala umum dalam ilmu manajemen bahwa semakin baik suatu metode heuristic, semakin panjang dan mahal perhitungannya, namun tetap lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan metode untuk mencari penyelesaian terbaik. Rumusan umum yang dapat digunakan adalah
Hitung K(m), m = 1, 2, 3, …, m, dan hentikan hitungan jika K(m+1) > K(m) Keterangan: Dm
= Permintaan pada periode ke-m (D1, D2, D3, …, Dm)
K(m) = Rata-rata per unit waktu m
= Periode
A
= Biaya order
h
= Biaya simpan tiap unit per periode
Metode Penyeimbangan Sebagian Periode (Part Period Balancing) merupakan salah satu pendekatan dalam menentukan ukuran lot untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam, yang bertujuan memperkecil biaya total persediaan. Meskipun tidak menjamin diperolehnya biaya total yang minimum, metode ini memberikan pemecahan yang cukup baik. Seperti metode EOQ, metode ini berusaha untuk membuat biaya penyimpanan sama dengan biaya pemesanan. Namun, berbeda dengan metode EOQ, metode ini dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda untuk setiap pesanan, yang dikarenakan jumlah permintaan setiap periodenya tidak sama. Ukuran lot dicari dengan menggunakan pendekatan sebagian periode ekonomis (Economic Part Period) yaitu dengan membagi biaya pemesanan (biaya set-up untuk kasus produksi) dengan biaya penyimpanan per unit per periode.
Kebutuhan diakumulasi periode demi periode sampai medekati nilai EPP. Akumulasi yang mendekati nilai EPP merupakan ukuran lot yang dapat memperkecil biaya persediaan.
68
2.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bahan baku pipa MS 19.1 x 1.2 mm di PT Mega Andalan kalasan. Tahapan penelitian yaitu Penelitian dilakukan dengan melakukan pengumpulan data tentang kebutuhan bahan baku, harga bahan baku, biaya pemesanan dan biaya simpan. Pengolahan data yang dilakukan berupa peramalan dengan menggunakan beberapa metode, penentuan ukuran lot yang ekonomis dengan metode silver meal dan Part Periode Balancing (PPB). Analisa data dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara pengelolaan persediaan yang dilakukan perusahaan dengan hasil penelitian.
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Kebutuhan Bahan Baku Pipa MS 19.1 x 1.2 mm tahun 2011 dapat diilihat di tabel 1 . Berdasarkan data kebutuhan bahan baku pipa, kemudian dilakukan peramalan dengan metode: Simple Average (SA), Moving Average (MA), Weight Moving Average (WMA), Single Eksponential Smoothing (SES), Double Eksponential Smoothing (DES). Hasil peramalan menunjukkan bahwa metode Simple average memiliki nilai MAD yang paling kecil (mendekati nol), sehingga metode ini digunakan untuk meramalkan bahan baku pipa. Hasil permalan menggunakan Simple Average dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Data Kebutuhan Bahan Baku Pipa Kebutuhan bahan Bulan
baku (batang)
Hasil peramalan dengan SA
Januari
206
157
Februari
115
157
Maret
231
157
April
101
157
Mei
74
157
Juni
171
157
Juli
191
157
Agustus
337
157
September
82
157
Oktober
140
157
November
163
157
Desember
70
157
Untuk menentukan ukuran lot digunakan Metode Silver-Meal. Metode ini merupakan salah satu metode heuristik, yaitu suatu metode untuk menyelesaikan permasalahan untuk mendekati penyelesaian terbaik (optimal). Penggunaan Metode Silver-Meal ini nantinya agar dapat
69
menentukan jumlah pemesanan bahan baku Pipa MS 19.1 x 1.2 mm yang optimal sehingga dapat meminimalkan pengeluaran perusahan untuk pembelian bahan baku serta menghindari adanya masalah keterlambatan bahan baku yang mengakibatkan terhentinya proses produksi. Rumus Silver Meal yang digunakan adalah
Keterangan: Dm
= Permintaan pada periode ke- m (D1, D2, D3,…, Dm)
K(m) = Rata- rata biaya persediaan per unit waktu m
= Periode
A
= Biaya order
H
= Biaya simpan tiap unit /periode
Pemesanan 1 Biaya Pemesanan/pesan = Rp 460.755 Biaya Penyimpanan /btg = Rp 1.956,91 m =1 A (biaya pesan)
= 460755
h (biaya simpan)
=0
Jadi, biaya rata-rata /bulan
:
= = Rp 460.755 m =
2
A (biaya pesan)
= 460755
D2 (konsumsi bulan ke-2) h (biaya simpan)
= 157
= 1.956,91x157 = Rp 307.235,30
Jadi, biaya rata-rata /bulan: = = Rp 383.995,13 m =3 A (biaya pesan)
= 460755
D3 (konsumsi bulan ke-3) h (biaya simpan)
= 157
= 2x1.956,91x157 = Rp 614.470,50
Jadi, biaya rata-rata /bulan =
:
70
= Rp 460.820,27 Karena biaya untuk m = 3 > biaya untuk m = 2 atau
Rp 460.820,27 > Rp
383.995,13 maka diambil m = 3 Jumlah bahan baku yang diorder Pertama adalah 157 + 157 = 314 batang Pipa MS 19.1 x 1.2 mm. Sehingga, hasil perhitungan ukuran pemesanannya adalah sebagai berikut: Tabel 2 Perhitungan Lot Size dengan Silver-Meal
Pipa MS 19.1 x 1.2 mm
Gabungan Periode Trial Periode 1
Periode 1, 2 *
A
H
Rp460.75
Rp1.956,
5
91
TC
TC/t
460755
460755
767990,2
383995,1
6
3
1382460,
460820,2
Total Deman d 157
314
Periode 1, 2, 3
471
81
7
Periode 3
157
460755
460755
767990,2
383995,1
6
3
1382460,
460820,2
Periode 3, 4 *
314
Periode 3, 4, 5
471
81
7
Periode 5
157
460755
460755
767990,2
383995,1
6
3
1382460,
460820,2
Periode 5, 6 *
314
Periode 5, 6, 7
471
81
7
Periode 7
157
460755
460755
767990,2
383995,1
6
3
1382460,
460820,2
Periode 7, 8 *
314
Periode 7, 8, 9
471
81
7
Periode 9
157
460755
460755
Periode 9, 10 *
314
767990,2
383995,1
71
Periode 9, 10, 11* Periode 11
3
1382460,
460820,2
81
7
471 157
Periode 11, 12 *
6
460755
460755
767990,2
383995,1
6
3
314
Keterangan (*) = Optimal
Biaya Pemesanan /tahun: = jumlah order x biaya pemesanan = 6 x 460755 = Rp 2.764.530 Biaya Simpan /tahun = biaya simpan OH + biaya simpan SS = [1956,91 x (157+157+157+157+157+157)] + (1956,91 x 64,35 x 12) = 1.843.411,62 + 1.511.127,87 = Rp 3.354.539,49 Biaya Pembelian /tahun = kebutuhan konsumsi BB x harga BB = (157+157+157+157+157+157) x 22500 = Rp 21.195.000 Biaya Persediaan = Biaya Pemesanan + Biaya Simpan = 2.764.530 + 3.354.539,49 = Rp 6.119.069,49 Total Biaya = Biaya Pembelian + Biaya Persediaan = 21.195.000 + 6.119.069,49 = Rp 27.314.069,49 Langkah pertama adalah menentukan nilai EPP yang akan dijadikan nilai patokan di dalam pengendalian persediaannya.
Berdasarkan tabel 3 periode pemesanan pertama, dilakukan untuk dua minggu sekaligus sebesar 314 unit, yakni untuk kebutuhan minggu ke-1 (157), dan ke-2 (157). Nilai 157 dipilih
72
karena nilai tersebut merupakan akumulasi nilai simpan yang paling mendekati nilai EPP sebesar 236 unit. Proses ini berlanjut hingga periode ke-12 dan diperoleh hasil seperti tabel 3. Tabel 3 Perhitungan PBB
Periode Kebutuhan
Lama Disimpan
Akumulasi Nilai
Nilai Simpan
1
157
0
0
0
*1,2
157
1
157
157
3
157
0
0
0
*3,4
157
1
157
157
5
157
0
0
0
*5,6
157
1
157
157
7
157
0
0
0
*7,8
157
1
157
157
9
157
0
0
0
*9,10
157
1
157
157
11
157
0
0
0
*11,12
157
1
157
157
Perhitungan Safety Stock (SS), Reorder Point (RP), dan komponen biaya-biaya pada metode PBB sama dengan metode Silver-Meal. Berdasarkan tabel data MRP dari lot size PBB diatas, bisa dilihat bahwa diperoleh data yang sama dengan tabel data MRP dari lot size Silver-Meal. Sehingga, untuk metode PBB diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut: Safety Stock (SS): = 64.35 ≈ 65 batang Reorder Point (ROP) = 103,6 ≈ 104 batang Biaya Pemesanan /tahun: = jumlah order x biaya pemesanan = 6 x 460755 = Rp 2.764.530 Biaya Simpan /tahun = biaya simpan OH + biaya simpan SS = [1956,91 x (157+157+157+157+157+157)] + (1956,91 x 64,35 x 12) = Rp 3.354.539,49 Total Biaya Inventori = Biaya Pemesanan + Biaya Simpan
73
= 2.764.530 + 3.354.539,49 = Rp 6.119.069,49 Perbandiangan total biaya persediaan data perusahaan dan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Perbandingan Total Biaya Persediaan Bahan Baku Pipa Kebijakan Perusahaan
Periode
Permintaan I
II
1
150
0
2
0
0
3
127
165
4
0
0
5
200
0
6
0
0
7
397
0
8
99
0
9
0
0
10
150
226
11
613
0
12
250
0
Jumlah Banyak Pesan Total Biaya
Perhitungan Silver-Meal dan PPB 314
314
314
314
314
314
2377
1884
10 kali
6 kali
Rp9,259,125.07 Rp6,119,069.49
Berdasarkan perbandingan, perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp 9.259.125,07 – Rp 6.119.069,49 = Rp 3.140.055,58.
4. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yaitu lot size untuk pembelian bahan baku sebanyak 6 kali pemesanan serta waktu pemesanan kembali bahan baku (reorder point) sebanyak 104 batang dan biaya persediaan Rp 6.119.069,49 atau menghasilkan efisiensi biaya sebesar Rp 3.140.055,58.
74
DAFTAR PUSTAKA Ahyari, Agus. 2003. Manajemen Bahan-Bahan: Efisiensi Persediaan Bahan. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Baroto, Teguh. Akhira N (ed). Lolita (ed). 2002. Manajemen Produksi: Perencanaan Dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Fuad, Ath Hary. 2011. Perencanaan Persediaan Bahan Baku Gelondongan Dengan Metode Silver Meal (Studi kasus PT. Kantingan Timber Celebes Makasar). Makasar: Skripsi. Forgaty, D. 1991. Production and Inventory Management, Edisi 2. South-Western Publishing, Cincinnati, Ohio. J. Tersine, Richard.1994.Principles of Inventory and Materials Management, Fourth Edition.New Jersey: PTR Pretice-Hall, Inc. Tampubolon, Manahar P. 2004. Manajemen Operasional. Jakarta: Ghalia Indonesia. Vincent, Gaspersz.1998.Production Planning and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21.Jakarta: Gramedia.