PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai Pendahuluan Latar belakang Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas benih sampai benih saat ditanam tetap tinggi. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah faktor internal dan faktor eksternal (lingkungan simpan). Faktor internal mencakupsifat-sifat benih secara genetik, faktor kondisi benih meliputi kadar air dan vigor awal, kebersihan, tingkat kerusakan mekanis. Faktor lingkungan meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik mencakup RH, suhu dan gas. Pada praktikum ini akan dipelajari pengaruh kondisi ruang simpan terhadap daya simpan benih kedelai. Kondisi ruang simpan yang digunakan adalah kondisi RH rendah dan RH tinggi Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi simpan kondisi RH rendah dan RH tinggi terhadap viabilitas benih. Bahan dan Metode 1. Siapkan kedelai dalam kemasan plastik, setiap kantong berisi 50 g benih kemudian simpan pada kondisi RH rendah dan RH tinggi. Setiap minggu dilakukan pengujian daya berkecambah benih dan kadar air benih 2. Amati bagaimana daya berkecambah benih dan kadar air benih sampai akhir periode penyimpanan. Berikan kesimpulan pengaruh kondisi ruang simpan terhadap daya simpan benih. Tabel 1.Pengamatan kadar air (KA) dan daya berkecambah benih (DB)kedelai Periode Ulangan Perlakuan simpan RH tinggi RH rendah (minggu) KA DB KA DB 0 1 2 3 1 1 2 3 2 1 Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
2 3 3 1 2 3 4 1 2 3 5 1 2 3 6 1 2 3 7 1 2 3 8 1 2 3 9 1 2 3 10 1 2 3 Catatan : Laporan praktikum disusun secara lengkap (Pendahuluan, bahan dan metoda secara rinci, hasil pembahasan dan kesimpulan). Laporan dibuat oleh setiap grup.
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
PERCOBAAN II Penetapan Kadar Air Benih Pendahuluan Latar Belakang Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pada kegiatan pemanenan, pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih. Kadar air benih sangat menentukan ketepatan saat panen, tingkat kerusakan mekanis saat pengolahan, kemampuan benih mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan sehingga pengukuran kadar air benih harus dilakukan dalam pengujian mutu benih (termasuk uji rutin). Ada dua metode pengukuran kadar air yang dapat dilakukan, yaitu metode langsung dan metode tak langsung. Pada metode langsung kadar air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dari dalam benih. Sedangkan secara tidak langsung kadar air dapat diukur tanpa mengeluarkan air dalam benih, tetapi dengan memanfaatkan hambatan listrik dalam benih yang kemudiaan dikorelasikan dengan kadar air. Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan hasil penetapan kadar air benih menggunakan metoda langsung dengan oven suhu tinggi (1300C) dan suhu 105oC. Bahan dan Metode Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan adalah dua lot benih padi. Alat yang digunakan adalah oven, timbangan, cawan porselen, grinder, desikator, serta moisture tester (Steinlite) Metode penetapan kadar air dengan oven 1. Ambil benih padi untuk masing-masing lot 5 g, kemudian dihancurkan dengan menggunakan grinder selama 1 menit. 2. Timbang cawan dan tutup (M1), kemudian masukkan benih yang sudah dihancurkan ke dalam cawan dan timbang kembali (M2). 3. Masukan cawan tersebut kedalam oven 130-1350C, waktu sesuai komoditas dengan kondisi cawan terbuka. 4. Setelah satu jam tutup dan cawan kemudian dikeluarkan dari oven, kemudian dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit hingga dingin. 5. Timbang benih, cawan dan tutup yang telah di oven tadi (M3). 6. Hitunglah kadar air benih dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
(M2 – M3)
KA= -------------- X 100% (M2-M1) Keterangan : KA = Kadar air benih M1 = Berat cawan + tutup kosong M2 = Berat cawan + tutup + benih sebelum dipanaskan M3 = Berat cawan + tutup + benih setelah dipanaskan 7. Lakukan pengukuran kadar air benih masing-masing lot sebanyak 3 ulangan. 8. Lakukan dengan langkah yang sama untuk penetapan kadar air, namun suhu yang digunakan adalah 105oC selama minimal 17 jam 9. Bandingkan hasil penetapan kadar air dengan menggunakan kedua suhu tersebut
Tabel 2. Penentuan kadar air benih padi dengan metode oven Benih ulangan Lot 1 Lot 2 Suhu Suhu Suhu Suhu 105oC 135oC 105oC 135oC Padi 1 2 3 Rata-rata Catatan.: Laporan dibuat oleh masing-masing mahasiswa
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
PERCOBAAN III Efisiensi Alat Pembersih dan Pemilah Benih Pendahuluan Latar Belakang Pembersihan benih sangat penting karena benih yang kotor tidak baik bila disimpan lama, secara tidak langsung akan mempengaruhi viabilitas benih karena tersumbatnya ruang antara benih yang akan menimbulkan panas dan kelembaban tinggi sehingga menjadi tempat bersarangnya cendawan maupun hama. Proses pembersihan benih bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran fisik maupun biji-bijian lain yang mencampuri suatu kelompok benih. Kotoran fisik antara lain yaitu pecahan-pecahan biji, benih-benih yang berukuran kurang sempurna (keriput, inferior, membatu akibat kurang masak atau terserang penyakit), pecahan-pecahan batu maupun ranting-ranting yang terbawa pada waktu proses pemanenan. Dalam proses pembersihan dapat terjadi kerusakan fisik atau kurang sempurna proses pembersihannya sehingga diperoleh hasil yang tidak bersih 100%. Prinsip kerja dari alat pembersih ini adalah, memisahkan benih berdasarkan perbedaan ukuran/bentuk dan berat benih . Tujuan Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari efisiensi alat pembersih benih model clipper. Bahan dan Metode Benih yang di gunakan sebanyak tiga macam yang berbeda untuk masing-masing ditimbang 100 g.campur dengan kotoran fisik yang berupa daun kering sebanyak 10 g, biji lain sebanyak 20 g dan kotoran batu kerikil sebanyak 20 g aduk menggunakan alat pengaduk IPB 72-3 benih di bersihkan dengan alat clipper. Pisahkan dengan alat tersebut sehingga kembali menjadi komponen masing-masing seperti sebelum di campur dan gambar alat tersebut secara skematis. Laporan Percobaan Clipper ; pintu pemisah komponen ada…………………..buah. Masing-masing untuk memisahkan sebagai berikut = Pintu 1 = Pintu 2 = Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
Pintu 3 = Pintu 4 = Pintu 5 = Pintu 6 = Terdapat 3 set campuran benih yang masing-masing terdiri dari Set 1 = a)….…;b)…….;c)……..;d)………… Set 2 = a)….…;b)…….;c)……..;d)………… Set 3 = a)….…;b)…….;c)……..;d)………… Dengan screen ukuran……(atas) dan ukuran…….(bawah) maka = Set no. 1 akan mampu dipisahkan di masing-masing pintu berikut = Pintu 1 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 2 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 3 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 4 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 5 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 6 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Kotoran fisik jatuh masing-masing = Daun kering di pintu…….,……..,……,…… Batu kerikil di pintu……..,………,…….,…… Dengan screen ukuran…….(atas) dan ukuran…….(bawah) maka = Set no. 2 akan mampu dipisahkan di masing-masing pintu berikut = Pintu 1 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 2 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 3 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 4 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 5 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 6 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Kotoran fisik jatuh masing-masing = Daun kering di pintu…….,……..,……,…… Batu kerikil di pintu……..,………,…….,…… Dengan screen ukuran…….(atas) dan ukuran…….(bawah) maka = Set no. 3 akan mampu dipisahkan di masing-masing pintu berikut = Pintu 1 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 2 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 3 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 4 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 5 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Pintu 6 = benih a)…….%;b)……..%;c)……...%;d)………..% Kotoran fisik jatuh masing-masing = Daun kering di pintu…….,……..,……,…… Batu kerikil di pintu……..,………,…….,…… Catatan.: Laporan dibuat oleh masing-masing mahasiswa
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
PERCOBAAN IV Pengaruh Bentuk Benih terhadap Efisiensi Pemilahan dengan Spiral Separator Pendahuluan Latar Belakang Pemilahan benih dilakukan untuk mendapatkan mutu fisik benih yang seragam bentuk maupun ukurannya. Proses pembersihan dan pemilahan dapat dilakukan sekaligus dengan mesin tertentu. Namun beberapa mesin hanya dapat digunakan untuk pemilahan saja. Spiral separator merupakan alat pemilah benih yang prinsip kerjanya berdasarkan kemampuan menggelinding benih pada alat tersebut. Perbedaan bentuk benih akan mempengaruhi kecepatan menggelinding, sehingga benih-benih tersebut dapat dipilah. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh bentuk benih terhadap efisiensi pemilahan Bahan dan Metode Buat campuran benih dengan komposisi sbb: 1. 300 g kedelai dan 10 g jagung 2. 300 g kedelai dan 10 g kacang hijau Buat campuran dengan komposisi tersebut untuk tiga ulangan.Selanjutnya masukkan campuran benih tersebut ke dalam alat spiral separator. Amati efisiensi pemilahan dan berikan pembahasannya. Tabel 3. Hasil Pengamatan Campuran benih ulangan Kedelai + jagung 1 2 3 Rata-rata Kedelai kc.hijau
Benih yang tidak terpisah
Efisiensi pemilahan
+ 1 2 3
Rata-rata Catatan.: Laporan dibuat oleh masing-masing mahasiswa Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
PERCOBAAN V STRUKTUR BENIH Pendahuluan Latar Belakang : Benih terdiri atas tiga komponen, yaitu kulit benih, embrio dan cadangan makanan. Kulit benih,yang merupakan lapisan terluar benih, dapat terdiri atas testa atau testa dan lapisan lain. Testa adalah lapisan yang berasal dari integumen, misalnya pada benih kedelai, kacang tanah dll.Pada kariopsis (misalnya padi dan jagung) testa bersatu dengan perikarp.Kulit benih sangat bervariasi dalam warna, tekstur serta ada atau tidaknya struktur tambahan seperti sayap, karunkula dll. Embrio adalah struktur yang terbentuk dari fertilisasi (bersatunya antara sel telur dan sperma).Struktur utama embrio (poros embrio) terdiri atas radikula (bakal akar), plumula (bakal daun) dan hipokotil (bakal batang).Pada benih dikotil, umumnya embrio mempunyai kotiledon. Cadangan makanan dalam benih sangat penting untuk proses perkecambahan. Pada monokotil (misalnya familia Gramineae)cadangan makanan dalam benih berupa endosperma yang terbentuk dari bersatunya sperma dan inti polar, disebut sebagai benih endospermik.Pada benih demikian endosperma merupakan bagian terbesar dari struktur benih.Pada dikotil (misalnya familia Leguminosae dan Cucurbitaceae)umumnya benih tidak mengandung endosperma (benih non-endospermik), dan cadangan makanan untuk perkecambahannyaadalah kotiledon, yang merupakan bagian dari embrio, dan kotiledon merupakan bagian terbesar dari struktur benih.Akan tetapi ada juga dikotil yang mempunyai endosperma (misalnya familia Euphorbiaceae).Pada benih demikian endosperma yang merupakan bagian terbesar struktur benih berfungsi sebagai cadangan makanan untuk perkecambahan, bukan kotiledon yang merupakan jaringan tipis.
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
Tujuan : Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari variasi struktur benih tanaman beberapa familia.
Bahan dan Metode : Benih dari beberapa familia tanaman: Gramineae (jagung, padi), Leguminosae (kacang tanah, kedele, kacang merah, lamtoro), Solanaceae (tomat, cabe, terong), Eophorbiacea (jarak kepyar, jarak pagar, karet) dan lainnya yang tersedia. 1. Benih yang kering dilembabkan dahulu selama 24 jam supaya lunak, mempermudah diiris atau dikupas 2. Iris benih dengan arah vertikal sehingga seluruh bagian internal dapat diamati 3. Amati warna, tekstur kulit benih serta adanya struktur tambahan 4. Gambar benih utuk dan struktur internalnya, beri keterangan masing masing bagian benih
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
PERCOBAAN VI Metode Pematahan Dormansi Benih Pendahuluan Latar Belakang Dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah walaupun ditanam dalam kondisi yang optimum.Salah satu keuntungan sifat dormansi pada benih yaitu untuk melestarikan spesies tersebut. Namun dormansi dapat menjadi masalah karena saat konsumen benih akan menanam benih yang masih dorman tidak tumbuh dengan seragam, selain itu juga mengacaukan interpretasi dalam pengujian benih. Beberapa jenis benih tidak dapat berkecambah karena adanya hambatan dari kulit benih yang impermeabel terhadap air dan gas, kulit benih yang tebal dan keras. Sebagian jenis benih yang lain tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Kasus tersebut disebut after-fipening. Beberapa metode pematahan dormansi telah dikembangkan berdasarkan kasus penyebab dormansi benihnya, karena metode yang efektif untuk suatu kasus belum tentu efektif untuk kasus dormansi lainnya. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang tepat pada kasus dormansi fisiologi (salah satunya after-ripening) dan dormansi fisik. Bahan dan Metode Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan adalah benih padi yang baru dipanen, benih saga pohon, 0.2 % KNO3, air panas (mendidih), aquades, kertas merang, plastik, label dan pasir. Alat yang digunakan adalah glassjar, box perkecambahan benih serta alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A/B dan Scarifier. Metode Percobaan dilakukan secara terpisah untuk benih padi dan benih saga pohon. Teknik pematahan dormansi benih padi yaitu : kontrol (P0); perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1); perendaman dengan air selama 24 jam (P2). Untuk benih saga pohon : kontrol (P0); perendaman KNO3 0.2 % selama 24 jam (P1) dan Skarifikasi fisik (P2). Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
1. Teknik pematahan dormansi benih padi Masing-masing 4x100 butir benih dimasukkan ke dalam glassjar yang berisi larutan 0.2 % KNO3 dan aquades, biarkan selama 24 jam. Tiriskan dan tanam pada substrat kertas merang, demikian juga untuk perlakuan kontrol (tanpa perlakuan). Amati daya berkecambahnya 2. Teknik pematahan dormansi benih saga pohon. Lakukan seperti pada benih padi, kecuali untuk perlakuan P2 yaitu diskarifikasi menggunakan scarifier. Tabel 4. Pengamatan daya berkecambah benih albisia Perlakuan Ulangan
Kontrol
Skarifikasi
KNO3 0.2 %
1 2 3 4 Tabel 5. Pengamatan potensi tumbuh maksimum benih albisia Perlakuan Ulangan
Kontrol
Skarifikasi
KNO3 0.2 %
1 2 3 4
Tabel 6. Pengamatan persentase kecambah normal benih padi Periode Ulangan Perlakuan simpan (minggu) Kontrol KNO3 Air 0 1 2 3 1 1 2 3 2 1 2 3 3 1 Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
4
5
6
7
8
9
10
2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Catatan : Laporan praktikum lengkap (Pendahuluan, Bahan dan Metoda secara rinci, Hasil pembahasan dan kesimpulan) oleh setiap grup. Catatan : Laporan praktikum lengkap disusun oleh setiap grup.Laporan meliputi Pendahuluan, Bahan dan Metoda secara rinci, Hasil pembahasan dan kesimpulan
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
PERCOBAAN VII Pengujian Daya Berkecambah Benih Pendahuluan Latar Belakang Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih.Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih.Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial benih.Daya berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Sesuai dengan tujuan pengujian yaitu untuk mendeteksi viabilitas benih dalam kondisi optimum, kondisi pengujian daya berkecambah benih dibuat serba optimum dan standar. Media untuk menumbuhkan benih digunakan : kertas merang dan pasir, kertas saring atau kertas koran bila benih dikecambahkan dalam alat pengecambah benih. Media pasir, serbuk gergaji atau arang sekam digunakan bila benih ditumbuhkan diruang persemaian (lath house). Ukuran media kertas atau boks plastik yang digunakan harus standar untuk menanam sejumlah benih tertentu , pelembaban media harus optimum karena media terlalu kering atau terlalu basah akan menyebabkan kondisi menjadi tidak optimum. Metode penanaman benih dalam uji daya berkecambah yang menggunakan media kertas: benih ditanam diatas media kertas (UDK), diantara media kertas (UAK), diantara media kertas kemudian digulung (UKD) , bila dilapisi plastik dibagian luarnya adalah UKDdp. Ciri lain dan khas dari pengujian daya berkecambah benih adalah pengamatan terhadap benih yang tumbuh normal dilakukan dua kali. Pengamatan pertama biasa disebut hitungan pertama, dilakukan pada hari ketiga setelah tanam untuk benih jagung, kedelai; kacang tanah; benih padi pada hari kelima dan untuk benih cabe, tomat dan terong pada 7 hari setelah benih ditanam.Pengamatan pertama ditujukan untuk optimalisasi media, benih yang telah tumbuh menjadi kecambah normal dihitung, dicatat jumlahnya, setelah itu dikeluarkan dari media.Benih yang busuk, bercendawan juga disingkirkan.Bila media kering ditambah kelembabannya.Benih yang belum berkecambah atau kecambah belum tumbuh normal dibiarkan dalam media tanam hingga akhir pengujian. Pengamatan kedua atau hitungan kedua semua kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh diamati. Penentuan daya berkecambah benih adalah jumlah kecambah normal hitungan satu dan dua dibagi jumlah benih yang diuji dikali 100%. Kriteria kecambah normal yang digunakan bagi bermacam jenis tanaman juga harus standar. Untuk tanaman dikotil bagian kecambah yang harus diperhatikan ialah : perakaran yang terdiri akar primer dan sekunder, hipokotil yaitu calon batang yang Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
terletak di bawah kotiledon, kedua kotiledon, epikotil dan plumula. Untuk kecambah monokotil bagian yang diperhatikan : akar seminal primer dan sekunder, mesokotil, koleoptil, dan plumula. Tujuan Setelah mengikuti praktikum Pengujian Daya Berkecambah Benih mahasiswa dapat melakukan beberapa metode uji daya berkecambah benih serta dapat mendeteksi viabilitas potensial suatu lot benih dengan tolok ukur daya berkecambah benih Bahan dan Metode Bahan dan Alat Benih yang digunakan : jagung, caisin, bawang, terong, kangkung dan timun Media yang digunakan : kertas merang segi empat panjang berukuran 20X30 cm, kertas merang bentuk bulat diameter 10 cm, media pasir Alat yang digunakan : alat pengecambah benih tipe : IPB 72-1; IPB 73-2A/B, IPB 73-2A. Alat pengepres kertas merang IPB 75-1. Metode Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UDK (Uji Diatas Kertas)
Cawan petri diameter 10 cm dilapisi tiga lembar media kertas merang bentuk bulat Diatas kertas merang ditetesi air hingga merata. Cawan dimiringkan sehingga air yang berlebih terkumpul di bagian bawah. Air berlebih dibuang. Benih yang ditanam dengan metode UDK ialah benih yang berukuran kecil : caisin, bawang, cabe. Jumlah benih yang ditanam satu cawan petri 25 butir. Cawan petri ditutup, diletakkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 73-2A. Setelah benih mulai berkecambah, tutup cawan dibuka. Pengamatan terhadap jumlah kecambah nornal dilakukan pada :
Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik) :
Kertas merang segi empat panjang berukuran 20X30 cm direndan dalam air. Setelah lembab diangkat dan diriskan airnya menggunakan alat pengepres kertas merang IPB 75-1 Benih ditanam diatas 3 media kertas merang yang dibawahnya dilapisi plastik, untuk media ukuran 20X30 ditanam 25 butir benih ukuran sedang-besar (jagung, timun dan kangkung). Setelah benih ditanam, ditutup dengan 3 lembar media lembab, kemudian digulung. Gulungan kertas merang diletakan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 72-1. Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
Pengamatan dilakukan pada hari ke 3 dan ke 5 setelah tanam Pengujian UKDdp untuk padi digunakan media kertas merang ukuran 20X30 cm dilipat jadi dua sejajar panjangnya. Diatas media ditanam 25 butir benih padi, media setengahnya ditutupkan, kemudian media digulung. Alat pengecambah benih yang digunakan Tipe IPB 73-2A/B.
Tabel 7. Pengamatan Daya Berkecambah Benih Komoditi Ulangan ∑ Kecambah ∑ Kecambah ∑ Benih % Daya Berkecambah Normal Abnormal Mati Timun 1 2 3 Jagung 1 2 3 Kangkung 1 2 3 Caisin 1 2 3 Bawang 1 2 3 Terong 1 2 3
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
PERCOBAAN VIII Uji Vigor Benih dengan NaCl Pendahuluan Latar Belakang Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman berproduksi normal dalam kondisi subobtimum. Beberapa kondisi suboptimum di lapang misalnya ; kondisi kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah berpenyakit, dsb. Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi. Pengujian ketahanan benih terhadap kekeringan dapat dilakukan secara simulasi di Laboratorium menggunakan larutan NaCl. Pada konsentrasi tinggi larutan ini tidak hanya memberikan cekaman akibat tekanan osmotiknya sehingga benih mengalami hambatan dalam proses imbibisi, tetapi juga memberikan cekaman terhadap kondisi salin. Pada kondisi tersebut hanya benih vigor yang mampu tumbuh dengan baik. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari uji vigor kekuatan tumbuh benih terhadap kekeringan (VKTkekeringan). Bahan dan Metode Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan adalah dua lot benih kacang panjang yang berbeda vigornya, kertas merang, plastik, label, larutan NaCl 1% dan aquades. Alat yang dibutuhkan adalah alat pengecambah benih IPB 72-1, gelas ukur, beaker glass, pengaduk gelas, timbangan serta alat penunjang yang lain. Metode Metode Prosedur pelaksanaan 1. Tanam masing-masing lot benih kacang panjang sebanyak 50 butir pada substrat kertas merang yang sudah dilembabkan dengan larutan NaCl 1%. Untuk kontrol substrat perkecambahan dilembabkan dengan aquades. Lakukan sebanyak 4 ulangan untuk masing-masing perlakuan pada kedua lot benih. 2. Simpan pada alat pengecambah benih IPB 72-1. 3. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam terhadap kecambah normal, abnormal dan mati (isikan pada Tabel ). Bandingkan bagaimana pertumbuhan Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
kecambah pada kedua substrat (kontrol dan perlakuan NaCl) pada kedua lot benih. 4. Bahas dan buat kesimpulannya. Tabel 8. Hasil pengamatan uji vigor dengan media yang dilembabkan larutan NaCl Lot Perlakuan Ulangan Kecambah Kecambah mati Normal abnormal Tinggi Kontrol 1 2 3 4 Rata-rata NaCl 1 2 3 4 Rata-rata Rendah Kontrol 1 2 3 4 Rata-rata NaCl 1 2 3 4 Rata-rata Catatan.: Laporan oleh masing-masing mahasiswa
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
PERCOBAAN IX Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium Pendahuluan Latar Belakang Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih atau uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indiksi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah. Pengujian tetrazolium menggunakan senyawa indikator 2.3.5 Trifenil tetrazolium klorida yang larut dalam air untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih kedalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk endapan formazan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak terjadi reduksi, sehingga warnanya tetap.Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal. Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bila dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih dapat dikembangkan ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah : penyiapan benih yang akan diuji dengan menghitung jumlahnya, pelembaban benih untuk aktivasi enzim dan pelunakan jeringan benih, pembukaan jaringan benih untuk pewarnaan ( penusukan, pemotongan, pengupasan testa, pengeluaran embrio), penyiapan larutan tetrazolium, suhu dan lama perendaman, penilaian benih viabel dan benih non viabel. Bahan dan Metode 1. Benih jagung masing-masing 50 butir dilembabkan selama 1 malam. 2. Belah bagian embrio untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium ke dalam benih. Rendam benih tersebut dengan larutan Tetrazolium secukupnya sampai benih terendam seluruhnya. Untuk mempercepat proses pewarnaan bisa dipakai suhu 400C selama 1 jam 3. Evaluasi/Pengamatan Setelah proses pewarnaan biji harus segera diamati : Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
Tuang larutan tetrazolium dengan menggunakan saringan teh, cuci benih dengan air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan tetrazolium). Rendam dalam air bersih. Amati benih satu per satu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan gambar 1 – 10. Gambar dan hitung persentase benih viabel. Apabila perlu gunakan mikroskop stereo
Gambar 1. Pola pewarnaan Tetrazolium untuk benih /biji jagung yang hidup dan yang mati Kriteria dalam interpretasi hasil uji tetrazolium pada biji jagung.Bagian gambar yang berwarna hitam menunjukkan adanya pewarnaan merah dari jaringan yang hidup; bagian yang berwarna putih adalah bagian yang tidak berwarna yang berarti jaringannya mati. No.1 Biji dapat tumbuh (Germinable) Seluruh embrio berwarna merah cemerlang No.2-4 Biji dapat tumbuh (Germinable) Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna No.5-6 Biji dapat tumbuh (Germinable) Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna;dan bagian yang tidak kritis dari radikula (calon akar) juga tidak berwarna No.7-8 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian di mana tempat akar seminal berasal (pada struktur biji) tidak ada pewarnaan Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
No.9 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Plumula tidak terjadi pewarnaan (kadar jaringannya mati) No.10 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian tengah dari skutelum dan bagian dari tempat pertumbuhan akar seminal tidak berwarna No.11 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Plumula dan radikula tidak berwarna No.12 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian bawah skutelum dan radikula sampai ke bagian tempat tumbuh akar seminal tidak berwarna No.13 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Skutelum seluruhnya tidak berwarna No.14 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Skutelum dan radikula tidak berwarna No.15 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Pewarnaan embrio merah muda yang sangat redup No.16 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Seluruh embrio tidak berwarna
Gambar 2. Benih/biji dan struktur bibit jagung Keterangan: Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
A. Penampang luar kariopsis a. Pericap b. Embrio c. Endosperm B. Penampang membujur dari luar a. Skutelum b. Koleoptil c. Plumula C. Bibit a. Akar seminal b. Radikula c. Koleoriza Hasil Pengamatan Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium Tabel 9. Hasil pengamatan uji tetrazolium dan Uji Daya Berkecambah Jumlah benih
Ulangan
5
1
Lot
Viable
Komentar
(%) TZ DB
5
2
TZ DB
5
3
TZ DB
5
4
TZ DB
Rata-rata
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
PERCOBAAN X Penentuan Bobot Kering Kecambah Normal Pendahuluan Latar belakang Pengujian viabilitas benih melalui pendekatan fisiologis dilakukan dengan mengamati gejala pertumbuhan benih tersebut. Tolok ukur yang digunakan untuk pengujian tersebut misalnya daya berkecambah benih yaitu penentuan persentase kecambah normal dari benih yang diuji. Viabilitas benih juga dapat dinilai berdasarkan kemampuannya dalam pembentukan biomas kecambah yang diukur berdasarkan bobot kering kecambah. Lot benih yang viabilitasnya lebih tinggi akan mampu menghasilkan bobot kering kecambah lebih besar. Pengukuran bobot kering kecambah merupakan tolok ukur yang lebih kuantitatif dan obyektif. Praktikum ini bertujuan untuk menguji viabilitas benih dengan tolok ukur bobot kering kecambah dari 2 lot benih kedelai. Bahan dan Metode 1. Tanam benih kacang panjang dengan metoda UKDdp, 20 butir setiap gulung dan dikecambahkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 72-1 2. Hitung daya berkecambah benih pada hari ke-5 3. Setelah pengamatan daya berkecambah, lakukan pengukuran bobot kering kecambah normal dengan cara sebagai berikut : 4. Buang kotiledon dengan hati-hati 5. Masukkan kecambah yang sudah dibuang kotiledonnya ke dalam kantong kecambah. Kantong ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal (Ko) 6. Masukkan kantong berisi kecambah dalam keadaan terbuka ke dalam oven suhu 60oC selama 3 x 24 jam 7. Selanjutnya masukkan kantong dalam desikator, tunggu sampai dingin dan ditimbang (K1) 8. Bobot kering kecambah = K1 – Ko Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel berikut
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016
Tabel 3. Hasil pengamatan daya berkecambah dan bobot kering kecambah Lot Benih
Viabilitas tinggi
Ulangan
Daya berkecambah (%)
Bobot kering kecambah Normal(g)
Bobot kering/kecambah
1 2 3 Rata-rata
Viabilitas rendah
1 2 3 Rata-rata
Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih Semester ganjil Tahun 2015/2016