PERBANDINGAN STRUKTUR KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA DALAM DUA NOVEL INDONESIA (SEBUAH TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)
Agung Budiartati Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Tulisan ini merupakan sajian ringkas tentang “Perbandingan StrukturKepribadian Tokoh Utama dalam Dua Novel Indonesia (Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra)”. Kepribadian tokoh utama dalam sebuah novel dapat dianalisis berdasarkan kajian psikologi Sigmun Freud. Tokoh utama ternyata memiliki kesamaan dan perbedaan dalam indikator perilaku. Dalam kesamaan indikator, ternyata ditemukan perbedaan dalam perilakunya. Masing-masing tokoh utama memiliki ciri khas perilaku yang menunjukkan karakter mereka. Kebermanfaan hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsih positif kepada guru, peserta didik, peneliti lain sebagai acuan pembelajaran dalam menganalisis kepribadian tokoh cerita berdasarkan sudut pandang psikologi sastra. Kata kunci: struktur kepribadian, tokoh utama, novel, pendekatan psikologi sastra Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti "teks yang mengandung instruksi" atau "pedoman", dari kata dasar ‘Sas’ yang berarti "instruksi" atau "ajaran" dan ‘Tra’ yang berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada "kesusastraan" atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Lebih lanjut Semi (1988:8) mengatakan bahwa sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Berkenaan dengan hal di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengangkat dua novel Indonesia sebagai sumber penelitian. Kedua novel tersebut dapat dijelaskan berikut ini. Novel pertama, “Selingkuh: Harga Sebuah Kehormatan” karya Langit Kresna Hariadi. Langit Kresna Hariadi adalah seorang penulis best seller Gajah Mada, karya-karyanya
mendapat tempat di hati pembaca, karena gaya penceritaan yang luwes serta mudah dipahami. Selain itu, tema yang diangkat pun sesuai dengan tema kehidupan masyarakat pada era tulisan tersebut ditulis. Demikian juga dengan novel “Selingkuh” ini, keberadaan novel ini sebelumnya pernah diterbitkan oleh penerbit Tinta dengan judul “Serong” yang kini dapat ditemui dengan judul “Selingkuh”. Gaya menulis yang lancar dan mengalir begitu saja, membuat karya Langit Kresna Hariadi digemari penikmat sastra, serta dapat menyandang penulis novel best seller. Novel kedua, “Sarvatraesa Sang Petualang” karya Dian Nafi. Sebagai seorang penulis muda berbakat, ternyata karya beliau tak kalah dengan karya seniornya. Dian Nafi sempat terpilih sebagai penulis WS Cerpen Kompas (2012) serta sebagai nominasi kategori buku dan desain sampul nonfiksi terfavorit anugerah pembaca Indonesia (2012). Sebagai penulis muda berbakat, karyanya sudah diterbitkan di berbagai
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 495
penerbit. Di sisi lain, Dian Nafi menulis dengan gaya tulisan yang mudah dipahami serta memilki alur yang jelas, serta muatan amanat yang begitu matang sesuai dengan kenyataan masyarakat kini. Terlihat jelas bahwa kemantapan emosi dan pola pikir mempengaruhi karyanya. Berkenaan dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, alangkah baiknya jika dipaparkan juga tentang psikologi sastra. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa, serta tingkah laku manusia, maupun hewan, baik di alam kesadaran maupun ketidaksadaran. Hal ini menyiratkan bahwa, salah satu objek psikologi adalah manusia dengan kepribadiannya. Psikologi mempelajari mengapa seseorang mempunyai struktur kepribadian tertentu, mengalami perubahan kepribadian serta perkembangan kepribadian ke arah tertentu. Sedangkan karya sastra merupakan hasil karya seorang pengarang yang merupakan perenungan dan imajinasi dari hal-hal yang diindera, diketahui, dirasa, ditanggapi, difantasi, direnungkan, disampaikan melalui bahasa sehingga menjadi karya yang estetik. Oleh karena itu masalah dalam sastra memiliki kemiripan dengan dunia luar karya sastra tersebut. Karya sastra merupakan cermin dunia nyata. Jadi psikologi sastra adalah upaya penerapan disiplin psikologi dalam sebuah karya sastra. Psikologi sastra adalah kajian psikologi yang menekankan pada karya sastra, yang mencoba menangkap dan menyimpulkan aspek-aspek psikologis yang tercermin dalam perwatakan tokoh-tokohnya, dengan memanfaatkan sumbangan pemikiran dari aliran psikologi tertentu. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek kejiwaan para tokoh cerita. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis memilih penerapan psikologi
Sigmund Freud untuk menganalisis struktur kepribadian tokoh utama kedua novel Indonesia tersebut. Hal ini berdasarkan pandangan bahwa tokoh utama dalam kedua novel tersebut memiliki struktur kepribadian yang berbeda serta sebagai upaya untuk mengetahui kelayakan penerapan psikologi Sigmund Freud untuk analisis tokoh cerita dalam sebuah novel, yang pada hakikatnya segala pengalaman hidup, pengalaman kejiwaan tokoh utama dalam sebuah novel adalah gambaran kehidupan nyata di masyarakat. Selain itu, sentuhan emosi yang digambarkan lewat kata-kata, kalimat yang terekam dalam monolog, dialog serta narasi pengarang, merupakan gambaran kekalutan dan kejernihan batin pengarang. Aspek psikologi pengarang juga mewarnai dalam tiap karyanya yang tergambarkan dalam pola pikir dan perilaku para tokoh cerita. Lebih lanjut sebagai referensi tentang psikologi struktur kepribadian, Freud (dalam Yusuf & Nurihsan, 2011:44-45 ) mengatakan beberapa hal tentang superego yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Superego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar menerima hadiah dan menghindari hukuman dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orangtua. Introjeksi: mekanisme terbentuknya kata hati dan ego ideal/ proses penerimaan anak terhadap norma-norma moral orangtuanya. Kata hati dan ego ideal membentuk komponen superego sebagai suatu sistem kepribadian individu. Fungsi kata hati: sebagai hakim dalam diri seseorang yang
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 496
mampu menghukumnya dengan membuat merasa bersalah jika dia melakukan kesalahan. Fungsi ego ideal: pemberi hadiah atau ganjaran kepada individu dengan membuatnya merasa bangga akan dirinya jika dia berbuat baik. Fungsi superego: (a) merintangi dorongan id, terutama dorongn seksual dan agresif karena dalam perwujudannya sangat dikutuk oleh masyarakat, (b) mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralitik, (c) mengejar kesempurnaan. METODE Sebagai langkah pendukung penelitian ini, maka diuraikan metode yang digunakan dengan langkahlangkah penelitian yang meliputi: (1) pendekatan dan jenis penelitian, (2) instrumen penelitian, (3) data dan sumber data, (4) teknik pengumpulan data, (5) teknik analisis data, (6) pengecekan keabsahan data, dan (7) prosedur penelitian. Sastra merupakan sebuah disiplin ilmu yang unik. Sastra tidak berada di luar diri pembaca seperti fenomena fisika yang selalu di luar fisikawan. Sastra ditulis untuk pembaca dan bukan milik kelompok elit cendekiawan. Maka pengalaman sastra tidak mungkin menggunakan perantara. Pengalaman itu merupakan kontak langsung antara pembaca dengan cipta sastra tersebut, agar pembaca dapat merasakan sensasi, emosi, dan gagasan tentang kehidupan yang terpola yang dikomunikasikan oleh sastrawan. Berdasarkan ilustrasi tentang sastra tersebut, maka dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan psikologi sastra, yang berpandangan bahwa sastra merupakan hasil kreativitas pengarang dengan menggunakan media bahasa, yang diabdikan untuk kepentingan estetis. Dengan kata lain, karya sastra
merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, baik suasana pikir maupun suasana rasa (emosi). Asumsi dasar dari pendekatan ini adalah sastra sebagai “gejala kejiwaan” di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian karya sastra (teks sastra) dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Hal ini dengan alasan bahwa karya sastra adalah objek manusiawi, fakta kemanusiaan, atau fakta kultural, sebab karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia. Sebagai fakta kemanusiaan, karya sastra merupakan ekspresi dari kebutuhan tertentu manusia. Sebagai fakta emprik, karya sastra berwujud dalam aspek bunyi dan tulisan sedangkan tulisan sendiri adalah sebuah simbol bunyi. Di sisi lain, karya sastra sebagai fakta nonempirik, yaitu karya sastra adalah makna, dalam arti, kesadaran manusia baik kesadaran individu maupun kesadaran kolektif. Dalam kesadaran individu, hanya individu pengaranglah yang langsung berhubungan dengan karyanya. Sedangkan kesadaran kolektif berkenaan dengan unsur kebahasaan, adat istiadat, kebiasaan, gaya hidup masyarakat, keluarga, negara serta hukum (Faruk, 2012:77-81). Sebagai suatu penelitian kualitatif, maka data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat yang terekam dalam monolog, dialog, narasi tentang struktur kepribadian tokoh utama. Lebih lanjut Sugiyono (2010:15) memberi batasan tentang metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagi instrumenn kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secar purposive dan snowbal, teknik
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 497
pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dalam penelitian kualitatif ini, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2010:305-306). Peneliti sebagai instrumen utama memiliki keunggulan dapat memutuskan sesuatu secara fleksibel, dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan. Dalam proses analisis, peneliti melakukan penafsiran makna dari data yang diperoleh. Data penelitian ini adalah kata-kata, kalimat yang terekam dalam monolog, dialog dengan tokoh lainnya, dan narasi tokoh utama, yang sekaligus menggambarkan watak tokoh utama dalam dua novel Indonesia (Selingkuh, Sarvatraesa). Peneliti melakukan upaya membaca, memahami kata-kata dan kalimat tersebut yang pada hakikatnya memiliki nuansa perilaku lahir dan batin tokoh utama yang sekaligus menggambarkan suasana batin pengarang pada proses penciptaan karya tersebut.
tindakan membayangkan dan merencanakan sesuatu dalam hidupnya. Darmadi adalah bukan sosok tokoh yang ideal yang patut menjadi tauladan bagi tokoh lainnya dalam hal perilakunya, yang tampak dalam aspek conscience. Ego Ideal Darmadi amat minim. Darmadi tokoh yang tidak banyak melakukan kebaikan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Darmadi tokoh yang sarat dengan keburukan. Aspek Id amat mendominasi dalam tindakannya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Kepribadian Saya Tokoh saya adalah sahabat darmadi yang sering dijadikan tameng diri Darmadi untuk memuluskan keinginannya. Tokoh saya menunjukkan tindak refleks yang amat dominan dalam hidupnya. Tindak refleks tentang hal yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Fungsi Id dalam proses primer juga agak mendominasi dalam hidupnya. Tokoh saya suka membayangkan tentang sesuatu, seseorang dan suasana yang akan terjadi maupun yang telah terjadi. Dalam aspek Ego ada perimbanganperilaku proses sekunder dengan perilaku uji realita. Sedangkan dalam aspek Superego, Ego Ideal amat mendominasi daripada consciencenya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tokoh saya memiliki pribadi yang patut dicontoh meskipun sebenarnya dia adalah sosok yang lemah dan pada akhirnya diketahui bahwa saya adalah seorang yang munafik.
Struktur Kepribadian Darmadi Darmadi adalah seorang tokoh yang memiliki tindak refleks yang bervariasi dalam merefleksi tindakan yang menyenangkan maupun tindakan yang tidak menyenangkan. Namun demikian refleks tindakan yang tidak menyenangkan amat dominan jika dibandingkan dengan tindakan yang menyenangkan. Selain itu, Darmadi adalah tokoh yang tidak terlalu banyak
Struktur Kepribadian Sarvatraesa Sarvatraesa menunjukkan pribadia yang dominan dalam tindak refleksnya, baik tindakan yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Sarvatraesa juga seorang yang suka membayangkan tentang seseorang, suasana, kejadian, masa depannya. Dalam hidup Sarvatraesa, tidak terlalu banyak perencanaan, bahkan uji rencana pun tidak ditemukan datanya. Dalam
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 498
aspek Superego, ada perimbangan dari aspek conscience yang menunjukkan perilaku buruknya, namun masih lebih dominan dalam aspek Ego Idealnya. Maka dapat dikatakan Sarvatraesa adalah sosok yang ideal dan patut diteladani meskipun ia memilki sisi negatif dalam hidupnya. Struktur Kepribadian Mayana Mayana adalah perempuan pujaan Sarvatraesa dari masa gadis sampai ia menjanda. Mayana menunjukkan dominasi tindak refleks yang tidak menyenangkan.Mayana tidak banyak memb adalahayangkan dalam hidupnya. Maka dapat dikatakan tidak ada perimbangan dalam aspek Id. Jika dilihat dari aspek Ego, Mayana tidak memperlihatkan perilaku yang menunjukkan aspek tersebut. Mayana tidak merencanakan sesuatu dalam hidupnya bahkan tak ada niatan untuk menguji rencana tersebut. Struktur Kepribadian Davina Davina seorang pengagum berat Sarvatraesa. Apapun akan ia lakukan untuk mendapatrkan hati Sarvatraesa. Dalam aspek Id, Davina menunjukkan tindak refleks yang variatif, meskipun dapat dikatakan refleks tindak yang tidak menyenagkan amat mendominasi. Sementara proses primer hanya ditemukan satu indikator saja. Dalam aspek Ego, tidak ditemukan sebuah perilaku pun. Maka dapat dikatakan Davina seseorang yang tidak merencakan dan menguji rencan tersebut dalam hidupnya. Jika dilihat dari aspek Superego, Davina adalah perempuan yang dapat diteladani dalam hidupnya. Ego ideal lebih menonjol daripada concscience yang menunjukkan perilaku buruknya. Berdasarkan hasil paparan data yang telah ditemukan, maka dapat diketahui perbandingan struktur kepribadian tokoh utama kedua novel tersebut, yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Perbandingan Struktur Kepribadian Tokoh Utama dalam Aspek Id Dalam aspek Id tindak refleks, dapat diketahui perbandingan struktur kepribadian tokoh utama novel Selingkuh dengan novel Sarvatraesa. Keempat tokoh sama-sama menunjukkan tindak refleks, baik tindakan yng menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Beberapa tindak refleks memiliki kesamaan wujud, namun di sisi lain perwujudan tindak refleks tersebut dalam realisasinya berupa perbuatan memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan oleh permasalahan yang dihadapi, situasi, suasana hati tokoh cerita, serta lingkungan yang mewadahinya. Perbandingan Struktur Kepribadian Tokoh Utama dalam Aspek Id Dalam novel Selingkuh dan novel Sarvatraesa menjelaskan tentang keberadaan proses primer dalam tindakan tokoh utama. Namun dalam novel Sarvatraesa hanya tokoh Mayana saja yang tidak dijelaskan tentang perilakuyang menunjukkan aspek proses primer tersebut. Dalam novel Selingkuh, kedua tokoh ditemukan kesamaan indikator membayangkan mencari jalan keluar dari masalah. Demikian juga dalam novel Sarvatraesa terdapat kesamaan indikator membayangkan nasihat seseorang. Meskipun memiliki kesamaan, namun dalam perwujudan perilakunya berbeda. Perbedaan ini karena perbedaan masalah yang dihadapinya, suasana hati, dan situasi lingkungan. Namun demikian, dari kesamaan yang ditemukan ternyata, perbedaannya amat mendominasi. Secara umum proses primer tokoh utama dalam kedua novel tersebut adalah berbeda dalam indikator dan perwujudan indikator tersebut. Perbandingan Struktur Kepribadian Tokoh Utama dalam Aspek Ego
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 499
Perwujudan proses sekunder dalam struktur kepribadian tokoh utama dalam novel Selingkuh dan novel Sarvatraesa adalah berbeda. Perbedaan ini disebabkan masalah yang dihadapi serta lingkungan tempat tinggalnya berbeda. Bahkan dalam tokoh Mayana dan Davina tidak ditemukan bukti kutipan peristiwanya. Hal ini menunjukkan kedua tokoh ini tidak memiliki perencanaan dalam hidupnya. Sedangkan ytokoh Darmadi dan tokoh saya memiliki sebuah kesamaan indikator yaitu merencanakan keluar dari masalah, namun dalam perwujudan perilaku tidak sama. Perbandingan Struktur Kepribadian Tokoh Utama dalam Aspek Ego Uji realita hanya ditemukan dalam novel Selingkuh saja. Namun demikian indikator yang ditemukan berbeda, demikian juga dengan perwujudan indikator tersebut. Dalam ketiga tokoh utama novel Sarvatraesa, tidak ditemukan sebuah indikator pun. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga tokoh tersebut tak pernah menguji perencanaan dalam hidupnya. Perbandingan Struktur Kepribadian Tokoh Utama dalam Aspek Superego (Conscience) Perwujudan aspek conscience pada kelima tokoh utama dalam dua novel tersebut dapat dikatakan berbeda. Namun demikian, ada tiga tokoh lakilaki yang memiliki kesamaan indikator yaitu Darmadi, saya, Sarvatraesa, ketiganya memilki kesamaan indikator selingkuh. Perbedaannya, ketiganya berbeda dalam perwujudan indikator dalam kehidupan mereka. Hal ini disebabkan oleh lingkungan pergaulan mereka yang tidak sama, serta permasalahan yang mereka hadapi. Perbandingan Struktur Kepribadian Tokoh Utama dalam Aspek Superego (Ego Ideal)
Kelima tokoh utama dalam dua novel tersebut memilki aspek ego ideal. Mereka masih memilki naluri untuk berbuat baik. Namun demikian, indikator ego ideal mereka tidaklah memilki kesamaan, demikian juga dalam perwujudan indikator dalam perilaku mereka. Yang paling minim berbuat baik dalam hidupnya adalah tokoh Darmadi. Darmadi lebih cenderung berbuat semaunya dan kurang bertanggung jawab atas kehidupan diri sendiri dan orang lain. Sedangkan yang paling banyak berbuat baik dan kebaikannya tersebut variatif adalah tokoh Sarvatraesa. Sarvatraesa akhirnya muncul sebagai figur yang diidolakan dan dibanggakan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang perbandingan struktur kepribadian tokoh utama dalam novel Selingkuh dengan novel Sarvatraesa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Perbandingan struktur kepribadian tokoh utama berdasarkan tindak refleks, dalam novel Selingkuh karya Langit Kresna Hariadi dengan novel Sarvatraesa karya Dian Nafi adalah penggambaran aspek Id (Tindak Refleks) memilki kesamaan reaksi refleks dan juga perbedaan. Dalam novel Selingkuh, pengarang memunculkan refleks: senang, sedih, malu, sombong, jujur, bohong, penuh tanya marah, membual, curiga, melihat hal yang lucu, kagum, terkejut, salah tingkah, bosan, kecewa, tidak nyaman, membalas sapaan orang. Sedangkan dalam novel Sarvatraesa, pengarang memunculkan refleks: senang, tertekan, tersadar dari emosi, perhatian, sedih, penasaran, terpaksa, marah, khawatir, malu, perhatian, cuek, terkejut, kagum, tidak senang, bohong, jengkel, menasihati, tegas ambil keputusan,kecewa, persetujuan, jujur, penolakan, tidak
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 500
nyaman. Dalam novel Sarvatraesa lebih detil dan lebih variatif refleks yang dimunculkan pengarang. Lain halnya dengan kesamaan, kesamaan secara total refleks yang diwujudkan tokoh utama tidak ada, hanya kemiripan saja, kemiripan refleks ada dalam indikator rasa senang. Perbandingan struktur kepribadian tokoh utama berdasarkan proses primer, dalam novel Selingkuh karya Langit Kresna Hariadi dengan novel Sarvatraesa karya Dian Nafi adalah penggambaran aspek Id (Proses Primer) memiliki kemiripan dan perbedaan. Namun demikian perbedaannnya yang lebih menonjol. Dalam novel Selingkuh, pengarang memunculkan proses primer: membayangkan mencari jalan keluar dari masalah, membayangkan memiliki seseorang, membayangkan bahagia dengan orang lain, membayangkan kehadiran seseorang, membayangkan mencari jalan keluar dari masalah, membayangkan perjalanan hidup seseorang, membayangkan perkelahian, membayangkan dekat dengan orang lain, membayangkan perilaku seseorang. Sedangkan dalam novel Sarvatraesa, pengarang memunculkan proses primer: membayangkan karakter seseorang, membayangkan mencari jawab dari rasa penasaran, membayangkan ketidakadilan, membayangkan nasibnya, membayangkan hidup mewah, membayangkan pindah tugas, membayangkan seseorang, membayangkan nasihat seseorang, membayangkan nasihat seseorang. Tentang kemiripan perwujudan proses primer yaitu tentang perilaku mebayangkan seseorang, namun tidak sama persis perilakunya. Perbandingan struktur kepribadian tokoh utama berdasarkan proses sekunder, dalam novel Selingkuh karya Langit Kresna Hariadi dengan novel Sarvatraesa karya Dian Nafi adalah penggambaran aspek Ego (Proses
Sekunder) memiliki kesamaan indikator namun tidak memilki kesamaan dalam perilakunya. Dalam novel Selingkuh penggambaran unsur proses sekunder: merencanakan keluar dari masalah, merencanakan perilaku mau enaknya sendiri, merencanakan perilaku amoral, merencanakan keluar dari masalah, merencanakan balas budi, merencanakan perilaku bijaksana. Sedangkan dalam novel Sarvatraesa, pengarang memunculkan indikator: merencanakan ritual kedatangan di tempat baru, merencanakan menundukkan hati seseorang, merencanakan perilaku bijaksana. Persamaan yang dimiliki hanyalah persamaan dalam indikator merencanakan perilaku bijaksana namun dalam wujud tindakan terdapat perbedaan. Perbandingan struktur kepribadian tokoh utama berdasarkan uji realita, dalam novel Selingkuh karya Langit Kresna Hariadi dengan novel Sarvatraesa karya Dian Nafi adalah penggambaran aspek Ego (Uji Realita), hanya ditemukan dalam novel selingkuh yang meliputi: perilaku keluar dari masalah, perilaku amoral, balas dendam, balas budi, bijaksana. Namun dalam novel Sarvatraesa tidak ditemukan indikator maupun tindakan tokoh utama yang menggambarkan hal demikian. Perbandingan struktur kepribadian tokoh utama berdasarkan conscience, dalam novel Selingkuh karya Langit Kresna Hariadi dengan novel Sarvatraesa karya Dian Nafi adalah penggambaran aspekSuperego (Conscience) ditemukan adanya perbedaan dan persamaaan dalam dua novel tersebut. Dalam novel Selingkuh ditemukan perilaku: bohong, selingkuh, menghalalkan segala cara, munafik, membuka aib orang lain, pelecehan, iri dengki, tak bertanggung jawab, pembual, suka mabuk, tebal muka, berpikiran buruk, perkelahian, meremehkan, curiga. Sedangkan dalam novel Sarvatraesa, ditemukan perlaku:
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 501
tidak sabar, selingkuh, berburuk sangka, memaksakan kehendak, suka menggoda, dendam, marah, cuek, sombong, play girl, marah, bertengkar. Dari beberapa indikator yang ditemukan tersebut, ternyata ditemukan aadanya kesamaan indikator, namun bukan dalam kesamaan perilaku dalam kehidupan tokoh cerita. Kesamaan tersebut dalam hal perilaku selingkuh dan berpikiran buruk. Perbandingan struktur kepribadian tokoh utama berdasarkan ego ideal, dalam novel Selingkuh karya Langit Kresna Hariadi dengan novel Sarvatraesa karya Dian Nafi adalah penggambaran aspek Superego (Ego Ideal), ditemukan adanya perbedaan dan persamaan . dalam novel Selingkuh penggambaran ego ideal berupa: minta maaf, suka menolong, menasihati, sosok pahlawan, lapang, dada, jujur, tidak mau kerjasama dalam keburukan, bersikap tegas, rajin, berbuat sesuai norma, tenggang rasa, menutupi aib orang lain. Sedangkan dalam novel Sarvatraesa ditemukan: menghormati orang lain, pantang menyerah, bijaksana, jujur, kebulatan tekad, sosok pahlawan, kritis, menasihati, kepedulian sosil, berbakti pada orangtua, menjalankan syariat agama, familiar, sopan, teguh pendirian, empati,pantang menyerah, romantis, peminta maaf, menjaga diri. Sedangkan persamaan yang ditemukan adalah indikator sosok pahlawan, menasihati, jujur. Namun dalam perilaku kehidupan masing-masing tokoh berlainan perwujudan kesamaan indikator tersebut.
sehingga akan memperbanyak warna khasanah penelitian tentang sastra Indonesia. Peneliti dapat mengembangkan penelitian dengan ruang lingkup sastra terjemahan maupun sastra asing yang ditinjau dari sudut pandang psikologi sastra.Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya tentang kepribadian tokoh cerita dengan mengambil dari sudut pandang yang lain selain psikologi sastra. DAFTAR RUJUKAN Alwisol. 2011. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra; Sebuah Penjelajahan Awal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hariadi, Langit Kresna. 2013. Selingkuh Harga Sebuah Kehormatan. Yogyakarta: Narasi. Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Program Pascasarjana Unisma. Moleong, J. Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nafi, Dian. 2013. Sarvatraesa Sang Petualang. Yogyakarta: Diandra Primamitra Media. Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Yusuf & Nurihsan. 2011. Teori Kepribadian. Bandung: Remaja Rosdakarya
Saran Penelitian ini dapat dikembangkan dengan tentang analisis kepribadian tokoh cerita dari sudut pandang psikologi sastra dengan tokoh psikologi yang lain. Dengan lebih kreatif dan mendetail dalam mengembangkan penelitian sastra dengan topik yang lain serta dengan tinjauan yang lain pula,
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 502