PERBANDINGAN PENGARUH LATIHAN ZIG-ZAG RUN DAN LATIHAN GERAKAN BEREAKSI TERHADAP KELINCAHAN PADA SISWI KELAS VIII SMP N 17 PEKANBARU 1, 2 3 PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS RIAU Abstract Research using experimental methods. The population in this study were students of class VIII SMP N 17 Pekanbaru, based on the calculation of the number of population with the calculation technique of sampling Saturated gained 20 students as the research sample. Data were obtained research instrument ShuttleRun and collected through the initial and final tests before and after exercise and the Zig-Zag Run drill React Movement. The data obtained were analyzed descriptively. Judging from the results of the background and the identification of the problem shows that the eighth grade students of SMP N 17 Pekanbaru still do not have a good enough physical condition especially agility. That is because a lack of exercise leads to the physical condition. Therefore this study aimed to determine how much influence the comparison Zig-Zag Run drill and agility exercise Movement Reacting to the eighth grade students of SMP N 17 Pekanbaru. Based on the analysis of the t test result of 6.86 t group A and group B was 7.84 with 1,833 ttabel, in groups A and B of 2.069 to 1.734 ttabel at α = 0.05. Means t> t table. It can be concluded that there is significant influence Zig-Zag Run drill and agility exercise Movement Reacting to the eighth grade students of SMP N 17 Pekanbaru. Average time of increasing group A and group B 1.44 1.77, mean exercise movement have reacted more significant effect than the Zig-Zag Run drill. Keywords: Exercise Zig-Zag Ru, Exercise Movement Reacts and Agility
1
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Olahraga (Pend. Kepelatihan Olahraga). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, Nim 0905132579, Alamat; Jln. Parit Indah, Punai No. 7.
2
Dosen Pembimbing I, Staf Pengajar studi pendidikan olahraga, (081268470051).
3
Dosen Pembimbing II, Staf pengajar program studi pendidikan olahraga, (082392500295).
1
PENDAHULUAN. Tujuan dan sasaran olahraga Indonesia, salah satunya mengenai pembinaan prestasi, agar olahraga di Indonesia tidak hanya sekedar untuk kesegaran jasmani, rekreasi, namun olahraga juga dapat meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia melalui event-event baik itu di tingkan nasional maupun Internasional, untuk mencapai prestasi yang baik dalam olahraga adalah melalui pembinaan atlet yang merata di setiap daerah di Indonesia, hal ini ditujukan untuk mempermudah dalam mencari atlet-atlet berpotensi yang ada di setiap daerah sehingga atlet tersebut bisa di bina di tingkat pusat dengan tujuan meraih prestasi maksimal demi kebanggaan bangsa dan tempat atlit itu berasal. Kondisi fisik yang mempengaruhi semuanya, menurut M sajoto (1988:8) mengatakan bahwa “ kondisi fisik adalah suatu kesatuan yang utuh dari komponenkomponen yang tidak dapat dipisah-pisahkan begitu saja, baik peningkatan ataupun pemeliharaan”. Artinya dalam usaha pengembangan kondisi fisik maka seluruhnya komponen tersebut harus di kembangkan walaupun disana-sini dilakukan dengan sistem prioritas sesuia keadaan. Kondisi fisik tersebut antara lain, kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelentukan, keseimbangan, reaksi, ketepatan dan kelincahan. Pencak silat selain mengandung unsur olahraga juga menyimpan aspek seni dan keindahan, olah raga pencak silat ini sangat membutuhkan kesiapan fisik, mental, teknik dan taktik kondisi fisik yang pertama sangat di butuhkan karna di dalamnya banyak aspek yang di perlukan sebelum kita belajar bela diri pencak silat seperti, daya tahan, kekuatan, kecepatan dan kelincahan. Kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang sangat di butuhkan pada semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh salah satunya cabang olahraga pencak silat, kelincahan adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh atau bagian-bagiannya secara cepat dan tepat. (Kirkendall, Gruber, Johnson, 1987:122) Kelincahan menurut Engkos Kosasih (1993:58) mengatakann “kelincahan adalah ketangkasan, lincah melakukan suatu gerakan dalam waktu yang relatif singkat. Menurut sajoto (1988:17) kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk merubah posisi di area tertentu. Seseorang yang mampu merubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahannya cukup baik. Sedangkan menurut harsono (2001:21)kelincahan adalah mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Jadi dari pendapat beberapa ahli dapat di simpulkan kelincahan adalah kemampuan sesorang untuk merubah posisi tubuh dengan tangkas saat bergerak dengan cepat dan tepat dalam waktu yang relatif singkat tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran. Untuk mendapatkan hasil prestasi yang maksimal,setiap siswa harus memiliki kemampuan fisik dan psikis yang sangat baik. Untuk meningkatkan kondisi fisik seperti kelincahan, terdapat beberapa bentuk metode latihan yang dapat dilakukan 2
antara lain latihan: zig-zag run,shuttle-run,squat thrust,lari rintangan,gerakan bereaksi. Kondisi fisik pada siswi SMP N 17 Pekanbaru masih terlihat kurang dari yang seharusnya, dalam pengamatan selama PPL di sana masih banyak kegagalan dalam melakukan gerakan-gerakan olahraga dikarenakan masih kurangnya kelincahan pada siswi dalam melakukan semua gerakan Dari ulasan diatas maka diketahuilah bahwa ada beberapa kendala pada kemampuan kelincahan siswa, maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah dalam penelitian dengan judul “Perbandingan Pengaruh Latihan zig-zag run dan latihan gerakan bereaksi terhadap kelincahan pada siswi kelas VIII SMP N 17 Pekanbaru” METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian. Dalam penelitian ini rancangan yang digunakan adalah model one-Group Pretest-Posttest Design karena pada model ini terdapat pretest sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan ( Sugiyono, 2008: 110). Populasi dan Sampel. Populasi merupakan keseluruhan aspek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi pada kelas VIII SMP N 17 Pekanbaru yang terdiri dari 7 kelas dan setiap kelas rata-rata terdiri dari 20 siswi. Jadi keseluruhan populasinya adalah 136 siswi. Sampel dalam penelitian ini adalah 10% - 15% dari populasi, sesuai dengan apa yang di katakan oleh Suharsimi Arikunto (2006:134) bahwa “Apabila subjek di bawah 100, lebih baik sampelnya diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika subjeknya besar dari dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Oleh sebab itu populasi terdiri dari 136 orang dan di ambil 15% dari keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem acak dengan mengambil 3 oarang pada setiap kelas. Jadi keseluruhan sampel adalah 20 orang. Tabel 2. sampel siswi kelas VIII SMP N 17 Pekanbaru No 1 2 3 4 5 6 7
Kelas VIII 1 VIII 2 VIII 3 VIII 4 VIII 5 VIII 6 VIII 7 Jumlah
Jumlah Anak Perempuan 21 orang 16 orang 20 orang 22 orang 20 orang 22 orang 18 orang 139 orang
Jumlah Sampel Perkelas 3 orang 2 orang 3 orang 3 orang 3 orang 3 orang 3 orang 20 orang
Sumber data: SMP N 17 Pekanbaru 3
Instrumen Penelitian. Tes Shuttle-Run (Ismaryati, 2008: 46). Untuk mengukur hasil pengaruh latihan zig-zag run dan latihan gerakan bereaksi maka tes yang digunakan adalah tes Shuttle-Run (Ismaryati, 2008: 46). Tujuan : Untuk mengukur hasil kelincahan. Sasaran : Siswi pada kelas VIII SMP N 17 Pekanbaru Alat dan perlengkapan : Belangko pengukuran tes awal. Belangko pengukuran tes akhir. Lapangan yang rata dan datar selebar maksimal 15 m. Alat tulis. Stopwatch. Pluit. Coun. Salasiban hitam. Petugas pelaksanaan tes : Dalam melaksanakan tes, dilakukan oleh dua orang yaitu sebagai pengawas untuk melihat betul tidaknya dalam melakukan tes Shuttle-Run dan sebagai sebagai pencatat hasil test kelincahan Pelaksanaan : Tes awal (pretest). Tes awal bertujuan untuk memperoleh data yang digunakan untuk menyamakan tingkat kemampuan anak coba. Tes awal yang digunakan adalah tes shuttle-run. Sehingga dapat diketahui perbedaan hasil yang dicapai anak coba selama treatment atau perlakuan dalam 16 kali pertemuan. Urutan pelaksanaan tes shuttle-run: Testi berdiri di belakang garis star, dengan salah satu kaki diletakan di depan. Pada aba-aba “ya” testi dengan segera dan secepat mungkin lari menuju garis akhir dan menyentuh garis tersebut. Kemudian membalik arah dengan segera lari ketempat semula. Demikian seterusnya dilakukan bolak-balik sehingga mencapai 6x10 meter. Testi diberi kesempatan melakukan tes tersebut sebanyak dua kali. Penilaian : Tes dilakukan 2 kali dengan nilai yang diambil adalah skor/waktu tercepat dari tes shuttle-run.
4
Teknik Analisis Data. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis komparatif adalah: Uji normalitas dengan uji lillifors pada taraf signifikan 0,05. Uji Homogenitas. Uji Homogenitas merupakan persyaratan dalam menganalisis data baik uji-t regresi linier dan sebagai uji homogenitas . Uji homogenitas dilakukan jika banyak kelompok lebih dari 2 (k>2). Jika F hitung < F tabel maka data homogen. F hitung = Uji t-test. Uji t-test yaitu dengan menguji hipotesis statistik. Untuk menguji beda duasampel yang independent, misalnya mean dari sampel perlakuan dan sampel kontrol, uji-t dapat dilakukan dengan prosedur yang akan dijelaskan dengan rumus (Suharsimi, arikunto, 210: 395) sebagai berikut: thitung = Keterangan: t
= Hanya untuk sampel berkorelasi = (Difference) perbedaan antara skor awal dengan skor tes akhir untuk setiap individu. = Rerata dari nilai perbedaan ( rerata D) = Kuadrat D Untuk mengetahui t-tabel maka rumusnya adalah derajat kebebasan (dk)= n-2 derajat kebebasan (dk)= n-2 pada taraf atau tingkat kepercayaan yang dipilih, dalam hal ini adalah tingkat kepercayaan 95% atau derajat kesalahan 0,05%. Adapun hipotesis penelitian yang akan diuji adalah sebagai berikut: Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut: Terdapat pengaruh latihan zig-zag run terhadap terhadap kelincahan pada siswi SMP 17 Pekanbaru. Terdapat pengaruh latihan gerakan bereaksi terhadap terhadap kelincahan pada siswi SMP 17 Pekanbaru. Terdapat perbandingan antara latihan zig-zag run dan gerakan bereaksi terhadap kelincahan pada siswi SMP 17 Pekanbaru. Hipotesis diterima jika thitung > ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 Dan hipotesis ditolak jika thitung < ttabel pada taraf signifikan α = 0,05 HASIL DAN PEMBAHASAN. Hipotesis yang diajukan adalah: Terdapat pengaruh latihan zig-zag run terhadap terhadap kelincahan pada siswi SMP 17 Pekanbaru. 5
Terdapat pengaruh latihan gerakan bereaksi terhadap terhadap kelincahan pada siswi SMP 17 Pekanbaru. Terdapat perbandingan antara latihan zig-zag run dan gerakan bereaksi terhadap kelincahan pada siswi SMP 17 Pekanbaru. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian yang diajukan sesuai masalah yaitu terdapat pengaruh latihan zig-zag run terhadap terhadap kelincahan pada siswi SMP 17 Pekanbaru, terdapat pengaruh latihan gerakan bereaksi terhadap terhadap kelincahan pada siswi SMP 17 Pekanbaru dan terdapat perbandingan antara latihan zig-zag run dan gerakan bereaksi terhadap kelincahan pada siswi SMP 17 Pekanbaru. Berdasarkan analisis uji t menghasilkan thitung kelompok A sebesar 6,86 dan kelompok B sebesar 7,84 dengan ttabel 1,833, pada kelompok A dan B sebesar 2,069 dengan ttabel 1,734 pada α=0,05. Berati thitung > ttabel. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan latihan Zig-Zag Run dan latihan Gerakan Bereaksi terhadap kelincahan pada siswa kelas VIII SMP N 17 Pekanbaru. Rata-rata dari peningkatan waktu kelompok A 1,44 dan kelompok B 1,77, berarti latihan Gerakan bereaksi mempunyai pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan latihan Zig-Zag Run.. Kelompok N Mean t-hitung t-tabel ket. 10 1,44 6,86 1,833 Signifikan Kelompok A 10 1,77 7,84 1,833 Signifikan Kelompok B 10 0,089 2,069 1,734 Signifikan Kelompok AB Setelah dilaksanakan penelitian yang diawali dari pengambilan data hingga pada pengolahan data yang akhirnya dijadikan patokan sebagai pembahasan hasil penelitian sebagai berikut : Perbandingan pengaruh latihan zig-zag run dan Latihan gerakan bereaksi terhadap kelincahan pada siswi kelas VIII SMP N 17 Pekanbaru, ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara dua variabel tersebut diatas. Latihan zig-zag run merupakan latihan yang membentuk lari zig-zag (belakbelok). Atlit berlari membentuk zig-zag sebanyak 2-3 kali diantara beberapa titik (masalnya 4-5 titik) jarak setiap titik sekitar 2 (dua) meter. Tujuan melakukan lari zigzag run untuk melatih kelincahan zig-zag run dan melatih mengubah gerak tubuh arah berkelok-kelok. Latihan gerakan bereksi bertujuan untuk melatih kelincahan dalam melakukan suatu reaksi gerakan. Cara melakukan latihan gerakan bereaksi yaitu: Berdiri dengan sikap ancang-ancang, kedua lengan disamping badan dengan siku bengkok, perhatikan aba-aba peluit. Bunyi peluit pertama, lari kedepan secepat-cepat nya. Bunyi peluit kedua lari mundur secepat-cepat nya. Bunyi peluit ketiga, lari kesamping kiri secepat-cepat nya. Bunyi peluit keempat, lari kesamping kanan secepat-cepat nya. Latihan ini dilakukan secara berangkai. 6
Repetisi adalah jumlah ulangan melakukan suatu latihan, sedangkat set adalah suatu rangkaian kegiatan dari satu repetisi. Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur berguna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama latihan dalam olahraga prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan olahraganya. Hasil pengujian hipotesis yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara Latihan zig-ag run dan latihan gerakan bereaksi terhadap kelincahan pada siswi kelas VIII SMP N 17 Pekanbaru. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil perhitungan statistik analisis uji t menghasilkan thitung kelompok A sebesar 6,86 dan pada kelompok B sebesar 7,84 dengan ttabel 1,833, pada kedua kelompok sebesar 2,069 dengan ttabel 1,734 pada taraf signifikan 0,05. Dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Terdapat pengaruh metode Latihan zig-zag run terhadap kelincahan pada siswi kelas VIII SMP N 17 pekanbaru. Terdapat pengaruh metode Latihan gerakan bereaksi terhadap kelincahan pada siswi kelas VIII SMP N 17 pekanbaru. Terdapat perbandingan pengaruh yang signifikan antara metode latihan zig-zag run dan metode latihan gerakan bereaksi terhadap kelincahan pada siswi kelas VIII SMP N 17 Pekanbaru.
7
DAFTAR PUSTAKA. Arikunto,Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian.PT.Asdi Mahasatya:Jakarta Arsil,Drs,M,Pd.2006. Pembinaan Kondisi Fisik:Sukabina Harsono. 2001. Latihan Kondisi Fisik. Indonesia. Harsono.1988.COACHING.CV.Tambak Kusuma.JAKARTA:Indonesia. Ismaryati.2008.Tes Dan Pengukuran Olahraga.LPP UNS dan UNS Press : Surakarta Kosasih,Engkos.1993.Olahraga teknik dan program latihan.Akademik Pressindo:Jakarta. Lutan Rusli, dkk. Manusia dan Olahraga. Bandung. Muthohir T. Cholik, Maksum Ali. 2007. Sport Development Index. Jakarta: PT Index Nurhasan. 2001. Tes dan pengukuran Dalam Pendidikan Jasmani.Direktorat jendral olahraga : jakarta pusat. Ritonga,Zulfan,Drs.Mpd.2007.Statistik Untuk ilmu-ilmu sosial.Cendikia insani:Pekanbaru. Sajoto,M.1995.Peningkatan dan pembinaan kondisi fisik dalam Olahraga.DAHARA PRIZE:Semarang Sajoto.1988.Pembinaan Koindisi Fisik Dalam Olahraga,Semarang: Dahara Perize Soekarman,R. (1988), Dasar olahraga untuk Pembinaan pelatih dan atlet. Jakarta : PT Midas Surya Grafindo Sugiyono. 2008. Metode Penelitian pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&R. Indonesia. Syafrudin. 1996. Pengantar Ilmu Melatih. Padang.
8