PERBANDINGAN CURING UDARA DAN CURING AIR LAUT PADA BETON YANG MENGGUNAKAN AIR LAUT, PASIR LAUT DAN SUPERPLASTICIZER M.W. Tjaronge(1), Abd. Rachman Djamaluddin(1), Rifaldy Haryanto(2).
ABSTRAK : Data dari PBB dan organisasi meteorologi dunia memprediksi sekitar 5 miliyar orang akan kekurangan air bersih bahkan air minum (Sumber: Conference on Our World in Concrete and Structure di Singapura). Nobuaki Otsuki dkk. (2011), dalam konferensi tersebut juga mengatakan bahwa di tahun 2025 setengah dari umat manusia akan tinggal di daerah yang kekurangan air bersih (air tawar). Berdasarkan fenomena yang terjadi maka dengan melihat potensi air laut yang terdapat di indonesia begitu melimpah maka ada pemikiran menggunakan air laut sebagai bahan pencampuran beton, terkhusus daerah yang berada jauh dari jangkauan air tawar tetapi berinteraksi langsung dengan air laut. Dalam penelitian ini penulis memanfaatkan pasir laut dan air laut sebagai bahan campuran beton, kemudian diteliti lebih lanjut mengenai kuat tekan beton, modulus elastisitas beton dan pola keretakan yang terjadi pada beton yang menggunakan pasir laut dan air laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kuat tekan rata – rata dan modulus elastisitas dengan curing udara umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari sebesar 25,46 MPa, 29,87 MPa, 34,88 MPa dan 21766,36 MPa sedangkan curing air laut umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari sebesar 28,82 MPa, 35,50 MPa dan 36,34 MPa dan 22286,94 MPa. Pola retak menunjukkan kehancuran sejajar sumbu tegak. Kata Kunci : Beton, Air Laut, Pasir Laut, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas (1) Pembimbing,
[email protected],
[email protected] (2) Mahasiswa,
[email protected]
I. PENDAHULUAN Beton merupakan material utama untuk konstruksi yang banyak sekali digunakan di seluruh dunia. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang teknologi beton untuk memenuhi kebutuhan dalam infrastruktur, misalnya Gedung, Jembatan, Jalan, Saluran Irigasi, dan masih banyak lagi. Kebutuhan akan konstruksi bangunan dalam hal ini secara fokus terhadap beton makin meningkat tiap tahunnya, hal ini berbanding lurus dengan penelitian mengenai beton. Pada umumnya bahan penyusun mortar atau beton adalah semen, agregat dan air yang menyebabkan terjadinya ikatan kimia yang kuat antara bahan – bahan tersebut. Air merupakan bahan pencampur beton yang paling tinggi peranannya karena dengan air semen dapat bereaksi secara kimia dan menghasilkan pasta semen yang saling mengikat antara agregat halus dan agregat kasar. Negara indonesia adalah negara kepulauan sebagian lokasi di Indonesia sulit mendapatkan agregat pencampur beton, untuk mendapatkan agregat harus memerlukan biaya yang besar karena melakukan pengiriman agregat dari daerah lain. Maka dari itu di lakukan penelitian mengenai pasir laut dan air laut sebagai bahan pencampur beton untuk memanfaatkan sumber daya yang berada di daerah – daerah yang sulit dijangkau. Data dari PBB dan organisasi meteorologi dunia memprediksi sekitar 5 miliyar orang akan kekurangan air bersih bahkan air minum (Sumber: Conference on Our World in Concrete and Structure di Singapura). Nobuaki Otsuki dkk. (2011), dalam konferensi tersebut juga mengatakan bahwa di tahun 2025 setengah dari
umat manusia akan tinggal di daerah yang kekurangan air bersih (air tawar).
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Beton Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03 – 2847 – 2002). Sifat-sifat positif dari beton antara lain relatif mudah dikerjakan serta dicetak sesuai dengan keinginan, tahan terhadap tekanan, dan tahan terhadap cuaca. Sedangkan sifat-sifat negatifnya antara lain tidak kedap terhadap air (permeabilitas beton relatif tinggi), kuat tarik beton rendah, mudah terdesintegrasi oleh sulfat yang dikandung oleh tanah. Sifat positif dan negatif dari beton tersebut ditentukan oleh sifat-sifat material pembentuknya, perbandingan campuran, dan cara pelaksanaan pekerjaan. Mutu beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain : a. Faktor Air Semen (FAS). b. Perbandingan bahan-bahannya. c. Mutu bahan-bahannya. d. Susunan butiran agregat yang dipakai. e. Ukuran maksimum agregat yang dipakai. f. Bentuk butiran agregat. g. Kondisi pada saat mengerjakan. h. Kondisi pada saat pengerasan. 2.2. Semen Portland Semen portland atau Portland Composite Cement (PCC) merupakan bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan bersama – sama terak
semen portland dan gips dengan satu atau lebih bahan organik, atau dengan hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozoland, senyawa silikat, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35% dari massa semen portland komposit (SNI 15 – 2049 – 2004). Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri dari kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama – sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain (SNI 15 – 2049 – 2004). 2.3. Agregat Kasar Kerikil atau agregat kasar merupakan hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dariindustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir antara 4,75 mm (No.4) sampai dengan 40 mm (No. 11/2 inci) (SNI 1969:2008). Agregat kasar adalah komponen utama dalam pembuatan beton. Agregat kasar terdiri dari serpihan batu yang ukurannya melebihi 5 mm, sehingga ukuran maksimum yang dibenarkan untuk pekerjan beton biasanya tidak melebihi 50 mm. Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 (spesifikasi dari AASHTO, American Association of State Highway and Transportation Officials). Agregat kasar adalah agregat yang tertahan saringan no. 4 atau ukuran 4,75 mm. Persyaratan agregat kasar SK SNI S-04-1989-F : a. Butiran – butiran tajam dan keras dengan indeks kekerasan ≤ 2,2. b. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh cuaca (terik matahari dan hujan), jika diuji dengan larutan garam natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 12 %, sedangkan dengan larutan garam magnesium sulfat maksimum 18%. c. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih dari 5%. d. Tidak mengandung organis terlalu banyak, yang dibuktikan dengan percobaan warna dengan 3% NaOH, yaitu warna cairan di atas endapan agregat tidak boleh lebih gelap dari pada warna standar gradasi. e. Modulus halus butir antara 5 – 8 dan variasi butir sesuai standar gradasi.
f.
Khusus untuk beton dengan tingkat keawetan tinggi, agregat harus tidak relatif terhadap alkali.
Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in.(6 mm). Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya terhadap disentegrasi beton, cuaca dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan harusmempunyai ikatan yang baik dengan gel semen (Nawy, E. G. 1998). 2.4. Agregat Halus Agregat halus berfungsi sebagai pengisi rongga – rongga antara agregat kasar. Agregat halus atau pasir merupakan hasil dari pelapukan batuan secara alami atau berasal dari pemecahan batuan. Berdasarkan SNI 03 – 1968 – 1990 agregat halus terdiri dari : 1. Ukuran maksimum 4,76 mm, berat minimum 500 gram. 2. Ukuran maksimum 2,38 mm, berat minimum 100 gram. Agregat halus yang digunakan dalam pencmpuran beton memiliki syarat – syarat yang harus dipenuhi menurut SNI-S-04-1989-F adalah : a. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras. b. Butiran agregat harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. c. Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5%, apabila melebihi agregat halus harus dicuci. d. Agregat halus tidak banyak mengandug zat organik. e. Modulus halus butir antara 1,5 – 3,8 dengan variasi butir sesuai standar gradasi. Tabel 2.1 Batas gradasi agregat halus Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
Lubang Ayakan (mm)
No
10
3/8 in
I 100
II 100
III 100
IV 100
4,8
No.4
90-100
90-100
90-100
95-100
2,4
No.8
60-95
75-100
85-100
95-100
1,2
No.16
30-70
55-90
75-100
90-100
0,6
No.30
15-34
35-59
60-79
80-100
0,3
No.50
5-20
8-30
12-40
15-50
0,25
No.100
0-10
0-10
0-10
0-15
Pasir alam dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) macam, yaitu : 1. Pasir galian Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam walaupun biasanya harus dibersihkan dari kotoran tanah dengan jalan dicuci terlebih dahulu. 2. Pasir sungai Pasir ini diperoleh langsung dari dasar sungai, yang pada umumnya berbutir halus dan bulat–bulat akibat proses gesekan. Daya lekatan antar butiran agak kurang karena bentuk butiran yang bulat. Pada sungai tertentu yang dekat dengan hutan kadang–kadang banyaknya mengandung humus. 3. Pasir pantai Pasir pantai adalah pasir yang diambil dari tepian pantai, bentuk butirannya halus dan bulat akibat gesekan dengan sesamanya. Pasir ini merupakan pasir yang jelek karena mengandung banyak garam. Garam ini menyerap kandungan air dari udara dan mengakibatkan pasir selalu agak basah serta menyebabkan pengembangan volume bila dipakai pada bangunan. akan tetapi pasir pantai dapat digunakan pada campuran beton dengan perlakuan khusus, yaitu dengan cara di cuci sehingga kandungan garamnya berkurang atau hilang. 2.5. Air Laut Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air dapat bereaksi dengan semen, yang akan menjadi pengikat antara semen dan agregat. Air juga berfungsi sebagai pengontrol campuran beton karena kelebihan air dapat menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan air akan menyebabkan terjadinya bleeding. M. Wihardi Tjaronge, dkk. (2011) meneliti pengaruh air laut pada kekuatan beton berongga yang menggunakan semen Portland komposit dan serat mikro monofilamen polypropylene. Uji kuat tekan dan kuat lentur dilakukan pada 3, 7 dan 28 hari menunjukkan kekuatan meningkat di air laut. Hasil ini memperlihatkan proses hidrasi tidak terganggu ketika beton berpori direndam air laut.
Air Laut merupakan campuran dari 96,5 % air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Air laut memang berasa asin karena memiliki kadar garam rata-rata 3,5%. Artinya dalam 1 liter air laut (1000 ml) terdapat 35 gram garam.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Tahap penelitian ini dapat dilihat secara skematis dalam bentuk bagan alir pada Gambar 3.1 berikut ini :
Gambar 3.1 Kerangka prosedur penelitian 3.2. Pengujian Karakteristik Agregat Sebelum melakukan pembuatan benda uji beton, perlu dilakukan pengujian karakteristik terhadap agregat halus dan agregat kasar. Pengujian karakteristik bertujuan untuk mengetahui nilai atau kandungan yang terdapat dalam agregat halus dan agregat kasar. Pemeriksaan karakteristik agregat yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) ditunjukkan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2. Tabel 3.1 Metode Pengujian Karakteristik Agregat Halus No. 1. 2. 3.
Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan Analisa Saringan Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Pemeriksaan Berat
Standar Yang Digunakan
Interval
SNI 03-1968-1990
1,50-3,80
SNI-1970-2008
1,6-3,3
SNI 03-1973-1990
1,4-1,9
4. 5. 6.
Volume Pemeriksaan Kadar Air Pemeriksaan Kadar Lumpur Pemeriksaan Kadar Organik
kg/liter SNI 03-1971-1990
0,5-5 %
SNI 03-4142-1996
Maks. 5 %
SNI 03-2816-1992
< No. 3
Tabel 3.2 Metode Pengujian Karakteristik Agregat Kasar No. 1. 2. 3. 4. 5.
Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan Analisa Saringan Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Pemeriksaan Berat Volume Pemeriksaan Kadar Air Pemeriksaan Kadar Lumpur
Air Air merupakan bahan dasar pembuatan beton yang penting. Air diperlukan dalam pembuatan beton untuk bereaksi dengan semen, serta membasahi agregat dan memberi kemudahan dalam pekerjaan beton. Dalam penelitian kali ini digunakan Air Laut yang berasal dari Pantai Barombong.
Standar Yang Digunakan
Interval
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
SNI 03-1968-1990
6,0-7,1
SNI-1969-2008
1,6-3,3
SNI 03-1973-1990
1,4-1,9 kg/liter
4.1. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat Data hasil pengujian agregat diperlihatkan pada Tabel 5.1.
SNI 03-1971-1990
0,5-2 %
SNI 03-4142-1996
Maks. 1 %
3.3. Rancangan Campuran Beton (Concrete Mix Design) Penentuan Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design) yang dilakukan pada penelitian ini adalah secara Trial Mix. Pada Trial Mix ini dilakukan beberapa variasi komposisi mengubah dosis semen, air, agregat halus, dan agregat kasar dengan mengacu pada komposisi hasil dari Mix Design yang telah dibuat. Dari Trial Mix awal diketahui beberapa bahan pencampur beton tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada Workability sehingga dilakukan kembali perencanaan pada Mix Design sehingga didapatkan hasil yang diinginkan. Semen Semen berasal dari kata Cement dalam bahasa Inggris yang berarti pengikat. Dengan kata lain semen merupakan material yang berfungsi sebagai pengikat butiran – butiran agregat. Dalam penilitian ini digunakan semen Portland. Agregat Agregat merupakan butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kurang lebih menempati sebanyak 70% volume dari mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat – sifat mortar atau beton. Dalam penelitian ini agregat halus yang digunakan berasal dari Pantai Barombong sedangkan agregat kasar (batu pecah) berasal dari Sungai Jeneberang.
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Agregat No. 1. 2. 3.
4. 5.
6. 7.
Karakteristik Agregat Diameter Modulus Kehalusan Berat Jenis Spesifik (*) a. BJ. Nyata b. BJ. Dasar Kering c. BJ. Kering Permukaan Penyerapan Air Berat Volume a. Kondisi Lepas b. Kondisi Padat Kadar Lumpur Kadar Organik
Agregat Halus 0,14-5 mm 1,50
Agregat Kasar 5-20 mm 8,10
2,41 2,56
2,63 2,82
2,47
2,70
2,46 % 1,42 kg/l 1,69 kg/l 1,50 % No. 1 (rendah)
2,57 % 1,80 kg/l 1,90 kg/l 0,50 % -
4.2. Karakteristik Air Laut Air laut yang digunakan pada penelitian ini diambil dari pantai Barombong, Kab.Gowa. Berikut komposisi kimia air laut pantai Barombong dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Barombong pH 8,53
Berat Jenis (gr/cm3 ) 1,029
Komposisi
Kimia
Air
Laut
Komposisi Kimia (mg/l) Na
Ca
Mg
Cl-
SO4
CO3
2085
348
1973
5303
134
576,5
Sumber : Laboratorium Oceanografi Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas. Kadar ion klorida (Cl) larut air maksimum dalam beton bertulang berdasarkan SNI 2487 : 2013 adalah 1 % dari berat semen. 4.3. Rancangan Campuran Beton (Mix Design Concrete) Pada perencanan mix design beton digunakan Superplesticizer tipe Glenium SKY 8614 dengan W/C atau FAS 0,225. Dilakukan variasi curing udara dan curing air laut dengan umur 3 hari, 14 hari dan 28 hari.
V. PENUTUP Tabel 4.3 Komposisi Campuran Beton Untuk 1 m3 No 1 2 3 4 5 6 7
Material Air Laut Semen Udara (1%) Pasir Laut Batu Pecah Glenium Berat Volume (kg/m3)
Berat (kg) 126 600 720 980 9
Volume (liter) 135 199,34 10 291,50 362,92 -
2435
1000
Sumber : Laboratorium Eco Material Jurusan Sipil, Universitas Hasanuddin. Berdasarkan SNI 2487:2013 kadar maksimum Cl- yang di anjurkan dalam beton bertulang adalah sebesar 1 % dari berat semen. Dalam pengujian ini kadar Cl- sebesar 0,111 %. 4.4. Pengujian Kuat Tekan Beton Pengujian Kuat Tekan Beton dilakukan pada umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari dilakukan Curing Udara dan Curing Air Laut dengan menggunakan silinder berukuran 10 cm x 20 cm masing-masing sebanyak 5 buah namun dicantumkan ke dalam Tabel 4.4 dan 4.5 hanya 3 sampel terbaik. Pengujian Kuat Tekan Beton mengacu pada SNI 1974:2011. Tabel 4.4 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Curing Udara Umur/Hari
3
7
28
Beban Maksimum (kN) 197,50 195 207 239,60 245,20 218,60 265,75 305,00 250,77
Kuat Tekan (MPa) 25,16 24,84 24,37 30,52 31,24 27,85 33,85 38,85 31,95
Kuat Tekan Rata – rata (MPa) 25,46
29,87
34,88
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Curing Air Laut Umur/Hari
3
7
28
Beban Maksimum (kN) 225 222,80 231 287 272,20 276,80 307,92 285,05 262,90
Kuat Tekan (MPa) 28,56 28,38 29,43 36,56 34,68 35,26 39,23 36,31 33,49
Kuat Tekan Rata – rata (MPa) 28,82
35,50
36,34
Sumber : Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Sipil, Universitas Hasanuddin
A. Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian kuat tekan beton menggunakan air laut pasir laut dengan superplasticizer maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemeriksaan karakteristik agregat kasar dan agregat halus untuk semua pengujian memenuhi standar dan spesifikasi SNI. 2. Dari pengujian kuat tekan maka diperoleh sifat – sifat mekanis beton sebagai berikut : a. Kuat tekan rata – rata curing udara meningkat dari umur 3 hari ke umur 7 hari sebesar 14,77 % sedangkan umur 7 hari ke 28 hari sebesar 9,94 %. b. Kuat tekan rata – rata curing air laut meningkat dari umur 3 hari ke umur 7 hari sebesar 18,80 % sedangkan umur 7 hari ke 28 hari sebesar 6,91 %. c. Nilai modulus elastisitas rata – rata yang di peroleh untuk curing udara sebesar 21766,36 MPa sedangkan pada curing air laut sebesar 22286,94 MPa. Ini membuktikan bahwa nilai elastisitas pada beton berbanding lurus dengan kuat tekan beton. Dimana semakin besar modulus elastisitas pada beton maka semakin tinggi kuat tekannya. Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan beton dan nilai modulus elastisitas beton dengan variasi curing udara dan curing air laut memperlihatkan hasil yang cukup baik sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk pembuatan beton. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka sebagai bahan pertimbangan, diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Beton dengan penggunaan pasir laut dan air laut ini sangat cocok digunakan untuk daerah yang berada jauh dari sumber material yang umum digunakan dan juga untuk daerah yang bersinggungan langsung dengan air laut utamanya untuk daerah pesisir pantai contohnya untuk pembangunan pelabuhan dan lainnya.
2. Berdasarkan sifat – sifat mekanis
beton diharapkan penggunaan pasir laut dan air laut ini mampu menjadi material yang wajib digunakan untuk daerah pesisir pantai. VI. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Muhammad Wihardi Tjaronge, ST, M.Eng dan Dr. Ir. Abd. Rachman Djamaluddin, MT selaku pembimbing 1 dan 2 dalam penyelesaian tugas akhir ini serta bapak Hamka selaku mahasiswa program doktor yang sangat membantu dalam penelitian mengenai beton pasir laut dan air laut. Sebagian besar penelitian ini dilakukan di laboratorium Eco Material DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1990. Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan Benda Uji Silinder (SNI 03-19742011).Departemen Pekerjaan Umum. 2. Anonim. 2000. Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal(SK SNI 03-2834-2000). Departemen Pekerjaan Umum. 3. Anonim. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03 – 2847 – 2002). Departemen Pekerjaan Umum. 4. Anonim. 2004. Semen Portland Komposit (SNI 15-7064-2004). Departemen Pekerjaan Umum. 5. Anonim. 2004. Semen portland (SNI 152049-2004). Departemen Pekerjaan Umum. 6. Anonim. 2002. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-28472013). Departemen Pekerjaan Umum. 7. Anonim. 1968. Metode Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus dan Kasar (SNI 03 – 1968 - 1990). Departemen Pekerjaan Umum.
8.
9.
10
11.
10.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Anonim. 1998. Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton Di Lapangan (SNI 03 – 4810 - 1998). Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 1991. Spesifikasi Bahan Tambah Untuk Beton (SNI 03 – 2495 - 1991). Departemen Pekerjaan Umum. Anonim. 1980. Standar Industri Indonesia (SII) 0052-80. Mutu dan Cara Uji Agregat. Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Anonim. 1969. Cara Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar (SNI 1969:2008). Departemen Pekerjaan Umum. Adiwijaya. 2015. A Fundamental Study On Seawater-Mixed Concrete Related to Strength Carbonation and Alkali Silica Reaction. A Dissertation of Kyushu University. M. Wihardi Tjaronge, a. m. Akkas, R. A. 2013. Muhlis Studi Eksperimental Kuat Tekan Beton Dengan Menggunakan Material Pasir dan Air Laut M. Wihardi Tjaronge, dkk. Effect of Sea Water on The Strength of Porous Concrete Containing Portland. 2011 Maniyal. S. dkk. 2015. An Experimental Review of Effect of Sea Water on Compressive Strength of Concrete. Department of Civil Engineering, N. B. N. Sinhgad College of Engineering, Solapur, India. Neville. A. M. dan Brooks J.J. 1987. Concrete Technology. Longman Scientific & Technical, New York. Nawy E.G. Juli 2010. Beton BertulangSuatu Pendekatan Dasar, Cetakan Keempat. Bandung. Otsuki, Nobuaki. 2011. Possibility Of Sea Water As Mixing Water In Concrete. Conference on Our World in Concrete & Structures. Tokyo Institute of Technology, Japan..