Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
ISSN: 2579-6429
PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA Samuel Bobby Sanjoto*1), M.Chandra Dewi K2) dan A. Teguh Siswantoro3) 1,2,3)
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jalan Babarsari No. 44, Yogyakarta, 55281, Indonesia Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK SP Alumunium adalah perusahaan pengecoran dan peleburan aluminium terutama untuk peralatan rumah tangga seperti wajan, panci, dll. Penelitian pendahuluan melakukan penyebaran kuisioner Nordic Body Map kepada operator di setiap bagian produksi. Operator pada proses finishing pengikiran wajan mengalami keluhan musculoskeletal yang paling besar dan diperlukan perbaikan postur kerja. Operator pengikiran bekerja selama 7 jam per hari dengan posisi duduk di bawah membungkuk dan kaki menekuk sehingga tidak ergonomis dan menimbulkan keluhan musculoskeletal. Penilaian postur kerja dilakukan dengan penilaian ergonomi REBA. Hasil dari penelitian ini adalah dengan membuat alat yang ergonomis sehingga terdapat perbaikan postur kerja dengan indikasi terdapat penurunan pada resiko cidera yang ditunjukan melalui skor REBA sebelum perbaikan dibandingkan dengan skor REBA setalah perbaikan mengalami penurunan skor. Kata kunci: Postur Kerja, REBA, Resiko Cidera
1. Pendahuluan SP Alumunium adalah perusahaan pengecoran, peleburan aluminium, pembuatan kerajinan souvenir aluminium, dan peralatan rumah tangga seperti wajan, panci, dll. Perusahaan ini didirikan Bapak Endro Suharto pada tahun 1963 dengan tenaga kerja sebanyak 50 orang. Perusahaan ini mampu memproduksi sebesar satu ton/hari. Perkembangan perusahaan SP Aluminium dari tahun ke tahun mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju dan kompleks. Produk-produknya juga bervariasi mulai dari alat rumah tangga sampai dengan aksesoris baik interior maupun eksterior. Perkembangan ini ditunjukkan dengan bertambahnya kapasitas produksi dari satu ton/hari menjadi empat ton/hari yang didukung oleh 142 karyawan tetap. Saat ini terdapat dua pabrik produksi di wilayah Umbulharjo Yogyakarta. Penelitian pendahuluan dilakukan dengan kuisioner Nordic Body Map terhadap 3 sampai 5 pekerja pada setiap proses yang ada di SP Aluminium. Berdasarkan hasil kuisioner Nordic Body Map, proses finishing pengikiran wajan mengakibatkan keluhan musculoskeletal yang paling besar dan memerlukan perbaikan postur kerja segera. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit (Tarwaka, Bakri, & Sudiajeng, 2004). Operator pengikiran memiliki postur tubuh yang tidak ergonomis dibandingkan proses produksi yang lainya dikarenakan proses pengikiran dilakukan dengan posisi operator duduk di bawah sehingga posisi operator membungkuk dan kaki menekuk. Operator melakukan pengikiran sebanyak 600 – 700 buah wajan dalam sehari. Keadaan tersebut beresiko cidera dan perlu pengkajian lebih lanjut. Penilaian postur kerja menggunakan penilaian ergonomi REBA. Hasil dari REBA sebelum perbaikan digunakan sebagai referensi untuk membuat usulan postur kerja yang baru. Postur kerja yang baru dianalis kembali menggunakan REBA. Postur kerja yang baru diharapkan dapat 182
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
ISSN: 2579-6429
menurunkan penilaian score REBA. Alat yang mendukung untuk postur kerja yang baru dirancang menggunakan CATIA V5R20 dan AutoCAD 2012. 2. Metode Kuisioner Nordic Body Map (NBM) Penelitian didahului dengan observasi awal dan penyebaran kuisioner Nordic Body Map (NBM) ke seluruh proses produksi. Observasi awal dilakukan dengan pengamatan dan wawancara dengan operator maupun atasan yang ada di SP Aluminium. Penyebaran kuisioner Nordic Body Map (NBM) dilakukan agar dapat mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan muskuloskeletal. (Tarwaka, Bakri, & Sudiajeng, 2004) Keluhan nyeri atau sakit yang dirasakan pada sistem otot rangka disebut juga dengan keluhan muskuloskeletal. Penelitian menggunakan kuesioner Nordic Body Map dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah postur kerja yang terjadi di SP Aluminium Yogyakarta. Dari pengamatan dan hasil kuisioner NBM dapat diketahui postur kerja proses produksi yang perlu untuk diperbaiki dan ditentukan satu operator untuk dianalisis lebih lanjut. Bentuk kuisioner NBM dapat dilihat di Gambar 1. sebagai berikut:
Gambar 1. Nordic Body Map (Sumber: Widanarko, dkk. 2016. Instrumen Survei Gangguan Otot-Rangka)
REBA Hignett & McAtamney (2000) memperkenalkan REBA dan menyatakan bahwa REBA digunakan untuk menilai postur untuk resiko penderita keluhan musculoskeletal. Postur kerja operator pengikiran wajan di SP Aluminium dianalisis menggunakan REBA. Analisis postur kerja dilakukan ketika operator mengambil wajan, melakukan pengikiran, dan saat meletakkan wajan. Skor REBA yang didapat dibandingkan pada saat sebelum dan sesudah perbaikan. Bentuk lembar kerja REBA dapat dilihat di Gambar 2. sebagai berikut: 183
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
ISSN: 2579-6429
Gambar 2. Lembar Kerja REBA (Sumber: Hignett & McAtamney, 2000)
Membuat usulan perbaikan Usulan perbaikan berupa desain perbaikan fasilitas kerja yang disesuaikan dengan dimensi tubuh operator. Desain fasilitas kerja menggunakan software Catia V5R20 dan AutoCAD 2012. Software Catia digunakan dalam menggambar fasilitas kerja berupa tiga dimensi dan untuk memodelkan fasilitas kerja yang dirancang dengan model manusia (manikin). Software Autocad 2012 digunakan untuk menggambar detail fasilitas kerja berupa gambar teknik dua dimensi. Analisis setelah perbaikan Fasilitas kerja yang baru akan menimbulkan postur kerja yang baru pada operator. Postur kerja yang baru kemudian dianalisis kembali menggunakan REBA untuk mengetahui bahwa tujuan dari penelitian tercapai yakni dapat mengurangi resiko cidera pada operator. Resiko cidera operator menurun ditunjukan dengan skor REBA sebelum perbaikan mengalami penurunan skor dibandingkan dengan skor REBA setelah perbaikan. 3. Hasil dan Pembahasan Hasil dari Kuisionoer Nordic Body Map Hasil dari Nordic Body Map pada operator di setiap proses dapat dilihat di Tabel 1. sebagai berikut:
184
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
ISSN: 2579-6429
Tabel 1. Hasil Kuisioner NBM pada Setiap Proses Jumlah Operator yang Mengeluhkan Sakit pada tiap Department
Bagian Tubuh Leher Bahu Punggung Atas Siku / Lengan Punggung Bawah Pergelangan Tangan Bokong / Paha Lutut Pergelangan Kaki
Peleburan Cetak 0 0 1 1 2 1 0 0 3 3 0 0 3 0 0 2 0 1
Pengecoran 1 3 0 0 2 1 1 0 0
Pengikiran 5 5 2 3 5 5 5 0 3
Grinding 0 0 0 0 0 3 0 0 0
Circle 0 1 0 0 1 0 0 1 1
Bubut 2 3 0 1 0 2 0 2 0
Packaging 0 1 0 0 3 0 0 0 1
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada bagian proses pengikiran paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal dan harus dilakukan perbaikan segera. Bagian tubuh yang paling banyak mengalami keluhan musculoskeletal adalah bagian leher, bahu, punggung bawah, pergelangan tangan dan paha. Sedangkan hasil kuisioner NBM pada proses pengikiran sebelum perbaikan dapat dilihat pada Tabel 2. sebagai berikut: Tabel 2. Data Keluhan Operator sebelum Perbaikan
1
Operator 2 3 4
5
Jumlah Operator yang Mengeluhkan Sakit
Leher
S
S
S
S
S
5
2
Bahu
S
S
S
S
S
5
3
Punggung Atas
T
T
S
S
T
2
4
Siku / Lengan
T
T
S
S
S
3
5
Punggung Bawah
S
S
S
S
S
5
6
Pergelangan Tangan
S
S
S
S
S
5
7
Bokong / Paha
S
S
S
S
S
5
8
Lutut
T
T
T
T
T
0
9
Pergelangan Kaki S = Sakit
S
S
T
T
S
3 T = Tidak Sakit
No.
Keluhan Segmen Tubuh
1
Pemilihan Sampel Operator yang Diteliti Data yang diambil adalah data primer didapat melalui pengukuran secara langsung terhadap operator. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan dan tinggi tubuh diukur menggunakan meteran. Data pekerja yang diberikan kuisioner NBM di bagian proses pengikiran dapat dilihat di Tabel 3. sebagai berikut: Tabel 3. Data Operator Pengikiran
No.
Nama
Usia (Tahun)
1
Sakirman
52
Lama bekerja di bagian pengikiran (Tahun) 3
2
Eko
42
3
185
Berat Tinggi Badan Tubuh (Kg) (cm) 51
153
69
164
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
ISSN: 2579-6429
3
Pitoyo
42
10
50
155
4
Sularno
36
3
61
161
5
Zaenuri
26
3
68
162
Pengukuran postur kerja pada semua operator akan mengganggu proses produksi dan memakan waktu yang lama. Maka dari itu diambil satu orang yang akan dianalisis postur kerjanya. Operator yang diambil sebagai sampel adalah operator nomor urut tiga yang bernama Pitoyo. Pemilihan berdasarkan lama bekerja di bagian pengikiran dan kebersediaan operator untuk diteliti. Postur Kerja sebelum Perbaikan Postur kerja sebelum perbaikan yang diambil adalah ketika operator mengambil wajan, melakukan proses pengikiran, dan meletakkan wajan yang sudah dikikir. Pada proses pengikiran dibagi menjadi 4 postur kerja. Postur kerja dilihat dari dua sisi yakni sisi kanan dan kiri. Data postur kerja sebelum perbaikan seperti pada Tabel 4. sebagai berikut: Tabel 4. Postur Kerja sebelum Perbaikan
No
Postur Tubuh sebelum Perbaikan Kanan Kiri
Kegiatan
1
Mengambil wajan
2
Proses pengikiran 1
Tabel 4. Postur Kerja sebelum Perbaikan (Lanjutan)
No
Kegiatan
Postur Tubuh sebelum Perbaikan Kanan Kiri
186
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
3
Proses pengikiran 2
4
Proses pengikiran 3
5
Proses pengikiran 4
6
Meletakan wajan
ISSN: 2579-6429
Perbaikan Fasilitas Kerja Perbaikan fasilitas yang dilakukan bertujuan untuk memperbaiki postur tubuh pekerja, dan mengurangi keluhan musculoskeletal operator pengikiran. Agar postur kerja menjadi lebih baik maka diperlukan perbaikan fasilitas yang mampu mendukung kebutuhan pekerja. Gambar usulan perbaikan nampak pada Gambar 3. berikut :
187
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
ISSN: 2579-6429
Gambar 3. Perbaikan Fasilitas Kerja
Berikut adalah bagian – bagian fasilitas kerja perbaikan yang dirancang: a. Meja kikir Meja kikir berfungsi sebagai penopang utama dalam melakukan proses pengikiran. Meja dirancang sesuai dengan ketinggian yang sesuai agar postur kerja menjadi lebih baik. Ketinggian meja kikir disesuaikan dengan tinggi siku operator pengikiran. b. Tempat kikir Tempat kikir berfungsi untuk meletakkan kikir apabila sudah tidak digunakan. Disediakan tempat kikir agar operator dapat menjangkau dan meletakkan kikir dengan mudah apabila akan digunakan. c. Meja wajan Meja wajan berfungi untuk mengambil wajan dan meletakkan wajan yang digunakan. Disediakan meja wajan agar opertor dapat mengambil dan meletakkan wajan dengan postur tubuh yang baik tanpa harus membungkuk. Tinggi meja wajan disesuaikan dengan tinggi ujung jari operator. Analisis Anthropometri Menurut Kuswana (2013) antropometri sangat penting sebagai kajian dan pemecahan masalah ergonomi. Analisis antropometri bertujuan agar postur kerja operator dapat diperbaiki dengan disesuaikan antara fasilitas kerja yang dirancang dengan ukuran dimensi tubuh operator. Dimensi tubuh operator yang digunakan adalah tinggi siku dan tinggi ujung jari. Dimensi tersebut dapat dilihat di Tabel 5. Sebagai berikut: Tabel 5. Data Antropometri Operator
No.
Dimensi Tubuh
1 2
Tinggi Siku Tinggi Ujung Jari
1 91 52
Operator (cm) 2 3 4 100 93 98 60 58 58
5 99 58
Persentil 5 (cm) 91.4 53.2
Persentil 95 (cm) 99.8 59.6
Data antropometri operator tersebut digunakan untuk menentukan berapa dimensi fasilitas kerja yang sekiranya dapat mempengaruhi postur kerja dari operator. Hasil dari analisis data antropometri operator tersebut dapat dilihat di Tabel 6. sebagai berikut:
188
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
ISSN: 2579-6429
Tabel 6. Analisis Antropometri
Keterangan
Dimensi Antropometri
Persentil (cm)
Kelonggaran (cm)
Ukuran (cm)
Ketinggian Meja Kikir
Tinggi Siku
5
-6.4
91.4 - 6.4 = 85
Ketinggian Meja Wajan
Tinggi Ujung Jari
95
0.4
59.6 + 0.4 = 60
Alasan Alasan pemilihan persentil 5 adalah agar operator dengan dimensi tubuh yang kecil bahunya tidak terangkat saat mengikir sehingga menimbulkan keluhan musculoskeletal dan alasan pemilihan kelonggaran -6.4 cm adalah agar penekanan pengikiran maksimal dan pembulatan memudahkan dalam proses pembuatan produk Alasan pemilihan persentil 95 adalah agar operator dengan dimensi tubuh yang besar tidak perlu membungkuk apabila akan mengambil atau meletakkan wajan dan kelonggaran 0.4 untuk pembulatan memudahkan dalam proses pembuatan produk
Postur Kerja setelah Perbaikan Postur kerja setelah perbaikan digambarkan menggunakan manekin dalam software Catia dapat dilihat di Tabel 7. sebagai berikut: Tabel 7. Postur Tubuh setelah Perbaikan
No
1
Kegiatan
Mengambil Wajan
Postur Tubuh setelah Perbaikan
No
Kegiatan
2
Proses Pengikiran 1
189
Postur Tubuh setelah Perbaikan
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
ISSN: 2579-6429
Tabel 7. Postur Tubuh setelah Perbaikan (Lanjutan)
No
Kegiatan
3
5
Postur Tubuh setelah Perbaikan
No
Kegiatan
Proses Pengikiran 2
4
Proses Pengikiran 3
Proses Pengikiran 4
6
Meletakkan Wajan
Postur Tubuh setelah Perbaikan
Hasil REBA Hasil REBA sebelum perbaikan dibandingkan dengan hasil REBA setelah perbaikan. Hasil REBA dapat dilihat pada Tabel 8. sebagai berikut: Tabel 8. Hasil REBA
No
Proses
1
Mengambil Wajan
2
Pengikiran 1
3
Pengikiran 2
4
Pengikiran 3
5
Pengikiran 4
6
Meletakkan Wajan
Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri
Score REBA Sebelum Setelah Perbaikan Perbaikan 2 2 7 3 5 4 8 3 3 3 5 2 5 4 9 4 8 5 11 4 3 2 9 3
190
Selisih Score REBA 0 -4 -1 -5 0 -3 -1 -5 -3 -7 -1 -6
Seminar dan Konferensi Nasional IDEC 2017 Surakarta, 8-9 Mei 2017
ISSN: 2579-6429
4. Kesimpulan Perbaikan postur kerja perlu untuk dilakukan agar operator dapat berkerja dengan postur tubuh yang nyaman dan dapat bekerja dengan lebih efektif dan efisien. REBA dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar resiko cidera yang dialami oleh operator. Perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis dapat mengurangi score REBA sehingga resiko cidera yang dialami oleh operator menurun. DAFTAR PUSTAKA Hignett, S., & McAtamney, L. (2000). Rapid Entire Body Assessment (REBA). Elsevier. Kuswana, W. S. (2013). Antropometri Terapan untuk Perancangan Sistem Kerja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Bandung. Tarwaka, Bakri, S. H., & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta - Indonesia: UNIBA PRESS. Widanarko, B., Kusmasari, W., Yassuerli, & Iridiastadi, H. (2016). Instrumen Survei Gangguan Otot Rangka.
191