PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGAMA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
:
bahwa
dengan
telah
ditetapkannya
pembentukan
Kementerian Kabinet Kerja periode tahun 2014 – 2019 dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, perlu menetapkan
Peraturan
Presiden
tentang
Kementerian
Agama;
Mengingat
:
1. Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 17 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang
Kementerian
Nomor
Negara
39
Tahun
(Lembaran
2008
Negara
tentang Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang
Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339); 4. Peraturan
Organisasi
Presiden
Nomor
Kementerian
7
Tahun
Negara
2015
tentang
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
MEMUTUSKAN: ...
-
2
-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN AGAMA.
BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI
Pasal 1 (1) Kementerian Agama berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. (2) Kementerian Agama dipimpin oleh Menteri.
Pasal 2 Kementerian Agama mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Agama menyelenggarakan fungsi: a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, penyelenggaraan haji dan umrah, dan pendidikan agama dan keagamaan; b. koordinasi
pelaksanaan
tugas,
pembinaan,
dan
pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agama; c. pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agama; d. pengawasan
atas
pelaksanaan
tugas
di
lingkungan
Kementerian Agama; e. pelaksanaan ...
-
e. pelaksanaan
3
-
bimbingan
teknis
dan
supervisi
atas
pelaksanaan urusan Kementerian Agama di daerah; f.
pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah;
g. pelaksanaan
pendidikan,
pelatihan,
penelitian,
dan
pengembangan di bidang agama dan keagamaan; h. pelaksanaan penyelenggaraan jaminan produk halal; dan i.
pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agama.
BAB II ORGANISASI
Bagian Kesatu Susunan Organisasi
Pasal 4 Susunan Kementerian Agama terdiri atas: a. Sekretariat Jenderal; b. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam; c. Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah; d. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam; e. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen; f.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik;
g. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu; h. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha; i.
Inspektorat Jenderal;
j.
Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan;
k. Badan Penyelanggara Jaminan Produk Halal;
l. Staf ...
-
l.
4
-
Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan Keagamaan;
m. Staf Ahli Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi; dan n. Staf Ahli Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia.
Bagian Kedua Sekretariat Jenderal
Pasal 5 (1) Sekretariat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Sekretariat Jenderal dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Pasal 6 Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di Kementerian Agama.
Pasal 7 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi kegiatan Kementerian Agama; b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Agama; c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan,
kepegawaian,
keuangan,
kerumahtanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat, arsip, dan dokumentasi Kementerian Agama; d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana;
e. koordinasi ...
-
e. koordinasi
5
dan
-
penyusunan
peraturan
perundang-
undangan serta pelaksanaan advokasi hukum; f.
penyelenggaraan
pengelolaan
barang
milik/kekayaan
negara dan pelayanan pengadaan barang/jasa; dan g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pasal 8 (1) Sekretariat Jenderal terdiri atas paling banyak 7 (tujuh) Biro. (2) Biro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat
(3),
Bagian
yang
menangani
fungsi
ketatausahaan pimpinan terdiri atas sejumlah Subbagian sesuai kebutuhan.
Bagian Ketiga Direktorat Jenderal Pendidikan Islam
Pasal 9 (1) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal ...
-
6
-
Pasal 10 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan Islam sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10,
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Islam
menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang pendidikan madrasah, diniyah, pondok pesantren, pendidikan agama Islam, dan pendidikan tinggi Islam; b. pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan madrasah, diniyah, pondok pesantren, pendidikan agama Islam, dan pendidikan tinggi Islam; c. pelaksanaan
pembinaan
penyelenggaraan
pendidikan
madrasah, diniyah, pondok pesantren, pendidikan agama Islam, dan pendidikan tinggi Islam; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pendidikan
madrasah,
diniyah,
pondok
pesantren,
pendidikan agama Islam, dan pendidikan tinggi Islam; e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pendidikan madrasah, diniyah, pondok pesantren, pendidikan agama Islam, dan pendidikan tinggi Islam; f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Islam; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pasal ...
-
7
-
Pasal 12 (1) Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Islam
terdiri
atas
Sekretariat Direktorat Jenderal dan paling banyak 6 (enam) Direktorat. (2) Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 5 (lima) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 5 (lima) Subdirektorat serta Subbagian yang menangani fungsi ketatausahaan. (5) Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 4 (empat) Seksi.
Bagian Keempat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Pasal 13 (1) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal ...
-
8
-
Pasal 14 Direktorat mempunyai
Jenderal
Penyelenggaraan
tugas
menyelenggarakan
Haji
dan
Umrah
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 15 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang pembinaan haji dan umrah, pelayanan haji, dan pengelolaan dana haji, serta akreditasi penyelenggara ibadah haji khusus dan umrah; b. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan haji dan umrah
dan
pelayanan
haji,
serta
akreditasi
penyelenggara ibadah haji khusus dan umrah; c. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan haji dan umrah; d. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah; e. pelaksanaan
administrasi
Direktorat
Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah; dan f.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Pasal 16
(1) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal dan paling banyak 6 (enam) Direktorat. (2) Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 5 (lima) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian ...
-
9
-
(3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 5 (lima) Subdirektorat serta Subbagian yang menangani fungsi ketatausahaan. (5) Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 4 (empat) Seksi.
Bagian Kelima Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Pasal 17 (1) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Islam
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 18 Direktorat
Jenderal
mempunyai
tugas
Bimbingan
Masyarakat
menyelenggarakan
perumusan
Islam dan
pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat Islam
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-
undangan.
Pasal 19 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam menyelenggarakan fungsi: a. perumusan ...
-
10
-
a. perumusan kebijakan di bidang urusan agama Islam, pembinaan
Syariah,
penerangan
agama
Islam,
pemberdayaan Zakat, dan pemberdayaan Wakaf; b. pelaksanaan kebijakan di bidang urusan agama Islam, pembinaan
Syariah,
penerangan
agama
Islam,
pemberdayaan Zakat, dan pemberdayaan Wakaf; c. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang urusan agama Islam, pembinaan Syariah, penerangan agama Islam, pemberdayaan Zakat, dan pemberdayaan Wakaf; d. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
urusan
agama
Islam,
pembinaan
Syariah,
penerangan agama Islam, pemberdayaan Zakat, dan pemberdayaan Wakaf; e. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam; dan f.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pasal 20 (1) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal dan paling banyak 6 (enam) Direktorat. (2) Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 5 (lima) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional.
(4) Direktorat ...
-
11
-
(4) Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 5 (lima) Subdirektorat serta Subbagian yang menangani fungsi ketatausahaan. (5) Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 4 (empat) Seksi.
Bagian Keenam Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen
Pasal 21 (1) Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Kristen
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Kristen
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 22 Direktorat mempunyai
Jenderal tugas
Bimbingan
Masyarakat
menyelenggarakan
Kristen
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat Kristen sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 23 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Kristen;
b. pelaksanaan ...
-
12
-
b. pelaksanaan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Kristen; c. pelaksanaan
pembinaan
penyelenggaraan
pendidikan
agama dan keagamaan Kristen; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang urusan agama dan pendidikan Kristen; e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang urusan agama dan pendidikan Kristen; f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pasal 24 (1) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal dan paling banyak 6 (enam) Direktorat. (2) Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 5 (lima) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 5 (lima) Subdirektorat serta Subbagian yang menangani fungsi ketatausahaan. (5) Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 4 (empat) Seksi.
Bagian ...
-
13
-
Bagian Ketujuh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik
Pasal 25 (1) Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Katolik
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Katolik
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 26 Direktorat mempunyai
Jenderal tugas
Bimbingan
Masyarakat
menyelenggarakan
Katolik
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat Katolik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 27 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Katolik; b. pelaksanaan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Katolik; c. pelaksanaan
pembinaan
penyelenggaraan
pendidikan
agama dan keagamaan Katolik; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang urusan agama dan pendidikan Katolik; e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang urusan agama dan pendidikan Katolik;
f. pelaksanaan ...
-
f.
14
-
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pasal 28 (1) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal dan paling banyak 6 (enam) Direktorat. (2) Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 5 (lima) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 5 (lima) Subdirektorat serta Subbagian yang menangani fungsi ketatausahaan. (5) Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 4 (empat) Seksi.
Bagian Kedelapan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu
Pasal 29 (1) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Hindu
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal ...
-
15
-
Pasal 30 Direktorat mempunyai
Jenderal tugas
Bimbingan
Masyarakat
menyelenggarakan
Hindu
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat Hindu sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 31 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu menyelenggarakan fungsi: a. perumusan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Hindu; b. pelaksanaan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Hindu; c. pelaksanaan
pembinaan
penyelenggaraan
pendidikan
agama dan keagamaan Hindu; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang urusan agama dan pendidikan Hindu; e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang urusan agama dan pendidikan Hindu; f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Pasal 32 (1) Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal dan paling banyak 6 (enam) Direktorat. (2) Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 5 (lima) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian ...
-
16
-
(3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 5 (lima) Subdirektorat serta Subbagian yang menangani fungsi ketatausahaan. (5) Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 4 (empat) Seksi.
Bagian Kesembilan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha
Pasal 33 (1) Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Buddha
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Buddha
dipimpin oleh Direktur Jenderal.
Pasal 34 Direktorat mempunyai
Jenderal tugas
Bimbingan
Masyarakat
menyelenggarakan
Buddha
perumusan
dan
pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan masyarakat Buddha sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal 35 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha menyelenggarakan fungsi: a. perumusan …
-
17
-
a. perumusan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Buddha; b. pelaksanaan kebijakan di bidang urusan agama dan pendidikan agama dan keagamaan Buddha; c. pelaksanaan
pembinaan
penyelenggaraan
pendidikan
agama dan keagamaan Buddha; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang urusan agama dan pendidikan Buddha; e. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang urusan agama dan pendidikan Buddha; f.
pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha; dan
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pasal 36 (1) Direktorat
Jenderal
Bimbingan
Masyarakat
Buddha
terdiri atas Sekretariat Direktorat Jenderal dan paling banyak 6 (enam) Direktorat. (2) Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 5 (lima) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Direktorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 5 (lima) Subdirektorat serta Subbagian yang menangani fungsi ketatausahaan. (5) Subdirektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 4 (empat) Seksi. Bagian …
-
18
-
Bagian Kesepuluh Inspektorat Jenderal
Pasal 37 (1) Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Inspektorat Jenderal dipimpin oleh Inspektur Jenderal.
Pasal 38 Inspektorat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di Kementerian Agama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 39 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan teknis pengawasan internal di lingkungan Kementerian Agama; b. pelaksanaan
pengawasan
internal
di
lingkungan
Kementerian Agama terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; c. pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri; d. penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Agama; e. pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal; dan f.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pasal …
-
19
-
Pasal 40 (1) Inspektorat Jenderal terdiri atas Sekretariat Inspektorat Jenderal dan paling banyak 5 (lima) Inspektorat. (2) Sekretariat Inspektorat Jenderal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 3 (tiga) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Subbagian yang menangani fungsi ketatausahaan dan Kelompok Jabatan Fungsional Auditor.
Bagian Kesebelas Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan
Pasal 41 (1) Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan dipimpin oleh Kepala Badan.
Pasal 42 Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan
mempunyai
tugas
melaksanakan
penelitian,
pengembangan, pendidikan, dan pelatihan di bidang agama dan keagamaan.
Pasal …
-
20
-
Pasal 43 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal
42,
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan,
dan
Pendidikan dan Pelatihan menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang
penelitian,
pengembangan,
pendidikan,
dan
pelatihan di bidang agama dan keagamaan; b. pelaksanaan penelitian, pengembangan, pendidikan, dan pelatihan di bidang agama dan keagamaan; c. pemantauan,
evaluasi
dan
pelaporan
pelaksanaan
penelitian, pengembangan, pendidikan, dan pelatihan di bidang agama dan keagamaan; d. pelaksanaan
administrasi
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Pasal 44 (1) Badan terdiri atas Sekretariat Badan dan paling banyak 5 (lima) Pusat. (2) Sekretariat Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Bagian
yang
menangani
fungsi
ketatausahaan
dan
Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 3 (tiga) Bidang.
(5) Bagian …
-
21
-
(5) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 3 (tiga) Subbagian. (6) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 3 (tiga) Subbidang.
Bagian Keduabelas Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
Pasal 45 (1) Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal dipimpin oleh Kepala Badan.
Pasal 46 Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan jaminan produk halal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 47 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 46, Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program di bidang penyelenggaraan jaminan produk halal; b. pelaksanaan penyelenggaraan jaminan produk halal; c. pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan di bidang penyelenggaraan jaminan produk halal;
d. pelaksanaan …
-
d. pelaksanaan
22
-
pengawasan
penyelenggaraan
jaminan
produk halal; e. pelaksanaan administrasi Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal; dan f.
pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri. Pasal 48
(1) Badan terdiri atas Sekretariat Badan dan paling banyak 5 (lima) Pusat. (2) Sekretariat Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Bagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (3) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas paling banyak 4 (empat) Subbagian dan/atau Kelompok Jabatan Fungsional. (4) Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Bagian
yang
menangani
fungsi
ketatausahaan
dan
Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau paling banyak 3 (tiga) Bidang. (5) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 3 (tiga) Subbagian. (6) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 3 (tiga) Subbidang. Bagian Ketigabelas Pusat Pasal 49 (1) Pada Kementerian Agama dapat dibentuk Pusat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan beban kerja. (2) Pusat …
-
23
-
(2) Pusat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri melalui Sekretaris Jenderal. (3) Pusat dipimpin oleh seorang Kepala Pusat. Pasal 50 (1) Pusat
terdiri
atas
Bagian
yang
menangani
fungsi
ketatausahaan dan Kelompok Jabatan Fungsional dan/ atau paling banyak 3 (tiga) Bidang. (2) Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 3 (tiga) Subbagian. (3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Kelompok Jabatan Fungsional dan/atau dapat terdiri atas paling banyak 3 (tiga) Subbidang. Bagian Keempatbelas Staf Ahli Pasal 51 Staf Ahli berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri, dan secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal. Pasal 52 (1) Staf Ahli Bidang Hubungan Kelembagaan Keagamaan mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri di bidang hubungan kelembagaan keagamaan. (2) Staf Ahli Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri di bidang manajemen informasi dan komunikasi. (3) Staf …
-
24
-
(3) Staf Ahli Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai tugas memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada Menteri di bidang hukum dan hak asasi manusia.
Bagian Kelimabelas Jabatan Fungsional
Pasal 53 Di lingkungan Kementerian Agama dapat ditetapkan jabatan fungsional sesuai dengan kebutuhan yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Bagian Keenambelas Staf Khusus
Pasal 54 (1) Di lingkungan Kementerian Agama dapat diangkat paling banyak 3 (tiga) orang Staf Khusus Menteri. (2) Staf Khusus Menteri bertanggung jawab kepada Menteri.
Pasal 55 Staf Khusus Menteri mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri sesuai penugasan Menteri dan bukan merupakan bidang tugas unsur-unsur organisasi Kementerian Agama.
Pasal …
-
25
-
Pasal 56 (1) Staf Khusus Menteri dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi yang baik dengan satuan organisasi di lingkungan Kementerian Agama. (2) Tata kerja Staf Khusus Menteri diatur oleh Sekretaris Jenderal. Pasal 57 (1) Staf Khusus dapat berasal dari Pegawai Negeri Sipil. (2) Staf Khusus juga dapat berasal dari selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberhentikan dari jabatan organiknya tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Masa bakti Staf Khusus paling lama sama dengan masa jabatan Menteri (5) Pengangkatan Staf Khusus Menteri ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Pasal 58 (1) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) yang berhenti atau telah berakhir masa baktinya sebagai Staf Khusus, diaktifkan kembali dalam jabatan organik sesuai formasi yang tersedia berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) yang telah mencapai batas usia pensiun diberhentikan dengan hormat dan diberikan hak-hak kepegawaiannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal …
-
26
-
Pasal 59 (1) Hak keuangan dan fasilitas lainnya bagi Staf Khusus Menteri diberikan paling tinggi setara dengan Jabatan Struktural Eselon I.b. (2) Staf Khusus Menteri mendapat dukungan administrasi dari Sekretariat Jenderal. (3) Dalam hal Staf Khusus berhenti atau telah berakhir masa baktinya tidak memperoleh uang pensiun dan uang pesangon. Pasal 60 (1) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi Staf Khusus Menteri tetap menerima gaji sebagai Pegawai Negeri Sipil. (2) Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Staf Khusus Menteri dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi tanpa terikat jenjang pangkat, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB III INSTANSI VERTIKAL Pasal 61 (1) Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi Kementerian Agama di daerah, dibentuk Kantor Wilayah Kementerian Agama di provinsi dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota. (2) Tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kantor Wilayah dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Menteri
setelah
mendapat
persetujuan
tertulis
dari
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara. BAB …
-
27
-
BAB IV UNIT PELAKSANA TEKNIS
Pasal 62 (1) Untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang di lingkungan Kementerian Agama, dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis yang disesuaikan dengan kebutuhan dan beban kerja. (2) Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh Kepala.
Pasal 63 Organisasi
dan
Tata
Kerja
Unit
Pelaksana
Teknis
sebagaimana dimaksud pada Pasal 62 ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis
dari
menteri
yang
menyelenggarakan
urusan
pemerintahan di bidang aparatur negara.
BAB V TATA KERJA
Pasal 64 Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kementerian Agama harus menyusun peta bisnis proses yang menggambarkan tata hubungan kerja yang efektif dan efisien antar unit organisasi di lingkungan Kementerian Agama.
Pasal 65 Menteri menyampaikan laporan kepada Presiden mengenai hasil pelaksanaan urusan pemerintahan di bidang agama secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan.
Pasal …
-
28
-
Pasal 66 Kementerian Agama harus menyusun analisis jabatan, peta jabatan, uraian tugas, dan analisis beban kerja terhadap seluruh jabatan di lingkungan Kementerian Agama.
Pasal 67 Setiap unsur di lingkungan Kementerian Agama dalam melaksanakan koordinasi,
tugasnya
integrasi,
harus
dan
menerapkan
sinkronisasi
prinsip
baik
dalam
lingkungan Kementerian Agama maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah baik pusat maupun daerah.
Pasal 68 Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan masingmasing
untuk
akuntabilitas
mewujudkan
publik
melalui
terlaksananya penyusunan
mekanisme perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang terintegrasi.
Pasal 69 Setiap
pimpinan
unit
organisasi
bertanggung
jawab
memimpin dan mengoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan pengarahan serta petunjuk pelaksanaan tugas bawahan.
Pasal 70 Setiap
pimpinan
unit
organisasi
wajib
mengawasi
pelaksanaan tugas bawahan masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan wajib mengambil langkah-langkah yang
diperlukan
sesuai
dengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan. Pasal …
-
29
-
Pasal 71 Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab pada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan kinerja secara berkala tepat pada waktunya.
Pasal 72 Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya.
BAB VI PENDANAAN
Pasal 73 Segala pendanaan yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas dan
fungsi
Kementerian
Agama
dibebankan
kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
BAB VII KETENTUAN LAIN–LAIN
Pasal 74 Khusus pada Pusat yang melaksanakan tugas di bidang bimbingan
agama
tertentu
yang
tidak
ditangani
oleh
Direktorat Jenderal, mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang agama tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Pasal …
-
30
-
Pasal 75 Pembinaan unit organisasi di lingkungan Instansi Vertikal dan Unit Pelaksana Teknis yang menangani tugas dan fungsi yang bersesuaian dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal, pembinaannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal yang bersangkutan.
Pasal 76 Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kementerian Agama ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara.
BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 77 Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, ketentuan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014 yang berkaitan dengan Kementerian Agama, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diubah dan/atau
diganti
dengan
peraturan
baru
berdasarkan
Peraturan Presiden ini.
Pasal ...
-
31
-
Pasal 78 Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang ada beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan Kementerian Agama, tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan dibentuknya jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.
BAB IX KETENTUAN PENUTUP
Pasal 79 Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua ketentuan mengenai Kementerian Agama dalam: a. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi,
Tugas
dan
Fungsi
Eselon
I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014; dan b. Peraturan Presiden Nomor 165 tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja; dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 80 Peraturan
Presiden
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
diundangkan.
Agar ...
-
Agar
setiap
pengundangan
32
orang
-
mengetahuinya,
Peraturan
Presiden
memerintahkan ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 15 Juli 2015 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 15 Juli 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 168
Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, ttd. Fadlansyah Lubis