Perangkat Pembelajaran … Ed-Humanistics. Volume 02 Berbasis Nomor 01Pendidikan Tahun 2017 PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN BERKARAKTER Rusli Ilham Fadli Dosen PBSI FIP Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang
[email protected] Abstrak Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis pendidikan berkarakter di SMP?”. Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan beberapa rumusan khusus sebagai berikut. 1) Bagaimanakah proses pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis pendidikan berkarakter di SMP? Dan 2) Bagaimanakah kualitas pengembangan perangkat pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis pendidikan berkarakter di SMP?. Rancangan penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model pengembangan pembelajaran Bela H. Banathy. Perincian simpulan penelitian ini: silabus 90%, penilaian 94%, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 89,81%, dan buku siswa 85,38%. Rata-rata skor validasi perangkat adalah 90%. Kualitas perangkat pembelajaran teks prosedur diperoleh dari nilai kevalidan, kepraktsan, dan keefektifan. Rata-rata nilai kevalidan perangkat pembelajaran 90%, artinya nilai kevalidan perangkat termasuk pada kategori sangat baik. Nilai kepraktisan diperoleh dari hasil keterlaksanaan RPP 94,21%, respon guru 93%, dan respon siswa 88,14%. Dengan demikian rata-rata nilai kepraktisan berada dalam kategori sangat praktis. Selanjurnya hasil data keefektifan, diperoleh dari nilai aktivitas guru 93,8%, aktivitas siswa 87,9%, dan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 100%, dan dinyatakan tuntas. Kata-Kata Kunci: perangkat pembelajaran, berkarakter, teks cerita fabel Abstract The research problems are "How does the development of the learning device Indonesian-based character education in junior high?". From the formulation of the problems mentioned above, can be described as following some special formula. 1) What is the process of learning software development Indonesian-based character education in junior high? And 2) How is the quality of the learning device Indonesian development based character education in junior ?. The study design and development of learning tools using a model of the development of learning Bela H. Banathy. Details conclusions of this study: syllabus 90%, 94% assessment, lesson plan (RPP) 89.81%, and 85.38% students' books. The average score is 90% validation device. The quality of learning tools text obtained from the value of the validity of the procedure, kepraktsan, and effectiveness. The average value of the validity of the study 90%, meaning that the value of the validity of the devices included in the category very well. Practicality value obtained from the RPP enforceability of 94.21%, the response is 93% of teachers, and student responses 88.14%. Thus the average value of practicality are in the category of very practical. Selanjurnya effectiveness data results, derived from the value of teacher activity 93.8%, 87.9% of student activity, and completeness of student learning outcomes by 100%, and otherwise completed. Keywords: learning device, character, text fable
pengembangan di bidang ini berkisar antara 4—5 % sedangkan dalam bidang pendidikan, alokasi biaya hanya 1 %. Oleh karena itu, kemajuan dalam bidang pendidikan jauh tertinggal dibandingkan bidang perindustrian. Hal inilah yang memotivasi peneliti untuk malakukan penelitian dan pengembangan pendidikan, peneliti juga tertarik untuk mengadakan inovasi dalam bidang pendidikan yang selama ini masih jarang dilakukan, yakni pengambangan perangkat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berbasis Pendidikan Berberkarakter (Trianto, 2010: 75).
PENDAHULUAN Penelitian dan pengembangan merupakan suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyemprunakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian dan pengembangan juga merupakan strategi atau metode penelitian yang cukup ampuh untuk memperbaiki praktik yang terjadi di lapangan. Selama ini penelitian dan pengembangan banyak digunakan dalam bidang perindustrian untuk meningkatkan kemajuan industrinya. Persentase biaya yang dialokasikan oleh suatu perusahaan dalam penelitian dan
162
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 adalah berbasis teks, bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial budaya akademik. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara kontekstual. Prinsip pembelajaran berbasis teks, (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata-kata atau kaidahkaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dilepaskan dari konteks karena dalam bentuk bahasa yang digunakan itu tercermin ide, sikap, nilai dan ideologi penggunaanya dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa dalam setiap teks terdapat struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda dan dalam stuktur teks tercermin struktur berpikir. Semakin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, semakin banyak struktur berpikir yang dapat digunakan dalam kehidupan sosial dan akademiknya nanti. Hanya dengan cara tersebut siswa dapat mengkontruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis dan menyajikan hasil secara memadai (Kemendikbud, 2013:v) Dengan munculnya Kurikulum 2013, diharapkan ada perubahan dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik. Dibutuhkan kerja keras guru untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan memunculkan kreativitas peserta didik. Berdasarkan kondisi tersebut, harus segera dikembangkan dan ditetapkan teknik pembelajaran yang mengondisikan penerapan nyata di kelas. Sehingga muncullah pembelajaran yang berbasis pada pendidikan berkarakter.
Persoalan budaya dan berkarakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya dan berkarakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat (Lickona, 2013:11). Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan berkarakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan berkarakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat. Kurikulum adalah jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of education). Oleh karena itu, sudah seharusnya kurikulum, saat ini, memberikan perhatian yang lebih besar pada pendidikan budaya dan berkarakter bangsa dibandingkan kurikulum masa sebelumnya. Pendapat yang dikemukakan para pemuka masyarakat, ahli pendidikan, para
163
Perangkat Pembelajaran … Ed-Humanistics. Volume 02Berbasis Nomor Pendidikan 01 Tahun 2017 pemerhati pendidikan dan anggota masyarakat lainnya di berbagai media massa, seminar, dan sarasehan yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional pada awal tahun 2010 menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat yang kuat akan pendidikan budaya dan berkarakter bangsa. Apalagi jika dikaji, bahwa kebutuhan itu,secara imperatif, adalah sebagai kualitas manusia Indonesia yang dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional (Chatib, 2009:1—2). Kepedulian masyarakat mengenai pendidikan budaya dan berkarakter bangsa telah pula menjadi kepedulian pemerintah. Berbagai upaya pengembangan pendidikan budaya dan berkarakter bangsa telah dilakukan di berbagai direktorat dan bagian di berbagai lembaga pemerintah, terutama di berbagai unit Kementerian Pendidikan Nasional. Upaya pengembangan itu berkenaan dengan berbagai jenjang dan jalur pendidikan walaupun sifatnya belum menyeluruh. Keinginan masyarakat dan kepedulian pemerintah mengenai pendidikan budaya dan berkarakter bangsa, akhirnya berakumulasi pada kebijakan pemerintah mengenai pendidikan budaya dan berkarakter bangsa dan menjadi salah satu program unggulan pemerintah, paling tidak untuk masa 5 (lima) tahun mendatang. Pedoman sekolah ini adalah rancangan operasionalisasi kebijakan pemerintah dalam pendidikan budaya dan berkarakter bangsa (Munandar, 1992:2). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan berkarakter bangsa (Chatib, 2009:2—3). Berkarakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan berkarakter masyarakat dan berkarakter bangsa. Oleh karena itu, pengembangan berkarakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan berkarakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan berkarakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya, pengembangan budaya dan berkarakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila; jadi pendidikan budaya dan berkarakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan berkarakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik. Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan
164
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan berkarakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan berkarakter bangsa bagi generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan berkarakter bangsa untuk peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam proses pendidikan budaya dan berkarakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilainilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat (Purwanto, 2010:23—24). Berdasarkan pengertian budaya, berkarakter bangsa, dan pendidikan yang telah dikemukakan di atas maka pendidikan budaya dan berkarakter bangsa dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan berkarakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan berkarakter sebagai berkarakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.(Depdiknas, 2009: 17) Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan berkarakter sangat strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang. Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan budaya dan berkarakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari budaya sekolah ( Harjanto, 2008:4). Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yaitu sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah produk baru dan menyempurnakan produk yang sudah ada untuk dipertanggungjawabkan. Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan dapat berupa perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, Lembar Penilaian, dan Materi Ajar. Untuk lebih terarah dan fokus dalam pengumpulan data penelitian ini membatasi pada pengembangan perangkat memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak pada kelas VIII dengan batasan ruang lingkup berikut. Mata pelajaran yang dijadikan objek penelitian ini adalah bahasa Indonesia kelas VIII dengan materi sebagai berikut. 1) Memahami teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi baik melalui lisan maupun tulisan. 2) Membedakan teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi baik melalui lisan maupun tulisan. 3) Mengklasifikasi teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi baik melalui lisan maupun tulisan. 4) Mengidentifikasi kekurangan teks cerita moral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi berdasarkan kaidah-kaidah teks baik melalui lisan mupun tulisan. Memfokuskan pada pengembangan perangkat pembelajaran kelas VIII materi memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 1 Megaluh Kabupaten Jombang. Penelitian ini difokuskan pada proses dan perangkat pembelajaran yang dikembangkan
165
Perangkat Pembelajaran … Ed-Humanistics. Volume 02Berbasis Nomor Pendidikan 01 Tahun 2017 berupa Silabus, RPP, Lembar Penilaian, dan Materi Ajar. Pengembangan ini merupakan pengembangan perangkat pembelajaran memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak dengan model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan pembelajaran Bela H. Banathy.
dalam pelaksanaannya. Dalam rancangan penelitian dan pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model pengembangan pembelajaran Bela H. Banathy. Pemilihan mode ini karena penelitian berjenis pengembangan karena tujuan penelitian ini adalah menghasilkan dan menguji kualitas perangkat pembelajaran. Model pengembangan pembelajaran Bela H. Banathy ini terdiri dari enam langkah yaitu: (1) merumuskan tujuan, (2) mengembangkan tes, (3) menganalisis kegiatan belajar, (4) mendesain sistem pembelajaran, (5) melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil, dan (6) mengadakan perbaikan. Berikut digambarkan prosedur pengembangan pembelajaran model Bela H. Banathy (Sriah, 2011: 36).
PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang berusaha mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Silabus, RPP, Lembar Penilaian, dan Materi Ajar. Tahap lanjut hasil pengembangan ini akan diujicobakan dalam pembelajaran di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan hasilnya akan dianalisis dengan dua cara. Hasil data dari observasi dan wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif (Rofiuddin, 1998: 27). Hakikat penelitian pengembangan adalah penelitian yang melalui proses atau langkah-langkah pengembangan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipernggungjawabkan (Sukmadinata, 2012:164). Penelitian pengembanganyang yang digunakan untuk penelitian bersifat analisis kebutuhan, dan dari produk tersebut dijadikan sebagai alat untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi sebaikbaiknya. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan prosedural. Menurut Sodiq (2010: 67), model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif tentang langkahlangkah yang harus diikuti untuk menghasilkan suatu produk. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Bahasa Indonesia yang berbasis kecerdasan majemuk. Dalam kaitan itu, model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan pembelajaran Bela H. Banathy (Sulistyaningsih, 2013: 28). Pengembangan pembelajaran suatu proses sistematis dan logis untuk mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapat pemecahan yang teruji validitasnya dan praktis
1) Merumuskan Tujuan Menurut Suyata (1988: 177) pengembangan perangkat pembelajaran dapat dimulai dari titik manapun dalam siklus. Namun, karena kurikulum yang berlaku secara nasional berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses pengembangan itu dimulai dari tujuan. Pada langkah awal ini dirumuskan tujuan yang diharapkan guru dari peserta didik untuk dikerjakan, diketahui, dirasakan sebagai hasil dari pengalaman pembelajaran yang diikutinya. 2) Mengembangkan Tes Pada langkah ini dikembangkan suatu tes yang didasarkan pada tujuan pembelajaran dan digunakan untuk mengetahui kemampuan yang peserta didik sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. 3) Menganalisis Kegiatan Belajar Pada langkah ini dirumuskan aktivitas belajar peserta didik sehingga dapat menunjukkan tingkah laku seperti digambarkan dalam tujuan pembelajaran. Kemampuan awal peserta didik harus juga dianalisis atau dinilai sebagai modal awal pembelajaran. 4) Mendesain Sistem Pembelajaran Pada langkah ini guru perlu mempertimbangkan alternatif-alternatif dan identifikasi apa yang harus dikerjakan sehingga menjamin peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
166
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 5) Melaksanakan Kegiatan dan Mengetes Hasil Dalam langkah ini, sistem yang sudah didesain diujicobakan dan dites hasilnya. Apa yang dapat dilaksanakan atau dikerjakan peserta didik sebagai hasil implementasi sistem harus dinilai agar dapat diketahui seberapa jauh mereka telah menunjukkan tingkah laku seperti yang dimaksudkan dalam rumusan tujuan pembelajaran.
Rekapitulasi Hasil Kualitas Perangkat Pembelajaran Teks Cerita Fabel
6) Mengadakan Perbaikan Secara umum tiap-tiap langkah pengembangan perangkat pembelajaran berhubungan secara langsung dengan langkah revisi. Hasil yang diperoleh dari evaluasi merupakan umpan balik (feed back) untuk keseluruhan sistem sehingga jika diperlukan dapat dilakukan revisi produk perangkat pembelajaran menuju ke sistem pembelajaran yang lebih baik.
Kualitas Perangkat Pembelaja ran
Kualitas
Hasil Penilaian
Kevalida n
Validasi Ahli
90
Keterlaksa naan RPP
94, 2
Respon Guru
93
Respon Siswa
88
Aktivitas Guru
93, 8
Aktivitas Siswa
87, 9
Ketuntasan Belajar
10 0
Keprakti san
Keefekti fan
Pengembangan Pembelajaran Berkarakter Model pengembangan pembelajaran Bela H. Banathy ini terdiri dari enam langkah yaitu: (1) merumuskan tujuan, (2) mengembangkan tes, (3) menganalisis kegiatan belajar, (4) mendesain sistem pembelajaran, (5) melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil, dan (6) mengadakan perbaikan. Data hasil penelitian untuk kualitas perangkat pembelajaran meliputi kevalidan, kepraktisan , dan keefektifan. Hasil data ini berupa angka-angka yang dinyatakan dalam persentase. Data kevalidan diperoleh dari hasil validasi ahli materi dan validasi teman sejawat. Data kepraktisan diperoleh dari hasil keterlaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), respons guru, dan respons siswa. Kemudian, data keefektifan diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru, hasil observasi aktivitas siswa, dan ketuntasan hasil belajar. Secara keseluruhan data hasil kualitas perangkat pembelajaran Teks Cerita Fabel dengan Model Pembelajaran Berbasis Teks Melalui Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar, dapat dilihat pada paparan tabel berikut.
%
Kategori Sang at Baik Baik Seka li Sang at Baik Sang at Baik Sang at Baik Sang at Baik Tunt as
Sang at Vali d
Sang at Prakt is
Sang at Baik
Sang at Efek tif
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas perangkat pembelajaran Teks Cerita Fabel dengan Berbasis Pendidikan Berkarakter berkategori sangat baik. Hal ini ditunjukkan dengan kevalidan berkategori sangat valid, kepraktisan berkategori sangat praktis, dan keefektifan berkategori sangat efektif. Dengan demikian perangkat pembelajaran Teks Cerita Fabel dengan Berbasis Pendidikan Berkarakter dinilai sangat layak untuk digunakan. SIMPULAN Berdasarkan diskusi dan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa proses pengembangan perangkat pembelajaran teks cerita fabel berbasis pendidikan berkarakter menggunakan model pengembangan pembelajaran Bela H. Banathy. Pemilihan mode ini karena penelitian berjenis pengembangan karena tujuan penelitian ini adalah menghasilkan dan menguji kualitas perangkat pembelajaran. Model pengembangan pembelajaran Bela H. Banathy ini terdiri dari enam langkah yaitu: (1) merumuskan tujuan, (2) mengembangkan tes, (3) menganalisis kegiatan belajar, (4) mendesain sistem
167
Perangkat Pembelajaran Berbasis … Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor Pendidikan 01 Tahun 2017 pembelajaran, (5) melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil, dan (6) mengadakan perbaikan. Pada proses pengembangan, hasil analisis dan penilaian dari validator, yakni validator ahli dan validator teman sejawat, perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi silabus, penilaian, RPP, dan buku siswa sudah layak diujicobakan pada tahap uji coba terbatas. Hal ini karena hasil atau skor validasi perangkat pembelajaran dari setiap validator rata-rata menilai pada kategori sangat baik dengan perincian nilai: silabus 90%, penilaian 94%, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 89,81%, dan buku siswa 85,38%. Rata-rata skor validasi perangkat adalah 90%. Kualitas perangkat pembelajaran teks prosedur diperoleh dari nilai kevalidan, kepraktsan, dan keefektifan. Rata-rata nilai kevalidan perangkat pembelajaran 90%, artinya nilai kevalidan perangkat termasuk pada kategori sangat baik. Nilai kepraktisan diperoleh dari hasil keterlaksanaan RPP 94,21%, respon guru 93%, dan respon siswa 88,14%. Dengan demikian rata-rata nilai kepraktisan berada dalam kategori sangat praktis. Selanjurnya hasil data keefektifan, diperoleh dari nilai aktivitas guru 93,8%, aktivitas siswa 87,9%, dan ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 100%, dan dinyatakan tuntas. Jadi, rata-rata nilai kefektifan sangat efektif. Dari hasil skor tersebut, dapat disimpulkan bahwa kualitas perangkat pembelajaran teks cerita fabel berbasis pendidikan berkarakter untuk siswa kelas VIII SMP yang diperoleh dari nilai kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan dalam kategori sangat baik dan sangat layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Peneliti tidak menemukan kendala berarti di dalam proses penelitian. Perangkat pembelajaran khususnya buku siswa yang dapat membuat siswa kreatif adalah perangkat pembelajaran yang dekat dan dikenal siswa sehingga bermanfaat dalam kehidupan siswa. Perangkat pembelajaran yang demikian, berarti perangkat pembelajaran yang layak digunakan pada saat pembelajaran. Penilaian sikap terhadap siswa dapat dilakukan dengan berbagai teknik. Misalnya dalam RPP 1 dengan teknik
observasi, RPP berikutnya dengan teknik penilaian diri. Hal tersebut untuk mengimbangi nilai sikap dari guru dan menguji nilai kejujuran pada diri siswa. Dengan terbuktinya tingkat kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan perangkat pembelajaran teks cerita fabel berbasis pendidikan berkarakter sebagai sumber belajar untuk siswa kelas VIII SMP, maka peneliti sarankan perangkat pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis teks yang lain selain teks cerita fabel berbasis pendidikan berkarakter sebagai sumber belajar untuk siswa kelas VIII SMP. DAFTAR PUSTAKA Chatib, Munif. 2009. Sekolahnya Manusia; Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung: Kaifa. Depdiknas. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Kelima.Jakarta: Balai Pustaka. Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Kemendikbud. 2013. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Siswa menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media. Munandar, Utami, S. C. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Peserta didik Sekolah. Jakarta: Gramedia. Purwanto, M. Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rofiuddin, Ahmad.1998. Rancangan Penelitian Tindakan. Makalah Disajikan pada Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian KualitatifAngkatan VIITahun 1998/1999. Malang:Lembaga Penelitian IKIP Malang. Sodiq, Syamsul. 2010. Pengembangan Materi Pendidikan Kecakapan Hidup pada Buku Pelajaran Bahasa Indonesia
168
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017 dengan Model Literasi: Disertasi. Surabaya: Unesa. Sukmadinata, Nana Syaodih.2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sulistyaningsih, Evi.2013. Pengembangan Prototipe Bahan Ajar Bahasa Indonesia dengan Model Literasi Melalui Web untuk Siswa SMA Kelas X: Tesis Unesa. Suyata, Pujiati.1988.Variabel dan Perumusan Hipotesis. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Sriah, 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bermodel Integratif Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP Kelas VIII: Tesis Unesa. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencan
169
Ed-Humanistics. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2017
170