JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
1
Perancangan Sistem Transmisi Cahaya Matahari Melalui Serat Optik untuk Pencahayaan Ruangan Elita Fidiya Nugrahani, Dr. Ir. Sekartedjo K. MSc., dan A.M. Hatta, M.Si, PhD. Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail:
[email protected],
[email protected]
Abstrak—Sistem transmisi fiber solar lighting adalah sistem pencahayaan dengan menggunakan sinar matahari. Sistem ini terdiri dari dua komponen utama, yaitu sistem kolektor surya dan serat optik. Kolektor surya berfungsi mengumpulkan cahaya matahari dan memfokuskannya ke titik fokus. Cahaya matahari yang diterima kolektor selanjutnya ditransmisikan oleh serat optik ke dalam ruangan. Dalam tugas akhir ini dilakukan perancangan sistem transmisi cahaya matahari melalui serat optik untuk pencahayaan ruangan, utamanya melalui peningkatan efisiensi dari sistem kolektor. Metodologi pada rancang bangun sistem transmisi solar lighting ini terdiri dari aspek desain, realisasi, dan analisa. Desain sistem transmisi solar lighting menggunakan kolektor parabola sebagai kolektor utama dan serat optik plastik end glow 50m sebagai media transmisi cahaya. Terdapat empat jenis sistem kolektor yang dirancang yaitu parabola, parabola dengan cermin datar, parabola dengan limas segi empat, dan parabola dengan kerucut. Sistem transmisi solar lighting ini diimplementasikan pada Laboratorium Rekayasa Fotonika ITS. Telah dilakukan karakterisasi sistem yang terdiri dari pengukuran nilai reflektansi, pengukuran intensitas keluaran dari serat optik, dan intensitas distribusi cahaya didalam ruangan. Hasil pengukuran nilai reflektansi (R) permukaan kolektor dengan bahan cat berwarna abu-abu dan perak masing-masing 0,225 dan 0,475. Pada pengukuran intensitas keluaran cahaya dari serat optik dengan variasi jenis sistem kolektor, nilai tertinggi diperoleh dari penggunaan kombinasi kolektor parabola dengan kerucut. Distribusi keluaran cahaya dari serat optik dalam ruangan juga diukur, yang mana bersesuaian dengan hasil perhitungan. Kata Kunci— kolektor, loss ,serat optik, solar lighting.
dan mengakibatkan peningkatan suhu ruangan [10]. Solusi lain yang ditawarkan adalah dengan menggunakan solar lighting. Penelitian mengenai solar lighting dengan menggunakan serat optik telah dimulai sejak tahun 1982 yaitu penelitian mengenai kolektor parabola, sebagai penerima cahaya. Sampai saat ini telah banyak dikembangkan penelitian lain termasuk yang dilakukan oleh Mahya pada tahun 2007, yaitu pembuatan prototipe hybrid solar lighting antara cahaya matahari yang melalui serat optik dengan cahaya lampu LED, dalam prototipe kubus berusuk 50cm. Tugas akhir ini membahas mengenai bagaimana memperoleh efisiensi yang cukup dari sistem transmisi solar lighting untuk pencahayaan dalam ruangan. Penelitian ini merupakan bagian dari sistem penelitian hybrid solar lighting di Laboratorium Rekayasa Fotonika ITS. Tujuan dari tugas akhir ini adalah diperolehnya peningkatan efisiensi sistem transmisi solar lighting melalui peningkatan kerja sistem kolektor untuk Laboratorium Rekayasa Fotonika Teknik Fisika ITS. Adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu rancangan sistem digunakan untuk ruangan di Laboratorium Rekayasa Fotonika dan serat optik yang digunakan berjenis end glow dengan panjang 50 m. II. DASAR TEORI A. Solar Lighting
I. PENDAHULUAN
K
EBUTUHAN energi di dunia dari tahun ke tahun meningkat secara eksponensial. Diperkirakan pada tahun 2035 meningkat hampir empat kali lipat dari kebutuhan energi di tahun 2010. Sekitar 24% dari total energi digunakan oleh bangunan, dan 35,8% dari energi pada bangunan digunakan untuk sistem pencahayaan [12]. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem yang dapat mengurangi konsumsi energi pada pencahayaan bangunan, khususnya melalui penggunaan energi terbarukan, yaitu energi matahari, sebagai ganti energi konvensional. Beberapa penelitian untuk mengurangi konsumsi energi pada pencahayaan dengan energi matahari telah dilakukan, misalnya dengan menggunakan atap kaca, dan memodifikasi jendela. Namun solusi penerangan dengan cara tersebut memiliki aspek akumulasi panas dari sumber cahaya matahari
Gambar 1. Skema transmisi solar lighting via serat optik [4]
C. Kandili menyatakan transmisi energi matahari dengan serat optik disebut dengan transmission of concentrated solar energy via optical fibres (TCSEvOF). Sistem TCSEvOF
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 terdiri dari konsentrator cahaya dan serat optik. Konsentrator cahaya atau disebut juga dengan kolektor cahaya berfungsi untuk menerima energi dari matahari dan memfokuskannya dengan kerapatan energi yang tinggi. Sedangkan serat optik digunakan sebagai media transmisi energi matahari [7]. Aplikasi TCSEvOF untuk pencahayaan ruangan digunakan pada bagunan yang tidak mendapat sinar matahari, misalnya pada ruang bawah tanah, bangunan yang tertutup oleh gedung lain, dan ruangan tertutup. Selain untuk penghematan energi, pencahayaan dengan sistem TCSEvOF digunakan karena kualitas cahayanya yang memiliki spektrum yang dekat dengan visual respon dari mata manusia[8]. B. Kolektor Surya Kolektor surya adalah alat yang berfungsi untuk menerima dan mengumpulkan energi matahari. Kolektor surya atau kolektor cahaya diaplikasikan pada pemanas air, solar cell, solar lighting, dan sebagainya. Terdapat beberapa bentuk dasar kolektor cahaya yaitu flat, parabola, dan parabola silinder[11]. Pada perkembangannya, tiga bentuk tersebut dikombinasikan. Jurnal yang diterbitkan Patrick Couture di IEEE meneliti mengenai bentuk kolektor cahaya yaitu parabola, multi surface, setengah bola, dan tapered [2]. 1) Kolektor Parabola Kolektor utama yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah kolektor parabola. Kolektor jenis ini dipilih karena menyesuaikan dengan penggunaanya yaitu solar lighting via serat optik. Kemampuan kolektor parabola untuk memfokuskan energi cahaya ke luasan lebih kecil dibutuhkan karena luasan penerimaan serat optik kecil [11]. 2) Kolektor di jurnal Patrick Couture Terdapat beberapa jenis kolektor yang diteliti oleh Patrick Couture pada tahun 2008. Penelitian ini berbasis pada eksperimen. Kolektor ini digunakan untuk memperoleh cahaya dan mengfokuskannya ke serat optik flat panels. Terdapat empat jenis yang digunakan sebagai eksperimen yaitu kolektor parabolic, multisurface collector, semicircular collector, dan tapered collector. Serat optik diletakkan di ujung kolektor. Berdasarkan hasil eksperimen, didapatkan nilai efisiensi tertinggi dengan menggunakan tapered collector [2].
Gambar 2. Jenis kolektor di jurnal Patrick Couture.
2 III. METODOLOGI PENELITIAN
Mulai tidak
Tren data eksperimen sesuai dengan teori?
Studi literatur ya
Analisa data, Pembahasan, dan kesimpulan
Perancangan sistem transmisi solar lighting
Penyusunan laporan
Karakterisasi sistem solar lighting
Selesai
Gambar 3. Diagram alir tugas akhir.
A. Diagram Blok Sistem Solar Lighting Cahaya Matahari
Kolektor Utama
Kolektor Sekunder
Serat Optik
Cahaya Solar Lighting
Gambar 4 Diagram blok sistem solar lighting
Didalam perancangan sistem transmisi solar lighting, hal yang mempengaruhi keluaran intensitas dari serat optik adalah intensitas cahaya matahari, luasan parabola, luasan serat optik, loss serat optik, dan coupling antara serat optik dan kolektor. Berikut ini persamaan keluaran sistem yang disubtitusikan dari persamaan kerapatan energi dan loss serat optik:
(1) Dimana: I o = Intensitas cahaya keluaran dari serat optik (lux) I i = Intensitas cahaya matahari (lux) A s = luasan permukaan parabola (m2) R=Nilai reflektansi parabola f= panjang fokus parabola (m) h= ketinggian ujung serat optik yang berada pada kolektor terhadap dasar parabola (m) d= diameter parabola (m) r f =jari-jari serat optik (m) l f = loss serat optik (dB) B. Komponen yang Digunakan 1) Kolektor parabola Kolektor utama yang digunakan adalah parabola. Hal ini karena sifat dari parabola yang dapat memfokuskan sinar cahaya yang datang sejajar. Cahaya matahari yang diterima parabola dianggap sebagai cahaya sejajar dan difokuskan pada titik fokusnya. Parabola yang digunakan terbuat dari logam besi dengan diameter 80cm dan luas permukaan 0,518 m2.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2) Serat optik Serat optik yang digunakan dalam penelitian ini memiliki spesifikasi sebagai berikut: Jenis : Solid core end glow cable Bahan core : Polymethil Methacrylate Resin (PMMA) Bahan cladding: Fluorinated Polymer Bahan jacket : black PVC Indeks bias core : 1,49 Numerical aparture : 0,5 Diameter core : 6mm Sudut penerimaan : 60° Serat optik jenis ini dipilih karena rentang intensitas yang dapat ditransmisikan adalah gelombang tampak, sehingga cocok digunakan sebagai pencahayaan.
3
3) Pengukuran nilai keluaran serat optik Pengukuran selanjutnya yaitu intensitas keluaran serat optik (I o ) terhadap variasi jarak ujung serat optik dari dasar parabola (h). Pengujian ini dilakukan dengan empat jenis sistem kolektor yang berbeda yaitu: parabola, parabola dengan cermin datar, parabola dengan limas segi empat, dan parabola dengan kerucut. 4) Pengukuran nilai distribusi keluaran serat optik
C. Karakterisasi Sistem 1) Alternatif letak kolektor
Gambar 7. Intensitas cahaya keluaran dari serat optik
Pengukuran ini dilakukan untuk mencari hubungan antara keluaran cahaya dari serat optik dengan jarak tertentu (x). Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui persebaran intensitas pencahayaan didalam ruangan. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 5. Alternatif peletakan kolektor di Gedung E
Tempat peletakan kolektor merupakan hal penting dalam perancangan sistem transmisi solar lighting karena semakin pendek jaraknya, semakin kecil pula loss akibat serat optik. Terdapat tiga pilihan tempat di Jurusan Teknik Fisika yang dijadikan tempat pengukuran intensitas cahaya matahari. Tiga tempat ini dipilih berdasarkan letaknya yang selalu disinari cahaya matahari pagi sampai sore dan letaknya dengan Laboratorium Rekayasa Fotonika. Tiga tempat tersebut terletak di pinggir kolam Teknik Fisika, lantai dua, dan lantai empat. 2) Pengukuran nilai reflektansi (R) kolektor parabola parabola Lux meter
5cm
5cm
Lase r Poin ter
A. Alternatif Letak Kolektor Tabel 1. Alternatif letak kolektor beserta jaraknya. No
Tempat
Jarak (m)
Loss (dB)
1
Depan Laboratorium
30
9
2
Lantai 2
68
20,4
3
Lantai 4
51
15,3
Jarak terpendek adalah 30 meter, kolektor diletakkan di depan laboratorium dan terjadi loss 9dB atau 14% efisiensi masukan terhadap keluaran serat optik. Namun disini digunakan serat optik dengan panjang 50 m, sehingga memiliki total loss serat optik sebesar 15dB, efisiensinya 3,22%. Berdasarkan tinjauan penerimaan intensitas dan jarak, lokasi yang paling mungkin adalah di depan laboratorium. B. Nilai R Kolektor Parabola Pengukuran nilai reflektansi menggunakan laser pointer yang memiliki intensitas awal sebesar 105 lux. Nilai reflektansi berkisar 0-1, dihitung dari perbandingan intensitas pantulan dan intesitas awal yang ditembakkan ke parabola.
Gambar 6. Skema pengukuran niali R Tabel 2. R pada kolektor dengan variasi warna cat abu-abu dan perak
Nilai reflekatansi (R) akan mempengaruhi jumlah energi matahari yang terpantul ke titik fokus parabola. R=0 untuk permukaan hitam yang menyerap sempurna dan 1 untuk permukaan yang dapat memantulkan cahaya dengan sempurna. R bergantung pada bahan, kerataan permukaan, dan warna. Pada tugas akhir ini yang divariasikan adalah pengecatan dengan warna abu-abu dan perak.
Variasi warna cat
Intensitas pantulan rata-rata(lux)
R
Abu-abu
23,7025
0,225
Perak
49,9
0,475
Terdapat empat jenis kolektor surya yang digunakan dalam penelitian ini. Keempat desain kolektor surya menggunakan parabola sebagai kolektor utama. Parabola tersebut terbuat
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 dari logam dengan cat berwarna abu-abu. Warna permukaan dari parabola mempengaruhi nilai reflektansi. Saat dilakukan pengubahan warna menjadi perak, nilai reflektansi naik menjadi dua kali lipat yang awalnya 0,225 menjadi 0,475. Penelitian ini juga pernah dilakukan oleh Patrick yang membuktikan bahwa warna perak menghasilkan keluaran daya yang lebih tinggi 23% dibanding warna putih, dan 7% lebih tinggi dibanding warna putih glossy. C. Nilai Io dari Empat Jenis Kolektor 1) Konfigurasi sistem kolektor parabola dan cermin datar
4 penggunaan kolektor jenis ini adalah coupling antara serat optik dan cermin datar. 2) Konfigurasi sistem kolektor parabola ke lab.Rekayasa Fotonika
serat optik
penyangga
h kolektor parabola
kolektor sekunder: cermin datar serat optik
h kolektor parabola
Gambar 10. Skema sistem kolektor parabola
penyangga
ke Laboratorium Rekayasa Fotonika
Gambar 8. Skema sistem kolektor parabola dan cermin datar
Gambar 11. Grafik hubungan h dan Io pada sistem kolektor parabola
Gambar 9 Grafik hubungan h dan Io pada sistem kolektor parabola dan cermin datar
Rancangan awal adalah sistem kolektor parabola dengan cermin datar sebagai kolektor sekunder. Kolektor jenis ini mengadopsi dari rancangan Tugas Akhir Mahya 2007. Cahaya matahari yang tegak lurus dengan kolektor parabola dipantulkan pada titik fokusnya. Berkas cahaya yang akan menuju titik fokus diterima oleh cermin datar dan dipantulkan ke serat optik. Grafik memiliki puncak pada h=42, artinya pantulan cahaya dari cermin paling besar diterima pada titik tersebut. Sedangkan apabila h lebih dari 42 cm, I o semakin kecil karena ujung serat optik semakin dekat dengan cermin dan menyebabkan tidak sepenuhnya pantulan cahaya dari cermin dapat tertangkap. Pada daerah h 0-30, intensitas pantulan cermin cendrung menunjukkan hasil pengukuran I o yang sama, hal tersebut karena luasan pantulan dari cermin datar semakin lebar. Kolektor jenis ini dapat mengahasilkan keluaran maksimal sebesar 82 lux saat h=42. Kesulitan dari
Rancangan kedua yaitu kolektor parabola tanpa kolektor sekunder, dimana serat optik diletakkan di fokus parabola. Rancangan ini mangadopsi dari jurnal C. Kandili dan K.Ulgen tahun 2007. Berkas cahaya yang dipantulkan oleh kolektor parabola diterima oleh serat optik pada fokusnya. Selisih perbedaan data eksperimen dan teori berdasar persamaan 1 yaitu 9 kali. Intensitas tertinggi diperoleh saat h= 46 yaitu 153 lux. Nilai eksperimen memiliki standar deviasi pengkuran 2,38 lux.Penyebab adanya perbedaan nilai teori dan hasil eksperimen karena adanya loss yang disebabkan oleh coupling antara serat optik dan kolektor parabola. Sudut penerimaan serat optik 60o, sedangkan cahaya matahari dari kolektor parabola ke titik fokusnya membentuk sudut 76o. Sinar yang datang memiliki sudut yang lebih besar daripada sudut penerimaan serat optik, hal ini menyebabkan cahaya yang masuk ke serat optik lebih kecil. Terlebih lagi terdapat aberasi dari kolektor parabola yang menyebabkan fokus berupa luasan bukan berupa titik, sehingga cahaya yang masuk . Permasalahan baru pada rancangan jenis ini adalah adanya pelebaran titik fokus. Sehingga intensitas yang dipantulkan oleh kolektor parabola tidak sepenuhnya masuk ke serat optik.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3) Konfigurasi sistem kolektor parabola dan limas segi empat
5 4) Konfigurasi sistem kolektor parabola dan kerucut ke lab.rekayasa fotonika
ke lab.rekayasa fotonika serat optik
serat optik kolektor sekunder: kerucut
penyangga
kolektor sekunder: piramida
penyangga
h kolektor parabola
kolektor parabola
h
Gambar 14 Skema sistem kolektor parabola dan kerucut Gambar 12 Skema sistem kolektor parabola dan limas segi empat.
Gambar 13 Grafik hubungan h dan Io pada sistem kolektor parabola dan limas segi empat.
Gambar 15 Grafik hubungan h dan Io pada sistem kolektor parabola dan limas segi empat.
Rancangan ketiga yaitu sistem kolektor dengan menggunkan parabola dan kolektor sekunder berupa limas segi empat dilapisi alumunium foil yang diletakan di sekitar fokus parabola. Kolektor jenis ini menggabungkan antara kolektor parabola sebagai kolektor utama dan kolektor limas segi empat sebagai kolektor kedua. Kolektor jenis ini belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian yang banyak dilakukan adalah pada kolektor parabola. Sedangkan beberapa meneliti mengenai kolektor limas segi empat tanpa parabola misalnya Patrick Couture. Patrick mengemukakan bahawa kolektor utama dengan menggunakan limas segiempat memperoleh hasil efisiensi yang lebih tinggi daripada kolektor parabola, multisurface, dan semicircular. Sudut dari limas segi empat ini disesuaikan dengan sudut penerimaan serat optik yaitu 60°. Harapannya semua berkas cahaya yang ditangkap oleh limas segiempat dapat seluruhnya masuk ke serat optik. Sedangkan tinggi dari limas segiempat sebesar 10cm. Hasil eksperimen kolektor gabungan parabola dan limas segi empat menunjukkan bahwa intensitas keluaran serat optik terbesar adalah 201 lux saat h=46cm. Sistem kolektor ini memiliki standar deviasi pengukuran sebesar 4,4 lux.
Rancangan konfigurasi keempat yaitu sistem kolektor parabola sebagai kolektor utama dan kerucut sebagai kolektor sekunder. Penempatan kerucut sama dengan penempatan limas segi empat. Kerucut didesain dengan sudut 60° sesuai dengan sudut penerimaan serat optik dengan tinggi 10cm. Kolektor dengan jenis kerucut ini belum pernah diteliti sebelumnya. Hasil eksperimen menunjukkan intensitas keluaran tertinggi didapat saat h=46 yaitu 206 lux. Sistem kolektor ini memiliki standar deviasi pengukuran sebesar 4,68 lux. Berdasarkan hasil eksperimen, kolektor parabola dengan menggunakan kolektor kedua berupa limas segiempat atau kerucut mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada penggunaan cermin datar atau tanpa kolektor kedua. Sistem kolektor dengan menggunakan kolektor sekunder berupa limas segiempat atau parabola memiliki nilai I o lebih tinggi 33% dari sistem kolektor parabola dan 130% lebih tinggi dari sistem kolektor parabola dengan cermin datar. Sedangkan hasil keluaran intensitas cahaya antara penggunaan kolektor sekunder berupa limas segi empat dan kerucut selisih yaitu 5 lux.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6
6
Intensitas (lux)
D. Nilai Distribusi Intensitas Keluaran Serat Optik
telah memberikan berkat, rahmat dan kebesaran-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada keluarga yang selalu memberikan dukungan dan dosen pembimbing yang memberikan tuntunan pada penelitian ini.
120 100 80 60 40 20 0
DAFTAR PUSTAKA [1]
0
5
10
15
20
25
x (cm) Gambar 16 Grafik hubungan intensitas (lux) dengan x (cm)
Pengujian nilai distribusi cahaya di dalam ruangan dilakukan saat Io =110 lux. Terlihat bahwa distribusi intensitas keluaran serat optik melandai, sesuai dengan teori, bahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya. V. KESIMPULAN Kesimpulan dari tugas akhir ini adalah: 1) Telah dirancang sistem transmisi solar lighting yang terdiri dari serat optik dan sistem kolektor untuk pencahayaan dalam ruangan. 2) Implementasi rancangan digunakan pada Laboratorium Rekayasa Fotonika. Rancangan sistem transmisi solar lighting terdiri dari kolektor utama adalah parabola berdiameter 80 cm dengan tiga variasi kolektor sekunder, dan serat optik end glow dengan panjang 50 m dan diameter 6 mm. 3) Karakterisasi sistem meliputi pengukuran nilai reflektansi, intensitas cahaya keluaran dari serat optik, dan distribusi intensitas pada ruangan. 4) Hasil pengukuran nilai reflektansi warna cat abu-abu dan perak pada permukaan parabola, masing-masing 0,225 dan 0,475. 5) Penggunaan sistem kolektor parabola dengan kolektor sekunder berupa kerucut menghasilkan keluaran tertinggi dibanding tiga sistem kolektor yang lain yaitu 206 lux dengan standar deviasi pengukuran sebesar 4,68 lux. 6) Pengukuran distribusi keluaran cahaya dari serat optik bersesuaian dengan hasil perhitungan, yaitu intensitas cahaya per satuan luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya. VI. SARAN Perlu dilakukan kajian lanjut terkait persyaratan serat optik agar sesuai dengan kondisi pencahayaan ruangan yang diperlukan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT yang
03-6575-2001, SNI. "Tata cara perancangan sistem pencahayaan buatan pada gedung." 2001. [2] Couture, Patrick. "Designs of Solar Collector for Hybrid Fiber Optic Lighting." IEEE, 2008. [3] Cutolo, Antone, and Ivo Redina. "Coupling Efficiency of Non-Uniform Optical Fibers for Solar Energi Application." Solar Energy Materials, 1988: 191-200. [4] Earl, D. D., and J. D. Muhs. "Preliminary Results On Luminaire Design of Hybrid Solar Lighting Systems." Proceedings of Forum Solar Energy, 2001. [5] Edwards, L., and P. Torcellini. A Literature Review of the Effect of Natural Light on Building Occupants. Technical Report, National Renewable Energy Laboratory, 2002. [6] Grisé, William, and Charles Patrick. "Passive Solar Lighting Using Fiber Optics." Journal of Indutrial Technology, 2003. [7] Kandilli, C., and K. Ulgen. "Review and Modelling the Systems of Transmission Concentrated." Elsevier, 2007. [8] Lapsa, Melissa Voss, and Christina Ward. "Innovative Hybrid Solar Lighting Reduce s Waste Heat and Improves Lighting Quality." Oak Ridge National Laboratory, 2002. [9] Mahya Tauhidiya Nur, Sekartedjo. "Rancang Bangun Hybrid Solar Lighting: Solid State dan Fier Solar Lighting." Tugas Akhir Teknik Fisika, 2007. [10] Muhs, Jeff. "Design and Analysis of Hybrid Solar Lighting and Full Spectrum Solar Energy Systems." American Solar Energy Society’s, 2000. [11] Stine, William B. "Power from the Sun." www.powerfromthesun.net. 2003. www.powerfromthesun.net/Book/chapter08/chapter08.html (accessed Maret 12, 2012). [12]Yang, In-Ho. "Economic analysis of the daylight-linked lighting control system in office buildings." Elsevier, 2010: 1513-1525.