Perancangan Program Simulasi Investasi Saham Menggunakan Teori Investasi Nilai dan Teori Portofolio Modern Derwin Chandra Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Abstrak Investasi selalu menjadi pilihan ketika seseorang merasa apa yang dimiliki atau yang didapatnya saat ini tidaklah cukup. Investasi dapat dilakukan dengan beberapa hal, misalnya dengan menabung di bank, membeli tanah/rumah, atau menanamkan uang kedalam pasar modal, yang lebih umum disebut main saham. Harga saham yang selalu bergerak tidak selalu memberikan keuntungan sesuai dengan yang diharapkan oleh pialang, oleh karena itu, analisis mengenai naik atau turunnya harga saham sangatlah diperlukan. Beberapa metode dipergunakan dalam mengestimasi harga saham seperti Teorema Investasi Nilai dan Teorema Portofolio Modern. Dalam Teorema Investasi Nilai, variabel-variabel yang penting adalah laba per saham, suku bunga, tingkat imbal hasil dari obligasi korporasi dan harga saham itu saat ini sebagai pembanding antara hasil kalkulasi teorema investasi nilai dengan harga saham saat ini. Selain itu, teorema portofolio modern juga mengkalkulasi porsi investasi untuk investor agar dapat menghasilkan kombinasi dua saham untuk diinvestasikan agar mendapatkan imbal hasil yang tinggi dengan tingkat risiko serendah mungkin. Hasil yang dicapai dari analisis ini adalah suatu kombinasi saham yang terdiri dari dua saham yang saling berkorelasi sehingga dapat menghasilkan imbal hasil yang setinggi-tingginya dengan risiko serendah-rendahnya.
Kata Kunci : saham, bunga bank, harga saham, investasi nilai, portofolio modern.
1. Pendahuluan Dewasa ini, semakin banyak masyarakat awam menlirik dunia investasi. Hal ini didorong dengan semakin sadarnya masyarakat bahwa menabung di bank tidak dapat memberikan efek lebih pada keuntungan bunga. Oleh sebab itu, mereka cenderung menjadi investor pada pasar modal saham maupun efek berjangka. Permasalahan, bukanlah ketersediaan modal semata, melainkan pendidikan finansial yang tidak didapatkan oleh investor menjadikan sebuah kendala yang dapat menghambat kinerja investasi dari investor itu sendiri. Investor pemula, pada awalnya akan selalu mengekor atau mengikuti investorinvestor kakap yang telah memiliki banyak pengalaman pada pasar modal. Tidak banyak yang mengalami keuntungan, tetapi bisa dipastikan beberapa di antara mereka, mengalami kekalahan telak sehingga membuat mereka menjadi kapok dengan pasar modal. Investor yang mengalami kegagalan akan menyebutkan pasar modal tidak lepas dari aksi judi atau spekulasi. Selain mengikuti rekomendasi dari investor yang lebih berpengalaman, mereka juga cenderung mengejar rumor, atau mengikuti rekomendasi yang dikeluarkan Analis Saham. Tetapi, tentu saja hal tersebut tidak lepas dari spekulasi semata seperti penjelasan di atas. Selain itu, pasar modal masih dikuasai oleh Trader atau lebih mencerminkan pelaku investasi dalam jangka pendek, yang melakukan penelitian atau analisis dengan pendekatan teknis. Adapun pendekatan teknis menggunakan indikator-indikator yang dapat menghitung harga saham berdasarkan emosi. Investor pemula diharapkan untuk menjauhi pendekatan teknis karena sebagai pemula, mental dari investor tersebut masih banyak dihinggapi rasa takut dan emosi yang buruk. Oleh sebab itu, pendekatan teknis akan membuat investor banyak kehilangan uang. Oleh karena itu, Penulis bermaksud untuk mencari solusi untuk permasalahan tersebut dengan menciptakan program simulasi investasi saham dengan menggunakan Teori Investasi Nilai dan Teori Portofolio Modern. Adapun Teori Investasi Nilai mengedepankan investasi jangka panjang dengan fokus nilai bisnis saham yang diperdagangkan. Dengan bantuan Teori Portofolio Modern, investor diharapkan dapat mempelajari mengenai manajemen risiko dengan meletakkan porsi modal pada dua atau lebih jenis saham sehingga ketika bursa sedang mengalami kemerosotan, investor dapat meminimalisir kerugian yang terjadi pada portofolionya. Sistem ini akan menghitung nilai bisnis yang telah dihitung sedemikian rupa menggunakan variabel seperti suku bunga, tingkat kupon obligasi dari perusahaan, tingkat pertumbuhan dan laba per saham, sehingga menghasilkan sebuah nilai yang akan digunakan untuk dibandingkan dengan harga saham yang sedang diperdagangkan. Dengan ini, diharapkan juga investor dapat mencari saham-saham yang masih tergolong murah dan memiliki potensi keuntungan jika membeli saham yang harganya sekarang di bawah nilai bisnisnya sendiri.
2. Metodologi Menurut pendapat Jake D. Tedder (1978), saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau disebut juga emiten. Saham sesungguhnya memiliki kekuatan sebagai pemilik dari perusahaan tersebut. Dengan memiliki satu lembar saham dari perusahaan, maka secara tidak langsung, seseorang telah menjadikan dirinya pemilik sebagian persen dari PT tersebut. Selain definisi diatas, saham juga dipandang sebagai satuan nilai atau pembukuan dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu kepada kepemilikan suatu perusahaan. Dengan adanya penerbitan saham, memungkinkan perusahaan yang membutuhkan pendanaan jangka pendek untuk menjual efek atau saham dengan imbalan uang tunai. Hal tersebut merupakan metode atau cara untuk meningkatkan modal bisnis atau keuangan perusahaan selain menggunakan obligasi atau surat hutang perusahaan. Saham dapat dijual melalui pasar primer (primary market) atau pasar sekunder (secondary market). (Anonymouos, http://id.wikipedia.org/wiki/saham) Saham memiliki dua jenis klasifikasi yaitu berdasarkan jenis kepentingan dan berdasarkan nilai kapitalisasinya. Menurut jenis kepentingan, saham dibagi menjadi dua tipe yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Untuk saham preferen, biasanya disebut saham campuran dikarenakan karakteristik yang hampir menyerupai saham biasa. Adapun karakteristik dari saham preferen dan biasa dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Tabel Karakteristik Saham saham preferen saham biasa • Memiliki berbagai tingkat, • Hak suara pemegang saham, dapat dapat diterbitkan dengan memilih dewan komisaris. berbagai karakteristik. • Hak didahulukan, bila organisasi • Tagihan terhadap aktiva penerbit menerbitkan saham baru dan pendapatan, memiliki melalui Hak Memesan Efek prioritas lebih tinggi dari Terlebih Dahulu (HMETD) atau saham biasa dalam hal right issue. pembagian dividen. • Tanggung jawab terbatas, pada • Dividen kumulatif, bila jumlah yang diberikan. belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa. • Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk.
Jika diklasifikasikan berdasarkan nilai kapitalisasinya, yaitu jumlah saham yang beredar di bursa dikalikan harga pasar, maka saham dibagi menjadi empat jenis seperti berikut : 1. Blue Chips Merupakan sekelompok saham yang umumnya diterbitkan oleh perusahaan besar dan jumlahnya sangat banyak. Karena jumlah saham yang beredar banyak, maka saham ini dimiliki oleh banyak investor. Pengaruh dari jumlah saham yang banyak akan memberikan kemudahan untuk investor dalam memperdagangkan (likuiditas) saham. Likuiditas saham sendiri pada gilirannya menjadi daya tarik bagi calon investor. 2. Second Linier Kelompok saham yang posisinya di bawah kelompok Blue Chip. Secara pasti, frekuensi dan nilai kapitalisasi dari kelompok Second linier umumnya lebih kecil dibandingkan dengan kelompok Blue Chip. Umumnya saham kelompok ini diterbitkan oleh perusahaan yang sedang berkembang dan memiliki potensi pertumbuhan yang besar untuk menjadi Blue Chip, tetapi kinerja keuangan dari perusahaan belum cukup teruji. 3. Third Linier Kelompok saham yang lebih kecil dan jarang ditransaksikan 4. Saham Tidur Kelompok saham yang ditransaksikan, hanya oleh pihak tertentu yang berkepentingan di perusahaan agar tetap bisa dicatatkan di bursa efek tempat dicatatkan. Dengan definisi dan penjelasan di atas, saham sudah dapat dipastikan bukan investasi seperti yang sering didengar. Saham merupakan salah satu sarana / kendaraan investasi yang digunakan untuk menjalankan rencana investasi investor, yang dapat mengubah posisi finansial investor sekarang menuju posisi finansial investor yang di inginkan.
2.1 Teori Investasi Nilai Teorema investasi nilai, atau lebih sering dikenal dengan sebutan teori nilai intrinsik, merupakan sebuah formula yang ditemukan ekonom sekaligus praktisi ternama dari Amerika Serikat, bernama Benjamin Graham yang merupakan mentor dari Warren Buffett, serta investor yang memiliki kekayaan nomor 1-2 di Amerika Serikat yang berasal dari investasi. Warren Buffett merupakan contoh hidup bagaimana pemikirannya merupakan lanjutan dari Benjamin Graham sekaligus Philips Fisher. Adapun formula untuk mencari nilai intrinsik yang dikemukakan oleh Benjamin Graham sebagai berikut : • Pada buku Security Analysis keluaran tahun 1962 V EPS 8.5
= nilai intrinsik = earning per share / laba per lembar (dalam hitungan 1 tahun) = P/E ratio dimana perusahaan tidak berkembang
g
= perkiraan yang masuk akal akan pertumbuhan perusahaan tahun (Anonymous, 6 September 2011, http://en.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Graham_formula, 2011) •
dalam 7 – 10
Pada tahun 1974, merupakan revisi dari rumusan awal
V* EPS 8.5 g
= nilai intrinsik = earning per share / laba per lembar (dalam hitungan 1 tahun) = P/E ratio dimana perusahaan tidak berkembang = perkiraan yang masuk akal akan pertumbuhan perusahaan dalam 7 – 10 tahun 4.4 = rata-rata keuntungan dari surat hutang korporasi di Amerika ketika tahun 1962, dimana ketika rumusan ini tercipta Y = keuntungan dari surat hutang korporasi di Amerika sekarang (Anonymous, http://en.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Graham_formula) Adapun rumusan di atas merupakan formula awal dari Benjamin Graham yang kemudian dapat dimodifikasi sedemikian rupa ketika diimplementasikan pada regional masing-masing. Penulis sendiri, berusaha menerapkan formula Benjamin Graham tersebut untuk mencari nilai intrinsik guna mencari kendaraan investasi yang terbaik yang dapat digunakan untuk mencapai rencana penulis. Rumusan tersebut kemudian menjadi seperti dibawah ini :
V* EPS 8.5 g Bir Y
= nilai intrinsik = earning per share / laba per lembar (dalam hitungan 1 tahun) = P/E ratio dimana perusahaan tidak berkembang = perkiraan yang masuk akal akan pertumbuhan perusahaan dalam 7 – 10 tahun = merupakan suku bunga bi-rate yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai acuan utama perbankan nasional = bunga / yield surat hutang AAA untuk pemerintah Indonesia jangka 10 tahun.
Alasan penulis menggunakan BI-rate adalah BI-rate merupakan sebuah patokan dasar dari Bank Indonesia untuk perbankan nasional. Patokan ini digunakan untuk menilai tingkat suku bunga kredit maupun suku bunga tabungan. Oleh sebab itu, penulis menggunakan BIrate sebagai sebuah patokan yang dapat digunakan sebagai imbal hasil yang sudah pasti atau bebas risiko.
2.2 Teori Portofolio Modern Investor ingin mendapatkan imbal hasil yang tinggi ditambah dengan risiko yang rendah. Kenyataannya, tentu saja hal tersebut adalah jenis kombinasi investasi yang nyaris mustahil. Tidak heran banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk mengembangkan metode dan strategi yang mendekati kombinasi investasi yang sempurna tersebut. Tetapi tidak ada yang lebih popular melebihi Modern Portfolio Theory. Salah satu teori ekonomi yang paling penting dan berpengaruh dengan keuangan dan investasi adalah Modern Portfolio Theory (MPT). MPT dikembangkan oleh Harry Markowitz dan diterbitkan di dalam jurnal “Portfolio Selection” pada tahun 1952. MPT mengusungkan pada konsep diversifikasi sehingga dapat meminimalisir risiko yang dihadapi dengan pengharapan terhadap imbal hasil yang tinggi. Pendekatan diversifikasi digunakan untuk mengurangi risiko investasi. Memang berbeda dengan pendekatan Warren Buffett, investor nomor satu di dunia, yang tidak menyukai diversifikasi. Pendekatan diversifikasi seperti contohnya adalah pengisian portofolio dengan dua jenis saham dari perusahaan yang berbeda. Jika seandainya harga saham dari satu perusahan menurun dan harga saham dari perusahaan lainnya meningkat, maka dua pengaruh saling menutupi dan menstabilkan imbal hasil portofolio. Harry Markowitz menunjukkan bahwa investasi bukan hanya mengenai pemilihan saham yang tepat, tetapi mengenai pemilihan kombinasi / alokasi asset keuangan yang tepat pada saham-saham yang akan dipilih untuk mencapai imbal hasil yang diharapkan, optimalisasi portofolio dan perhitungan performa dari kombinasi aset. MPT mengasumsikan bahwa investor menghindari risiko, yang berarti jika diberikan dua portofolio yang menawarkan tingkat pengembalian atau imbal hasil yang diharapkan sama, maka investor akan lebih suka yang kurang berisiko. Dengan demikian, investor akan mengambil risiko hanya jika dikompensasi dengan tingkat pengembalian yang diharapkan yang lebih tinggi. Investor yang berbeda akan mengevaluasi trade-off berbeda berdasarkan pada karakteristik penghindaran risiko individu. Teori ini menggunakan standar deviasi tingkat pengembalian sebagai proxy untuk risiko, yang berlaku jika tingkat pengembalian aset secara bersama-sama terdistribusi normal atau terdistribusi eliptik. •
Diversifikasi Seorang investor dapat mengurangi risiko portofolio hanya dengan memegang kombinasi instrumen yang tidak berkolerasi positif sempurna (koefisien korelasi ≠ 1). Dengan kata lain, investor dapat mengurangi esposur mereka terhadap risiko aset individual dengan memegang portofolio diversifikasi aset. Diversifikasi memungkinkan untuk menurunkan risiko pada harpaan imbal hasil yang sama. Jika semua pasangan aset tidak berkorelasi (koefisien korelasi = 0) maka varian pengembalian portofolio adalah jumlah seluruh aset dari kuadrat fraksi (proporsi aset)
dikalikan varian imbal hasil aset (dan deviasi portofolio standar adalah akar kuadrat dari jumlah ini). Pada umumnya : o Imbal Hasil yang diharapkan
adalah imbal hasil pada aset
Dimana
adalah imbal hasil pada portofolio,
ke-I dan
adalah bobot pada aset, persentase aset pada portofolio.
o Varian Imbal Hasil / Portfolio Return Variance
Dimana
adalah koefisien korelasi antara imbal hasil dari aset i dan j.
Alternatif lain dari ekspresi di atas adalah :
Dimana
= 1 dan i = j.
o Volatilitas imbal hasil portofolio (standar deviasi)
Untuk portofolio dua aset : Imbal hasil portofolio : Rumusan ini merupakan rumusan untuk mencari imbal hasil atau return dari portofolio investor. Adapun keterangannya sebagai berikut : adalah return rata-rata aset berharga A dan B yang
dihitung dalam waktu satu bulan. adalah persentase porsi modal yang ditempatkan pada aset berharga A dan B.
Dengan rumusan ini, diharapkan investor dapat memprediksi keuntungan rata-rata yang didapatkan dari kombinasi portofolio tersebut.
Variansi portofolio :
Untuk portofolio tiga aset :
Imbal hasil portofolio :
Variansi portofolio :
Dengan rumusan-rumusan di atas, dimungkinkan untuk membentuk diversifikasi dua saham maupun tiga saham. Tetapi tentu saja proporsi keuntungan akan menjadi lebih kecil dikarenakan pada proses diversifikasi lebih diutamakan untuk proses manajemen risiko pada aset berharga dengan korelasi yang rendah.
3. Kesimpulan Kelebihan dan kekurangan dari program yang penuls buat jika dibandingkan dengan program-program lain yang sudah beredar seperti Chart Nexus adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Tabel Evaluasi Keadaan
Program Simulasi
Chart Nexus
Teori Investasi Nilai Teori Portofolio Modern Rekomendasi Saham Charting Indikator Update data-data yang real-time
Selain tabel di atas, program ini juga diberikan kepada expert yang telah lebih dahulu terjun ke dalam bursa saham Indonesia. Expert berpendapat bahwa : • • •
Memang program ini merupakan program yang baru walaupun masih memiliki beberapa kekurangan seperti charting, indikator dan lain sebagainya. Investor yang menggunakan program ini, diharapkan untuk lebih ke jangka panjang, terutama jika masih pemula dan memiliki keinginan menjadi cepat kaya. Untuk ke depannya, program ini masih dapat disempurnakan dengan penambahan hal-hal yang bisa dilihat dari program yang lain seperti amibroker, metatrader atau chart nexus.
Dari penelitian dan pengujian terhadap program simulasi ini dapat diambil kesimpulan sebaga berikut : 1. Program yang telah dirancang dan dibuat hanya dapat menerima input dari program ini sendiri. 2. Pembuatan program dilakukan dengan penulisan coding secara prosedural. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat mempermudah dalam mengerti langkah-langkah apa yang dilakukan dalam proses pemilihan saham menggunakan Teorema Investasi Nilai dan Teorema Portofolio Modern. 3. Jumlah perusahaan yang dianalisa dibatasi yaitu sebanyak sembilan perusahaan yang termasuk di dalam kelompok LQ45. 4. Hasil yang didapat dari simulasi secara teknis dapat dipertanggungjawabkan, namun harga saham terkait dengan banyak faktor eksternal seperti bunga bank dan yield bond AAA, maka dari itu, hasil yang dikeluarkan tidaklah selalu sama dengan kenyataannya. 5. Output yang dihasilkan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh orang awam terutama untuk yang baru mempelajari dasar investasi pada bursa saham. Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan di atas, maka untuk mendukung keberhasilan simulasi saham yang dapat dikembangkan di masa depan, ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu : 1. Menganalisa faktor-faktor lain secara lebih lanjut guna meningkatkan hasil output yang dapat lebih dipertanggungjawabkan. 2. Mengamati secara langsung pergerakan bursa-bursa regional sehingga dapat melihat pengaruh pada bursa lokal. 3. Menambahkan fitur lain seperti charting seperti program pembanding Amibroker, Metatrader, Chart Nexus dan ulasan fundamental perusahaan-perusahaan yang di analisa.
DAFTAR PUSTAKA Graham, Benjamin. (2003). The Intelligent Investor. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta. Hagstrom, Robert G. (2005). The Warren Buffet Way 2nd Edition. New Jersey: John Willey & Sons, Inc. Hogg, McKean and Craig. (2005). Introduction to Mathematical Statistics. New Jersey: Prentice Hall. Lansen, Richard J. and Marx, Morris L. (2001). An Introduction to Mathematical Statistics and Its Application, 3rd Edition. New Jersey: Prentice Hall. Liberty, Jesse and Donald Xie. (2008). Programming C# 3.0, Fifth Edition. California: O’Reilly Media. Pressman, Roger S. (2005). Software Enginering: a Practitioner’s Approach Six Edition. New York : McGraw-Hill. Prihadi, Toto. (2010). Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM. Schiller, John J., Murray R. Spiegel and R. Alu Srinivasan. (2004). Probabilitas dan Statistik Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Tedder, Jake D. (2005). Practical Application of Business Mathematics, Reston Publishing Company Inc, Virginia 22090. Widoatmodjo, Sawidji. (2006). Cara Cepat Memulai Investasi Saham Panduan Bagi Pemula, cetakan ketiga. Jakarta: Elex Media Komputindo. Zubir, Zalmi. (2011). Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham. Jakarta: Salemba Empat. Anonymous: http://www.docstoc.com/docs/7985800/the-evolution-of-the-idea-of-value-investing-frombenjamin-graham-to-warren-buffett http://www.investinvalue.com/0/formula.php#B http://www.bi.go.id http://www.ibpa.co.id/home/tabid/38/language/en-us/default.aspx http://en.wikipedia.org/wiki/modern_portfolio_theory http://www.investinvalue.com/0/formula.php http://en.wikipedia.org/wiki/benjamin_graham_formula http://www.kpei.co.id/profile.aspx http://www.ksei.co.id/content.asp?id=2&no=1&bhs=I http://id.wikipedia.org/wiki/pemegang_saham http://id.wikipedia.org/wiki/perantara_pedagang_efek http://id.wikipedia.org/wiki/saham http://id.wikipedia.org/wiki/bursa_saham http://id.wikipedia.org/wiki/badan_pengawas_pasar_modal_dan_lembaga_keuangan
Design of Simulation Program Stock Investing Using the Theory of Investment Value and Modern Portfolio Theory Derwin Chandra Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia
Abstrak Investment is always an option when a person feels or what he gets owned at this time is not enough. Investments can be done with some things, such as saving money in the bank, buying land / house, or invest the money into the stock market, which is more commonly called playing the stock. Stock prices are constantly on the move does not always provide the benefits as expected by the brokers, therefore, the analysis of the rise or fall of stock prices is required. Some of the methods used in estimating the price of such shares of Investment Value Theorem and Theorem Modern Portfolio. Investing in Value Theorem, the important variables are the earnings per share, interest rates, the level of corporate bond yields and stock prices were current as a comparison between the calculated results with the investment theorems current stock price. In addition, the theorem also calculates the portion of modern portfolio investment for investors in order to produce a combination of the two stocks to be invested in order to obtain a high yield with the lowest possible level of risk. The result of this analysis is a combination of shares of two stocks that are correlated so as to generate returns as high a risk as low.
Keywords: stocks, interest rates, stock prices, value investing, modern portfolio.
1. Preliminary Today, more and more ordinary people menlirik the investment world. It is driven by the conscious people that saving money in the bank can not give more effect on profit rates. Therefore, they tend to be investors in the share capital or securities market futures. Problem, not the mere availability of capital, financial education but that is not earned by the investor to make an obstacle that can hinder the performance of the investor's own investment. Beginners, in the beginning will always follow the trail or snapper investors who have had much experience in capital markets. Not much has the advantage, but certainly some of them, suffered a major defeat to make them give up the capital markets. Investors who have failed to mention the stock market will not be separated from the action of gambling or speculation. In addition to following the recommendations of investors who are more experienced, they also tend to chase rumors, or follow the recommendations issued by stock analysts. But, of course it is not out of mere speculation as described above. In addition, capital markets are still dominated by Trader or more representative players in the short-term investments, which conducted the study or analysis of the technical approach. The technical approach uses indicators to calculate the stock price based on emotion. Novice investors are expected to stay away from the technical approach for a beginner, mental of investors infestation is still a lot of fear and bad emotions. Therefore, the technical approach will make a lot of investors lost money. Therefore, the author intends to seek a solution to these problems by creating a stock investment simulation program using the Theory of Investment Value and Modern Portfolio Theory. The Theory of Investment Value promote long-term investments with a focus on the business value of shares traded. With the help of Modern Portfolio Theory, investors are expected to learn about the management of risk by putting a portion of capital in two or more types of stocks so that when the market is experiencing a downturn, investors can minimize the damage caused to the portfolio. This system will calculate the business value has been calculated using variables such as interest rates, the coupon rate bonds of the company's growth and earnings per share, resulting in a value that will be used to compare the price of the shares being traded. With this, investors are also expected to look for stocks that are still relatively cheap and has potential advantages when buying stocks whose prices are now below the value of his own business.
2. Methodology In the opinion of Jake D. Tedder (1978), stocks are securities issued by a limited liability company (PT) or also called the issuer. Stocks actually have the power as the owner of the company. By having one share of the company, then indirectly, a person has made himself the owner of some percent of the PT. In addition to the above definition, the stock is also viewed as a unit value or the accounting in a variety of financial instruments which refer to the ownership of a company. With the issuance of shares, allowing companies that need short-term financing to sell securities or shares in exchange for cash. This is a method or a way to increase business capital or finance company than using corporate bonds or debentures. Shares can be sold through the primary market (primary market) or the secondary market (secondary market). (Anonymouos, http://id.wikipedia.org/wiki/saham). Shares have two types of classification that is based on the type of interest and based on the value of its capitalization. According to types of interests, shares are divided into two types, namely ordinary shares (common stock) and preferred stock (preferred stock). For preferred stock, usually referred to a mixture of shares due to the characteristics that closely resembles common stock. The characteristics of common and preferred stock can be seen in Table 2.1. Table 2.1 Table Characteristics of Stock Preferred stock Common shares • Have different levels, can • Voting rights of shareholders, may be issued with different elect the board of commissioners. characteristics. • Rights take precedence, if the • Charge over the assets and organization issuing new shares income, has a higher issued by Pre-emptive Rights (ER) or a rightsissue. priority than common stock in dividend • Limited liability, the amount given. distribution. • Dividends are cumulative, if not paid from the previous period, it can be paid in the current period and the first of its common stock. • Convertibility, convertible into common stock, if the shareholder agreement between publishers and organizations formed.
If classified on the basis of capitalization, the number of shares outstanding multiplied by the price on the stock market, the stock is divided into four types as follows: 1. Blue Chips A group of stocks that are generally issued by large companies and there are huge numbers. Because the number of outstanding shares a lot, then the stock is owned by many investors. The influence of the number of shares that will provide convenience for many investors in trading (liquidity) stocks. Liquidity of the stock itself in turn become an attraction for potential investors. 2. Second Linear Group of stocks whose position in the Blue Chip group. Certainly, the frequency and the capitalization of the Second linear groups are generally smaller than the Blue Chip group. Generally, this group shares issued by a company that is growing and has huge growth potential to become a Blue Chip, but the company's financial performance has not been tested sufficiently. 3. Third Linear Shares of smaller groups and are rarely traded 4. Shares of Sleep Groups of stocks traded, only by certain parties with an interest in a company that can still be listed on a stock exchange listed place. With definitions and explanations above, the stock is certainly not an investment as is often heard. Stock is one of the facilities / investment vehicle used to carry out an investment plan investor, the investor can change the current financial position to investors that the financial position desired.
2.1 Theory of Investment Value Theorem investment value, or more commonly known as the theory of intrinsic value, a formula is found to economists as well as leading practitioners from the United States, named Benjamin Graham who is the mentor of Warren Buffett, as well as investors who have a wealth of numbers 1-2 in the United States derived from the investment. Warren Buffett is a living example of how his thinking is a continuation of Benjamin Graham Philips as well as Fisher. The formula to find the intrinsic value put forward by Benjamin Graham as follows: • In the book Security Analysis in 1962 : V EPS 8.5 g
= intrinsic value = earning per share (within 1 year) = P/E ratio in which the company doesn’t develop = a reasonable estimate for growth companies in 7-10 years.
•
In 1974, a revision of the initial formulation
V* EPS 8.5 g 4.4 Y
= intrinsic value = earning per share (within 1 year) = P/E ratio in which the company doesn’t develop = a reasonable estimate for growth companies in 7-10 years. = the average profits of corporate debt in the U.S as of 1962 = profits of corporate debt in America that day
The above formula is the beginning of the Benjamin Graham formula which can then be modified in such a way, when implemented in their respective regions.The author himself, Benjamin Graham sought to apply the formula to find intrinsic value in order to find the best investment vehicle that can be used to achieve the plan author. The formulation is then to be like this:
V* EPS 8.5 g Bir
= intrinsic value = earning per share (within 1 year) = P/E ratio in which the company doesn’t develop = a reasonable estimate for growth companies in 7-10 years. = A bi-rate interest rate issued by Bank Indonesia (BI) as the main reference of the national banking
Y
= Interest rate / yield AAA debt to the government of Indonesia 10year period.
The reason I use the BI-BI-rate is a benchmark base rate of Bank Indonesia for national banks. This benchmark is used to assess the level of lending rates and deposit rates. Therefore, the authors use the BI-rate as a benchmark that can be used as a yield that is certain or risk free.
2.2 Modern Portfolio Theory Investors want to get high returns coupled with low risk. The reality, of course it is kind of a combination of investment almost impossible. No wonder many people who spend time to develop methods and strategies that are close to a perfect combination of these investments. But nothing is more popular than Modern Portfolio Theory. One of the economic theory of the most important and influential in finance and investments is Modern Portfolio Theory (MPT). MPT was developed by Harry Markowitz and published in the journal "Portfolio Selection" in 1952. MPT mengusungkan on the concept of diversification so as to minimize the risks faced by the expectation of high returns.
Diversification approach is used to reduce investment risk. Indeed different from the approach Warren Buffett, the world's number one investor, who does not like diversification. Diversification approach as for example, is filling a portfolio with two types of shares of different companies. If in case of a company's stock price to decline and stock prices of other firms increases, the two effects overlap and stabilize portfolio returns. Harry Markowitz showed that investment is not just about selecting the right stocks, but the combination of selection / allocation of appropriate financial assets in stocks that will be selected to achieve the expected returns, portfolio optimization and the calculation of the performance of combinations of assets. MPT assumes that investors are risk-averse, which means that if given two portfolios that offer rates of return or yield the same expected, then the investor will prefer the less risky. Thus, the investor will take risk only if compensated by the expected rate of return is higher. Different investors will evaluate different trade-offsbased on individual risk aversion characteristics. It uses the standard deviation of returns as a proxy for risk, which is valid if the rate of return on assets jointly normally distributed or elliptically distributed. •
Diversification An investor can reduce portfolio risk simply by holding a combination of instruments that are not perfectly positively correlated (correlation coefficient ≠ 1). In other words, investors can reduce their esposur individual asset risk by holding a diversified portfolio of assets. Diversification allows to reduce the risk of the same harpaan yields. If all pairs of assets are not correlated (correlation coefficient = 0) then return on the portfolio variance is the sum of the squares of all the assets of the fractions (asset proportions) multiplied variants of return on assets (and the portfolio standard deviation is the square root of this number). In general : o Expected Return
Where
is the yield on the portfolio,
is the yield on the asset-I and
is
the weight of the asset, the percentage of assets in the portfolio. o Portfolio Return Variance
Where
is the correlation coefficient between returns on assets i and j. An
alternative to the above expression is:
Where
= 1 and i = j.
o Volatility of portfolio returns (standard deviation)
For the two-asset portfolio : The yield on the portfolio : This formula is a formula to find the yield or return of a portfolio investor. As for its statement as follow : is the return on average assets worth A and B are
calculated within a month. is the percentage share of capital of the valuable assets A and B.
With this formulation, the investor can predict the expected average profit obtained from the combined portfolio.
Variance portfolio :
For a portfolio of three assets :
The yield on the portfolio :
Variance portofolio :
With the above formulas, it is possible to form the diversification of two or three shares of stock. But of course the proportion of profits will be smaller due to the process of diversification are preferable to the risk management process in a valuable asset with low correlation.
3. Conclusion Advantages and disadvantages of the program that created penuls when compared to other programs that have been circulating as Chart Nexus is as follows: Table 4.1 Evaluation Table Keadaan
Program Simulasi
Chart Nexus
Teori Investasi Nilai Teori Portofolio Modern Rekomendasi Saham Charting Indikator Update data-data yang real-time
Apart from the above table, the program also provided to the expert who had earlier foray into Indonesia Stock Exchange. Expert opinion that: •
Indeed, this program is a new program, although still has some shortcomings such as charting, indicators and so forth.
•
Investors who use this program, is expected to further the long term, especially if you are beginners and have a desire to get rich quick.
•
For the future, this program can still be enhanced by the addition of things that can be seen from the other programs such as amibroker, metatrader orchart nexus.
Of research and testing of a simulation program can be taken sebaga following conclusions: 1. The program has been designed and made only able to accept input from the program itself. 2. Making the program is done by writing a procedural coding. This is done with a view to simplify the steps in understanding what is done in the process of selecting stocks using Value Theorem Investment and Modern Portfolio theorem. 3. Limited number of companies are analyzed as many as nine companies included in the group LQ45. 4. The results of the simulation is technically accountable, but the stock price linked to many external factors such as interest rates and AAA bond yield,therefore, issued the results are not always equal reality.
5.
The resulting output is made in such a way as to be easily understood by lay people, especially to a new study on the basis of stock market investing.
Based on the conclusions set forth above, then to support the successful simulation of the stock that can be developed in the future, there are some things to do, namely: 1. Analyze other factors in order to further improve the output results that can be more accountable. 2. Directly observe the movement of regional exchanges so as to see the impact on the local bourse. 3. Add other features such as charting such a comparison program Amibroker, Metatrader, Chart Nexus and fundamental review companies in the analysis.
REFERENCES Graham, Benjamin. (2003). The Intelligent Investor. Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta. Hagstrom, Robert G. (2005). The Warren Buffet Way 2nd Edition. New Jersey: John Willey & Sons, Inc. Hogg, McKean and Craig. (2005). Introduction to Mathematical Statistics. New Jersey: Prentice Hall. Lansen, Richard J. and Marx, Morris L. (2001). An Introduction to Mathematical Statistics and Its Application, 3rd Edition. New Jersey: Prentice Hall. Liberty, Jesse and Donald Xie. (2008). Programming C# 3.0, Fifth Edition. California: O’Reilly Media. Pressman, Roger S. (2005). Software Enginering: a Practitioner’s Approach Six Edition. New York : McGraw-Hill. Prihadi, Toto. (2010). Analisis Laporan Keuangan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PPM. Schiller, John J., Murray R. Spiegel and R. Alu Srinivasan. (2004). Probabilitas dan Statistik Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. Tedder, Jake D. (2005). Practical Application of Business Mathematics, Reston Publishing Company Inc, Virginia 22090. Widoatmodjo, Sawidji. (2006). Cara Cepat Memulai Investasi Saham Panduan Bagi Pemula, cetakan ketiga. Jakarta: Elex Media Komputindo. Zubir, Zalmi. (2011). Manajemen Portofolio: Penerapannya dalam Investasi Saham. Jakarta: Salemba Empat. Anonymous: http://www.docstoc.com/docs/7985800/the-evolution-of-the-idea-of-value-investing-frombenjamin-graham-to-warren-buffett http://www.investinvalue.com/0/formula.php#B http://www.bi.go.id http://www.ibpa.co.id/home/tabid/38/language/en-us/default.aspx http://en.wikipedia.org/wiki/modern_portfolio_theory http://www.investinvalue.com/0/formula.php http://en.wikipedia.org/wiki/benjamin_graham_formula http://www.kpei.co.id/profile.aspx http://www.ksei.co.id/content.asp?id=2&no=1&bhs=I http://id.wikipedia.org/wiki/pemegang_saham http://id.wikipedia.org/wiki/perantara_pedagang_efek http://id.wikipedia.org/wiki/saham http://id.wikipedia.org/wiki/bursa_saham http://id.wikipedia.org/wiki/badan_pengawas_pasar_modal_dan_lembaga_keuangan