PERANCANGAN PLAZA FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN ISI YOGYAKARTA
RIZKY PUJI LESTARINA A34203016
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RINGKASAN RIZKY PUJI LESTARINA. Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta. Dibimbing oleh SITI NURISJAH. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan fisiologi, keamanan, afiliasi, aktualisasi diri, penghargaan, dan terakhir adalah estetika. Semua kebutuhan dasar manusia tersebut seharusnya dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi, namun seringkali lahan di sekolah hanya berupa ruang terbuka yang bernilai estetika tanpa adanya kesinambungan dengan kegiatan pendidikan. Idealnya suatu lanskap buatan manusia juga turut memasukan faktor sosial untuk mengarahkan kondisi dan perilaku pengguna ke arah yang lebih positif. Selain itu, penataan ruang terbuka juga dapat menjadi penyeimbang suasana jenuh dari kegiatan rutin di dalam ruang tertutup. Penataan ruang terbuka dapat memajukan kualitas pendidikan karena adanya lanskap yang aman, nyaman, akomodatif, dan kondusif bagi berjalannya proses belajar-mengajar. Perencanaan kampus beserta desain arsitektur serta lanskapnya terus menjadi topik yang penting bagi tiap perguruan tinggi, untuk tiga alasan yang sangat penting (Neuman, 2003): (1) Arsitektur dan lanskap sebuah perguruan tinggi membentuk latarbelakang yang mendukung visi dan misi dari suatu institusi pendidikan tersebut, (2) Menciptakan identitas yang mewakili alumni, civitas akademis, mahasiswa (saat ini dan yang akan datang) serta pengunjung, (3) Membantu mempertahankan status yang melekat pada institusi tersebut diantara lingkungannya. Fakultas Seni Rupa dan Desain adalah bagian dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Jogyakarta), yang adalah sebuah perguruan tinggi seni negeri yang terdapat di Kota Jogyakarta, Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat karya rancangan lanskap plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, kampus ISI Yogyakarta yang diharapkan dapat memfasilitasi seluruh kegiatan dan aktivitas civitas akademikanya serta memberikan identitas tersendiri sebagai kampus seni yang merefleksikan Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota pelajar. Penelitian ini dilaksanakan di areal kompleks perguruan tinggi ISI Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2008. Pada bulan Februari 2008 dan Maret 2009 dilaksanakan penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap pengguna tapak (mahasiswa) serta wawancara terhadap pihak kampus (rektor, dsb). Dalam rangkaian penelitian ini dilakukan survei dan pengamatan lapang,yang kemudian diikuti dengan pengolahan data, analisis spasial, pembuatan rancangan dan detil rancangan. Konsep desain kampus ISI Yogyakarta ini didasarkan dalam sebuah konsep dasar yaitu memunculkan karakteristik budaya sosial, yaitu pengguna (human culture) dalam kawasan FSRD dan identitas kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni. Desain yang akan dikembangkan terinspirasi dari sebuah motif batik khas jogja yang dikenal dengan nama ‘Kawung’. Motif ini berasal dari buah dari pohon aren, yang dikenal juga dengan nama pohon enau yang menghasilkan kolang-kaling. Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Secara filosofis kawung memiliki makna yaitu manusia harus dapat berguna
bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pengembangan desain dilakukan berdasarkan pada keadaan fisik tapak, analisa kebutuhan pengguna, serta harapan dari pengelola kampus. Perancangan plaza FSRD terutama dikembangkan berdasarkan harapan/keinginan pihak kampus yang juga disesuaikan dengan keadaan tapak dan penggunaan tapak, serta kemampuan pihak kampus untuk memelihara tapak yang menjamin keberlanjutan desain pada tapak. Perancangan juga dilakukan untuk memberikan sarana dan fasilitas berkarya bagi mahasiswa, yaitu dengan mengembangkan rencana tata ruang yang mendukung kegiatan-kegiatan mahasiswa baik sosial maupun akademis. Hasil dan kegiatan kreativ mahasiswa juga dapat menunjang lanskap plaza yang memperkuat karakter plaza tersebut. Permasalahan utama yang muncul di dalam tapak antara lain: kenyamanan yang kurang karena suhu yang tertalu tinggi akibat kurangnya jumlah vegetasi pada tapak, keadaan vegetasi yang tidak terawat, dan jalur sirkulasi tapak yang sering disalahgunakan (kendaraan bermotor roda dua sering melewati jalur pejalan kaki). Masalah ini dapat diatasi dengan pemberian batasan yang lebih baik (sehingga tidak mudah diterabas dan disalahgunakan), serta penambahan vegetasi pada tapak yang tidak memerlukan perawatan yang berlebihan. Selain itu sebagai salah satu plaza kampus, maka plaza FSRD harus dapat menjadi landmark bagi kampus ISI Yogyakarta dan memunculkan karakteristik kampus. Karakter yang dimaksud adalah Kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni yang memiliki dan memenuhi kebutuhan komunitas pengguna yang heterogen. Ini berarti karakter yang dimunculkan sebisa mungkin mewakili komunitas pengguna yang heterogen, bukan melulu mewakili karakter budaya tempat kampus itu berada. Ini berarti karakter budaya yang muncul terutama adalah budaya sosial pada Fakultas Seni Rupa dan Desain, dengan menggunakan elemen yang mengambil karakter budaya tradisional dan budaya modern yang lebih internasional universal.
PERANCANGAN PLAZA FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN ISI YOGYAKARTA
RIZKY PUJI LESTARINA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Arsitektur Lanskap
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
: Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta
Nama
: Rizky Puji Lestarina
NRP
: A34203016
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP. 19480912 197412 2 001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 19571222 198203 1 002
Tanggal disetujui:
©Hak cipta milik Rizky Puji Lestarina, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ‘Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta’ belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi atau lembaga mana pun untuk tujuan memperoleh gelar akademik tertentu. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2010
Rizky Puji Lestarina A34203016
RIWAYAT HIDUP Rizky Puji Lestarina, dilahirkan di Depok pada tanggal 26 Maret 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Afrizal Nursin dan Ibu Erry Sriyanti. Penulis menamatkan pendidikan dasarnya pada tahun 1997 di SDN Anyelir I, Depok, kemudian melanjutkan pendidikan ke SLTPN II Depok hingga tamat pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan atas di SMU Negeri 1 Depok. Pada Tahun 2003, melalui jalur PMDK, penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama masa kuliah penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) dan Studio Pro Arsitektur Lanskap. Pada tahun 2008 penulis diberi kesempatan menjadi sebagai duta pemuda dalam Kapal Pemuda Asean Jepang bersama 28 rekan lainnya dari seluruh Indonesia, untuk bergabung bersama 330 pemuda dari ASEAN-Jepang diatas kapal Nippon Maru.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Perancangan Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan dan perhatian yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini, serta untuk kesabaran dan pengertian yang luar biasa. 2. Bapak Dr. Ir. Nizar Nasrullah, MAgr. selaku pembimbing akademik atas bimbingannya selama masa kuliah. 3. Dr. Ir. Afrizal Nursin, Papi, yang selalu bisa dijadikan teman untuk brainstorming. Dra. Erry Sriyanti, Mami, yang teramat sabar dan selalu punya kata-kata pembangkit semangat. Rizky Puti Minanga, Adik, my stress reliever at the most crazy times. 4. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Arsitektur Lanskap. 5. Seluruh Staff dan Mahasiswa Kampus ISI Yogyakarta, terutama Fakultas Seni Rupa dan Desain. 6. PT Gita Rencana Multiplan, yang telah membantu dengan pinjaman datanya. 7. Teman-teman seperjuangan ARL angkatan 40 atas persahabatan yang sangat berharga dan seluruh waktu yang telah dilewati bersama-sama, terutama Sasha, Mi-chan, Ayu, Hendri, No-chan, Komti, Opeh … my cheerleaders!! 8. Binbo Joshi (便簿女子): Panda, kak Diti dan Nadia. 9. Teman-teman kontingen Indonesia Participating Youth 2008, cabin mates 358, segenap rekan dan staf admin SSEAYP 35 dan awak kapal Nippon Maru, serta keluarga besar SSEAYP International Indonesia, yang mengajari saya begitu banyak hal dan memberikan saya sebuah ‘keluarga’ baru. 10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih ada kekurangan yang perlu diperbaiki dalam skripsi ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Semoga
skripsi
ini
dapat
bermanfaat
bagi
penulis
serta
bagi
yang
menggunakannya.
Bogor, Januari 2010
Penulis
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR. .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiii I
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Tujuan ..................................................................................................... 3 1.3 Manfaat ................................................................................................... 4 1.4 Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................ 4
II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6 2.1 Lanskap .................................................................................................... 6 2.2 Ruang Terbuka ......................................................................................... 6 2.3 Kampus .................................................................................................... 7 2.4 Lanskap Kampus ...................................................................................... 8 2.5 Plaza .......................................................................................................10 2.6 Perancangan ...........................................................................................14 2.7 Budaya ...................................................................................................16 III METODOLOGI .........................................................................................18 3.1 Tempat dan Waktu .................................................................................18 3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................18 3.3 Metode dan Pendekatan Perancangan ....................................................18 3.4 Proses Perancangan ................................................................................18 3.4.1 Persiapam Penelitian ....................................................................19 3.4.2 Konsep Dasar ...............................................................................19 3.4.3 Pengumpulan Data .......................................................................20 3.4.4 Analisis.........................................................................................21 3.4.5 Perancangan .................................................................................21 3.5 Batasan Studi..........................................................................................22 IV KONSEP .....................................................................................................23 4.1 Konsep Dasar .........................................................................................23 4.2 Pengembangan Konsep ..........................................................................24 4.2.1 Konsep Tata Ruang ......................................................................24 4.2.2 Konsep Aktivitas ..........................................................................25 4.2.3 Konsep Tata Sirkulasi ..................................................................27
vii
4.2.4 Konsep Tata Hijau .......................................................................27 4.2.5 Konsep Fasilitas ...........................................................................28 V
DATA DAN ANALISIS .............................................................................29 5.1 Aspek Fisik ............................................................................................29 5.1.1 Lokasi dan Batas Tapak ...............................................................29 5.1.2 Tanah dan Topografi ....................................................................32 5.1.3 Sirkulasi dan Aksesibilitas ...........................................................33 5.1.4 Vegetasi dan Satwa ......................................................................36 5.1.5 Iklim .............................................................................................38 5.1.6 Tata Guna Lahan ..........................................................................39 5.1.6.1 Lapangan Parkir...............................................................39 5.1.6.2 Plaza FSRD .....................................................................40 5.1.6.3 Bangunan .........................................................................42 5.1.7 Potensi Visual ..............................................................................45 5.1.8 Akustik .........................................................................................45 5.2 Aspek Sosial ..........................................................................................45 5.2.1 Latar Belakang ISI Yogyakarta ...................................................45 5.2.2 Pengguna Tapak ...........................................................................48 5.2.3 Wawancara dan Kuesioner ..........................................................48
VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN .............................................51 6.1 Sirkulasi Tapak ......................................................................................51 6.1.1 Jalur kendaraan ............................................................................51 6.1.1.1 Sirkulasi Kendaraan Bermotor ......................................51 6.1.1.2 Sirkulasi Sepeda ............................................................51 6.1.2 Jalur Pejalan Kaki ........................................................................54 6.1.3 Bollard .........................................................................................58 6.2 Tata Hijau..............................................................................................60 6.2.1 Tata Hijau dengan Fungsi Ekologis .............................................61 6.2.2 Tata Hijau dengan Fungsi Arsitektural ........................................63 6.3 Utilitas dan Fasilitas Plaza ....................................................................65 6.3.1 Amphitheatre ................................................................................65 6.3.1.1 Tempat Duduk ...............................................................66 6.3.1.2 Tangga ...........................................................................67 6.3.1.3 Boks Tanaman ...............................................................68 6.3.1.4 Pemanfaatan Amphitheatre ...........................................68 6.3.2 Outlet Listrik ................................................................................69 6.3.3 Pencahayaan .................................................................................70 6.3.4 Light Box Sculpture dan Sign ......................................................71 6.3.5 Dinding Mural ..............................................................................74
viii
VI SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................75 7.1 Simpulan ...............................................................................................75 7.2 Saran .....................................................................................................76 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................77 LAMPIRAN .......................................................................................................79
ix
DAFTAR TABEL
Halaman 01. Jenis, sumber, cara pengambilan dan bentuk data biofisik ............................ 20 02. Jenis, sumber, cara pengambilan dan bentuk data sosial ............................... 21 03. Konsep fungsi aktivitas pada plaza FSRD ..................................................... 26
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman 01. Kerangka pikiran penelitian ........................................................................... 5 02. Diagram yang menunjukan akar dari budaya................................................. 17 03. Bagan proses perancangan penyesuaian (Gold, 1980)................................... 19 04. Diagram pembagian zona tata ruang .............................................................. 25 05. Berbagai macam kegiatan pengguna yang dapat dilakukan pada tapak ........ 26 06. Konsep tata Hijau ........................................................................................... 27 07. Berbagai macam referensi untuk konsep fasilitas plaza ................................ 28 08. Peta lokasi Kampus ISI Yogyakarta dilihat dari Titik Nol Yogyakarta......... 29 09. Situasi bagian sebelah selatan tapak .............................................................. 30 10. Peta lokasi Kampus ISI Yogyakarta .............................................................. 31 11. Peta Fakultas Seni Rupa dan Desain pada Kampus ISI Yogyakarta ............. 31 12. Peta topografi Kampus ISI Yogyakarta ......................................................... 33 13. Peta aksesibilitas Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta ............... 34 14. Peta sirkulasi pejalan kaki Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta . 35 15. Peta persebaran vegetasi berupa pohon di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta ............................................................................................... 36 16. Contoh vegetasi yang tersebar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta ..................................................................................................... 37 17. Perkiraan awal musim hujan 2008/2008 dan perbandingannya terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y) .................................. 38 18. Perkiraan sifat musim hujan 2008/2008 dan perbandingannya terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y) .................................. 39 19. Lahan Parkir yang ada di area FSRD, ISI Yogyakarta .................................. 40 20. Peta area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ................... 41 21. Foto area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta................... 42 22. Fasad bangunan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ................. 43 23. Area pada Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta yang kurang sedap dipandang ............................................................................................. 44
xi
24. Mural yang ada di dinding salah satu gedung departemen desain di Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta ............................................ 44 25. Lambang ISI Yogyakarta ............................................................................... 46 26. Area peruntukan jalur sirkulasi pengguna sepeda.......................................... 52 27. Area parkir sepeda berupa rak sepeda............................................................ 52 28. Contoh detil jalur sirkulasi sepeda dan pejalan kaki pada tapak.................... 53 29. Contoh paving block triheksagonal yang digunakan pada jalur sepeda......... 53 30. Contoh rak sepeda sederhana yang dapat diterapkan pada tapak .................. 54 31. Area sirkulasi berdasarkan kondisi eksisting area plaza FSRD ..................... 54 32. Hasil desain area sirkulasi pejalan kaki pada tapak ....................................... 55 33. Contoh perkerasan pada sirkulasi pejalan kaki pada tapak ............................ 56 34. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa concrete................. 56 35. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa paving block triheksagonal (cat hijau) ................................................................................. 57 36. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa slab stone warna hitam............................................................................................................... 57 37. Contoh penggunaan bollard ........................................................................... 58 38. Area tapak dimana bollard digunakan ........................................................... 59 39. Detail bollard yang ada pada tapak ............................................................... 59 40. Rencana Tata Hijau untuk plaza FSRD ......................................................... 60 41. Rencana Tata Hijau untuk Area yang ditutupi Pennisetum purpureum (rumput gajah) ................................................................................................ 61 42. Rencana Tata Hijau untuk pohon Filicium decipiens (Kerei Payung)........... 62 43. Pennisetum purpureum dan Filicium decipiens ............................................. 62 44. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Zephyranthes sp. ................... 63 45. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Arenga pinnata ...................... 64 46. Zephyranthes sp. dan Arenga pinnata............................................................ 64 47. Area amphitheatre pada tapak ....................................................................... 65 48. Konsep seating area yang akan diterapkan pada amphitheatre .................... 66 49. Seating area pada amphitheatre .................................................................... 67 50. Rekomendasi feature tangga pada tapak ........................................................ 67
xii
51. Zephyranthes sp., Pennisetum purpureum, dan kerikil putih yang akan mengisi planter box........................................................................................ 68 52. Contoh kegiatan mahasiswa yang dapat dilakukan di tapak .......................... 69 53. Titik-titik outlet listrik yang ada pada tapak .................................................. 69 54 Rekomendasi fitur outlet listrik pada tapak ................................................... 70 55. Contoh-contoh pencahayaan yang dapat diterapkan pada tapak ................... 70 56. Contoh-contoh lampu yang dapat digunakan untuk pencahayaan pada tapak ............................................................................................................... 71 57. Titik-titik pencahayaan pada tapak. ............................................................... 71 58. Batik kawung ................................................................................................. 71 59. Titik-titik posisi light box sculpture ............................................................... 71 60. Desain light box sculpture tampak atas.......................................................... 73 61. Contoh signage baru pada ISI Yogyakarta dan signage pada departemen Kriya saat ini .................................................................................................. 72 62. Contoh signage masing-masing departemen ................................................. 73 63. Lokasi dinding mural yang dapat dikembangkan pada tapak ........................ 74 64. Contoh Mural ................................................................................................. 74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 01. Kuisioner Preferensi Pengguna ............................................................. 79 02. Site Plan ................................................................................................ 80 03. Planting Plan ........................................................................................ 81 04. Hardscape Plan..................................................................................... 82 05. Lighting Plan (Night Vision) ................................................................. 83 06. Lighting and Electrical Plan ................................................................. 84 07. Detil Penanaman ................................................................................... 85 08. Detil Amphitheatre Plaza FSRD - 1 ...................................................... 86 09. Detil Amphitheatre Plaza FSRD - 2 ...................................................... 87 10. Konstruksi Amphitheatre Plaza FSRD.................................................. 88 11. Detil Perkerasan - 1 ............................................................................... 89 12. Detil Perkerasan - 2 ............................................................................... 90 13. Detil Lighting Fixtures dan Electrical Outlet ....................................... 91 14. Detil Light Box Sculpture - 1 “Fine Art” ............................................. 92 15. Detil Light Box Sculpture - 2 “Design”................................................ 93 16. Detil Light Box Sculpture - 3 “Crafts” ................................................. 93 17. Detil Sign Jurusan Seni Murni .............................................................. 94 18. Detil Sign Jurusan Kriya ....................................................................... 95 19. Detil Sign Jurusan Desain ..................................................................... 96 20. Potongan Tampak Fakultas Seni Rupa dan Desain............................... 97
BAB I PENDAHULUAN 1. 1
Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi (Depdiknas, 2007). Pendidikan dapat dibagi menjadi pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Untuk mendukung kegiatan pendidikan maka diperlukan adanya suatu lingkungan yang menyediakan sarana prasarana yang baik. Sudah selayaknya keadaan fisik suatu kompleks pendidikan menjadi titik perhatian karena menurut Greenbie (1985), kondisi fisik lingkungan dapat membentuk perilaku sosial manusia yang ada didalamnya. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan fisiologi, keamanan, afiliasi, aktualisasi diri, penghargaan, dan terakhir adalah estetika. Semua kebutuhan dasar manusia tersebut seharusnya dapat dipenuhi oleh lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi, namun seringkali lahan di sekolah hanya berupa ruang terbuka
yang bernilai estetika tanpa adanya
kesinambungan dengan kegiatan pendidikan. Idealnya suatu lanskap buatan manusia juga turut memasukan faktor sosial untuk mengarahkan kondisi dan perilaku pengguna ke arah yang lebih positif. Selain itu, penataan ruang terbuka juga dapat menjadi penyeimbang suasana jenuh dari kegiatan rutin di dalam ruang tertutup. Penataan ruang terbuka dapat memajukan kualitas pendidikan karena adanya lanskap yang aman, nyaman, akomodatif, dan kondusif bagi berjalannya proses belajar-mengajar.
2
Perencanaan kampus beserta desain arsitektur serta lanskapnya terus menjadi topik yang penting bagi tiap perguruan tinggi, untuk tiga alasan yang sangat penting (Neuman, 2003) 1. Arsitektur dan lanskap sebuah perguruan tinggi akan mendukung visi dan misi dari suatu institusi pendidikan tersebut. 2. Menciptakan identitas (kampus) yang mewakili alumni, civitas akademis, mahasiswa (saat ini dan yang akan datang) serta pengunjung. 3. Membantu mempertahankan reputasi yang melekat pada institusi tersebut diantara lingkungannya. Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI Jogyakarta), adalah sebuah perguruan tinggi seni negeri yang terdapat di Kota Jogyakarta, Indonesia. ISI Jogyakarta dibentuk atas Keputusan Presiden RI No: 39/1984 tanggal 30 Mei 1984, dan diresmikan berdirinya oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Nugroho Notosusanto, pada tanggal 23 Juli 1984. Institut ini mengkhususkan pada pendidikan di bidang kesenian, yang terkelompok ke dalam tiga fakultas, yakni: Fakultas Seni Rupa, Fakultas Seni Pertunjukan, Dan Fakultas Seni Media Rekam. ISI dibentuk setelah dilakukannya penggabungan sejumlah sekolah tinggi bidang kesenian termasuk AMI (Akademi Musik Indonesia), ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) dan ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia). Sebagai kota budaya dan juga kota pelajar, Yogyakarta memiliki Taman Budaya, Sekolah Menengah Kejuruan Kesenian, Pusat Pengembangan dan Penataran Guru (PPPG) Kesenian, serta sanggar-sanggar seni yang tersebar di seluruh wilayah DIY, dengan demikian keberadaan ISI Yogyakarta tidak saja memperoleh manfaat dari lingkungan seni budaya yang subur, namun juga dapat lebih berperan serta dalam membina dan mengembangkan kehidupan seni di Indonesia. Akibat dari gempa yang melanda Yogyakarta 27 Mei 2006, kegiatan di ISI Yogyakarta sempat terhenti karena jumlah kerusakan pada bangunan pendukung yang cukup besar. Kondisi paska gempa bisa dikatakan hampir 40% bangunan dan infrastruktur telah rusak. Tindakan perbaikan untuk pemanfaatan (utility) membutuhkan waktu serta rencana yang matang. Oleh karena itu kajian menyeluruh dilakukan sekaligus dipakai untuk memperoleh keterpaduan antara
3
program strategis (strategic planning) dengan rencana tindakan pembangunan fasilitas. Pertumbuhan fasilitas fisik dalam bentuk rencana rekonstruksi dan pembangunan gedung adalah suatu perencanaan fisik berjangka (bertahap) yang dicapai melalui keterpaduan yang sistematik dengan rencana strategis pengembangan perguruan tinggi ISI Yogyakarta. Selain pembangunan fasilitas fisik (bangunan), penataan kembali lanskap Kampus ISI Yogyakarta juga diperlukan. Lanskap Kampus selain memberikan nilai estetika pada tapak, juga memegang peranan penting dalam mendukung dan memfasilitasi segala kegiatan kampus dan penghuni kampus serta masyarakat disekitarnya. Selain itu lanskap kampus juga dapat memberikan trademark dan identitas tersendiri bagi kampus. Dalam hal ini kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni dapat menunjukan identitasnya sebagai kampus seni yang sekaligus dapat mencerminkan Yogyakarta sebagai Kota Budaya dan Kota Pelajar. Sebuah ruang terbuka pada dasarnya merupakan wadah yang dapat menampung dan menunjang semua aktivitas, baik secara individu maupun berkelompok. Bentuk dari ruang terbuka ini tergantung pada pola dan susunan massa bangunan. Dalam menciptakan ruang terbuka yang ideal bagi kawasan kampus yang berorientasi terhadap pengembangan kesenian dan kebudayaan perlu diperhatikan mengenai masalah sirkulasi, aktivitas yang ada dan tata ruang terbuka luar didalam tapak agar dapat menunjang fleksibilitas pemanfaatannya dengan kegiatan seni dan serasi dengan lingkungan sekitarnya.
1. 2
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat karya rancangan lanskap
plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, kampus ISI Yogyakarta yang diharapkan dapat memfasilitasi seluruh aktivitas dari civitas akademikanya serta memberikan identitas sebagai kampus seni yang merefleksikan Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota pelajar.
4
1. 3
Manfaat Hasil perancangan lanskap pada kompleks kampus ISI Yogyakarta ini
diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Acuan dan masukan bagi perencana, perancang dan pengelola kompleks kampus ISI Yogyakarta dalam perencanaan, perancangan dan pengelolaan lingkungan yang dapat mencerminkan trademark serta identitas ISI Yogyakarta sebagai kampus seni, terutama pada fakultas seni rupa, kampus ISI Yogyakarta. 2. Sebagai landasan atau tolak ukur bagi perencana dan perancang dalam mengembangan lanskap kampus seni pada umumnya. 3. Memberi manfaat, fungsi serta kenyamanan bagi civitas akademika maupun warga masyarakat disekitar kampus.
1. 4
Kerangka Pikir Penelitian Ruang terbuka suatu kawasan dapat diisi dengan hijauan, area perkerasan,
maupun dibuat fasilitas-fasilitas lain untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang ada di sekitarnya. Sebuah kampus seni seperti ISI yogyakarta seharusnya memiliki ruang terbuka yang dapat mendukung seluruh kegiatan civitas akademi yang ada didalamnya. Ruang terbuka yang ada juga harus dapat memberikan identitas tersendiri pada kampus, terutama karena kampus ISI Yogyakarta merupakan kampus seni yang harus memiliki ciri yang kuat, baik dalam hal seni maupun budaya. Ruang terbuka yang ada pada kampus harus dapat mewadahi kebutuhan mahasiswa dan civitas akademik kampus tersebut, dapat menjadi sarana untuk ruang kelas outdoor, tempat mengisi waktu luang antar kelas, diskusi, bercengkrama, maupun aktivitas lain yang dapat dilakukan secara berkelompok maupun individual.
5
KAMPUS ISI YOGYAKARTA Lanskap Kampus
Plaza Fakultas Seni Rupa
- Sebagai ruang terbuka pada kampus - Memenuhi kebutuhan pengguna kampus (terutama civitas akademik) - Memberikan fasilitas tambahan bagi kegiatan civitas akademik - Menjadi ruang sosial pada kampus. - Memberikan cerminan pada kampus ISI sebagai kampus seni & budaya - Menunjukan identitas tersendiri bagi kampus.
Tata ruang, tata aktivitas, tata sirkulasi, tata letak fasilitas, dan tata elemen
PERANCANGAN PLAZA FAKULTAS SENI RUPA SEBAGAI BAGIAN DARI LANSKAP KAMPUS INSTITUT SENI YOGYAKARTA SEBAGAI KAMPUS BERWAWASAN SENI DAN BUDAYA
Gambar 1. Kerangka Pikir penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1
Lanskap Lanskap adalah wajah atau karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka
bumi ini dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, baik yang bersifat alami maupun yang buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya, sejauh mata memandang sejauh indra dapat menangkap dan sejauh imajinasi dapat membayangkan. Beberapa objek yang dapat menjadi pengamatan antara lain adalah kota, jalan, lapangan golf, sungai, pantai, pemukiman, sekolah kampus dan lain-lain (Rachman, 1984).
2. 2
Ruang Terbuka Ruang terbuka adalah salah satu jenis ruang yang pada dasarnya
merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu baik secara individu atau secara kelompok diluar bangunan. Ditinjau dari jenis aktivitasnya maka ruang terbuka terdiri dari ruang terbuka yang aktif dan ruang terbuka pasif. Ruang terbuka aktif adalah ruang terbuka yang mengandung aktivitas manusia didalamnya, antara lain olah raga, dan lain-lain. Ruang terbuka pasif adalah ruang terbuka yang didalamnya tidak terdapat aktivitas manusia didalamnya, yaitu berupa hijauan maupun taman dan lain sebagainya (Hakim, 1991). Menurut Simonds (1983) ruang terbuka berhubungan langsung dengan penggunaan struktur sehingga dapat mendukung fungsi struktur tersebut. Fungsi ruang terbuka menurut Hakim (1991) adalah sebagai sarana penghubung antara suatu tempat dengan tempat lainnya, pembatas, atau jarak antara masa bangunan dan pelembut arsitektur bangunan. Suatu ruang terbuka menurut Lynch (1981) tidak berdasarkan pada banyaknya struktur yang ada di area tersebut, tetapi ditentukan oleh jumlah aktivitas yang dapat dilakukan oleh penggunanya di dalam area tersebut. Bentuk dari ruang terbuka sangat tergantung pada pola dan susunan massa bangunan (Hakim 1991). Bentuk bangunan mempunyai hubungan dengan lanskap alami dan buatan, tidak berhubungan dengan strukturnya saja tetapi juga susunan
7
dan karakter lanskap yang mempengaruhinya (Simonds, 1983). Menurut Laurie (1986) bentuk keseluruhan ruang terbuka tersebut dapat dipertegas dengan mengunakan bahan-bahan alami, bentuk lahan, dan tumbuhan. Tetapi dapat juga dibentuk dengan cara mengkombinasikan antara struktur-struktur buatan manusia dan bahan-bahan alami. Seperti juga yang dikemukakan Lynch (1981) bahwa ruang terbuka tidak selalu berupa area yang bersifat alami saja, tetapi dapat menggunakan struktur buatan manusia. Simonds (1983) mengemukakan bahwa dengan mengatur struktur dan ruang yang baik tidak hanya sekedar menekankan bangunannya saja tetapi juga berfungsi untuk menciptakan kesatuan ruang secara total. Bangunan mempunyai hubungan yang erat dengan struktur lain, ruang, dan lanskap alami disekitarnya. Hubungan antar ruang, struktur dan lanskap yang mengelilinginya harus dipertimbangkan bersama dalam suatu proses desain (Simonds, 1983). Proses mendesain ruang terbuka merupakan bagian dari perencanaan tapak (Lynch, 1981).
2. 3
Kampus Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan
Universitas Udayana (1989, dalam Setyorini 1999), kampus menjadi sebuah kota tersendiri. Kampus sebagai suatu lingkungan yang lengkap dan merupakan sebuah kota yang mempunyai corak tersendiri yaitu suatu bentuk kehidupan dengan corak kehidupan ilmiah. Penciptaan kehidupan ilmiah dan kehidupan kemanusiannya merupakan hal utama sehingga gubahan lanskap dituntut agar mampu menciptakan suasana fungsional ilmiah dan suasana kemanusian dengan segala kegiatannya. Untuk itu wilayah kampus dibagi kedalam beberapa zona, yaitu: 1. Lingkungan Pendidikan (Academic Zone). Lingkungan dimana berlangsung semua proses pendidikan ilmiah termasuk kegiatan laboratorium. Suasana yang perlu diciptakan dalam zona ini adalah suasana teduh, tenang, segar agar proses belajar-mengajar berlangsung baik. 2. Lingkunan Kegiatan (Activity Zone).
8
Dalam lingkungan ini terjadi komunikasi antara mahasiswa dengan civitas lainnya, demikian juga antara lembaga dan masyarakat dalam bentuk kegiatan sosial budaya. Suasana yang dikehendaki adalah meriah, indah, segar dan dinamis. 3. Lingkungan Perumahan (Residental Zone). Lingkungan ini dimaksudkan untuk tempat tinggal para dosen, pegawai, dan asrama mahasiswa. Suasana yang diperlukan untuk lingkungan ini adalah suasana tenang, teduh, aman, intim, dan privasi terjaga dari kesibukan kampus.
2. 4
Lanskap Kampus Eckbo (1964) menyatakan bahwa ruang terbuka dalam kampus merupakan
perlengkapan dalam kehidupan kampus. Di dalamnya tertampung aktivitas belajar, komunikasi sosial, dan hubungan timbal balik dari berbagai disiplin ilmu. Karena itu menurutnya didalamnya harus tercipta suasana yang intim dan tempat duduk yang menyenangkan. Fasilitas-fasilitas rekreasi dapat dibangun diatasnya. Lanskap kampus mengacu pada total kompleks dari elemen fisik yang ada dalam kampus dan terbentuk akibat interaksi antara manusia sebagai individu dan bagian dari makhluk sosial dengan alam ’selain manusia’ (non-human nature) (Campus Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam Nugroho, 2001). Didalamnya tidak hanya terdiri dari material tanaman (area rumput, pohon, semak, dan penutup tanah, tetapi juga meliputi pengembangan tapak luar seperti elemen keras penutup tanah (ground surfaces) seperti paving, dan cor semen, bentukan lahan seperti ’grading’ dan ’land form’. Elemen fisik kampus terbangun atas tiga elemen primer (Campus Landscape Master Plan University of California Riverside, 1996 dalam Nugroho, 2001). Elemen tersebut adalah elemen struktur (strucure), ruang terbuka, dan ’alam’(nature). Struktur direpresentasikan sebagai bangunan, jalan, area parkir, dan utilitas. Ruang terbuka direpresentasikan sebagai ruang tanpa ruang terbangun (struktur) diatasnya, seperti plaza, lapangan olah raga, dan sebagainya. ’Alam’ direpresentasikan dalam bentukan lahan (land form), tanaman, bebatuan, dan air, dan habitat satwa didalamnya.
9
Menurut Dinas Kebersihan dan Pertamanan Propinsi Dati I Bali dengan Universitas Udayana (dalam Setyorini, 1999), membagi jenis ruang terbuka pada lanskap kampus berdasarkan fungsi/kegiatan yang terjadi, yaitu: 1. Halaman Utama Kampus (Campus Plaza). Merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan Universitas atau Universitas dengan masyarakat. Ruang ini bisa diselesaikan dengan perkerasan, dilengkapi dengan pertamanan pada tempat-tempat strategis yang diperlukan. Jenis-jenis tanaman yang digunakan berskala rendah, dengan variasi tajuk dan warna. 2. Taman Kampus. Ruang
untuk
pertamanan
terdapat
diseluruh
zona
kegiatan
yang
penempatannya diatur sedemikian rupa untuk menambah keindahan kampus dan untuk memberikan penampilan yang sesuai dengan karakteristik masingmasing
kegiatan
yang
diwadahi.
Berdasarkan
fungsinya,
taman
diklasifikasikan lagi kedalam taman aktif dan taman pasif. a. Taman Aktif Dimaksudkan selain sebagai ruang untuk memperindah lingkungan juga dimanfaatkan untuk tempat-tempat kegiatan yang berkaitan dengan kegiatan dalam kampus yang meliputi kegiatan formal dan non-formal (kegiatan upacara/apel, belajar bersama/outdoor study, istirahat dan kegiatan komunikatif lainnya). b. Taman Pasif Dimaksidkan hanya untuk memperindah dan menambah kenyamanan dan kesegaran lingkungan. Penyelesaian lanskapnya merupakan komposisi tanaman-tanaman yang tergolong semak rendah/sedang yang mampu memberikan suasana segar pada lingkungan. 3. Lapangan Olahraga. Diusahakan terletak dekat dengan lingkungan perumahan (asrama mahasiswa dan perumahan dosen/pegawai). Gubahan lanskapnya agar memberikan suasana segar, santai dan dinamis.
10
4. Arboretum. Merupakan zona laboratorium botani yang terdiri dari gugusan berbagai jenis pohon untuk kepentingan ilmiah. 5. Jalur Hijau. Merupakan bentangan alam yang terdiri dari kumpulan jenis-jenis pohon untuk jalur hijau. Terkadang tempat ini juga dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi. Jalur hijau juga kadang-kadang berfungsi sebagai pembatas dan penghubung antara bangunan-bangunan fakultas. 6. Jalan-Jalan dan Tempat Parkir Jalan merupakan ruang terbuka yang langsung merupakan pembatas wilayah kegiatan. Sebagai penghubung ruang ke-ruang, suasana yang tercipla dalam ruang jalan/disekitar jalan dapat sebagai ruang transisi dari ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Tempat/Area parkir ditempatkan pada daerah pinggir dari daerah kegiatan/aktivitas dengan maksud untuk mengurangi terganggunya lingkungan kegiatan dari kebisingan (noise). Ruang parkir merupakan ruang peralihan sepanjang pencapaian (street pictures). Sebagai ruang
peralihan
akan
menuntut
suatu
penataan
yang
khusus
dan
berpenampilan lain daripada yang lain, terutama dalam menentukan jenis pohon. Bentuk lanskap yang menarik perhatian juga selalu diusahakan untuk ditampilakan dalam suatu kampus perguruan tinggi dengan bentuk tanaman, kebun tanaman yang tertata. Fungsi utama tanaman lanskap pada suatu kampus adalah untuk menunjang suasana kegiatan kampus dan meningkatkan kualitas visual yang terdapat pada kampus tersebut (Carpenter et al., 1975).
2.5
Plaza Menurut Greenbaum (2009), plaza berasal dari bahasa Spanyol plaza,dari
bahasa latin platea, dan dari bahasa yunani kuno πλατεῖα (plateia, kependekan dari πλατεῖα ὁδός plateia hodos), plaza memiliki arti pusat kota, atau area pusat perkumpulan. Sebuah plaza adalah area yang merupakan ameniti bagi masyarakat, dimana area itu melayani berbagai macam pengguna dan segala kebutuhan mereka.
11
Pertimbangan yang paling utama dari fungsi sebuah plaza adalah pertimbangan potensi tapak tersebut di masa kini dan masa yang akan dating. Plaza harus didesain mengikuti berbagai macam aktivitas baik pasif maupun aktif, untuk kelompok maupun perorangan, formal maupun informal, terencana ataupun umpromptu. Plaza haruslah dapat mengundang pengguna untuk menggunakan fasilitas yang sudah disediakan (misalnya: penyediaan tempat duduk dan meja di area teduh dapat digunakan untuk makan siang di area tersebut), tetapi juga harus fleksibel untuk mengakomodir aktivitas lain yang terpikirkan oleh pengguna (misalnya: area teduh berumput dapat menjadi area untuk diadakan pertunjukan seni impromptu, dsb). Biasanya plaza pada pada umumnya memiliki tujuan desain yang dapat diterapkan seperti berikut: 1.
Aksesibilitas: • Akses terhadap fitur yang ada: Desain yang ada (kontur lanskap, level,
pembatas arsitektural lainnya) tidak akan menjadi penghalang bagi pengguna tapak untuk mengakses amenity yang ada pada plaza tersebut. • Rute yang mudah dilalui: plaza dengan rumput dan tanah harus terjaga
dengan baik untuk menjaga adanya jalur yang dapat dilalui oleh pengguna. Bagaimanapun permukaan dengan perkerasan juga dapat didesain dengan kemiringan untuk memenuhi standar aksesibilitas dan mengalirkan air permukaan. 2.
Estetika •
Material: Gunakan material, furniture, signage, dan elemen lainnya yang mencerminkan atmosfir yang ingin dicapai di plaza tersebut.
•
Fitur Air: Air dapat dijadikan sebagai elemen visual dan akustik. Namun keberadaannya tidaklah mutlak dan jangan sampai membebani perawatan lanskap yang harus dilakukan.
•
Instalasi seni (patung): Penempatan patung sebaiknya disesuaikan dengan tema dan atmosfer tapak. Jika menempatkan lebih dari satu patung akan lebih baik jika patung tersebut letaknya berkesinambungan dan jika perlu konsultasikan dengan seniman yang mengerjakan patung tersebut. Akan lebih baik jika rangkaian patung tersebut mempunyai tema dan cerita dan
12
didesain alur bagi pengguna untuk dapat menikmati rangkaian isntalasi seni tersebut. 3.
Biaya Efisien •
Perawatan dengan biaya efisien: adalah hal yang penting untuk memastikan adanya program perawatan yang rutin terhadap tapak yang telah di desain. Fungsinya adalah untuk menjaga kondisi tapak denagn biaya yang efisien dan seminimal mungkin.
•
Gunakan material tahan cuaca: Sebaiknya penggunaan material untuk tapak dipilih yang sangat tahan cuaca, tahan lama, dan tidak mudah dirusak (dengan vandalisme).
4.
Fungsional/Operasional •
Fleksibel: Plaza harus di desain dengan utilitas dan infrastruktur yang sederhana
untuk
memudahkan
penggunaan
dan
fleksibilitas
dan
penggunaan yang multifungsi. •
Furnitur Outdoor: Tempat duduk, bollards, rak sepeda, tempat sampah, dan sebagainya harus dipertimbangkan sebagai bagian dari desain awal tapak tersebut. Furnitur ini harus seirama dengan arsitektur bangunan dan lanskap disekitarnya, baik ukuran, desain, dan warnanya. Furnitur Outdoor adalah elemen yang esensial dalam menciptakan ruang outdoor yang fungsional.
•
Maintenance: perawatan jangka panjang terhadap elemen lanskap, pencahayaan, dan elemen sejenisnya harus dipertimbangkan pada tahap desain.
•
Program Plaza: pertimbangan harus diberikan untuk pengembangan plaza untuk pengguna tapak, untuk aktivitas aktif dan pasif, baik yang terencana maupun yang impromptu. Dapat juga fungsi bangunan yang ada disekitarnya dimasukan kedalam plaza.
5.
Produktif •
Memenuhi kebutuhan pengguna gedung yang ada disekitarnya: Plaza yang didesain dengan baik dapat memberikan fungsi tambahan bagi pengguna gedung yang ada di sekitarnya.
13
•
Dukungan untuk berbagai macam aktifitas: desainer harus berdiskusi dengan calon pengguna tapak untuk dapat menambahkan potensi kedalam tapak. Tapak dapat mendukung potensi kegiatan outdoor dan berkaitan dengan kegiatan indoor di gedung yang berkaitan dengan tapak. Aktivitas yang direncanakan harus meliputi kegiatan aktif maupun pasif, untuk kegiatan
terencana
maupun
impromptu,
berkelompok
maupun
perseorangan, dan sebagainya, 6.
Keamanan dan Keselamatan •
Bollard dan elemen lanskap: untuk menghindari jalur masuk dari arah yang tidak dikehendaki, sangat disarankan penggunaan pembatas di bagian pinggir dari plaza. Pembatas yang dimaksud dapat berupa bollard, tangga, patung, elemen air, boks tanaman, dan elemen lanskap lainnya yang dapat dinikmati nilai estetiknya oleh pengguna tapak namun tetap memberikan keamanan bagi pengguna tapak.
7.
Berkelanjutan (sustainable) •
Perencanaan tapak: entrance plaza harus memiliki kemiringan minimal 1% dan maksimal 5% untuk memastikan aliran air permukaan (akibat hujan).
•
Storm Water Management: Dimana area dengan perkerasan yang berbatasan langsung dengan gedung memiliki kemiringan minimal 2% dari struktur ke alur drainase untuk memastikan adanya mengalirnya aliran permukaan ke drainase.
•
Konservasi Air: Konsumsi air harus diminimalisir, terutama pada daerah dengan iklim kering dengan laju evaporasi yang tinggi.
•
Rak sepeda: berkaitan dengan program go green yang mendukung bike to campus maupun bike to work, sebaiknya disediakan rak sepeda untuk pengguna tapak, minimal untuk mengakomodir 5% pengguna gedung yang berdekatan dengan tapak. Rak sepeda dapat diletakan di plaza, dekat dan dapat dilihat dari entrance gedung, dan aman. Rak harus dapat digunakan untuk menggunakan kunci bagi sepeda dan sesuai dengan disain gedung dan tapak.
14
2. 6
Perancangan Perancangan adalah perluasan dari perencanaan yang berkenaan dengan
seleksi komponen-komponen rancangan, bahan-bahan, tumbuh-tumbuhan dan kombinasinya sebagai pemecah masalah di dalam perencanaan. Disamping dasar dasar teknik mengenai bahan-bahan atau elemen-elemen, perancang juga berhubungan dengan visual. Seperti halnya dalam perencanaan, bentuk dan wujud dalam rancangan timbul dari kendala-kendala dan potensi yang dimiliki tapak serta suatu perumusan yang jelas atas masalah perancangan (Laurie, 1986). Perhatian pada perancangan ditujukan pada penggunaan volume dan ruang, setiap volume memiliki bentuk, tekstur, ukuran, bahan, warna, dan kualitas lain. Kesemuaan ini dapat dengan baik mengekspresikan dan mengakomodasikan fungsi-fungsi yang diinginkan (Simonds 1983). Dasar-dasar estetika dalam perancangan lanskap berkaitan dengan titik, garis, tekstur, warna, variasi, perulangan, keseimbangan dan penekanan. Garis merupakan pembentuk dan pengontrol pola, pergerakan, visual, dan fisik. Bentuk berkaitan dengan bentuk vertikal dan horizontal dan kedalaman. Tekstur berkaitan dengan halus-kasarnya bentuk. Bentuk dan tekstur dalam perancangan lanskap banyak dibentuk oleh elemen tanaman. Warna dikaitkan dengan pengaruh kejiwaan yang dihasilkannya. Variasi berperan dalam mengurangi kemonotonan. Sementara perulangan menjadikan variasi menjadi lebih memiliki ekspresi. Keseimbangan berperan dalam penentuan bentukan formal maupun non-formal dan simetris maupun asimetris. Sedangkan penekanan berperan dalam mengarahkan mata pada satu atau dua obyek yang dipentingkan dalam sebuah komposisi (Carpenter et al, 1975). Pemilihan materi atau bahan juga merupakan hal penting dalam perancangan lanskap (Laurie, 1986). Perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat mengkomunikasikan kegunaan-kegunaan tertentu. Begitu pula dengan merancang obyek, ruang dan materi harus didisain seefektif mungkin dalam fungsinya (Simonds, 1983). Seorang perancang harus memiliki kemampuan imajinatif untuk merencana bentuk baru dan kreatif dalam menganalisa permasalahan dan faktorfaktor penentu bentuk. Sebuah rancangan yang dibangun di atas tapak dapat
15
dinilai berhasil jika terlihat keterkaitan antara tapak dengan program-programnya (Laurie, 1986). Sasaran dari perancangan adalah kesesuaian dan respon terhadap situasi sekitar. Kesesuaian, menurutnya, adalah sasaran mayor dalam perancangan dan berhubungan dengan penempatan elemen-elemen dalam tapak, sehingga penting bagi perancang untuk mengetahui lebih jauh karakter dari tapak, baik kondisi awal maupun fungsi yang diusulkan. Respon terhadap situasi dan keadaan sekitar berkaitan dengan respon terhadap identitas atau ciri pokok suatu karakter yang menonjol dari tapak. Keberhasilan dari perancangan adalah bila perancang dapat menanggapi kebutuhan-kebutuhan penggunanya, mempertemukan fungsi yang dibutuhkan
dan
beradaptasi
terhadap
tekanan
dari
lingkungan
yang
mempengaruhinya. Dalam Campus Landscape Master Plan University of California Riverside, (1996, dalam Nugroho, 2001) dijelaskan secara lebih spesifik tentang perancangan sebuah
lanskap
kampus.
Perancangan
lanskap
kampus
haruslah
mempertimbangkan prinsip desain lanskap kampus, yaitu : 1. Lanskap sangat penting dalam komunitas kampus, oleh sebab itu harus memperhitungkan rencana pengembangan bangunan kampus ke depan, 2. Perancangan lanskap kampus haruslah menjadi komponen integral dari lingkungan kampus, 3. Perancangan lanskap harus memperhatikan atribut yang telah eksis sebelumnya, 4. Habitat tanaman harus diperhatikan baik dalam pemilihan jenis maupun dalam peletakannya (lay out). Untuk menghindari kelebihan penanaman, perawatan berlebihan, kebutuhan penggunaan air yang berlebihan, dan konflik dengan tanaaman lain, maupun struktur. 5. Perancangan ruang terbuka harus memperhatikan lokasi dan gerak pengguna dan pemerhati tapak (viewer). Perancangan lanskap harus memperhatikan pandangan dinamis, bukan statis. 6. Perancangan yang bersifat multi-sensory dengan memberikan warna, aroma, tekstur, dan pencahayaan dalam lanskap akan memberikan kesan mendalam.
16
Laurie (1986) dalam perencanaan Foothill Collage di California menyatakan bahwa penggunaan bahan-bahan perkerasan khusus dan tumbuhantumbuhan ornamental diperlukan untuk memberikan identitas pada suatu tapak ataupun bagian-bagiannya. Kampus direncanakan secara logis dan efisien mencerminkan program untuk sekolah tersebut dan sekaligus tanggap terhadap lingkungan sekitar beserta faktor-faktor sosialnya.
2. 7
Budaya Budaya merupakan sebuah kata yang memiliki pengertian yang kompleks.
Raymond Williams, seorang pengamat dan kritikus kebudayaan mengatakan bahwa ‘kebudayaan’ (culture) merupakaan satu dari dua atau tiga kata yang paling kompleks penggunaannya. Budaya sering diartikan secara sempit sebagai bentuk kegiatan intelektual artistic dengan produknya yang turun temurun (heritage). Sering kali terjadi salah kaprah bahwa budaya disama artikan dengan kesenian tradisional. Menurut Meuthia Djaluputro (2008) budaya (culture) berakar dari kebiasaan (habbit) dan gaya hidup (lifestyle) yang ada pada sebuah kelompok. Kebiasaan tersebut akan berkembang dan diteruskan secara turun temurun dan dan menjadi perilaku (manner) dari kelompok tersebut. Manner yang terus menerus dilakukan ini akan menjadi sebuah dasar dari etika (ethic) yang ada dalam masyarakat tersebut. Etika yang ada mulai memiliki nilai (value) dan ada konsekuensi jika dilaksanakan maupun jika tidak dilaksanakan, etika tersebut menjadi norma (norm). Norma-norma yang ada pada suatu kelompok akan berkembang dan diteruskan secara turun temurun oleh pelaku hingga lamakelamaan menjadi budaya (culture) bagi kelompok tersebut.
17
Gambar 2. Diagram yang menunjukan akar dari budaya 1
1
Meuthia Djaluputro dalam Pelatihan Kepemimpinan Kapal Pemuda ASEAN-Jepang 2008 (SSEAYP), kerjasama antara Kemenegpora dan SSEAYP International Indonesia.
BAB III METODOLOGI
3. 1
Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di areal kompleks perguruan tinggi ISI
Yogyakarta, Panggungharjo, Sewon, Bantul. Pelaksanaan penelitian dimulai bulan Januari 2008. Pada bulan Februari 2008 dan Maret 2009 dilaksanakan penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap pengguna tapak (terutama mahasiswa) serta wawancara terhadap pihak kampus (rektor,pengurus kampus). Dalam rangkaian penelitian ini dilakukan survei dan pengamatan lapang, yang kemudian diikuti dengan pengolahan data, analisis spasial, pembuatan rancangan dan detil rancangan.
3. 2
Alat dan Bahan Dalam penelitian ini digunakan beberapa alat dan bahan seperti: kamera,
komputer, tablet, scanner, printer/plotter, peralatan gambar, kertas, dan lain-lain. Kamera diperuntukan sebagai alat dokumentasi, Komputer digunakan untuk pengolahan data, tablet sebagai alat bantu dalam membuat ilustrasi, scanner untuk memindai gambar atau data yang perlu dimasukan dalam pengolahan data, printer/plotter untuk mencetak hasil penelitian dan gambar pendukung.
3. 3
Metode dan Pendekatan Perancangan Penelitian ini menggunakan metode survai dan analisis deskriptif.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan antroposentris, dengan metode Gold (1980) yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
3. 4
Proses Perancangan Proses perancangan lanskap kampus ini berdasarkan metode Gold (1980)
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Bagan proses perancangan penyesuaian yang digunakan dalam penelitian ini terlihat pada Gambar 3.
19
Penelitian ini merupakan perancangan lanskap kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni, yang dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu.
3. 4. 1 Persiapan penelitian Pada tahap ini dilakukan perumusan masalah, penetapan tujuan penelitian, pembuatan usulan penelitian dan perijinan penelitian.
Konsep Dasar
Persiapan Penelitian
Usulan & Perijinan Penelitian
Pengumpulan Data
Biofisik ‐ Lokasi Tapak ‐ Topografi ‐ Iklim ‐ Sirkulasi & Aksesibilitas ‐ Tata guna Lahan ‐ Vegetasi dan satwa ‐ Kualitas visual dan akustik ‐ Nilai Estetik SDM: Preferensi pengguna (Civitas Akademika Kampus ISI‐Jogja
Analisis
Potensi Kenyamanan
Perancangan
Rancangan akhir Potongan Perspektif Detail
Gambar 3. Bagan proses perancangan penyesuaian (Gold,1980) 3. 4. 2 Konsep Dasar Pada tahap ini dilakukan pembuatan konsep dasar rancangan kampus yang akan dikembangkan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh kawasan penelitian dan gambaran serta informasi umum yang telah diperoleh.
20
3. 4. 3 Pengumpulan Data Merupakan tahapan pengambilan data berupa data primer dan data sekunder serta informasi tapak di lapangan maupun dari pustaka yang mendukung penelitian melalui survei tapak berupa pengamatan dan pengambilan foto atau sketsa, pengambilan pustaka dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap keinginan mahasiswa, civitas akademika, maupun pihak tertentu lainnya yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Jenis, Sumber, Cara Pengambilan dan Bentuk Data Biofisik Jenis Lokasi Lahan Lokasi dan batas tapak
Sumber
Cara Pengambilan
Bentuk Data
Lapang
Survey lapang
Deskriptif dan spasial
Lapang
Gita Rencana Multiplan
Deskriptif dan spasial
Lapang
Survey lapang
Deskriptif dan spasial
Vegetasi dan Satwa Jenis vegetasi
Lapang
Survey lapang
Jenis satwa
Lapang
Survey Lapang
Deskriptif dan spasial Deskriptif dan spasial
BMKG
BMKG
Deskriptif
Lapang
Survey Lapang
Deskriptif dan spasial
Lapang
Survey lapang
Deskriptif
Lapang
Wawancara
Deskriptif
Topografi Sirkulasi dan Aksesibilitas Primer dan Sekunder
Iklim Curah hujan, Hari hujan,Suhu udara Kelembaban udara, Kecepatan angin, Radiasi matahari Tata Guna Lahan Zonasi Tata Guna Lahan Sense of Quality Sounds, Kenyamanan, Visual Keterangan : BMKG
: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
21
Tabel 2. Jenis, Sumber, Cara Pengambilan dan Bentuk Data SDM Jenis Sumber Daya Manusia Keadaan sosial tapak
Sumber
Cara Pengambilan
Bentuk Data
Lapang
Survey lapang
Deskriptif
Pengguna
Lapang
Survey lapang
Deskriptif
Aktivitas dan intensitas
Lapang
Survey lapang
Deskriptif
3. 4. 4 Analisis Data Fisik yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan akan dianalisis setelah sebelumnya diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu potensi tapak dan kenyamanan. Potensi adalah segala hal, di dalam dan luar tapak, yang bersifat menguntungkan dan positif bagi tapak dan penggunanya. Segala potensi yang dimiliki oleh sebuah tapak sebisa mungkin dipertahankan atau dikembangkan, sedangkan kendala tapak yang bersifat mengganggu ataupun menghambat sebaiknya segera ditanggulangi. Kenyamanan meliputi hal-hal yang mendukung pengembangan tapak lebih lanjut. Elemen ini perlu dipertahankan dan dikembangkan di tapak. Berbeda dengan itu, bahaya yang mungkin ada dalam tapak sedapat mungkin harus dihilangkan dan dicari solusinya agar tidak membahayakan pengguna tapak. Dari data sosial akan dapat diketahui rencana, keinginan dan harapan dari berbagai pihak terhadap tapak. Tentu saja keinginan dari tiap pihak belum tentu selaras satu sama lainnya. Oleh karena itu desain yang ada akan menyelaraskan dan sebisa mungkin mengakomodir seluruh kebutuhan pengguna tapak.
3. 4. 5 Perancangan Tahap perancangan merupakan tahap akhir dari proses disain. Produk yang dihasilkan dari tahap ini adalah gambar rencana tapak (Site Plan), rancangan detil (detail plan), potongan (Section Plan), dan gambar perspektif dalam bentuk
22
tertulis. Serta sketsa-sketsa pelengkap dan gambar lainnya untuk memperlihatkan suasana lanskap kampus yang telah dirancang.
3. 5
Batasan Studi Penelitian ini dibatasi hanya sampai tahap perancangan melalui penerapan
konsep dengan memperhatikan kegiatan pelaksanaan dan pemeliharaan. Pada akhirnya akan didapat hasil perancangan lanskap plaza FSRD ISI Yogyakarta yang tidak hanya mendukung fungsi dan aktivitas yang ada tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat di sekitar kampus.
23
BAB IV KONSEP PERANCANGAN
4.1
Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada
sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung fakultas. Plaza ini dapat dianggap sebagai central core dari keseluruhan tapak. Plaza memiliki berbagai fungsi dan mengakomodasi kebutuhan berbagai pengguna. Plaza kampus merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan universitas atau universitas dengan masyarakat. Perancangan terhadap Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, kampus ISI Yogyakarta ini didasarkan dalam sebuah konsep dasar yaitu memunculkan karakteristik budaya, yaitu pengguna (human culture) dalam kawasan Fakultas Seni Rupa dan Desain dan identitas kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus berwawasan seni dan budaya. Desain yang akan dikembangkan terinspirasi dari sebuah motif batik khas Yogja yang dikenal dengan nama ‘Kawung’. Kawung adalah salah satu batik yang digunakan oleh keluarga kesultanan Yogyakarta. Motif ini berasal dari buah dari pohon aren, yang dikenal juga dengan nama pohon enau yang menghasilkan kolang-kaling. Pohon aren dari atas (ujung daun) sampai pada akarnya sangat berguna bagi kehidupan manusia, baik itu batang, daun, nira, dan buah. Secara filosofis kawung memiliki makna yaitu manusia harus dapat berguna bagi siapa saja dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Inspirasi dari kawung ini dituangkan kedalam konsep tata ruang dimana tiap bagian dari tapak memiliki kegunaan bagi pengguna tapak. Selain itu bentuk dari motif kawung ini juga dituangkan kedalam bentuk-bentuk elemen desain. Meskipun tapak berada di Yogyakarta yang sarat akan unsur tradisionalnya namun tidak berarti bahwa semua elemen desain yang ada harus menjadi serba tradisional. Unsur traditional sudah terwakili oleh gaya arsitektur bangunan yang ada. Maka pada plaza dapat diterapkan gaya yang lebih modern
24
dan tidak konvensional. Misalnya penggunaan warna yang mencolok pada point of interest atau signage tapak, untuk memberikan kesan menarik diluar warnawarna monoton yang biasa digunakan pada kampus (hitam, putih, kuning gading, coklat, hijau, dsb). Selain itu dapat juga dikembangkan elemen-elemen desain dengan skala non-human untuk memberikan aksen pada tapak. Tentunya keseluruhan desain harus tetap menjaga kesatuan dan keharmonisan tapak.
4.2
Pengembangan Konsep Desain Konsep dasar kampus ini dikembangkan dalam bentuk penataan yang
meliputi tata ruang, tata aktivitas, tata sirkulasi, tata hijau, dan konsep fasilitas dan prasarana kampus. 4.2.1 Konsep Tata Ruang Pengembangan tata ruang dalam Kampus ini dibagi menjadi ruang-ruang yang akan memfasilitasi aktivitas dan kebutuhan seluruh civitas akademi kampus. Zonasi dibagi kedalam zona aktif dan zona pasif. Zona pasif adalah zona yang diperuntukan bagi tujuan ekologis tapak. Zona ini diperuntukan sebagai tempat penanaman tumbuhan yang akan berkontribusi terhadap perbaikan iklim, sekaligus sebagai buffer tapak. Zona vegetasi ini akan berada di bagian terluar dari tapak. Zona aktif adalah zona yang dimanfaatkan sebagai tempat beraktivitas bagi pengguna tapak. Zona ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : zona budaya, zona edukasi, zona sosial. Zona budaya diperuntukan sebagai display area bagi mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI, bisa dianggap sebagai galeri karya mahasiswa. Zona edukasi adalah zona yang dimanfaatkan untuk keperluan edukatif, seperti outdoor class dan outdoor studio bagi mahasiswa. Zona sosial meliputi area sirkulasi dan area berkumpulnya pengguna tapak baik untuk berdiskusi, bercengkrama, dan sebagainya. Berikut adalah diagram pembagian zona tata ruang berdasarkan keterangan diatas.
25
Gambar 4. Diagram pembagian zona tata ruang
4.2.2
Konsep Aktivitas Berdasarkan konsep tata ruang yang ada, zona pasif (vegetasi) adalah zona
yang ada disekeliling tapak, sementara zona aktif adalah zona yang terdapat di bagian tengah tapak yang menghubungkan antar gedung yang ada di dalam tapak, yaitu plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain. Plaza harus didesain untuk mengakomodir berbagai macam kebutuhan dan aktivitas yang mungkin dilakukan pada area tersebut, baik kegiatan tersebut adalah kegiatan pasif ataupun aktif, formal ataupun informal, diperuntukan untuk berkelompok maupun perorangan, terencana maupun impromptu. Plaza harus dapat menjadi area yang fleksibel dan adaptif untuk berbagai macam kemungkinan aktivitas yang ada. Plaza pada sebuah kampus sebaiknya dapat menjadi area rekreasi dan meeting point bagi pengguna. Pengguna tapak dapat beristiraht, bercengkrama dan mengakses layanan internet dengan teknologi wifi selama berada di tapak. Hal ini dapat dilakukan baik secara individual maupun berkelompok.
26
Sebagai sebuah kampus seni, maka plaza ini selain dapat menjadi sarana bagi kegiatan akademis (misalnya untuk outdoor classroom / studio), maka alangkah baiknya jika plaza juga dapat dijadikan area pameran (exhibition) untuk hasil karya mahasiswa kampus. Dinding-dinding gedung bangunan Fakultas Seni Rupa dan Desain juga dapat dijadikan sebagai salah satu media kreativitas bagi mahasiswa. Tabel 3. Konsep fungsi aktivitas pada plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain Fungsi: Rekreasi/Sosial
Edukasi Eksibisi (budaya)
Contoh Penggunaan: ‐ Tempat beristirahat ‐ Tempat bercengkrama / mengobrol ‐ Tempat berdiskusi ‐ Tempat mengakses internet dengan teknologi wi‐fi ‐ Outdoor class ‐ Outdoor studio ‐ Ruang pameran bagi karya mahasiswa ‐ Panggung untuk pertunjukan ataupun kegiatan lain bagi mahasiswa
Gambar 5. Berbagai macam kegiatan pengguna yang dapat dilakukan pada tapak2 2
Sumber gambar: flickr.com, image.google.com, gettyimage.com
27
4.2.3
Konsep Tata Sirkulasi Sirkulasi yang ada adalah sirkulasi kendaraan bermotor, sepeda dan
pejalan kaki di bagian luar tapak dan sirkulasi untuk pejalan kaki dan sepeda di dalam tapak. Fakultas Fakultas Seni Rupa dan Desain terdiri dari beberapa gedung yang berbeda, tempat parkir yang ada di luar tapak dan arus sirkulasi yang cukup tinggi dari satu tempat ke tempat lain. Bentuk sirkulasi diupayakan supaya dapat memfasilitasi kebutuhan sirkulasi pengguna tapak dan tidak berada di luar jalur sirkulasi yang ada.
4.2.4 Konsep Tata Hijau Vegetasi yang dikembangkan dalam lanskap Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta akan dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu vegetasi yang memiliki aspek arsitektural dan vegetasi dengan aspek ekologis, tentunya kedua aspek ini harus fungsional. Vegetasi tersebut secara ekologis diharapkan untuk dapat membuat iklim mikro pada tapak menjadi lebih nyaman, yaitu dengan pohon yang melindungi tanah dan air, mengurangi polusi, dsb. Vegetasi yang digunakan juga harus memiliki fungsi secara arsitektural, terutama sebagai pelindung, pembentuk ruang, menambah kualitas estetik, dsb. Vegetasi dengan fungsi ekologis akan berada pada zona dengan aksesibilitas rendah untuk menjaga fungsi vegetasi yang ada. Sementara untuk vegetasi dengan fungsi arsitektural akan berada di zona dengan aksesibilitas tinggi. Fungsi
Ekologi Arsitektural
Peran melindungi tanah dan air mengendalikan iklim mikro dsb sebagai pelindung sebagai pembentuk ruang sebagai penambah estetik dsb
Jenis
Tanaman Lokal/ Tanaman Non Lokal
Gambar 6. Konsep tata hijau Species yang digunakan sebisa mungkin akan didominasi oleh species lokal dengan kebutuhan perawatan seminimal mungkin, sehingga lanskap Fakultas Seni Rupa dan Desain tidak akan membutuhkan perawatan yang terlalu
28
tinggi. Selain itu penggunaan species lokal dapat membantu pembentukan identitas tapak. Variasi tanaman yang digunakan tidak perlu terlalu beragam untuk mempermudah perawatan
4.2.5 Konsep Fasilitas Fasilitas yang dikembangkan di tapak adalah fasilitas yang akan mendukung seluruh aktivitas yang dapat dilakukan pada tapak, yaitu kegiatan dengan fungsi rekreasi, edukasi dan eksibisi, seperti yang dapat dilihat pada gambar 7. Fasilitas yang disediakan harus dapat berkelanjutan, dan fleksibel. Fasilitas yang ada harus memiliki identitas Kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus berwawasan seni dan budaya.
Gambar 7. Berbagai macam referensi untuk konsep fasilitas plaza3
3
Sumber gambar: flickr.com, image.google.com, gettyimage.com
29
BAB V DATA DAN ANALISIS
5.1
Aspek Fisik
5.1.1 Lokasi dan Batas Tapak Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Parangtritis Km 6, D.I. Yogyakarta. Terletak cukup dekat dengan Pasar Seni Gabusan (terletak di Km 9.5). Kompleks kampus ISI Yogyakarta secara administratif termasuk ke dalam wilayah desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I. Yogyakarta.
Titik Nol Yogya
ISI Yogya
Gambar 8. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta dilihat dari Titik Nol Yogya4
Disebelah timur-tenggara tapak dibatasi oleh Jalan Raya Parangtritis dan pemukiman. Di sebelah utara terdapat sekolah dasar dan akademi kebidanan serta
4
Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 (beta), data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008
30
pemukiman. Di sebelah barat, dan selatan, batas tapak didominasi oleh areal pemukiman.
Gambar 9. Situasi bagian sebelah selatan tapak Pemukiman yang ada di sekeliling kampus terdiri dari rumah penduduk setempat, tempat kost mahasiswa, kios-kios perdagangan (toko, warung nasi, warung internet, dsb), dan lahan perkebunan penduduk. Keberadaan pemukiman ini mendukung kegiatan yang berlangsung pada Kampus ISI terutama dalam memenuhi kebutuhan tempat tinggal, kebutuhan sehari-hari, dan jual beli yang mendukung kegiatan perkuliahan. Tidak semua batas-batas wilayah antara kampus dan lingkungan sekitarnya memiliki border atau pembatas yang jelas. Pagar hanya terdapat pada bagian timur (yang berbatasan dengan jalan raya), serta pada bagian perbatasan wilayah utara dan selatan. Tidak adanya pembatas yang jelas ini membuat aksesibilitas lahan menjadi sangat tinggi dan kurang teratur. Secara umum, Kampus ISI memiliki total lahan sebesar kurang lebih 189.660 m2. Secara lebih spesifik, Fakultas Seni Rupa dan Desain sendiri berdiri di atas lahan sebesar kurang lebih 4 hektar. Fakultas Seni Rupa dan Desain sendiri terletak di bagian paling utara kampus ISI Yogyakarta. Fakultas ini berbatasan langsung dengan sekolah dasar, akademi kebidanan, dan pemukiman di sebelah utara. Di sebelah timur berbatasan langsung dengan jalan raya dan pemukiman. Di sebelah Barat berbatasan dengan gedung Dekanat Fakultas Seni Rupa dan Desain.
31
Gambar 10. Peta Lokasi Kampus ISI Yogyakarta5
Gambar 11. Peta Fakultas Seni Rupa dan Desain pada Kampus ISI Yogyakarta 6
5 6
Sumber gambar: Program Google Earth 4.3.7284.3916 (beta), data pada 2007-06-26, diakses pada juli 2008 Sumber gambar: PT Gita Rencana Multiplan proposed masterplan for ISI Yogyakarta
32
Meskipun berbatas langsung dengan Jalan Raya gedung kampus ISI terletak cukup jauh dari jalan raya dan telah dibatasi oleh pagar non masif. Selain itu jalan raya yang ada, yaitu Jalan Parangtritis bukanlah jalan raya yang sibuk dan bising. Namun ada baiknya jika ditambahkan pada bagian yang berbatasan dengan jalan raya diberikan buffer berupa semak. Selain fungsinya untuk menjadi filter kebisingan dan polusi dari jalan raya, buffer ini juga dapat menambah nilai estetika tapak jika dilihat dari luar. Bagian yang berbatasan dengan pemukiman, sekolah, dan lahan masyarakat, sebagian sudah ada yang diberi pembatas non-masif maupun semimasif, namun alangkah baiknya jika semua batas wilayah kampus diberikan pembatas masif. Dalam Time-Saver Standards for Landscape Architect disebutkan bahwa pembatas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan keamanan dan keselamatan, memberikan privasi, dan untuk modifikasi lingkungan (penahan angin, filter suara, dsb). Tinggi pembatas yang dibutuhkan paling tidak berkisar antara 1,8 – 2,1 meter, dengan tipe pembatas yang solid.
5.1.2
Tanah dan Topografi Bentuk dasar permukaan tanah (topografi) merupakan salah satu sumber
daya visual dan estetika yang dapat mempengaruhi alternatif tata guna lahan (Chiara, 1990). Penyesuaian antara rancangan tapak dengan topografi eksisting akan mengurangi biaya pembangunan serta pemeliharaannya. Secara umum, Kampus ISI Yogyakarta terletak di desa Timbul harjo yang merupakan daerah dataran dengan ketinggian berkisar 45 meter diatas permukaan air laut. Jenis tanah pada Kabupaten Bantul umumnya merupakan tanah legosol dengan gugusan vulkanis muda. Secara umum wilayah kampus ISI yogyakarta memiliki kemiringan lahan yang relatif datar, meskipun terletak didekat daerah yang berbukit-bukit. Hal ini dikarenakan bentukan wilayah di dalam tapak sudah tidak alami lagi karena adanya bangunan. Selain itu, ruang terbuka yang masih ada juga sudah diberi perkerasan dengan menggunakan paving block dan beton. Keadaan ini tentunya akan memberikan kemudahan dalam membangun struktur dan fasilitas-fasilitas yang ada pada kampus.
33
Akibat letaknya yang berada di kaki perbukitan, maka arah drainase akan menuju kawasan kampus ISI Yogyakarta, yaitu semua aliran air bergerak menuju kawasan kampus. Hal ini dapat menjadi potensi tersendiri bagi kampus sekaligus menjadi ancaman. Tanpa struktur drainase yang baik dan penanganan terhadap erosi, maka kawasan kampus akan terancam akan terjadinya penggenangan air. Namun dengan adanya penanganan yang baik, misalnya dengan menyediakan struktur drainase untuk melancarkan aliran drainase, yaitu untuk mengalirkan air berlebih keluar tapak . Pada kampus ISI Yogyakarta sudah ada sistem drainase yang cukup baik, yang berupa selokan-selokan kecil yang ada di tempat-tempat tertentu dan semua aliran akan keluar di drainase utama yang berada tepat diantara pagar terluar di sebelah utara kampus.
Gambar 12. Peta topografi Kampus ISI Yogyakarta 7 . 5.1.3
Sirkulasi dan Aksesibilitas Lokasi Kampus ISI Yogyakarta terletak di sebelah selatan pusat kota
Yogyakarta. Dari pusat kota Yogyakarta ke lokasi kampus dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 20-30 menit. Secara relatif cukup jauh dari pusat kota, namun masih dapat diakses dengan angkutan umum yang melewati daerah ini (ada 4 jalur bus umum). Selain menggunakan angkutan umum, dapat juga menggunakan kendaraan pribadi, taksi, motor, sepeda dan berjalan kaki. Jalur sirkulasi primer (untuk kendaraan beroda 4 atau lebih) berupa jalan yang diaspal, bermulai di jalan raya menuju tempat parkir. Jalan yang diaspal sekaligus menjadi penanda jalur 7
Sumber gambar: Hasil survey topografi PT. Gita Rencana Multiplan, selisih antara garis kontur 0.2 m
34
utama pada Kampus ISI Yogyakarta. Jalur sirkulasi sekunder (untuk kendaraan bermotor roda dua, sepeda, dan pejalan kaki), terdiri dari jalan beraspal (sama dengan jalur sirkulasi primer), jalur pejalan kaki dan sepeda yang diberi perkerasan berupa paving block, dan jalan setapak yang ada pada entrance sekunder pada bagian utara tapak. Alangkah baiknya jika ada jalur khusus pedestrian dan jalur sepeda yang dimulai dari gerbang utama Kampus ISI Yogyakarta. Untuk kawasan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta, dapat diakses dengan kendaraan maupun berjalan kaki (dapat dilihat pada Gambar 13). Untuk kendaraan bermotor roda empat atau lebih dapat melalui gerbang utama ISI Yogyakarta dan berhenti di pelataran parkir disebelah selatan maupun di sebelah barat laut-utara Fakultas. Bagi pejalan kaki, sepeda, dan kendaraan bermotor roda dua dapat mengakses dari pintu masuk utama ISI Yogyakarta dan melalui pintu masuk alternatif yang berada disebelah utara tapak. Dapat dilihat juga terjadi jalur pejalan kaki yang mengakses tapak dengan jalan setapak yang menembus areal rerumputan di bagian selatan tapak (garis berwarna biru putus-putus), yang tentunya merusak lanskap yang telah ada. Lahan kosong yang ada antara gedung seni dan gedung kriya sebaiknya diberi buffer sehingga tidak dimanfaatkan sebagai ‘jalur pintas’ oleh pejalan kaki (Gambar 14) atau justru dibuatkan jalur pedestrian yang benar sehingga pejalan kaki dapat mengakses tapak lebih nyaman tanpa menggangu desain lanskap yang ada. Keterangan : Jalur Kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Jalur Kendaraan bermotor roda 2, sepeda, pejalan kaki
Gambar 13. Peta Aksesibilitas Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta
35
Gambar 14. Peta Sirkulasi pejalan kaki Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta Selain pejalan kaki yang sering menerobos area hijau secara sembarangan, beberapa pengguna sepeda motor seringkali menggunakan perkerasan sebagai jalan, misalnya diatas jalur perkerasan yang diperuntukan untuk pejalan kaki, plaza, dsb. Jika terus berlanjut maka bukan hanya fisik jalur sirkulasi yang mengalami kerusakan, tetapi akan juga terbentuk kebiasaan yang tidak baik bagi pengguna jalan. Kebiasaan ini harus dihilangkan sebelum menjadi budaya. Karena sirkulasi intens terjadi antara gedung jurusan desain maka perlu dipikirkan kembali layout sirkulasi yang ada. Dimensi pedestrian juga perlu dipertimbangkan, sehingga kegiatan pengguna tapak dapat terakomodasi dengan baik. Lebar pedestrian paling tidak dapat mengakomodasi 2-3 orang, yaitu sekitar 1,4 – 2,6 m, perlu diperhatikan agar jarak antar pengguna tapak tidak terlalu dekat sehingga pengguna tetap nyaman. Untuk jalur sirkulasi sepeda perlu dipikirkan tipe jalur sepeda yang akan digunakan. Meskipun pengguna sepeda belum terlalu banyak pada tapak, namun tidak ada salahnya mengantisipasi kemungkinan akan berkembangnya eco-trend bike to campuss seperti yang sudah berkembang di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Akan lebih baik jika jalur sepeda yang digunakan adalah jalur multimode yang bisa mengakomodasi pejalan kaki maupun pengguna sepeda, serta jalur ini terpisah dari jalur kendaraan untuk menghindari konflik dengan
36
kendaraan bermotor. Menurut Time-Saver Standards for Landscape Design untuk jalur multi-mode diperlukan lebar kurang lebih 3 meter. Selain jalur sepeda, tentunya juga diperlukan parkir khusus untuk sepeda.
5.1.4
Vegetasi dan Satwa Ruang terbuka hijau di kawasan Fakultas Seni Rupa dan desain di
dominasi oleh hamparan rumput. Rumput yang ada kebanyakan sudah kering dan ditumbuhi oleh ilalang. Terdapat pepohonan pada beberapa titik pada tapak bagian selatan yang sudah cukup lebat dan bisa memberikan keteduhan (Gambar 15). Pada utara tapak ada beberapa tanaman yang baru ditanam (yaitu berupa Polyalthia longifolia) namun kurang rimbun dan memiliki bentuk tajuk yang tidak dapat memberikan keteduhan pada tapak. Pada bagian barat terdapat beberapa pepohonan di beberapa titik, meskipun masih kecil, jenis pepohonan yang ada di area tersebut memiliki bentuk tajuk yang dapat memberikan keteduhan nantinya. Beberapa jenis pepohonan yang ada membutuhkan perawatan tinggi karena menggugurkan daunnya. Terdapat beberapa jenis semak yang tersebar di titik-titik sembarang pada tapak. Keadaan vegetasi ini menunjukan bahwa tapak tidak terencana dan terawat dengan baik.
Gambar 15. Peta Pesebaran Vegetasi berupa pohon di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta
37
Beberapa jenis vegetasi yang ada pada tapak antara lain: Delonix regia, Schefflera sp., Filicium decipiens, Terminalia Cattapa, Polyalthia longifolia, Pennisetum purpureum, dan sebagainya. Carpenter et al. (1975) menyatakan, fungsi utama penanaman dalam kompleks pendidikan adalah untuk menciptakan kesinambungan. Vegetasi berfungsi sebagai pengikat variasi visual lingkungan menjadi satu. Penanaman pohon-pohon
besar
dari
hanya
beberapa
spesies
akan
menciptakan
kesinambungan visual. Penggunaan vegetasi sebagai penghalang maupun pembatas daerah-daerah tertentu juga perlu diperhatikan. Pada tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta sangat diperlukan vegetasi jenis pohon sebagai peneduh dengan tajuk yang lebar dan penuh, selain itu juga diperlukan tanaman pohon/semak yang bisa dijadikan buffer untuk tapak tersebut. Seperti yang tertulis dalam Time-Saver Standards for Landscape Architecture, perlu diperhatikan bahwa jenis vegetasi yang digunakan sebaiknya mendukung karakter visual tapak dan fungsi ekologis dalam konteks regional, hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vegetasi lokal. Selain itu mengingat minimnya tingkat maintenance pada tapak, alangakah baiknya jenis vegetasi yang digunakan merupakan vegetasi low maintenance.
Gambar 16. Contoh vegetasi yang terserbar di Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta
38
Dalam tapak Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta tidak ditemukan satwa liar maupun satwa budidaya. Tapak ini hanya menjadi habitat bagi serangga kecil, jangkrik, semut, dan sebagainya. Beberapa jenis burung kecil, kupu-kupu, kucing liar juga dapat ditemukan pada tapak. 5.1.5
Iklim Iklim di D.I. Yogyakarta memiliki temperatur harian berkisar antara
26,6°C hingga 28,8°C, dengan temperatur mínimum 18°C dan temperatur maksimum 35°C. Kelembaban udara rata-rata mencapai 74% dengan kelembaban mínimum 65% dan kelembaban maksimum 84%. Curah hujan bervariasi antara 3 mm sampai 496 mm. Curah hujan diatas 300 mm terjadi pada bulan Januari, Februari, dan April. Curah hujan tertinggi 496 mm terjadi pada bulan Februari dan curah hujan terendah 3mm samapi 24 mm terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Curah hujan tahunan rata-rata 1855 mm.
Gambar 17. Perkiraan awal musim hujan 2007/2008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y8
8
Sumber Gambar: BMG
39
Gambar 18. Perkiraan sifat hujan musim hujan 2007/2008 dan perbandingan terhadap rata-ratanya (zona musim di Jawa Tengah dan D.I.Y9
Suhu udara di kota Yogyakarta cukup panas dan tidak nyaman. Dengan temperatur harian berkisar antara 26,6°C hingga 28,8°C, sedangkan menurut Laurie (1984) kisaran nyaman berada pada rentang 10°C hingga 26,6°C. Oleh karena sangat diperlukan modifikasi iklim mikro pada tapak, untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman. Sebagai contoh tidak ada mahasiswa yang ingin memanfaatkan area plaza yang awalnya diperuntukan sebagai gathering area, alasannya adalah karena area plaza tersebut terlalu terik dan tidak ada pohon yang benar-benar teduh.
5.1.6
Tata Guna Lahan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta dibangun di atas lahan
seluas kurang lebih 38.894 m2. Didalam luasan itu terdapat gedung-gedung kuliah Fakultas Seni Rupa dan Desain plaza, ruang terbuka hijau dan lapangan parkir.
5.1.6.1 Lapangan Parkir Disekitar kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta terdapat 3 lapangan parkir terdekat. Yang pertama adalah di bagian selatan tapak, tipe 9
Sumber Gambar: BMG
40
parkir tegak lurus (90°), memiliki kapasitas sekitar
27 kendaraan roda 4,
perkerasan berupa paving block, terdapat 4 pohon yang diharapkan dapat memberikan keteduhan di areal parkir tersebut. Lapangan parkir kedua terletak di sebelah barat tapak, yaitu belakang gedung dekanat FSRD yang diperuntukan khusus untuk staff. Tempat parkir ini tidak memiliki hijauan yang cukup berarti, namun dapat dipastikan cukup teduh karena sinar matahari terhalang oleh gedung dekanat FSRD. Lapangan parkir ketiga terletak di bagian barat laut dan memanjang hingga utara tapak, tempat parkir ini diperuntukan untuk kendaraan bermotor roda dua maupun kendaraan bermotor roda empat.
Parkir○ 3
Parkir○ 2
Parkir○ 1
Gambar 19. Lahan Parkir yang ada di area FSRD, ISI Yogyakarta
5.1.6.2 Plaza FSRD Salah satu bentuk ruang terbuka yang ada pada kampus adalah taman kampus. Taman kampus dihadirkan untuk mewujudkan ruang rekreasi dan tempat istirahat sebagai ruang komunikasi antar civitas. Keberadaan taman ini sangat penting, terutama bagi mahasiswa. Umumnya taman kampus terletak dalam ruang-ruang mikro antara bangunan dan pada ruang ruang yang memang dibuat untuk taman. Bentuk gubahannya berupa kelompol-kelompok pepohonan, kelompok perdu, hamparan rumput, perkerasan yang dilengkapi dengan lampu
41
dan elemen hias lain. Bentuk ruang disesuaikan dengan fungsi yang diinginkan dan pada dasarnya memberikan suasana intim dan akrab. Pada FSRD tidak terdapat taman kampus, namun ada area berbentuk plaza yang memanjang dan menghubungkan 3 gedung jurusan yang ada di FSRD, dengan perkerasan batu, dan bentuk menyerupai semi-ampitheatre (Gambar 20). Namun area ini juga tidak dapat menarik banyak massa, karena tidak memiliki kenyamanan. Area yang terlalu terbuka dan sinar matahari yang tidak tertahan oleh pepohonan yang sangat jarang sekali ada dalam tapak.
Gambar 20. Peta Area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta (ditandai dengan warna abu-abu)
Sedikit berbeda dengan taman kampus, Plaza Kampus merupakan ruang terbuka yang terletak di pusat kampus yang juga merupakan pusat penghubung kegiatan ilmiah antara mahasiswa dengan universitas atau universitas dengan masyarakat. Pada kampus ISI Yogyakarta tidak terdapat ruangan seperti ini. Padahal fungsi dari ruangan ini akan sangat krusial dalam membentuk hubungan antar pengguna tapak dan sekitarnya. Keberadaan Campus Plaza juga dapat menjadi icon dan juga ciri khas tersendiri dari sebuah kampus.
42
Gambar 21. Area Plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta
Saat memasuki area plaza FSRD melalui entrance utama (yaitu di depan gedung dekanat, pengunjung tapak akan melewati sebuag gerbang yang menyerupai gerbang a la kuil jepang, menandai masuknya pengunjung ke area FSRD. Bentuk plaza adalah memanjang dari depan gedung dekanat FSRD hingga gedung kriya seolah olah membelah FSRD dengan sebuah amphitheatre di bagian tengahnya. Plaza ini menghubungkan antara gedung-gedung yang ada di FSRD. Amphitheatre yang ada pada tapak sangat berpotensi dijadikan point of interest utama pada lanskap FSRD. Plaza ini juga berpotensi sebagai lokasi untuk kegiatan akademik maupun non akademik. Kampus ISI yogyakarta sebagai kampus yang berwawasan seni dan budaya hendaknya mampu menghadirkan plaza kampus yang dapat mewakili nafas dari visi dan misi kampus tersebut. Keberadaannya dapat menjadi sebuah landmark dari fakultas sekaligus kampus ISI Yogyakarta, serta memberikan first impression yang kuat. Diharapkan kampus ini dapat dijadikan sebagai ruangan multifungsi yang dapat menjadi gathering area civitas akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain, sekaligus dapat memberikan identitas yang kuat bagi FSRD dan ISI Yogyakarta.
5.1.6.3 Bangunan Bangunan-bangunan yang terdapat pada area Fakultas Seni Rupa dan Desain terbagi kedalam 3 cluster utama. Cluster ini terbagi berdasarkan jurusan yang ada di FSRD, yaitu Seni Murni, Desain, dan Kriya. Bangunan jurusan Seni
43
Murni terdiri dari 3 gedung yang saling berhubungan dan berada di bagian selatan tapak. Bangunan Jurusan Desain berada di sebelah utara tapak juga terdiri dari 3 gedung yang saling berhubungan. Jurusan Kriya berada di bagian timur terdiri dari 5 buah gedung besar dan 2 bangunan yang lebih kecil. Hampir semua bangunan terdiri dari 3 level. Struktur bangunan yang ada di Fakultas seni rupa semuanya seragam, sederhana, dinding bangunan berwarna off-white, dengan atap miring yang sesuai dengan iklim tropis yang berwarna merah bata. Salah satu ciri khas bangunan yang ada di FSRD adalah bagian depan yang memiliki relief geometrik yang asimetris seperti yang dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Fasad bangunan Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta Pada lahan kosong diantara jurusan kriya dan jurusan seni murni terdapat semacam gudang terbuka yang berisi sisa-sisa patung yang merupakan hasil karya mahasiswa. Selain itu di dinding gedung kriya yang di dekat gedung seni terdapat vandalisme berupa coretan-coretan yang sangat menggangu pemandangan, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 23.
44
Gambar 23. Area pada Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta yang kurang sedap dipandang Alangkah baiknya jika studio seni patung (jurusan seni murni) ditata lebih baik sehingga memiliki nilai positif bagi tapak. Selain itu hasil karya seni patung dapat ditata menjadi semacam galeri seni outdoor yang dapat menghiasi tapak. Mengenai vandalisme pada dinding, mungkin dapat dialih fungsikan menjadi media mural bagi mahasiswa (seperti yang dapat dilihat pada Gambar 24). Sehingga mural-mural ini dapat memberikan identitas yang kuat dan nilai visual positif bagi tapak.
Gambar 24. Mural yang ada di dinding salah satu gedung jurusan desain di Fakultas Seni Rupa dan Desain ISI Yogyakarta
45
5.1.7
Potensi Visual Pandangan keluar tapak sulit dilakukan. Kalaupun dapat dilakukan maka
pemandangan adalah pemandangan ke arah pemukiman pnduduk yang kurang indah ataupun ke arah bangunan akademi kebidanan yang posisinya bersebelahan dengan bagian utara tapak. Dengan alasan itu, maka pandangan pengguna tapak dikonsentrasikan ke bagian tengah tapak, yaitu plaza FSRD. Untuk menarik pandangan ke arah lapangan, perlu adanya penataan vegetasi serta perkerasan yang menarik. Arah pandangan ke bagian yang negatif (seperti tumpukan karya seni patung, jika tidak diberikan treatmeant apapun), dapat dialihkan dengan penggunaan screen, untuk memblokir pandangan.
5.1.8
Akustik Bunyi-bunyian yang ada di dalam tapak didominasi oleh bunyi yang
berasal dari kegiatan pengguna tapak sendiri (seperti: langkah kaki, percakapan, dan sebagainya), bunyi kendaraan bermotor yang ada di dalam tapak maupun berasal dari jalan raya. Selain itu, terkadang juga terdengar suara kendaraan bermotor yang melintas di dalam maupun diluar tapak (dari jalan raya di sebelah timur tapak). Bunyi dari pemukiman dan dan sekolah yang ada diluar tapak tidak terlalu mengeluarkan suara bising. Jika ada bunyi yang ada dapat di redam dengan bantuan buffer pada perbatasan tapak.
5.2
Aspek Sosial
5.2.1 Latar Belakang ISI Yogyakarta ISI Yogyakarta didirikan pada tahun 1984, awalnya merupakan gabungan dari akademi seni dan sekolah tinggi seni. Berdasarkan Surat Keputusan Rektor ISI Yogyakarta Nomor 2874/PT.44/ UM.00.19/ 1985 tanggal 20 April 1985, ISI Yogyakarta memiliki lambang dengan bentuk kombinasi yang serasi antara motif-motif Dewi Saraswati, Angsa dan Bunga Teratai, yang dilukiskan secara linier dalam suatu bentuk dasar lingkaran (Gambar 25).Lambang tersebut merupakan hasil karya cipta dua orang dosen Fakultas Seni Rupa, yaitu Drs. Subroto Sm., M.Hum. dan Drs. Parsuki.
46
Gambar 25. Lambang ISI Yogyakarta
Lambang ISI Yogyakarta memiliki makna sebagai berikut: Dewi Saraswati sebagai inti lambang adalah dewi ilmu pengetahuan dan seni, sesuai dengan tujuan Institut untuk membentuk seniman yang mempunyai sikap dan kompetensi ilmiah. Sebagai dewi yang dihubungkan dengan ilmu pengetahuan dan seni, Dewi Saraswati membawa di masing-masing tangannya: 1.
Lontar sebagai lambang perpustakaan merupakan sumber ilmu pengetahuan yang amat penting bagi setiap insan yang ingin menuntut ilmu.
2.
Vina atau mandolin yang lambang seni budaya, ditempatkan di tengah, mengandung arti ISI Yogyakarta menempatkan seni budaya bangsa sebagai pusat inspirasi dan kegiatan.
3.
Tasbih
atau
aksamala,
melambangkan
ketidakterbatasan
ilmu
pengetahuan yang dapat dituntut manusia sesuai falsafah belajar seumur hidup. 4.
Bunga teratai merupakan lambang kesucian, suatu syarat yang didambakan Institut untuk menjadi pegangan bagi setiap warga dalam segala tindakannya. Bunga teratai digambarkan bermahkota bunga lima helai, dua helai di belakang dan tiga helai di depan, yang berarti tanggal 23 Juli tanggal berdirinya ISI Yogyakarta. Dewi Saraswati ini dilukiskan berdiri tegak dengan wajah menatap ke depan, yang mengandung maksud bahwa setiap warga selalu siap dan waspada dalam menghadapi masa depan.
47
Angsa merupakan kendaraan Dewi Saraswati yang diartikan sebagai lambang kebijaksanaan, yakni kualitas yang diharapkan dapat dimiliki oleh setiap warga institut. Dalam lambang ini angsa tersebut digambarkan sebagai berikut: 1. Masing-masing sayap berbulu lima merupakan lambang Pancasila. Kedua sayap itu mengembang secara simetris ke kanan dan ke kiri, artinya dengan Pancasila warga institut berkembang terus secara imbang dan harmonis antara jasmani dan rohani, ilmu dan seni, serta pribadi dan dengan dharma baktinya kepada masyarakat dan negara. 2. Kepala agak tengadah dan menengok ke kanan, melambangkan kehendak segenap sivitas akademika selalu memihak kepada kebenaran dan kebajikan, dan dengan itu memiliki sifat berani karena benar. 3. Bunga Teratai besar bermahkota tiga helai merupakan latar belakang Dewi Saraswati laksana praba yang mengitari dirinya, artinya institut melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi didasari oleh kesucian dan keluhuran budi. Tiga daun bunga dan empat tangan Saraswati melambangkan angka tujuh, menggambarkan bulan ketujuh (Juli) bulan kelahiran ISI Yogyakarta. ISI Yogyakarta terbagi menjadi beberapa fakultas,yang kemudian dibagi lagi dalam beberapa jurusan, yaitu: 1. Fakultas Seni Rupa: a. Jurusan Seni Rupa Murni (Lukis, Patung, Grafis) b. Jurusan Kriya (Kayu, Logam dan Perhiasan, Kulit, Tekstil, Keramik) c. Jurusan Desain (Interior, Komunikasi Visual) 2. Fakultas Seni Pertunjukan a. Jurusan Seni Tari (Tari, Komposisi Tari) b. Jurusan Seni Karawitan (Karawitan, Komposisi Karawitan) c. Jurusan Etnomusikologi d. Jurusan Pedalangan e. Jurusan Teater (Pemeranan, Penyutradaraan, Tata Artistik) f. Jurusan Musik (Musik Sekolah, Musikologi)
48
3. Fakultas Seni Media Rekam a. Jurusan Televisi b. Jurusan Fotografi ISI Yogyakarta bertujuan akan menjadi institut seni yang unggul dan terdepan dalam penelenggaraan Tri Darma Perguruan Tinggi, sebagai center of excellence dalam bidang pendidikan seni, untuk menghasilkan lulusan yang bermoral, memiliki semangat kerakyatan dan kemandirian dalam pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, yang mendukung pembangunan nasional memajukan masyarakat dan melestarikan budaya bangsa.
5.2.2
Pengguna Tapak ISI Yogyakarta memiliki 274 dosen tetap dan sekitar 2.698 mahasiswa
dari seluruh negeri, terutama dari pulau Jawa dan Sumatera. Selain itu ISI Yogyakarta juga menerima siswa dari manca negara yang berminat untuk mempelajari seni tradisional Indonesia, dalam program-program non gelar. Program studi yang popular bagi siswa asing antara lain adalah program tari tradisional, karawitan, dan batik. Data ini menunjukan bahwa pengguna tapak cukup heterogen.
5.2.3 Wawancara dan Kuesioner Untuk pengambilan data sosial dilakukan penelitian dengan metode survei dan wawancara. Wawancara pertama dilakukan kepada pihak Kampus ISI Yogyakarta. Pihak kampus, menginginkan area outdoor dapat digunakan oleh mahasiswa kampus sebagai area sosialisasi dimana mahasiswa dapata berdiskusi dan bercengkrama. Ditambah dengan adanya wi-fi technology yang merupakan feature terbaru dari kampus, diharapkan area lanskap kampus menjadi tempat mahasiswa dapat berkumpul dan memperlihatkan karya dan identitas mereka. Berdasarkan keadaan nyata pada saat survey lapang, tapak nyaris tidak pernah digunakan oleh mahasiswa maupun dosen. Berdasarkan pengamatan, aktivitas yang dilakukan di tapak hanya meliputi kegiatan berjalan (dari satu gedung ke gedung lainnya) dan menunggu teman (meeting point). Masih sangat banyak potensi yang belum dikembangkan dari tapak ini.
49
Wawancara juga dilakukan pada 3 orang mahasiswa FSRD, ISI Yogyakarta serta dilakukan survey terhadap 30 orang mahasiswa yang dipilih secara acak. Berdasarkan hasil wawancara mahasiswa FSRD jarang sekali menggunakan plaza untuk sebagai tempat berkumpul dikarenakan oleh iklim yang kurang nyaman. Mereka lebih suka berkumpul di area kantin, di lobi gedung atau pada area pinggiran gedung, atau di tempat kos. Mereka biasanya berkumpul dalam grup-grup kecil 3-8 orang. Dan menurut pengakuan mereka outdoor area jarang sekali digunakan baik untuk tujuan akademis maupun non-akademis, jikalau ada kegiatan biasanya dilakukan pada sore hari pada saat iklim tapak lebih nyaman. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di ISI Yogyakarta, terhadap 30 orang responden, didapat hasil sebagai berikut: a.
83% menyatakan kondisi lanskap FSRD ISI Yogyakarta tidak nyaman, 77% memberikan alasan karena iklim yang terlalu panas.
b.
73% menyatakan tidak pernah melakukan kegiatan dalam kelompok kecil di area plaza, dengan 43% diantaranya beralasan karena tidak ada tempat khusus untuk berkumpul, 30% karena plaza tidak nyaman untuk berkumpul dan mereka memiliki tempat berkumpul lain.
c.
57% menyatakan tidak pernah melakukan kegiatan dalam kelompok besar di area plaza, 43% menyatakan pernah namun hanya jika kegiatannya dilakukan pada sore atau malam hari.
d.
93% responden akan lebih sering berada di area plaza FSRD jika suasananya lebih nyaman.
e.
47% responden menginginkan kegiatan berkelompok (diskusi, mengobrol, dsb), 33% responden menginginkan kegiatan pribadi (internet browsing dengan wi-fi, beristirahat, dsb)
f.
87% responden menginginkan penambahan tanaman.
g.
77% responden menginginkan taman berbentuk natural/organik
h.
83% menginginkan tanaman yang bersifat meneduhkan.
i.
67% responden menginginkan penambahan pepohonan.
j.
53% responden menginginkan pohon dengan daun lebat, dan 37% menginginkan pohon dengan bunga cantik.
50
k.
63% responden menginginkan penambahan seating area terbuka yang teduh untuk berkumpul, hanya 23% yang menginginkan seating area yang semi tertutup.
l.
63% responden bereaksi positif terhadap fungsi tapak sebagai point of interest FSRD
m. 43% responden bereaksi positif terhadap fungsi tapak sebagai sarana akademis (outdoor class/studio, dsb) Berdasarkan hasil survei dan wawancara diatas terlihat bahwa keinginan yang diinginkan kampus belum dapat terlaksana saat ini, dan ketika dilihat dari sudut pandang mahasiswa ternyata masalah utama terletak pada kenyamanan tapak. Jika tapak bisa menjadi lebih nyaman, maka kegiatan di dalam tapak juga dapat bertambah. Perbaikan kenyamanan yang diharapkan adalah dalam bentuk penambahan teduhan pohon yang bertajuk lebat. Penambahan fungsi tapak juga disambut positif oleh mahasiswa.
51
BAB VI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PLAZA 6.1
Sirkulasi Tapak. Sirkulasi yang ada adalah sirkulasi kendaraan bermotor, sepeda dan
pejalan kaki di bagian luar tapak dan sirkulasi untuk pejalan kaki dan sepeda di dalam tapak. Fakultas FSRD terdiri dari beberapa gedung yang berbeda, tempat parkir yang ada di luar tapak dan arus sirkulasi yang cukup tinggi dari satu tempat ke tempat lain. Bentuk sirkulasi diupayakan supaya dapat memfasilitasi kebutuhan sirkulasi pengguna tapak dan tidak berada di luar jalur sirkulasi yang ada.
6.1.1
Jalur Kendaraan Jalur kendaraan bermotor berada diluar tapak FSRD, ISI Yogyakarta. Jalur
kendaraan dimulai dari gerbang utama ISI Yogyakarta mengelilingi tapak. Ada tiga buah lapangan parkir yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna tapak yang menggunakan kendaraan bermotor. Khusus untuk pengguna kendaraan bermotor roda dua dapat juga mengakses tapak dari sebelah utara tapak dimana terdapat jalur alternatif yang berbatasan dengan area pemukiman.
6.1.1.1 Sirkulasi Kendaraan Bermotor Jalur sirkulasi pengguna kendaraan bermotor dibiarkan tetap seperti pada kondisi awalnya. Bahan yang digunakan sebagai perkerasan untuk jalur sirkulasi kendaraan bermotor adalah aspal.
6.1.1.2 Sirkulasi Sepeda Sirkulasi sepeda ditambahkan pada sirkulasi diluar tapak. Sirkulasi sepeda yang digunakan bersifat right-of-way yang terpisah dengan sirkulasi kendaraan bermotor (seperti pada Gambar 26), gunanya adalah untuk memberikan area yang aman bagi pengguna sepeda. Jalur sepeda pada luar tapak ditambahkan pada trotoar di bahu jalan. Dan hanya ada pada jalur sirkulasi disekeliling tapak.
52
Pengguna sepeda nantinya akan dapat memarkir sepedanya di 3 rak sepeda yang terletak pada dua area utama pada bagian pinggiran tapak (gambar 27).
Gambar 26. Area peruntukan jalur sirkulasi pengguna sepeda sekaligus jalur pejalan kaki pada tapak.
Gambar 27. Area Parkir sepeda berupa rak sepeda. Jalur sepeda memiliki lebar kurang lebih 3000 cm karena fungsinya yang terintegrasi dengan jalur pejalan kaki (pada luar tapak). Ini berdasarkan
53
perhitungan lebar yang dibutuhkan untuk satu sepeda adalah 1500 centimeter dan lebar untuk dua orang pejalan kaki minimal adalah 1500 centimeter. Jalur sepeda berada pada trotoar dengan level yang lebih tinggi dari jalan.
Jalur kendaraan bermotor Buffer
Jalur sepeda/pedestrian
Gambar 28. Contoh detail jalur sirkulasi sepeda dan pejalan kaki pada tapak.
Selain itu diantara jalur sirkulasi sepeda dan jalan utama juga terdapat pembatas berupa rumput yang menjadi pemisah antara jalur sirkulasi kendaraan bermotor dengan jalur sirkulasi sepeda dan pejalan kaki pada bagian luar tapak. Jenis perkerasan yang digunakan pada tapak adalah paving block. Paving block memiliki durabilitas yang cukup baik dan memiliki penampilan yang cukup estetis. Paving blok aman dipakai sebagai perkerasan untuk jalur sepeda karena yang tidak memiliki rongga yang besar (seperti triheksagonal paving block) untuk menghindari terjadinya kecelakaan pada pengguna sepeda.
Gambar 29. Contoh paving block triheksagonal yang digunakan pada jalur sepeda. Parkir untuk sepeda dibuat dalam bentuk rak sepeda sederhana yang berada di dekat main entrance dan side entrance. Rak sepeda yang ada pada masing-masing lokasi parkir sepeda dapat mengakomodasi sekitar 12-15 unit sepeda.
54
Gambar 30. Contoh rak sepeda sederhana yang dapat diterapkan pada tapak 6.1.2
Jalur Pejalan Kaki Sirkulasi pejalan kaki dibuat untuk dapat mengakomodasi tapak
semaksimal mungkin. Pada bagian luar tapak sirkulasi pejalan kaki tergabung dengan sirkulasi sepeda, yaitu pada pedestrian yang ada hampir disekeliling tapak. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 26. Penggunaan sirkulasi dari di area tengah tapak yang menghubungkan semua gedung perkuliahan sangat tinggi. Sirkulasi eksisting pada tapak mengggunakan sirkulasi dengan jalur-jalur sempit dan kurang memadai untuk mengakomodasi volume dan kebutuhan pengguna tapak. Akibatnya banyak pengguna tapak yang memilih melintasi area rumput dari pada mengikuti jalur sirkulasi yang ada.
Gambar 31. Area sirkulasi berdasarkan kondisi eksisting area plaza FSRD.
55
Untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna, area plaza yang diberi perkerasan dibuat menjadi lebih luas. Aksesibilitas dari gedung-gedung yang ada diupayakan supaya menjadi lebih terarah. Jalur-jalur yang ada dibuat lebih lebar sehingga dapat menampung volume pengguna yang lebih besar. Semua area sirkulasi diarahkan kebagian tengah amphiteater yang ada, sehingga amphiteater menjadi central tapak dan dapat berfungsi sebagai meeting point. Dengan demikian sirkulasi ini juga menjadi penghubung antara semua ruang yang ada pada tapak.
Gambar 32. Hasil desain area sirkulasi pejalan kaki pada tapak.
Jalur sirkulasi pada tapak terdiri dari beberapa jenis perkerasan. Pada area entrance pada tapak perkerasan yang digunakan berupa concrete pavement warna abu-abu muda dengan relief berupa motif kawung, untuk menandakan area entrance sekaligus bagian terluar tapak. Selain pada bagian entrance, perkerasan menggunakan concrete juga digunakan untuk area tangga pada amphitheatre.
56
Gambar 33. Contoh perkerasan pada sirkulasi pejalan kaki pada tapak.
Gambar 34. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa concrete.
57
Gambar 35. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa paving block triheksagonal (cat hijau). Pada bagian sirkulasi utama didalam plaza menggunakan perkerasan berupa paving block triheksagonal yang dicat hijau untuk memberikan aksen warna pada tapak. Sedangkan pada bagian utama plaza yaitu amphitheatre, menggunakan perkerasan berupa slab stone berwarna hitam.
Gambar 36. Area pada tapak yang menggunakan perkerasan berupa slab stone warna hitam.
58
6.1.3
Bollard Seringkali jalur pejalan kaki digunakan sebagai jalur sepeda motor.
Keadaan ini dapat dikendalikan dengan menambahkan bollard dan level untuk menghindari penyalahgunaan yang sama terjadi kembali. Bollard diletakan pada 3 area, yaitu pada welcome area utama tapak yang berada tepat di depan gedung dekanat FSRD, pada sebelah utara tapak berbatasan langsung dengan tempat parkir, dan pada sebelah selatan tapak yang tadinya merupakan jalan setapak yang diciptakan oleh pengguna tapak. Bollard yang digunakan adalah bollard beton dengan tinggi 75 centimeter, dan berjarak 60 cm satu sama lain. Bollard ini akan menjadi penanda batas tapak, sehingga hanya pejalan kaki yang bisa memasuki tapak. Bahan beton dipilih dengan pertimbangan biaya dan tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang terlalu tinggi.
Gambar 37. Contoh penggunaan bollard.
59
Gambar 38 . Area tapak dimana bollard digunakan.
Gambar 39. Detail bollard yang ada pada tapak
60
6.2
Tata Hijau Tata hijau di dalam tapak berdasarkan konsep tata hijau Vegetasi yang
dikembangkan dalam lanskap FSRD ISI Yogyakarta akan dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu vegetasi yang memiliki aspek arsitektural dan vegetasi dengan aspek ekologis, tentunya kedua aspek ini harus fungsional. Jenis tanaman yang digunakan dalam perancangan ini dipilih berdasarkan klasifikasi fisik yang meliputi kegunaan tanaman dari segi estetik, arsitektural, teknik, dan sebagainya. Vegetasi yang digunakan juga harus memiliki fungsi secara arsitektural, terutama sebagai pelindung, pembentuk ruang, menambah kualitas estetik, dsb. Vegetasi dengan fungsi ekologis akan berada pada zona dengan aksesibilitas rendah untuk menjaga fungsi vegetasi yang ada. Sementara untuk vegetasi dengan funsgi arsitektural akan berada di zona dengan aksesibilitas tinggi. Vegetasi yang digunakan juga harus sesuai dengan tanaman lokal dan tidak memerlukan perawatan yang berlebihan.
Gambar 40. Rencana Tata Hijau untuk plaza FSRD.
61
6.2.1
Tata Hijau Dengan Fungsi Ekologis Tata hijau ini fungsinya diutamakan untuk memperbaiki iklim mikro.
Penggunaan tata hijau ini dapat menurunkan suhu sehingga suasana menjadi lebih teduh dan nyaman. Tanaman yang digunakan harus dapat tumbuh dan berkembang pada daerah terbuka, tahan terhadap kekeringan, tidak mudah tumbang oleh angin, tahan terhadap hama dan penyakit, tajuknya dapat memberi keteduhan, serta tahan polutan. Tanaman yang dapat memperbaiki iklim mikro ini terutama direncanakan untuk daerah disekeliling tapak, berupa pohon peneduh dan rumput. Pada area ini rumput yang digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum). Luas area yang ditutupi rumput gajah adalah seluas 9568.86 m2. Rumput gajah dipilih karena memiliki ketahanan yang cukup baik dan tidak perlu dilakukan perawatan yang terlalu sulit.
Gambar 41. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Pennisetum purpureum (Rumput Gajah).
62
Gambar 42. Rencana Tata Hijau untuk pohon Filicium decipiens (Kerei Payung). Sedangkan untuk tanaman pohon digunakan Kerei Payung (Filicium decipiens) sebanyak 85 pohon. Kerei payung memiliki daun berbentuk sirip memanjang dan berwarna hijau mengkilap. Tingginya bisa mencapai 5-10 meter, rimbun dan padat, dan dapat berfungsi sebagai penyaring debu yang baik. Kerei payung dipilih untuk area di lingkar luar tapak sebagai buffer, selain itu pohon ini memiliki sifat menggugurkan daun yang dapat memberikan kesan yang sangat alami pada tapak dan daun keringnya dapat menjadi sumber daya untuk media kreatif mahasiswa seni rupa (misalnya untuk departemen kriya, sebagai bahan baku pembuatan kerajinan tangan).
Gambar 43. Pennisetum purpureum (kiri) dan Filicium decipiens (kanan)
63
6.2.2
Tata Hijau Dengan Fungsi Arsitektural Vegetasi yang memiliki fungsi arsitektural terutama untuk memenuhi
kebutuhan estetik ditempatkan di dalam areal plaza. Jenis tumbuhan yang digunakan terdiri dari palem dan tanaman penutup tanah (groundcovers). Tanaman yang digunakan sebagai penutup tanah adalah bawang-bawangan (Zephyranthes sp.) yang memiliki daun berbenruk panjang tipis berwarna hijau gelap dan bunga berkelopak lima yang cantik. Tanaman ini dapat tumbuh di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh dan penyiraman yang cukup. Dibutuhkan Zephyranthes sp. untuk area seluas 562.53 m2.
Gambar 44. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Zephyranthes sp. Palem yang digunakan adalah Pohon Aren (Arenga pinnata) sebanyak 90 pohon, sesuai dan sekaligus menjadi simbol konsep ‘Kawung’, sehingga akan memberikan kesan tema yang lebih kuat.
64
Gambar 45. Rencana Tata Hijau untuk area yang ditutupi Arenga pinnata.
Gambar 46. Zephyranthes sp. (kiri) dan Arenga Pinnata (kanan)
65
6.3
Utilitas dan Fasilitas Plaza
6.3.1
Amphitheatre Kata Amphitheatre berasal dari bahasa yunani kuno amphi-, yang berarti
‘mengelilingi’ atau ‘pada kedua sisi’, dan théātron, berarti "tempat untuk melihat’. Amphitheater adalah sebuah area terbuka yang biasanya digunakan untuk olahraga, konser, pertunjukan teater, dan sebagainya. Ada dua jenis struktur yang dinamakan sebagain ‘amphitheatre’: Amphitheatre kuno yang dibangun oleh Romawi kuno adalah area pertunjukan terbuka yang dikelilingi oleh tempat duduk bertingkat dan biasanya digunakan untuk penggemar olah raga; jenis ini juga dikenal sebagai stadium terbuka modern. Amphitheatre modern biasanya dimaksudkan untuk panggung pertunjukan dan konser yang biasanya berbentuk setengah lingkaran atau lengkungan. Pada plaza FSRD ISI Yogyakarta memiliki sebuah amphitheatre yang berada tepat ditengah tapak. Amphitheatre tersebut terdiri dari tangga dan tempat duduk yang mengelilingi panggung. Amphitheatre ini sangat berpotensi untuk digunakan sebagai panggung maupun pusat kegiatan di lingkungan kampus FSRD ISI Yogyakarta.
Area Amphitheatre
Gambar 47. Area amphitheatre pada tapak.
66
6.3.1.1 Tempat Duduk Tempat duduk yang ada pada tapak berada dalam amphitheatre. Tempat duduk tersebut dapat mengakomodasi kebutuhan pengguna tapak baik untuk berkelompok maupun individual. Ukuran tempat duduk yang nyaman untuk satu orang adalah dengan tinggi duduk antara 45 – 50 cm, lebar duduk antara 36 – 45 cm dan panjang dudukan 60 cm, ada sandaran belakang dan sandaran tangan (Harrie dan Dines, 1978).
Gambar 48. Konsep seating area yang akan diterapkan pada amphitheatre. Tempat duduk berupa undakan yang mengelilingi panggung dibagi menjadi 3 bagian utama dengan ukuran yang berbeda-beda, memperkuat kesan irregularity pada tapak, sehingga tidak terasa formal. Undakan-undakan yang digunakan sebagai seating area, terdiri dari rumput dan perkerasaan berupa stone slab, akan menjadi tempat dimana mahasiswa dapat berkumpul dan dapat mengakses wi-fi kampus dengan laptop yang didukung oleh adanya outlet listrik outdoor (point 8.3.3) yang disediakan pada amphitheatre. Seating area juga didesain supaya dapat mengakomodasi banyak orang namun tidak dibuat terlalu nyaman (tanpa sandaran punggung) sehingga menghindari durasi penggunaan seating area yang terlalu lama, dan akan ada turn over yang mendukung penggunaan outlet listrik outdoor secara bergantian.
67
Gambar 49. Seating area pada amphitheatre. 6.3.1.2 Tangga Tangga yang ada pada plaza terintegrasi dengan tempat duduk yang ada disekeliling panggung. Ada 4 tangga yang ada pada amphitheatre yang letaknya tidak simetris namun sesuai dengan sirkulasi yang diterapkan pada tapak. Lebar tangga masing-masing sekitar 4 - 4.5 meter supaya dapat menampung volume pejalan kaki yang ada pada tapak. Lebar anak tangga (tread) 35 cm, dengan tinggi anak tangga (riser) 15 cm.
Gambar 50. Rekomendasi feature tangga pada tapak.
68
6.3.1.3 Boks Tanaman. Pada amphitheatre diletakan dua buah box tanaman yang berfungsi sebagai pemanis pada tapak. Boks tanaman terdiri dari 3 bagian berbeda yang terdiri dari boks untuk tanaman penutup tanah (Zephyranthes sp.), rumput gajah (Pennisetum purpureum), dan kerikil putih. Kerikil putih diletakan sebagai pemanis dan dapat dijadikan sebagai area display karya maupun dimanfaatkan menjadi mini zen garden jepang yang bisa di tata oleh pengguna tapak untuk mengisi waktu maupun sebagai sarana rekreasi saat berada di amphitheatre, plaza FSRD.
Gambar 51.Zephyranthes sp, Pennisetum purpureum, dan kerikil putih yang akan mengisi planter box. 6.3.1.4 Pemanfaatan Amphitheatre Amphitheatre FSRD dapat digunakan sebagai meeting point dan catchment area bagi pengguna tapak untuk melakukan kegiatan seperti berdiskusi, bercengkrama, mengakses internet, bermain, dan sebagainya. Area ini juga dapat dimanfaatkan sebagai outdoor class, dimana kegiatan belajar-mengajar dapat dilakukan pada seating area pada amphitheatre. Amphitheatre juga dapat digunakan sebagai display area untuk karya mahasiswa terutama mahasiswa departemen seni murni dan kriya, sehingga amphitheatre dapat digubah menjadi semacam area eksibisi berupa outdoor gallery bagi Fakultas Seni Rupa dan Desain dengan instalasi hasil karya mahasiswa. Selain sebagai area eksibisi bagi mahasiswa FSRD, panggung pada amphitheatre juga dapat digunakan oleh mahasiswa ISI Yogyakarta lainnya (misalnya dari jurusan tari maupun musik) sebagai tempat potensial untuk menjadi panggung pertunjukan terbuka yang memberikan setting dramatis.
69
Gambar 52. Contoh kegiatan mahasiswa yang dapat dilakukan di tapak. 6.3.2
Outlet listrik Sistem utilitas di dalam tapak terdiri dari jaringan listrik, telepon,
pemadam kebakaran, serta saluran air bersih dan air kotor. Sistem-sistem tersebut tetap menggunakan sistem pada kondisi awal, yaitu dengan menggunakan saluransaluran yang tersembunyi di dalam konstruksi bangunan yang ada. Sistem tersebut dipertahankan karena memiliki keuntungan dari segi keamanan dan kenyamanan.
Gambar 53. Titik-titik outlet listrik yang ada pada tapak.
70
Perlu ada penambahan outlet listrik pada tapak untuk mengakomodasi pengguna laptop yang ingin memanfaatkan teknologi wi-fi kampus. Outlet listrik ini akan tersebar pada amphitheatre, yaitu pada bagian panggung dan seating area. Outlet listrik pada bagian seating area amphitheatre diperuntukan untuk penggunaan laptop. Outlet listrik di bagian panggung disiapkan untuk memfasilitasi pertunjukan/kegiatan yang dapat dilakukan di amphitheatre.
Gambar 54. Rekomendasi feature outlet listrik pada tapak. 6.3.3
Pencahayaan Untuk penggunaan tapak pada malam hari maka perlu dipersiapkan
pencahayaan yang cukup. Jenis pencahayaan yang digunakan berupa streetlight, pathlight dan spotlight. Untuk tapak FSRD, pencahayaan diletakan terutama pada bagian-bagian utama tapak yaitu pada plaza dan entrance area. Street light berasal dari lamp post dengan tinggi 3-5 meter berguna untuk pencahayaan pada jalan dan area utama. Path light juga merupakan lampu yang digunakan untuk pencahayaan pada jalan, namun hanya menyorot permukaan tapak, digunakan pada tangga dan bagian bagian tempat duduk pada amphitheatre, serta pada poin-poin sirkulasi tertentu. Spotlight atau lampu sorot digunakan untuk pencahayaan point of interest dan elemen-elemen utama pada tapak, misalnya gerbang tapak, signage tiap fakultas, dan bagian panggung pada amphitheatre.
Gambar 55. Contoh-contoh pencahayaan yang dapat diterapkan pada tapak.
71
Gambar 56. Contoh-contoh lampu yang dapat digunakan untuk pencahayaan pada tapak.
Gambar 57. Titik-titik pencahayaan pada tapak. 6.3.4
Light-box Sculpture dan Sign Pada tapak FSRD setiap fakultas memiliki signage utntuk masing-masing
program studi, namun kurang terlihat karena letaknya yang kurang strategis dan tidak mencolok. Oleh karena itu pada desain tapak ini dibuat dua (2) buah sign untuk setiap program studi, yang berupa light box sculpture dan signage.
Gambar 58. Batik kawung
72
Light box sculpture adalah sebuah display yang ada pada tiap program studi dan berbentuk tulisan yang mewakili tiap-tiap program studi, yaitu: ‘fine art’, ‘graphic’ dan ‘crafts’. Masing-masing light box memiliki warna masing-masing yaitu merah, biru dan kuning yang mewakili warna-warna dasar pada spektrum warna. Tulisan yang membentuk huruf-huruf pada light box sculpture ini terbentuk menyerupai garis-garis a la batik kawung. light box sculpture pada tiap departemen
Gambar 59. Titik-titik posisi light box sculpture.
Gambar 60. Desain light box sculpture tampak atas.
73
Selain light box sculpture, pada tapak juga akan ditambahkan signage untuk masing-masing program studi yang serasi dengan standar signage ISI, untuk menggantikan signage lama.
.
Gambar 61. Contoh signage baru pada ISI Yogyakarta (kiri) dan, signage pada departemen Kriya saat ini (kanan) Signage yang dibuat masing-masing memiliki panjang 1200 centimeter dengan tinggi 180 cm. Ukuran yang besar ini menjadi untuk masing-masing program studi yang serasi dengan standar signage ISI,
Gambar 62. Contoh signage masing-masing departemen
74
6.3.5
Dinding Mural Sebagian dinding bangunan pada tapak menjadi tidak sedap untuk
dipandang karena telah menjadi korban vandalisme berupa coret-coretan. Hal ini sangat disayangkan, karena selain tidak terlihat indah, karakter mahasiswa menjadi terkesan negatif. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika pada sebagian dinding, dapat menjadi media coretan dinding yang bersifat artistic (semacam mural) yang dapat dijadikan sebagai wadah kreasi mahasiswa terutama yang berasal dari jurusan seni murni.
Gambar 63. Lokasi dinding mural yang dapat dikembangkan pada tapak.
Gambar 64. Contoh mural.
Bab VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1.1
Simpulan Ruang terbuka dalam kampus merupakan perlengkapan dalam kehidupan
kampus. Didalamnya tertampung aktivitas belajar, komunikasi sosial dan hubungan timbal balik dari berbagai pihak. Lanskap kampus terbentuk akibat interaksi antar manusia sebagai individu dan makhluk sosial dengan alam ’selain manusia’. Ruang terbuka pada kampus berkontribusi terhadap keseluruhan kampus, menunjang kebutuhan manusia sebagai fasilitas dalam berbagai kegiatan, memperkuat ciri dan karakteristik kampus, dan sekaligus dapat menjadi landmark bagi kampus tersebut. Fakultas Seni Rupa dan Desain harus turut memperkuat ciri dan karakteristik kampus ISI Yogyakarta sebagai kampus seni yang ada. perencanaan dan perancangan Plaza pada Fakultas Seni Rupa dan Desain digarap dengban konsep yang didasarkan pada budaya sosial pengguna yang ada serta karakter budaya tradisional yang di padukan dengan unsur modern. Berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil dari perancangan plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain, ISI Yogyakarta: 1.
Perancangan tapak dapat dikembangkan berdasarkan berberapa pendekatan, namun dalam perancangan plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain dikembangkan berdasarkan harapan/keinginan pihak kampus yang juga disesuaikan dengan keadaan tapak dan penggunaan tapak, serta kemampuan pihak kampus untuk memelihara tapak yang menjamin keberlanjutan desain pada tapak.
2.
Fakultas Seni Rupa dan Desain dapat memperkuat karakter dan ciri khas kampus ISI yogyakarta sebagai kampus seni. Baik sebagai landmark maupun sebagai refleksi karakter kampus.
3.
Memberikan sarana & fasilitas berkarya bagi mahasiswa, yaitu dengan mengembangkan rencana tata ruang yang mendukung kegiatankegiatan mahasiswa baik sosial maupun akademis.
4.
Manfaatkan
kreativitas
mahasiswa
pada
lanskapnya,
memperkuat karakter Fakultas Seni Rupa dan Desain
untuk
76
7.2
Saran Perencanaan dan perancangan plaza Fakultas Seni Rupa dan Desain ini
dapat diterapkan dan menjadi sesuatu yang berkelanjutan. Namun tetap sangat diperlukan perhatian dari pihak kampus untuk menjaga fungsi tapak seperti seharusnya dan namun tetap fleksibel sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang mungkin timbul di masa yang akan datang.
77
DAFTAR PUSTAKA
Aji, Faruq. 2007. Batik dan Maknanya dalam Kehidupan Masyarakat Yogyakarta. Http://jurnalmahasiswa.filsafat.ugm.ac.id/nus-8.htm. (Tanggal akses 20 November 2009). Carpenter, P. L., T. D. Walker dan F. O. Lanphear. 1975. Plants in the Landscape. W. H. Freeman and Co. San Fransisco. Chiara, D.J. dan L.E. Koppelman. 1990. Standar Perencanaan Tapak (Terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta. Djaluputro, Meuthia. 2008. Panduan Diskusi ‘Traditional Culture’ Pelatihan Kepemimpinan Kapal Pemuda Asean Jepang, SSEAYP International Indonesia – Kemenegpora (Tidak Dipublikasikan). Jakarta. Dober, Richard P. 2000. Campus Landscape: Functions, Form, Features. John Wiley and Sons. New Jersey. Eckbo, G. 1964. Urban Landscape Design. Mc. Graw Hill Book Co. New York Gold, S.M. 1980. Recreation and Planning Design. McGraw-Hill Book Co. New York. Greenbaum, Sophia. 2009. Whole Building Design Guide: Plaza. Http://www.wbdg.org/design/plaza.php. (Tanggal akses 11 November 2009) Greenbie, B. B. 1981. Spaces; Dimension of the Human Landscape. New Haven and London Yale University. Hakim, R. 1991. Unsur Perancangan dalam Arsitektur Lanskap. Bumi Aksara. Jakarta. Harris, C.W. and N.T. Dines. 1988. Time Saver Standards for Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co. New York. Laurie, M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan). Intermatra, Bandung. Lynch, K. 1981. Site Planning. Press Cambridge. London. Neuman, David J. 2003. Building Type Basics for College and University Facilities. John Wiley and Sons Inc. Canada. Nugroho, Cahyo. 2001. Studi Perancangan Lanskap Kampus Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Darmaga Bogor (Tidak Dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
78
Nurisjah, S. Dan Qodarian Pramukanto. 1995. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap. Program Studi Arsitektur Pertamanan, Jurusan Budi Daya Pertanian IPB. Bogor. Rahman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam Arsitektur Lanskap. Makalah Diskusi Festa VI Himagron (Tidak Dipublikasikan). Bogor. Setyorini, Diah. 1999. Perencanaan Lanskap Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STT Telkom) Bandung (Tidak Dipublikasikan) Institut Pertanian Bogor. Bogor Simha, O. Robert. 2003. MIT Campus Planning, 1960-2000: An Annotated Chronology. MIT Press. Massachusetts. Simonds, J. O. 1983. Landscape Architecture. Mc Graw - Hill Co., New York. Wiryawan, Mendiola B. 2009. Investasi Menuju “The Brand Called INDONESIA”. dalam Versus 05/2009. Jakarta. WS., Don, Threes Emir dan Cherry Hadibroto. 2000. Rahasia Kebun Asri. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Lampiran. Kusioner Preferensi Pengguna
Kuisioner Preferensi Pengguna
1. Apakah menurut anda lingkungan FSRD sudah nyaman? a. Ya (lanjutkan ke pertanyaan no.3) b. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no.2) 2. Apa penyebab ketidaknyamanan tersebut? a. Iklim panas b. Bising/berisik c. Bau d. Lainnya………………………………………………………………….. 3. Apakah anda pernah melakukan kegiatan dalam kelompok kecil (2-5 orang) pada plaza FSRD? a. Ya (lanjutkan ke pertanyaan no.5) b. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no.4) 4. Apakah alasan anda untuk tidak pernah melakukan kegiatan kelompok kecil pada plaza FSRD? a. Tidak ada tempat berkumpul b. Lebih suka berkumpul di tempat lain c. Lainnya………………………………………………………………….. 5. Apakah anda pernah melakukan kegiatan dalam kelompok besar (6 orang atau lebih) pada plaza FSRD? a. Ya (lanjutkan ke pertanyaan no.7) b. Tidak (lanjutkan ke pertanyaan no.6) 6. Apakah alasan anda untuk tidak pernah melakukan kegiatan kelompok besar pada plaza FSRD? a. Tidak ada tempat berkumpul b. Lebih suka berkumpul di tempat lain c. Lainnya………………………………………………………………….. 7. Jika anda pernah melakukan kegiatan berkelompok pada plaza FSRD, biasanya kapan anda melakukannya? a. Pada pagi-siang hari b. Pada sore-malam hari
8. Apakah anda akan lebih sering berada pada plaza FSRD jika suasannya lebih nyaman? a. Ya
b. Tidak
9. Jenis kegiatan apakah yang anda akan lakukan pada plaza FSRD jika suasananya lebih nyaman? a. Kegiatan berkelompok (diskusi, mengobrol, dsb) b. Kegiatan individual (mengerjakan tugas, akses internet, dsb) c. Lainnya………………………………………………………………….. 10. Apakah perlu dilakukan penambahan tanaman pada plaza FSRD? a. Ya
b. Tidak
11. Jenis taman seperti apa yang anda inginkan pada plaza FSRD? a. Taman natural/organic
b.Taman geometric
12. Fungsi tanaman seperti apakah yang anda inginkan? a. Tanaman peneduh b. Tanaman pengarah c. Tanaman estetik 13. Jenis tanaman seperti apakah yang anda inginkan? a. Tanaman berdaun lebat b. Tanaman berbunga c. Tanaman berbuah 14. Perlukah dibuat area khusus untuk Seating Area? a. Ya, (seperti apa seating area yang anda inginkan………………………) b. Tidak 15. Apakah anda ingin menjadikan Plaza FSRD sebagai point of interest dari FSRD? a. Ya
b. Tidak
16. Apakah anda ingin menjadikan Plaza FSRD sebagai sarana akademis bagi FSRD? a. Ya
b. Tidak