Perancangan Panel Instrumen Mobil City Car Elektrik (Studi Kasus Mobil Listrik LIPI)
Adrian Gautama, Kadek Heri Sanjaya, Kristiana Asih Damayanti Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94, Bandung 40141 Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak LIPI sebagai salah satu pengembang mobil listrik di Indonesia belum memiliki rujukan desain panel instrumen. Dalam mendesain panel instrumen, LIPI menginginkan adanya data kuantitatif yang mendukung pengembangan desain berdasarkan eksperimen sehingga konsep evidence based design dapat terlaksana. Eksperimen dilakukan di Usability Lab UNPAR. Terdapat 30 subyek dari populasi mahasiswa UNPAR yang memiliki SIM A (24 laki-laki dan 6 perempuan; Usia 22th ± 1th; Tinggi badan 171cm ± 7.6cm; Berat badan 65kg ± 12kg ). Driving simulator terdiri dari komputer dengan monitor 20-inci dengan resolusi 1366X768 pixel dengan refresh rate 60Hz, dengan software Euro Truck Simulator 2. Kontroler menggunakan setir dan pedal kaki. Suhu diatur pada 23’C. Subyek mengemudi di driving simulator selama 15 menit dalam 3 percobaan (total 45 menit). Diantara 2 sesi 15 menit, subyek beristirahat 5 menit. Subyek diberi kesempatan untuk mencoba driving simulator selama 10 menit. Diukur dengan stopwatch waktu reaksi dan akurasi pembacaan 3 panel instrumen (Analog, Digital, Hybrid), yang ditampilkan menggunakan iPad 3 diletakkan diantara monitor komputer dengan kontroler. Data stopwatch kemudian diinput ke dalam Microsoft Excel 2016 untuk menghitung rata-rata, standar deviasi dan standar error. Analisis statistika dilakukan menggunakan IBM SPSS 23. Untuk menguji normalitas data, digunakan uji Shapiro-Wilk. Uji parametrik dilakukan dengan ANOVA with repeated measures dan Bonferroni post hoc test. Uji non-parametrik dilakukan dengan Friedman test dengan Wilcoxon signed rank test. Tingkat signifikansi ditetapkan p<0.05. Secara umum, hasil waktu reaksi ketiga panel instrumen masih dibawah 2 detik. Panel analog memiliki waktu reaksi paling panjang dengan tingkat akurasi paling rendah. Panel digital dan hybrid secara sangat signifikan (p<0.001) memiliki waktu reaksi lebih pendek dibandingkan panel analog. Panel instrumen digital dan hybrid tidak berbeda secara signifikan dalam waktu reaksi dan tingkat error. Penggunaan instrumen dan metode pengukuran yang lebih akurat dan kompleks mungkin akan memperlihatkan perbedaan yang lebih signifikan antara panel digital dan panel hybrid. Kata kunci: Eksperimen, Hybrid, Panel, Instrumen, Speedometer, Waktu, Reaksi, Low Clutter, High Clutter
Pendahuluan Indonesia telah menjadi importir minyak bumi sejak tahun 2004 karena kebutuhan minyak melebihi kapasitas produksi minyak bumi sehingga pemborosan BBM akibat kemacetan tersebut menjadi beban ekonomi nasional (“Indonesia Crude Oil Production and Consumption by Year (Thousand Barrels per Day),” n.d.). Akibat dari pemborosan energi tersebut, ditambah dengan menipisnya cadangan minyak di Indonesia maka penelitian dan pengembangan sistem transportasi dengan energi alternatif seperti mobil listrik mulai digalakkan di berbagai lembaga penelitian maupun perguruan tinggi. Salah satu tindak lanjut kegiatan tersebut adalah dibentuknya konsorsium Mobil Listrik
Nasional sebagai pengembang mobil listrik utama di Indonesia. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan salah satu anggota dari konsorsium tersebut dan saat ini sedang mengembangkan mobil listrik city car generasi kedua. City car generasi kedua merupakan penyempurnaan dari city car generasi pertama yang dikembangkan pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008 (Heri Sanjaya et al., 2008). Penyempurnaan city car generasi kedua meliputi bagian eksterior, interior, serta sistem penggerak. Eksterior serta sistem penggerak dari mobil listrik generasi kedua telah selesai dikerjakan. Pada mobil city car listrik generasi pertama, karena keterbatasan kemampuan
LIPI sebagai pengembang mobil, bagian interior kendaraan dibuat dengan menggabungkan komponen dari berbagai mobil-mobil yang sudah ada (Heri Sanjaya et al., 2008). Pada mobil city car generasi kedua, diinginkan adanya lebih banyak komponen yang didesain sendiri oleh pihak pengembang, salah satu komponen yang ingin diberi fokus lebih untuk dikembangkan adalah desain panel instrumen. Perbedaan utama sebuah mobil bertenaga listrik dengan mobil konvensional adalah absennya bunyi mesin yang masuk ke dalam kabin mobil, serta berkurangnya vibrasi akibat penggunaan motor listrik (Idaho National Laboratory, 2014). Karena absennya suara juga disertai dengan berkurangnya vibrasi, maka persepsi akan kecepatan yang diterima dari indera pendengaran dan sentuhan (somatosensory/tactile) akan mengalami perubahan (Idaho National Laboratory, 2014). Untuk mencegah berkurangnya kesadaran situasional (situational awareness) pengemudi akan kecepatan mobilnya, yang berkaitan dengan berkurangnya moda indrawi yang terlibat dalam proses kognisi, salah satu cara yang diusulkan adalah dengan meningkatkan kemudahan pengemudi dalam menangkap informasi mengenai kecepatan kendaraannya berdasarkan stimuli visual. Hal tersebut dapat dicapai dengan cara menyediakan informasi kecepatan dengan desain yang dapat dibaca dengan cepat dan tepat serta memperhatikan kemudahan melihat dengan pandangan periferal. Informasi kecepatan kendaraan dapat dilihat pada panel instrumen. Dalam sejarah pengembangan mobil listrik, LIPI saat ini belum memiliki rujukan yang dapat digunakan sebagai referensi dalam mengembangkan desain panel instrumen yang baik. LIPI sebelumnya tidak pernah mendesain sendiri panel instrumen mobil-mobil kreasi mereka. Mobil golf listrik yang diciptakan oleh LIPI tidak menggunakan panel instrumen karena mobil tersebut digunakan di lingkungan yang sangat terbatas, display yang digunakan hanya indikator baterai. Mobil city car hybrid LIPI menggunakan panel instrumen yang sudah jadi dari mobil yang sudah ada (mobil Suzuki dengan model analog) yang peletakannya terpisah-pisah sehingga menyulitkan untuk dilihat oleh pengemudi. Pada mobil listrik dengan persepsi kecepatan yang berbeda, kekurangan yang ada akan semakin mempersulit pengemudi untuk
mendapatkan persepsi kecepatan pada kendaraan. Sedangkan panel instrumen mobil microbus menggunakan speedometer standar Isuzu Elf, dengan tambahan panel indikator kondisi baterai dan state of charge (SoC) dalam bentuk digital yang diimpor sebagai bagian dari motor listrik. Permasalahannya adalah adanya 2 desain yang sangat berbeda juga peletakannya yang terpisah-pisah dengan speedometer kendaraan. Desain bodi (interior dan eksterior) dari mobil ini sudah selesai dan prototipe mobil sedang dikerjakan. LIPI belum memiliki desain panel instrumen yang baku untuk mobil ini. Desain untuk panel instrumen mobil city car generasi kedua akan menggunakan 1 monitor LED yang mampu memuat semua informasi terkait kondisi kendaraan, seperti speedometer, kondisi baterai, dan informasi jarak. Panel instrumen merupakan komponen utama interaksi visual antara pengemudi untuk mengetahui kondisi kendaraan. Informasi mengenai kendaraan seperti kecepatan, informasi jumlah energi yang tersisa untuk menjalankan kendaraan, serta kondisi kendaraan dapat dipantau melalui panel instrumen. Karena banyaknya informasi yang disampaikan melalui panel instrumen, seorang pengemudi akan banyak melihat panel instrumen sebuah kendaraan, baik saat kendaraan dalam posisi parkir maupun dalam posisi bergerak. Salah satu informasi penting yang perlu disampaikan adalah kecepatan kendaraan yang disampaikan melalui speedometer. Informasi kecepatan pada kendaraan menjadi penting karena kecepatan kendaraan sangat berhubungan dengan keamanan dan keselamatan di jalanan, terlebih pada kendaraan listrik yang memiliki perbedaan persepsi kecepatan dengan kendaraan konvensional (Idaho National Laboratory, 2014) dimana persepsi kecepatan pada kendaraan bertenaga listrik menjadi berkurang dibandingkan dengan kendaraan konvensional. Berkurangnya persepsi kecepatan pada kendaraan listrik mengakibatkan kurangnya kesadaran pengemudi akan kecepatan kendaraan yang sedang dikendarainya. Tidak sadarnya seorang pengemudi akan kecepatan kendaraan akan menyebabkan bahaya tersendiri bagi pengemudi kendaraan, maupun lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu menjadi penting bagi sebuah kendaraan untuk memiliki indikator yang berfungsi untuk
memberi informasi kecepatan pentingnya pengemudi untuk mengetahui informasi kecepatan kendaraan, terlebih pada kendaraan bertenaga listrik yang memiliki indikator persepsi kecepatan yang berbeda dibandingkan kendaraan konvensional dimana tidak terdapat suara dan getaran sebagai indikator kecepatan kendaraan. Salah satu indikator kecepatan yang dapat dimaksimalkan adalah denganspeedometer sebagai indikator visual utama yang dimiliki oleh kendaraan untuk menunjukkan kecepatan. Oleh karena pentingnya informasi kecepatan pada kendaraan, dan berbedanya persepsi kecepatan yang diberikan oleh kendaraan bertenaga listrik, penelitian akan difokuskan pada speedometer kendaraan sebagai penunjuk kecepatan. Pada proses perancangan panel instrumen, untuk menentukan apakah desain panel instrumen yang dirancang dapat memberikan respons yang tepat, diperlukan adanya sebuah eksperimen. Sebuah eksperimen adalah sebuah kegiatan percobaan dan pengamatan, yang dilakukan untuk memeriksa atau menyalahkan hipotesis atau mengenali hubungan sebab akibat antara gejala (Martin, 2008). Kegiatan eksperimen bertujuan untuk menentukan efek atau akibat dari sebuah variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel-variabel lain yang mempengaruhi namun tidak diuji akan dihilangkan atau efeknya dikendalikan untuk memastikan bahwa variabel-variabel tersebut tidak menyebabkan perubahan variabel dependen (Martin, 2008). Desain Eksperimen Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan desain panel instrumen untuk mobil city car listrik yang sedang dikerjakan. Diusulkan cara eksperimen untuk Untuk mengawali penelitian dilakukan pembuatan lebih dari 1 jenis panel instrumen dengan informasi yang terkandung di dalamnya antara lain penunjuk kecepatan, dan indikator penunjuk jumlah baterai untuk kemudian dibandingkan. Informasi-informasi tersebut merupakan informasi yang umum dijumpai pada mobil-mobil city car modern, yang diperoleh setelah melakukan wawancara singkat, dan mengamati panel instrumen mobil-mobil modern. Menurut Kim (2011), clutter pada desain panel instrumen adalah jumlah fitur
yang tersedia per area pada display. Desain panel instrumen pada penelitian ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu desain panel instrumen high clutter, panel instrumen low clutter, dan panel instrumen gabungan high clutter dan low clutter (Kim, K. Dey, Lee, & Forlizzi, 2011).
Gambar 1. Panel Instrumen High clutter
Gambar 2. Panel Instrumen Low Clutter
Gambar 3. Panel Instrumen Gabungan High Clutter dan Low Clutter (Hybrid)
Gambar 4. Clutter dan Kontras pada Desain Panel Instrumen (Sumber : (Kim et al., 2011)
ISO 26022:2010 tentang standar aspek ergonomi informasi transportasi dan sistem kontrol dari kendaraan jalan raya pada poin 3.2 halaman 4 menyebutkan bahwa jumlah minimum subjek untuk penelitian ergonomi transportasi yang membandingkan pengaruh perbedaan tampilan desain informasi adalah minimal 16 orang. Sehingga penelitian
telah memenuhi standar ISO tersebut terkait jumlah partisipan yang berpartisipasi. Dalam sebuah eksperimen, diperlukan orang-orang yang bersedia menjadi subjek eksperimen. Eksperimen mengemudi ini tidak membatasi jenis kelamin partisipan. Syarat untuk mengikuti eksperimen ini adalah partisipan meluangkan waktunya selama lebih kurang 1 jam dan memiliki surat izin mengemudi mobil (SIM A) yang masih berlaku. Syarat untuk memiliki SIM A Indonesia adalah berusia 17 tahun, oleh karena itu, usia minimum untuk mengikuti eksperimen ini adalah 17 tahun. Dari 30 orang subjek eksperimen yang bersedia, didapat 24 orang peserta berjenis kelamin laki-laki, dan 6 orang peserta dengan jenis kelamin perempuan. 30 orang tersebut masuk ke dalam kelompok usia 21-25 tahun. Semua responden dari eksperimen ini adalah mahasiswa aktif UNPAR. Eksperimen mengemudi ini dilakukan di lab Usability Gedung 8 Fakultas Teknologi Industri. Eksperimen dilakukan dengan menggunakan simulator mengemudi dengan menggunakan 2 layar monitor. Layar monitor pertama menggunakan layar monitor berukuran 20” dengan ketajaman resolusi 1366x768 pixel dan refresh rate 60 Hz yang terhubung ke sebuah komputer berisi program simulator mengemudi. Layar kedua menggunakan layar dari komputer tablet berisi display panel instrumen dengan 3 desain yang telah dibuat dengan ketajaman resolusi 2048x1536 pixel dan refresh rate 60Hz. ISO 26022:2010 mensyaratkan resolusi minimum untuk tampilan simulasi adalah 1024x768 pixel dengan refresh rate 50 Hz, sehingga eksperimen ini telah memenuhi standar ISO dari segi resolusi layar tampilan simulasi. Komputer dihubungkan dengan perangkat driving simulator X-Shot berupa set setir serta 1 set pedal. Suhu ruangan lab diatur menggunakan AC dengan suhu 23’C.
Gambar 5. Instrumen Penelitian
Prosedur Eksperimen Posisi layar monitor dengan partisipan diatur sesuai dengan kenyamanan partisipan, karena pengendara mobil memiliki preferensi yang berbeda-beda terhadap posisi mengemudinya. Jarak responden ke layar monitor komputer berisi software simulator diatur sendiri oleh responden sesuai dengan kenyamanan responden. Posisi layar yang berisi desain panel instrumen berjarak 20cm dari layar monitor pertama yang berisi software simulator. Partisipan akan melakukan aktivitas mengemudi dengan menggunakan simulator mengemudi selama 15 menit per 1 desain. Terdapat 3 desain panel instrumen yang akan diuji coba, yaitu panel instrumen berjenis low clutter, high clutter, serta campuran. Selama 15 menit tersebut, partisipan akan diminta untuk membaca kecepatan yang tertera di panel instrumen sambil tetap melakukan aktivitas mengemudi dengan simulator. Angka pada panel instrumen ditampilkan secara random, dengan interval paling singkat selama 1 detik. Partisipan akan diminta pendapatnya untuk memberikan kesan secara subjektif terhadap desain panel instrumen tersebut. Hasil yang ingin didapatkan dari eksperimen adalah waktu response time dari partisipan saat membaca penunjuk kecepatan yang ditunjukkan, serta tingkat error partisipan saat membaca penunjuk kecepatan. Response time dapat ditentukan dengan menghitung menggunakan stopwatch, Kegiatan mengemudi ini akan dilakukan kembali dengan 2 desain panel instrumen yang lainnya, sehingga 1 orang partisipan akan melakukan 3 kali repetisi eksperimen dengan 3 jenis desain panel instrumen. Penelitian diadakan selama 2 minggu dari tanggal 20 September 2016 hingga tanggal 7 Oktober 2016 dan dilakukan di Lab Usability Gedung 8 Universitas Katolik Parahyangan. Penelitian dilakukan dimulai dari jam 9.00 hingga pukul 12.00. Pada jam tersebut kemampuan manusia dalam mengemudi dan berkonsentrasi dapat dianggap sama. Sebelum penelitian dimulai, setiap responden diberikan lembar Persetujuan Berpartisipasi dalam Eksperimen agar responden mengetahui maksud dan tujuan dari eksperimen, serta memastikan responden telah setuju dengan eksperimen yang dilakukan. subjek eksperimen diminta
untuk mengemudi menggunakan software Euro Truck Simulator 2 yang dimodifikasi agar pengguna dapat menggunakan mobil berjenis city car. Software simulator ini dipilih karena mampu menggambarkan kondisi mengemudi yang mirip dengan kondisi di perkotaan, lengkap dengan lalu lalang kendaraan serta lampu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh pemainnya. Selain itu, software ini memiliki banyak fitur yang mampu menggambarkan situasi mengemudi di jalanan yang sesungguhnya, seperti adanya fitur lampu indikator, adanya klakson dan pengguna dapat mengatur penggunaan lampu mobil. Selain mematuhi aturan lalu lintas, subjek penelitian juga diminta untuk memfokuskan diri kepada aktivitas mengemudi, bukan melihat panel instrumen, salah satu caranya adalah dengab tidak menabrakkan kendaraannya saat sedang mengemudi, agar fokus utama dari eksperimen ini adalah kegiatan mengemudi bukan melihat panel instrumen.
Hasil dan Pembahasan Berikut merupakan hasil dan pembahasan yang diperoleh melalui keseluruhan tahapan perancangan panel instrumen. Data Penelitian Data yang diambil saat penelitian adalah data waktu respons pembacaan panel instrumen oleh subjek eksperimen, tingkat kesalahan pembacaan oleh subjek eksperimen, serta tingkat error oleh subjek eksperimen. Data waktu reaksi didapat dengan mengukur waktu responden membaca angka yang tertera di panel instrumen. Waktu reaksi diukur dengan menggunakan stopwatch. Frekuensi error diukur dengan menghitung jumlah kesalahan yang dilakukan oleh responden dari 15 kali pengambilan data. Data tingkat error diperoleh dengan menghitung seberapa besar kesalahan yang dilakukan responden dalam 1 sesi mengemudi. Data-data yang dikumpulkan dihitung nilai rata-ratanya, dilakukan perhitungan rasio kesalahan dan diuji kenormalannya dengan uji statistik Shapiro-Wilk dengan software statistik SPSS. Tes Shapiro-Wilk sangat diperlukan untuk mengetahui apakah data tersebut perlu dianalisis dengan tes parametrik ataukah nonparametrik. Dari hasil uji Shapiro-Wilk, akan diketahui data yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Confidence interval yang
digunakan adalah 95%. Data yang diuji dengan uji Shapiro-Wilk adalah data waktu reaksi, frekuensi error dan tingkat error. ISO 26022:2010 dalam Annex B1 halaman 18 menyarankan penggunaan ANOVA with repeated measures untuk analisis data dengan pertimbangan adanya perbedaan antar individu yang besar (yang merupakan keniscayaan dalam eksperimen yang menggunakan manusia sebagai subjek) yang berpengaruh pada perbedaan kinerja. Penggunaan ANOVA with repeated measures dalam eksperimen yang bersifat within-subject design berarti setiap subjek berfungsi menjadi nilai kontrolnya sendiri, sehingga semakin meningkatkan power statistikanya. Padanan dari ANOVA with repeated measures untuk tes non parametrik adalah Friedman test. H0 yang berlaku adalah tidak ada perbedaan antar desain panel instrumen. Waktu Reaksi Waktu reaksi adalah waktu yang dibutuhkan untuk subjek membaca angka yang tertera di panel instrumen. Waktu reaksi dihitung dengan menggunakan stopwatch. Setiap subjek diambil 15 data untuk masingmasing desain. Dari 15 data tersebut, dirataratakan untuk diuji statistik. Panel instrumen akan memiliki tingkat performansi yang lebih baik apabila waktu reaksinya rendah.
Gambar 6. Rata-Rata Waktu Reaksi
Desain high clutter memiliki nilai ratarata tertinggi dibandingkan dengan kedua panel instrumen lainnya, dengan nilai rata-rata 0.953 detik. Data panel instrumen low clutter menunjukkan nilai rata-rata waktu reaksi dibawah nilai rata-rata waktu reaksi desain panel instrumen high clutter dengan angka 0.658 detik, namun nilai rata-rata waktu reaksi panel instrumen low clutter masih sedikit diatas nilai rata-rata waktu reaksi panel instrumen hybrid, dengan nilai rata-rata waktu reaksi sebesar 0.652 detik.
Dari hasil pengujian Shapiro-Wilk, diketahui bahwa ketiga kelompok data waktu reaksi berdistribusi normal, karena nilai Sig. dari ketiga kelompok data lebih besar dari nilai alfa sebensar 0.05. Karena data waktu reaksi memiliki distribusi normal, sehingga pengujian statistik yang digunakan adalah ANOVA with repeated measures. Hasil tes statistika dengan ANOVA with repeated measures memakai tes post hoc Bonferroni menemukan bahwa hanya speedometer high clutter yang nilai waktu reaksinya lebih lambat secara signifikan dibanding dua desain yang lain (p<0.05), sedangkan antara desain low clutter dan hybrid tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0.05).
Frekuensi Error Frekuensi error adalah seberapa banyak seseorang melakukan kesalahan saat penelitian. Cara perhitungan frekuensi error adalah dengan menghitung berapa kali responden melakukan kesalahan pembacaan saat diminta untuk membaca kecepatan yang tertera di panel instrumen. Terdapat 15 kali pengambilan data dalam 1 sesi mengemudi.
itu, uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Friedman. Hasil uji statistik non parametric Friedman menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antara ketiga desain panel instrumen terlihat dari nilai Sig. < 0.05. Hasil uji statistik Friedman saja tidak cukup karena uji statistik Friedman tidak bisa menunjukkan dimana letak perbedaan yang ada. Untuk mengetahui dimana adanya perbedaan statistik yang signnifikan, dilakukan uji post hoc Wilcoxon. Pada pengujian statistik terdapat lebih dari 2 kelompok sampel data, digunakan penyesuaian Bonferroni, dimana nilai significance level dibagi dengan jumlah uji yang dilakukan, yaitu 3 kali. Sehingga nilai signifikansi yang digunakan adalah 0.05/3 = 0.017. Apabila nilai Sig. < 0.017, maka data memiliki perbedaan signifikan. Dari tabel III.11 diketahui bahwa perbedaan yang signifikan terjadi pada pengujian desain speedometer low clutter dengan high clutter, dan hybrid dengan high clutter. Pada pengujian speedometer hybrid dengan speedometer low clutter, tidak terdapat perbedaan statistik yang signifikan. Tingkat Error Tingkat Error adalah variabel nilai mutlak selisih dari nilai yang ditampilkan oleh speedometer dengan nilai yang dibaca oleh subjek eksperimen. Dari 15 data yang diambil untuk setiap speedometer, dihitung rata-rata besar selisih pembacaannya untuk setiap desain speedometer dari setiap subjek eksperimen. Apabila tidak ada selisih pembacaan, tingkat error bernilai 0 (nol).
Gambar 7. Rata-Rata Frekuensi Error
Dengan tingkat kesalahan pembacaan (frekuensi error) rata-rata sebesar 10.44%, berarti seorang responden saat membaca speedometer desain low clutter, melakukan kesalahan pembacaan sebanyak 1 sampai 2 kali dari 15 kali membaca. Dengan tingkat kesalahan pembacaan (frekuensi error) rata-rata sebesar 8.22%, seorang responden saat membaca speedometer desain hybrid, melakukan kesalahan pembacaan sebanyak 1 sampai 2 kali dari 15 kali membaca. Uji normalitas Shapiro-Wilk menyatakan bahwa dari 3 kelompok data, hanya data dari speedometer high clutter yang memiliki distribusi normal, 2 kelompok data lainnya tidak berdistribusi normal. Oleh karena
Gambar 8. Rata-Rata Tingkat Error
Data tingkat error diuji dengan uji statistik Shapiro-Wilk agar diketahui apakah berdistribusi normal atau tidak. Tes ShapiroWilk sangat diperlukan untuk mengetahui apakah data tersebut perlu dianalisis dengan tes parametrik ataukah non-parametrik. Dari
hasil uji Shapiro-Wilk, akan diketahui data yang diambil berdistribusi normal atau tidak. Confidence interval yang digunakan adalah 95% dengan alfa 0.05. hasil tes normalitas dengan ShapiroWilk menemukan bahwa hanya speedometer high clutter yang berdistribusi normal (Sig>0.05), sedangkan antara desain low clutter dan hybrid data tidak berdistribusi normal (Sig<s0.05). Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas ini adalah : Hipotesis H0 : Data tingkat error memiliki distribusi normal Hipotesis H1 : Data tingkat error tidak memiliki distribusi normal Karena terdapat data yang tidak berdistribusi normal, pengujian statistik menggunakan non parametric test dengan menggunakan test statistik Friedman dengan hipotesis : Hipotesis H0: Tidak ada perbedaan tingkat error yang signifikan antara desain panel instrumen Hipotesis H1: Ada perbedaan tingkat error yang signifikan antara desain panel instrumen Untuk mengetahui adanya perbedaan statistik yang signifikan antar kelompok data dengan kondisi data tingkat error tidak berdistribusi normal, dilakukan uji statistik non parametric. Dari hasil uji statistik Friedman, diketahui bahwa terdapat adanya perbedaan statistik yang signifikan antara ketiga kelompok data. Hasil dari uji statistik Friedman ini tidak dapat menentukan secara detail dimana letak perbedaan yang signifikan tersebut. Untuk dapat mengetahui letak perbedaan yang signifikan, dilakukan uji statistik Wilcoxon post hoc statistic test. Pada pengujian statistik dengan Wilcoxon Signed Ranks Test terdapat lebih dari 2 kelompok sampel data, digunakan penyesuaian Bonferroni, dimana nilai significance level dibagi dengan jumlah uji yang dilakukan, yaitu 3 kali. Sehingga nilai signifikansi yang digunakan adalah 0.05/3 = 0.017. Apabila nilai Sig. < 0.017, maka data memiliki perbedaan signifikan. Diketahui bahwa perbedaan yang signifikan terjadi pada pengujian desain speedometer low clutter dengan high clutter, dan hybrid dengan high
clutter. Pada pengujian speedometer hybrid dengan speedometer low clutter, tidak terdapat perbedaan statistik yang signifikan. Data yang dikumpulkan dibuat terlebih dahulu rata-ratanya sebelum diuji dengan software statistik SPSS. Rata-rata dari seluruh kelompok data dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi data rata-rata Reaction Frekuensi Time(s) error (%) Tipe High clutter 0.953 40.44 Low clutter 0.658 10.44 Hybrid 0.652 8.22
Tingkat error (km/h) 1.66 0.11 0.08
Data rekapitulasi hasil penelitian setelah dilakukan uji statistik dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi hasil penelitian Data Kesimpulan Reaction Time
Frekuensi Error
Tingkat Error
Desain high clutter memiliki data waktu reaksi yang lebih lambat secara signifikan dibandingkan dengan desain low clutter dan desain hybrid Desain low clutter dan hybrid memiliki data waktu reaksi yang tidak berbeda secara signifikan Desain high clutter memiliki data frekuensi error yang lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan desain low clutter dan desain hybrid Desain low clutter dan hybrid memiliki data frekuensi error yang tidak berbeda secara signifikan Desain high clutter memiliki data tingkat error yang lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan desain low clutter dan desain hybrid Desain low clutter dan hybrid memiliki data tingkat error yang tidak berbeda secara signifikan
Kesimpulan Terdapat 3 alternatif desain rancangan panel instrumen untuk mobil listrik LIPI, yaitu panel instrumen dengan desain high clutter, panel instrumen dengan desain low clutter, dan panel instrumen hybrid, yaitu gabungan dari panel instrumen desain high clutter dan low clutter. Ukuran performansi masing-masing panel instrumen dapat dilihat pada tabel III.19 pada Bab III halaman 29. Waktu reaksi rata-
rata panel instrumen high clutter adalah 0.953 detik, panel instrumen low clutter 0.658 detik, dan panel instrumen hybrid 0.652 detik. Frekuensi error panel instrumen high clutter adalah 40.44%, panel instrumen low clutter 10.44%, dan panel instrumen hybrid 8.22%. Tingkat error panel instrumen high clutter adalah 1.66 km/jam, panel instrumen low clutter 0.11 km/jam, dan panel instrumen hybrid 0.08 km/jam. Berdasarkan eksperimen yang sudah dikerjakan, desain panel instrumen terbaik berdasarkan waktu reaksi yang tersingkat, tingkat kesalahan serta degree of error yang rendah adalah panel instrumen dengan desain hybrid. Desain hybrid yang merupakan gabungan dari desain analog (high clutter) dan digital (low clutter) memiliki selisih performansi yang tidak signifikan dibandingkan dengan panel instrumen low clutter, namun memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut pada penelitian berikutnya. Ada kecenderungan panel instrumen desain hybrid memiliki tingkat error yang lebih rendah dibandingkan dengan desain digital. Saran Saran untuk penelitian diberikan untuk pengembangan penelitian selanjutnya, beberapa saran yang diberikan antara lain: 1. Penelitian membedakan subyek lakilaki dan perempuan, sekarang belum terlihat karena data pengemudi perempuan masih terlalu sedikit. 2. Penelitian ke depan sebaiknya digunakan alat eye tracker 3. Penelitian panel instrumen ini dapat dikaitkan dengan penelitian driving fatigue, apakah desain panel instrumen dapat dikaitkan dengan tingkat driving fatigue. 4. Penelitian berikutnya mencakup multisensory information processing, dimana tidak hanya informasi visual yang digunakan, melainkan menggunakan informasi-informasi lainnya seperti persepsi kecepatan, dan penggunaan informasi suara. 5. Penggunaan software driving simulator yang lebih baik, dapat dipertimbangkan menggunakan software OpenDS, dimana terdapat fitur-fitur dari software yang dapat membantu jalannya penelitian, seperti kemampuan merekam data penelitian,
dan adanya mengemudi.
skenario
tugas
Daftar Pustaka Aft, L. (2000). Work Measurement and Methods Improvement. New York: John Wiley & Sons, Inc. Bridger, R. (1995). Introduction to ergonomics: cognitive ergonomics problem solving and decision making. New York: McGraw-Hill. Carlson, N. R. (2015). Fisiologi Perilaku (Indonesian). Jakarta: Penerbit Erlangga. Cox, D. R. (2006). Principles of statistical inference. New York: Cambridge University Press. Geisser, S., & Johnson, W. M. (2006). Modes of Parametric Statistical Inference. John Wiley & Sons. Green, P., & Tsang-Wei Lin, B. (2014). How Long Can Drivers Look Away from the Road: Some Key Documents. Michigan. Groover, M. . (2007). Work Systems, Methods, Measurement and Management of Work. Upper Saddle River, NJ 07458: Pearson Prentice Hall, Pearson Education, Inc. Harris, W. (2007). How Speedometers Work | HowStuffWorks. Retrieved November 10, 2016, from http://auto.howstuffworks.com/cardriving-safety/safety-regulatorydevices/speedometer.htm Heri Sanjaya, K., Kaleg, S., Ismail, K., Redho Kurnia, M., Widiyanto, P., & Wahono, B. (2008). Rancang Bangun Sistem Transportasi Ramah Lingkungan dan Hemat Energi dengan Konsep Hybrid Car. Idaho National Laboratory. (2014). How Do Gasoline & Electric Vehicles Compare ?, 2. Indonesia Crude Oil Production and Consumption by Year (Thousand Barrels per Day). (n.d.). Retrieved November 11, 2016, from http://www.indexmundi.com/energy/? country=id Insurance Institute for Highway Safety. (2000). Technical Appendix. In Technical Appendix. Arlington: IIHS. ISO. (2007). Road vehicles — Ergonomic aspects of transport information and
control systems — Simulated lane change test to assess in- vehicle secondary task demand. Iso. J. Taylor, J. (n.d.). Difference Between WithinSubject and Between-Subject Effects: The Answer to Ice-Cream is Always Yes — Stats Make Me Cry. Retrieved January 12, 2017, from http://www.statsmakemecry.com/sm mctheblog/within-subject-andbetween-subject-effects-wanting-icecream.html Jaccard, J., Becker, M. A., & Wood, G. (1984). Pairwise multiple comparison procedures: A review. Kim, S., K. Dey, A., Lee, J., & Forlizzi, J. (2011). Usability of Car Dashboard Displays for Elder Drivers. LASIK in Norfolk Virginia Beach Chesapeake VA. (n.d.). Retrieved November 12, 2016, from https://www.virginiaeyeconsultants.co m/ Luxury Car news, reviews, spy shots, photos, and videos - MotorAuthority. (n.d.). Retrieved January 11, 2017, from http://www.motorauthority.com/ Martin, D. W. (2008). Doing Psychology Experiments. 7th ed. (7th Editio). California: Wadsworth. https://doi.org/10.1037/023365 Miftahudin. (2009). Miftahudin. (2009). Visual Display, Surabaya. Guna Wijaya. Surabaya: Guna Wijaya. Montgomery, D. . (2001). Design and Analysis of Experiments (5th Editio). New York: Wiley. Murphy, K. (2012). Machine Learning: A Probabilistic Perspective. Nurmianto, E. (1996). Ergonomi konsep dasar dan aplikasinya (Cetakan Pe). Jakarta: Guna Widya. Sastrowinoto. (1985). Sastrowinoto, (1985). Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi, IPPM, Jakarta. Jakarta: Penerbit IPPM. Stuart, A., J.K, O., & S, A. (1999). Kendall’s Advanced Theory of Statistics: Volume 2A—Classical Inference and the Linear Model, sixth edition, §20.2–20.3 (Arnold). (Sixth Edit). Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja, J. H. (1979). Teknik tata cara kerja. Bandung: Penerbit ITB.
What is a Centre Console? | Private Fleet. (n.d.). Retrieved October 16, 2016, from http://www.privatefleet.com.au/glossa ry/what-is-a-centre-console/