PERANCANGAN INTERIOR PANTI ASUHAN MILIK YAYASAN KATOLIK Rini Jayanti, Octaviana Sylvia Caroline Universitas Bina Nusantara, Jakarta Barat,
[email protected]
ABSTRAK
Seiring berkembangnya zaman, pergaulan semakin bebas dan bahkan terkadang tidak terkendali. Barang-barang kebutuhan juga kian meningkat dari hari ke hari. Terlebih lagi biaya sekolah yang semakin bertambah mahal. Pada akhirnya banyak orangtua yang merasa keberatan dengan biaya hidup mereka dan menitipkan anak-anak mereka ke panti asuhan tetapi kemudian mulai melupakan keberadaan anak mereka. Melihat kondisi yang memprihatinkan seperti ini, banyak yayasan sosial yang membantu menyediakan sarana dan prasarana untuk anak-anak yang ditinggalkan keluarganya agar tetap memperoleh kasih sayang dan segala kebutuhan yang mereka perlukan. Penelitian ini mengumpulkan data melalui survei lapangan, wawancara, dan observasi dari beberapa panti asuhan. Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan masyarakat bahwa anak-anak merupakan hadiah dari Tuhan yang layak untuk diperlakukan dengan baik dan panti asuhan sebagai tempat untuk mencurahkan kasih sayang serta untuk mendidik anak-anak agar dapat mandiri di kemudian hari. Konsep ini diharapkan dapat merubah citra negatif dari panti asuhan dan mengubahnya menjadi positif di mata masyarakat.
Kata kunci: Anak, Panti Asuhan, Positif
ABSTRACT
As time , the more socially -free and sometimes even out of control . The price of goods is also increasing day by day . Moreover increasing tuition is expensive . In the end, many parents who objected to the cost of their lives and leave their children to the orphanage but then began to forget the presence of their children . Seeing such poor condition , many charity that helps provide the infrastructure and facilities for the children who abandoned his family in order to keep getting the love and all the needs that they need . This study collected data through field surveys , interviews , and observations from several orphanages . The purpose of the preparation of this thesis is to broaden the public that children are a gift from God who deserves to be treated well and orphanages as a place to pour out love and to educate children to be independent in the future . This concept is expected to change the negative image of the orphanage and turn it into a positive in the eyes of society .
Key: Children, Orphanage, Positive
PENDAHULUAN Panti asuhan merupakan sebuah lembaga sosial yang dibangun sebagai upaya dari pemerintah untuk memberikan pelayanan kesejahteraan bagi anak terlantar terutama dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental, dan sosial sehingga mereka memperoleh kesempatan yang sama dengan anak-anak lainnya untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat sebagai bagian dari generasi penerus bangsa dan sebagai insan yang turut berperan aktif dalam pembangunan sosial. Melalui panti asuhan, anak akan dididik dengan berbagai jenis ilmu pengetahuan dan kreativitas yang dapat membantu perkembangan diri anak tersebut, baik secara jasmani maupun rohani. Mereka diajarkan berbagai hal-hal umum yang dapat mendukung pengembangan diri mereka agar mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang mandiri nantinya. Panti asuhan sendiri memiliki kategori yang berbeda-beda dalam penerimaan anak asuhnya, diantaranya adalah kategori usia, jenis kelamin, kondisi fisik, dan lainnya. Sementara itu, dalam sistem pendidikannya, anak asuh diajarkan sesuai dengan latar belakang agama yang dianut oleh masing-masing panti asuhan. Akan tetapi, hal ini tidak berarti panti asuhan mendesak anak asuhnya untuk menganut agama yang sama. Sebaliknya, panti asuhan tetap memberikan kebebasan kepada anak asuhnya untuk memilih agama yang mereka inginkan, begitupun setelah mereka dilepaskan oleh pihak panti asuhan.
Setelah memahami maksud dan tujuan dari didirikannya sebuah panti asuhan, kita dapat menyadari bahwa panti asuhan memiliki peran yang besar terhadap perkembangan anak-anak terlantar. Akan tetapi, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang memandang panti asuhan sebagai suatu tempat tinggal yang kurang layak untuk ditempati oleh anak-anak. Panti asuhan dianggap belum dapat menyediakan fasilitas yang diperlukan anak asuh dan juga kondisi fisik bangunan yang dianggap kurang layak untuk ditempati. Oleh sebab itu, panti asuhan perlu didesain sedemikian rupa agar dapat mengubah pandangan negatif masyarakat dan bahkan diharapkan untuk dapat membantu kebutuhan yang diperlukan anak asuh di kemudian hari. Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, lingkungan tempat mereka dibesarkan harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain tingkat kebersihan dan kenyamanannya. Di samping itu, panti asuhan juga harus memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perkembangan anak asuh, baik secara rohani maupun jasmani. Dalam perancangan interior panti asuhan ini, terdapat banyak hal yang harus diperhatikan, seperti bagaimana kita merancang interior sebuah panti asuhan yang dapat sesuai dengan standar ergonomi manusia agar nyaman untuk ditempati oleh banyak anak, bagaimana merencanakan interior panti asuhan dengan memadukan konsep hijau dan local content setempat, dan bagaimana merencakan interior panti asuhan yang dapat menghilangkan kesan kusam dan kuno yang ada pada bangunan. Oleh sebab itu, penulis melakukan beberapa penelitian yang dapat mendukung perancangan interior panti asuhan ini. Salah satunya dengan cara menentukan kawasan penelitian, batasan penelitian, serta tujuan dan manfaat yang akan didapatkan dari penelitian tersebut. Penelitian dilakukan pada panti asuhan di wilayah Tangerang, yaitu Panti Asuhan Mekar Lestari. Selain itu juga diadakan studi banding dengan beberapa panti asuhan lainnya di wilayah Jakarta, yaitu Panti Asuhan Desa Putera dan Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati. Penelitian ini dibataskan pada sejarah berdirinya panti asuhan, visi dan misi panti asuhan, aktivitas di dalam panti asuhan, fasilitas yang tersedia di panti asuhan, struktur organisasi di dalam panti asuhan, jumlah anak di panti asuhan, serta jumlah pengasuh dan staff di panti asuhan.
METODE PENELITIAN Pada perancangan panti asuhan ini, penulis melakukan penelitian mengenai panti asuhan dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan cara mengumpulkan data guna untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang nantinya akan diperlukan dalam perancangan panti asuhan. Dalam metode penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui beberapa cara, antara lain sebagai berikut :
-
-
-
Studi Literatur Studi literatur adalah suatu bentuk pengumpulan data yang berhubungan dengan fungsi, jenis, dan kebutuhan panti asuhan pada umumnya sehingga dapat membantu dalam proses perancangan selanjutnya. Dalam studi ini, penulis mengumpulkan data melalui buku referensi dan media internet. Survei Lapangan Survei lapangan diperlukan untuk melihat situasi secara langsung yang berhubungan dengan panti asuhan yang akan dirancang selanjutnya. Survei ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap melalui pengamatan di lapangan yang lebih detail. Wawancara Proses wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam dari pihak-pihak yang berkaitan dengan panti asuhan itu sendiri yang dapat dijadikan sebagai tambahan data pada studi literatur.
HASIL DAN BAHASAN Analisa Zoning dan Grouping • Zoning 1
Gambar 1 Zoning 1 Pada Zoning 1, Zona Public (ungu) berada tepat di depan pintu masuk. Sedangkan untuk Zona Semi Public (hijau) berada tepat di sebelah Zona Public (ungu). Dengan demikian akses perpindahan dari Public ke Semi Public lebih mudah dan dekat. Untuk Zona Private (coklat) terbagi menjadi 3 bagian pada 2 lantai. Untuk Zona Service (biru) berada di bangunan bagian belakang. Zoning 1 ini merupakan Zoning terpilih yang kemudian akan dilanjutkan dengan Grouping.
•
Zoning 2
Gambar 2 Zoning 2 Pada Zoning 2, Zona Public (ungu) masih tetap berada di bagian depan pintu masuk. Begitupun dengan Zona Semi Public (hijau). Hal ini dilakukan untuk mempermudah akses tamu yang ingin berkunjung ke Panti Asuhan dari Zona Public (ungu) menuju Zona Semi Public (hijau). Dengan demikian, pengunjung tidak perlu melewati Zona lainnya. Untuk Zona Private (coklat) terbagi menjadi 4 bagian pada kedua lantai bangunan. Sedangkan untuk Zona Service (biru) terbagi menjadi 2 bagian. •
Zoning 3
Gambar 3 Zoning 3 Pada Zoning 3, pembagian Zoning hampir sama dengan Zoning 1. Perbedaannya hanya terletak pada posisi Zona Semi Public (hijau). Pada Zoning 1, Zona Semi Public (hijau) berada di sisi kiri pintu masuk. Sedangkan pada Zoning 3, Zona Semi Public (hijau) berada di sisi kanan pintu masuk.
•
Grouping 1
Gambar 4 Grouping 1 Pada Grouping 1, Ruang Tunggu berada di antara Ruang Administrasi dan Ruang Pimpinan. Dengan demikian, pengunjung yang ingin bertemu dengan pihak administrasi ataupun pimpinan dapat menunggu di Ruang Tunggu yang jaraknya berdekatan dengan kedua ruangan tersebut. Untuk kamar tidur, baik Kamar Tidur Jeruk, Kamar Tidur Arjuna, Kamar Tidur Krisna, Kamar Tidur Bima, Kamar Tidur Pimpinan, maupun Kamar Tidur Pengasuh, serta Ruang Belajar Jeruk berada di bangunan bagian depan. Sedangkan untuk Zona Service, seperti Gudang Peralatan, Gudang Sembako, Ruang loker, Dapur, dan Ruang Makan berada pada bangunan bagian belakang. Sementara itu, pada lantai 2 terdapat Ruang Belajar Arjuna, Ruang Belajar Krisna, Ruang Belajar Bima, dan Laboratorium Komputer. Ruang belajar tersebut berada di dekat laboratorium komputer untuk mempermudah akses anak-anak yang akan mengerjakan tugas yang berhubungan dengan komputer, terutama untuk anak STM. •
Grouping 2
Gambar 5 Grouping 2 Pada Grouping 2, Ruang Tunggu berada di antara Kamar Tidur Jeruk dan Ruang Administrasi. Ruang Pimpinan berada di bagian dalam Ruang Administrasi. Dengan demikian, jika pimpinan sedang tidak ingin bertemu dengan tamu/ pengunjung, pimpinan cukup berada di dalam ruangan tanpa diketahui pihak luar. Untuk lokasi ruangan lainnya hampir sama dengan
Grouping 1. Perbedaannya hanya terletak pada posisi ruangan yang diubah, seperti Kamar Tidur Arjuna yang berpindah dari bagian depan bangunan menjadi ke bagian tengah bangunan, Kamar Tidur Pengasuh yang sebelumnya berada di samping Kamar Tidur Pimpinan menjadi berada di seberang Kamar Tidur Pimpinan. Dengan demikian, pada malam hari, baik pengasuh maupun pimpinan dapat mengontrol keadaan anak asuh dengan lebih mudah dan efisien. Grouping ini merupakan grouping terpilih yang kemudian akan dilanjutkan ke dalam proses layout. •
Grouping 3
Gambar 6 Grouping 3 Pada Grouping 3, lokasi ruangan hampir sama dengan Grouping 2. Perbedaannya hanya terletak pada posisi ruangan kamar, seperti Kamar Tidur Bima dan Kamar Tidur pengasuh bertukar tempat dengan Kamar Tidur Arjuna, Kamar Tidur Pimpinan menempati area Kamar Tidur Pengasuh. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin merancang sebuah interior panti asuhan dengan konsep yang ramah lingkungan dengan memasukkan unsur local content di dalamnya. Perancangan ini bertema Natural Homey dengan menggunakan gaya colonial. Gaya yang diambil ini disesuaikan dengan kondisi fisik bangunan yang mengandung unsur kolonial. Di samping itu, Local content yang akan penulis masukkan ke dalam perancangan adalah budaya Betawi. Pilihan ini disesuaikan dengan keadaan lingkungan bangunan yang masih sangat kental akan budaya betawi. Citra ruang yang ingin ditampilkan pada desain interior Panti Asuhan ini adalah perpaduan antara vintage dan kontemporer. Nuansa vintage dibuat dengan terlebih dahulu disesuaikan dengan nuansa bangunan yang memang terkesan kuno dan kusam. Untuk menghilangkan kesan kusam tersebut, penulis ingin memadukan nuansa vintage tersebut dengan nuansa kontemporer yang dapat terlihat pada pemilihan furniture dan elemen interior lainnya. Selain itu, penulis
juga ingin menambahkan suasana Betawi ke dalam perancangan interior panti asuhan ini sebagaimana suasana lingkungan pada bangunan ini masih kental dengan kebudayaan Betawi.
Gambar 7 Image Citra Ruang Dalam perancangan interior panti asuhan, penulis menggunakan beberapa material yang diantaranya merupakan material ramah lingkungan yang dapat mudah diperbaharui, serta dapat menyerap panas sehingga mengurangi penggunaan pendingin ruangan. Material tersebut antara lain lantai vinil, lantai gabus, lantai marmer, dinding wallpaper pelepah batang pisang, dinding kayu hasil daur ulang, dinding finishing cat, plafon kayu hasil daur ulang, dan plafon gypsum. Pada perancangan interior panti asuhan ini, penulis menggunakan local content yang disesuaikan dengan lokasi dari bangunan panti asuhan tersebut
yaitu Betawi. Warna khas dari Betawi adalah warna-warna yang mencolok, seperti merah, kuning, oranye, serta warna-warna mecolok lainnya. (Sumber: Swadarma,D., Yunus Aryanto. (2013). Rumah Etnik Betawi. Jakarta: Griya Kreasi) Di samping itu, anak-anak memiliki karakter yang cenderung lincah dan ceria. Oleh sebab itu, mereka cenderung untuk memilih warna-warna yang cerah dan mencolok. Warna-warna tersebut dapat memancing perhatian mereka serta dapat meningkatkan semangat yang mereka miliki, seperti merah dan kuning. (Sumber: Chijiwa, Hideaki. (1987). Color Harmony. United States of America: Rockport Publisher) Oleh sebab itu, dalam pengaplikasian dalam perancangan interior panti asuhan ini, warna-warna yang akan digunakan adalah warna-warna yang berdasarkan Local Content Betawi sekaligus warna-warna yang disukai oleh anak-anak. Warna tersebut adalah warna-warna yang cerah dan mencolok yang nantinya akan dijadikan sebagai warna aksen pada ruangan tertentu. Untuk warna utamanya menggunakan warna-warna netral, seperti putih, coklat, krem, dan abu-abu. Pada perancangan ini, terdapat 2 jenis pencahayaan yang digunakan, yaitu pencahayaan alami yang bersumber dari matahari dan pencahayaan buatan. Pencahayaan alami dapat diperoleh melalui cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Oleh sebab itu, penting halnya untuk membuat banyak bukaan di beberapa sudut ruangan agar seisi ruangan dapat terang di siang hari tanpa pemakaian energi listrik di siang hari. Sedangkan untuk pencahayaan buatan dapat menggunakan lampu yang ramah lingkungan seperti lampu LED Philip yang tidak mengandung gas dan materialnya dapat didaur ulang. Selain itu teknologi dari lampu tersebut memungkinkan LED tidak panas seperti lampu konvensional. Power LED juga sangat kecildibandingkan dengan lampu konvensional. Misalnya, 5 watt LED sama dengan 40 watt lampu konvensional. (Sumber: Andarningtyas, Natisha. (2013). Lampu LED Hemat Energi. (06-042013) http://www.antaranews.com/berita/396744/lampu-led-hemat-energi Disamping itu, saklar otomatis juga digunakan dalam perancangan ini. Cara kerja saklar otomatis ini adalah mencari tanda-tanda keberadaan manusia di dalam ruangan dan menggabungkan teknologi infra merah dan sinyal ultrasonik sehingga dapat secara otomatis menghemat energi di saat tidak ada penghuni yang berada di dalam ruangan tersebut. Konsep penghawaan pada perencanaan interior panti asuhan ini terdiri dari dua jenis penghawaan, yaitu penghawaan alami dan penghawaan buatan. Penghawaan alami berasal dari alam dan dapat diperoleh melalui jumlah bukaan yang berada di sisi ruangan. Semakin banyak bukaan yang tersedia, semakin banyak udara yang dapat diperoleh dari luar. Dengan demikian, ruangan tidak akan terasa panas dan lembap, serta dapat menghemat energi listrik pada siang
hari. Untuk penghawaan, bentuk jendela mengambil bentuk setengah lingkaran yang sesuai dengan gaya kolonial dimana penentuan bentuk jendela ini dikarenakan selain fisik bangunan yang masih memiliki pengaruh kolonial, juga agar suasana Katolik dapat terasa di area Panti Asuhan ini. Sedangkan penghawaan buatan adalah penghawaan yang berasal dari pemakaian energi listrik, seperti AC. AC yang digunakan adalah AC yang menggunakan sistem interver dimana suhu ruangan dapat diatur secara manual. Pada perancangan interior panti asuhan yang mayoritas penghuninya adalah anak-anak, penting halnya untuk membuat perancangan interior yang aman, mulai dari pemilihan material lantai yang tidak terlalu licin (glossy), material dinding yang tidak tajam, dan terutama material furnitur yang tidak kasar dan tajam saat digunakan. Disamping itu, penting juga dibuatkan beberapa petunjuk arah (signage) di beberapa area sehingga penghuni dan terutama pengunjung tidak kehilangan arah. Selain itu, signage juga berguna untuk membedakan ruangan yang satu dengan ruangan lainnya. Signage dapat berupa tanda panah ataupun gambar. Dengan demikian, penghuni (terutama yang masih baru) dapat menemukan ruangan tertentu dengan lebih mudah. Meskipun panti asuhan termasuk ke dalam proyek rumah tinggal, akan tetapi jumlah penghuni yang berada di dalamnya cukup banyak. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan suasana yang tenang di dalam lingkungan panti asuhan tidak begitu mudah. Untuk itu, diperlukan konsep akustik ruang pada beberapa ruangan di panti asuhan yang memerlukan tingkat kebisingan tertentu, seperti kamar tidur dan ruang belajar. Local content yang digunakan pada perancangan interior panti asuhan ini adalah Betawi. Pengambilan local content ini berdasarkan pada suasana di lingkungan sekitar panti asuhan yang masih sangat kental akan kebudayaan Betawi. Adapun beberapa unsur betawi yang diaplikasikan pada elemen interior panti asuhan antara lain: • Filosofi Langkan Langkan atau pembatas hampir selalu ada di rumah Betawi. Langkan yang ada di teras depan dan berbahan kayu itu memiliki simbol patung manusia yang juga diartikan sebagai simbol penjaga rumah, Langkan ini menggambarkan etika bagi orang-orang yang ingin bertamu sebaiknya melewati pintu depan rumah. Bagi orang Betawi, tamu yang masuk lewat pintu samping atau belakang merupakan etika yang dianggap kurang baik. Bentuk ini akan diaplikasikan sebagai pembatas ruang maupun aksen pada furnitur.
Gambar 8 Bentuk Langkan Bentuk furnitur yang digunakan adalah bentuk geometri, seperti kotak, oval, dan bentuk organik. Untuk materialnya menggunakan material yang ramah lingkungan, seperti kayu hasil daur ulang dan bambu. Untuk warna furnitur mayoritas menggunakan warna-warna yang netral, seperti putih, coklat, abu-abu, hitam, serta warna yang mencolok pada beberapa furnitur lainnya yang berfungsi sebagai aksen.
SIMPULAN DAN SARAN Panti asuhan merupakan tempat berlindung bagi anak-anak yang ditelantarkan oleh keluarganya. Mereka tidak memiliki keluarga yang dapat merawat dan mencukupi kebutuhan mereka, baik secara jasmani maupun rohani. Oleh sebab itu, sebuah panti asuhan yang merupakan yayasan sosial yang dibentuk oleh pemerintah ataupun yayasan, harus memiliki kriteria tertentu yang cukup agar segala kebutuhan anak-anak asuh dapat tercukupi dengan baik. Fasilitas yang digunakan sesuai dengan standar ergonomi yang berlaku sehingga pengguna, baik penghuni maupun tamu dapat merasa nyaman saat menggunakannya. Standar ergonomi yang diterapkan disesuaikan dengan penggunanya yang mayoritas adalah anak-anak. Fasilitas yang digunakan juga aman dan tidak berbahaya bagi penggunanya. Penggunaan finishing yang tidak berbahaya bagi anakanak dan furnitur yang tidak tajam pada sisinya juga merupakan hal yang diperhatikan dalam perancangan. Selain itu, fasilitas yang diberikan juga disesuaikan dengan kegiatan dan kebiasaan dari penggunanya, seperti kebiasaan saat belajar, tidur, dan saat melakukan kegiatan lainnya. Konsep yang meliputi tema, gaya, pencahayaan, penghawaan, akustik, pengaplikasian material, dan lainnya juga menyatu dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan dimana panti asuhan tersebut didirikan. Konsep yang telah diterapkan pada desain panti asuhan ini diharapkan dapat menghilangkan kesan kuno dan kusam yang ada pada bangunan serta mengubahnya ke dalam bentuk yang lebih modern namun tetap ramah lingkungan. Salah satu contohnya adalah dengan memanfaatkan bukaan (jendela)
untuk memperoleh udara dan cahaya alami di siang hari sehingga dapat mengurangi pemakaian energi listrik di siang hari. Penggunaan material yang merupakan kombinasi dari material yang ramah lingkungan dan memiliki unsur kebudayaan Betawi ini juga diharapkan dapat sesuai dengan konsep dari perancangan interior panti asuhan ini. Dengan demikian, panti asuhan tidak hanya nyaman untuk ditempati, tetapi juga diharapkan dapat merubah persepsi negatif dari masyarakat mengenai panti asuhan. Panti Asuhan Mekar Lestari, Panti Asuhan Desa putera, dan Panti Asuhan Kasih Mulia Sejati telah banyak membantu penulis dalam proses pengerjaan Tugas Akhir. Pihak karyawan Panti Asuhan, terutama Pimpinan Panti Asuhan dari ketiga Panti Asuhan tersebut telah banyak membantu, mulai dari proses survei hingga memberikan banyak informasi seputar panti asuhan yang mereka pimpin. Akan tetapi, sebagai salah satu warga negara Indonesia, penulis merasa berkewajiban untuk memberikan sedikit saran agar panti asuhan dapat lebih maju di kemudian hari. Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan kepada pihak panti asuhan adalah sebagai berikut: • Sebaiknya pihak Panti Asuhan secepatnya mengabarkan keputusan mengenai boleh atau tidaknya proses survei dilakukan oleh mahasiswa. Dengan demikian, jika pihak panti asuhan tidak mengijinkannya, mahasiswa dapat secepatnya mencari Panti Asuhan lainnya untuk disurvei. • Sebaiknya pihak Panti Asuhan dapat selalu menepati waktu survei yang telah dijanjikan kepada mahasiswa dan tidak membatalkannya secara mendadak.
RIWAYAT PENULIS Rini Jayanti lahir di kota Jakarta pada tanggal 13 Agustus 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Interior pada tahun 2014.